Anda di halaman 1dari 7

NILAI TOLERANSI DI MATA ANAK PADA KARTUN ANAK INDONESIA

DIVA THE SERIES

Nurul Azizah
1210617059

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menemukan nilai toleransi pada kartun anak Indonesia Diva The
Series. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, peneliti menggunakan analisis kajian semiotika model
Ferdinand de Saussure. Objek yan digunakan dalam penelitian ini adalah kartun Diva The Series episode
85 dengan judul Patroli Sahur. Metode penelitian yang diguanakan adalah deskriptif kualitatif. Adapun
hasil dari penelitian ini adalah toleransi dimata anak bersifat sederhana selama hal tersebut
menyenangkan, anak butuh pengertian untuk menghindari sikap tidak toleran, dan yang paling
dipentingkan oleh anak adal kebersamaan, bukan perbedaan.
Kata Kunci: nilai toleransi, semiotika, Ferdinand de saussure, Diva The Series

PENDAHULUAN
Nilai toleransi adalah nilai dasar yang harus diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Belakangan ini, Indonesia seringkali dilanda konflik intoleransi antar
umat beragama maupun antar suku. Permasalahan ini tentunya tidak boleh terjadi
dimasa mendatang. Dalam usaha untuk mengedukasi masyarakat, sudah banyak bentuk
usaha yang diterapkan, seperti memasukkan materi toleransi kedalam pelajaran,
toleransi dalam film, dan untuk mencapai target yang lebih dini banyak juga yang
memasukkan materi toleransi dalam kartun.
Salah satunya adalah serial kartun Diva. Serial kartun Diva adalah bentuk kecil
toleransi yang akan dengan mudah dipahami anak, tokoh-tokoh dalam serial kartun
tersebut adalah anak-anak yang berbeda latar belakang suku dan agamanya. Salah satu
episode yang akan diteliti adalah Diva episode 85 dengan judul Patroli Sahur.
Penulis ingin mengetahui bagaimana nilai toleransi di mata anak. Untuk
mewujudkan hal tersebut penulis akan menggunakan analisis semiotika model
Ferdinand de Saussure yang akan menganalisis tanda melaui tiga tahapan, yaitu
penanda, petanda, dan signifikasi.

1
KAJIAN TEORI
Sastra Anak
Menurut Davis (Sarumpaet, 2010: 2) secara teoritis sastra anak dapat diartikan
sebagai sastra yang dibaca oleh anak-anak dengan bimbingan dan arahan dari orang
dewasa dan cerita ditulis oleh orang dewasa. Satra anak sendiri terdapat dalam berbagai
macam ragam, seperti fabel, cerita rakyat, mitos, legenda, fiksi, non fiksi, dan bahkan
juga drama dan film.
Sastra anak dalam penyajiannya harus memperhatikan dengan betul aspek
psikologis anak. Karena sastra anak akan menjadi teman bagi anak-anak seiring
pertumbuhannya.
Semiotika
Semiotika atau tidak jarang disebut Semiologi adalah ilmu yang secara sistematik
mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang. Semiotika sendiri berasal dari bahasa Y
unani ‘Semeion’ yang berarti tanda, sistem-sistem lambang dan proses-proses perlamba
ngan. Sobur (Rahman, 2016:2597) mengatakan bahwa semiotik adalah gabungan dari
sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi yang memungkinkan suatu tanda memiliki
arti.
Menurut Mudjiono (2011: 129) semiotika merupakan studi analisis menganai tanda
dalam konteks skenario, gambar, teks, dan adegan film untuk menjadi sesuatu yang
dapat dipahami.
Semiotika Model Saussure
Ferdinand de Saussure kerap kali dihubungkan dengan pemikiran semiologi, dan
semiotik kerap kali dikaitkan kepada Charles Sanders Pierce. Sebenarnya tidak ada
perbedaan signifikan diantara keduanya, karena dua hal ini sama-sama mengkaji
mengenai tanda.
Menurut pemikirannya, Saussure (Mudjiono, 2011: 129) mengatakan bahwa
semiologi adalah hal yang mengkaji tentang tanda ditengah kehidupan masyarakat, dan
menjadi bagian dari psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menujukkan proses
terbentuknya tanda-tanda serta kaidah-kaidah uang mengaturnya.
Menurut Saussure tanda itu terdiri dari penanda (signifier), dan petanda (signified).
Penanda sendiri adalah gambaran nyata dari tanda, sedangnkan petanda adalah makna

2
dari penanda (Arsadi, 2018: 28). Selain itu juga Saussure mengemukakan teori
signifikasi dalam upaya menggali makna sebuah tanda. Signifikasi adalah proses
pemakanaan sebuah tanda melalui hubungan penanda dan petandaa yang nantinya akan
menghasilkan makna (Arsadi, 2018: 28).

METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti meggunakan analisis kajian semiotik model Ferdinand de
Saussure dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan objek kartun
anak Diva The Series episode 85 yang berjudul Patroli Sahur. Dalam video yang
berdurasi 4 menit 30 detik tersebut, secara keseluruhan terdapat 3 scene unit analisis.
Dari jumlah 3 scene tersebut peneliti menentukan scene yang terdapat bentuk toleransi
dalam konteks adegan visual dan dialog untuk dianalisis.

PEMBAHASAN
Diva episode 85: Patroli Sahur
Scene 1
Penanda (signifier)
Visual Dialog
Putu: “Aku ingin patroli sahur bareng
kalian”

Gambar. 1
Febi: “Bolehkah beta ikut?”
Mona: “yo mesti boleh kok feb asal kamu
gak ngantuk”

gambar. 2
Tomi: “Tapi kalian gak bisa ikutan, kan
kalian gak ikut puasa.”

3
Gambar. 3
Putu: “Aku emang gaknpauasa tom, tapi
aku ingin ikut patroli sahur, ingn seru-
seruan bareng kalian”

Gambar. 4
Petanda (Signified)
Putut dan Febi ingin ikut serta dalam patroli sahur meskipun bukan seorang muslim,
namun Tomi melarang mereka.
Signifikansi
Sikap yang ditunjukkan oleh Putu dan Febi menunjukkan sikap saling membantu,
meskipun mereka tidak menjalaninya. Sikap Diva dan Mona menunjukkan
keterbukaan dan penerimaan, sedangkan Tomi melakukan penolakkan.

Melalui penanda dan petanda dalan adegan tersebut, peneliti menemukan sikap
toleransi yang dilakukan oleh Putu dan Febi. Mereka berdua rela bangun dipagi buta
untuk ikut membantu dalam patroli sahur walauoun mereka tidak berpuasa. Meskipun
tujuan mereka untuk bersenang-senang, namun sikap sederhana ini adalah wujud
toleransi sederhana di mata anak-anak.
Selain itu sikap yang ditunjukkan oleh Mona dan Diva dalam menyambut dan
menerima Febi dan Putu juga bisa dikatakan sebangai bentuk toleransi. Mereka
menerima temannya yang ingin membantu dengan sangat baik. Sedangkan sikap
penolakan Tomi adalah bentuk tidak toleran. Hal seperti ini bisa terjadi dikarenakan
kurangnya penjelasan dari orang tua mengenai toleransi.

Scene 2
Penanda (signifier)
Visual Dialog
Diva: “Ibu ada yang ingin Diva tanyakan
pada ibu. Febi dan Putu ingin ikut patroli
sahur bersama kami, apakah boleh bu
merekan tidak berpuasa?”

4
Gambar. 5
Ibu: “tentu saja boleh, patroli sahurkan
sebenarnya untuk membantu orang-orang
yang berpuasa agar bangun untuk
menyiapkan sahur, jadi mereka boleh
ikutan kok”
Gambar. 6
Ibu: “Kalo Putu dan Febi ingin ikut
patroli berarti mereka hanya ingin ikut
membantu. Jangan liat perbedaannya
saja, yang penting itu kebersamaannya.”

Gambar. 7
Tomi: “oh gitu ya. Yaudah nanti aku
telfon dulu deh sekalian minta maaf
karena kamarin aku melarang ikutan
patroli”

Gambar. 8
Petanda (Signified)
Ibu menjelaskan pertanyaan Diva
Signifikansi
Ibu diva menjelaskan dengan sangat lembut dan jelas mengenai toleransi antar umat
beragama.

Dalam adegan ini, sikap toleransi sangat jelas ditunjukkan melalui dialog Diva
dengan ibunya. Ibu menjelaskan pertanyaan Diva mengenai boleh tidaknya Febi dan
Putu ikut patroli sahur dengan sangat lembut dan jelas, bahwa bila putu dan Febi ingin
ikut patroli sahur berarti mereka ingin membantu. Nilai toleransi sangat jelas
dilontarkan ketika ibu menjelaskan kepada anak-anak untuk tidak melihat perbedaan,
karena yang terpenting adalah kebersamaan. Kata-kata sederhana seperti itu akan sangat
mudah dipahami anak-anak, hal itu juga yang membuat Tomi paham dan menyesali
perbuatannya lalu meminta maaf kepada Putu dan Febi.

Scene 3

5
Penanda (signifier)
Visual Dialog
Putu: “Terimakasih ya kami diizinin ikut
patroli”

Petanda (Signified)
Putu beretrimakasih karena diizinkan ikut patroli sahur.
Signifikansi
Di pagi sahur berikutnya Putu dan Febi mengikuti patroli sahur bersama Diva, Mona
dan Tomi. Putu sangat senang dan berterimakasih.

Pada adegan ini Putu berterimakasih kepada Diva, Mona, dan Tomi karena telah
diizinkan bergabung untuk ikut patroli sahur. Pada momen seperti inilah toleransi
sebenarnya telah tercipata di linkungan anak-anak. Yaitu ketika mereka bermain dan
saling membantu tanpa melihat perbedaan suku, agama, dan ras.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis mengenai nilai toleransi di mata anak dalam
serial Diva episode 85 dengan judul Patroli sahur, dapat ditarik kesimpulan bahwa
toleransi dimata anak bersifat sangat sederhana. Selama hal tersebut baik dan
menyenagkan, mereka akan mengamalkannya dengan senang hati. Sikap tidak toleran
bisa saja terjadi pada beberapa anak, namun dengan pengertian dan penjelasan yang
baik dari orang tua maka anak akan cepat memahami. Pada akhirnya yang terpenting
adalah kebersamaan, bukan perbedaannya,

DAFTAR RUJUKAN
Arsadi, Zainal. 2018. Nilai-Nilai Toleransi Agama dalam Film “Bulan Terbelah di
Langit Amerika Part 1”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ushuluddin Adab
dan Dakwah. Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya: Palangka Raya.
Rahman, Reihan, dkk. 2016. “Representasi Toeransi Umat Beragama Dalam Film
Cahaya Dari Timur”. e-prociding of Management, vol.3, No. 2, hlm. 2595-2600.

6
Sarumpaet, Riris KT. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak: Edisi Revisi. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai