BAHASA
INDONESIA
R . M E K A R I S M AYA N I , M . P D .
RENCANA PERKULIAHAN
1. Pertemuan (16 kali)
a. Tatap Muka : 14x
b. UTS : 1x
c. UAS : 1x
2. Buku Sumber : Masnur Muslich
3. Tugas : Individu dan Kelompok
4. Kuis : Individu
5. Penilaian
a. Akhlaq : bersikap, bertutur, berpakaian, penampilan
b. Kehadiran : 30% (minimal 90%)
c. Tugas : 10%
d. UTS : 30%
e. UAS : 30%
SILABUS
• Pertemuan ke-1 Rencana Perkuliahan, silabus
• Pertemuan ke-2 Hakikat Fonologi, Fonetik, dan Fonemik
• Pertemuan ke-3 Produksi Bunyi Bahasa dan Alat Ucap
• Pertemuan ke-4 Jenis-jenis/ Klasifikasi Bunyi Bahasa
• Pertemuan ke-5 Bunyi Segmental dan Suprasegmental
• Pertemuan ke-6 Pungtuasi
• Pertemuan ke-7 Silabel
• Pertemuan ke-8 Ujian Tengah Semester (UTS)
• Pertemuan ke-9 Definisi Fonem dan Variasi Fonem (Alofon)
• Pertemuan ke-10 Realisasi Fonem
• Pertemuan ke-11 Fonotaktik
• Pertemuan ke-12 Diftong dan Kluster
• Pertemuan ke-13 Deret Fonem
• Pertemuan ke-14 Grafemik dan Ejaan
• Pertemuan ke-15 Implementasi Fonologi Pembelajaran Bahasa Indonesia
• Pertemuan ke-16 Ujian Akhir Semester (UAS)
APA ITU FONOLOGI?
FON FONEM
Akustis Artikulatoris
Auditoris
FONETIK AKUSTIS
Alat ucap
Sumber yang Rongga
pengubah
tenaga menimbulkan
getaran
getaran
(UDARA) (PITA SUARA)
(ALAT UCAP)
PROSES TERJADINYA BUNYI BAHASA
(PRODUKSI BUNYI BAHASA)
Proses
Proses Proses Proses
Mengalirny
Fonansi Artikulasi Oronasal
a Udara
ALAT UCAP MANUSIA
Alat Alat
Ucap Ucap Artikulator pasif adalah
alat ucap yang tidak dapat
Aktif Artikulator aktif adalah
alat ucap yang bergerak,
Pasif bergerak, tetapi disentuh
atau didekati oleh
untuk menghasilkan artikulator aktif dalam
bunyi bahasa menghasilkan bunyi
bahasa
Arus udara
ADA TIDAKNYA RINTANGAN TERHADAP ARUS UDARA
DALAM SALURAN SUARA
Vokal
Semivokal
Konsonan
BUNYI VOKAL
• Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan.
• Pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi.
• Hambatan hanya terjadi pada pita suara.
• Pada saat pembentukan vokal pita suara bergetar.
• Posisi glotis dalam keadaan tertutup, tetapi tidak rapat sekali.
• Semua vokal termasuk bunyi bersuara.
Pembentukan Vokal
Berdasarkan Posisi Bibir
(vokal bulat dan tak bulat)
Berdasarkan Striktur
(vokal terbuka, semiterbuka, semitertutup, tertutup)
BUNYI KONSONAN
• Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk dengan menghambat arus udara pada sebagian
alat ucap.
• Pada pembentukan konsonan terjadi artikulasi.
• Proses hambatan atau artikulasi ini dapat disertai dengan bergetarnya pita suara, sehingga
terbentuk bunyi konsonan bersuara.
• Proses pembentukan konsonan pada saat artikulasi tidak disertai bergetarnya pita suara, glotis
dalam keadaan terbuka maka akan menghasilkan bunyi konsonan tak bersuara.
Pembentukan Konsonan
Berdasarkan
Strikturnya Berdasarkan Cara
(konsonan bilabial, Artikulasi
Berdasarkan Posisi Berdasarkan Jalan
labiodental, (konsonan Pita Suara Keluarnya Udara
apikodental, apiko hambat/stop,
(konsonan bersuara (konsonan oral dan
alveolar, lamino geser/prikatif,
dan tak bersuara) nasal)
palatal, palatal, likuida/lateral,
velar, dorso velar, getar/trill)
glotal, laringal)
ADA TIDAKNYA KETEGANGAN ARUS UDARA
PADA WAKTU BUNYI ITU DIARTIKULASIKAN
• Bunyi keras atau fortis terbentuk apabila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan
kekuatan arus udara.
• Contoh bunyi keras:
1) Bunyi letup tak bersuara [p, t, c, k]
2) Bunyi geseran tak bersuara [s]
3) Bunyi vokal []ﬤ
BUNYI LUNAK
• Bunyi lunak terbentuk pada saat diartikulasikan tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara.
• Contoh bunyi lunak:
1) Bunyi letup bersuara [b, d, j, g]
2) Bunyi geseran bersuara [z]
3) Bunyi nasal [m, n, η, ñ]
4) Bunyi likuida [r, l]
5) Bunyi semi vokal [w,y]
6) Bunyi vokal [i, e, o, u]
KENYARINGAN BUNYI PADA WAKTU TERDENGAR OLEH
TELINGA
Bunyi Bunyi
Nyaring Tak
Nyaring
JALAN KELUARNYA ARUS UDARA
Bunyi Oral
• Bunyi nasal atau bunyi sengau dihasilkan dengan menutup arus udara ke luar melalui rongga
mulut, tetapi membuka jalan agar dapat keluar melalui rongga hidung.
• Penutupan arus udara terjadi pada:
1) Antara kedua bibir, hasilnya bunyi [m]
2) Antara ujung lidah dan ceruk, hasilnya bunyi [n]
3) Antara pangkal lidah dan langit-langit lunak, hasilnya bunyi [ng]
4) Antara ujung lidah dan langit-langit keras, hasilnya bunyi [ny]
LAMANYA BUNYI TERSEBUT DIUCAPKAN
Bunyi Bunyi
Panjang Pendek
PERWUJUDANNYA DALAM SUKU KATA
Bunyi Rangkap
(diftong, kluster/gugus, deret vokal,
deret konsonan)
BUNYI TUNGGAL (MONOFTONG)
• Bunyi tunggal adalah sebuah bunyi yang berdiri sendiri dalam satu suku kata.
• Semua bunyi vokal dan konsonan adalah bunyi tunggal
BUNYI RANGKAP
• Bunyi rangkap adalah dua bunyi atau lebih yang bergabung dalam satu suku kata.
• Bunyi rangkap dapat berupa diftong atau kluster
DIFTONG Diftong adalah dua vokal yang diucapkan sekaligus.
Gabungan vokal disebut diftong apabila
menghasilkan satu bunyi saja (Wikipedia).
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan
huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
• Gugus atau kluster merupakan deretan konsonan yang ada pada satu suku kata.
• Contoh gugus: /pl/, /bl/, /kl/, /gl/, /fl/, /sl/, /pr/, /br/, /tr/, /dr/, /kr/, /gr/, /fr/, /sr/, /ps/, /ks/, /sw/,
/kw/, /sm/, /sn/, /sp/, /sk/, /str/, /spr/, /skr/, dan /skl/.
• Contoh dalam bentuk kata:
pleno (ple-no)
pribadi (pri-ba-di)
ekstra (eks-tra)
swadaya (swa-da-ya)
strategi (stra-te-gi)
DERET VOKAL
• Deret vokal adalah urutan beruntun vokal yang tidak tersisipi konsonan.
