Anda di halaman 1dari 283

Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

Tanddabur Al-Fatihah
Emha Ainun Nadjib

Page ii
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

TENTANG EMHA AINUN NADJIB

Selalu Kerangka Kepentingan Rakyat


Tulisan ini diambil dari buku Ian L. Betts, Jalan Sunyi Emha, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2006

Saya sangat kagum dan respek dengan produktivitas pemikirannya yang tampak dari
begitu banyak puisi dan juga buku-bukunya.

Pemikirannya selalu dalam kerangka kepentingan rakyat. Pemihakannya pada wong


cilik menempatkan dia pada posisi selalu diawasi. Apalagi ketika Soeharto masih
berkuasa. Tapi semakin diawasi dan ditekan, semakin produktif, karyanya banyak dan
bermutu.

Tidak semua seniman, budayawan, dan penyair memiliki kemampuan seperti dia.
Mungkin dia memiliki karunia khusus dari Allah.

Kelebihannya, dia adalah intelektual yang independen dan tidak terjebak dalam politik
kekuasaan. Konsistensi sikapnya hingga kini tetap dipertahankan. Artinya, dia tetap
mengambil sikap oposan dalam situasi politik apa pun.

Taufik Ismail, Penyair.

Page iii
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

Qori’ Kepahitan
Tulisan ini diambil dari buku Ian L. Betts, Jalan Sunyi Emha, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2006

Dia adalah sosok pribadi yang menggoreskan perannya di tengah masyarakat plural,
bermodalkan kepribadian yang kuat.

Kuat dalam berprinsip, tahan menghadapi cobaan hidup sepahit-pahitnya. Takut hanya
kepada Allah dan hanya mengharap Ridha Allah, luas pergaulan tanpa pilih-pilih,
khususnya para duafa.

Rujukan utama pemikirannya sejalan dengan hobinya sebagai Qori’ di Pondokan


Modern Daarussalam Gontor.

Peka terhadap kemanusiaan, tidak suka pemaksaan oleh dan terhadap siapa pun.

Semua orang mempunyai interest untuk menonjolkan diri, cuma cara dan frekuensinya
yang terkadang berbeda-beda. Saya melihat interest untuk ke situ kecil sekali dan
prosesnya amat sangat wajar sekali, tetapi hasilnya maksimal.

KH Hasan Abdullah Sahal, Pengasuh Pondok Modern Darussalam Gontor.

Page iv
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

“Aku Salah Satu Pantainya Cak Nun”


Judul naskah drama Perahu Retak karya Cak Nun membuat penyanyi Franky Sahilatua
terpikat. Perjalanan kemudian mempertemukan keduanya. Terjadilah selanjutnya
persahabatan dan kerjasama antara Franky Sahilatua dan Cak Nun yang melahirkan
album musik berjudul Perahu Retak pada 1996. Semua lirik ditulis oleh Cak Nun,
sedangkan lagu oleh Franky Sahilatua. Tulisan Franky Sahilatua ini diambil dari booklet
yang menyertai rilis album Perahu Retak tersebut.

Aku lega sekaligus gembira sekarang ini. Lega, karena lebih dari setengah tahun aku
dan Cak Nun menguras waktu, tenaga, pikiran dan perasaan, untuk menggarap
album Perahu Retak ini. Gembira? Ya, karena bisa kembali berkarya, yang kali ini
berkolaborasi dengan Cak Nun.

Di kertas ini, aku tuliskan sedikit tentang proses pertemuan kami. Pada mulanya adalah
kata-kata Perahu Retak. Adalah naskah drama Cak Nun di mana kata-kata Perahu
Retak itu sebagai judulnya. Aku suka kata-kata itu.

Kami lalu bertemu, berdiskusi, hingga akhirnya menjadi bersahabat. Di sinilah aku
menemukan sesuatu yang jauh lebih luas dari yang selama ini pernah aku temui.
Andaikan saja Cak Nun itu lautan, maka aku hanya bertemu dengan salah satu
pantainya saja. Lautan itu mungkin sudah sering dilayari oleh orang lain. Tetapi dengan
melayari lautan Cak Nun, aku merasakan kegairahan tersendiri, yang timbul dari
pikiran-pikirannya yang luas, jujur, berani dan mbeling.

Yang terjadi kemudian adalah kerjasama. Cak Nun membuatkan syair Perahu Retak,
dan aku bikin lagunya untuk aku nyanyikan. Kerja bareng ini tidak berhenti di satu syair
saja. Kami teruskan dan jadilah album Perahu Retak Sembilan syair, sembilan lagu dan
sembilan nyanyian.

Aku lihat cinta dan kasih sayang Cak Nun yang tertuang di syair-syairnya. la berbisik
tentang sesuatu yang paling hakiki di hati nurani setiap orang. la bergumam tentang
kasih sayang pada sesama manusia. la bicara cinta pada bangsa dan tanah airnya. Ia
teriakkan puja-puji pada Tuhan.

Kegembiraan ini juga tidak lepas dengan hadirnya Toto Tewel yang mengerjakan
penataan musiknya, lewat kejernihan pikiran. Aku suka cara kerjanya. Teliti dan tak
pernah puas. Konsep ‘musik kampung’–dia menyebutnya begitu–yang ditawarkannya
untuk dituangkan dalam penataan musik di album Perahu Retak ini pun, aku suka.
Sederhana dan tidak terlalu memanfaatkan canggihnya teknologi.

Aku berharap lagu-lagu dalam album Perahu Retak ini bisa menjadi nyanyian hati siapa
saja.

Salam. Franky Sahilatua

Page v
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

Gelisah

Gelisah itu hal yang lumrah dan jamak bagi Emha atau Cak Nun. Sahabat karibnya
sejak kecil. Jika kegelisahan memuncak tak ada yang memberi tawaran maka terapi
jiwanya adalah mlungker di atas tikar sambil mendengarkan lagu-lagunya Ummi
Kultsum atau qiroah-nya Syeikh Abdul Basith dari recorder. Teknologi belum secanggih
sekarang.

Sedangkan lapar baginya adalah makanan sehari hari. Sehari paling makan sekali.
Siangnya atau malamnya makan kalau ada yang njajakke. Itu berlangsung bertahun-
tahun. Bila makan pun menunya sederhana. Nasi pecel tempe goreng sama krupuk.
Kalau tak ada cukup nasi “dikrawu”. Nasi anget dicampur parutan kelapa diberi garam.
Itu sudah mengantarkannya fly, ekstase. Satu kebiasaan yang tak hilang sampai
sekarang itu rokok kretek sama ngopi. Nasgitel atau nasgideng yang penting kopi.
Mestinya dia yang cocok juga jadi bintang reklame kopi.

Tidak usah repot jika sewaktu-waktu Engkau kepingin menghampirkan Cak Nun ke
rumahmu. Menu misonabe, sukiyaki, shabu shabu, dan sea food sama sekali tak ada
bayangan. Sate kambing saja bagai barang mewah yang sulit digapai. Maka dalam
puisinya “Aku Seorang Gelandangan” makan di Malioboro cukup dengan gudeg tempe.
Minumnya susu jahe. Bukan gudeg telor atau ayam. Minumnya bukan susu, bir atau red
wine, white wine. Tapi cukup teh jahe.

Pernah suatu hari salah seorang kawan akrabnya yang satu profesi “gelandangan”
Malioboro dan sama-sama memiliki pandangan yang sama bahwa sate itu makanan
surganya orang kaya ke jalan Pasar Ngasem dekat Kadipaten Wetan. Mereka
serempak jalan kaki dengan gagah membayangkan sate yang konon warung sate di
situ tidak hanya kondang rasane. Tapi juga tersohor penjualnya yang hitam
manis semplohoy.

Tapi ketika selesai makan hendak membayar mereka saling berpandangan. Sama-
sama tidak ada yang bawa uang. Yang ngajak pun hanya katawa-ketiwi. “Loh, aku
cuma ngajak. Bukan mbayari.” Demi persatuan dan kesatuan, Eko Tunas (penyair,
sastrawan yang kini tinggal di Banyumanik Semarang) perlahan-lahan melepas arloji
yang baru beberapa bulan diterimanya sebagai oleh-oleh saudaranya dari Jerman.
Mereka pun segera pulang sambil tertawa akrab tak ada dendam. Selamatlah NKRI.
Nasib Kelaparan Hari Ini.

Kegelisahan yang menimpa Cak Nun hari ini tampaknya cukup bikin bingung. Mondar-
mandir memendam sesuatu yang tak diucapkan. Bukan perkara sate atau lapar.
Setelah didesak baru bicara perlahan, “Jika nganggur pinjam mesin ketikmu sebentar”.

Kami saling berpandangan. Mesin ketik baginya adalah dapur bagi hidup sehari hari.
Saya sangat paham. Mesin ketiknya pasti sedang sekolah di Pegadaian dekat
Mapolresta Ngupasan.

Page vi
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

Tik tak tik tak sampai pagi entah sudah berapa judul mengalir dari sebelas jarinya.
Sepertinya tak ada kertas yang dibuang karena salah. Belum ada tipe ex atau cara
men-delete seperti sekarang ini.

Cak, sekarang mesin ketiknya masihkah ada? Sudah lulus atau masih sekolah? Mesin
ketik kecil Brother warna putih tulang itu tinggal kenangan. Saksi bisu menghadirkan
beribu tulisan.

Anwar Hudaya

Page vii
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

DAFTAR ISI
TADDABUR :
Tentang Emha Ainun Nadjib (i-vii)
1. Kedaulatan Artifisial Manusia (1)

2. Kanjeng Nabi Yo Sambat (3)


3. Ma adroka ma Rahman Wama adroka ma Rahim? (6)
4. JimatApa Iya Allah Cuek Sama Kita (9)
5. Ati-ati Le : Tidak Ada Syafaat Lho! (11)
6. Bargaining Power kok ke Allah (14)
7. Takbiran Untuk Nan Maha Sendiri (17)
8. Bolehkah Allah Ingkar Janji? (20)
9. Mengabdi tidak sama dengan Menyembah (23)
10. Dituhankan dan Menuhankan (26)

11. Suka-suka Tuhan lah (28)

12. HAM, Hak Artifisial Manusia (31)

13. Al-Fatihah Kuswoyo Koeswoyo (34)

14. Embargo Mr. Nyuklun (14)

15. Malapetaka, Sengsara, Goncangan (40)

16. Ayo Masuk Zona Bahagia Maiyah (43)

17. Jangan Ikut Abu Nawas Masuk Nerakakaka … (46)

18. Bunuh Emha (50)

19. Allah Meluaskan Manusia Menyempitkan (54)

20. “Jimat” Al-Fatihah (58)

Page viii
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

21. “Klenik” Al-Fatihah (62)

22. “Akik” Al-Fatihah (66)

23. 3-1-3 : Kerjasama Seimbang Allah dengan Hamba-Nya (69)

24. “Gua” Al-Fatihah (73)

25. “Semoga Allah Menghancurkan Mulutmu” (77)

26. Apa Password Wifi di Gua Hira (81)

27. Kerapuhan Psikologis dan Wudlu Kehidupan (84)

28. Perjumpaan dengan Al-Fatihah (87)

29. Awas, Waspada Selalu Ada Allah (91)

30. Waspada Sanad (95)

31. Tafsir Baku Al-Fatihah (99)

32. Sawang Sinawang Al-Fatihah (103)

33. Al-Fatihah Mukibat Mujaer (107)

34. Sanad : Benang Merah Kebenaran Sejarah (111)

35. Hidayah Tak Terhingga (115)

36. Muhammad Sanad Kita Semua (119)

37. Wahyu Al-Fatihah Untuk Kita Semua (123)

38. Bismi Maha Tak Terhingga (127)

39. Merasa dan Berlaku Tuhan (132)

40. Gerbang Al-Fatihah (136)

41. ‘Semua’ Tidak Sama Dengan ‘Bersama’ (140)

42. Yang Beriman, Mu’minlah, Yang Kufur, Kafirlah (146)

43. Al-Fatihah Al-‘Alamin (151)

44. Cakrawala ‘Alaminal Fatihah (154)

Page ix
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

45. Allah Tidak Butuh Iman (159)

46. Mosok Allah Omong-omong Dengan Janin Kita (164)

47. Kesaksian Palsu dan Memori Kuda Laut (168)

48. Bukan Tukang Menghukum Tapi Membijaksanai (171)

49. Para Pembelajar Kehidupan (175)

50. Para Mujtahidin Dunia (179)

51. “Kita Tahu Isi Pikiran Tuhan” (184)

52. Iman Kepada Ilmuwan (189)

53. “Billahirrahmanirrahim” (193)

54. Nur Muhammad Tidak Viral (197)

55. Afala Hawking Ya’qilun (202)

56. Arah Yang Tepat ke Allah (206)

57. Ibu Qur’an dan Ibu Kita (210)

58. Al-Fatihah dan Prasmanan Qur’an (215)

59. Maha Pengasuh Jagat Majemuk (219)

60. “Sirathal-mustaqim” Tidak Sama Dengan Sepakbola Menang (223)

61. Allah Maha ber-Qurban (228)

62. Hikmah Lombok dan Kearifan Lokal (233)

63. Gembira Bernegara (238)

64. Ilmu Berwadah Kesucian (243)

65. Belajar Hidup Secara Al-Fatihah (248)

66. Musibah Tidak Selalu Bencana (252)

67. Monopoli Al-Qur’an (257)

68. Al-Qur’an untuk Semua Bukan Hanya (263)

Page x
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

Page xi
Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (1)
Kedaulatan Artifisial Manusia

ِ ‫ِ ۡس ِم ٱ‬
Dari ayat pertama Surat Al-Fatihah

Semua niat dan pergerakan siapapun dan apapun selain Allah,


tidak punya kemungkinan lain kecuali dilandasi dengan
“Bismillah”, “dengan nama Allah”.

Firman itu bukan “Billah” melainkan “Bismillah”. Kalau “Dengan


Allah”, selain Ia sendiri tidak punya pemahaman dan keabsahan
yang dengan itu ia mengucapkan “dengan Allah”. Maka perlu
medium: “dengan nama Allah”. Yang selain Allah menggapai-
nggapai-Nya melalui “nama” sebagai jembatannya. Allah sendiri
maha tak terjangkau oleh manusia. Maha tak tercapai. Bahkan tak
tergambarkan. Sehingga pun tak terumuskan. Tak terkatakan. Tan
kinoyo ngopo. Tan keno kiniro. Kata “Allah” itu merupakan
kemurahhatian Allah untuk memberi alat kepada manusia untuk
menggapai-Nya. Tetapi pada hakikat maupun realitasnya, manusia
tidak punya kemungkinan untuk memahami atau merumuskan
Allah melalui kata “Allah”.

Ruang kejiwaan dan semesta akal pikiran manusia tidak sanggup


memuat Allah, tidak punya kemungkinan sedikit pun untuk
menggagas, merumuskan, dan mengakomodasi Allah. Kecuali

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 1


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

hanya sekadar simbolisasinya melalui kata “Allah”. Apa, siapa, dan


bagaimana Allah mutlak hanya Allah sendiri yang mengetahui-
Nya.

Semua pengetahuan dan ilmu yang manusia merasa memilikinya,


pada hakikatnya hanya artifisial. Hanya Allah Yang Maha Otentik.
Maha Sejati. Maha orisinal. Yang ada pada manusia hanya palsu.
Hanya pinjaman yang dicipratkan amat sangat sedikit oleh Allah.
Yang bersifat tidak menentu dan sangat relatif, dan bisa dicabut,
dibatalkan, dimusnahkan sewaktu-waktu oleh Allah.

Allah Maha Berdaulat atas semua itu. Kalau wacana dan literasi
manusia dalam kehidupannya, dalam politik sampai peradaban,
dituturkan kata kedaulatan — maka itu artifisial, hanya “ayang-
ayang”, tidak sejati.

Maka manusia mutlak harus sangat berhati-hati dalam menjalani


hidupnya. Maka manusia tidak punya alternatif lain kecuali
bergantung pada Allah, beriman dan bertaqwa kepada-Nya.

Sampai abad Millenial manusia yang berpose gagah perkasa,


merasa pandai dan hebat, percaya dirinya berdaulat dan
berkuasa, dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat atau
bernegara dan berglobalisasi, adalah puncak kebodohan dan
kelucuan peradaban manusia, yang semakin membutakan diri
terhadap hitungan sejati atas ruang dan waktu. Hampir semua
manusia di muka bumi salah hitung tentang esok hari.

Pergilah sampai ke ujung hutan dan lautan. Terbanglah sampai


menembus angkasa dan langit. Teknologikan artificial
intelligence hingga mendekat ke lapisan langit ketujuh. Tetapi
mendekat-dekat terus-menerus kepada Allah adalah satu-satunya
pilihan manusia. Dengan masyarakatnya, dengan Negaranya, serta
dengan apapun saja dalam hidupnya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 2


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Emha Ainun Nadjib


29 April 2023.

Tadabbur (2)
Kanjeng Nabi Yo Sambat

‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ ِ
(Al-Fatihah ayat 1)

“Bismillahir-Rahmanir-Rahim” adalah maqam keutamaan jiwa


manusia yang berkesadaran diri sebagai makhluk atau produk
hasil karya Sang Maha Produser, sebagai Al-Khaliq maupun Al-
Khallaq. Beda antara Khaliq dengan Khallaq akan pelan-pelan dan
bertahap diuraikan, sebagaimana semua dimensi nilai lain dalam
rentang panjang Tadabbur kita.

“Bismillahir-Rahmanir-Rahim” adalah patrap, kuda-kuda atau


sikap hidup yang paling logis, rasional, proporsional alias empan
papan. Adalah landasan budaya tahu diri manusia.

Tentu saja, berkat didikan Ibu-Ayah, sebisa mungkin saya sendiri


menjalani hidup ini hingga 70 tahun, memulai setiap kegiatan,
pekerjaan, keputusan, dan perilaku, dengan “Bismillahir-
Rahmanir-Rahim”.

Dan terus terang itu bisa diam-diam bikin besar kepala.


Menerbitkan perasaan semacam bangga diri bahwa saya seolah-
olah punya potensi kesalehan. Hidup saya mungkin ‘GR’ dan
merasa cukup agamis atau religius. Dan akibat logisnya: realitas
kebaikan hidup saya malah bisa batal.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 3


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Posisi saya dan setiap manusia hanyalah “mungkin”. Tidak atau


belum bisa dipastikan. Baik karena parameternya atau belum
waktunya untuk rasional dan proporsional menyimpulkan bahwa
hal itu adalah pasti.

Mengawali segala sesuatu dengan “Bismillahir-Rahmanir-Rahim”,


bisa membuat saya merasa dekat dengan Allah. Tetapi mustahil
saya bisa memastikan bahwa itu juga berarti Allah dekat dengan
atau kepada saya.

Tidak ada tools, tidak ada sarana, tidak ada cara atau alat pada diri
saya untuk memastikan bahwa Tuhan dekat kepada saya. Ikhtiar
saya untuk ber-“taqarrub” kepada Allah tidak bermakna bahwa
Allah pasti juga “qarib” kepada saya. Mungkin terkadang sesekali,
atau sekilas rasa, seperti terdapat sekelebatan anggapan bahwa
Tuhan dekat kepada saya. Tetapi bisa jadi itu anggapan subyektif
dan sedikit “besar kepala”.

Memang ada statement Allah dalam sebuah hadits qudsy:

ُ ََ ُ َ َ ‫ََﱠ‬
‫الع ْ د إ ﱠ ِش ْ ا تق ﱠ ْ ت ِإل ْ ِه ِذ َراعا‬ ‫إذا تقرب‬
“Apabila seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal, maka
niscaya Aku mendekat kepadanya sehasta” (dst)

Akan tetapi kita hanya bisa menggapai realitas pernyataan itu


dengan keyakinan, tanpa bisa memastikan bahwa memang benar
dan riil demikian. Keyakinan terletak satu langkah yang mungkin
panjang di depan harapan, tetapi ia belum sampai ke ranah
kepastian.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 4


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Rumus dasarnya jelas: Allah Maha pasti, manusia tidak pasti. Allah
maha tak terbatas, manusia sangat terbatas. Allah mutlak,
manusia relatif.

Bahkan Rasulullah Muhammad Saw., kekasih utama Allah sendiri,


yang seluruh hidupnya dipenuhi oleh “Bismillahir-Rahmanir-
Rahim”, yang berdasarkan logika manusia beliau pastilah
senantiasa disayang dan dilindungi Allah. Apalagi Allah sendiri
yang mengutusnya menjadi Nabi dan Rasul.

Tetapi Rasulullah sendiri tidak tercermin bahwa beliau meyakini


itu sebagai kepastian. Maka tatkala dilempari batu oleh
masyarakat Thaif, Rasulullah mengeluh kepada-Nya dengan
kalimat-kalimat pertanyaan. Di dalam setiap pertanyaan tidak
setitik pun terkandung kepastian. Kalau dilindungi Allah adalah
pasti, maka beliau tidak bertanya.
َ
‫إ َم ْن ت ِ ل ِ ؟‬
ُ ‫ََ َ ﱠ‬ َ
ُِ َ‫إ ِع ٍد ُ يتجهم‬
‫أ ْم إ َعد ﱟو َمل ته أ ْمري؟‬
“Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang
yang hatinya jauh dariku dan berwajah muram kepadaku,
ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?”

Itu Muhammad Habibullah, “Nabiyyan Rasula” kinasih Allah, Ulul


Azmi rangking-1. Lha manusia awam dan remeh seperti saya,
mestinya buruk muka di tengah ummat manusia, bangsa dan
Indonesia. Apalagi di hadapan Allah.

Emha Ainun Nadjib


30 April 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 5


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (3)
Ma adroka ma Rahman
Wama adroka ma Rahim?

‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬

(Al-Fatihah 1-3)

Seburuk apapun hidup saya dan seberapa hina pun wajah saya di
hadapan manusia, dunia, dan Indonesia, sedalam-dalam derita
dan kesengsaraan jiwa hingga ke lubuk terendah dan tersembunyi
— tetap memulai setiap langkah dengan “Bismillahir-Rahmanir-
Rahim”. Kemudian ajeg mengkristalkan segala pengalaman hidup
dengan “Alhamdulillahi Rabbil’alamin”. Untuk akhirnya, tidak bisa
tidak, tidak ada pilihan lain: senantiasa meneguhkan kembali “Ar-
Rahmanir-Rahim” di keseluruhan hati dan kesadaran tanpa sisa.

Tetapi apa gerangan ar-Rahman dan apa gerangan ar-Rahim? Ma


adroka ma Rahman wama adroka ma Rahim?

Sebagaimana di hadapan Allah saya tidak tahu apakah saya ini


baik atau buruk, semua alat pemahaman dalam akal dan hati
kemanusiaan saya, tidak akan sanggup menuturkan apa dan
bagaimana sebenarnya ar-Rahman dan ar-Rahim.

Kita menterjemahkannya berbunyi “Yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang”. Hanya secipratan sangat kecil pengetahuan
saya tentang kasih dan sayang. Selebihnya, seluruh ketidaktahuan,

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 6


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

keremangan dan kegelapan, kita sembunyikan di balik kosakata


“Maha”.

Kalau saya menggunakan keterbatasan pengertian saya


tentang ar-Rahman dan ar-Rahim, akal saya terbentur
pertanyaan: Kenapa Allah membiarkan Qabil membunuh Habil?
Kenapa banyak Nabi utusan-Nya sendiri Allah biarkan mati
dibunuh oleh masyarakatnya? Kenapa Allah tega membiarkan
Nabi-Nya Ayyub menderita sakit kulit selama18 tahun?

Wama adroka ma Rahman wama adroka ma Rahim?

Kenapa Allah malah menyuruh Nabi-Nya Ibrahim menyembelih


Ismail anaknya yang Allah anugerahkan sendiri kepada seseorang
yang Ia angkat menjadi penghulu para Nabi?

Wama adroka ma Rahman wama adroka ma Rahim?

Kenapa Allah tidak menghalangi peperangan antar ummat


manusia di hampir segala zaman dan tega membiarkan jutaan
hamba-hamba-Nya terbunuh? Kenapa tidak ada tindakan Allah
atas sejarah-sejarah genosida? Pemusnahan bangsa Indian dan
bangsa Aztec oleh kekuatan militer dan politik bangsa lainnya?

Kenapa bangsa di garis khatulistiwa yang Ia anugerahi jiwa


ketuhanan yang melimpah, Engkau limpahi kecerdasan akal dan
keindahan budaya — Engkau biarkan setengah abad lebih
dibodohi oleh dunia dan setiap penguasanya sendiri. didhalimi,
ditipudaya, dibohongi terus-menerus, dilecehkan dan dihancurkan
martabat kebangsaan dan kemanusiaannya?

Wama adroka ma Rahman wama adroka ma Rahim?

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 7


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Dan beribu-ribu kejadian lainnya selama sejarah ummat manusia.


Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengalami hal-
hal, kesulitan atau tingkat-tingkat masalah, yang bisa menggiring
hati dan pikiran kita yang sangat dangkal, sempit dan terbatas ini
ke kecenderungan merasa atau berpikir bahwa Allah tidak
menolong kita. Terkadang bahkan di bawah sadar diam-diam
membantah bahwa ternyata Allah tidaklah Rahman dan Rahim.
Allah tidak sayang kita. Dan seterusnya. Dan itu sungguh sangat
berbahaya bagi apa yang akan kita alami berikutnya atau
sesudahnya.

Fama adroka ma Rahman wama adroka ma Rahim?


Apakah kita sedang meragukan atau bahkan sedang tidak
percaya kepada keagungan Allah? Tidak. Kita sedang
mensyahadati kekerdilan dan kebodohan kita sebagai manusia.
Sebagai bekal untuk mengakui keangkuhan intelektual kita.

Emha Ainun Nadjib - 1 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 8


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (4)
Apa Iya Allah Cuek Sama Kita

‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬

(Al-Fatihah 1-3)

Apakah di antara kita ada yang pernah mengalami dilindas


masalah sangat besar. Sudah maksimal dan terus-menerus
berjuang mengatasinya. Beberapa hal mendasar ternyata terletak
di luar jangkauan kemampuan, sehingga membutuhkan
pertolongan Allah.

Ibadah ditingkatkan. Shalat malam, shalat dluha,shalat sunnat


macam-macam dipacu. Dzikir tiap malam. Wiridan ketika duduk,
berdiri, berbaring, di kendaraan dan selama perjalanan.

Semua wacana tentang wirid yang dirasa tematik cocok, relevan,


kompatibel, sudah dijalani. Bahkan dilipatgandakan jumlahnya
sampai ratusan atau ribuan, juga frekuensi waktunya.

Semua wacana spiritual dikerahkan. Tetapi tak kunjung ada jalan


keluar. Masalah tetap menindih dan menggeluti hidup.

Padahal Allah berfirman:

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 9


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

َ ُ ۡ َ ۡ ُ َُۡۡ‫ُ َ ۡ َ ٗ ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫َو َمن َيت ِق ٱ َ َ ۡج َعل له مخرجا و رزقه ِمن ح ث‬
ُ ‫ٗ ﱠ‬ َ َ َ ُ ‫َ ۡح َ س‬
‫ب ؕ َو َم ۡن ﱠيت َو ۡل ع ا ِ ف ُه َو َح ۡس ُ ه ؕ ِان ا َ َ ِالغ‬ ِ
َۡ ۡ َ ‫َۡ َ َ َ ُ ﱢ‬
‫ٍء قدرا‬ ‫ا ۡمر ٖه ؕ قد جعل ا ِل ل‬
“Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, Dia
menganugerahinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah
yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal
kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.
Sesungguhnya Allah menjadikan setiap urusan-Nya tercapai.
Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”.

Tapi kok belum gol juga? Berdoa sampai meniren selalu beluuuum
saja dikabulkan. Tidak ada tanda-tanda, gejala atau indikator
apapun. Tidak ada Malaikat datang membawa titipan pertolongan
dari Allah, atau tiba-tiba ada segebog uang di laci almari.

Atau Rasulullah berkenan sidak dan mengayomi. Atau Sunan


Kalijaga kek Sunan Bonang kek berkunjung kasih nasihat. Atau
leluhur-leluhur entah siapa kek. Boleh Gadjah Mada atau Ratu
Kencana Wungu. Asal jangan Firaun atau Qorun. Kalau ET dan
piring terbang masih bisa dipertimbangkan. Tidak ada angin
berhembus menyapukan kesejukan ke wajah yang semakin kuyu
dan lungkrah ini. Tidak ada langit retak, awan menyibak atau apa
kek. Semua doa dzikir wirid dan keluhan-keluhan rasanya lenyap
ke ruang hampa. Seolah-olah Allah bukan Dzat Maha Rahman dan
Rahim. Seakan-akan Tuhan mencueki kita. Tetapi pasukan Maiyah
insyaallah tetap yakin, mantap, dan sangka baik
mewiridkan “Bismillahir-Rahmanir-Rahim. Alhamdulillahi
Rabbil’alamin. Ar-Rahmanir-Rahim”.

Emha Ainun Nadjib


2 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 10


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (5)
Ati-ati Lé:
Tidak Ada Syafaat Lho!

‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬

(Al-Fatihah 1-4)

Akan tetapi tidak semudah itu. Terkadang, karena tidak paham


melihat sejarah dan isi dunia, kita masih dikejar-kejar pertanyaan.
Karena meskipun defaultnya manusia itu “ahsanu taqwim” tapi
fakta lapangannya kebanyakan 3-C (ciut, cethèk, cekak), sering kita
tetap ketir-ketir juga:

Wahai Rahman wahai Rahim, kenapa Engkau biarkan jutaan


manusia dibantai di Kamp Konsentrasi Hitler? Kenapa seakan-akan
Allah melapangkan jalan bagi penjajahan bertingkat-tingkat
kekuatan Barat atas Timur? Kenapa Allah membiarkan sebuah
bangsa yang Ia anugerahi kecerdasan dan kemuliaan di alur
katulistiwa, dijajah terus-menerus, ditipu, diperdaya dan
dibohongi oleh para penguasanya sendiri?

Ainar Rahman wa ainar Rahim?

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 11


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Kenapa Perang Shiffin yang mengorbankan ratusan ribu Kaum


Muslimin yang berperang di antara mereka? Harus seberapa
pandai Kartosuwiryo dan harus seberapa piawai Kahar Muzakkar
dalam menata desain perjuangan Islam, agar supaya ia tidak
ditembak mati di hari Kemerdekaan, kemudian dikutuk oleh
bangsa dan ummatnya sendiri sepanjang masa?

Ainar Rahman wa ainar Rahim?

Kenapa Allah tidak melindungi Sayidina Utsman bin Affan dari


pembunuhan oleh Kaum Muslimin sendiri? Kenapa Allah tega
membiarkan Sayidina Ali bin Abi Thalib dihunjam pedang tatkala
bersujud oleh Ibnu Muljam? Kemudian meloloskan istri Sayidina
Hasan bin Ali meracun suaminya sendiri. Bahkan seolah-olah
memperkenankan Husein, adiknya, dipotong kepala dari tubuhnya
dan dikuburkan di dua tempat yang ratusan kilometer jauhnya?

Ainar Rahman wa ainar Rahim?

Ketika ngumpul-ngumpul dan selawatan bersama, hati kita


lumayan sedikit bisa tenang. Karena kita
“berkolusi”, ndompleng posisi kemuliaan Rasulullah atau
“gondelan klambine” Kanjeng Nabi, ada info dan jaminan bahwa
kedudukan kita di hadapan Allah menjadi terselamatkan, bebas
dari adzab Allah serta memperoleh banyak kemudahan hidup.
Ayat-ayat tentang itu rata-rata kita sudah tahu, bahkan hafal.

Namun tatkala berangkat lebih jauh dan berpikir lebih mendalam,


akhirnya keder juga hati kita. Allah memberi statement sangat
tegas:

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 12


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

ََْ ُ ْ َُ َ
‫آمنوا أن ِفقوا ِم ﱠما َرزقنا ْم‬ ‫َ ا أ ﱡي َها ال ِذين‬
َ ْ َ
‫ِم ْن ق ْ ِل أن َ أ ِ َ َي ْو ٌم َب ْي ٌع ِف ِه‬
َ ُ ُ ُ َ ُ َ ٌ َ َ َ ََ ٌ ُ ََ
‫و خلة و شفاعة وال ِافرون هم الظ ِالمون‬
“Wahai orang-orang yang beriman, belanjakanlah limpahan rizki-
Ku sebelum datang hari di mana tak ada jual beli, tidak ada lagi
persahabatan yang akrab, serta tidak pula ada syafaat. Mereka
yang ingkar kepada-Ku itulah yang dhalim.”

Lho jadi bagaimana ini kok tidak ada syafaat? Padahal dari ribuan
Kiai dan hampir semua pembawa acara pengajian kita selalu
mendengar: “Agar kita memperoleh syafaat kelak di Hari Kiamat”
dengan penuh keyakinan. Lha ini pernyataan Allah, Sang Maliki
Yaumiddin, sangat transparan dan tegas: “wala syafa’atun”….
Mampus dong kita.

Emha Ainun Nadjib


3 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 13


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (6)
Bargaining Power kok ke Allah

‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
(Al-Fatihah 1-4)

Semua itu ada jawabannya. Tapi bertahap dan pelan-pelan. Wong


semua ini bikinan Allah kok. Allah Maha Rasional dan Maha Ilmiah,
meskipun skala, spektrum, dan algoritmanya tidak mungkin
dijangkau oleh 3-C kita.

Kita tidak mantap-mantap amat dengan narasi dan literasi karya


manusia. Kita tidak punya “hak asasi manusia”. Hak kita itu
artifisial. Tidak asasi sama sekali. Tidak otentik. Pinjaman tanpa
peluang negosiasi, kapan mau ditagih ya ditagih. Dengan dan
kepada Allah tidak ada daya negosiasi. Kita tidak punya
“bargaining power” dalam berhubungan dengan-Nya.

“Faman sya`a falyu`min, waman sya`a falyakfur”. Take it or leave


it.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 14


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

َ
‫ أ ْو َ ا ُ ت َعا ِإ ُمو َ ْبن‬: ‫ﷲ َعل ْ ِه َو َسل َم‬ ُ ‫ال َص‬َ ‫َو َق‬
َ َ َ َْ ْ ْ َ َ ْ ُ َ: ُ َ ‫َْ َ َ ْ َ ﱠ‬
‫ض ِ قضا ِ ْ َول ْم‬ ‫ِعمران علي ِهما الس م ا مو من لم ير‬
ْ ِ ‫َ ْص ْ َع َ َ ْ َول ْم َ ْشك ْر َن ْع َما ْ َفل َ ْخ ُ ْج ِم ْن َب ْ أ ْر‬
ِ ِ ِ
َ َ ُ ْ ْ
ْ ‫َو َسما ْ ول طلب له ر ا ِسوا‬َ َ َ
ِ ِ
“Allah Ta’ala memberikan wahyu kepada Musa bin Imran As : “Hai
Musa, siapa yang tidak ridha dengan ketetapan-Ku dan tidak
sabar dengan ujian-Ku (bala’) dan tidak mau mensyukuri nikmat-
Ku maka keluarlah dari bumi-Ku dan langit-Ku lalu carilah Tuhan
selain Aku. (Hadits Qudsi).

Nah Lo! Atau kita bahasakan sendiri: Kalau tidak sepakat dengan
yang diputuskan oleh Allah, ya Ente saja yang mengganti jadi
Tuhan.

Kalau sadar tidak sanggup jadi Tuhan, ya jangan ngatur-ngatur


atau maksa-maksa keputusan-Nya. “Ishbiru wa shabiru” saja.
Bersabar saja terus dan selalu perteguh lagi dan lagi kesabaranmu.

Dan terus ndlosor di depan kaki Allah. Terus memohon. Terus


berdoa. Terus mengemis-ngemis kepada-Nya. Kalau nggak mau,
nanti dikategorikan sebagai makhluk sok dan sombong langsung
oleh Allah sendiri:

َ َ َ ‫ب ل ْم إ ﱠن الذ‬
‫ين َ ْست ِ ُ ون َع ْن‬ َ ‫َو َق‬
ْ ‫ال َرﱡ ُم ْاد ُعو أ ْس َتج‬
ِ ِ ِ
َِ ُ َْ َ َ َ
َ‫ون َج َه ﱠن َم َداخ ن‬
ِ ‫ِع اد ِ س دخل‬
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 15


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka


Jahannam dalam keadaan hina dina.

Emha Ainun Nadjib


4 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 16


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (7)
Takbiran Untuk Nan Maha Sendirian

‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ ِ
ُ
َ ‫ٱل َح ۡمد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
(Al-Fatihah 1-5)

“Takbir” itu kosakata Bahasa Arab, kalau “Takbiran” itu Bahasa


Indonesia, berasal tradisi budaya lisan rakyat Indonesia. Sama
dengan Tahlil dan Tahlilan, Tawashshul dan Tawashshulan. Bahkan
main “bal” dijadikan “Balbalan”.

Untuk menyiapkan tahap-tahap pemahaman berikutnya, harus


dituturkan bahwa pada momentum Takbiran “Idul Fithrati”
kemarin saya mengajak Jamaah Maiyah di Kenduri Cinta dll. untuk
memaksimalkan kenikmatan Takbiran. Agar kalau sedang Takbiran
akal pikirannya turut bekerja sehingga menambah mantap dan
khusyuknya hati.

Yakni dengan cara menghayati maknanya. Pada kelengkapan teks


Takbir:

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 17


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

ًْ ً َ َ ُ َ ْ ُ َ َ ْ َ ُ
‫ﷲ ُ َرة َوأ ِص‬ ِ ‫ﷲ أ ُ ك ِب ا والح ْمد ِ ِ ك ِثـ ا وس ْ حان‬
‫ُ ﱢ‬ ْ ‫ُ َ َ ُ ﱠ‬ ‫َ َ ﱠ‬
‫ﷲ َو ن ْع ُ د ِإ ِإ ﱠ ُاه ُمخ ِل ِص ْ َ له الد ْي َن َول ْو كر َه‬ ‫إله ِإ‬
َ َ َ َ ْ َ َ َ ‫ﱠ‬ َ َ َ
‫ إله ِإ ا ُ َو ْحد ُه َصدق َوعد ُه َون َ َ ع ْ د ُه‬،‫ال ِاف ُر ْون‬
ُ، َ ‫ َ إل َه إ ﱠ ا ُ َوا ُ أ‬،‫اب َو ْح َد ُه‬ َ َََ َ ُ َْ ُ ‫َ َﱠ‬
َ ‫اﻷ ْح َز‬
ِ ‫وأعز جنده وهزم‬
ُ
‫ا ُ أ َ ُ َو ِ ِ ال َح ْمد‬
Ada peneguhan 4 (empat) janji Allah. Kalimat “Shadaqa wa’dah,
wa nashara ‘abdah, wa a’azza jundah, wa hazamal ahzaba
wahdah”. (1). Allah bersungguh-sungguh dengan janji-Nya. (2)
Allah menolong hamba-hamba-Nya. (3) Allah meninggikan derajat
para prajurit-Nya. (4) Allah memporakporandakan semua musuh-
musuh-Nya secara sendirian”.

Allah membereskan musuh-musuhnya “sorengan bae”, ijèn plèk.


“Wa kana dzalika ‘alallahi yasira”. Dan itu amatlah mudah bagi-
Nya. Allah Maha Single Fighter. Kita gak usah ikut, duduk-duduk
saja makan lontong opor. Kalau ikut-ikut nanti malah mengganggu
atau mampus sendiri.

“Lai ilaha illallahu wahdah”. Tidak ada tuhan selain Allah


sendirian. Allah Maha Sendirian dalam keseluruhan arti dan
kelengkapan makna. Karena sendirian, maka Ia tak terkait dengan
siapapun dan tidak membutuhkan apapun maupun siapapun.
Sehingga Ia juga tidak terikat oleh apapun.

Kalau kita terkait dengan Bapak dan Ibu, jasa beliau berdua
membuat kita terikat untuk “birrul walidain”, berbuat baik kepada
keduanya. Demikian juga semua manusia hidup pada posisi saling
terkait di antara sesamanya, dengan alam serta dengan Allah
sendiri. Pemerintah terikat kewajiban untuk benar dan adil atas

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 18


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

jasa rakyat memilihnya. Demikian juga semua bentuk hubungan,


keterkaitan, interaksi, inter-relasi, inter-dependensi dll. sebagai
hakikat faktual dan riil eksistensi kehidupan manusia.

Lha Allah tidak berada pada posisi untuk harus benar, wajib baik,
tidak boleh tidak adil dst. Tidak ada yang punya posisi atau apalagi
kekuatan untuk mengikat-Nya. Allah Maha Berdaulat untuk
mengkiamatkan, menghancur-leburkan bahkan meniadakan
seluruh alam semesta dan makhluk-makhluk ciptaan-Nya sekarang
juga atau setengah jam lagi atau kapanpun saja Ia berminat untuk
itu.

Tetapi Allah Maha Benar, Maha Baik, Maha Adil. Itu semua
dorongannya bukan keterikatan dengan pihak lain. Melainkan
demi dan karena diri-Nya sendiri.

Maka Allah itu “Maha Maliki yaumiddin”. Dan satu-satunya pilihan


posisi, tanpa ada kemungkinan lain, pilihan kita hanyalah “Iyyaka
na’budu wa iyyaka nasta’in”. Hanya kepada-Mu kami
menyembah, dan hanya kepada-Mu kami mengemis pertolongan.

Emha Ainun Nadjib


5 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 19


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (8)
Bolehkah Allah Ingkar Janji?

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah:1-7)

Allah sudah menyatakan “shadaqa wa’dah”, Allah bersungguh-


sungguh dengan janji-Nya. “Innallaha la yukhliful mi’ad”.
Sesungguhnya Allah tidak akan pernah ingkar janji. Maka bolehkah
Allah mengingkari janji?

Lho. Emang siapa yang berhak, berdaulat, sanggup atau mampu


membolehkan atau melarang Allah melakukan apa saja? Siapa
yang punya posisi untuk memungkinkannya mewajibkan Allah
berbuat baik dan mengharamkan-Nya berbuat buruk? Siapa yang
layak, pantas, relevan, dan proporsional untuk menyuruh atau

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 20


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

melarang Allah berbuat benar atau salah, baik atau buruk, mulia
atau hina serta apapun?

Tidak ada. Qiyamuhu binafsihi. Allah Maha Mandiri. Allah Maha


Tidak terikat oleh apapun atau siapapun. Allah Maha Independen.
“Innallaha ‘ala kulli syai`in Qadir”. Allah berdaulat atas apa saja.

Allah berhak kejam, tapi faktanya Ia Maha Santun dan Maha


Bijaksana. Allah tidak terikat oleh siapapun untuk berbuat adil.
Tetapi mutlak Allah itu Maha Adil. Allah berhak berbuat buruk
seburuk-buruknya. Tetapi faktanya ia Maha Baik, Maha Pengasih
dan Maha Penyayang.

Tapi kenapa sering ada keadaan yang menyebabkan kita merasa


doa-doa kita tidak didengarkan, apalagi dikabulkan, oleh Allah?
Kenapa kita sering mengalami perasaan seolah-olah Allah tidak
adil, tidak maha pengasih maha penyayang. Kenapa bahkan
terkadang kita merasa malah mengadzab yang selama ini
berikhtiar maksimal untuk bertaqwa, bertawakkal dan ber-
istighatsah kepada-Nya?

‫َ ْ ﱠُ ْ ُ َﱠ‬ ‫َ َ ﱠ‬
ِ ‫و ِمن النا س من قول امنا ِ ا‬
ۗ َ ‫ََْ ﱠ‬ َ َ
◌ ِ ‫ف ِا ذا ا ْو ِذ َي ِ ا ِ َج َع َل ِفتنة النا س ك َعذا ِب ا‬
ۗ ‫ﱠ ﱠ‬ ُ َ َ
◌ ‫َول ِ ْ َجا َء نـ ْ ٌ ﱢم ْن ﱠ ﱢر ك ل َ ـق ْول ﱠن ِانا كنا َم َع ْم‬
َ ْ ‫س ا ُ ا ْعل َم َما ْ ُص ُد ْور ال ٰعلم‬ َ ْ ‫ا َولـ‬
ِ ِ ِ ِ
“Dan di antara manusia ada sebagian yang berkata, ‘Kami
beriman kepada Allah,’ tetapi apabila dia disakiti (karena dia
beriman) kepada Allah, dia menganggap cobaan manusia itu
sebagai siksaan Allah. Dan jika datang pertolongan dari Tuhanmu,

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 21


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

niscaya mereka akan berkata, ‘Sesungguhnya kami bersama


kamu.’ Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam
dada semua manusia?” (QS. Al-‘Ankabut 29:10)

Sampai-sampai Allah mengungkapkan kepekaan-Nya terhadap


perasaan-perasaan subyektif kita seperti itu.

Juga jangan lupa siapa tahu mungkin semua ikhtiar yang sudah
kita lakukan itu — misalnya — belum memenuhi syarat taqwa.
Kualitasnya, kekhusyukannya, kelengkapannya, akurasinya. Juga
mungkin bukannya “tidak dikabulkan”. Siapa tahu itu “belum”
saja. Atau mungkin sudah dikabulkan, tapi fakta kabulnya yang
kita belum paham, juga belum tahu di mana dan kapan.
Pengetahuan kita tentang apa yang berlangsung dalam kehidupan
lebih kecil dibanding sebutir pasir di padang sahara, meskipun
andaikan kita Ulama besar atau cendekiawan kuadrat.

Jangankan infinitas mosaik realitas kehidupan. Sedangkan jumlah


helai rambut di kepala kita saja kita tidak tahu. Apalagi bulu-bulu
seluruh tubuh kita. Kalau turun hujan, kita tidak bisa menghitung
berapa jumlah curahannya. Dan pada satu curahan, terkandung
berapa tetes air. Lebih bodoh kita hampir tidak mungkin tahu
mana titik hujan yang disuruh Allah mengantarkan berkah ke kita,
berapa yang peringatan atau ancaman. Tetes air mana yang
merupakan sumber ilmu, pengetahuan tentang diri kita sendiri
saja, atau jangankan lagi pengetahuan tentang tak terbatasnya
segala hal dalam kehidupan. Maka kita tambahi ikhtiar kita
dengan mewiridkan “’Allamal insana ma lam ya’lam”. Allah
mengajarkan hal-hal yang manusia belum tahu. Di Maiyah ada
wirid “Ya Allah ‘allimna ma jahilna”. Wahai Tuhan ajarkan kepada
kami hal-hal yang kami bodoh atasnya.

Emha Ainun Nadjib


6 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 22


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (9)
Mengabdi Tidak Sama
dengan Menyembah

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Atau ada probabilitas juga bahwa sebenarnya sudah ada jalan


keluar dari Allah, hanya saja kita belum mengetahuinya karena
serba sangat terbatasnya alat-alat kemanusiaan kita.

Atau bisa juga jangan-jangan ada dosa kita entah yang mana yang
menghalangi kabulnya ikhtiar itu. Atau memang belum waktunya,
karena bahkan siapa tahu Allah merencanakan tidak hanya solusi,
tapi juga keindahan dan berkah yang lebih dahsyat.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 23


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Manusia tidak bisa memastikan itu, tapi manusia juga tidak bisa
menyimpulkan bahwa tidak begitu. Posisi manusia hanya
menerima apa adanya, ikhlas kepada qadla dan qadar, nerimo ing
pandum. Kemudian berikhtiar dan berharap. Di atas pengharapan
itu paling-paling ada husnudhdhon atau sangka baik kepada Allah
dan akhirnya pol ya keyakinan.

Itulah algoritma iman. Itulah dasarnya kenapa kita tidak punya


pilihan atau kemungkinan lain kecuali beriman kepada-Nya.

Atau ternyata kita belum punya mutu batin atau kualitas kejiwaan
yang membuat Allah memperhatikan kita.

Mungkin juga kebodohan dan kebutaan kita ini keterlaluan,


sehingga menutupi proses yang kita perlukan dan nantikan. Atau
mungkin Allah sedang merancang kejadian besar, gunung
meletus, tsunami meluap, kematian massal, keributan politik atau
apapun yang membuat masalah kita menjadi kecil dan
terkamuflase, ketelingsut atau dilupakan. Dan ada seribu
kemungkinan lain, bahkan tak terhingga.

Manusia tidak tahu itu semua. Tidak sanggup membaca atau


apalagi menetapkan dan merumuskan.

Allah sungguh-sungguh mutlak “Maha Maliki Yaumiddin”. Dan kita


hanya mungkin, sehingga kita pastikan, untuk melakukan satu hal
juga: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Hanya kepada-Mu
kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon
pertolongan.

Menyembah hanya kepada Tuhan. Tidak boleh kepada orang tua,


Guru, Kiai, Presiden, bahkan haram menyembah Rasulullah Saw.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 24


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Perlu ditegaskan dan diingat-ingat bahwa “na’budu” bisa berarti


menyembah, bisa juga mengabdi. Kita harus mengerti persis
penerapan proporsionalnya. Jangan sampai pengabdian kita
kepada tokoh yang bukan Tuhan terseret sampai menjadi
menyembah.

Banyak contoh dalam kehidupan budaya dan politik di mana


seorang tokoh bukan hanya diabdi tapi juga disembah,
diperlakukan sebagaimana Tuhan, alias dituhankan. Fakta sejarah
semacam itu akhirnya akan bisa menghancurkan tokoh yang
dituhankan, rakyat yang menuhankan, bahkan hancur seluruh
Negara dan sejarahnya.

Emha Ainun Nadjib


7 Mei

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 25


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (10)
Dituhankan dan Menuhankan

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Tetapi jangan besar kepala dulu. Ada fakta bahwa dalam rentang
sejarah tertentu, pihak yang dituhankan tetap selamat dan jaya-
jaya saja. Juga rakyat yang menuhankan. Justru yang berlaku “nahi
munkar” terhadap penuhanan atas selain Allah, malah
dihancurkan, dan tidak sedikit yang kemudian memang benar-
benar hancur.

Semua pihak juga tidak punya keperluan untuk memperhatikan


atau apalagi meneliti atau mewaspadai bahwa dalam praktek
hubungan antar manusia terdapat gejala “penyembahan”, bukan
sekedar “pengabdian”.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 26


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Dalam Bahasa Arab kata-katanya sama. “Na’budu”. “Ibadah”.


“Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”. Hanya kepada-Mu kami
menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.
Tetapi dalam praktek keagamaan yang diterapkan juga sampai ke
politik dan terutama yang terkait dengan struktur kekuasaan,
“na’budu” prakteknya tidak hanya mengabdi tetapi menyembah.
Persepsi ini pasti dibantah oleh hampir semua pihak, dan itu yang
namanya kemunafikan. Kadar pengabdian seseorang kepada
penguasa Negara tidak hanya sebatas mengabdi, melainkan sudah
cenderung menyembah. Sebenarnya, yang disembah, karena itu
hanya Tuhan: “can do no wrong”. Tidak bisa berbuat salah. Yang
tidak bisa berbuat salah pasti bukan manusia. Manusia itu “can do
wrong”. Tetapi dalam berbagai peristiwa: orang membela
pemimpinnya sampai tingkat “can do no wrong”.

Demikianlah, berlangsung suatu zaman di mana ada


mekanisme dituhankan dan menuhankan. Kalau Raja dulu
menuhankan diri. Kalau masyarakat sekarang menuhankan
tokohnya. Raja Milenial sekarang dituhankan.

