Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fatih Ridlwan Munier

NIM : 1810187017

Tugas UAS Apresiasi Pedalangan.

Wayang cinema menghadirkan pertunjukan wayang yang berbeda. Dengan


didukung sound dan animasi, menyaksikan pertunjukan wayang tersebut terasa
seperti menonton film. Aneng Kiswantoro, Director Wayang Cinema,
mengatakan, konsep wayang cinema ini terbentuk secara tidak sengaja. Ketika itu,
di tahun 2014 ia mendapat tugas karya dosen. Dalam waktu hanya satu minggu,
pengajar di ISI Yogyakarta tersebut harus menyiapkan pertunjukan. Para
mahasiswa yang kerap membantu, ternyata sedang berhalangan, dan hanya bisa
membantu sehari sebelum Hari - H. 

Pada saat kebingungan, Aneng yang memiliki hobi merekam, membuat lagu
dan membuat iringan gamelan, lalu memiliki ide untuk merekam audio sebelum
pertunjukan. "Kenapa tidak audionya saya rekam semua saja. Konsepnya seperti
Wayang Sandosa, atau Wayang Ukur dengan dalang banyak dan mereka tinggal
memainkan wayang saja," terang Aneng kepada Gudegnet, beberapa waktu lalu.

Akhirnya ia mencoba menampilkan konsep tersebut dalam pertunjukan


berdurasi sekitar 20 menit. Ketika dipentaskan, ternyata pertunjukan wayang
tersebut mendapat respon yang sangat positif. "Bahkan banyak mahasiswa dari
luar daerah, mereka mengatakan, tidak tahu ceritanya tapi bahasanya dia paham,
ketika nonton wayang cinema itu mereka bisa menangis, karena kebetulan
ceritanya ada kesedihannya," paparnya.

Setelah itu, pada 2015 wayang cinema mulai mendatangi sekolah-sekolah


untuk mengenalkan wayang. "Mungkin momennya tepat, akhirnya banyak yang
mengapresiasi, karena wayang cinema ini pertama lebih simple, dengan bahasa
yang mudah dicerna, dan kita memang gaya pertunjukannya atau adegan-adagan
yang kita tampilkan itu sudah meniru gaya film," katanya.
Dengan konsep tersebut, para penonton terutama anak-anak dapat lebih
mudah mencerna, dari segi lakon dan tema. Saat ini, menurut Aneng, wayang
cinema banyak mengembangkan cerita-cerita bernuansa sejarah. "Pada dasarnya,
tetap berpegang teguh pada Wayang Purwo, karena kita juga ingin merangsang
anak-anak muda khususnya untuk cinta kembali pada Wayang Purwo itu tadi.
Wayang Jawa, dengan cerita Mahabarata Ramayana," tuturnya.  

Di tahun 2020 ini Wayang Cinema dijadikan mitra oleh Dinas Kebudayaan
Provinsi DIY, untuk mengenalkan nilai-nilai budaya kepada kaum muda atau
remaja. Pertunjukan mereka dapat disaksikan di channel Youtube tasteofjogja
disbud DIY.

DEWA RUCI

Bratasena adalah nama muda Raden Werkudara, ketika masih muda dia
pernah mencapai keberhasilan dengan membabat hutan Mertani Wilayah Astina
yang kemudian menjadi sebuah negara yang bernama Amarta, Raden Bratasena
beristerikan dewi Arimbi menurunkan putra Raden Gatutkaca. Bratasena seorang
yang tak pernah memakai bahasa halus pada siapa pun juga, maupun kepada
Dewa, dipergunakan bahasa kasar. Tetapi selama hidupnya hanya sekali, ia
berbahasa halus yakni ketika ia bertemu dengan Dewa Ruci. Seorang Dewa kerdil,
yang dianggap Dewanya yang sejati. Tetapi kekasaran bahasanja itu penuh dengan
kebijaksanaan. Ia tak pernah berdusta. Sebab kesucian jiwanja, Bratasena
senantiasa mendapat kebenaran.

Didalam lakon wayang cinema Dewa Ruci ini awalnya menceritakan


tentang kegelisahan brotoseno akan masalah-masalah kehidupan yang sedang
menimpa hidupnya terutama kehidupan rakyatnya. Brotoseno adalah seorang
pemimpin yang jiwanya sangat momong terhadap semua rakyatnya. Baginya
kesejahteraan rakyat adalah yang nomer satu.

