DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah antropolinguistik yang diampu oleh dosen ibu Dr. Ellyana Hinta, M.Hum
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul konsep, ruang
lingkup dan sejarah ilmu antropolinguistik yang menurut kami dapat menambah
wawasan kita semua terkait pengantar mata kuliah antropolinguistik.
Melalui kata pengantar ini, kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
3.1 Kesimpulan.................................................................................................xi
3.2 Saran...........................................................................................................xi
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Hakikat antropolinguistik
2. Sejarah perkembangan ilmu antropolinguistik
3. Cakupan ilmu antropolinguistik
4. Tujuan dan manfaat mempelajari antropolinguistik
1.3 Manfaat
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dan berbicara) melengkapi ilmu linguistik yang fokus kepada bahasa beserta elemen-
elemen pendukungnya seperti bentuk kata, struktur dan makna. Berbahasa tidak
hanya memperhatikan kata-kata atau kalimat-kalimat yang diproduksi manusia, akan
tetapi juga mengetahui bagaimana ujaran tersebut dihasilkan. Keduanya menyatu
dalam tampilan pada saat seseorang memproduksi ujaran. Dalam antropolinguistik
dua disiplin ilmu yang menjadi dasar yaitu antropologi linguistik dan linguistik
antropologi. Antropolinguistik menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan
kebudayaan di dalam suatu masyarakat. Sibarani (2004: 50) mengatakan bahwa
antropolinguistik secara garis besar membahas dua tugas utama yakni (1)
mempelajari kebudayaan dari sudut pandang bahasa dan (2) mempelajari bahasa
dalam konteks kebudayaan. Bahasa dan budaya memiliki hubungan yang sangat erat,
saling mempengaruhi, saling mengisi, dan berjalan berdampingan. Yang paling
mendasari hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahasa harus dipelajari dalam
konteks kebudayaan dan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa (Sibarani, 2004:
51). Dengan kata lain, antropolinguistik mempelajari
Menurut pengamatan Alessandro duranti, tiga paradigma yang muncul selama sejarah
perkembangan subdisiplin ini, antara lain
7
2. “antropologi linguistic” yang terlibat dalam studi teoritis dari penggunaan
Bahasa
3. Permasalahan-permasalahan antropologis yang dipelajari melalui metode dan
data ilmu linguistik
Ada tiga relasi penting yang perlu diperhatikan dalam kajian antropolinguistik.
Pertama, hubungan antara satu bahasa dengan satu budaya bersangkutan yang berarti
bahwa ketika mempelajari suatu budaya, kita juga harus mempelajari bahasanya, dan
ketika kita mempelajari bahasanya kita juga harus mempelajari budayanya. Kedua,
hubungan bahasa dengan budaya secara umum yang berarti bahwa setiap ada satu
bahasa dalam suatu masyarakat, maka ada satu budaya dalam masyarakat itu. Bahasa
mengindikasikan budaya, perbedaan bahasa berarti perbedaan budaya atau
sebaliknya. Ketiga, hubungan antara linguistik sebagai ilmu bahasa dengan
antropologi sebagai ilmu budaya (Sibarani 2004:51).
8
dan kerangka kerja antropologi didasarkan pada kajian seluk-beluk kehidupan
manusia. Studi bahasa dalam bidang antropolinguistik dihubungkan dengan bahasa
dalam kehidupan manusia. Kebudayaan merupakan aspek yang paling dominan
dalam kehidupan manusia sehinga segala bentuk kajian bahasa dalam bidang
antropolinguistik selalu dianalisis dalam kaitannya dengan kebudayaan. Oleh karena
itu, studi bahasa ini disebut dengan memahami bahasa dalam konteks budaya. Studi
budaya dalam bidang antropolinguistik berarti memahami segala hal tentang budaya
dari kajian linguistik. Oleh karena itu, studi budaya disebut memahami budaya dalam
konteks bahasa. Studi aspek-aspek lain kehidupan manusia selain kebudayaan seperti
politik dan agama dapat dipelajari dari kajian bahasa. Atas dasar itu, antropolinguistik
tidak hanya mengkaji bahasa, melainkan juga budaya dan aspek-aspek lain kehidupan
manusia.
9
1. Antropolinguistik membuat manusia bisa memahami manusia lannya,
baik sebagai individu atau pun anggota dalam kelompok masyarakat
dengan budaya dan bahasanya.
2. Dengan mempelajari antrolinguistik orang dapat memahami kdudukan
manusia dalam masyarakat dan mendapatkan pengetahuan baru
mengenai dunia atau budaya lain beserta bahasa yang melekat yang
mungkin belum terungkap sebelumnya.
3. Memahami beragam norma, tradisi, keyakinan, hingga nilai-nilai pada
masyarakat tertentu yang mereka anut.
4. Antropolinguistik dapat menjadikan seseorang lebih kritis, tanggap,
dan rasional saat bertemu dengan gejala sosial masyarakat yang cukup
kompleks.
5. Antropolinguistik menyusun etnografi-etnografi yang memungkinkan
terjadinya penciptaan teori berkenaan dengan asal-usul kepercayaan,
keluarga, perkawinan, perilaku bernegara, dan lainnya.
6. Manfaat dari mempelajari ilmu antropolinguistik ini, bisa kita terapkan
pendekatan ini dalam penelitian kita khususnya kajian
antropolinguistik seperti meneliti toponimi terhadap sebuah desa, kota,
wilayah, dll.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antopologi lingustik adalah salah satu cabang linguistik yang menelaah
hubungan antara bahasa dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana bahasa itu
digunakan sehari-hari sebagai alat dalam tindakan bermasyarakat.(Lauder,2005:231)
Antropologi biasa juga disebut etnolinguistik menelaah bahasa bukan hanya dari
strukturnya semata tapi lebih pada fungsi dan pemakaiannya dalam konteks situasi
social budaya. Kajian antropologi linguistic antara lain menelaah struktur dan
hubungan kekeluargaan melalui istilah kekerabatan, konsep warna, pola pengasuhan
anak, atau menelaah bagaimana anggota masyarakat saling berkomunikasi pada
situasi tertentu seperti pada upacara adapt, lalu menghubungkannya dengan konsep
kebudayaannya.
3.2 Saran
Diharapkan agar menjadi bahan pelajaran bagi kelompok kami dalam
membuat makalah ini dan makalah ini belum begitu sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terutama dari dosen
pengampu mata kuliah ini, agar dapat membantu kami dalam membuat makalah ini
menjadi sempurna dan bermanfaat.
11
DAFTAR PUSTAKA
12