Kalau Anda melawan itu, bahkan sekedar menyatakan realitas itu:


berarti Anda menentang kekuasaan, yang tidak terutama
dijalankan oleh “tuhan”nya, melainkan terutama oleh “yang
menuhankan”. Dan karena itu Anda dihancurkan. Dimanipulasi.
Difitnah. Dietrek-etrek dengan segala cara dan fitnah. Kalaupun
tidak dibunuh atau dimusnahkan, karakter dan nama baik Anda
diluluhlantakkan.

Jadi, kalau Anda mau hancur maka hancurlah. Tapai kalau Anda
tidak mau, ya jangan mau.

Emha Ainun Nadjib


8 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 27


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (11)
Suka-Suka Tuhan lah

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Anda dan siapapun tetap berpeluang melakukan muhasabah. Ke


dalam atau keluar diri. Setiap orang bukanlah bagian dari suatu
golongan yang berperang melawan golongan lain. Pertarungan
atau peperangan yang berlangsung adalah perang nilai, yang itu
pun berada dalam hitungan rentang waktu. Antara benar
melawan salah, baik melawan buruk, kekuasaan melawan
keterkuasaan, kemuliaan versus kehinaan. Dan peta-peta lainnya
yang sangat luas sekaligus lembut. Anda menyusun strategi dalam
peperangan nilai itu dalam segala konteks dan spektrum.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 28


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Apakah Anda sedang mengalami kemenangan? Menang dalam


cara pandang yang mana? Menang kapan? Ataukah Anda hancur?
Kehancuran bagaimana? Dilihat dari konteks apa? Dipandang
dengan bangunan berpikir yang bagaimana? Kenapa? Atas
hitungan apa? Kapan berlakunya? Di Maiyah kita belajar sudut
pandang, sisi pandang, polarisasi pandang, kelengkapan pandang,
resolusi pandang, lingkaran dan bulatan pandang. Maiyah tidak
ikut cara pandang sepetak, sempit dan dangkal, yang seserpih dan
linier.

Rentang waktu hidup ini bukan hanya sepanjang usia kita. Bukan
hanya terbatas pada satu dua dekade atau era dalam perjalanan
Negara. Bahkan tidak sekedar sepanjang ada dunia dan alam
semesta. Kapan sesuatu bisa disimpulkan sebelum tiba pada batas
akhir rentang perhitungan waktunya?

Dan untuk itu “Maliki Yaumiddin”-nya hanya Allah. Dan Dia


Rahman dan Dia Rahim. Maka berikhtiar, berjuang dan bekerja
keraslah. Kemudian “fantadliris-sa’ah”. Tunggu waktunya. Kita
tidak tahu dan tidak berkuasa atas apa yang akan terjadi besok
pagi, dua tahun lagi, lima dan sepuluh tahun lagi. “Idza ja`a
ajaluhum la yasta`khirunas-sa’ah”. Kalau tiba saatnya, kejayaan
atau kehancuran, kebangkitan atau kematian, tak siapapun bisa
menolak atau menunda waktunya.

Kita berbangga dan menjadi optimis menjalani hidup dengan


banyak sekali rumus-rumus kehidupan. Yang bersumber dari Kitab
Suci atau peradaban dan kebudayaan manusia sendiri. “Ngundhuh
wohing pakarti”, “Siapa menebar angin akan menuai badai”.
“Faman ya’mal mitsqala drarratin khairan yaroh, waman ya’mal
mitsqala dzarrotin syarron yaroh”.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 29


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tetapi jangan kaget memang mungkin ada yang menanggapi: “Ya


semau-mau Tuhan lah”. “Suka-suka Allah dong”. “Innallaha ‘ala
kulli syai-in Qadir”.

Yang lalim tetap jaya, yang melawan harus siap dipralaya. Dan itu
bisa membuat yang dituhankan maupun yang menuhankan akan
besar kepala, merasa benar, dan semakin mantap menjalankan
kelalimannya.

Allah maha berdaulat untuk menentukan apa saja semau-mau Dia.


Silahkan manusia yang berpikir 3-C (ciut, cethèk, cekak)
merasa nelongso, ngenes, menangis mengguguk-guguk. Apalagi
kalau para pemuka Agama, para cendekiawan dan bijaksanawan
tidak menjelaskan kepada mereka “thariqat” dan metode berpikir
yang bisa mengelaborasi itu dengan “mizan”.

Emha Ainun Nadjib


(9 Mei 2023).

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 30


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (12)

HAM, Hak Artifisial Manusia

‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
(Al-Fatihah: 4-5)

Sampai-sampai, saking maha berkuasanya Tuhan, dan sedemikian


sadar, hati-hati dan waspadanya sebuah bangsa di suatu negeri —
mereka mencanangkan pedoman hidup yang mengacu pada
ketergantungan mereka terhadap kemaha-berdaulatan Tuhan.

PATRAP LIMA:
1. Menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa dan mengabdi
kepada kebersamaan.
2. Bangsa Manusia Beradab.
3. Kesatuan Seluruh Rakyat sebagai satu Bangsa.
4. Musyawarah Perwakilan Yang Bijaksana.
5. Keadilan Menyeluruh.

Kesadaran utama dan paling mendasar adalah bahwa sebagai


manusia maupun sebagai bangsa termasuk tanah airnya adalah
ciptaan Tuhan, berasal dari Tuhan sehingga kesadaran kembali
kepada Tuhan adalah landasan langkah, perilaku
pembangunannya.

Andaikan mau diambil sifat Tuhan, dengan narasi “Ketuhanan”,


maka substansinya bukan Tuhan sebagai maha subyek, melainkan

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 31


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

sifat-Nya. Itu pun sifat Tuhan yang disadari paling utama bukanlah
ke-Esa-annya, melainkan kekuasaan-Nya.

Landasannya bahwa selain Ia, semua makhluk-Nya, bangsa


manapun, hanyalah memiliki kekuasaan artifisial, pinjaman.
Haknya adalah Hak Artifisial Manusia. Yang punya hak dalam
posisi asasi hanya Tuhan. Maka manusia tidak punya hak asasi.
Jadi Hak Asasi Manusia “la burhana bihi”, tidak ada nalarnya. Ini
bisa dijelaskan dengan puluhan, ratusan atau ribuan kalimat.

Juga bangsa tersebut mengambil dan menerapkan Demokrasi,


tapi menyadari demokrasi di tangan manusia bukanlah hulu
nilainya. Manusia tidak “qiyamuhu binafsihi”, tidak mengadakan
atau melahirkan dirinya sendiri. Manusia tidaklah otentik dan
tidak pula permanen. Maka Demokrasi adalah “hak pakai
terbatas”. Manusia bukan “Maliki Yaumiddin” sama sekali.
Manusia terlalu lemah, terlalu bodoh dan terlalu palsu untuk itu.

Tuhan memiliki kekuasaan dan penguasaan untuk menentukan


setiap “hilir”nya. Sebab Tuhan itu Maha, sementara semua
manusia dan bangsa penuh keterbatasan. Tuhan maha absolut,
bangsa itu berdiri dan berada dalam habitat relativitas atau
kenisbian.

Bangsa tersebut berikhtiar maksimal untuk mendemokratisasikan


kehidupannya tetapi dalam batas keterikatan yang disediakan dan
diperkenankan oleh keabsolutan Tuhan.

Itulah sebabnya Patrap-1 adalah Menyembah Tuhan Yang Maha


Kuasa. Manusia tidak berkuasa, selain sebatas yang di-acc atau
diregulasi oleh Maha Penciptanya.

Demikian juga Patrap-2, 3, 4 maupun 5, dengan landasan Patrap-1


— menjadi bisa dan mudah dijelaskan, diuraikan dan dipetakan,

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 32


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

serta didesain penerapannya secara sederhana, lebih jernih,


akurat dan terang eksplorasi serta batas-batasnya.

Bagi penduduk di antara bangsa itu yang beragama Islam, dengan


pijakan keabsolutan kedaulatan Tuhan, “Maha Maliki Yaumiddin”,
mereka senantiasa memposisikan diri, sebagai individu, kelompok,
pemerintahan maupun seluruh penghuni Negaranya — di semesta
pengharapan kepada Tuhan “Ihdinash shirathal mustaqim”.
Karena hakiki manusia hanya impian, harapan dan kayakinan.
Sedangkan ranah kepastian, hanyalah milik Tuhan.

Tuhan sendiri bahkan mem-breakdown-nya secara ilmiah dan


akademis dengan narasi “Shirathalladzina an’amta ‘alaihim,
ghairil maghdlubi ‘alaihim waladhdhallin”. Di setiap langkah
sejarahnya, Bangsa ini selalu bisa ber”muhasabah” memverifikasi
perkembangan mereka di antara rentang kategori “an’amta
‘alaihim” dengan “maghdlubi ‘alaihim” dan “waladhdhollin”.

Kalau bisa “baldatun thayyibatun wa Rabbun Ghofur”, masyarakat


adil makmur, gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto
raharjo yang diperjuangkan dan dicapai tergolong dalam “an’amta
‘alaihim”. Jangan sampai ternyata mengandung potensi
“maghdlubi ‘alaihim” dan “waladhdhollin”. Itulah sebabnya
Patrap-4 menyebut “Musyawarah Perwakilan yang Bijaksana”.
Perwakilannya ya bijaksana, musyawarahnya juga bijaksana.
Bijaksana itu memenuhi semua muatan syarat kebenaran,
kebaikan dan keindahan dalam kesatuan dan kebersamaan
Bangsanya.

Emha Ainun Nadjib


10 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 33


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (13)
Al-Fatihah Kusyoko Koeswoyo

‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬

(Al-Fatihah: 1-3)

Mestinya hampir setiap Muslim hafal Al-Fatihah. Bahkan teman-


teman yang beragama lain pun saya tahu tidak sedikit yang juga
hafal Al-Fatihah.

Tetapi kelihatannya cukup banyak juga di antara Kaum Muslimin,


mungkin karena sudah sangat hafal dan dilantunkan rutin sehari-
hari — mereka tidak tampak tergetar atau terharu oleh kalimat-
kalimat Al-Fatihah.

Ini bukan kritik. Juga bukan soal benar salah, apalagi halal haram.
Ini hanya ungkapan tentang intimitas batin pada diri setiap orang.

Saya punya rekaman lagu yang syairnya merupakan terjemahan


Al-Fatihah, yang dikarang dan dinyanyikan oleh anggota Koes Plus,
grup musik paling legendaris di negeri ini. Yakni Kesyoko alias Yok
Koeswoyo. Adik bungsu almarhum Tony (Kustono) Koeswoyo,
(Kus)Nomo Koeswoyo dan (Kusyono) Koeswoyo.

Lagu itu tidak pernah direkam resmi. Dan hanya dikasihkan


kepada saya sebagai tanda persahabatan. Teman-teman yang

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 34


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

mendengarkan semua langsung tahu itu vokal Yok, tapi banyak


teman tidak percaya bahwa itu ciptaannya. Sebab bacaan mereka
dari media-media, membuat mereka berkesimpulan bahwa Yok
adalah seorang Katolik. Apalagi dulu istrinya adalah wanita
Perancis.

Biasalah. Media hampir selalu awam, tahu sekilas-sekilas, kurang


atau tidak valid, dan tidak terlihat merasa perlu untuk
melakukan recheck atau verifikasi.

Yok masih “sugeng” sampai hari ini. Alam pikirannya sangat


dipengaruhi oleh khasanah spiritualitas kebatinan yang berasal
dari tradisi kebudayaan. Dan itu membuatnya sering konslet
dengan Nomo Kakaknya yang agak lebih santri.

Ia merekam dan mengasihkan ke saya syair Al-Fatihah itu mungkin


karena sebagai sahabat, ia ingin saya tahu lebih tepat apa
agamanya.

Lagu syair Al-Fatihahnya Yok itu, sebagaimana tradisi budaya


keluarga Pak Koeswoyo, sangat sederhana, mudah dan langsung
nempel di perasaan. Tidak pretensius atau “berpamrih” untuk
bercanggih-canggih secara estetika. Aspirasi penciptaan lagu
maupun aransemennya juga tidak artifisial, tidak “rendah diri”,
kondisi psikologis yang membuat lagunya dihebat-hebatkan,
sebagaimana banyak kecenderungan lagu-lagu lainnya.

Terhadap karya Yok itu saya memperoleh perasaan khusus yang


mendalam. Di samping rasa terharu dan bersyukur karena Yok
bermaksud menyapa dan menyatakan bahwa saya adalah
saudaranya seiman. Juga saya menemukan nuansa khusus tatkala
suara Yok melantunkan “Yang Maha Pengasih, lagi Maha
Penyayang”.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 35


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Al-Fatihah rasanya hadir secara berbeda, menghadirkan


keakraban batin tersendiri serta mendorong pengembaraan akal.

Surat pembuka Qur`an itu diawali dengan


“Bismillahirrahmanirrahim”. Dengan Rahman dan Rahim sebagai
pusat kosmos nilainya.

Rahman Rahim adalah icon utama dari semua sifat-sifat Allah.


Mungkin juga bisa dipahami bahwa sifat Maha Pengasih dan Maha
Penyayang adalah ruang besar Asmaul Husna. Spektrum makro,
terluas dan teragung yang seolah-olah memuat sifat-sifat Allah
lainnya, yang berjumlah mungkin 99 mungkin 146, mungkin lebih,
bergantung pada cara pandang yang dipakai.

Mungkin karena itu maka sesudah membaca


“Bismillahirrahmanirrahim” kita langsung digiring masuk ke
semesta di dalam diri kita sendiri untuk menghayati
“Alhamdulillahi Rabbil ’alamin”. Kemudian di kedalaman hati itu
kita merasa belum terlalu me-lubuk kalau tidak meneguhkan lagi
“Ar-Rahmanir-Rahim” sesudahnya. (11 Mei 2023).

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 36


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (14)

Embargo Mr. Nyuklun

‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬
ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 7)

Yok Koeswoyo manusia paling mendalam dan romantis. Si Sulung


Tony Koeswoyo sangat fasih terhadap nilai-nilai kehidupan. Nomo
Koeswoyo liberal dan “preman”, jiwanya merdeka dan
melengking. Yon Koeswoyo sehari-hari dan bersahaja.

Yok bukan santri dan tidak punya latar belakang budaya Islam.
Tetapi ia memasuki Al-Fatihah dengan jiwa merdeka dan hati
universal. Penghayatannya diungkapkan melalui pilihan nuansa
lagu, notasi nada yang sama sekali tidak ada anasir
keberlebihannya.

Saya yang dididik di Surau dan sedikit Pesantren, merasa sangat


awam keindahan ketika mendengar aransemen Al-Fatihah Mas
Yok.

Kalau mendengarkan lagu itu, saya merasa saya adalah jenis


manusia yang Allah pernah memfirmankannya melalui term
“dholuman jahula”, lalim selalim-lalimnya (meskipun kepada nilai-
nilai) dan dungu sedungu-dungunya terhadap diri sendiri sehingga
juga kepada Allah dan siapapun.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 37


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

‫ال‬ َ ‫الس ٰم ٰوت َوا ْ َ ْرض َوالج‬‫ﱠ‬ ‫ع‬َ ‫ﱠ َ َ ْ َ ْ َ َم َان َة‬


‫ِانا عرضنا ا‬
ِۗ ِ ِ
ُ ْ ْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ
‫فا َب ْ َ ان ﱠ ْح ِملن َها َواشفق َن ِمن َها َو َح َمل َها ا ِ َسان‬
ًْۙ ُ َ ْ َ ٗ‫ﱠ‬
‫ِانه ان ظلوما جهو‬
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan
melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh”.
(Al-Ahzab: 72).

Sayalah “dhaluman jahula” itu. Setidaknya dalam suatu dimensi,


ranah atau wilayah nilai hidup, saya merasa dungu sedungu-
dungunya dan lalim selalim-lalimnya.

Memang tidak ada manusia maupun makhluk Allah lainnya yang


punya alat dan “receiver” pada level dan dimensi apapun untuk
memastikan bahwa di hadapan Allah kita ini termasuk
“almustaqim”, “an’amta ‘alaihim”, “maghdlub” ataukah “dhollin”.
Kelak di akhirat mestinya akan baru ada kejelasan soal itu. Tetapi
saya merasa lebih selamat dengan merasa sayalah itu “dhaluman
jahula”.

Kalau mau tahu persis sesuatu, mengerti akurat tentang apa saja
sebagaimana “qadar”nya, saya dan siapapun tidak punya potensi
atau kemungkinan untuk itu. Allah menegaskan: “Anta la ta’lam
wa Ana a’lam”. Engkau tidak tahu dan Aku tahu.

Posisi “dhaluman jahula” itu membuat saya banyak melakukan


kesalahan yang bodoh selama hidup saya. Di Era Bung Karno, Pak
Harto, dan dekade sesudahnya, saya melakukan “dhaluman

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 38


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

jahula”. Di era pemerintahan terkini sekarang ini merupakan


puncak “dhaluman jahula” saya. Bukan saya omong salah dan
bodoh, tetapi seharusnya saya jangan mengucapkan itu.

Sehingga saya dibenci oleh banyak orang yang semula menyayangi


saya. Saya dibuang dari hati dan pikiran mereka. Saya disingkirkan
dari perhatian mereka. Saya dicekal oleh hak-hak mereka. Saya
dikucilkan. Dialienasi hampir menjadi “persona non grata”. Saya
diusir, diembargo sebagai “mathruda” (terusir) persis
subatansinya seperti pada 1968 saya diusir dari Pondok Gontor.
Kalau pakai bahasa dari desa saya Menturo: saya nyuklun….

Emha Ainun Nadjib.


(12 Mei 2023).

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 39


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (15)
Malapetaka, Sengsara, Goncangan

َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 6-7)

Ternyata hidup saya selama ini adalah GR-GR sendiri belaka.

Seringkali ketidakpastian pengetahuan membuat kita pada


momentum dan situasi tertentu dalam peristiwa kehidupan
sekarang di dunia — membuat sangat sulit menemukan posisi diri
dan kuda-kuda mental.

Ketika kita mengalami kesulitan dan keterpurukan di dunia, sangat


tidak menganalisis, mempetakan atau mem-breakdown segala
sesuatunya, termasuk mencari kemungkinan-kemungkinan
solusinya — kalau kita tidak mengerti persis apakah kita ini sedang
disayang ataukah dimurkai oleh Allah. Apakah kita sedang diuji
ataukah sedang dihukum. Apakah kita sedang dirahmati ataukah
diadzab. Ketidakjelasan itu bisa benar-benar membuat kita
kehilangan arah dan mungkin frustrasi.

َ َ ‫ﱠ‬ ُ ‫ﱠ‬
‫َو ِم َن الناس َم ْن ﱠ ق ْو ُل ا َمنا ِ ا ِ ف ِا ذا ا ْو ِذ َي‬
ۗ َ َ ‫َ َ َ ََْ ﱠ‬
◌ ِ ‫اب ا‬ ِ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫ك‬ ‫اس‬ ‫الن‬ ‫ِ ا ِ جعل ِفتنة‬
“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 40
Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

ۗ ‫ﱠ ﱠ‬ ُ َ َ
◌ ‫َول ِ ْ َجا َء نـ ْ ٌ ﱢم ْن ﱠ ﱢر ك ل َ ـق ْول ﱠن ِانا كنا َم َع ْم‬
َ ْ ‫س ا ُ ا ْعل َم َما ْ ُص ُد ْور ال ٰعلم‬ َ ْ ‫ا َولـ‬
ِ ِ ِ ِ
Dan di antara manusia ada sebagian yang berkata, ‘Kami beriman
kepada Allah,’ tetapi apabila dia disakiti (karena dia beriman)
kepada Allah, dia menganggap cobaan manusia itu sebagai
siksaan Allah. Dan jika datang pertolongan dari Tuhanmu, niscaya
mereka akan berkata, ‘Sesungguhnya kami bersama kamu.’
Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada di dalam dada
semua manusia?” (QS. Al-‘Ankabut:10)

Ayat ini cukup melegakan di tengah situasi nyuklun saya. Tetapi


tidak juga lantas bisa kita pastikan bahwa “ternyata Allah bukan
mengadzab, melainkan menguji”. Saya glimpang-
glimpung berhari-hari, bahkan berminggu-minggu dan berbulan-
bulan sambil bergumam dalam keresahan hati: “Iya kalau Allah
menguji. Lha kalau ternyata memang mengadzab?”

Ada sih juga sedikit rasa terhibur. Bahwa andaikan kita diuji, itu
karena Allah menggolongkan atau mengakui kita sebagai orang
yang beriman.

َ َُْ َ ُ ‫َﱠ‬ ُ ْ ْ ْ ُ ‫َ َ ﱠ‬
‫آمنا َوه ْم ُ فتنون‬ ‫اس أن ُي َ وا أن َ قولوا‬‫أح ِسب الن‬
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji
lagi?”. (Al-‘Ankabut: 2).

Sementara yang tidak beriman malah bebas ujian. Meskipun


demikian. kalau itu ujian, berarti akan ada akhirnya. Ada
momentum lulusnya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 41


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

َ‫ﱠ‬ ُ َْ ْ ُ
‫أ ْم َح ِس ْ ت ْم أن تدخلوا ال َجنة‬
َ َ َ َ
ۖ ‫ين خل ْوا ِم ْن ق ْ ِل ْم‬ ‫َول ﱠما َ أ ِت ْم َمث ُل ال ِذ‬
ُ ‫ﱠ‬ ْ
‫َم ﱠست ُه ُم ال َ أ َس ُاء َوال ﱠ ُاء َوزلزلوا‬
ُ َُ َ
‫آمنوا َم َعه‬ ‫ول َوال ِذين‬ُ ‫الر ُس‬‫ول ﱠ‬ َ ‫َح ﱠ ٰ َ ُق‬
ٌ ‫َم َ ٰ َن ْ ُ ا ۗ أ َ إ ﱠن َن ْ َ ا ِ َق‬
‫ب‬ ِ ِ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-
orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka
dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-
macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang
beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Coba ulang: Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan,


serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan. Tapi saya
tetap nyuklun. Entahlah. Allah sungguh-sungguh Maha Blackhole
yang menyerap segala energi dan cahaya diri. Dan saya benar-
benar tidak tahu apa dan bagaimana nasib saya esok hari.

(13 Mei 2023)

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 42


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (16)
Ayo Masuk Zona Bahagia Maiyah

َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 6-7)

Setiap yang masuk, berada dan asyik-ma’syuk di forum “Sinau


Bareng” Maiyah yang fenomenal, gayeng, cerah, merdeka, liberal,
penuh “hurriyah” dan “farah” karena kesegaran model
interaksinya, game-game, diskusi “ijtihadiyah”nya, cahaya
kecerdasan individu dan grouping-nya, musik “out of box”nya,
terutama dengan bekal hati ikhlas, jiwa fathonah dan pikiran
“syathiriyah” – maka setiap individu merasakan “an’amta
‘alaihim” yang merupakan bagian puncak dari Al-Fatihah.

‫اب ل ۡم‬ َ ‫ٱس َت َج‬ ۡ ‫ون َرﱠ ۡم َف‬


َ ُ َ ۡ َ
‫ست ِغيث‬
ۡ
‫ِإذ‬
َ ‫ُمم ﱡد م ألف ﱢم َن ٱل َم َل ٰٓ ئكة ُم ۡردف‬ ‫ﱢ‬
‫أ‬
ِِ ِ ِ ٖ ِ ِ
“Ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan
mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu
malaikat yang datang berturut-turut”. (Al-Anfal: 9)

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 43


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Para “Jannatul Maiyah”, kumpulan “AlMutahabbina


Fillah”, komunitas pembelajar Sorga ini di setiap Maiyahan tidak
sekedar sumringah dan bergembira, tapi juga berbahagia.

Dan itu ratusan kali saya konfirmasikan kepada mereka langsung


maupun siapa saja yang duduk jejer saya di panggung yang hanya
60 cm tingginya dan bersambung langsung dengan barisan dan
kerumunan jamaahnya.

Menghampar sampai sekeliling panggung, di luasan lapangan


hingga bukit-bukit dan pesawahan. Bahkan banyak yang duduk di
atas pepohonan, di atas-atap bangunan sekitarnya. Serta apa saja
yang bisa ditempati oleh perayaan kebahagiaan mereka.

Maka untuk beberapa nomor tadabbur ini saya mengubah haluan


psikologi karakternya. Karena rupanya bukan saja masih ada tapi
bertambah banyak, orang yang tidak berbahagia karena kondisi
kepribadiannya sebagaimana dirumuskan olah Allah sendiri:

ٗۡ َ َ َُ ۡ َ َ ُ َ ‫َ ۡ ٗ ﱠ‬
‫ادون فقهون قو‬ ‫قوما‬
“Kaum yang hampir-hampir tak mengerti perkataan”.

“Qaulan” itu bisa kosakata dengan etimologinya saja. Apalagi


“lughawiyah” disertai “ma’nawiyah” dan kontekstualisasinya.
Terlebih lagi nuansanya, nadanya, inside-meaning-nya, paradoks
muatannya.

Di halaqah silaturahmi Maiyah setiap kata menerbitkan


kegembiraan. Bahkan “misuh” bisa di-breakdown dengan suatu
pola algoritma berpikir tertentu menjadi keceriaan dan

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 44


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

kegembiraan tanpa sertaan dimensi negatif secara budaya


maupun syar’iyah.

Para “Salikinal Maiyah” belajar bersama untuk tidak menjadi


penduduk bumi maya yang tidak mengerti sindiran, sanepan,
amtsal, ushlub, diplomasi arti, dan banyak ragam dan dimensi lagi
yang dikandung oleh sebuah ucapan atau apalagi ungkapan.

Seorang cowok bilang ke cewek: “Kamu sekarang subur banget”.


Si cewek tidak mengerti bahwa itu maksudnya gendut,
bahkan gembrot.

Kalau kepada teman kita bilang: “Ayo mampir ke gubug saya”, ia


merasa memperoleh informasi bahwa kita tidak punya rumah,
karena punyanya hanya gubug. (14 Mei 2023).

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 45


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (17)
Jangan Ikut Abu Nawas Masuk
Nerakakakaka…

َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 6-7)

Kita menawari teman “Ikut cikar saya aja”. Ketika dia naik Mercy
EQS kita, dia manggut-manggut kagum kepada cikar atau gerobag
kita. Besoknya dia berdebat dengan temannya yang bilang itu EQS
Mercy, dia bersikeras itu gerobak atau cikar, bahkan gledekan.

Di tahun 70-80an teman saya penulis omong kepada teman lain


yang juga penulis: “Kamu kok pelit sih?”. Maksudnya adalah
temannya itu pikirannya pendek, analisisnya sempit, wacananya
tidak mencukupi, dan imajinasi kesastraannya sangat terbatas.
Bukan pelit mental dalam arti tidak nyah-nyoh. Untungnya teman
itu agak setengah mengerti sindiran itu.

Ternyata makin banyak orang sekarang yang kalau ia meletakkan


jarinya di depan matanya yang mengarah ke rembulan, ia
berkesimpulan bahwa volume rembulan kalah besar dibanding
jari-jarinya.

Kalau kita bilang bahwa kita hanya rakyat kecil atau orang tataran
bawah, lantas mereka memperlakukan kita benar-benar sebagai
wong cilik dan berkasta rendah.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 46


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Rupanya sekarang ini kalau kita kaya harus bilang bahwa kita kaya,
karena responden kita tidak punya parameter untuk menandai
kita kaya atau tidak. Semakin banyak orang yang tidak mengerti
bedanya rendah hati dengan rendah diri. Kalau kita bilang bahwa
kita tidak sekolah, mereka langsung berpikir kita orang bodoh.
Kalau Abu Nawas bilang “Lastu lil-Firdausi ahla”, “aku bukan
penghuni Sorga”, orang berkesimpulan bahwa Abu Nawas masuk
neraka.

Abu Nawas bilang “Dzunubi mitslu a’dadir rimali”. Orang


menyimpulkan dosanya Abu Nawas seperti hamparan pasir di
padang sahara. Ya nggak lah. Itu Bahasa kerendahan hati kepada
Allah.

Abu Nawas “fa in tathrud faman narju siwaka”, terus kita kabari
teman-teman bahwa Abu Nawas diusir oleh Allah. Gak ngunu Dul.
Itu retorika tawadldlu’. Dan Allah tidak mengusir siapapun keluar
bumi dan alam semesta-Nya. Semua makhluk ciptaan-Nya di hilir
waktu kelak dihimpun di sorga atau neraka.

Kalau kita dipukul, semua orang menunggu kita mengaduh-aduh


supaya orang tahu bahwa kita merasa kesakitan. Di tahun 1960-an
bersama senior penyair Darmanto Jt saya pijat releksi di Ajibarang.
Mas Dar mengaduh-aduh setiap ditekan oleh jari si pemijit. Dan
teriakan Mas Dar itu memuaskan hati disi pemijit.

Ketika saya dipijit, saya saya tidak berteriak, tidak menunjukkan


muka kesakitan atau “athaooow-athaoow”. Itu hanya
soal deaktivasi bagian saraf tertentu, sehingga membuat saya bisa
menghentikan alur rasa sakit. Rasa sakit itu menjadi “di sana”,
tidak sampai “di sini”. Tapi itu membuat si pemijit tampak kecewa.
Maka kemudian saya juga pura-pura berteriak mengaduh, demi
menghibur si pemijit yang sudah bekerja menyayangi saya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 47


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Sahabat saya Markesot di Balikpapan era 1980-an dipukul orang


dalam suatu peristiwa. Ia mengaduh-aduh. Pertimbangannya:
kasihan kepada si pemukul kalau ia tidak tampak
kesakitan. Tetapi karena kemudian yang memukul itu terlampau
bangga dan berbesar kepala melihat Markesot mengaduh, lantas
Markesot memintanya agar memukulnya sekali lagi. Kalau bisa
yang agak lebih keras.

Orang itu tidak mengerti sehingga Markesot membentaknya


untuk memaksanya memukul lagi. Ketika orang itu menonjokkan
tangannya, Markesot menangkap tangan itu kemudian dipakai
untuk membantingnya ke tanah. Kemudian dalam posisi taken
down itu Markesot menungganginya dan satu tangannya
mencekik lehernya dan tangan lainnya menekuk tangan lain orang
itu dalam posisi arm-bar. Maka kemudian orang itu mengaduh,
dan sungguh-sungguh mengaduh-aduh. Bahkan mendayu-dayu
minta ampun.

Semakin banyak orang yang tidak mengerti sindiran, tak paham di-
bombong, di-lulu, di-gunggung. Padahal hanya oleh kita sesama
manusia. Bagaimana bisa mencerdasi “istidraj” Allah.

Tentu membuat kita jengkel dan merasa menemukan situasi


“maghdlub”. Tapi seringkali itu pun tak cukup, karena karakter
mental kenaifan pemahaman akal serta budaya banyak orang
ternyata sudah level “dhollin”.

Kita tidak bisa apa-apa. Hanya meniru solusi dari Allah untuk
menyampaikan “Salamun ‘alaikum la nabtaghil jahilin”. Itu pun
saya tidak tega mengartikannya. Ya udah ini saja:

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 48


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

ۖۡ ۡ َ ۡ َ
‫م‬ ‫لنا أع َم ٰ لنا َول ۡم أع َم ٰ ل‬
ۖ َ ََ َ َ
‫ُ َ ۡج َم ُع‬ ‫ُح ﱠجة َب ۡ ننا َو َ ۡ ن ُم ٱ‬
ُ ‫َب ۡ َن َن ۖا َو ل ۡ ِه ٱل َمص‬
ِ ِ
“Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu.
Tidak ada perdebatan antara kami dengan kamu. Allah
mengumpulkan kita semua dan kepada-Nya mau tidak mau kita
kembali”. (Ash-Shura : 15)

Emha Ainun Nadjib


15 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 49


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (18)
Bunuh Emha

ُ ‫اك َ ۡس َتع‬َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬


ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
(Al-Fatihah: 5-6)

Salah satu tema forum rakyat di suatu Simpul Maiyah sekitar


tahun 2005 adalah “Bunuh Emha”.Itu sungguh-sungguh. Tetapi
tidak lantas penggiat KC atau para Salikinal Maiyah mengeroyok
Emha. Menikamnya beramai-ramai. Mengikatnya di tiang
kemudian melakukan “picis rajabrana”. Atau disuguhi minuman
beracun supaya agak halus.

Emha biasanya datang naik panggung pakai Peci Maiyah Merah


Putih. Tetapi peci Emha bukanlah Emha. Juga baju celana sandal
Emha bukanlah Emha. Bahkan jasad dan sosoknya juga bukan
Emha, itu hanya jasadnya. Kepala Emha bukan Emha, telapak
tangan Emha bukan Emha.

Badan tubuh jasad Emha hanya tajalli-nya. Hanya gejalanya.


Hanya perwakilan kehadirannya di dunia kasat mata. Tapi ia bukan
Emha. Emha yang otentik orisinal dan sejati bisa dilihat tidak
dengan mata, kamera atau alat biologis dan materiil apapun.
Mungkin kita tak pernah menjumpainya. Apalagi
dengan receiver seri milenial. Apalagi dengan algoritma nilai,
dengan model mental, kecurangan dan penyempitan cara kerja
intelektual, keburaman spiritual, atau kaca batin yang di-
framing kayu kebencian, kedengkian dan hasad tingkat tinggi.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 50


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Kalau itu dirimu, tidak perlu “Bunuh Emha”. Sebab toh ia tidak ada
padamu, ia tidak pernah exsist dalam dirimu. Yang menyala dalam
batinmu adalah munculan khayal dan bayang-bayang yang
diproduksi oleh subjektivitas “syarri hasidin idza hasad”-mu,
stigma negatif yang diperlukan oleh kepentingan pemihakan
politik dan darurat kebutuhan nafkah hidupmu.

“Jannatul Maiyah” sudah lama terbiasa dengan cara berpikir


seperti itu. Mereka independen di luar box mainstream. Mereka
menerapkan pola persepsi, metode analisis, cara pandang, sisi
pandang, jarak pandang, resolusi pandang dan bulatan pandang
tersendiri.

Mereka belajar tekun dalam kesegaran rasa syukur untuk


menghindarkan jangan sampai nanti kalau ketemu Nabi Isa As.
atau Sayidina Ali bin Abi Thalib (karramallahu wajhahu) lantas
beliau bilang: “Aduh maaf aku tidak dianugerahi
Allah fadhilah untuk bisa menyembuhkan penyakit ahmaq-mu”.
“Kalau memperbaiki akhlaq dan kebudayaan, kalau menservis
kerusakan masyarakat dan negara, masih mungkin. Tapi untuk
kasus ahmaq aku angkat tangan….”

Tema “Bunuh Emha” adalah hasil penghayatan terhadap “Iyyaka


na’budu waiyyaka nasta’in”. Hanya kepada Allah kita menyembah
dan hanya kepada Allah pula kita mohon pertolongan. Tentu saja
tolong-menolong di antara manusia juga termasuk yang utama
diajarkan oleh Allah. Tetapi itu bukan pada substansi, level dan
kadar “iyyaka nasta’in”.

“Bunuh Emha” itu cara frontal untuk menghalangi perilaku


pengkultusan, pemberhalaan atau penyembahan kepada manusia.
Cara untuk tidak membiarkan berlangsungnya feodalisme,
egosentrisme, kekaguman improporsional, kultus individu,
pemberhalaan dan penyembahan kepada yang bukan Tuhan. Yang

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 51


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

di luar Maiyah lazim merupakan bagian dari tradisi masyarakat


“gathul” yang tak kunjung berkembang untuk menjadi katak.

Emha tidak boleh membiarkan Jamaah Maiyah menyembahnya.


“Salikinal Maiyah” harus belajar membedakan
antara menyembah dengan mengabdi, bekerja
sama dan berpartisipasi. Kepada yang bukan Tuhan, pol mengabdi
saja. Kepada Allah, menyembah sekaligus mengabdi.

Masyarakat Maiyah “sinau bareng”, dan di antara mereka saling


berpartisipasi dan bekerjasama di kegiatan apapun yang
memungkinkan. Kongsi dagang kecil-kecilan atau apapun. Dan
mereka membuktikan bisa melestarikan maiyahan rutin tiap bulan
di 73 Simpul selama 30-an tahun.

Kalau habis acara mereka antre di depan panggung untuk


bersalaman, minta dipeluk, diusek-usek kepalanya, ditiup air
bawaannya, ditampar pipinya, bahkan diludahi mulutnya, itu
semua tidak boleh berdasarkan mental kultus. Itu hanya peristiwa
cinta dan saling percaya. Itu hanya “wasilah” urusan dengan Allah
dan Kanjeng Nabi. Dan kalau sampai Emha tampak merasa bangga
atau “mbagusi” karena tradisi itu, tempeleng saja kepalanya.

Seorang tokoh bisa saja canderung manuhankan dirinya. Tetapi


yang lebih berbahaya dan mengancam peradaban adalah kalau
masyarakatnya menuhankannya. Masyarakatnya tidak hanya
patuh, mencintai dan membela, tetapi jangan sampai level
menyembahnya.

Jadi, tema “Bunuh Emha” sangat jelas landasan berpikirnya, akar


akidah dan ideologinya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 52


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

ُ َ َ َ ُ ْ
‫َو َم ْن َ دع َم َع ا ِ ِإلها آخ َر ﻻ ُب ْرهان له ِ ِه‬
َ ُ ْ ُ ‫ﱠ‬ َْ ُ ‫َ ﱠ‬
‫ف ِإن َما ِح َسا ُ ه ِعند َرﱢ ِه ِإنه ﻻ ُ ف ِلح ال ِاف ُرون‬
“Siapa menyembah Tuhan yang bukan Allah, tidak ada dalil atau
argumentasinya, dan di tangan Allah perhitungan atasnya”. Dan
yang mengambil keputusan kufur itu jangan menyangka akan
mendapat keuntungan. Allah “la yuflihul kafirun”.

Maiyah adalah sinau bareng dan praktek “Iyyaka na’budu


waiyyaka nasta’in” dan “Ihdinashshirathal mustaqim”.

Emha Ainun Nadjib


16 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 53


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (19)
Allah Meluaskan
Manusia Menyempitkan

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Kita lihat bangunan, pola, dan bentuk Al-Fatihah atau bahkan


seluruh Al-Qur’an, yang urutan isinya diawali Al-Fatihah dan
diakhiri An-Nas.

Allah seakan menggambar kehidupan ini. Yang bagian awal


kemahaluasan Allah dan bagian akhir keamat-sempitan gara-gara
polah Jin dan manusia. Diawali maha luas dan agungnya Rahman
Rahim, diakhiri dengan “sumpeg” dan pengap hasil karya
“yuwaswisu fi shudurinnas” oleh “minal jinnati wannas”.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 54


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Untung kita dikasih default doa: “Ihdinash-shirathal mustaqim”?


Karena jelas kita hanya tahu sangat sedikit, dan tidak tahu sangat
banyak. Kesumpegan hati, pikiran, jiwa, dan hidup membuat
pekerjaan yang kita lakukan banyak salah, dosa, “geseh”, bias,
bentrok, dusta, maksiat, destruktif dan seterusnya

Kalau kita kerjakan itu umpamanya karena tidak mengerti nilai,


lantas kita juga tidak belajar, maka Allah jengkel dan murka,
sehingga kita “maghdlub”. Mau tapi tak tahu.

Tapi kalau kita bisa, mampu, cakap, dan prima mengerjakan


sesuatu, entah dalam urusan profesi, nafkah atau ibadah, tetapi
kita tidak mau melakukanny — maka kita menjadi lebih dari
dijengkeli Allah. Kita “dhollin”. Tahu tapi tak mau.

Atau sebaliknya, kita tahu bahwa secara moral dan kemanusiaan


kita tidak boleh mengerjakan sesuatu. Mungkin karena merusak
nilai, menghancurkan kemanusiaan, bermuatan fitnah, dusta atau
penistaan. Tetapi kita tetap melakukannya. Apalagi kita
melakukan itu karena dibayar. Dan menyebar kelaliman, fitnah
serta penistaan itu menjadi semacam profesi kita.

Di lubuk hati dan di dasar pikiran kita mengerti bahwa seharusnya


kalau kita memang manusia jangan melakukan itu, namun kita
tetap melakukannya. Apalagi dengan merasa puas, lega, merasa
menang dan hebat. Maka levelnya mungkin itu “dhollin”. Sampai-
sampai Allah di dalam firman-Nya di ayat terakhir Al-Fatihah itu
menggunakan kosata “ghoiri” serta “wala”.

Mungkin yang pantas kita dapatkan tingkatnya memang adzab, di


dunia maupun akhirat. Artinya, tidak akhirat saja. Mungkin
sekarang juga di dunia sudah menimpa hidup kita, kesehatan jiwa
raga kita, bahkan mungkin keluarga, masyarakat, dan negara kita.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 55


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Maghdlub” dan “dhollin” itu ibu atau induk dari berbagai macam
gejala dan fakta perilaku manusia yang istilahnya berbeda-beda
bergantung bidangnya. Bisa secara mental dan psikologi, bisa
budaya dan keadaban, bisa sosial dan politik, bisa apa saja
“akhlaq” atau “khuluq”-nya manusia.

Saya tidak mencari-cari bagian mana dari ummat manusia atau


bangsa kita yang cocok diidentifikasikan dengan idiom tersebut.
Saya tidak meneliti minoritas atau mayoritas, atau semua. Saya
tidak mengklaim segmen mana, level, kelas, jaringan atau
kelompok mana yang tepat untuk diterapkan padanya istilah itu.

Kita anggap saja manusia Maiyah mungkin baru sampai di “A’udzu


billahi minas-syaithanirrajim”. Baru sibuk “tidak” terhadap” setan,
belum “ya” melahap menikmati “Bismillahirrahmanirrahim”.
Sambil waspada selalu berjuang jangan sampai menjalani hidup
dengan tidak mengerti dan tidak mengerti bahwa ia tidak
mengerti (“rajulun la yadri wala yadri annahu la yadri”). Dan
berusaha keras menjadi “rajulun yadri wa yadri annahu yadri”
(mengerti dan mengerti bahwa ia mengerti).

Dengan ternyata banyak sekali variabelnya di antara empat


kategori yadri wa la yadri itu. Misalnya, orang yang tahu bahwa
itu tidak baik dan kejam, tapi ia tetap mengerjakannya. Orang
mengerti bahwa itu kekejaman sekaligus kebodohan, tapi ia tetap
melakukannya. Akibatnya kemudian tak terasa ia benar-benar
akhirnya menjadi manusia bodoh yang kejam.

Kalau diacukan kepada “qaumun la yakaduna yafqahuna qaulan”,


orang yang terseret oleh kebutuhan hidup sehingga melakukan
kebodohan yang kejam itu akhirnya sungguh-sungguh menjadi
manusia yang tidak paham perkataan, tidak paham sebab akibat
interaksi, tidak ngerti hulu hilir silaturahmi, tidak lagi punya

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 56


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

manajemen akal tentang baik buruk dan benar salah. Sampai


akhirnya terperosok menjadi yang Allah nisbahkan:
َْ َ َ
‫اﻷ ْن َعام َ ْل ُه ْم أ َضلﱡ‬
ِ ‫أول ٰ ِئك‬
“Mereka seperti hewan, bahkan lebih hina dari itu”

Maka “ihdinash-shirathal mustaqim” adalah induk segala doa, Ibu


semua pengharapan manusia. Supaya tidak menjadi “ghairil
maghdlubi ‘alaihim waladhdhollin”.

Emha Ainun Nadjib


17 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 57


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (20)
“Jimat” Al-Fatihah

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Kalau dilihat dari spiritualitas budaya bangsa Jawa, terkadang Al-


Fatihah itu disebut jimat. Dan begitu kata jimat disebut, asosiasi
spontan hampir setiap Muslim adalah menganggapnya “syirik”,
karena dipahami sebagai alat untuk meminta sesuatu tidak
kepada Allah.

Sebenarnya tentu tidak ada masalah di antara manusia saling


meminta dan memberi. Hanya saja biasanya kandungan yang
diharapkan di balik penggunaan jimat itu memiliki level atau kadar
yang di atas materi. Bukan seperti minta makanan atau uang,

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 58


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

melainkan muatan hajat yang lebih tinggi atau lebih abstrak dari
itu.

Dan karena tidak ada ruang pembelajaran tentang level atau


substansi itu, apalagi di kelas-kelas Sekolah atau Universitas
termasuk juga Pesantren pada umumnya, maka masyarakat
akhirnya “menyerah” secara ilmu dan memilih “stigma” yang
muncul secara umum.

Kebanyakan orang, termasuk banyak pemuka Agama dan kaum


cendekiawan, bersikap stigmatik, membiarkan diri bersama
banyak orang untuk melakukan pen-ta’rif-an terhadap hal secara
“gebyah uyah”, serampangan dan spekulatif. Dalam hal jimat ini,
baik yang dituduh maupun yang menuduh tidak berperan positif
untuk menuju kebenaran asasinya.

Kata jimat berasal dari kata ‘adhimah. Artinya keagungan. Allah al-
‘Adhim adalah Allah Yang Maha Agung. Kosakata “agung” itu
mengandung banyak dimensi: kebesaran, kehebatan, ketinggian,
kedahsyatan dan atau keunggulan.

Lho memang Al-Fatihah itu sangat agung. Tidak melenceng orang


Jawa menyebutnya “jimat”. Masalahnya adalah bagaimana
konsep di dalam pikiran dan hati orang yang menjimatkannya.
Mengandung gejala penuhanan selain Allah apa tidak. Kita sih
sudah pasti tidak mentuhankan Al-Fatihah.

Maka sangat bisa dipahami secara kultural bahwa “jimat” itu


sesuatu yang eksklusif dan diam-diam diincar oleh kebanyakan
orang. Banyak masyarakat sangat terserap oleh wacana jimat,
diam-diam ingin memilikinya, bahkan bisa terseret men-jimat-kan
beberapa hal yang mereka dramatisasikan sendiri.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 59


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Mungkin kita bisa berupaya untuk mengeliminir dimensi-dimensi


seram yang membungkusnya. Orang menganggap Al-Fatihah
adalah jimat mungkin karena Al-Fatihah memang pada praktek
budayanya begitu sangat penting, sangat khusus, sakral,
mengandung “rasa ketuhanan” setiap kali membaca atau bahkan
sekedar membatin dan mengingatnya.

Dan pada realitasnya Al-Fatihah memang diperankan sebagai


sesuatu yang sangat penting. Orang berdoa mengalfatihahi
Rasulullah Saw, leluhurnya, orang tuanya, para Auliya dan
almarhum-almarhum yang diziarahi. Bahkan segala masalah yang
menimpa seseorang biasa dimintakan Al-Fatihah sebagai sarana
untuk mendoakan permohonan solusinya.

Segala macam urusan manusia, problem, dan harapan solusinya,


sakit dan dambaan sembuhnya, cita-cita dan idaman tercapainya,
atau apapun, sangat lazim kita libatkan Al-Fatihah ke dalamnya.
Al-Fatihah memang agung, memang mengandung keagungan,
memang memuat “’adhimah”, memang jimat.

Karena mendengar saya sakit, seorang Jamaah Maiyah membawa


air dengan wadah sangat besar, yang sudah ia bacakan Al-Fatihah
1000X. Saya menerimanya dengan rasa syukur, bukan karena
jimat Al-Fatihahnya, melainkan karena dia mencintai saya dan
memohonkan kepada Allah kesembuhan saya melalui Al-Fatihah
seribu kali itu.

Sebagaimana setiap Dokter, Dukun, Tabib atau macam-macam


penyembuh lainnya, yang ngasih saya obat — saya menerimanya
dengan rasa syukur. Dan saya masukkan ke dalam jasad dan jiwa
saya serta saya laporkan kepada Allah adalah iktikad baik dan rasa
sayangnya kepada kepada saya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 60


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Adapun hal tentang kebenaran obat, minuman, pil, jimat atau


apapun, saya serahkan sepenuhnya kepada Allah. Karena saya
tidak punya pengetahuan yang seksama untuk memverifikasinya.

Sejauh pengalaman pribadi saya, tidak pernah siapapun yang


memberikan obat, jimat, keris, pusaka bentuk apapun kepada
saya yang bergejala syirik. Mereka semua tidak mentuhankan
selain Allah. Mereka semua bertauhid, dan membawakan macam-
macam kepada saya itu hanya sebagai sarana atau washilah,
sebagaimana Al-Fatihah itu sendiri adalah sarana penyambung
hati, jiwa, sukma, dan nyawa saya serta kita semua ke Allah Swt.

Saya berlindung kepada Allah dari segala kesemberonoan dan


ketergesaan untuk menuduh siapapun melakukan “syirik”. Jangan-
jangan “sok tahu” saya akan menjerumuskan saya menjadi
“maghdlub” atau apalagi “dhollin”.

Emha Ainun Nadjib


18 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 61


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (21)
“Klenik” Al-Fatihah

‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Memang wacana tentang jimat, klenik, syirik, musyrik, dukun,


sampai era modern sekarang ini masih terus berseliweran di
dalam budaya masyarakat kita.

Ummat Islam tertentu secara subjektif menerapkan semacam


mekanisme defensif dengan mengajukan anti-tesis melalui idiom
“syirik”, memohon kepada yang selain Tuhan, bahkan sampai taraf
menuhankan yang selain Allah.

Sesungguhnya ini persoalan serius, tetapi belum pernah ada yang


meng-handle pen-dunung-annya secara rasional, ilmiah atau
akademik. Para pemimpin, para pemuka Agama dan kaum
cendekiawan, membiarkan wacana “klenik” tetap sebagai bola liar
kultural, di mana masyarakat harus melayani dan menanggung

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 62


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

risikonya sendiri. Belum ada pihak yang menolong publik untuk


memproporsikan pemahaman, pangertian, dan hakikatnya.

Jangankan menuhankan keris pusaka, akik atau benda macam-


macam lain, sedangkan menuhankan Nabi Muhammad,
menuhankan Malaikat Jibril, menuhankan pemimpin Negara atau
mantan Presiden, menuhankan tokoh dan apapun saja selain
Allah, semua itu berstatus musyrik.

Kalau Anda bertanya kepada siapapun dari bangsa dan


masyarakat, tidak seorang pun akan menjawab bahwa ia
menuhankan tokoh ini itu atau jenis-jenis “Latta Uzza” apapun.
Mereka tidak secara eksplisit dan naratif mensyahadati itu semua
sebagai Tuhan.

Yang mereka lakukan adalah mentaati, mengagumi, mensubya-


subya, menjunjung-junjung, membela mati-matian dan seterusnya
dengan kadar dan taraf yang bisa disebut menuhankan. Bahasa
umumnya mungkin memberhalakan. Mereka bukan sekedar
mengabdi, tapi sudah sampai pada kadar dan tingkat menyembah.

Memang makhluk manusia memiliki kerapuhan mental, akal, dan


spiritualitas yang bukan tidak parah. Sedemikian rupa sehingga
mereka sangat mudah digiring, dipengaruhi, dihanyutkan,
kemudian dirusak, bahkan oleh tuhan-tuhan kecil seperti Internet,
Facebook, Twitter, Instagram atau TikTok.

Masyarakat ultramodern milenial pun memiliki keterjebakannya


sendiri oleh klenik-klenik manual maupun digital. Bahkan manusia
sendiri yang menyebut dan mengistilahkan “dunia
maya”. Cyberspace, cyberworld. Manusia modern berinteraksi
sangat aktif dengan hantu-hantunya sendiri, dengan kuntilanak,
wewe gombel dan sundel bolongnya yang mereka ciptakan
sendiri.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 63


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Memang begitulah mental dan peradaban berhala. Orang bikin


berhala sendiri, disembah-sembah sendiri, kemudian dihancurkan
sendiri dan diganti dengan berhala baru bikinannya sendiri pula.

Sangat jamak bahwa para Pejabat Negara menggantungkan


dirinya pada Dukun. Bahwa banyak pengusaha-pengusaha yang
kaliber besar maupun kecil memiliki hubungan dengan klenik-
kleniknya sendiri. Gunung Kawi misalnya adalah “ka’bah”nya
dunia klenik nasional. Dari sejumlah pihak di Gunung Kawi, yang
sampai hari ini belum ada penjelasannya di kurikulum-kurikulum
Universitas manapun — para pengusaha memperoleh nama merk
produksinya. Tidak tertutup kemungkinan para Dosen atau
pejabat Pendidikan tertentu justru menjadi “jamaah” Gunung
Kawi untuk melancarkan kariernya, menyikut pesaingnya atau
bahkan untuk mengalahkan kompetitornya.

Saya pernah sedikit terlibat konflik dengan sebagian dari 39 Dukun


yang melatarbelakangi kekuatan salah seorang Presiden. Bahkan
tidak sedikit orang tersesat yang datang minta tolong kepada
saya, karena mereka menganggap saya adalah Dukun, atau
sekurang-kurangnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
untuk melawan Dukun. Kalau dilihat dari sudut keawaman saya,
maka jelas mereka itu orang-orang yang tersesat.

Bahkan di forum-forum Maiyah sendiri terkadang saya


menemukan dan merasakan bahwa ada nuansa anggapan dan
perlakuan mereka kepada saya seolah-oleh saya ini seorang
Dukun.

Kepada mereka selalu saya uraikan penjelasan yang prinsipnya


adalah menghindarkan interaksi kami terserat ke wilayah “syirik”.
Bahwa “la haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhim”.
Parameter syirik sebenarnya sederhana: yang selain Allah tidak
dianggap dan memperlakukan sebagai Allah. Akan tetapi banyak

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 64


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

orang cenderung sembrono menyimpulkan kesyirikan hanya dari


tanda-tanda fisik atau jasadiyah-nya.

Seringkali tuduhannya lebih mengandung substansi “syirik”


dibanding yang dituduh.

Emha Ainun Nadjib


19 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 65


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (22)
“Akik” Al-Fatihah

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Sekedar orang punya keris dan menyimpannya di rumahnya bisa


dituduh “musyrik” oleh tetangga atau teman-temannya. Sampai-
sampai keris itu menjadi “lebih klenik” pada pandangan tetangga
dan teman-temannya itu.

Kita bisa menyimpan keris, tombak atau pusaka apapun karena


dititipi oleh almarhum Bapak kita sebagai warisan turun-temurun
dari leluhur kita. Sementara kita tidak menjimatkan keris itu. Tidak
mengklenikkannya. Hanya melaksanakan amanah dari orangtua.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 66


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Memang berbeda rasanya tangan kita menenteng keris dibanding


membawa pisau, clurit atau pedang dan tombak. Sebagaimana
ada bedanya kalau kita keluar rumah pakai celana dibanding
hanya pakai katok dalam. Beda antara pakai baju dengan pakai
kaos. Bahkan kalau ke kantor tidak memakai baju dinas rasanya
kurang bisa jenak, tidak nyaman dan sukar berkonsentrasi.

Kita tidak bisa pergi menghadap Kiai pakai kostum sepakbola.


Atau main sepakbola pakai sarung seperti kalau ke Masjid. Jangan
biarkan Presiden memimpin Rapat Kabinet memakai pakaian
seperti main Ketoprak.

Menyandang bedil atau keris berbeda secara budaya dan


psikologis, tetapi urusan “syirik” terletak di dalam konsep kita
tentang apa yang kita bawa atau kita lakukan. Dan konsep itu
tidak bertengger di keris atau di raket badminton, melainkan di
dalam pikiran dan hati kita.

Kita jangan terlalu mudah dan ngawur menuduh atau menyangka


orang “musyrik”. Jangan-jangan pandangan di dalam pikiran kita
sendiri yang sebenarnya mengandung gagasan “syirik”.

Salah satu kemungkinan pemaknaan syirik adalah kalau kita


menomorsatukan atau mengutamakan atau “mentauhidi” hal-hal
keduniaan pada posisi yang seharusnya dihuni oleh Tuhan. Kalau
kita memprioritaskan atau menyembah jabatan, harta benda,
kepentingan politik, ambisi kekuasaan, dan banyak lainnya — itu
malah cenderung “syirik” dibanding keris atau pusaka-pusaka.

Orang main “jathilan” atau “jaran kepang” kita tuduh musyrik


karena kita anggap bekerjasama dengan Setan, padahal si
penuduh ini sendiri yang membawa-bawa Setan ke urusan
Jathilan. Mungkin karena si penuduh memang lebih memiliki
pengetahuan, pengalaman, dan interaksi dengan Setan.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 67


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Saya pribadi sangat menyukai batu akik dan selalu memakai cincin
berakik. Karena saya sangat mengagumi keindahan qadha qadar
Allah yang membuat batu menjadi begitu indah dan berkilau
sesudah diendapkan sekian ratus tahun di tanah.

Saya mencari batu akik yang secara alamiah otentik ternyata


bertuliskan “Allah” atau “Muhammad” atau “ar-Rahman” atau
“ar-Rahim”, “Alif”, “Lam”, “Mim”, atau minimal bertuliskan huruf
“Nun” untuk kepentingan romantisme subjektif saya.

Akik memang punya kekuatan. Kalau kita memukul kepala orang


dengan tangan kosong, kalah dahsyat rasanya dibanding kalau di
jari tangan kita ada akiknya. Semua dikasih kekuatan. Batu, kayu,
logam, tanah, air, udara, pada semuanya diletakkan kekuatan.
Tetapi kekuatan itu milik Alah Swt.

Bahkan “la haula wala quwwata illa billah”, tidak kuasa dan tidak
ada kekuatan kecuali hanya dari dan milik Allah. “Illa billah” saja.
Titik. Tidak “illa bi-Muhammad”, “illa bi-Jibril”, “illa bi-Iblis”, “illa
bi-Presiden” atau siapapun dan apapun lainnya.

Emha Ainun Nadjib


20 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 68


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (23)
3-1-3: Kerja Sama Seimbang
Allah dengan Hamba-Nya

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Tiga ayat pertama membabar tak terbatasnya cinta dan kasih


sayangNya. Bahwa Allah satu-satunya yang mutlak berhak atas
segala pujian. Serta penegasan agar para hamba meneguhkan
kembali kesadaran dan imannya kepada maha welas asih-Nya.

Ayat yang keempat, satu di tengah 3-1-3, semacam maha pilar,


maha kepastian, maha singgasana Allah sebagai Maharaja diraja
segala alam.

Kemudian tiga ayat berikutnya membuka ruang agar semua


ciptaanNya juga berperan, berpartisipasi, berdialektika, gayung
bersambut. Agar kita dan semua manusia, bekerjasama

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 69


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

denganNya. Tidak begitu saja manusia secara pasif dan sekedar


pelengkap penderita memperoleh limpahan Rahman RahimNya.

Para hamba harus memastikan dan membakukan, meskipun


dengan berbagai gradasi kesanggupan pemaknaan. Allah
menyiapkan cintaNya dan manusia silahkan memohonnya: I love
only You.

Manusia membayar total dengan “IyyaKa na’budu wa iyyaKa


nasyta’in”, kemudian “shirathal mustaqim” ditawarkan olehNya,
namun manusia “membeli”nya dengan “Ihdina”.

“Shirathal mustaqim” disiapkan oleh Allah bagi manusia, bahkan


“an’amta ‘alaihim” , sepanjang manusia bersedia berjuang
menghindarkan dirinya dari posisi “almaghdlubi ‘alaihim” serta
“waladhdholliin”.

Alfatihan bukan hiburan kosong yang manusia memetiknya secara


gratis. Memang tidak ada “order” kepada Allah untuk
menciptakan jagat raya dan makhluk-makhluk penghuninya. Akan
tetapi kemelimpahan cinta, kasih sayang dan kenikmatan dari
Allah itu dijangkai atau dicapai oleh manusia dengan perjuangan
dan pengorbanan.

Bahkan Allah menata semacam kurikulum kehidupan, di mana


manusia sebagai pembelajar di kelas sejarah hidupnya sendiri —
harus menjalani ujian-ujian supaya lulus.

َ ْ ُ َ ْ ُ َ ْ ُ َ ‫َ َ ﱠ ُ ْ ﱡ ْ َ ْٓ ْ ﱠ ُ ْ ْٓ َ ﱠ‬
‫اح ِسب الناس ان ي وا ان قولوا امنا وهم فتنون‬
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji
lagi?” (Al-Ankabut: 2)

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 70


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Dan itu ada “yurisprudensi”nya. Yang mengalami ujian tidak hanya


kaum beriman di suatu zaman, melainkan di semua zaman.
ُ َ َ َ ‫َ ْ ََﱠ‬
‫َولقد فتنا ال ِذ ْي َن ِم ْن ق ْ ِل ِه ْم فل َ ْعل َم ﱠن ا ُ ال ِذ ْي َن َصدق ْوا‬
َ ْ ‫َول َ ْعل َم ﱠن ال ذب‬
ِِ
“Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-
orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.” (29. Al-Ankabut: 3).

Bahkan secara logis dan rasional kita harus menjaga asumsi atau
menghindari rasa angkuh, misalnya karena merasa telah berbuat
baik maka kita meyakini akan menjadi penghuni Sorga.
َ َ َ‫ﱠ‬ ُ َْ ْ ُ
‫ا ْم َح ِس ْ ت ْم ان تدخلوا ال َجنة َول ﱠما َ أ ِت ْم ﱠمث ُل ال ِذ ْي َن خل ْوا‬
ُ ُ ‫ﱠ‬ ْ َ
‫ِم ْن ق ْ ِل ْم ۗ َم ﱠست ُه ُم ال َ أ َسا ُء َوال ﱠ ا ُء َوزلزل ْوا َح ﱣ َ ق ْو َل‬
ْ َ ‫َٓ ﱠ‬ ْ َ ٰ َ ٗ َ َُْ َ ْ َ ُ ْ ُ ‫ﱠ‬
ِ ‫الرسول وال ِذين امنوا م َعه م ن ُ ا ِ ۗ ا ِان ن َ ا‬ َ
‫ق ْ ٌب‬
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-
orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka
dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-
macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang
beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Al-
Baqarah: 214)

Demikianlah kita mencoba mencerdasi Alfatihah dalam hal


keseimbangan dialogis antara Allah dengan makhlukNya. Dan itu

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 71


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

menuntun kita untuk menyeimbangkan pula akhlaq kita kepada


Allah swt.

Sebenarnya lucu dan mustahil terjadi keseimbangan sejati antara


Allah dengan hambaNya. Allah Maha dan manusia sedemikian
kerdilnya di hadapanNya. Allah Maha Berperan, sedang manusia
hanya “kluget-kluget” dan “timik-timik”. Maka keseimbangan
yang dimaksud hanyalah berdasar batas pandang teknis 3-1-3
ayat-ayat Alfatihah.

Emha Ainun Nadjib


21 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 72


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (24)
“Gua” Alfatihah

‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Kebanyakan manusia melihat sesuatu, misalnya buah mangga,


tidak membuatnya takjub, sehingga juga tidak menerbitkan rasa
syukur. Karena ia melihat dan memakannya dengan pikiran statis
dan mono-awareness.

Ia tidak sekaligus ingat hal-hal lain yang terkait dengan adanya


mangga itu. Misalnya bumi dan kebun tempat tumbuhnya, petani
yang menanamnya, batang pohon mangga itu, dahan dan
rantingnya, daun dan bunganya.

Apalagi sampai sejarah hulu hilir penciptaannya, serta berbagai


realitas dan konteks yang menyertai mangga itu namun tidak
tampak secara fisik, biologis dan materiil bersama buah mangga

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 73


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

itu. Karena keberadaannya adalah di dalam pengetahuan dan


kesadaran manusia yang memakan mangga itu.

Demikian juga melafalkan Alfatihah, kita sekedar melafalkannya


begitu saja. Seringkali, bahkan mungkin tidak pernah,
menyertainya dengan urutan atau kerumunan berbagai konteks
yang lain. Sebuah mangga bukan sekedar sebuah mangga.
Alfatihah dengan bukan sekedar deretan kata, kalimat dan ayat
yang berjumlah tujuh. Ia realitas multi-dimensional, bergantung
pada pemaknaan dan imajinasi kita, pada kadar dan pencapaian
apresiasi dan cinta kita kepadanya.

Sebabnya antara lain karena untuk menghayati sesuatu, manusia


memerlukan niat dan ikhtiar khusus. Kebanyakan manusia tidak
punya spontanitas untuk berimajinasi. Melihat, mendengar,
merasakan apapun datar-datar saja. Karena merasa sudah pernah
bahkan sering mengalaminya.

Orang tidak otomatis menemukan pijakan atas realitas sesuatu


hal. Padahal apa saja ada sejarahnya, ada asal usulnya, ada hulu
hilirnya. Kita bengong saja duduk di hilir dan tidak merasakan apa-
apa. Kita tidak serta merta kagum bagaimana mangga itu dulu asal
usulnya. Bagaimana “pelok” bisa bersemi, bekerjasama dengan
tanah untuk tumbuh. Menjadi pohon dengan batang, dahan,
ranting dan kembangnya. Kemudian “pentil”. Berkembang pelan-
pelan selama sekian bulan sampai akhirnya menjadi mangga
mentah, “kemampo” kemudian matang.

Ia berkembang, sel-selnya melipatganda, itu sudah sangat ajaib.


Belum lagi otentisitas penciptaan rasa mangga, yang berbeda
dengan “kuweni”, yang tidak bisa ditemukan atau direplikasi
“taste”nya oleh ilmu kimia manusia.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 74


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Pertanian manusia bisa memenuhi separo Bumi dengan


perkebunan mangga. Tetapi mangga terasa mangga dan tetap
menjadi mangga bukanlah karya manusia. Padahal ada jutaan
macam buah lainnya. Dan mangga di jaman Nabi Adam rasanya
insyaallah persis sama dengan mangga yang tadi kita beli di pasar.

Sebagaimana udara dan air yang pertama dipakai oleh Nabi Adam
dan Ibunda Hawa untuk cuci muka dan mandi, adalah juga udara
dan air yang sekarang kita pakai untuk bikin perusahaan air
minum. Mungkin mereka semua kelak turut hadir di hadapan
Malaikat tentang apa yang mereka persaksikan dari perilaku
kapitalisme dan konsumtivisme kita.

Satu cc udara bisa memiliki catatan tentang milyaran manusia.


Setetes air bisa tersenyum-senyum melihat kelakuan yang mirip
atau justru sangat berbeda antara kita dengan nenek moyang kita.
Bahkan setiap penggal waktu dan secakup ruang tertawa
terbahak-bahak mempersaksikan dusta dan maksiat kita dan
banyak manusia yang penghayatannya stagnan, yang
kesadarannya begitu-begitu melulu dari zaman ke zaman. Bumi
dan alam semesta memiliki bahan kesaksian sangat empirik,
langsung dan otentik mengenai melimpah-limpahnya “asfala
safilin” kita semua dan sangat sedikit “ahsanu taqwim” kita.
Termasuk resikonya untuk “an’amta” atau menjadi “maghdlub”
dan “dhollin”.

Itulah gua makna Alfatihah. Itulah kandungan rahasia “Gua” yang


Kanjeng Nabi bertapa di dalamnya hingga memperoleh limpahan
firman Alfatihah.

َٰ ‫ﱠ‬ َ ْ َْ ‫َخلق ﱠ‬ ْ ‫ِا ﱠن‬


‫الس ٰم ٰو ِت َوا ْرض َواخ ِت ِف ال ْ ِل َوالن َهار ٰ ٍت‬ ِ ُ‫ﱢ‬
ۙ َِ َ ْ
‫اب‬
ِ ‫ا ل‬ ِ‫و‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 75


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal.” (Ali-Imran: 190).

Tidak berarti peradaban-peradaban yang dicapai oleh manusia


hingga abad 21 ini tidak mencerminkan “tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal”. Manusia terutama di era modern ini sangat
pandai dan tangguh. Mungkin melebihi yang bisa dibayangkan
atau diperhitungkan.

Hanya saja seluruh kepandaian dan kecanggihan intelektual dan


teknologis mereka seperti sengaja menghindarkannya dari
keterkaitan dengan sejarah penciptaan oleh Allah, serta dengan
tanggung jawab logis terhadap jasa-jasa Allah.

Emha Ainun Nadjib


22 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 76


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (25)
“Semoga Allah
Menghancurkan Mulutmu”

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Sesudah Al-Fatihah diwahyukan melalui suara Malaikat Jibril di


Gua Hira, tatkala kemudian Rasulullah Saw. membacakannya di
tengah kerumunan orang di sebelah Ka’bah, orang-orang Quraiys
meneriakinya:

“Semoga Allah menghancurkan mulutmu!”

Dan banyak kalimat-kalimat makian semacam itu lainnya.


Andaikan yang di Ka’bah itu orang Jawa, mungkin makiannya
berbeda meskipun sama hajat dan muatannya: “Leg-legen dewe
ayat kuwi!”, “Modaro wae, Mad!” dan macam-macam lagi.
Sesungguhnya kalau kita memakai pendengaran batin, telinga hati

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 77


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

yang bisa mengakses ke rahasia di balik mulut, budaya dan


perilaku manusia, sekarang-sekarang ini pun bukan tak terdengar
caci-maki semacam itu.

Sangat banyak ekspresi budaya, peradaban, politik atau teknologi


manusia yang secara haqiqiyah mencaci maki Al-Fatihah dan
tindakan makar kepada Tuhan. Tiap hari kita merasakan bahwa
ekspresi-ekspresi banyak manusia, kelompok, sistem atau
keputusan dan perilaku dari kalangan makhluk manusia, yang
bukan hanya menunjukkan ketidakpedulian kepada Allah, tetapi
bahkan juga melecehkan-Nya, menghina-Nya.

Sedikit saja kita menggunakan kehalusan jiwa, kecerdasan akal


dan aplikasi logika, kita merasakan hal-hal itu berseliweran di
sekitar kita melalui banyak “corong zaman”, media-media, isi
pidato dan pernyataan, tindakan, keputusan budaya, sosial,
politik, dan banyak lagi.

ُ ۚ َْ َ ِ ‫َس ﱠب َح‬
‫الس ٰم ٰو ِت َو َما ِ ا ْرض َوه َو ال َع ْ ُز ال َح ِك ْ ُم‬
‫ﱠ‬ ‫ا‬
ِ ِ‫م‬
“Bertasbih kepada Allah semua apa yang ada di langit dan bumi;
dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Al-Hashr:
1).

Semua yang di langit dan bumi bertasbih kepada Allah, tapi dari
kalangan manusia terdengar suara yang berbeda dan sikap yang
lain. Kalau kita melakukan wawancara kepada manusia, di level
dan segmen manapun, pasti jawabannya mencerminkan “sabbaha
lillahi”. Tetapi kalau kita menyaksikan atmosfer budaya dan politik
manusia, yang berlangsung sangat banyak yang sebaliknya.

Terkadang kita berpikir dan bertanya kenapa dalam firman itu


Allah memakai kata “ma” dan bukan “man”. Kalau itu

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 78


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

diterjemahkan secara lughawiyah kaku dan teknis linguistik


formal: yang bertasbih kepada Allah adalah “apa-apa” dan bukan
“siapa”.

Yang bertasbih kepada Allah adalah alam, udara, sungai, lautan,


gunung, pepohonan, dan dedaunan. Itu semua memang “ma”.
Dan mereka semua hidup sepenuhnya menuruti “sunnah”-Nya.
Mereka semua berlaku “yaf’aluna ma yu`marun”, hanya
mengerjakan yang di-amr dan di-iradahkan Allah.

Dan seakan-akan yang “man”, misalnya manusia, praktik


peradabannya memang tidak bertasbih. Tidak mengandung
aspirasi tentang kesucian Allah. Terlalu banyak fakta kedhaliman,
kekufuran, kemunafikan, tindakan perusakan dan penghancuran
dalam kehidupan manusia untuk memungkinkannya dianggap
“sabbaha lillah”.

Manusia tidak berada pada posisi takjub kepada Allah. Karena


hampir seluruh bangunan ilmu, teknologi, politik dan manajemen
peradaban manusia memang tidak mencerminkan apresiasinya
terhadap “al’aziz al’hakim”, Allah yang Maha Agung dan Maha
Bijaksana. Sorga tidak menggiurkan dan neraka tidak mengerikan
bagi peradaban manusia modern.

َ ََ ُ َ ُ َ ْ
‫ال ِذ ْي َن َ ذك ُر ْون ا َ ِق َ اما ﱠۚوق ُع ْودا ﱠوع ُجن ْ ِ ـ ِه ْم َو َ تف ُر ْون‬
ۚ ً َ َ ٰ َ ْ َ َ َ‫َﱠ‬ ْ َ ْ َ ‫الس ٰم ٰو‬
‫ْ َخلق ﱠ‬
ِ ‫ت وا رض ر نا ما خلقت هذا‬
‫اط‬ َِ
‫ُِ ْ ٰ َ َِ َ َ َ َ ﱠ‬
‫س حنك ف ِقنا عذاب النار‬
“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 79


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka’”. (Ali-Imran:


191).

Tidak ada aspirasi gagasan dari kumpulan manusia, apalagi


perusahaan-perusahaan eksplorator kekayaan bumi, yang
mengacu pada “Robbana ma khalaqta hadza bathila”. Tidak ada
Negara, Kerajaan atau Pemerintahan yang berangkat mengelola
kehidupan rakyatnya dengan landasan “Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka”.

Subhanallah. Ghairil maghdlubi ‘alaihim waladhdhoollin.

Emha Ainun Nadjib


23 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 80


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (26)
Apa Password Wifi
di Gua Hira

َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
(Al-Fatihah: 7)

Beberapa nomor tadabbur sebelum ini berangkat menghayati Al-


Fatihah hanya dari sebuah mangga serta bebuahan lainnya serta
dialektika historisnya dengan udara, tanah, dan seluruh alam
semesta.

Kemungkinan luas semesta Tadabbur pasti lebih dahsyat jika


berangkatnya dari Al-Fatihah. Ajaklah anak-anak kita
membiasakan diri mengimajinasikan, mempetakan, dan
merumuskan kemungkinan tak terbatas tentang itu dengan Al-
Fatihah serta seluruh muatan Al-Qur`an.

Kanjeng Nabi sangat dikenal oleh anak-anak kita sebagai “Nabi


buta huruf”. Tidak bisa menulis. Tidak bisa mencatat apa-apa
dengan huruf-huruf. Beliau tidak punya alat apa-apa untuk
menampung wahyu-wahyu Allah dan “mengabadikannya”
sebagaimana kata “memfoto” selama ini kita simbolkan dengan
kata “mengabadikan”.

Bagaimana mungkin Kanjeng Nabi mentranskripsikan wahyu yang


bertaburan itu sehingga sekarang kita “tinggal enak dan terima
jadi” berupa 30 juz, 114 surat, 6.236 ayat, dan 77.845 kata.
Padahal tidak ada tape recording, gadget perekam atau alat-alat
analog atau digital apapun. Andaikan ketika itu di Gua Hira ada

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 81


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Wifi, misalnya dari Mobily, STC, Zain atau bahkan Etisalat, apa
pula password-nya. Mungkin raufurrahim, huruf kecil semua,
yakni dua gelar Nabi dari Allah.

Beliau mengajak 43 sahabat-sahabat untuk bekerja sama


mendokumentasikan secara manual tradisional wahyu demi
wahyu yang diantarkan secara bertahap oleh Baginda Jibril.
Terutama sahabat Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin
Tsabit, Ubay bin Ka‘ab, Abdullah bin Saad, Hanzhalah ibnu Ar-
Rabi‘.

Kita sekarang tinggal buka hp atau komputer masuk internet


browsing searching untuk mengetahui itu semua: bagaimana
wahyu dilestarikan. Misalnya sahabat Zaid berkisah: “Aku seorang
penulis wahyu Rasulullah. Caranya dengan Beliau Saw.
membacakannya kepadaku. Bila sudah selesai, Beliau pun
memerintahkan aku untuk membaca ulang. Maka Aku membaca
ulang, bila ada yang terlewat, Beliau membenarkannya”.

Mudah-mudahan semua orang yang berjasa membikin macam-


macam alat dan teknologi sehingga kita dengan sangat mudah
mengakses segala informasi tentang Kanjeng Nabi beserta urusan
wahyu-wahyu itu memperolah penghormatan dan pahala dari
Allah dalam perhitungan khusus di dalam lingkup “al-‘Alim al-
Hakim”.

Baginda Nabi Muhammad diperkenani Allah dengan wahyu-


wahyu itu di Gua Hira. Cocoknya ya pada saat lewat tengah
malam. Beberapa malam hanya ada suara-suara memanggil beliau
dari arah belakang punggung.

Menurut banyak sumber dan buku, termasuk Habib Quraisy


Syihab, Kanjeng Nabi ketakutan. Pulang mengeluh kepada istri
beliau teladan Ibu-ibu di muka bumi. Si Khadijah mendekap beliau

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 82


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

dan mengajak berkonsultasi ke rumah Waraqah bin Naufal.


Waraqah merekomendasikan agar beliau bersabar dan bertahan,
sebab mestinya suara itu ada terusannya. Ternyata berikutnya
memang hadir Malaikat Jibril dengan wahyu “Iqra` bismi
Rabbikalladzi khalaq”. Diteruskan dengan wahyu-wahyu lain pada
kesempatan-kesempatan berikutnya.

Kalau kita yang mengalami itu insyaallah langsung pingsan.


Kemudian bangun, keluar dari Gua Hira, ngoceh kepada setiap
orang yang kita temui. Kalau perlu bikin baliho raksasa kita pasang
di sekian tempat yang paling strategis untuk publikasi diri, dengan
gambar wajah kita, nama dan tulisan “Satriyo Winahyon” atau
“Satrya Pinandita Sinisihan Wahyu”. Hari berikutnya kita
didatangi personel-personel Parpol dan sejumlah pengusaha. Lusa
kita jadi Presiden.

Lha wong kita yang pada dasarnya tidak konsern dan tidak punya
komitmen serius terhadap Tuhan saja berani bikin baliho pamer
wajah yang kita puji sendiri: “Mandiri, kreatif”, “Jujur, sederhana”,
“Mengabdi masa depan rakyat” dan macam-macam kalimat-
kalimat “mbagusi” lainnya. Dewasa ini kita menjalani hidup
dengan kemudahan-kemudahan yang luar biasa terutama dalam
hal komunikasi dan informasi. Dari awal-awal IT hingga Artificial
Intelligence yang kini mulai marak. Kita bisa kontak Ibu atau istri
kita sambil jongkok mencet-mencet keyboard gadget di
WC. Nglilir dari tidur tengah malam kita bisa video call dengan
pacar kita. Serta beribu jenis dan wilayah kemudahan lainnya,
yang mewah dan mentakjubkan.

Emha Ainun Nadjib


24 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 83


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (27)
Kerapuhan Psikologis
dan Wudlu Kehidupan

َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 6-7)

Dengan bermacam-macam bentuk dan wilayah kemajuan


teknologi yang melapangkan kemudahan-kemudahan di jalanan
peradaban, seolah-olah kita sedang menikmati anugerah Allah:

َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
“Jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka”.
(Al-Fatihah: 7).

Tetapi itu tidak menjamin atau dijamin bahwa secara mainstream


lantas kita punya kesadaran dan mindset berpikir yang melandasi
segala perilaku sehari-hari, keputusan keluarga, masyarakat dan
Negara.

‫ا‬ َ ‫َو َما ْم ﱢم ْن ﱢن ْع َمة َفم‬


‫ن‬
ِ ِ ٍ ِ
“Dan apa saja nikmat yang ada padamu dari Allah-lah
datangnya.” (An-Nahl: 53)

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 84


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

َ ُ َ َ ‫ْ َ ﱡ‬
ۗ ‫َوِان ت ُعد ْوا ِن ْع َمة ا ِ ت ْح ُص ْوها‬
“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan
sanggup menghitungnya.” (An-Nahl: 18).

Bahkan yang lebih simple dan pragmatis: seluruh kenikmatan


setiap hari bahkan setiap saat ini mungkin tidak membuat kita
membaca ayat ke-2 Al-Fatihah “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin”.

Apalagi, kebanyakan kita mungkin juga tidak cukup ingat untuk


peduli bahwa “jer basuki” itu “mawa bea”. Bahwa setiap
kenikmatan dan kemudahan selalu ada ongkosnya. Dan ongkos
kemudahan media itu sampai ke tingkat keruwetan karena
disinformasi, kebiasaan menelan berita tanpa verifikasi,
merebaknya fitnah, penistaan dan penghinaan tanpa kontrol,
perpecahan sosial bahkan keluarga, suatu hari mungkin
ongkosnya adalah perpecahan Negara.

Sean Parker, rekanan kerja Mark Zuckerberg yang menemukan


dan mengglobalisasikan “Facebook” menyesali apa yang
dibikinnya: “Facebook mendapatkan popularitas dengan cara
memanfaatkan kerapuhan psikologis manusia”. Paralel dengan itu
juga pencipta “Twitter”, “Iklan Pop-up”, “Instagram” dan apalagi
“TikTok”.

Sementara kita juga bengong-bengong saja, merasa baik-baik saja,


tidak melihat ada faktor-faktor yang mengancam, sehingga tidak
ada kecenderungan untuk mengingat dan membutuhkan ayat ke-
6 Al-Fatihah: “Ihdinas Shirathal Mustaqim”. Sebenarnya
konstelasi dan eksplorasi ilmu pengetahuan manusia juga punya
kewaspadaan terhadap masa depan. Mereka punya paket
misalnya Futurologi. Mereka punya bagian aktivitas yang
mensimulasi masa depan.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 85


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

ۚ َ ْ ‫َﱠ‬ ٌ ‫ٰٓ ا ﱡي َها ال ِذ ْي َن ا َم ُنوا ﱠات ُقوا ا َ َول َت ْنظ ْر َن ْف‬


‫س ﱠما قد َمت ِلغ ٍد‬
َ َ َ ‫ﱠ‬ ُ‫ﱠ‬
‫َواتقوا ا َ ِۗان ا َ خ ِب ْ ٌ ۢ ِ َما ت ْع َمل ْون‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengabarkan apa yang kamu
kerjakan.” (Al-Hasyr: 18)

Tetapi memang kita tidak serius-serius amat menggagas soal itu.


“Qaddamat lighad” itu bisa nanti sore, besok pagi, minggu depan,
bulan atau tahun depan, pasca Pemilu sebentar lagi, mulai dekade
berikutnya, era yang akan menjelang dan seterusnya. “Ma
qaddamat lighadin” itu bisa pakai ukuran angka: setahun, 5 tahun,
30 tahun, 50 hingga 100 tahun.

Kita tenang-tenang saja. Seakan-akan pasti aman sampai Kiamat.


Tidak mungkin terjadi hal-hal yang di luar perkiraan kita. Sampai
suatu hari “mak bedunduk”. “Innallaha Khobirun bima ta’malun”.
Allah mengabarkan secara empiris dan bukti langsung produk dari
kelalaian kita terhadap masa depan.

Maka di tengah kekuasaan teknologi global yang memanfaatkan


kerapuhan jiwa kita, yang makin membuat kita sangat tergantung
dan dikendalikan hampir mutlak — mungkin itu bisa mendorong
kita untuk coba melakukan “wudlu kehidupan” lagi, hard
reset agar operating system yang baru agak lebih fresh dan suci,
maka bagaimana kalau kita coba memperbaharui perjumpaan kita
dengan Al-Fatihah.

Emha Ainun Nadjib


25 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 86


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (28)

Perjumpaan dengan Al-Fatihah

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Tanpa dipengaruhi oleh siapa-siapa. Tidak karena membaca buku


atau kitab apapun. Tidak karena ada yang mempengaruhi,
menyuruh, menganjurkan, mengiming-imingi atau sentuhan
apapun dari orang lain — saya sungguh ingin melakukan
perjumpaan dengan ayat-ayat paling agung sekaligus makhluk
yang sangat mulia, yang Allah Swt. sendiri memberinya nama: Al-
Fatihah.

Awalnya saya terdorong oleh kemewahan wicara dengan ingin


membuat judul “Perjumpaan ruh dengan Al-Fatihah”. Tetapi Allah
Swt. sudah sangat tegas mempermaklumkan:
ًْ َ ‫ﱠ‬ ُ ‫الر ْو ۗح ُقل ﱡ‬
‫الر ْو ُح ِم ْن ا ْمر َر ﱢ ْ َو َما ا ْو ِت ْ ت ْم ﱢم َن ال ِعل ِم ِا ق ِل‬ ‫َو َ ْس ل ْو َن َك َعن ﱡ‬
ِ

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 87


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: Ruh


itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit”. (Al-Isra`: 85)

Lantas saya menguakkan kemungkinan lain. Mungkin, misalnya


“Perjumpaan Jiwa dengan Al-Fatihah”. Tapi ternyata tidak “aman”
juga.

“Ruh” itu Bahasa Arab yang digunakan oleh wahyu Allah. Jadi
bukan orang Arab yang menuturkannya, Subjeknya adalah Allah,
yang bahkan Maha Subyek. Pasti berbeda jika dibanding dengan
orang Arab yang berbahasa Arab dan mengucapkan kata “ruh”.

Mungkin perlu didomestikkan menjadi “Perjumpaan Jiwa dengan


Al-Fatihah”. Kosakata “jiwa” sangat lazim, baku, dan umum
digunakan dalam Bahasa Indonesia. “Bangunlah jiwanya,
bangunlah badannya”, demikian bagian dari lirik lagu nasional
yang sejak kanak-kanak saya dan semua warga sudah hafal.

Tetapi semakin bertambah usia saya sampai sekarang menjadi


tua, ternyata semakin tidak menentu pemahaman saya tentang
“jiwa”.

Apakah “jiwa” itu terjemahan dari kata “ruh”? Apa beda antara
“jiwa”, “nyawa”, “sukma”? Atau “batin” saja yang tampaknya
lebih sederhana. Tetapi apakah “ruh” itu “batin”? Apakah ucapan
hari raya “Maaf Lahir Batin” bisa diganti dengan “Maaf Lahir
Ruh”?

Atau barangkali “Perjumpaan Hati dengan Al-Fatihah”? Berarti


perlu juga “Perjumpaan Akal dengan Al-Fatihah”, “Perjumpaan
Pikiran dengan Al-Fatihah”. Dan ternyata masih banyak
kemungkinan bersama hati, akal, dan pikiran. Bisa “nurani”, yang
berbeda dengan “sanubari”. Atau saya turuti kerewelan imajinasi

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 88


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

saya, misalnya “Perjumpaan Reflektif dengan Al-Fatihah”,


“Perjumpaan Analitik dengan Al-Fatihah”, “Perjumpaan Dialektis
dengan Al-Fatihah”.

Melebar lagi, “Perjumpaan Metodologis dengan Al-Fatihah”,


“Perjumpaan Fenomenologis dengan Al-Fatihah”. “Perjumpaan
Kontemplatif dengan Al-Fatihah”, “Perjumpaan Progresif dengan
Al-Fatihah”, “Perjumpaan Kritis dengan Al-Fatihah”. Belum lagi
“Perjumpaan Makrifat dengan Al-Fatihah”, yang berarti bisa juga
perjumpaan Syariat, Thariqat, dan Hakikat dengan Al-Fatihah.

Lantas coba saya rendah-hatikan. “Perjumpaan Keawaman


dengan Al-Fatihah”, “Perjumpaan Sehari-hari dengan Al-Fatihah”.
“Perjumpaan Kejujuran dengan Al-Fatihah”, “Perjumpaan
Blakasuta dengan Al-Fatihah”, “Perjumpaan Apa Adanya dengan
Al-Fatihah”, “Perjumpaan Polos dengan Al-Fatihah”, “Perjumpaan
Intim dengan Al-Fatihah”, “Perjumpaan Akrab dengan Al-Fatihah”,
atau cakrawala terjauhnya barangkali “Perjumpaan Cinta dengan
Al-Fatihah”.

Walhasil sampai sekian lama saya disibukkan oleh tawar-menawar


dengan berbagai kemungkinan itu. Mungkin sebagai manusia saya
kurang akurat langkah-langkahnya. Mungkin terbiasa terpengaruh
cara berpikir fakultatif. Mungkin secara budaya dan psikologis
saya belum pernah mengalami “keutuhan”. Mungkin terdidik
untuk selalu rewel, sehingga perhatian pikiran saya terkeping-
keping, terbelah-belah dan penuh dinding-dinding.

Akhirnya saya berwudlu dan shalat malam. Kemudian membuka


mushaf Al-Qur`an yang antik oleh-oleh teman dari Maroko.
Setelah Al-Fatihah saya masuk ke “Alif Lam Mim” Al-Baqarah dan
berjumpa dengan;

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 89


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

َۙ ْ ‫ُ ﱠ‬ ً ُ َ ْ‫ب َ َر‬
‫ب ۛ ِف ْ ِه ۛ هدى للمت ِق‬ ُ ‫ذ ٰ ل َك ال ٰت‬
ِ ِ
“Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa”. (Al-Baqarah: 2).

Oo apa berangkat dari ini saja ya. “Perjumpaan Taqwa dengan Al-
Fatihah”. Tetapi segera saya dicegat oleh diri saya sendiri yang
menohokkan pertanyaan: “Emangnya taqwa itu apa?” Takut.
Banyak Kiai bilang taqwa itu takut. Lho, kalau gitu ayat ini gimana
dong:
َ ُ ْ َ ُ َ َ ُ َ ْٓ ‫ﱢ‬
ࣖ ‫اب‬
ِ ‫ق‬ ‫ع‬
ِ ‫ال‬ ‫د‬ ‫ِا اخاف ا ۗوا ش ِد‬
Setan berkata: “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”. Dan
Allah sangat keras siksa-Nya”. (Al-Anfal: 48)

Kalau taqwa adalah takut, lantas kalau Setan mengaku takut


kepada Allah, apa bisa diganti menjadi “Setan bertaqwa kepada
Allah”? Akhirnya saya kelelahan sendiri dan memutuskan untuk
istirahat dulu, dan belum melakukan perjumpaan apapun dengan
Al-Fatihah.

Emha Ainun Nadjib


26 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 90


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (29)

Awas, Waspada
Selalu Ada Allah

‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Kepentok “Kitab Al-Quran ini tidak ada keraguan padanya;


petunjuk bagi mereka yang bertakwa”, maka saya coba cari apa
pengertian taqwa. Supaya perjumpaan yang saya inginkan dengan
Al-Fatihah lebih tepat, kompatibel, dan relevan.

Yang resmi, misalnya menurut Tafsir Ibnu Katsir, arti dasar dari
“taqwa” adalah mentaati Allah dan tidak bermaksiat kepada-Nya.
Senantiasa mengingat Allah serta bersyukur kepada-Nya tanpa
ada pengingkaran (kufr) di dalamnya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 91


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Kebanyakan penjelasan tentang taqwa umumnya melalui sanepan


atau ilustrasi.

Umar bin Khattab bertanya kepada Ubay bin Ka’ab mengenai


takwa. Ubay bertanya, “Pernahkah kamu berjalan di jalan yang
penuh dengan duri?” Umar menjawab, “Ya.” Ubay bertanya lagi,
“Apa yang engkau lakukan?” Umar menjawab, “Aku menggulung
lengan bajuku dan berusaha (melintasinya).”

Ubay berkata: “inilah (makna) takwa, melindungi seseorang dari


dosa dalam perjalanan kehidupan yang berbahaya sehingga ia
mampu melewati jalan itu tanpa terkena dosa.”

Ilustrasi yang lain, yang memakai perlambang tentang duri juga:

Suatu ketika, Abu Hurairah ditanya oleh seseorang, “Wahai Abu


Hurairah, apakah yang dimaksud dengan takwa itu?” Abu
Hurairah tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi memberikan satu
ilustrasi. “Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan engkau
melihat jalan itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu
untuk melewatinya?” Orang itu menjawab, “Apabila aku melihat
duri, maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak
ada durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur.”
Abu Hurairah cepat berkata, “Itulah dia takwa.”

Menurut Al-Ghazali, takwa dapat didefinisikan sebagai upaya


membersihkan diri dari dosa yang sebelumnya belum pernah
dilakukan, sehingga lahir motivasi dalam diri untuk
meninggalkannya. Dengan kata lain, takwa menjadi upaya untuk
menjaga diri dari berbagai kemaksiatan.

Sebagian Ulama kita sendiri mengatakan, takwa adalah “sami’na


wa atho’na” yakni menjadi orang yang lebih taat kepada Allah.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 92


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Takwa dapat dilakukan dengan cara menggali dan memahami


hikmah setiap ibadah yang dilakukan.

Saya setuju dan meyakini semua uraian di atas adalah benar.


Yang agak berbeda mungkin adalah cara pandang yang saya pakai.
Misalnya kalau taqwa adalah “sami’na wa atho’na”, itu cocoknya
pada tahap aplikasi, atau lanjutan dan pengertian dasar taqwa,
sebagaimana “menggali dan memahami hikmah setiap ibadah
yang dilakukan”. “Sami’na wa atho’na” secara definitif adalah
“tha’at” kepada Allah. Orangnya muthi’. Meskipun memang itu
merupakan manifestasi dari taqwa.

Ilustrasi “duri” pada Sayyidina Umar ibn Khattab dan Abu Hurairah
perlu diproyeksikan oleh siapapun yang mendengar atau
membaca dialog itu. Misalnya dari “duri” itu orang bisa menarik
konteksnya ke “waspada”. Tetapi sekali lagi, semua upaya
memahami taqwa di atas memang muatannya semua merupakan
kandungan taqwa.

Sepertinya taqwa di sumber kosakatanya mengandung sekaligus


waspada, mawas, komitmen dan kesungguhan terhadap yang
diwaspadai.

Waspada, ada Allah lho. Jangan semberono, jaga perilaku. Awas


Allah Maha Mengetahui setiap perbuatan kita dan Maha Mengerti
semua hal. Kita wajib selalu mawas diri dalam kekuasaan Allah.
Kita harus punya komitmen terhadap keharusan logis sebagai
makhluk ciptaan Allah. Kita jangan tidak bersungguh-sungguh
menjalani hidup ini, sungguh-sungguh menuhankan Allah,
sungguh-sungguh patuh kepada-Nya, sungguh-sungguh
mempedomani nilai-nilai Allah dalam menjalani apa saja yang kita
kerjakan dalam kehidupan.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 93


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Rasanya itulah taqwa. Adapun proyeksi, manifestasi dan


aplikasinya sangat luas dan menyangkut semua hal dalam
kehidupan kita.
ُ ‫َ ﱠٰ َ َ ﱠ‬
ِ ‫و ِ ي ي فٱت‬
‫ون‬ ‫ق‬
“Dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa”. (Al-Baqarah:
41)

Kewaspadaan hidup yang utama adalah tentang dan keberadaan


Allah yang kita terikat serta absolut.

Maka saya pun meningkatkan kewaspadaan jiwa, batin dan akal


sebelum melakukan perjumpaan dengan Al-Fatihah.

Emha Ainun Nadjib


27 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 94


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (30)
Waspada Sanad

‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Umpamanya dalam perjumpaan pertama kita dengan Al-Fatihah,


ketika sampai pada “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”, tiba-tiba
kita menangis. Kalau kemudian kita menceritakan atau
mengisahkan peristiwa menangis itu kepada teman atau tetangga,
mereka tidak akan bertanya “apa atau mana sanad”nya? Karena
sandaran kisah itu adalah pengalaman otentik kita sendiri. Sisa
masalahnya kita jujur dengan tangis itu atau berbohong.

Tapi umpamanya Rasulullah Muhammad Saw. juga menangis


tatkala menerima wahyu Al-Fatihah, lantas kita menceritakan
kepada siapapun, maka harus disertai “sanad”nya, atau sandaran
faktanya. Harus kita sebutkan juga urutan siapa saja yang
menceritakan hal itu sehingga sampai ke kita.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 95


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Menurut para ahli hadits, “Sanad adalah pegangan dalam teks


hadits atau matan. Menurut bahasa, sanad adalah sandaran atau
tempat bersandar. Sedangkan menurut istilah, sanad adalah jalan
yang menyampaikan kepada jalan hadits”.

Sudah dikenal oleh para pembelajar Islam, khususnya hadits,


sanad adalah orang-orang yang meriwayatkan hadis dari tingkatan
sahabat hingga hadits itu sampai kepada kita. Adapun “matan”
menurut bahasa adalah ma irtafa’a min al-ardi atau tanah yang
meninggi. Sedangkan menurut pemahaman keilmuan adalah
“kalimat tempat berakhirnya sanad”.

Sanad tidak bisa dipisahkan dari “Rawi” atau Bahasa Indonesianya


“Perawi”, yakni orang yang meriwayatkan hadits. Mungkin istilah
menterengnya: Perawi adalah trans-informatornya, sanad adalah
alur atau proses trans-informasinya.

Itu semua sangat diperlukan demi kebenaran sejarah. Ketegasan


sanad menunjukkan derajat kesahihan sebuah hadits.
Kewaspadaan terhadap sanad sangat menolong kita untuk
mengetahui apakah hadits yang sampai ke kita itu valid atau
invalid, shahih atau tidak, hasan, dhaif atau bahkan palsu.

Segala informasi tentang dan dari Al-Qur`an sudah diverifikasi


berlipat-lipat berulang-ulang selama berabad-abad lamanya
sedemikian rupa. Tetapi yang menyangkut hadits atau sabda atau
sunnah atau sirah Nabi Muhammad Saw., sangat perlu kita saring
lagi agar supaya kita tidak mengalami disinformasi, bahkan
tertipu. Yang nanti efeknya bisa menimbulkan kekisruhan sosial
dan keagamaan.

Tetapi kalau kita sendiri yang dalam perjumpaan dengan Al-


Fatihah atau hadits-hadits Nabi tergetar hati kita sampai
menangis, atau bahkan sampai pingsan, kemudian kita

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 96


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

mengungkapkannya, atau mungkin menuliskan refleksi dan


penghayatan dari mendalamnya keterharuan kita, perawi dan
sanadnya adalah otentitas kita sendiri.

Demikian juga setiap atau seluruh persentuhan kita dengan isi Al-
Qur’an atau muatan hadits, orang lain tidak akan menagih sanad
kepada kita. Hanya saja kalau kita mengutip ungkapan sahabat
Nabi umpamanya Umar ibn Khattab, Abu Hurairah atau siapapun,
harus kita jelenterehkan urutan-urutan informasinya dari siapa ke
siapa ke siapa sampai ke kita.

Rasulullah punya nuansa reaksi dan refleksinya terhadap setiap


ayat yang difirmankan. Setiap Sahabat Nabi juga punya nuansa
dan jenis refleksinya masing-masing. Kalau kita mengisahkan hal-
hal itu, harus kita perjelas sanadnya. Tapi kalau kita mengalami
penghayatan sendiri atas ayat Al-Qur`an atau Hadits, memang
tidak ada sanadnya maupun perawinya selain kita sendiri.

Sanad adalah silsilah atau kumpulan rawi dari sahabat atau


siapapun yang otentik pada waktu itu hingga orang terakhir yang
meriwayatkannya. Kalau kita lapor ke teman kita bahwa sudah
berbulan-bulan kita tidak sanggup membayar hutang, teman kita
tidak bertanya “Menurut siapa?”. Ya menurut kita, lha wong kita
yang berhutang.

Yang sebaiknya dilakukan oleh teman kita itu bukanlah


menanyakan sanad hutang kita, melainkan menghutangi kita uang
untuk membayar hutang kita. Dia juga sebaiknya mensyukuri
bahwa kita tidak mengganggunya. Kita sendiri yang menafsirkan,
mentadabburi dan menghayati hutang kita tanpa
mengganggunya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 97


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Mungkin kewaspadaan dan disiplin hal sanad ini dimaksudkan


agar kita tidak membiarkan “tradisi budaya kefasiqan”
sebagaimana yang Allah peringatkan:
ُ ْ ٓ ُ َ َ َ ۢ َ ْ َ َ ْ ْٓ ُ َ َ ْ َ ‫ٰٓ ا ﱡي‬
‫اس ٌق ِب َ ٍا فت َ ﱠين ْوا ان ت ِص ْ ُب ْوا‬ِ ‫ف‬ ‫م‬ ‫ء‬‫ا‬‫ج‬ ‫ن‬ ‫ا‬ِ ‫ا‬‫و‬‫ن‬ ‫م‬‫ا‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ذ‬
ِ ‫ال‬ ‫ا‬‫ه‬
َ ْ ‫َق ْوما َج َهالة َف ُت ْص ُح ْوا َع َما َف َعل ُت ْم ٰندم‬
ِ ِ ِ ٍ ِ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu”. (Al-Hujurat: 6)

Disiplin dan kewaspadaan tentang sanad insyaallah


menghindarkan kita dari terseret menjadi “almaghdlubi ‘alaihim”
atau bahkan “dhollin”.

Emha Ainun Nadjib


28 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 98


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (31)

Tafsir Baku Al-Fatihah

‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Membaca Al-Fatihah rasanya berbeda ketika keadaan hidup kita


sedang nyaman dan lumayan bahagia, dibanding ketika kita
sedang sumpeg, galau atau frustrasi karena problem yang tak
henti-henti menimpa.

Berbeda juga ketika kita dalam keadaan sehat wal afiat atau
sedang sakit. Bahkan Al-Fatihah rasanya tidak sama ketika kita
kanak-kanak dulu, kemudian remaja lantas dewasa, dibandingkan
dengan tatkala usia sudah senja.

Demikian juga berbagai keadaan diri dan kehidupan di luar diri


kita, baik sekadar situasi keluarga, tetangga, masyarakat atau
negara. Setiap manusia menjalani dirinya masing-masing,

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 99


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

sehingga amat sangat sedikit sesuatu yang bisa dibakukan di


antara mereka.

Bahkan tidak usah yang mendalam-mendalam dan yang


menyangkut multi-konteks dan multi-tema kehidupan manusia.
Al-Fatihah dibaca ketika shalat dluhur rasanya berbeda dibanding
ketika shalat maghrib atau senja. Berbeda pula pada shalat
malam, kemudian tidak sama pula pada shalat Subuh.

Kalau jumlah penduduk bumi 7 miliar manusia, maka terdapat 7


miliar macam juga keluaran atau output perjumpaannya dengan
Al-Fatihah. Jangankan Al-Fatihah dan Al-Qur`an, sedangkan angin
sejuk yang berhembus tidak bisa dijamin terasa sejuk pada orang
yang badannya sedang tidak sehat.

Mungkin kita mengidentifikasikan itu sebagai “refleksi subyektif”.


Sementara tafsir obyektif atas Al-Fatihah kita optimis ada pada
pemikiran para Mufassir, Ulama, Asatidz, Cendekiawan, serta Kiai-
kiai. Apapun keadaan dan situasi subjektif manusia, kalau bisa
tetap punya standar objektivitas tafsir dari para pakar.
ُ َ ۗ َ ُ َ ْ َ َْ َ ُ َ ُ ٌ َ ْ ‫َ ﱟ ﱢ‬
‫اس ِ قوا الخ ْ ٰ ِت ا ْي َن َما ت ْون ْوا‬‫و ِل ل وجهة هو موليها ف‬
Terjemahan resminya: “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya
(sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-
lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari
kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Al-Baqarah: 148).

Mustahil penerjemahan ini keliru. Semua penerjemah dan


penafsir Al-Qur`an sudah teruji matang oleh sekian metodologi
dan praksis ujian-ujian. Tapi anak kalimat pertama ayat di atas

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 100


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

bukan “wa li kulli ummatin wijhatun”, sehingga


diterjemahkan “bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)”. Kata-
katanya hanya “wa likullin”, tidak pakai “ummat”. Kayaknya ia
berlaku lebih universal. Tidak diikat oleh kesempitan konstelasi
antara ummat-ummat yang berbeda, misalnya Ummat Islam,
Ummat Kristiani, Ummat Hindu dll. Wallahu a’lamu bis-
shawab. Siapa tahu maksud Allah adalah bahwa setiap dan segala
sesuatu (benda, perkara, peristiwa, fenomena dll) masing-masing
menghadapi “kiblat”nya sendiri-sendiri. Udara angkasa adalah
“wijhah”nya burung-burung. Air laut atau sungai adalah
“kiblat”nya masyarakat ikan.

Yang harus dihadapi bumi adalah atmosfer dan panas matahari.


Setiap “mur” ada “baut”nya dengan ukuran sendiri-sendiri yang
berbeda-beda. Lombok dan brambang menghadap atau
berhadapan dengan layah dan huleg-huleg. Demikian juga hal-hal
lain yang tak terbatas pada kehidupan manusia. Wijhah setiap
Negara adalah globalisasi, kapitalisme liberal, hedonisme budaya,
IT dll. hingga AI.

Dan itu merupakan landasan untuk “fastabiqul khairat”.


Berlomba-lomba membangun atau memproduksi kebaikan. Di
segala bidang. Dari hal peribadatan, bebrayan sosial budaya,
olahraga, pendidikan, silaturahmi kemanusiaan, bahkan pertanian
dan pasar, hingga politik, kekuasaan dan perekonomian.

Agama Islam dengan firman-firman dalam Al-Qur`an merangkum


segala hal dalam kehidupan manusia. Bahkan tidak ada bagian
apapun dan menapun dari hidup ini yang tidak disentuh atau tidak
relevan dengan firman-firman Allah.
َ َ َ ً َ ًَ ْ َ ْ َ َ ‫ﱠ‬
ۚ ‫َب َمث َما َ ُعوضة ف َما ف ْوق َها‬ ‫ِإن ا َ َ ْست ْح ِ أن‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 101


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa


nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.“ (Al-Baqarah: 26).

Jadi kayaknya ayat “walikullin wijhatun” di atas tidak hanya


menyangkut ummat beragama, masyarakat yang berbeda-beda,
parpol-parpol dan ormas-ormas, PBB, KPK, BPK, Muhammadiyah
dan yang raksasa-raksasa lainnya. Melainkan juga tentang nyamuk
di air tergenang yang kotor, gathul, semut, uget-uget dan apapun
biar sekecil “dzarrah” dan seremeh debu pada pandangan
manusia,

Begitulah Al-Qur`an. Apalagi Ibunya: Al-Fatihah, Ummul Qur`an.

Emha Ainun Nadjib


29 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 102


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (32)
Sawang Sinawang Al-Fatihah

‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Dari Tadabbur hari kemarin kita menemukan bahwa tidak akan


pernah ada tafsir baku Al-Fatihah. Andaikan ada kebakuan itu
terbatas pada subjektivitas penafsirnya, batasan zamannya, atau
mungkin “madzhab”-nya. Dan dengan berbagai jenis kebakuan itu
berarti masing-masing tidak baku. Masing-masing berposisi relatif.
Kalau dilihat secara teknis ada misalnya tafsir baku Ibnu Katsir,
ada tafsir baku Kemenag NKRI, atau tafsir baku Jalalain. Tetapi
tidak bisa diberlakukan sebagai tafsir baku atas Al-Fatihah.

Allah itu Maha Tak Terhingga dan setiap firman-Nya pun tak
terhingga. Setiap ayat-Nya, kata pilihan-Nya, bahkan mungkin
huruf-Nya, bermakna tak terhingga. Kita sesama manusia maupun
sesama makhluk Allah lainnya hanya bisa “sawang-sinawang”
dengan bekal rendah hati satu sama lain, kemudian

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 103


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

mengembalikannya kepada rahasia kebenaran di keharibaan Allah


Swt. sendiri.

Kita selalu waspada dan takut terperosok menjadi “Maghdlub”


atau bahkan ngeri terjerumus menjadi “dhollin”. Maka kita tidak
bisa bersikap merasa paling tahu, sok tahu, “kemeruh” dan
“keminter” kepada siapapun. Dan terhadap siapapun yang sok
tahu di hadapan kita, kita menyiapkan “Astaghfirullahal’adhim”
atau “Subhanallah” dan Kalimah Thayyibah lainnya, serta
meneguhkan kedaulatan diri dan kemandirian berpikir kita. Kita
harus punya ketahanan terhadap “alladzi yuwaswisu fi
shudurinnas”.

Tafsir atau tadabbur atas Al-Fatihah, bahkan perjumpaan batin


setiap manusia dengan Al-Fatihah, apalagi di zaman yang berbeda
dengan latar belakang situasi kehidupan yang juga berbeda,
belum lagi kapasitas pribadi yang juga tidak sama, serta banyak
sekali variabel perbedaan-perbedaan lainnya – mengajarkan
kepada kita bahwa tidak seorang pun, sepandai apapun ia, se-Kiai
atau se-Imam se-Mursyid se-Ulama apapun, yang berposisi untuk
bisa membakukan dan memaksakan tafsir atau tadabbur Al-
Fatihahnya kepada siapapun.

Bahkan para sahabat Nabi dan ummat Islam pemula di zaman


Nabi selalu melakukan rekonfirmasi satu sama lain, saling
berendah hati sehingga bertanya satu sama lain. Mereka selalu
“bisa rumangsa” dan menghindari “rumangsa bisa” terhadap
firman-firman Allah. Meskipun andaikan kita ini pernah belajar di
Pesantren, bahkan pernah kuliah di Al-Azhar Cairo, atau sudah
Sarjana Utama dan S-3 sekalipun, sebaiknya jangan merasa
apalagi meyakini bahwa pandangan kita tentang Al-Fatihah lebih
hebat, lebih bagus, atau lebih canggih dibanding refleksi seorang
tukang becak, kuli pasar atau buruh tani yang tidak terpelajar.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 104


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Allah mengajarkan sikap hidup, patrap intelektual, kuda-kuda


budaya dan bagian dari akhlaqul karimah di ayat berikut ini. Yang
berlaku tidak hanya untuk kita yang awam, tapi juga untuk beliau-
beliau yang alim saleh, atau tokoh-tokoh schoolars yang teruji
ilmu dan pembelajarannya. Ia berlaku sama untuk komunitas
Rasulullah Saw. di Mekah maupun Madinah. Juga berlaku untuk
para sahabat terdekat Nabi. Bahkan ayat ini diajarkan atau
direkomendasikan oleh Allah Swt. kepada Kanjeng Nabi
Muhammad Saw. sendiri:
َ ُ ََْ ۚ َْ ‫ُ ْ َ ُ َ ﱠ‬
‫نف ِ ْ َ ِوا ِن اهتد ْ ت ف ِ َما‬ ‫ق ْل ِان ضللت ف ِان َما ا ِض ﱡل َع‬
َ ٗ ‫ۗ ﱠ‬
‫ْٓ ِا ﱠ َر ﱢ ْ ِانه َس ِم ْي ٌع ق ْ ٌب‬ ِ ‫يو‬
ُْ

Katakanlah, “Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat untuk


diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu
disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sungguh,
Dia Maha Mendengar, Maha-dekat.” (Saba`: 50)

Tentu saja kita tidak mungkin tahu apakah itu juga berlaku bagi
Malaikat Jibril dan para Malaikat lainnya. Tetapi Jin yang pernah
lulus menjadi Imam dan Pinunjul di antara semua Malaikat,
akhirnya di-Iblis-kan oleh Allah, karena khilaf dan sembrono
menyangka “bersujudlah kepada Adam” adalah “menyembah
Adam”, Sehingga Si Kanzul Jannah alias Al-Khasyyi’, Arraki’,
Assajid itu dikutuk oleh Allah sampai hari kiamat.

Perhatikan, kata kuncinya adalah “Jika”. Artinya selain Allah tidak


akan pernah mengerti kepastiannya. Kita semua hanya bertengger
di langit “Jika”.

Memang dalam Bahasa Arab “usjudu li-Adama” bisa berarti


“bersujudlah kepada Adam” sekaligus berasosiasi
“menyembahlah kepada Adam”. Dan ia menjadi Iblis atau di-Iblis-

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 105


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

kan oleh Allah karena “rumangsa bisa”. Sok tahu. Tidak tanya-
tanya dulu. Kontan saja menolak perintah Allah untuk bersujud
kepada Adam.

Padahal kelak manusia banyak yang bersujud kepada Ibunya


ketika Idul Fithri, atau Neneknya atau siapapun yang ia takdzim
dan berposisi mengabdi. Dan ia bersujud kepada Ibu itu sama
sekali bukan berarti menyembah beliau.

Meskipun demikian memang banyak manusia lain yang bukan


hanya khilaf terhadap makna kata dan ayat. Tidak sekadar
sembrono memaknai, menafsirkan atau mentadabburi firman
Allah. Tidak sedikit yang memang sengaja tidak peduli kepada
firman-Nya, bahkan tahu tapi sengaja melanggarnya.

Kalau Syekh Kanzul Jannah menjadi Iblis karena sembrono, kita


tidak tahu nasib kita yang sengaja meremehken, melecehkan dan
melanggar firman Allah Swt.

Emha Ainun Nadjib


30 Mei 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 106


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (33)
Alfatihah Mukibat Mujaer

‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Sepertinya termasuk “shirathalladzina an’amta ‘alaihim” antara


lain adalah bersungguh-sungguh terhadap sanad suatu ucapan
atau perilaku untuk hal-hal yang memang wajib menggunakan
sanad.

Umpamanya ‘ibadah mahdlah. Bagaimana cara menyembah Allah,


bagaimana prosedur dan tata caranya. Bagaimana melakukan
shalat dengan semua kelengkapannya.

Juga rukun Islam yang lain. Sebab itu 100% bersumber dari Allah.
Bukan Nabi Muhammad atau siapapun yang mengarang “kalimah
syahadat”, tatacara dan bacaan shalat lima waktu, ide
posisi takbiratul aihram, ruku’, sujud dan duduk tahiyat, serta
segala regulasi tentang shalat-shalat sunnah.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 107


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Puasa itu pada bulan apa di tahun Hijriyah, delapan ashnaf siapa
saja, pergi haji kita ke mana. Itu bukan karangan Malaikat Jibril,
Nabi Ibrahim atau Kanjeng Nabi Muhammad, melainkan
ketentuan langsung dari Allah swt. Siapapun selain Allah tidak
berhak mengambil keputusan, dan kita tidak boleh ngarang-
ngarang.

Maka untuk memahami dan memastikan seluruh “birokrasi”


beserta perangkat-perangkatnya, kita tempuh jalan sanad sampai
ke Allah. Semua paket ibadah mahdlah turun dari langit Allah ke
bumi manusia. Sementara ibadah mu’amalah diikhtiari oleh
manusia diunggah ke langit dengan harapan semoga Allah
menerima dan meridlainya.

Sanad dalam pengertian ilmu dan ubudiyah Islam bisa dikatakan


mutlak. Tidak bisa kita mengarang cara shalat sendiri, berpuasa
wajib di bulan selera kita sendiri, membangun Ka’bah sendiri.
Bahkan semua ucapan shalat dari takbir hingga usai tahiyyat
bukanlah karya manusia, Nabi, Rasul, pun bukan ciptaan Malaikat.
Bahkan kapan dan bagaimana jari telunjuk kita menuding,
termasuk “amr” atau perintah Allah.

Bahwa informasi tentang menudingkan telunjuk ada beberapa


versi, itu karena tidak solid dan menyatunya informasi dari sekian
garis-garis sanad. Walhasil segala yang menyangkut peribadatan,
Al-Qur`an dengan Ibu Alfatihahnya, hadits, sunnah dan sirah
Rasulullah Muhammad saw, harus diverifikasi sanadnya
sedemikian rupa. Dan Kaum Muslimin telah melakukan selama 15
abad sejarahnya secara dahsyat, sehingga tak satu buku atau
Kitabpun yang dalam urusan itu bisa menyamai Al-Qur`an.

Akan tetapi Pak Mukibat melakukan tajribah atau


eksperimentasi setek ketela pohong, atau fenomenologi Pak
Mujair yang mentransformasi ikan air asin menjadi ikan air tawar,

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 108


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

mohon jangan dikejar sanadnya dengan melacak Einstein, para


ahli botani dunia, Sayidina Umar dan bahkan Kanjeng Nabi
Muhammad saw. Termasuk beras ketan diproses menjadi
“lemper”, juga jangan kejar sanadnya sampai ke Mekah atau
Madinah.

Yang kita kejar sanadnya adalah runutan sejarahnya hingga


sampai kita yang menyangkut Al-Qur`an, hadits, sabda Nabi dan
perilaku-perilaku tertentu dari beliau.

Itu juga tidak berlaku tatkala Allah sebagai Al-


Khabir mengabarkan dan mengaplikasikan sunnahNya tentang
tumbuh dan berbuahnya pohon. Tentang seseorang dikasih tahu
bahwa ingin buang air kecil atau besar melalui sistem jasad, urat
saraf dan otot-otot. Tentang bayi yang langsung punya
kemampuan untuk menyusu Ibunya. Atau burung-burung yang
entah kursus di mana, dan lewat mana sanadnya, sehingga
mereka mampu membangun sarang yang indah, bahkan bisa
terbang bersama ribuan burung lainnya dalam suatu formasi dan
arah yang seakan-akan diorganisir oleh “Event Organizer” entah
dari mana. Pun burung menjujui makan anaknya, dan tidak ada
yang keliru pula menjujui anak burung yang lain.

Lebih dini lagi urusan itu juga tidak berlaku untuk bayi yang tanpa
pengetahuan sanad mengerti persis bahwa ia harus keluar dari
perut Ibunya dengan tahu persis pula jalannya. Tampaknya logis
kalau tradisi sanad ilmu Islam tidak bersentuhan dengan “’allamal
insana ma lam ya’lam”. Allah mengajari manusia segala sesuatu
yang ia tidak atau belum tahu.

Sepertinya juga tidak berlaku untuk puisi Shakespeare, Pablo


Neruda, Emerson, Auden, Goethe, Kahlil Gibran atau Jalaludin
Rumi serta Chairil Anwar. Mereka mendapatkannya langsung
dari Al-Khabir, Dzat Yang Maha Mengabarkan. Lebih jelas lagi

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 109


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

jangan pernah sowan kepada Nabi Khidlir di pantai laut manapun


dan mempertanyakan sanad ilmu beliau.

ُ ٰ َ ْ ً ُ ٰ َ َ َ َ َ
‫ف َو َجدا ع ْ دا ﱢم ْن ِع َ ِادنا ات ْ نه َر ْح َمة ﱢم ْن ِعن ِدنا َو َعل ْمنه ِم ْن‬
‫ُ ﱠ‬
‫لدنا ِعلما‬
“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-
hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi
Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi
Kami.” (Al-Kahfi: 65)

Juga, apakah Allah memperkenankan ada semacam cipratan-


cipratan Khidlir?

Emha Ainun Nadjib


1 Juni 2023.

Tadabbur (34)

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 110


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Sanad: Benang Merah


Kebenaran Sejarah

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ٱلر ِح ِم‬
‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Sanad sangat penting karena merupakan benang merah


kebenaran sejarah yang menyangkut banyak sekali informasi-
informasi penting ajaran Islam. Namun demikian sanad bukanlah
segala-galanya, dalam arti tidak pada semua hal dalam Islam
sanad perlu atau bisa atau harus diberlakukan. Kalau pakai idiom
modern, disiplin akademis yang menyangkut metodologi dan
runutan kepustakaan atas informasi-informasi, sangat diperlukan,
tetapi tidak untuk semua hal dalam kehidupan.

Kalau seorang hamba menyatakan kemudian memohon “Iyyaka


na’budu wa iyyaka nasta’in”, lantas umpamanya Allah menerima
pernyataan itu serta mengabulkan permintaannya, maka itu
adalah peristiwa kontak langsung Allah kepada hamba-Nya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 111


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Nasta’in” bisa soal karier, jodoh, penghidupan ekonomi, petunjuk


ilmu, solusi-solusi problem individu hingga kemasyarakatan dan
kenegaraan.

Kalau seorang hamba menundukkan wajahnya dan mengucapkan


“Ihdinas shirathal mustaqim”, lantas si hamba merasa atau
menemukan bahwa Allah berkenan mengabulkan permohonan
itu, maka jalurnya adalah intimitas langsung antara Allah dengan
pemohonnya.

Aslinya “Ihdinas shirathal mustaqim” adalah suara bawah sadar


semua orang dan suara atas sadar sebagian orang. Karena
manusia hakikatnya sangat lemah, bahkan tidak punya apa-apa.
Apapun bahasanya dan dari jalur apapun ajarannya — sejatinya
setiap dan semua manusia di setiap tarikan nafasnya dan di setiap
langkah kakinya menyimpan suara batin rahasia permohonan itu.

Sebab “ash-shirathal mustaqim” adalah yang dibutuhkan semua


orang dalam setiap dan segala hal. Jangankan lagi soal
keselamatan hari dan masa depan. Pun tidak hanya soal
kesejahteraan keluarga, kebahagiaan rumah tangga atau keadilan
sosial dalam perjalanan sebuah bangsa. Seorang pemain
sepakbola pun membutuhkan “ash-shirathal mustaqim”,
tembakan yang lurus mengarah ke gawang kesebelasan lawan.

Ketika itu semua dibikin tercapai oleh Allah, termasuk gol ke


gawang lawan, tidak ada kaitannya dengan urusan sanad
sebagaimana dipersyaratkan utamanya di bidang sejarah literasi
Hadits Nabi Muhammad Saw.

Pada setiap bulan Ramadlan kita mendengar para Qari`ul Qur`an


melantunkan ayat ini:

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 112


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

ٰ ‫ﱠ‬ ً ُ ُ ُ ْ ْ َ َ َ
‫ش ْه ُر َر َمضان ال ِذ ٓي انز َل ِف ْ ِه الق ْران هدى للناس َو َ ﱢ ن ٍت‬
ۚ َُْ َ ٰ ُ َ ‫ﱢ‬
◌‫ان‬ِ ‫من الهد ى والفر‬
‫ق‬
“Bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda” (Al-Baqarah:
185).

Sangat jelas bahwa manusia bukan hanya Ulama, Kiai, Ustadz,


orang-orang saleh atau siapapun yang biasanya kita percaya lebih
dekat dengan Allah dibanding rata-rata kita. Ini Allah menegaskan
“hudan linnas”. Manusia. Semuanya. Siapa saja semau Allah.
Sekaligus informasi di balik ayat tersebut mengandung petunjuk
bahwa setiap dan semua manusia pasti dianugerahi alat-alat
batin, intelektual dan spiritual, untuk mewadahi ayat-ayat-Nya.

Meskipun demikian, di ayat lebih awal Al-Baqarah Allah memberi


spesifikasi kualitatif:
َۙ ْ ‫ُ ﱠ‬ ً ُ ْ َ َْ َ ُ ٰ َ
‫ذ ٰ ِلك ال ِ تب ر ب ۛ ِف ِه ۛ هدى للمت ِق‬
“Al-Qur`an ini tidak ada keraguan padanya, merupakan
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”. (Al-Baqarah: 2)

Kita khusyu melakukan shalat malam, kemudian berdzikir dan


memohon kepada Tuhan. Kalau Allah berkenan, kita
memperoleh qabul tanpa terlebih dulu berurusan dengan
verifikasi Imam Tirmidzi dan Abu Hurairah.

Tiap hari manusia menerima ilham, hidayah atau inspirasi dari


Allah, sehingga melangkahkan kaki ke suatu tempat dan
melakukan sesuatu. Para seniman menyepi ke hutan atau

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 113


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

menyisir pantai, kemudian Allah menganugerahinya ide atau


gagasan. Ketika karya seninya ia kerjakan dan menyenangkan
serta bermanfaat bagi banyak orang, itu tidak terkait dengan
urusan sanad.

Bahkan Allah memberi petunjuk kepada seseorang agar makan


suatu jenis makanan pada suatu siang, atau tiba-tiba memperoleh
gagasan untuk merintis suatu usaha baru buat keluarganya.

Atau kita bermaiyah, bergembira sebagai “Al-Mutahabbina fillah”


dari pukul 21.00 hingga 03.00 dinihari. Yang bicara dan bergurau
di panggung maupun ribuan orang yang duduk diam tertib tanpa
ada yang “kemriyek” atau berdiri beranjak pulang — mereka
semua insyaallah ditaburi hidayah rasa syukur dan kebahagiaan
sehingga membuat mereka bertahan 6-8 jam dan merasa “eman”
atau sayang-sayang kalau harus pergi beranjak meninggalkan
sedulur-sedulurnya.

Dan itu semua bukan prestasi Maiyah atau titik-titik tumpu sanad
di penggalan manapun, melainkan merupakan kuasa kasih sayang
Allah Swt.

ُ َ َ َ َ َ ‫ﱠ‬
‫ت ْه ِد ْي َم ْن ا ْح َب ْ ت َول ِ ﱠن ا َ َي ْه ِد ْي َم ْن ﱠ شا ُء َۚوه َو‬ ‫ِانك‬
َ
‫ِ ال ُم ْهت ِد ْي َن‬ ‫ا ْعل ُم‬
“Sesungguhnya engkau tidak bisa memberi petunjuk kepada
siapapun yang (meski) kau cintai. Tetapi Allah yang menghidayahi
siapa saja yang Ia kehendaki. Ia Maha Mengetahui siapa yang
layak diberi petunjuk”. (Al-Qashash; 56).

Emha Ainun Nadjib.


2 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 114


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (35)

Hidayah Tak Terhingga

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ٱلر ِح ِم‬
‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Ketika akhirnya anak bungsu saya mau bersekolah di PAUD, dan


oleh Bu Gurunya mulai dikenalkan pada angka, ia melaporkan
kepada Ibunya bahwa angka yang paling menarik baginya adalah 8
(delapan). Kenapa? Ibunya bertanya. Ia menjawab: “Sebab tidak
ada akhirnya”. Kalau ia menulis angka delapan, bisa diteruskan
mengikuti garisnya tanpa ada ujungnya. Beda dengan 1,2,3,
bahkan 9, yang ada ujungnya.

Lama-lama, ketika saya semakin tua, baru saya sadari bahwa


delapan (yang biasanya dibaringkan) adalah gambar atau lambang
“infinity”, sesuatu yang tidak ada akhir atau ujungnya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 115


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Hanya Allah sendiri yang mengerti dan menentukan sifat-


Nya “Huwal Awwalu wal Akhiru”. Tetapi selain Allah tidak
mungkin paham apa yang dimaksud Allah dengan Maha Akhir.
Karena akhir itu absolut misterius dan tak terjangkau. Apa yang
ada sesudah akhir? Kekosongan? Kehampaan? Apa itu kosong dan
hampa? Kita tahunya ruang kosong atau ruang hampa, tapi harus
tetap ada ruang.

Dan kita ngertinya ruang yang terbatas, ruang dengan batas yang
memisahkan di dalamnya dengan yang di luarnya, meskipun kita
tidak mampu mengukur di mana batasnya. Tetapi di luar batas itu
kita bayangkan tetap ruang. Kita tidak bisa membayangkan
sesudah garis terakhir dari ruang: lha di luar itu apa? Kita hanya
bisa membayangkan bahwa di luar batas ruang pastilah juga ruang
yang lain atau berikutnya. Kalau tidak ruang di luar batas ruang,
otak kita tidak bisa mengidentifikasikannya.

Manusia hanya mampu memahami yang “seperti”, atau segala


sesuatu yang ada sepertinya, padanannya, simbolisasinya,
pembayangannya, perbandingannya. Kalau Allah Swt. adalah
“laisa kamitslihi syai`un”, kita kehilangan jejak pengetahuan.
Ditambah lagi “walam yakun laHu kufuwan ahad”.

Jadi, sudahlah, kita menyerah saja kepada Allah. Kalah.


Pasrah. Give up. Mungkin itulah yang dimaksud Islam.

Juga kita berislam sesungguhnya terhadap apa saja yang Ia


ciptakan atau ungkapkan. Aslinya kita tidak pernah sungguh-
sunggguh mengerti Al-Fatihah. Makna Al-Fatihah pasti tak
terhingga. Ayatnya tujuh (7), tahunya kita kalau diteruskan adalah
8. Infinity. Tak terhingga.

Maka segala yang Allah limpahkan, umpamanya “hidayah”, juga


infinity. Bangsa Jawa mengistilahkan “tan kinaya ngapa, tak kena

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 116


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

kinira”. Tidak seperti apapun dan tidak bisa disentuh oleh


perkiraan yang bagaimanapun. Hidayah Allah, yang sering
dibahasakan menjadi “petunjuk”, “ilham”, “inspirasi” atau apapun
— luasannya, rentangannya, cakrawalanya, detail dan
kelembutannya, makro mikronya, seluas ruang yang juga tak ada
batasnya.

“Bismillahirrahmanirrahim” bisa kita coba maknai atau tafsirkan


atau tadabburi, tetapi semua buku yang kita hasilkan dari upaya
itu pada hakikatnya hanya “dhann”, hanya perkiraan, hanya
sangka-sangka, hanya “clue” dari asumsi-asumsi. Maka kalau kita
sampai terlibat perdebatan menafsirkan atau mentadabburi Al-
Fatihah dan Al-Qur`an, itu semata-mata bukti kekonyolan
kemanusiaan kita.

Pun “Alhamdu lillahi Rabbil’alamin”. Kita menikmatinya, tapi


tidak menjadi produktif atau signifikan untuk meng-egosentris-kan
pendapat kita dan beradu di antara kita. “Al’alamin” saja pecah
kepala kita. Tidak hanya “al’alam” tapi “al’alamin”. Tidak hanya
satu alam, satu semesta, satu jagat raya, melainkan banyak alam-
alam, semesta-semesta, jagat-jagat. Dan, coba rumuskan: Banyak
itu berapa?

Sejak Copernicus hingga Einstein dan Hawking, sesudah


“bigbang”, dipercaya bahwa alam semesta itu terus berkembang
dan memuai. Dari kita pikir “al’alam” sampai ternyata “al’alamin”.

Dan bahwa “Arrahmanirrahim, Maliki yaumiddin, iyyaka na’budu


wa iyyaka nasta’in, ihdinashshirathal mustaqim, shirathalladzina
an’amta ‘alaihim, ghairil maghdlubi ‘alaihim waladhdhoooollin”
adalah sesuatu yang engkau jangan sangka bisa rangkum semesta-
semesta makna dan hikmahnya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 117


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Maka puncak akhlaq dan ilmu manusia, puncak kebudayaan


bangsa dan peradaban ummat manusia adalah “sujud”. Kita
mengaku bodoh di hadapan Allah. Kita tawadldlu’. Berendah hati.
Tegak “takbiratul ihram” meneguhkan keyakinan kepada-Nya.
Kemudian transisi ke “ruku’”, membungkukkan eksistensi kita.
Dan puncaknya adalah “bersujud” di kerendahan yang paling
bawah.

َ ‫ٱلس َح َر ُة َس ٰ جد‬
‫ين‬ ‫َوألق َ ﱠ‬
ِ ِ ِ
“Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan
bersujud”. (Al-A’raf: 120).

Kita ini, tukang-tukang sihir kebudayaan, penyihir-penyihir


materialisme peradaban, penggendam-penggendam kekuasaan
politik, manipulator-manipulator pencitraan, pentakhayul dan
mitolog-mitolog identitas, hanya punya satu kemungkinan di
hadapan masa depan yang tak seorangpun tahu di antara kita.

Kemungkinan itu sangat pasti dan absolut. Ialah “bersujud”. Atau


kalau memilih tenang-tenang saja, maka “fantadhiris-sa’ah”.
Nantikan momentum itu sekonyong-konyong menimpamu.

Emha Ainun Nadjib.


3 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 118


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (36)

Muhammad Sanad Kita Semua

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Untuk hal tertantu, tidak bisa dan tidak mungkin kita


meninggalkan sanad. Sanadlah yang menjadi alur bersambungnya
kebenaran di dalam waktu. Buah tidak boleh tidak tahu, tidak
peduli atau melupakan bunga. Demikian juga bunga terhadap
rantai. Dan seterusnya hingga ranting, dahan, batang, akar, biji,
tanah dan seluruh yang terlibat dan berjasa terhadap proses
terjadinya buah.

Tidak ada kebenaran nilai tanpa diinformasikan secara jelas setiap


simpul waktu sejarahnya. Sampai-sampai setiap manusia
identitasnya tidak mungkin otentik dan mandiri. Karena kita tidak

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 119


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

pernah ada tanpa Bapak Ibu kita. Mari berterima kasih kepada
para leluhur Bangsa Jawa, yang mewariskan takdzim yang sangat
panjang kepada nasab atau sanad kelahiran: Bapak Ibu tidak ada
tanpa Kakek-Nenek, Buyut, Canggah, kemudian terus ke asal
mula hingga 18 generasi: Wareng, Udheg-udheg, Gantung
Siwur, Gropak Senthe, Debog Bosok, Galih Asem, Gropak
Waton, Cendheng, Giyeng, Cumpleng, Ampleng, Menyaman, Me
nya-menya, Trah Tumerah.

Terkadang ada informasi nilai yang mengandung kebenaran yang


layak kita akui dan terima. Tetapi informasi itu tidak disertai oleh
runutan sanad yang bisa dipertanggungjawabkan — lantas kita
meragukan tidak hanya asal-usulnya, tapi kita tolak dan buang
juga muatan kebenarannya.

Akhirnya terjadi perpecahan dan pertengkaran antara kelompok


yang membuangnya dengan kelompok lain yang mencoba rasional
dan bijak mengakomodasi kandungan nilai kebenarannya,
meskipun tetap dengan mencatat bahwa itu tidak kuat sanadnya.
Pertengkaran itu bisa tidak terbatas pada konteks ikhtilafiyah,
tapi juga menjadi khilafiyah, bahkan menjadi perpecahan yang
disertai kebencian, termasuk kemungkinan menang kalah dalam
perpolitikan.

Urusan sanad akhirnya bisa mengendap dan membengkak


menjadi soal harga diri, keunggulan suatu golongan, kemenangan
atau kekalahan kelompok. Firqah.

Kita memilih sikap bijaksana, “bilhikmah”, serta kerendah-hatian


dalam kesadaran bahwa manusia ini siapapun dia selalu pasti
dikepung oleh keterbatasan, kekhilafan, kesalahan,
keterpelesetan. Maka kalau bisa itu semua tidak usah kita
tingkatkan menjadi permusuhan, maksiat, dosa, yang menjadikan

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 120


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

kita rawan menjadi “almaghdlubi ‘alaihim”, apalagi sampai


“dhollin”.

Masalah sanad landasannya adalah kejernihan informasi, validitas


asal-usul demi validitas sejarah. Itu pun berlaku untuk ranah
tertentu, umpamanya Ilmu Hadits dan sejumlah hal lain.

Lebih afdhal kalau kita juga memilih menikmati luasan dari makna
sanad. Misalnya Rasulullah Muhammad Saw. adalah sepenuhnya
sanad kehidupan kita untuk mencapai ridla dan keselamatan di
hadapan Allah Swt. Kanjeng Nabi adalah sandaran hidup kita
dunia akhirat. Di dalamnya terkandung klausul syafaat atau hak
prerogatif beliau untuk menyelamatkan kita.

Kita terbiasa melantunkan shalawat yang menyebut dengan


kosakata yang eksplisit bahwa Muhammad adalah sanad
kehidupan kita. Tentu bukan hubungan darah dengan beliau
Muhammad bin Abdullah. Melainkan keterkaitan dan
ketergantungan hidup kita dengan posisi beliau sebagai kekasih
utama Allah Swt. Apalagi kalau didasarkan juga pada informasi
tentang “Nur Muhammad”.

َ َ ْ
ُ َ‫ت‬ َ َ َ ْ ‫َ َ َ ﱡ‬
‫اب ا ِ ُم ْعت َم ِدي‬ ‫اسن ِدي أن‬ ‫ا ِإمام الرس ِل‬
“Wahai pemimpin para Rasul sanadku, engkaulah pintu Allah
sandaran nasibku.”

Kita merayu dan memohon:


ْ ُ َ َ َْ ُ َ
‫آخ َر ِ َ ا َر ُس ْو َل ا ِ خذ ِب َ ِدي‬
ِ ‫ف ِ دن اي و‬
“Maka di dunia dan akhiratku, mohon peganglah tanganku.”

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 121


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Dan masih panjang lagi ungkapan cinta dan harapan kita kepada
beliau. Bahkan anak-anak muda yang kita sering meremehkannya
dengan menganggap mereka sebagai anak-anak budaya pop yang
budayanya dangkal, menunturkan syair dalam lagunya:

Siang dan malam yang berganti


Sedihku ini tak ada arti
Jika kaulah sandaran hati
Kaulah sandaran hati

Emha Ainun Nadjib


4 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 122


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (37)

Wahyu Al-Fatihah Untuk Kita Semua

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬

(Al-Fatihah: 1-7)

Sudah valid. Sudah tak ada keraguan lagi. Al-Fatihah sudah sah,
sudah melewati ujian dan memenuhi semua persyaratan
metodologis akademis historis bahwa semua ummat manusia
dianugerahi oleh Allah Swt. mutiara untaian ratna mutu manikam
rohaniah yang tiada tandingannya, yang bernama Al-Fatihah.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 123


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tentu saja wahyu Ibu Qur`an itu dititipkan atau melalui kekasih
kita bersama Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Seakan-akan Allah
men-tanazzul-kannya kepada dan untuk kita semua. Dan memang
maksud Allah wahyu Al-Fatihah itu diperuntukkan bagi kita semua
ummat manusia, bahkan juga ummat Jin. Kita sendiri merasa
seolah-olah masing-masing kita dirahmati Allah dengan diwahyui
Al-Fatihah. Kita secara sangat personal dan penuh intimitas serta
kemesraan jiwa kita semua dan sendiri-sendiri menerimanya
sebagai ungkapan cinta dan rahmat dari Allah Swt.

Meskipun, sekali lagi, secara syar’i keilmuan dunia ia diwahyukan


kepada atau melalui Rasulullah Muhammad Saw. panutan kita
semua sepenuh hati, lengkap dengan asbabun-nuzul-nya serta
runutan sejarah sanad periwayatannya — tetapi kita mensyukuri
dan mengkhusyuinya seolah-olah kita secara sangat personal
mendapat anugerah dan rahmat itu dari Allah Swt.

Sebab firman-Nya itu “hudan linnasi wa bayyinatin minal huda”.


Mutiara Al-Fatihah ini untuk kita semua manusia. Dan kita
merasakan nikmat dan takjub betapa kita sudah menjadi muatan
Al-Fatihah sekaligus Al-Fatihah merasuki seluruh jiwa, ruh, dan
entitas hidup kita.

ۡ‫ٱﻷ َفاق َو ٓ أ ُنفسهم‬ٓۡ َ َٰ َ ۡ ُ َ


ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫س ـ ِـهم ءاي‬
‫ا‬ ‫ن‬
َ ‫َﱢ‬ ۗ‫ُ ﱠ ُ َ ﱡ‬ َ
‫َح ﱠ ٰ َي َب ﱠ َ له ۡم أنه ٱلحق أولم ِف ِب ك‬
َ ۡ َ
ٌ َ َ َ ُ ‫ﱠ‬
‫أنهۥ ع ٰ ﱢل ۡ ٍء ش ِه د‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 124


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda


(kebesaran) Kami di segenap penjuru semesta dan pada diri
mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an
itu adalah benar. Tidak cukupkah bagi kamu bahwa Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fushshilat: 53)

Al-Fatihah menjadi kornea mata kita. Al-Fatihah menjadi jantung


dan aliran darah kita. Al-Fatihah menjadi mata pandangan kita.
Kita melihat, menilai, memahami dan menggambar kehidupan ini
dengan Al-Fatihah. Al-Fatihah menjadi metodologi berpikir kita.
Al-Fatihah menjadi kelembutan hati kita dalam merasakan segala
sesuatu.

Bahkan kita merasakan usapan angin dengan rasa Al-Fatihah. Kita


menatap gunung dan samudera dengan Al-Fatihah. Kita melihat
daun-daun, pepohonnan, hamparan hutan dan kebun-kebun
dengan Al-Fatihah. Kita bersilaturahmi dengan bumi, matahari,
rembulan, semua bagian tata surya dan galaksi-galaksi “al’alamin”
dengan Al-Fatihah.

Kita berinteraksi dengan sesama manusia dan semua makhluk lain


ciptaan Allah dengan Al-Fatihah. Bahkan kita menghadap kepada
Allah, sowan, membungkukkan badan serta bersujud kemudian
kembali ber-takbiratul ikram dengan Al-Fatihah.

Kita membaca satu persatu ayat-ayat Al-Qur`an yang semuanya


dikandung oleh Al-Fatihah, pun dengan jiwa raga Al-Fatihah. Kita
bersentuhan, berinteraksi dan memahami tanda-tanda kekuasaan
dan kasih sayang Allah di seluruh bangunan kebudayaan dan
peradaban, sosial dan politik, sosiologi dan antropologi,
fisika sunnatullah hingga artificial intelligence, dengan Al-Fatihah.
Karena Al-Qur’an yang Ibunya adalah Al-Fatihah, menuntun kita
agar seluruh bangunan zaman yang kita ikhtiari bersama seluruh

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 125


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

ummat manusia, agar kita tidak teperosok ke dalam jurang


“almaghdlubi ‘alaihim” atau bahkan terjebak “waladhdhollin”.

Karena tanazzul Al-Fatihah beserta Al-Qur’an seluruhnya


dimandatkan oleh Allah “wa bayyinatin minal huda” kepada kita
yang sejak awal di”ahsani taqwim”kan sehingga dilantik menjadi
Khalifah di Bumi. Maka semua pembelajaran di lingkungan
keluarga-keluarga, di Taman Kanak-kanak, Sekolah dan segala
Universitas, dimerdekakan oleh “wa bayyinatin minal huda” dan
Allah menunggu kita semua berjalan dan menjalani kehidupan
menuju “an’amta ‘alaihim” dan jangan sampai “ghairil
maghdlubi ‘alaihim waladhdhoolliin”.

Kita memproses penghayatan semacam itu dalam “Sinau Bareng”


di puluhan tahun perjalanan Maiyah. Bahwa itu membuat kita
terasing, karena mainstream peradaban termasuk dunia
pendidikan tidak mempedulikan keutamaan Al-Fatihah sebagai
ilmu, sebagai metodologi, sebagai sanad utama nasib kita di
hadapan Allah, dengan segala output atau risiko-risiko keadaban
yang kini kita alami bersama-sama semua penduduk Bumi,
kenyataan itu tidak membuat Maiyah dan kita semua menyerah,
berhenti atau berganti Haluan. Kita “wallahilladzi anfusana
biyadiHi” tidak akan pernah menyerah untuk bersangka baik
terhadap “an’amta ‘alal Maiyah” dengan Ibu Al-Fatihah.

Emha Ainun Nadjib


5 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 126


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (38)

Bismi Maha Tak Terhingga

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬

(Al-Fatihah: 1-7)

Jamaah Padhangmbulan “sinau bareng” tentang Ar-Rahman ar-


Rahim. Mereka saling menggali, saling menelusuri, saling
menyelami, saling menghayati, saling mengejar, saling mencoba
menemukan.

“Apa dan bagaimana yang dimaksud dengan Yang Maha Pengasih


dan Maha Penyayang?”

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 127


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Ya amat sayang kepada kita, sangat cinta kepada hamba-hamba-


Nya”

“Amat, sangat atau Maha?”

“Amat atau sangat saja tidak bisa ditentukan batasnya, apalagi


Maha.”

“Apakah seseorang yang kelaparan karena tidak punya makanan,


maka Sang Rahman dan Sang Rahim pasti akan mendatangkan
makanan kepadanya? Sehingga dipastikan bahwa tidak ada
manusia di muka bumi ini yang kelaparan?”

“Kita hanya manusia, maka tidak punya kemampuan untuk


memastikan apapun saja. Yang punya kuasa untuk memastikan
hanyalah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.”

“Apakah seekor harimau yang sudah tua, yang tidak lagi punya
kekuatan untuk berburu dan kalah dari harimau-harimau yang
lebih muda, sehingga harimau tua itu akhirnya mati kelaparan,
namun tiba-tiba Sang Rahman Sang Rahim menciptakan kejadian
ajaib yang membuat ia tidak mati kelaparan?”

“Seorang anak balita tiba-tiba berlari dari halaman rumah Bapak


Ibunya ke jalan raya di depannya, sehingga muncul motor atau
mobil menabraknya, namun Sang Rahman Rahim menurunkan
Malaikat untuk menyelamatkan anak kecil itu dari kecelakaan
yang mengambil nyawanya? Itukah pengertian makna Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang?”

“Apakah pengejawantahan Maha Pengasih Maha Penyayang


adalah Allah membatalkan gunung meletus, air laut
menggerakkan tsunami, gempa mengguncang desa-desa dan
kota-kota, membatalkan Perang Dunia, demi menyelamatkan

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 128


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

nyawa ribuan manusia? Itukah aplikasi Ke-Maha-Pengasih-an dan


Ke-Maha-Penyayang-an?”

“Apakah karena sifat Rahman Rahim maka Allah menghalangi Ibnu


Muljam menghunjamkan pedangnya ke punggung Sayidina Ali bin
Abi Thalib usai shalat Subuh? Kemudian juga menghalangi istri
Sayidina Hasan bin Ali meracun suaminya? Serta menghalangi
pembunuhan dan pemenggalan kepala Sayidina Husein bin Ali dari
badannya lantas menguburkan kedua potongan tubuh itu di
tempat yang sangat berjauhan?”

“Atau, apakah Invasi dan Penaklukan Mongol abad ke-13 dengan


60 juta hingga 100 juta korban, Great Leap Forward Tiongkok
1958 – 1862 dengan 55 juta hingga 60 juta korban Holocaust Nazi
Jerman 1941 – 1945 dengan 7 juta hingga 11 juta korban, atau
Bencana Kelaparan Ukraina 1932 – 1933 dengan 3,5 juta hingga
10 juta korban, serta Ladang Pembantaian Kamboja 1975 – 1979 –
1,5 juta hingga 2 juta korban – merupakan bukti bahwa Allah
ternyata sejatinya tidak Maha Pengasih dan Maha Penyayang?”

“Banyak sekali peristiwa-peristiwa mengerikan dalam sejarah


ummat manusia yang merupakan penggalan-penggalan
kekejaman dan sadisme, yang membuat kita bingung memaknai
Rahman Rahim.”

“Manusia hidup dan berada dalam batasan dan keterbatasan.


Mustahil sanggup merumuskan skala agung ke-Maha-an. Manusia
tidak punya alat, ruang atau cara pandang untuk mampu
menyimpulkan apapun tentang Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.”

“Ada kekejaman atau kedhaliman dalam skala yang berlapis-lapis,


yang kecil-kecil sehari-hari dalam kehidupan rumah tangga, antar
tetangga di kampung, kantor, masyarakat, Negara dan

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 129


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

pemerintahan atau dalam skala global. Bahkan ada yang samar,


tidak kentara, bahkan ada pihak yang didhalimi tidak merasakan
pendhaliman yang menimpanya.”

“Sampai batas dan ukuran tertentu manusia mungkin bisa


mempersepsikan, menilai, menghitung dan merumuskan.
Hitungan tidak bisa mengukur ketidak-terhitungan. Keterbatasan
tidak bisa menilai ketidak-terbatasan. Seluruh contoh-contoh
kekejaman di atas berada di skala ke-Maha-an Allah sehingga
tidak bisa disimpulkan oleh ketidak-mahaan pikiran manusia.”

“Maka sebaiknya kita tidak usah mengukur luasan ruang semesta


Rahman Rahim. Bisanya manusia hanya mempercayai, meng-
husnuddhan-i dan menikmati saja optimisme bahwa Allah itu
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kalau kita tidak terima oleh
fakta hakiki tentang batas kemanusiaan itu, maka silakan menjadi
Allah subhanahu wata’ala yang Rahman dan Rahim.

‫ْبن‬ َ ‫ أ ْو َ ا ُ َت َعا إ ُمو‬: ‫ﷲ َعل ْ ه َو َسل َم‬ ُ ‫ص‬ َ ‫ال‬ َ ‫َو َق‬
ِ ِ
‫َول ْم‬ ْ ‫ض َق َضا‬ َ ‫ َ ا ُم ْو َ َم ْن ل ْم َي ْر‬: ‫الس َ ُم‬ ‫ان َعل ْيه َما ﱠ‬ َ َْ
‫ِعمر‬
ِ ِ ِ
ْ ِ ‫َ ْص ْ َع َ َ ْ َول ْم َ ْشك ْر َن ْع َما ْ َفل َ ْخ ُ ْج ِم ْن َب ْ أ ْر‬
ِ ِ ِ
ْ ‫ب ل ُه َر ا ِس َوا‬ ْ ‫َو َس َما ْ َول َ ْطل‬
ِ ِ

Nabi Saw. bersabda: “Alloh Swt. telah memberikan wahyu kepada


Musa bin ‘Imran As.: “Wahai Musa Barangsiapa yang tidak ridho

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 130


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

dengan keputusan-Ku,tidak sabar dengan ujian-Ku dan tidak


mensyukuri ni’mat-ni’mat-Ku. Maka hendaklah ia keluar dari
antara bumiku dan langitku. Dan hendaklah ia mencari Tuhan
selain Aku”.“Sinau Bareng” yang mereka lakukan itu akhirnya
menyepakati: Daripada kepala kita pecah dan urat saraf kita
putus berantakan, mending dengan landasan:

َ ‫ب ف ۛه ُه ٗدى لل ُم ﱠتق‬َۛ ۡ َ َ ُ َ
‫ر‬ ‫ب‬ ٰ ‫ت‬ ‫ٱل‬
َ َٰ
‫ك‬ ‫ذ ِل‬
ِ ِ ِ ِ

“Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi


mereka yang bertakwa.” (Al-Baqarah: 2)

Kita tanamkan di dalam kesadaran ruh dan jasad hidup kita


pernyataan Allah ini tentang fakta-fakta yang kita saling paparkan
dalam diskusi di atas:

‫ﱠ‬ ۡ َ ‫َٰ َ َ َ ﱠ‬
َ ۡ ‫ت أ ۡ ِد ۡم َوأ ﱠن ٱ َ ل‬
‫س ِ ظ ٖم لل َع ِب ِد‬ ‫ذ ِلك ِ ما قدم‬

“Yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu


sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya
hamba-hamba-Nya.” (Ali Imran: 182)

Emha Ainun Nadjib


6 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 131


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (39)

Merasa dan Berlaku Tuhan

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬

(Al-Fatihah: 1-7)

Kalau manusia berambisi terhadap melimpah dan sempurnanya


ilmu dan pengetahuan dalam dan tentang kehidupan, ia akan
kecewa, terbuntu, dan frustrasi. Karena Allah mensunnahkan dan
mensyariatkan makhluk manusia itu serba terbatas segala
sesuatunya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 132


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Maka tuntunan utama Allah kepada kaum Muslimin


adalah ruku’ (menunduk membungkuk) dan sujud (meletakkan
kening kepala di dataran terendah). Salah satu substansi ajaran
Islam adalah tawadldlu’, berendah hati, andhap asor, di antara
sesama mereka dan apalagi di hadapan Allah Swt.

Itulah sebabnya Al-Fatihah menuntun kita dengan urutan ingatan


dan kesadaran sedemikian rupa yang dimulai dengan
“Bismillahirrahmanirrahim” dan diakhiri dengan pagar agung
“ghairil maghdlubi ‘alaihim waladhdhoolliin”. Mari kita
simulasikan dengan seluruh pengetahuan dan imajinasi kita
andaikan konten kalimat dan runtutannya tidak begitu.

Kebanyakan manusia, terutama kaum penguasa dan para cerdik


pandai di antara mereka tidak pernah serius mem-
breakdown konsep kreasi Al-Fatihah, apalagi kebijaksanaan nilai
yang dikandung oleh ruku’ dan sujud, maka isi dunia yang
dominan adalah pertentangan. Maka muatan sejarah yang paling
dominan adalah unggul-unggulan kekuatan, kekuasan, yang
keluarannya adalah penindasan, pendhaliman, dominasi, bahkan
kolonialisasi dan imperialisasi.

Bahkan itulah muatan utama problem global peradaban ummat


manusia di bumi, dengan berbagai bentuk, cara, alat dan
mekanisme, yang akhirnya semua manusia terjerat di dalamnya
tanpa pernah akan menemukan jalan untuk keluar dari jebakan
peradabannya sendiri.

Itulah sumber persaingan, perebutan, dan pertengkaran antar


Negara, dalam setiap Negara, hingga pecahan satuan-satuannya
yang beragam-ragam berangkat dari kepentingan untuk
mendominasi.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 133


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Sejak kanak-kanak para orangtua di keluarga-keluarga Muslimin


sudah mengajarkan ucapan rutin:

َ ِ ‫َ َح ْو َل َو َ ُق ﱠو َة إ ﱠ ا‬
َ ‫الع ﱢ‬
‫الع ِظ ْ ِم‬ ِ ِ ِ
“Tidak ada kuasa dan tidak ada daya kecuali milik atau pada Allah
Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.”

Mungkin kita kurang rajin omong-omong dengan anak-anak dan


siapapun bahwa kata “illa billah” itu tidak bisa diganti menjadi
“illa bi-Muhammad”, “illa bi-Jibril”, “illa bi-Ulama”, “illa bi-
pejabat” hingga “illa bi Kepala Negara”.

Akhirnya tanpa terasa anak-anak kita “ucul”, lepas dari kendali


kita dan kebenaran Allah. Mereka pikir ada penguasa yang benar-
benar penguasa selain Allah. Mereka pikir Kiai itu berkuasa dan
pasti benar, sehingga mereka “nderek Kiai”. Mereka pikir pejabat
Negara itu sungguh-sungguh berkuasa, sehingga mereka
menyembah Kepala Negara, membenarkannya seperti bahkan
melebihi membenarkan Tuhan yang subhanahu wata’ala,
membelanya mati-matian lebih dari membela Tuhan. Bahkan
mereka gembira dan merasa nikmat menghina dan merendahkan
sesama manusia, karena merasa berada di pihak Tuhan, atau
siapapun yang “mereka tuhankan”.

