Anda di halaman 1dari 4

Nama: Muhammad Adril Adiftya

Kategori: Pelajar

Asal Sekolah: SMK Negeri 1 Ciomas

1. Nama Film : Budi Pekerti

2. Genre Film : Drama

3. Nama Sutrada : Wregas Bhanuteja

4. Setting Film: Film ini berlatar pada masa pandemi Covid-19 dan berlokasi di Yogyakarta.

5. Karakter : Film ini difokuskan pada sebuah keluarga kecil yang memiliki 4 anggota keluarga yang
terdiri dari Ibu yang bernama Prani (Sha Ine Febriyanti) , Ayah yang bernama Didit (Dwi Sasono) ,
Anak perempuannya yang bernama Tita (Prilly Latuconsina) , Si Bungsu Muklas (Angga Yunanda)
dan mantan anak didik bu Prani yang bernama Gora (Omara Esteghlal).

6. Premis : Film ini mengangkat tema yang sangat kekinian dan simpel yaitu perundung di media sosial.
Secara tema mungkin ini tema film yang biasa saja, tapi film ini menjadi 'unik' karena dibungkus dengan
baik dan menarik yang dimana karakter yang difokuskan yaitu bu Prani merupakan seorang guru
Bimbingan Konseling di Sekolah menengah pertama (SMP) di daerah Yogyakarta.

Bukan hanya itu, kedua anak bu Prani yang merupakan seorang konten kreator dan personel band
semakin menambah hal menarik dalam film ini. Muklas merupakan seorang influencer naik daun dengan
nama Muklas Animalia yang dimana konten dia berisikan tentang meditasi dengan tema belajar dari sifat
hewan.

Tita yang memiliki usaha jual beli pakaian bekas alias thrift shop sekaligus personel band independen
yang kerap menyuarakan isu sosial. Namun, walau bu Prani dan kedua anaknya terlihat sukses hal itu
sangat berbanding terbalik dengan kondisi sang Ayah Didit yang dimana dia menderita depresi akut dan
harus konseling.

Hal itu terjadi karena sang Ayah selalu gagal dalam menjalankan bisnis terutama saat masa pandemi dan
membuat perekonomian runtuh. Dari penokohan karakter saja film ini mengambil referensi penokohan
yang sangat relatable dan tergolong unik terutama di masa pandemi yang dimana kita tau bahwa saat
pandemi banyak usaha yang gagal dan membeludaknya jumlah orang-orang yang mencoba menjadi
konten kreator.
7. Konflikasi : Konflik dari film ini sangat simpel, tapi premis dari cerita yang dibawakan film 'Budi
Pekerti' cukup erat dengan keadaan di dunia saat ini. Sosok Bu Prani yang memiliki masalah dengan
pengunjung pasar yang kemudian divideokan, dan berakhir viral. Dianggap 'perilakunya' tidak sesuai
dengan seorang guru BK, Bu Prani pada akhirnya harus dihadapkan dengan situasi ia dan keluarganya
harus menghadapi perundungan yang dapat berakibat hilangnya pekerjaan Bu Prani.

Selain Bu Prani, Muklis juga menjadi sasaran bullyan netizen karena sempat tak mengakui bahwa Bu
Prani adalah ibunya. Muklis akhirnya mengambil langkah yang biasa dilakukan oleh para konten kreator
ketika mendapatkan masalah, Yap Klarifikasi. Muklis juga sempat menyuruh ibunya untuk melakukan
permintaan maaf saja agar masalahnya cepat selesai. Tapi, ibunya tetep berusaha untuk menyebarkan
kebenaran ke media sosial.

Bu Prani yang mencoba membela diri dan dibantu oleh Tita untuk membeberkan fakta-fakta sebenernya
ke media sosial, lebih dari itu Muklis juga memanggil para alumni untuk memberikan opini bahwa Bu
Prani tidak seburuk yang ada di Video tersebut. Netizen akhirnya berpaling dan memberikan respect
terhadap bu Prani sampai suatu ketika ada video alumni yang membuat bu Prani terjerumus masalah yang
lebih besar.

Video tersebut diupload oleh mantan anak didik bu Prani yang bernama Gora. Gora adalah murid nakal
yang sering berkelahi, ia akhirnya menjadi patuh usai mendapatkan refleksi yang diberikan oleh Bu Prani.
Gora menjelaskan refleksi yang diberikan Bu Prani adalah untuk menyuruh Gora membantu orang-orang
yang menggali kuburan. Hal itu dilakukan Bu Prani agar Gora paham tentang hidupnya tapi, Bu Prani
memberikan refleksi itu di luar pantauan sekolah.

Bu Prani yang terkenal dengan program refleksinya justru terjerumus oleh programnya sendiri. Refleksi
yang ia berikan terhadap Gora ternyata dapat membuat seseorang menjadi 'trauma', Fakta tersebut
didukung dengan Gora yang ternyata sedang dirawat di psikolog. Media yang mengetahui hal itu terus
menggoreng berita yang ada dan menyudutkan Bu Prani sehingga netizen bahkan alumni kecewa dan
merundung Bu Prani sehingga nama sekolah pun ikut terbawa.

