Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kegiatan membaca banyak kaitannya dengan pendidikan, salah satunya adalah
proses pembelajaran. (2019: Rachmadi) 6) mengatakan bahwa membaca adalah
keterampilan yang paling mendasar dalam pendidikan, bagaimanapun cara
pengajarannya. Membaca merupakan bagian penting dari pembelajaran di sekolah. Ini
karena keterampilan membaca diperlukan untuk semuanya. Ketika siswa dapat membaca,
mereka akan dapat memahami apa yang mereka tulis. Membaca adalah suatu tindakan
yang dilakukan oleh seseorang termasuk teks atau tulisan untuk memperoleh informasi
atau kepentingan. Kemampuan membaca siswa memungkinkan mereka untuk
memperluas pengetahuan mereka tentang materi yang mereka baca.

Membaca merupakan suatu proses yang aktif bukannlah pasif, pembaca harus
aktif dalam memahami isi bacaan yang dibacaanya bukan hanya menerima saja. Oleh
karena itu, membaca adalah sebuah aktivitas yang membangun dan mengembangkan
keterampilan (Muhsyanur, 2019 ; 11). Membaca sebagai sebuah keterampilan adalah
sebuah keterampilan memetik, memahami makna atau pesan dalam bahan tulis yang
bertujuan untuk memperluas wawasan (Ibda, 2019 : 49). Kesulitan membaca mengacu
pada situasi di mana siswa tidak dapat mengenali kata-kata, dalam hal ini keterampilan
membaca siswa lemah berdasarkan kemampuan membaca rata-rata yang diberikan.
Untuk memberikan bacaan perlu bagi guru untuk mengapresiasi kesulitan yang dihadapi
siswa sehingga dapat memberikan tindak lanjut yang tepat. (Pratiwi & Ariawan, 2017)

Proses kegiatan pembelajaran disekolah diharapkan dapat membuat siswa bisa


membaca. Beberapa siswa disekolah dasar yang ditemukan tidak bisa membaca padahal
sudah duduk dibangku kelas IV . Kenyataan ini menyadarkan bahawa tidak semua siswa
di kelas V tersebut bisa membaca. Adanya perbedaan harapan dan kenyataan
menyebabkan hal ini menimbulkan masalah. Sehingga untuk mengetahui penyebab
permasalahan tersebut dibutuhkan riset.
Berdasarkan hasil observasi disekolah SDN 49 Dumbo Raya pada tanggal 29
November 2022 jam 09.58 ketika bertemu dengan guru siswa kelas IV diperoleh
informasi bahwa 3 orang dari 22 siswa mengalami masalah dalam membaca. Hal ini
disebabkan oleh bebarapa masalah, diantaranya siswa jarang sekolah sehingga
kemampuan membacanya kurang, kendala fisik atau anak ABK sehingga untuk membaca
“Nya atau Nga” masih kurang jelas penyebutanya, dan siswa tidak begitu mengenal
huruf. Ini menimbulkan permasalahan yang harus dipecahkan oleh guru maupun pihak
sekolah apakah faktor malas, faktor dari media pembelejaran, faktir orang tua, atapun
faktor dari guru itu sendiri. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang di uraikan,
penulis megadakan penelitian yang berjudul “Analisis Penyebab Masalah Tidak Bisa
Membaca Pada Siswa Kelas V SDN 73 Kota Tengah”

B. Rumusan Masalah
Apa penyebab masalah siswa kelas V SDN 73 Kota Tengah tidak bisa membaca?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui
penyebab masalah siswa kelas V SDN 73 Kota Tengah tidak bisa membaca.

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi orang lain bukan hanya bagi peneliti.
Berikut merupakan manfaat dari penelitian ini

1. Manfaat Teoritis
Secara teori, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan bagi pembaca
dalam menganalisa penyebab masalah siswa tidak bisa membaca.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru
Menjadi referensi guru dalam mengetahui penyebab dari masalah siswa
tidak bisa membaca sehingga bisa mengatasi permasalahan tersebut.
b. Bagi siswa
Siswa akan lebih diperhatikan ketika mengalami kesulitan membaca
sehigga kemampuan siswa dalam hal membaca dapat meningkat.
c. Bagi sekolah
Menjadi masukan ketika mengupayakan siswa agar menjadi tau membaca
dan mengatasi permasalahan tersebut.
d. Bagi peneliti
Dapat menambah wawasan bagi peneleti terhadap penyebab masalah
siswa tidak bisa membaca.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA/ KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

a. Hakikat Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca adalah proses atau kegiatan kognitif yang mencoba mencari informasi
dalam bahan tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa membaca merupakan proses
intelektual untuk memahami isi teks. Oleh karena itu, membaca memerlukan lebih dari
sekadar melihat huruf-huruf yang menyusun kata, frasa, kalimat, paragraf, dan
wacana; itu juga memerlukan pemahaman dan membedakan simbol atau tulisan yang
memiliki arti penting bagi Sang Pencipta. pesan dapat diteruskan ke pembaca.
Menurut Tarigan (1984:7), membaca adalah suatu proses dimana pembaca
menggunakan bahasa tulis untuk menyerap pesan pengarang. Menurut Tambubolon
(1987:6), membaca adalah kegiatan atau cara untuk mengembangkan kemampuan
bernalar. Seseorang belajar secara tidak langsung, kata demi kata, bagaimana dia
menghubungkan tujuan dan arah bacaannya selama membaca, memungkinkan
pembaca untuk akhirnya menegaskan argumennya. Menurut perspektif semantik,
membaca dengan teliti adalah proses menguraikan dan mendiskusikan kode yang unik
dalam kaitannya dengan berbicara dan menulis, yang terkait dengan pengkodean.
Mengaitkan kata-kata tertulis dengan makna bahasa lisan (makna sehari-hari)
merupakan salah satu aspek decoding (Tarigan, 1984:8). Ini melibatkan mengubah
teks tertulis atau cetak menjadi suara yang bermakna. Menurut Harjasujana (1996:4),
membaca adalah suatu proses. Membaca bukan hanya satu proses; melainkan
kombinasi dari banyak proses berbeda yang bersatu untuk mengambil tindakan.
Melafalkan kata, mengenali kata, dan mencari makna dalam teks merupakan
komponen membaca.
Dari pengertian di atas dapat diartikan dengan baik bahwa membaca adalah suatu
siklus yang menggabungkan kemampuan visual dan kemampuan mental. Agar simbol
huruf dapat dimengerti oleh pembaca, Anda memerlukan kedua keterampilan ini.
b. Tujuan Membaca
Umumnya Taring (1984:3-4), mengemukakan bahwa membaca memiliki dua
tujuan utama, yaitu:
a. Tujuan perilaku atau mereka juga disebut tertutup atau dapat diajar. Tujuan ini
biasanya bertujuan untuk membaca, antara lain; pemahaman makna kata (verbal
attack), kemampuan belajar (study ability) dan pemahaman (comprehension).
b. Kedua, tujuan ekspresif (tujuan terbuka). Tujuan ekspresif ini diwujudkan dalam
tindakan seperti; membaca mandiri, membaca interpretatif, dan membaca kreatif.
Salah seorang pakar, Nurhadi (1989:14), juga megemukakan bahwa ada
berbagai jenis variasi tujuan membaca yaitu;
 Membaca untuk belajar (penelitian ilmiah);
 Membaca untuk memahami struktur bacaan;
 Membaca karya sastra/sastra untuk kesenangan;
 Membaca mengisi waktu luang;
 Baca lebih lanjut tentang istilah tersebut.
c. Fungsi Membaca
Slamet dan Saddhono (2012; 65) menyatakan bahwa membaca memiliki banyak
tujuan dan merupakan landasan pendidikan, antara lain:
 Akitas mental; Kita dapat meningkatkan kecerdasan dan kemampuan berpikir
kita dengan banyak membaca. Misalnya membaca laporan penelitian, majalah
atau artikel logis lainnya.
 Berfungsi untuk meningkatkan kreativitas; Hasil yang kita baca dapat
mendorong kita untuk bekerja dengan bantuan pemahaman dan kosa kata yang
luas.
 Fungsi Nyaman: Membaca dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan praktis
untuk kehidupan.
 Fungsi pemulihan; Membaca menyegarkan hati, mengatur tamasya yang
mengasyikkan. Misalnya ceramah ringan, kisah sukses, cerita humor, dongeng,
karya sastra dan lain-lain.
 Fungsi informasi; Berbagai jenis informasi yang sangat kita butuhkan dalam
kehidupan dapat kita peroleh dengan membaca banyak informasi, seperti surat
kabar, majalah, dan terbitan lainnya.
 Misi Keagamaan; Membaca dapat membantu orang tumbuh dalam iman,
membuka pikiran mereka, dan lebih mencintai Allah.
 Kegiatan sosial; Ketika membaca dengan suara keras atau lisan, membaca
melayani fungsi sosial yang penting. Akibatnya, orang lain dapat secara
langsung mengontrol bagaimana mereka berbicara, bertindak, dan berpikir
dengan menggunakan fungsi membaca. misalnya membaca pengumuman,
karya sastra, dan berita.
 Membaca juga bisa menjadi cara yang baik untuk menghabiskan waktu. seperti
membaca surat kabar, majalah dan terbitan lainnya.
d. Prinsip Membaca