Dari semua permasalahan yang dialami oleh brotoseno akhirnya dia pun
meminta saran dan nasihat kepada gurunya yaitu Durga. Durga pun menceritakan
bahwa ada sesuatu yang bisa menolong brotoseno dan juga rakyatnya, sesuatu itu
adalah air kehidupan. Dengan air kehidupan ini seseorang jika sudah mati maka
akan hidup kembali. Dan dengan air kehidupan ini juga dapat menghidupkan lagi
keadilan dan kesejahteraan rakyat brotoseno. Namun sebelum itu Brotosena harus
mencari kayu gong susuweng angin di gunung wreksa muka. Mendengar hal
tersebut Brotosena segera mencarinya.

Sesampainya di gunung wreksa murka brotoseno memerintahkan agar semua


hewan-hewan didalam hutan tersebut agar pergi, itu karna demi kelangsungan
hidup mereka. Kemudian brotoseno mencari kayu gong susuweng angin itu
dengan memporak porandakan pepohonan yang ada didalam hutan. Setelah
brotoseno menghancurkan hutan itu, dia bertemu kakak beradik yakni Rukmuko
dan Rukmukala mereka hendak memakan Brotosena karena telah menghancurkan
hutan. Setelah bertarung dengan rukmuka dan rukmukala, Brotosena bertemu
dengan bethara Indra dan bethara Bayu memberitahukan bahwa kayu gong
susuweng angin tidak ada di hutan ini, namun karena melihat ketekunan
brotoseno, para dewa memberikan anugerah berupa pusaka kadewatan yaitu
sebuah cincin bernama sesotya mustika manik chandrama yang akan berguna
dalam hidupnya.

Ternyata guru Durna diperintah oleh Prabu Duryudana untuk membunuh


Brotosena, guru Durno membuat siasat yang membuat Brotosena pergi ke gunung
wreksa muka yang merupakan tempat angker bagi siapapun yang masuk pasti
akan mati. Prabu Duryudana mengkharapkan Brotosena mati disana karena jika
tidak ia akan menjadi batu sandungan(penghalang) Prabu Duryudana untuk
memiliki negara Hastina.

Guru Durna, dikuni dan kartomarmo memeriksa Brotosena, namun ia


masih hidup. Guru Durna disalahkan karena tidak sesuai dengan ucapannya,
namun ia sudah berusaha masalah hidup dan mati hanya tuhan yang tau dan bisa
mengambil nyawa. Tidak mau disalahkan semua sudah diatur oleh guru Durno.
Brotosena datang meminta saran kepada guru Durno dan berterimakasih
karenanya Brotosena mendapatkan pusaka. Guru durna mengaku sedang menguji
brotosena kemudian ia memberikan petunjuk lain bahwa yang brotosen cari ada di
dasar samudera minangkalbu, kemudian brotosena pergi dengan meminta restu
guru durno. Guru durno sebenarnya menyayangi brotosena dan seluruh pandawa
ia tidak terpikir untuk membunuh Brotosena tapi ia terpaksa memenuhi perintah
kurawa.

Brotoseno pun meminta restu kepada ibunya untuk pergi mencari air
kehidupan didasar samudra minangkalbu. Ibu brotoseno syok mendengar
perkataan anaknya dan sontak menolak untuk memberi ijin kepada brotoseno. Ibu
brotoseno merasa bahwa brotoseno sedang ditipu oleh durno supaya brotoseno
nanti bisa mati saat masuk ke dasar samudera minangkalbu. Firasat seorang ibu
memanglah sangat tajam, namun itu tidak menyurutkan semangat dan tekad
brotoseno untuk pergi. Brotoseno pun kembali meyakinkan ibunya dan memberi
pengertian tentang hal yang sedang membuat resah hati brotoseno. Tentang
hilangnya keadilan dikehidupan ini, hilangnya rasa cinta kasih sayang
dikehidupan ini. Akhirnya ibu brotoseno pun dapat memahami bagaimana yang
dirasakan oleh brotoseno. Brotoseno pun mendapat restu dari ibunya untuk pergi
mencari air kehidupan.

Pertanyaan :

1. Kenapa tokoh memiliki 3 nama(Bima, werkudara dan brotoseno)?


2. Dari yang saya tahu setiap pertunjukan wayang pasti selalu ada pesan
religius, apakah memang awal mulai pertunjukan wayang ini dimaksudkan
untuk kepentingan dakwah, atau bagaimana?

Anda mungkin juga menyukai