Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

MATA KULIAH ANTROPOLOGI KOGNITIF DAN LINGUISTIK


METODE ETHNOGENEALOGICAL
Harold C. Conklin dalam Buku Cognitive Anthropology
Karya Stephen Tyler









Oleh
Kelompok 4

KHUSNUL HAKIM (071211731073)
LAILY NURULLYTA (071211733003)
AMALIA MASTURINA (071211733020)
BASYARUL AZIZ (071211733022)
RISKA DWI YUNIARTI P. (071211733042)




DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2013/2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat
pada waktunya yang berjudul Metode Silsilah Kekerabatan atau Metode Etnogenealogical
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing kami Nurcahyo Tri Arianto,
Drs., M. Hum dan Sri Endah Kinasih, S.Sos, M.Si yang telah memberikan tugas makalah ini
dengan judul Metode Silsilah Kekerabatan atau Metode Etnogenealogical sehingga
memberikan wawasan baru bagi kami tentang tema tersebut.
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang metode dalam etnografi tentang silsilah
kekerabatan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
metode ethnogenealogical.
Dan pada akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Surabaya, 17 Maret 2014

Kelompok 4

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan Makalah..................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan Makalah................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Organisasi Sosial dan Kekerabatan.......................................6
2.2 Metode Silsilah Kekerabatan..............................................................7
2.3Pendekatan genealogical method dan etnogenealogical method........7
2.3.1 Kedudukan Silsilah.............................................................8
2.3.2 Kategori Kekerabatan.........................................................8
2.3.3 Prinsip Abstrak...................................................................9
2.3.4 Korelasi..............................................................................10
2.4 Sistem Pengetahuan dan Hubungannya dengan metode
kekerabatan............................................................................................10 2.5 Simbol
dan Makna dalam Kekerabatan...........................................11
2.6 Contoh Kasus...................................................................................14
BAB III PENUTUP.........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................15







BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekarang kehidupan manusia tidak terlepas dari hubungan perkawinan dan kelahiran. Dan para
etnografer tertarik untuk meneliti sistem kekerabatan selama di lapangan. Selama di lapangan
para etnografer berusaha untuk meneliti sesuai dengan prosedur-prosedur ketat dalam
pengumpulan data, mendiskribsikan dan menginterpretasikan temuan data kekerabatan di
lapangan. Tujuan dari makalah yang kami susun adalah untuk memberikan review tentang
metode dalam sistem kekerabatan dan mencari pendekatan yang tepat dalam memahami sistem
kekerabatan sosial.
Etnografi berhubungan dengan sistem kekerabatan. Fenomena sistem kekerabatan merupakan
kriteria dalam penyusunan dalam laporan etnografi. Dalam pendekatan untuk membahas
deskripsi tentang sistem kekerabatan, kelompok kami membahas metode silsilah/genealogical
method . Kelompok kami menemukan bahwa hubungan kekerabatan merupakan hal yang
universal, karena dialami oleh semua manusia. Sistem kekerabatan syarat simbol-simbol dan
makna kekerabatan. Etnografi tentang sistem kekerabatan yang menarik meliputi empat hal
yakni kriteria yang relevan dalam menggambarkan kategori sosial, demarkasi domain yang
mengenal batas-batas budaya, kategori analisis tentang pencatatan suatu peristiwa dilapangan,
menerjemahkan label atau cap dari sistem kekerabatan.
Kelompok kami membahas dan mendiskusikan pengetahuan tentang silsilah kekerabatan, yang
dalam buku karya James W Tyler tentang Cognitive Anthropology khususnya Ethnogenealogical
method membahas tentang sistem kekerabatan yang ada di satu wilayah ke wilayah lain dalam
domain Hanunoo bahwa hubungan sosial memerlukan pengetahuan tentang kekerabatan,
jaringan peran dalam kekerabatan, perhitungan derajat hubungan yang tepat adalah sangat
penting dalam mengatur melalui pernikahan. Analisis tentang kekerabatan ada emapat tahap
yang dibahas dalam aspek analisis yakni kedudukan silsilah, kategori kerabat, prinsip abstrak dan
korelasi.

1.2 Rumusan Masalah
Dari makalah yang kami diskusikan, kelompok kami mengambil suatu
rumusan masalah yakni :
Tentang sistem kekerabatan yang dibahas oleh Harold C. Conklin mengenai kategorisasi
kekerabatan, peran dan posisi dalam sistem kekerabatan, emik dan etik dalam sistem kekerabatan
serta pernikahan tradisional dalam kekerabatan. Kelompok kami mengajukan satu pertanyaan,
bagaimana hubungan antara metode silsilah kekerabatan dengan pengetahuan tentang
kekerabatan yang universal, didalamnya meliputi simbol dan makna dalam kekerabatan yang
banyak dikaji oleh etnografer dalam menulis etnografi?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah Atropologi Kognitif dan Linguistik ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diberikan dosen mata kuliah Atropologi Kognitif dan Linguistik serta menjawab pertanyaan
yang ada pada rumusan masalah. Selain itu penyusunan makalah ini juga bertujuan agar
memenuhi standar kompetensi yang telah diharapkan dosen, atau bahkan melebihi kompetensi
yang ada.

1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat penulisan makalah yang berjudul Metode Silsilah Kekerabatan atau Metode
Etnogenealogical ini adalah untuk menambah wawasan pengetahuan penulis dan pembaca
khususnya mahasiswa Antropologi tentang metode silsilah kekerabatan dan untuk membuat
pembaca lebih memahami tentang kategorisasi kekerabatan. Selain meningkatkan pengetahuan,
makalah ini juga bermanfaat yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan antara metode
silsilah kekerabatan dengan pengetahuan tentang kekerabatan yang universal.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Organisasi Sosial dan Kekerabatan
Organisasi Sosial dan Kekerabatan adalah sistem yang mengatur segala aspek kehidupan
masyarakat dengan tujuan menciptakan dan mempelajari unsur kebudayaan secara universal
khususnya yang berkaitan dengan kekerabatan. Setiap unsur kebudayaan organisasi sosial dan
kekerabatan mempunyai tiga wujud kebudayaan yang didalamnya terdapat sistem budaya, sistem
sosial dan hasil karya.
Kerabat merupakan orang yang dianggap atau digolongkan mempunyai hubungan keturunan
atau darah atau hubungan perkawinan dengan ego. Ketentuan mengenai siapa yang tergolong
sebagai kerabat ego, dibuat berdasarkan atas sistem kekerabatan yang berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan dimana ego adalah sasal seorang warganya. Kekerabatan mempunyai arti
sebuah sistem hubungan sosial yang berasal dari pengakuan silsilah (keturunan), perkawinan dan
diberikan untuk kepentingan sosial budaya (Rustinsyah, 2013).
Kekerabatan adalah hubungan antara setiap entitas baik yang berasal dari perkawinan dan
keturunan sisilah atau sejarah, faktor sosial budaya dan keturunan biologis. Menurut Bernad
(1984), kekerabatan sebagai prinsip pengorganisasian yang penting dalam masyarakat dan
berperan penting untuk mengatur perilaku, umumnya para antropolog menganggap kekerabatan
sebagai tempat dalam menerapkan aturan-aturan dasar perilaku manusia (Rustinsyah, 2013).
Istilah kekerabatan adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan identitas para kerabat yang
berkenaan dengan penggolongan kedudukan mereka dalam hubungan kekerabatan masing
masing dengan ego. Dengan adanya istilah kekerabatan, hubungan hubungan sosial yang
menyangkut kedudukan, hak dan kewajiban antara ego dengan kerabat kerabatnya dapat
dilakukan secara mudah dan tertib sesuai dengan aturan yang berlaku.


2.2 Metode Silsilah Kekerabatan
Sebagai manusia, banyak diantara kita yang mengenal nenek moyang dengan cara
menelusuri silsilah keturunannya. Metode silsilah ini merupakan teknis etnografis yang sudah
lama dikenal. Para ahli etnografi terdahulu mengembangkan tanda dan simbol-simbol untuk
menandai kekerabatan, keturunan dan perkawinan. Silsilah ini menjadi suatu bagian yang kokoh
dalam organisasi sosial masyarakat tradisional, yang penduduknya tinggal dan bekerja setiap hari
dengan kerabat dekat mereka.
Para antropolog perlu mengumpulkan data silsilah untuk memahami hubungan hubungan
sosial tertentu dan merekonstruksi sejarah. Perkawinan juga penting dalam mengatur masyarakat
tradisional karena pada masyarakat saat ini, perkawinan strategis yang dilakukan antar desa,
suku, dan klan menciptakan persekutuan persekutuan.

2.3 Pendekatan genealogical method dan etnogenealogical method
Salah satu pendekatan untuk masalah-masalah tertentu dalam deskripsi etnografis dikenal secara
luas sebagai metode silsilah/genealogical method.Hal ini biasanya mengacu pada teknik untuk
merekam dan meringkas catatan lapangan pada hubungan kekerabatan dari beberapa unit sosial
tertentu. Setelah memulai investigasi lapangan dengan analisis kekerabatan, seseorang mungkin
menemukan bahwa keselarasan politik, kegiatan ekonomi, atau tuntutan agama yang merupakan
penentu hak dan kewajiban antara anggota masyarakat, tapi hubungan kekerabatan penting
dalam anggota masyarakat. Namun demikian, ada tiga hal yang yang membuat studi hubungan
silsilah penting bagi antropolog :
1. Hubungan kekerabatan diakui secara universal
2. Hubungan kekerabatan hampir secara universal dibahas dalam literatur etnografi
kontemporer.
3. Perhatian terhadap hubungan silsilah adalah tradisi disiplin yang berdiri lama.
Etnogenealogical method, pada metode ini dilakukan berdasarkan metode penelitian
dilapangan yang menekankan pada penelitian yang prosedural dan sesuai kaidah secara ketat.
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Hanunoo yang mempunyai silsilah kekerabatan yang
mempunyai silsilah inti yakni
1. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya memiliki pengetahuan tentang kekerabatan.
2. Jaringan peran paling lengkap, yang mempengaruhi semua segmen masyarakat,
didasarkan pada hubungan kekerabatan.
3. Perhitungan derajat silsilah paling tepat melalui perkawinan.
Pengakuan lisan dari kekerabatan sangat diperlukan, dan kekerabatan diakui berdasarkan
kesepakatan bersama. Dalam analisis ethnogenealogical method diperlukan hal yang menarik
dalam menulis kekerabatan dalam etnografi yakni :
1. Kedudukan silsilah
2. Kategori kerabat
3. Prinsip Abstrak
4. Korelasi

2.3.1 Kedudukan Silsilah
Kaitannya dalam kekedudukan silsilah, terdapat adanya grafik konvensional yang mencakup
angka-angka dan simbol-simbol lainnya untuk penamaan, yang secara luas digunakan untuk
memetakan keterkaitan dari tanda tertentu dalam hubungan kekerabatan. ( = pria, = wanita)
menggambarkan posisi silsilah tertentu yang ditempati oleh individu-individu tertentu. Garis
tunggal menunjukkan adanya hubungan, sedangkan garis ganda menunjukkan hubungan antara
suami istri. Jaringan vertikal di sebelah kiri menunjukkan generasi dalam kaitannya dengan ego.

2.3.2 Kategori Kekerabatan
Posisi yang diduduki oleh individu, diidentifikasi dari sistem tanda dan untuk kategorisasi
kekerabatan ke dalam perbedaan kelas kekerabatan, dari kategori individu. Penggunaan nominal,
menentukan individu yang dibedakan dari kelas, kategori dan referensi, hanya yang terakhir akan
dibicarakan secara rinci. Saat ini tingkat dasar yang paling sering digunakan adalah, ke 23
kategori dibedakan dalam dua bagian, yaitu untuk mengklasifikasikan individu dalam kaitannya
dengan rujukan yang diberikan dan untuk menggambarkan langkah demi langkah koneksi
silsilah antara individu dan kategori individu.
Dari penggunaan kategori kekerabatan yang sudah tercatat pada dasar pengaturan bersama
dengan istilah lain yang digunakan oleh Hanunoo pada diskusi tentang hubungan kekerabatan
(mencakup beberapa keluarga yang lebih tinggi seperti orang tua) cukup mudah untuk meninjau
kembali dan memperbaiki definisi tipe kekerabatan kita. Salah satu contohnya seperti membantu
menunjukkan manfaat pada macam-macam relis. Kategori ini menunjukkan bahwa semua orang
tua laki-laki/beberapa generasi sepupu/orang tua adik perempuan suami/orang tua wanita seperti
generasi sepupu suami, seperti saudara kandung anak-anak istri/sudara sepupu istri dan untuk
laki-laki, semua saudara kandung anak-anak/ sepupu anak-anak, sebagai anggota kelas kerabat d
(bapaq), cukup ditutup dan khusus dari formula: Pb/m (w) SC.

2.3.3 Prinsip Abstrak
Prinsip abstrak mengidentifikasi kebutuhan dan keperluan keadaan untuk anggota pada setiap
kelompok, dan untuk menggambarkan kesederhanaan dan keproduktifan abstrak inti sistem
terminologi. Dalam hal ini untuk mengindikasikan mengenai keefektifan dan kemurahan sebuah
hubungan antara paradigma yang berdiri diantara kelompoknya, seperti bagian ini kategori
muncul menjadi general melalui hubungan sosial yang berpengaruh dan dunia yang tidak
terpengaruh. Catatan hubungan kekerabatan dapat digambarkan sebagai pengurangan
ketergantungan bagian dari keluarga inti seperti Hanunoo, melainkan dengan model analisis
dimana dapat dirasakan dan terbukti cukup memadai untuk menemukan kriteria tentang
ekonomi, produksi, ketepatan. Dalam setiap struktur paradigma, untuk membedakan unit dapat
digambarkan dengan komponen.



2.3.4 Korelasi
Cara mendefinisikan kategori kerabat dasar dalam sistem Hanunoo, kita dapat memeriksa secara
singkat beberapa berkorelasi nonlinguistik set tertentu dari perbedaan. Sementara isomorphoism
lengkap antara hubungan struktural semantik dan pragmatis tidak dapat diantisipasi, dan kami
tidak berharap untuk menemukan hukum mekanik kausalitas dalam membandingkan struktur
tersebut, kita dapat berharap untuk mencapai analisis korelasional produktif sehingga pertama-
tama kita akan mampu mengisolasi diskontinuitas utama (Kluckhohn 1960) dan kemudian
menjadi posisi untuk demonstrasi secara efektif bagaimana mereka dihubungkan (Lounsbury
1956 : 189 ; Myr 1961 : 1502-1505).
2.4 Sistem Pengetahuan dan Hubungannya dengan metode kekerabatan
Sistem pengetahuan sangat luas batasannya, karena mencakup pengetahuan manusia
tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Tiap kebudayaan bangsa bangsa
besar yang hidup dalam negara negara yang kompleks dan modern, serta kebudayaan suatu
kelompok suku bangsa berburu yang kecil, yang hidupnya terpencil dalam suatu daerah tundra,
semua mempunyai sistem pengetahuannya masing masing. Uraian mengenai pokok pokok
khusus yang merupakan isi dari sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan, akan merupakan
suatu uraian tentang cabang cabang pengetahuan (Koentjaraningrat, 2002).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, dan harapan
harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan
percobaan yang bersifat empiris. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala
yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi (Edi Sanjaya24.bogspoot.com
2010). Pengetahuan seseorang terhadap satu atau beberapa hal berbeda dengan orang lain. Hal
tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, baik dari intern manusia itu sendiri atau dari ekstern
manusia itu sendiri. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan ajeg
regularity.
Pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang kekerabatan sangat penting dalam kajian
dan penelitian yang dilakukan oleh para etnografer. Di lapangan etnografer mengembangkan
penelitian yang mempunyai prosedur-prosedur ketat dalam penelitiannya. Pengetahuan yang
berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain menyebabkan kekerabatan
mempunyai simbol dan makna yang berbeda yang diinterpretasikan berbeda oleh penduduk dari
dalam (emik) dan pandangan dari masyarakat (luar) tentang kekerabatan suatu masyarakat
tersebut. Etnografer mengambil fenomena kekerabatan dengan cara merekam dan meringkas
data yang ada dilapangan. Metode silsilah cenderung dalam teknik pengambilan data di lapangan
dan metode silsilah kekerabatan cenderung dalam peraturan dan prosedur dalam pengambilan
data dilapangan. Kekerabatan dalam masyarakat membutuhkan pengetahuan tanpa pengetahuan
silsilah yang terjadi dalam masyarakat tidak akan ditemui dan tidak bisa dilacak. Pengetahuan
yang dimiliki oleh suatu masyarakat tentang kekerabatan dimanfaatkan oleh etnografer dalam
investigasi dilapangan dalam meneliti kekerabatan dengan menggunakan metode-metode silsilah
dan silsilah kekerabatan.

2.5 Simbol dan Makna dalam Kekerabatan
Terkait dengan simbol dan makna dalam kekerabatan, simbol dapat diabstraksikan ke
dalam makna. Definisi kebudayaan menurut Clifford Geertz adalah sistem konsep dan pola
makna yang diwariskan dan terungkap dalam bentuk simbolik yang dengan cara tersebut,
manusia dapat berkomunikasi, melestarikan dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya
tentang kehidupan (Nurcahyo, 2013). Dalam perspektif simbolik, kebudayaan merupakan
keseluruhan pengetahuan manusia yang dijadikan sebagai pedoman atau penginterpretasi
keseluruhan tindakan manusia. Simbollah yang memungkinkan manusia menagkap hubungan
dinamik antara dunia nilai dengan dunia pengetahuan.
Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang
dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik. Dapat disimpulkan bahwa makna (meaning)
merupakan arti sembunyi yang melekat pada simbol. Makna dapat digali dalam aspek
pengetahuan dari kognisi manusia. Dalam kognisi, syarat dengan simbol dan makna.
Adapun contoh simbol dan makna dalam kekerabatan, yaitu :

Fa Mo


Wi



Si
Br Si

Ego


Keterangan simbol dan makna kekerabatan diatas yaitu :
Fa = Father : Perempuan




















Mo = Mother : Laki laki
Si = Sister : Perempuan meninggal
Br = Brother : Laki laki meninggal
Wi = Wife = : Perkawinan
: Keturunan = : Perceraian
: Satu keturunan : Saudara Kandung

Sistem notasi untuk tipe analisis kekerabatan (misalnya, Murdock 1949:100) berturut-turut, Fa,
MO, Br, Si, So, Da, Hu, dan Wi untuk ayah ('s), ibu ('s), saudara ('s), adik ('s), anak ('s), putri ('s),
suami ('s), dan istri ('s).
Dengan generasi, distribusi aktual dari silsilah kekerabatan adalah sebagai berikut:
Generasi : Jumlah kerabat
7 : 1
6 : 2
5 : 4
4 : 9
3 : 16
2 : 60
1 : 118
0 : 141
-1 : 71
-2 : 18
-3 : 2
-4 : 1
Adanya simbol dan makna dalam kekerabatan, yaitu :
1. Di setiap lampiran lain yang ditandai dengan E (untuk memberikan inti penjelasan, atau
ego).
2. Garis mendatar dan melintang dari sepiap bagian penjelasan terdapat tiga dimensi
penyusun :
1. G : Generasi salah satunya adalah tingkat pengurangan pengelompokan dari diri.
2. C : Penambahan, satu diantaranya adalah tingkat penambahan termasuk
penggarisan atau tanpa tingkatan penambahan yang mengidintifikasikan dengan
keadaan garis melintang.
3. L : Hubungan atau hubungan keluarga, salah satunya adalah status anggota
kelompok plural, yang disusun berdasarkan bagian yang terhubung ke diri sendiri,
diidentifikasikan dengan melampirkan keterbatasan posisi pada satu sisi
kesimpulan garis melintang.
4. Garis miring menunjukkan perbandingan antara umur dan jenis kelamin yang
menggunakan bagian persegi panjang untuk memproduksi dengan persimpangan
kebenaran dari B, G, dan C atau L :
a. sebuah garis miring-Z (/) menunjukkan usia
b. sebuah garis miring-S (\) menunjukan jenis kelamin
Dikarenakan garis miring-Z termasuk pembeda dari kategori tertentu dengan bagian persegi
panjangnya sehingga tidak terjadi hubungan yang berlawanan seperti :
Bc/a (orang tua/anak)
L/k (golongan tua/golongan tua)
t/s (aturan orang tua/aturan anak)
Garis miring-S tidak berkebalikan. Melainkan semua kriteria kategori dengan bagian
persegipanjang tanpa mambagi atu hannya membagi garis miring S secara diagonal,merupakan
karakter hubungan berkebalikan atau timbal balik.
2.6 Contoh Kasus
Wawancara adalah metode yang memungkinkan dalam tahap awal penelusuran, setiap
keluarga diminta untuk mengingat data leluhurnya kakek, nenek, buyut sampai keatas. Awalnya
mudah menentukan sampai pada tingkat kakek tapi setelah diatas kakek akan menjadi data dalam
kekerabatan. Perdebatan muncul ketika seseorang diketahui sebagai kerabat dekat mempunyai
kekerabatan sebagai seorang saudara sedarah atau berkerabat pada perkawinan. Penelitian ini
dilakukan oleh seorang dari Madiun yakni mas Arif W Mulyana yang dalam acara Paguma
(paguyuban Madiun) bertemu dengan Bapak R. Gatot Tjahyono, bapak ini memberikan
keterangan kemudian dicatat dan direkam serta bapak R Gatot memberikan dokumen data
tambahan. Dari data itu mas Arif mulai mendata dengan rajin satu per satu. Dan ketika input data
sampai ketemu Raden Ario Adipati Tirtokusumo seorang bupati Karangannyar, ketika mas Arif
mencari data di google ketemulah beliau sebagai ketua pertama bidang politis Boedi Oetomo.
Dan tidak terduga bahwa setelah input data yang diperoleh di lapangan bahwa Adipati dari
karangannyar tersebut merupakan kakek buyut dari mas Arif.

BAB III
PENUTUP
Sistem pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat sangat luas batasnya dan berguna
dalam berbagai unsur yang dimiliki oleh masyarakat. Pengetahuan dalam suatu kekerabatan
merupakan sesuatu yang penting dan bersifat universal yang dimiliki oleh suatu masyarakat.
Etnografer mengembangkan metode dalam merekam dan meringkas data. Dalam meneliti
kekerabatan etnografer menerapkan pendekatan silsilah dan pendekatan silsilah kekerabatan.
Pendekatan silsilah yang merupakan teknik dalam meringkas maupun merekam data di lapangan
sedangkan pendekatan silsilah kekerabatan merupakan peraturan dalam meringkas maupun
merekam data dilapangan.



DAFTAR PUSTAKA
Arianto, Tri Nurcahyo.
2013. Teori Antropologi II. Dalam catatan pribadi Riska Dwi Yuniarti Pratiwi. Antropologi
FISIP UNAIR.
Edi, Sanjaya.
2010. Pengertian sistem pengetahuan. sanjayaedi24.bogspoot.com/2010/06/sistem-pengetahuan-
sebagai-salah-satu. Diakses pada tanggal 16 Maret 2014 pukul 16:02 WIB.
Koentjaraningrat.
2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mulyana, W. Arif.
2012. Metode Penelusuran dalam www.soemodiwirdjan.org/2012/10/22/metode-
penelusuran/ diakses pada 18/03/2014 pukul 23.07
Rustinsyah.
2014. Organisasi Sosial dan Kekerabatan. Dalam catatan pribadi Riska Dwi Yuniarti Pratiwi.
Antropologi FISIP UNAIR.
Tyler, Stephen A.,
1969. Harold C Conklin : Ethnogenealogical Method dalam Cognitive Anthropology. New York:
Holt, Rinehart, and Winston.

Linguistik Kognitif Friday, May 30 2008
linguistik multiedu 2:03 pm
LINGUISTIK KOGNITIF
Bahasa bekerja berdasarkan imagery atau gambaran mental atau citraanapa yang kita lihat
dan rasakan dalam pikiran. Bahasa adalah permainan simbol-simbol verbal yang berdasar
gambaran mental tersebut. Oleh sebab itu dengan mempelajari peran citraan dapat bermanfaat
bagi pemahaman bidang-bidang bahasa yang berhubungan dengan antropologi. Tema citraan
ini bisa memberikan dasar bagi kajian topik-topik kebahasaan yang sangat luas cakupannya.
Bukan hanya terbatas pada bahasa naratif dan figuratif, melainkan juga mencakup semantik,
konstruksi gramatikal, wacana, bahkan fonologi. Bidang-bidang ini bisa dikaji dalam satu teori
yang disebut citraan atau gambaran mental teori kultural tentang makna linguistik. Dalam
perspektif linguistik kebudayaan inilah, fonem dipahami sebagai citra verbal yang tersusun dalam
kategori yang kompleks, kata dimengerti sebagai makna yang dekat dengan skema-citra, klausa
adalah citra berdasar konstruksi, wacana muncul sebagai proses yang diatur oleh citraan itu
sendiri, dan cara memandang dunia ( world view) terbentuk dengan menggunakan semua itu.
Linguistik kebudayaan banyak dipengaruhi oleh perkembangan linguistik kognitif sebagai
cabang baru yang terus tumbuh. Oleh sebab itu, perlu kita melihat bagaimana lahirnya linguistik
kognitif serta perkembangannya
Lahirnya linguistik kognitif tak bisa dipisahkan dari teori kognisi yang dikembangkan sekitar
tahun 1960 hingga 1990 . Oleh sebab itu perlu memahami beberapa pengertian mengenai teori
kognisiini.

Herbert A. Dan Craig A.Kaplan mendefinisikan teori kognisi sebagai ilmu mengenai inteligensi
dan proses komputasinya. Teori ini menekankan pada proses dan menggambarkannya sebagai
suatu model berpikir melalui tatakerja seperangkat aturan dan jaringan otak. Sebagai model
baku, kognisi meliputi memori jangka pendek yang dicirikan dengan akses yang cepat dan
kapasitas yang terbatas sedangkan memori jangka panjang memiliki fungsi pengelolaan secara
asosiatif dengan kapasitas tak terbatas. Model ini memiliki berbagai macam versi yang biasanya
dengan fungsi-fungsi dan komponen yang lebih khusus, misalnya merujuk adanya informasi
deklaratif, informasi prosedural, jaringan diskriminasi, dll. Model semacam ini dikritik
karena ketidakjelasannya sehubungan dengan kemampuan berbahasa yang terlalu digeneralisasi.

Howard Gardner (1985) mendefinisikan ilmu kognisi sebagai upaya empiris dan kontemporer
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologis lama khususnya yang berhubungan
dengan hakikat pengetahuan, konmponen-kmponennya, sumber-sumbernya, perkembangannya,
dan penyebarannya. Definisi ini menjadi semacam payung yang menaungi berbagai disiplin
atau kajian sehubungan dengan ilmu kognisi. Gardner mempersempit pengertian ilmu kognisi
sebagai kajian terhadap representasi mental sehingga hanya meliputi simbol-simbol, skema,
citra, ide, dan bentuk representasi lainya.

Teori representasi ini yang mendorong munculnya linguistik kognitif. Wallace Chafe (1990)
menyatakan bahwa manusia mampu berhubungan dengan lingkungannya karena
kemampuannya untuk berimajinasi, yakni menciptakan representasi tentang dunia sekitarnya,
dan merepresentasikan dirinya sendiri di tengah dunia. Langacker dan Lakkof menyampaikan
bahwa bahasa mengungkapkan representasi mental atau ide-ide yang koheren apa pun namanya.
Lakkof pernah menggunakan istilah experiential gestalt, lalu mengajukan istilah Idealized
Cognitive Models(ICMs), yang didefinisikan sebagai suatu gestalt yang terstruktur secara
utuh dan kompleks, yang menerapkan empat prinsip strukrurisasistruktur proposisional,
struktur pencitraan skematik, pemetaan metaforis, dan pemetaan metonimik. Dengan demikian,
teori representasi Gardner sejalan dengan teori linguistik kognitif yang disampaikan Lakkof dan
Langacker. Mereka berfokus pada reprsentasi imajinatif yang koheren dan terstruktur.

Linguistik kognitif berhasil memadukan berbagai cabang linguistik konvensial seperti fonologi,
sintaksis, semantik, dan wacana dengan menggunakan seperangkat prinsip yang sama. Dengan
demikian, linguistik kognitif memperlakukan bahasa tidak sebagai level-level yang kaku (
morfemleksim frase klausa), namun sebagai kategori-kategori yang bersambungan secara
mulus. Linguistik kognitif memberikan pendekatan yang bersifat sintetik yang mengakomodasi
semua kategori dalam linguistik.



Salah satu pendekatan dalam linguistik kognitif adalah konsep koneksi dan paralel. Dalam
konsep ini, pikiran dipandang sebagai jaringan neuron yang semuanya terlibat dalam interaksi
resiprokal melalui koneksi-koneksi dengan neuron dan lapisan neuron sekitarnya. Keadaan
mental tertentu merupakan suatu konfigurasi global yang memiliki fungsi membentuk pola-pola
baru atau bentukan lingkungan, termasuk proses persepsi langsung. Karena makna didefinisikan
sebagai keadaan mental secara global dari jaringan (konsep koneksi), bukan kombinasi simbol,
maka ada kesulitan sehubungan dengan proses simbolik seperti yang terjadi dalam berbahasa.
Solusinya adalah memandang simbol sebagaiproperti yang lebih tinggi yang diejawantahkan
melalui sistem yang mendasarinya. Dengan demikian, makna dan simbol bersifat relatif
terhadap tingkat global pikiran. Makna simbol akan ditetapkan pada tingkat bisa memenuhi
keadaan jaringan neural, namun karena jaringan neural mengalami perubahan terus-menerus,
maka tak ada dua penggunaan simbol yang identik secara tegas.

Para linguis kognitif telah memberikan sumbangan penting bagi pemahaman mengenai
kebudayaan dan cara memandang dunia ( world view), khususnya melalui kajian sistem metafor.

Linguistik kognitif juga menjelaskan koneksi antara bahasa dan berpikir ( reasoning). Berpikir
adalah proses imajinatif berdasar manipulasi mental dari model-model kognitif yang imagistik
serta skema-skema mengenai ruang, daya, perspektif, tindak sosial, demikian juga logika
mekanistik dari postulat verbal, proposisi formal, dan silogisme ( Lakkof:1988). Dalam arti ini,
berpikir tidak seluruhnya melalui bahasa, namun dilakukan melalui kerangka linguistik.

Karena cara memandang dunia terdiri dari model kognitif dan skema, maka bahasa dan cara
memandang dunia saling mempengaruhi melalui proses berpikir. Namun demikian berpikir
melalui bahasa dalam hubungan sosial bisa ditunjukkan berdasarkan konsep-konsep non-
imagistik, rumusan linguistik atau skema proposisi sehingga konsep konsep tersebut bisa
dipandang sebagai salah satu kutub yang paling abstrak dari kontinuum skematik yang memiliki
gambaran citraan paling kongkret dan spesifik pada kutub lainnya.

Linguistik kognitif juga memberi manfaat bagi antropologi untuk kajian bidang nomenklatur,
saling pengaruh antara bahasa dan budaya, serta hubungan antara bahasa dan berpikir. Topik-
topik linguistik tradisional seperti fonologi, morfologi, sintak, sosiolinguistik, dan wacana bisa
dikaji dalam kerangka linguistik kognitif yang memiliki relevansinya dengan antropologi

Anda mungkin juga menyukai