Anda di halaman 1dari 47

Keefektifan Model Pembelajaran Mind Mapping dengan menggunakan

media Audio dan Visual dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek pada
Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menulis adalah salah satu keterampilan utama dalam berbahasa. Sayangnya,

tidak semua orang merasa keterampilan ini mudah. Bryne (1988:1) mengatakan

bahwa menulis adalah skill yang tidak didapatkan secara spontan melainkan

melalui usaha sadar. Lebih lanjut Bryne mengatakan dalam usaha ini si penulis

perlu mempertimbangkan cara mengomunikasikan dan mengatur ide yang akan

dituangkan dalam tulisan sehingga ide-ide tersebut dapat tersampaikan dengan

baik. Pertimbangan-pertimbangan inilah yang membuat kebanyakan orang merasa

menulis bukanlah hal mudah. Pencipta dan pendukung budaya adalah manusia.

Manusia lahir tanpaa kekosongan budaya, yaitu manusia dilahirkan didunia dalam

masyarakat menganut budaya tertentu (Holiyani, 2019). Pengarang yang sudah

berpengalaman terkadang tidak menurutkan secara kronologis peristiwa-peristiwa

dalam alur ceritanya. Terkadang ia memulai ceritanyan dari fase klimaks atau fase

yang lain, lalu mundur kebelakang, (flashback) dan tidak jarang pula secara

zigzag. Rosidi (dalam Aslian & Umam, 2022) mendefinisikan cerpen sebuah

kebulatan ide, lengkap dan singkat, dan semua bagian dari sebuah cerpen harus

terikat pada suatu kesatuan jiwa, tidak ada bagian yang boleh dikatakan “lebh dan

bisa di buang”. Akibatnya, perkembangan perilaku dan karakter generasi muda

Indonesia sekarang cenderung ke arah yang negative.


Dalam dunia pengajaran Bahasa Indonesia, khususnya di SMA, telah banyak

model yang dikembangkan untuk membantu siswa agar dapat mengasah

kemampuan menulis. Salah satunya adalah menulis cerpen. Menulis cerpen,

menurut Brenton di beritasatu.com oleh Makmun (22 September 2016), memiliki

banyak manfaat antara lain: (1) merangsang imajinasi; (2) mendorong

pengembangan pribadi siswa; (3) mengasah kemampuan berpikir kreatif,

independen, luas, dan kritis; (4) meningkatkan pengembangan bahasa dan

komunikasi; (5) meningkatkan rasa percaya diri. Namun, meskipun cerpen

termasuk kedalam tulisan ringan dan telah dijadikan salah satu modelpendekatan

menulis terbaik ternyata hal ini masih sulit bagi siswa.

Sehubungan dengan hal ini, Nurhayati, seorang pengajar Sastra Indonesia

yang mengikuti pelatihan Guru Kreatif Pendidik Berkualitas dalam republika.com

(2011) mengatakan bahwa sulitnya menulis cerpen bagi pelajar adalah karena

minimnya imajinasi. Keadaan ini membuat siswa sulit mengembangkan idenya,

hal ini secara tersirat oleh Nurhayati dalam pernyataannya, “Mereka itu, belum

selesai paragraf pertama mereka sudah coret-coret tulisannya.” Untuk mengatasi

hal ini Nurhayati telah menerapkan sistem mind mapping (peta konsep) dalam

pengajarannya. Pengaplikasian modelini menurutnya, efektif dalam membantu

siswanya meghasilkan cerpen imajinatif.

Mind Maping atau peta konsep dapat diartikan sebagai proses memetakan

pikiran untuk menghubungkan konsep-konsep permasalahan tertentu dari cabang-

cabang sel saraf membentuk korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman

(Nursoviani et al.,2019). Dengan kata lain peta konsep adalah sebuah proses atau

modelmemetakan ide yang saling berhubungan untuk menghasilkan sebuah


informasi yang terstruktur dan menyeluruh. Dalam penulisan cerpen, seperti yang

diisyaratkan oleh Nurhayati bahwa siswa belum dapat mengembangkan idenya

dengan baik, modelpeta konsep dalam menulis oleh banyak ahli dipercaya dapat

menjadi solusi (Nursoviani et al.,2019).

Penyebab dari terbatasnya siswa dalam kemampuan menulis adalah guru

kurang kreatif dalam memilih bahan ajar, modeldan media pembelajaran.

Kreatifitas guru sangat dibutuhkan dalam memilih media dengan modelyang tepat

agar guru dapat mengembangkan keterampilan menulis siswa dengan media

pembelajaran. Bahan ajar, modeldan media pembelajaran yang dipilih sebaiknya

mempertimbangkan masalah kebutuhan, minat, dan perhatian siswa serta

lingkungan kehidupan mereka. Maka dari itu, dengan memanfaatkan media

pembelajaran dalam proses belajar mengajar materi atau pesan yang disampaikan

dapat dengan mudah dijelaskan secara konkret (Ariyana et al., 2020).

Penelitian dari…….

Selain itu, Dalam proses belajar mengajar, media memiliki fungsi yang sangat

penting. Secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media

pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada

gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya, ( Aldama et al.,2023).

Selain itu, media pembelajaran dapat menamabah Keefektifan komunikasi dan

interaksi antara pengajaran dan pembelajaran. Salah satu media pembelajarannya

adalah media audio visual (Aldama et al.,2023).

Dengan adanya media audio visual yang dapat menampilkan suara dan

gambar akan mempermudah siswa dalam memahami atau menangkap informasi

yang dibutuhkan dalam mengembangkan inspirasi maupun gagasan yang akan


dituangkan dalam menulis sebuah cerpen. Penggunaan media audio visual

diharapkan dapat diterapkan dengan baik dalam pembelajaran menulis cerpen

sehingga kemampuan menulis cerpen siswa dapat ditingkatkan. Dan diharapkan

dapat menjadi salah satu upaya untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menulis

cerpen dengan mengajak siswa untuk berinteraksi langsung dengan sesuatu yang

dialami atau dirasakannya (Safitri et al., 2021).

Selanjutnya, kelebihan media audio visual dikemukakan oleh Indriana dalam

Aldama et al., (2023) yaitu sebagai berikut. Pertama, memberikan pesan yang dapat

diterima secara lebih merata oleh siswa. Kedua, sangat baik untuk menerangkan

suatu proses. Ketiga, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Keempat, dapat

diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan. Kelima, memberikan

kesan mendalam yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Ketujuh, memberikan

hiburan tersendiri bagi peserta didik, sehingga peserta didik tidak bosan mengikuti

sesi pembelajaran. Hal tersebut menjadi salah satu alasan dipilihnya media audio

visual dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek siswa dapat

berkembang. Selain itu, melalui media audio visual, siswa memperoleh informasi

lebih banyak dari apa yang mereka dengar dan mereka lihat.

Penelitian dari…….
Sehingga dengan melihat fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk

megangkat tema dengan judul "Keefektifan Model Pembelajaran Mind

Mapping Dengan Menggunakan Media Audio dan Visual Dalam

Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Pada Siswa Kelas XII SMK

Nurussalam Salopa”.
1.2 Pembatasan Maslah

2 Rentang Usia dan Tingkat Pendidikan: Fokus pada siswa kelas XII di SMK

Nurussalam Salopa, dengan asumsi mereka memiliki tingkat pemahaman dan

kemampuan menulis yang sesuai.

3 Jenis Pembelajaran: Hanya mempertimbangkan Keefektifan model

pembelajaran mind mapping dengan penggunaan media audio dan visual

dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Metode-metode pembelajaran

lainnya tidak akan dibahas.

4 Konteks Sekolah dan Lingkungan: Membatasi penelitian pada konteks SMK

Nurussalam Salopa, termasuk lingkungan fisik dan budaya sekolah yang

mungkin mempengaruhi hasil pembelajaran.

5 Materi Pembelajaran: Terfokus pada pembelajaran menulis cerita pendek saja,

sementara subjek lainnya di luar lingkup penelitian ini.

6 Media Pembelajaran: Memperhitungkan penggunaan media audio dan visual

sebagai pendukung pembelajaran, tetapi tidak mempertimbangkan metode

lainnya tanpa media tersebut.

1.3 Perumusan Masalah

1. Bagaimana Keefektifan Model Pembelajaran Mind Mapping dengan

menggunakan media Audio dan Visual dalam Pembelajaran Menulis

Cerita Pendek pada Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa?


2. Bagaimana Keefektifan Model Pembelajaran Mind Mapping tanpa

menggunakan media Audio dan Visual dalam Pembelajaran Menulis

Cerita Pendek pada Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa?

3. Apa saja faktor Keefektifan Model Pembelajaran Mind Mapping dengan

menggunakan media Audio dan Visual dalam Pembelajaran Menulis

Cerita Pendek pada Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Keefektifan Model Pembelajaran Mind Mapping

dengan menggunakan media Audio dan Visual dalam Pembelajaran

Menulis Cerita Pendek pada Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa

2. Untuk mengetahui faktor Keefektifan Model Pembelajaran Mind Mapping

dengan menggunakan media Audio dan Visual dalam Pembelajaran

Menulis Cerita Pendek pada Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi/Sekolah:

 Meningkatkan reputasi sekolah dalam menerapkan metode

pembelajaran inovatif.

 Memperkuat kompetensi guru dalam mengadopsi teknologi

pendidikan.

 Menghasilkan bukti empiris untuk mendukung pengembangan

kurikulum berbasis teknologi.

2. Bagi Masyarakat:
 Meningkatkan kualitas pendidikan dengan memperkenalkan

metode pembelajaran yang lebih efektif.

 Menghasilkan siswa yang lebih kreatif dan terampil dalam menulis

cerita pendek.

 Mendorong adopsi teknologi pendidikan di lingkungan masyarakat

yang lebih luas.

3. Bagi Peneliti Lainnya:

 Menyediakan contoh kasus tentang implementasi mind mapping

dengan media audio dan visual dalam pembelajaran.

 Memperkaya literatur penelitian terkait Keefektifan metode

pembelajaran kreatif.

 Menjadi landasan untuk penelitian lebih lanjut tentang integrasi

teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran.

1.6 Anggapan Dasar

1. Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa memiliki kemampuan menulis

cerita pendek yang bervariasi, mulai dari tingkat pemula hingga mahir.

2. Penggunaan model pembelajaran mind mapping dengan media audio dan

visual diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap struktur

cerita pendek dan memudahkan mereka dalam mengorganisir ide-ide serta

mengembangkan plot cerita.

3. Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa memiliki akses yang cukup

terhadap teknologi dan media pembelajaran, termasuk perangkat audio dan

visual.
4. Adanya dukungan dari sekolah dalam penyediaan fasilitas dan sarana

untuk implementasi model pembelajaran mind mapping dengan media

audio dan visual dalam pembelajaran menulis cerita pendek.

1.7 Hipotesis Penelitian


Ha : Terdapat hubungan Keefektifan model pembelajaran Mind Mapping

dengan menggunakan media Audio dan Visual dalam Pembelajaran

Menulis Cerita Pendek pada Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa

H0 : Tidak terdapat hubungan Keefektifan model pembelajaran Mind Mapping

dengan menggunakan media Audio dan Visual dalam Pembelajaran

Menulis Cerita Pendek pada Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1 Mind Mapping
2.1.1 Pengertian Mind Mapping

Salah satu keterampilan bagaimana cara belajar dan berpikir adalah dengan

menggunakan mind mapping yang merupakan sistem belajar dan berpikir yang

dikembangkan oleh seorang pakar pengembangan otak, kreatif, dan revolusioner

pendidikan di Inggris, Tonny Buzan (Fachruddin, 2015:40). Mind Mapping

menggunakan konsep-konsep atau peta pikiran yang nantinya dapat membuat

kegiatan awal menulis mengalir secara berurutan (Dewi, 2018:18)

Menurut Rahmatika et al., (2019), mind mapping adalah pemanfaatan,

keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya

untuk membantuk kesan. Lebih jauh lagi Swardana menjelaskan mind mapping

menggunakan keteranpilan kortikal-kata, gambar, nomor, logika, ritme, warna,

dan ruang kesadaran dalam satu, cara unik yang kuat. Dengan demikian, hal itu

dapat memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk menjadi luas tak terbatas

otaknya. Selain itu, menurut Rahman (2018:41), mind mapping dapat

membangkitkan ide-ide orisinal dan memicuh ingatan dengan mudah. Selanjutnya


Rahman menjelaskan mind mapping adalah cara kreatif bagi peserta didik secara

individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan

penelitian baru. Dengan memerintahkan peserta didik untuk membuat mind

mapping, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara

jelas apa yang mereka pelajari. Selain itu mereka akan lebih kreatif untuk

merencanakan suatu yang lebih baik (Rahman, 2018:41).

Mind mapping membantu pembelajar mengatasi kesulitan, mengetahui apa

yang ditulis, serta bagaimana mengorganisasikan gagasan, sebab mind mapping

membantu pembelajar menemukan gagasan, mengetahui apa yang akan ditulis

pembelajar dan bagaimana memulainya (Shoimin, 2014:105). Dari berbagai

pengertian yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan mind mapping adalah suatu

cara pemetaan pikiran atau ide menggunakan bentuk garis yang saling berkaitan

agar mengahasilkan pengetahuan yang luas dan terstruktur. Dengan menggunakan

modelmind mapping, siswa lebih mudah mengembangkan ide dan imajinasinya

dalam menulis.

2.1.2 Jenis-Jenis Mind Mapping

Menurut Ahmad (2021), mind mapping terbagi menjadi tiga jenis yaitu :

1) Mind mapping silabus, yaitu jenis mind mapping yang mendukung menerima

suatu gambaran berhubungan apa yang dikerjakan dan biasanya mind mapping

ini dikerjakan dengan ukuran besar dan ditempel di dinding. Jenis mind

mapping ini sering disebut pemetaan makro. Keberadaan mind mapping silabus

ini digunkan untuk membantu memberikan gambaran mengenai apa yang

dipelajari.
2) Mind mapping bab, yaitu jenis mind mapping yang keberadaannya dibuat

berdasarkan keberadaan bab yang sudah dipelajari sebelumnya. Mind mapping

jenis ini biasanya dibuat dengan meringkas poin-poin penting dalam sebuah

pembelajaran dengan tujuan untuk mempermudah pada saat mengingatnya.

3) Mind mapping paragraf, yaitu jenis mind mapping yang memberikan

informasi dengan cara yang lebih lengkap dan mendetail. Tak hanya dapat

melihat keterangan ringkas dari setiap bab yang dipelajari namun juga

keterangan dari masing-masing bab tersebut.

2.1.3 Langkah-Langkah Membuat Mind Mapping

Menurut Rahman (2018:43), langkah-langkah membuat mind mapping

sebagai berikut :

1) Mulailah menulis ide utama di tengah halaman kosong kemudian

bergerak kearah samping. Memulai dari pusat memberi otak kebebasan

untuk menyebar ke segala arah dan mengekpresikan diri dengan lebih

bebas dan alami

2) Gunakan gambar atau sketsa untuk ide sentral. Sebuah gambar bernilai

ribuan kata dan membantu penulis menggunakan imajinasinya. Gambar

pusat lebih menarik, membuat tetap fokus, membantu berkonsentrasi, dan

membuat otak lebih tenang,

3) Gunakan warna. Warna sama menariknya seperti halnya dengan gambar,

warna menambah semangat dan kehidupan ekstra untuk peta pikiran

menambah energi luar biasa untuk berpikir kreatif dan menyenangkan,

4) Hubungkan cabang utama ke gambar pusat dan hubungan dan cabang

tingkat kedua dan ketiga anda ke tingkat pertama dan kedua. Karena otak
bekerja berdasarkan asosiasi yang suka menghubungkan dua (atau tiga,

atau empat) hal bersama. Jika peneliti menghubungkan cabang, maka

akan lebih mudah memahami dan mengingat.

5) Buatlah cabang-cabang melengkung daripada lurus. Karena garis lurus

tanpa lengkungan dapat membuat otak bosan.

6) Gunakan satu kata kunci per line. Kata-kata kunci tunggal memberi peta

pikiran lebih banyak kekuatan dan fleksibilitas.

7) Gunakan gambar di seluruh ide, setiap gambar pusat, cabang dan ide juga

bernilai banyak arti dan pesan.

2.1.4 Manfaat Mind Mappping

Menurut Syarifa et al., (2024) manfaat mind mapping sebagai berikut :

1) Mengumpulkan data yang hendak digunakan untuk berbagai keperluan secara

sistematis.

2) Mengembangkan dan menganalisis ide/pengetahuan seperti yang biasa

dilakukan pada saat proses belajar mengajar, meeting workshop, atau rapat.

3) Memudahkan untuk melihat kembali sekaligus menguang-ulang ide dan

gagasan

4) Membuat banyak pilihan dan berbagai rute keputusan yang mungkin,

5) Mempermudah proses brainstorming karena ide dan gagasan yang selama ini

tidak mudah direkam maka menjadi mudah dituangkan diatas selembar kerja.

6) Apat melihat gambaran besar dari suatu gagasan, membantu otak bekerja

terhadap gagasan tersebut.

7) Menyedernakan struktur ide dan gagasan yang semula rumit, panjang dan tak

mudah dilihat menjadi lebih mudah.


8) Menyeleksi informasi berdasarkan sesuatu yang dianggap penting sesuai

dengan tujuan

9) Membuat banyak pilihan dari berbagai keputusan yang mungkin

10) Mempercepat dan menambah pemahaman pada saat pembelajaran karena

dapat melihat keterkaitan antartopik yang satu dengan yang lainnya.

11) Mengasah kemampuan kerja otak karena mind mapping penuh dengan unsur

kreativitas.

2.1.5 Keunggulan Mind Mapping

Selain manfaat mind mapping, Ikbal (2021) menguraikan keunggulan mind

mapping sebagai berikut:

1) Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan

2) Memaksimalkan sistem kerja otak

3) Saling berhubungan satu sama lain sehingga makin banyak ide dan

informasi yang dapat disajikan

4) Memacu kreativitas seherdana dan mudah dikerjakan

5) Sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada dengan mudah

6) Menarik dan mudah tertangkap mata (eye catching)

7) Dapat meihat sejumlah besar data dengan mudah

2.1.6 Kelemahan Mind Mapping

Selain manfaat dan kelebihan mind mapping terdapat juga kelemahan,

menurut Nursovian et al., (2019), berikut adalah kelemahan mind mapping

1) Hanya siswa yang aktif yang mampu terlibat

2) Memerlukan dasar dengan banyak membaca sebelum membuat min

mapping
3) beberapa detail informasi tidak masuk dalam min mapping

4) Orang lain mungkin tidak dapat memahami mind mapping yang dibuat oleh

orang lain karena hanya berupa poin inti saja yang dituliskan

5) Beberapa orang kesulitan merangkai panah atau alur mind mapping dengan

rapi, dan sering kali mind mapping terkesan berantakan dan tidak dapat

dipahami

2.1.7 Penerapan ModelMind Mapping Terhadap Pembelajaran Kemampuan

Menulis Cerpen

Mind mapping adalah suatu cara pemetaan pikiran atau ide menggunakan

bentuk garis yang saling berkaitan agar mengahasilkan pengetahuan yang luas dan

terstruktur. Dalam menulis sebuah cerpen imajinasi sangat diperlukan untuk

mengembangkan ide dan gagasan dalam sebuah cerita. Bagaimana cara memulai,

apa yang akan diceritakan, atau tema apa yang akan diangkat menjadi kendala

yang paling sering ditemukan siswa dalam menulis cerpen. Dengan menggunakan

mind mapping, siswa dapat terbantu dengan cara menata poin-poin penting

sebelum menulis. Sebuah tema dijabarkan dalam bentuk garis yang berupa ide

atau poin- poin penting, saat menulis poin-poin penting ini bisa berguna menjadi

ide pengembangan menulis cerpen (Nurvita, 2021).

Penerapan modelmind mapping dalam mengajar adalah menggunakan mind

mapping jenis silabus. Mind mapping jenis ini dibuat untuk memberikan

gambaran mengenai cerpen yang akan dibuat menggunakan poin-poin penting,

kemudian dirangkai menjadi sebuah cerpen. Berikut langkah-langkah

pembelajaran menulis cerpen dengan menerapkan modelmind mapping

(Adhiyasa, 2021):
1) Guru menyampaikan materi pelajaran dan menjelaskan mind mapping

2) Siswa memilih kata kunci atau ide pokok dari tema yang ditentukan

ditengah kertas. Tambahkan warna, simbol, atau gambar agar terlihat

menarik.

3) Tambahkan beberapa garis dengan satu kata kunci yang keluar dari pusat

yang berkaitan dengan ide pokok. Gunakan warna yang berbeda untuk

setiap cabang.

4) Tambahkan cabang yang diambil dari garis utama sebagai ranting. Ide

yang tiba-tiba muncul saat menulis dapat ditambahkan dalam cabang atau

ranting mana pun dalam mind mapping yang dibuat.

5) Setelah mind mapping selesai, siswa dapat menulis cerpen berdasarkan

mind mapping yang telah dibuat.

2.2 Media Audio dan Visual

2.2.1 Pengertian Media Audio dan Visual

Media berasal dari bahasa Latin "medius" yang secara harfiah berarti

"tengah," "perantara," atau "pengantar." Dalam bahasa Arab, media merupakan

perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Safitri et

al., 2021).

Menurut Ulpatulnisa (2019), media audio visual adalah media yang

menggabungkan indera pendengaran dan penglihatan dalam satu proses. Media ini

mampu menyampaikan pesan verbal dan non-verbal seperti dalam media audio

visual lainnya.

Sanjaya (2014: 118) mendefinisikan media audio visual sebagai jenis media

yang tidak hanya mengandung unsur suara tetapi juga unsur gambar yang dapat
dilihat, seperti rekaman video, film, slide suara, dan sejenisnya. Selai itu, media

audio visual adalah media yang memadukan unsur suara dan gambar, memiliki

keunggulan karena menggabungkan kedua jenis media tersebut.

Heinich menyatakan bahwa media adalah alat komunikasi yang

menghubungkan antara sumber pesan dan penerima pesan. Media, seperti film,

televisi, diagram, bahan cetak, komputer, dan instruktur, bertindak sebagai

perantara pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam konteks

pembelajaran, media berperan sebagai alat bantu guru dalam menyampaikan

pesan dari bahan pelajaran kepada siswa. Penggunaan media pembelajaran

memainkan peran penting dalam memudahkan pemahaman siswa terhadap materi

yang diajarkan (Yurmaida, 2019). Media pembelajaran audio visual adalah alat

yang digunakan dalam proses komunikasi pembelajaran, penerangan, dan

penyuluhan yang dapat didengar dan dilihat. Kehadiran media membantu

menyederhanakan bahan pelajaran dan memfasilitasi pemahaman siswa

(Yurmaida, 2019)

Dengan demikian, media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan

sebagai penyalur pesan untuk mencapai tujuan pengajaran. Pentingnya

penggunaan media sesuai dengan tujuan pengajaran untuk memastikan

Keefektifannya.

2.2.2 Fungsi Media Audio Visual

Penggunaan media dalam pembelajaran adalah strategi yang sangat efektif

untuk mengatasi kebosanan peserta didik. Media membantu meningkatkan

Keefektifan pembelajaran dan membangkitkan semangat siswa. Menurut Aldama

et al., (2023), media memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar
sebagai penyalur pesan. Aldama et al., (2023) menyatakan bahwa fungsi media

antara lain:

a. Mempermudah proses belajar mengajar bagi siswa dan pendidik.

b. Menghadirkan pengalaman yang lebih nyata, mengubah abstrak menjadi

konkrit.

c. Meningkatkan minat siswa dengan menjadikan pembelajaran lebih

menarik. d. Mengaktifkan semua indera siswa, sehingga kelemahan pada

satu indera

dapat diimbangi oleh indera lainnya.

e. Meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media audio visual memiliki

peran yang signifikan dalam pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran

dalam proses belajar dapat menciptakan motivasi baru, membangkitkan minat

belajar, dan berpengaruh secara psikologis terhadap siswa. Oleh karena itu,

penggunaan media pembelajaran akan sangat mendukung Keefektifan proses

belajar mengajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2.2.3 Manfaat Media Audio Visual

Menurut Dale dalam Ariyana et al., (2020), adalah bahwa bahan-bahan

Audio Visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru dapat berperan

aktif dalam proses pembelajaran. Adapun manfaat media Audio Visual antara

lain:

a. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas.

b. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa.


c. Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran dengan kebutuhan dan minat

siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa.

d. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa.

e. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagi kemampuan siswa.

f. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan

melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya

hasil belajar.

g. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa

menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari.

h. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep

yang bermakna dapat dikembangkan.

i. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa.

j. Menyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan yang siswa butuhkan.

2.2.4 Jenis Media Audio Visual

Jenis media audio visual mencakup berbagai macam tipe, yaitu (Oktavia, 2023):

1. Audio-Visual Murni: Audio-visual murni, atau yang sering disebut sebagai

audio-visual gerak, adalah media yang mampu menampilkan unsur suara

dan gambar bergerak dari sumber tertentu. Contohnya termasuk:

a. Film bersuara

Film bersuara memiliki beragam jenis, termasuk yang digunakan untuk

hiburan seperti film komersial di bioskop. Namun, dalam konteks

pembelajaran, film merupakan alat yang sangat efektif. Ciri-ciri film yang

baik antara lain sesuai dengan tema pembelajaran, menarik minat siswa,

autentik, up to date dalam setting, pakaian, dan lingkungan, sesuai dengan


tingkat kematangan siswa, serta memiliki perbendaharaan bahasa yang

tepat.

b. Video

Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak semakin

populer di masyarakat. Pesan yang disampaikan bisa berupa fakta atau

fiksi, serta dapat bersifat informatif, edukatif, atau instruksional. Meskipun

sebagian besar fungsi film dapat digantikan oleh video, hal itu tidak

mengurangi nilai film sebagai media pembelajaran. Video merupakan

salah satu jenis media audio visual yang banyak digunakan untuk

keperluan pembelajaran.

c. Televisi

Selain film dan video, televisi juga merupakan media yang efektif

dalam menyampaikan pesan-pesan pembelajaran secara audio-visual

dengan unsur gerak.

2. Audio visual tidak

Audio visual tidak murni merujuk pada media di mana unsur suara dan

gambar berasal dari sumber yang berbeda. Biasanya disebut sebagai audio-

visual diam plus suara, media ini menampilkan gambar diam dengan

tambahan suara, seperti Sound Slide (Film bingkai suara). Namun, slide atau

filmstrip yang hanya ditambahkan dengan suara bukanlah alat audio-visual

yang lengkap karena suara dan gambar terpisah. Oleh karena itu, slide atau

filmstrip termasuk dalam kategori media audio-visual atau media visual diam

dengan tambahan suara. Penggunaan gabungan slide (film bingkai) dengan

tape audio merupakan jenis sistem multimedia yang paling mudah diproduksi.
Media pembelajaran ini dapat digunakan di berbagai lokasi dan untuk

berbagai tujuan pembelajaran yang melibatkan gambar-gambar untuk

memberi informasi atau membangkitkan respon emosional (Oktavia, 2023).

2.2.5 Macam-macam Media Audio Visual

Media Audio Visual merupakan sarana yang mampu memperlihatkan suara

serta gambar. Dilihat dari sifatnya, media audio visual terbagi menjadi dua jenis,

yaitu media audio visual diam dan media audio visual bergerak. Berikut adalah

penjelasannya (Fachruddin, 2015):

1. Media Audio Visual Diam Terdiri dari TV diam, film dengan suara,

halaman yang bersuara, serta buku dengan suara.

2. Media Audio Visual Gerak Meliputi tayangan TV, film, gambar dengan

suara, dan sebagainya.

2.2.6 Langkah-langkah Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran

Dalam pembelajaran, penerapan media audio visual memegang peranan

penting. Berikut ini akan dijelaskan bagaimana seorang pendidik menggunakan

program video secara menyeluruh dalam proses pembelajaran sebagai media

pendidikan. Persiapan kegiatan dari seorang pendidik yang akan mengajar dengan

menggunakan program video antara lain (Septiaji, 2015):

1. Persiapan perangkat seperti laptop, speaker, kabel, dan video yang akan

ditampilkan.

2. Menyesuaikan posisi duduk peserta didik agar mereka merasa nyaman.

3. Sebelum memutar video, guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan

teknis pembelajaran kepada peserta didik.

4. Guru menyediakan lembar soal yang berisi instruksi sebagai berikut:


 Perhatikan video yang akan diputar di depan kelas, kemudian buatlah

cerita pendek dengan tema anak durhaka kepada orang tua.

 Gunakan unsur intrinsik cerpen seperti tema, latar, tokoh, sudut

pandang, alur, serta penggunaan bahasa dan ejaan.

5. Setelah itu, peserta didik siap untuk menyaksikan tayangan video tersebut.

2.2.7 Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual

1. Kelebihan Media dan Kekurangan Media Audio Visual:

Menurut Hujair AH Sanaky (2013), media video dalam pembelajaran

memiliki kelebihan dan kelemahan yang tidak dapat dihindari.

Kelebihannya meliputi:

1. Presentasi objek pembelajaran yang konkret dan realistis,

meningkatkan pengalaman belajar.

2. Daya tarik audio visualnya mampu memotivasi pembelajar.

3. Mendukung pencapaian tujuan belajar psikomotorik.

4. Mengurangi kejenuhan belajar, terutama saat digunakan bersama

teknik ceramah dan diskusi.

5. Meningkatkan retensi objek pembelajaran.

Menurut Arief S Sadiman dkk (2013), kelebihan video antara lain:

1. Menarik perhatian dalam waktu singkat.

2. Penyajiannya dapat diakses oleh banyak penonton dari ahli yang

direkam.

3. Demonstrasi sulit dapat dipersiapkan sebelumnya, memungkinkan

guru berkonsentrasi pada penyajiannya.

4. Efisiensi waktu karena rekaman dapat diputar kembali.


5. Kemampuan kamera TV untuk mengamati objek yang bergerak atau

berbahaya.

Namun, terdapat juga kekurangan dalam penggunaan media audio

visual, seperti:

1. Sulit mengontrol perhatian penonton dan kurangnya partisipasi aktif.

2. Komunikasi bersifat satu arah dan membutuhkan umpan balik yang

efektif.

3. Kurangnya kemampuan menampilkan detail objek secara sempurna.

4. Memerlukan peralatan mahal dan kompleks.

2.3 Keterampilan Menulis Cerpen

2.3.1 Pengertian menulis

Menulis merupakan aktivitas yang menggunakan bahasa sebagai medianya.

Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan

semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga merupakan

suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap dan pendapat kepada pembaca

dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati

bersama oleh penulis dan pembaca (Munirah, 2015:4). Selanjutnya Munirah

menjelaskan setidaknya ada empat unsur yang terlibat dalam kegiatan menulis,

yaitu (1) menulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) saluran

tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.

Menulis juga dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata

atau kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat
memahaminya. Dalam hal ini, dapat terjadinya komunikasi antar penulis dan

pembaca dengan baik (Dalman, 2016:3).

Menulis adalah kegiatan yang membutuhkan proses dan latihan yang terus

menerus. Dalman (2016:7) menjelaskan menulis merupakan proses perubahan

bentuk pikiran atau angan-angan atau perasaan dan sebagainya menjadi wujud

lambang atau tanda atau tulisan yang bermakana. Sebagai proses, menulis

melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan,

dan pascapenulisan. Dari berbagai pengertian menulis yang telah dipaparkan

dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan merangkai huruf menjadi kata,

atau kalimat yang dituangkan menjadi sebuah ide atau gagasan yang

menggunakan media bahasa atau tulis sebagai perantaranya. Tulisan dikatakan

berhasil jika orang lain berhasil memahami ide atau gagasan dalam tulisan

tersebut.

2.3.2 Jenis-Jenis Menulis

Zulmiyetri dkk. (2019:121) mengelompokkan jenis-jenis menulis sebagai

berikut:

a) Deskripsi

Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu

benda, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan

pembacanya, melalui tulisannya, dapat melihat apa yang dilihatnya, dapat

mendengar apa yang dapt didengarnya, merasakan apa yang merasakannya,

serta sampai kepada kesimpulan yang sama dengannya

b) Narasi
Narasi merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian

peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke

waktu. Paragraf narasi itu dimaksudkan untuk memberi pembaca atau

pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang dialami oleh

penulisnya.

c) Eksposisi

Eksposisi disebut juga dengan pemaparan, yaitu sebuah bentuk karangan

yang berisi penjelasan informasi tentang sauatu persoalan, gagasan,

pemikiran, dan temuan kepada orang lain.

d) Argumentasi

Argumentasi adalah corak tulisan yang berisi penjelasan untuk

meyakinkan pembaca tentang suatu gagasan, pemikiran, keyakinan dengan

pemberian alasan, data, atau fakta.

e) Persuasi

Persuasi adalah corak tulisan yang berupa usaha membujuk atau

memengaruhi orang lain tentang sesuatu hal.

2.3.3 Pengertian Cerpen

Cerpen adalah suatu cerita fiksi berbentuk prosa yang singkat dan pendek

yang unsur ceritanya terpusat pada suatu peristiwa pokok, jumlah dan

pengembangan pelaku terbatas dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal

(Wicaksono, 2014:57). Senada dengan itu, Joko Untoro dalam (Pohan, 2020:177)

mengatakan cerpen adalah karangan pendek yang yang berbentuk prosa yang

terbatas dalam membahas salah satu unsur fiksi dalam aspek terkecil. Singkat dan

pendeknya suatu cerpen bukan dikarenakan bentuk dan sifatnya sebagai sastra
pendek, melainkan cerpen memang hanya mengangkat dan membatasi dalam

pembahasan dan penyelesaian dalam konflik.

Selanjutnya Hartono dan B. Rahmanto dalam (Wicaksono, 2014:56)

menjelaskan sifat umum cerpen ialah pemusatan perhatian pada satu tokoh saja

yang ditempatkan pada suatu situasi sehari-hari, tetapi yang ternyata menentukan

(perubahan dalam perspektif, kesadaran baru, keputusan yang menentukan).

Tamatnya seringkali tiba-tiba dan bersifat terbuka (open ending), dialog, impian,

flash-back sering dipergunakan (pengaruh dari film). Bahasanya sederhana tetapi

sugestif. Berdasarkan pengertian cerpen yang telah diuraikan, dapat disimpulkan

pengertian cerpen adalah karangan yang bersifat fiktif yang hanya berfokus pada

cerita tokoh atau pelaku utama yang bersifat terbatas dalam sebuah cerita.

2.3.4 Unsur Intrinsik Cerpen

Ada beberapa unsur intrinsik atau unsur pembangun dalam cerpen :

1) Tema merupakan ide pokok dalam sebuah cerita. Nurgiyantoro

(2018:116) menyatakan tema menjadi dasar pengembangan keseluruhan

cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu.

2) Alur merupakan peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau

hubungan tertentu. Sebuah rangkaian cerita dapat terjalin atas urutan

waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat (Wicaksono,

2014:58).

3) Sudut Pandang merupakan cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan

menempatkan pada posisi tertentu (Wicaksono, 2014: 64). Kemudian

Wicaksono membendakan sudut pandang sebagai berikut : (1) sudut

pandang pesona ketiga (dia), pengisahan cerita yang menggunakan sudut


pandang ketiga gaya “Dia”, narator adalah seseorang yang berada diluar

cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebutkan nama,

atau kata gantinya : ia, dia, mereka. (2) sudut pandang persona pertama

(aku), pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang pertama,

“aku”. Jadi gaya “aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam

cerita. Ia adalah si “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran

dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan yang diketahui,

dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang

(tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan

merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan si “aku”

tersebut.

4) Tokoh dan penokohan. Menurut Wicaksono (2014: 58), tokoh cerita

adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau

drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

memiliki kencendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam

ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Selanjutnya, Wicaksono

menjelaskan Istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari tokoh atau

perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh

cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan

pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan

gambaran yang jelas kepada pembaca.

5) Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting

untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana

tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada yang terjadi


(Nurgiyantoro, 2018:303). Latar atau setting merupakan tempat kejadian,

waktu kejadian sebuah cerita. Biasanya menunjukkan tempat, suasana

batin saat cerita terjadi (Ismawati, 2013:72).

6) Amanat adalah pesan moral yang disampaikan dalam sebuah cerita.

Nurgiyantoro (2018:430) menyatakan moral dalam karya sastra dapat

dianggap sebagai amanat, pesan, message.

7) Gaya Bahasa adalah teknik pemilihan ungkapan kebahasaan yang dapat

mewakili sesuatu yang akan diungkapkan dan sekaligus untuk mencapai

efek keindahan (Nurgiyantoro, 2018:370). Setiap pengarang memiliki

gaya bahasa bahasa yang berbeda dalam menulis sebuah karya sastra.

2.3.5 Unsur Ekstrinsik Cerpen

Unsur ekstrinsik adalah unsur luar sebuah karya sastra. Nurgiyantoro (2018:30)

menyatakan unsur ekstrinsik berada di luar teks sastra tetapi secara tidak langsung

memengaruhi bangunan teks sastra. Atau secara khusus unsur ekstrinsik

mempengaruhi bangunan sebuah karya sastra namun tidak ikut menjadi bagian di

dalamnya.

Menurut Wellek dan Warren dalam (Nurgiyantoro, 2018:31), unsur ekstrinsik

dalam cerpen antara lain: (1) keadaan subjektivitas individu pengarang (biografi

pengarang) yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup. (2) psikologi

pengarang (mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, maupun penerapan

psikologi dalam karya sastra. (3) Lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik,

sosial berpengaruh pada karya sastra.

2.3.6 Ciri-Ciri Cerpen


Membedakan karya sastra lain dengan cerpen, Pohan (2020:178) menjelaskan

ciri-ciri khusus cerpen sebagai berikut:

1) Cerita pendek biasanya berupa fiktif

2) Cerpen merupakan karya sastra dengan bentuk tulisan yang singkat,

padat, jelas, dan mudah dipahami, serta lebih pendek dari novel.

3) Jumlah kata dalam menulis sebuah cerpen, maksimal kurang dari 10.000

kata.

4) Cerpen tidak menceritakan seluruh kehidupan tokoh terkait, melainkan

hanya terbatas pada satu konflik.

5) Masalah setiap tokoh di dalam cerita pendek selalu berkaitan dengan

tokoh utamanya.

6) Penokohan dalam sebuah cerpen sangat sederhana, singkat, dan tidak

mendalam.

7) Alur cerita cerpen lurus dan tunggal.

8) Waktu yang digunakan membaca cerpen hanya beberapa menit atau

beberapa jam saja.

9) Pesan dan kesan dalam sebuah cerpen sangat mendalam sehingga

tersampaikan dengan baik kepada pembaca.

2.3.7 Jenis-Jenis Cerpen

Menurut Pohan (2020:179), jenis-jenis cerpen terbagi menurut jumlah kata

maupun jenis aliran atau temanya. Berdasarkan jumlah katanya, Pohan membagi

cerpen sebagai berikut :

1) Cerita pendek (short story), cerpen yang biasanya ditulis dengan jumlah

kisaran 750-1000 kata.


2) Cerita pendek yang pendek (short, short story).

3) Cerita pendek yang sangat pendek (very short, short story), biasanya

cerpen yang ditulis hingga 10.000 kata.

Berdasarkan alirannya, cerita pendek dapat dibedakan menjadi :

1) Realisme, cerpen dengan aliran ini mengisahkan peristiwa yang

melukiskan keadaan yang sesungguhnya. Tidak ada sedikitpun gagasan

dari pengarang yang melebih-lebihkan kisah yang ditulisnya.

2) Impresionisme, cerita pendek aliran ini merupakan cerita yang ditulis

pengarang berdasarkan apa yang dilihatnya pertama kali.

3) Naturalisme, serupa dengan realisme. Hanya saja dalam cerpen aliran ini,

pengarang lebih cenderung mendeksripsikan sisi negatif dari apa yang

diamati.

4) Determenisme, merupakan aliran kesusastraan yang menekan pada takdir

yang ditentukan oleh unsur biologis lingkungan, bukan oleh sang

pencipta.

5) Neonaturalisme, merupakan gabungan antara realisme dan naturalisme,

sehingga cerpen aliran ini melukiskan kenyataan yang objektif. Artinya

cerpen ini tidak hanya menceritakan sisi baik, namun juga sisi positif

yang dari peristiwa yang diamati.

6) Idealisme, merupakan aliran romatik yang mendasarkan cita-citanya pada

cita- cita si penulis atau ide pengarang semata. Penagarang yang menulis

cerita ini biasanya memandang jauh ke masa depan dengan segala

pengharapan yang diinginkan akan terjadi.


7) Romantisme, cerita pendek aliran ini mengutamakan perasaan. Segala hal

yang terjadi diukur

2. 4 Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No. Nama & Judul Metode Hasil


Tahun
1. Syarifa et al., Manfaat Kualitatif Penggunaan
(2024) Penggunaan mind mapping
Metode Mind dalam
Mapping pada pembelajaran
Pembelajaran membawa
IPA Bagi dampak positif
Siswa Sekolah bagi siswa.
Dasar Salah satu
dampak
positifnya
adalah
membuat
pembelajaran
menjadi lebih
relatif dan
mudah diingat
secara alami
melalui
penggunaan
warna dan
gambar yang
menenangkan,
sehingga
merangsang
pemikiran
yang detail,
jelas, dan lebih
terarah
terhadap apa
yang dipelajari.
Penerapan
mind mapping
juga sangat
efektif bagi
peserta didik
dalam
memahami
konsep materi
pelajaran yang
dipelajari di
kelas.
2. Ariyana et al., Merdeka Kualitatif Hasil
(2020) Belajar melalui penelitian
Penggunaan menunjukkan
Media Audio bahwa 1)
Visual pada media audio
Pembelajaran visual dapat
Menulis Teks membantu
Deskripsi. pendidik dan
siswa dalam
kegiatan
pembelajaran
menulis teks
deskriptif
dalam
melaksanakan
kebijakan
belajar
mandiri, 2)
media audio
visual yang
digunakan
dalam
pembelajaran
menulis teks
deskriptif
berpengaruh
terhadap
peningkatan
nilai edukasi,
mengajak
siswa untuk
berpikir kritis. ,
serta
memberikan
pengalaman
yang
bermakna, 3)
media audio
visual dapat
memudahkan
dalam menulis
teks deskriptif
secara
langsung
melalui
informasi yang
diperoleh, dan
4) media audio
visual tidak
akan
membosankan
bagi siswa
karena materi
menulis teks
deskriptif
disampaikan
sangat
bervariasi.
3. Ikbal (2021) Peningkatan PTK Hasil
Kemampuan penelitian pada
Menulis siklus I, nilai
Cerpen dengan posttes yang
Model diperoleh
Pembelajaran adalah 22
Mind Mapping siswa (59,45%)
pada Siswa yang mencapai
Kelas IX ketuntasan
belajar (KKM)
dengan nilai
rata – rata
73,51. Setelah
dilakukan
refleksi dari
siklus I dan
beberapa
perbaikan,
maka pada
siklus II, nilai
postes
mengalami
peningkatan
yaitu 32 siswa
(86,48%) yang
mencapai
ketuntasan
belajar (KKM)
dengan nilai
rata – rata
84,32. Hasil
penghitungan
diperoleh
kektuntasan
klasikal pada
siklus kedua
lebih besar dari
ketuntasan
klasikal
minimal yaitu
86,48 % > 85
%. Dapat
disimpulkan
bahwa
penerapan
model
pembelajaran
mind mapping
(peta pikiran)
dapat
meningkatkan
hasil belajar
siswa.
Implikasi
penelitian ini
diharapkan
guru dapat
menerapkan
model
pembelajaran
ini pada proses
pembelajaran.

2.5 Kerangka Teori

Mind Mapping

1. Meningkatkan kinerja manajemen pengetahuan


2. Memaksimalkan sistem kerja otak
3. Saling berhubungan satu sama lain sehingga
makin banyak ide dan informasi yang dapat
disajikan
4. Memacu kreativitas seherdana dan mudah
dikerjakan
5. Sewaktu-waktu dapat me-recall data yang ada
dengan mudah
6. Menarik dan mudah tertangkap mata (eye
catching)
7. Dapat meihat sejumlah besar data dengan
mudah

Pembelajaran Menulis
Cerita Pendek
Audio dan Visual

1. Menarik perhatian dalam waktu singkat.


2. Penyajiannya dapat diakses oleh banyak
penonton dari ahli yang direkam.
3. Demonstrasi sulit dapat dipersiapkan
sebelumnya, memungkinkan guru berkonsentrasi
pada penyajiannya.
4. Efisiensi waktu karena rekaman dapat diputar
kembali.
5. Kemampuan kamera TV untuk mengamati objek
yang bergerak atau berbahaya.
Gambar 2.1 Kerangka Teori

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

eksperimen. Metode kuasi eksperimen merupakan bagian dari metode penelitian

kuantitatif yang mempunyai ciri khas tersendiri yaitu dengan adanya kelompok

control dan digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang

lain dalam kondisi yang dikendalikan. Subjek sampel yang diambil dalam

penelitian ini diambil dari kelompok yang sudah ada atau disebut juga dengan

kelompok intak, yang berarti tidak membentuk kelompok baru. Penelitian ini

lebih membantu peneliti untuk melihat hubungan kausal dari berbagai macam

situasi yang ada (Sugiyomo, 2019).

Penelitian ini, peneliti akan mencari Keefektifan Model Pembelajaran Mind

Mapping dengan menggunakan media Audio dan Visual dalam Pembelajaran


Menulis Cerita Pendek pada Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa. Pada kelas

eksperimen, akan diberi perlakuan dengan model mind mapping dengan

menggunakan media Audio dan Visual sedangkan kelas kontrol tidak diberi

perlakuan model mind mapping dengan menggunakan media Audio dan Visual.

Penelitian ini akan menggunakan Desain Kuasi Eksperimental berbentuk

Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini, kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol tidak dipilih secara acak. Peneliti memilih desain kuasi-

eksperimental karena ingin mengevaluasi pengaruh tindakan tertentu dalam

bidang pendidikan terhadap perilaku atau menguji apakah tindakan tersebut

memiliki pengaruh. Bentuk desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

01 : kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan(pretest)

02 : kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan (posttest)

03 : kelomok kontrol sebelum diberi perlakuan (pretest)

04 : kelompok control setelah diberi perlakun (posttest)

X : Treatment (menggunakan model Mind Mapping)

(Sugiyono, 2018)

3.2 Variabel Penelitian


Variabel merupakan gejala yang menjadi focus peneliti untuk diamati. Variable

dalam penelitian ini ada dua macam yaitu variable bebas (x) dan variable terikat

(y).

Variabel bebas (x) adalah unsur yang mengikat munculnya unsur lain, jadi

variable bebas merupakan gejala yang sengaja mengikat terhadap variable terikat.

Dalam penelitian ini variable bebasnya adalah Penggunaan Model Mind Mapping.

Variabel terikat (y) adalah unsur yang diikat oleh adanya variable lain, jadi

variable terikat merupakan gejala sebagai akibat dari variable bebas. Dalam

penelitian ini variable terikatnya adalah Pembelajaran Menulis Cerita Pendek.

3.3. Definisi Operasional


Tabel 1. Definisi Operasional

No Definisi
Alat Ukur Hasil Ukur
. Operasional

Kegiatan pembelajaran Kuesioner sebelum dan


yang menggunakan sesudah pembelajaran
teknik mind mapping yang mengukur
Pembelajaran
1 sebagai metode utama pemahaman dan
Mind Mapping
dalam menyusun ide penerapan teknik mind
dan struktur cerita mapping dalam menulis
pendek. cerita pendek.
Penggunaan elemen
Observasi langsung dan
audio, seperti rekaman
kuesioner yang menilai
suara, untuk
Penggunaan seberapa sering dan
2 memperkuat
Media Audio efektifnya penggunaan
pemahaman dan daya
media audio dalam
ingat dalam proses
pembelajaran.
pembelajaran.
Penggunaan elemen Pengamatan langsung
Penggunaan
3 visual, seperti gambar, dan kuesioner yang
Media Visual
diagram, atau video, menilai seberapa sering
untuk meningkatkan dan seberapa efektifnya
pemahaman dan penggunaan media
kreativitas dalam visual dalam
pembelajaran. pembelajaran

3.4 Sumber Data/Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti guna

dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya untuk dijadikan sebagai sumber data

dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2019). Populasi dalam penelitian ini adalah

Siswa kelas XII SMK Nurussalam Salopa. Sampel adalah sebagian dari populasi

yang dijadikan objek/subjek penelitian. Tegasnya sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini

menggunakan teknik pengambilan sampel Non Probability Sampling dengan jenis

sampling Purposive. Sampling purposive adalah teknik penarikan sampel yang

dilakukan untuk tujuan tertentu saja (Sugiyono, 2018). Berdasarkan tujuan maka

sampel yang peneliti ambil dalam penelitian ini siswa kelas XII SMK Nurussalam

Salopa dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3.2 Daftar Siswa

Kela
Jumlah Siswa
s
XII A 31
XII B 31
Total 62

Dalam penelitian ini, jumlah siswa dalam kedua kelas tersebut sama. Setelah

diputuskan, Kelas XII A ditetapkan sebagai Kelas Eksperimen dan Kelas XII B

ditetapkan sebagai Kelas Kontrol.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan tahap yang sangat penting dalam suatu

penelitian karena tujuannya adalah memperoleh data. Metode pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes (Arikunto, 2017). Tes adalah

rangkaian pertanyaan, latihan, atau instrumen lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2017). Dalam penelitian ini,

penggunaan teknik pretest dan posttest digunakan. Sebelum melakukan posttest,

peneliti melakukan pretest untuk menetapkan nilai awal data. Setelah nilai awal

diketahui, peneliti memberikan perlakuan menggunakan model mind mapping

kepada kelas eksperimen. Setelah perlakuan diberikan, siswa diberikan posttest.

Posttest digunakan untuk mengevaluasi kemajuan siswa setelah perlakuan

diberikan. Hasil posttest juga digunakan untuk membandingkan kemampuan

menulis puisi siswa antara kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dan kelas

kontrol yang tidak mendapat perlakuan. Hasil posttest akan digunakan untuk

menguji hipotesis.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam atau sosial secara spesifik. Semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data dari lapangan (Arikunto,

2017). Dalam penelitian ini, digunakan instrumen tes berupa soal uraian untuk

menilai keterampilan siswa dalam menulis puisi. Tes tersebut diberikan kepada

kedua kelompok, eksperimen dan kontrol, dengan soal yang sama.

Tabel 3. Kisi-kisi Soal

Indicato Materi Jumlah


r Soal Pokok Soal
Disajikan
sebuah
soal,
Menulis Puisi
siswa
menulis
puisi

Dengan rubrik penilaian dan kisi-kisi instrument penilaian keterampilan

menulis puisi sebagai berikut.

No. Nama Siswa Aspek Penilaian Jumlah

1 2 3 4 5

Nilai = Jumlah Skor X 5

No Indikator Deskriptor Skor

Tema, judul dan isi tidak sesuai 1


Judul dan isi sesuai namun tidak sesuai dengan
2
Tema
1 Judul Tema dan judul tepat namun isi tidak sesuai dengan
3
judul.
Judul sangat tepat, isi puisi sangat sesuai dengan
4
judul dan tema
Tidak menggunakan pilihan kata sehingga tidak
1
memperindah puisi
Menggunakan pilihan kata namun tidak sesuai
2
dengan isi dan tidak memperindah puisi
2 Diksi
Menggunakan satu pilihan kata yang sesuai yang
3
dapat memperindah puisi
Menggunakan dua kata atau lebih pilihan kata
4
yang sesuai isi yang dapat memperindah puisi
Ungkapan kata dalam puisi tidak padu sehingga
1
tidak menunjukan makna yang utuh
Ungkapan kata dalam puisi terdapat dua larik yang padu
2
Kesatupadua sehingga hanya menunjukan sebagian makna
n Ungkapan kata dalam puisi terdapat tiga larik
3.
(Keterkaitan yang padu sehingga hanya menunjukan sebagian 3
antar larik) makna
Ungkapan kata dalam puisi terdapat empat larik
atau lebih yang padu sehingga menunjukan makna 4
yang utuh
Tidak menggunakan susunan kata yang mengungkapkan
4 Imaji 1
daya gambaran
Tidak menggunakan pilihan kata sehingga tidak
2
memperindah puisi
Terdapat dua kata atau kalimat yang mengungkapkan
3
daya gambaran
Terdapat lebih dari dua kata atau kalimat antar larik yang
4
mengungkapkan daya gambaran dengan sesuai

3.7 Teknik Pengolahan Data


Dalam penelitian ini, pengolahan data mencakup dua bagian utama: analisis

data deskriptif dan analisis statistik.

1. Analisis Data Deskriptif

Data yang terkumpul merupakan data kuantitatif yang berfokus pada

hasil tes keterampilan menulis puisi siswa setelah mengikuti pembelajaran

menggunakan model Mind Mapping.

2. Analisis Statistik

Analisis statistik dilakukan dengan dua tujuan utama: uji normalitas

dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan menggunakan SPSS Statistic 16 dengan

metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan apakah data yang

dianalisis memiliki distribusi normal atau tidak. Hipotesis yang

dirumuskan adalah:

 H0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

 H1: Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai probabilitasnya >0,05.

(Arikunto, 2017).

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pretest dan

posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varians

yang sama atau tidak. Setelah memastikan kedua sampel berdistribusi

normal, dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan aplikasi SPSS

16 dengan metode One Way Anova. Hipotesis yang dirumuskan adalah

(Arikunto, 2017):

 Ho: Rata-rata populasi varian adalah sama

 H1: Rata-rata populasi varian tidak sama. Kriteria pengujian: Ho

ditolak jika probabilitas (sig) < 0,05; Ho diterima jika probabilitas

(sig) > 0,05.

Setelah mengajukan prasyarat, langkah berikutnya adalah melakukan uji

hipotesis menggunakan T-test. Uji hipotesis ini bertujuan untuk menentukan

apakah model Mind Mapping memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keterampilan menulis puisi dibandingkan dengan metode konvensional.

Dalam pengujian ini, peneliti menggunakan aplikasi SPSS 16 dengan teknik

analisis Independent-Sample T-test. Uji hipotesis dilakukan untuk

menentukan apakah terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan antara hasil

posttest dua sampel penelitian. Kriteria untuk menguji hipotesis adalah

sebagai berikut:

 Jika nilai Signifikan < 0,05, maka Ha (Hipotesis Alternatif) diterima

 jika nilai Signifikan > 0,05, maka Ho (Hipotesis Nol) ditolak

(Arikunto, 2017)

3.8 Prosedur Penelitian


1. Pengumpulan Data Awal:
a. Identifikasi dan seleksi sampel penelitian dari siswa kelas XII di SMK

Nurussalam Salopa.

b. Lakukan tes awal untuk menilai kemampuan menulis cerita pendek

siswa.

2. Desain Pembelajaran:

a. Rancang model pembelajaran Mind Mapping yang mengintegrasikan

media audio dan visual.

b. Persiapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan

kebutuhan siswa.

c. Pastikan ketersediaan peralatan audio dan visual yang diperlukan.

3. Implementasi Pembelajaran:

a. Lakukan pengenalan konsep dan teknik Mind Mapping kepada siswa.

b. Selenggarakan sesi pembelajaran menggunakan media audio dan visual

untuk menulis cerita pendek.

c. Berikan panduan dan bimbingan kepada siswa dalam menggunakan

Mind Mapping dalam proses penulisan.

4. Pengumpulan Data Pasca-Pembelajaran:

a. Berikan tugas kepada siswa untuk menulis cerita pendek menggunakan

teknik Mind Mapping yang telah dipelajari.

b. Amati dan rekam proses serta hasil penulisan siswa.

c. Lakukan tes pasca-pembelajaran untuk menilai peningkatan kemampuan

menulis cerita pendek siswa.

5. Analisis Data:
a. Bandingkan hasil tes awal dan tes pasca-pembelajaran untuk

menentukan Keefektifan model pembelajaran Mind Mapping.

b. Evaluasi proses pembelajaran dan identifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil pembelajaran.

6. Penarikan Kesimpulan:

a. Tinjau hasil analisis untuk menentukan apakah model pembelajaran

Mind Mapping dengan media audio dan visual efektif dalam

meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek siswa kelas XII

SMK Nurussalam Salopa.

b. Diskusikan implikasi temuan terhadap praktik pembelajaran di sekolah

tersebut.

c. Sarankan area-area untuk penelitian lanjutan.

7. Penyusunan Laporan:

a. Susun laporan penelitian yang mencakup pendahuluan, metodologi,

hasil, analisis, kesimpulan, dan saran.

b. Pastikan laporan penelitian disusun sesuai dengan standar penulisan

ilmiah yang berlaku.


DAFTAR PUSTAKA
Adhiyasa, I. M. (2022). Penggunaan strategi mind mapping untuk meningkatkan
kemampuan menulis teks prosedur siswa kelas X MIPA 2 SMA Negeri 5
Denpasar. Indonesian Journal of Educational Development, 3(1), 83 – 94.
https://doi.org/10.5281/zenodo.6566683.
AH Sanaky, H. (2013). Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta:
Kaukaban Dipantara
Ahmad. 2021. Pengertian Mind Mapping: Manfaat, Jenis, dan Langkah
Membuatnya. (Online)
https://www.gramedia.com/best-seller/pengertian- mind-
mapping/. Diakses pada 15 Maret 2024.
Albert Efendi Pohan. (2020). Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan.
Ilmiah. Jawa Tengah: CV Sarnu Untung
Aldama, F., Hermansah, B., & Prasrihamni, M. (2023). Pengaruh Media Audio
Visual terhadap Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas IV di SD
Negeri 195 Palembang. Journal on Education, 5(4), 14241-14246.
https://doi.org/10.31004/joe.v5i4.2449
Arief S. Sadiman, dkk. 2013. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan.
Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Arikunto, S. 2017. Pengembangan Instrumen Penelitian dan Penilaian Program.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ariyana, A., Ramdhani, I. S., & Sumiyani, S. (2020). Merdeka Belajar melalui
Penggunaan Media Audio Visual pada Pembelajaran Menulis Teks
Deskripsi. Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa
Indonesia, Daerah, Dan Asing, 3(2), 356-370.
https://doi.org/https://doi.org/10.31540/silamparibisa.v3i2.1112
Aslian, M.A., & Umam, N.K. (2022). KEEFEKTIFAN METODE Pembelajaran
Mind Mapping Pada Materi Menulis Teks Narasi Untuk Siswa Kelas 5 Di
Upt Sd Negeri 17 Gresik. Nusantara Hasana Journal, 2(7), 154–161.
Retrieved from
https://nusantarahasanajournal.com/index.php/nhj/article/view/649
Byrne, D. (1988). Teaching writing skills. England: Longman Grup Limited.
Dalman, H. 2016. Keterampilan Menulis. PT RAJAGRAFINDO PERSADA:
Jakarta.
Dewi, Kusuma P. E. 2018. Keefektifan Teknik Mind Mapping dalam
Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas X SMA Stella Duce 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2017/2018. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma
Fachruddin, Andi. 2015. Cara Kreatif memproduksi Program Televisi.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Holiyani, H. (2019). Pengaruh Metode Pembelajaran Mind Mapping Dengan
Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Menulis Teks Laporan Investigasi
Siswa Kelas Vi Sd Yayasan Iba Palembang. Jurnal Pembahsi
(Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia), 9(1), 1–15. DOI:
https://doi.org/10.31851/pembahsi.v9i1.4243
Ikbal, I. (2021). Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Model
Pembelajaran Mind Mapping pada Siswa Kelas IX. Journal of Education
Action Research, 5(4), 465–471. https://doi.org/10.23887/jear.v5i4.12333
Ismawati. E. 2013. Pengajaran Sastra,Teknik Mengajar Sastra Anak Berbasis.
Aktifitas . Ombak: Yogyakarta.
Madi, N. L., & Paputungan, R. (2023). KEMAMPUAN MENULIS CERPEN
MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO DRAMA PADA SISWA KELAS
XI SMA NEGERI 6 KOTA TERNATE. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah,
2(8), 3036–3047. https://doi.org/10.55681/sentri.v2i8.1329
Munirah. (2015). Pengembangan Keterampilan Menulis Paragraf. Yogyakarta:
Deepublish
Nurgiyantoro, Burhan. (2018). Teori pengkajian fiksi (edisi digital). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Nursoviani, L. D., Sahal, Y. F. D., & Ambara, B. (2019). Penerapan Media Mind
Mapping Tipe Network Tree untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Madrasah Ibtidaiyah.
Bestari | Jurnal Studi Pendidikan Islam, 16(2), 189.
https://doi.org/10.36667/bestari.v16i2.405
Nurvita, N. (2021). KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN MIND
MAPPING DAN EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA.
JURNAL JENDELA PENDIDIKAN, 1(02), 66–72.
https://doi.org/10.57008/jjp.v1i02.10
Oktavia Syntya, Yushinta Eka Farida, & Dwiana Asih Wiranti. (2023).
Implementasi Penerapan Media Audio Visual dalam Meningkatkan
Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas IV SDN 02 Rengging.
Qalam : Jurnal Ilmu Kependidikan, 12(2), 50–58.
https://doi.org/10.33506/jq.v12i2.2920
Rahman, Taufiqur. 2018. Katalog Dalam Terbitan (KDT) Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia Aplikasi Model-Model
Pembelajaran dalam Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: CV.
Pilar Nusantara.
Rahmatika, P., Hartati, S., & Yetti, E. (2019). Metode Pembelajaran Mind Map
dan Bercerita dengan Gaya Kognitif, Pengaruhnya terhadap Kemampuan
Membaca Permulaan. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
3(2), 548. https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i2.260
Safitri, D. ., Surastina, S., & Alfiawati, R. . (2021). KEMAMPUAN MENULIS
CERPEN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA SISWA
KELAS IX SMP NEGERI 26 PESAWARAN . Warahan: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3(1), 1–10.
Retrieved from
http://eskripsi.stkippgribl.ac.id/index.php/warahan/article/view/113

Safitri, D., Surastina, S., & Alfiawati, R. (2021). Kemampuan menulis cerpen
menggunakan media audio-visual pada siswa kelas IX SMP Negeri 26
Pesawaran. Warahan: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia, 3(1), 1–10. Diakses dari
http://eskripsi.stkippgribl.ac.id/index.php/warahan/article/view/113. 44-49

Sanjaya, Wina (2014). Media Komunikasi Pembelajaran, Jakarta : Kencana


Prenada.
Septiaji, Aji. 2015. “Membangun Keterampilan Menulis”. Dalam Kompasiana.
Edisi Selasa, 26 Februari 2013. Jakarta.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sugiyono. (2019). Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D.
Bandung: ALFABETA
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatig, dan R&D, penerbit.
Alfabeta, Bandung.
Syarifa, S. R., Dhiya, F. A., & Rahmaniah, R. (2024). Manfaat Penggunaan
Metode Mind Mapping pada Pembelajaran IPA Bagi Siswa Sekolah
Dasar. Indo-MathEdu Intellectuals Journal, 5 (1), 858-
865.http://doi.org/10.54373/imeij.v5i1.616
Ulpatulnisa. 2019. Keefektifan Penggunaan Media Audio Visual dalam
Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Siswa Kelas V SDN
50 Bulu Datu Kota palopo. Jurnal. Diakses pada tanggal 16 Januari 2022.
Repository IAIN Palopo.
Wicaksono, A. (2014). Pengkajian Prosa Fiksi. Yogyakarta: Garudhawaca.
Yurmaida, Y. (2019). PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PERMULAAN
PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI I KOTA JAMBI. Jurnal
Literasiologi, 2(1), 17. https://doi.org/10.47783/literasiologi.v2i1.28
Zulmiyetri, Nurhastuti, & Safaruddin. (2019). Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:
Kencana

Anda mungkin juga menyukai