Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROSES MORFOLOGI
BENTUK DASAR, PEMBENTUKAN KATA, HASIL PROSES
PEMBENTUKAN KATA, DAN MAKNA GRAMATIKAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Morfologi

Disusun oleh: Kelompok 9

Brigita Vina Pertiwi (181224087)

Mario Emilton Da Silva (181224082)

Agustina Debora Uliarta.S (181224107)

Maria Assumpta Inya Ndoda (181224103)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya kepada
kami sehingga makalah ini selesai dibuat. Kami juga terima kasih kepada semua pihak
yang ikut serta dalam proses pembuatan makalah tentang Proses Morfologi ini.
Terlebih khusus terima kasih kepada semua anggota kelompok yang dengan cara
masing-masing telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini. Terimakasih pula
kami ucapkan kepada Bapak Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku dosen pengampu mata
kuliah Morfologi.

Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat membantu semua pihak untuk
lebih memahami Peoses Morfologi tentang bentuk dasar, pembentukan kata, hasil
pembentukan kata, dan makna gramatikal. Namun, pada proses pembuatan makalah
ini, kami yakin ada begitu banyak kekurangan, baik dalam bentuk maupun isinya. Oleh
karena itu, kami sangat membutuhkan masukkan dari para pembaca untuk
mengembangkan isi dari makalah ini agar lebih baik kedepannya. Lebih daripada itu,
kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dari semua pihak.

Yogyakarta, 29 Agustus 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut kamus Lingiustik morfologi merupakan bidang linguistik yang


mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang
mencakup kata dan bagian-bagian kata yakni morfem. Secara etimologi kata morfologi
berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logi yang berarti ilmu mengenal
bentuk. Dapat dikatakan bahwa morfologi itu membicarakan bentuk-bentuk dan
penggunaan kata. Pembahasan mengenai pembentukan kata akan melibatkan
pembahasan unsur pembentukan kata yang disebut morfem, baik morfem dasar
maupun proses afiks melalui proses pembentukan kata. Proses pembentukan kata
misalnya afiks dalam proses afiksasi, duplikasi dalam proses reduplikasi,
penggabungan dalam proses pembentukan kata melalui komposisi. Jadi, produk dari
proses morfologis adalah terbentuknya kata dalam bentuk dan makna yang baru.

Dalam kehidupan sehari-hari kita perlu memperhatikan tata bahasa ketika


berkomunikasi, baik tertulis maupun lisan. Penggunaan tata bahasa menjadi hal yang
perlu diperhatikan sehingga informasi dan pesan dapat diterima oleh orang lain dengan
baik, efektif dan efisien. Penggunaan bahasa yang baik tentunya mendorong kita semua
untuk memperkaya perbendaharaan kata sehingga membantu kelancaran dalam
berbahasa. Oleh karena itu, pentingnya ilmu mofologi bahasa mempelajari tentang
bentuk kata. Dalam makalah ini kami akan mejelaskan mengenai proses morfologis,
yang meliputi bentuk dasar, pembentuk kata, hasil proses pembentukan kata dan makna
gramatikal.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan bentuk dasar?

2. Bagaimana proses pembentukan kata?

3. Apa hasil proses pembentukan kata?

4. Apa itu makna gramatikal?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui yang dimaksud bentuk dasar.

2. Untuk mengetahui proses pembentukan kata.

3. Untuk mengetahui hasil dari proses pembentukan.

4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan makna gramatikal.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proses Morfologis

Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah
bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam
proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam
proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi) (Chaer, 2008:25).
Proses morfologis menurut Samsuri (1985:190) adalah cara pembentukan kata-kata
dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Proses morfologik menurut Ramlan (2009:51) adalah proses pembentukan


kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya itu
berupa kata, seperti pada kata terjauh yang dibentuk dari kata jauh, kata menggeraji
yang dibentuk dari kata gergaji, rumah-rumah yang dibentuk dari kata rumah, kata
berjalan-jalan yang dibentuk dari kata berjalan.

Dari beberapa pengertian menurut ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa


proses morfologi adalah proses pembentukan kata dari bentuk dasar melalui proses
seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi yang nantinya akan menghasilkan suatu
kata baru yang memiliki makna gramatikal yang baru pula.

2.1.1 Bentuk Dasar

Bentuk dasar menurut kamus linguistik (2008:33) adalah bentuk dari sebuah
morfem yang dianggap paling umum dan paling tidak terbatas. Menurut Ramlan
(2009:49) bentuk dasar ialah satuan, baik tunggal maupun kompleks, yang menjadi
dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar. Kata berpakaian misalnya terbentuk dari
kata dasar pakaian dengan afiks ber-; selanjutnya kata pakaian terbentuk dari bentuk
dasar pakai dengan afiks -an. Kata berkesudahan terbentuk dari bentuk dasar
kesudahan dengan afiks ber-, dan selanjutnya kata kesudahan terbentuk dari bentuk
dasar sudah dengan afiks ke-an.

Dari yang telah disinggung di atas bahwa bentuk dasar ialah satuan baik tunggal
maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan satuan yang lebih besar (Ramlan
2009:49). Bentuk dasar yang berformem tunggal di sebut monomorfemik. Bentuk
dasar monomorfemis sangat banyak dan tidak terbatas, misalnya, tulis, baca,karang,
jauh, sudah, jatuh, dan lain-lain. Bentuk dasar yang kompleks disebut dengan
polimorfemis. Contohnya adalah bentuk dasar kata pelajar adalah belajar karena
makna gramatikal pelajar adalah ‘orang yang belajar’.

2.1.2 Pembentuk Kata

Komponen kedua dalam proses morfologi adalah alat pembentuk kata. Sejauh
ini alat pembentuk kata dalam proses morfologi ada lima yaitu:

a. Afiksasi

Proses afiksasi adalah peristiwa pembentukan kata dengan jalan


membubuhkan afiks pada bentuk dasar, sedangkan afiks adalah bentuk
kebahasaan terikat yang hanya mempunyai arti gramatikal, yang merupakan
unsur langsung suatu kata, tetapi bukan merupakan bentuk dasar, yang
memiliki kesanggupan untuk membentuk kata-kata baru (Muslich, 2010:41).
Hal yang sama Ramlan (1987:55) menjelaskan bahwa afiks adalah suatu satuan
gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata
dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan
lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.

Samsuri (1994:190) menjelaskan bahwa proses afiksasi itu adalah


penggabungan akar atau pokok dengan afiks. Misalnya pembubuhan afiks
meN- pada bentuk dasar baca menjadi membaca, pada bentuk dasar tulis
menjadi menulis, pada bentuk dasar karang menjadi mengarang, dan lain-lain.
Di samping dapat menempel pada bentuk dasar yang bermorfem tunggal atau
disebut monomorfemis, afiks juga dapat membubuhkan diri pada bentuk dasar
yang bermorfem lebih dari satu morfem atau polimorfemis. Misalnya,
pembubuhan afiks ber- pada bentuk dasar satu padu, sehingga menjadi bersatu
padu; pembubuhan afiks meN- pada bentuk dasar babi buta, sehingga menjadi
membabi buta.

Dalam bahasa Indonesia, dengan bantuan afiks kita akan mengetahui


kategori kata, diastasis aktif atau pasif, tetapi tidak diketahui bentuk tunggal
dan jamak dan waktu kini serta lampau. Afiks dalam bahasa Indonesia terdiri
dari prefiks (terletak pada awalan), infiks (sisipan), dan sufiks (akhiran),
maupun penggabungan (konfiks dan simulfiks).

1. Awalan (Prefiks)

Prefiks adalah proses afiiksasi dimana afiksnya terletak pada awal kata
bentuk dasar. Contoh prefiks:

 be(R)- + renang → berenang


 me(N)- + baca → membaca
 me(N)- + data → mendata
 me(N)- + sapu → menyapu
 pe(N)- + dorong → pendorong
 te(R)- + tinggi → tertinngi

2. Sisipan (Infiks)

Infiks atau sisipan adalah afiks yang diselipkan di tengah kata dasar
(Alwi, dkk, 2003:32). Pembubuhan infiks dalam pembentukan kata adalah
dengan menyisipkan infiks tersebut di antara konsonan dan vocal pada suku
pertama kata dasar. Contoh infiks:

 gigi + {-er} = gerigi


 tunjuk + {-el} = telunjuk
 guruh + {-em} = gemuruh

Adakalanya duah buah infiks yang tidak sama digunakan bersama-sama


pada sebuah kata dasar. Misalnya:

 getar + {-em} + {-el} = gemeletar


 getuk + {-em} +{-er} = gemeretuk

Pemakaian infiks (sisipan) dalam bahasa Indonesia hanya terbatas pada


kata-kata tertentu. Infiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah {-el}, {-
em}, dan {-er}.

3. Akhiran (Sufiks)

Sufiks adalah morfem terikat yang ditempatkan di bagian belakang kata


(Alwi, dkk. 2003:31). Sufiks atau akhiran adalah morfem terikat yang
diletakkan di belakang suatu bentuk dasar dalam membentuk kata (Putrayasa,
2008: 27). Comtoh sufiks:

 alamiah
 hadirat
 politikus
 organisasi

4. Gabungan (Konfiks)

Konfiks adalah gabungan afiks yang berupa prefiks (awalan) dan sufiks
(akhiran) yang merupakan satu afiks yang tidak terpisah-pisah. Artinya, afiks
gabungan itu muncul secara serempak pada morfem dasar dan bersama-sama
membentuk satu makna gramatikal pada kata bentukan itu (Keraf, 1984:115).
Contoh konfiks:

 {-ke} + nakal + {-an} → kenakalan


 {per-} + kota + {-an} → perkotaan
 {pe-} + ternak + {-an} → peternakan
 {pel-} + ajar + {-an} → pelajaran
 {pem-} + bina + {-an} → pembinaan
 {pem-} + pisah + {-an} → pemisahan
 {ber-} + jatuh + {-an} → berjatuhan

5. Simulfiks

Simulfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental


yang dileburkan pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks
dimanifesasikan dengan nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar.
Simulfiks hanya lazim terdapat pada ragam bahasa Indonesia nonstandar. Contoh
berikut terdapat dalam ragam nonstandar: kopi ⸺ ngopi, soto ⸺ nyoto, sate ⸺
nyate, kebut ⸺ ngebut (Kridalaksana, 1996:29).

b. Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik


secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi
(Chaer, 2007:182). Menurut Ramlan (2009:63), proses pengulangan atau
reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun
sebagiannya, baik denganvariasi fonem maupun tidak. Hasil dari pengulangan
itu adalah kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
Tujuan proses pengulangan adalah pembentukan kata, tetapi berbeda dengan
proses pembentukan kata melalui proses pembubuhan afiks. Samsuri (1994:14)
menyatakan bahwa reduplikasi merupakan pengulangan bentuk kata, yang utuh
atau sebagian. Gorys Keraf (1991:149) menyatakan bahwa reduplikasi
merupakan sebuah bentuk gramatikal yang berwujud penggandaan sebagian
atau seluruh bentuk dasar sebuah kata. Jadi, dari beberapa pengertian menurut
para ahli di atas, penulis menyimpulkan proses pengulangan merupakan
peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik
seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem atau tidak, baik
berkombinasi dengan afiks maupun tidak.

Menurut Ramlan (1967 dan Revisi 2009) pengulangan dapat


digolongkan menjadi empat golongan, yaitu sebagai berikut:

1) Pengulangan Seluruh
Pengulangan seluruh adalah pengulangan seluruh bentuk dasar tanpa
perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan
afiks. Contoh:
buku = buku-buku
kamar = kamar-kamar
rumah = rumah-rumah
desa = desa-desa
persatuan = persatuan-persatuan
kampus = kampus-kampus
2) Pengulangan Sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan dari sebagian bentuk
dasarnya. Bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya. Kebanyakan
bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks.
Berupa bentuk tunggal hanya kata lelaki yang terbentuk dari bentuk
dasar laki, kata tetamu dibentuk dari bentuk dasar tamu; kata beberapa
dibentuk dari kata dasar berapa. Apabila bentuk dasar berupa bentuk
kompleks, bentuknya sebagai berikut:
a) Bentuk meN-, misalnya
mengambil → mengambil-ambil
melambaikan → melambai-lambaikan
membaca → membaca-baca
b) Bentuk di-, misalnya
ditarik → ditarik-tarik
ditanami → ditanam-tanami
dikemas → dikemas-kemasi
c) Bentuk ber-, misalnya:
berjalan → berjalan-jalan
bermain → bermain-main
bersiap → bersiap-siap
d) Bentuk ter-, misalnya:
terbatuk → terbatuk-batuk
tersenyum → tersenyum-senyum
terbalik → terbalik-balik
e) Bentuk ber-an, misalnya:
berlarian → berlari-lariaan
berjauh → berjauh-jauhan
f) Bentuk -an, misalnya:
minuman → minum-minuman
makanan → makan-makanan
g) Bentuk ke-, misalnya:
kedua → kedua-dua
ketiga → ketiga-tiga
keempat → keempat-empat
3) Pengulangan yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan Afiks
Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya
pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan dan
bersama-sama mendukung satu fungsi. Contoh:
hitam → kehitam-hitaman
luas → seluas-luasnya
tinggi → setinggi-tingginya
4) Pengulangan dengan Perubahan Fonem
Pengulangan dengan perubahan fonem adalah pengulangan bentuk
dasar dengan disertai perubahan fonem. Kata ulang yang
pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit.
Contoh:
gerak → gerak-gerik
bolak → bolak-balik
serba → serba-serbi
lauk → lauk-pauk
c. Komposisi

Menurut Muslich (2010:57). Proses pemajemukan atau komposisi


adalah peristiwa bergabungnya dua morfwm dasar atau lebih secara padu dan
menimbulkan arti yang relative baru. Hasil proses ini disebut bentuk majemuk.
Bentuk majemuk yang lazim digunakan adalah kata majemuk. Kata majemuk
adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan arti
(Keraf, 1980:123). Misalnya, kamar tidur, kamar tunggu, kepala batu, buku
tulis, mata air, sapu tangan, dan sebagainya. Bentuk-bentuk majemuk itu
masing-masing terdiri atas perpaduan bentuk dasar kamar dan tidur, kamar dan
tunggu; kepala dan batu; buku dan tulis; mata dan air; dan sapu dan tangan.

Menurut Keraf (1980:125), ciri-ciri kata majemuk sebagai berikut:


pertama, gabungan itu membentuk suatu arti baru. Kedua, gabungan itu dalam
hubungannya ke luar membentuk satu pusat, yang menarik keterangan atas
kesatuan itu, bukan atas bagian-bagiannya. Ketiga, biasanya terdiri dari kata-
kata dasar. Keempat, frekuensi pemakaiannya tinggi. Kelima, terutama kata-
kata majemuk yang bersifat endosentris, terbentuk melalui hokum DM
(Diterangkan mendahului Menerangkan).
Dilihat dari hubungan unsur-unsur yang mendukungnya, bentuk
majemuk dibagi atas tiga jenis yaitu:

1. Bentuk majemuk yang unsur pertama diterangkan (D) oleh unsur


kedua (M);

2. Bentuk majemuk yang unsur pertama menenrangkan (M) undur


kedua (D);

3. Bentuk majemuk yang unsur-unsurnya tidak saling menerangkan,


tetapi hanya merupakan rangkaian yang sejajar (kopulatif).

Pertama, bentuk majemuk yang unsur pertama diterangkan (D) oleh


unsur kedua (M), dapat dibedakan dua jenis, yaitu karmadharaya dan
tatpurusa. Bentuk majemuk dikatakan karmadharaya, apabila unsur yang
kedua (sebagai M) berkelas kata sifat, dan kata majemuk dikatakan tatpurasa,
apabila unsur yang kedua (sebagai M) berkelas kata selain kata sifat.
Contoh kata majemuk karmadharaya, yaitu:

orang + kecil → orang kecil = rakyat jelata

hari + besar → hari besar = hari yang diperingati secara nasional

meja + hujau → meja hijau = pengadilan

Contoh kata majemuk tatpurasa, yaitu:

meja + tulis → meja tulis

ruang + tamu → ruang tamu

Kedua, bentuk majemuk yang unsur pertama menerangakan (M) unsur


kedua (D) disebut dwandwa. Dilihat dari hubungan makna antarunsurnya, ada
yang setara, berlawanan, dan ada yang bersinonim. Contohnya:

hubungan setara: kaki tangan, daya juang, tanggung jawab


hubungan berlawanan: jual beli, simpan pinjam, ibu bapak;

hubungan bersinonim: hancur lebur, sanak saudara

Berdasarkan jumlah unsurnya, kata majemuk dapat dikelompokkan ke


dalam dua jenis. Pertama, kata majemuk berunsur dua bentuk. Misalnya, orang
tua, anak buah, lembaran hitam, rumah monyet, dan sebagainya. Kedua, kata
majemuk berunsur lebih dari dua buah, misalnya, senjata makan tuan, apa
boleh buat, dan sebagainya. Kata majemuk ini lazim disebut idiom.

d. Akronomisasi

Akronomisasi adalah proses pemendekan yang menggabungkan huruf


atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata.
Contoh:

 LIPI → Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


 LAN → Lembaga Administrasi Negara
 Bulog → Badan Urusan Logistik
 Kalteng → Kalimantan Tengah
 iptek → ilmu pengetahuan dan teknologi
 pemilu → pemilihan umum
 Jagorawi → Jakarta Bogor Ciawi

e. Konversi

Alat kelima dalam pembentukan kata adalah pengubahan status dalam


proses yang disebut konversi. Misalnya, bentuk gunting yang berstatus nomina
dalam kalimat “gunting ini terbuat dari baja”, dapat di ubah statusnya menjadi
bentuk gunting yang berstatus verba, seperti dalam kalimat “gunting dulu baik-
baik, nanti baru dilem”.
2.1.3 Hasil Proses Pembentukan

Proses morfologi atau proses pembentukan kata mempunyai dua hasil yaitu
bentuk dan makna gramatikal. Bentuk dan makna gramatikal merupakan dua hal yang
berkaitan erat; bentuk merupakan wujud fisiknya dan makna gramatikal merupakan isi
dari wujud fisik atau bentuk itu.

Wujud fisik dari hasil proses afiksasi adalah kata berafiks, disebut juga kata
berimbuhan, kata turunan, atau kata terbitan.

NO PROSES PEMBENTUKAN HASIL PEMBENTUKAN


1. be(R)- + renang berenang
me(N)- + baca membaca
me(N) -+ jadi prefiks menjadi
pe(R)- + kerja pekerja
2. gigi + {-er} gerigi
tunjuk + {-el} infiks telunjuk
guruh + {-em} gemuruh
3. alam + {-iah} alamiah
hadir + {-at} sufiks hadirat
organ + {-isasi} organisasi
4. {ke-} + lurah + {-an} kelurahan
{per-} + tani + {-an} konfiks pertanian
pe(N) + cari + {-an} pencarian

Wujud fisik dari proses reduplikasi adalah kata ulang, atau disebut juga bentuk ulang.

Bentuk dasar Hasil Resuplikasi


Rumah rumah-rumah
buku buku-buku
desa desa-desa
Tamu tetamu
laki lelaki
bermain bermain-main
bersiap bersiap-siap
mengambi mengambil-ambil
gerak gerak-gerik
bolak bolak-balik
serba serba-serbi

Wujud fisik dari hasil proses komposisi adalah kata gabung, disebut juga gabungan
kata, kelompok kata, atau kata majemuk.

NO PROSES PEMBENTUKAN HASIL PEMBENTUKAN


1. ruang + tamu ruang tamu
merah + jambu merah jambu
kamar + tidur kamar tidur
2. hari + besar hari besar
meja + hijau meja hijau
kambing + hitam kambing hitam
3. jual + beli jual beli
simpan + pinjam simpan pinjam
ibu + bapak ibu bapak

2.1.4 Makna Gramatikal

Pengertian makna gramatikal menurut kamus Linguistik (Harimurti


Kridalaksana, 2008:148) adalah hubungan antara unsur-unsur bahasa dalam satuan-
satuan yang lebih besar, misalnya hubungan antara kata dengan kata lain dalam frase
atau klausa. Dalam buku Abdul Chaer (2008:29) dikatakan bahwa makna gramatikal
baru “mundul” dalam suatu proses gramatika, baik proses morfologi maupun proses
sintaksis. Umpamanya, dalam proses prefiksasi ber- pada bentuk dasar dasi muncul
makna gramatikal ‘memakai (dasi)’. Dalam proses komposisi misalnya bentuk dasr
sate dan bentuk dasar ayam menjadi bentuk sate ayam muncul makna gramatikal ‘sate
yang bahannya daging (ayam)’.

Makna gramatikal mempunyai hubungan erat dengan komponen makna


yang dimiliki oleh bentuk dasar yang terlibat dalam proses pembentukan kata.
Contohnya “ sate ayam “ memiliki makna gramatikal sate yang bahannya dari daging
ayam karena bentuk dasar ayam memiliki komponen makna [+bahan]. Sehingga,
menurut kelompok kami makna gramatikal merupakan lahirnya makna yang baru
karena terjadinya proses pengimbuhan, pengulangan dan pemajemukan ( afiksasi,
reduplikasi dan komposisi ). Setiap makna gramatikal dari suatu proses morfologi akan
menampakkan makna atau bentuk dasarnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah kami bahas di Bab II, kami mengambil kesimpulan
bahwa proses morfologi adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar
melalui proses afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan akronomisasi. Bentuk dasar adalah
bentuk yang kepadanya dilakukan proses morfologi itu. Bentuk dasar dalam
pembentukan kata mengalami proses morfologi yaitu: afiksasi, reduplikasi, dan
komposisi. Hasil dari proses pembentukan bentuk dasar melalui proses morfologi
adalah sebuah kata baru. Hasil dari bentuk dasar yang mengalami proses afiksasi adalah
kata berafiks yang disebut juga kata berimbuhan. Hasil dari proses reduplikasi adalah
kata ulang, dan hasil dari proses komposisi adalah kata gabung. Kata-kata baru yang
merupakan hasil dari pembentukan kata memiliki makna gramatikal. Makna
gramatikal adalah makna baru yang muncul karena proses morfologi yang
menghasilkan kata baru dengan makna yang berbeda dari bentuk dasarnya.

3.2 Saran

Kelompok kami menyarankan kepada pembaca agar membaca dengan teliti


makalah yang telah kami buat sehingga pembaca dapat mengetahui dengan jelas
mengenai proses morfologi terlebih khusus terkait bentuk dasar, pembentukan kata,
hasil pembentukan kata, dan makna gramtikal. Saran kami bagi para penulis
selanjutnya, makalah ini dapat dijadikan referensi untuk bahan pembuatan makalah
selanjutnya. Dan juga kami berharap penulis makalah selanjutnya dapat terbantu
dengan adanya makalah yang dibuat oleh kelompok kami. Serta semoga penulis
selanjutnya dapat lebih menyempurnakan kekurangan yang ada dalam makalah yang
kami tulis ini.
DAFTAR RUJUKAN

Chaer, Abdul.2008.Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses).Jakarta: Rineka


Cipta

Pohan, Jusrin Efendi.2019.Morfologi Bahasa Indonesia.Yogyakarta: Deepublish

Kridalaksana, Harimurti.2008.Kamus Linguistik.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai