Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PEMBINAAN BAHASA INDONESIA

A. Pengertian

Menurut Profesor Dr. Amran Halim didalam buku “Bahasa Indosenia pada era globalisasi”
pembinaan bahasa merupakan usaha sadar, terencana dan sistematis mengenai peningkatan
mutu bahasa, sehingga para masyarakat sebagai pemakai bahasa bangga dalam
menggunakannya, sedangkan pengembangan bahasa adalah usaha sadar, terencana dan
sistematis mengenai peningkatan mutu dan kelengkapan bahasa sehingga bahasa digunakan
sesuai kedudukan dan fungsi dalam masyarakat.

Jadi, pembinaan bahasa Indonesia adalah usaha sadar, terencana dan sistematis mengenai
peningkatan mutu bahasa yang baik dan benar sebagai masyarakat pemakai bahasa Indonesia.
Pembinaan-pembinaan bahasa Indonesia berhubungan dengan bagaimana pemakai bahasa
Indonesia menggunakan bahasa dengan baik dan benar, dan menggunakan bahasa tersebut
sesuai dengan fungsi dan kedudukannya. Sedangkan pengembangan bahasa berurusan tentang
bagaimana bahasa Indonesia dapat menjalankan kedudukan sebagai bahasa nasional dan
negara, kemudian menjalankan fungsi sebagai bahasa perstauan.

Dalam buku linguistik umum kata bahasa dalam bahasa indonesia memiliki banyak makna
dan pengertian, sehingga sedikit membingungkan, dan Kridalaksana mengemukakan bahwa
bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh para anggota kelompok
sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.

Didalam jurnal “bahasa sebagai kajian linguistik” terdapat beberapa pengertian bahasa
dimana bahasa merupakan sistem bunyi lambang arbiter yang digunkan kelompok sosial untuk
bekerja sama, penjelasannnya yaitu:

1. Bahasa adalah bunyi ujar yang dihasilkan alat ucap manusia yang bersifat sistematis
dan berulang-ulang, sehingga kalau salah satu bagian saja yang terlihat, maka bagian
lain dapat dibayangkan.contohnya, ketika kita menemukan kalimat, Ibu mem…..dua
ekor……maka kita dapat menduga bunyi atau bahasa itu secara keseluruhan. Selain itu
sistematis ini mengandung arti bahwa bahasa dapat diuraikan atas satuan yang terbatas
dan dapat diramalkan. Pengertian lain mengatakan bahwa bahasa bukanlah sistem yang
tunggal melainkan terdiri atas beberapa subsistem, yaitu subsistem fonologi, subsistem
gramatika, dan subsistem leksikon.
2. bahasa adalah sistem lambang.
Lambang ini adalah tanda yang digunakan suatu kelompok sosial berdasarkan
perjanjian dalam memahami hal tersebut, Tanda adalah hal atau benda yang mewakili
sesuatu atau hal yang menimbulkan reaksi yang diwakilinya. Jadi lambang adalah tanda
yang bermakna bagi kegiatan komunikasi manusia. Bahasa disebut suatu lambang dan
mewakili sesuatu, maka bahasa itu memiliki makna dalam arti berkaitan dengan segala
aspek kehidupan dan alam masyarakat yang memakainya. Dengan demikian, bahasa
merupakan sistem lambangmengandung arti tanda yang harus dipelajari oleh para
pemakainya. Karena itu bahasa bersifat konvensional.
3. bahasa merupakan sistem bunyi.
Artinya bahwa bahasa merupakan bunyi ujaran yang dikeluarkan oleh alat ucap yang
mengandung makna. Bunyi ujaran ini merupakan sekunder.

B. Perencanaan Bahasa

Perencanaa bahasa merupakan perubahan bahasa yang disengaja, dimana perubahan dalam
sistem-sistem kode bahasa dan ujaran direncanakan oleh organisasi yang telah didirikan
dengan tujuan atau untuk diberi mandat agar memenuhi tujuan- tujuan tersebut. Tujuan
perencanaan bahasa terbatas pada saran anjungan atau rekomendasi aktif dalam mengatasi
pemakaian bahasa dengan baik..

Isitlah perencanaan bahasa pertama kali diperkenalkan oleh Haugen (1959). Dalam
artikelnya, Haugen mengemukakan bahwa perencanaan bahasa adalah suatu usaha untuk
membimbing perkembangan bahasa ke arah yang diinginkan oleh para perencana. Usaha-usaha
tersebut misalnya menyiapkan ortografi, penyusunan tatabahasa dan kamus yang normatif
sebagai panduan untuk penulis dan pembicara dalam suatu komunitas bahasa yang tidak
homogen. Perencanaan bahasa sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah
kebahasaan. Neustupny mengungkapkan masalah bahasa timbul akibat adanya ketakpadanan
atau ketakadakekuatan dalam bahasa. Ketakpadanan yang pertama menyangkut ragam bahasa
tertentu di dalam masyarakat, sedangkan ketakpadanan kedua bertalian dengan penggunaan
bahasa orang seorang.

Tujuan perencanaan bahasa adalah mencari norma ideal yang berdasarkan atas prinsip
kejelasan, kehematan, dan keindahan. Bahasa bukan hanya merupakan alat, bahasa juga
merupakan ekspresi kepribadian dan lambang identitas yang tidak berlaku secara mutlak dalam
hukum logika dan matematika.

Perencanaan bahasa merupakan kegiatan dasar usaha pengembangan dan pembinaan


bahasa.perencanaan bahasa merupakan kegiatan yang mendukung dan membingbing
perkembangan bahasa ke tujuan yang diinginkan oleh perencana. Perencanaan bahasa adalah
pengembangan bahasa yang teratur dalam konteks sosial, budaya, dan teknologi yang lebih
luas berdasakarkan perencanaan yang cermat, yaitu (1)pembekuan, (2)pemodernan, (3) dan
alat perlengkapan..

Sebutan perencanaan bahasa yaitu “language planning”, atau “language engineering”,


“management of language”, istilah istilah ini digunakan untuk memberi pengertian mengenai
segala tindakan yang dilakukan agar komunikasi dalam suatu negara berlangsung lancar,
dengan bahasa sebagai alat utamanya. Agar mencapai tujuan tersebut dalam perencanaan
bahasa, bahasa diusahakan tidak selalu mudah dimengerti namun harus tertib. Sehingga
adanya tampak sifat kelonggaran disamping keterbatasan dan keterbatasan dan disamping
kelonggaran. Hal ini dimaksud untuk mengelola bahasa agar dapat memperoleh efek
komunikatif yang besar dengan tujuan hubungan antar penuturnya berlangsung dengan tertib.

Perencanaa bahasa dalam suatu negara dapat mengurangi kemungkinan pertentangan


bahasa, karena pemilihan bahasa telah diperhitungkan dari segala segi yang berkemungkinan
menimbulkan ketegangan. Jika perkiraan akan muncul peristwa tersebut maka perencanaa
bahasa bisa bertindak mengajukan saran-sarannya., kemudian peristiwa dibatasi sampai
sekecil kecilnya. perencanaan bahasa haruslah dilakukan dengan melibatkan perencana
pembangunan, ahli perencanaan bahasa, peneliti bahasa, dan penggiat pemberdayaan
masyarakat.

Dari hal hal tersebut dapat kita tarik beberapa pelajaran, Pertama dalam perkembangannya
bahasa memerlukan pengarahan dan binaan, karena kita memerlukan bahsa yang tertib, teratur,
dan memiliki daya komunikatif yang tinggi. Kedua masalah pemilihan bahasa merupakan
masalah besar, sehingga menentukannya memerlukan kebijaksanaan yang baik. Ketiga, untuk
mengolah masalah pengarahan dan perkembangan bahasa, karena dengan adanya perencanaan
maka semua yang berhubungan dengan masalah kebahasaan bisa ditampung dan ditangani.
Keempat, perencanaan bahasa mencakup berbagai aspek dalam bidang kebahasaan, yaitu
pemilihan bahasa, pembinaan dan pengembangan bahasa yang berhubungan dengan masalah
kebahasaan.
Perencanaa bahasa juga merupakan usaha dalam membimbing perkembangan bahasa ke
arah ataupun tujuan yang diinginkan perencana. Tujuan perencaan bahasa ini terbatas pada
saran, anjungan, dan rekomendasi aktif dalam mengatasi masalah pemakaian bahasa dengan
baik. Tugas perencanaan bahasa itu sendiri ialah mencari norma yang ideal dan didasarkan
prinsip kejelasan, bahasa juga merupakan ekspresi kepribadian dan lambang identitas yang
tidak tunduk secara mutlak pada hukum logika dan matematika.

