Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan kegiatan awal yang sangat penting terutama di dunia

Pendidikan. Membaca merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi

tersebut tidak langsung, namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan

penulis akan semakin baik jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik.

Pembaca hanya dapat berkomunikasi dengan karya tulis yang digunakan oleh

pengarang sebagai media untuk menyampaikan gagasan, perasaan, dan

pengalamannya.1

Membaca merupakan salah satu upaya yang sangat penting dalam proses belajar

mengajar. Membaca merupakan salah satu langkah yang sangat menentukan berhasil

atau tidaknya proses belajar mengajar yang diharapkan. Dengan membaca berarti kita

menerjemahkan, menginterprestasikan tanda-tanda atau lambang-lambang dalam

bahasa yang dipahami oleh pembaca. Konsep pendidikan yang dianut di negara kita

adalah konsep pendidikan sepanjang hayat (life long education). Hal ini sejalan

dengan kewajiban setiap manusia untuk selalu belajar sejak dilahirkan sampai akhir

hayatnya.2

Keterampilan membaca merupakan salah satu dasar bagi seseorang untuk

memperoleh pengetahuan. Membaca merupakan suatu proses memahami isi dari teks
1
Haryadi, Retorika Membaca : Model, Metode, dan Teknik. (Semarang : Rumah Indonesia,
2010), hal.77.
2
Jurnal Hanata Widya, Pengaruh Program Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat Baca
Siswa Di Sd Islam Terpadu Muhammadiyah An-Najah, (Jatinom Klaten, 2017), hal.6.
2

dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca, mempunyai peranan yang utama dalam

membentuk makna. Melalui kegiatan membaca siswa mampu memperoleh banyak

pengetahuan. Oleh sebab itu, guru sebaiknya memiliki perhatian khusus dalam

kompetensi membaca ini karena selain manfaatnya yang besar bagi siswa, membaca

merupakan kegiatan yang kompleks.3

Hal ini sejalan dengan ajaran islam itu sendiri, sebagaimana kita ketahui bahwa

salah satu tugas utama dari seorang muslim yaitu membaca, sebagaimana terdapat

pada surat al-alaq ayat 1 yaitu :

‫اْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ي َخ َلَق‬

Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.” (QS An-

Alaq:1). 4

Tujuan membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi, mencakup isi,

serta memahami makna bacaan. Makna (arti) erat sekali hubungannya dengan

maksud dan tujuan dalam membaca. Anderson mengemukakan bahwa tujuan utama

membaca adalah mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan dapat

memahami makna bacaan. Sesuai dengan hal yang telah dipaparkan diatas mengenai

tujuan membaca, dapat disimpulkan secara umum bahwa tujuan membaca adalah

sebagai alat untuk memperoleh informasi ilmu atau apa saja sesuai dengan kebutuhan

3
Dalman,M.Pd : Motivasi Minat baca. (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2014), hal.213.
4
Al-Qur’an Tajwid & Terjemah. Diterjemahkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an.
Jakarta : Lajnah Pentasihan Mushaf Al-Qur’an : 2014. hal.597.
3

atau minat seseorang anak. Adapun Kemdikbud RI telah meluncurkan Gerakan

literasi sekolah (GLS).5

Gerakan literasi sekolah (GLS) yang telah diluncurkan oleh Kemdikbud RI tahun

2015 lalu belum dapat dilaksanakan di semua sekolah. Masing-masing sekolah

mempunyai keadaan yang berbeda-beda, mungkin juga berada pada tahapan literasi

yang berbeda pula. Program untuk membuat siswa-siswanya gemar membaca.

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan mengakses,

memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas,

antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. Gerakan

Literasi Sekolah (GLS) adalah sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan

berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang

warganya terbiasa sepanjang hayat melalui pelibatan publik.6

Adapun karakteristik program literasi di sekolah yaitu, literasi tidak hanya

berkaitan dengan bacaan tertulis tapi juga berbasis teknologis. Pendidikan Literasi

dilakukan berdasarkan jenis tingkatannya. Clay dan Ferguson mengemukakan literasi

menjadi; literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi

teknologis, dan literasi visual.7

Di salah satu sekolah yang ada di Sidomulyo yaitu MI Islamiyah Sidomulyo

ditemukan tentang suatu ciri khas dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

5
Djago, Tarigan. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangan, (Bandung
Bumi Aksara, 1986), hal.10.
6
Kemendikbud. Penumbuhan Budi Pekerti. (Jakarta : Kemendikbud, 2015), hal.19.
7
Pangesti, wiedarti dkk. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. (Jakarta : Direktoral Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), hal.7.
4

(GLS). MI Islamiyah Sidomulyo merupakan salah satu sekolah yang terletak di Jl.KH

Bustamil Karim Sidomulyo, Negerikaton. Sebagaian besar siswa kelas 2 MI

Islamiyah Sidomulyo, memiliki minat literasi yang rendah, hal ini dibuktikan dengan

pernyataan dari ibu Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd selaku wali kelas 2. Sebagai

berikut “ Literasi membaca siswa kelas 2 rendah karena masih banyak siswa kelas 2

yang malas membaca saat diberi tugas membaca, kurangnya buku-buku di sekolah,

dan ada beberapa siswa yang belum bisa membaca”.8

Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait tentang

“Penerapan Program Gerakan Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Keterampilan

Membaca di kelas II MI Islamiyah Sidomulyo”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Identifikasi masalah adalah temuan-temuan yang dapat di teliti, bertujuan agar

peneliti mendapatkan sejumlah masalah yang dapat diteliti terkait dengan masalah

pokoknya. Adapun identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi Masalah

a. Kurangnya minat baca pada siswa

b. Kurangnya buku-buku di sekolah

c. Adanya beberapa siswa yang belum bisa membaca

8
Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd, Wawancara dengan Guru Kelas II MI Islamiyah, Sidomulyo
30 November 2022
5

2. Batasan Masalah

Batasan masalah yang peneliti lakukan yaitu : “Penerapan Program

Gerakan Literasi Sekolah di MI Islamiyah Sidomulyo”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu : “Bagaimana Program Gerakan Literasi Sekolah dalam

Meningkatkan Keterampilan Membaca di Kelas II MI Islamiyah Sidomulyo?”

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui yaitu : “untuk mengetahui Penerapan Program Gerakan Literasi

Sekolah dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca di Kelas II MI Islamiyah

Sidomulyo”.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan

mempunyai manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang akan dilakukan di MI

Islamiyah Sidomulyo Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran. Diantara

manfatnya adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak sekolah khususnya guru

kelas II MI Islamiyah Sidomulyo agar lebih konsisten dan serius dalam

memberikan Penerapan Gerakan Literasi Sekolah, agar peserta didik memiliki

minat baca yang lebih tinggi. Penelitian ini juga diharapkan dapat mendukung
6

teori-teori yang berhubungan dengan Penerapan Program Gerakan Literasi

Sekolah dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca di Kelas II MI

Islamiyah Sidomulyo.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan

pertimbangan dalam Penerapan Program Gerakan Literasi.

b. Bagi guru diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan

acuan serta menerapkan kebiasaan untuk menyampaikan penerapan

program tersebut pada siswa.

c. Bagi siswa diharapkan selalu mengikuti Penerapan Program Gerakan

Literasi.

d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu menjadi skripsi yang

berkualitas sehin gga mampu meluluskan peneliti nilai memuaskan.

e. Bagi peneliti selanjutnya, peneliti ini diharapkan mampu menjadi referensi

bagi penelitian selanjutnya dan bisa dikembangkan menjadi penelitian

yang lebih sempurna.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penulusuran karya-karya dan penelitian dengan

tema yang sama atau mirip dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian

terdahulu yang penulis ambil sebagai bahan perbandingan adalah sebagai

berikut :
7

1. Skripsi yang berjudul “ Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah

Untuk Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Kelas III Di SDN Pohgading”

ditulis oleh Lestari Wijayanti Universitas Muhammadiyah Mataram Tahun

2021. Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan program gerakan literasi

sekolah dalam menumbuhkan minat baca siswa kelas III SDN 10 Pohgading,

serta factor pendukung dan factor penghambat pelaksanaan implementasi

program gerakan literasi sekolah pada siswa kelas III SDN 10 Pohgading.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan

kualitatif dengan desain studi kasus, data yang dikumpulkan dengan

menggunakan tringulasi yaitu dengan teknik observasi, wawancara dan

dokumentasi. Implementasi pada tahap pembiasaan di SDN 10 Pohgading

yaitu membaca buku pelajaran dan non pelajaran selama 15 menit sebelum

memulai pelajaran. Selain itu, biasanya guru juga menganjurkan siswa untuk

meluangkan waktunya membaca buku di perpustakaan di waktu istirahat.

Ada factor pendukungnya pada umumnya berkaitan dengan kesadaran warga

sekolah terhadap pentingnya budaya literasi, fasilitas fisik yang memadai

seperti, koleksi buku bacaan, perpustakaan mini dan pojok baca. Sedangkan

factor penghambat dalam kegiatan ini yaitu sekolah belum mempunyai

ruangan khusus untuk perpustakaan. 9

9
Lestari Wijayanti, Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah Untuk Menumbuhkan
Minat Membaca Siswa Kelas III Di SDN 10 Pohgading (Pohgading : SDN 10 Pohgading, 2021),
hal.1.
8

Adapun persamaan dari skripsi yang ditulis oleh Lestari Wijayanti

yaitu sama-sama menggunakan penelitian deskriptif yang menggunakan

pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus, data yang dikumpulkan

dengan menggunakan tringulasi yaitu dengan teknik observasi, wawancara

dan dokumentasi dan pembiasaan membaca buku pelajaran dan non pelajaran

selama 15 menit sebelum memulai pelajaran, dan juga sekolah belum

mempunyai ruangan khusus untuk perpustakaan. Dan adapun perbedaan dari

skripsi dan peneliti yaitu tempat penelitian, objek penelitian dari skripsi yaitu

di SDN Pohgading dan tempat peneliti yaitu di MI Islamiyah Sidomulyo.

2. Skripsi yang berjudul “ Hubungan Budaya Literasi Melalui Program GLS

Dalam Menumbuh Kembangkan Minat Baca Siswa SDN Sungguminasa III

GOW” ditulis oleh Muh Khairul Aswar Universitas Muhammadiyah

Makassar Tahun 2020. Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan Budaya

Literasi melalui program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dalam menumbuh

kembangkan minat baca siswa di SD Negeri Sungguminasa III Gowa

berdasarkan dari segi implementasi serta peran pihak sekolah dalam

mendukung program GLS di SD Negeri Sungguminasa III Gowa. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian deskriptif

kualitatif. Adapun objek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri

Sungguminasa III Gowa tahun ajaran 2015/2016. Sumber data dalam

penelitian ini terbagi atas dua yakni sumber data primer dan data sekunder

yang diperoleh dari wawancara, kuesioner (angket), observasi, studi


9

dokumentasi, studi kepustakaan. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan 3 tahap yaitu data reduction, data display, dan Conclusion

drawing/Verification. Program GLS di SD Negeri Sungguminasa III Gowa

mulai diterapkan pada tahun 2016 yang merupakan bentuk kebijakan

pemerintah dalam mewujudkan budaya literasi bagi siswa melalui kegiatan

membaca 15 menit setiap dari sebelum pelajaran dimulai, sebagaimana

tertuang dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015. Berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa: (1) Budaya literasi melalui

implementasi GLS dalam menumbuh kembangkan minat baca peserta didik

SD Negeri Sungguminasa III Gowa belum berjalan efektif dari segi tahap-

tahap pelaksanaan. Namun, melalui tahap pembiasaan dalam wujud

menumbuh kembangkan minat baca siswa SD Negeri Sungguminasa III

Gowa telah dilihat dari kegiatan siswa di dalam kelas sebelum memulai

pelajaran, telah membiasakan diri untuk membaca selama 15 menit. (2) Peran

pihak sekolah dalam mendukung program GLS di SD Negeri Sungguminasa

III Gowa melalui penyediaan sarana dan pasarana, serta arahan dan motivasi

guru maupun pustakawan terhadap siswa dalam tahap pembiasaan merupakan

wujud kerjasama seluruh pihak sekolah SD Negeri Sungguminasa III Gowa

dalam menumbuh kembangkan minat baca siswa.10

10
Muh Khairul Aswar, Hubungan Budaya Literasi Melalui Program Gerakan Literasi
Sekolah Dalam Menumbuhkembangkan Minat Baca Siswa Kelas IV SDN Sungguminasa III Gowa,
(Sunggumianasa Gowa : SD N Sungguminasa, 2020), hal. 8.
10

Adapun persamaan dari skripsi yang ditulis oleh Muh Khairul Aswar

yaitu sama-sama menggunakan penelitian deskriptif yang menggunakan

pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus, data yang dikumpulkan

dengan menggunakan tringulasi yaitu dengan teknik observasi, wawancara

dan dokumentasi. Dan perbedaan dari skripsi dan peneliti yaitu objek

penelitian, peneliti dari skripsi yaitu di SD Negeri Sungguminasa III Gowa

dan tempat peneliti yaitu di MI Islamiyah Sidomulyo.

3. Jurnal yang berjudul “ Peran Guru dan Orang Tua Dalam Penerapan Gerakan

Literasi Sekolah Di SD Negeri Winduaji 03” ditulis oleh Meli Septiani

Universitas Peradaban Tahun 2019/2020. Jurnal ini bertujuan untuk

mengetahui peran guru dan orang tua dalam penerapan gerakan literasi di SD

Negeri Winduaji 03. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan

peneliti adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh

dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru dalam penerapan gerakan

literasi sekolah di SD Negeri Winduaji 03 adalah sebagai fasilitator,

pengarah, evaluator, pengelola kelas dan penasehat. Sedangkan peran orang

tua adalah sebagai contoh (teladan), penasehat, dan fasilitator. 11

Adapun persamaan dari jurnal yang ditulis oleh Meli Septiani yaitu

sama-sama menggunakan penelitian deskriptif yang menggunakan

11
Meli Septiani, Peran Guru dan Orang Tua dalam Penerapan Gerakan Literasi Sekolah di SD
Negeri Winduaji, (Winduaji : SD Negeri Winduaji, 2020), hal.459.
11

pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus, data yang dikumpulkan

dengan menggunakan tringulasi yaitu dengan teknik observasi, wawancara

dan dokumentasi. Dan perbedaan dari jurnal dan peneliti yaitu objek

penelitian, peneliti dari jurnal yaitu di SD Negeri Winduaji 03 dan tempat

peneliti yaitu di MI Islamiyah Sidomulyo.

4. Jurnal yang berjudul “ Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Di SD Muhammadiyah Sokodandi ” ditulis oleh Denggan Septiary

Universitas Negeri Yogyakarta. Jurnal ini bertujuan untuk : (1)

mendeskripsikan pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di

SD Muhammadiyah Sokonandi; (2) mendeskripsikan factor yang mendukung

dan menghambat dalam pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SD

Muhammadiyah Sokonandi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

kualitatif dengan subjek kepala sekolah, pendidik serta peserta didik. Metode

pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik wawancara, dan

studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) dalam

pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) mengikuti panduan

yang diterbitkan Kemendikbud, namun dilakukan pengembangan secara

mandiri sesuai visi dan misi sekolah ini merupakan sekolah berbasis agama

islam; (2) factor pendukung yang ditemukan dalam proses pelaksanaan

program GLS yaitu : (a) sarana dan prasarana yang memadai yaitu 2 unit

perpustakaan, pojok baca, laboratorium computer, lingkungan yang literat (b)

alokasi dana yang memadai (c) terjalin kerjasama dengan beberapa lembaga
12

(d) pemanfaatan media. (3) factor penghambat yang ditemukan dalam proses

pelaksanaan program GLS yaitu : (a) perbedaan kemampuan dan inisiatif

SDM (b) kurangnya strategi pemusatan perhatian literasi terhadap peserta

didik (c) penyelenggaraan kegiatan pendukung literasi yang tidak sesuai

penjadwalan. 12

Adapun persamaan dari jurnal yang ditulis oleh Denggan Septiary

yaitu sama-sama menggunakan penelitian deskriptif yang menggunakan

pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus, data yang dikumpulkan

dengan menggunakan tringulasi yaitu dengan teknik observasi, wawancara

dan dokumentasi. Dan perbedaan dari jurnal dan objek penelitian, peneliti

dari jurnal yaitu di SD Muhammadiyah Sokodandi dan tempat peneliti yaitu

di MI Islamiyah Sidomulyo.

5. Jurnal yang berjudul “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Tahap

Pembiasaan di MI Muhammadiyah Gandatapa Sumbang Banyumas ” ditulis

oleh Indah Wijaya Antasari IAIN Purwokerto. Gerakan ini memiliki tiga (3)

tahapan, yaitu pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Sebagai

sekolah yang baru berdiri empat (4) tahun, MI Muhammadiyah Gandatapa

berada pada tahap pertama adalah pembiasaan. Rumusan masalah

penelitiannya adalah bagaimana implementasi gerakan literasi sekolah tahap

pembiasaan di MI Gandatapa Sumbang Banyumas. Penelitian ini

12
Denggan Septiary, Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Di SD
Muhammadiyah Sokonandi. (Sokodandi : SD Muhammaiyah 2013), hal.159.
13

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan dengan teknik

pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan literatur. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa program gerakan literasi sekolah di MI Muhammadiyah

Gandatapa yang telah diimplementasikan antara lain dengan membacakan

buku teks dengan keras, fasilitas yang kaya literasi berupa kolam ikan dan

kebun, menciptakan lingkungan yang kaya literasi meski masih minim,

keterlibatan masyarakat luas. Pihak sekolah sudah memiliki hubungan

komunikasi yang baik dengan orang tua dalam hal memberikan motivasi

belajar pada anak.13

Adapun persamaan dari jurnal yang ditulis oleh Denggan Septiary

yaitu sama-sama menggunakan penelitian deskriptif yang menggunakan

pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus, data yang dikumpulkan

dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Dan

perbedaan dari jurnal dan peneliti yaitu objek penelitian, peneliti dari jurnal

yaitu di SD MI Muhammadiyah Gandatapa dan tempat peneliti yaitu di MI

Islamiyah Sidomulyo.

13
Indah Wijaya Antasari, Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Tahap Pembiasaan di MI
Muhammadiyah Gandatapa Sumbang Banyumas, (Gandapata Sumbang Banyumas : MI
Muhammadiyah, 2017), hal.14.
14

BAB II
LANDASAN TEORI

A. DESKRIPSI TEORI
a. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan literasi sekolah (GLS) yang telah diluncurkan oleh

Kemdikbud RI tahun 2015 lalu belum dapat dilaksanakan di semua sekolah.

Masing-masing sekolah mempunyai keadaan yang berbeda-beda, mungkin

juga berada pada tahapan literasi yang berbeda pula. MI Muhammadiyah

Gandatapa yang terletak di kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas

merupakan salah satu sekolah yang belum dapat menjalankan anjuran

membaca 15 menit sebelum pelajaran berlangsung. Namun bukan berarti

tidak mempunyai program untuk membuat siswa-siswanya literat.14

Pengertian Literasi Sekolah dalam konteks GLS adalah kemampuan

mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui

berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis,

dan/atau berbicara. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah sebuah upaya

yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan

sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang

hayat melalui pelibatan publik.15

14
Faizah, Dewi Utami dkk. (2016). Panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud RI. hlm 2
15
Ibid., 1.
15

b. Karakteristik Gerakan Literasi Sekolah


Literasi bukan lagi istilah baru dalam upaya melakukan pembaruan

keberaksaraan di Indonesia. Pendidikan literasi menjadi basis edukasi

keterbacaan peserta didik di sekolah. Secara sederhana literasi dari segi istilah

dapat dipahami sebagai proses belajar mengakses informasi bacaan. Hal ini

sebagaimana dijelaskan oleh Kalida dan Mursyid (2014: 5) bahwa istilah

literasi mengacu pada huruf sehingga terkadang diterjemahkan sebagai

keaksaraan. Ini sesuai dengan makna harfiah bahwa literasi adalah

kemampuan membaca dan menulis. Berdasarkan istilah itu, orang yang tidak

bisa membaca disebut orang yang buta aksara. Literasi pada dasarnya

berkenaan dengan keaksaraan, orang yang memiliki kemampuan membaca

dan menulis disebut melek akasara atau melek huruf.16

Saat ini, literasi telah berkembang tidak hanya berkaitan dengan

bacaan tertulis tapi juga berbasis teknologis. Pendidikan literasi dilakukan

berdasarkan jenis tingkatannya. Clay dan Ferguson (Wiedarti, dkk, 2016: 7)

mengemukakan jenis literasi menjadi; (a) literasi dini, (b) literasi dasar, (c)

literasi perpustakaan, (d) literasi media, (e) literasi teknologis, dan (f) literasi

visual.

a) Literasi Dini
Literasi dini menitikberatkan kemampuan menyimak peserta

didik. Penyimakan ini untuk memahami bahasa lisan dan

16
Kalida, Muhsin dan Mursyid, Moh. 2014. Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri, Cet.1.
Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo.
16

berkomunikasi melalui visual gambar dan lisan. Pembentukannya

dilakukan melalui pengalaman peserta didik melalui proses

berkomunikasi menggunakan bahasa ibu. Penggunaan bahasa ibu

sangat menentukan kecakapan literasi peserta didik sebagai fondasi

perkembangan literasi dasar.

Usia dini biasa disebut juga sebagai golden age (usia emas).

Penyediaan bahan bacaan harus memerhatikan karakterisik peserta

didik. Berkaitan dengan hal ini sebagaimana Aisyah, dkk (2010)

mengemukakan tujuh karakteristik anak usia dini, yaitu; (1)

memiliki rasa ingin tahu yang besar, (2) merupakan pribadi yang

unik, (3) suka berfantasi dan berimajinasi, (4) masa paling

potensial untuk belajar, (5) menunjukkan sikap egosentris, (6)

memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, dan (7) sebagai

bagian dari makhluk sosial.

Literasi yang dilakukan akan sangat membantu pertumbuhan

dan perkembangan kecerdasan bahasa peserta didik. Melalui

literasi akan menstimulus perkembangan mental anak dengan

pengenalan lingkungan dan penggunaan bahasa ibu yang mereka

pahami. Literasi dini dapat digunakan sebagai program untuk

menstimulus enam kecerdasan bagi anak secara dini, yaitu;

pengenalan agama dan moral, fisik motorik, pengembangan

kognisi, stimulus sosial-emosional, dan pembentukan daya seni.


17

b) Literasi Dasar (Basic Literacy)


Literasi dasar menumbuhkan kemampuan mendengarkan,

berbicara, membaca, menulis, dan berhitung. Pada tahapan literasi

dasar ini kekampuan analisis mulai diberikan dengan

memperhitungkan serta memersepsi informasi. Peserta didik juga

diajari mengomunikasikan dan mengembangkan informasi dengan

menggambarkan berdasarkan pemahaman dan kesimpulan

personal.

Jenis literasi dasar ini merupakan tahap lanjutan literasi dini di

mana perserta didik dibentuk melalui pembiasaan literasi.

Membaca dapat dilakukan pada waktu tertentu sebagai dasar

menuju literasi menulis dan berhitung. Aspek membaca dapat

dilakukan melalui tahapan permulaan dan tahapan menulis lanjutan

dengan menggunakan berbagai pendekatan dan teknik dalam

membaca.

