Anda di halaman 1dari 6

KU CUMBU TUBUH INDAHKU

Dosen Pengampu : Rivga Agusta, S.Kom.I., M.A.

Disusun Oleh :

Harisa Mahsito Mutiara

17.96.0021

Ilmu Komunikasi - 01
UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

FAKULTAS EKONOMI dan SOSIAL

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

TAHUN 2019

A. Identitas Film

1. Judul Film : Ku Cumbu Tubuh Indahku

2. Sutradara : Garin Nugroho

3. Produser : Ifa Isfansyah, Matthew Jordan

4. Penulis Naskah : Garin Nugroho

5. Pemain : Randy Pangalila sebagai Petinju

Sujiwo Tejo sebagai Guru Lengger

Teuku Rifnu Wikana sebagai Bupati

Endah Laras sebagai Bulik Juno

Whani Darmawan sebagai Warok

Raditya Evandra sebagai Juno Kecil

Muhammad Khan sebagai Juno Dewasa

Windarti sebagai Guru Tari

Anneke

Fajar Suharno
6. Genre : Drama

7. Studio : Fourcolours Films

B. Sinopsis Film

Film “Ku Cumbu Tubuh Indahku” ini secara keseleruhuan mengangkat kisah
kehidupan para koreografer dan penari dari Indonesia khususnya daerah Jawa dan
trauma - trauma yang di alaminya. Film ini di buka dengan adanya narasi dari
pemeran utama yaitu Juno yang mengisahkan masa lalunya dari ia kecil dengan
hidupnya yang benar - benar banyak luka untuk fisik dan psikis di dirinya, dan
film ini pemeran utama selalu mengatakan “aku bisa melihat kehidupan dari
bolongan (lubang)”. Disini Juno kecil di ceritakan bahwa ia tertarik dengan salah
satu profesi yang ada di desanya itu yaitu penari lengger. Sebelum ia tertarik
untuk menjadi lengger, Juno Kecil hanya hidup bersama ayahnya yang tak
kunjung pulang dari kerjanya. Sejak kecil Juno sudah melatih kleenturan dan
keluwesan tubuhunya, salah satunya adalah dengan bantuan dari Guru
Lenggernya yang setiap hari melatih kelenturan, kelentikan tubuh Juno. Juno
Kecil sering melihat beberapa hal yang seharusnya ia tidak lihat seperti Guru
Lenggernya yang membunuh bawahannya karena sudah mempersetubuh istri atau
selirnya. Setelah ia melihat kejadian pembunuhan tersebut, Juno Kecil hidup
bersama Buliknya yang setiap harinya berjualan ayam di pasar. Juno Kecil selalu
membantu Buliknya itu dengan memisahkan ayam yang bertelur dan tidak
dengan cara memasukan jari Juno Kecil kedalam lubang pantat ayam. Dengan
adanya cerita bahwa tangan Juno Kecil yang di juluki “Tangan Tuyul” ini banyak
warga yang meminta diperiksakan ayamnya hingga Juno Kecil rela bolos
sekolahnya. Sampai akhirnya Bulik tau bahwa Juno Kecil sering bolos akhirnya
di hukum dengan jarum jahit dan di tusukan pada jemari Juno Kecil dan di
sekolah Juno Kecil selalu di bully oleh teman sekelasnya karena tangannya bau
ayam dan tidur di kelas sampai akhirnya Juno Kecil di hukum oleh gurunya
dengan dipukul mennggukan tongkat mengajar yang dari bambu dan menulis di
papan tulis menggunakan mulut dan di selamatkan oleh Guru Tarinya. Malam
tiba, Juno Kecil telat datang latihan dan akhirnya ia latihan sendiri oleh Guru
Tarinya tadi, tetapi Juno Kecil merasa takut untuk belajar tari kembali. Akhirnya
Guru Tari tadi mencoba utnuk membantu Juno Kecil dengan cara Juno
menyentuh tubuhnya dengan berprasangka sebagai ibunya, tetapi tetangga sekitar
menganggapnya sebagai suatu kejadian yang aneh dan akhirnya diasingkan oleh
masyarakat. Setelah kejadian itu Juno Kecil akhirnya tinggal bersama Pakdenya
yang bekerja sebagai tukang jahit hingga Juno Dewasa. Suatu pagi Juno
mengukur tubuh seorang pelanggan yang memesan baju pengantin dan yang
merupakan seorang petinju. Awalnya Juno ragu dengan hitungannya terhadap
tubuh petinju tersebut tetapi Pakdenya menyakinkan Juno bahwa perhitungan dari
Juno benar. ]setelah bajunnya sudah jadi Juno mengantarkan pakaian
pengantinnya ke tempat Petinju itu latihan, hingga datang para bos besar untuk
meminta Petinju itu untuk memenangkan pertandingan selanjutnya. Setiap
harinya Juno menemani Petinju itu untuk latihan, hingga akhirnya sampai pada
pertandingan Petinju itu mengalah kepada lawannya para bos besar marah dan
akhrinya menyekap Juno dan Petinju tersebut di secara paksa untuk membayar
kerugian yang dialami oleh para bos besar dengan cara menjual organ dalamnya.
Setelah Petinju itu meninggal akhirnya, Pakde Juno meninggal, dan sebelum
meninggal Pakdenya menceritakan tentang latar belakang ayahnya yang tak
kembali hingga sekarang karena trauma yang di alami oleh keluarga besarnya
dahulu yang dibantai habis - habisan. Setelah Pakdenya meninggal, Juno pergi ke
desa sebelah bersama grup tari lengger yang ditemuinya di jalan. Di desa tersebut
Juno bertemu dengan warog dan di desa itu juga ia di pertemukan dengan bupati
yang sebentar lagi akan dilaksanakan pemilu. Bupati ini meminta Juno untuk
menjadi pasangannya tetapi Juno menolak karena Juno lebih memilih bersama
Warog yang menjadi pawang dari Reog Ponorogo. Suatu pagi, ada acara yang
diadakan oleh pak Bupati, dengan tidak sadar Bupati jatuh cinta kepada Juno dan
akhirnya Juno memilih untuk bersama Warog daripada bersama Bupati. Warog
yang mengetahui bahwa Juno memilih ia dari pada bupati memutuskan untuk
meninggalkan Juno dan menyuruh Juno untuk pergi dari desa itu walaupun berat
untuk melepaskan Juno tetapi Warog harus melepaskan Juno demi ketenangan
Juno juga.

C. Kelebihan Film
Kelebihan dari film ini adalah Garin Nugroho berani mengangat beberap
scene yang bagi orang awam sangatlah vulgar. Film ini juga berani mengangkat
beberapa nilai yang saat ini sedang terjadi di Indonesia seperti sudah banyak
orang atau komunitas yang mangatasnamakan bahwa kkomunitas tersebut adalah
LGBT dan sekarang banyak sekali para caleg yang masih mempercayai dukun
untuk membantu mereka duduk di kursi peemrintahan. Film ini menggambarkan
sekali apa yang sedang terjadi di Indonesia dengan menuangkan seni pada
pemeran utamanya.

D. Kekurangan Film

Kekurangan dari film ini adalah di beberapa scene banyak yang membuat
orang yang membuat bingung, dimana saat Juno Kecil tiba - tiba menjadi Juno
Dewasa, dan ada beberapa scene yang ingin menyampaikan pesan tetapi terlalu
bertele - tele sehingga susah dipahami.

E. Nilai - Nilai dalam Film

1. Nilai Sosial

Dalam film ini memberikan gambaran bahwa ada pembullyan yang


dilakukan oleh teman - teman Juno Kecil saat Juno Kecil tertidur di sekolah
dan pembullyan seperti itu masih sangat dan sering terjadi di Indonesia tidak
hanya di lingkungan SMP dan SMA saja tetapi dari lingkugan SD dan TK
saja sudah banyak sekali kasus pembullyan yang terjadi. Tidak hanya
pembullyan yang terjadi tetapi bolos sekolah yang dilakukan oleh Juno Kecil
untuk kegiatan yang ia senangi dan itu juga terjadi di Indonesia terutama
kalangan remaja.

2. Nilai Psikologi

Nilai psikologi yang terkandung dalam film ini adalah trauma yang
dirasakan oleh peemran utama film ini yaitu Juno. Ia sering di hukum oleh
Buliknya sendiri ketika ia salah dalam apapun dan hukuman yang di berikan
oleh Buliknya sendiri adalah menusukan jarum jahit ke jari Juno Kecil
hingga mengeluarkan darah dna mulai dari situlah Juno memiliki trauma
takut akan jarum dan darah. Di dalam film ini juga menceritakan bahwa Juno
dari kecil tidak pernah merasakan kasih sayang yang diberikan oleh kedua
orang tuanya dan ia meminta kasih sayang tersebut kepad aorang - orang
yang ia temui di dalam scen film ini. Di Indonesia banyak sekali anak yang
memiliki trauma dari mulai trauma ringan hingga trauma berat yang sebagian
kecilnya di sebabkan oleh orang tua mereka yang tidak mengurus,
memperhatikan, serta memberi kasih sayang kepada anaknya.

3. Nilai Politik

Nilai politik yang diangkat dari film ini adalah bapak bupati yang ingin
memenangkan caleg dengan cara menggunakan dukun. Jadi apa yang di
katakan oleh dukun ini langsung dilaksanakan dan bapak bupati ini memiliki
prasangka bahwa jika menggunakan dukun akan menang pada pemilahan,
dan yang mendukung bapak bupati ini menggunakan dukun adalah istrinya
sendiri dan mereka masih beranggapan bahwa jika kekuasaan adalah
segalanya bagi kehidupan mereka. Di Indonesia juga masih sering terjadi
para caleg menggunakan dukun contohnya di daearah saya, Wonosobo masih
banyak sekli orang - orang yang caleg mengandalakan kemenangan mereka
dengan dukun serta mereka masih menganggap bahwa kekuasaan tertinggi
merupakan salah satu kehormatan yang harus mereka miliki.

F. Saran

Saran untuk film ini adalah lebih bisa menyampaikan pesan dalam beberapa
scene lebih di perjelas kembalidan menurut saya film ini sangat berani untuk
menunjukan apa yang sedang terjadi di Indonesia saat ini dan unsur seni yang di
tonjolkan sangat memnuhi ekspektasi penonton.

Anda mungkin juga menyukai