• Contoh:
/ia/, /iu/, /eo/, /ai/, /au/, /ao/, /aa/, /oa/, /ua/, /ui/, /ue/
• Contoh dalam bentuk kata:
biar (bi-ar)
reog (re-og)
kain (ka-in)
manfaat (man- fa-at)
DERET KONSONAN
• Deret konsonan adalah urutan dua konsonan atau lebih dalam suatu suku kata yang tidak
tersisipi vokal.
• Contoh: /pt/, /py/, /pl/, /pr/, /tt/, /tb/, /tw/, /ty/, /tm/, /tr/, /kt/, /kc/, /kb/, /kd/, /ks/, /kw/, /km/, /kl/,
/kr/, /bt/, /bd/, /bs/, /by/, /bl/, /br/, /dh/, /dy/, /dm/, /dr/, /jl/, /jr/, /gy/, /sp/, /st/, /sc/, /sk/, /sb/,
/sw/, /sm/, /sn/, /sl/, /sr/, dsb.
• Contoh dalam bentuk kata:
daptar (dap-tar)
satwa (sat-wa)
asmara (as-ma-ra)
ARUS/ARAH UDARA
Bunyi Bunyi
Egresif Ingresif
BUNYI EGRESIF
• Bunyi egresif adalah bunyi yang dibentuk dengan cara
mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru.
• Bunyi egresif adalah bunyi yang dihasilkan dari arah udara menuju
ke luar melalui rongga mulut atau rongga hidung.
• Bunyi egresif dibedakan atas bunyi egresif pulmonik dan bunyi
egresif glotalik.
• Bunyi egresif pulmonik dibentuk dengan cara mengecilkan ruangan
paru-paru oleh otot paru-paru, otot perut, dan rongga dada. Hampir
semua bunyi bahasa Indonesia dibentuk melalui egresif pulmonik.
• Bunyi egresif glotalik terbentuk dengan cara merapatkan pita suara
sehingga glotis dalam keadaan tertutup sama sekali.
BUNYI INGRESIF
• Bunyi ingresif adalah bunyi yang dibentuk dengan cara mengisap
udara ke dalam paru-paru.
• Bunyi ingresif adalah bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk
ke dalam paru-paru.
• Bunyi ingresif dibedakan atas bunyi ingresif glotalik dan bunyi
ingresif velarik.
• Bunyi ingresif glotalik memiliki kemiripan dengan cara
pembentukan bunyi egresif glotalik hanya arus udara yang berbeda.
• Bunyi ingresif velarik dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah
ditempatkan pada langiit-langit lunak.
BUNYI SEGMENTAL DAN
SUPRASEGMENTAL
• Fonem adalah bunyi, dan bunyi, menurut bisa terpisah-tidaknya, terbagi menjadi dua: segmental dan
suprasegmental. Segmental adalah fonem yang bisa dibagi.
• Fonem dapat dibagi manjadi dua bagian besar, yaitu fonem utama dan fonem kedua. fonem utama adalah
sebuah unit bunyi terkecil yang merupakan unsur dari sebuah bentuk uncapan yang mempunyai fungsi
sendiri. Sedangkan fonem yang kedua adalah sebuah fenomena atau sifat bunyi yang mempunyai fungsi
dalam ungkapan ketika diucapkan bersambung dengan kata-kata lain.
• Fonem kedua adalah ontonim dari fonem utama, tidak termasuk bagian dari suatu kata, tetapi dapat
diketahui apabila suatu kata disambung dengan kata lain, atau sebuah kata yang digunakan dengan
penggunaan khusus. Fonem utama disebut dengan segmental, sedangkan fonem kedua disebut dengan
bunyi suprasegmantal atau sesuatu yang menyertai fonem tersebut, yaitu berupa tekanan suara
(intonation), panjang-pendek (pitch), dan getaran suara yang menunjukkan emosi tertentu. jadi, kesemua
yang tercakup ke dalam istilah suprasegmenal itu tidak bisa dipisahkan dari suatu fonem. Oleh karena itu,
bisa disimpulkan bahwa sesuatu yang terdapat dalam fonem itu bisa dipisahkan sedangkan yang
mengiringinya tidak bisa dipisahkan.
BUNYI SEGMENTAL
• Bunyi segmental adalah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara (M|
asnur Muchlis, 2008).
• Bunyi segmental adalah bunyi ujar bahasa yang terdiri dari segmen-segmen tertentu (Abdul
Chaer, 2009).
• Bunyi segmental mengacu pada pengertian bunyi-bunyi yang dapat disegmrntasi/dipisah-
pisahkan (Imam Suhairi, 2009).
• Bunyi segmental adalah bunyi bahasa yang bisa dibagi-bagi atas bagian-bagian lain seperti
bunyi vokal (vokoid) dan konsonan (kontoid).
• Unsur segmental biasanya dinyatakan secara tertulis dengan abjad, persukuan, dan penulisan
kata.
• Macam-macam Bunyi Segmental
1. Vokal (bunyi yang tidak terhambat oleh alat ucap)
2. Konsonan (bunyi yang terhambat oleh alat ucap)
3. Diftong (dua vokal yang dibaca satu bunyi)
4. Kluster (dua konsonan yang dibaca satu bunyi)
SUPRASEGMENTAL
Penggalan kata terjadi akibat tekanan udara dari paru-paru dan keluarnya udara dari paru-paru tersebut
secara terputus-terputus, yang hanya memungkinkan terjadinya beberapa bunyi. Setiap tekenan yang
dilakukan oleh dinding penyekat rongga dada terhadap udara yang terdapat didalam paru-paru,
memungkinkan terjadinya sederetan penggalan.
Bunyi yang tidak dapat disegmentasikan disebut bunyi suprasegmental
Bunyi suprasegmental sering disamakan dengan ciri prosodi
Ciri suprasegmental merupakan istilah yang digunakan dalam penandaan bahasa lisan
Bunyi Suprasegmental adalah bunyi yang menyertai bunyi segmental. Dengan beberapa unsur yang
menyertainya.Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
1 Tekanan (Stress)
2. Jangka/Rentang waktu/Durasi (Duration)
3. Nada (Spitch)
4. Sendi (Juncture) dan Jeda (Pause)
5. Aksen (Accent)
6. Intonasi
7. Ritme
PUNGTUASI
• Tanda grafis yang digunakan secara konvensional untuk memisahkan pelbagai bagian dari
satuan bahasa tertulis (tanda baca).
• Pungtuasi adalah tanda baca.
• Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), tercantum 15 jenis tanda baca.
• Di dalam fonologi pungtuasi ini ada kaitannya dengan bunyi suprasegmental yang pernah kita
bahas sebelum materi pungtuasi.
• Pungtuasi direalisasikan berdasarkan dua hal utama yang komplementer, yakni:
1. unsur-unsur suprasegmental
2. Hubungan sintaksis
FONEM
• FONEM adalah Satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan fonem
memiliki fungsi untuk membedakan makna.
• FONEM adalah unit bunyi yang bersifat distingtif atau unit bunyi yang signifikan.
• FONEMISASI adalah perubahan alofon-alofon menjadi fonem dalam lingkungan fonologis
tertentu.
PENGENALAN FONEM
1. Kontras Pasangan Minimal
Pasangan minimal adalah pasangan bentuk-bentuk bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah
bahasa (biasanya berupa kata tunggal) yang secara ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda.
Bunyi yang berbeda itu saling bertentangan dalam posisi atau distribusi yang sama.
Contoh:
• /batuk/ ---- /patuk/ /b/ /p/
• /dara/ ---- /tara/ /d/ /t/
• /galah/ ---- /kalah/ /g/ /k/
2. Premis-Premis Fonologis
a. Bunyi bahasa memiliki kecenderungan untuk dipengaruhi oleh lingkungan.
b. Sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat simetris.
c. bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus digolongkan ke dalam kelas-kelas
bunyi (fonem) yang berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam lingkungan yang
sama atau mirip.
d. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di dalam distribusi yang
komplementer, harus di masukkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang sama.
REALISASI FONEM
• Realisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yakni
fonem menjadi bunyi bahasa.
1. Realisasi Vokal dalam Bahasa Indonesia (6)
/a/, /i/, /u/, /e/, /Ə/, dan /o/
Diproduksi dengan bentuk bibir tertentu. Bentuk bibir dapat mempengaruhi kualitas vokal.
2. Konsonan dalam Bahasa Indonesia (23)
/p/, /t/, /c/, /k/, /b/, /d/, /j/, /g/, /?/, /f/, /s/, /x/, /h/, /z/, /m/, /n/, /r/, /l/, /w/, /y/, /Š/, /ŋ/, /ñ/
Konsonan dibentuk berdasarkan:
a. Keadaan pita suara
b. Daerah artikulasi
c. Cara artikulasi
d. Jalan keluar udara
e. Strikturnya
Realisasi Vokal
a
i suku kata terbuka
i dan I atau tertutup
u u dan U
tekanan pada saat
e diucapkan
e, Ɛ , dan Ə (pengucapan)
o o dan Ͻ
Realisasi Konsonan
p p dan p>
m m
tekanan pada saat
diucapkan
w w
(pengucapan)
f f dan p
t t dan t>
d d dan t>
n n
l l
r r dan R
c c
j j h h dan Ø
s s
y y
ñ ñ
k, k>,
k dan ?
g, δ, x, dan
g k>
x x dan h ŋ ŋ
Realisasi Diftong
au aw
ai ay
oi oy
FONOTAKTIK
Kaidah yang mengatur penjejeran fonem dalam satu morfem atau
kata dinamakan kaidah fonotaktik.
Kaidah fonotaktik termasuk bidang kajian fonemik.
Kaidah fonotaktik mencakup garapan distribusi fonem, gabungan
fonem, struktur suku kata, dan kaidah grafemis.
DISTRIBUSI FONEM
Posisi fonem dalam sebuah kata disebut distribusi fonem.
Distribusi fonem menyangkut posisi atau penyebaran fonem dalam
sebuah kata, di awal kata, di tengah kata, atau di akhir kata.
Fonem yang menduduki posisi dalam sebuah kata tersebut dapat
berupa vokal dan konsonan.
DISTRIBUSI VOKAL
a. Vokal /i/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir kata
b. Vokal /e/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir kata
c. Vokal /o/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir kata
d. Vokal /u/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir kata
e. Vokal /a/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir kata
f. Vokal /∂/ dapat berposisi di awal kata, di tengah kata, maupun di akhir kata
DISTRIBUSI KONSONAN
Suku kata disebut juga silabel adalah satuan ritmis terkecil dalam
suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran.Satu silabel biasanya
meliputi Satu vokal dan satu konsonan atau lebih.Silabel
mempunyai puncak kenyaringan (Sonoritas) yang yang patuh pada
vokal ( Chaer, 1994:123).
Bunyi yang paling banyak menggunakan ruang resonansi adalah bunyi
vokal. Karena itu, puncak silabis adalah bunyi vokal. Namun ada kalanya
konsonan, baik bersuara maupun tidak yang tidak mempunyai kemungkinan
untuk menjadi puncak silabis.
• Grafem adalah gabungan huruf sebagai satuan pelambang fonem dalam sistem ejaan.
• Grafem adalah satuan terkecil yang distingtif dalam suatu sistem aksara.
• Grafem merujuk pada ejaan atau penulisan huruf.
• Lambang fonem /.../
• Lambang grafem <...>
ALOFON