Lebih dari itu, ketika mereka tumbuh, berkembang menjadi


remaja, pemuda, dewasa, bahkan pun sampai tua, kebanyakan
manusia di bawah sadarnya menyangka bahwa mereka bisa
“menyaingi Allah” sehingga “berlaku Allah” dalam menjalani
dialektika hidup mereka.

Karena mereka merasa berada di posisi Tuhan, maka mereka bisa


menghina sesamanya dengan tetap merasa aman. Mereka

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 134


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

mampu membully, menista, merendahkan, dan menginjak-injak


martabat sesama manusia, dengan tidak merasa bersalah atau
berhutang kepada “qadla dan qadar”nya Allah yang benar-benar
Alah.
َ َ َ َۡ ۡ َ َۡ َ َ
‫ال ذ ﱠر ٍة خ ۡ ٗ ا َي َر ُهۥ‬ ‫فمن عمل ِمثق‬
ُ‫ال َذ ﱠرة َ ّٗ ا َي َرهۥ‬َ ‫َو َمن َ ۡع َم ۡل م ۡث َق‬
ٖ ِ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah
pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (Al-Zalzalah: 8-
9)
َ ۖ
‫َو َم ُروا َو َم َر ٱ ُ َوٱ ُ خ ۡ ُ ٱل َم ٰ ِ َن‬
“Mereka itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya
mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Ali-Imran:
54)

“Mereka” di ayat itu mungkin termasuk kita-kita ini. Itulah


sebabnya kita “Sinau Bareng” bersama-sama belajar, mencari,
menemukan, dan berlatih siapa tahu diperkenankan oleh Allah
menjadi “mereka” yang “an’amta ‘alaihim”.

Emha Ainun Nadjib


7 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 135


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (40)

Gerbang Al-Fatihah

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬

(Al-Fatihah: 1-7)

Gerbang utama bangunan mutiara Al-Fatihah mestinya adalah


“Bismillahirrahmanirrahim”. Ini sekadar ungkapan kenikmatan
penghayatan kita sendiri. Tidak mengutip ahli atau Imam atau
Syekh dan Ulama siapapun. Jadi tidak ada sandaran akademisnya.
Tidak ada sanad sejarahnya. Itu spontanitas cinta dan rasa

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 136


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

manembah kita belaka kepada Allah Swt. Maka kata sambungnya


adalah “mestinya”, bukan “pasti”.

Ini bukan kebenaran ilmu, ini fakta cinta. Tentu subjektif, berlaku
pada kita-kita saja, dan tidak harus dibenarkan atau diakui oleh
siapapun. Dan kita dilarang memaksakan rasa nikmat subjektif itu
kepada siapapun. Maka juga sangat diperlukan perdebatan, kritik
atau penolakan. Andaikan ada persetujuan dan penerimaan pun
silakan menikmatinya sendiri secara personal saja.

Begitu kita memasuki gerbang “Bismillahirrahmanirrahim”, kita


sadar bahwa sedang menapakkan kaki ke dalam ruang Maha,
semesta yang tak terhingga. Yang pertama dan paling kita rasakan
adalah kekerdilan kita sebagai manusia. Keterbatasan,
kesempitan, kerendahan dan mungkin kehinaan kita sebagai
manusia.

Di balik selubung kesadaran itu diam-diam kita tertawa dan


mentertawakan banyak sekali perilaku kita selama ini.
Bertentangan pendapat, berbeda pandangan, berdebat, hingga
bermusuhan dan bahkan saling membenci antar kelompok-
kelompok perbedaan pendapat. Sampai akhirnya menjadi firqah-
firqah. Kita tercerai berai menjadi madzhab-madzhab, aliran-
aliran, kelompok-kelompok, ormas-ormas. Kita seperti sedang ikut
Pawai Kekerdilan, Festival Kebodohan atau Perayaan Kedunguan.

Dan asal-usul atau sumber riuh rendah perayaan kedunguan itu


adalah perbedaan tafsir kita terhadap firman-firman Allah, yang
sebenarnya dengan niat baik ingin kita aplikasikan bersama. Kita
ini makhluk terbaik ciptaan Allah. Kita ini “ahsanu taqwim”, tapi
hobi kebudayaan kita adalah “kreativitas asfala safilin”.

Maksudnya suatu pergerakan kreatif dalam sejarah yang terasa


mewah di mata pandang kemanusiaan materialistik, namun

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 137


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

karena tidak dilandasi dengan pengetahuan “sangkan paran”,


tidak berdialektika dengan hakikat dan fakta penciptaan serta
kekuasaan Tuhan – maka terjerumus menjadi “asfala safilin”.
Inovasi teknologi manusia sangat dahyat, kreativitas pengetahuan
dan Pendidikan kita luar biasa, tetapi karena menghindari realitas
“sebab-akibat kehidupan ini dengan Tuhan”, maka di dalam
perspektif “shirathal mustaqim” itu semua terletak di kerendahan
peradaban.

Kita ini “khalifah fil Ardl”, tapi prestasi peradaban kita adalah
semakin canggih merusak kehidupan di bumi dan lihai dalam hal
menumpahkan darah, pembunuhan karakter, pengasingan atas
siapa saja yang mengemban kebenaran. Kita seolah-olah sengaja
menjadi follower dan supporter Malaikat yang kemudian di-Iblis-
kan oleh Allah karena membangkang pada perintah Allah untuk
bersujud kepada Adam yang manusia.

ٗۖ َ َ َۡ ‫ﱢ‬ َٓ َ َ َ ۡ َ
‫ل ِ ٱﻷرض خ ِل فة‬ٞ ‫ال َرﱡ ك ِلل َمل ٰ ِئك ِة ِإ َج ِاع‬
ۡ ‫وِذ ق‬
‫ُ ﱢ‬ ُ ۡ َ َ
‫قال ٓوا أت ۡج َع ُل ِف َيها َمن ُ ف ِسد ِف َيها َو َ ۡس ِفك ٱلد َما َء‬
َۖ ُ ‫َ َ ۡ ُ ُ َ ﱢ ُ َ ۡ َ َ ُ َ ﱢ‬
‫ونحن سبح ِ حم ِدك ونقدس لك‬
َ َ َ ‫َ َ ﱢ‬
‫ال ِإ ٓ أ ۡعل ُم َما ت ۡعل ُمون‬ ‫ق‬

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 138


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan


padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”
Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (Al-Baqarah: 30)

Sudahlah menjadi follower Iblis dan subscriber aplikasi-aplikasinya,


pun pula kita tidak punya bukti kehidupan untuk bisa
bikin statement “wa nahnu nusabbihu bihamdika wa nuqaddisu
laka”, padahal kami senantiasa bertasbih memuji Engkau dan
mensucikan Engkau: sebagaimana demikian bunyi pernyataan
para Malaikat dan Iblis mantan Malaikat. Padahal kami senantiasa
bertasbih memuji Engkau dan mensucikan Engkau.

Ummat manusia abad ke-21 ini terlalu “kemproh” semesta


jiwanya untuk pantas mengucapkan pernyataan itu.

Emha Ainun Nadjib


8 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 139


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (41)

‘Semua’ Tidak Sama


Dengan ‘Bersama’

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬

(Al-Fatihah: 1-7)

Pada tadabbur sebelum ini ada kalimat “Ummat manusia abad ke-
21 ini terlalu “kemproh” semesta jiwanya untuk pantas
mengucapkan pernyataan itu”. Mohon jangan tanggapi secara

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 140


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

linier. Itu kita ucapkan justru berangkat dari pengharapan yang


sangat besar dan maksimal kepada manusia yang oleh Allah
diproduksi dengan kualitas melebihi makhluk-makhluk lain
sehingga disebut “ahsanu taqwim”. Allah pula yang sejak semula
menyiapkan segala sesuatunya dalam menciptakan manusia itu
untuk memiliki segala yang manusia perlukan dalam menjalankan
jabatannya sebagai “Khalifah di Bumi”.

ٗۖ َ َ َۡ ‫ﱢ‬ َٓ َ َ َ ۡ َ
‫ل ِ ٱﻷرض خ ِل فة‬ٞ ‫ال َ ﱡر ك ِلل َمل ٰ ِئك ِة ِإ َج ِاع‬
ۡ ‫وِذ ق‬

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.” (Al-Baqarah: 30).

Ketika firman itu sampai di bumi dititipkan kemudian disampaikan


oleh Rasulullah Muhammad Saw., ummat manusia sudah terlanjur
tercerai-berai menjadi banyak golongan. Keragaman itu
bersumber pada tidak menyatunya informasi secara waktu dan
ruang untuk sampai ke mereka. Maka salah satu amanah kepada
Kanjeng Nabi adalah menyembuhkan ummat manusia dari
“penyakit golongan” serta mempersatukan kembali ummat
manusia menjadi “satu ummat”.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 141


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

‫نذر َن‬ ُ َ َ ‫ٱلن ُ ﱠ ٗ َ َ ٗ َ َ َ ُ ﱠ َ ُ َ ﱢ‬ ‫َ ﱠ‬


ِ ‫اس أمة ٰو ِحدة ف َ عث ٱ ٱلن ِ ﱢي ۧ ن م ن وم‬ ‫ان‬
ُ َ ۡ ‫ﱠ‬ َ ٰ ‫َوأ َنز َل َم َع ُه ُم ٱل َت‬
‫ب ِ ٱل َح ﱢق ِل َ ۡح َم َب ۡ َ ٱلناس ِف َما ٱختلفوا‬ ِ
ۡ ُ َ
ُ ‫وت‬ ‫ﱠ‬ ۡ َ َ ۚ
َ ‫ٱخ َتل‬
‫وه ِم ۢن َ ۡع ِد َما َجا َءت ُه ُم‬ ‫ف ِف ِه ِإ ٱل ِذين أ‬ ‫ِف ِه وما‬
ُ َ ۡ َ َُ َ َ ُ َ َ َ ۖۡ ُ َ ۡ َ ۢ َ ۡ َ ُ ٰ َ ‫َ ﱢ‬
‫ٱلب ن ت غ ـا ب نهم فهدى ٱ ٱل ِذين ءامنوا ِلما ٱختلفوا‬
َ ُ َ َ َ ۡ َ ُ َ ۗ ۡ ‫َ َ ﱢ‬
ٰ
‫ِف ِه ِمن ٱلحق ِب ِ ذ ِن ِهۦ وٱ يه ِدي من شاء ِإ ِ ٰ ٖط‬
َ
‫ﱡم ۡست ِق ٍم‬

“Manusia itu adalah umat yang satu. Maka Allah mengutus para
Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di
antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang
beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu
memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.” (Al-Baqarah: 213)

Terjadinya golongan-golongan di antara ummat manusia juga


tidak disebabkan oleh informasi keagamaan dari langit melalui
sangat banyak tokoh-tokoh di berbagai wilayah di bumi,
melainkan menurut Allah karena “dengki di antara mereka
sendiri”. Ummat manusia juga memecah diri mereka menjadi
banyak firqah berdasarkan banyak faktor yang lain: pandangan

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 142


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

budaya, perbedaan cara dan level berpikir, kepentingan


kekuasaan dlsb.

Yang bersumber dari “millah Ibrahim” saja menjadi banyak


variabel antropologis dan sosiologis. Masyarakatnya Nabi Musa
As. menjadi golongan tersendiri dibanding ummatnya Nabi Isa As.
– apapun sebabnya. Kemudian lahir “khatamul anbiya`”,
Muhammad Saw., benar-benar mempamungkasi pemetaan
golongan-golongan itu. Di dalam kelompok Kaum Muslimin saja
terbelah-belah dengan semakin banyak kepingan-kepingan atas
dasar berbagai pandangan dan kepentingan.

ۚ ُ ََ ََ ٗ َ َۡ َ
‫ٱعت ِص ُموا ِ َح ۡ ِل ٱ ِ ج ِم عا و تف ﱠرقوا‬‫و‬

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,


dan janganlah kamu bercerai berai.” (Ali-Imran: 103)

“Wa’tashimu” kepada Allah mungkin sudah lumayan selama ini.


Tapi “jami’an”-nya kayaknya belum pernah tercapai. Kita hidup
dengan relatif berpegangan pada tali Allah, tetapi belum bersama-
sama. Memang berpegangan, tetapi sendiri-sendiri, masing-
masing, atau dengan diri dan golongannya masing-masing. Di
dalam ayat itu “jami’an” diterjemahkan menjadi “semua”. Tetapi
itu tidak berarti “bersama-sama”. Para Mufassir dan Ulama kita

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 143


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

perlukan untuk memperjelas perbedaan maknawi berserta


pengejawantahan realitasnya antara “semua” dengan “bersama”.

ُ َ ۡ ُ ََ َ ُ َ َ
‫ين تف ﱠرقوا َوٱختلفوا‬ ‫َو ت ونوا ٱل ِذ‬
ُۚ َ ‫ﱢ‬ ُ
‫ِم ۢن َ ۡع ِد َما َجا َءه ُم ٱل َب ن ٰ ت‬
‫م‬ٞ ‫اب َع ِظ‬ ٌ ‫َوأ ْو َل ٰٓ ئ َك ل ُه ۡم َع َذ‬
ِ

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-


berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada
mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang
berat.” (Ali-Imran: 105)

Ending ayat itu lho: “Mereka itulah orang-orang yang mendapat


siksa yang berat”. Bagi kita itu sangat mengerikan. Entah bagi
teman-teman kita atau bagi mayoritas Kaum Muslimin, termasuk
pada tokohnya yang memimpin golongan-golongan.

Itulah sebabnya Maiyah selama ini sangat sadar dan berjuang


untuk jangan sampai menjadi “padatan” sosial, menjadi “firqah”,
menjadi “madzhab”, menjadi aliran yang membedakan diri
dengan aliran dan golongan-golongan lain yang sudah ada.
Memang sangat banyak perbedaan antara Maiyah dengan semua
yang lain dalam rentang 15 abad hidupnya Agama Islam. Pola
pikirnya beda, penemuan tadabburnya berbeda, perolehan
tafsirnya berbeda, sikapnya terhadap manusia, masyarakat,
Negara dan globalisasi berbeda. Tapi para pelaku Maiyah selalu
berlatih meletakkan diri sebagai “kita semua bersama”.
Aksentuasinya pada “bersama”, karena bisa saja kita ini “semua
tapi sendiri-sendiri atau masing-masing”.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 144


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Maiyah setengah mati mengupayakan diri untuk setia universal,


mencari koordinat hidup yang bukan “kita dan mereka”, tidak
sibuk membeda-bedakan diri dengan lainnya. Apalagi Rasulullah
Muhammad Saw. didatangkan oleh Allah untuk mempersatukan
ummat manusia. Cobalah kita pelajari Piagam Madinah dan
kebijaksanaan beliau selama berlangsung Peradaban Madinah.

Meskipun bagi Maiyah dan kita semua hal itu amatlah sulit dan
dalam banyak hal hampir mustahil. Dan itu membuat Maiyah
tidak bisa dipahami atau tidak bisa diterima oleh masyarakat dan
Negara yang terlanjur melihat segala sesuatu secara padatan atau
materiil.

Itu membuat Maiyah tidak laku, tidak viral, tidak kondusif untuk
ikut berkuasa.

Tapi kita ini berjuang memang tidak dengan idaman akan


menaklukkan dan membangun dunia. Tidak untuk menguasai
Negara, bahkan siap tidak ikut rombongan penguasa. Dalam
instruksi “inni Ja’ilun fil ardli khalifah” dari Allah, ujung tujuan
dan pencapaian kita bukan “menjadi khalifah di bumi”, melainkan
bahwa kita tidak berhenti berlaku sebagai “maj’ul” yang
diamanahi dan diperintahkan oleh Sang “Ja’il”.

Emha Ainun Nadjib


9 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 145


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (42)

Yang Beriman, Mu’minlah, Yang Kufur,


Kafirlah

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬

(Al-Fatihah: 1-7)

Bahkan bumi ini dihuni secara “resmi” dalam pola persepsi hingga
era modern — oleh ummat yang berbeda-beda: Ummat Islam,
Ummat Kristiani, Ummat Budha, Ummat Hindu dan banyak lagi.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 146


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Terlalu banyak polarisasi atau jarak antara “mereka” dengan


“kita”. Bahkan ideologi berpikir ummat manusia sampai hari ini
tidak pernah mampu menemukan “kita” tanpa menderetkan
“mereka-mereka”. Sama-sama menimba pengetahuan dari langit
pun petanya menjadi “kita” dan “mereka”. Belum lagi persaingan
dan perebutan kekayaan bumi oleh kelompok-kelompok bangsa
dan kumpulan-kumpulan perusahaan yang akhirnya melahirkan
imperialisme, kolonialisme, dan penjajahan dengan seribu cara
sampai hari ini. Dunia dipenuhi oleh banyak sekali ragam “kita”
dan “mereka”.

Mungkin pada hakiki realitasnya kehidupan di dunia ini adalah


peperangan. Bisa perang melawan diri sendiri, melawan nafsu di
dalam masing-masing diri. Tapi yang paling tampak dalam
kehidupan adalah peperangan antar golongan, kelompok, yang
muncul dalam satu-satuan organisasi komunitas, masyarakat
hingga Negara dan padatan ummat beragama.

Dengan ragam karakter kemasyarakatan dan kepentingan


golongan-golongan seperti itu, maka kalau Allah menyebut
“qital”, mungkin tidak harus berarti perang fisik, bentrok militer,
bunuh-membunuh dan saling memusnahkan. Kehidupan kita
sehari-hari yang kadang terasa aman dan nyaman-nyaman saja ini
ternyata mengandung muatan dan nuansa peperangan. Perang
pandangan, perang pikiran, perang pengambilan sikap, perang
pemihakan, perang kita lawan mereka.

Hakiki dan riilnya, kehidupan manusia selalu berada dalam


keadaan darurat perang tanpa henti.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 147


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

ۖۡ ٞ ۡ َ ُ َ ُ َ ُ ۡ َ َ
‫ك ِتب عل م ٱل ِقتال وهو كره ل م‬
ۖ َ ُ ٗ َ ُ َ َ
‫ ل ۡم‬ٞ ۡ ‫َوع َ ٰٓ أن ت َرهوا ش ۡي ٔ ا َوه َو خ‬
ۚ ٞ َ ُ ٗ َ ُ َ
‫َوع َ ٰٓ أن ت ِح ﱡبوا ش ۡي ٔ ا َوه َو ّ ل ۡم‬
َ َ َ ُ
‫َوٱ ُ َ ۡعل ُم َوأنت ۡم ت ۡعل ُمون‬

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah


sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Jadi “diwajibkan atas kamu berperang” mungkin maksudnya


“kehidupan manusia diniscayakan penuh potensi dan realitas
pertentangan atau persaingan atau perbenturan”. Pasti Allah
bukan memerintahkan dan mewajibkan kita untuk memerangi,
membunuh dan memusnahkan siapa-siapa yang kita simpulkan
sebagai musuh kita atau musuh Allah menurut pandangan kita.

Kalimat berikutnya dalam ayat itu menegaskan relativitas


pandangan manusia. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu”.

Sangat terang benderang betapa manusia harus selalu sangat


berhati-hati dalam menilai dan menjalani segala sesuatu.

Silakan mensimulasikan rumus baku kehidupan manusia yang


diumumkan oleh ayat ini tidak hanya berlangsung antar manusia.
Juga mungkin antar sesama saudara dalam keluarga. Di antara

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 148


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

suami dan istri. Antara komunitas di kampung. Antar ormas dalam


kehidupan beragama skala nasional. Antar kelompok politik dalam
kehidupan bernegara. Antar Negara di skala global. Dengan ribuan
kasus, konteks, nuansa, gradasi dan presisi serta multi-
variabelnya. Dan itulah sesungguhnya yang sudah, sedang, dan
akan terus kita alami bersama.

Manusia di komunitas, masyarakat, bangsa atau padatan apapun,


sungguh-sungguh harus merundingkan tatanan manajemen
hubungan sosial untuk merespons hakikat realitas yang
difirmankan oleh Allah dalam ayat di atas. Kemudian syukur ada
kebersamaan untuk benar-benar meneguhkan kesadaran bahwa
“Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.

Dan rasanya apa yang barusan saya tuturkan itu mustahil terjadi.
Tidak bisa kita bayangkan ada Presiden, Menteri, Sidang Kabinet
dan Rapat Parlemen, apalagi pertemuan Konglomerat, yang
mendasari musyawarahnya dengan prinsip itu. Kalimat itu
terdengar saja pun rasanya belum pernah kita alami.

Apalagi ini negara demokrasi. Al-Qur`an boleh tidak dipercaya,


dan bahkan wajar tidak dipedulikan oleh teman-teman yang
bukan Muslimin. Bahkan demi asas demokrasi setiap warga
negara boleh tidak mempercayai Tuhan Allah. Berhak tidak
mengakui ada-Nya, apalagi menjadikan firman-Nya sebagai acuan
dan panduan utama kehidupannya, kehidupan masyarakat
maupun kehidupan bernegara.

Mau apa kita. Apalagi Allah sendiri membukakan pintu demokrasi


semesta selebar-lebarnya:
ۚۡ ُ َ َ َ َ َ َ ۡ ُ َ َ َ َ َ ۖۡ ‫ﱠ ﱢ‬ ُ
‫َوق ِل ٱل َح ﱡق ِمن ر م فمن شاء فليؤ ِمن ومن شاء فل فر‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 149


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka


barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. (Al-Kahfi: 29)

Betapa tidak mudahnya menjalani nilai dalam hidup ini. Maka


sikap ruku’ dan sujud adalah pembelajaran dan pelatihan sangat
utama untuk menyelamatkan kehidupan. Sikap rendah hati di
antara sesama manusia sangat kita perlukan. Tidak “kemeruh”,
tidak “keminter”, tidak “seenak udelnya sendiri”, apalagi “asu
gedhe menang kerahe”, “adigang adigung adiguna”.

Kenapa? Karena realitas mutlak hidup manusia ini “wallahu


ya’lam wa antum la ta’lamun”. “Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui”.

Emha Ainun Nadjib


10 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 150


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (43)

Al-Fatihah Al-’Alamin

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬

(Al-Fatihah: 1-7)

Kita tidak kunjung paham sampai hari ini kenapa Tuhan


menjalankan proses penduniaan “amr dan iradah”-Nya secara
evolusioner. Di antara kita mungkin ada yang berpikir bahwa akan

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 151


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

berbeda situasi dan keadaan dunia andaikan sejak awal Allah


menciptakan beliau Nabi Adam dan melantiknya menjadi
“Khalifah” dengan sekaligus dikasih “Al-Qur`an sebagai buku
panduan” beserta “juklak”nya.

Terkadang mungkin kita ngawur mengasosiasikan “hudan linnas”


itu tutorial Qur`annya, kemudian “wa bayyinatin minal huda” itu
petunjuk pelaksanaannya. Soalnya kita benar-benar pusing kepala
memikirkan dan mengalami perbenturan antar golongan.

Sampai-sampai manusia membikin acuan ideologi pluralisme,


bahwa berbeda itu wajar, bahwa semua harus belajar menerima
perbedaan, sedemikian rupa sehingga seakan-akan pencetus ide
itu adalah kita-kita manusia di era modern. Dan memang tidak
sedikit yang otomatis menganggap seperti itu.

ٰ َ ‫اس ِإ ﱠنا َخل ۡق َن ٰ م ﱢمن َذ ر َوأن‬ ‫َ ٰٓ ﱡ َ ﱠ‬


ُ ‫ٱلن‬ ‫أيها‬
ۚ ُ َ َ ُ َ
‫َو َج َعلن ٰ ۡم ش ُع ٗ ا َوق َ ا ِئ َل ِلت َع َارف ٓوا‬
ٞ ‫ند ٱ ِ أ ۡت َق ٰى ۡ ۚم إ ﱠن ٱ َ َعل ٌم َخب‬ َ ۡ ََ ‫ﱠ‬
‫ِإن أ رم م ِع‬
ِ ِ ِ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari benih


kelelakian dan kewanitaan serta menjadikan kamu bergolongan-
golongan dan berkelompok-kelompok supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-
Hujurat: 13)

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 152


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Gagasan pluralitas dan pluralisme adalah ciptaan Allah, yang


diberlakukan antar-makhluk-makhluk maupun intra-makhluk.
Benda, batu, tumbuh-tumbuhan, hewan, Jin, manusia sangat
berbeda satu sama lain, serta bahkan berbeda pada masing-
masing kemakhlukannya.

Dari warna dasar merah saja ada merah Indian, koral terang,
salmon, salmon gelap, salmon terang, crimson, merah bata,
merah tua dll. Dalam putih ada salju, embun madu, mintcream,
azure, aliceblue, ghostwhite, putih asap, seashell, beige, oldlace,
putih flora, ivory, putih antik, linen, lavender blush, mystirose dll.
Kita kenal 16 juta warna sejak awal-awal komputer.

Itu baru yang bisa ditangkap oleh mata kasat manusia. Belum
pluralitas keindahan yang tampak oleh mata burung. Belum
mosaik sorga jannatunna’im. Sungguh Al-Fatihah Al-’Alamin.

Emha Ainun Nadjib


11 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 153


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (44)

Cakrawala ‘Alaminal Fatihah

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬

(Al-Fatihah: 1-7)

Semakin hari semakin kita temukan indikasi dan bukti bahwa kita
manusia bukan saja tidak mampu menjalankan amanah “inni
ja’ilun fil ardli khalifah*, bahkan gagal “menjadi diri kita sendiri”
sebagaimana yang Allah titahkan.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 154


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Di seluruh dunia manusia ditumbuhkan, dikembangkan, dan


dididik tidak untuk menjadi manusia (tidak ada sistem dan
kurikulum untuk itu), apalagi dengan konsep khilafah. Manusia
disekolahkan, dikampuskan untuk menjadi ekspert atas suatu hal
yang eksklusif spesialistik dan fakultatif. Itu pun sebagian besar di
bidang materislistik dan teknologis. Sebagian menjadi ahli atau
pakar, sisanya menjadi tukang, karyawan atau pesuruh. Kalau ada
Pendidikan rohani yang mengolah hubungan dengan Sang
Pencipta, itu pun dipenuhi oleh dogma dan pengetahuan normatif
formalistik.

Apakah itu kegagalan Allah dengan manusia yang gagal produk?


Allah khaliqunnas, Allah ja’ilul-khalifah. Allah menciptakan
manusia, seratus persen kualitasnya “ahsanu taqwim”.
Sedangkan untuk “khalifah” Allah “ja’il” bekerja sama dengan
manusia yang sudah dianugerahi peralatan-peralatan fisik dan
kejiwaan.

Allah kasih padi, manusia mengolahnya menjadi beras hingga nasi.


Allah menganugerahkan tanah, manusia mengelolanya menjadi
bangunan dan pesawahan. Allah memberikan pepohonan,
manusia mendayagunakannya untuk meja kursi almari dan
regenerasi bebuahan.

Tetapi Allah bikin “insan” dan kumpulan-kumpulan “nas”,


manusianya gagal berfungsi “khalifah”. Bahkan tatkala manusia
membangun dirinya menjadi pedagang, pengusaha, politisi,
cendekiawan, pun Ulama dan Kiai, semua itu malah
banyak mengancam manusia kehilangan manusianya.

Mungkin mayoritas manusia di muka bumi tidak mengenal Al-


Fatihah, yang “sakaguru”nya atau tiang utamanya adalah “Maliki
yaumiddin”, sehingga manusia memposisikan diri untuk “Iyyaka
na’budu wa iyyaka nasta’in”. Bahkan ummat manusia yang

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 155


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

merupakan penduduk planet Bumi, kebanyakan menyembah figur


yang bukan Allah. “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasya’in”-nya tidak
ditujukan kepada Tuhan semesta alam, bukan kepada Allah ‘azza
wajalla.

Apa yang sebenarnya bisa diandalkan dari dan pada mayoritas


manusia? “Laisa kamitslihi syai`un”, “walam yakun lahu kufuwan
ahad”, “tan kinaya ngapa” dan “tan kena kinira” saja sampai
kurun semilenial sekarang ini pun tidak lulus. Kita optimis untuk
hampir meyakini bahwa itu karena peradaban pemikirannya tidak
menjangkau, atau memang tidak mempedulikan “Maliki
yaumiddin”.

Manusia seprono-seprene tak sembuh-sembuh dari penyakit


merasa pandai dan hebat. Bahkan merasa paling pintar dan paling
sukses di antara semua makhluk-makhluk Tuhan. Sedemikian rupa
congkaknya sehingga merasa sah dan berhak untuk secara resmi
melakukan eksploitasi atas alam dan mengeruk sebanyak mungkin
kekayaan bumi.

Kita beruntung mengenal Al-Fatihah yang Al-Qur`an berasal dari


rahimnya. Qur`an, yang keluar menjadi bayi-bayi nilai, ilmu, dan
hikmah asal dibidani oleh daya akal, kreativitas dan nurani yang
kita aktivasi.

Bahkan limpahan hidayah Allah tidak terbatas dan berhenti pada


Al-Fatihah dengan Qur`an anaknya. Dari bumi kita menatap
cakrawala. Di seantero semesta-semesta, terhampar cakrawala-
cakrawala tak terukur.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 156


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

َ ۡ ُ
‫ان ٱل َ ۡح ُر م َد ٗادا ل ل َم ٰ ت َر ﱢ‬
ِ ِ ِ ‫ق ل لو‬
َ َ َ َۡ ُ ۡ َ َ َ
‫نف َد ل َم ٰ ُت َر ﱢ‬
ِ ‫لن ِفد ٱل حر ق ل أن ت‬
ٗ َ ۡ َۡ
‫َول ۡو ِجئنا ِ ِمث ِل ِهۦ َمددا‬

“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk menuangkan


kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum
habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami
datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (Al-Kahfi: 109)

Sangat terang benderang oleh ayat ini bahwa kalau kita mencucup
asupan dari Rahim Ibu “Al-Fatihah” dan “menyelami samudera Al-
Qur`an”, maka itu berarti kita sedang memasuki ruang makna
yang tak terhingga. “Walau ji`na bimitslihi madada”.

ُ ُ َ َ َ
‫ش ۡه ُر َر َمضان ٱل ِذ ٓي أنز َل ِف ِه ٱلق ۡر َءان‬
ۚ َ ُ َ َ ‫ﱠ‬ ٗ ُ
‫هدى للناس َو َ ﱢ ن ٰ ٖت ﱢم َن ٱل ُهد ٰى َوٱلف ۡرق ِان‬

“Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai


petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda.” (Al-Baqarah: 185).

Lebih terang benderang lagi cakrawala hidayah Qur`an beserta


rentangan tak terhingga “wa bayyinatin minal huda”.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 157


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Asalkan penghayatan kita di-Ramadlan-kan. Kehidupan


kita dipuasakan dan dipuasai.

ُ َٓۡ َ َٰ َ ۡ ُ َ
‫اق َو ِ ٓ أنف ِس ِه ۡم‬ِ ‫ف‬ ‫ٱﻷ‬ ِ ِ ‫س ـ ِـهم ءاي‬
‫ا‬ ‫ن‬
َ ‫َﱢ‬ ۗ‫ُ ﱠ ُ َ ﱡ‬ َ
‫َح ﱠ ٰ َي َب ﱠ َ له ۡم أنه ٱلحق أو لم ِف ِب ك‬
َ ۡ َ
ٌ َ َ َ ُ ‫ﱠ‬
‫أنهۥ ع ٰ ﱢل ۡ ٖء ش ِه د‬

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di


segala ufuk semesta serta pada diri mereka sendiri, hingga jelas
bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup
bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu?” (Fusshilat: 53).

Apalagi alam dan segala isinya adalah ayat-ayat Allah. Apalagi diri
kita ini sendiri dengan semua muatan dan mekanisme serta
algoritma fisik maupun kejiwaannya adalah ayat-ayat Allah.

Emha Ainun Nadjib


12 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 158


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (45)

Allah Tidak Butuh Iman

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬

(Al-Fatihah: 1-7)

Sejak kita masih Janin, Allah sudah menganugerahkan “an’amta


‘alaihim” dan membukakan jalan “as-shirathal mustaqim”.
Bahkan Allah mendatangi setiap Janin dan mengajak dialog.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 159


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Dan itu diinisiatifi oleh Allah semata-mata karena Ia Maha


Rahman Maha Rahim, tanpa Janin itu atau pihak lain siapapun
memintanya.

ُ َ ۡ َ ُ َ َ َ َ ۡ
‫َو ِ ذ أخذ َرﱡ ك ِم ۢن َب ِ ٓ َءاد َم ِمن ظ ُهور ِه ۡم ذ ﱢرﱠ ت ُه ۡم َوأش َهده ۡم‬
ُ َ َۛ ۡ َ ۛ َ ۖ ُ ُ َ
‫ع ٰٓ أنف ِس ِه ۡم أل ۡست ِب َ ﱢ ْم قالوا َ ٰ ش ِهدنا أن تقولوا َي ۡو َم‬
َ ‫ٱلق َ ٰ َمة إ ﱠنا ك ﱠنا َع ۡن َه ٰ َذا َغ ٰ فل‬
ِِ ِ ِ ِ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang


belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman),
‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Benar, niscaya
Engkaulah Tuhan kami. Kami bersaksi.’ (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,
‘Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini’.” (Al-A’raf:
172).

Padahal Allah sendiri tidak membutuhkan pertemuan dan dialog


itu. Yang Maha malah “mengalah” mendatangi yang terbatas
untuk bikin kesaksian dan perjanjian. Yang kuat malah mengajak
yang lemah untuk menata hubungan di antara mereka.

Janin-janin yang kelak menjadi manusialah yang sangat


membutuhkan Allah untuk bersandar dan berlindung. Allah
sendiri tidak butuh iman, apalagi kepada manusia. Allah Maha
Tahu segala-galanya, sehingga tidak ada satu debu realitas, satu

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 160


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

atom yang ter-nano, ataupun peristiwa apapun yang Allah perlu


percaya atau tidak percaya.

َ ُ َ ‫َ ﱠ‬ َ
‫أ َو َ ۡعل ُمون أن ٱ َ َ ۡعل ُم َما ُ ِ ﱡ ون َو َما ُ ۡع ِلنون‬

“Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala


yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?”
(Al-Baqarah: 77).

Allah mengetahui yang tampak atau tersembunyi, yang dhahir


maupun yang batin, yang sudah maupun yang belum, yang
sebelum awal maupun sesudah akhir, yang ada maupun yang
manusia menyebutnya tiada.

Maka Allah tidak memerlukan percaya atau tidak percaya, karena


Maha Tahu. Percaya hanya diperlukan oleh pihak yang tidak
mengetahui sesuatu hal, sehingga rentang jarak antara dirinya
dengan sesuatu hal itu dijembatani dengan kepercayaan. Itulah
sebabnya kita beriman kepada-Nya, tetapi Allah tidak pada posisi
untuk beriman kepada kita. Karena tidak empan papan dan tidak
ada urgensi logisnya.

ۗ َْ ْ َ ٰ ٰ ‫ﱠ َ َ ْ ُ َ ْ َ ﱠ‬
َ‫ض َوا ُ َ ص ْ ٌۢ ما‬
ِ ِ ‫ِان ا علم غ ب السمو ِت وا ر‬
َ َ
‫ت ْع َمل ْون‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 161


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Sungguh, Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi.


Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hujurat:
18).

‫َ ﱠ‬ ُ َ ‫ﱠ‬
‫ِإن َرﱠ ك ه َو ٱلخل ٰ ُق ٱل َع ِل ُم‬

“Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Pencipta lagi Maha


Mengetahui.” (Al-Hijr: 86).

Dialog Allah dengan setiap Janin itu berlangsung begitu saja,


tanpa jarak sanad atau faktor sejarah keduniaan apapun. Dan
karena kita bebas memilih, maka kita memilih untuk menikmati
informasi atau kisah azali dari Qur`an itu. Mensyukuri dan
menggembirainya.

Mungkin ada manusia kritis dan progresif di antara kita sehingga


merespons: “Itu kan bagi yang percaya kepada Allah. Ayat Qur`an
yang kamu kutip itu tidak berlaku bagi yang tidak percaya kepada
adanya Tuhan”.

Adapun kita sendiri, tidak akan menghadapinya dengan


menyiapkan logika materiil-linier atau hukum positif. Kita
tidak ngedumel: “Itu kan kata Allah. Juga yang ngarang-ngarang
dialog itu kan Allah sendiri, Janin kita sekedar aktor yang patuh
kepada penulis skenario dan sutradara. Faktanya sekarang dan
semua orang tidak ada yang ingat pernah berdialog dengan
Tuhan. Dalam drama kehidupan yang dipentaskan oleh Allah kita
hanya bolo dhupakan, pemain figuran, rombongan grubyag
grubyug…”

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 162


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Kalau kita menggerundal seperti itu, biasanya Allah merespons:


“Kalau keberatan, ya silakan bikin skenario sendiri dan sutradarai
sendiri. Berarti sebelum itu silakan ciptakan diri kalian sendiri
beserta kelengkapan al’alaminnya”.

Emha Ainun Nadjib


13 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 163


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (46)

Mosok Allah Omong-Omong Dengan Janin


Kita

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬

(Al-Fatihah: 1-7)

Informasi tentang omong-omong Allah dengan Janin kita semua


ini tidak mungkin kita baca dan dapatkan dari Kitab Kuning dengan
judul apapun dan ditulis oleh Ulama Syaikh Maula siapapun. Juga
tidak mungkin kita peroleh dari Newton, Archimedes, Einstein, Dr.
Nurcholish Madjid, Habib Quraish Shihab, Gus Mustofa Bisri,

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 164


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

bahkan mustahil pula dari Elon Musk atau aplikasi-


aplikasi Artificial Intelligence yang seri mutakhir pun. Pun tidak
dari pasca-science atau futurologi ilmu pengetahuan abad ke-50
pun.

Informasi itu absolut hanya mungkin berasal dari Sang “Rabbil


’alamin”. Dari Maha Pihak yang kita memulai segala sesuatu
dengan meneguhkan “Bismillahirrahmanirrahim”, dengan
kesadaran dan kewaspadaan bahwa Ia juga “Maliki yaumiddin”.

Maka kepada sumbernya, kepada pihak yang mengemukakan itu,


jangan ditanyakan oleh runutan referensi atau sanadnya,
sandaran pikirannya atau apapun saja.

Kita teguhkan ingatan dan kesadaran terus-menerus bahwa


informasi tentang dialog Allah dan janin anak-anak Adam tidak
bisa diketahui oleh manusia kalau tidak karena Allah sendiri yang
memfirmankannya. Kumpulan Universitas dan Sekolah paling
canggih dan merasa sudah khatam ilmu dan pengetahuannya di
abad ke-100 kelak (kalau belum kiamat), tak akan mampu
memiliki metodologi dan peralatan teknologi yang sehebat
apapun untuk meneliti segala sesuatu tentang dialog Allah-Janin
itu.

Peristiwa dialog antara Janin dengan Allah itu mutlak bersumber


segala sesuatunya dari petunjuk atau hidayah Allah. Bahkan para
ilmuwan sampai kelak di ujung abad sebelum Kiamat, tidak bisa
merumuskan bagaimana sebenarnya kok Janin ditanya dan
menjawab. Padahal kita tahunya Janin, karena bayipun belum
memiliki perangkat apapun untuk bertanya dan menjawab.

Maka mungkin yang selama ini kita pahami sebagai akal, ilmu,
pengetahuan, komunikasi, informasi dan memori, sesungguhnya
jauh lebih luas dan multi-dimensional dibanding yang kita

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 165


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

rumuskan dan yakini dalam ranah ilmu dan pengetahuan di


sekolah paling tinggi pun.

Mungkin memori dan penyimpannya bukan hanya saraf-saraf di


dalam kepala, baik yang berperan sebagai “brain” maupun
“mind”. Mungkin ada memori qalb, ada memori dhamir, ada
memori fuad, ada memori janin, ada memori syu’r, ada memori-
memori lain yang Allah menentukannya dan manusia tidak
sanggup memahaminya. Bahkan mungkin setiap sel jasad kita
memiliki mesin atau sistem memori.

Maka bahkan seluruh Al-Fatihah atau setiap kalimatnya atau


setiap kosakatanya, bahkan mungkin setiap hurufnya, mungkin
termasuk “tak terhingga” sehingga semua tuturan penafsiran kita,
semua narasi tadabbur kita, semua refleksi penangkapan yang kita
sangka itu merupakan pengetahuan dan ilmu — ternyata
hanya prasangka sebatas pagar keterbatasan kita saja.

Maka kemudian tatkala manusia menjalani hidupnya, lantas


mengalami suatu kesulitan yang mendorongnya untuk memohon
pertolongan kepada Allah, tapi sampai waktu tertentu ia merasa
Allah belum mengabulkannya — mungkin sebaiknya kita
berasumsi bahwa yang bersangkutan itu perlu memperkuat
kesabarannya serta mencoba berpikir lebih bijaksana.

Allah “sudah” atau “belum” mengabulkan itu bisa berjarak sekian


bulan, sekian tahun atau bahkan rentangan jaraknya bisa antara
kehidupan dunia dengan akhirat. Belum lagi ada kemungkinan
bahwa ia belum mengerti saja qabul dari Allah, misalnya karena
alat-alat untuk menelitinya tidak mencukupi.

Atau kembali kepada kesulitan yang dialaminya, bisa saja


bermakna rahmat, ujian yang baik, atau memiliki hikmah yang
paradoksal dengan pemahamannya yang linier. Atau

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 166


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

pengertiannya yang tidak cukup luas dan dialektis bahwa letak


fokus rahmat Allah bukanlah di perkara kesulitan yang ia alami.
Allah Yang Kekuasaannya Tak Terhingga sehingga disebut Maha,
menciptakan kehidupan manusia ini jauh lebih luas dan lebih
komplek dibanding batas sangat sempit yang bisa dijangkau oleh
akal manusia sendiri.

Dan Allah, terserah Ia mau pakai wasilah atau tidak, mau pakai
jarak dan perantara atau tidak, Maha Sanggup melakukannya
sekehendak-Nya.

ُ َ َ َ َ َ ‫ﱠ‬
‫ت ْه ِد ْي َم ْن ا ْح َب ْ ت َول ِ ﱠن ا َ َي ْه ِد ْي َم ْن ﱠ شا ُء َۚوه َو‬ ‫ِانك‬
َ
‫ال ُم ْهت ِد ْي َن‬ ِ ‫ا ْعل ُم‬

“Sungguh, engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada orang


yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa
saja yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang
yang mau menerima petunjuk.” (Al-Qasas: 56)

Tidak ada kemungkinan atau pilihan apapun bagi kita selain


berharap agar kita termasuk hamba-hamba yang Dia kehendaki.
Kalau ternyata kita juga berada di kumpulan ”Dia lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”, itu
adalah yang termewah dari semua kemungkinan kemewahan.

Emha Ainun Nadjib


14 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 167


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (47)

Kesaksian Palsu dan


Memori Kuda Laut

(Al-Fatihah: 1-7)

Mendalami hal dialog Janin, kelak sesudah magang di Alam


Barzakh, Malaikat Nakir mungkin menginterogasi kita: “Jadi kamu
telah memberikan kesaksian palsu ya? Kehidupan kalian
selampuluhan abad sama sekali tidak mencerminkan isi kesaksian
kalian. Pandangan hidup kalian, universitas dan kurikulum kalian,
kebudayaan dan praksis politik kalian, berbanding terbalik dengan
kesaksian kalian”.

Di antara kita mungkin ada yang menjawab lugu: “Lho kami tidak
tahu apa-apa. Bukan kami yang bicara itu. Bukan kami yang
bersaksi. Bukan kami yang merekayasa dialog itu. Bahkan bukan
kami yang bikin Janin. Kami cuma menjalani gagasan Allah. Jadi
bukan kami yang bertanggung jawab. Fakta dasar kejadian ini
adalah Allah, sehingga Pak Nakir silakan menginterogasi Allah
langsung”.

Tetapi diam-diam, ketika itulah mungkin kita akan menyesal


kenapa tidak studi tentang ragam penyimpan memori. Kita
habiskan waktu di dunia sibuk
dengan flashdisk, hardisk, iCloud, DMA, SAM, RAM, AAM,
meskipun kita dulu canggih mengukur memory cicle
time, transfer rate, time access, bahkan menentukan perilaku fisik
memori seperti memori volatile, non-volatile atau non-
erasable dan seluruh kelengkapan serta probabilitas
pengembangannya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 168


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Sudah sedemikian canggihnya tapi memori janin lolos


dari concern kita. Advanced pengetahuan kita sampai meneliti
bahwa ingatan manusia disimpan di beberapa daerah otak dan
yang paling penting adalah hippocampus, yang sebenarnya adalah
sepasang daerah yang terselip jauh di dalam otak dan meringkuk
seperti kuda laut.

Di Maiyah sering dikatakan: “Anda capek kerja, ngojek, nguli dll


sehingga agak larut malam baru bisa bergabung ke Maiyah. Tidak
masalah. Kalau ngantuk ya tidur saja. Asal niatmu ikhlas lillah,
yang bekerja menampung ilmu, hikmah dan manfaat tidak hanya
sel-sel dan saraf-saraf otakmu lewat telingamu. Tapi juga setiap
pori-pori kulitmu, aliran darahmu, karena subjekmu adalah ruh-
mu, dan ruhmu mempekerjakan apa saja atas kerjasama dengan
lelembut Malaikat yang ratusan ribu jumlahnya di forum “Sinau
Bareng” kita ini. Input-outputnya, hulu-hilirnya, jenis algoritma
“amr” dan “iradah” Allah jauh melebihi yang bisa disangka oleh
kuliah-kuliah S3-mu”.

Allah itu Al-Khabir, Allah maha mengabarkan sampai selembut-


lembutnya. Setiap partikel dan susunan jasad kita terus-menerus
dikabari oleh Allah. Bahkan Allah mengabarkan perintah-Nya
kepada jutaan ikan di lautan, ribuan burung di angkasa,
setiap dzarrah angin, dan apa saja tanpa keseganan atau
kesulitan. “Innallaha la yastahyi an yadhriba matsalan ma
ba’udlotan fama fauqaha”.

Allah maha mengabarkan apa saja kepada siapa saja dengan


default-nya “automasi sunnatullah”. Mungkin itu “qadla” yang
kemudian kita memohon “qadar” atau perkenan “qudrah”-Nya
dengan doa, dzikir, wirid, istighatsah.

Dari soal-soal kecil kita dibangunkan dari tidur, dikasih tahu lewat
saraf-saraf di badan bahwa kita berhajat buang air besar,

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 169


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

kemudian diingatkan perlu minum air di pagi hari, muncul gagasan


akan melakukan apa hari itu dan atau besok. Sampai soal
mempertimbangkan dan menentukan pekerjaan, mengambil
keputusan untuk berkeluarga, dibikin tertarik untuk menulis
sesuatu, diilhami untuk hal-hal lebih besar: bikin gerakan sosial,
diberi petunjuk bagaimana menyembuhkan penyakit bangsa dan
negara, sampai tema-tema apapun tanpa ada batasnya dan tidak
terhitung berapa triliun item petunjuk Allah itu.

Dan itu semua sangat mudah bagi Allah. Sunnah-Nya


mengandung triliunan automasi atas segala sesuatu. Apakah kita
tidak takjub kepada hamparan rumput, jutaan ikan bermaiyah
bersama dengan jutaan lainnya sesama mereka, mendung yang
berarak, gravitasi dahsyat yang menjaga jarak antar bumi dan
benda-benda lainnya di ruang infinity semesta al-’alamin? Itu
semua berlangsung otomatis.
ۚ َۡ ۡ َ َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ َ
‫أل ۡم ت ۡعل ۡم أن ٱ َ َ ۚ ۡعل ُم َما ِ ٱلسما ِء وٱﻷرض‬
ٞ ‫إ ﱠن َذ ٰ ل َك ك َت ٰ ب إ ﱠن َذ ٰ ل َك َع ٱ ِ َ س‬
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya
yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (Al-
Hajj: 70)

Emha Ainun Nadjib


15 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 170


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (48)

Bukan Tukang Menghukum Tapi


Membijaksanai

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلضال‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Bahkan mungkin di antara kita ada yang mengejar Allah: “Dari


mana asal-usul idenya kok Allah melakukan dialog itu? Apakah si
Janin tidak berdaulat atas dirinya sendiri dan menggunakan free-
will? Apakah Allah tidak mengenal demokrasi? Apakah Allah itu
Maha Diktator?”

Kemudian semua manusia menjalani hidupnya di dunia dengan


sikap bermacam-macam. Ada yang sok pinter, sok berdaulat, dan
sok mandiri. Pokoknya hidup dan berjuang di dunia, tidak perlu

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 171


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

tahu atau mempertimbangkan akhirat. Ada yang cuek dan tidak


peduli-peduli amat pada asal-usul maupun ujung kehidupannya.
Ada yang menghayati dengan berakhir sedih dan merasa sengsara.
Yang lain menyelaminya dengan menemukan kerendahan hati,
sangka baik, patuh, pasrah dan bahagia. Para janin kemudian
menjadi bayi, bertumbuh menjadi balita, remaja, dewasa, dan tua.

Sementara itu Allah sendiri tak pernah berhenti menyebarkan


rahmat, melimpahkan petunjuk demi petunjuk tanpa bisa
dimatematikakan oleh manusia sampai yang paling pandai dan
hebat pun.

ٞ ‫وه ۗا إ ﱠن ٱ َ ل َغ ُف‬
ٞ‫ور ﱠرح م‬ َ ُ ۡ ُ َ
‫ص‬ ‫ح‬ ‫ت‬ ‫ٱ‬
ََ ۡ
‫ة‬ ‫م‬‫ع‬ ‫ن‬ ‫وا‬‫د‬
‫َ َُ ﱡ‬
‫و ِ ن تع‬
ِ ِ ِ ِ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu
tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-
benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An-Nahl: 18)

Masalahnya kebanyakan manusia tampaknya memang tidak


berminat dan tidak saling memberikan dorongan atau rangsangan
untuk menghitung nikmat dan rahmat yang dianugerahkan oleh
Allah. Tidak ada pemimpin dunia, kepala Negara atau Kabinet
Pemerintahan yang merasa perlu untuk mengatmosferi tugas-
tugas dan kegiatan mereka dengan menghitung nikmat Allah.
Salah satu argumentasinya adalah karena bersyukur itu domain
Agama, sedangkan mereka politisi, bukan Agamawan.

Ternyata muatan ayat berikut ini mengandung nilai yang terlalu


muluk dan tinggi untuk para pemimpin ummat manusia:
ۖ َۡ ۡ َ ِ ‫َس ﱠب َح‬
‫ٱلس َم ٰ َ ٰو ِت َو َما ِ ٱﻷرض‬
‫ﱠ‬ ‫ا‬
ِ ِ ‫م‬
ُ‫َو ُه َو ٱل َع ُز ٱل َحك م‬
ِ
“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 172
Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Bertasbih kepada Allah semua apa yang ada di langit dan bumi;
dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Hasyr:
1)

Perhatikan logika dari urutan kalimat ayat itu. Allah yang


menciptakan segala sesuatu, kemudian segala sesuatu bertasbih
kepada-Nya. Jelas Allah Maha Perkasa, tapi anehnya kok
bijaksana.

