logo-uin-suka-baru-warna
Disusun Oleh :
lfauzi (1238xxx)
JURUSAN MUAMALAT
2012
Kata Pengantar
Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji dan syukur seraya penyusun panjatkan ke hadirat Illahi
Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Pembentukan Kata.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang pembentukan kata, proses-proses
pembentukan kata, dan konstruksi morfologi.
Penyusun berterima kasih kepada Drs. Sri Nardiati selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia
yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.Seperti pepatah
mengatakan Tak ada gading yang tak retak. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu,
penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar
makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover. 1
Kata Pengantar.. 2
Daftar Isi. 3
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan. 9
DAFTAR PUSTAKA. 10
BAB I
PENDAHULUAN
Peristiwa pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah banyak dibicarakan
berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta pengertian-pengertian yang diwakilinya.
Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang ciri bentuk kata beserta tugasnya dalam
pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang ciri-ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak
lain daripada tanda bunyi bebas yang selalu terikat pada suatu sistem, diketahui oleh masyarakat
bahasa berdasarkan perjanjian. Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi.
PEMBAHASAN
Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah subsistem yang berupa
proses yang mengolah leksem atau huruf menjadi kata.[1]
Proses morfologi disebut cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu
dengan morfem yang lain. Morfem adalah fonem-fonem atau urutan fonem-fonem. Fonem yaitu
tiap bunyi.[2]
Yaitu proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Jenis-jenis afiks:
1. Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar. Contohnya: me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-, per-.
2. Infiks, yaitu afiks yang diletakkan didalam dasar kata. Contohnya: -el-, -er-, -em-, -in-,
3. Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang kata. Contohnya: -an, -kan, -i.
4. Simulfik, yaitu afik yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada dasar
kata dan mempunyai fungsi membentuk verba atau memverbalkan nomina, ajektifa atau kelas kata
lain. Contoh: kopi-ngopi, soto-nyoto, kebut-ngebut, sate-nyate.
5. Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur satu dimuka bentuk dasar kata dan satu dibelakang
bentuk dasar kata. Contoh: ke-an (keadaan), per-an (persahabatan).
6. Superfiks/suprafiks , yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks
yang berhubungan dengan morfem suprasegmental, afiks ini tidak ada dalam bahasa indonesia,
biasanya kata superfiks atau suprafiks dapat dijumpai dalam bahasa jawa. Contoh: suwe (lama)
menjadi suwi (lama sekali).
7. Interfiks, yaitu jenis infiks yang muncul diantara dua unsur dalam bahasa indonesia interfiks
terdapat pada kata-kata bentukan baru contohnya : -n- dan -o-, Pada gabungan indonesia dan logi
menjadi indonesianologi.
8. Transfiks, yaitu jenis infiks yang menyebabkan dasar kata menjadi terbagi bentuk ini terdapat
dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, seperti dalam bahasa arab contohnya : ktb dapat diberi transfiks
a-a, i-a, a-i, dsb. Menjadi katab (menulis), kitab (buku), kaatib (penulis).
9. Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar kata.
Contoh: memperkatakan, mempercayakan.
B. Reduplikasi
Ada tiga macam bentuk reduplikasi, yaitu:
1. Reduplikasi Fonologis
Yaitu bentuk kata yang tidak mengalami perubahan makna, karena pengulangannya bersifat
fonologis yang artinya bukan atau tidak ada pengulangan leksem. Contohnya: dada, pipi, paru-paru,
dan lain sebagainya.
Reduplikasi Morfemis
Yaitu bentuk kata yang mengalami perubahan makna gramatikal atas leksem yang diulang, sehingga
terjadilah satuan yang berstatus kata. Contohnya: beres menjadi kata beres-beres.
Reduplikasi Sintaktis
Yaitu proses yang tejadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus klausa (berada di luar
cakupan morfologi). Contoh: jauh-jauh, asam-asam.
Selain yang disebutkan diatas, reduplikasi juga dibagi menjadi beberapa bagian lagi, diantaranya:
1. Dwipurwa
Yaitu pengulangan suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Contohnya: tetangga, lelaki,
sesama.
Dwilingga
Trilingga
Yaitu merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem. Conthnya: cas-cis-cus,
dag-dig-dug, dar-der-dor.
C. Komposisi
Yaitu proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Deskripsi tersebut jelas
menempatkan majemuk sebagai satuan yang berbeda dari frase (gabungan kata, bukan gabungan
leksem).
Ketakterluasan yaitu komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau
dimodifikasikan perluasan bagi kompositum hanya mungkin untuk semua komponennya sekaligus.
Contoh: kereta api menjadi perkeretaapian.
Ketakterbalikkan yaitu komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan. Contoh: pulang pergi,
bumi hangus.
D. Abreviasi
Yaitu proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah
bentuk baru yang berstatus kata istilah lain ini untuk abreviasi ialah pemendekan, sedang hasil
prosesnya disebut kependekan. Contohnya : ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Jenis-jenis kependekan:
Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf baik
yang dieja huruf demi huruf . Contoh : KKN (Kuliah Kerja Nyata), DKI (Daerah Khusus Ibukota).
Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem. Contoh : Prof
(Profesor).
Akronim yaitu proses pemendekan yang mengabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang
ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik
indonesia. Contoh : FKIP /efkip/dan bukan/ef/, /ka/, /i/, /pe/
Kontrasi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem. Contoh :
tak dari kata tidak, takkan dari kata tidak akan.
Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang
menggabarkan konsep dasar kuantitas satuan atau unsur. Contoh : g (gram), cm ( senti meter).
E. Derivasi Balik
Yaitu proses pembentukan kata bahasawan membentuknya berdasarkan pola-pola yang ada tanpa
mengenal unsur-unsurnya. Akibatnya terjadi bentuk yang secara historis tidak diramalkan. Contoh:
kata mungkir dalam dipungkiri yang dipakai orang karaena mengira bentuk itu merupakan padanan
pasif dari memungkiri (padahal kata pungkir tidak ada, yang ada adalah kata mungkir). Terjadinya
pungkir menjadi mungkir didasarkan pada pola peluluhan fonem dalam pasang menjadi memasang
menjadi dipasang.
Kontruksi morfologi adalah bentukan daripada kata yang mungkin merupakan morfem tunggal atau
gabungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain.[4]
A. Derivasi dan Infleksi
Derivasi adalah konstruksi yang berbeda distribusinya daripada dasarnya, sedangkan infleksi
konstruksi yang menduduki distribusi yang sama dengan dasarnya.
Gunting
Makan
Lari
Di bawah ketiga konstruksi itu dituliskan dasar daripada konstruksi itu dan ternyata dasar itu masing-
masing tidak dapat menduduki distribusi yang sama dengan konstruksi itu. Hal ini terbukti karena
tidak didapat memperoleh kalimat-kalimat: Anak itu gunting kertas, makan itu sudah busuk dan
Nana ingin menjadi lari. Jadi ketiga konstruksi itu termasuk derivasi.
Baca
Dengar
3. Saya memasak ikan
Masak
Di bawah ketiga konstruksi itu dituliskan dasar daripada konstruksi itu dan ternyata dasar itu masing-
masing dapat menduduki distribusi yang sama dengan konstruksi itu. Hal ini terbukti karena tidak
didapat memperoleh kalimat-kalimat: Saya baca buku itu, engkau dengar suara itu, dan saya masak
ikan. Jadi ketiga konstruksi itu termasuk infleksi.
B. Pemajemukan
Adalah konstruksi yang terdiri atas dua morfem, atau dua kata atau lebih. Contoh:
II
Sabun mandi
Orang mandi
Rumah sakit
Anak sakit
Kaki tangan
Kaki meja
Pada deretan I tidak dapat disisipkan morfem lain, sedangkan pada deretan II dapat. Jika kita bisa
mengatakan orang yang mandi, anak yang sakit, kaki nya meja, tetapi tidaklah sabun yang mandi,
rumah yang sakit, atau kaki nya tangan. Konstruksi-konstruksi pada deretan I itu disebut majemuk,
yang pada deretan II disebut frasa.
C. Endosentrik dan Eksosentrik
Apabila konstruksi distribusinya sama dengan kedua (ketiga) atau salah satu unsur-unsurnya disebut
endosentrik. Apabila konstruksi itu berlainan distribusinya dari salah satu daripada unsur-unsurnya
disebut eksosentrik.
Contoh endosentrik:
Contoh eksosentrik:
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Pembentukan kata disebut juga morfologi. Sedangkan morfologi adalah subsistem yang berupa
proses yang mengolah leksem atau huruf menjadi kata.
Reduplikasi
Komposisi
Abreviasi
Derivasi Balik
Konstruksi morfologi:
Pemajemukan
DAFTAR PUSTAKA
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
[1] Slametmuljana. 1957. Kaidah Bahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan hal 199
[3] Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama hal 29-178
Iklan