Anda di halaman 1dari 5

UPAYA MENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KEMBALI DONGENG

MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL


PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI
KELAS VA SD NEGERI 45 KOTA BENGKULU
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Minarni, S.Pd

Masalah yang diteliti dalam penelitan ini adalah bagaimanakah meningkatkan keterampilan
menuliskan kembali dongeng dengan memanfaatkan media audio visual. Model penelitian yang
digunakan adalah penelitian tindakan kelas (class action research), yang dilaksanakan di SD Negeri
45 Kota Bengkulu, dengan subjek penelitian siswa kelas Va. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus,
siklus I dilaksanakan pada Senin, 18 Oktober 2021, sedangkan siklus II dilaksanakan pada Senin, 01
November 2021, dan siklus III pada hari Senin tanggal 13 November 2021. Teknik pengumpulan
data yang digunakan berupa tes, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif berdasarkan prinsip PTK. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan
menuliskan kembali dongeng dengan memanfaatkan media audio visual telah mengubah suasana
pembelajaran jadi menyenangkan dan terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru yaitu, saat
siklus I skor rata-rata siswa 61,75 pada siklus II meningkat menjadi 70,70 dan siklus III
meningkat lebih baik 73,25.Penilaian keterampilan menuliskan kembali dongeng telah sesuai, yaitu
menggunakan tes unjuk kerja dan rubrik penilaian. Ada peningkatan keterampilan menuliskan
kembali dongeng yang pernah didengar siswa dengan memanfaatkan media audio visual.

Kata kunci: Keterampilan menulis, media audio visual

berbahasa yang lain karena keterampilan


Keterampilan menulis merupakan ini membutuhkan kemampuan seseorang
suatu proses yang kreatif, sebab tindakan untuk menyajikan Grafologi, struktur bahasa,
menulis merupakan tindakan berpikir untuk dan kata- kata agar maksud penulis dapat
mengungkapkan gagasan secara sistematik apa dimengerti oleh pembaca (Tarigan, 2008:422).
yang dilihat, didengar, dan dibacanya, sehingga
menjadi sebuah tulisan yang dapat Dalam Standar Isi (SI) Mata
dimengerti/dipahami oleh pembaca. Proses Pelajaran Bahasa Indonesia , aspek menulis
menulis sangat beragam sesuai dengan juga menjadi salah satu Standar Kompetensi
kepribadian, gaya kognitif atau pengalaman, (SK) yang harus dimiliki oleh peserta didik.
serta hakikat tugas menulis yang diberikan. Salah satu Standar Kompetensi aspek menulis
Sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang yang tercantum dalam Mata Pelajaran Bahasa
bersifat produktif, kegiatan menulis Indonesia kelas VA semester ganjil adalah
mempunyai beberapa manfaat, di antaranya mengekspresikan pikiran, perasaan dan
dalam hal peningkatan kecerdasan, pengalaman melalui pantun dan dongeng.
pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, Namun, dalam kenyataannya hasil yang
penumbuhan keberanian, pendorong kemauan diperoleh pada pembelajaran SK tersebut,
dan kemampuan mengumpulkan informasi khususnya pada Kompetensi Dasar
(Suparno dan Yunus, 2011:1,4). menuliskan kembali dengan bahasa sendiri
dongeng yang pernah dibaca atau didengar
Keterampilan menulis merupakan masih rendah, yaitu rata-rata 55. Nilai rata-
keterampilan berbahasa paling akhir yang rata yang diperoleh siswa tersebut masih di
dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM),
keterampilan mendengarkan, berbicara, dan yaitu 65.
membaca (Nurgiyantoro 2014). Menulis
merupakan keterampilan berbahasa yang Kegiatan pembelajaran yang selama ini penulis
bersifat kompleks dan cenderung lebih sulit jika lakukan sebagai seorang guru dalam
dibandingkan dengan tiga keterampilan membelajarkan siswa pada standar kompetensi
mengekspresikan pikiran, perencanaan, dan dipilih karena media audio visual memiliki
pengalaman melalui pantun dongeng, khususnya kemampuan mengaktifkan siswa dalam proses
pada kompetensi dasar menuliskan kembali pembelajaran. Media audio visual membantu
dengan bahasa sendiri siswa secara langsung melihat/menyaksikan
peristiwa/cerita yang ditayangkan, sehingga
dongeng yang pernah didengar, adalah dengan siswa mempunyai gambaran yang lebih jelas dan
teknik membaca. Guru membacakan dongeng ini akan menimbulkan terangsang daya
secara langsung di depan kelas, atau sesekali imajinasinya. Selain itu, penulis yakin bahwa
guru meminta siswa untuk membaca sendiri teks siswa akan lebih tertarik menyimak/meyaksikan
dongeng lalu menuliskan kembali hasil dongeng melalui media audio visual daripada
bacaannya. Media yang digunakan adalah teks menyimak dongeng yang dibacakan oleh guru
wacana dongeng. dengan keterbatasannya, karena tidak semua
guru mampu mendongeng. Selain itu, logika
Salah satu permasalahan yang terdapat yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
dalam pembelajaran menuliskan kembali memilih media audio visual bahwa media audio
dongeng yang pernah didengar adalah kondisi visual tersebut merupakan salah satu media yang
pembelajaran yang masih terkesan sederhana dianjurkan dalam kurikulum pendidikan. Adapun
dan seadanya, serta kurangnya kemampuan dongeng yang dipilh untuk ditayangkan
guru dalam mendongeng karena guru bukanlah menggunakan media audio visual adalah
pendongeng profesional. Intonasi, pelafalan, dongeng yang berisikan nilai-nilai kebaikan,
gesture, mimik, dan volume suara guru (yang norma, moral, tolong-menolong, dan pendidikan
bukan pendongeng profesional) kurang menarik yang sesuai dengan usia siswa SD. Dengan
perhatian siswa. Karena tidak tertarik, siswa penayangan dongeng menggunakan media audio
akhirnya tak perduli dalam pembelajaran. Guru visual, diharapkan siswa tertarik dan merespon
yang berperan ganda dalam pembelajaran apa yang disampaikankan guru, sehingga siswa
(menyampaikan materi dan mendongeng), menjadi aktif dan mampu menuliskan kembali
menyebabkan guru tidak dapat secara dengan bahasa sendiri dongeng yang
fokus mengontrol kegiatan siswa saat proses disaksikannya.
belajar mengajar. Media teks yang
dibacakan/digunakan guru kurang mampu Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. melakukan penelitian tindakan kelas dengan
Jika guru menggunakan media audio visual menggunakan media audio visual untuk
untuk menyampaikan dongeng kepada siswa, meningkatkan kemampuan menuliskan
persoalan di atas dapat diatasi, karena kembali dongeng oleh siswa kelas V SD Negeri
kelemahan guru yang kurang mampu 45 Kota Bengkulu.
mendongeng dapat digantikan dengan media
audio visual dalam menyampaikan dongeng METODE
tersebut. Salah satu peran media audio visual
adalah turut menentukan tercapianya tujuan Jenis penelitian ini merupakan penelitian
pembelajaran, selain itu media audio visual tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara
dapat membantu menjelaskan kerumitan kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif artinya
bahan/materi yang akan disampaikan kepada peneliti bekerjasama dengan guru kelas untuk
siswa. Salah satu kelebihan media audio visual meningkatkan proses dan hasil belajar sub
adalah memberikan andil dalam menarik bahasan menulis kembali isi dongeng.
perhatian siswa pada proses belajar mengajar. Partisipatif adalah peneliti yang dibantu seorang
Selain itu, media audio visual dapat mengatasi mitra peneliti dan guru yang bersangkutan
berbagai hambatan dalam pembelajaran. Media sebagai satu tim, terlibat langsung dalam
audio visual juga dapat menembus ruang dan persiapan-persiapan yang diperlukan,
waktu. pelaksanaan tindakan, refleksi tindakan, dan
perencanaan untuk siklus berikutnya. Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, bercirikan perbaikan terus-menerus sehingga
penulis merasa perlu menggunakan media indikator keberhasilan menjadi tolak ukur
audio visual dalam pembelajaran untuk berhentinya siklus-siklus tersebut.
meningkatkan keterampilan menulis pada
siswa. Penggunaan media audio visual ini Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas
(action research) yang menggunakan model
tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan
Mc Taggart seperti yang dikutip oleh Pardjono, Untuk mengetahui keaktifan suatu model dan
(2007: 22) yaitu model penelitian tindakan yang metode harus menggunakan teknik analisis data
mencakup empat langkah yaitu planning pada PTK digunakan analisis data kuantitatif.
(perencanaan), action (pelaksanaan), observation Untuk menghitung tingkat ketuntasan belajar
(observasi), dan reflection (refleksi). adalah:

Subjek penelitian ini adalah siswa SD Negeri 45 PENGUASAAN


Kota Bengkulu di Kelas Va dengan jumlah siswa NO SKOR
MATERI
20 orang yang terdiri dari 13 Siswa laki-laki dan 1 Urutan Cerita 20
7 siswa perempuan. Dan penelitian ini 2 Kalimat 40
mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia 3 Pilihan Kata 40
Teknik pengumpul data dalam penelitian ini
adalah: Teknik Observasi langsung, yaitu proses HASIL DAN PEMBAHASAN
pengambilan data dalam penelitian dimana Dari tabel pra siklus sampai dengan
peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian; perbaikan pembelajaran siklus III pada mata
Teknik komunikasi langsung, yaitu mengadakan pelajaran Bahasa Indonesia Kelas Va semester I
wawancara secara langsung terhadap peserta tentang Menulis Kembali dongeng di SD Negeri
didik mengenai pembelajaran bahasa Indonesia 45 Kota Bengkulu dapat disajikan pada tabel
dengan menggunakan media audio visual; berikut
Dokumentasi; Tes. Alat pengumpul data yang
digunakan berupa pedoman observasi, yaitu Hasil Belajar dan Peningkatan Nilai Rata –
dengan pedoman observasi berupa lembar Rata
observasi terhadap guru sebagai peneliti dan
lembar observasi terhadap peserta didik; No Ketuntasan Siklus I Siklus II Siklus III
Wawancara, yaitu dengan pedoman wawancara Jumlah % Jumlah % Jumlah %
mengadakan tanya jawab secara langsung kepada
1 Tuntas 8 40 13 65 16 80
peserta didik mengenai pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai alat dalam teknik komunikasi 2 Belum Tuntas 12 60 7 35 4 20
langsung; Dokumentasi, yaitu dengan melihat
dokumen-dokumen berupa nilai peserta didik, 3 Nilai rata - 61,75 70,70 73,25
keaktifan peserta didik; Lembar Latihan rata

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat


Penelitian tindakan kelas ini direncanakan akan
bahwa pada Siklus I hanya 40% siswa yang
dilaksanakan dalam tiga siklus.pada setiap siklus
meraih ketuntasan, 65% pada siklus II dan
akalan dilaksanakan semala 2 jam pelajaran. Jika
pada Siklus III sebanyak 80% hal ini
divisualisasi dalam bentuk gambar, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan yang
tindakan model Nampak pada gambar seperti di
signifikan apabila kita menggunakan metode
bawah ini
dan cara belajar yang tepat sehingga siswa
dapat belajar dengan semangat dan meraih
prestasi sesuai yang kita harapkan.

Pada nilai rata – rata juga mengalami


peningkatan yang signifikan, nilai rata – rata
pada pembelajaran awal 62,75, pada siklus II
mengalami peningkatan yaitu 70,75 dan pada
perbaikan pembelajaran siklus III menjadi
73,25. Perbaikan pembelajaran cukup pada
siklus III tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya karena lebih dari 75% siswa telah
mencapai KKM yang ditetapkan.

Dari tabel di atas bahwa hasil evaluasi


siklus I hingga perbaikan pembelajaran siklus
III mata pelajaran Bahasa Indonesia jika menayangkan materi pembelajaran, RPP
disajikan dalam bentuk diagram maka dapat pada KD ini sudah baik, setelah melalui
dilihat pada diagram berikut. proses perbaikan dari siklus I ke siklus II,
kemudian ke siklus III. Perbaikan ini
dilakukan bersama kolaborator.

2. Pelaksanaan pembelajaran menuliskan


kembali dongeng yang pernah didengar
dengan memanfaatkan media audio visual
pada siswa kelas Va SD Negeri 45 Kota
Bengkulu, berlangsung sangat baik, siswa
terlihat aktif mengikuti proses pembelajaran.
Kategori peningkatan aktivitas siswa sangat
baik. Pada siklus I, guru belum maksimal
dalam menggunakan media tersebut dalam
pembelajaran. Sebelum menonton cerita
dongeng, guru tidak menjelaskan cara
mengingat dan menyimak video dengan baik,
Penggunaan media Audio Visual secara efektif aktivitas siswa saat proses pembelajaran pada
dapat menumbuhkan motivasi dalam siklus I, termasuk kategori kurang. Pada siklus
meningkatkan kemampuan menulis karangan II, proses pembelajaran menggunakan media
siswa kelas Va. Dengan demikian media Audio audio visual tergolong baik. Hasil data
Visual sebagai media pembelajaran bukan aktivitas siswa pada siklus tersebut termasuk
merupakan fungsi tambahan tetapi memiliki dalam kategori baik. Pada siklus III,
fungsi tersendiri sebagai sarana bantu pembelajaran dilaksanakan menggunakan
untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar media tersebut secara lebih maksimal.
yang lebih efektif dan menarik, seperti Dongeng yang ditayangkan pada siklus III
halnya menurut sadiman (1996:29) bahwa diganti dengan judul yang berbeda dari siklus
Media Audio Visual adalah media yang sebelumnya. Selain untuk menayangkan
paling umum dipakai, yang merupakan bahasan dongeng, guru juga menjelaskan sedikit
umum yang dapat dimengerti dan dinikmati tentang apa saja yang perlu diperhatikan
dimana-mana. dalam menonton dongeng. Hasil data aktivitas
siswa pada siklus III menjadi sangat baik.
KESIMPULAN 3. Guru telah melaksanakan penilaian
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan keterampilan menuliskan kembali dongeng
penelitian tindakan kelas di SD Negeri 45 Kota yang pernah ditonton siswa.
Bengkulu, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut. 4. Ada peningkatan keterampilan menuliskan
kembali dongeng yang pernah didengar
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang siswa kelas V SD Negeri 45 Kota Bengkulu,
disusun guru pada kompetensi dasar dengan memanfaatkan media audio visual,
menuliskan kembali dongeng yang pernah dari siklus I, siklus II sampai siklus III. Pada
didengar dengan memanfaatkan media siklus I, persentase ketuntasan siswa
audio visual pada siswa kelas Va SD sebesar 40% (8 orang), siklus II persentase
Negeri 45 Kota Bengkulu telah mengalami ketuntasan siswa sebesar 65% (13 orang),
perubahan. RPP pada siklus I belum pada siklus III, persentasi naik menjadi 80%
menjelaskan cara mengamati dengan benar (16 orang). Persentase ini dihitung dari
cerita dalam audio visual dalam banyaknya siswa yang telah mencapai nilai
pembelajaran, yaitu hanya digunakan untuk kriteria ketuntasan minimal sebesar 65.
menayangkan cerita. Pada siklus II, sudah
dijelaskan cara mengamati dan apa saja yang
harus diingat dalam menonton vidio, tapi
belum maksimal. Sedangkan, pada siklus III
pemanfaatan media tersebut lebih maksimal,
selain untuk menayangkan cerita, juga untuk SARAN DAN TINDAK LANJUT
Berdasarkan kesimpulan, penulis Achmad, Sri Wintala. 2015. Panduan
menyarankan agar pembelajaran keterampilan Lengkap Menjadi Penulis Handal.
menuliskan kembali dongeng yang pernah Yogyakarta: Araska.
didengar siswa, dapat memanfaatkan media
audio visual karena dapat menjadikan proses Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian:
pembelajaran yang aktif dan inovatif bagi Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
siswa. Sehingga, dapat meningkatkan hasil Cipta.
belajar siswa. Saran ini akan lebih
terimplementasi jika kondisi kelas yang diajar Akhadiah.1988. Pembinaan Kemampuan
lebih kurang menyerupai tempat penelitian ini Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
dilaksanakan. Secara khusus penulis Erlangga.
menyarankan: Anwar, Dessy. 2001. Kamus Lengkap
a. Guru bahasa Indonesia menggunakan RPP Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya
yang telah diperbaiki penulis karena RPP Abditama.
tersebut telah memanfaatkan media audio Burhan, Bungin. (1993). Metode Penelitian
visual dalam proses pembelajaran. Kuantitatif. Jakarta : Kencana Pernada
b. Guru yang mempunyai keterbatasan Media Group.
kemampuan dalam menyampaikan materi Hayon, Josep. 2007. Membaca dan menulis
pembelajaran, hendaknya memanfaatkan wacana. Jakarta: PT Grasindo
media audio visual karena media ini sangat Gramedia.
membantu dalam proses pembelajaran.
Putera, Prakoso Bhairawa. 2015. Mengenal dan
c. Dalam memanfaatkan media audio visual, Memahami Ragam Prosa Lama (Hikayat,
guru harus selalu berpikir kreatif dan Dongeng, Tambo, dan Cerita Berbingkai).
inovatif dalam upaya menciptakan Jakarta: Graha Ilmu.
pembelajaran yang dapat mendorong
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Sadiman. dkk. (1996). Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT.Raya
Grafindo Persada.

Suparno. 2008. Keterampilan Dasar Menulis.


Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu


Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

Warsita,B., (2008), Teknologi Pembelajaran,


Landasan dan aplikasinya, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai