Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMBENTUKAN KOSAKATA

DOSEN PENGAMPU
Venus Khasanah, S.S., M.Pd.

DISUSUN OLEH
Nimas Anggraini Kencanasari (1210618043)

Della Febriani (1210618065)

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

2020/2021
A. Konsep Morf, Alomorf, Morfem, dan Kata
Sebuah kata dapat terdiri atas sebuah morfem, tetapi dapat pula terdiri atas lebih dari satu morfem.
Sebaliknya sebuah morfem dapat menjadi sebuah kata tetapi dapat pula bukan merupakan sebuah kata.
Hal ini sangat bergantung pada jenis morfemnya. Morfem merupakan satuan gramatik yang paling kecil,
yang tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya. Sedangkan kata merupakan satuan gramatik bebas
terkecil yang bermakna.

morf dapat diartikan sebagai wujud nyata atau realisasi dari suatu morfem. Bentuk ber- dan bel masing-
masing merupakan sebuah morf yang merupakan alomorf (variasi morf) dari sebuah morfem yaitu
morfem ber. Pada kata bekerja dan beternak, kita menemukan alomorf lain dari morfem ber-, yaitu
morf be-.

B. Jenis Kata
Penjenisan kata dapat dilihat dari berbagai aspek dan sudut pandang. Berdasarkan strukturnya
kita dapat membedakan kata asal dan kata jadian, sedangkan berdasarkan kategorisasinya kata dapat
dibedakan menjadi nomina, verba, ajektiva, dan lain sebagainya. Masing-masing jenis akan dipaparkan
sebagai berikut.

1. Kata Asal dan Kata Jadian/Turunan

Kata asal adalah kata yang menjadi asal dari suatu bentukan atau kata yang belum mengalami
proses morfologis (proses pembentukan kata). Sedangkan kata Jadian/turunan adalah kata yang telah
mengalami proses morfologis, baik melalui afiksasi (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks), reduplikasi,
maupun komposisi.

Contoh:

- kata asal: rumah

- kata jadian: perumahan, dirumahkan, rumah-rumah, rumah tangga, rumah sakit

Pada contoh di atas, kata asal rumah dapat berubah menjadi kata jadian,

kata asal: kata perumahan dan dirumahkan melalui proses afiksasi; berubah menjadi rumah-rumah
melalui proses reduplikasi; dan berubah menjadi rumah tangga dan rumah sakit melalui proses
komposisi.

Contoh lain misalnya dari kata asal: kata dapat berubah menjadi kata jadian: berkata, mengatakan, kata-
kata, mengata-ngatai, mengata-ngatakan, kata hati. Melalui proses apakah perubahannya? Silakan
didiskusikan dengan teman Saudara!
2. Kategori Kata Bahasa Indonesia

Kategori kata merupakan masalah yang cukup rumit. Pandangan satu ahli dengan ahli lain sangat
berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut. Kategori kata di bawah ini dipilih
berdasarkan penguasaan kata untuk anak usia Sekolah Dasar. Kata-kata tersebut yaitu:

a. Kata benda (nomina): ibu, rumah, mainan, kecantikan, Surabaya

b. Kata kerja (verba): lari, tidur, kehujanan, meletus

c. Kata sifat (adjektiva): pandai, cantik, tinggi

d. Kata bilangan (numeralia): satu, kedua, beberapa, banyak

e. Kata ganti (pronomina): aku (ku), engkau (kau), kamu, dia, mereka, ini, itu

f. Kata depan (preposisi): di, ke, dari, pada

g. Kata sambung (konjungsi): dan, atau, tetapi, ketika, yang

C. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia


Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk melalui proses morfologis dan di luar proses morfologis. Proses
morfologis yaitu proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya.
Dengan kata lain proses morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem yang satu dengan morfem
yang lain menjadi kata. Ciri suatu kata yang mengalami proses morfologis yaitu mengalami perubahan
bentuk, mengalami perubahan arti, mengalami perubahan kategori/jenis kata. Untuk dapat digunakan
dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan
aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui proses afiksasi,
proses reduplikasi, maupun proses komposisi.

Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu:

Inflektif yaitu Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa afiks, yang mungkin
berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga berupa modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di
dalam bentuk dasar itu.Derivatif, Pembentukan kata secara infektif, tidak membentuk kata baru, atau
kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan
pembentukan kata secara derivatif atau derivasional. Pembentukan kata secara derivatif membentuk
kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata.

Berikut ini beberapa proses pembentukan kata, yaitu :

1. Proses Morfologis
a. Gramatikalisasi

Proses gramatikalisasi adalah proses perubahan tataran dari morfem ke kata, yang dalam tataran
sintaksis merupakan perubahan tataran pertama. Tidak semua morfem dengan sendirinya dapat
langsung berubah menjadi kata. Seperti morfem ber-, ter-, ke-, dan sejenisnya yang tergolong morfem
terikat tidak dapat langsung menjadi kata. Seperti halnya juang tidak dapat langsung menjadi kata
karena juang termasuk morfem terikat. Sedangkan rumah dapat langsung menjadi kata karena dapat
berdiri sendiri dan bermakna.

b. Afiksasi

Afiksasi merupakan proses penambahan morfem afiks pada bentuk dasar. Afiks tersebut dapat
berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks dan simulfiks (imbuhan gabung). Contoh
masing-masing adalah sebagai berikut.

a. Prefiks (awalan)

afiks yang mengawali bentuk dasar (Haspelmath 2002: 19). Prefiks dilekatkan sebelum bentuk dasar
(Katamba 1993: 44). Walaupun agak jarang dipakai dibandingkan dengan sufiks, prefiks juga berfungsi
sama dengan sufiks (Bauer 1988: 21).

Contoh : ber-, pe-, peN-; berlari, pelari, pembunuh

b. Infiks (sisipan)

afiks yang muncul di antara deretan konsonan dan vokal dari bentuk dasar (Robins, 1992: 245). Infiks
dimasukkan ke dalam bentuk dasar (Katamba 1993: 44). Infiks menghasilkan bentuk dasar yang terputus
(discontinuous base) (Bauer 1988: 23). : er, el, em; gerigi, gelegar, gemetar

c. Sufiks (akhiran)

Menurut Haspelmath (2002: 19) sufiks adalah afiks yang mengikuti bentuk dasar. Sufiks dilekatkan
setelah bentuk dasar (Katamba 1993: 44). Sufiks digunakan untuk segala tujuan dalam morfologi (Bauer
1988: 19) Contoh : -kan, -i, -isasi, -wan, -man; bacakan, lempari, reboisasi, hartawan, budiman

d. Konfiks (sirkumfiks / simulfiks)

afiks yang tempatnya terpisah. Afiks disebut sirkumfiks jika merupakan satu morfem yang terputus.
Sirkumfiks adalah prefiks dan sufiks yang mengapit bentuk dasar, disebut juga morfem terputus
(discontinuous morph) (Bauer 1988: 22). Sirkumfiks dilekatkan pada awal dan akhir bentuk dasar
(Fromkin et al. 2003: 80). Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya ada empat konfiks yaitu : ke-an, per-
an; kemanusiaan, perlakuan, perbuatan - memper-kan, diper-kan; mempertanggungjawabkan,
diperlakukan

e. Kombinasi Afiks
Pembentukan kata berupa pemberian afiks. Secara kombinasi dari dua afiks atau lebih yang
dihubungkan dengan sebuah bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya dikenal beberapa
kombinasi afiks: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya.

Proses afiksasi ini biasanya akan menyebabkan terjadi perubahan fonem pada suatu kata. Untuk
itu perlu kita cermati bersama kaidah morfofonemis yang merupakan kaidah yang mengatur perubahan
bunyi akibat proses morfologis. Kaidah tersebut adalah sebagai berikut.

Kaidah Perubahan Fonem

1) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /m/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p/,/ b/, dan /f/.

Misalnya:

- meN- + pikir à memikir

- meN- + bakar à membakar

- meN- + fitnah à memfitnah

- peN- + potong à pemotong

- peN- + bual à pembual

- peN- + fitnah à pemfitnah

2) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinya berawal dengan fonem /t/, /d/, dan /s/ yang berasal dari bahasa asing dan masih
terasa keasingannya.

Contoh:

- meN- + tolak à menolak

- meN- + daki à mendaki

- meN- + suplai à mensuplai

- peN- + tanam à penanam

- peN- + daki à pendaki

- peN- + survai à pensurvai

3) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar
yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/, /s/, /c/, dan /j/.
Misalnya:

- meN- + sabit à menyabit

- men- i + syukur à mensyukuri

- meN- + cetak à mencetak

- meN- + jual à menjual

- peN- + sulap à penyulap

- peN- + ceramah à penceramah

- peN- + jajah à penjajah

4) Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/ apabila bentuk
dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k/, /g/, kh/, /h/, dan /vokal/.

Misalnya:

- meN- + kutip à mengutip

- meN- + goreng à menggoreng

- meN- + khitan à mengkhitan

- meN- + hias à menghias

- meN- + angkat à mengangkat

- meN- + ikat à mengikat

- meN- + ukur à mengukur

- meN- + ejek à mengejek

- meN + operasi à mengoperasi

5) Fonem /r/ pada morfem asiks ber- dan per- akan berubah menjadi /l/ apabila bentuk dasar yang
mengikutinya berupa morfem ajar.

Misalnya:

- ber- + ajar à belajar

- per- + ajar à pelajar

6) Fonem /?/ (hamzah) yang menduduki posisi akhir pada bentuk dasar akan berubah menjadi /k/
apabila diikuti atau bergabung dengan morfem afiks peN-an, ke-an, per-an, dan -an.
Misalnya:

- peN-an + kutuk à pengutukan

- peN-an + tolak à penolakan

- ke-an + duduk à kedudukan

- ke-an + elok à keelokan

- per-an + budak à perbudakan

- per-an + minyak à perminyakan

- an + kutuk à kutukan

- an + petik à petikan

Kaidah Penambahan Fonem

1) Apabila morfem afiks {meN-} dan {peN-} diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu akan terjadi
penambahan fonem /e/ sehingga {meN-} menjadi {menge-} dan {peN-} menjadi {penge-}.

Misalnya:

- meN- + las à mengelas

- meN- + cat à mengecat

- peN- + las à pengelas

- peN- + cat à pengecat

2) Apabila morfem afiks {peN-an}, {ke-an}, {per-an}, dan {-an} bertemu dengan bentuk dasar : (1)
berakhir dengan vokal /a/ akan terjadi penambahan fonem /?/, (2) berakhir dengan vokal /u/, /o/,
dan /au/ akan terjadi penambahan /w/, dan (3) berakhir dengan vokal /i/ dan /ay/ akan terjadi
penambahan fonem /y/.

Contoh:

- peN-an + nama à penamaan /penama?an/

- ke-an + sengaja à kesengajaan

- per-an + coba à percobaan

- paksa + -an à paksaan

- peN-an + buku à pembukuan /pembukuwan/


- ke-an + satu à kesatuan

- per-an + sekutu à persekutuan

- satu + -an à satuan

- peN-an + veto à pemvetoan /pemvetowan/

- per-an + toko à pertokoan

- peN-an + bau à pembauan

- ke-an + pulau à kepulauan

- jangkau + -an à jangkauan

- peN-an + daki à pendakian /pendakiyan/

- ke-an + lestari à kelestarian

- per-an + judi à perjudian

- cuci + -an à cucian

Kaidah Penghilangan Fonem

1) Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} akan mengalami penghilangan apabila bertemu dengan
bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w/ dan /nasal/

Contoh:

- meN- + larang à melarang

- meN- + ramal à meramal

- meN- + nyanyi à menyanyi

- meN- + nikah à menikah

- peN- + lamar à pelamar

- peN- + ramal à peramal

- peN- + waris à pewaris

- peN- + nyanyi à penyanyi


- PeN- + malu à pemalu

2) Fonem /r/ pada { ber-} dan {ter-},akan mengalami penghilangan apabila bertemu dengan
bentuk yang berawal dengan /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya mengandung /er/.

Contoh:

- ber + ragam à beragam

- ter- + rebut à terebut

- ber- + ternak à beternak

3) Fonem / k, p, t, s/ pada awal bentuk dasar yang bertemu dengan {meN-} dan {peN-} akan
mengalami penghilangan fonem kecuali untuk bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing dan masih
terasa keasingannya. Misalnya:

- meN- + kapur à mengapur

- meN- + pikir à memikir

- meN- + tolak à menolak

- meN- + siram à menyiram

- peN- + kejar à pengejar

- peN- + pikir à pemikir

- peN- + tulis à penulis

- peN- + sadap à penyadap

b.Reduplikasi

Reduplikasi adalah pembentukan kata yang mengulang sebagian atau seluruh bentuk akar di dalam
kata yang sama (Robins 1992: 248). Pengulangan ini biasanya juga disertai dengan sedikit pengubahan
fonologis, contohnya: super-duper. Dalam bahasa Inggris, reduplikasi sering digunakan dalam bahasa
kanak-kanak (e.g. boo-boo, putt-putt, choo-choo) atau untuk kata-kata lelucon (e.g. goody-goody, rah-
rah, pooh-pooh) (Brinton 2000: 91). Dalam bahasa Indonesia ada dua bentuk reduplikasi:
perulangan sempurna, contohnya: mobil-mobil, rumah-rumah, anak-anak

perulangan dengan pengubahan, contohnya: sayur-mayur, bersenang-senang, perumahan-perumahan,


lauk-pauk

Reduplikasi juga merupakan salah satu cara dari pembuatan komposisi jenis khusus. Biasanya
reduplikasi juga ditentukan oleh unsur fonologis, sehingga aturan reduplikasi menyatakan seberapa
besar bentuk dasar diulang pada bagian konsonan, vokal, suku kata, dan juga bentuk katanya (Bauer
1988: 25))

c. Komposisi

Menurut Trask, (1999: 344) komposisi adalah penggabungan dua kata, atau lebih, untuk membentuk
leksem baru. Haspelmath (2002: 85) menambahkan bahwa komposisi merupakan sebuah leksem
kompleks yang dipahami terdiri atas dua leksem dasar atau lebih. Makna yang timbul akibat
penggabungan tersebut ada yang dapat ditelurusuri dari unsur yang membentuknya, ada yang maknya
tidak berkaitan dengan unsur pembentuknya, dan ada yang mempunyai makna unik. Contoh masing-
masing tipe dapat dilihat pada contoh berikut.

- rumah makan

- pisang goreng

- matahari

- kumis kucing

- tua renta

- muda belia

2. Pembentukan di luar Proses Morfologis

Pembentukan kata di luar proses morfologis dibentuk melalui beberapa cara, yaitu akronim, abreviasi,
abreviakronim, kontraksi, dan kliping.

a. Akronim; pemendekan dengan mengambil satu suku atau lebih kata-kata asalnya. Misalnya:

- krismon (krisis moneter)

- sembako (sembilan bahan pokok)

- kultum (kuliah tujuh menit)


- sisdiknas (sistem pendidikan nasional)

- sekwilda (sekretaris wilayah daerah)

b. Abreviasi; pemendekan dengan mengambil huruf pertama setiap kata asalnya.

- ABG (Anak Baru Gede; atas Bawah Gede)

- PGTK (Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak)

- PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)

- BLK (Balai Latihan Kerja)

c. Abreviakronim; gabungan dari abreviasi dan akronim.

- AKABRI

- PEMILU

d. Kontraksi; pemendekan dengan pengerutan bentuk.

- tidak – tak

- saya pergi – sapi (dalam kebiasan bahasa masyarakat Nusa Tenggara).

e. Kliping; pemendekan dengan mengambil sebagian untuk mewakili seluruh.

- influensa – flu

- dokter –dok

- profesor – prof

D. Kesimpulan
Morf merupakan wujud nyata suatu morfem. Morfem merupakan satuan terkecil yang tidak bisa
dibagi lagi ke dalam unsur yang lebih kecil lagi, sedangkan kata adalah satuan gramatik terkecil yang
telah memiliki makna.

Kata dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu.


Kata dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk melalui proses morfologis yang meliputi afiksasi,
reduplikasi, dan komposisi. Perubahan bunyi akibat proses morfologis diatur dalam kaidah
morfofonemis. Selain itu, kata juga dapat dibentuk melalui proses non proses morfologis, yaitu akronim,
abreviasi, abreviakronim, kontraksi, kliping.

Anda mungkin juga menyukai