Anda di halaman 1dari 18

MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BERMEDIA KARIKATUR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS


CERPEN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 CISARUA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Jurnal Tesis
diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

ENDEN ASTUTI
188090024

PROGRAM STUDI

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2021

1
MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
BERMEDIA KARIKATUR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS
CERPEN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 CISARUA
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Enden Astuti

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai oleh peserta
didik. Namun, berdasarkan hasil studi pendahuluan dalam pembelajaran menulis khususnya
menulis cerpen yaitu mengalami permasalahan kesulitan mencari gagasan. Peranan model
pembelajaran berpengaruh terhadap permasalahan pembelajaran. Salah satu alternatif model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen dan berdampak positif
terhadap berpikir kreatif peserta didik adalah model Contextual Teaching and Learning
(CTL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan penggunaan model
Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran menulis cerpen bermedia
karikatur dan untuk mengetahui dampaknya terhadap kemampuan berpikir kreatif. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi model atau
desain sequential exploratory dengan kuantitatif tipe Nonequivalent Control Group Design.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Instrumen
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi, tes, dan angket.
Instrumen tersebut dikategorikan layak setelah dilakukan uji coba instrumen dan dilakukan
analisis uji coba statistik (validitas dan realibilitas). Perhitungan penelitian ini melalui uji
rata-rata prates dan pascates, mengetahui nilai maksimum dan minimum dan uji independent
sample t-test. Hasil penelitian ini yaitu: (1) belajar menulis cerpen bermedia karikatur di kelas
XI yang menggunakan model pembelajaran CTL lebih baik dari model konvensional, (2)
kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran menulis cerpen bermedia karikatur di kelas
XI yang menggunakan model pembelajaran CTL lebih baik dari model konvensional. Dengan
demikian menunjukkan bahwa peserta didik berhasil menulis cerpen bermedia karikatur
dengan baik dan berdampak positif terhadap berpikir kreatif setelah diterapkan model CTL
dalam pembelajaran menulis cerpen bermedia karikatur.

Kata Kunci : Model Contextual Teaching and Learning (CTL), Karikatur, Cerpen, Berpikir
Kreatif.

2
ABSTRACT

Astuti, Enden 2021. Contextual Teaching And Learning (CTL) Model Using Caricature
Media in Learning to Write Short Stories and its Impact on Creative Thinking
Ability of 11th Grade Students of SMA Negeri 1 Cisarua 2020/2021. Thesis,
Indonesian Language Education Program. Postgraduate Program in Pasundan
University, Bandung. Advisor (I) Dr. Hj. Panca Pertiwi Hidayati, M.Pd. (II) Dr.
Dheni Harmaen, M.Sn.

Writing is a substantial language skill for learners to possess. However, based on The role of
the result of the preliminary study in learning to write, learners mostly are having diffiulcty to
finding thought in the process of learning to write.especially in short story writing skills. The
role of the learning model has an effect on solving learning problems. One alternative
learning model that can improve short story writing skills and have a positive impact on
students' creative thinking is the Contextual Teaching and Learning (CTL) model. This study
aims to determine the feasibility of using the Contextual Teaching and Learning (CTL) model
in learning to write short stories in caricature media and to determine its impact on creative
thinking skills. The method used in this research is a combination research method,
sequential exploration design model and Nonequivalent Control Group Design quantitative
type. This research was conducted at SMA Negeri 1 Cisarua. West Bandung Regency. The
data collection instruments in this study used observation sheets, tests, and questionnaires.
The instrument was categorized as feasible after testing the instrument and analyzing
statistical (validity and reliability) trials. The calculation of this research was through the
pretest and post-test average test, knowing the maximum and minimum values and the
independent sample t-test. The results of this study were: (1) learning to write short stories
using caricature media in class XI using the CTL learning model was better than the
conventional model, (2) the ability to think creatively in learning to write short stories using
caricature media in class XI using the CTL learning model was superiorly than the
conventional model. Thus, the study shows that students were successful in writing short
stories in caricature media well and have positive impacts on thinking creatively after the
CTL model is applied in learning to write short stories using caricature media.

Keywords: Contextual Teaching and Learning (CTL) Model, Caricature, Short Story,
Creative Thinking.

3
PENDAHULUAN

Keterampilan menulis merupakan faktor dominan adalah rendahnya peran


keterampilan yang bersifat produktif, pendidik dalam membina peserta didik
artinya keterampilan menulis merupakan agar terampil menulis.
keterampilan yang menghasilkan tulisan. Sejalan dengan pendapat tersebut
dapat penulis simpulkan bahwa tidak
Tarigan (2013, hlm. 3) menyatakan
sedikit peserta didik yang merasa
bahwa “menulis merupakan kegiatan yang
kesulitan dalam menulis karena membuat
produktif dan ekspresif.” Melalui kegiatan
sebuah tulisan melibatkan beberapa
menulis dapat tersampaikan ide, gagasan,
faktor yang harus dimiliki oleh seorang
pemikiran, dan perasaan yang dapat
penulis seperti penguasaan kosa kata
membuka gerbang ilmu pengetahuan
yang baik, daya imajinasi, kreativitas
sebagai pengantar kesuksesan”.
serta pengembangan ide tulisan yang
Menulis adalah satu di antara empa menarik.
t keterampilan berbahasa yang perlu dimili Keterampilan menulis cerpen bukanl
ki oleh peserta didik. Dengan kompetensi ah sesuatu yang dapat diajarkan melalui ur
menulis, peserta didik sebagai subjek dari aian atau penjelasan semata-mata. Peserta
aktivitas pendidikan memiliki bekal untuk didik tidak akan memperoleh keterampilan
memanfatkan kemampuan bahasa yang di menulis hanya dengan duduk, mendengark
milikinya karena menulis adalah aktivitas an penjelasan pendidik, dan mencatat penj
yang bersifat produktif yang wujudnya dap elasan pendidik. Keterampilan menulis cer
at berupa produk. Produk ini tentu tidak se pen dapat ditingkatkan dengan melakukan
kadar untuk dinilai oleh pendidik, tetapi ju kegiatan menulis cerpen secara terus-mene
ga dapat menjadi modal bagi peserta didik rus sehingga akan memengaruhi hasil dan
untuk mengarungi kehidupannya apabila d prestasi peserta didik dalam menulis cerpe
ikembangkan secara simultan. n. Untuk meningkatkan aktivitas menulis c
Adapun pendapat Abidin (2012 erpen salah satu cara adalah dengan mengg
hlm.190) menyatakan, bahwa rendahnya unakan beragam media, salah satunya med
sentuhan pendidik dalam memberikan ia gambar karikatur.
model menulis yang tepat menyebabkan Seiring perkembangan zaman,
siswa jenuh dalam menulis. Salah satu standar model pembelajaran yang baik

4
turut berkembang pula. Perubahan dan ide yang dihasilkan peserta didik
perbaikan atas konsep pendidikan yang menjadikan tulisan yang dihasilkan lebih
ada merupakan bukti adanya tuntutan bermutu. Ide-ide yang dihasilkan peserta
untuk menjadikan pendidikan yang lebih didik menjadi tulisan yang dihasilkan
baik. Bahkan keberhasilan dari suatu memiliki nilai orisinalitas yang tinggi.
pendidikan tidak dapat dilepaskan dari Berdasarkan kurikulum 2013 edisi
proses belajar mengajar yang dilakukan revisi 2017 kemendikbud (2017) tingkat
pendidik dan peserta didik. Untuk itu, SMA/MA atau SMK/MAK mata pelajaran
dalam kegiatan belajar dan pembelajaran bahasa Indonesia kelas XI terdiri atas: (1)
pendidik dituntut dapat memilih dan Menyusun Prosedur; (2) Teks Eksplanasi;
memilah model dan media yang tepat, atau (3) Teks Ceramah; (4) Teks cerita Pendek;
bahkan menggunakan model baru yang (5) Proposal; (6) Karya Ilmiah; (7)
sesuai dengan keadaan dan keinginan Resensi; (8) Drama. Salah satu dari
peserta didik. Salah satu model kedelapan mata pelajaran tersebut yang
pembelajaran yang digunakan adalah dipilih sebagai kaitannya dengan empat
model pembelajaran kontekstual atau CTL. keterampilan berbahasa dalam menulis
Senada dengan hal tersebut, adalah teks cerita pendek dengan
Hosnan (2014, hlm.267) mendefinisikan menggunakan media karikatur.
secara bahasa kata contextual berasal dari
Karikatur tidak terlepas dari muatan
kata contex berarti “hubungan, konteks,
opini dan kritik terhadap situasi suatu
suasana atau keadaan” Dengan demikian
negara. Karikatur juga mencerminkan
contextual diartikan “yang berhubungan
wajah kehidupan demokrasi. Pertimbangan
dengan suasana (konteks)”, sehingga CTL,
lain pilihan terhadap karikatur yaitu ciri
dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran
karikatur yang selalu mengumpan rasa
yang berhubungan dengan suasana
lucu, maka banyak fungsi dijalankan oleh
tertentu.
seni karikatur.
Berkaitan dengan hal tersebut
sebagaimana yang dikemukkan oleh Semi Pemilihan strategi pembelajaran
(2007, hlm.6) bahwa menulis merupakan harus tepat, supaya menarik perhatian
suatu proses kreatif memindahkan gagasan peserta didik dan tujuan pembelajaran
kedalam lambang-lambang tulisan. dapat tercapai. Strategi pembelajaran yang
Keterampilan menulis menuntut peserta tepat akan memudahkan peserta didik
didik untuk berpikir kreatif sehingga untuk menerima materi pembelajaran dari
tulisan yang dihasilkan lebih bermutu. Ide- pendidik, sehingga strategi belajar yang

5
efektif dapat memberikan pengaruh dan kebijakan. Oleh karena itu salah satu
perubahan atau membawa hasil yang cara untuk meningkatkan kemampuan
positif. menulis dan berpikir kreatif adalah dengan
menggunkan metode atau model
Peserta didik di era teknologi
pembelajaran yang dapat mengembangkan
sekarang, cenderung berpikir instan dan
kemampuan menulis dan berpikir kreatif.
praktis untuk memutuskan serta
Salah satu model pembelajaran yang dapat
melakukan suatu tindakan. Oleh karena
digunakan adalah model pembelajaran
itu, penelitian ini akan membuka dan
kontekstual.
mengubah cara berpikir peserta didik
Dari paparan di atas, maka penulis
menjadi lebih kreatif. Tentunya, jika
akan meneliti tentang Model CTL
kemampuan berpikir kreatif ditanamkan
Bermedia Karikatur dalam Pembelajaran
dan dikembangkan pada diri peserta didik,
Menulis Cerpen dan Dampaknya Terhadap
akan terbentuk sumber daya manusia yang
Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta
cerdas dan berpikir, bijaksana dalam
Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Cisarua
memutuskan, dan kritis dalam
Tahun Pelajaran 2020/2021 dengan
menyelesaikan masalah. Melatih peserta
rumusan masalah sebagai berikut.
didik dalam bidang komunikasi, baik
1. Bagaimana penerapan media
secara lisan maupun tulisan. Berlatih
karikatur dalam pembelajaran menulis
merupakan proses yang digunakan untuk
cerpen dengan menggunakan model
memperoleh kemahiran dan kecakapan.
CTL?
Oleh karena itu, menulis teks cerpen dapat
2. Bagaimanakah kemampuan berpikir
memberikan dampak untuk meningkatkan
kreatif peserta didik dalam menulis
kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
cerpen melalui CTL di kelas XI?
Untuk membuat peserta didik 3. Adakah perbedaan kemampuan menulis
mampu berpikir kreatif dalam menulis teks cerpen bermedia karikatur melalui
cerpen, peran pendidik sangat diperlukan. CTL yang menggunakan media
Ada berbagai cara yang dapat dilakukan karikatur dengan yang menggunakan
oleh pendidik untuk mampu meme?
mengembangkan kemampuan berpikir dan 4. Apakah terdapat perbedaan yang
menulis. Alwasilah (2012, hlm. 217) signifikan antara kemampuan berpikir
menegaskan bahwa harus ada keberanian kreatif di kelas CTL yang bermedia
untuk mendobrak kejumudan berkarya karikatur dengan yang menggunakan
tulis dalam tataran pendekatan, metode media meme?
6
5. Apakah penerapan media karikatur Pada penelitian kuantitatif penulis
pada pembelajaran menulis teks cerpen menggunakan desain penelitian quasi
dengan menggunakan model CTL dapat eksperimen jenis nonequivalent control
meningkatkan kemampuan berpikir group design. Pada desain ini ada dua
kreatif pada peserta didik kelas XI? kelompok yang akan diberi prestest,
perlakuan, dan posttest yaitu kelompok
METODE eksperimen dan kelompok kontrol. Namun
Penelitian ini menggunakan metode penulis mengadopsi rumusan desain
campuran atau sering disebut juga dengan nonequivalent control group design
mixed method. Pelaksanaan penelitian sehingga kelompok eksperimen dan
metode campuran ini dengan kontrol tidak dipilih secara random.
menggabungkan metode penelitian Berikut adalah rumusan yang digunakan.
kuantitatif dan kualitatif. Penelitian
campuran merupakan suatu prosedur untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan Diagram 3.1 Nonequivalent Control
mencampur metode kuantitatif dan Group Design
kualitatif dalam suatu penelitian atau
serangkaian penelitian untuk memahami
permasalahan penelitian. Menurut Keterangan:
Sugiyono (2012, hlm. 38) menyatakan
bahwa penelitian kombinasi ada dua yaitu:
“model urutan dan model campuran”.
Berdasarkan pengertian di atas,
langkah-langkah penelitian dalam desain a)
sequential exploratory terdiri atas dua O1 adalah pretest tim eksperimen
tahap, yaitu tahap pertama penelitian
b) X adalah perlakuan bagi tim
menggunakan metode kualitatif dan tahap
eksperimen
kedua menggunakan metode kuantitatif.
c) O2 adalah posttest tim eksperimen
Penelitian ini dilakukan untuk
d) O3 adalah pretest tim kontrol
mengetahui hasil kemampuan siswa dalam
pembelajaran menulis cerpen bermedia e) O4 adalah posttest tim control

karikatur dengan menggunakan model Indrawan (2014, hlm.141)


CTL terhadap kemampuan berpikir kreatif menjelaskan bahwa, pengumpulan data
peserta didik.
7
penelitian kuantitatif merupakan upaya teks cerpen yang dibuat oleh peserta didik
peneliti untuk mengumpulkan data bersifat dan dampaknya terhadap berpikir kreatif.
angka, namun bisa dikuantifisikan. Data Penelitian ini dilaksanakan di SMA
angka-angka tersebut untuk selanjutnya Negeri 1 Cisarua Kabupaten Bandung
diolah dengan menggunakan rumus kerja Barat. Populasi yang digunakan dalam
statistik. Data-data tersebut diturunkan dari penelitian ini adalah peserta didik kelas XI
variabel yang sudah dioperasionalkan, SMA Negeri 1 Cisarua Kabupaten
dengan skala ukur tertentu, yakni skala Bandung Barat.
nominal, ordinal, interval, dan ratio. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
Dalam pengumpulan data kuantitatif di kelas kontrol dan kelas eksperimen
Creswell (2015, hlm.285) mengatakan ada dengan menggunakan model dan metode
lima langkah dalam proses pengumpulan yang berbeda. Maksud diadakannya kelas
data kuantitatif yaitu, menentukan data kontrol adalah agar adanya kelas
partisipan, mendapatkan izin, pembanding untuk mengetahui sejauh
mempertimbangkan tipe informasi yang mana keefektifan metode yang akan
dikumpulkan, menyeleksi instrumen, dan digunakan. Dalam hal ini dilihat perbedaan
menghimpun data. Teknik pengumpulan pencapaian antara kelompok eksperimen
data keterlaksanaan penerapan model dengan pencapaian kelompok kontrol.
contextual Teaching and learning (CTL)
yang penulis gunakan adalah observasi dan HASIL DAN PEMBAHASAN
wawancara. Penelitian ini merupakan penelitian
penerapan model CTL pada pembelajaran
Selanjutnya untuk penelitian
menulis cerpen bermedia karikatur dan
kualitatif penulis menggunakan jenis
dampaknya terhadap kemampuan berpikir
penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono
kreatif peserta didik kelas XI SMAN 1
(2010, hlm.56), “Penelitian deskriptif yaitu
Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
penelitian yang bermaksud untuk membuat
Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan
pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-
berdasarkan hasil analisis dan temuan serta
situasi atau kejadian-kejadian.”
perhitungan yang diperoleh dari
Penelitian deskriptif pada penelitian pengolahan data yang telah dilakukan yang
ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemudian dikaitkan dengan teori yang
penerapan model CTL dalam pembelajaran mendukung penelitian.
menulis cerpen bermedia karikatur, hasil

8
1. Pembahasan terhadap digambarkan dengan pemilihan tubuh atau
Keterlaksanaan Penerapan Media wajah serta mengandung suatu makna
Karikatur dalam Pembelajaran tertentu bagi pembaca.
Menulis Cerpen dengan
Menggunakan Model CTL 2. Pembahasan terhadap
Keterlaksanaan Kemampuan
Berdasarkan data hasil observasi
Berpikir Kreatif dalam Menulis
aktivitas peserta didik menunjukkan
Cerpen Bermedia Karikatur dengan
bahwa penerapan media karikatur dalam
Menggunakan Model CTL
pembelajaran menulis cerpen dapat
Berdasarkan data hasil observasi
terlaksana dengan baik. Hal ini
aktivitas peserta didik menunjukkan
ditunjukkan dengan sebelum menerapkan
bahwa kemampuan berpikir kreatif dalam
media karikatur 93,33% peserta didik yang
menulis cerpen bermedia karikatur dengan
menyukai pembelajaran menulis cerpen.
menggunakan model CTL terlaksana
setelah menerapkan media karikatur
dengan baik. Analisis yang dilakukan
sebanyak 100 % peserta didik menyukai
penulis untuk mengetahui keterlaksanaan
pembelajaran menulis cerpen. Terjadi
kemampuan berpikir kreatif peserta didik
peningkatan respons sebesar 6,67% dan
dalam menulis cerpen bermedia karikatur
sebelum menerapkan media karikatur
dengan menggunakan model CTL meliputi
sebanyak 34,3% peserta didik merasa
aspek sebagai berikut: mampu
kesulitan. Setelah menerapkan media
mengungkapkan gagasan melalui judul,
karikatur 86,57 % peserta didik mampu
kerangka, tokoh, dan alur yang sesuai
menulis cerita yang menarik. Hal ini
dengan karikatur yang disajikan, mampu
menunjukkan adanya peningkatan
menggunakan berbagai macam cara untuk
tanggapan peserta didik terhadap
menentukan judul, kerangka, tokoh, dan
pembelajaran menulis cerpen dari sulit
alur sesuai dengan karikatur yang
menjadi mudah.
disajikan, mampu memikirkan solusi dari
Hal ini sejalan dengan yang karikatur yang disajikan berdasarkan
diungkapkan oleh Wiranata (dalam Japa pemikiran sendiri yang berbeda dengan
dkk, 2012 hlm.5) menyatakan media pemikiran orang lain, dan mampu
pembelajaran karikatur adalah media mengembangkan karikatur yang disajikan
pembelajaran yang dibuat dalam bentuk menjadi teks cerpen yang utuh.
gambar yang bermuatan humor dengan Berdasarkan hasil pengamatan
obyek manusia atau benda yang bahwa pada keempat aspek tersebut
9
diperoleh skor terendah yang diperoleh uraikan sebelumnya, menunjukkan
peserta didik pada skor 2 dan skor tertinggi kemampuan menulis cerpen kelas yang
yang diperoleh peserta didik pada skor 4. menggunakan media karikatur lebih baik
Hal ini sejalan dengan pendapat dari kelas yang menggunakan media
Hidayati (2015, hlm 17) yang mengatakan meme.
bahwa, Analisis deskriptif kualitatif
Berpikir bukanlah kegiatan yang berdiri didasarkan pada hasil pengamatan dan
sendiri, melainkan berkaitan dengan pelaksanaan penelitian, sedangkan analisis
faktor-faktor lain yang saling kuantitatif didasarkan pada pengujian
memengaruhi. Beberapa faktor penting hipotesis. Berdasarkan data kemampuan
tersebut antara lain keimanan, falsafah peserta didik dalam menulis cerpen
hidup, hati nurani, impian, dan lingkungan bermedia karikatur di kelas eksperimen
hidup (ekonomi, politik, sosial, budaya). dan kemampuan peserta didik dalam
Dengan berpikir, ide dan gagasan baru menulis cerpen bermedia meme diperoleh
akan muncul sebagai suatu pemecahan data bahwa terdapat perbedaan
masalah dari apa yang dipikirkan. Ide dan kemampuan menulis cerpen pada kelas
gagasan yang baru dihasilkan dari proses yang menggunakan media CTL maupun
berpikir kreatif. pada kelas yang menggunakan model
Berpikir kreatif akan meningkat pembelajaran konvensional dengan metode
dengan adanya keragaman pengalaman ceramah.
dan pengetahuan sehingga menambah Secara kualitatif diperoleh
timbulnya solusi baru bagi permasalahan perbedaan peningkatan kemampuan
dan produk pemikiran. menulis cerpen dengan menggunakan
media karikatur pada kelas eksperimen
dengan model pembelajaran CTL dan
kemampuan menulis cerpen menggunakan
3. Pembahasan Keberhasilan Menulis media meme pada kelas kontrol dengan
Cerpen Antara Kelas yang model pembelajaran konvensional dengan
Menggunakan Media Karikatur metode ceramah.
Melalui CTL Lebih Baik dari Kelas Hasil prates peserta didik kelas
yang Menggunakan Media Meme eksperimen dalam pembelajaran menulis
cerpen bermedia karikatur dengan
Hasil analisis deskriptif kualitatif
menggunakan model CTL. Jumlah nilai
dan analisis kuantitatif yang penulis telah
rata-rata yang diperoleh dari kegiatan
10
prates pada pembelajaran menulis cerpen nilai rata-rata yang diperoleh oleh kelas
bermedia karikatur dengan menggunakan eksperimen. Berdasarkan data hasil prates
model CTL belum mencapai KKM. dan pascates menunjukkan bahwa
Setelah melaksanakan prates, penulis peningkatan kemampuan menulis cerpen
melakukan perlakuan dengan model CTL bermedia karikatur di kelas eksperimen
untuk mengetahui peningkatan atau lebih baik daripada kelas kontrol.
penurunan dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat
Selanjutnya penulis memberikan pascates Tarigan (2013, hlm. 3) menyatakan bahwa
kepada peserta didik. Hasil pascates “menulis merupakan kegiatan yang
peserta didik kelas eksperimen dalam produktif dan ekspresif.” Melalui kegiatan
pembelajaran menulis cerpen bermedia menulis dapat tersampaikan ide, gagasan,
karikatur dengan menggunakan model pemikiran, dan perasaan yang dapat
CTL menunjukkan bahwa terjadi membuka gerbang ilmu pengetahuan
peningkatan dan pada kegiatan pascates sebagai pengantar kesuksesan”.
seluruh peserta didik mencapai KKM. Sementara itu berdasarkan uji
Sementara itu hasil prates peserta hipotesis diperoleh hasil bahwa terdapat
didik kelas kontrol, nilai yang diperoleh perbedaan yang signifikan antara kelas
dari kegiatan prates pada pembelajaran eksperimen dengan kelas kontrol pada saat
menulis cerpen bermedia meme dengan kegiatan pascates.
menggunakan model konvensional dengan Berdasarkan hasil penelitian yang
metode ceramah tersebut menunjukkan didasarkan pada pendapat ahli dalam hal
hasil yang kurang memuaskan karena apa saja yang harus diperhatikan dalam
belum mencapai KKM. Setelah penggunaan karikatur sebagai media
melaksanakan prates, penulis melakukan pendidikan, antara lain:
perlakuan dengan model konvensional a. Sesuai dengan tingkat pengalaman
dengan metode ceramah untuk mengetahui peserta didik, artinya karikatur dapat
peningkatan atau penurunan dalam dipahami peserta didik.
pembelajaran. Hasil pascates peserta didik b. Kesederhanaan. Gambar realistis,
kelas kontrol dalam pembelajaran menulis artinya dapat diproses dan dipelajari
cerpen bermedia meme menunjukkan peserta didik. Pesan atau informasi
bahwa nilai rata-rata melebihi KKM, mudah dibaca dan dipahami. Untuk
namun demikian peningkatan kemampuan itu teks yang menyertai karikatur
menulis cerpen bermedia meme di kelas dibatasi (antara 15 sampai 20 kata).
kontrol tersebut masih berada di bawah Kata-kata memakai huruf sederhana
11
dengan gaya huruf yang mudah 4. Pembahasan Keberhasilan Berpikir
terbaca. Kalimat ringkas tetapi padat, Kreatif Antara Kelas yang
dan mudah dimengerti. Menggunakan Model CTL yang
c. Karikatur hendaknya dapat Bermedia Karikatur dengan Kelas
menumbuhkan minat peserta didik yang Menggunakan Media Meme
dan dapat memberikan hubungan dengan Metode Ceramah
antara isi materi pelajaran dengan Hasil analisis deskriptif kualitatif
dunia nyata. Agar efektif, karikatur dan analisis kuantitatif yang penulis
sebaiknya ditempatkan pada konteks uraikan sebelumnya, menunjukkan
yang bermakna dengan peserta didik. kemampuan berpikir kreatif pada kelas
Peserta didik harus berinteraksi yang menggunakan model CTL lebih baik
dengan “image” untuk meyakinkan daripada kelas yang menggunakan model
terjadinya proses informasi. Telah konvensional dengan metode ceramah.
diungkapkan, bahwa karikatur Analisis deskriptif kualitatif didasarkan
termasuk ke dalam media grafis atau pada hasil pengamatan dan pelaksanaan
gambar. Karakteristik media gambar penelitian, sedangkan analisis kuantitatif
diantaranya yaitu memiiliki didasarkan pada pengujian hipotesis.
kemampuan dalam menumbuhkan Berdasarkan data kemampuan berpikir
respons peserta didik terutama pada kreatif peserta didik dalam menulis cerpen
indera penglihatannya. bermedia karikatur di kelas eksperimen
Hal tersebut senada dengan dan kemampuan berpikir kreatif peserta
pendapat Pramono (dalam Kusminarko, didik dalam menulis cerpen bermedia
2012, hlm.12) karikatur memiliki arti meme di kelas kontrol diperoleh data
sebagai gambar wajah yang didistorsikan, bahwa terdapat perbedaan kemampuan
diplesetkan, atau dipeletotkan secara berpikir kreatif pada kelas yang
karakteristik tanpa bermaksud melecehkan menggunakan model CTL maupun pada
si pemilik wajah. kelas yang menggunakan model
Media karikatur efektif digunakan konvensional dengan metode ceramah.
dalam pembelajaran menulis cerpen Secara kualitatif telah diperoleh
karena dapat membedakan secara data bahwa kemampuan berpikir kreatif
signifikan kemampuan menulis peserta peserta didik pada kegiatan prates dan
didik. pascates pada kedua kelas pun berbeda.
Hasil prates peserta didik kelas eksperimen
belum mencapai KKM, setelah
12
melaksanakan prates penulis melakukan model konvensional dengan metode
perlakuan dengan model CTL untuk ceramah.
mengetahui peningkatan atau penurunan Berdasarkan hasil penelitian yang
dalam pembelajaran. Selanjutnya penulis didasarkan pada pendapat ahli mengenai
memberikan pascates kepada peserta didik. model pembelajaran CTL yang
Hasil pascates peserta didik kelas dikemukakan oleh Adang Darmajari
eksperimen dalam pembelajaran menulis (2012., hlm.19) pembelajaran kontekstual
cerpen bermedia karikatur dengan (Contextual Teaching and Learning)
menggunakan model CTL menunjukkan merupakan suatu proses pendidikan yang
bahwa adanya peningkatan kemampuan holistik dan bertujuan memotivasi siswa
berpikir kreatif. untuk memahami makna materi pelajaran
Sementara itu hasil prates peserta yang dipelajarinya dengan mengaitkan
didik kelas kontrol, nilai yang diperoleh materi tersebut dengan konteks kehidupan
dari kegiatan prates menunjukkan hasil mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial,
yang kurang memuaskan karena belum dan kultural) sehingga siswa memiliki
mencapai KKM. Hasil pascates pengetahuan/keterampilan secara fleksibel
menunjukkan peningkatan kemampuan dapat diterapkan (ditransfer) dari satu
berpikir kreatif peserta didik namun permasalahan/konteks lainnya. Sementara
demikian peningkatan kemampuan itu, Uno dan Nurdin (2015, hlm.164)
berpikir kreatif peserta didik di kelas menyatakan, bahwa salah satu kemampuan
kontrol tersebut masih berada di bawah berpikir tingkat tinggi selain berpikir kritis
nilai rata-rata yang diperoleh di kelas yang dapat digunakan untuk memecahkan
eksperimen. Berdasarkan data hasil prates permasalahan adalah berpikir kreatif.
dan pascates menunjukkan bahwa Model Pembelajaran CTL efektif
peningkatan kemampuan berpikir kreatif digunakan dalam pembelajaran menulis
di kelas eksperimen lebih baik daripada cerpen bermedia karikatur karena dapat
kelas kontrol. Sementara itu berdasarkan membedakan secara signifikan
uji hipotesis diperoleh hasil bahwa kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
terdapat perbedaan yang signifikan antara
kemampuan berpikir kreatif kelas yang 5. Pembahasan Keberhasilan
menggunakan model CTL (kelas Penerapan Media Karikatur dalam
eksperimen) dan kemampuan berpikir Pembelajaran Menulis Cerpen
kreatif peserta didik yang menggunakan dengan Menggunakan Model CTL

13
dan Dampaknya terhadap kemampuan peserta didiknya berbeda-
Kemampuan Berpikir Kreatif beda sehingga pendidik akan kesulitan
Pembelajaran menulis cerpen dalam menentukan materi pelajaran karena
bermedia karikatur dengan menggunakan tingkat pencapaian peserta didik tadi tidak
model CTL dan dampaknya terhadap sama ; (2) Tidak efisien karena
kemampuan berpikir kreatif peserta didik membutuhkan waktu yang agak lama
yang dilakukan di kelas, tentu tidak dalam PBM; (3) Dalam proses
terlepas dari kendala dalam pembelajaran dengan model CTL akan
pelaksanaannya apalagi disaat tampak jelas antara peserta didik yang
pembelajaran daring seperti saat ini. memiliki kemampuan tinggi dan peserta
Kendala yang penulis temukan selama didik yang memiliki kemampuan kurang,
penelitian diantaranya : (1) banyak peserta yang kemudian menimbulkan rasa tidak
didik yang kebingungan dengan materi percaya diri bagi peserta didik yang
pembelajaran karena tingkat kemampuan kurang kemampuannya; (4) Bagi peserta
peserta didik yang berbeda; (2) didik yang tertinggal dalam proses
pembelajaran yang banyak menyita pembelajaran dengan CTL ini akan terus
banyak waktu, padahal ketika belajar tertinggal dan sulit untuk mengejar
daring waktu sangat terbatas; (3) terlihat ketertinggalan, karena dalam model
jelas kemampuan peserta didik yang pembelajaran ini kesuksesan peserta didik
kemampuan belajarnya tinggi dan tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri
kemampuan belajarnya yang kurang; (4) jadi peserta didik yang dengan baik
kemampuan peserta didik tidak merata; (5) mengikuti setiap pembelajaran dengan
peserta didik masih banyak yang belum model ini tidak akan menunggu teman
aktif, padahal dalam model CTL ini peserta yang tertinggal dan mengalami kesulitan;
didik dituntut harus lebih aktif. (5) Tidak setiap peserta didik dapat dengan
Hal tersebut senada dengan mudah menyesuaikan diri dan
pendapat dari mengembangkan kemampuan yang
http://ardhaphys.blogspot.co.id/2013/05/m dimiliki dengan penggunaan model CTL
odel-pembelajaran kontekstual html ini; (6) Kemampuan setiap peserta didik
menggambarkan beberapa kelemahan dari berbeda-beda, dan peserta didik yang
model CTL diantaranya: (1) Dalam memiliki kemampuan intelektual tinggi
pemilihan informasi atau materi dikelas namun sulit untuk mengapresiasikannya
didasarkan pada kebutuhan peserta didik dalam bentuk lisan akan mengalami
padahal, dalam kelas itu tingkat kesulitan sebab CTL ini lebih
14
mengembangkan keterampilan dan terhadap kemampuan anak untuk berpikir
kemampuan soft skill daripada dan berani mengemukakan gagasan baru
kemampuan intelektualnya; (7) dan ketika anak diberi kesempatan untuk
Pengetahuan yang didapat oleh setiap bekerja sesuai dengan minat dan
peserta didik akan berbeda-beda dan tidak kebutuhannya, dalam suasana inilah
merata; (8) Peran pendidik tidak terlalu kemampuan berpikir kreatif dapat tumbuh
penting lagi karena dalam CTL ini peran dengan subur.
pendidik hanya sebagai pengarah dan
pembimbing, karena lebih menuntut SIMPULAN
peserta didik untuk aktif dan berusaha Berdasarkan penerapan model CTL
sendiri mencari informasi, mengamati bermedia karikatur dalam pembelajaran
fakta dan menemukan pengetahuan- menulis cerpen dan dampaknya terhadap
pengetahuan baru di lapangan. kemampuan berpikir kreatif peserta didik
Namun pada pertemuan kedua, kelas XI SMAN 1 Cisarua tahun pelajaran
peserta didik lebih antusias dalam 2020/2021 dan pemabahasan penelitian
pembelajaran, mereka termotivasi dan yang telah dibahas pada bab sebelumnya,
bersemangat dalam mengikuti maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
pembelajaran. Peserta didik dapat
1. Penelitian yang dilaksanakan
menghasilkan produk yang baik karena
merupakan penelitian penerapan media
CTL dibangun dalam landasan
karikatur dalam pembelajaran menulis
konstruktivisme, konstruktruktivisme
cerpen dapat terlaksana dengan baik.
inilah yang menumbuhkan pemikiran
Hal ini terbukti dari proses
kreatif. Berpikir kreatif akan meningkat
pembelajaran peserta didik setelah
dengan adanya keragaman pengalaman
menerapkan media karikatur peserta
dan pengetahuan yang luas.
didik mampu menulis cerita yang
Hal ini sejalan dengan pendapat
menarik. Hal ini menunjukkan adanya
dari Munandar (2012, hlm.12) yang
peningkatan kemampuan peserta didik
mengemukakan bahwa, penelitian
terhadap pembelajaran menulis cerpen
menunjukkan, bahwa perkembangan
dari sulit menjadi mudah.
optimal dari kemampuan berpikir kreatif
2. Kemampuan berpikir kreatif peserta
berhubungan erat dengan cara mengajar.
didik dalam menulis cerpen yang
Dalam suasana non otoriter ketika belajar
bermedia karikatur dengan
atas prakarsa sendiri dapat berkembang,
menggunakan model CTL terlaksana
karena guru menaruh kepercayaan
15
dengan baik, karena dapat membedakan Sementara itu secara kuantitatif,
secara signifikan kemampuan berpikir berdasarkan uji hipotesis diperoleh hasil
kreatif peserta didik. Hal ini bahwa terdapat perbedaan yang
ditunjukkan dengan perolehan rata-rata signifikan antara kelas eksperimen
skor tertinggi adalah 4, artinya dengan kelas pada saat pascates. Hal
kemampuan berpikir kreatif peserta tersebut menunjukkan bahwa
didik meningkat. kemampuan menulis cerpen bermedia
3. Kemampuan menulis cerpen bermedia karikatur dengan kemampuan menulis
karikatur dengan menulis cerpen cerpen bermedia meme antara kelas
bermedia meme antara kelas yang yang menggunakan model
menggunakan model pembelajaran CTL pembelajaran CTL lebih baik daripada
lebih baik dari kelas yang kelas yang menggunakan model
menggunakan model konvensional. konvensional dengan metode ceramah.
Secara kualitatif diperoleh perbedaan 4. Kemampuan berpikir kreatif peserta
peningkatan kemampuan menulis didik pada kelas yang menggunakan
cerpen bermedia karikatur pada kelas model pembelajaran CTL lebih baik
eksperimen yang menggunakan model daripada kelas yang menggunakan
pembelajaran CTL dan kelas kontrol model konvensional dengan metode
yang menggunakan model ceramah. Secara kualitatif diperoleh
pembelajaran konvensional dengan perbedaan peningkatan kemampuan
metode ceramah. Hasil prates peserta berpikir kreatif pada kelas eksperimen
didik kelas eksperimen belum mencapai yang menggunakan model
KKM, setelah seluruh peserta didik pembelajaran CTL dan kelas kontrol
mencapai KKM. Sementara itu hasil yang menggunakan model
prates peserta didik kelas kontrol belum pembelajaran konvensional dengan
mencapai KKM dan setelah metode ceramah. Hasil prates peserta
melaksanakan prates penulis melakukan didik kelas eksperimen belum mencapai
perlakuan dengan model konvensional KKM, setelah seluruh itu seluruh
dengan metode ceramah nilai rata-rata peserta didik menacapai KKM.
melebihi KKM, namun demikian Sementara itu hasil prates peserta didik
peningkatan kemampuan menulis kelas kontrol belum mencapai KKM
cerpen bermedia meme di kelas kontrol dan setelah melaksanakan prates
tersebut masih di bawah nilai rata-rata penulis melakukan perlakuan dengan
yang diperoleh oleh kelas eksperimen. model konvensional nilai rata-rata
16
melebihi KKM, namun demikian pembelajaran CTL efektif digunakan
peningkatan kemampuan berpikir dalam pembelajaran menulis cerpen
kreatif di kelas kontrol tersebut masih bermedia karikatur karena dapat
berada di bawah nilai rata-rata yang meningkat secara signifikan
diperoleh di kelas eksperimen. kemampuan menulis peserta didik.
Sementara itu secara kuantitatif,
berdasarkan uji hipotesis diperoleh hasil DAFTAR PUSTAKA
bahwa terdapat perbedaan yang Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran
signifikan antara kelas eksperimen Bahasa Berbasis Pendidikan
dengan kelas kontrol pada saat kegiatan Karakter. Bandung : PT. Refika
pascates. Hal tersebut menunjukkan Aditama.
bahwa kemampuan berpikir kreatif Cresswell, John. ( 2015). Riset Pendidikan.
peserta didik kelas yang menggunakan Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
model pembelajaran CTL lebih baik Heriawan, Adang, Darmajari dan Arif
daripada kelas yang menggunakan Senjaya. (2012). Metodologi
model konvensional. Pembelajaran. Banten : LP3G.
5. Kemampuan menulis cerpen bermedia Hidayati. (2015). Pembelajaran
karikatur pada peserta didik dengan Menulis Essai Berorientasi Peta
menggunakan model CTL. Hasil Berpikir Kritis. Bandung : Prisma
analisis deskriptif dan analisis Press Produktama.
kuantitatif menunjukkan kemampuan Indrawan, R & Yaniawati. (2014).
menulis cerpen bermedia karikatur pada Metodologi Penelitian. Bandung :
peserta didik dengan menggunakan Refika Aditama.
model CTL mengalami peningkatan.
Berdasarkan data nilai rata-rata
kemampuan peserta didik pada kegiatan M. Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik
prates dan pascates mengalami dan Kontekstual dalam Pembelajaran
peningkatan kemampuan menulis Abad 21. Bogor : Ghalia Indonesia.
cerpen bermedia karikatur. Sementara Munandar, Utami. (2014). Pengembangan
itu secara kuantitatif berdasarkan uji Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :
hipotesis diperoleh hasil bahwa terdapat Rineka Cipta.
perbedaan yang signifikan antara nilai Semi, A.M. (2007). Dasar-Dasar
rata-rata prates dan nilai rata-rata Keterampilan Menulis. Bandung :
pascates peserta didik. Model Angkasa.
17
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. (2013). Menulis
sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Uno, B. Hamzah & Nurdin, Mohamad.
(2015). Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.

18

Anda mungkin juga menyukai