8. Ending : Pak Didit yang akhirnya mengetahui masalah istrinya, menghilang untuk beberapa hari yang
membuat keluarganya panik. Pak Didit ternyata mencoba menemui dokter psikolog yang menangani Gora
agar mau membawa Bu Prani menemui Gora. Singkat cerita Bu Prani akhirnya bertemu dengan Gora dan
ternyata Gora bukan trauma karena refleksi Bu Prani tapi karena dia merasa dirinya 'aneh' karena
menyukai suasana kuburan.
Gora bersama Bu Prani akhirnya menjelaskan yang sebenernya terjadi terhadap kepala sekolah dan kepala
sekolah luluh dan memaklumi dengan hal yang terjadi. Kepala sekolah meminta Gora membuat video
klarifikasi agar nama Bu Prani sekaligus nama sekolah kembali bersih di mata para netizen. Gora
akhirnya menyetujuinya dan pihak sekolah segera menyiapkan peralatan yang dibutuhkan.

Gora yang akan melakukan video klarifikasi merasa ragu-ragu dan meminta untuk pergi ke toilet. Bu
Prani yang sudah lama menunggu Gora akhirnya mencoba menemuinya di toilet sekolah. Saat sedang
mencari Gora alangkah kagetnya Bu Prani melihat Gora yang sedang berendam si kolam kecil toilet
sekolah. Gora sangat takut untuk membuat video klarifikasi tersebut karena takut disebut aneh oleh para
netizen.

Bu Prani yang tau bahwa anak didiknya sedang tidak baik-baik saja akhirnya memberikan refleksi
terakhir terhadap Gora. Dia menyuruh Gora untuk menutup kupingnya dan memejamkan matanya lalu
berbaring dengan santai untuk mendengarkan suara hatinya agar memberikan ketenangan pada jiwa.
Setelah melakukan refleksi terakhir tersebut, Bu Prani akhirnya menerima semua kejadian yang ada dan
memutuskan agar Gora tidak membuat video klarifikasi tersebut.

Bu Prani beserta keluarganya akhirnya harus mengalah dengan situasi yang ada dan memutuskan
mengundurkan diri dari sekolahnya. untuk memberinya penghormatan terakhir seluruh anak didik Bu
Prani sekaligus Gora mengantarkan Bu Prani pulang ke rumahnya sama seperti saat Bu Prani
mengantarkan anak didiknya yang tidak naik kelas ke sekolah. Dengan rintik hujan yang tak kunjung
henti, Bu Prani harus kehilangan pekerjaannya dan memutuskan untuk pindah bersama keluarganya
mencari tempat tinggal dan kehidupan yang baru.

9. Evaluasi : Film ini adalah film yang sangat relatable dengan kehidupan masyarakat Indonesia terutama
di zaman sekarang. Ada banyak juga referensi dan makna yang terdapat di film ini seperti banyaknya
warna kuning di film ini, warna kuning sendiri dapat kalian temukan mulai dari baju Bu Prani, Masker
sekolah, Helm dan otopet.

Kenapa harus warna kuning? Karena warna kuning sendiri terinspirasi dari buku Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) zaman dulu yang erat kaitannya dengan budi pekerti. Selain itu, Ring Light yang sering
muncul di film ini seperti diartikan sebagai petaka yang terus mengikuti keluarga Bu Prani selama
videonya viral dan membuat karirnya terancam.

Ada juga saat scene Bu Prani terdiam di depan ringlight dan ringlight tersebut terus menerus berganti
warna, Scene itu seperti menggambarkan perasaan Bu Prani yang tercampur aduk karena masalah yang
ada. Ada juga referensi yang menggunakan kejadian-kejadian asli yang terjadi selama pandemi, misalnya
otopet yang ramai digunakan di Yogyakarta dan ibu-ibu senam dengan lagu remix.
Sementara itu, ada adegan yang masih dirasa kurang baik terutama saat adegan hujan yang dimana
handphone yang digunakan tidaklah basah begitu juga dengan kaca mobil. Film ini juga terdapat istilah-
istilah yang sulit dimengerti di mata orang awam. Beberapa penonton mungkin juga salah mentafsirkan
kata-kata kiasan yang ada di dalam film. Disamping semua itu ending film ini sangat bagus yang dimana
ringlight yang mereka gunakan tidak mereka bawa saat mereka pindah yang mengartikan mulainya
kehidupan yang baru.

10. Rangkuman : Pada film 'Budi Pekerti' banyak sekali nilai yang dapat dipetik bahwa dengan
menimbulkan konflik-konflik yang lekat dengan keseharian, film ini secara tidak langsung mengajak para
penonton untuk bisa menggunakan media sosial dengan bijak. Terutama generasi milenial yang tidak
pernah lepas dari gadget dan konten viral di media sosial. Kita juga sebagai netizen wajib untuk tidak
melihat sebuah masalah hanya dari satu sisi saja dan tidak mempercayai berita yang belum pasti
kebenarannya. Film ini juga memperlihatkan kita dampak dari seseorang yang dirundung di media sosial
yang bahkan bisa membuat mereka kehilangan mata pencaharian mereka. Dari judul saja film ini sudah
menggambarkan semuanya, 'budi pekerti' yang berarti tindakan atau sikap seseorang.

Terimakasih bapak Wregas Bhatuneja dan Rekata Studio serta Kaninga Pictures, Saya sangat menyukai
film ini dan saya beri rating 9/10.

Anda mungkin juga menyukai