Didalam jurnal “perencanaan bahasa indoneisa dalam era globalisasi” ada beberapa
cara agar perencanaan bahasa berhasil dengan baik perlu belajar dari kasus kasus yang pernah
terjadi terdahulu dan yang mampu diselesaikan dengan baik, atau bahkan perlu belajar dari
berbagai kasus yang relevan yang terjadi di negaranegara lain. Seperti halnya program-program
pembinaan dan pengembangan bahasa yang dilakukan pada masa orde baru, yaitu dengan
langkah-langkah sebagai berikut.

(1) Menetapkan kebijakan berdasarkan analisis yang komprehensif


(2) Mendirikan lembaga yang bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa yang terdiri atas pakar-pakar bahasa, dan
(3) Menyosialisasikan penggunaan bahasa di lembaga pemerintahan dan masyarakat .

C. Sifat Bahasa
1. Bersifat Arbiter

Yang dimana maksud arbiter adalah sifat bahasa yang mana suka, artinya bahasa
tidak memiliki hubungan keharusan atau kewajiban antar satuan bahasa yang telah
dilambangkan.

2. Bersifat produktif

dimana bahasa merupakan sistem unsur-unsur jumlah yang terbatas namun


pemakaian nya tidaklah terbatas.. contohnya bahasa indonesia mempunyi fonem
kurang dari 30 tetpai mempunyai kata yang lebih dari 3000 yang mengandung fonem
fonem itu dan bisa menciptakan kata kata baru.

3. Bersifat unik

dimana setiap bahasa memiliki sifat yang khas dan tidak ada dalam bahasa lain,
contohnya perbedaan bahasa inggris dan bahasa indonesia, didalam bahasa inggris
bentuk yang menunjukkan perbedaan waktu sedangkan dalam bahasa indonesia hal
seperti itu tidak ada.

4. Bahasa itu Universal

maksudanya adalah semua bahsa memiliki segi kesamaan yang umum yaitu bahasa
ujaran manusia.berstruktur, konvensional, dan digunakan sebagai alat komunikasi bagi
manusia dan potensi itu dibawa sejak lahir.

5. Sifat-sifat bahasa dimiliki orang lain


sehingga sifat itu ada yang universal dan ada pula yang hampir universal. Contoh:
konfiks kean dalam bahasa Indonesia hanya dapat bergabung dengan sebanyak-
banyaknya dua morfem, seperti kata tidak pasti, kurang ajar, menjadi ketidakpastian
dan keurangajaran. Ini sifat yang unik yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Selain itu,
bahasa Indonesia memiliki sifat yang universal, misalnya dalam bahasa Indonesia
setiap kata sifat (ajektif) pada umumnya mengikuti nominal, seperti baju bagus, rumah
mewah, jalan besar. Sifat-sifat itu ternyata tidak hanya dimiliki oelh bahasa Indonesia
tetapi dimilki pula oleh bahasa lain, seperti bahasa Perancis, bahasa wels di Inggris,
bahasa Tonkawa di Amerika, bahasa Swahili di Afrika dan sebaginya.
6. Bahasa dipakai untuk berkomunikasi
Dimana dikarenakan kelompok itu banyak ragamnya maka mereka berinteraksi
dengan berbagai lapangan kehidupan yang beraneka ragam pula keperluannya,
sehingga tidak heran bila bahasa memiliki berbagai variasi. Tiap manusia mempunyai
kepribadian tersendiri, setiap orang sadar atau tidak menggunakan ciri khas pribadinya
dalam bahasanya, sehingga bahasa setiap orang pun mempunyai ciri khas yang sama
sekali tidak sama dengan bahasa orang lain.
7. Bahasa Ciri Pembeda
Dengan bahasa, suatu kelompok mengidentifikasikan dirinya. Diantara semua ciri
budaya, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol, karena dengan tiap
kelompok sosial merasa diri sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Untuk
kelompok-kelompok sosial tertentu bahasa dipergunakan sebagai lambang identitas
sosial lebih daripada bahasa sebagai sistem lambang/tanda.
D. Bahasa dan Kebudayaan

Bahasa merupakan objek penelitian yang dianggap sebagai sistem otonom, yang berdiri
sendiri dengan ciri dan aturan tersendiri. Perlakuan bahasa sperti ini menghasilkan
gambaran bahwa bahasa memang terwujud sebagai sesutau dengan kehidupan sendiri dan
tunduk pada hukum sendiri, ini juga diperkuat dengan kenyataan bahasa dapat di
kongkritkan dalam bentuk tulisan di atas kertas, sehingga berada diluar kerangka interaksi
sosial atau diluar penuturnya. Oleh karna itu ilmu yang mempelajari bahasa memperoleh
kemungkinan dalam berkembang kearah yang berlainan dengan ilmu yang mempelajari
segi-segi bukan bahasa.

Karena bahasa dan kebudayaan dalam satu pihak dianggap terdapat oposisi dan pada
pihak yang lain bahasa suatu peristiwa kebudayaan pula, timbullah bagaimana seharusnya
digambarkan pertalian antar bahasa dan kebudayaan. Keraguan pada bentuk dan sifat
pertalian itu tercermin pada ungkapan ungkapan yang digunakan masyarakat. Bagaimana
persisnya jenis jenis pertalian harus dipahami dan diartikan berbeda menurut disiplin yang
bersangkutan. Jadi sudut penglihatan ilmu linguistik pertalian itu lebih banyak mengenai
komponen semantik, sedangkan dari sudut npenglihatan antropologi pertalian ditentukan
dengan dasar anggapan bahwa bahasa merupakan suatu pranata dimana halnya sistem
kedudukan bahasa diberikian sedemikian rupa, baik linguistik ataupun antropologi lebih
menyibukkan diri dengan persoalan menurut anggapan masing masing yang merupakan
tugas pokok utama., yaitu struktur intern bahasa dan struktur sosial budaya suatu komuniti.

Beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan bentuk sebenarnya, sifat


pertalian antar bahasa, dan kebudayaan itu dapatlah digolongkan menurut golonngan
berikut :

1. Teori yang berpangkal tolak pada bahasa


a. Struktural yang ditemukan dalam bahasa berlaku pula pada aspek-aspek
kebudayaan lainnya.
b. Bahasa dianggap sebagai penentu utama pertaliannya dengan kebudayaan.
2. Teori berpangkal tolak pada kebudayaan, dimana dalam hubungan ini pertalian ini
dilihat sebagai kongfiurasi faktor sosial budaya, dimana akan memberikan corak
kepada kedudukan, peranan dan penggunaan bahasa.

Jadi pengertian dari dua teori diatas adalah bahwa suatu pihak bahasa diartikan sebagai
suatu sitem yang dimana meletakkan hubungan tetap dengan hal-hal diluar bahasa, yaitu alam
pikiran, alam perasaan benda dan manusia. Hubungan ini digambarkan bersifat statis dan tetap,
sedangkan dalam pihak lain bahasa merupakan sistem yang melibatkan diri dalam dinamika
interaksi sosial.

Didalam buku “Hubungan Bahasa dan Kebudayaan” dikemukakan ada dua kategori
mengengebai hubungan bahasa dan kebudayaan, yaitu hubungan yang bersifat subordinatif
dimana bahasa terletak dibawah lingkup kebudayaan, kemuadian bersifat koordinatif yaitu
hubungan kedudukan sederajat atau sama tinggi.

Bahasa menkonsepkan seluruh alam pikiran manusia kedalam lambang yang terwujud
nyata dan merupakan unsur dalam tiap kebudayaan. Untunglah bangsa dan negara yang sedang
berekembang dan sudah mempunyai bahasa nasional. Bangsa indonesia merupakan bangsa
yang sudah memiliki bahasa nasional secara mutlak dan sudah diakui dan digunakan seluruh
rakyat indonesia. Jika dibandingankan dengan negara lain kita sudah beruntung telah memiliki
bahasa indoneisa tanpa banyak perjuangan, sehingga sejak lama ada rasa kurang perhatian
terhadap bahasa indonesia ini karena berfikiran bahasa ini sudah ada secara alamiah sejak
dahulu dan mengganggap diri kita sudah pandai berbahasa indonesia. Menyebahakan hanya
sdikit dari bangsa Indoneisa merasa bahwa belajar bahasa indonesia itu merupakan suatu
kebutuhan.

Masalah kebudayaan nasional ini seharusnya mendapat perhatian dari kita semua, kita
harus prihatin mengingat akan adanya aneka warna masalah kebudayaan nasioanal karena sifat
itu. Agar kebudayaan nasioan didukung sebagian besar warga negara maka kebudayaan
nasioan harus bersifat khas dan dapat dibanggakan oleh warga negara yang mendukungnya.

E. Pembakuan Bahasa

Ide tentang standarisasi atau pembakuan bahasa adalah paralel dan merupakan salah satu
segi jangkauan yang akan dicapai dalam perencanaan dan kebijakan bahasa. Tujuan akhir usaha
ini adalah memperoleh alat komunikasi yang baik dan efisien di dalam segala kegiatan hidup
dan aktifitas sosial para pemakainya.

Masalah kebakuan atau kestandaran bahasa merupakan hasil suatu proses, yang dapat
terjadi lewat dua cara yaitu: kebakuan diperoleh dengan proses yang alami atau natural, dan
kebakuan yang merupakan akibat ataupun hasil suatu perencanaan (artifisial). Kebakuan alami
ini diperoleh secara ilmiah dan merupakan akibat dari proses dalam bahasa itu sendiri tanpa
pengarahan yang bersifat disengaja. Kebakuan ini mungkin terjadi karena bahasa mempunyai
kemampuan potensial dalam mengaur dirinya. Aturan demikianlah “aturan” yang hakiki dalam
bahasa.

Kebakuan artifisial adalah kebakuan bahasa yang direncanakan sebagai hasil usaha
manusia, kebijaksanaan ini karena adanya asumsi bahwa orang yakin akan adanya aturan yang
dialami setiap bahasa pada hal-hal dan peristiwa tertentu. Kemudian asumsi ini juga diperkuat
dengan kenyataan bahwa perkembangan bahasa seringkali menunjuk gejala tidak wajar, tidak
terarah, bahkan menjurus ke kekacauan. Itulah penyebab pemerintah Indonesia menganggap
perlu adanya pembakuan yang direncanakan.

Kebakuan alami dan kebakuan perencanaan memiliki kelebihan dan kekurangan, kebaikan
kebakuan alami terletak pada kelemahannya dengan membiarkan bahasa membakukan diri
yang berarti membiarkan bahasa berkembang dengan sifat hakikinya, sehingga suatu saat ia
sampai pada tingkat standarnya. Kebakuan seperti ini sangat meyakinkan, stabil dan tidak
berubah-ubah. Sedangkan kelemahan kebakuannya adalah tidak ada ketentuan atau kepastian
sampai kapan kebakuan ini diperoleh.

Kebakuan perencanaan memiliki beberapa kekurangan yaitu kebakuan yang diperoleh


sering dirasa tidak wajar, setengah dipaksakan dan kurang diterima, sehingga tidak jarang
kebakuan ini berhenti pada peraturan saja. Sementara standarisasi tersebar dan dilancarkan
membuat para pemakai beebas menggunakan bahasa menurut seleranya sendiri. Maslaah
standarisasi bahasa ialah masalah dalam memilih acuan yang paling wajar dan baik dalam
pemakaian bahasa, namun karena masalah kewajaran bahasa ditentukan berbagai faktor maka
sebelum menentukan acuan bahasa baku harus terlebih dahulu mengenal berbagai variasi
pemakaian bahasa yang sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya.

Terdapat berbagai teori dan tanggapan sebagai dasar untuk memilih penetap acuan
standaar, yaitu:

1. Dasar keresmian

menganggap bahwa bahasa yang diguanakan dalam forum atau komunikasi resmi
merupakan acuan standar, dan yang dimaksud dengan komunikasi resmi misalnya surat-
surat dinas, pengumuman resmi, berita dalam TV atau radio dan seagainya.

2. Dasar keilmiahan
menganggap manusia dipergunakan untuk menguraikan suatu ilmu dan buku-buku
adalah acuan standar. Termasuk laporan penelitian ilmiah dan wacana teknik dan yang
sejenis dengan itu.

3. Dasar kesastraan

mengganggap bahwa bahasa yang dugunakan dalam karya sastra merupakan acuan
yang standar. Yang termasuk disini adalah bahasa yang digunakan dalam roman, novel,
essay, kritik sastra cerpen dan terkhususnya yang ditulis oleh penulis-penulis terkenal.

4. Dasar kegramatikalan

mengganggap bahwa bahasa merupakan acuan standar jika mengikuti kaidah gramatika
dalam bahaha tersebut. Yang termasuk disini adalah ketertiban dalam bidang pengucapan
sistem bunyi dan oemakai bentuk bentuk kata

5. Dasar keteladanan

menganggap bahwa bahasa yang digunakan olrh orang terkemuka dan pemimpin yang
berpengaruh merupakan acuan standar.

6. Dasar keterpelajaran

dimaksudkan bahwa bahasa yang digunakan oleh orang terpelajar dianggap sebagai
acuan yang standar.

Karena dalam praktek dasar-dasar diatas tidak sama taraf kestandarannya maka jalan yang
lebih bagus adalah menggabungkan semua dasar tersebut dan dipilih berdasarkan ciri-cirinya
sendiri. Didalam Jurnal Perencanaan bahasa dikemukakan bahwa pembakuan atau
standardization adalah satu proses yang berlangsung secara bertahap; tidak sekali jadi.
Pembakuan adalah juga sikap (attitude) masyarakat terhadap satu ragam bahasa, dan dari
psikologi sosial kita mengetahui bahwa sikap masyarakat akan selalu berproses tidak sebentar.
Sedangkan didalam buku pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, pembakuan bahasa
indonesia harus ditingkatkan penyempurnaanya dalam sistem sandi dan kaidah bahasa maupun
penyebar luasannya. Dalam pembakuan ini juga terdapat beberapa kebijkan yaitu:

a. Melaksanakan penyempurnaan KBBI dan Tata bahasa buku indonesia


b. Melaksanakan penulisan tata bahasa
c. Membuat penyususnan kmus untuk pelajar, kamus istilah, kamus indonesia daerah dan
kamus sastra.
d. Mengusakan penulisan dan penerjemahan berbagai buku pedoman dan pengantar
bahasa kesastraan
e. Meningkatan penyebar luasan hasil pembakuan.

DAFTAR PUSTAKA

A.I, G. (2018). Perencanaan Bahasa Indonesia berbasis Triglosia.

A.S, K. (2015). Perencanaan Bahsa Indonesia dalam Era Globalisasi.

Ali, L. (1990). Pusat Pebinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta: Pusat Pebinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Chaer, A. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Chaer, A. (2013). Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Dhieni, N. (t.thn.). Hakikat perkembangan Bahasa anak.

Mujid, A. (2009). Hubungan Bahasa dan Kebudayaan.

Muslich, M. (2012). Bahasa Indonesia pada era Globalisasi : Kedudukan, Fungsi, Pembinaan, dan
Pengembangan. Jakarta: Remaja Rosdakanja.

Sudiana, I. (2007). Perencanaan Bahasa.

Suhender. (2017). Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai