Anda di halaman 1dari 12

Makalah

KONSEP, RUANG LINGKUP DAN SEJARAH ILMU


ANTROPOLINGUISTIK
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropolinguistik yang
diampu oleh dosen Dr. Ellyana Hinta, M.Hum

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I

ASRILYANTO DJAFAR (311420050)


IRTIYA DJIUWA (311420010)
PARAMITA BUMULO (311420060)
NURTIA HAJIKU (311420055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA INDONESIA


FAKULTAS SASTRA & BUDAYA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
GANJIL 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah antropolinguistik yang diampu oleh dosen ibu Dr. Ellyana Hinta, M.Hum

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul konsep, ruang
lingkup dan sejarah ilmu antropolinguistik yang menurut kami dapat menambah
wawasan kita semua terkait pengantar mata kuliah antropolinguistik.

Melalui kata pengantar ini, kami lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................iv

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................iv

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................v

1.3 Tujuan ........................................................................................................v

1.4 Manfaat ......................................................................................................v

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................vi

2.1 Hakikat Antropolinguistik..........................................................................vi

2.2 Sejarah Lahirnya Antropolinguistik...........................................................vii

2.3 Cakupan Ilmu Antropolinguistik................................................................viii

2.4 Tujuan dan Manfaat Mempelajari Antropolinguistik.................................ix

BAB III PENUTUP.........................................................................................xi

3.1 Kesimpulan.................................................................................................xi

3.2 Saran...........................................................................................................xi

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................xii

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa adalah suatu alat yang paling penting dan sangat berperan pada
manusia. Manusia yang nalurinya selalu hidup bersama perlu berkomunikasi dengan
sesamanya. Dengan mempergunakan bahasa seseorang dapat berbicara dengan orang
lain untuk dapat dipahami dan dimengerti. Bentuk dan keinginan apapun yang
dipunyai manusia memerlukan bahasa. Bahasa merupakan alat yang sistematik yang
mengkomunikasikan ide atau rasa melalui seperangkat tanda, bunyi, gerak atau
isyarat yang konvensional dan mengandung makna (Ridwan dalam Bahasa dan
Linguistik 1986:2). Pada dasarnya terdapat tiga jenis bahasa yaitu: bahasa lisan atau
ujaran/spoken language, bahasa tulisan/written language, bahasa isyarat/silent
language, gestures (Ridwan 1986:2). Untuk ketiga jenis bahasa yang merupakan
objek kajian linguistik selalu harus diperhitungkan pula pikiran, kemampuan dan
sikap bahasa. Pikiran mengandung maksud, tujuan, dan dasar hakiki dari penggunaan
bahasa. Kemampuan dalam mempergunakan ketepatan dan kebenaran bahasa bukan
hanya diperlukan untuk perolehan aturanaturan dan kaidah-kaidah bahasa yang benar,
tetapi untuk menjadikan penggunaan bahasa menjadi komunikatif. Sikap bahasa
dapat mencerminkan latar belakang, nilai dan dasar dari individu, kumpulan maupun
kelompok penutur bahasa. Kecenderungan setiap individu berbeda-beda dalam
menggunakan bahasa serta memilih kata sedemikian rupa untuk dapat menyampaikan
sesuatu yang berarti. Dalam kenyataannya cara berbahasa seorang individu
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaannya. Seluruh permasalahan tentang
bahasa, perilaku dan budaya termasuk dalam bidang Antropolinguistik.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat antropolinguistik?


2. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu antropolinguistik?
3. Bagaimana cakupan ilmu antropolinguistik?
4. Apakah tujuan dan manfaat mempelajari antropolinguistik?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk mendeskripsikan:

1. Hakikat antropolinguistik
2. Sejarah perkembangan ilmu antropolinguistik
3. Cakupan ilmu antropolinguistik
4. Tujuan dan manfaat mempelajari antropolinguistik

1.3 Manfaat

Makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih dalam mengenai hakikat


antropolinguistik, muai dari pengertiannya, sejarah, tujuan dan manfaat mempelajari
ilmu antropolinguistik. Guna untuk menambah wawasan kita terkait hakikat
antropolinguistik

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Antropolinguistik

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan secara


menyeluruh. Di satu pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain
kebudayaan yang “menciptakan” manusia sesuai dengan lingkungannya. Dengan
demikian, terjalin hubungan timbal balik yang sangat erat dan padu antara manusia
dan kebudayaan.
Dalam kebudayaan, bahasa menduduki tempat yang unik dan terhormat. Selain
sebagai unsur kebudayaan, bahasa juga berfungsi sebagai sarana terpenting dalam
pewarisan, pengembangan dan penyebarluasan kebudayaan.
Cakupan kajian yang berkaitan dengan bahasa sangat luas, karena bahasa
mencangkup hamper semua aktifitas manusia. Hingga akhirnya linguistic
memperlihatkan adanya pergerakan menuju kajian yang bersifat multidisplin, salah
satunya adalah antropologi linguistik.
Antopologi lingustik adalah salah satu cabang linguistik yang menelaah hubungan
antara bahasa dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana bahasa itu
digunakan sehari-hari sebagai alat dalam tindakan bermasyarakat.(Lauder,2005:231)
Antropologi biasa juga disebut etnolinguistik menelaah bahasa bukan hanya dari
strukturnya semata tapi lebih pada fungsi dan pemakaiannya dalam konteks situasi
social budaya. Kajian antropologi linguistic antara lain menelaah struktur dan
hubungan kekeluargaan melalui istilah kekerabatan, konsep warna, pola pengasuhan
anak, atau menelaah bagaimana anggota masyarakat saling berkomunikasi pada
situasi tertentu seperti pada upacara adapt, lalu menghubungkannya dengan konsep
kebudayaannya.
Antropolinguistik juga merupakan interdisipliner antara ilmu antropologi dan
linguistik. Ilmu antropologi yang fokus kepada perilaku manusia (termasuk berbahasa

6
dan berbicara) melengkapi ilmu linguistik yang fokus kepada bahasa beserta elemen-
elemen pendukungnya seperti bentuk kata, struktur dan makna. Berbahasa tidak
hanya memperhatikan kata-kata atau kalimat-kalimat yang diproduksi manusia, akan
tetapi juga mengetahui bagaimana ujaran tersebut dihasilkan. Keduanya menyatu
dalam tampilan pada saat seseorang memproduksi ujaran. Dalam antropolinguistik
dua disiplin ilmu yang menjadi dasar yaitu antropologi linguistik dan linguistik
antropologi. Antropolinguistik menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan
kebudayaan di dalam suatu masyarakat. Sibarani (2004: 50) mengatakan bahwa
antropolinguistik secara garis besar membahas dua tugas utama yakni (1)
mempelajari kebudayaan dari sudut pandang bahasa dan (2) mempelajari bahasa
dalam konteks kebudayaan. Bahasa dan budaya memiliki hubungan yang sangat erat,
saling mempengaruhi, saling mengisi, dan berjalan berdampingan. Yang paling
mendasari hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahasa harus dipelajari dalam
konteks kebudayaan dan kebudayaan dapat dipelajari melalui bahasa (Sibarani, 2004:
51). Dengan kata lain, antropolinguistik mempelajari

2.2 Sejarah Lahirnya Linguistik Forensik

Antropolinguistik pertama kali diperkenalkan di Amerika 1940-an yang dipelopori


oleh took-toko seperti dell hymes dan Alessandro duranti yang mereka sebut dengan
istilah “antropologi linguistic”, kemudian palmer dengan istilah “terminology
fonologi budaya, semantic budaya”.

Antropologi linguistic sampai ke Indonesia pada tahun 1997-an yang diperkenalkan


oleh tokoh-tokoh, seperti sutan takdir alishahbana, dan suharno yang mereka sebut
dengan “linguistic budaya”.

Menurut pengamatan Alessandro duranti, tiga paradigma yang muncul selama sejarah
perkembangan subdisiplin ini, antara lain

1. “linguistic antropologis” yang berfokus pada dokumentasi dari Bahasa

7
2. “antropologi linguistic” yang terlibat dalam studi teoritis dari penggunaan
Bahasa
3. Permasalahan-permasalahan antropologis yang dipelajari melalui metode dan
data ilmu linguistik

2.3 Cakupan Ilmu Antropolinguistik

Ada tiga relasi penting yang perlu diperhatikan dalam kajian antropolinguistik.
Pertama, hubungan antara satu bahasa dengan satu budaya bersangkutan yang berarti
bahwa ketika mempelajari suatu budaya, kita juga harus mempelajari bahasanya, dan
ketika kita mempelajari bahasanya kita juga harus mempelajari budayanya. Kedua,
hubungan bahasa dengan budaya secara umum yang berarti bahwa setiap ada satu
bahasa dalam suatu masyarakat, maka ada satu budaya dalam masyarakat itu. Bahasa
mengindikasikan budaya, perbedaan bahasa berarti perbedaan budaya atau
sebaliknya. Ketiga, hubungan antara linguistik sebagai ilmu bahasa dengan
antropologi sebagai ilmu budaya (Sibarani 2004:51).

Antropolinguistik memandang bahasa sebagai inti dari konsep antropologi budaya


untuk mencari makna dibalik penggunaan, ketimpangan penggunaan maupun tanpa
menggunakan bahasa dalam bentuk register dan gaya yang berbeda. Dengan kata lain,
antropolinguistik memuat interpretasi bahasa untuk menemukan pemahaman kultural.
Linguistik antropologi merupakan disiplin ilmu interpretatif yang mengupas bahasa
secara mendalam untuk menemukan pemahamanpemahaman kultural. Foley
menganggap antropolinguistik sebagai bidang ilmu untuk mencari makna (meaning)
bahasa dan sekaligus sebagai metode untuk memahami budaya.

Berdasarkan konsep-konsep tersebut, sebagai bidang ilmu interdisipliner antara


linguistik dan antropologi, ada tiga cakupan kajian antropolinguistik, yakni studi
mengenai bahasa, studi mengenai budaya, dan studi mengenai aspek-aspek lain
kehidupan manusia. Ketiga bidang itu dipelajari dari kerangka kerja bersama antara
linguistik dan antropologi. Kerangka kerja linguistik didasarkan pada kajian bahasa

8
dan kerangka kerja antropologi didasarkan pada kajian seluk-beluk kehidupan
manusia. Studi bahasa dalam bidang antropolinguistik dihubungkan dengan bahasa
dalam kehidupan manusia. Kebudayaan merupakan aspek yang paling dominan
dalam kehidupan manusia sehinga segala bentuk kajian bahasa dalam bidang
antropolinguistik selalu dianalisis dalam kaitannya dengan kebudayaan. Oleh karena
itu, studi bahasa ini disebut dengan memahami bahasa dalam konteks budaya. Studi
budaya dalam bidang antropolinguistik berarti memahami segala hal tentang budaya
dari kajian linguistik. Oleh karena itu, studi budaya disebut memahami budaya dalam
konteks bahasa. Studi aspek-aspek lain kehidupan manusia selain kebudayaan seperti
politik dan agama dapat dipelajari dari kajian bahasa. Atas dasar itu, antropolinguistik
tidak hanya mengkaji bahasa, melainkan juga budaya dan aspek-aspek lain kehidupan
manusia.

2.4 Tujuan dan Manfaat Mempelajari Antropolinguistik

Tujuan mempelajari antropolinguistik adalah :

1. Menganalisis istilah-istilah budaya atau ungkapan lain (analyzing cultural


terms or other expressions).
2. Menganalisis proses penamaan (analyzing naming process).
3. Menganalisis kesopan-santunan (analyzing politeness).
4. Menganalisis konsep budaya dari unsur-unsur bahasa (analyzing cultural
concepts from linguistic elements).
5. Menganalisis etnisitas dari sudut bahasa (analyzing etnicity from the view
point of language),
6. Menganalisis cara berpikir melalui struktur bahasa (analyzing the way of
thinking through the structure of the language).

Sementara itu, mempelajari ilmu antropolinguistik akan mendatangkan


manfaat berharga dalam kehidupan. Beberapa manfaatnya yaitu sebagai berikut:

9
1. Antropolinguistik membuat manusia bisa memahami manusia lannya,
baik sebagai individu atau pun anggota dalam kelompok masyarakat
dengan budaya dan bahasanya.
2. Dengan mempelajari antrolinguistik orang dapat memahami kdudukan
manusia dalam masyarakat dan mendapatkan pengetahuan baru
mengenai dunia atau budaya lain beserta bahasa yang melekat yang
mungkin belum terungkap sebelumnya.
3. Memahami beragam norma, tradisi, keyakinan, hingga nilai-nilai pada
masyarakat tertentu yang mereka anut.
4. Antropolinguistik dapat menjadikan seseorang lebih kritis, tanggap,
dan rasional saat bertemu dengan gejala sosial masyarakat yang cukup
kompleks.
5. Antropolinguistik menyusun etnografi-etnografi yang memungkinkan
terjadinya penciptaan teori berkenaan dengan asal-usul kepercayaan,
keluarga, perkawinan, perilaku bernegara, dan lainnya.
6. Manfaat dari mempelajari ilmu antropolinguistik ini, bisa kita terapkan
pendekatan ini dalam penelitian kita khususnya kajian
antropolinguistik seperti meneliti toponimi terhadap sebuah desa, kota,
wilayah, dll.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Antopologi lingustik adalah salah satu cabang linguistik yang menelaah
hubungan antara bahasa dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana bahasa itu
digunakan sehari-hari sebagai alat dalam tindakan bermasyarakat.(Lauder,2005:231)
Antropologi biasa juga disebut etnolinguistik menelaah bahasa bukan hanya dari
strukturnya semata tapi lebih pada fungsi dan pemakaiannya dalam konteks situasi
social budaya. Kajian antropologi linguistic antara lain menelaah struktur dan
hubungan kekeluargaan melalui istilah kekerabatan, konsep warna, pola pengasuhan
anak, atau menelaah bagaimana anggota masyarakat saling berkomunikasi pada
situasi tertentu seperti pada upacara adapt, lalu menghubungkannya dengan konsep
kebudayaannya.

3.2 Saran
Diharapkan agar menjadi bahan pelajaran bagi kelompok kami dalam
membuat makalah ini dan makalah ini belum begitu sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terutama dari dosen
pengampu mata kuliah ini, agar dapat membantu kami dalam membuat makalah ini
menjadi sempurna dan bermanfaat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik Linguistik Antropologi. Meda; Penerbit


Poda

Aditiya, Albertus. Antropologi Linguistik, id.im.wikipedia.org.m. Diakses pada 26


september 2022

Beratha, Ni Luh Sutjiati.1998 “Materi Linguistik Kebudayaan” dalam Linguistik


edisi 9, September 1998. Denpasar: Program Magister (S2) Linguistik,
Universitas Udayana. Hal 45.

Supatra, Hendrato. 2017. “Pokok-Pokok Bahasan Kebahasaan dalam Kajian


Antropologi Bahasa”. Dalam NUSA: Volume 12. No. 2. Semarang:
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

12

Anda mungkin juga menyukai