Kalau kita kuat dan perkasa, kecenderungannya adalah mentang-


mentang, “adigang adigung adiguna”. Kalau kita dihormati,
diabdi atau apalagi disembah-sembah seolah-olah kita ini Tuhan,
biasanya kita malah menikmatinya dengan rasa bangga dan
“mungguh”.

Kenyataannya sampai di kurun milenial ini kita tidak dahsyat tidak


perkasa, tidak benar-benar kuat atas ruang dan waktu, bahkan
tidak pinter, tidak ilmiah, tidak akademis dan tidak logis — tetapi
juga malah tidak bijaksana.

Kebijaksanaan, kearifan, wisdom, adalah barang terlalu mewah


dalam kehidupan dunia sekarang ini. Kalau kita perkasa kita
mentang-mentang, secara eksplisit atau tersembunyi. Kalau kita
kuat maka kita berkuasa.

Allah “al’aziz al-hakim”, maha perkasa dan (tapi) maha bijaksana.


Kita menerjemahkan “al-Hakim” adalah orang berkuasa yang
memvoniskan hukuman. Kita di Maiyah memahami dan
memaknai “al-Hakim” adalah pihak yang membijaksanai manusia
dan keadaan.

Hakim memimpin proses peradilan kasus-kasus bukan terutama


berbekal pasal-pasal hukum, apalagi dengan rasa puas

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 173


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

menghukum. Bekal mendasarnya adalah kebijaksanaan dan rasa


keadilan.

Proses hukum adalah panggilan dan tindakan untuk


menghijrahkan manusia dari kebatilan menuju kebenaran. Maka
pedomannya adalah:
َۖ َ ُ ۡ
‫ٱدع ِإ ٰ َس ِ ِل َرﱢ ك ِ ٱل ِح ۚ َم ِة َوٱل َم ۡو ِعظ ِة ٱل َح َسن ِة‬
ُ َ ‫ﱠ‬
‫َو َج ٰ ِدل ُهم ِ ٱل ِ ِ َ أ ۡح َس ُن ِإن َرﱠ ك ه َو أ ۡعل ُم‬
‫ين‬َ ‫َمن َض ﱠل َعن َس لهۦ َو ُه َو أ ۡعل ُم ٱل ُم ۡه َتد‬
ِ ِ ِِ ِ ِ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan kebijaksanaan
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl:
125)

Tapi nggak apa. Toh Allah “yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Mungkin yang dimaksud ya kita-kita ini.

Emha Ainun Nadjib


16 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 174


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (49)

Para Pembelajar Kehidupan

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡمد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬ ُ
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Kita merasa-rasakan dan merenungkan. “Shirathalladzina


an’amta ‘alaihim” yang dimaksudkan di awal ayat terakhir Al-
Fatihah antara lain adalah bahwa Allah itu Maha sedangkan kita
dan semua manusia ini sangat terbatas dan kerdil. Itu ternyata
adalah suatu koordinat kenikmatan yang tersendiri dan luar biasa.

Kita “tidak kuat derajat” untuk tak terbatas dan tidak kerdil.
Seringkali kita menemukan suatu pengalaman atau keadaan di
mana lebih enak tidak tahu daripada tahu. Lebih nikmat lemah
daripada kuat. Kalau lemah, kita punya peluang untuk berlindung

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 175


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

kepada yang kuat. Kalau kita kuat, berlindung kepada siapa?


Apalagi ternyata kita tidak benar-benar kuat.

Kita seumur hidup mencari ilmu dan mencakrawalai pengetahuan.


Dan ujung atau puncak dari seluruh perjuangan mencari
pengetahuan itu justru adalah ketidaktahuan. Dan sebaiknya, dan
memang yang “an’amta ‘alaihim” memang begitu. Lebih safe,
lebih aman, lebih selamat. Daripada kita sok tahu, sok pinter,
daripada kita terjebak menjadi “keminter” dan “kemeruh”,
akibatnya malah hidup kita menjadi memproduksi banyak
kekonyolan, bahkan mungkin kehinaan.

Kita berterima kasih kepada hasil pengalaman peradaban leluhur-


leluhur kita Bangsa Jawa yang wanti-wanti kita “Aja kagetan , aja
gumunan, aja dumeh”. Tempuh perjalanan hidup yang dititahkan
oleh Allah Swt. ini dengan “bisa rumangsa”, bukan “rumangsa
bisa”.

Dan Maha Terpuji Allah Swt. yang menegaskan kepada semua


hamba-Nya bahwa;
َ َ َ ‫َ َ ﱢ‬
‫ال ِإ ٓ أ ۡعل ُم َما ت ۡعل ُمون‬‫ق‬
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-
Baqarah 2:30)

Kita berlari menuju barisan terdepan di antara orang-orang yang


tidak tahu. Daripada kita berkerumun dengan kelas orang-orang
tahu, sarjana, Ulama, Profesor Doktor, cendekiawan,
inovator, trend maker, pencipta fanomena kebudayaan dan
pembangun peradaban.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 176


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Yang di hari Muhasabah kelak malah mungkin akan bengong, mati


kutu, tidak bisa menjawab serbuan pertanyaan-pertanyaan para
Malaikat petugas Allah. Dan kita diborgol digiring ke suatu sel
raksasa bersama siapa saja yang tidak mampu mempertanggung-
jawabkan kerusakan-kerusakan kehidupan di bumi. Padahal
selama hidup di dunia golongan inilah yang merasa paling pandai,
canggih, dan advanced selama peradaban di Bumi berlangsung.

Na’udzu billahi min dzalik. Maka syukur beribu syukur kita


diperkenankan Allah menjadi kaum yang dianggap bodoh, tidak
menguasai Bahasa Al-Qur`an, tidak mengerti runutan sanad,
sementara diam-diam kita terus ajeg “Sinau Bareng” agar menuju
keselamatan di hadapan Allah Swt.

َ ‫ۡ َ ﱠ‬ َ ۡ َ َۡ َ ‫إ ﱠن َخلق ﱠ‬
‫ٱلس َم ٰ َ ٰو ِت وٱﻷرض وٱخ ِتل ِف ٱل ِل وٱلنهار‬
ٰ ۡ
َ ۡ ِ ْ ُ ‫َِ ٓ َ ِ ﱢ‬
ٰ َ
‫ﻷ ٰ ٍت ﻷو ِ ٱﻷل ِب‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang berakal.” (Ali Imran :190)

Kita kumpul di forum-furum “an’amta ‘alaihim” 6-8 jam hingga


dinihari, kontinyu setiap bulan hingga 30 tahun lebih, di berpuluh-
puluh titik bumi Allah.

Kita menjalani hari demi hari “an’amta ‘alaihim” dengan rasa


rindu di antara sesama pecinta Allah dan Rasulullah, “Al-
Mutahabbina Fillah”. Memerdekan diri dari cita-cita politik,
kekuasaan atau kekayaan keduniaan. Tidak berhimpun menjadi
firqah, ormas, parpol, bahkan belajar bersikap bijaksana terhadap
keterlanjuran adanya madzhab-madzhab.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 177


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Kita belajar terus tanpa nafsu untuk mengungguli siapapun. Kita


tidak bergerak untuk mencapai kemenangan materialistik dan
keduniaan. Kita mencari dan mengeksperimentasikan berbagai
macam cara dan thariqah untuk “an’amta ‘alaihim”, agar supaya
diperkenankan Allah Swt. terhindar dari “ghairil maghdlubi
‘alaihim waladdhollin”.

Kita saling terbuka satu sama lain. Forum kita merdekakan seluas-
luasnya. Kita tidak takut tampak bodoh. Kita tidak malu kalau
tidak mengerti sesuatu. Kita tidak “keminter” sehingga menutupi
banyak hal dalam komunikasi kita demi menghindarkan posisi
tampak bodoh.

Tidak apa-apa kita bodoh. Yang Maha Pandai adalah Allah Swt.
Yang penting kita terus “Sinau Bareng”, belajar, belajar, dan
belajar. Kita adalah pembelajar kehidupan. Kita adalah
“muta’allimul hayat”. Kita adalah santrinya Kanjeng Nabi, para
pembelajar kehidupan. Kita adalah hamparan makhluk-makhluk
buta yang memohon pancaran “nur” dari Allah Swt.

Emha Ainun Nadjib


17 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 178


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (50)

Para Mujtahidin Dunia

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ٱلر ِح ِم‬
‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Kita semua orang-orang awam atau manusia-manusia biasa


sangat bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada tokoh-
tokoh dunia yang mengantarkan kita dan mewujudkan teknologi
dan peradaban yang membuat kita berada dalam situasi
“Alhamdulillai Rabbil’ alamin”.

Kita kagum kepada para Mujtahidin Dunia, dari James Watt yang
menginvensi Mesin Uap hingga Christoper Sholes yang merintis
pengadaan Mesin Ketik. Dari C. Marconi, JJ Baird dan CF Jenkins
yang membuat kita menikmati media-media canggih. Dari H
Lippersey hingga Weeler dan Claude.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 179


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Belum lagi para raksasa Einstein, Newton, hingga Stephen


Hawking. Meskipun jangan lupa juga pada Ibnu Khaldun, Ibnu
Sina, Al-Faraby, Al-Khowarizmy dan seterusnya. Jasa kemanusiaan
dan jariyah peradaban mereka luar biasa dan kita tidak berani
menyimpulkan bahwa banyak di antara mereka yang bukan
Muslim kelak akan masuk neraka.

Di sangat banyak bidang, para ilmuwan Mujtahidin itu seolah-olah


meminjamkan kepada kita mata, telinga, dan otak yang baru.
Sehingga dunia dan kehidupan ini menjadi sedemikian indah dan
menakjubkan. Belum selesai kita kagum kepada layar televisi plus
media-media kasat mata lainnya, kita dikeroyok oleh media maya.

Pengejawantahan Information Technology yang membuat


manusia di belahan-belahan bumi yang berbeda menjadi seperti
tetangga dekat. Social media yang membuat kita bisa bercinta
jarak jauh atau bertengkar tanpa muwajjahah jasadiyah atau
tatap muka langsung. Kita di banyak wilayah dunia tapi sama-
sama penggemar Pizza bisa berkonferensi lewat daring, zooming,
virtual conference atau apapun tekniknya.

Sayang sekali teknologi maya itu tidak mendorong para


Mujtahidin dan siapapun untuk juga menembus, mengenali, dan
berinteraksi dengan wilayah yang juga maya:
misalnya Jin, Iblis, Setan, Dajjal, Malaikat, Ya’juj Ma’juj. Bahkan
sampai era mutakhir milenial sekarang ini kita tidak memperjelas
apa dan siapa sebenarnya sahabat-sahabat kehidupan kita
umpamanya Gendruwo, Wewe Gombel, Kuntilanak, Sundel
Bolong, Banaspati ataupun Thokthok Kerot.

Kita tidak punya Guru, Dosen atau Kiai yang menginformasikan


dan mewanti-wanti agar kita selalu waspada kepada musuh-
musuh di sekitar kita sehari-hari
misalnya Zalitun, Watsin, Laqus, A’wan, Haffaf, Murrah, Masuth,

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 180


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

atau Dasim dan Walhan yang memvirusi dan meracuni jiwa kita
lewat gadget yang kita pegang tiap saat, lewat layar teve dan
macam-macam media lainnya. Belum
lagi Abyad, Khanzab, Jalbanur, Hudavus, Biter atau Mansud yang
jauh lebih berbahaya.

Bahkan karena tidak bisa ditemukan lewat browsing di internet,


Bupati dan rakyat Blora tidak tahu ada bahaya laten Si Lancur,
para pemimpin dan warga Ponorogo tidak tahu ada Korep, di
Kartasura ada Pragola, di sekitar Gunung Merapi ada Si Parpolo,
di Pati ada Gambir Anom, dan sangat banyak lagi. Bahkan di
Jakarta ada Musa Samiri alias Dajjal dan Sang Ifrith langsung
dengan pasukan khususnya.

Demikian juga hampir semua pemimpin dan rakyatnya di wilayah-


wilayah lain, Kabupaten dan Provinsi lain. Mereka tahunya
Twitter, Facebook, Tiktok, Instagram, PDIP, Perindo, Nasdem, PKS,
atau PKB.

Padahal dunia IT sudah sampai ke AI. Ummat manusia modern


seakan-akan sedang dan sudah menjawab tantangan Tuhan:

ُ ََ ْ َ
‫َ ٰ َم ْع َ ٱل ِج ﱢن َو ِٱﻹ س ِإ ِن ْٱستط ْعت ْم‬
ُ ُ َ َْ ‫نف ُذوا م ْن أ ْق َطار ﱠ‬ ُ َ
‫ٱلس َم ٰ َ ٰو ِت َوٱﻷ ْرض فٱنفذوا‬ ِ ‫أن ت‬
ٰ َ ُ ‫ﱠ‬ َ ُ َ َ
ُ
‫تنفذون ِإ ِ سلط ن‬
“Wahai kalian semua jin dan manusia, jika kamu sanggup
melintasi dan menembus penjuru-penjuru langit dan bumi, maka
tembuslah. Kalian tidak dapat menembusnya kecuali dengan
sulthon.” (Ar Rahman: 33)

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 181


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Juga sayang sekali para ilmuwan Mujtahidin kita yang tersebut di


atas hanya membatasi diri mengeksplorasi satu alam saja. Al-
’alam. Tidak meluas ke Al-’alamin.

Semantara kita yang tiap hari mengucapkan “Alhamdu lillahi


Rabbil ‘alamin”, tidak berjuang untuk mengeksplorasi seperti Pak
Einstein atau Pak Stephen. Bahkan seperti Pakde Abu Nawas pun
tidak. Kita malah banyak curiga atau bahkan marah-marah kepada
para inovator yang mencoba “tanfudhu min aqtharis samawati
wal arldi”.

Kita hanya ikut menuturkan itu semua dalam keisengan subjektif


dan kenaifan kanak-kanak — bahwa itu semua adalah bagian
dari al-’alamin. Bagian yang eksotik dari alam-alam atau semesta-
semesta ciptaan Tuhan.

Padahal Allah dengan penuh kemurahan hati sudah sejak 15 abad


silam menginformasikan kepada kita tentang “Rabbul ‘alamin”
yang para Mufassir menerjemahkannya menjadi “Tuhan semesta
alam”.

Karena kita awam maka kita hanya mendengar orang kasih tahu
bahwa al-’alamin itu plural atau jamak dari al-’alam.
Jadi Rabbul’alamin mestinya adalah Tuhannya alam-alam atau
semesta-semesta yang jumlah dan besarnya tidak terhitung
oleh hisab otak manusia, alias tak terhingga.

Silakan “meng-hawking” sendiri-sendiri apakah Al-‘alamin itu


cukup diartikan bahwa alam semesta ini banyak dan tak terbatas.
Atau ada kaitannya dengan “Semesta Paralel” yang juga manusia
tidak bisa menghitung batasnya. Ataukah dipahami dari para
Mujtahidin yang mengasumsikan bahwa semesta ini memuai
terus-menerus dan sekarang masih bergerak meluas.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 182


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Sehingga Allahu Akbar tidak sekadar kita terjemahkan


menjadi Allah Yang Maha Besar, melainkan Allah Yang Maha
Lebih Besar atau Allah yang Lebih Maha Besar. “Lebih besar”-nya
itu terserah karena secara riil dan objektif ia memang bergerak
memuai. Ataukah kesadaran dan pengetahuan kita yang
menemukan bahwa ternyata Allah selalu lebih Maha Besar sesuai
dengan semakin meningkatnya ketakjuban kita.

Emha Ainun Nadjib


18 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 183


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (51)

“Kita Tahu Isi Pikiran Tuhan”

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Para ilmuwan kelas dunia itu semuanya adalah pejuang-pejuang


ilmu yang bersungguh-sungguh. Mereka Mujtahidin, sehinggaa
mereka juga Mujahidin. Jihad bermakna perjuangan menyeluruh,
termasuk kemungkinan perjuangan fisik atau
perang. Ijtihad adalah perjuangan kreativitas, aktivasi keilmuan,
inovasi hingga invensi. Buah padi membutuhkan ratusan tahun
diproses oleh ijtihad manusia sehingga menemukan dan menjadi
nasi. Demikian juga hal-hal apa saja unsur-unsur alam: tanah,
logam, udara, api, dan semuanya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 184


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Itulah fadhilah Tuhan yang dianugerahkan kepada manusia


sehingga ia mencapai level ahsanu taqwim. Sedemikian hebatnya
manusia sampai-sampai ilmuwan super Inggris Stephen Hawking
di puncak kesungguhannya sampai mengemukakan bahwa “Tidak
perlu meminta Tuhan untuk mengatur bagaimana alam semesta
bekerja”.

Kita tidak punya legacy dan ekspertasi, tidak berani serta tidak
berniat membantah atau mengkritik pernyataan Hawking itu.
Hanya saja kita mengetahui referensi yang berbeda dan kita
mempercayainya.

Allah menggelari diri-Nya sebagai Rabbun, yang membuat kita


biasa mengucapkan idiom Ilahi Rabbi, atas fakta bahwa Ia yang
menciptakan alam semesta ini, mengatur atau menyusun aturan-
aturannya dengan sunnah-Nya, menentukan sebab akibat dan
susunan algoritmanya, merawatnya, menjaganya, sampai hal yang
sekecil-kecilnya bahkan seremeh-remehnya.

Bahkan bayi tidak keluar dari Rahim Ibunya ke dunia dengan


berangkat dari niat atau pengetahuannya yang membuat ia tahu
lewat mana jalan keluarnya ke dunia. Juga tatkala bayi menyusu
puting susu Ibunya, kita percaya itu adalah peristiwa Rububiyyah,
peristiwa bimbingan, tuntunan, penginformasian oleh hidayah
Tuhan.
ۚ ََ ۡ َ َ َ ٗ َ َُ ‫ﱠ َ َ َ ۡ َ ۡ ٓ َ ۡ َ ََٗ ﱠ‬
‫ست ۦ أن ب مث ما عوضة فما فوقها‬ ‫ِإن ٱ‬
َ‫ون أ ﱠن ُه ٱل َح ﱡق من ﱠرﱢ ـه ۡ ۖم َوأ ﱠما ٱلذين‬
َ ُ ََۡ َُ َ َ
‫م‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ف‬ ‫وا‬‫ن‬ ‫ام‬ ‫ء‬ ‫ين‬ ‫ذ‬ ‫ٱل‬ ‫ا‬‫م‬‫َفأ ﱠ‬
ِ ِ ِ ِ
ٗ‫ون َم َاذ أ َر َاد ٱ ُ ب َه ٰ َذا َم َث ٗ ۘ ُ ِض ﱡل ِهۦك ِث ا‬
َ ََُ َُ
‫كفروا ف قول‬
ِ َ َٰ ‫ۚٗ َ َ ُ ﱡ ِ ٓ ﱠ‬
‫َو َ ـ ۡه ِدي ِ ِهۦك ِث ا وما ِضل ِ ِهۦ ِإ ٱلف ِس ِق‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 185


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa


nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang
yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu
benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan:
‘Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk
perumpamaan?’ Dengan perumpamaan itu banyak orang yang
disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak
orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan
Allah kecuali orang-orang yang fasik”.

Kita tidak mau berbantah dengan siapapun tentang angin yang


berhembus tidaklah karena iktikad angin itu sendiri. Juga segala
mekanisme dalam peristiwa alam, keseimbangan dan disiplin
putaran benda-benda langit termasuk tata surya di mana bumi
kita menjadi satu “mesin” dengan matahari, planet-planet lain dan
rembulan. Automasi berfungsinya miliaran saraf di otak kita atau
triliunan sel-sel segala ragam jasad.

Bahkan manusia dikasih sunnatullah untuk tahu bahwa ia akan


berhajat buang air kecil atau besar. Manusia tidak pernah mampu
mengetahui semalam ia tidur jam berapa menit dan detik ke
berapa. Di sebagian hal dan urusan manusia diberi peluang free-
will, tapi selebihnya ia adalah objek automasi sunnatullah.

Fungsi Rububiyyah-nya Allah bahkan sampai ke level jaminan


hidup bagi makhluk-makhuk-Nya, yang semuanya tidak mampu
mengadakan atau menciptakan dirinya sendiri kecuali patuh
kepada sunnatullah:
ُۡ َ‫ﱠ ع‬ َۡ َ
‫ِ رزق َها‬ ‫ٱ‬ ‫َو َما ِمن دآ ﱠ ٖة ِ ٱﻷرض ِإ‬
ۡ
َ ّٞ ۚ َ َ َ ََ
‫ِكت ٰ ٖب ﱡم ِب‬ ِ ‫ل‬ ‫َو َ ۡعل ُم ُم ۡستق ﱠرها َو ُم ۡست ۡود َع َها‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 186


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan


Allahlah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya
tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Hud: 6)
َ ُ ۚ َۡ َ ُ ۡ َ
‫ٱلس َم ٰ َ ٰو ِت َوٱﻷ ۡرض ﱠل َي ۡو ٍم ه َو ِ شأ ٖن‬
‫ﱠ‬
ِ ‫س لهۥ من‬
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya.
Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Ar Rahman 29)

Kita bisa mengasumsikan bahwa pernyataan berikut ini hanyalah


“klaim” Allah. Di rentang jarak antara kita dengan klaim Allah itu
hanya bisa ditempuh dengan iman kemudian syahadah. Percaya
hingga mempersaksikan.

Ketika Pak Hawking menyatakan “Tidak perlu meminta Tuhan


untuk mengatur bagaimana alam semesta bekerja”, kita tidak
membantah atau menyalahkan. Kita sekadar bisa merespons
bahwa memang seluruh alam-alam semesta ini hingga diri kita,
bahkan sampai adanya cacing-cacing hingga bakteri-bakteri
terkecil, semua sampai yang mikro dan nano — tidak siapapun
pernah meminta kepada Tuhan untuk menciptakannya. Salah satu
sebabnya adalah: kalau mereka tidak ada atau belum ada atau
belum diadakan alias belum diciptakan, bagaimana mungkin
mereka meminta.

Bahkan wawancara Allah dengan setiap Janin di Tadabbur


sebelum ini, tidak mungkin berlangsung kalau Janin tidak terlebih
dulu diciptakan.

Tetapi kita tetap membuka diri untuk mendengarkan


kesungguhan Mr. Hawking menyatakan lebih lanjut: “Jika kita
memenemukan teori yang lengkap, itu akan jadi kemenangan

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 187


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

tertinggi manusia karena dengan demikian kita tahu isi pikiran


Tuhan”.

Kita jadi mengerti, manusia modern terutama ilmuwan memang


manusia super sehingga berani dan mampu mengucaplan
“kemenangan manusia” atau
“kita tahu isi pikiran Tuhan”.

Emha Ainun Nadjib


19 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 188


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (52)

Iman Kepada Ilmuwan

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Tetapi kita bukan scholars. Kita tidak terpelajar secara ilmu dan
disiplin akademik. Kita tidak terdidik di Universitas apapun kecuali
Universitas Maiyah yang cair, super liberal, dan agak abstrak. Kita
hanya dikasih tahu idiomatik Qur`ani tentang “laisa kamitslihi
syai`un” dan “walam yakun lahu kufuwan ahad”.

ُ ‫یع ٱل َ ص‬ ‫س م ۡثلهۦ َ ۡ ء ࣱ◌ ۖ◌ َو ُه َو ﱠ‬
ُ ‫ٱلسم‬ ۡ
ِ ِ ِِ ِ َ ‫ل‬
“Tiada satu pun yang sama dengan Allah. Dan, Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (Surat Asy-Syura 11)

ُۢ ُ ُ
‫َول ۡم َ ن لهۥكفوا أ َحد‬
“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 189
Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Pada umumnya ayat ini diterjemahkan: “Dan tidak ada seorang


pun yang setara dengan Dia”. (Al-Ikhlas: 4)

Tentu tidak salah bahwa “ahad” dipahami sebagai


“seorang (pun)”. Tapi kita tidak puas. Kita merasa perlu
pemaknaan yang lebih luas: ya apapun, makhluk apapun, itu
semua “ahad”. Ya Malaikat ya Jin ya apa dan siapapun saja. Tidak
hanya “seseorang” tapi juga segala “sesuatu”.

Tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa bagi umumnya


masyarakat modern terutama kaum ilmuwannya yang pandai-
pandai dan canggih, pandangan kita itu, termasuk yang kita
lakukan dengan tulisan Tadabbur ini adalah perilaku “GR”,
subjektif, dan primordial.

Seperti anak kecil yang asyik berkhayal dengan boneka atau


apapun di tangannya. Bisa jadi bagi orang-orang pandai dan
cendekia, kita ini lucu. Al-Qur`an dengan Al-Fatihahnya yang kita
asyik-asyiki sendiri ini kegiatan naif, romantik, dan menggelikan.
Tidak bisa diterima sebagaimana orang menerima ungkapan-
ungkapan yang ilmiah, aktivitas rasional, terutama yang menurut
mereka bisa dipertanggungjawabkan secara akademik.

Kita tidak mengerti fisika, apalagi sampai ke


tataran dhonn tentang lubang hitam. Teori atau prasangka
pengetahuan tentang lubang hitam atau blackhole yang awalnya
dicetuskan pada abad ke-18 oleh John Michell dan Pierre-Simon
Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman
bernama Karl Schwarzschild, pada tahun 1916, dengan berdasar
pada teori relativitas umum dari Albert Einstein, dan semakin
dipopulerkan oleh Stephen William Hawking, yang dipercaya
sebagai manusia ilmuwan jenius Inggris.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 190


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Kita juga semakin bengong tatkala diasumsikan lebih lanjut bahwa


Lubang hitam terbagi menjadi 4: lubang hitam bermassa
menengah, lubang hitam primordial, lubang hitam bintang, dan
lubang hitam supermasif yang sering kali ada di pusat suatu
galaksi.

Kita tidak punya bekal apapun untuk menerima atau


menolak asumsi lubang hitam itu. Kita juga tidak punya hak untuk
menagih kepada sang Ilmuwan mana bukti-bukti materiil tentang
lubang hitam. Emang punya rekaman kamera dari gadget atau
stetoskop dia. Atau mungkin ada bukti-bukti kasat mata yang lain,
karena lubang hitam itu ranahnya memang kasat mata. Kalau itu
sebatas “hisab” pemikiran dan simulasi imajinasinya ilmuwan, kita
hanya punya peluang untuk percaya atau tidak percaya. Dan kalau
memang hanya itu peluangnya, mending sekalian saja kita
percayanya sama Allah. Sehebat-hebat ilmuwan, kita tidak
bersikap sampai mengimaninya. Kita memilih beriman kepada
Tuhan saja.

ُ َ ُ َ َُُۡ ۡ ُ
‫ون ٱ ِ َما َ ۡم ِلك ل ۡم‬ ِ ‫د‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ ‫ون‬ ‫قل أتع د‬
‫َ ّٗ ا َو َ َنف ٗعا َوٱ ُ ُه َو ﱠ‬
ُ ‫ٱلسم‬
‫يع ٱل َع ِل ُم‬
ۚ ۡ
ِ
“Katakanlah: Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah,
sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak
(pula) memberi manfaat? Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (Al-Maidah: 76)

Akan tetapi kita sangat menghormati, menjunjung, dan berterima


kasih kepada semua ilmuwan, para inovator dan inventor, yang

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 191


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

nyata-nyata sudah menyumbangkan sangat banyak hasil


ijtihadnya kepada peradaban ummat manusia.

Tetapi dengan permohonan agar kita jangan disalahkan kalau


tidak memutlakkan mereka, tidak mentuhankan dan menyembah
mereka.

Emha Ainun Nadjib


20 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 192


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (53)

“Billahirrahmanirrahim”
‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Kita hanya bisa ikut menuturkannya, dalam keisengan subjektif


dan kenaifan kanak-kanak — bahwa itu semua adalah bagian
dari al-’alamin. Bagian yang eksotik dari alam-alam atau semesta-
semesta ciptaan Tuhan.

Bukan, sekali lagi, sekadar alam atau alam semesta yang membuat
para ahli tafsir menerjemahkan “Rabbul ‘alamin” menjadi
misalnya “Tuhan semesta alam”. Karena kita awam maka kita
hanya mendengar orang kasih tahu bahwa al-‘alamin itu plural
atau jamak dari al-‘alam. Jadi Rabbul’alamin mestinya adalah
Tuhannya alam-alam atau semesta-semesta yang jumlah dan
besarnya tidak terhitung oleh hisab otak manusia, alias tak
terhingga.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 193


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tetapi justru karena itu kita sadar dan mengaku bukan ilmuwan
atau Ulama. Kita hanya manusia hidup. Kita hanya makhluk yang
dibikin ada dan hidup oleh Sang Khaliq. Kemudian dibimbing
bahwa satu-satunya yang tepat untuk kita lakukan dalam
menjalani hidup ini adalah menyembah dan menghamba kepada
Allah.

Tidak harus pinter, tapi sungguh-sungguh menyembah. Tidak


harus intelektual dan ilmiah, yang utama benar-benar
menghamba dan patuh mengabdi kepada-Nya.

Memulai segala sesuatu, meniati, melangkahkan kaki atau berbuat


apapun kita awali dengan “Bismilahirrahmanirrahim”. Narasi “bi-
ismillah” itu mungkin disyariatkan karena keterbatasan makhluk
manusia memerlukan semacam jembatan. Bahkan jembatan itu
dipermudah dengan para penerjemah Al-Qur`an
menerjemahkannya menjadi “dengan menyebut asma Allah”,
meskipun kata “menyebut” itu tidak terdapat dalam
teks Basmalah.

Bahkan mungkin ada di antara kita yang di dalam jiwanya terucap


“Billahirrahmanirrahim”. Pokoknya hidup itu ya dengan Allah.
Bersama Allah. Itu niscaya dan mutlak. Tetapi itu tidak berarti ia
boleh mengubah teks Basmalah menjadi “Billahirrahmanirrahim”.
Bahwa mekanisme penghayatan di dalam jiwanya seperti itu, tapi
teks syar’i Basmalah tetap “Bismillahirrahmanirrahim”.

Setiap manusia difadhilahi Tuhan masing-masing spesifik dan


sejatinya tidak bisa dibandingkan. Para Nabi utusan resmi Allah
saja dikasih aksentuasi berbeda, kemudian juga diqadarkan nasib
dan peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialaminya berbeda-
beda. Adam Khalifatullah, Nuh Ruhullah, Musa Kalimullah, Ismail
Dzabihullah, Muhammad Habibullah.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 194


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Bahkan di antara para Rasul yang di-ulul’azmi-kan hanya lima:


Nabi Nuh As., Nabi Ibrahim As., Nabi Musa As., Nabi Isa As., dan
Nabi Muhammad Saw. Beliau-beliau itu istimewa dan
diistimewakan karena kualitas kesabaran dan ketabahannya
melebihi yang lain-lain.

Seorang tukang becak atau kuli pasar tidak mustahil memiliki


potensi kesabaran dan ketabahan melebihi yang masyarakat
mengenalnya sebagai Ulama, tokoh intelektual atau pejabat sosial
yang setinggi apapun pangkatnya.

Ilmuwan Stephen William Hawking secara umum diketahui publik


dunia sebagai tidak mengakui adanya Tuhan hingga akhir
hayatnya. Tidak sebagaimana Einstein atau jagoan-jagoan lainnya.

Kita tidak begitu saja percaya dan menelan prasangka atau


kesimpulan umum pun semacam itu. Tidak peduli apakah Hawking
sendiri lebih sepakat kepada pendapat umum dunia ataukah
cenderung pada ketidakpercayaan kita.

Lubang Hitam yang beliau teguhkan adanya setelah sekian


ilmuwan lainnya, mungkin adalah batas pandang Hawking
terhadap Tuhan. Lubang Hitam yang berkarakter seperti asma
Allah Al-Qahir Al-Qahhar, yang mengalahkan segala sesuatu, yang
menelan dan memusnahkan segala energi dan cahaya serta
apapun saja — mungkin merupakan cakrawala atau “sidratul
muntaha”-nya Hawking karena dia tidak berkuasa untuk
bersentuhan langsung dengan Tuhan dengan ilmunya. Dan kalau
dibilang Hawking tidak percaya adanya Tuhan, bisa jadi yang ia
tolak adalah himpunan informasi dan penjelasan selama ini yang
ia dengar dan kumpulkan tentang Tuhan.

ُ ْ ‫َ ُت ْدرك ُه ا ْ َ ْ َص ُار َو ُه َو ُ ْدر ُك ا ْ َ ْ َص َ ۚار َو ُه َو اللط‬


ُ ْ ‫ف ال َخب‬
ِ ِ
“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 195
Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Dia tidak dapat dicapai oleh segala jenis penglihatan makhluk,


sedang Dia dapat mencapai semua makhluk, dan Dialah Yang
Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Al-An’am: 103)

Atau semua yang kita tuturkan itu mungkin juga tidak benar.
Bahkan sejatinya kita dan semua manusia tidak akan pernah
benar-benar bisa mengerti idiom “Sidratul Muntaha” suatu
“tempat” tatkala beliau diisra`-mi’rajkan, di mana Malaikat Jibril
tidak diperkenankan oleh Allah untuk mencapainya bersama
Rasulullah Muhammad Saw.

ۡ ً َ ۡ َ
‫َولقد َر َء ُاه ن ۡزلة أخ َر ٰى‬
ٰ َ ‫ند ِس ۡد َرة ٱل ُم َنت‬َ
‫ِع‬
ِ
“Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam
rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul
Muntaha.” (An-Najm 13-14).

Kalau Sidratul Muntaha itu berada masih dalam ruang, dan berarti
ada koordinat di mana Rasulullah bertemu dengan Allah —
bagaimana mungkin ilmu fisika kita merumuskan bahwa Allah
Yang Maha bisa mungkin diwadahi oleh suatu koordinat.

Bahkan ruang pun mustahil kita pahami, rumuskan, bahkan tak


juga bisa kita bayangkan. Kalau alam-alam semesta ini berada di
lingkup ruang, maka apakah itu berarti ruang itu punya keluasan
tertentu. Apakah ada batas tepian ruang? Kalau ada, yang di luar
batas itu apa kalau bukan ruang?

Emha Ainun Nadjib


21 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 196


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (54)

Nur Muhammad Tidak Viral

‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Bahkan orang Islam merasa lebih “gagah” mengucapkan “black


hole” dibanding “Nur Muhammad”. Apapun alasan dan latar
belakangnya. Nur Muhammad bukan hanya kalah viral, tapi
memang tidak pernah dan tidak akan pernah viral.

Dan yang berlaku sekarang adalah “Peradaban Follower”. Siapa


dan apa saja yang dianggap benar adalah yang followernya paling
banyak.

Atau coba di antara kita yang masih aktif di bangku kuliah atau di
kampus pada umumnya, mohon diajukan dua pertanyaan kepada

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 197


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Pak Dosen, Doktor, Profesor, kalau perlu kepada Pak Dekan atau
Pak Rektor.

Pertama, informasi tentang “Black Hole”, lubang hitam yang


pertema dilansir pada abad ke-18 oleh John Michell dan Pierre-
Simon Laplace. Selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman
bernama Karl Schwarzschild, pada tahun 1916, dengan berdasar
pada teori relativitas umum dari Albert Einstein. Dan kemudan
semakin dipopulerkan oleh Stephen William Hawking, ilmuwan
jenius Inggris yang meninggal pada tahun 2018 silam.

Kedua, informasi tentang “Nur Muhammad” yang diriwayatkan


oleh Abdurrazzaq runut naik hingga ke Jabir bin Abdullah Al-
Anshari yang hidup di masa Rasulullah Muhammad Saw.

Kalau menurut kaidah ilmu modern, secara metodologis


akademis, di antara dua klaim itu yang mana yang lebih valid atau
lebih “sahih dan mutawattir”. Kemudian pada secara personal
ataupun kolektif, mereka lebih cenderung mempercayai dan
menikmati black hole ataukah Nur Muhammad. Di kalangan
mainstream para aktivis ilmu atau di kalangan Ummat Islam atau
masyarakat umum, yang lebih viral black hole ataukah Nur
Muhammad.

Mungkin tidak persis, tapi kelihatannya Black hole diterima umum


sebagai lebih “gagah dan bergengsi” dibanding Nur Muhammad.
Orang lebih bangga kalau diketahui ia tahu black hole dibanding
kalau ia tahu Nur Muhammad.

Apalagi selama berlangsung liberalisme media komunikasi virtual


yang praktiknya justru sangat ortodoks, penuh budaya kelompok
dan sangat primordialitas modern — sudah hampir tidak ada lagi
tradisi verifikasi, perunutan referensi atau penyelaman kualitas.
Publik dunia maya sudah terbiasa dan merasa lega sekaligus

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 198


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

merasa benar dengan kebiasaan “asal pukul”, “menghakimi tanpa


pertimbangan” serta tidak peduli pada kebenaran sejati atau
kualitas suatu informasi.

Bukannya “patuh” atau menyesuaikan diri kepada yang viral dan


populer, Maiyah malah bikin “Shalawatun Nur”. Shalawat kepada
bukan hanya Muhammad bin Abdullah atau Muhammad
Nabiyyullah dan Rasulullah. Malah ngaluk-aluk sangat bergeser
amat jauh ke Nur Muhammad nun di antah berantah entah di
mana.

Kita manusia-manusia Maiyah semakin lama semakin merasa


seperti Aliens, seperti makhluk dari Planet lain atau mungkin
bagian dari bangsa Jin, yang semakin tidak dipahami oleh banyak
orang di sekitar kita, semakin terasing dan bergerak semakin
menjauh dari peradaban mainstream yang sedang berlangsung di
muka bumi pada kehidupan jenis-jenis manusia yang mungkin
melihat kita seperti Dinosaurus. Maiyah malah bikin
“Tawashshulan” yang mengubah tradisi “Ila hadhratin Nabi”
menjadi “Ilallah linnabi”, yang di antara muatannya ada salam
kepada 31 Malaikat, ada shalawat kepada Nur Muhammad
dengan mengutip sumber sanad Jabir kemudian Abi Hurairah:

َ ْ َ ْ َ َ ‫َ َْ ْ َ َ َُْ ﱠﱠ‬
ِ ‫اق ِ َسن ِده عن ج ِابر بن ع ْ ِد ا‬ ِ ‫و َقد اخ ج ع د الر‬
‫ز‬
ْ ‫ت َ ا َر ُس ْو َل ا ِ أ‬ ُ ُ َ
َ ‫اﻷ ْنصار ﱢي َر َ ا ُ َع ْن ُه َما ق‬
ِِ ‫ل‬‫}ق‬ : ‫ال‬
َْ َ ُ َ َ َ ْ
‫وا ّ ْ اخ ِ ْ ِ ْ َع ْن ا ﱠو ِل ْ ٍء خلقه ا ُ ق ْ َل اﻷش َ ْاء‬
‫ﱠ‬ َ ُ َ ‫ َ َ ُ ﱠ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ ﱢ‬:َ َ
‫قال ا ج ِابر ِإن ا خلق ق ل اﻷش ِاء نور ن ِ ك محم ٍد‬
ُ
‫َص ا ُ َعل ْ ِه َو َسل َم ِم ْن ن ْور ْه‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 199


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

َ ‫ َق‬:‫ال‬
:‫ال‬ َ ‫َو َق ْد َو َر َد م ْن َحد ْ ث أ ْ ُه َ ْ َر َة َر َ ا ُ َع ْن ُه ا ﱠنه َق‬
ِ ِ ِ
َ ْ ‫الن ﱢي‬‫ ْ ُ ﱠ َ ﱠ‬: ْ َ َ ْ َِ ُ َ ُ ‫َر ُس ْو‬
ِ ِ ‫ل‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ك‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬ ِ ‫ل‬‫ع‬ ‫ا‬ ‫ص‬ ِ ‫ا‬ ‫ل‬
ُ َ
‫آخ َره ْم ِ ال َ ْع ِث‬
ِ ‫الخل ِق َو‬
ْ َْ ََ َْ
‫َوقد َ لغنا ِ ْ اﻷ َح ِاد ْ ِث ال َمش ُه ْو َرة‬
ْ ‫ﱡ‬ ُ َ ُْ ُْ‫ﱠ ﱠ َ َ ْ َ َ ُ ُ ُ َ ﱡ‬
‫الص ْو َرة‬ ‫هذ ِه‬ِ ْ
ِ ‫أ َن اول َ ٍء خلقه ا هو النور المود‬
‫ع‬
َ ْ ُ
‫فن ْو ُر هذا ال َح ِب ْ ِب ا ﱠو ُل َمخل ْو ٍق َب َرز ِ ال َعال ْم‬
Itu bagian dari ikhtiar forum-forum Maiyah puluhan tahun
untuk nawaitu semacam belajar dan mempelajari pola perilaku
Allah. Tidak berarti kita sanggup mencapai isi pikiran, kemauan
dan instruksi Allah, melainkan sejauh dalam batas pengetahuan
dan kesadaran kita sebagai manusia. Mengacu pada sifat-sifat-
Nya, asma-asma-Nya, adegan-adegan yang Allah kisahkan,
mentadabburi segala bentuk informasi dari Allah. Kita tidak
menolak atau sinis kepada black hole, tapi Nur Muhammad jauh
lebih mendasar secara hakiki penciptaan serta lebih dini jika kita
anggap waktu itu berlangsung linier.

Bahkan kita meneriakkan keras bersama-sama jamaah


selapangan:

ُ َ ُ َ َُ َ َ َ ‫ﱠ‬
‫ول لهۥكن ف َ ون‬ ‫ِإن َما أ ۡم ُر ُه ٓۥ ِإذا أ َراد ش ۡي ا أن ق‬
“Sungguh niscaya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Ia
bersabda kepadanya: Jadilah!, maka terjadi dan menjadilah
ia.” (Ya Sin: 82)

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 200


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Kun!”, sabda-Nya, maka menjadi dan terjadilah Nur Muhammad,


lubang hitam, galaksi-galaksi, tata-tata triliunan matahari, sampai
cacing, debu dan uget-uget.

Emha Ainun Nadjib


22 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 201


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (55)

Afala Hawking Ya’qilun

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ
‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذي َن أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Jangan dibilang tidak. Kita wallahi sangat mengapresiasi ikhitar


ilmu dan ijtihad kreatif para Ilmuwan, termasuk Hawking yang di
bukunya “The Grand Design” yang diterbitkan pada 2010,
mengklaim bahwa tidak perlu kekuatan ilahi yang bisa
menjelaskan terciptanya semesta.

ُ ُ َ َ َ
‫ش ۡه ُر َر َمضان ٱل ِذ ٓي أنز َل ِف ِه ٱلق ۡر َءان‬
ۚ َ ُ َ َ ‫ﱠ‬ ٗ ُ
‫هدى للناس َو َ ﱢ ن ٰ ٖت ﱢم َن ٱل ُهد ٰى َوٱلف ۡرق ِان‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 202


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an


sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda.” (Al-Baqarah: 185)

Selama “Sinau Bareng” di puluhan tahun Maiyah kita


mempersaksikan, mengalami, dan meyakini bahwa dalam
kehidupan ini jauh lebih banyak yang tidak kita ketahui dibanding
yang kita ketahui. Sudah ribuan kali kita teliti, hayati, dan simulasi.
Dan kita cenderung setuju pada firman Allah:
ٗ َ ‫ﱠ‬ ُ
‫وت تم ﱢم َن ٱل ِعل ِم ِإ ق ِل‬ َ َ
ِ ‫وم أ‬
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (Al-
Israa: 85)

Maka kita kagum kepada Stephen Hawking yang pencapaian


proses eksplorasi ilmunya membuat beliau berani menyatakan:
“Tidak perlu kekuatan ilahi yang bisa menjelaskan terciptanya
semesta”.

Jangan-jangan Stephen Hawking itu IQ-nya lebih tinggi dan lebih


jenius dibanding karramallahu wajhah Sayidina Ali bin Abi Thalib.
Bahkan siapa tahu beliau lebih memperoleh dari
Allah fathonah dan karamah bahkan
mungkin wahyu melebihi habibullah Muhammad Saw.

Kita pasti tidak tahu itu. Kita pasti tidak berani memastikan.
Apalagi kaum Maiyah itu umumnya hanya wong cilik, karyawan
atau satpam, tukang ojek, kuli pasar, pelajar mahasiswa yang
kurang pandai, atau pokoknya awam-awam biasa.

Kita hanya anak-anak kecil yang uneducated. Kita bukan siapapun


di tengah ummat manusia yang semakin pandai dan canggih di

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 203


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

permukaan bumi ini. Juga bukan bagian penting dari Kaum


Muslimin yang segala pengetahuannya mengacu pada Para
Ulama, Kiai dan Ustadz, dengan kecanggihan ilmunya serta sangat
luas pengetahuannya.

Sehingga apapun yang kita ucapkan di sini, tidak akan ada yang
mempercayainya, bahkan tidak akan ada yang merasa perlu untuk
membacanya atau mendengarkannya. Karena kita tidak
punya legacy atau ekspertasi di bidang Ilmu maupun Agama.

Jadi tulisan seri Tadabbur ini hanyalah obrolan internal di


komunitas kecil atau Simpul-simpul “Shiddiqin al-Maiyah”.
Kelompok orang-orang kecil, awam, dan rendahan, yang bodoh,
yang tidak akan pernah dicatat pernah bermanfaat apa dalam
kehidupan di bumi abad milenial dahsyat ini, meskipun kita selalu
bersungguh-sungguh menjalani hidup.

Tapi pasti kita tidak punya keberanian untuk berpretensi apapun.


Apalagi di hadapan para ilmuwan itu juga pejuang ilmu yang
bersungguh-sungguh. Maka mustahil juga bagi kita untuk
sebagaimana Stephen Hawking yang dengan gagah berani
mengemukakan bahwa “Tidak perlu meminta Tuhan untuk
mengatur bagaimana alam semesta bekerja”.

Memang seluruh alam-alam semesta ini hingga diri kita, bahkan


sampai adanya cacing-cacing hingga bakteri-bakteri terkecil,
semua sampai yang mikro dan nano — tidak siapapun pernah
meminta kepada Tuhan untuk menciptakannya. Salah satu
sebabnya adalah: kalau mereka tidak ada atau belum ada atau
belum diadakan alias belum diciptakan, bagaimana mungkin
mereka meminta.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 204


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Bahkan wawancara Allah dengan setiap Janin di Tadabbur


sebelum ini, tidak mungkin berlangsung kalau Janin tidak terlebih
dulu diciptakan.

Maka dengan kesungguhan pula Hawking bertekad sampai akhir


hayatnya: “Jika kita menemukan teori yang lengkap, itu akan jadi
kemenangan tertinggi manusia karena dengan demikian kita tahu
isi pikiran Tuhan,” tulisnya seperti dilansir oleh koran The
Telegraph Inggris.

Kita bersangka baik, husnudhdhan, bahwa pernyataan Hawking


“tidak perlu kekuatan ilahi yang bisa menjelaskan terciptanya
semesta” itu pada mata pandang kita adalah Stephen William
Hawking sedang menerapkan tantangan Tuhan: “Afala ta’qilun”,
“Afala tatafakkarun”, “Afala tatadzakkarun”.

Emha Ainun Nadjib


23 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 205


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur (56)

Arah Yang Tepat ke Allah

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Kunci-kunci informasi atau substansi firman Al-Fatihah sudah


menjadi idiom budaya sehari-hari Kaum Muslimin Indonesia. Di
mana-mana kita mendengar banyak orang mengucapkan
“shirathal mustaqim”.

Mungkin tidak banyak yang cukup teliti ketika mengucapkan atau


mendengarkannya. Penggalan “thal”, secara ilmu Bahasa Arab,
disebabkan ada kata “ihdina” sebelumnya. Andaikan ia berdiri
sendiri ia berbunyi “thul”.

Juga tidak banyak diperhatikan oleh para pemakainya bahwa


sebenarnya ada tiga kemungkinan kata atau idiom:. Pertama, “as-

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 206


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

shirathul mustaqim”, yang “thul”-nya menjadi “thal” kalau


didahului oleh kata kerja “ihdina”.

Kedua, “shirathun mustaqimun”, atau disingkat “shirath


mustaqim”. Dia bermakna dan berposisi umum di dalam
kalimatnya. Yang tertera di Al-Fatihah adalah bermakna khusus
atau spesifik: “as-shirathul mustaqimu”. Awalan “Al” dalam tata
Bahasa Arab semacam “the” yang pada posisi lain dipakai “a”.
Yang di Al-Fatihah itu “the shirath al-mustaqim”.

Secara umum Ummat Islam dan kita semua sudah terbiasa


mengucapkan “shirathal mustaqim”. Kita ambil yang termudah
dengan menirukan bunyi tatkala ayatnya diucapkan “Ihdinas-
shirathal mustaqim”. Dan itu tidak masalah, sebab yang kita
ucapkan itu bukan “kata” melainkan “idiom”. Memang
demikianlah habitat budaya komunikasi manusia. Dalam sangat
banyak hal pandangan kita “blawur”.

Posisi idiomatiknya, kalau “shirathal mustaqim” atau kalau


spesifik menjadi “as-shirath al-mustaqim”, menunjukkan
komposisi pensifatan. “Shirath”-nya bersifat “mustaqim”. Tapi
kalau “shirathal mustaqim” itu berposisi “idhafah”. Atau lazim
diistilahkan “mudhaf wa mudhaf ilaih”. sesuatu yang dimiliki.
“ghanamu ‘Ali”, dalam Bahasa Indonesia dulu sebelum KBBI
berarti “kambingnya Ali”, sebagaimana yang berlaku dalam
Bahasa Jawa. Sekarang “kambing Ali”, “mahkota Raja”,
“singgasana Pak Sukarwi”, “peci Kiai Hilmy”. Meskipun pola ini
kadang membingungkan, sehingga seringkali dalam berbahasa
Indonesia tetap kita pakai “nya”.

Adapun pada sisi arti atau maknanya, “as-shirathal mustaqim” di


kalimat “ihdinash-shirathal mustaqim” biasa diartikan dengan
luasan ruang pemaknaan yang tidak tunggal. Yang paling umum
diartikan “jalan yang lurus”, Ini idiom komunikasi budaya. Orang

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 207


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

bisa bingung, tidak ada jalan yang benar-benar lurus. Bahkan jalan
tol pun ada bengkok-bengkoknya meskipun sedikit. Maka perlu
asosiasi konteks dan nuansa, tidak bisa berhenti pada kognisi-
materiil.

Kemungkinan arti yang lain misalnya “jalan yang menegakkan”.


Maksudnya jalan itu sendiri berfungsi menegakkan hidup manusia.
Manusia yang menempuh jalan itu menjadi tegak hidupnya.
Jangan lantas di-wantah-kan lagi: “Mana ada hidup tegak terus,
pasti ada membungkuk-membungkuknya, bahkan ambruk
segala”.

Atau kalau pakai “mudhaf wa mudhaf ilaih”, bisa berarti “jalannya


orang yang menegakkan”. Maksudnya menegakkan nilai-nilai
Allah. Jadi yang lurus atau tegak bukan hanya “shirath”nya, tapi
terutama “mustaqim”nya.

Maka secara keutuhan maksud, kita memahami “as-shirath al-


mustaqim” bukan “jalan yang lurus”, melainkan “arah yang
tepat” ke Allah.

