Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No.

1 Januari 2015 ISSN: 2442-7470

METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN


DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN EKSPRESIF
DRAMA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Wina Dwi Puspitasari1)


winadwi49@ymail.com
Universitas Majalengka

ABSTRAK

Belajar Bahasa Indonesia khususnya kemampuan siswa dalam berpidato maupun


ekspresif drama sangat rendah sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas pembelajaran
dalam pokok bahasan tersebut. Oleh karena itu penulis berkeinginan untuk meneliti masalah
metode pembelajaran bermain peran dalam meningkatkan kemampuan ekspresif drama,
karena kurangnya kemampuan siswa dalam penguasaan ekspresif drama. Kebutuhan
pembelajar dan fungsi bahasa menjadi acuan pendekatan komunikatif, pengajar berperan
sebagai pengatur dan pembimbing dalam proses belajar mengajar juga sebagai fasilitator yang
mengkoordinasikan kegiatan pembelajar agar kegiatan kelas berjalan dengan baik. Kegiatan
komunikatif mempunyai teknik dan taktik pengajaran yang bervariasi terutama teknik
bermain peran. Tujuan dari penelitian kegiatan komunikatif ini adalah mengetahui efektivitas
penerapan metode pembelajaran bermain peran dalam meningkatkan kemampuan ekspresif
drama pada pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Penelitian Tindakan Kelas pada
Siswa Kelas V dilakukan di SD Negeri Tarikolot 1, Kabupaten Majalengka. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar evaluasi, pedoman observasi, pedoman
wawancara, catatan lapangan, serta foto kamera. Data diperoleh, dianalisis, dan direfleksi
dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian siklus I, II, dan III
dengan rata-rata nilai siklus I sebesar 59,2 atau sekitar 33,3%, nilai rata-rata pada siklus II
memperoleh 65,7 atau sekitar 60%, dan nilai rata-rata pada siklus III memperoleh 78,9 atau
sekitar 85%. Dapat ditarik kesimpulan dalam pembelajaran bermain peran di kelas V SD
Negeri Tarikolot 1 dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran, menunjukkan
bahwa pemahaman siswa terhadap materi sudah merata dan kemampuan siswa dalam
meningkatkan kemampuan ekspresif drama sudah baik dengan pencapaian yang tergolong
optimal.

Kata Kunci: Metode Pembelajaran Bermain Peran, Ekspresif Drama, Komunikatif.

