Anda di halaman 1dari 32

0

PROPOSAL SKRIPSI

KEMAMPUAN SISWA KELAS X SMA XAVERIUS BATURAJA


MEMPRODUKSI TEKS PROSEDUR KOMPLEKS MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN TARI BAMBU

OLEH

LAURENTINA HENNY SULISTYORINI


NPM. 10 21 027.P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2015
1

PROPOSAL PENELITIAN

KEMAMPUAN SISWA KELAS X SMA XAVERIUS BATURAJA


MEMPRODUKSI TEKS PROSEDUR KOMPLEKS MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN TARI BAMBU

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah aset masa depan yang menunjukkan

berkembangnya suatu bangsa. Perkembangan tersebut ditandai dengan kesiapan

untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan

tersebut antara lain kemajuan teknologi informasi, ekonomi berbasis pengetahuan

dan kebangkitan industri kreatif dan budaya. Hal ini menuntut SDM yang

berkualitas, memiliki karakter, kompetensi yang menjual, memiliki kecakapan

berkomunikasi, mempunyai pemikiran yang kritis dan memiliki pandangan positif

terhadap hidup.

Kurikulum KTSP adalah sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan

yang lebih baik dengan menghasilkan insan-insan kreatif, produktif, dan

berkarakter. Oleh sebab itu Kurikulum KTSP dilaksanakan berdasarkan standard

kompetensi lulusan, kompetensi dasar dan kompetensi inti. Sebagaimana Mulyasa

(2013: 63) menyatakan, perumusan tersebut terdiri atas empat hal. Hal pertama,

standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi

diturunkan dari standar kompetensi lulusan. Ketiga, semua mata pelajaran

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal

keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Hal

terakhir, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Kelima hal di atas
2

ditujukan sebagai jawaban atas kebutuhan-kebutuhan masyarakat untuk

menghadapi tantangan saat sekarang atau yang akan datang. Perumusan

kurikulum diturunkan dari kebutuhan-kebutuhan masyarakat untuk menghadapi

tantangan masa depan. Dalam kurikulum KTSP pembelajaran bahasa Indonesia

mengalami perubahan secara total. Dalam implementasinya, pembelajaran bahasa

Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks. Hal ini bertujuan agar siswa

dapat mengembangkan kemampuan menalar dalam bentuk lisan dan tulisan.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia X SMA terdapat lima kegiatan

menulis yaitu, menulis teks anekdot, menulis teks eksposisi, menulis teks laporan

observasi, menulis teks negosiasi dan menulis teks prosedur kompleks. Kegiatan

menulis memiliki hubungan yang erat dengan berpikir. Menulis bukan hanya

sekedar kegiatan berbahasa, namun juga dapat digunakan sebagai wadah

menuangkan hasil pemikiran. Semakin banyak menulis maka siswa akan terlatih

untuk berpikir kritis, mempunyai daya nalar yang tinggi dan aktif dalam

mengembangkan prestasi akademik. Menurut Tarigan (2008: 3), “Menulis

merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk

berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”.

Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan struktur bahasa

dan kosakata, keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan

harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.

Keterampilan menulis tidak hanya melibatkan unsur kebahasaan, tetapi

juga unsur di luar bahasa. Kreativitas dan wawasan yang dimililki penulis ikut

berpengaruh terhadap hasil tulisan. Hal ini membawa pemahaman bahwa tulisan
3

tidak hanya menyangkut bahasa yang dikuasai penulis, tetapi unsur-unsur lain pun

dapat terungkapkan oleh sebuah tulisan. Konteks akhirnya adalah tulisan

merupakan produk atau cerminan dari apa yang dipikirkan, dikuasai, dan apa yang

ingin diutarakan penulisnya. Oleh karena itu, sebagian orang beranggapan bahwa

menulis adalah keterampilan yang paling sulit dikuasi dibandingkan keterampilan

berbahasa lainnya.

Berdasarkan hasil observasi kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan

yang diharapkan dikarenakan hasil belajar siswa dalam kegiatan menulis

tergolong rendah. Pengakuan dari siswa sendiri pembelajaran menulis merupakan

kegiatan yang membosankan. Ketika diberi tugas untuk menulis siswa sengaja

mengulur waktu agar tugas menulis tersebut menjadi tugas rumah. Hal ini

diperbuat agar tugas menulis tersebut dapat disalin secara utuh dari internet atau

media cetak bukan hasil pikiran siswa itu sendiri. Dengan demikian dapat

disimpulkan indikator pencapaian kompetensi siswa mampu menulis tidak

tercapai. Penelitian Purba mengatakan, “Kemampuan siswa dalam menulis rendah

hal tersebut disebabkan karena siswa hanya diajarkan untuk terampil menguasai

teori menulis daripada terampil dalam menerapkannya.” Pembelajaran menulis

akan membosankan bila siswa hanya diajarkan secara teori tanpa mempraktekkan

secara langsung. Pembelajaran selama ini begitu monoton yang membuat siswa

kurang tertarik sebab setiap ada tugas siswa cenderung untuk mencontek.

Menulis teks prosedur kompleks sangat penting bagi siswa karena melalui

keterampilan menulis teks prosedur kompleks siswa dapat mengemukakan

pendapatnya dan menuangkan ide-idenya secara terarah dan teratur berdasarkan


4

langkah. Agar dapat menumbuhkan kegairahan siswa dalam proses pembelajaran

menulis teks prosedur kompleks, seorang guru diharapkan dapat menyajikan

metode, model, teknik, strategi, dan media yang bervariasi. Guru harus kreatif

dalam memilih model pembelajaran, karena itu merupakan hal yang mampu

mewujudkan rangsangan dalam mengembangkan kecerdasan serta pengalaman

siswa.

Salah satu model pembelajaran yang menarik perhatian yang dapat

membantu siswa dalam kegiatan menulis teks prosedur kompleks adalah model

pembelajaran tarian bambu, karena menurut Rusman (2011: 90), “model

pembelajaran ini memiliki tujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat

yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara

teratur. Model ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman

pikiran dan informasi antar siswa”. Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai

tujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan

pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok

untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi

antar siswa. Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu.

Siswa yang berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

terhadap “kemampuan siswa kelas X SMA Xaverius Baturaja memproduksi teks

prosedur kompleks menggunakan model pembelajaran tari bambu”. Alasan

peneliti menggunakan model pembelajaran kontekstual bertujuan siswa tidak

mengalami kesulitan saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh peneliti.


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Bagaimanakah proses belajar mengajar siswa kelas X SMA Xaverius

Baturaja memproduksi teks prosedur kompleks menggunakan model

pembelajaran tari bambu?

2. Bagaimanakah kemampuan siswa kelas X SMA Xaverius Baturaja

memproduksi teks prosedur kompleks menggunakan model pembelajaran tari

bambu?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka

tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan proses belajar mengajar siswa kelas X SMA Xaverius

Baturaja memproduksi teks prosedur kompleks menggunakan model

pembelajaran tari bambu .

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas X SMA Xaverius Baturaja

memproduksi teks prosedur kompleks menggunakan model pembelajaran tari

bambu.
6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan

praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih memberikan

gambaran mengenai kemampuan siswa kelas X SMA Xaverius Baturaja

memproduksi teks prosedur kompleks menggunakan model pembelajaran tari

bambu.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi.

1. Guru

Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini diharapkan guru dapat

menjadikan alternatif dalam menentukan model pembelajaran yang akan

digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran.

2. Siswa

Siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia dan

prestasi serta pelajaran yang diberikan dapat lebih mudah diserap. Semoga

pelajaran bahasa Indonesia tidak dianggap membosankan.

3. Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan pertimbangan atau bekal

penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.

4. Pembaca

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan penambahan mengenai model

pembelajaran tari bambu.


7

E. Kajian Pustaka

1. Kajian Literatur

a. Pengertian Menulis

“Menulis adalah suatu proses yang menggunakan lambang-lambang

(huruf) untuk menyusun, mencatat, dan mengkomunikasikan serta dapat

menampung aspirasi yang dapat menghibur, memberikan informasi, dan

menambah pengetahuan” (Sulistyo, 2008: 6). “Menulis adalah suatu aktivitas

kompleks, mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata secara terintegrasi.

Menulis juga terkait dengan pemahaman bahasa dan kemampuan berbicara”

(Markam dikutip oleh Abdurrahman, 2009: 224). Menurut Mulyati (2012: 74),

“Menulis adalah suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang

grafis dari suatu bahasa yang disampaikan kepada orang lain (pembaca) sehingga

orang lain (pembaca) itu dapat membaca dan memahami lambang-lambang grafis

tersebut sebagaimana yang dimaksud oleh si penyampainya (penulis)”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis

merupakan suatu kegiatan berpikir yang dimulai dari pemikiran tentang suatu

gagasan yang akan disampaikan melalui lambang-lambang huruf.

b. Tujuan Menulis

Menurut Hartig dikutip Tarigan (2008: 25-26), kegiatan menulis sering

dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Secara umum,

kegiatan menulis biasa dilakukan karena kesenangan, untuk memberi informasi

atau untuk mempengaruhi pembaca. Adapun tujuan menulis adalah sebagai

berikut.
8

1) Assigment Purpose (Tujuan penugasan)

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali.

Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan bukan atas kemauan sendiri.

Misalnya, para siswa yang diberi tugas merangkum buku, skretaris yang

ditugaskan membuat laporan notulen rapat.

2) Altruistic Purpose (Tujuan Altruistik)

Tujuan altruistik adalah kunci keterbatasan suatu tulisan, penulis bertujuan

menyenangkanpara pembaca, menghindari kedudukan para pembaca, untuk

memahami, menghargai perasaan dan penalarannya ingin membuat hidup para

pembaca agar lebih medah dalam menyenangkan dalam karyanya itu.

3) Persuasive Purpose (Tujuan Persuasif)

Tujuan persuasif bertujan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan

yang diutarakan.

4) Informational Purpose (Tujuan Penyataan Diri)

Tulisan ini bertujuan memberi informasi atau keterangan / penerapan kepada

pembaca.

5) Self Ekspressive Purpose (Tujuan Pernyataan Diri)

Tulisan ini bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang

kepada pembaca.

6) CreativePurpose (Tujuan Kreatif)

Tujuan ini erat hubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi, keinginan

kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan


9

keinginan mencapai norma artisik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan

yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.

7) Problem Solving Porpose (Tujuan Pemecahan Masalah)

Dalam tulisan seperti ini, sang penulis ingin memecahkan masalah yang

dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan

meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar

dapat mengerti dan diterima oleh para pembaca.

Dapat disimpulkan bahwa, tujuan menulis adalah upaya mengungkapkan

buah pikiran atau ide-ide guna untuk disampaikan kepada orang lain (pembaca)

dengan tujuan mengajak, menghibur maupun mempengaruhi pembaca.

c. Teks Prosedur

Teks prosedur bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langkah-

langkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu (Djuharie, 2006: 38). Menurut

Tarigan (2008: 123), “Teks prosedur adalah teks yang menjelaskan langkah-

langkah secara lengkap dan jelas tentang sesuatu”. Teks prosedur ada tiga macam:

1) Teks yang menjelaskan bagaimana sesuatu bekerja atau teks yang menjelaskan

cara menggunakan (pedoman instruksi atau penggunaan).

2) Teks yang menunjukkan cara melakukan aktivitas tertentu.

3) Teks yang berhubungan dengan tingkah laku. Teks prosedur merupakan teks

yang berisi tujuan dan langkah-langkah yang harus diikuti agar suatu

pekerjaan dapat dilakukan.


10

Contoh :

Cara membuat Kue Muffin Cokelat

Bahan :

1) 3 butir telur

2) 50 cc air

3) 200 cc minyak goring

4) tepung Pondan Muffin Cokelat

Petunjuk penyajian :

1) Panaskan oven (200⁰C)

2) Campurkan tepung Pondan Muffin Cokelat dengan telur, minyak sayur dan air

3) Kocok dengan mixer kecepatan rendah selama kurang lebih ±3 menit

4) Masukkan adonan ke dalam cetakan Muffin yang sudah diberi cake up

5) Panggang di dalam oven panas ±20 menit

6) Untuk mengetahui kue yang dipanggang sudah matang atau belum, tusuk

bagian tengah kue dengan tusuk gigi lalu angkat. Bila tidak ada adonan yang

menempel berarti kue sudah matang.

Berdasarkan hasil penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

teks prosedur merupakan teks yang menjelaskan atau memberitahukan informasi

tentang petunjuk langkah-langkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu. Teks

prosedur tersebut merupakan teks yang berisi tujuan dan langkah-langkah yang

harus diikuti agar suatu pekerjaan dapat dilakukan.


11

d. Model Pembelajaran Tarian Bambu

1) Pengertian Model Tarian Bambu

Dalam belajar kooperatif, setidak-tidaknya terdapat 14 teknik yang sering

diterapkan di ruang kelas. Teknik-teknik ini sering kali dipertukarkan dengan

metode-metode pembelajaran kooperatif. Dari 14 teknik tersebut salah satunya

yaitu teknik tari bambu. Tari bambu merupakan pengembangan dan modifikasi

dari teknik lingkaran kecil lingkaran besar. Di beberapa kelas, teknik lingkaran

kecil lingkaran besar sering kali tidak bisa dilaksanakan karena kondisi penataan

ruang kelas yang tidak menunjang. Tidak ada cukup ruang di dalam kelas untuk

membentuk lingkaran dan tidak selalu memungkinkan untuk membawa siswa

keluar dari ruang kelas dan belajar di alam bebas. Kebanyakan ruang kelas di

Indonesia memang ditata dengan model klasikal/tradisional. Bahkan, banyak

penataan tradisional ini bersifat permanen; kursi dan meja sulit dipindahkan.

Dinamakan Tari Bambu karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan

model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu

Filipina yang juga populer di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu keunggulan

dari teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk

saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur. Teknik ini juga memberikan

kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan komunikasi mereka.

Model Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling

berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda

dalam waktu singkat secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang
12

membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa.

Meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bambu. Siswa yang

berjajarlah yang diibaratkan sebagai bambu.

2) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tari Bambu

a) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tari Bambu

Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan untuk materi yang

membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar peserta didik.

Menurut Istarani (2011: 2), kelebihan metode ini adalah.

(1) Siswa dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses

pembelajaran.

(2) Meningkatkan kerjasama diantara siswa.

(3) Meningkatkan toleransi antara sesama siswa.

b) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Tari Bambu

Selain memiliki kelebihan, model belajar tari bambu juga memiliki

beberapa kekurangan, yaitu.

(1) Kelompok belajarnya terlalu gemuk sehingga menyulitkan proses belajar

mengajar.

(2) Siswa lebih banyak bermainnya dari pada belajar.

(3) Memerlukan periode waktu yang cukup panjang.


13

3) Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tari Bambu

Langkah-langkah belajar kooperatif tipe tari bambu menurut Huda (2013:

148) sebagai berikut.

Tari Bambu Individu

a) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa telalu banyak) berdiri

berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar didepan kelas.

Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara

yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan

waktu yang relatif singkat.

b) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.

c) Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.

d) Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah

keujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini,

masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi

informasi . Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.

Tari Bambu Kelompok:

a) Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain.

b) Kelompok bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu di atas, kemudian

mereka pun saling berbagi informasi.

Menurut Suprijono (2013:98) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan

metode bamboo dancing (tari bambu) serupa dengan metode inside outside circle.

Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan

topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang
14

diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini

dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta

didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.

Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam

satu kelas ada 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang. Aturlah

sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu sepuluh orang berdiri

berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri

berjajar. Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar mereka saling

berpasang-pasangan. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal. Bagikan tugas

kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu

berikan waktu yang cukup kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang

diterimanya.

Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar

saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-

tiap peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian

seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta

didik kembali ke pasangan asal.

Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan

kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog

interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar

pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat

diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.


15

4) Langkah Model Pembelajaran Tari Bambu dalam Proses Belajar

Mengajar

Menurut Djamarah (2010: 89), langkah pembelajaran dengan metode

bamboo dancing (tari bambu) sebagai berikut

a) Guru memberikan materi pelajaran

b) Guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis atau dapat pula guru bertanya

jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik yang sedang dibahas.

c) Setelah siswa memahami materi pelajaran kemudian guru membagi kelas

menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka tiap

kelompok besar terdiri 20 orang. Guru dapat mengatur pada tiap-tiap

kelompok besar yaitu sepuluh orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan

10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Dengan demikian di

dalam tiap-tiap kelompok besar mereka saling berpasang-pasangan. Pasangan

ini disebut sebagai pasangan awal. Bagikan tugas kepada setiap pasangan

untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup

kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanya.

d) Setelah selesai berdiskusi kelompok besar yang berdiri berjajar saling

berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Peserta didik akan

mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya.

Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta didik

kembali ke pasangan asal.

e) Guru meminta siswa untuk mempersentasikan hasil diskusi di tiap-tiap

kelompok besar kepada seluruh kelas.


16

f) Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab dan

sebagainya.

g) Guru memberikan kesimpulan materi pelajaran

h) Guru menutup pelajaran.

2. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan Model Pembelajaran Tari Bambu

pernah dilakukan oleh Leni Pujiastuti selaku mahasiswa Fakultas Pendidikan

Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2013 dengan judul

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu Pada

Pembelajaran Berbicara (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VII

SMP Yas Bandung Tahun Ajaran 2012-2013”.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan antara data hasil prates dan

pascates dengan melakukan uji hipotesis. Hasil yang didapat t hitung sebesar 6,193

dan ttabel dengan derajat kebebasan 92 dan taraf signifikansi 1% atau taraf

kepercayaan 99% adalah 2,36. Hal ini berarti thitung (6,193) > ttabel (2,36),

dengan begitu perbedaan antara nilai prates dan pascates terbukti signifikan dan

hipotesis kerja dapat diterima.

Penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang memiliki persamaan dan

perbedaan. Persamaan dalam penelitian adalah sama-sama meneliti tentang Model

Pembelajaran Tari Bambu. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu

penerapan pembelajaran berbicara dengan Model Pembelajaran Tari Bambu,

sedangkan penelitian sekarang meneliti kemampuan siswa menulis teks prosedur


17

kompleks dengan menggunakan model pemebelajaran tari bambu. Penelitian

terdahulu objeknya siswa kelas VII SMP Yas Bandung sedangkan penelitian

sekarang objeknya siswa kelas X SMA Xaverius Baturaja.

F. Metodologi Penelitian

1. Defenisi Operasional Istilah

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan kesanggupan

yang dimaksud adalah kesanggupan yang memahami, menguasai dan menghargai

(Depdiknas, 2008: 709). Menurut Tarigan (2008: 3), “Menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. Menurut Tarigan (2005:

123), “Teks prosedur adalah teks yang menjelaskan langkah-langkah secara

lengkap dan jelas tentang sesuatu”. Menurut Huda (2013: 201), “Model

Pembelajaran Tari Bambu mempunyai tujuan agar siswa saling berbagi informasi

pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat

secara teratur, strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran

pengalaman pikiran dan informasi antar siswa”.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

siswa kelas X SMA Xaverius Baturaja memproduksi teks prosedur kompleks

menggunakan model pembelajaran tari bambu ialah kesanggupan peserta didik

kelas X SMA Xaverius Baturaja memproduksi teks prosedur kompleks

menggunakan model pembelajaran tari bambu.


18

2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2010: 173).

Berdasarkan pengertian tersebut populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas X SMA Xaverius Baturaja tahun ajaran 2014/2015 terdiri dari 3 kelas

dengan jumlah 105 siswa. Populasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1

berikuit ini.

Tabel 1. Populasi Penelitian


No Kelas Jumlah Siswa

1 X.A 35

2 X.B 35

3 X.C 35

Jumlah 105

Sumber data: Tata Usaha SMA Xaverius BaturajaTahun Pelajaran 2014/2015

b. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan

penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian sampel. (Arikunto, 2010: 174). Untuk menentukan sampel dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Simple Random Sampling.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penarikan sampel acak sederhana

(Simple Random Sampling) sebagai berikut.


19

1) Siswa yang dijadikan objek penelitian adalah seluruh siswa kelas X yang

terdiri dari tiga kelas.

2) Dari ketiga kelas tersebut, kemudian ditentukan secara acak

kelompok siswa yang akan dijadikan sampel acak sederhana (Simple Random

Sampling).

3) Penentuan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling)

dilakukan dengan cara menuliskan nama ketiga kelas tersebut pada masing-

masing secarik kertas kemudian diundi.

4) Ketiga gulungan nama kelas tersebut kemudian dimasukkan ke

dalam botol lalu diundi.

5) Dari pengundian tersebut, didapatlah kelas X.A sebagai sampel

penelitian ini.

Berdasarkan pendapat tersebut maka sampel dalam penelitian ini adalah

siswa kelas X.A SMA Xaverius Baturaja yang berjumlah 35 orang siswa. Jumlah

total dari sampel penelitian ini bisa dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa

1 X.A 35

Jumlah 35
Sumber data: Tata Usaha SMA Xaverius Baturaja Tahun Pelajaran 2014/2015

3. Metode Penelitian

“Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2010: 203). “Metode penelitian


20

pada dasar merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2010: 2). Jadi dari pendapat ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara untuk memecahkan suatu

permasalahan dengan menggunakan suatu pemikiran secara seksama untuk

mencapai suatu tujuan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif, “Metode

deskriptif adalah penelitian yang benar-benar memaparkan apa yang terjadi dalam

sebuah kancah, lapangan atau wilayah tertentu” (Arikunto, 2010: 3). Selanjutnya,

Selanjutnya, menurut Dantes (2012:51), “penelitian deskriptif adalah penelitian

yang berusaha mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai

dengan apa adanya”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Metode deskriptif dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau

melukiskan keadaan subjek atau objek. Metode deskriptif yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa

dalam menulis teks prosedur kompleks.

4. Teknik Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

“Observasi atau mengamati adalah meliputi kegiatan pemusatan perhatian

terhadap suatu objek dengan menggunakan selurut alat indra” (Arikunto, 2010:

199). Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan teknik observasi


21

dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung dengan

memperhatikan semua kegiatan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan

aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis teks prosedur

kompleks dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tari

bambu di kelas X SMA Xaverius Baturaja.

2) Tes

“Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Arikunto, 2010: 193).

Oleh karena itu, untuk mendapatkan teknik data penelitian, digunakan tes menulis

teks prosedur kompleks yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang sesuai

dengan kemampuan siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tes adalah

teknik yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, bakat atau tingkat

kemampuan menulis teks prosedur kompleks pada siswa kelas X SMA Xaverius

Baturaja dalam bentuk tes. Tes yang digunakan adalah tes menulis teks prosedur

kompleks dengan menyajikan suatu permasalahan dan mencari solusi agar siswa

dapat memecahkan masalah tersebut.

b. Teknik Penganalisis Data

1) Observasi

Teknik analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode observasi

dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil observasi yang berupa lembar


22

observasi yang telah diberi tanda chek list (√) terhadap aktivitas guru dan aktivitas

siswa dalam menulis teks prosedur kompleks berdasarkan tema yang telah

ditentukan oleh guru, lalu hasil dari pengamatan yang telah dilakukan

diinterprestasikan dan dideskripsikan secara terperinci.

2) Tes

Teknik penganalisisan data dalam penelitian ini adalah penganalisisan data

tes kemampuan siswa kelas X SMA Xaverius Baturaja menulis teks prosedur

kompleks dengan menggunakan model pembelajaran tari bambu. Langkah-

langkah dalam penganalisisan data tes sebagai berikut.

a) Mengumpulkan data dengan teknik tes berupa menulis teks prosedur

kompleks.

b) Memberikan penilaian hasil paragraf siswa dengan berpedoman pada

kriteria penilaian berdasarkan lima aspek dengan rumus sebagai berikut.

X= Y1 + Y2 + Y3 + Y4 + Y5

Keterangan X : Nilai siswa

Y1 : Isi

Y2 : Organisasi

Y3 : Kosakata

Y4 : Penggunaan bahasa

Y5 : Mekanik (Nurgiyantoro, 2010: 440)


23

Tabel 3. Kriteria Penilaian Teks Prosedur Kompleks


Aspek Skor Kriteria
I 18-20 Sangat Baik
S 20 Pemanfaatan potensi kata sangat canggih, pilihan kata dan
I ungkapan sangat tepat, sangat menguasai pembentukan
kata,penggunaan kata efektif.
19 Pemanfaatan potensi kata sangat canggih, pilihan kata dan
ungkapan sangat tepat, sangat menguasai pembentukan kata
18 Pemanfaatan potensi kata tidak menoton, pilihan kata dan
ungkapan tepat.
15-17 Baik
17 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan
hampir tepat, pembentukan kata cukup efektif.
16 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan
hampir tepat.
15 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan
kurang tepat.
12-14 Cukup
14 Pemanfaatan kata baik, pilihan kata dan ungkapan kata kurang
tepat, kurang menguasai pembentukan kata.
13 Pemanfaatan kata baik, pilihan kata dan ungkapan kata kurang
tepat.
12 Pemanfaatan kata hampir baik, pilihan kata dan ungkapan kurang
tepat.
9-11 Kurang
11 Pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan
penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.
10 Pemanfaatan potensi kata sangat terbatas, sering terjadi
kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.
9 Pemanfaatan potensi kata sangat terbatas, kosakata rendah
O 18-20 Sangat Baik
R 20 Komunikasi sangat lancar, gagasan diungkapkan dengan sangat
G jelas, padat trata dengan baik, urutan logis. Paragraf dalam setiap
A karangan terpadu.
N 19 Komunikasi sangat lancar, gagasan diungkapkan dengan sangat
I jelas, padat trata dengan baik, urutan logis.
S 18 Komunikassi lancar, pengungkapan gagasan padat, trata dengan
A baik, urutan logis.
S 15-17 Baik
I 17 Komunikasi lancar, pengungkapan gagasan kurang padat, trata
dengan hampir baik, urutan logis.
16 Komunikasi hampir lancar, pengungkapan gagasan padat, tidak
trata dengan baik, urutan logis.
15 Komunikasi kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama
terlihat, urutan hampir logis dan tidak lengkap.
13 Komunikasi kurang lancar, kurang terorganisir, ide utama tidak
terlihat, kurang tersusun dengan logis dan tidak lengkap.
24

10-12 Kurang
12 Gagasan tidak jelas,, isi paragraf tidak tersusun dengan logis dan
teratur,ide cerita merubah persi aslinya, isi karangan tidak
terpadu.
11 Gagasan tidak jelas,, isi paragraf tidak tersusun dengan logis dan
teratur,ide cerita merubah persi aslinya.
10 Gagasan tidak jelas,, isi paragraf tidak tersusun dengan logis dan
teratur, tidak layak nilai.
K 18-20 Sangat Baik
O 20 Pemanfaatan potensi kata sangat canggih, pilihan kata dan
S ungkapan sangat, sangat menguasai pembentukan
A kata,penggunaan kata efektif.
K 19 Pemanfaatan potensi kata sangat canggih, pilihan kata dan
A ungkapan sangat, sangat menguasai pembentukan kata
T 18 Pemanfaatan potensi kata tidak menoton, pilihan kata dan
A ungkapan tepat.
15-17 Baik
17 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan
hampir tepat, pembentukan kata cukup efektif.
16 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan
hampir tepat.
15 Pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan dan ungkapan
kurang tepat.
12-14 Cukup
14 Pemanfaatan kata baik, pilihan kata dan ungkapan kata kurang
tepat, kurang menguasai pembentukan kata.
13 Pemanfaatan kata baik, pilihan kata dan ungkapan kata kurang
tepat
12 Pemanfaatan kata hampir baik, pilihan kata dan ungkapan kurang
tepat.
9-11 Kurang
11 Pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan
penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.
10 Pemanfaatan potensi kata sangat terbatas, sering terjadi
kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.
9 Pemanfaatan potensi kata sangat terbatas, kosakata rendah
P 22-25 Sangat Baik
E 25 Penggunaan bahasa menarik, kalimat mudah dimengerti dan
N dipahami, mengandung unsur penceritaan (deskripsi), konstruksi
G kalimat sederhana tapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan
G penggunaan bentuk kebahasaan.
U 24 Penggunaan bahasa menarik, kalimat mudah dimengerti dan
N dipahami, mengandung unsure penceritaan (deskripsi),
A konstruksi kalimat sederhana tapi efektif.
A 23 Penggunaan bahasa menarik, kalimat mudah dimengerti dan
N dipahami, mengandung unsur penceritaan (deskripsi).
22 Penggunaan bahasa menarik, kalimat mudah dimengerti dan
B dipahami
A 18-20 Baik
25

H 20 Penggunaan bahasa cukup menarik, kalimat cukup mudah


A dimengerti dan dipahami, cukup mengandung unsur penceritaan
S (deskripsi), konstruksi kalimat cukup sederhana tapi efektif.
A 19 Penggunaan bahasa cukup menarik, kalimat cukup mudah
dimengerti dan dipahami, cukup mengandung unsur penceritaan
(narasi), konstruksi kalimat cukup sederhana tapi efektif.
18 Penggunaan bahasa cukup menarik, kalimat cukup mudah
dimengerti dan dipahami, cukup mengandung unsur penceritaan
(deskripsi).
13-15 Cukup
15 Penggunaan bahasa kurang menarik, kalimat kurang mudah
dimengerti dan dipahami, kurang mengandung unsur penceritaan
(deskripsi), terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat,
makna kebahasaan membingungkan atau kabur.
14 Penggunaan bahasa kurang menarik, kalimat kurang mudah
dimengerti dan dipahami, kurang mengandung unsur penceritaan
(deskripsi), terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat.
13 Penggunaan bahasa kurang menarik, kalimat kurang mudah
dimengerti dan dipahami, kurang mengandung unsur penceritaan
(deskripsi).
9-11 Kurang
11 Penggunaan bahasa tidak menarik, kalimat tidak mudah
dimengerti , tidak mengandung unsur penceritaan (deskripsi),
makna kebahasaan sangat membingungkan atau sangat kabur.
10 Penggunaan bahasa tidak menarik, kalimat tidak mudah
dimengerti dan dipahami..
9 Penggunaan bahasa tidak menarik, kalimat tidak mudah
dimengerti dan dipahami, tidak mengandung unsur penceritaan
(deskripsi), tidak layak nilai.
M 5 Sangat Baik
E Menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan
K ejaan, dan kerapian tulisan yang baik.
A 4 Baik
N Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, tetapi tidak
I mengaburkan makna, dan kerapian tulisan cukup.
K 3 Cukup
Sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau
kabur, kerapian tulisan cukup
2 Kurang
Tidak menguasai aturan tulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan,
ada tulisan tidak terbaca.
Sumber: Nurgiyantoro (2010: 441-442) (telah dimodifikasi untuk kepentingan penelitian ini)
26

c) Dari semua nilai siswa yang didapat akan dicari nilai rata-ratanya dengan

menggunakan rumus.

X=

Keterangan:

X = Nilai rata-rata

X= Jumlah nilai siswa

N = Banyak siswa sampel

(Arikunto, 2010: 376)

d) Setelah mencari dan mendapatkan nilai rata-rata kemampuan siswa menulis

teks prosedur kompleks dengan menggunakan model pembelajaran tari bambu

nilai rata-rata tersebut akan diinterpretasikan ke dalam kategori hasil belajar

siswa dengan mengacu pada tabel di bawah ini.

Tabel 4
Skala Penilaian

Nilai Angka Nilai Huruf Predikat

80-ke atas A Mampu sekali


66-79 B Mampu
56-65 C Cukup Mampu
46-55 D Kurang Mampu
45-ke bawah E Gagal
(Sudijono, 2011: 35)

e) menganalisis data dan membahas hasil penelitian

f) Membuat kesimpulan
27

5. Langkah Kerja dan Jadwal Penelitian

a. Langkah Kerja

Langkah kerja yang peneliti gunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

a) Melaksanakan studi kepustakaan

b) Membuat proposal skripsi

c) Mengurus surat izin penelitian

d) Menyusun instrumen penelitian

2) Tahap Pengumpulan Data

a) Mencatat data yang diperoleh

b) Memeriksa kembali kebenaran data

c) Mengidentifikasi data

d) Mengklasifikasikan data yang terkumpul

3) Tahap Penganalisisan Data

a) Memeriksa kembali data yang telah diklasifikasikan

b) Menganalisis data

c) Membahas hasil analisis

d) Menyimpulkan hasil analisis

4) Tahap Penyusunan Naskah

c) Menyusun dan mendekripsikan naskah sementara

d) Melakukan konsultasi dengan pembimbing

e) Merevisi naskah

f) Menyusun kembali hasil revisi naskah


28

b. Jadwal Penelitian

Penelitian ini diperkirakan berlangsung selama enam bulan dari Januari

2015 sampai dengan Juni 2015. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 5

berikut.

Tabel 5. Jadwal Penelitian


Bulan Ke-
No Tahap Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Tahap Persiapan  
2 Tahap Pengumpulan Data 
3 Tahap Penganalisisan Data  
4 Tahap Penyusunan Naskah 

G. Daftar Pustaka

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Djuherie. 2005. dalam http://www.sarjanaku.com/2011/03/pengertian-teks-


prosedur.html) diakses pada tanggal 15 Januari 2015.

Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Istarani. 2011. Media Pembelajaran Aktif. dalam Jurnal Pendidikan Bahasa


http://www.modelpembelajarantarianbambu.com/2015/01/pengertian-
definisi-kekurangan-kelebihan-model-pembelajaran-tarian-bambu.html)
diakses pada tanggal 12 Januari 2015.

Mulyati, Yeti. 2012. Bahasa Indonesia. Tanggeran: Universitas Terbuka


29

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:


BPFE.

Rusman. 2011. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran


Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung:


Alfabeta.

Sulistyo, Bambang. 2008. Pengantar Keterampilan Menulis. Bandung. Yaf


Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago. 2008. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan


Pengembangannya. Bandung: Angkasa.
30

Instrumen Test

Teks Kemampuan Menulis Teks Prosedur Kompleks Dengan Menggunakan


Model Pembelajaran Tari Bambu

Nama :
Kelas :

Petunjuk:

A. Tulislah nama dan kelas pada lembar jawaban yang telah disediakan!
B. Hal-hal yang dinilai dalam menulis teks prosedur kompleks:
1. Pemahaman isi tulisan
2. Ketetapan logika urutan atau organisasi tulisan
3. Ketetapan kata atau kosakata
4. Penggunaan bahasa dalam penulisan
5. Penggunaan Ejaan

Pertanyaan:
1. Pilihlah salah satu topik dibawah ini kemudian buatlah sebuah teks
prosedur kompleks!
a. Cara Menyambungkan Komputer dengan Internet Menggunakan
Modem Eksternal
b. Menghidupkan Komputer dan Mematikan Komputer
LEMBAR JAWABAN

Nama :
Kelas :
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________
____________________________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai