PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minat baca mempunyai pengaruh yang besar terhadap kebiasan membaca. Karena apabila siswa
membaca tanpa mempunyai minat baca yang tinggi maka siswa tersebut tidak akan membaca dengan
sepenuh hati. Apabila siswa tersebut membaca atas kemauan atau kehendaknya sendiri maka siswa
tersebut akan membaca dengan sepenuh hati. Apabila siswa sudah terbiasa dengan membaca,
kebiasaan tersebut akan dilakukan secara terus-menerus. Selain itu, kegemaran membaca memberikan
dampak yang positif untuk siswa tersebut. Karena minat baca yang sangat tinggi menjadikan minat
belajarnya pun juga tinggi. Siswa yang senang membaca akan mempunyai pengetahuan yang luas dari
buku yang dibacanya. Sangat disayangkan, apabila siswa tidak suka membaca atau mempunyai minat
membaca yang rendah karena pengetahuan siswa akan sempit.
Seperti sekarang ini, minat baca siswa yang rendah membuat mutu pendidikan juga semakin
menurun. Karena minat baca siswa berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Rendahnya minat baca
menyebabkan merosotnya kualitas lulusan siswa, karena siswa tersebut malas membaca atau
mempunyai minat baca yang rendah sehingga siswa tersebut juga malas untuk belajar. Padahal,
dengan membaca siswa menjadi tahu apa yang sebelumnya belum diketahui. Dan secara umum untuk
meningkatkan pengertian, pemahaman dan pengetahuan tentang pelajaran dalam menguasai informasi
dan perkembangan teknologi adalah dengan kegiatan membaca. Apabila siswa tersebut sudah malas
untuk membaca maka hal tersebut juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa tersebut.
Wikpedia(2008) menyatakan, Rendahnya minat baca para siswa menyebabkan perpustakaan
yang ada di sekolah-sekolah akan jarang dimanfaatkan secara optimal oleh siswa. Demikian pula
dengan perpustakaan umum yang ada disetiap kota atau kabupaten juga akan jarang dikunjungi para
siswa, karena siswa tersebut tidak mempunyai minat baca yang tinggi.
Apabila minat baca tinggi maka mutu pendidikan juga tinggi. Sehingga kualitas sumber daya
manusia juga meningkat. Untuk itu, membaca sebaiknya ditumbuhkan pada diri siswa sejak dini
karena semakin siswa tersebut di latih membaca secara terus-menerus yang akan berdampak yang
positif pada siswa tersebut.
Upaya untuk melakukan peningkatan minat baca pun juga telah dilakukan. Tinggal bagaimana
siswa tersebut menanggapi betapa pentingnya menumbuhkan minat baca pada dirinya. Karena dengan
membiasakan membaca bisa meningkatkan prestasi belajar yang semula menurun tetapi dengan
mempunyai minat baca yang tinggi menyebabkan siswa tersebut belajar dari buku yang dia baca,
maka membuat prestasi siswa tersebut menjadi meningkat. Selain itu, juga membuka wawasan
mereka semakin luas dan juga pengetahuan siswa juga akan semakin bertambah pula dengan
membaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas, Rumusan Masalah yang dapat diambil adalah
1. Apakah pengertian Membaca?
2. Bagaimana Hakikat Membaca itu sendiri?
3. Apa saja permasalahan yang melatar belakangi rendahnya minat membaca pada siswa?
4. Apakah faktor yang menyebabkan rendahnya minat membaca pada siswa?
5. Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat rendahnya minat membaca pada siswa?
6. Bagaimana upaya untuk meningkatkan minat membaca pada siswa?
C. Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan rendahnya minat membaca pada siswa
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat rendahnya minat membaca pada siswa
3. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dapat meningkatkan minat membaca pada siswa
1
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa definisi membaca dari para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa membaca
merupakan suatu proses memahami dan mengambil makna dari suatu kata-kata, gagasan, ide, konsep,
dan informasi yang telah dikemukakan oleh pengarang pada bentuk tulisan.