Dasar-dasar membaca yang benar diperlukan untuk memperluas wawasan dan


meningkatkan tingkat pemahaman seseorang terhadap bahan bacaan:

 Membaca adalah pengalaman psikologis dan fisiologis yang unik bagi setiap
orang. Setiap orang, terlepas dari fungsi otak dan matanya, melewati proses
fisiologis yang terkait dengan peristiwa membaca. Membaca jelas dipengaruhi
oleh variabel usia setiap orang dan pengelompokan pemikiran.
 Pendidikan berbasis literasi. Hal ini menunjukkan bahwa sikap membaca
seseorang, termasuk kecepatan, minat, frekuensi, atau membaca secara umum,
menentukan tingkat intelektualnya.
 Literasi manusia dapat dideteksi sejak dini. Oleh karena itu, diharapkan para
siswa, orang tua, dan masyarakat umum dapat mengikuti pembekalan dan
menunjukkan minat membaca yang semakin meningkat, khususnya di era
globalisasi ini.
e. Aspek Aspek dalam Membaca
Membaca adalah keterampilan rumit yang membutuhkan banyak keterampilan
yang berbeda dan lebih kecil. Dalam Sumo (2013), Tarigan mengatakan bahwa
membaca memiliki dua bagian:
a. Kemampuan mekanik yang bisa dianggap kurang antara lain:
 Mengenali karakter
 Mengenalkan unsur-unsur bahasa (fonem, frasa, klausa, dll.)
 Mengenali hubungan yang ada antara pola suara dan ejaan
b. Keterampilan pemahaman
Pada tingkat yang lebih tinggi (higher), keterampilan pemahaman
(comprehension skill) terlihat. Aspek ini terdiri dari:
• Mengenali makna langsung (tata bahasa, retoris, dan leksikal)
• Mengenali tujuan, sasaran, dan maksud penulis
• Penilaian atau penilaian (isi, struktur).
• Kecepatan membaca yang dapat disesuaikan dan disesuaikan
Strategi membaca yang meningkatkan pemahaman diperlukan untuk mencapai
aspek-aspek membaca ini. Membaca senyap adalah membaca yang sebenarnya.
Sementara itu, membaca dengan suara keras diperlukan untuk mengembangkan
keterampilan mekanik. Metode pertama yang dapat kita gunakan untuk kegiatan
membaca adalah membaca ekstensif. Kelas membaca, membaca kuis, dan browsing
merupakan komponen dari membaca ekstensif.
Setelah itu, bab baru yang intens. Membaca terkonsentrasi dibagi menjadi
membaca konten, yang mencakup membaca observasional, membaca persepsi,
membaca dasar, dan membaca pikiran. Studi tata bahasa, yang meliputi membaca
bahasa asing dan sastra Tarigan di Amalina, merupakan komponen lain dari membaca
intensif.
B. Faktor Penyebab Kesulitan Membaca
Kemampuan membaca atau ketidakmampuan siswa dalam membaca dapat
dikaitkan dengan beberapa faktor, antara lain:

1. Minat
Selain itu, orang tua tidak menyadari masalah ini dengan kesejahteraan anak. Di
sini, minat mengacu pada keinginan untuk belajar, meskipun anak tidak ingin belajar
bagaimana orang tua merayu anak dengan cara yang menyenangkan dan efektif untuk
membangkitkan minat belajar mereka. perbedaan kinerja siswa, minat, dan kegiatan
membaca. Karena kurangnya minat membaca, banyak siswa sekolah dasar terus
bergumul dengan membaca. Promosi membaca di sekolah dasar memang sulit, tetapi
masih ada pekerjaan yang harus dilakukan yang membutuhkan kerja sama siswa dan
guru (Saputro et al., 2021).
2. Faktor fisiologis
Jenis kelamin, kegugupan, dan kesehatan fisik adalah contoh dari faktor-faktor
ini. Ditambah lagi, kelelahan merupakan penyakit yang menghambat kemampuan
anak untuk belajar membaca. Menurut beberapa ahli, ketidakdewasaan fisik dan cacat
saraf dapat mencegah anak-anak meningkatkan keterampilan membaca mereka.
Kendala wacana, pendengaran dan penglihatan juga dapat memudahkan kembali
belajar membaca dengan teliti. Meski tidak buta, beberapa anak berjuang untuk
belajar membaca. Hal ini dapat terjadi karena kemampuan mereka untuk memisahkan
gambar cetakan seperti huruf, angka dan kata belum berkembang. Kurangnya
memori; kinerja memori setiap siswa bervariasi, dan metode yang digunakan untuk
meningkatkannya juga bervariasi, beberapa di antaranya cepat.
3. Faktor lingkungan
Keluarga dipengaruhi oleh dunia luar, dan orang tua memainkan peran penting
dalam membimbing anak-anak mereka. Dalam hal pendidikan anak-anak mereka,
mayoritas orang tua menyerahkan segalanya kepada pengasuh rumah. Kenyataannya,
sulit bagi pendidik untuk mengarahkan dan membimbing siswa di rumah tanpa
dukungan penuh dari orang tua mereka. Masih banyak pembicaraan tentang topik ini,
tetapi tidak ada tanda-tanda harapan. Peran guru adalah menjadi orang tua lain yang
lebih baik membimbing dan mengarahkan apa yang orang tua terapkan pada anaknya.
Secara teori, orang tua paling memahami kondisi anak. Anak-anak terbiasa tidak
diperhatikan karena tidak selalu mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya,
sehingga mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak mau dikontrol.
4. Motivasi
Orang tua tidak menyadari pentingnya memotivasi anak-anak mereka. Hal-hal
kecil seperti memberi makan anak setiap hari dan mendengar cerita motivasi dari
orang-orang terkenal.
5. Pengalihan pembelajaran daring
Salah satu penyebab anak masih belum bisa membaca adalah karena pandemi.
Sebab, meskipun kemampuan membaca siswa tidak meningkat, pembelajaran tatap
muka jarang mengalami kendala meski hanya beberapa bulan. Selain itu, proses
pembelajaran daring menjadi lemah ketika sistem pembelajaran berpindah dari sistem
luring ke sistem daring. Guru tidak bisa langsung menginstruksikan siswa; mereka
hanya bisa mempercayakan pembelajaran siswa kepada orang tua. Namun, tidak
semua orang tua mampu memberikan pendidikan yang terbaik bagi anaknya. Guru
menemukan bahwa siswa yang sebelumnya belajar sendiri di rumah tidak memiliki
kemampuan belajar yang signifikan ketika pembelajaran tatap muka diperkenalkan
kembali.

B. Kerangka Berpikir
Menurut Suriasumantri dalam Sugiyono (2016):65, gejala-gejala yang menjadi
pokok permasalahan dapat dijelaskan sementara oleh keadaan mental tersebut. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa kerangka kerja adalah model atau cara berpikir yang
menjelaskan keterkaitan antara masalah atau variabel yang dikumpulkan dari berbagai
teori yang diteliti dan dihipotesiskan untuk dicari solusinya. sesuai dengan diagram di
bawah ini.

PENYEBAB MASALAH TIDAK BISA


MEMBACA

Minat
Faktor fisiologis
Faktor lingkungan
Motivasi
Pengalihan pembelajaran daring
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SDN 73 Kota Tengah di Desa Pulubala, Kecamatan
Kota Tengah, Kota Gorontalo. Alasan pemilihan lokasi ini didasarkan pada beberapa
aspek yang berkaitan dengan keunikan, daya tarik, keterbukaan dan subjek penelitian ini
yaitu:

1. Sekolah dasar ini termasuk sekolah dasar yang aktif menyelenggarakan belajar
mengajar, dan dalam hal apapun sekolah yang menjunjung tinggi tata tertib.
2. SDN 73 Kota Tengah memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh para
penjelajah karena tidak jauh dari pusat kota.
3. Kepala sekolah dan guru-guru yang mengajar pada SDN 73 Kota Tengah sangat
ramah dan terbuka ketika penulis melakukan penelitian.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Secara khusus, metode deskriptif kualitatif digunakan oleh peneliti. H. untuk
mengetahui permasalahan yang menjadi penyebab terjadinya buta aksara kelas V di
SDN 73 Kota Tengah. Penelitian yang menghasilkan hasil yang tidak dapat dicapai
melalui metode kuantitatif atau statistik dianggap sebagai penelitian kualitatif.
Kehidupan masyarakat, sejarah, perilaku, fungsionalisme organisasi, gerakan sosial, dan
hubungan kekerabatan semuanya dapat diungkap melalui penelitian kualitatif. Dengan
menggunakan berbagai metode, menyajikan pencarian makna, pengertian, konsep, ciri,
gejala, simbol, atau deskripsi dari suatu fenomena secara naratif, penelitian kualitatif
menekankan, memfokuskan, dan bersifat multifaset, natural, dan komprehensif.
Penulis menyajikan peristiwa dan kejadian yang konsisten dengan yang
ditemukan selama penelitian di bidang ini. Penelitian ini digunakan untuk
mendeskripsikan dan memperoleh informasi tentang penyebab buta aksara di SDN 73
Kota Tengah pada siswa kelas V.

C. Sumber Data

Peneliti mengumpulkan sumber data berupa data primer dan data sekunder pada
saat mengumpulkan sumber data.

Jenis dan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber pertama
—individu dan kelompok—disebut sebagai data primer. Putuskan sekarang juga.
Tujuan dari data primer adalah untuk memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian.
Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan seluruh siswa kelas V di SDN 73 Kota
Tengah menjadi sumber informasi utama dalam penyelidikan ini. Sumber data
penelitian yang peneliti peroleh melalui sarana perantara (diperoleh atau disimpan oleh
pihak ketiga) dikenal dengan data sekunder. Bukti, dokumen arsip, atau laporan
dianggap sebagai data sekunder.

D. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah cara mengumpulkan data tentang dunia nyata
agar hasil penelitian dapat berguna dan mengarah pada teori atau penemuan baru. Tidak
ada gunanya jika tidak ada cara untuk mengumpulkan informasi yang dapat diteliti
tentang tujuan penelitian. Data penelitian yang valid yang dapat diuji dapat diperoleh
dengan menggunakan metode pengumpulan data. Berikut teknik penelitian data yang
digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini:

1. Metode Obervasi
Dalam penelitian, observasi didefinisikan sebagai menggunakan kelima indera
untuk fokus pada objek dan mengumpulkan informasi. Pengamatan langsung dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran, sentuhan, atau, jika perlu, rasa disebut
pengamatan. Petunjuk observasi, tes, survei, rekaman gambar, dan data audio
semuanya dapat digunakan sebagai instrumen dalam observasi. Dalam penelitian
kualitatif, metode wawancara dilengkapi dengan alat observasi. Dalam penelitian
kualitatif, observasi berarti mengamati secara langsung objek penelitian sehingga
peneliti dapat mencatat dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk memahami
penelitian tersebut. Peneliti menggunakan metode observasi ini untuk mengumpulkan
data secara langsung dan menyaring data yang tidak relevan. dalam kegiatan penelitian
peneliti. Topik penelitian yang paling menarik dan menonjol adalah kesulitan membaca
kelas lima, dengan tiga dari 22 siswa mengalami kesulitan.
2. Metode Wawancara
Percakapan dengan tujuan tertentu adalah wawancara. Wawancara adalah proses
komunikasi interaktif yang dilakukan dalam suasana alami dengan ketersediaan minimal
dua orang. Arah pembicaraan terkait dengan tujuan yang telah ditetapkan, dengan
kepercayaan sebagai metode penyadapan pemahaman. Sugiyono mengatakan bahwa ada
tiga jenis wawancara: terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur sebagai metode pengumpulan data ketika peneliti
mengetahui dengan pasti data apa yang akan dikumpulkan, seperti informasi
demografis. Sebelum melakukan wawancara, peneliti mengenal subjek
penelitiannya.
b. Wawancara semi-terstruktur
Sumber daya semacam ini mendorong semua peserta untuk menyuarakan
pendapat mereka dan bertujuan untuk mengekspresikan sesuatu secara lebih
terbuka. Selama wawancara, peneliti harus memperhatikan dengan seksama apa
yang dikatakan dan dicatat informan.
c. Wawancara tidak terstruktur
Dalam wawancara bentuk bebas, peneliti tidak sepenuhnya dan sistematis
menggunakan proses wawancara untuk mengumpulkan data. Dalam pedoman
wawancara, pertanyaan yang dimuat dinyatakan dengan jelas. Peneliti menggunakan
wawancara tidak terstruktur untuk mempelajari tentang pertanyaan yang diajukan
kepada mereka dan mendapatkan informasi.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penelitian yang mengorganisasikan informasi secara
sistematis berdasarkan wawancara, catatan lapangan, dan rekaman. Itu juga
mengkategorikan, menguraikan, mensintesis, dan menggabungkan data ke dalam model
untuk menentukan apa yang paling penting. dan mana yang akan tiba. sehingga mereka
dan orang lain dapat dengan mudah memahaminya, melakukan penelitian dan menarik
kesimpulan. Analisis data induktif, juga dikenal sebagai Hipotesis muncul dari H.
analisis data yang diterima.
Tugas menganalisis data kualitatif, menurut Miles dan Hubermen, dilakukan
secara irasional dan interaktif hingga selesai, pada titik mana data menjadi jenuh.
Analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan atau verifikasi
kesimpulan.

1. Reduction data (reduksi data)


Mengurangi data memerlukan penghapusan data yang tidak perlu,
berkonsentrasi pada apa yang paling penting, dan hanya mengonsolidasikan
informasi penting. Akibatnya, gambarannya lebih jelas dan peneliti dapat
mengumpulkan data dan menemukannya dengan lebih mudah. Dalam
mengurangi data, setiap peneliti harus menetapkan tujuan yang dapat dicapai.
Proses pemikiran halus reduksi data membutuhkan kecerdasan tinggi,
fleksibilitas, dan pemahaman yang mendalam. Akibatnya, data yang terbatas
memberikan gambaran yang jelas mengapa siswa Kelas V SDN 73 Kota Tengah
buta huruf.
2. Data display (peyajian data)
Langkah selanjutnya melibatkan penyajian data. Dalam penelitian
kualitatif, informasi dapat disajikan dalam berbagai format serupa, termasuk
diagram flash, diagram, hubungan antar kategori, dan deskripsi singkat. Menurut
Miles dan Huberman, teks naratif sering digunakan dalam penelitian kualitatif
untuk menyajikan data. Apabila rumusan yang ditemukan selama penelitian
didukung oleh data, maka model ini menjadi model standar yang kemudian
ditampilkan pada penelitian akhir.
3. Conclusion drawing/verification
Menurut Miles dan Huberman, langkah terakhir dalam analisis data
kualitatif adalah menarik dan merumuskan kesimpulan. Temuan penelitian
kualitatif adalah wawasan baru yang sebelumnya belum ditemukan. Setelah
dijelaskan, informasi dapat muncul sebagai koneksi cerdas, spekulasi, atau
hipotesis. Pengetahuan dapat berupa gambar atau deskripsi objek yang
sebelumnya tidak jelas. Data yang ditampilkan dapat digunakan sebagai
inferensi yang andal jika didukung oleh data keras. Untuk menentukan apakah
disleksia siswa disebabkan oleh hal lain, dokter menganalisis data yang
dikumpulkan di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai