Anda di halaman 1dari 12

Analisis Pengaruh Budaya Literasi Dalam Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah Dasar

Penulis 1,2,3,4,5,6

STKIP Muhammadiyah Kuningan

Email:

Abstract
The importance of literacy culture in building the character of elementary school students. The
background of this study is the Literature Review obtained from other people's research. The
purpose of writing this article is to describe the influence of literacy culture in shaping the
character of students in elementary schools. The method used in writing this article is a
literature review of various relevant previous research results. The writing was carried out by
means of a Literature Review literature study, using research materials in the form of journals
sourced from Google Scholar and other media, which were then appointed as a complement to
the discussion material in the research. With the research design in the form of an analysis of
descriptive forms. The subjects in this study were elementary school students. The results of the
study show that the influence of literacy culture in the formation of student character is very
influential with the existence of a literacy culture. To achieve the success of a literacy culture, it
must be supported by all elements, namely teachers, parents, and the government in order to
facilitate the formation of good character in elementary school students. Character education
that can be instilled through a literacy culture is the character values of honesty, responsibility,
social care, curiosity, communicative, and fond of reading.

ABSTRAK
Pentingnya budaya literasi dalam pembentukan karakter siswa sekolah dasar. Kajiannya
dilatar belakangi oleh Literature Review yang diperoleh dari penelitian orang lain. Tujuan
penulisan artikel ini untuk mendeskripsikan pengaruh budaya literasi dalam membentuk karakter
siswa di Sekolah Dasar. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah kajian
literatur dari berbagai hasil penelitian sebelumnya yang relevan. Penulisan dilakukan dengan
studi pustaka Literature Review, menggunakan bahan penelitian berupa jurnal yang bersumber
dari google scholar dan media yang lainnya, yang kemudian diangkat sebagai pelengkap materi
pembahasan dalam penelitian. Dengan rancangan penelitian berupa sebuah analisis bentuk
deskriptif. Subjek dalam penelitian ini Siswa siswi Sekolah Dasar. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pengaruh budaya literasi dalam pembentukan karakter siswa sangat berpengaruh dengan
adanya budaya literasi. Kesimpulannya bahwa untuk mencapai keberhasilan budaya literasi,
maka harus didukung oleh seluruh elemen yaitu guru, orang tua, serta pemerintah agar
mempermudah pembentukan karakter baik pada siswa Sekolah Dasar. Pendidikan karakter yang
dapat ditanamkan melalui budaya literasi adalah nilai karakter ejujuran, tanggung jawab, peduli
sosial, rasa ingin tahu, komunikatif, dan gemar membaca.
Kata Kunci: budaya literasi, pembentukan karakter, sekolah dasar.

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai arti khusus yaitu sebuah interaksi yang terjadi antara pendidik
dengan anak didik yang di dalamnya terdapat sebuah tujuan tertentu untuk dicapai.
Bagaimanapun manusia perlu diberi pendidikan sejak dia lahir atau usia dini, ini penting guna
memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri (Prasetya et al., 2022). Menurut (Ningrum et al.,
2019) Pendidikan karakter adalah sistem penamaan nilai-nilai karakter, yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kehendak dan tindakan menuju terwujudnya nilai-nilai tersebut dan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, orang lain, lingkungan dan kebangsaan. Aspek
yang menjadi fokus utama dari kegiatan pembelajaran Sekolah Dasar berdasarkan tujuan
pendidikan nasional adalah pembentukan karakter. Kegiatan pembentukan karakter tersebut
kemudian dikenal dengan pendidikan karakter (Ningrum et al., 2019).
Karakter sebagai dasar kepribadian manusia hasil dari internalisasi nilai-nilai yang
diyakini dan digunakan sebagai pedoman dan landasan untuk berpikir juga bertindak. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Hasan mengungkapkan karakter berupa suatu tabiat, watak, tingkah
laku, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk hasil internalisasi berbagai kabajikan
yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak seseorang. Karakter sangat penting bagi siswa, agar siswa memiliki kepribadian yang
luhur dan tingkah laku yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Literasi ialah sebuah kemampuan dalam memahami suatu informasi. Hal ini sejalan
dengan (Sari et al., 2021) mengutarakan bahwa literasi adalah kemampuan seseorang untuk
mengolah dan memahami informasi saat membaca atau menulis esai atau buku. Membaca adalah
salah satu keterampilan terpenting dalam hidup untuk mendapatkan pemahaman dan informasi
dengan benar. Siswa harus bisa membaca karena pembelajaran di sekolah berbasis membaca.
Siswa yang gemar membaca memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas. Oleh karena itu,
membaca harus menjadi kebiasaan bagi siswa untuk berhasil. Seperti dikemukakan Mulyo
(Teguh, 2013), ketika keterampilan membaca sudah tertanam dalam diri setiap anak, maka
tingkat keberhasilan di sekolah dan dalam kehidupan di masyarakat membuka peluang
keberhasilan hidup yang lebih baik.
Dalam penelitian (Sari et al., 2021) yang berjudul Budaya Literasi Sebagai Upaya
Pengembangan Karakter Pada Siswa di Sekolah Dasar Muhammadiyah Bantul Kota dipaparkan
bahwa pembiasaan literasi lambat laun akan menumbuhkan karakter positif bagi siswa-siswa.
Melalui budaya literasi akan meningkatkan kualitas diri dan membangkitkan karakter positif
pada siswa. Namun pada kenyataannya tingkat literasi di Indonesia masih rendah. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Programe for International Student Assesment (PISA)
menunjukkan bahwa pada tahun 2015 tingkat literasi Indonesia tercatat berada pada posisi ke-64
dari 72 negara. Tentu rendahnya minat baca pada seseorang dapat membawa dampak buruk, baik
bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat (Priasti & Suyatno, 2021). Banyak permasalahan
yang berkaitan juga dengan karakter siswa sekolah dasar yang sering ditemui baik disekolah
maupun dilingkungan masyarakat. Pada penelitian yang dilakukan oleh (Lestari et al., 2023)
ditemukan permasalahan yang berkenaan dengan karakter siswa yaitu adanya siswa yang
mengeluarkan bahasa yang tidak pantas kemudian siswa tidak dapat mengontrol emosi dengan
baik sehingga terjadinya kekacauan dan perkelahian. Selain itu juga penelitian yang dilakukan
oleh (Ningrum et al., 2019) ditemukan masalah yaitu tingkat rasa ingin tahu siswa di SD N
Klampok 01 Brebes masih sangat rendah, siswa masih malu untuk bertanya saat pembelajaran
berlangsung, hanya beberapa siswa saja yang sudah mulai berani mengajukan pertanyaan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengatakan bahwa perlu adanya pendidikan karakter
di sekolah. Untuk menumbuhkan pendidikan karakter di sekolah bisa dilakukan melalui budaya
di sekolah salah satunya dengan budaya literasi. Dengan budaya literasi dapat meningkatkan
potensi, kualitas diri dan karakter positif peserta didik. Dengan demikian peneliti mengambil
judul untuk artikel ilmiah ini yaitu “Analisis Pengaruh Budaya Literasi dalam Pembentukan
Karakter Siswa Di Sekolah Dasar”. Adapun tujuan penulisan artikel ilmiah ini yaitu untuk
melakukan analisis pengaruh budaya literasi dalam pembentukan karakter siswa sekolah dasar
dengan menggunakan metode kepustakaan atau kajian literatur ilmiah dari berbagai artikel yang
ada di jurnal berindeks.
METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Metode yang digunakan untuk
menulis artikel ini adalah kajian literatur dari beberapa temuan penelitian penting sebelumnya .
Dengan rancangan penelitian berupa sebuah analisis bentuk deskriptif, yaitu uraian yang teratur
dari data yang diperoleh, dilengkapi dengan pemahaman dan penjelasan untuk pemahaman para
pembaca. Peneliti mencari artikel yang dipublikasikan di Google dan Google Scholar. Fokus
topik pembahasan pada artikel ini terdiri dari kajian literatur mengenai budaya literasi dan
pendiikan karakter. Kedua topic kajian tersebut akan mengarahkan pada pemaparan mengenai
pengaruh budaya literasi terhadap pembentukan karakter siswa sekolah dasar. Tinjauan pustaka
ini menggunakan literatur yang diterbitkan antara tahun 2017 dan 2023 serta dapat diakses secara
lengkap dalam format PDF. (Latif, 2020)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Budaya Literasi
Dalam menghadapi abad 21 siswa sangat membutuhkan berbagai keterampilan
seperti keterampilan literasi dasar, kompetensi dan karakter. Literasi dasar ini berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam menggunakan keterampilan berliterasinya dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk kompetensi yaitu berkaitan dengan kemampuan siswa dalam
menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks. Kemudian karakter sendiri adalah
bagaimana sikap siswa dalam menghadapi perubahan lingkungan (Satgas GLS Ditjen
Dikdasmen dalam (Wiratsiwi, 2020)). Literasi merupakan suatu kemampuan atau
keterampilan yang di dalamnya terdapat berbagai kegiatan seperti menulis, membaca, dan
berbahasa. Sejalan dengan hal tersebut, (Sari et al., 2021) mengungkapkan bahwa Literasi
merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis,
dan bercerita siswa. Senada dengan (Yunianika & ., 2019) mengungkapkan bahwa Secara
umum, literasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengolah dan memahami
informasi ketika membaca atau menulis. Mampu membaca dan menulis memiliki banyak
keuntungan, seperti: Kemampuan untuk mengajar siswa untuk lebih membiasakan membaca
yang benar, membiasakan siswa mampu menyerap informasi yang dibaca dan dirangkum
atau informasi dalam bahasa yang mereka pahami, untuk meningkatkan keterampilan
analisis membaca siswa, bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan membaca.
Kegemaran membaca dalam diri siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
mempelajari atau membaca materi (Sari et al., 2021).
Menurut Kemendikbud dalam (Wiratsiwi, 2020) literasi didefinisikan sebagai, a)
kemampuan melakukan kegiatan baca, tulis, berhitung dan bicara serta kemampuan mencari
informasi dan menggunakannnya, b) kegiatan sosial yang dalam penerapannya dipengaruhi
oleh berbagai kondisi, c) kegiatan pembelajaran yang didalamnya terdapat kegiatan
membaca, menulis, menghitung yang digunakan untuk meningkatkan, menyelidiki,
menanyakan dan mengkritik semua hal yang telah dipelajari, d) penggunaan bacaan yang
memiliki variasi dalam hal subjek, aliran dan tingkat kerumitan bahasa.
Keterampilan literasi memiliki pengaruh penting bagi keberhasilan generasi muda.
Keterampilan literasi yang baik akan membantu generasi muda dalam memahami informasi
baik lisan maupun tertulis. Dalam kehidupan penguasaan literasi pada generasi muda sangat
penting dalam mendukung kompetensi-kompetensi yang dimiliki (Ningrum et al., 2019).
Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran di Sekolah Dasar sebaiknya menerapkan
pendekatan literasi didalamnya. Sehingga pada proses pembelajaran terbentuk dua manfaat
yang dapat diperoleh yaitu pembiasaan budaya literasi serta pembentukan karakter pada
siswa (Puspita & Santosa, 2019).
Bedasarkan hasil penelitian Muhammad sadli dan Baiq arnika Saadati (2019) dengan
judul "Analisis pengembangan Budaya Literasi Dalam Meningkatkan Minat Membaca
Siswa Sekolah Dasar". Budaya literasi dapat dioptimalkan dengan tersedianya perpustakaan
yang memadai dan nyaman untuk para siswa, adanya pagupon literasi di halaman sekolah,
dan pembuatan mading kelas setiap bulannya untuk membiasakan anak membaca dan
mencari informasi.
Terdapat tiga tahapan yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dan guru dalam
mengembangkan budaya literasi adalah, pertama perencanaan pengembangan budaya
literasi, diwujudkan dalam bentuk perumusan tujuan, perumusan program, perumusan
strategi, dan pengelolaan sarana dan prasarana. Kedua Implementasi pengembangan budaya
literasi, terdiri dari proses pembiasaan, pengembangan dan pengajaran. Ketiga evaluasi yang
dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan dari program yang telah di
implementasikan. Evaluasi dilaksanakan berupa evaluasi mingguan, bulanan dan tahunan.
(Saadati & Sadli, 2019)
Pada tahapan implementasi terdapat proses pembiasaan, proses pembiasaan dapat
dilaksanakan dengan (a) kegiatan membaca nyaring selama kurang lebih 15 menit sebelum
pembelajaran untuk kelas rendah dan membaca dalam hati untuk kelas tinggi (b) membuat
pojok baca di setiap kelas, (c) menyediakan fasilitas perpustakaan sekolah. Program budaya
literasi juga dapat dikemas dengan menciptakan lingkungan yang kaya teks, menata
perpustakaan sekolah dan perpustakaan mini di kelas, melaksanakan sabtu literasi efektif
untuk meningkatkan minat baca siswa.
Sejalan dengan (Yunianika & ., 2019) salah satu upaya untuk meningkatkan budaya
literasi, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan
Gerakan Literasi (GLS) sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang
Penumbuhan Budi Pekerti. GLS merupakan upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat
melalui pelibatan publik. Diharapkan melalui kegiatan ini dapat menumbuhkan kecintaan
membaca siswa dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus
meransang imajinasi siswa sekolah dasar.
Adapun hasil penelitian dari (Yunianika & ., 2019) dengan judul “Implementasi
Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar Dharma Karya Universitas Terbuka". Faktor
pendukung dalam GLS yang nampak adalah bahwa kepala sekolah mempunyai komitmen
yang baik untuk melaksanakan GLS, kemudian guru-guru, para siswa, dan seluruh
komponen sekolah yang lain juga terlibat andil untuk menjunjung suksesnya kegiatan GLS
di Sekolah Dasar. Sedangkan faktor kendala dalam penerapan GLS diantaranya adalah (a)
masih kurangnya buku bacaan (b) kurangnya minat membaca siswa (c) guru belum
sepenuhnya menjalankan kegiatan ini (d) kurangnya pembinaan dari pihak Dinas Pendidikan
setempat tentang GLS, (e) serta orang tua siswa yang agak acuh terhadap kebutuhan anak
dalam rangka menunjang GLS.
Sedangkan hasil penelitian dari Wendri Wirastiwi (2020) denag judul "Penerapan
Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar." Adapun solusi atau upaya-upaya yang dapat
dilaksanakan untuk mengatasi kendala selama penerapan GLS yaitu (a) mengupayakan
pemenuhan buku bacaan dan fasilitas perpustakaan dengan mengalokasikan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), (b) membebaskan siswa untuk memilih kapan saja siswa mau
membaca, tidak harus pada 15 menit sebelum pembelajaran sehingga disediakan karpet pada
pojok baca untuk siswa gunakan sebagai alas tempat duduk saat siswa ingin membaca, (c)
dalam rangka memenuhi kualitas pelaksaan GLS dengan cara berdiskusi serta bekerjasama
dengan sekolah lain pada kesempatan saat berkumpul pada kegiatan Kelompok Kerja Guru
dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) atau ke sekolah lain yang juga menjadi
sekolah rujukan GLS. (Wiratsiwi, 2020)
Maka dari itu literasi harus dibudayakan di sekolah-sekolah mulai dari jenjang
Sekolah Dasar hingga jenjang yang lebih tinggi diatasnya. Jika sudah menjadi budaya, tentu
akan membantu meningkatkan kualitas SDM di negara kita. Semakin berkualitas SDM yang
dimiliki oleh suatu negara, akan semakin maju negara tersebut.

2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan salah satu alat penyalur yang membantu
meningkatkan karakter. Salah satu upaya yang baik dari sekolah adalah pendidikan
berkarakter, yang bertujuan membentuk generasi penerus bangsa yang berbudi luhur, peduli
dan bertanggungjawab. Karakter adalah sifat atau perilaku seseorang yang dapat dibentuk
oleh faktor keluarga, lingkungan, dan masyarakat, dan dapat juga bawaan untuk
mengidentifikasi orang tersebut (Lestari et al., 2023). Sejalan dengan hal tersebut,
(Nilalohita, 2021) mengungkapkan bahwa karakter adalah sesuatu yang dapat dibentuk,
tinggal bagaimana keadaan dan dukungan lingkungan yang mempengaruhi pembentukan
karakter tersebut.
Pendidikan karakter merupakan bagian dari sistem pendidikan yang menanamkan
nilai-nilai karakter kepada peserta didik, meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan dan tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut. . Menurut Santrock dalam
(Puspita & Santosa, 2019) menyatakan bahwa Character education adalah pendidikan yang
dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan nilai moral
dan memberikan pelajaran kepada peserta didik mengenai pengetahuan moral dalam upaya
mencegah perilaku yang dilarang. Sejalan dengan hal tersebut, (Priasti & Suyatno, 2021)
mengungkapkan bahwa Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengajarkan
akhlak dan kepribadian peserta didik.
Menurut (Ningrum et al., 2019) pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan. Selanjutnya, Kristiawan dalam (Puspita &
Santosa, 2019) mengungkapkan bahwa Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan mana
yang benar dan mana yang salah, tetapi juga membentuk kebiasaan tentang apa yang baik.
Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sadar
untuk mendorong dan membentuk nilai moral peserta didik sebagai hasil dari kebajikan dan
budi pekerti yang baik.
Menurut Syarbini dalam (Ningrum et al., 2019) adapun tugas pembentukan karakter,
yang dapat dilihat dari tiga sudut pandang: (a) Tugas membentuk dan mengembangkan
potensi yaitu pembentukan karakter, membentuk dan mengembangkan potensi manusia dan
warga negara Indonesia untuk berpikir, berakal budi, dan berperilaku baik. (b) fungsi
korektif dan pemberdayaan, yaitu fungsi pembentukan karakter yang meningkatkan dan
memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam mengembangkan potensi warga negara dan
membangun bangsa untuk maju, mandiri. dan bangsa yang makmur. (c) Fungsi penyaringan,
yaitu fungsi pembentuk karakter, yang menjelaskan budaya bangsa sendiri dan menyaring
budaya bangsa lain, yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan akhlak mulia bangsa.
Nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan pada diri siswa melalui pendidikan
karakter yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan
tanggungjawab.
Pendidikan karakter menjadi salah satu upaya dalam membentuk manusia yang
memiliki karakteristik yang unggul dan berkarakter. Peran keluarga, peran sekolah dan
lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap proses penanaman dan pembentukan
karakter siswa, oleh karena itu lingkungan sekolah harus memberikan dampak positif
terhadap penanaman karakter siswa melalui kegiatan-kegiatan positif yaitu melaksanakan
Budaya literasi melalui Gerakan Literassi Sekolah (GLS)
Menurut (Susianti et al., 2021) Budaya literasi akan menanamkan berbagai karakter
baik pada siswa. Nilai karakter tersebut merupakan hasil dari budaya literasi, karakter-
karakter siswa yang terbentuk setelah mengimplementasikan budaya literasi, yaitu kejujuran
dan tanggung jawab. Nilai karakter jujur dan tanggng jawab merupakan dasar paling utama
yang harus ditanamkan pada siswa. Karena melalui nilai karakter jujur dan tanggung jawab
maka akan mempermudah untuk menumbuhkan nilai karakter-karakter baik yang lain bagi
siswa.
Kejujuran merupakan nilai tingkah laku yang didasari oleh kepercayaan, seseorang
yang memiliki karakter jujur akan lebih bersahaja dalam bertindak dan bertutur lisan
terhadap orang lain, sebab orang yang jujur lebih berharga. Karakter bertanggung jawab
merupakan suatu kewajiban untuk melakukan dan menyelesaikan tugas seseorang yang
harus dipenuhi, dan memiliki konsekuensi hukuman terhafap kegagalan. (Nur Robi Zainal
Abidin, 2020) Selain dari karakter jujur dan bertanggung jawab, terdapat beberapa karakter
lainnya yang dapat ditanamkan kepada siswa melalui budaya literasi, diantaranya:
Peduli sosial dapat mengarahkan peserta didik untuk memiliki sikap dan tindakan
yang selalu ingin membantu orang lain yang membutuhkan. Rasa ingin tahu, sikap yang
menunjukan bahwa siswa memiliki rasa ingin tahu yaitu dengan adanya siswa yang aktif dan
bertanya mengenai materi pembelajaran yang sedang dikerjakan oleh guru. Komunikatif,
merupakan tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama
dengan orang lain adalah sikap yang menunjukan komunikatif. Gemar membaca,
internalisasi pendidikan karakter gemar membaca dilakukan melalui pembiasaan dengan
membaca buku. kegemaran membaca menjadi kunci utama dalam meningkatkan kecerdasan
emosional dan sosial. (Sari et al., 2021) Melalui kegiatan literasi yang diajarkan terus
menerus kepada siswa secara konsisten dan berkelanjutan secara otomatis karakter baik akan
terbentuk dengan sendirinya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Carolina hidayah dkk dalam artikel
yang berjudul "pembentukan karakter rasa ingin tahu melalui kegiatan literasi" melalui
lembar observasi yang dilakukan di dua kelas yaitu kelas VA dan VB SDN Klampok 01
Brebes memperoleh kesimpulan bahwa melalui kegiatan literasi membaca 15 menit sebelum
pembelajaran dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar hal tersebut berpengaruh
terhadap karakter rasa ingin tahu siswa baik dalam pembelajaran ataupun hal-hal diluar
kegiatan pembelajaran. Kegiatan literasi yang dilakukan secara rutin, menjadikan siswa
sering bertanya ketika tidak memahami sesuatu yang dibaca atau hal-hal yang baru
diketahui. Rasa ingin tahu mereka tidak hanya mengenai materi pembelajaran, tetapi juga
mengenai kejadian alam yang ada disekitarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan
literasi membaca 15 menit sebelum pembelajaran dapat membentuk program penguatan
pendidikan karakter (PPK) khususnya karakter rasa ingin tahu pada siswa.
Sedangkan budaya literasi dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, sejalan dengan
artikel yang berjudul "Budaya Literasi Sebagai Upaya Pengembangan Karakter Pada Siswa
di Sekolah Dasar Muhammadiyah Bantul Kota" karya Kartikasari maya dkk bahwa SD
Muhammadiyah Bantul Kota telah mengimplementasikan budaya literasi dengan baik,
terbukti dengan tersedianya perpustakaan yang memadai dan nyaman untuk para siswa,
adanya pagupon literasi di halaman sekolah, dan mmebuat buletin kelas setiap bulan untuk
membantu anak-anak terbiasa membaca dan mencari informasi. Penugasan membaca dan
menulis ini dapat menumbuhkan karakter positif pada siswa, antara lain tanggung jawab,
keterlibatan sosial, toleransi, saling menghargai teman, disiplin, gemar membaca,
menghargai prestasi, rasa ingin tahu, rajin, kreatif. Karakter, karakter ramah/komunikatif,
karakter cinta damai dan kepedulian terhadap lingkungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya
literasi sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa Sekolah Dasar. Literasi
memiliki berbagai manfaat diantaranya, dapat melatih diri siswa untuk lebih terbiasa dalam
membaca dengan benar, membiasakan siswa untuk dapat menyerap informasi atau pengetahuan
yang dibaca dan dir angkum dengan menggunakan bahasa yang dipahaminya, meningkatkan
kemampuan analisis bacaan pada siswa, menumbuhkan karakter gemar membaca pada siswa,
dan meningkatkan kompetensi siswa dalam mengkaji suatu materi atau bacaan.
Penerapan budaya literasi dapat mempengaruhi terhadap peningkatan karakter pada
siswa di Sekolah Dasar. Budaya literasi harus ditanamkan sejak dini pada tingkat Sekolah Dasar
serta secara berkesinambungan akan mampu membentuk karakter baik pada siswa Sekolah dasar.
Budaya literasi di Sekolah Dasar dapat diimplementasikan sejalan dengan adanya kebijakan dari
Permendikbud yang telah merancang Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS merupakan upaya
untuk menumbuhkan budi pekerti kepada siswa Sekolah Dasar.Selain guru dan orang tua,
pemerintah harus bersinergi untuk mendukung pelaksanaan gerakan literasi.
Pendidikan karakter adalah usaha sadar untuk menciptakan dan membentuk nilai-nilai
moral peserta didik melalui kebajikan dan perilaku yang baik. Melalui kegiatan literasi yang
terus menerus diajarkan kepada siswa secara konsisten dan berkesinambungan, karakter yang
baik terbentuk dengan sendirinya secara otomatis. Budaya literasi akan menanamkan berbagai
karakter baik pada siswa. karakter-karakter siswa yang terbentuk setelah mengimplementasikan
budaya literasi, yaitu kejujuran dan tanggung jawab. Nilai karakter kejujuran dan tanggung
jawab merupakan dasar paling utama yang harus ditanamkan pada siswa, karena melalui nilai
karakter jujur dan tanggung jawab maka akan mempermudah untuk menumbuhkan nilai
karakter-karakter baik yang lain bagi siswa. Terdapat beberapa karakter lainnya yang dapat
ditanamkan kepada siswa melalui budaya literasi, diantaranya: Peduli sosial, Rasa ingin tahu,
Komunikatif, dan Gemar membaca.

DAFTAR PUSTAKA
Latif, A. (2020). Peran Literasi Teknologi Informasi Dan Komunikasi Pada Pembelajaran Jarak
Jauh Di Masa Pandemi Covid-19. EduTeach : Jurnal Edukasi Dan Teknologi
Pembelajaran, 1(1), 11–20. https://doi.org/10.51878/edutech.v1i1.176
Lestari, D. I., Alfira, Lutfitasari, D., & Nasution, H. A. (2023). Membentuk Karakter Siswa SD
Negeri 1019142 Bengkel Melalui Gerakan Literasi Sekolah. Midang, 1(1), 29–32.
Nilalohita, C. S. (2021). Budaya Literasi Dalam Pembentukan Karakter Siswa di Taman Baca
(Vol. 7).
Ningrum, C. H. C., Fajriyah, K., & Budiman, M. A. (2019). Pembentukan Karakter Rasa Ingin
Tahu Melalui Kegiatan Literasi. Indonesian Values and Character Education Journal, 2(2),
69–78.
Nur Robi Zainal Abidin. (2020). Literasi Membaca Sebagai Upaya Pembentuk Karakter Peserta
Didik (Jujur dan Bertanggung Jawab). Seminar Nasional Pascasarjana 2020, 3(1), 791–
797. https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snpasca/article/view/669
Prasetya, F., Fahrozy, N., Nurdin, A. A., & Hadiansyah, Y. (2022). Attadib : Journal of
Elementary Education. 6(2), 237–254.
Priasti, S. N., & Suyatno, S. (2021). Penerapan Pendidikan Karakter Gemar Membaca Melalui
Program Literasi di Sekolah Dasar. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan
Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 7(2), 395.
https://doi.org/10.33394/jk.v7i2.3211
Puspita, A. M. I., & Santosa, A. B. (2019). Peran Budaya Literasi Pada Peningkatan Karakter
Siswa Sekolah Dasar. Pedagogia : Jurnal Pendidikan, 8(1), 105–113.
https://doi.org/10.21070/pedagogia.v8i1.2032
Saadati, B. A., & Sadli, M. (2019). Analisis Pengembangan Budaya Literasi Dalam
Meningkatkan Minat Membaca Siswa Di Sekolah Dasar. TERAMPIL: Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran Dasar, 6(2), 151–164. https://doi.org/10.24042/terampil.v6i2.4829
Sari, M. K., Rulviana, V., Suyanti, S., Budiartati, S., & Rodiyatun, R. (2021). Budaya Literasi
Sebagai Upaya Pengembangan Karakter pada Siswa di Sekolah Dasar Muhammadiyah
Bantul Kota. ELSE (Elementary School Education Journal) : Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Sekolah Dasar, 5(1), 112. https://doi.org/10.30651/else.v5i1.6382
Susianti, T. S., Salimi, M., Arsy, R. A., & Hidayah, R. (2021). Dampak Implementasi Gerakan
Literasi Sekolah pada Sikap Peserta Didik di SD N 1 Pandowan. Edukasi: Jurnal Penelitian
Dan Artikel Pendidikan, 13(1), 55–68.
http://journal.unimma.ac.id/index.php/edukasi/article/view/5051
Teguh, M. (2013). Gerakan literasi sekolah dasar. 18–26.
Wiratsiwi, W. (2020). Penerapan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar. Refleksi
Edukatika : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 10(2), 230–238.
https://doi.org/10.24176/re.v10i2.4663
Yunianika, I. T., & . S. (2019). Implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar
Dharma Karya Universitas Terbuka. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 3(4), 507.
https://doi.org/10.23887/jisd.v3i4.17331

Anda mungkin juga menyukai