2
B. Hakikat Membaca
Kridalaksana (1982:105) mengemukakan bahwa dalam kegiatan membaca melibatkan dua hal,
yaitu:
1. Pembaca yang berimplikasi adanya pemahaman dan,
2. Teks yang berimplikasi adanya penulis.
Dari beberapa butir hakikat membaca tersebut, dapat dikemukakan bahwa membaca pada
hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang berupa fisik berupa
kegiatan mengamati tulisan secara visual dan merupakan proses mekanis dalam membaca. Proses
mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah
informasi. Proses pskologis itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap
tulisan ke pusat kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar-gambar bunyi dan
kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna. Proses decoding berlangsung
dengan melibatkan Knowledge of The World dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah
pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan.
Minat membaca adalah sumber motivasi kuat bagi seseorang untuk menganalisa dan mengingat
serta mengevaluasi bacaan yang telah dibacanya, yang merupakan pengalaman belajar
menggembirakan dan minat baca mempengaruhi bentuk serta intensitas seseorang dalam menentukan
cita-citanya kelak dimasa yang akan datang, hal tersebut juga adalah bagian dari proses
pengembangan diri yang harus senantiasa diasah sebab minat membaca tidak diperoleh dari lahir.
Membaca adalah berpikir, berpikir merupakan suatu proses untuk mengenali, memahami, dan
kemudian menginterpretasikan lambang-lambang yang bisa mempunyai arti. Disini banyak terlibat
unsur-unsur psikologis seperti kemampuan dan atau kapasitas kecerdasan, minat, bakat, sensasi,
persepsi, motivasi, retensi, ingatan, dan lupa, bahkan ada lagi yaitu kemampuan mentransfer dan
berpikir kognitif .
3
yang dihabiskan di sekolah untuk belajar, anak kadang berfikir bahwa waktu yang dihabiskan untuk
belajar dan membaca di sekolah saja sudah cukup dan mereka cenderung tidak membaca materi guru
di rumah. Mereka membaca atau mengulang materi dari guru jika esoknya akan ada ulangan ataupun
ada PR saja.
Kedua, banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan
perhatian pelajar dari buku. Selain itu, browsing di internet terkadang lebih asyik bagi para pelajar
ketimbang harus membaca buku pelajaran yang mereka pikir terlalu membosankan. Pelajar rela
menghabiskan waktu dengan HP, laptop, ataupun gadget mereka untuk membuka internet seperti
bermain facebook, twitter, youtube, ataupun media lain dari pada mencari hal-hal yang bermanfaat
untuk kehidupan mereka ataupun membaca buku.
Ketiga, banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat
karaoke, night club, mall, supermarket. Tempat-tempat seperti ini kadang digunakan oleh para pelajar
dewasa untuk bermain setelah pulang sekolah. Jika mereka bisa membagi waktu antara bermain di
luar dengan belajar, maka itu tidak akan masalah. Tetapi kadang para pelajar ini lupa waktu jika sudah
berada di tempat hiburan. Misalnya saja di mall, mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu
untuk melihat baramh-barang yang dijual di mall walaupun kadang mereka tidak bermaksud
membelinya. Karena terlalu lama, mereka kadang lupa waktu untuk belajar dan terus jalan-jalan
walaupun sampai malam. Dan itu membuat para pelajar untuk lupa akan waktu belajarnya, apalagi
membaca.
Keempat, budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang kita. Kita hanya
terbiasa mendengar berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal dikemukakan orang tua,
nenek, dan tokoh masyarakat. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang Indonesia
lebih senang mendengar ataupu berbicara dari pada membaca. Ini terbukti dari sebagian besar pelajar
lebih suka mendengar berita ataupun menonton sinetron di televisi, dan jika sedang berkumpul
dengan teman sejawat, mereka akan lebih suka untuk ngerumpi untuk membicarakan hal-hal yang
menurut mereka asyik untuk dibicarakan, seperti menggosip ataupun bercerita tentang isi hati mereka
masing-masing.
Kelima, para ibu orang tua kita senantiasa disibukkan berbagai kegiatan, serta membantu
mencari tambahan nafkah untuk penghidupan keluarga. Kadang itu membuat para pelajar merasa
kehilangan kasih sayang dan mencari kegiatan lain untuk mencari cara menghilangkan kejenuhan dan
itu cenderung mengarah ke hal yang negative.
Keenam, sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih
merupakan barang aneh dan langka. Itu membuat para pelajar menjadi malas untuk membaca karena
mereka tidak bisa dengan mudah mencari bahan bacaan. Di internet juga tidak semua informasi ada,
selain itu terlalu lama berada di depan layar komputer ataupun sejenisnya bisa membuat mata tidak
sehat atau bahkan bisa membuat kita memakai kaca mata.
Ketujuh, mempunyai sifat malas yang merajalela dikalangan anak-anak maupun dewasa untuk
membaca dan belajar demi kemajuan diri masing-masing untuk menambah ilmu pengetahuan. Ini
merupakan masalah terbesar bagi rendahnya minat baca para pelajar karena ini merupakan masalah
dari dalam diri pelajar yang harus mereka lawan sendiri. Sifat malas tersebut muncul secara tiba-tiba
atau sudah menjadi kebiasaan seoraang pelajar malas untuk membaca.
4
memberikan motivasi pada anak-anak peserta didik bahwa membaca itu penting untuk menambah
ilmu pengetahuan, melatih berfikir kritis, menganalisis persoalan, dan sebagainya.
Kurangnya pengelolaan perpustakaan dan koleksi buku dihampir semua sekolah pada semua
jenis dan jenjang pendidikan, kondisi perpustakaannya masih belum memenuhi standar sarana dan
prasarana pendidikan. Perpustakaan sekolah belum sepenuhnya berfungsi. Jumlah buku-buku
perpustakaan jauh dari mencukupi kebutuhan tuntutan membaca sebagai basis pendidikan, serta
peralatan dan tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Padahal perpustakaan sekolah
merupakan sumber membaca dan sumber belajar sepanjang hayat yang sangat vital dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
2. Kemajuan Teknologi
Minat baca siswa yang rendah dewasa ini disebabkan oleh faktor, perkembangan teknologi
dan pusat-pusat informasi yang lebih menarik, perkembangan tempat-tempat hiburan
(entertainment), acara televisi. Sehingga status dan kedudukan perpustakaan, serta citra
perpustakaan dalam pandangan siswa sangat rendah. Hal ini secara lebih luas, dengan menengok
sendi-sendi budaya masyarakat yang pada dasarnya kurang mempunyai landasan budaya baca,
atau pewarisan secara intelektual. Masyarakat dalam memberitakan sesuatu termasuk cerita-cerita
terdahulu lebih mengandalkan budaya tutur daripada tulisan. Latar budaya lisan itulah yang
agaknya menjadi salah satu sebab lemahnya budaya baca masyarakat, termasuk minat pada
pustaka dan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan.
3. Kurangnya Dukungan Keluarga dan Lingkungan
Rendahnya minat baca di kalangan anak dapat disebabkan oleh kondisi keluarga yang tidak
mendukung, terutama dari orang tua anak-anak yang tidak mencontohkan kegemaran membaca
kepada anak-anak mereka. Selain itu, kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua mereka
terhadap kegiatan anak-anaknya. Hal ini dapat dikaitkan pula dengan konsep pendidikan yang
diterapkan dan dipahami orang tua. Sementara terkait dengan fasilitas, minimnya ketersediaan
bahan bacaan di rumah juga dapat membuat anak kurang berminat pada kegiatan membaca karena
tidak ada atau kurangnya sumber bacaan yang tersedia di rumah. Selain dari sisi keluarga, terdapat
juga pengaruh dari lingkungan. Karena pengaruh ajakan yang begitu kuat dari lingkungan
(teman), anak lebih memilih bermain dengan teman-temannya dibanding membaca buku.
Dan terakhir, ketersediaan waktu yang kurang, membuat anak kurang berminat untuk
membaca. Seperti kondisi beberapa informan anak yang bersekolah dengan sistem full day school,
tentu sebagian besar waktu dalam sehari sudah banyak dihabiskan di sekolah. Kesempatan
memiliki waktu luang sangat terbatas. Apalagi jika masih ada kegiatan-kegiatan rutin yang mereka
jalani setelah pulang sekolah. Kalaupun masih ada sisa waktu, mereka lebih memanfaatkan untuk
bersantai dan melepas lelah.
Rendahnya minat baca siswa, tentu tidak hanya sebatas masalah kuantitas dan kualitas buku
saja, melainkan terkait juga pada banyak hal yang saling berhubungan. Misalnya, mental anak dan
lingkungan keluarga/masyarakat yang tidak mendukung. Orang kota mungkin kesulitan
membangkitkan minat baca siswa karena serbuan media informasi dan hiburan elektronik.
Sementara di pelosok desa, siswa lebih suka keluyuran ketimbang membaca. Sebab, di sana
lingkungan/tradisi membaca tidak tercipta. Orang lebih suka ngerumpi atau menonton acara
televisi daripada membaca.
5
2. Bagi Masyarakat, Bangsa dan Negara
Apabila rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa, maka dalam persaingan global
kita akan selalu ketinggalan dengan sesama negara berkembang, apalagi dengan negara-negara
maju lainnya. Kita tidak akan mampu mengatasi segala persoalan sosial, politik, ekonomi,
kebudayaan dan lainnya selama SDM kita tidak kompetitif, karena kurangnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, akibat lemahnya kemauan dan kemampuan membaca. Penurunan
minat membaca juga berpengaruh terhadap daya saing tenaga kerja Indonesia yang menduduki
urutan ke-46 di dunia, di bawah Singapura (2), Malaysia (27), Filipina (32) dan Thailand (34).
Sedangkan, kualitas SDM Indonesia berdasar Indeks Pembangunan Manusia oleh PBB (UNDP)
2000, menduduki urutan ke-109, terendah dibanding sejumlah negara ASEAN, seperti Vietnam
(108), Jepang (9), Singapura (24), Brunei (32), Malaysia (61), Thailand (76) dan Filipina (77).
Kedua prinsip di atas harus saling bergayut. Artinya dalam proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, harus diisi dengan kegiatan pengembangan budaya
membaca, menulis dan berhitung. Pengembangan kurikulum secara berdiversifikasi khususnya
dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia harus memuat kegiatan pengembangan budaya membaca
dan menulis dengan alokasi waktu yang cukup memberi kesempatan banyak untuk membaca.
Demikian pula dalam bahan kajian seni dan budaya, cakupan kegiatan menulis harus jelas dan
berimbang dengan kegiatan menggambar/melukis, menyanyi dan menari. Kegiatan membaca dan
menulis tidak saja menjadi prioritas dalam Bahan Kajian Bahasa Indonesia dan Bahan Kajian Seni
dan Budaya, tetapi hendaknya juga secara implisit harus tercantum dalam Bahan-bahan Kajian
lainnya.
2. Paradigma Tenaga Kependidikan Guru, dosen maupun para pustakawan sekolah sebagai tenaga
kependidikan, harus merubah mekanisme proses pembelajaran menuju “membaca” sebagai suatu
sistem belajar sepanjang hayat. Setiap guru, dosen dalam semua bahan kajian harus dapat
memainkan perannya sebagai motivator agar para peserta didik bergairah untuk banyak membaca
buku-buku penunjang kurikulum pada bahan kajian masing-masing. Misalnya dengan memberi
tugas-tugas rumah setiap kali selesai pertemuan dalam proses pembelajaran. Dengan
sistemreading drill secara kontinu maka membaca akan menjadi kebiasaan peserta didik dalam
belajar.
Pustakawan pada perpustakaan sekolah yang didukung oleh para guru kelas sedapat mungkin
harus dapat menciptakan “kemauan” para peserta didik untuk banyak membaca dan meminjam
buku-buku di perpustakaan. Sistem promosi perpustakaan harus diadakan dan diprioritaskan
secara kontinu agar perpustakaan dikenal apa fungsi, arti, kegunaan dan fasilitas yang dapat
diberikannya. Tanpa promosi perpustakaan yang gencar, mustahil orang akan mengenal dan
tertarik untuk datang ke perpustakaan.
3. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah dengan Baik Perpustakaan merupakan salah satu sumber
belajar yang sangat penting untuk menunjang proses belajar mengajar. Jika dikaitkan dengan
proses belajar mengajar di sekolah, perpustakaan sekolah memberikan sumbangan yang sangat
berharga dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan dan
6
pengajaran. Melalui penyediaan perpustakaan, siswa dapat berinteraksi dan terlibat langsung baik
secara fisik maupun mental dalam proses belajar (Darmono, 2001:2). Perpustakaan sekolah
sebagai salah satu sarana pendidikan penunjang kegiatan belajar mengajar siswa memegang
peranan yang sangat penting dalam memacu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.
Perpustakaan harus dapat memainkan peran, khususnya dalam membantu siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan di sekolah.
Pemanfaatan perpustakaan sekolah secara maksimal, diharapkan dapat mencetak siswa untuk
senantiasa terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami pelajaran, mengerti maksud dari sebuah
informasi dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya bermutu. Kebiasaan membaca buku
yang dilakukan oleh siswa, akan meningkatkan pola pikirnya sehingga perlu dijadikan aktivitas
kegiatan sehari-hari. Buku harus dicintai dan bila perlu dijadikan sebagai kebutuhan pokok siswa
dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perpustakaan sekolah dapat dijadikan
sumber belajar siswa baik dalam proses kegiatan belajar mengajar secara formal maupun non
formal untuk membantu sekolah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di sekolah tersebut. Hal
penting yang harus dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa adalah
dengan melengkapi koleksi perpustakaan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Sudah
saatnya perpustakaan sekolah tidak hanya berisi buku-buku paket, koleksi perpustakaan juga dapat
berupa buku-buku bacaan yang mampu menarik minat siswa untuk membaca.
4. Motivasi Guru dan Keluarga Pada dasarnya, pihak sekolah / guru bertanggungjawab ikut
menumbuhkan minat baca bagi siswa, karena dari sanalah sumber kreatifitas siswa akan muncul.
Sekolah harus mengajar anak-anak berpikir melalui budaya belajar yang menekankan pada
memahami materi. Selain itu, juga keluarga harus mendukung, terutama dari orang tua anak-anak
yang harus mencontohkan kegemaran membaca kepada anak-anak mereka. Selain itu, orang tua
juga harus memperhatian dan mengawasi terhadap kegiatan anak-anaknya. Sementara terkait
dengan fasilitas, ketersediaan bahan bacaan di rumah juga dipenuhi agar membuat anak berminat
pada kegiatan membaca karena sumber bacaan yang tersedia di rumah.
7
Mengenalkan buku/bacaan terhadap anak sejak kecil, serta membiasakan diri untuk mengajak
anak mengunjungi toko buku dan perpustakaan.
Guru atau dosen lebih sering memberi tugas yang membuat anak didik harus mencari informasi di
perpustakaan.
Berbeda pada materi yang dibacanya, kemudian dilanjutkan dengan membahas inti bacaanya.
Mengundang penulis, nara sumber atau tokoh yang berhubungan dengan buku yang dibaca.
Sehingga dapat memotivasi untuk juga berkarya tulis.
Melakukan kunjungan ke tempat-tempat objek tulisan, sehingga dapat mencocokkan apa yang
dilihat dan dibaca.
Membiasakan saling memberikan buku sebagai hadiah.
Meminjamkan buku satu sama lain.
Membuat anggaran khusus belanja buku.
Pengadaan lomba-lomba membaca dan menulis, menggambar dengan memberikan penghargaan,
menjadi pendorong untuk menggairahkan minat baca.
Mempagelarkan karya-karya tulis dalam suatu pementasan, dimaksudkan untuk mengembangkan
budaya baca melalui seni seperti tari, nyanyi, musik, puisi dan lain-lain.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi membaca dari para ahli adalah suatu proses memahami dan mengambil makna dari
suatu kata-kata, gagasan, ide, konsep, dan informasi yang telah dikemukakan oleh pengarang pada
bentuk tulisan.
Hakikat membaca adalah berpikir, berpikir merupakan suatu proses untuk mengenali,
memahami, dan kemudian menginterpretasikan lambang-lambang yang bisa mempunyai arti..
Minat baca masyarakat Indonesia kususnya siswa sangat rendah . Karena mereka lebih senang
mencari hiburan pada acara TV , bermain , pergi ke mall atau pergi ke tempat hibutran lainya,
dibandingka denngan membaca di perpustakaan. Dampak rendahnya minat baca siswa adalah
menurunnya mutu pendidikan dan menurunnya prestasi siswa.
Kegiatan membaca merupakan bagian dari proses belajar yang membangun pemahaman baik
dari teks yang tertulis maupun dari lingkungan belajar siswa. Hal ini berarti kegiatan membaca
berkaiatan erat dengan bahan-bahan bacaan, fasilitas dan lingkungan belajar siswa. Oleh karena itu,
dapat diperkirakan bahwa terdapat hubungan positif antara lingkungan belajar dengan minat baca
siswa.
Untuk meningkatkan minat baca, siswa membutuhkan dorongan, rangsangan, dan motivasi.
Dengan adanya motivasi membaca pada siswa akan memberikan dampak positif yaitu membuat siswa
terdorong untuk membaca lagi secara berulang-ulang. Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan
antara motivasi membaca dengan minat baca pada siswa.
B. Saran
Sebagai seorang siswa kita sebaiknya menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan, karena
membaca adalah salah satu cara agar wawasan kita bertambah. Jangan terlalu sering menggunakan
waktu luang kita untuk melakukan hal yang sia-sia, seperti menonton tayangan infotaiment secara
berlebihan. Maka dari itu, kita harus bisa menghilangkan rasa malas yang timbul dari dalam diri kita
sendiri. kita juga harus memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah tersedia di sekitar kita, seperti
perpustakaan, surat kabar, media massa, majalah, buku pelajaran dan lain-lain. Kita harus mengisi
waktu luang kita dengan hal-hal yang positif, seperti membaca. Dengan adanya perkembangan
teknologi contohnya internet, sebagai pelajar kita diharapkan memanfaatkan internet untuk mencari
informasi yang berguna serta menambah wawasan dan pengetahuan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
DAFTAR ISI
11ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah tentang “Rendahnya Minat Memabaca pada
Siswa”. Karya Ilmiah ini penulis susun untuk memenuhi tugas pelajaran Bahasa Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mahdalena, sebagai Guru Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia, karena beliau telah membimbing dan bersedia membagikan ilmunya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyusun Karya Ilmiah ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua yang
selalu mendoakan penulis, dan pihak-pihak lain yang turut membantu penyusunan makalah ini sehingga
dapat dinikmati oleh pembaca.
Akhir kata, penulis bersedia menerima baik kritik maupun saran yang dapat membangun baik bagi
penulis maupun pembaca agar dapat berkarya dengan baik lagi. Selain itu penulis meminta maaf jika
terdapat kekurangan dalam Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat.
Terima kasih.
Khoirun Khopifah
12i