Tujuan membaca permulaan diarahkan untuk membentuk

memori visual peserta didik tentang huruf, kata, dan kalimat

sebagai suatu bangunan grafis. Kemudian memasuki fase

pengucapakan kata dengan menekankan aspek pemaknaan

terhadap kata dan kalimat yang diperlajari. Guru harus memahami


18

literasi dasar untuk memaksimalkan tingkat keterbacaan peserta

didik di sekolah.17

Steinberg (Susanto, 2011: 83) menjelaskan membaca

permulaan sebagai suatu proses membaca yang diajarkan secara

terprogram untuk anak prasekolah. Lebih lanjut dijelaskannya

bahwa program ini merupakan perhatian pada perkataan-perkataan

utuh dan bermakna sesuai konteks anak-anak dan bahan yang

diberikan melalui permainan dan kegiatan menarik yang menjadi

selingan pembelajaran.

c) Literasi Perpustakaan (Library Literacy)

Literasi perpustakaan (Librari Literacy) memberikan bekal

pengetahuan dan pemahaman bagi peserta didik di sekolah

mengenali dan membedakan ragam bahan perpustakaan. Dengan

demikian, peserta didik akan mampu membedakan antara bahan

bacaan fiksi dan nonfiksi. Peserta didik juga diberikan pemahaman

tentang manfaat berbagai koleksi bahan perpustakaan dan

penataannya pada perpustakaan.

Kedudukan perpustakaan sekolah sangat membantu proses

berliterasi peserta didik sekolah. Sebagaimana dikemukakan

Supriyadi (Bafadal, 2015: 4) bahwa perpustakaan sekolah sebagai

17
Abd Rahim Mansyur, Memahami Karakteristik Berliterasi Peserta Didik di Sekolah.
Universitas Muslim Indonesia
19

sebuah tempat di lingkungan sekolah untuk menunjang proses

belajar di sekolah. Dengan demikian, perpustakaan menjamin

jalannya proses literasi perpustakaan pada peserta didik.

Pemahaman literasi perpustakaan ini akan sangat membantu

peserta didik memahami selukbeluk pelayanan di perpustakaan.

Oleh karena itu, ketersediaan sarana perpustakaan di sekolah

merupakan sarana vital untuk menunjang proses pembelajaran

literasi. Kegiatan dalam bentuk kunjungan ke perpustakaan daerah

maupun perpustakaan kampus juga dapat dilakukan untuk lebih

memotivasi peserta didik melihat secara langsung situasi

perpustakaan di luar sekolah.

d) Literasi Media (Media Literacy)

Literasi media membentuk kemampuan peserta didik

memahami dan menganalisis serta membangun pemahamannya

tentang media. Saat ini terdapat berbagai macam bentuk media

seperti media cetak, media elektronik seperti radio dan televisi,

media digital seperti internet dan medsos berbasis android. Literasi

media memberikan standar etis bagaimana seluruh media tersebut

dapat diakses dan dipergunakan sesuai kebutuhan perserta didik.

Pendidikan literasi media ini sangat penting agar peserta didik

tidak terjebak pada berbagai akses negatif yang disajikan oleh

media.
20

Kehadiran media massa memberikan banyak dampak pada

kehidupan saat ini secara positif maupun negatif. Media

pertelevisian misalnya, dapat menyajikan banyak kemasan iklan

dan film diluar batas usia. Terlebih lagi media internet berbasis

android yang menyajikan semua bentuk konten di dalamnya bisa

membahayakan peserta didik. Di sinilah peranan pendidikan

literasi media di sekolah dasar untuk menanamkan bagaimana

mengakses media secara bijak kepada peserta didik. Akhir-akhir

ini, dengan adanya media game online berbasis android juga telah

merenggut banyak nyawa anak usia sekolah dasar, sehingga

dibutuhkan kolaborasi orang tua melakukan pendampingan

terhadap anak di rumah.

e) Literasi Teknologi (Technology Literacy)

Pendidikan literasi teknologi mengasah kemampuan peserta

didik memahami teknologi. Saat ini semua peserta didik akrab

dengan dengan teknologi dalam kehidupan mereka. Bahkan,

interaksi mereka dengan teknologi lebih intens daripada interaksi

dengan kedua orang tua di rumah. Sekolah harus mampu

memberikan pendampingan edukasi tentang etika dan etiket dalam

menggunakan teknologi.

Tahapan selanjutnya peserta didik dapat diberikan pemahaman

tentang bagaimana menggunakan teknologi untuk kebutuhan


21

belajarnya. Hal ini untuk lebih mengorientasikan peserta didik

mengoperasikan teknologi, mengakses kebutuhan data tugas

internet, dan mampu menyimpannya dalam bentuk fail di

komputer. Dalam laman internet terdapat banyak iklan negatif

yang dapat mengganggu peserta didik, sehingga harus diberikan

pemahaman positif mengelola informasi yang ada untuk kebaikan

diri peserta didik.

f) Literasi Visual (Visual Literacy)


Pendidikan literasi visual dapat menumbuhkan daya imajinasi

dan kritis peserta didik. Literasi visual menopang pembelajaran

literasi media dan literasi teknologi. Tujuan literasi visual untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik memanfaatkan materi

visual serta audiovisual secara kritis. Tahapan proses pembelajaran

ini dapat menggunakan visual gambar maupun elektronik untuk

lebih menstimulus daya imajinasi kritis peserta didik dalam

menganalisis dan memahami.

Pendidikan literasi visual menggunakan multimedia. Dalam

pelaksanaan pembelajaran guru mengkombinasikan media

elektronik, teks, gambar, video dan animasi untuk dapat

mengembangkan potensi peserta didik melalui pemilihan kata yang

relevan sesuai gambar, mengenali dan memahami pesan pada

gambar, menyusun kata sesuai gambar, serta mampu melafalkan


22

kata-kata. Untuk kelas tinggi dapat dikembangkan pada tahapan

berani mengatraksi dan membaca di depan kelas.

Pendidikan literasi merupakan proses pencerahan keaksaraan

untuk menstimulus potensi membaca dan mengasah keterampilan

menulis peserta didik. Proses ini sangat mendasar karena akan

menyiapkan peserta didik mengakses berbagai informasi secara

mandiri dan mampu menggunakan informasi itu secara positif.

Tingkat pendidikan sekolah dasar/MI berada pada level literasi

dini dan dasar (Basic Literacy). Meskipun demikian, harus

ditunjang dengan jenis literasi lainnya dalam bentuk yang lengkap

maupun yang lebih sederhana untuk memaksimalkan transmisi dua

jenis literasi paling dasar tersebut.18

c. Indikator Ketercapaian Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah

Di dalam desain/panduan gerakan literasi sekolah, terdapat indicator

ketercapaian pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) yang dimana

indicator tersebut merupakan indicator ketercapaian pada tingkatan satuan

pendidikan (Sekolah). Dan indicator ketercapaian tersebut antara lain :

1) Mengidentifikasi kebutuhan sekolah dengan mengacu pada kondisi

pemenuhan standar nasional pendidikan;

18
Wiedarti, Pangesti dkk. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016, diakses
pada 7 Desember 2019.
23

2) Melaksanakan tahapan kegiatan GLS yang meliputi pembiasaan,

pengembangan dan pembelajaran;

3) Melaksanakan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam

merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan

kemampuan literasi peserta didik;

4) Memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan maksimal untuk

memfasilitasi pembelajaran;

5) Mengelola perpustakaan sekolah dengan baik;

6) Menginventarisasi semua prasarana yang dimiliki sekolah (salah satunya

buku);

7) Menciptakan ruang-ruang baca yang nyaman bagi warga sekolah;

8) Melaksanakan kegiatan 15 menit membaca sebelum pembelajaran bagi warga

sekolah;

9) Mengawasi dan mewajibkan peserta didik membaca sejumlah buku sastra dan

menyelesaikannya dalam kurun waktu tertentu;

10) TLS (Tim Literasi Sekolah) mendukung yang terlibat aktif dalam kegiatan

GLS;

11) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang melibatkan orangtua dan

masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap literasi agar

perlakuan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah bisa ditindaklanjuti

di dalam keluarga da ditengah masyarakat;


24

12) Merencanakan dan atau bekerjasama dengan pihak lain yang melaksanakan

berbagai kegiatan GLS;

13) Melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan

GLS yang dilaksanakan;

14) Membuat rencana tindaklanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi

pelaksanakan GLS (Desain Induk GLS 2016:21).19

d. Langkah-Langkah Gerakan Literasi Sekolah

Pendidikan literasi sangat bermanfaat bagi peserta didik. Untuk itu,

harus ditunjang dengan beberapa tahapan pelaksanaan literasi di sekolah.

Beberapa tahapan pelaksanaan tersebut dikemukakan oleh Lipton dan Hubble

(2016: 132) mencakup tiga komponen proses penting, yaitu;

1) Pembiasaan, yaitu penumbuhan minat baca melalui kegiatan lima belas menit

membaca.

2) Pengembangan, yaitu menstimulus kemampuan literasi melalui kegiatan

menanggapi buku pengayaan.

3) Pembelajaran, yaitu meningkatkan kemampuan literasi di semua mata

pelajaran dengan menggunakan buku pengayaan dan strategis membaca di

semua mata pelajaran.20

e. Pengertian Membaca
19
Rahayu, T. (2016). Penumbuhan Budi Pekerti Melalui Gerakan Literasi Sekolah (Jurnal
Universitas Muhammadiyah Surakarta). ISBN : 978-602-361-045-7.
20
Abd Rahim Mansyur, (2020). Memahami Karakterstik Berliterasi Peserta Didik di Sekolah
(Jurnal Universitas Indonesia).
25

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan

banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan

aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai prosess

visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke

dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup

aktivitas pengenalan kata, pemahaman liberal, interpretasi, membaca kritis,

dan pemahaman kreatif.

Tiga istilah sering digunakan untuk memberikan komponen dasar

dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording

merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan

bunyi-bunyian sesuai dengan system tulisan yang digunakan, sedangkan

proses decoding (penyandian) merujuk pada proses penerjemahan rangkaian

grafis ke dalam kata- kata. Di samping keterampilan decoding, pembaca juga

harus memiliki keterampilan memahami makna (meaning).Pemahaman

makna berlangsung melalui berbagai tingkat, mulai dari tingkat pemahaman

literal sampai kepada pemahaman interpretative, kreatif, dan evaluative.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa membaca merupakan gabungan

proses perspektual dan kognitif.

Membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan

simbol tulis kedalam bunyi. Sebagai suatu proses berpikir, membaca

mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis

(critical reading), dan membaca kreatif (creative reading). Membaca sebagai


26

proses linguistic, schemata pembaca membantunya membangun makna,

sedangkan fonologi, semantik, dan fitur sintaksis membantunya

mengomunikasikan dan menginterpretasikan pesan-pesan. Proses

metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan, suatu strategi,

pemonitoran, dan pengevaluasian.

Membaca juga merupakan suatu strategi. Pembaca yang efektif

menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan

konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi ini

bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.21

f. Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang

membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan

dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di

kelas, guru seharusnya menyusun tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas,

guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan

khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan

membaca siswa itu sendiri. Tujuan membaca mencakup :

1) Kesenangan.

2) Menyempurnakan membaca nyaring.

3) Menggunakan strategi tertentu.

21
Jumailatus Sa”adah, Metode Pembelajaran “Picture and Picture” Dalam Menulis Teks
Cerita Fiksi Pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri Dan Akademik SMA / MA/ SMK/ MAK
Kelas XII Semester 2 Kurikulum 2013, Volume: 37 Nomor 1, Maret 2017, hal. 47.
27

4) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik.

5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah

diketahuinya

6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis

7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi

8) Menampilkan suatu eksprimen atau mengaplikasikan informasi

yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan

mempelajari tentang struktur teks.

9) Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.22

g. Prinsip-Prinsip Membaca

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa banyak faktor yang

memengaruhi keberhasilan membaca. Prinsip-prinsip membaca yang

didasarkan pada penelitian yang paling memengaruhi pemahaman membaca

ialah seperti yang dikemukakan berikut ini:

1. Pemahaman Merupakan Proses Konstruktivis.

Teori konstruktivis memandang pemahaman dan penyusunan bahasa

sebagai suatu proses membangun. Anak-anak terus menerus membangun

makna baru pada dasar pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki

untuk proses komunikasi. Sebagai metaphor untuk belajar bahasa, maksud

konstruktivisme ialah pemakai bahasa adalah pembangun makna, apa

22
Rahim Farida, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (PT Bumi Aksara: Jakarta 2012),
hal. 11-12.
28

yang mereka bangun dan pengetahuan sebelumnya adalah bahan untuk

membangun makna. Keseimbangan Kemahiraksaraan Merupakan

Kerangka Kerja yang Membantu Perkembangan Pemahaman.

Keseimbangan kemahiraksaraan merupakan kerangka kerja kurikulum

yang memberikan kedudukan yang sama antara membaca dan menulis

serta mengenal pentingnya dimensi kognitif dan afekif kemahiraksaraan.

Kemahiraksaraan makna membuatnya terlibat dalam proses membaca dan

menulis secara penuh, walaupun mengenal pentingnya strategi dan

keterampilan yang digunakan oleh pembaca dan penulis yang ahli.

2. Guru Membaca yang Unggul Memengaruhi Belajar Siswa.

Guru yang unggul mengetahui pentingnya setiap siswa memiliki

pengalaman kemahiraksaraan. Peranan guru dalam proses membaca,

antara lain menciptakan pengalaman yang memperkenalkan, memelihara

atau memperluas kemampuan siswa untuk memahami teks. Guru yang

unggul yakin bahwa semua anak bisa belajar. Mereka mendasarkan

pengajarannya pada kebutuhan siswa secara pribadi. Guru tersebut tahu

bahwa motivasi merupakan unsur penting dari belajar mengajar.

3. Pembaca yang Baik Memegang Peranan yang Strategis dan Berperan

Aktif dalam Proses Membaca.

Pembaca yang baik adalah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses

membaca. Mereka mempunyai tujuan yang jelas serta memonitor tujuan

membaca mereka dari teks yang mereka baca. Pembaca yang baik
29

menggunakan strategi pemahaman untuk mempermudah membangun

makna.

4. Membaca Hendaknya Terjadi dalam Konteks yang Bermakna.

Siswa perlu setiap hari mengakrabi teks dalam berbagai tingkat

kesukaran.Ketika tingkat teks yang sedang digunakan maka guru

membantu siswa meningkatkan pengalaman belajar dan siswa menerima

berbagai tingkat dukungan, tergantung pada tujuan dan setting pengajaran.

5. Siswa Menemukan Manfaat dari Bertransaksi dengan Berbagai Teks pada

Berbagai Tingkat.

Pengalaman membaca berbagai jenis materi bacaan memberikan siswa

pengetahuan sejumlah struktur teks dan meningkatkan proses memahami

suatu teks.

6. Perkembangan Kosakata dan Pengajarana Memengaruhi Pemahaman

Membaca.

Awal pada proses perkembangan bahasa, mereka belajar membedakan

antara antonim, sinonim, makna ganda, definisi abstrak. Pengajaran

kosakata secara langsung dan belajar dari konteks sebaiknya seimbang.

Pengajaran sebaiknya bermakna bagi siswa, mencakup kata-kata dari

bacaan siswa dan memfokuskan pada berbagai strategi untuk menentukan

makna kata-kata yang tidak dikenal siswa.

7. Pengikut sertaan Merupakan Faktor Kunci dalam Proses Pemahaman.

Keterlibatan pembaca termotivasi untuk membaca dengan berbagai tujuan,


30

memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya

untuk membangkitkan pemahaman baru serta berpartisipasi dalam

interaksi sosial yang bermakna tentang bahan bacaan.

8. Strategi dan Keterampilan Pemahaman Bisa Diajarkan

Ketika siswa mengalami strategi pengajaran pemahaman langsung,

strategi tersebut meningkatkan pemahaman teks tentang topik baru.

9. Asesmen Dinamis Menginformasikan Pengajaran Pemahaman

Asesmen merupakan koleksi data, seperti nilai tes dan catatan- catatan

informal untuk mengukur hasil belajar siswa, sedangkan evaluasi adalah

interpretasi dan analisis dari data. Menilai kemajuan siswa penting karena

memungkinkan guru menemukan kelebihan dan kekurangan,

merencanakan pengajaran dengan tepat, mengomunikasikan kemjuan

siswa kepada orang tua, dan untuk mengevaluasi keefektifan strategi

mengajar.23

h. Manfaat Membaca

Kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu

masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya

belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar.

Belajar membaca merupakan usaha yang terus menerus, dan anak-

anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya

23
Rahim Farida, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (PT Bumi Aksara: Jakarta 2013),
hal. 11-12.
31

akanlebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan

keuntungan dari kegiatan membaca.

Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang

semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca.

Tanda-tanda jalan mengarahkan orang yang bepergian sampai pada tujuannya,

menginformasikan pengemudi mengenai bahaya di jalan, dan mengingatkan

aturan-aturan lalu lintas.

Pengusaha ketering tidak harus pergi ke pasar untuk mengetahui harga

bahan-bahan yang akan dibutuhkan. Dia cukup membaca surat kabar untuk

mendapatkan informasi tersebut. Kemudian, dia bisa merencanakan apa saja

yang harus dibelinya disesuaikan dengan informasi tentang bahan-bahan yang

dibutuhkannya.

Kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-

hari manusia. Beribu judul buku dan berjuta Koran diterbitkan setiap

hari.Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru untuk

menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk

siswasiswanya.Walaupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-

jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan kita

tentu perlu dibaca.

Walaupun informasi bisa ditemukan dari media lain seperti televise

dan radio, namun peran membaca tidak dapat digantikan sepenuhnya.


32

Membaca tetap memegang peranan penting didapatkan dari media televise

dan radio.24

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

24
Rahim Farida, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (PT Bumi Aksara: Jakarta 2013),
hal. 1-2
33

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian

ini hanya berusaha mengungkapkan atau mendeskripsikan fakta di lapangan dengan

apa adanya. Secara istilah penelitian kualitatif sebagaimana pendapat yang

diungkapkan Bodgan dan Taylor dalam Lexy J.Moleong adalah merupakan prosedur

penelian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang lain atau perilaku yang diamati. 25 Jadi penelitian kualitatif hanya berusaha

mendeskripsikan atau mengungkapkan fakta dengan apa adanya sesuai kondisi dan

keadaan yang sebenarnya sebagaimana kenyataan yang terjadi di lapangan.

Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif.

Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode untuk meneliti status

kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
MIS Islamiyah adalah Madrasah Ibtidaiyah yang beralamatkan di

Jalan KH.Bustamil karim (Komplek Pondok Pesantren Raudlatul Huda Al-

Islamy) Desa Sidomulyo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran.

MIS Islamiyah ini merupakan salah satu madrasah di Negeri Katon yang

memiliki banyak peserta didik yaitu dengan jumlah peserta didik 306 siswa,

memiliki tujuh ruang kelas, memiliki tiga belas tenaga pendidik, dan

25
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. XXIX; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), hal.5.
34

memiliki siswa kelas 2 dengan jumlah 46 siswa. Dimana peneliti tertarik

untuk penelitian pada Penerapan Program Literasi Sekolah dalam

Meningkatkan Keterampilan Membaca di Kelas 2 MIS Islamiyah Sidomulyo.

2. Waktu Penelitian
MIS Islamiyah adalah Madrasah Ibtidaiyah yang beralamatkan di

Jalan KH.Bustamil karim (Komplek Pondok Pesantren Raudlatul Huda Al-

Islamy) Desa Sidomulyo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran. MI

Islamiyah berada di atas lahan seluas 1.200 m. Bangunan fisik MI Islamiyah

terdiri dari 12 ruang kelas yaitu 2 ruang kelas I, 2 ruang kelas II, 2 ruang kelas

III, 2 ruang kelas IV, 2 ruang kelas V, 2 ruang kelas VI. MI Islamiyah

mempunyai 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, ruang UKS, Perpustakaan

dan Lapangan. Jumlah guru di MI Islamiyah yaitu 13 orang dengan latar

belakang minimal S1.

No NAMA JABATAN

1. Sukirno, S.Pd.Sd Kepala Sekolah

2. Eti Indrawati, S.Pd Guru Kelas I

3. Muhtadun, S.Pd Guru Agama

4. Nurulita Mei Mahmudah, S.Pd Guru Kelas II

5. Amrisal, S.Pd Guru Kelas Fikih

6. Dwi Agus, S.Pd Guru Pramuka dan Operator

7. Sulastri Guru Bahasa Lampung

8. Ahmad Rifa’i, S.Pd Guru Penjas


35

9. Tarwiyati, S.Pd Guru Kelas VI B

10 Kristi Yuliani, S.Pd Guru Kelas III

11. Lia Lestari, S.Pd.I Guru Kelas IV

12. Yunita Andriyani, S.Pd Guru Kelas VI A

13 Iin NurJannah, S.Pd.I Guru Kelas V

Pada tahun ajaran 2022/2023 MIS Islamiyah memiliki 306 siswa yang terdiri
dari :
No Kelas Jumlah Laki-laki Perempuan

1. I 53 32 21

2. II 46 23 23

3. III 55 32 23

4. IV 47 28 19

5. V 56 31 25

6. VI 49 34 15

C. Data dan Sumber Data

Data adalah sekumpulan bukti atau fakta yang disajikan untuk tujuan tertentu.26

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana

data dapat diperoleh.27 Data yang dikumpulkan dapat dibagi menjadi dua yaitu:

26
Imron rosidi. 2012. Karya tulis ilmiah. Surabaya : PT. Alfina Primatama
27
Suharsimi Arikunto, Preosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hal. 129.
36

1. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh (peneliti atau

petugasnya) dari sumber pertamanya.28 Data primer dari penelitian ini adalah

Wali kelas II dan siswa kelas II MI Islamiyah Sidomulyo, Kecamatan Negeri

Katon Kabupaten Pringsewu.

2. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak

lain, yaitu dalam bentuk dokumen sekolah seperti profil MI Islamiyah

Sidomulyo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran, jurnal, skripsi

dan referensi yang sesuai dengan penelitian.

D. Prosedur Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data, penulis menggunakan beberapa prosedur

pengumpulan data, yaitu :

1. Observasi

Pengertian observasi merupakan teknik pengumpulan data, di mana

peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek peneliti untuk

melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Ketika peneliti

mengumpulkan data tujuan penelitian ilmiah, kadang-kadang ia perlu

memperhatikan sendiri berbagai fenomena, atau kadang-kadang

menggunakan pengamatan orang lain. Observasi atau pengamatan dapat

didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala,

atau sesuatu. Adapun observasi ilmiah adalah “perhatian terfokus terhadap

gejala, kejadian atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya,


28
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV Alfabeta
37

menggunakan factor-faktor penyebabnya, dan menemukan kaidah-

kaidahnya yang mengaturnya.29 Teknik ini dilakukan dengan cara

mengamati langsung objek penelitian di lapangan dan pelaksanaan

Penerapan Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Keterampilan

Membaca di Kelas 2 MI Islamiyah Sidomulyo.

2. Wawancara

Wawancara menjadi salah satu teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Wawancara merupakan komunikasi dua

arah untuk memperoleh informasi dari informan yang terkait. Wawancara

adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara dan

sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi

secara langsung atau bertanya secara langsung mengenai suatu objek yang

diteliti.30 Secara sistematis atas dasar tujuan penelitian. Wawancara ada 3

macam yaitu:

1) Wawancara Tak Terpimpin

29
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Raja Grafindo Persada: Jakarta 2016),
hal. 49-51.
30
A. Muri Yusuf. 2014. “Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif & Penelitian Gabungan”.
Jakarta : prenada media group.
38

Wawancara tak terpimpin adalah proses wawancara di mana

interview tidak sengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok-pokok

persoalan dari fokus penelitian dengan orang yang diwawancarai.

2) Wawancara Terpimpin

Wawancara terpimpin merupakan wawancara yang

menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang diteliti.

3) Wawancara Bebas Terpimpin

Wawancara bebas terpimpin adalah kombinasi antara

wawancara tak terpimpin dan wawancara terpimpin. Jadi

pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan

diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti

situasi, pewawancara harus dapat mengarahkan yang diwawancarai

apabila ternyata ia menyimpang.31

Dari tiga macam metode wawancara tersebut maka peneliti menggunakan

metode wawancara bebas terpimpin yang ditujukan kepada kepala sekolah, wali kelas

2, dan siswa. Metode wawancara ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data

Penerapan Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca di

Kelas 2 MI Islamiyah Sidomulyo.

Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh langsung informasi dari

sumbernya, dalam penelitian ini informan dikelompokkan berdasarkan purposive

31
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta: Rineka cipta,
2012), hal. 198.
39

sampling yaitu informan yang memiliki keterkaitan langsung dengan Penerapan

Program Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca di Kelas 2

MI Islamiyah Sidomulyo.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan yang sudah berlalu. Dokumentasi

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya momumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,

sejarah kehidupan (life histories), cerita ceria, biografi, peraturan,

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar

hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya

karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studio

dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan

wawancara dalam penelitian kualitatif.32

E. Analisis Data

Miles dan Hubermen mengemukakan bahwa tiga tahapan yang harus

dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif yaitu:

a. Reduksi Data (Reduction Data)

32
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif, dan R&D, (Alfabeta: Bandung 2017), hal.
240.
40

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya yang

berkaitan dengan Program Gerakan Literasi Sekolah. Dengan demikian

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan.

b. Penyajian Data (Data Display)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian ini adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

telah terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut.

c. Conclusion Data atau Verification

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali di lapangan mengumpulkan data, maka


41

kesimpulan mengenai penerapan strategi pembelajaran ekspositori dalam

mata pelajaran matematika kelas II MIS Islamiyah Sidomulyo merupakan

kesimpulan yang kredibel.

Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan

proses pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan-kegiatan

tersebut dilakukan juga selama dan sesudah pengumpulan data.

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan mencari tema

polanya.33 Selanjutnya ditarik kesimpulan untuk menjawab fokus

penelitian berdasarkan hasil analisis data. Selanjutnya tahap penarikan

kesimpulan atau verifikasi yang merupakan tahap lanjutan untuk

menarik kesimpulan dari temuan data. Ini adalah interpretasi peneliti

atas temuan dari suatu wawancara atau suatu dokumen.34

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

33
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta : Bumi Aksara,
2015), hal.21.
34
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta : Rajawali Press,2015), hal .180.
42

A. Deskripsi Data
Penerapan Program Gerakan Literasi Sekolah dalam Meningkatkan Keterampilan

Membaca Di Kelas dua MI Islamiyah Sidomulyo antara lain :

1. Pembiasaan

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwasanya salah satu

pembiasaan yang digunakan oleh guru dalam meningkatkan keterampilan membaca

adalah dengan melakukan 15menit membaca sebelum pelajaran dimulai. Hal ini

sesuai dengan hasil observasi yang peneliti lakukan yaitu :

Pada tahap pembiasaan ini Ibu Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd melakukannya

dengan baik, Beliau melakukan pembiasaan dengan cara membaca 15menit sebelum

pembelajaran dimulai. Pada tahap ini Ibu Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd sedikit

mengalami kendala yitu ada beberapa siswa yang belum bisa membaca.35

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan ini peneliti

mengatakan :

“Iya, karena membaca 15 menit merupakan salah satu program yang ada

disekolah dengan tujuan meningkatkan minat baca dan menambah wawasan

siswa”.36

“Membuat Program GLS dan memilihkan buku-buku yang menarik dan mudah

dipahami khususnya dikelas dua”.37

35
Hasil Observasi, 15 Juni 2023
36
Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15
Juni 2023.
37
Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15
Juni 2023.
43

Pernyataan ibu Nurulita Mei Mahmudah S.Pd sesuai dengan pernyataan

peserta didik kelas 2 yaitu, Nafisa sebagai berikut :

“ Iya pada tahap pembiasaan siswa dibiasakan membaca selama 15 menit

sebelum pelajaran di mulai untuk meningkatkan minat baca pada siswa”.38

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa Ibu Nurulita Mei

Mahmudah,S.Pd benar adanya memberikan buku modul bacaan yang tujuannya untuk

meningkatkan kemampuan memahami bacaan meningkatkan rasa cinta terhadap

membaca didalam maupun diluar jam pelajaran, memanfaatkan waktu luang,

meningkatkan kesadaran akan membaca dan mengembangkan rasa berbagai macam

sumber bacaan yang membentuk rasa percaya diri anak sebagai pembaca yang baik.

2. Pengembangan

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwasanya salah satu

pengembangan yang digunakan oleh guru dalam meningkatkan keterampilan

membaca adalah dengan cara memilih buku-buku visual karena siswa-siswi kelas dua

lbih menyukai buku yang banyak gambar-gambarnya. Hal ini sesuai dengan hasil

observasi yang peneliti lakukan yaitu :

Pada tahap pengembangan ini Ibu Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd melakukannya

dengan baik, Beliau melakukan pembelajaran dengan cara membaca terpadu dan

membaca buku non teks pelajaran. Pada tahap ini Ibu Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd

tidak mengalami kendala karena Ibu Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd memilih buku-

38
Nafisa, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15 Juni 2023
44

buku visual karena pada kelas dua menyukai buku yang banyak gambar-

gambarnya.39

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan ini peneliti

mengatakan :

“Iya, membaca terpadu dan membaca buku non teks pelajaran untuk

meningkatkan kualitas baca anak karena buku tersebut lebih menarik untuk anak.”40

“Karena dengan adanya buku pengayaan akan lebih mudah mengetahui potensi

anak.”41

“Dengan cara memilih buk-buku visual karena siswa-siswi kelas dualebih

menyukai buku yang banyak gambar-gambarnya.”42

Pernyataan ibu Nurulita Mei Mahmudah S.Pd sesuai dengan pernyataan peserta

didik kelas 2 yaitu, Chelsea sebagai berikut :

“Iya, benar Ibu Nurulita Mei Mahmudah melakukan pemilihan buku non teks

pelajaran supaya siswa tertarik dengan membaca buku yang ada gambarnya.”43

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa Ibu Nurulita Mei

Mahmudah,S.Pd benar adanya memberikan kesempatan membaca mandiri untuk

kegiatan diluar jam sekolah, menanggapi bacaan secara lisan maupun tulisan yang

tujuannya untuk membangun interaksi siswa, mengasah kemampuan siswa dalam


39
Hasil Observasi, 15 Juni 2023
40
Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15
Juni 2023.
41
Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15
Juni 2023.
42
Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15
Juni 2023.
43
Chelsea, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15 Juni 2023.
45

buku, mengasah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analisis, kreatif, inovatif

yang mendorong sisiwa untuk mencari keterkaitan antar buku yang dibaca pada

dirinya sendiri dan lingkungannya.

3. Pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan bahwasanya salah satu

pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam meningkatkan keterampilan membaca

adalah setiap pembelajaran menyesuaikan pelajaran yang ada. 44 Hal ini sesuai dengan

hasil observasi yang dilakukan peneliti dengan ini peneliti mengatakan :

Pada tahap pembelajaran ini Ibu Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd kurang baik,

karena tidak merujuk pada ragam teks (cetak, visual/digital).45

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan ini peneliti

mengatakan :

“Tidak, karena setiap pembelajaran menyesuaikan pelajaran yang ada.”46

Pernyataan ibu Nurulita Mei Mahmudah S.Pd sesuai dengan pernyataan

peserta didik kelas 2 yaitu, Sechan sebagai berikut :

“Iya, ibu Nurulita Mei Mahmudah tidak menggunakan ragam teks untuk

pembelajaran.”47

44
Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15
Juni 2023.
45
Hasil Observasi, 15 Juni 2023
46
Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15
Juni 2023.
47
Sechan, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15 Juni 2023.
46

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa Ibu Nurulita Mei

Mahmudah,S.Pd tidak menggunakan semua pembelajaran mata pelajaran dilakukan

dengan merujuk pada ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam format

buku-buku pengayaan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan

dilokasi penelitian maka dapat dikemukakan pembahasan yang berdasarkan atas

tujuan penelitian bab I, adalah sebagai berikut :

“Penerapan Program Gerakan Literasi Sekolah Dalam Meningkatkan

Keterampilan Membaca Di Kelas II MI Islamiyah Sidomulyo.”

Penerapan Gerakan Literasi Sekolah, sebagaimana yang dijelaskan oleh Direktorat

Jendral Pendidikan Dasar dan Menengan (2016:28) adalah sebagai berikut :

a. Tahap Pembiasaan

Tahap pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di bacaan

dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan

minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan

siswa.

Pada tahap pembiasaan ini guru harus melakukan dua hal yaitu

membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan memilihkan buku-buku

yang menarik.
47

Pada tahap pembiasaan ini dua hal di atas sudah dilakukan dengan

baik oleh Ibu Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd dalam menerapkan Gerakan

Literasi Sekolah di kelas 2 MI Islamiyah Sidomulyo.

Hal ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan diatas tentang

tahapan-tahapan Gerakan Literasi Sekolah.

b. Tahap Pengembangan

Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi.

Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan kemampuan

memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir

kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui

kegiatan menanggapi bacaan.

Pada tahap pengembangan ini guru harus melakukan tiga hal yaitu

melakukan membaca terpadu, membedakan pentingnya buku pengayaan

dengan buku teks pelajaran, dan dapat membuat siswa menanggapi bacaan

buku tersebut.

Pada tahap pengembangan ini tiga hal diatas sudah dilakukan dengan

baik oleh Ibu Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd dalam menerapkan Gerakan

Literasi Sekolah di kelas 2 MI Islamiyah sidomulyo.

c. Tahap Pengembangan

Pembelajaran berbasis literasi. Kegiatan literasi pada tahap

pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan

mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah


48

kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menagngani teks

buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran. Dalam tahap ini ada tagihan

yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran).

Pada tahap pembelajaran ini guru harus melakukan satu hal yaitu

merujuk kepada teks (cetak, visual/digital).

Pada tahap pembelajaran ini hal diatas belum dilaksanakan dengan

baik oleh Ibu Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd dalam Menerapkan Gerakan

Literasi Sekolah di kelas 2 MI Islamiyah Sidomulyo.

Hal ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan diatas tentang

tahapan-tahapan Gerakan Literasi Sekolah.

Dari uraian materi tersebut, berdasarkan data observasi dan wawancara

yang peneliti dapatkan bahwa, Penerapan Gerakan Literasi Sekolah di MI

Islamiyah Sidomulyo sudah dilakukan dengan baik, hal tersebut ditandai

dengan tiga tahapan yang dilakukan sudah dua teori yang dilakukan, seperti

pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran.


49

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa

Penerapan Program Gerakan Literasi Sekolah Dalam Meningkatkan Keterampilan

Membaca Di Kelas II MI Islamiyah Sidomulyo sudah baik,dan tahapan-tahapan yang

dilakukan adalah :

1. Pembiasaan

Pada tahap pembiasaan ini ada dua tahap yang harus dilakukan oleh

guru yaitu, membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan memilihkan

buku-buku yang menarik.

2. Pengembangan

Pada tahap pengembangan ini ada tiga hal yang harus dilakukan oleh

guru yaitu, melakukan membaca terpadu, membedakan pentingnya buku

pengayaan dengan buku teks pelajaran, dan dapat membuat siswa

menanggapi bacaan buku tersebut.

3. Pembelajaran

Pada tahap pembelajaran ini ada satu hal yang harus dilakukan oleh

guru yaitu, merujuk kepada teks (cetak, visual/digital).

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan maka diharapkan agar :

1. Mahasiswa harus mampu menerapkan Gerakan Literasi Sekolah.


50

2. Guru harus lebih bisa menerapkan Gerakan Literasi Sekolah dengan baik

dan menyesuaikan keadaan siswa.

3. Guru hendanya lebih memperbanyak koleksi buku yang menarik agar

siswa tidak bosan.


51

DAFTAR PUSTAKA

A. Muri Yusuf. 2014. “Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif & Penelitian

Gabungan”. Jakarta : prenadamedia group.

Abd Rahim Mansyur, (2020). Memahami Karakterstik Berliterasi Peserta Didik di

Sekolah (Jurnal Universitas Indonesia).

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif : Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan

Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta : Rajawali

Press,2015), hal . 180.

Chelsea, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15 Juni 2023.

Denggan Septiary, Pelaksanaan Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Di SD

Muhammadiyah Sokonandi. (Sokodandi : SD Muhammaiyah 2013), hal.159

Djago, Tarigan. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangan,

(Bandung Bumi Aksara, 1986), hal.10.

Dalman,M.Pd : Motivasi Minat baca. (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2014), hal.213

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Raja Grafindo Persada:

Jakarta 2016), 49-51

Faizah, Dewi Utami dkk. (2016). Panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud RI.

hlm 2

Haryadi, Retorika Membaca : Model, Metode, dan Teknik. (Semarang : Rumah

Indonesia, 2010), hal.77


52

Hasil Observasi, 15 Juni 2023

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta : Bumi

Aksara, 2015), hal.21.

Imron rosidi. 2012. Karya tulis ilmiah. Surabaya : PT. Alfina Primatama

Indah Wijaya Antasari, Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Tahap Pembiasaan

di MI Muhammadiyah Gandatapa Sumbang Banyumas, (Gandapata

Sumbang Banyumas : MI Muhammadiyah, 2017), hal.14

Jumailatus Sa”adah, Metode Pembelajaran “Picture and Picture” Dalam Menulis

Teks Cerita Fiksi Pada Buku Teks Bahasa Indonesia Ekspresi Diri Dan

Akademik SMA / MA/ SMK/ MAK Kelas XII Semester 2 Kurikulum 2013,

Volume: 37 Nomor 1, Maret 2017, hlm. 47

Jurnal Hanata Widya, Pengaruh Program Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Minat

Baca Siswa Di Sd Islam Terpadu Muhammadiyah An-Najah, (Jatinom Klaten,

2017), hal. 6

Kalida, Muhsin dan Mursyid, Moh. 2014. Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri,

Cet.1. Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo.

Kemendikbud. Penumbuhan Budi Pekerti. (Jakarta : Kemendikbud, 2015), hal.19

Lestari Wijayanti, Implementasi Program Gerakan Literasi Sekolah Untuk

Menumbuhkan Minat Membaca Siswa Kelas III Di SDN 10 Pohgading

(Pohgading : SDN 10 Pohgading, 2021), hal.11


53

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. XXIX; Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011), hal.5

Meli Septiani, Peran Guru dan Orang Tua dalam Penerapan Gerakan Literasi

Sekolah di SD Negeri Winduaji, (Winduaji : SD Negeri Winduaji, 2020),

hal.459

Muh Khairul Aswar, Hubungan Budaya Literasi Melalui Program Gerakan Literasi

Sekolah Dalam Menumbuhkembangkan Minat Baca Siswa Kelas IV SDN

Sungguminasa III Gowa, (Sunggumianasa Gowa : SD N Sungguminasa,

2020), hal. 8

Nafisa, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15 Juni 2023

Nurulita Mei Mahmudah,S.Pd, Wawancara dengan Guru Kelas II MI Islamiyah,

Sidomulyo 30 November 2022

Pangesti, wiedarti dkk. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. (Jakarta : Direktoral

Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2016), hal.7

Rahayu, T. (2016). Penumbuhan Budi Pekerti Melalui Gerakan Literasi Sekolah

(Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta). ISBN : 978-602-361-045-7.

Rahim Farida, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (PT Bumi Aksara: Jakarta

2012), hlm. 11-12

Sechan, wawancara dengan penulis, MI Islamiyah Sidomulyo, 15 Juni 2023.


54

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif, dan R&D, (Alfabeta: Bandung

2017), hal. 240

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta:


Rineka cipta, 2012), hal. 198.

Wiedarti, Pangesti dkk. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2016, diakses pada 7 Desember 2019.

Anda mungkin juga menyukai