1 Penulis adalah Dosen Tetap pada Prodi PGSD Fakultas Pendidikan Dasar dan Menengah Universitas
Majalengka

68
Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN: 2442-7470
PENDAHULUAN Belajar Bahasa Indonesia juga belajar
membaca, ada bacaan dongeng, membaca
Kemajuan bangsa terletak pada adanya pantun, atau membaca bacaan yang lain.
sumber daya manusia yang handal yang Selain itu juga bermain drama, bermain
dibina dari sejak dini yaitu usia pendidikan peran, berdeklamasi, dan banyak lagi yang
dasar. Di Sekolah Dasar diletakkan fondasi lain. Semua itu, jika didengar dan dibaca
semua kemampuan atau kompetensi siswa secara benar, akan sangat menarik dalam
termasuk bahasa yang dipakai untuk proses pembelajaran. Selama ini, khususnya
berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi kemampuan siswa dalam berpidato maupun
secara lisan pada siswa sekolah dasar harus ekspresif drama sangat rendah, hal ini dilihat
dilatih dengan sungguh-sungguh. dari hasil data dan wawancara peneliti
Kemampuan berkomunikasi lisan akan lebih dengan guru kelas V SDN Tarikolot 1,
baik bila di perankan langsung oleh siswa bahwasannya hampir 60% nilainya di bawah
sebagai pemeran utama dalam kegiatan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),
komunikasi tersebut. Keberanian dalam sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas
mengemukakan bahasa lisan akan lebih baik pembelajaran dalam pokok bahasan tersebut.
jika kalimat yang diucapkan sesuai dengan Keinginan peneliti untuk meneliti masalah
peran yang dilakoni pembicara. efektivitas metode pembelajaran bermain
peran dalam meningkatkan kemampuan
Berdasarkan peraturan Menteri ekspresif drama.
Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006
tentang “Standar Isi untuk Satuan Dengan demikian orientasi
Pendidikan Dasar dan Menengah” serta pembelajaran bahasa berpusat pada siswa
untuk mendukung program KTSP, bukan berpusat pada guru, sehingga siswa
pengembangan pembelajaran diserahkan akan aktif menerapkan keterampilan bahasa
kepada kreativitas guru dalam mengelola sedini mungkin.
kelas”.
Adapun alasan pengambilan masalah
dalam penelitian adalah siswa merupakan
Belajar bahasa Indonesia itu akan
individu yang terus berkembang dengan
menyenangkan kalau dipadukan dari
diberikan penghargaan dan kesempatan
berbagai kegiatan pembelajaran yang tidak
berkreasi, penerapan metode bermain peran
monoton, ada beberapa cerita yang menarik.
lebih efektif untuk menghargai kemampuan
Dalam hal ini guru seyogyanya
siswa, penelitian dilakukan oleh guru yang
menggunakan teknik pembelajaran yang
dekat dengan siswa. Atas dasar itulah maka
sesuai dengan bahan ajar dan kreativitas
peneliti mencoba melihat peningkatan
siswa.
kemampuan ekspresif drama secara terarah
dengan teknik bermain peran.
Ada beberapa hal yang pokok dalam
komunikasi lisan, yaitu keterampilan Untuk menfokuskan pada hal yang
menyusun kata menjadi kalimat, pemahaman menjadi kajian dalam penelitian ini.
makna dari kalimat, intonasi pengucapan, Penelitian ini dapat dibatasi permasalahan
mimik muka dalam berbicara, dan lainnya. sehingga memudahkan dalam pelaksanaan,
Pada dasarnya kemampuan mengemukakan dan hasil kegunaan penelitian dapat optimal
kalimat dalam bahasa lisan memerlukan sesuai dengan harapan. Batasan- batasan itu
latihan yang intensif dan teknik yang relevan adalah:
dalam pengembangan kemampuan. Kesulitan 1. Penelitian dilaksanakan pada proses
yang sering dihadapi karena kurangnya pembelajaran bahasa Indonesia dengan
pengalaman dalam berkomunikasi serta pokok bahasan keterampilan berbahasa
kurangnya kosakata relevan dengan tema lisan atau berbicara dengan bentuk
sehingga menyulitkan berbicara. kegiatan ekspresif drama;

69
Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN: 2442-7470

2. Metode yang dipakai adalah bermain penelitian dapat dijadikan alternatif


peran dalam proses pembelajaran di kelas, metode pembelajaran bagi guru dalam
pokok bahasan keterampilan berbahasa proses belajar mengajar.
lisan diamati dengan menggunakan
metode penelitian tindakan kelas LANDASAN TEORI
(classroom action research); 1. Metode Bermain Peran
3. Penelitian dilakukan pada siswa sebanyak Bermain peran adalah suatu metode
30 orang kelas V SD dengan perlakuan pembelajaran sebagai bagian dari simulasi
tindakan penilaian proses maupun nilai yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa
evaluasi akhir. sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa
Penggunaan metode yang baik dalam aktual atau kejadian-kejadian yang mungkin
proses pembelajaran sangat relatif tergantung muncul pada masa mendatang (Sanjaya
dari berbagai hal yang bisa dianalisis oleh 2006: 159). Kemudian menurut Sagala
guru yang bersangkutan. Penggunaan metode (2011: 98) menyatakan bahwa role playing
bermain peran dapat dijadikan sebagai bagian atau sosiodrama berasal dari kata sosio dan
dari sekian banyak metode yang ada. Pada drama, sosio berarti sosial menunjuk pada
penelitian ini peneliti mencoba mengangkat objeknya yaitu masyarakat dan drama berarti
permasalahan yang berkaitan dengan mempertunjukkan, memper-tontonkan, atau
kemampuan siswa dalam konsep ekspresif memperlihatkan.
drama. Permasalahan yang perlu dijawab Pada dasarnya, bermain memiliki dua
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengertian yang harus dibedakan. Bermain
efektivitas penerapan metode pembelajaran menurut pengertian yang pertama dapat
bermain peran dalam meningkatkan bermakna sebagai sebuah aktifitas bermain
kemampuan ekspresif drama pada yang murni mencari kesenangan tanpa
pembelajaran bahasa Indonesia?”. mencari “menang-kalah” (play). Sedangkan
Dari penelitian yang telah peneliti yang kedua disebut sebagai aktifitas bermain
laksanakan maka diharapkan hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka mencari
dapat berguna bagi lingkungan pendidikan, kesenangan dan kepuasan, namun ditandai
untuk itu manfaat penelitian adalah sebagai dengan adanya pencarian ”menang-kalah”
berikut: (game). Peran (role) bisa diartikan sebagai
1. Dengan diketahuinya metode cara seseorang berperilaku dalam posisi dan
pembelajaran bermain peran dalam situasi tertentu.
keterampilan berbahasa lisan, maka hasil Pengertian peran dapat didefinisikan
penelitian dapat dijadikan acuan bagi guru sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan
dalam pengembangan metode dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan
pembelajaran bermain peran di sekolah unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap
dasar. individu lain (Nunung, 2005: 78). Bermain
2. Adanya efektivitas penerapan metode peran pada prinsipnya merupakan metode
pembelajaran bermain peran dalam untuk menghadirkan peran-peran yang ada
meningkatkan kemampuan ekspresif pada dalam dunia nyata ke dalam suatu
pelajaran bahasa Indonesia, maka hasil pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan,
penelitian dapat menjadikan dorongan yang kemudian dijadikan sebagai bahan
bagi guru untuk melatih siswa dalam refleksi agar peserta memberikan penilaian
pokok bahasan ekspresif drama dengan terhadap peran tersebut (Endraswara, 2011:
menggunakan metode bermain peran 50).
(sosiodrama). Tujuan yang diharapkan dengan
3. Dengan adanya hasil penerapan penggunaan metode bermain peran menurut
pembelajaran bermain peran maka hasil Syaiful (2010: 88) antara lain adalah:

70
Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN: 2442-7470

a. Agar siswa dapat menghayati dan d. Guru harus dapat menceritakan


menghargai perasaan orang lain; peristiwa yang akan diperankan sambil
b. Dapat belajar bagaimana membagi mengatur adegan yang pertama agar
tanggung jawab; siswa memahami peristiwanya,
c. Dapat belajar bagaimana mengambil e. Guru memberikan penjelasan kepada
keputusan dalam situasi kelompok secara pemeran dengan sebaik-baiknya, agar
spontan; mengetahui tugas peranannya,
d. Merangsang kelas untuk berpikir dan menguasai masalahnya dan pandai
memecahkan masalah. berekspresi maupun berdialog.
Kemudian menurut Endraswara (2011: f. Siswa yang tidak bermain peran
76), tujuan dari penggunaan metode bermain menjadi penonton yang aktif,
peran adalah: disamping mendengar dan melihat,
a. Mendorong siswa untuk menciptakan siswa harus memberikan saran dan
realitas mereka sendiri; kritik kepada siswa yang telah bermain
b. Mengembangkan kemampuan untuk peran.
berinteraksi dengan orang lain; g. Bila siswa belum terbiasa, perlu
c. Meningkatkan motivasi belajar siswa; dibantu guru dalam menimbulkan
d. Melibatkan para siswa pemalu dalam kalimat pertama dalam dialog.
kegiatan kelas; h. Setelah bermain peran mencapai situasi
e. Membuat rasa percaya diri siswa; klimaks, maka harus dihentikan agar
f. Membantu siswa untuk kemungkinan-kemungkinan
mengidentifikasi dan kesalahpahaman pemecahan masalah dapat didiskusikan
yang benar; secara umum.
g. Menunjukkan siswa bahwa dunia nyata i. Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi,
yang kompleks dan masalah yang dilakukan tanya jawab, diskusi atau
muncul di dunia nyata tidak dapat membuat karangan yang berbentuk
diselesaikan dengan hanya menghafal sandiwara.
informasi;
h. Menggarisbawahi penggunaan simultan Alasan diterapkannya metode
keahlian yang berbeda (yang diperoleh pembelajaran bermain peran dalam kegiatan
secara terpisah). belajar mengajar adalah untuk penanaman
dan pengembangan konsep, nilai, moral,
Selanjutnya langkah-langkah pel- serta norma. Hal ini dapat dicapai bila para
sanaan metode bermain peran agar berhasil peserta didik secara langsung bekerja dan
dengan baik menurut Suharto (1997: 82) melakukan interaksi satu sama lainnya dan
yaitu: melakukan pemecahan masalah melalui
a. Guru harus menerangkan dan peragaan. Oleh karena itu, metode ini mampu
memperkenalkan kepada siswa tentang menghasilkan suatu pengalaman yang
teknik pelaksanaan metode bermain berharga bagi para peserta didik (Mulyadi,
peran ini. 2004: 99).
b. Guru menunjuk beberapa siswa yang
akan bermain peran dimana masing- 2. Drama
masing akan mencari pemecahan Menurut Endraswara (2011: 22) Drama
masalah sesuai dengan perannya merupakan genre (jenis) karya sastra yang
sementara siswa yang lain menjadi menggambarkan kehidupan manusia dengan
penonton dengan tugas-tugas tertentu gerak. Drama menggambarkan realita
pula. kehidupan, watak, serta tingkah laku manusia
c. Guru harus memilih masalah yang melalui peran dan dialog yang dipentaskan.
urgen sehingga menarik minat siswa. Kisah dan cerita dalam drama memuat
konflik dan emosi yang secara khusus

71
Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN: 2442-7470

ditujukan untuk pementasan. Drama e. Alur atau plot adalah jalan cerita.
memerlukan kualitas komunikasi, situasi dan f. Amanat atau pesan pengarang.
aksi. Kualitas tersebut dapat dilihat dari Sedangkan unsur ekstrinsik (unsur luar)
bagaimana sebuah konflik atau masalah dalam drama adalah unsur yang tampak,
dapat disajikan secara utuh dan dalam pada seperti adanya dialog atau percakapan.
sebuah pementasan drama. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah
ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti
Menurut Wellek dan Warren (2013) panggung, properti, tokoh, sutradara, dan
Istilah untuk drama pada masa penjajahan penonton.
Belanda di Indonesia disebut dengan istilah
tonil. Tonil kemudian berkembang diganti Ada beberapa jenis dan sifat drama
dengan istilah sandiwara oleh Mangkunegara yang harus kita ketahui menurut Wellek dan
VII. Sandiwara berasal dari kata dalam Warren (2013) diantaranya sebagai berikut:
bahasa Jawa sandi dan wara. Sandi artinya a. Tragedi yaitu jenis lakon yang
rahasia, sedangkan wara (warah) artinya disajikan berakhir dengan duka cita.
pengajaran. Maka istilah sandiwara b. Komedi yaitu jenis drama yang
mengandung makna pengajaran yang mengandung subjek-subjek yang
dilakukan dengan perlambang. ringan dan cemerlang dan dalam
ceritanya berakhir dengan suka ria.
Selanjutnya menurut Endraswara c. Tragikomedi yaitu jenis drama yang
(2011) unsur dalam drama dapat berpaduan antara ciri tragedi dengan
diklasifikasikan menjadi dua unsur yaitu ciri komedi.
unsur intrinsik dan unsur ektrinsik. Unsur d. Melodrama yaitu jenis drama dari alur
intrinsik diklasifikasikan sebagai berikut: opera yang dicakapkan dengan bantuan
a. Tokoh adalah individu atau seseorang irama musik.
yang menjadi pelaku cerita. Tokoh dalam e. Farce yaitu jenis drama yang identik
drama diklasifikasikan menjadi: dengan komedi.
1) Berdasarkan sifatnya: a) tokoh
protagonist yaitu tokoh utama yang Kemudian selanjutnya kerangka drama
mendukung cerita; b) tokoh antagonis disebut juga kerangka cerita. Hal ini
yaitu tokoh penentang cerita; c) tokoh disebabkan setiap cerita itu bergerak dari
tritagonis yaitu tokoh pembantu, baik permulaan, pertengahan, dan menuju akhir.
untuk tokoh protagonist maupun tokoh Dan di dalam drama juga mengenal hal itu
antagonis. diantaranya menurut Endraswara (2011: 31)
2) Berdasarkan peranannya: a) tokoh sebagai berikut:
sentral yaitu tokoh yang paling a. Eksposisi, pada bagian ini penonton
menentukan dalam drama; b) tokoh (pembaca) diperkenalkan tentang para
utama yaitu tokoh pendukung atau pelaku yang akan dikembangkan pada
penentang tokoh sentral; c) tokoh bagian utama bagian lakon.
pembantu tokoh-tokoh yang memegang b. Konflik, bagian ini para pelaku
peran pelengkap atau tambahan dalam terlimbat dalam suatu pokok persoalan.
mata rangkai cerita. Disini pertama terjadinya insiden.
b. Perwatakan atau Penokohan adalah c. Komplikasi, bertugas mengem-
penggambaran efek batin seseorang tokoh bangkan konflik.
yang disajikan dalam cerita: 1) keadaan d. Krisis, pertentangan, pertidak-sesuaian,
fisik; 2) keadaan psikis; 3) keadaan dan masalah-masalah itu harus
sosiologis. diimbangi dengan jalan keluar.
c. Setting meliputi setting tempat, waktu dan e. Resolusi, dalam hal ini harus
ruang berlangsung secara logis dan
d. Tema, merupakan gagasan pokok atau ide mempuyai hubungan yang wajar
yang mendasari pembuatan sebuah drama.
72
Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN: 2442-7470

dengan apa yang mendahuluinya (yang tentukan para pemain; 6) Menyiapkan


terdapat pada komplikasi). segala kepentingan dalam pelaksanaan
f. Keputusan, disini konflik terakhir. simulasi.
b. Tahap latihan, lebih jelas di bawah ini ada
Uraian-uraian yang dibahas di atas beberapa syarat yang harus dipenuhi
merupakan suatu gambaran bahwa sebuah dalam tahap latihan, yaitu antara lain: 1)
drama didukung oleh unsur-unsur drama dan suasana harus selalu gembira; 2) penuh
kerangka drama. Dan apabila kita ingin semangat; 3) adanya kesungguhan dan
menulis drama yang harus diperhatikan yaitu kemauan untuk bekerja sama; 4) latihan
unsur-unsur dan kerangka drama. Dengan itu haruslah intensif, kreatif, dan efektif.
demikian kita dapat menentukan alur yang c. Tahap pelaksanaan, pada pelaksanaan
bagaimana yang akan dikembangkan, jenis simulasi ini merupakan realisasi kerja
tokoh apa yang akan dipakai, dan dialog- sama, kesungguhan, serta disiplin.
dialog apa yang akan kita pilih dalam
menulis drama itu. Semua itu sebagai METODE PENELITIAN
gambaran umum dalam merencanakan Metode yang digunakan dalam
menulis drama. penelitian ini adalah metode kualitatif,
dengan menggunakan rancangan penelitian
Di dalam menulis drama ada beberapa tindakan kelas (classroom action research).
tahapan-tahapan yang harus diperhatikan Karena penelitian ini mampu menawarkan
dalam menulis drama, yaitu sebagai berikut: pendekatan dan prosedur yang mempunyai
a) tahap pertama, kita menentukan tema; b) dampak langsung bentuk perbaikan dan
tahap kedua, penokohan dan pewatakan peningkatan profesionalisme guru dalam
harus dipikirkan secara matang dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Hal
menentukan fungsi setiap tokoh yang akan ini sesuai dengan karakteristik penelitian
kita limbatkan; c) tahap ketiga, yaitu tindakan kelas yaitu “Penelitian tindakan
penggunaan bahasa yang tertuang dalam kelas dilakukan di dalam kelas, sehingga
dialog, disesuaikan dengan tingkat fokus penelitian ini adalah kegiatan
keterbacaannya untuk anak Sekolah Dasar; d) pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa
tahap keempat, dalam dramapun setting atau dalam melakukan interaksi”.
latar perlu diperhatikan.
Penelitian ini dilakukan di SDN
Adapun cara mensimulasikan sebuah Tarikolot 1 Kecamatan Majalengka
lakon drama, langkah-langkahnya yaitu Kabupaten Majalengka pada bulan Mei
sebagai berikut: Tahun Akademik 2013/2014. Yang menjadi
a. Tahap persiapan, 1) memilih cerita yang subjek dalam penelitian ini adalah siswa
akan disimulasikan dan memper- kelas V, dengan jumlah siswa sebanyak 30
timbangkan bobot lakon tersebut, waktu, orang. Adapun rancangan penelitian ini
tenaga, dan kesiapan dalam membahas mengacu pada rancangan penelitian yang
teks drama itu; 2) menentukan dan dilakukan oleh Kemmis dan Taggart yaitu
menunjuk siapa yang akan menjadi model spiral (Aqib, 2006: 22) yang
sutradara dalam simulasi itu: 3) teman mempunyai empat komponen yaitu
latihan harus yang mempunyai disiplin perencanaan (planning), tindakan (acting),
yang tinggi selama dalam latihan dan observasi (observing), dan refleksi
kerja sama yang baik antara sesama (reflecting), kemudian perencanaan ulang.
pemain; 4) setelah masing-masing Model siklus yang dilakukan secara berulang
mempunyai teks yang akan disimulasikan dan berkelanjutan artinya semakin lama
baca teks tersebut secara selintas oleh diharapkan semakin meningkat perubahan
setiap pemegang teks; 5) setelah ada atau pencapaian hasilnya. Seperti tampak
gambaran bagaimana lakon tersebut, baru pada gambar dibawah ini:

73
Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN: 2442-7470

4. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan


Planning tersebut peneliti kemudian melakukan
SIKLUS I
refleksi atas tindakan yang telah
dilakukan.
Reflecting Acting 5. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya
dilakukan perbaikan atas tindakan yang
Observing
telah dilakukan, maka rencana tindakan
yang dilaksanakan berikutnya tidak
sekedar mengulang dari apa yang telah
Planning
SIKLUS II
diperbuat sebelumnya. Demikian
seterusnya sampai masalah yang diteliti
Reflecting Acting dapat dipecahkan secara optimal.

Instrumen penelitian yang digunakan


Observing disesuaikan dengan jenis data yang
diinginkan dalam penelitian. Dalam kegiatan
Planning ini, peneliti menggunakan instrumen
SIKLUS III bserving penelitian sebagai berikut:
1. Lembar wawancara
Reflecting Acting
Melalui kegiatan wawancara ini dapat
diketahui hambatan-hambatan atau
Observing
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa
dan guru dalam proses pembelajaran
berbahasa dengan menggunakan metode
Bagan 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
bermain peran pada pelajaran bahasa
Indonesia.
Sebelum penelitian, disusun rencana
2. Lembar observasi
sebagai berikut :
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
1. Pertama, membuat rencana tindakan yang
untuk mengetahui kinerja guru dan
akan dilakukan yaitu akan melaksanakan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
hal-hal sebagai berikut: dengan membuat
bermain drama.
skenario pembelajaran, mempersiapkan
3. Catatan Lapangan
fasilitas dan sarana pendukung yang
Berisi deskripsi mengenai proses
diperlukan di kelas, mempersiapkan
pembelajaran berbicara, interpretasi,
instrumen untuk merekam dan
koreksi dan saran-saran yang perlu
menganalisis data mengenai proses dan
diberikan kepada praktisi untuk dilakukan
hasil tindakan, melaksanakan simulasi
perbaikan-perbaikan.
pelaksanaan tindakan perbaikan untuk
4. Lembar Catatan Aktivitas Siswa
menguji keterlaksanaan rancangan.
Guru mencatat semua kegiatan siswa
2. Kedua, pelaksanaan tindakan yang
ketika pembelajaran berlangsung. Hal ini
meliputi siapa yang melakukan, apa,
dimaksudkan agar terlihat siswa yang
kapan, dimana dan bagaimana
bersungguh-sungguh, siswa yang biasa-
melakukannya. Skenario tindakan yang
biasa saja, dan siswa yang kurang tertarik
telah direncanakan dilaksanakan dalam
kedalam pembelajaran dengan metode
situasi yang aktual.
bermain peran .
3. Ketiga, bersamaan dengan kegiatan
5. Dokumentasi
pelaksanaan tindakan disertai dengan
Sebagai fakta yang tidak diragukan lagi
kegiatan observasi dan interpretasi dengan
kebenaran maka data yang diperoleh di
mengamati proses pelaksanaan tindakan
lengkapi dengan dokumentasi berupa foto-
itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan.
foto kegiatan guru dan siswa.

74
Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN: 2442-7470

Selanjutnya pengecekan validitas data kurang antusias, karena siswa yang


dalam penelitian kualitatif menurut Moleong memainkan peran maupun pengamat masih
(2007: 337) dapat menggunakan beberapa malu-malu, takut, ragu-ragu dan siswa juga
teknik yaitu: perpanjangan keikutsertaan, masih banyak yang mengalami kesulitan baik
ketekunan pengamatan, triangulasi, dalam mengungkapkan pendapat, berekspresi
pengecekan sejawat melalui diskusi, dalam memainkan peran belum terlihat.
kecukupan referensial, kajian kasus negatif, Selain itu dalam kualitas vokal dan gayanya
dan pengecekan anggota. masih sangat rendah karena siswa masih
malu-malu dan merasa takut.
Kemudian teknik pengolahan data dan
analisis data yang digunakan dalam
Pada siklus I tindakan I ini siswa belum
penelitian ini adalah teknik pengolahan
mampu menguasai materi dan pengamat juga
analisis dengan data kualitatif. Dalam
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
pengolahan dan analisis data dimulai pada
pendapat, serta pada siklus ini sikap dan
saat melaksanakan refleksi dari setiap
perhatian siswa kurang antusias terhadap
tindakan yang dilaksanakan pada setiap
pembelajaran, terlihat pada saat melakukan
siklus dalam penelitian. Seluruh data yang
tanya jawab masih banyak siswa yang belum
berhasil diperoleh melalui instrumen
bisa menjawab pertanyaan. Hal ini
penelitian berupa hasil wawancara,
disebabkan karena cara guru dalam mengajar
observasi, catatan lapangan, kemudian dibaca
yang masih konvensional, yaitu dalam
dan ditelaah secara mendalam.
pembelajaran ini siswa hanya terbiasa
Ada tiga tahap pengolahan data yang menerima pelajaran dari guru sedangkan
harus dilakukan yaitu reduksi data, paparan guru dalam pembelajaran kurang melibatkan
data dan penyimpulan. Reduksi data adalah siswa untuk aktif. Pembelajaran pada
proses penyederhanaan yang dilakukan tindakan I ini masih banyak siswa yang
melalui seleksi, pemfokusan dan rebutan dan siswa yang sering mengganggu
pengabstrakan data mentah menjadi siswa lainnya.
informasi yang bermakna. Paparan data
adalah proses penampilan data secara lebih Berdasarkan temuan pada
sederhana dalam bentuk paparan naratif, pembelajaran siklus I tindakan I, minat siswa
refresentatif tabular, termasuk dalam format dalam bermain peran kurang antusias, hasil
matrik, representatif grafik dan sebagainya. perolehan nilai rata-rata mencapai 59,2
Sedangkan penyimpulan data adalah proses dengan persentase 33,3 %, didapat dari 10
pengambilan intisari dari penyajian data yang orang siswa yang memerankan karakter
telah diorganisir dalam bentuk pernyataan tokoh yang sesuai dengan kriteria penilaian
kalimat dan atau formula yang singkat dan yang terdapat pada lembar penilaian proses.
padat tetapi mengandung arti yang luas. Hasil nilai ini diperoleh selama proses
pelaksanaan bermain peran berlangsung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan deskriptif, analisis dan 2. Siklus II
refleksi setiap tindakan penelitian yang Minat siswa pada siklus II tindakan I
dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan yaitu pada waktu bermain peran siswa sudah
bahwa terdapat beberapa temuan esensial terlihat aktif dan antusias. Siswa sudah tidak
hasil terpenting dari penelitian yang telah merasa malu, takut, ragu-ragu dan siswa juga
dilaksanakan. Temuan esensial yang peneliti sudah tidak mengalami kesulitan dalam
peroleh secara rinci diuraikan, sebagai memainkan peran dan dalam mengemukakan
berikut: pendapat. Walaupun masih ada beberapa
siswa yang masih mengalami kesulitan baik
1. Siklus I dalam mengungkapkan pendapat dan
Minat siswa pada siklus I yaitu pada berekspresi, selain itu dalam kualitas vokal
waktu bermain peran siswa kurang aktif dan
75
Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN: 2442-7470

dan gayanya sudah baik karena siswa sudah Pada siklus III ini siswa sudah mampu
tidak malu-malu dan tidak merasa takut. menguasai materi dan tidak mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan pendapat.
Pada siklus II tindakan I ini siswa Pada siklus III ini, sikap dan perhatian siswa
sudah mampu menguasai materi. Pada siklus sudah terlihat sangat meningkat dan sangat
II tindakan I ini sikap dan perhatian siswa antusias terhadap pembelajaran, terlihat pada
sudah antusias terlihat pada saat melakukan saat melakukan tanya jawab terlihat semua
tanya jawab ada beberapa siswa yang sudah siswa sangat ingin menjawab pertanyaan. Hal
mampu menjawab pertanyaan dengan baik. ini disebabkan siswa sudah tidak lagi
Hal ini disebabkan karena guru dalam mengalami kejenuhan dan kebosanan
mengajar menggunakan metode bermain terhadap pembelajaran ini. Pembelajaran
peran, yaitu dalam pembelajaran ini guru pada siklus III sudah tidak ada siswa yang
melibatkan siswa untuk aktif dan kreatif ribut dan mengganggu siswa lainnya pada
sehingga siswa mampu memecahkan saat bermain peran.
masalah sendiri yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran pada Berdasarkan temuan pada
siklus II tindakan I ini sudah tidak ada siswa pembelajaran siklus III tindakan I ini minat
yang rebutan dan mengganggu siswa lainnya siswa dalam bermain peran sikap antusias
pada saat bermain peran. Pada siklus II dan keaktifan siswa meningkat sehingga pada
tindakan I ini sudah tampak sikap dan siklus III tindakan I ini memperoleh hasil
perhatian siswa sudah antusias dan aktif. yang sangat baik. Hasil perolehan nilai rata-
Pada siklus II tindakan I ini siswa sudah rata siklus III tindakan I memperoleh nilai
mampu menguasai materi dan sudah rata-rata 78,9 dengan persentase 85%. Hasil
berekspresi pada saat memerankan tokoh. ini diperoleh selama proses pelaksanaan
bermain peran berlangsung.
Berdasarkan temuan pada
pembelajaran siklus II tindakan I ini minat Berdasarkan uraian diatas, dapat dibuat
siswa dalam bermain peran meningkat tabel perolehan hasil nilai rata-rata dari siklus
dengan cukup baik, terlihat siswa sangat I, II, III adalah sebagai berikut:
antusias dan pada siklus II tindakan I ini
diperoleh hasil yang baik dan sudah
mengalami peningkatan dari tindakan 90
78,92
sebelumnya. Hasil perolehan nilai rata-rata 80
mencapai 65,7 dengan persentase 60%,
NILAI RATA-RATA SIKLUS

70 65,72
didapat dari 18 orang siswa yang 59,21
memerankan karakter tokoh yang sesuai 60
dengan kriteria penilaian yang terdapat pada 50
lembar penilaian proses. Hasil nilai ini 40
diperoleh selama proses pelaksanaan bermain
30
peran berlangsung.
20
3. Siklus III 10
Minat siswa pada siklus III tindakan I 0
yaitu pada waktu bermain peran siswa sudah SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
terlihat sangat aktif dan sangat antusias.
Siswa sudah tidak mengalami kesulitan Grafik 1.
dalam memainkan peran dan dalam Nilai rata-rata Individu tiap Siklus
mengemukakan pendapat serta dalam
berekspresi.

76
Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN: 2442-7470

SIMPULAN DAN SARAN harus berani mencoba melaksanakan


pembelajaran khususnya pada mata pelajaran
1. Simpulan bahasa Indonesia yang bersifat konsep
Hasil penerapan metode pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran.
bermain peran dalam meningkatkan Selain menambah wawasan tentang bermain
kemampuan apresasi drama dirasakan sudah peran juga dapat meningkatkan semangat
ada perubahan pada setiap siklusnya. belajar siswa
Terutama pada pembelajaran pada siklus II
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari DAFTAR PUSTAKA
sikap dan antusias siswa terhadap
pembelajaran. Tetapi pada siklus III Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan
pembelajaran mengalami penurunan, karena Kelas. Bandung: Yama widya.
siswa sudah mengalami kejenuhan.
Pembelajaran dilaksanakan dengan materi BSNP. (2006). Permendiknas No.22 Tahun
yang bervariasi dan menarik berdasarkan 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari Pendidikan Dasar dan Menengah.
dengan memaksimalkan metode bermain Jakarta: Depdiknas.
peran, maka pembelajaran bermain peran
dalam meningkatkan kemampuan ekspresif Endraswara, Suwardi. (2011). Metode
drama dikatakan berhasil. Pembelajaran Drama. Yogyakarta:
CAPS.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan sebanyak 3 siklus dan 3 tindakan, Moleong, L.J. (2007). Metode Penelitian
maka peneliti melaporkan hasil secara Kualitataif. Bandung: PT. Remaja
keseluruhan siklus dan tindakan yang Rosda Karya.
didasarkan atas penilaian proses yang
diperoleh pada siswa dengan nilai rata-rata Mulyadi, Seto. (2004). Bermain dan
pada siklus I memperoleh 59,2 atau sekitar Kreativitas. Jakarta: Papas Sinar
33,3%, nilai rata-rata pada siklus II Sinanti.
memperoleh 65,7 atau sekitar 60%, dan nilai
rata-rata pada siklus III memperoleh 78,9 Nunung. (2005). Pelajaran Bahasa dan
atau sekitar 85%. Hal ini menunjukkan Sastra Indonesia. Klaten: Intan
bahwa pemahaman siswa terhadap materi Pariwara.
sudah merata dan kemampuan siswa dalam
meningkatkan kemampuan ekspresif drama Sagala, Syaiful. (2011). Konsep dan Makna
sudah baik dengan pencapaian yang Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
tergolong optimal.
____________. (2010). Konsep dan Makna
2. Saran Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Pada pembelajaran dengan
menggunakan metode bermain peran Sanjaya, Wina. (2006). Strategi
memerlukan waktu yang cukup lama Pembelajaran. Jakarta: Media Grup.
terutama pada tahap pelaksanaan bermain
peran, oleh sebab itu pengalokasian waktu Suharto, Bohar. (1997). Pendekatan dan
pada proses pembelajaran harus lebih Teknik Belajar dalam Proses Belajar
diperhatikan dan guru harus lebih matang Mengajar. Bandung: Tarsito.
dalam persiapan agar pembelajarannya dapat
terlaksana dengan lancar. Dengan demikian Wellek, Rene dan Warren, Austin. (2013).
hasil yang diharapkan dalam pembelajaran Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
lebih efisien. Selanjutnya bagi guru kelas Pustaka Utama.

77

Anda mungkin juga menyukai