Anda di halaman 1dari 9

MANTRA DALAM BAHASA TOLAKI

MO`INDI ANADALO NI WO`OHU

Aso ruo tolu omba Aku indiko


Auwaraka mendidoha
Aumorini ronga monapa
Morini mbu`u mbundi, monapa mbu`u ndawaro
Auwaraka mendidohan aumelaindoro, umendaa umuru

MANTRA MENGOBATI ANAK YANG SEDANG SAKTI PANAS

Satu dua tiga saya raba


agar sehat
Semoga engkau dingin serta sejuk
Sedingin batang pisang sesejuk pohon sagu
Semoga engkau cepat besar, sehat panjag umur
CERITA RAKYAT TOLAKI

CERITA RAKYAT TOLAKI YANG BERJUDUL “ PASAENO”

La’ito o’aso otembo anolako i Wesande me’onaha anotekoni moko’uono.


Lako’ito lumolambua meopolaha iwoi, mano tano onggiki hae itomo iwoi. Ieto
bara sinuano iwoi la inetawa toho. Mahio’ito nomoko’uono to’oto notehanungge
noiwoi ine tawa ano ale uminu’i.
Ietoka bara ona nggiro’o ano mendia i Wesande. Te’embe hae tano langgi
wawo rapu. Ropendutulu’ito ona tono dadio nomosa’ato gau-gauno,
pinokomendia. Mano lala’ieto i Wesande nopehapu, ki’oki no’ari medulu’ako
langgai, ano tekoni mendia, ieika no’ari mo’inu iwoi ine tawa ndoho, laha’ano
lako me’onaha, mano tanionggi parasaea’i.
Lakonoto i Wesande meotonao, te’eni, “ako ambato ari medulu’ako
langgai akumendia, ma, kekupe’ana ma nggo ieto wawo’aku, akutomate
sumurundia. Ie keno ta ieki, ma, akuki melai ndoro, kekila barakano ananggu
matu oleo peromboi.”
Mano mbako i Wesande meotonao tano pinarasea. Pinotuha’ito ari laikano
peohaino lako pinelaika’ako i ahoma anopo’ia dowo sambe ano pe’ana dowo.
Sina ropembodea’i Wesande nope’anato ronga salama’ika iepo ona aro la iha-iha
mbebarasaea’i notano pinoko-mendiaki.
Elengua’iropo mbebarasaea’i notudu ona ari lahuene bangga-bangga la
lako umula’i mbera parewa mbesosambakaino anano i Wesande. Ieto la lako
wawe’i nggiro’o obangga no’amano anano i Wesande, ari i wawo sangia.
Ieto la lako niawono nopetuha amano, watu mbeosambakai, pingga
mbebahoano anano. Ari’ipo ona anano i Wesande sinosambakai iepo ona amano
nopondamoke tamono anano ieto bara i Pasa’eno.

Mbesobairoto ona tono dadio ako ine amano i Pasa’eno nosangia toude,
ronga lako kei Pasa’eno no’ana sangia. Sambe ingoni oleo laha’iroika nggiro’oro
parewa mbesosambaino i Pasa’eno. I Pasa’enoto ona ni’ino mbepuearo mbera
tono tinamoako tano anakia, tano o’ata.

Arti dalam bahasa indonesia:


Pasa,eno
Pada suatu hari pergilah Wesande mengambil daun pandan di hutan.
Ketika ia mengambil daun pandan, tiba-tiba dirinya merasa kehausan. Ia lalu
mencari air, tetapi ia tidak menemukannya. Konon air yang ditemukannya adalah
air otoho (sejenis pohon yang subur).
Karena merasa sangat kehausan, maka ia tidak peduli lagi sumber air yang
diminumnya. Akibat air yang diminumnya itu, tiba-tiba ia kemudian menjadi
hamil. Berhubung ia tidak berstatus sebagai istri orang, maka dituduhlah ia oleh
masyarakat sekampung bahwa dirinya telah dihamili. Tetapi Wesande selalu
menyangkalnya bahwa dirinya tidak pernah bersama dengan seorang lelaki, hanya
karena ia pernah meminum air di daun ketika mengambil daun pandan. Namun
orang-orang sekampung tidak mempercayainya.
Kemudian Wesande mengutuk dirinya dengan berkata bahwa “jika benar
aku telah bersama dengan lelaki yang menyebabkan aku hamil, maka apabila aku
melahirkan, itulah yang akan merenggut nyawaku, namun jika bukan, maka aku
akan selamat berumur panjang dan anakku akan menjadi orang yang mubarak di
kemudian hari.”
Meskipun Wesande telah mengutuk dirinya dengan bersumpah, tetapi tidak
ada seorang pun yang mempercayainya. Diusirlah dirinya dari rumah keluarganya
dan dibuatkanlah rumah di tengah hutan, lalu ia tinggal seoarang diri hingga
melahirkan.
Setelah masyarakat mendengar bahwa Wesande telah melahirkan dengan
selamat, barulah mereka percaya jika dirinya tidak dihamili. Mereka pun semakin
percaya ketika turun dari langit sebuah perahu yang memuat segala peralatan
upacara permandian bayi Wesande. Perahu tersebut dibawah oleh ayah anak
Wesande yang berasal dari kayangan.
Peralatan yang dibawanya ketika ia turun adalah batu alat untuk
memandikan Si bayi, dan piring besar sebagai tempat memandikannya. Setelah
bayi Wesande dimandikan, barulah mereka memberi nama bayi itu dengan nama
Pasa’eno.
Masyarakat sekampung kemudian menyembah kepada ayah Pasa’eno
sebagai dewa nyata serta terhadap Pasa’eno sebagai anak dewa. Peralatan mandi
bayi Pasa’eno masih ada. Pasa’eno inilah yang dikenal sebagai nenek moyang
dari mereka yang tergolong kaum bukan bangsawan dan bukan pula budak.
LAGU BAHASA TOLAKI

LAGU MOLULO

No peia karandu

Tinoni tawa twa

Luwuako to’ono

Meambo penaono

Ato mbekai kai

Ato mbepali pali

Ikeni dungguano

Pedulu duluando

Ipoluloa samaturua

Ipoluloa teposua’a

Ipoluloa pesabea’a

Ipoluloa peohaia

ARTINYA:

Genggaman tangan ini

Satukan langkah kita

Seirama indahnya

Senyuman di wajahmu

Ku coba tuk menari

Kan ku genggang tanganmu


Agar engkau mengerti

Aku tlah jatuh hati

Di pesta lulo kita bertemu

Di pesta lulo ku mengenalmu

Di pesta lulo ku jatuh cinta

Di pesta lulo semua berawal

Lulo molulo moese ese

Lulo molulo mbekai kai

Lulo molulo kau mempesona

Selalu ku kenang takkan terlupa

Lulo molulo kau mempesona

Lulo molulo ku jatuh cinta

Lulo molulo...

Wooo...oooo...
PANTU DALAM BAHASA TOLAKI

kinoho atau lolama adalah pantun yang sering disampaikan dalam


berbagai kesempatan. Kinoho menggambarkan pujian, cemoohan, dan sindiran
yang ditujukan kepada seseorang lawan jenis di kalangan muda mudi maupun
dikalangan orang-orang tua. Kinoho atau lolama terdiri atas beberapa jenis,
meliputi: kinohombesadalo (kinoho anak muda), kinoho agama, kinoho sara
(adat), dan kinohosinggu (menyinggung atau menyindir).

Contoh:

kinoho sara (adat) koro bite batako (tidak usah ragu-ragu), ineabata-bata (dan
tidak usah bimbang), kumokeamatako (aku telah tetapkan), matakulanggitetaku-
taku (dan takut akan ingkar janji).
TEKA TEKI DALAM BAHASA TOLAKI

singguru (teka-teki) adalah kalimat yang diucapkan dan disampaikan


dengan menguji kecerdasan seseorang dalam bentuk pertanyaan tebakan.
Singguru (teka-teki) sering pula diartikan sebagai permainan kata-kata yang biasa
disampaikan di pagi hari atau sore hari pada saat panen padi berlangsung.
Singguru (teka-teki) dilakukan secara bersama-sama, saling membalas satu
dengan yang lainnya.

Contohnya:

mbetala oki nosorodadu, mobotuki oki no panaapi (berbaris bukan tentara,


berbunyi bukan senjata) jawabnya ogandu (jagung), ingoni upahoe, ingoni
nolumele (begitu ditanam, langsung merambat) jawabnya o’eme (air
kencing/seni), u’indii morini, ukai mokula (dipegang)
PESAN-PESAN ATAU NASEHAT DALAM BAHASA TOLAKI

pe’oliwi (pesan-pesan) adalah cerita yang berisi mengenai ajaran moral,


nasehat, dan petuah dalam kehidupan keluarga dan masyarakat,

contohnya:

Iamo iehe mondoiehe ine suere ndoono (jangan suka berbuat semena-mena
kepada orang lain), iamo uteroraroramba (hendaknya jangan engkau merampas
milik orang lain), piarai raimu, pombeotooriamino ariamu (pelihara sikap dan
tindakanmu pertanda engkau berasal dari bangsa yang beradab).

Anda mungkin juga menyukai