Di dalam ragam ayat-ayat Al-Qur`an “almustaqim” banyak


diparalelkan atau diasosiasi-maknakan dengan kosakata
“almuqawwim” atau “alqaim” atau “alqawwam” yang jamaknya
“qawwamun”.
ۖ َ ُ َ ُ ُ َ ‫َ ٰٓ أ ﱡي َها ٱلذ‬
‫ين َء َامنوا كونوا ق ﱠ ٰو ِم َ ِ ِ ش َ ۚهد َآء ِ ٱل ِق ۡس ِط‬
ۡ َ ‫َ َ َ ۡ ِ َ ﱠ ۡ َ َ ُ َ ۡ َ ٰٓ ﱠ‬
‫و جرمن م شن ان قو ٍم ع أ تع ِدلوا‬
َۚ ُ‫ﱠۡ ۖ ﱠ‬ ۡ ُ ۡ
‫ٱع ِدلوا ه َو أق َر ُب ِللتق َو ٰى َوٱتقوا ٱ‬
َ َ َ ‫ﱠ‬
‫ِإن ٱ َ خ ِب ُ ۢ ِ َما ت ۡع َملون‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 208


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang


yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Al-Maidah: 8)

Sengaja kita kutipkan ayat tentang penegakan kebenaran yang


beraksentuasi pada keadilan dan kebencian, supaya tinggi kadar
asosiasinya dengan aktualitas hidup ummat manusia sekarang ini.

Ayat itu dan ayat apapun bisa merangkum atau minimal terkait
dengan beribu-ribu tema atau subtema apapun lainnya. “As-
shirath al-mustaqim” adalah presisi arah yang menjadi pedoman
setiap buah pikiran manusia, setiap keputusan perilaku manusia,
setiap tindakan individu, gerakan sosial, manajemen
pemerintahan, langkah peradaban dan apa saja dalam kehidupan
ummat manusia. Demikianlah “Presisi arah ke Allah”
mengejawantah ke “Qawwamuna Lillah”.

Tadabbur nomor ini menseyogyakan agar kita semua senantiasa


mengaktivasikan “roso” dan pikiran, atau hati nurani dan akal
sehat di dalam melihat dan menilai diri sendiri maupun segala
sesuatu dalam kehidupan sehari-hari, dalam urusan
kemasyarakatan, Negara dan dunia seluruhnya.

Agar kita selalu merasakan dengan alat ruhaniyah terdalam


apakah perkataan kita, sikap, dan perilaku kita “mengarah lurus ke
Allah atau tidak. Agar kita siap selalu ber-shadaqah mengurangi
pertengkaran, meminimalisasi pertentangan dan peperangan.

Emha Ainun Nadjib


24 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 209


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (57)

Ibu Qur`an dan Ibu Kita

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Pada tahun-tahun pertama forum rakyat Padhangmbulan, (1992


ke atas), di samping banyak teman-teman dari Jakarta dan kota-
kota lain yang hadir, misalnya H. Rhoma Irama, Prabowo Subianto,
sejumlah aktivis pergerakan, dll., suatu hari datang rombongan
Ibu-Ibu pengajian dari Jakarta.

Tentu yang menjadi tujuan dan fokus kehadiran mereka adalah


Ibu Chalimah, yang ke-15 putra-putrinya merupakan tuan rumah
forum itu setiap malam purnama (tanggal 14 malam) Bulan
Hijriyah. Sebagaimana tamu jauh tokoh gerakan keswadayaaan
masyarakat Pak Peter van Lellieveld dari Utrecht Negeri Belanda,
Ibu-ibu Jakarta itu “ngefans” kepada Ibu kami.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 210


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Sebelumnya Pak Lellieveld maupun Ibu-ibu Jakarta itu mengenal


dan memperhatikan sepak terjang saya. Bu Chalimah sendiri
adalah “Ibunya semua orang yang mengenalnya”. Di desa kami
dan jaringan yang bersentuhan dengan kami, semua memanggil
beliau “Ibuk” (Ibu). Dari anak-anak sampai orang-orang tua, kakek
nenek semua memanggilnya Ibu.

Itu adalah ekspresi hati dan pengejawantahan kultural dari peran


dan integritas Bu Chalimah di masyarakat. Maka kalau kita tahu
bahwa Al-Fatihah adalah Ummul Kitab atau Ibunya Al-Qur’an,
setidaknya selama masa kanak-kanak saya mengalami “roso”-nya
pada hubungan antara Ibu dengan masyarakat.

Setelah berjumpa dan omong-omong dengan Ibu kami akhirnya


mereka merasa menemukan apa yang mereka cari. Yakni bahwa
sejak saya berusia balita, atas nasehat kakek kami “Malaikat
Sumobito” KH Abdul Lathif. Ibu Chalimah setiap hari membacakan
Al-Fatihah 1000 (seribu) kali sehari.

Mungkin hidup saya akan dipenuhi problem. Bahkan mungkin


adanya saya ini sendiri adalah problem bagi keluarga atau
masyarakat luas. Di kalangan pejalan Islam tradisional,
mengalfatihahi seseorang yang ditimpa suatu masalah adalah
puncak permohonan kepada Allah untuk diharapkan
menganugerahkan “makhraj” atau solusi.

Ada ratusan bahkan ribuan wirid atau dzikir dalam khasanah


Islam, yang biasanya diijazahkan Kiai kepada santrinya. Wirid-wirid
secara budaya disebut “amalan” itu bermacam-macam jenisnya.
Konteksnya, relevensinya atau kompatibilltasnya. Tema problem
tertentu diamali dengan wirid tertentu. Masalah yang berbeda-
beda meniscayakan dzikir yang berbeda. Dan jumlahnya ada
ribuan. Baik yang dikutip langsung dari firman-firman Allah di Al-

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 211


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Qur’an, tradisi dari para Nabi, atau ijazah dari Ulama-ulama


tertentu.

Kalau dari ragam teks wirid dan dzikir itu, bisa diidentifikasi ada
yang datar-datar saja, berkaitan dengan persoalan-persoalan
umum dan awam yang lumrah-lumrah saja. Ada yang bobotnya
berat. Ada yang kualitasnya “nggegirisi”. Bahkan ada yang
terasosiasikan sebagai semacam peluru atau rudal yang dahsyat,
yang bahkan logis untuk sampai berakibat sakit keras atau
kematian.

Bahkan wirid dan dzikir itu di sebagian kalangan diadopsi menjadi


bagian dari mantra, japa-japi, atau narasi mateg aji, sedemikian
rupa sehingga bisa sampai menyentuh wilayah santet, tenung
atau sihir. Di masa kanak-kanak saya tidak jarang menyaksikan
perang sihir atau balas-membalas santet tenung samacam itu.
Bahkan sampai kadar dan peristiwa yang seram, dahsyat dan
mengerikan.

Tetapi di tulisan ini saya sengaja tidak menyentuh bagaimana


posisi hukumnya secara fiqih atau syariat Islam. Sebab tema itu
memerlukan pendataan dan analisis syar’i yang tidak sederhana,
sehingga lebih wajar kalau menjadi tulisan tersendiri.

Tulisan Tadabbur ini sekedar mengingatkan bahwa sangat banyak


paket wirid dan wacana dzikir itu semua hanyalah anak-anaknya
Al-Fatihah. Al-Fatihah adalah Ibunya. Induknya. Biangnya.
Sumber quwwah dan hikmah-nya. Secara kognitif Al-Fatihah
seperti tidak terkait dengan tema-tema atau masalah-masalah
yang disikapi dengan wirid dan dzikir.

Kalau dalam mata pandang tafsir lughawiyah atau teknis tematik,


memang Al-Fatihah sangat umum dan universal. Tetapi justru
karena itu Al-Fatihah adalah “supra-multiverse” yang tak ada

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 212


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

dinding batasnya. Maka kalau Ibu Chalimah mewiridkan Al-Fatihah


1000 kali setiap hari, tidak sukar dipahami bahwa apa saja urusan
kehidupan anaknya, selalu terkandung dan relevan dengan Al-
Fatihah.
ۚ ُ ۡ َ َ َ َ ُ َۡ َ ُۚ ۡ َ ُ ۡ َ
ِ ‫و ِ ِ ٱل َم ق وٱل َمغرب فأين َما تولوا فث ﱠم وجه ٱ‬
‫ﱠ‬
‫م‬ٞ ‫ِإن ٱ َ َ ٰو ِس ٌع َع ِل‬
“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun
kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:
115)

ۡ َۡ َ ُ ‫َو ُه َو ٱ‬
‫ٱلس َم ٰ َ ٰو ِت و ِ ٱﻷرض‬
‫ﱠ‬
َ ُ َ َ ُ ۡ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ِۡ ‫َ ۡ ُ ﱠ‬
‫علم ِ م وجهر م و علم ما ت ِسبون‬
“Dan Dialah Allah, yang disembah di langit maupun di bumi. Dia
mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu
lahirkan dan mengetahui pula apa yang kamu usahakan.” (Al-
An’am: 3)
ُۗ ُ
‫ن‬ ‫ل‬ ۡ ‫َرﱠ َنـ إ ﱠن َك َت ۡعل ُم َما ُن ۡخ َو َما ن‬
‫ع‬
َ ‫ﱠ‬ ََ ۡ َۡ ِ ۡ َ ِ َ َ ۡ َِ َ َ
‫وما خ ع ٱ ِ ِمن ٖء ِ ٱﻷرض و ِ ٱلسم ِء‬ ٰ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang
kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada
sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi
maupun yang ada di langit.” (Ibrahim: 38)

Hubungan antara firman-firman ini dengan keluasan kandungan


Al-Fatihah tidak memerlukan penjelasan apapun, sepanjang kita

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 213


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

mengaktivasi akal pikiran dan perasaan batin. Maka fungsi dan


efektivitas 1000 (seribu) Al-Fatihah setiap hari yang diwiridkan
oleh Bu Chalimah juga tidak memerlukan pen-dunung-an atau
analisis yang muluk-muluk untuk menemukan manfaat dan
hikmahnya atas kehidupan anak beliau.

Secara tidak disengaja putra Bu Chalimah yang dibesarkan oleh


wirid 1000 Al-Fatihah setiap hari itu pada berbagai macam suka
duka bahagia derita mudah susah keadaan hidupnya, ia juga
memuncaki istighatsah kepada Allah pun dengan tradisi budaya
firman Al-Fatihah.

Emha Ainun Nadjib


25 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 214


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (58)

Al-Fatihah dan Prasmanan Qur`an


‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Kalau dalam forum-forum, kumpulan-kumpulan pengajian atau


kesempatan-kesempatan di mana kita bersama-sama, Pak Kiai
yang memimpin doa, biasanya memimpin permohonan kepada
Allah doa yang ditirukan dari ajaran Kanjeng Nabi Rasulullah
Muhammad Saw.:

َ ‫ﷲ َر ﱢب‬ َ َ ُ ْ َ ُ ‫َ َ ﱠ‬
‫الع ْرش‬ ِ ‫ س ْ حان‬، ‫ِإله ِإ ﷲ الح ِل ْ ُم ال ُم‬
َ َ ُْ َ ْ َ ْ َ ‫َ ﱢ‬ ُ ْ َ
‫ات َر ْح َم ِتك‬ ِ َ ‫ أسألك م َو ِج‬، ‫الع ِظ م الحمد ِ ِ رب الع َال ِم‬
ْ َ
َ َ َ َ ْ َ َ ََ َ
‫الس َمة ِم ْن ﱢل‬ ‫و ﱠ‬،َ ‫الغن ْ َمة م ْن ﱢل ب ﱟر‬
ِ ِ ‫ و‬، ‫وعز ِائم مغ ِفرتك‬
ُ َ ْ ‫ْ َ ََ ْ ِ َْ ﱠ َ َ َْ ُ ََ َ ِ ﱠ َﱠ‬
‫ و هما ِإ فرجته‬، ‫ِإث ٍم تدع ِ ذن ا ِإ غفرته‬
َ ْ ‫الراحم‬ َ َ ْ َ ََْ َ َ ‫ﱠ‬ َ ً َ َ ََ
ِ ِ ‫و حاجة ِ َ لك رضا ِإ قض تها ا أرحم ﱠ‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 215


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Rasulullah Saw. datang pada kami dan berkata, siapa saja yang
sedang dalam kesulitan atau ada permohonan untuk Allah Swt.
hendaklah dia wudhu dan shalat dua rakaat lalu berdoa: “Tidak
ada yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Penyayang
lagi Maha Pemurah. Maha Suci Allah, Tuhan Arsy yang Perkasa.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Ya Allah, aku
memohon kepada-Mu sarana rahmat dan ampunan-Mu, manfaat
setiap amal kebaikan dan keselamatan dari segala dosa. Aku
memohon kepada-Mu untuk tidak meninggalkan dosaku
melainkan Engkau mengampuninya, atau kesusahan apa pun
tetapi Engkau menghilangkannya, atau segala kebutuhan yang
menyenangkan-Mu tetapi Engkau memenuhinya”.

Lalu kata beliau: “Mintalah apa yang diinginkan di dunia ini dan
akhirat nanti.” (HR Ibnu Majah).

Itulah salah satu “anak” yang berasal dari “rahim” Al-Fatihah, yang
mindset utamanya adalah “Bismillahirrahmanirrahim” dengan
hikmah Ar-Rahman dan Ar-Rahim.

Kalau seluruh muatan hikmah Al-Qur`an dikandung oleh Al-


Fatihah, maka kita berpikir bahwa semua asma Allah (berapapun,
99 atau lebih) juga terkandung di rahim Rahman Rahim.

Di setiap ujung ayat Allah biasanya disebut dua asma-Nya Sami’un


‘Alim, ‘Azizun Hakim, Halimul Karim dan sangat banyak lagi, atau
jenis aksentuasi Arhamur Rahimin — semua itu “diperanakkan”
oleh keagungan Al-Fatihah. Agung itu rasanya semacam bulatan
tak terhingga. Sebenarnya salah juga disebut bulatan, karena
bulatan ada sisinya atau batas luarnya. Untung ini bulatan tak
terhingga. Agung itu ya jauh, ya luas, ya tinggi, ya mendalam. Atau
apapun dan bagaimanapun aspirasi serta imajinasi kita untuk
menghayatinya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 216


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Sebagaimana tatkala kita berruku’ dalam setiap shalat dan


mengucapkan:
َ
‫ُس ْ َحان َر ﱢ َ ال َع ِظ ِم َو ِ َح ْم ِد ِه‬
Kemudian bersujud dan mengucapkan:

ْ َ َ ْ َْ َ‫ُ ْ َ َ َ ﱢ‬
‫س حان ر اﻷع و ِحم ِد ِه‬
Pasti ada presisi makna yang terukur padanya. Tapi manusia
hanya bisa menggapai-gapai sebatas keterbatasannya yang
dijatahkan oleh Allah Swt. Dan untuk macam-macam perbedaan
atas penggapaian makna itu manusia tidak bisa saling
menyalahkan atau merasa mengungguli. Mungkin karena latar
belakang itulah maka posisi kita mengucapkan dua narasi
kesadaran itu adalah ruku’ dan sujud. Bukan ketika sedang berdiri
tegak sesudah Takbiratul Ihram.

Dan kita belajar bahwa itu bukan sekadar proporsionalitas gerak


shalat. Itu adalah sikap hidup. Sikap kebudayaan. Sikap
peradaban. Sikap politik dan manajemen penempuhan hidup ini.

Dalam hidup ini kita berurusan dengan nilai-nilai kebenaran,


kebaikan, keindahan, kebijaksanaan, kesucian dan apa saja. Kita
berurusan dengan semua sisi, bidang, sudut dan jarak. Dengan
materi, non-materi, immateri, fisika, metafisika, angka, infinitas,
kesempitan, keluasan, hingga tinggi tak terhingga, luas tak terkira,
dalam tak terukur.

Apa saja, siapa saja, di mana saja, kenapa saja, bagaimana saja,
kapan saja atau tidak ada apa siapa kenapa bagaimananya serta
tidak ada kapannya, awal dan akhirnya. Termasuk yang kasat
mata, kasat telinga, yang maya, yang batin, yang rohani, yang

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 217


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

tidak batin apalagi lahir (dhahir). Juga segala probabilitas,


fenomena, kemungkinan yang di luar kemungkin, luar dalam serta
yang bukan atau tidak luar dalam.

Itu semua adalah kandungan rahim Al-Fatihah. Multiverse, al-


‘alamin yang tidak hanya dalam pengertian materiil atau
jasadiyah. Sebagaimana kita selalu keliru kalau membayangkan
surga. Apakah surga itu rohaniah saja atau juga jasmaniyah.
Seluruh alat pemahaman, tools of achieving everything apalagi
yang bukan anything, tidak mampu mencakup surga. Bahkan tidak
sampai untuk membayangkannya. Bahkan tidak ada bayangan
yang bisa menolong kita membayangkan surga.

Kita hanya bisa bersangka baik, lila legawa oleh informasi Allah.
Kita hanya bisa percaya pokoknya an’amta alaihim.

Al-Qur`an itu prasmanan komplet untuk menyusu keselamatan


dan kesejahteraan kita dunia akhirat. Alfatihah itu mengandung
sumber persusuan itu. Dengan bismillahirrahmanirrahim kita
mateg aji menempuh as-shirath al-mustaqim.

Mungkin ar-Rahman ar-Rahim adalah genetika asal-usul semua


itu. Di Rahim Ibu Qur`an yakni Al-Fatihah itu terdapat susunan
genetika asal-usul seluruh kehidupan ini, termasuk Gen-nya, DNA-
nya, RNA-nya, chromosomnya atau apapun yang semua ummat
manusia akan awam abadi sampai kiamat nanti. Bukan berarti
memang dan pasti demikian, tapi kita hanya punya kata-kata
seperti itu untuk mencoba memahaminya.

Emha Ainun Nadjib


26 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 218


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (59)

Maha Pengasuh Jagat Majemuk


‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Ruang dan waktu, materi, energi, syariat fisika beserta konstanta


yang menggambarkannya, tidak hanya ada dan berlangsung di
“kampung halaman” kita semesta yang kita huni ini. Melainkan ia
bersama secara mejemuk (“dihimpun” oleh Penciptanya) dengan
semesta-semesta yang lain, yang sebagian ilmuwan menduga itu
berposisi paralel satu sama lain. Alam-alam atau semesta-semesta
lain yang bermacam-macam di dalam multisemesta disebut “alam
semesta paralel”, “alam semesta lain”, atau “alam semesta
alternatif (altversum)”.

Maka orang Muslim mentradisikan kesadaran (dzikir) dan ucapan


“Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin”. Sejak kecil orangtua kita tidak
mengajari ucapan “Alhamdulillahi Rabbil ‘alam”, melainkan
“’alamin”. Bahwa hampir semua orang termasuk Kaum Muslimin

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 219


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

tatkala mengucapkan itu hanya mengasosiasikan “satu alam


semesta”, tentu karena kita kurang terdidik untuk waspada pada
kelengkapan atau kepenuhan.

ُ َ ٗ ُ َ ۡ َ
‫ين َ ذك ُرون ٱ َ ِق َ ٰ ٗما َوق ُعودا َ َوع ٰ ُجن ِ ـ ِه ۡم‬ ‫ٱل ِذ‬
ۡ َ َ
‫َو َ َتف ُرون خلق ﱠ‬ َ
‫ٱلس َم ٰ َ ٰو ِت َوٱﻷ ۡرض‬
‫َ ﱠ َ َ َ ۡ ِ َ َ ٰ َِ َ ٰ ٗ ُ ۡ َ ٰ َ َ َ َ َ َ َ ﱠ‬
‫ر نا ما خلقت ه ذا ِط س ح نك ف ِقنا عذاب ٱلنار‬
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan
kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali-Imran:
191)

Firman itu diakhiri dengan “peliharalah kami dari api neraka”


sudah pasti memaknakan bahwa ingatan dan pengetahuan kita
mengenai alam-alam semesta itu harus kita selenggarakan sehati-
hati mungkin, seteliti dan sewaspada mungkin, bahkan mungkin
serendah hati atau se“tawadldlu’” mungkin. Karena ternyata
proses itu berkaitan dengan pehitungan atau hisab Tuhan yang
potensial mengangkut kita ke surga ataupun neraka. Kalau pakai
idiom Al-Fatihah, proses dan output penghayatan ilmu
pengetahuan kita atas alam-alam semesta itu bisa menjebak kita
menjadi “almaghdlubi ‘alaihim” atau bahkan terjerembab
menjadi “ad-dhollin”.

Kita tidak mempermasalahkan dan tidak kaget oleh kenyataan


bahwa di bangku-bangku kuilah, di kurikulum Sekolah dan
Universitas, pembelajaran tentang astronomi, fisika, biologi,
botani, zoologi serta mata kuliah apapun, termasuk pertanian,
kehutanan dan kelautan, yang terkait dengan keajaiban

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 220


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

terciptanya alam-alam semesta — hampir tidak pernah


direlevansikan dengan tema penciptaan oleh Tuhan. Tidak
ditumbuhkan ingatan bahwa lautan ada yang bikin, rembulan
bumi matahari ada yang mendesain, bahwa galaksi-galaksi yang
luas dan besarnya di luar jangkauan pengetahuan manusia ada
yang memproduksi.

Kita tidak akan menuliskan bahwa fakta dunia kependidikan itu


adalah perilaku “kufur”. Mungkin dunia Pendidikan di dunia ini
hanya belum ingat, meskipun tidak bisa dihitung kapan akan
pernah ingat. Kita tidak akan menuding itu kelalaian. Kita tidak
akan mempersoalkannya untuk menemukan belahan-belahan dan
golongan-golongan. Kita bahkan tidak akan mengideologikannya,
mempolitisirnya atau meladeni hal-hal lain yang memperparah
perilaku kedengkian di antara kelompok-kelompok ummat
manusia.

َ ‫ۡ َ ﱠ‬ َ ۡ َ َۡ َ ‫إ ﱠن َخلق ﱠ‬
‫ٱلس َم ٰ َ ٰو ِت وٱﻷرض وٱخ ِتل ِف ٱل ِل وٱلنهار‬
ٰ ۡ
َ ۡ ِ ْ ُ ‫َِ ٓ َ ِ ﱢ‬
ٰ َ
‫ﻷ ٰ ٖت ﻷو ِ ٱﻷل ِب‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal.” (Ali-Imran: 190)

Mungkin kebanyakan manusia termasuk kita sendiri adalah Ulul


Abab belaka. Istilah Jawanya “dodol cangkem”. Kita tidak pernah
diajak berjuang oleh siapapun untuk mencapai kualitas Ulul
Albab, Ulul Abshar atau Ulun Nuha. Sehingga ketika kita dipilih
dan diangkat menjadi Ulul Amri, kepemimpinan kita jumud dan
manajemen kita amburadul.

Dan itu membuat pemaknaan kita terhdap setiap serpih ayat Al-
Fatihah menjadi membeku dan tidak punya energi ijtihadiyah.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 221


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Sampai berabad-abad lamanya. Al’alamin saja tidak membuat kita


terbiasa memiliki automasi kesadaran tentang multiverse. Maliki
yaumiddin tidak pernah tergambar di mind kita sebagai skala
muhasabah, karena kosmos pengetahuan matematika kita
terbatas pada ruang materiil yang sebenarnya sangat mikro
dibanding dengan ketakterhingga urusan dengan multiverse.

Maka tatkala bersumpah Iyyaka na’budu wa iyyaKa nasta’in,


tidak muncul gambar agung dan tak terhingga dari asosiasi
kosakata Din di kalimat sebelumnya. Kemudian as-shirath al-
mustaqim juga hanya melahirkan konsep linier, sepenggal dan
diskontinu. Lantas an’amta ‘alaihim kita refleksikan terbatas pada
uang, harta benda, dan karier pribadi. Maka tidak mengejutkan
kalau kita menjalani kebudayaan dan peradaban yang tidak
cenderung memperkecil potensi ghairil maghdlubi ‘alaihim
walad-dholliin.

Emha Ainun Nadjib


27 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 222


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (60)

“Shirathal-mustaqim” Tidak Sama Dengan


Sepakbola Menang
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ٱلر ِح ِم‬
‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Semoga kisah kecil berikut ini bisa menjadi contoh tajam dari
manusia yang menempuh “as-shirathal mustaqim”.

Seorang pesebakbola Nasional berangkat jalan darat pakai mobil


dari Surabaya ke Jakarta untuk memenuhi jadwal pelatihan
mempersiapkan diri untuk sebuah turnamen internasional.

Sampai di Cirebon mendadak sesuatu merasuk ke dalam pikiran


dan hatinya. Ia merenung dan menimbang-nimbang cukup lama
sampai akhirnya ia mengambil keputusan untuk saat itu juga
kembali ke Surabaya. Itu berarti ia melanggar aturan dan otomatis
akan batal menjadi kapten kesebelasan nasional, bahkan tidak ikut
bermain di tim nasional.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 223


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Ia menemukan dirinya dalam posisi bertentangan soal-soal prinsip


dengan pelatihnya yang berasal dari negara utara. Ia sering
ditabrak atau dikritik frontal oleh pelatihnya ketika melakukan
beberapa jenis perilaku budaya yang menurut pelatihnya itu
bertentangan atau minimal tidak ada hubungannya dengan garis
profesionalisme sepakbola.

Misalnya ia sering bangun tengah malam untuk melakukan shalat


tahajud. Atau merintis bersujud di lapangan sesudah memasukkan
goal ke gawang lawan, atau setiap kali selesai pertandingan. Di
zaman ia berlatih di Kesebelasan nasional U-19, karena bersujud
di lapangan, salah satu penguasa sepakbola nasional menegurnya:
“Apa hubungan antar sepakbola dengan Agama?” Atau kalau dia
berbicara kepada para anggota kesebelasan sering dianggap
menunturkan hal-hal yang pelatihnya tidak berkenan.

Kalimat si penguasa sepakbola nasional itu tidak aneh, karena


mungkin rata-rata pengurus dan pemain sepakbola juga punya
muatan pikiran yang sama. Manusia modern yang sangat pandai
dan canggih dewasa ini banyak lupa pada hal-hal kecil. Misalnya,
siapa yang menciptakan dan menumbuhkan rumput di lapangan?
Siapa yang bikin besi atau kayu yang mereka pakai untuk
membuat gawang? Tanah seluas itu yang dipakai bermain
sepakbola “hak cipta”nya siapa? Sertifikat yang menandai
kepemilikan lapangan itu tidak menyebut bahwa si pemilik itu
yang aslinya menciptakan tanah sehingga menjadi lapangan
sepakbola miliknya.

Kalau yang bikin tanah adalah manusia, maka manusia pula yang
menciptakan bumi, berarti bulan, matahari, semua anggota tata
surya, galaksi-galaksi, alam-alam semesta yang tak terhitung
keluasan dan jumlahnya, juga ciptaan manusia. Berarti manusia
itu sangat hebat dan dahsyat.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 224


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Belum lagi manusia mampu menciptakan dirinya masing-masing,


kakinya yang nendang bola tidak beli di Mall manapun. Otaknya
yang dipakai menyusun strategi kesebelasan, naluri dan
perasaannya yang mengolah speed spontanitas operan-
operannya, serta semua bagian jasad atau psikologis yang
diperlukan untuk main sepakbola, semuanya adalah ciptaan
manusia sendiri. Tuhan atau siapapun lainnya tidak punya peran
apa-apa.

Berarti manusia maha perancang yang super canggih. Berarti


kesebelasan manusia yang bertanding sepakbola bisa sejak menit
pertama di lapangan mampu memastikan bahwa mereka akan
memasukkan gol ke gawang sekian kali. Dan kalau manusia
memang punya kemampuan seperti itu, maka tidak diperlukan
pertandingan, kerana toh sudah ada kepastian sebelumnya.

Tidak sepakbola Tarkam hingga Piala Dunia, karena tidak ada


ketegangan dan rasa penasaran ketika melakukannya maupun
menontonnya. Tetapi karena bukan itu yang terjadi, tidak
demikian kemampuan, posisi dan kuasa manusia atas sepakbola,
maka pesepakbola kita itu dengan teman-teman kesebelasannya
bersujud setelah memasukkan bola ke gawang atau setelah
pertandingan usai. Mereka bersujud untuk melakukan kontak atau
komunikasi dengan Maha Pihak yang memungkinkan semua
kejadian selama pertandingan. Bersujud untuk menyatakan terima
kasih. Bersujud untuk mensyahadati kekuasan Pihak Yang Maha
Disujudi itu.

Dan itu memang kebiasaannya sejak kecil di keluarganya atau


ketika dulu ia main sepakbola di kampung. Dia asli Surabaya
bagian barat. Masyarakat Jawa Timur aslinya meskipun tukang
ngarit rumput untuk kerbau, atau buruh tani, atau kuli di pasar —

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 225


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

biasanya berbudaya religius, kesadaran ketuhanannya selalu


tampak dalam kehidupan sehari-harinya.

Sejumlah ketidakcocokan pesepakbola itu dengan pelatihnya


menjadikannya dibuang atau tidak dikasih peran sebagaimana
sebelumnya. Ketika kita bertemu dengannya kita coba
menyumbangkan saran agar pertimbangannya tidak terlalu kaku,
linier dan eksklusif. Kalaupun itu masalah prinsip, coba dicari
pilah-pilah untuk dipertimbangkan aksentuasinya, agar tidak
merugikan dirinya sendiri dan orang banyak.

Sesungguhnya di dunia atau bidang kegiatan apapun posisi


manusia adalah semacam pesepakbola kita itu. Orang modern
menyebutnya idealisme. Prinsip hidup. Yang sengaja menentang
prinsip itu dalam kesenian disebut “melacurkan diri”. Dalam Islam
disebut “kafir”. Dalam politik biasa disebut “kolaborator” atau
“kompromis”. Dan banyak idiom-idiom lain tergantung tradisi
budaya bidang kegiatannya.

Al-Qur`an sendiri melihat itu subatansinya pada argumentasi, dan


efeknya adalah dihadapkan pada perhitungan Tuhan. Dan Tuhan
hanya menyatakan bahwa kalau gagal berargumentasi, maka yang
bersangkutan itu mengalami kerugian. Dan puncak kerugian
adalah kebangkrutan.

ُ ‫َ ﱠ‬ ُ َ َ َ َ ُ ۡ
‫َو َمن َ دع ۚ َم َع ٱ ِ ِإل ٰ ها َءاخ َر ُب ۡره ٰ َن لهۥ ِ ِهۦ ف ِإن َما ِح َسا ُ هۥ‬
َ َ ُ ۡ َ ُ ‫ﱠ‬ َ
‫ِعند َرﱢ ِه ٓۦ ِإنهۥ ُ ف ِلح ٱل ٰ ِف ُرون‬
“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah,
padahal tidak ada suatu argumentasi apapun padanya tentang
itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (Al-
Mu’minun: 117)

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 226


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Akan tetapi “as-shirath almustaqim” tidak sama dan sebangun


dengan menang sepakbola. Tidak ada logika bahwa kesebelasan
Argentina Juara Dunia sepakbola berarti paling benar “as-shirath
almustaqim”nya. Banyak faktor bahkan tak terbatas segmen, sisi,
sudut, luasan dan sempitan dalam kehidupan ini. Kita tidak bisa
mengkerdilkannya menjadi hanya sebuah pertandingan
sepakbola.

Emha Ainun Nadjib


28 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 227


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (61)

Allah Maha ber-Qurban

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Pernah ada sekelompok manusia atau sejaringan masyarakat yang


menayangkan di media massa bahwa Idul Aldha adalah festival
pembantaian massal. Festival Pembunuhan dan Kekejaman.
Ribuan, bahkan mungkin jutaan kambing atau sapi disengaja
direncanakan untuk disembelih di ribuan tempat untuk
kepentingan konsumsi kenikmatan kuliner manusia.

Di luar itu sejak waktu yang sangat lama masyarakat Barat


menyatakan tidak paham kepada peristiwa Hari Qurban. Dengan
alasan yang kurang lebih sama. Seorang sahabat saya sendiri yang
mualaf di tahun 1992. Asal usulnya mungkin
karena qurban dianggap bahasa Indonesianya korban. Bahasa
Inggrisnya victim. Teman-teman kita dalam tradisi rasionalitas

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 228


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

budaya modern tidak bisa menemukan logic atau nalar bagaimana


mungkin victimizing bisa diletakkan sebagai sesuatu yang sakral,
bahkan diwajibkan oleh suatu Agama yang merupakan ajaran
Tuhan.

Dalam ucapan Idul Adlha kemarin teman kita itu menulis: “Thanks
for this, Cak. Selama berberapa tahun sebagai seorang muallaf,
konsep “qurban” dan prakteknya adalah sesuatu yang sulit untuk
“diterima”. Kata2 ini bantu… terima kasih dan selamat Eidul
Adha”.

Maksudnya terhadap entah kapan dan di mana saya menuliskan:


“Mengabdi dan berqurban. Qurban itu suatu metoda untuk
mendapatkan kedekatan. Adjective-nya taqarrub. Pelakunya
Muqarrib. Posisinya menjadi Qarib. Kalau lebih dekat Namanya
aqrab. Atau akrab. Qurban adalah metodologi sosial untuk
memperoleh sesuatu yang sebelumnya belum dekat kemudian
menjadi lebih dekat”.

Coba baca Alfatihah. Allah menyebut “jalan yang Engkau


anugerahkan kenikmatan kepada mereka”. Shirathalladzina
an’amta ‘alaihim. Sungguh Allah Maha Berqurban. Ia Maha Kuasa
dan Maha Segala-galanya. Ia tidak butuh manusia, kita semua dan
siapapun serta apapun. Allah tidak terikat nilai apapun terhadap
makhlukNya. Allah tidak berhutang apa-apa. Allah tidak berposisi
harus balas budi. Allah tidak wajib memberi apapun kepada
siapapun.

Tetapi dengan sukarela, legawa dan ridla, Allah menciptakan


cahaya kemudian bulatan tak terhingga alam-alam semesta. Allah
menciptakan makhluk-makhlukNya, Malaikat, Jin, bebatuan,
tanah, tanaman, hewan, hingga manusia. Allah tanpa dituntut
oleh siapapun menciptakan bumi dengan hamparan kenikmatan
yang luar biasa tak ada bandingannya. Tidak karena transaksi atau

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 229


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

memenuhi janji, Allah menciptakan udara, air, ruang dan waktu,


lautan dan gunung, hutan belantara dan sabana-sabana. Bahkan
menciptakan makhluk-makhluk agar semua hamparan kenikmatan
itu dinikmati oleh mereka. Allah menciptakan cacing, serangga,
kutu, kepinding, tuma, hingga dinosaurus, gajah kerbau sapi dan
kambing, ketonggeng, jegonggo, kaki seribu dan jutaan macam
makhluk lagi yang manusia tidak sanggup mengidentifikasinya
secara menyeluruh.

َ‫ٱﻷ ۡرض إ ﱠ َع ٱ ر ۡز ُقها‬ َۡ ‫َو َما من َدآ ﱠ‬


ِ ِ ِ ‫ة‬ٍ ِ
‫َو َ ۡعل ُم ُم ۡس َت َق ﱠر َها َو ُم ۡس َت ۡو َد َع َه ۚا ﱞل ك َت ٰ ب مبﱡ‬
ِ ٍ ِ ِ
“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi
melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui
tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua
(tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Hud: 6)

Siapa yang menuntutNya untuk menjamin rizki makhluk-


makhlukNya? Terikat oleh apa Ia? Siapa yang akan menyalahkan
atau menghukum Allah andaikan Ia tidak memberikan itu semua?
Apakah Allah berada dalam posisi berhubungan dengan pihak lain
yang punya kekuatan dan kuasa untuk bertindak apapun
kepadaNya?

Allah Maha Ber-Qurban, Allah menginisiatifi (amr wa irodah)


penciptaan makhluk-makhluk dengan tata ruang, tata waktu,
maintenance dan fasilitas yang sangat berlimpah-limpah. Kita
hanya bisa merasakan bahwa seakan-akan Allah memerlukan
intimitas dengan yang selain Ia. Allah ingin mengalami qurban,
taqarruban. Allah ingin qarib dan aqrab. Allah ingin dekat dan
akrab.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 230


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

ٌۖ َ ‫َ ﱢ َ ﱢ‬ َ َ
‫َو ِ ذا َسألك ِع َ ِادى ع ف ِإ ق ب‬
ۖ َ َ َ ‫ُ َ َۡ َ ﱠ‬
‫ان‬ِ ‫ب دعوة ٱلداع ِۡإذا ُ دع‬ ‫أ ِج‬
‫وا‬ ‫ن‬ ‫م‬‫ؤ‬ ُ ‫َفل َ ۡس َتج ُيبوا َول‬
‫ي‬
ِ ِ َ ِ ُ ُ ۡ َِ ۡ ُ َ
‫لعلهم يرشدون‬
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
(Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku
kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa
kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan
beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”
(AlBaqarah: 186)

Ternyata “shirathalladzina an’amta ‘alaihim” adalah jalan yang


Allah pilih dan rintis sendiri yang kemudian ditularkan kepada
makhlukNya, terutama kepada kita para manusia. Yakni Jalan
Qurban, jalan taqarrub, jalan mendekat, yang thariqat-nya
adalah qurban. Dan di dalam urutan narasi Al-Qur`an, ternyata
itulah yang Allah maksudkan dengan “as-shirath al-mustaqim”
yang Ia tuturkan sebelum kalimat qurban yang ada kata
“an’amta”.

Di dalam pengalaman soaial, kebudayaan dan peradaban, cobalah


amati dengan teliti dan hayati secara mendalam. Ternyata yang
paling nikmat adalah ber-qurban. Melakukan segala hal yang
menggiring kita untuk menjadi dekat satu sama lain. Sampai
berujung pada penyatuan, tauhid, yang ternyata sekaligus
merupakan awal yang baru dalam cakra manggilingan kehidupan
ini.

Dan ingatkah engkau, siapakah yang punya gairah untuk


mendekat dan berdekatan melebihi orang yang sedang mengidam
cinta sehingga bergerak mencintai? Benihnya qurban adalah

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 231


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

cinta. Allah menciptakan kita karena melaksanakan iradat untuk


intim dan dekat dengan kita. Maka prinsip utama Islam
adalah tauhid, penyatuan. Sehingga kitapun ditanami benih ruh
untuk berjuang mencintaiNya.

Ingatkah engkau bahwa akar, landasan dan pelaksanaan cinta


adalah qurban? Bahkan andaikanpun ia bermakna victim, asal kita
sendiri yang berinisiatif untuk berkorban, dan bukan orang yang
kita cintai yang kita paksa untuk berkorban — maka tumbuh
suburlah cinta.

Emha Ainun Nadjib


28 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 232


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (62)

Hikmah Lombok
dan Kearifan Lokal

‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Pesepakbola kita itu sebelumnya ketika berada di Jakarta


kehilangan dompet. Kemudian ia menelpon kita dan kita minta
ketemu di Mojokerto. Ternyata kemudian ada orang di Mojokerto
yang menemukan dompetnya.

Sebelum tiba di Mojokerto ia bersama istrinya makan siang di


sebuah restoran. Ia pesan Capcay, kemudian menjumpai lombok
di makanan itu pucuknya sudah hitam karena membusuk. Ia mau
memprotes atau membuang makanan itu, tapi kemudian tiba-tiba
muncul sesuatu yang lain di pikirannya. Ia kemudian memotong
bagian hitam dari Lombok itu dan sisanya ia makan.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 233


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Apa pentingnya pucuk bosok Lombok itu masuk ke dalam


tadabbur kita. Kemungkinan lain andaikan kita yang
mengalaminya: pucuk Lombok hitam busuk itu bisa saja membuat
kita membenci dan menolak seluruh batang Lombok itu, bahkan
bisa juga menganggap seluruh makanan di piring itu busuk. Itu
membuat kita marah dan protes kepada pemilik warung karena
kita yakin itu adalah hak kita sebagai konsumen. Tidak mustahil
kita bukan hanya protes dan marah, bisa juga kita naik pitam dan
membuang seluruh isi piring itu. Bahkan kasus itu bisa kita
laporkan kepada Lembaga atau Komisi Hak-hak Konsumen.

Dan itu semua bukanlah yang terjadi serta bukan jenis keputusan
yang diambil oleh pesepakbola kita. Kita menjadi tahu bahwa
kebijaksanaan perilaku dan hikmah kehidupan tidak bisa
dipastikan hanya dimiliki oleh muslim alim saleh, oleh Kiai, Ustadz,
Ulama madzhab atau Mursyid Thariqat. Bisa jadi orang awam
biasa, tukang becak, bahkan pengemis, berkemungkinan memiliki
kebijaksanaan hidup yang pada kasus-kasus tertentu melebihi
tokoh-tokoh spiritual atau pemimpin-pemimpin masyarakat.

Penciptaan langit dan bumi, siang malam dan bergantiannya siang


malam, oleh Allah disebut merupakan tanda-tanda bagi Ulul
Albab. Dan untuk soal tertentu, mungkin saja seorang yang awam
remeh dan miskin di pojok kampung ternyata lebih ulul albab
dibanding tokoh-tokoh hebat yang popular dan kita kagumi.
Kearifan budaya bangsa Jawa memperingatkan: “Ojo dumeh, ojo
gumunan, ojo kagetan”.

Di antara kita sendiri mungkin tidak banyak yang menemukan


kearifan pucuk hitam lombok pesepakbola itu. Mungkin banyak di
antara kita yang dalam berbagai peristiwa atau kasus, entah
dengan siapapun, kecil maupun besar, yang “membuang seluruh
isi piring” itu. Sejak SD guru kita mengajari: “nila setitik merusak

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 234


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

susu sebelanga”. Atau dari spektrum lain “kuman di seberang


laut tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak”. Apa yang
digambarkan oleh peribahasa klasik itu kalau kita simulasikan
terjadi di dalam pergaulan di kampung, dalam komunitas atau
organisasi, apalagi dalam pergaulan kenegaraan dan politik akan
menjadi trigger muncul atau merebaknya kekacauan komunikasi,
bahkan mungkin meledaknya khaos. Sikap over-subyektif seperti
itu pasti akan merugikan dirinya sendiri maupun orang banyak
atau minimal orang lain yang terkait dengan perkara tersebut.
Bahkan bisa sangat lebih fatal dan menghancurkan.

Apalagi iklim budaya dan psikologi kehidupan modern cenderung


meremehkan idiom seperti “bisa rumangsa” atau “kriwikan
dianggep grojogan”, sehingga mereka sebut “kearifan lokal”, dan
itu maksudnya tidak berlaku global atau universal, maka tidak apa-
apa diremehkan.

Tetapi mungkin itu memang kecenderungan kerapuhan pada jiwa


dan akal manusia, sehingga Allah memberi tuntunan langsung di
AlQur`an:
ۖ َ ُ َ ُ ُ َ ‫َ ٰٓ أ ﱡي َها ٱلذ‬
‫ين َء َامنوا كونوا ق ﱠ ٰو ِم َ ِ ِ ش َ ۚهد َآء ِ ٱل ِق ۡس ِط‬ ِ
ُ‫ٱعدلوا ُه َو أ ۡق َرب‬ ۡ ‫ان َق ۡوم َع ٰٓ أ ﱠ َت ۡعدلوا‬ُ َ َ ۡ ‫ََ َ ۡ َﱠ‬
‫و جرمن م شن‬
ِ ِ ٍ ۖ ۡ‫ﱠ‬
‫ِللتق َو ٰى‬
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Al-Maidah: 8)

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 235


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Itu merupakan kandungan substansial dari algoritma “Maliki


Yaumiddin”. Secara umum dan universal, bahkan Allah
membeberkan semacam rumus mendasar tentang kehidupan
yang mestinya membuat manusia lebih berhati-hati, tidak “asal
pukul” atau menyuburkan prasangka:
َ ُ َ ُ َ ْ ٰٓ ‫َو َع‬
ۚ ‫ان ت َره ْوا ش ْي ا ﱠوه َو خ ْ ٌ ل ْم‬
َ ُ َ ُ ْ ٰٓ ‫َو َع‬
ۗ ‫ان ت ِح ﱡب ْوا ش ْي ا ﱠوه َو ﱞ ل ْم‬
َ َ َ ُْ ُ ‫َوا‬
ࣖ ‫َ ْعل ُم َوانت ْم ت ْعل ُم ْون‬
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” (AlBaqarah: 216)

Sejak tulisan tadabbur sebelum ini, inti kasusnya adalah soal “tahu
diri”. Mungkin sekali manusia ini punya kecenderungan berupa
semacam penyakit jiwa: bahwa semakin ia pandai, kaya, berkuasa
atau memiliki keunggulan dan kehebatan di antara sesama
manusia — ia semakin tidak tahu diri.

Sedangkan para pengemis misalnya, tidak jarang menunjukkan


sikap lebih manusiawi dan lebih rasional. Sesudah kita kasih uang
lantas “ngapurancang” membungkukkan badan dan
mengucapkan doa-doa berkah untuk kita sebagaimana yang
sering kita dengar dari Kiai atau Ustadz di pengajian. Atau banyak
pengemis lain yang meskipun tidak sampai mengucapkan doa, tapi
bersikap terima kasih, bersyukur dan menunjukkan sopan santun
yang mengharukan kita. Sujudnya pesepakbola kita dengan
teman-teman kesebelasannya itu apa lagi kalau bukan ungkapan
rasa syukur, tidak sekedar atas pertandingan sepakbolanya. Tapi
juga atas adanya lapangan, rumput, udara, kaki mereka dan

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 236


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

semua bagian diri dan alam yang mereka nikmati dalam


bersepakbola.

Aslinya bangsa Nusantara ini sungguh-sungguh bangsa yang


beradab, yang berkeadaban atau berperadaban. Aslinya. Juga
sangat sadar untuk menjaga harga diri dan martabatnya sebagai
manusia.

Seorang mbok-mbok menjual plastikan karak yang harganya 50


ribu rupiah, dikasih oleh teman saya segepok uang yang isinya
beratus-ratus ribu. Ia bukan berterima kasih tapi tersinggung, dan
langsung mengembalikan gepokan uang itu dengan disisakan
haknya yakni 50 ribu rupiah. “Saya ini berjualan, Dèn, bukan
mengemis”, katanya ketus.

Sepertinya terpaksa kita menyadari bahwa salah satu efek dari


proses modernisasi yang kita jalani bersama dengan bangga dan
“umuk” selama ini adalah menurunnya perhitungan manusia
tentang harga dirinya, semakin lapuknya martabat diri atau
jangan-jangan sampai tingkat terkikisnya martabat kemanusiaan
kita.

Emha Ainun Nadjib


29 Juni 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 237


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (63)

Gembira Bernegara

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡمد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬ ُ
ِ ِ ِ
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Sementara kita yang sudah modern, sudah khatam bersekolah


sampai yang tertinggi, summa cum laude pula, mengemis-ngemis
ke sana kemari.

Memohon kepada rakyat agar mereka memilih kita menjadi wakil


mereka. Kita mengemis jabatan, nyuwun paring-
paring kekuasaan, dari Lurah hingga Presiden. Pandai menyusun
proposal-proposal untuk mengemis bantuan ke perusahaan-
perusahaan atau pejabat.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 238


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Kita mengemis dengan membayar mahal agar boleh “numpang


kendaraan” Parpol-parpol, bahkan tidak masalah kalau perut
pribadi dan keluarga kita makan dari APBN atau APBD. Bahkan
Sekolah-sekolah yang nyata-nyata berprestasi wajib bikin proposal
untuk mendapatkan insentif dari dana rakyat yang dipegang oleh
Pemerintah.

Dengan pembangunan modern ini kita beramai-ramai menyusun


sistem birokrasi dan mentalitas nasional yang mendorong dan
menegakkan kita menjadi pengemis. Kalau sudah berhasil dengan
ngemisnya, lantas jabatan dan kekuasaannya kita pakai
untuk ngutil, njambret atau merampok.

Mungkin sanad dan nash yang kita pakai adalah firman Allah:

َْ ََ
‫الساى َل ف تن َه ْر‬
‫َوا ﱠما ﱠ‬

“Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu


menghardiknya.” (Adh-Dhuha: 10)

Akan tetapi peradaban modern yang sangat maju dan canggih,


pembangunan bangsa-bangsa yang gagap gempita, kegagahan-
kegagahan intelektual yang kita pakai untuk “nggaya” ke mana-
mana, mestinya dan logisnya tidaklah memproduksi pengemis-
pengemis. Jadi kita yakin bukan kita yang Allah maksudkan dengan
“wa ammas-sa`ila fala tanhar”.

Bahkan dalam pemahaman shadaqah dalam Maiyah, salah satu


kemuliaan manusia adalah menghindarkan siapapun saja
mengemis kepada kita. Kita yang harus lantip dan waskitha, peka

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 239


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

dan jeli untuk memenuhi kebutuhan siapapun yang


membutuhkannya. Jangan sampai membiarkan mereka datang
mengemis kepada kita.

Itulah makna dialektis “wa ammas-sa`ila fala tanhar”. Kita bukan


menolak pengemis. Kita menghindarkan siapa-siapa mengemis
kepada kita, karena kita cerdas untuk memahami kebutuhannya.
Kalau dalam proses bebrayan, dialektika, dan silaturahmi sosial
kita tidak waspada secara sistem atau dalam kebersamaan sosial,
kita membiarkan sesama manusia menjadi pengemis, maka Allah
yang kita hina. Apalagi kita punya media, misalnya stasiun televisi,
yang malah bikin program berlagak menolong orang miskin,
namun desain acaranya mementaskan, menonjolkan, dan
menikmati kemiskinan mereka.

Sekarang kalau kita sadar posisi kita selama ini tidak memenuhi
“as-shirathal mustaqim”, mari kita sebagaimana pesepakbola kita
“putar balik mobil kita di Cirebon untuk balik ke Surabaya. Besok
kita ke Jakarta lagi dengan penghayatan yang baru”.

Ketika kemarin kita dilibatkan forum dengan teman-teman


petugas Pajak, kita belajar banyak. Slogan, jargon atau mindset
pajak Indonesia antara lain: “Orang Bijak Taat Pajak”, “Lunasi
Pajaknya, Awasi Penggunaannya”, “Pajak Menyatukan Hati,
Membangun Negeri”, hingga “Bangga Bayar Pajak”.

Orang bijak. Maksudnya orang bijaksana. Bijaksana itu pencapaian


nilai sesudah benar dan baik. Kalau benar saja belum, baik
rakyatnya maupun pemerintahnya, bagaimana bisa sampai ke
level bijak.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 240


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Yang kita tawarkan adalah “Bergembira Bayar Pajak”. Artinya,


Pemerintah mendesain sistem dan birokrasi perpajakan serta
mental dan moral petugasnya, yang sedemikian rupa sehingga
membuat rakyat percaya dan gembira.

Bahkan Pemerintah yang kita idam-idamkan adalah Pemerintah


yang berikhitar semaksimal mungkin dan menyebarkan
keteladanan yang membuat rakyat bergembira menjadi
warganegara. Rakyat hidup dalam atmosfer “Gembira Bernegara”.
Maka soal pajak otomatis akan terangkum di dalam kegembiraan
nasional itu.

Negara adalah suatu formula mutakhir pengelolaan kebersamaan


manusia, sesudah Kerajaan dan bentuk-bentuk sebelumnya.
Negara didirikan agar ada pengorganisasian keadilan atas
kemakmuran, ada pengelolaan keamanan bersama. Negara kita
bangun bersama agar semua bagiannya berfungsi saling tolong
menolong. Negara kita rawat agar kita punya aturan bersama
untuk menyejahterakan dengan keadilan dan menghasilkan
“Kegembiraan bagi seluruh rakyat”.

Sebab yang merupakan puncak kesengsaraan manusia adalah


kalau mereka tidak punya peluang untuk saling tolong menolong.
Kita harus benar, baik, adil dan bijaksana dalam
menyelenggarakan dan melaksanakan Negara, sebab kelak akan
datang hari di mana tolong-menolong sesama manusia itu tidak
ada lagi peluangnya.

َْ َ َْ ٌ َْ ُ َْ َ َ َْ
ࣖ ِ ‫س لنفس ش ْي ا َۗوا ْم ُر َي ْو َمى ٍذ‬ ‫يوم تم ِلك نف‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 241


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya


(menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam
kekuasaan Allah.” (QS. Al-Infitar: 19)

Yang dimaksud oleh ayat ini adalah Hari Kiamat. Logikanya,


Pemerintah jangan sampai bikin kiamat (shughra) sebelum Kiamat
(Kubra).

Kalau ada Pemilu atau Pilpres, pedomannya sangat sederhana dan


dipahami semua orang di level atau wilayah manapun:
Ciptakanlah “Gembira Bernegara”.

Emha Ainun Nadjib


1 Juli 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 242


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (64)

Ilmu Berwadah Kesucian


‫ٱلر ِح ِم‬‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ
َ ‫ِٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
ۡ‫ت َعل ۡيهم‬ َ ۡ َۡ َ َ
ِ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذين أنعم‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Berabad-abad jauh sebelum Al-Qur`an dan Kitab-kitab lainnya


difirmankan. Jauh sebelum ada interaksi budaya antar manusia,
alam dan makhluk-makhluk lainnya yang memproduksi kata,
Adam As. diajari Allah nama benda-benda semuanya. (Yang benar
“nama benda-benda” ataukah “nama-nama benda”?). Kemudian
Adam menuturkannya kepada para Malaikat dan Allah menyuruh
para Malaikat “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang benar dan bersungguh-sungguh”. Dan para
Malaikat menjawab:

َ َ ‫َ َۖ ﱠ‬ ‫َ ﱠ‬ َ َ َ َ
‫قالوا ُس ۡ َح ٰ نك ِعل َم لنـ ِإ َما َعل ۡمتنـ ِإنك أنت ٱل َع ِل ُم‬
‫ٱل َح ِك ُم‬

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 243


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah: 32)

Atas kesadaran dan konsep yang bagaimana yang membuat para


Malaikat menyatakan pengakuannya “la ‘ilma lana illa ma
‘allamtana” didahului dengan pernyataan “subhanaKa”?
Kemudian Allah sendiri meng-ujung-i ayat firman-Nya itu dengan
penegasan bahwa Ia Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana?

Sudah pasti tidak mungkin tidak ada kaitan konsep dan makna
antara dan dalam urutan sejumlah potongan narasi firman itu.
Apakah mungkin itu berarti limpahan ilmu dari Allah kepada
hamba-Nya diniscayakan atau dipersyaratkan oleh kesucian?
Apakah Allah menganugerahkan ilmu hanya kepada hamba yang
suci? Apakah ilmu berkompatibilitas dan berelevansi dengan
kondisi suci? Dengan kadar dan gradasi yang berbeda-beda?

Tentu juga suci dan kesucian dalam arti yang hakiki dan
substansial pada pandangan Allah. Tidak terbatas pada
kesucian fiqhiyah, secara hukum atau syar’iyah, di mana hadats
kecil dinetralisir dengan wudlu dan hadats besar dibatalkan
dengan mandi besar.

Kesucian yang dimaksud mungkin mengacu kepada kondisi


kejiwaan dan sikap hidup. Dengan orisinalitas kemahlukan dan
otensitas perilaku kebudayaan manusia. Sedemikian luas
kemungkinannya. Kesucian yang dimaksud bisa secara sederhana
dipahami sebagai kejujuran diri, sikap apa adanya, tidak ada yang
dipalsukan, tidak ditutupi dengan kemunafikan kultural, atau
mungkin bahkan tidak dibumbui, tidak dihias, diwangi-wangikan,
diindah-indahkan dengan “gimmicks” misalnya. Manusia
berpakaian bukanlah dengan maksud menutup-nutupi tubuhnya.
Wanita mengoleskan make-up karena ia ingin memperindah

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 244


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

tampakannya, tidak berarti ia memalsukan orisinalitas ciptaan


Allah. Kecuali wanita yang pakai make-up lantas meyakini bahwa
yang tampak dengan make-up itulah wajahnya yang asli, bukan
yang dilapisi dengan make-up.

Wallahu a’lamu bis-shawab. Tidak ada produk tafsir atau


tadabbur yang persis dengan apa yang sejatinya dimaksudkan
oleh Allah.

Dalam nuansa ayat itu, kemahasucian Allah diteguhkan untuk


menjadi landasan kejadian dan peristiwa di mana Allah
melimpahkan ilmu kepada hamba-Nya, baik Malaikat atau
Manusia atau Jin. Dan aturan itu dipagari oleh “Allah Maha
Mengetahui” tapi juga dimerdekakan dengan “Allah Maha
Bijaksana”.

“Innaka Antal ‘Alimul Hakim”. ‘Alim dulu baru Hakim.


Pengejawantahannya ke kesadaran kita mungkin manusia
menyadari batasan dirinya dan keterbatasan kehidupan, baru
melangkahkan kemerdekaan. Prinsip dan filosofi kependidikan di
keluarga maupun di Sekolah pertama-tama mengajarkan
pengetahuan dan kesadaran tentang batas dan keterbatasan
manusia, baru kemudian pintu kemerdekaan dibuka.

Karena yang maha tahu hanya Allah, sedangkan kita hanya tahu
sangat terbatas. Maka setiap ilmu dan gerakan kebudayaan di
muka dalam kehidupan manusia, jangan keburu bernafsu
dengan kemerdekaan, sebelum mematangkan pengetahuan dan
kesadaran tentang batasan dan keterbatasan.

Kalau kembali kepada pen-dunung-an di atas, bahwa ilmu dari


Allah berkompatibiltas atau diperjodohkan hanya dengan kesucian
manusia, maka kadarnya pastilah kesucian dalam batasan diri
manusia dan keterbatasan kehidupan.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 245


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Kesucian maksimal yang bisa dicapai oleh makhluk Allah mungkin


bisa digali dari pernyataan para Malaikat ketika bertanya tentang
pengangkatan Adam dan keturunannya menjadi Khalifah di Bumi:
‫ُ ﱢ‬ ُ ۡ َ َ
‫قال ٓوا أت ۡج َع ُل ِف َيها َمن ُ ف ِسد ِف َيها َۖو َ ۡس ِفك ٱلد َم َء‬
َ ُ ‫ََ ۡ ُ ُ َ ﱢ ُ َ ۡ َ ََُ ﱢ‬
‫س لك‬ ‫ونحن سبح ِ حم ِدك ونقد‬
َ َ َ ‫َ َ ﱢ‬
‫ال ِإ ٓ أ ۡعل ُم َما ت ۡعل ُمون‬ ‫ق‬
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau
dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (Al-Baqarah: 30)

Perjuangan menuju kondisi suci itu misalnya “Padahal kami


senantiasa bertasbih dan memuji Engkau”.

Atau yang lebih menuju sempurna adalah sifat Malaikat yang


dirumuskan oleh firman Allah:

َ ۡ َ ۡ َ َ ُ َ
‫َ خافون َرﱠ ـ ُهم ﱢمن ف ۡو ِق ِه ۡم َو َ ف َعلون َما ُيؤ َم ُرون‬
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka
dan melaksanakan hanya apa yang diperintahkan.” (An-Nahl:
50)

Ada macam-macam kemungkinan sikap dan perilaku makhluk.


Ada yang mengerjakan hanya yang diperintahkan. Ada yang tidak
mengerjakan kecuali yang diperintahkan. Ada yang mengerjakan
apa saja kecuali yang dilarang oleh Tuhan. Bahkan mungkin ada
yang mengerjakan justru yang dilarang dan tidak mengerjakan
yang diperintahkan.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 246


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Itu di luar etos peradaban manusia modern “do whatever you


want to do” yang diperkuat oleh jargon “freewill”.

Para Malaikat “mengerjakan hanya apa yang diperintahkan oleh


Allah”. Malaikat tidak dianugerahi enaknya hidup sebagaimana
manusia, yang dikasih lima opsi: Wajib (mutlak harus
dikerjakan), Sunnah (dianjurkan untuk
dikerjakan), Mubah atau Halal (boleh dikerjakan atau
tidak), Makruh (dianjurkan untuk tidak dilakukan), Haram (mutlak
dilarang untuk dikerjakan).

Adapun kita yang orang biasa dan awam, merespons itu semua
secara bersahaja juga. Yang penting langkah kita sebagai manusia
kita upayakan semaksimal mungkin lebih mendekat menuju Allah
dengan memenuhi persyaratan-persyaratannya. Bagaimana
menjalani hidup yang lebih baik, lebih benar, lebih indah, lebih
tepat, lebih bijaksana, syukur mendekat ke kesucian, supaya bisa
membangun frekuensi jiwa yang berjodoh dengan ilmu, hidayah
dan tuntunan Allah. Semoga meskipun kadarnya tidak tinggi, tapi
pencapaian kesucian kita membuat jiwa kita diperkenankan untuk
menjadi wadah ilmu dari Allah.

Emha Ainun Nadjib


2 Juli 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 247


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (65)

Belajar Hidup Secara Al-Fatihah

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬


‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ
َ ‫ِ ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Kita orang-orang Maiyah, kumpulan atau jaringan atau lingkaran-


lingkaran “Sinau Bareng” manusia-manusia “Al-Mutahabbina
Fillah” di 73 wilayah Nusantara dan sejumlah titik lain di
hamparan dunia dari Korea hingga Hongkong, Jerman dan Belanda
sama sekali tidak diketahui oleh penduduk dunia. Tidak dianggap
apa-apa atau siapa-siapa oleh ummat manusia, bahkan oleh
bangsanya sendiri.

Kita tidak dicatat oleh sejarah. Kita tidak populer. Kita tidak viral.
Bahkan sangat sering disalahpahami, diejek, diremehkan, dinista,
dan dihina. Kita tidak menangis karena itu dan tidak meringkuk
dalam derita oleh itu. Alhamdulillah kita berbahagia, setiap

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 248


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

perjumpaan Maiyah kita berbahagia, lebih dari sekadar


bergembira.

Kita menikmati “shirathalladzina an’amta ‘alaihim”, dengan


kesadaran bahwa bukan kita tahu dan mengerti itu. Tetapi kita
berniat ikhlas dan menjaga ketulusan untuk selalu ber-
’husnudzdzan” kepada Allah dan meyakini “an’amta ‘alaihim”.

Kita menempuh perjalanan dan perjuangan menuju ridla Allah


ini dengan dan secara Al-Fatihah. Kita tidak punya perangkat
untuk mengklaim bahwa jalan kita sudah benar di
“shirathalladzina an’amta ‘alaihim”. Kita hanya bisa meneguhkan
kesadaran diri, menikmati titah-titah dari Allah, serta siap siaga
kapan saja ditegur oleh Allah, diuji, dikasih cobaan, diingatkan,
dituntun, dibenahi, bahkan mungkin dihukum oleh Allah Swt.

Kita hidup secara Al-Fatihah. Kita bertaqwa dan berjuang secara


Al-Fatihah. Kita tidak sanggup melangkahkan kaki dalam jalanan
sejarah kalau tidak dengan pijakan “Bismillahirrahmanirrahim”.
Kita merasa gerah dan kosong kalau tidak kreatif menemukan dan
menghayati pengalaman-pengalaman yang membuat kita
mengucapkan dan menikmati “Alhamdu lillahi Rabbil’alamin”.
Kita merasa bebal, dungu, tidak peka dan tidak kreatif kalau di
tengah jalan tidak menjumpai sesuatu yang membuat kita Kembali
meneguhkan “Arrahmanirrahim”.

Kita merasa gelap dalam kecongkakan ilmu dan keangkuhan


intelektual kalau tatkala mendiskusikan manusia, masyarakat,
ummat, Negara, dunia dan segala kasus globalisasi, tidak menarik
garis kembali ke hulu segala hulu kejadian kehidupan “Maliki
yaumiddin”.

Dan kita tidak mampu merasa tepat arah perjalanan kita tanpa
meneguhkan kembali ideologi paling akar dari kehidupan, “Iyyaka

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 249


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

na’budu wa iyyaka nasta’in”. Maka dengan segala hal yang kita


alami, segala suka duka yang menimpa, segala jenis dan mozaik
kejadian di sekitar perjalanan sejarah kita, kita merasa tidak aman
kalau tidak meneguhkan posisi “Ihdinashshirathal mustaqim”.

Peradaban dunia sudah sampai di puncak kecanggihan, dipimpin


oleh gelombang Industri 4.0.

Industri 4.0 menghasilkan semakin banyak “pabrik cerdas”. Di


dalam pabrik cerdas berstruktur moduler, sistem siber-fisik
mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara
virtual, dan membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat
Internet untuk segala (IoT), sistem siber-fisik berkomunikasi dan
bekerja sama dengan satu sama lain dan manusia secara
bersamaan. Lewat komputasi awan, layanan internal dan lintas
organisasi disediakan dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak di
dalam rantai nilai.

Sebagaimana revolusi terdahulu, Industri 4.0 berpotensi


meningkatkan kualitas hidup masyarakat di seluruh
dunia. Eksplorasi ilmu dan aplikasi pengetahuan sudah merambahi
segala macam probabiltas hidup semua manusia. Dunia sudah
dipenuhi olah orang-orang dan mesin-mesin pandai, orang-orang
dan mesin-mesin hebat, pakar-pakar orisinal atau artifisial,
ekspert-ekspert beserta “muqallidin”nya, ahli-ahli yang semakin
“ngedap-edapi”, lengkap dengan institusi yang
mengeksistensikan stakeholders peradaban super hebat itu.

Dan kita yang tergolong awam di tengah itu semua, mengambil


keputusan untuk tahu diri. Kita tidak pernah absen memposisikan
diri untuk ndlosor kepada Allah dan mengemis-ngemis; “Ihdinas
shirathal mustaqim. Shirathalladzina an’amta ‘alaihim. Ghairil
maghdlubi ‘alaihim, waladhdhoolliin”.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 250


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Karena kita berada di luar kehebatan World 4.0 sekarang ini. Kita
berada di luar kalangan Khulafaur Rasyidin Global Dunia dan
Negara. Kita hanya berkumpul rutin “Sinau Bareng” agar berlatih
taqwa secara Al-Fatihah dan Al-Qur`an, agar membiasakan diri
hidup secara Al-Fatihah dan Al-Qur`an.

Kita bukan kaum cendekiawan, apalagi Ulul Albab, Ulul


Abshar atau Ulun Nuha. Sekurang-kurangnya kita berjuang agar
menjadi golongan di antara manusia yang “la nadri walakin nadri
annana la nadri”. Kita tidak mengerti, kita bukan orang yang
pinter dan hebat. Tapi sekurang-kurangnya kita tahu bahwa kita
kita tidak pinter dan tidak hebat.

Kita tidak berkecil hati diremehkan oleh mereka yang “yadri wa


yadri annahu yadri”, yang tahu dan tahu bahwa mereka tahu. Kita
menemani dan menjawil sejumlah orang yang “yadri walakin la
yadri annahu yadi”. Yang tahu tapi tidak tahu bahwa ia tahu. Pada
saat yang sama kita juga tidak pongah, tidak angkuh, tidak
bersikap merendahkan atau menuding mereka yang “la yadri wala
yadri annahu la yadri”. Golongan yang tidak tahu dan tidak tahu
bahwa mereka tidak tahu.

Kita belajar untuk tidak menjadi golongan yang “sok tahu”. Dan
kita sudah terbiasa dan tidak keberatan dikepung oleh jenis atau
kelas masyarakat seperti ini. Al-Muthabbina Fillah sudah puluhan
tahun “Sinau Bareng” tidak hanya belajar dan mempelajari
kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Tapi juga kebijaksanaan dan
kesucian. “Subhanaka la ‘ilma lana illa ma ‘allamtana”.
Menyadari bahwa kesucian diri lah yang mewadahi ilmu-ilmu dari
Allah yang menyelamatkan masa depan ummat manusia. Bukan
mencelakakan dan memecah-belah.

Emha Ainun Nadjib


3 Juli 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 251


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (66)

Musibah Tidak Selalu Bencana

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬


‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ
َ ‫ِ ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Dalam common sense atau akal pandangan


umum, maghdlub atau apalagi dholliin diejawantahkan oleh Allah
sebagai Maha Pihak yang murka, mungkin berupa apa yang kita
menyebutnya bencana. Atau umum juga disebut musibah.

Misalkan bencana itu terjadi, entah bertahap atau sekonyong-


konyong, karena ketidaksucian manusia merajalela melebihi
batas. Itu tentu saja di luar konteks bencana yang alamiah atau
bagian natural dari sunnatullah atas alam, gunung, laut, getaran,
guncangan atau bentuk apapun lainnya. Atau segala yang kita
sebut bencana namun bukan karena kemurkaan Allah, melainkan
mekanisme alam yang lumrah.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 252


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

َ ََ ُ َ َ
‫فل ﱠما ُسوا َما ذ ُروا ِ ِهۦ فت ْحنا َعل ْي ِه ْم‬
َ َ َ
‫أ ْب َ ٰو َب ﱢل ْ ٍء َح ﱠ ٰٓ ِإذا فر ُحوا ِ َم‬
َ ُ َ َ ًَْ َ ْ َ ُ
‫أوت ٓوا أخذن ٰ ُهم َ غتة ف ِإذا هم ﱡم ْ ِل ُسون‬
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah
diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-
pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka
ketika itu mereka terdiam berputus asa.”

“Melupakan peringatan” alias kesemberonoan, dan itu


bertentangan dengan konteks kesucian. Salah satu syarat kesucian
diri misalnya adalah kejujuran terhadap kenyataan kehidupan.
Secara populer kita menyebutnya obyektivitas. Jadi setiap kata
yang kita kenal, kita ucapkan atau kita komunikasikan,
sesungguhnya terikat oleh hal itu. Pada saat yang sama setiap
kosakata mengandung keterbatasan, kekurangan atau cacat. Kata
adalah upaya manusia menggambarkan suatu fakta atau
peristiwa. Ia mensimbolisasikan suatu keadaan dari kenyataan.

Khusus hal kata “mushibah”, kita tahu secara baku dalam


pemahaman umum kata itu diasosiasikan sebagai bencana. Dalam
penggunaan umum musibah menginformasikan tentang bencana
atau kecelakaan. Salah kaprah itu bisa dimaklumi kalau
berlangsung di masyarakat umum, meskipun kebanyakan
keterpelesetan makna itu sangat jarang dibenahi, dikoreksi atau
sekadar diinformasikan kepada khalayak bahwa itu salah.
Termasuk oleh para ahli Bahasa, kaum Cendekiawan, Ulama atau
pemimpin-pemimpin masyarakat lainnya.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 253


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Bahkan Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri malah meresmikan


salah kaprah itu: Kata musibah dalam KBBI berarti; (1) Peristiwa
(kejadian) menyedihkan yang menimpa; (2) bencana; malapetaka.
Dari definisi bersangkutan, bisa disimpulkan yakni musibah ialah
peristiwa/kejadian yang dialami seseorang baik ringan ataupun
berat, seperti gempa bumi, banjir, kebakaran, tsunami, angin
puting beliung, dlsb.

Dalam Al-Qur`an kata mushibah ditemukan misalnya di surah Al-


Baqarah 156.
َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬ َ ٞ ۡ َ َ
‫ين ِإذ أ َص ٰ َ ت ُهم ﱡم ِص َ ة قال ٓوا ِإنا ِ ِ َو ِ نـ ِإل ۡ ِه َ ٰر ِج ُعون‬‫ٱل ِذ‬
“Mereka yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun.”

Secara Bahasa, musibah berarti “sesuatu yang menimpa”. Tidak


ada ketentuan apakah itu buruk atau baik, menyenangkan atau
menyusahkan, menyakitkan atau menggembirakan. Apa saja yang
menimpa kehidupan manusia, disebut musibah.

Sehingga penyempitan arti musibah, atau pensepihakan,


pensebelahan, sebagaimana yang berlaku umum atau bahkan
oleh KBBI, menjadi musibah tersendiri yang menimpa kebanyakan
orang.

Dan kita semua merasa baik dan aman-aman saja mengurung diri
di dalam kesempitan itu. Agar tidak susah-susah membenahinya
atau mentepatkannya, kita seperti cenderung menjadi “katak yang
bersembunyi di dalam tempurung” zaman. Kita menjadi
masyarakat “katak menempurung”.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 254


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Kemudian bahkan kita sempurnakan dengan penyepihakan atau


penyebelahan atau penyempitan arti dari “Inna lillahi wa inna
ilaihi roji’un”. Penggunaan kalimat ini bahkan mungkin labih
sempit lagi, karena hanya diucapkan untuk kasus orang meninggal
dunia.

Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka


mengucapkan: Semua berasal dari Allah dan semua kembali
kepada Allah.

Memang itu adalah penjelasan asal-usul hidup dan mati. Tetapi


sebutkan apa yang tidak berasal dari Allah dan tidak kembali
kepada Allah?

Semua isi alam, semua muatan semesta-semesta, yang paralel


atau yang multi-semesta atau semesta majemuk, bahkan mereka
alam-alam semesta-semesta itu sendiri, kita meyakini itu berasal
dari Allah dan akan kembali kepada Allah tanpa siapapun dan
apapun bisa menghindar.

Andaikan ada peluang untuk menghindar, mungkin tidak sedikit di


antara kita yang mengambil keputusan untuk berpindah tempat
atau minggat dari ‘alaminallah (bukan ‘alamillah) dari semesta-
semesta Allah bukan (satu) semesta Allah. Sebuah hadits Qudsy
menuturkan:

Sesungguhnya aku ini Allah, tiada ilah selain Aku, Barang siapa
yang tidak bersabar atas cobaan-ku, tidak bersyukur atas segala
nikmat-ku serta ”Tidak rela terhadap keputusanku”. Maka
hendaklah ia keluar dari kolong langit dan bumi-Ku dan mencari
tuhan selain Aku.

Kita tidak berasal dari apapun dan siapapun selain Allah, dan tidak
kembali kepada apapun dan siapapun kecuali Allah. Itu sangat

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 255


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

berlaku untuk kesadaran utama makhluk hidup. Itu justru


pasal sokoguru-nya manusia hidup. Itu adalah hukum utama
kehidupan, yang sekarang kita pakai hanya untuk ucapan atas
kematian.

Sepertinya hampir semua urusan kita, bidang-bidang apapun


kegiatan kita, ilmu dan teknologi, Pemerintahan, Negara dan
Globalisasi, offline dan online. Sekolah dan kurikulumnya, dunia
darat maupun dunia maya – tidak tampak indikator di balik
aktualisasinya bahwa itu semua dibikin berdasarkan prinsip dan
fakta “inna lillahi wa inna ilaihi roji’un”.

Kalau kita kembali ke tema ilmu dan kesucian, maka mungkin saja
ragam ilmu-ilmu tinggi yang dicapai oleh ummat manusia yang
kagum-kagum dan takkjub-takjub sendiri atas apa yang mereka
sangka mereka yang menciptakannya, ternyata sesungguhnya
amat sangat remeh di hadapan kemahaan Allah. “Wama utitukum
minal ‘ilmi illa qalila”.

Jadi sesungguhnya kita marasa miris hidup di tengah manusia


penduduk bumi dewasa ini. Sudahlah mayoritas mereka
menyembah yang bukan Tuhan, pun rata-rata mereka menjalani
kehidupan yang sangkan-parannya bukan “Semua berasal dari
Allah dan kembali kepada Allah”.

Mungkin karena itu kita merasa aman dan lebih tenang ketika
bershalawata:

َ ‫ َوأ ْشغل الظالم َ الظالم‬،‫الل ُه ﱠم َص ﱢل َع َ َس ﱢ د َنا ُم َح ﱠمد‬


ِِ ِ ِِ ِ ِ ٍ ِ
َ ْ
‫َوأخر ْجنا ِم ْن َب ْ ِن ِه ْم س ِال ِم وع ِال ِه وصح ِ ِه أجم ِع‬
َ ْ ْ َ َ َ َ َ

“Ya Allah, bershalawatlah kepada pemimpin kami Nabi


Muhammad, dan sibukkanlah orang-orang dzalim saling

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 256


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

memberikan kejahatan dari orang dzalim lainnya, Keluarkanlah


kami dari kalangan mereka dengan keselamatan dari kejahatan
mereka. Dan berikanlah shalawat kepada seluruh keluarga dan
para sahabat beliau.”

Emha Ainun Nadjib


4 Juli 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 257


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (67)

Monopoli Al-Qur`an

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬


‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬
ِ
َ ‫ِ ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ‫إ اك نع د و‬
َ ۡ ُ َِ ٰ َ ‫ِ ۡ َ ﱢ‬
‫ٱه ِدنا ٱل ط ٱلمست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Idiom Rahman dan Rahim di Basmalah dalam Al-fatihah mustahil


akan pernah bisa dipahami atau diukur kemahaluasan
jangkauannya oleh makhluk manusia. Para Ulama dari kalangan
manusia hanya mampu mentadabburinya (menggali manfaat)
sebatas keterbatasan pandangannya, tetapi tidak mungkin
mampu menafsirkannya. Sebab pengetahuan dan pemahaman
yang bisa dicapai oleh manusia tidak pernah sejati dan otentik
secara apapun sebagaimana yang kemahaan Allah
memaksudkannya.

Kita sesama manusia bisa berdebat, berdiskusi atau berdebat


tentang Rahman dan Rahim dan bisa saja menghasilkan ini yang
benar dan itu yang salah. Tetapi semua itu nisbi atau relatif.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 258


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Sejauh-jauh yang bisa dicapai oleh makhluk Allah hanyalah


perkiraan atau prasangkanya sendiri.

Itulah sebabnya tak habis-habis kita mengulang penandasan


kesadaran bahwa algoritma paling pokok kehidupan ciptaan Allah
ini adalah:
ۖ ٞ ۡ ‫ٰٓ أن َت َر ُهوا َش ۡي ٔٗ ا َو ُه َو َخ‬ َ ‫َو َع‬
‫ل ۚ ۡم‬
ٞ َ ُ ٗ َ ُ َ ‫َو َع‬
‫ۡم‬ ‫ٰٓ أن ت ِح ﱡبوا ش ۡي ٔ ا َوه َو ّ ل‬
َ َ َ ُ ُ ‫َوٱ‬
‫َ ۡعل ُم َوأنت ۡم ت ۡعل ُمون‬
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia
amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

Sungguh yang paling menggelikan jika dipandang dari langit pada


isi bumi adalah merajalelanya kesombongan manusia yang merasa
berilmu. Merambahnya mental sok tahu, sok pinter, keminter,
kemeruh, dijunjungnya secara improporsional gelar Sarjana,
Ulama, Profesor Doktor, Habib Habaib, Kiai Haji, atau apapun.
Atau juga jabatan Presiden, Menteri, Rektor, Bupati dan apa saja
topeng-topeng prasangka lainnya, yang justru menjadi rumus
mainstream dari konstelasi struktural dan sistemik dalam
peradaban manusia. Dengan kata lain, budaya prasangka itulah
landasan dari penyusunan sistem khilafah (yang salah satu
aplikasinya disebut Negara) manusia yang dijalankan manusia atas
dirinya dan alam semesta.

Kita dididik sejak kecil untuk melakukan shalat. Kita dilatih untuk
menghadap kepada Allah secara personal dan privat. Meskipun
untuk kemashlahatan mu’amalah Allah memberi nilai plus kalau

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 259


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

kita shalat berjamaah. Tetapi pada kenyataannya selama


mengikuti shalat jamaah, masing-masing kita sesungguhnya
melakukan kontak personal dengan Allah di dalam batin masing-
masing. Shalat berjamaah mungkin adalah latihan manajemen
sosial bahwa meskipun kita berkumpul sebagai masyarakat,
sebagai warga suatu Negara atau sebagai bagian dari organisasi
apapun — tetapi kita terdidik untuk tetap punya hubungan
personal dengan Allah, dan jangan sampai kita tergeser
konsentrasi dengan menuhankan Ketua Partai kita, tokoh
masyarakat kita, pemuka Agama kita, idola kita dan siapapun.
Tuhan kita tetap Allah. Kita punya disiplin mahdloh meskipun kita
berada di dalam kumpulan mu’amalah.

Atau jangan sampai tokoh kita, pahlawan kita, bahkan panutan


kita, lantas tergeser menjadi Tuhan kita. Dengan kata lain, sehebat
apapun tokoh kita, jangan mau kalau dia menuhankan diri atas
kita. Pun kita juga tidak akan pernah menuhankan siapapun dan
apapun selain Allah.

Tokoh kita, Imam atau Mursyid kita, Kiai di garis depan ummat
kita, juga Presiden atau Syaikhona dan apapun penampakan
kecenderungan pemberhalaan dalam tradisi budaya kita, harus
kita tolak kalau beliau-beliau menuhankan diri. Yang karena
memang Tuhan, maka beliau menjadi berhala. Minimal kita yang
memberhalakan.

Pengejawantahannya mungkin berupa kita membela berhala kita


dengan semangat dan kadar melebihi pengabdian suci kita kepada
Allah. Atau mereka merasa atau kita mengganggap mereka pasti
benar. Di rentang jarak hubungan privat kita dengan Allah
terdapat Presiden, Ulama, Kiai, Ustadz, Mursyid, Habib atau tokoh
jenis apapun, sehingga interaksi batin dan nilai antara kita dengan
Allah menjadi terlalu dicampuri oleh mereka-mereka yang berdiri

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 260


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

kokoh di antara kita dengan Allah. Mereka akhirnya bisa menjadi


penghalang iman dan ilmu kita. Mereka melakukan atau berposisi
memonopoli Allah dari alam kejiwaan kita. Mereka menjadi
makelar-makelar atau pengecer-pengecer yang memotong
hubungan otentik kita dengan Allah.

Keangkuhan intelektual, supremasi kacendekiaan dan


kecendekiawanan, legalitas kepandaian dan kesekolahan atau
kesarjanaan atau keulamaan yang “dilantik” secara budaya,
menjadi pagar sangat kuat agar monopoli mereka atas Al-Qur`an,
Islam, dan semua nilai kebenaran bisa menjadi bangunan kokoh
kekuasaan yang menguasai zaman.

Itulah sebabnya kita mencederungi Tadabbur. Tanpa menolak


Tafsir. Karena di dalam mekanisme tadabbur juga diperlukan tafsir
meskipun terikat oleh prinsip tadabbur.
َۡ ُ ٰ َ ۡ َ َۡ ُ َ ُ‫ََ َََ ﱠ‬
‫وب أقفال َه‬
ٍ ‫ل‬‫ق‬ ‫أف يتدبرون ٱلقرءان أم ع‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah
hati mereka terkunci?” (Muhammad: 24)

ۡ َ ۡ َ ۡ َ َۚ َ ۡ ُ َ ُ ‫َ َ َ َ َ ﱠ‬
ِ ‫ند غ ٱ‬ِ ‫أف يتدبرون ٱلق َرءان ولو ان ِمن ِع‬
ٗ ۡ ُ
‫ل َو َجدوا ِف ِه ٱخ ِتل ٰ فا ك ِث ٗ ا‬
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an? Kalau
kiranya Al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (An-Nisaa:
82)

Maka di dalam Al-Qur`an sangat banyak perintah, anjuran atau


sindiran Allah kepada manusia agar kita berpikir, mengidentifikasi,

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 261


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

mengamati, meneliti, menganalisis, dan mempetakan. Afala


tatafakkarun, afala ta’qilun. Perintah untuk mengaktivasi akal
dan mendayagunakan pikiran. Entah apa maksud Allah kok tidak
ada firman Afala tufassirun atau afala tatafassarun. Kok tidak
ada “Kenapa engkau tidak menafsirkan”, “Apakah engkau tidak
menafsirkan”.

Emha Ainun Nadjib


5 Juli 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 262


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

Tadabbur Hari ini (68)

Al-Qur`an untuk Semua


Bukan Hanya

‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬ ‫ۡسم ٱ ِ ﱠ‬


ِ ِ
َ ‫ٱل َح ۡم ُد َر ﱢب ٱل َع ٰ لم‬
ِ ِ ِ
‫ٱلر ۡح َم ٰ ن ﱠ‬
‫ٱلر ِح ِم‬ ‫ﱠ‬
‫ﱢ‬
‫َم ٰ ِل ِك َي ۡو ِم ٱلدين‬
ُ ‫اك َ ۡس َتع‬ َ ‫ﱠ َ َُُۡ َ ﱠ‬
ِ ِ ‫ِإ اك نع د و‬
َ َ َ ۡ
‫ٱه ِدنا ٱل ﱢ َ ٰ ط ٱل ُم ۡست ِق م‬
َ ۡ َ َ
‫ين أن َع ۡمت َعل ۡي ِه ۡم‬ ‫ِ َ ٰ ط ٱل ِذ‬
‫َ ۡ ۡ ََ ﱠ‬
َ ‫ٱلض ل‬ ُ ۡ َ َۡ
‫وب علي ِهم و‬ ِ ‫ض‬ ‫غ ٱلمغ‬
(Al-Fatihah: 1-7)

Setiap kali memasuki bulan Ramadlan, yang kemruyuk di benak


kita tidak sekadar soal lapar dan haus. Kita mempuasai segala
yang kotor agar kita bersihkan. Segala yang salah agar kita geser
ke benar. Segala yang sombong untuk kita rendah-hatikan. Segala
yang mungguh agar kita ruku’ dan sujud-kan.

Siapa tahu Allah me-Ramadlan-kan penggalan tertentu di tengah


alur waktu, untuk memberi momentum intimitas atau kekariban
atau kadekatan privat antara Diri-Nya dengan manusia.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 263


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

ُ ُ َ َ َ
‫ش ۡه ُر َر َمضان ٱل ِذ ٓى أنز َل ِف ِه ٱلق ۡر َءان‬
ۚ َ ُ َ َ ‫ﱠ‬ ً ُ
‫هدى للناس َو َ ﱢ ن ٰ ٍت ﱢم َن ٱل ُهد ٰى َوٱلف ۡرق ِان‬
“Bulan Ramadlan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”
(Al-Baqarah :185)

Terlebih dulu Allah melatih kita berpuasa, mengerjakan sesuatu


yang membawa kita ke kondisi sublimasi batin dan kejernihan
jiwa. Setelah dua minggu lebih Allah lantas menurunkan hidayah
dan hikmah Al-Qur`an. Dengan sangat transparan Allah
menspesifikasi tanazzulul qur`an itu sebagai “hudan linnas”,
bahkan dengan perluasan kemungkinan “wa bayyinatin minal
huda”, pun bahkan dengan “wal furqan”. Kitab itu diturunkan
untuk (semua dan setiap) manusia, di“sipat kendel”i pula dengan
“penjelentrehan atas petunjuk dan pembeda”.

Sedemikian lugas hubungan personal itu digariskan, sehingga


Allah sama sekali tidak menuturkan spesifikasi misalnya
“lil’ulama”, “lilmuttaqin”, bahkan tidak juga “lilmuslimin”.
Melainkan “linnas”, siapapun manusia itu. Ulama oke ummat
biasa oke, Sarjana oke awam oke, orang suci oke kotor oke.
Siapapun, turunan siapapun, berasal-usul dari manapun,
kapanpun.

Sedemikian universalnya. Sehingga itu juga disertai fakta logis


bahwa Allah “bertanggung jawab” memastikan setiap manusia Ia
anugerahi alat atau “tool” untuk mengakses Al-Qur`an.

Tentu saja Kaum Cendekiawan dan para Ulama kita yakini lebih
memiliki kecanggihan intelektual maupun spiritual untuk

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 264


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

menerima dan “bergaul” dengan dan mengakses Al-Qur`an. Tetapi


“hudan linnas” mencerminkan rasio bahwa sesungguhnya setiap
manusia oleh Allah diciptakan memiliki peralatan akal dan
kelengkapan kejiwaan untuk bersentuhan dengan Al-Qur`an.

Apalagi “wa bayyinatin minal huda”, apakah itu included?


Terangkum di dalamnya bahwa Allah juga menyediakan bagi
setiap manusia untuk menemukan penjelasan, penerangan, pen-
dunung-an atas firman-firman-Nya di masing-masing diri mereka?
Kalau tidak, apa dan bagaimana logikanya bahwa kalimat itu
diteruskan dan disambung sedemikian rupa: “hudan linnas wa
bayyinatin minal huda”?

Maka siapapun kita. Sepandai apapun kita. Seterpelajar setinggi


apapun kita. Sehebat dan sealim saleh sampai tingkat “khash”
pun. Seulama dan secendekiawan tercanggih pun. Ayat Allah di
atas mengandung anjuran dan peringatan jangan sampai
kita pernah meremehkan manusia, yang kebanyakan mungkin
kita anggap awam, kelas rendah, tidak terdidik di sekolah atau
pesantren. “Hudan linnas” itu absolut, karena Maha Subyek yang
menuturkannya adalah Allah Swt.

Mudah-mudahan tak akan pernah terucap lewat mulut kita, atau


terendam di kasadaran kita maupun tak terasa terahasiakan di
bawah sadar kita ungkapan-ungkapan yang meremehkan
manusia: “Ah, itu kan orang awam. Dia kan jamaah biasa. Dia itu
ummat rata-rata. Dia tidak pernah makan ilmu pesantren. Dia
kurang terpelajar. Dia wong cilik”. Atau ungkapan-ungkapan
sejenis itu lainnya.

Kalau “hudan linnas” itu diaplikasikan oleh Allah, lantas manusia


memperoleh hal tertentu dari Allah, kemudian karena bergembira
maka ia mengucapkannya. Apakah kita akan bertanya kepadanya:
apa dan dari mana sandaran informasinya? Apakah kita akan

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 265


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

menagih referensi dan daftar kepustakaannya? Di ranah dan


konteks apa kita mewajibkan memberlakukan sanad, di wilayah
mana hal itu bisa tidak berlaku?

Bahkan secara “woow!” Allah memfirmankan:

‫ال‬ َ ‫ٱلن ۡحل أن ﱠٱتخ ِذى م َن ٱلج‬


‫ﱠ‬
‫إ‬
َ ‫َ ۡ َ ٰ َﱡ‬
‫ك‬ ‫وأو ر‬
ِ ِ ِ ِ
َ ُ ۡ َِ ‫ُ ُ َ َ ِ ﱠ َ َ ِ ﱠ‬
‫بيوتا و ِمن ٱلشجر و ِمما عرشون‬
“Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang di
gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat
yang dibikin manusia.” (An-Nahl: 68)

Terjemahan (oleh kaum Ulama) “auha” adalah “mengilhamkan”.


Itu pasti sesudah melalui sejumlah pemetaan dan pertimbangan.
Kita belajar dari para Ulama bahwa wahyu itu “hak” atau
kualitasnya para Nabi dan Rasul. Kalau untuk para Auliya atau Wali
kabarnya disebut “karamah”. Sedangkan untuk kita-kita manusia
lumrah ini istilahnya “ilham”. Maka terjemahan ayat itu
menyebutkan “mengilhamkan kepada lebah-lebah”. Hati kecil kita
mungkin cerewet: Mosok hewan kok dapat wahyu. Paling pol ya
ilham lah.

Penerjemahan ayat di atas menyebut “mengilhamkan” untuk kata


“auha”, yang secara etimologis memang berarti “mewahyukan”.
Tapi mungkin karena pertimbangan kualitatif atau regulasi budaya
dan level-level di antara makhluk-makhluk Allah, maka disebut
“mengilhamkan”. Rasanya sungkan atau pekewuh: Mosok tawon
kok diperlakukan seperti Nabinya manusia.

Mungkin karena logika tertentu kita mempresisikan bahwa kalau


lebah-lebah itu ya jangan pakai kata “wahyu”. Atau kita manusia

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 266


Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta

merasa direndahkan kalau hewan kok menerima “wahyu”,


sedangkan kita hanya “ilham”.

Apa benar asumsi ini, kita tidak mengerti persis. Wallahu a’lamu
bis-shawab. Sedangkan pun semesta makna “ihdinas shirathal
mustaqim” memang mungkin jauh lebih luas dibanding setriliun
jagat raya.

Emha Ainun Nadjib


6 Juli 2023.

“ Taddabur Hari ini “ (CAKNUN.COM) 267


Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

Biografi Emha Ainun Najib (Cak Nun) dan Karyanya


Oleh Pujakesuma Januari 12, 2022

Siapakah yang tidak mengenal budayawan sekaligus sastrawan Emha Ainun Najib
(Cak Nun)? Beliau memang dikenal sebagai budayawan yang paling menyukai
gamelan.

Untuk mengenal lebih dekat siapa Emha Ainun Najib atau Cak Nun, berikut ini akan
diterangkan berkenaan dengan biografi Emha Ainun Najib. Silahkan baca ulasannya
hingga selesai agar Anda mendapatkan informasinya secara lengkap.

Muhammad Ainun Najib atau yang lebih dikenal dengan Emha Ainun Najib terlahir di
Jombang, 27 Mei 1953. Figur yang sering dipanggil dengan Cak Nun ini adalah anak
ke-4 dari 15 bersaudara. Beliau adalah putra dari seorang petani yang bernama MA.
Lathif (alm).

Cak Nun pernah mengenyam pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor, tetapi
beliau keluar dari pondok Gontor karena di tahun ke-3 studinya beliau melakukan
perlawanan karena menganggap kurang bagusnya mekanisme yang berjalan di pondok
pada saat itu.

Page ii
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

Kemudian, beliau juga berpindah ke Yogyakarta dan menamatkan Sekolah Menengah


Atas di SMA Muhammadiyah I Yogyakarta. Selanjutnya, beliau juga sempat kuliah di
Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM), tetapi hanya bertahan satu
semester.

Saat di Yogya, beliau sempat hidup menggelandang selama5 tahun, antara tahun 1970
sampai tahun 1975 di sekitar Malioboro. Pada periode 5 tahun itu, beliau belajar sastra
ke Umbu Landu Paranggi, seorang sastrawan dan sufi yang hidupnya misteri dan tidak
banyak dijumpai orang.

Umbu Landu Paranggi pulalah yang menjadi satu diantara figur yang paling dikagumi
beliau dan mempengaruhi perjalanan hidupnya sampai sekarang ini.

Emha Ainun Najib memulai kariernya sebagai pengasuh rubrik Ruangan Sastra di
sebuah surat kabar, Yogyakarta pada tahun 1970. Selanjutnya, beliau menjadi
wartawan / redaktur di harian yang sama pada 1973-1976.

Awalnya, Emha Ainun Najib pernah menjadi pemimpin Teater Dinasti (Yogyakarta), dan
saat ini menjadi pemimpin group gamelan Kyai Kanjeng. Emha Ainun Najib juga sering
menulis puisi dan kolom di sejumlah media baik lokal maupun nasional.

Sebagai seorang budayawan, seniman, dan cendekiawan muslim, kehidupan Emha


Ainun Najib sudah pasti tidak dapat dilepaskan dari seni dan kegiatan sosial keislaman.
Contohmua, beliau memiliki kegiatan bulanan dengan komunitas warga Padhang
Bulan.

Emha Ainun Najib juga sering berkeliling Nusantara dan Luar Negeri bersama group
Gamelan Kyai Kanjeng nya, dan minimal dia dan Kyai Kanjeng dapat tampil 10-15 kali
dalam sebulan.

Sampai saat ini, Suami dari mantan artis (penyanyi) Novia Kolopaking ini juga setia
mengadakan acara Selamatan Cinta semenjak 1990-an di Taman Ismail Marzuki
bersama Jemaah Maiyah.

Selamatan Cinta hanya satu dari komunitas silaturrahim kemanusiaan dan kebudayaan
yang dibungkus dengan ide enteng, terbuka, nonpartisan, dan ajang kesenian lintas
gender.

Adapun acara beliau dan Jemaah Maiyah dengan ide sama juga menjadi jadwal reguler
bulanan di beberapa kota yang lainnya.

Misalnya, Gambang Syafaat di Semarang, Bangbang Wetan di Surabaya, Paparandang


Ate di Mandar, Mocopat Syafaat di Yogyakarta, Padhangmbulan di Jombang, Maiyah
Baradah di Sidoarjo, dan di sejumlah lain tempat seperti pada Bandung, Bali, Malang,
Hongkong.

Page iii
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

Di bidang kesenian, Emha Ainun Najib juga aktif di teater, film, mengeluarkan buku, dan
menulis puisi. Di teater, beliau aktif di Teater Dinasti dan menghasilkan beberapa
repertoar dan pertunjukan sinetron.

Di bidang seni pentas dan kepenyairan, Emha Ainun Najib juga pernah mengikuti
beberapa lokakarya dan Festival Internasional di beberapa negara, seperti lokakarya
teater di Filipina pada 1980, International Writing Program di Kampus Iowa, Amerika
Serikat pada 1984, Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda pada 1984,
dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman pada 1985.

Kehidupan Keluarga Emha Ainun Najib

Emha Ainun Najib menikah dengan Novia Kolopaking, seorang aktris dan vokalis pada
tanggal 22 Maret 1997. Pernikahan mereka dikaruniai 4 (empat) orang anak, yakni
Ainayya Al Fatihah (alm), Aqiela Fadia Haya, Jembar Tahta Aunillah, dan Anayallah
Rampak Mayesha.

Saat sebelum menikah dengan Novia Kolopaking, Emha pernah menikah dengan
Neneng yang selanjutnya berpisah. Dalam pernikahan pertama kalinya itu Emha
memiliki seorang putra yang bernama Sabrang Mowo Damar Panuluh atau yang lebih
dikenal dengan Noe, penyanyi group band Letto.

Penghargaan yang Diterima Emha Ainun Najib

Pada bulan Maret 2011, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata menganugerahi


Emha Ainun Najib dengan Penghargaan Satyalancana Kebudayaan 2010.
Penghargaan itu diberikan atas dasar Emha Ainun Najib memiliki jasa besar dalam
konservasi kebudayaan daerah (lokal).

Emha Ainun Najib yang sering memakai perangkat alat musik gamelan memiliki ciri
khas kedaerahan saat tampil di Luar negeri, membuat Indonesia makin dikenal di luar
negeri dengan kesenian-kesenian daerah dan musik yang unik.

Karena itu, Emha Ainun Najib dapat mengharumkan nama Indonesia sampai ke luar
negeri. Tidak hanya telah mengharumkan Indonesia pada tingkat internasional, tetapi
juga beberapa karya musiknya, pentas, dan karya tulis puisi dan essainya sangat
bermanfaat untuk perkembangan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Karya-Karya Emha Ainun Najib

Emha Ainun Najib mulai populer dan dikenal masyarakat sejak merilis ulang single “Ilir-
Ilir dan Shalwat Badar”. Beliau juga dikenal aktif di dunia teater dan sastra sehingga
mampu menelurkan berbagai macam karya sejak 1980-an.

Karya Emha Ainun Najib di bidang Teater:

Page iv
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

1980 : Keajaiban Lik Par (bercerita tentang eksploitasi rakyat di era modern)

1982 : Mas Dukun (bercerita tentang gagalnya lembaga yang dipimpin secara modern)

1989 : Geger Wong Ngoyak Macan (bercerita tentang pemerintahan Soeharto), Patung
Kekasih (bercerita tentang pengkultusan)

1990 : Santri-santri Khidir (bersama teater Salahudin dan seluruh santri Gontor sebagai
pemain), Lautan Jilbab (dipentaskan serentak di Surabaya, Makassar, dan Yogya).

1992 : Perahu Retak (tentang zaman Orde baru Indonesia dengan situasi konflik pra-
kerajaan Mataram), Sidang Para Setan, Pak Kanjeng, dan Duta dari Masa Depan.

1993 : Kiai Sableng dan Baginda Faruq

2008 : Tikungan Iblis (dipentaskan di Jakarta dan Yogyakarta bersama Teater Dinasti)

2012 : Nabi Darurat Rasul AdHoc (bersama Teater Perdikan dan Letto)

Karya Emha Ainun Najib di bidang Film:

2011: Rayya, Cahaya di Atas Cahaya (menulis skenario film bersama Viva Westi).

Karya Emha Ainun Najib dalam bentuk Buku dan Puisi:

1976 : “M” Frustasi

1978 : Sajak-sajak Sepanjang Jalan, Sajak-sajak Cinta

1982 : Nyanyia Gelandangan

1983 : 99 untuk Tuhanku

1989 : Suluk Pesisiran, Lautan Jilbab

1990 : Seribu Masjid Satu Jumlahnya

1991 : Cahaya Maha Cahaya

1993 : Sesobek Buku Harian Indonesia

1994 : Abacadabra, Syair-syair Asmaul Husna

Karya Emha Ainun Najib dalam bentuk Buku Essay:

1985 : Dari Pokok Sejarah, Sastra yang Membebaskan

Page v
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

1990 : Secangkir Kopi Jon Pakir

1991 : Slilit Sang Kiai

1993 : Markesot Bertutur

1994 : Markesot Bertutur Lagi, Gerakan Punakawan, Indonesia Bagian Penting dari
Desa Saya, Sudrun Gugat

1995 : Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai, Budaya Tanding, Titik Nadir Demokrasi

1996 : Opini Plesetan, Surat Kepada Kanjeng Nabi, Bola-Bola Kultural, Tuhanpun
Berpuasa

1997 : Demokrasi Tolol Versi Saridin, Kita Pilih Barokah atau Azab Allah, Iblis
Nusantara Dajjal Dunia

1998 : 2,5 jam Bersama Soeharto, Mati Ketawa Cara Refotnasi, Kiai Kocar-Kacir,
Ziarah Pemilu Ziarah Politik Ziarah Kebangsaan, Keranjang Sampah

1999 : Ikrar Husnul Khatimah

2000 : Jogja Indonesia Pulang Pergi, Ibu Tamparlah Mulut Anakmu

2001 : Menelusuri Titik Keimanan, Hikmah Puasa 1&2, Segitiga Cinta, Kitab
Ketentraman, Trilogi Kumpulan Puisi

2003 : Tahajjud Cinta, Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun

2005 : Folklore Madura, Puasa itu Puasa, Syair-Syair Asmaul Husna

2006 : Kerajaan Indonesia, Jalan Sunyi EMHA, Istriku Seribu

2007 : Orang Maiyah, Tidak. Jibril Tidak Pensiun

2008 : Kagum Pada Orang Indonesia , Dari Pojok Sejarah; Renungan Perjalanan Emha
Ainun Najib

2010 : DEMOKRASI La Raiba Fih

Semoga segala apa yang telah beliau sumbangankan untuk bangsa Indonesia dapat
bermanfaat untuk kita semua. Sekian informasi yang disampaikan mengenai biografi
Emha Ainun Najib (Cak Nun) dan Karyanya.

Page vi
Dicopy dari : Emha Ainun Nadjib Official Website - Dikelola oleh Progress, Yogyakarta 2023

Page vii

Anda mungkin juga menyukai