Anda di halaman 1dari 13

EFEKTIVITAS BAHAN AJAR CERITA RAKYAT DARI BAWEAN TERHADAP

PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK PESERTA DIDIK KELAS X


SMA NEGERI 1 SANGKAPURA

Rosa Diah Shinvani


(Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unisma)
Email: 21901071034@unisma.ac.id

Abstrak: Keterampilan menulis cerpen tidak dapat diajarkan melalui uraian atau
penjelasan semata-mata. Karena peserta didik tidak akan memperoleh keterampilan
menulis hanya dengan duduk, mendengar penjelasan, dan mencatat penjelasan
guru. Peserta didik membutuhkan stimulus berupa bahan ajar agar dapat
mengembangkan ide dan daya imajinasi yang akan dituangkan dalam pembelajaran
menulis cerita pendek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil
pembelajaran menulis cerita pendek peserta didik kelas X SMA Negeri 1
Sangkapura sebelum dan sesudah digunakan bahan ajar Cerita Rakyat dari
Bawean. Digunakannya bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean merupakan salah
satu solusi untuk merangsang ide dan daya imajinasi peserta didik sehingga dapat
menulis cerita pendek dengan tema sejarah bereferensi cerita rakyat yang
dikembangkan peserta didik setelah membaca dan mengamati penokohan, alur dan
bahkan nilai yang terkandung dalam cerita rakyat. Penelitian ini merupakan desain
penelitian quasi eksperimen dengan jenis penelitian one group pretest-posttest.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 1
Sangkapura yang berjumlah 249 peserta didik. Sedangkan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X-3 yang berjumlah 33 peserta
didik. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah tes esai. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas X-3 SMA Negeri 1 Sangkapura, hasil
tes esai pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan bahan ajar
Cerita Rakyat dari Bawean meningkat dari rata-rata nilai pretest yaitu 65,45
meningkat menjadi 74,42 nilai rata-rata posttest.

Kata Kunci: efektivitas, bahan ajar, cerita rakyat, pembelajaran menulis, cerita pendek.

PENDAHULUAN

Pembelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan


empat aspek keterampilan berbahasa yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis (Tarigan, 2018). Dalam pelaksanaannya, keempat keterampilan itu harus
mendapatkan kedudukan pembelajaran yang seimbang dalam konteks yang dialami.
Mengingat fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi, maka proses pembelajaran
berbahasa itu harus diarahkan pada tercapainya keterampilan berkomunikasi, baik secara
lisan maupun tertulis, dan secara pemahaman maupun penggunaan.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus
dikuasai peserta didik. Keterampilan menulis berperan penting dalam kehidupan sehari-
hari dan bermasyarakat. Ariana (2020) berpendapat bahwa, keterampilan menulis
menjadi salah satu syarat untuk berkecimpung dalam berbagai macam kegiatan atau
1
bidang. Hal ini mengandung pengertian bagaimana pentingnya peranan keterampilan dan
kemampuan menulis dalam kehidupan sehari-hari.
Keterampilan menulis yang tidak diimbangi dengan praktik dan pengetahuan
menjadi salah satu faktor kurang terampilnya peserta didik dalam menulis. Yuselvya
(2021) menyatakan bahwa peserta didik pada sekolah menengah atas seharusnya sudah
lebih dapat untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya secara tertulis.
Mendukung pendapat tersebut, Wahyuni et al., (2022) memaparkan bahwa sebelum
menulis karya sastra peserta didik seharusnya memahami latar karya sastra yang dia tulis.
Hal penting dalam menulis karya sastra ialah melatih kemampuan peserta didik untuk
menandai dan memahami bermacam persoalan moral, sosial, dan psikologis dari beragam
perspektif budaya hadir di masyarakat.
Cerpen merupakan salah satu genre karya sastra yang diajarkan di sekolah.
Pembelajaran menulis cerpen di sekolah termasuk salah satu dari kompetensi
pembelajaran menulis sastra. Pembelajaran tersebut tidak dapat dihindari karena materi
pembelajaran menulis cerpen tercantum dalam capaian pembelajaran berdasarkan
Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Capaian pembelajaran menulis cerpen tidak
hanya menuntut peserta didik memahami materi saja, tetapi juga menuntut peserta didik
untuk memproduksi karya sastra (Kemendikbud, 2022). Dalam hal ini peran seorang guru
sangat penting. Guru dituntut untuk menguasai dan mengajarkan pengetahuan tentang
sastra terutama cerpen sebagai dasar dalam kegiatan menulis cerpen. Selain pengetahuan
tentang sastra, peserta didik perlu memiliki pengetahuan tentang gagasan atau tema yang
akan ditulis dalam karya sastranya. Oleh karena itu, selain mengajarkan pengetahuan,
guru dituntut untuk menyajikan pengetahuan gagasan yang dapat diperoleh dari berbagai
bahan ajar yang disusun guru.
Berdasarkan hasil observasi di sekolah SMA Negeri 1 Sangkapura dan hasil
wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, didapatkan
informasi bahwa selama ini pembelajaran menulis cerpen mengalami hambatan atau
kendala pada minimnya pengetahuan peserta didik mengenai suatu hal yang ingin
dituangkan dalam gagasannya serta kurangnya inovasi dalam pembelajaran, baik dari
guru maupun peserta didik. Hal tersebut menjadikan peserta didik beranggapan bahwa
pembelajaran menulis cenderung monoton dan tidak menarik. Dari kendala-kendala
tersebut, menyebabkan peserta didik kurang dapat merangsang daya imajinasi dalam
mengembangkan ide atau gagasan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mampu
menuangkannya dalam sebuah karya hasil peserta didik itu sendiri.
2
Untuk mempermudah penulisan cerpen peserta didik, guru perlu menggunakan
bahan ajar, metode, model dan media yang bervariasi dalam pembelajaran menulis cerita
pendek. Oleh karena itu, guru harus melakukan eksplorasi terhadap apa yang dibutuhkan
dalam pembelajaran dengan memperhatikan karakter dan latar belakang peserta didik.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ambarwati et al., (2020), guru berperan strategis
dalam menajamkan bentuk nilai-nilai, pandangan serta pemikiran peserta didik. Opini,
sikap, dan pandangan guru berpengaruh pada pembentukan karakter keindonesiaan
peserta didik dan sekolah.
Melihat fenomena tersebut, peneliti menerapkan bahan ajar yang diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran menulis cerpen.
Dalam penelitian ini, peneliti memberikan alternatif pembelajaran dengan menggunakan
bahan ajar buku dengan judul Cerita Rakyat dari Bawean untuk menarik minat dan
meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran menulis cerpen bertema
sejarah.
Bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean merupakan bahan ajar berbentuk buku
yang dapat dibaca oleh peserta didik. Menurut Ambarwati et al., (2020), cerita rakyat
adalah representasi wajah budaya dari suatu masyarakat. Cerita tersebut didongengkan
dan dikisahkan secara turun temurun dan prakarsa untuk mengawetkan dongeng verbal
tersebut dalam bentuk tulisan agar dapat dibaca dan diakses oleh peserta didik.
Karini (2022) mengungkapkan bahwa penggunaan bahan ajar cerita rakyat yang
sesuai dengan daerah peserta didik diharapkan dapat menambah pengetahuan sejarah,
mendorong dan memotivasi kegiatan belajar dalam pembelajaran materi teks cerita
pendek. Diskusi dapat dilakukan setelah dibacakannya salah satu cerita rakyat yang ada
pada bahan ajar tersebut, misalnya mengenai legenda terjadinya suatu daerah, asal-usul
nama daerah, dan kisah pahlawan dari daerah tersebut. Maka peserta didik secara
langsung akan mendiskusikan kesesuaian cerita rakyat tersebut dengan unsur-unsur cerita
pendek. Setelah itu peserta didik akan berimajinasi membuat sebuah cerita pendek
bertema sejarah sesuai gagasannya masing-masing.
Berlatar belakang masalah di atas, penelitian ini fokus pada bagaimana hasil
pembelajaran menulis cerita pendek bertema sejarah peserta didik kelas X SMA Negeri 1
Sangkapura sebelum dan sesudah digunakan bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean.

3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. (Sugiyono, 2019:9)
menyatakan bahwa penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang meneliti populasi
atau sampel tertentu dan pengumpulan datanya menggunakan instrumen penelitian.
Disebut penelitian kuantitatif karena pengumpulan data pada penelitian ini berupa angka
atau nilai dari tes esai menulis cerita pendek bertema sejarah peserta didik SMA Negeri 1
Sangkapura yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan bentuk Quasi
Experimental Design. Arikunto (2019:11) menyatakan bahwa penelitian eksperimen
merupakan salah satu cara untuk mencari hubungan kausalitas (sebab akibat) antara dua
faktor yang memang ditimbulkan oleh peneliti dengan cara mengurangi atau
mengeliminasi bahkan menyisihkan faktor-faktor lain yang menggangu. Kemudian, quasi
experimental design dipakai karena ada variabel-variabel eksternal yang tidak dapat
dikontrol oleh peneliti selama penelitian (Sugiyono, 2019:118).
Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment One Group Pretest-
Posttest Design dengan satu macam perlakuan (X). Penelitian ini dilaksanakan pada
satu keompok peserta didik (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok
pembanding (kelompok kontrol). Perlakuan dalam penelitian ini adalah penggunaan
bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean dalam pembelajaran menulis cerita pendek.
Dalam metode penelitian eksperimen quasi, keefektifan bahan ajar Cerita Rakyat
dari Bawean dapat dilihat dari perbedaan nilai tes esai. Terdapat satu kelas dalam
penelitian ini dimana sebelum diberikan perlakuan, sampel dituntut untuk
mengerjakan pretest esai menulis cerita pendek (O1). Begitu pula setelah diberikan
perlakuan, sampel diberikan soal tes yang sama yaitu posttest esai menulis cerita
pendek bertema sejarah (O2).
Sugiyono (2019:117) menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan
karakteristisk tertentu yang menarik perhatian peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Berdasarkan pemaparan tersebut, populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sangkapura, yang terdaftar
pada tahun 2022/2023 sejumlah 249 yang tersebar dalam 8 kelas. Dari populasi
tersebut, diperoleh sampel penelitian ini. Sampel merupakan bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi (Sugiyono, 2019:81). Pengambilan
sampel pada penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling, yaitu
4
teknik penentuan sampel yang digunakan apabila peneliti akan menggunakan
kelompok intek (intact group), misalnya kelas disekolah. Cluster Random Sampling
dilakukan dengan cara pengocokan, diundi dengan menggunakan kertas dan
diperoleh sampel pada penelitian ini adalah peserta didik kelas X-3 dengan jumlah
33 peserta didik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini menghasilkan pembahasan yang sesuai dengan fokus penelitian
pada yang meliputi, (1) Hasil pembelajaran menulis cerita pendek peserta didik kelas
X SMA Negeri 1 Sangkapura sebelum digunakan bahan ajar Cerita Rakyat dari
Bawean. (2) Hasil pembelajaran menulis cerita pendek peserta didik kela X SMA
Negeri 1 Sangkapura sesudah digunakan bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean.

Hasil Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Peserta Didik Kela X SMA Negeri 1
Sangkapura Sebelum Digunakan Bahan Ajar Cerita Rakyat dari Bawean
Pada analisis deskriptif sebelum diberi perlakuan, data yang dianalisis yaitu data
pretest. Analisis data pretest bertujuan untuk mengetahui kondisi sampel sebelum diberi
perlakuan berupa penggunaan bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean. Adapun hasil
pembelajaran menulis cerita pendek sebelum diberi perlakuan (pretest) sebagai berikut.
Tabel 1 Nilai Pretest Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Peserta didik Kelas X
SMA Negeri 1 Sangkapura
No. Nama Nilai Kategori
1. AHA 71 Sedang
2. AIS 50 Kurang
3. AKM 78 Baik
4. AM 78 Baik
5. DNR 71 Sedang
6. DA 71 Sedang
7. FA 53 Kurang
8. FA 68 Sedang
9. H 78 Baik
10. HK 71 Baik
11. J 57 Kurang
12. MIW 50 Kurang
13. MFA 71 Sedang
14. MR 61 Sedang
15. MRE 64 Sedang
16. MDN 78 Baik
17. MJ 64 Sedang
18. MMR 64 Sedang
19. N 57 Kurang

5
No. Nama Nilai Kategori
20. NAN 71 Sedang
21. NFS 68 Sedang
22. NM 71 Sedang
23. NIZR 71 Sedang
24. NI 68 Sedang
25. NN 68 Sedang
26. RIA 64 Sedang
27. R 50 Kurang
28. RSF 53 Kurang
29. SA 68 Sedang
30. SRS 61 Sedang
31. SNJ 71 Sedang
32. SS 50 Kurang
33. SN 71 Sedang
Jumlah 2159
Mean 65.45

Adapun tabel distribusi frekuensi pretest akan dijabarkan sebagai berikut:


Statistics
Interval pretest
N Valid 33
Missing 0

Tabel 2 Persentase Perolehan Pretest


Category Range Frequency %

Sangat Baik 86-100 0 0%


Baik 73-85 5 15%
Sedang 61-72 20 61%
Kurang 49-60 8 24%
Sangat Kurang 37-48 0 0%
Total 33 100%

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui persentase perolehan nilai pretest


pembelajaran menulis cerita pendek yaitu, terdapat 5 peserta didik atau 15% berada pada
kategori baik, 20 peserta didik atau 61% di kategori sedang, dan pada kategori kurang
terdapat 8 peserta didik dengan persentase 24%.
Hasil analisis data yang telah di jelaskan di atas menunjukkan hasil pretest yang
telah dilakukan pada peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sangkapura sejumlah 33
peserta didik diperoleh nilai rata-rata atau mean sebesar 65,45. Pemaparan tersebut dapat
dikuatkan dengan data perolehan persentase hasil pretest pembelajaran menulis cerita
pendek peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sangkapura yaitu: Baik = 15%, sedang =
61%, kurang = 24% dan sangat kurang = 0%. Berdasar pada data persentase dan rata-rata
nilai pretest yaitu 65,45, dapat disimpulkan bahwa tingkat pembelajaran menulis cerita

6
pendek peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sangkapura sebelum digunakan bahan ajar
Cerita Rakyat dari Bawean dengan kualifikasi 61-72 berada pada kategori sedang. Hal ini
dapat dilihat pada perolehan nilai per aspek yang diperoleh peserta didik.
Berdasarkan pemaparan data perolehan nilai per aspek pada bab sebelumnya,
ditemukan bahwa peserta didik dengan perolehan nilai dengan kategori kurang terdapat di
aspek alur, organisasi isi dan penggunaan bahasa. Dengan jumlah 23 peserta didik pada
aspek alur belum dapat mengembangkan alur cerita, 21 peserta didik yang menuliskan
ceritanya dengan organisasi isi yang belum jelas dan 18 peserta didik belum dapat
menggunakan bahasa yang bervariasi.
Uraian di atas selaras dengan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti dalam
prosedur penelitian di tahap awal yaitu observasi sekolah dan berdasarkan hasil
wawancara bersama guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Sangkapura (2022).
Bahwasanya peserta didik merasa kesulitan dalam pembelajaran menulis. Kendala
peserta didik dalam pembelajaran menulis cerita pendek peserta didik SMA Negeri 1
Sangkapura terletak pada minimnya ide atau pengetahuan mengenai suatu hal yang akan
dituangkan, serta kurangnya inovasi dalam pembelajaran baik dari guru maupun peserta
didik. Oleh karena itu, peserta didik beranggapan pembelajaran menulis cerita pendek
merupakan kegiatan yang monoton dan tidak menarik, pada akhirnya menyebabkan
peserta didik tidak dapat merangsang daya imajinasi dan ide yang dapat dituangkan
dalam cerita pendek yang ditulisnya.
Hal ini sejalan dengan latar belakang dilakukannya penelitian oleh Widiastuti &
Werdiningsih (2022), bahwasanya kendala menulis cerpen yang terjadi pada peserta didik
sampel penelitiannya terletak pada sikap peserta didik yang kebingungan dalam
menentukan tema, kekurangan ide untuk membangun cerita, bahkan keadaan peserta
didik yang bingung untuk mencari inspirasi sering muncul di dalam kelas. Dampaknya
hasil pembelajaran kurang maksimal.
Keberhasilan pembelajaran peserta didik sangat ditentukan oleh peran guru
(Huda, 2018). Mendukung pendapat tersebut, Ambarwati et al., (2020) menyatakan
bahwa, guru berperan strategis dalam menajamkan bentuk nilai-nilai, pandangan serta
pemikiran peserta didik. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, guru haru selektif dan
berinovatif dalam pemilihan model pembelajaran, media pembelajaran dan bahkan bahan
ajar yang digunakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran menulis
cerita pendek sebelum digunakannya bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean (pretest)
7
berada di skala sedang. Hal ini terjadi karena minimnya peserta didik terhadap ide dan
pengetahuan yang akan dituangkan dalam cerita pendek. Oleh karena itu, peran guru
disini sangat dibutuhkan. Guru harus mengeksplorasi kebutuhan peserta didik agar dapat
menumbuhkan minat dan semangat belajar peserta didik sehingga hasil belajar peserta
didik sesuai dengan tujuan pembelajaran menulis cerita pendek.

Hasil Pembelajaran Menulis Cerita Pendek Peserta Didik Kela X SMA Negeri 1
Sangkapura Sesudah Digunakan Bahan Ajar Cerita Rakyat dari Bawean
Pada analisis statistik deskriptif setelah diberi perlakuan, data yang dianalisis
yaitu data posttest. Analisis data posttest bertujuan untuk mengetahui kondisi sampel
sesudah diberi perlakuan berupa penggunaan bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean.
Adapun hasil pembelajaran menulis cerita pendek setelah diberi perlakuan sebagai
berikut.
Tabel 3 Nilai Posttest Menulis Cerita Pendek Peserta didik Kelas X SMA Negeri 1
Sangkapura
No. Nama Nilai Kategori
1. AHA 82 Baik
2. AIS 68 Sedang
3. AKM 89 Sangat Baik
4. AM 86 Sangat Baik
5. DNR 75 Baik
6. DA 75 Baik
7. FA 61 Sedang
8. FA 71 Sedang
9. H 82 Baik
10. HK 75 Baik
11. J 64 Sedang
12. MIW 64 Sedang
13. MFA 89 Sangat Baik
14. MR 64 Sedang
15. MRE 82 Baik
16. MDN 89 Sangat Baik
17. MJ 68 Sedang
18. MMR 68 Sedang
19. N 71 Sedang
20. NAN 86 Sangat Baik
21. NFS 71 Sedang
22. NM 75 Baik
23. NIZR 78 Baik
24. NI 82 Baik
25. NN 71 Sedang
26. RIA 82 Baik
27. R 64 Sedang

8
No. Nama Nilai Kategori
28. RSF 64 Sedang
29. SA 71 Sedang
30. SRS 68 Sedang
31. SNJ 78 Baik
32. SS 68 Sedang
33. SN 75 Baik
Jumlah 2456
Mean 74,42

Berdasarkan skor posttest di atas, dapat dibuat tabel distribusi frekuensi posttest
yang dijabarkan sebagai berikut.
Statistics
Interval posttest
N Valid 33
Missing 0

Tabel 4 Persentase Perolehan Posttest


Category Range Frequency %
Sangat Baik 86-100 5 15%
Baik 73-85 12 36%
Sedang 61-72 16 49%
Kurang 49-60 0 0%
Sangat Kurang 37-48 0 0%
Total 33 100%

Dari tabel 4.13 dapat diketahui persentase perolehan nilai posttest pembelajaran
menulis cerita pendek yaitu, kategori sangat baik terdapat sebanyak 5 peserta didik
dengan persentase 15%, pada kategori baik terdapat 12 peserta didik atau 36%,
sedangkan pada kategori sedang terdapat 16 peserta didik dengan persentase 49%.
Hasil analisis data yang telah di jelaskan di atas, menunjukkan bahwa hasil
posttest yang telah dilakukan kepada 33 peserta didik, memperoleh nilai rata-rata atau
mean yaitu 74,42 dengan kualifikasi 73-85 yaitu baik. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hasil tes esai pembelajaran menulis cerita pendek peserta didik Kelas
X SMA Negeri 1 Sangkapura sesudah digunakan bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean
mengalami peningkatan daripada hasil tes esai pembelajaran menulis cerita pendek
sebelum digunakan bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean.
Hal yang sama juga terjadi pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Sauma et
al.,(2014) mengenai penggunaan bahan ajar yang inovatif dalam pembelajaran menulis
cerita pendek, nilai pretest dan posttest yang mengalami peningkatan setelah
diterapkannya bahan ajar inovatif berupa film kartun cerita rakyat terhadap pembelajaran
menulis cerita pendek. Dari penelitian yang telah dilakukan peneliti dan penelitian milik

9
Sauma, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan salah satu alat penting yang
harus ada dalam kegiatan belajar mengajar agar mencapai tujuan pembelajaran.
Mendukung uraian tersebut, Sriyanto (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
bahan ajar yaitu salah satu sumber belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran,
pencapaian kompetensi yang ingin dicapai serta dapat mendorong semangat belajar
peserta didik sehingga terlaksana pembelajaran efektif.
Pembelajaran efektif merupakan sebuah proses perubahan seseorang dalam
kognitif, tingkah laku dan psikomotor dari hasil pembelajaran yang didapatkan dari
pengalaman dirinya dan dari lingkungannya yang membawa pengaruh, makna dan
manfaat tertentu (Yusuf, 2017). Pendapat tersebut selaras dengan kondisi kelas X-3 SMA
Negeri 1 Sangkapura pada saat pembelajaran pertemuan kedua (posttest) berlangsung,
setelah diberikan perlakuan berupa digunakannya bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean
dalam penelitian ini. Hasil posttest menunjukkan bahwa, peserta didik sudah dapat
mengembangkan ide serta daya imajinasi melalui aspek-aspek yang ada dalam cerita
rakyat yang telah dibaca. Mulai dari tema, kisah sejarah yang terjadi, pembentukan alur
cerita, tokoh inspiratif dalam cerita rakyat, latar, amanat atau nilai yang terkandung dalam
cerita rakyat, bahkan bahasa yang digunakan penulis menunjang perkembangan
kreativitas peserta didik dalam pembelajaran menulis cerita pendek.
Peningkatan ini juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti &
Werdiningsih (2022), bahwa dalam penelitiannya peserta didik mengalami peningkatan
dalam menentukan ide untuk menulis cerpen. Ide tersebut diperoleh dengan cara
membaca kisah inspiratif dari tokoh yang ditampilkan dalam teks biografi. Kisah tersebut
lalu diolah menjadi cerita imajinatif berdasarkan kreativitas berpikir peserta didik.
Berdasarkan uraian hasil penelitian ini dan penelitian yang relevan di atas, dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menulis cerita pendek peserta didik
membutuhkan stimulus agar ide, daya imajinasi dan kreativitas mereka dapat
berkembang. Stimulus tersebut dapat berupa bahan ajar, baik yang berbentuk audiovisual
maupun bahan ajar tertulis.

10
Dengan demikian, hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas X-3 SMA Negeri
1 Sangkapura tes esai pembelajaran menulis cerita pendek dengan menggunakan bahan
ajar Cerita Rakyat dari Bawean meningkat dari rata-rata nilai pretest yaitu 65,45
meningkat menjadi 74,42 dari nilai rata-rata posttest. Pemerolehan nilai Pretest dan
Posttest dapat dilihat pada diagram 1 berikut.

Pemerolehan Pretest dan Posttest


76
74
72
70
68
66
64
62
60
PRETEST POSTTEST

Diagram 1
Pemerolehan Nilai Rata-rata Pretest dan Posttest
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian serta bahasan yang telah dilakukan pada peserta
didik kelas X-3 dapat diambil kesimpulan mengenai hasil pembelajaran menulis
cerita pendek peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sangkapura sebelum dan sesudah
digunakan bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean.
Secara lebih rinci dihasilkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, hasil
pembelajaran menulis cerita pendek sebelum digunakan bahan ajar Cerita Rakyat dari
Bawean peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sangkapura memperoleh nilai rata-rata
65,45 dengan kualifikasi nilai 61-72 yaitu sedang. Kedua, hasil pembelajaran menulis
cerita pendek setelah digunakan bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean peserta didik
kelas X SM A Negeri 1 Sangkapura memperoleh nilai rata-rata 74,42 dengan kualifikasi
nilai 73-85 yaitu baik.
Mengacu pada simpulan, maka perlunya penjelasan saran yang akan diarahkan
untuk beberapa pihak. (1) Pada peserta didik kelas X SMA Negeri 1 Sangkapura
disarankan agar banyak membaca bahan ajar atau buku-buku referensi agar ide dan
daya imajinasi dapat berkembang, memiliki banyak pengetahuan dan dengan mudah
menuangkan gagasan dalam tulisan atau karya sastra peserta didik. (2) Disarankan pada
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Sangkapura dapat menggunakan
bahan ajar Cerita Rakyat dari Bawean dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat
11
membantu merangsang daya imajinasi dan ide peserta didik, serta melestarikan cerita
rakyat Pulau Bawean dengan cara mengenalkannya kepada peserta didik di sekolah. (3)
Melestarikan dan menjaga budaya kearifan lokal Pulau Bawean. (4) Bagi peneliti lain
yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan ajar berbasis
kearifan lokal dalam pembelajaran menulis cerita pendek, penelitin ini dapat dijadikan
acuan atau referensi demi ketuntasan penelitian selanjutnya. (5) Bagi peneliti dapat
memperluas ilmu pengetahuan yang diperoleh dan dapat mengaplikasikannya di
lapangan dalam pembelajaran teks cerita pendek.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Sri Wahyuni, M.Pd. dan
Ibu Dr. Ari Ambarwati, S.S., M.Pd. sebagai dosen pendamping skripsi. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang telah memberi dorongan moral dan
materil dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, A., Sari, I. N., & Zahro, A. (2020). Pendidikan Responsif Budaya Berbasis
Objek Pemajuan Kebudayaan Daerah. Makalah prosiding : Conference Connectivity
and Sustainability: Fostering Cultural Commons in Indonesia, International
Conference on Indonesian Culture (ICONIC). Jakarta.
Ariana, D. (2020). Pengaruh Model Group Investigation Terhadap Keterampilan
Menulis Teks Berita Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 14 Kota Jambi. Thesis. Universitas Jambi.
https://repository.unja.ac.id/11218/4

Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Huda, M. (2018). Kompetensi Kepribadian Guru Dan Motivasi Belajar Siswa (Studi
Korelasi Pada Mata Pelajaran PAI). Jurnal Penelitian, 11(2), 237–266.
https://doi.org/10.21043/jupe.v11i2.3170

Karini, H. (2022). Pengembangan Materi Pembelajaran Cerita Rakyat Berbasis Budaya


Melayu Deli Dengan Berbantuan Media Quizizz Pada Siswa Kelas X MAN 2 Model
Medan. Thesis. Universitas Negeri Medan.
http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/49067

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2022. Capaian Pembelajaran Pada Pendidikan


Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah Pada
Kurikulum Merdeka.

Sauma, A., Ediwarman, E., & Herwan, H. (2014). Penggunaan Media Film Kartun
Cerita Rakyat Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Studi Eksperimen Pada Kelas

12
X SMA Negeri 4 Pandeglang. Thesis. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
http://eprints.untirta.ac.id/id/eprint/9646

Sriyanto, S. (2019). Bahan Ajar PPKN Berbasis Karakter Dan Literasi Untuk Siswa
Kelas IX SMP Al Hikmah Surabaya. Edcomtech Jurnal Kajian Teknologi
Pendidikan, 4(2), 130–142. https://doi.org/10.17977/um039v4i22019p130

Sugiyono, P. D. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed


Methods). Jakarta: Alphabet.

Tarigan. (2018). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Yogyakarta:


Angkasa.

Wahyuni, S., Ambarwati, A., Ghony, J., & Osman, Z. (2022). Model Authentic
Assessment Dalam Pembelajaran Sastra Terintegrasi Karakter Multikultural. Jurnal
Kajian Sastra. 5(2), 134–150. DOI: https://doi.org/10.26499/jentera.v11i1.4668

Widiastuti, Y., & Werdiningsih, D. D. H. M. P. (2022). Efektivitas Media Teks Biografi


terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Kompetensi Menulis Cerpen. In Penguatan
Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Melalui Diplomasi Bahasa, Sastra,
dan Budaya. 127-136. Malang: Literasi Nusantara Abadi.

Yuselvya, D. (2021). Kemampuan Menulis Teks Cerpen Siswa Kelas XI SMA Free
Methodist Medan Tahun Pembelajaran 2020/2021. Thesis. Universitas Negeri
Medan. http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/46537

Yusuf, B. B. (2017). Konsep Dan Indikator Pembelajaran Efektif. In Jurnal Kajian


Pembelajaran dan Keilmuan. 1(2). 13–20. DOI:
http://dx.doi.org/10.26418/jurnalkpk.v1i2.25082

Malang, 24 Januari 2023


Pembimbing I,

Dr. Sri Wahyuni, M.Pd.


NIP. 196808231993032003

13

Anda mungkin juga menyukai