Sitiainurrokhimah756@gmail.com
ABSTRAK
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis dalam
membaca mecakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literasi, interprestasi1, membaca kritis,
dan pemahaman kreatif. Peneliti dapat menggunakan metode observasi untuk mendapatkan
pengembangan kemampuan membaca anak usia dini. Pada buku cerita bergambar anak dapat
mengembangkan kemampuan membaca, ada warna-warna yang menarik pada gambar sehingga
membuat anak senang untuk membaca buku, dan anak juga dapat mempelajari huruf, bunyi,
simbol, kosa kata, dan kalimat sederhana, juga dapat merangsang pertumbuhan otak anak. Dalam
pengembangan media lotto bergambar dan media puzzle dapat meningkatkan kemampuan
membaca dan kognitif anak, dengan mencocokkan gambar dengan tulisannya. Media puzzle
dapat mengembangkan aspek kognitif, motorik halus, bahasa, dan juga dapat mengembangkan
aspek sosial emosional.
A. PENDAHULUAN
1
Mahasiswa Pendidikan Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Yudharta, Pasuruan.
pengucapan simbol-simbol dan menulis simbol grafis dalam rangkaian kata yang
mengandung arti.2
Menurut Anderson membaca adalah sebagai suatu proses untuk memahami makna
suatu tulisan. Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali dan
penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan
wacana. Serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Bahkan lebih jauh dari itu
dalam kegiatan membaca, pembaca menghubungkannya dengan maksud penulis berdasarkan
pengalamannya. Membaca merupakan bahagian keterampilan bahasa tulis yang bersifat
reseptif, kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai
keterampilan. Jadi, kegiatan membaca awal anak-anak kesatuan yang mencakup contohnya
mengenali huruf dan kosa kata, mengaitkan dengan bunyi, arti, dan maksud bacaan. Kegiatan
membaca terkait dengan (a) pengenalan huruf atau aksara, (b) bunyi dari huruf atau
rangkaian huruf-huruf, dan (c) makna atau maksud, dan (d) pemahaman terhadap makna atau
maksud berdasarkan konteks wacana.
2
Martini Jamaris. Kesulitan belajar prespektif, asesmen dan penanggulangannya. (Bogor: Ghalia =Indonesia,
2014). Hlm. 134.
3. Tahapan Perkembangan Kesiapan Membaca Kesiapan membaca yang baik adalah saat
anak berusia 6 tahun, namun kebanyakan anak sudah siap membaca sebelum berusia 6
tahun. Pada masa ini, anak mulai menyadari bahwa kata-kata adalah ekspresi dari simbol
grafis dengan banyak makna. Pada tahap ini, anak sudah mulai memperhatikan satu atau
dua kata, misalnya huruf pertama yang bergambar, misalnya “APEL=A”, anak akan
memperhatikan huruf “A” dan gambarnya. sebuah apel yang telah dijelaskan oleh guru.
Tahapan ini perlu bimbingan guru dan orang tua, mengingat anak masih membutuhkan
bantuan dalam membaca dan menemukan huruf. Anak itu kemudian merangkai huruf-
huruf itu menjadi satu kata, seperti "B-O-L A = BALL". Kegiatan ini dapat menggunakan
berbagai media, seperti bernyanyi atau menggunakan flashcard alfabet.
4. Permulaan awal membaca biasanya dilakukan di sekolah dasar, namun saat ini banyak
anak yang sudah melakukannya di taman kanak-kanak. Pada tahap ini, anak mulai belajar
kosa kata dan pada saat yang sama anak belajar membaca dan menulis kosa kata. Pada
saat ini kebanyakan orang tua memaksa anaknya untuk membaca 1 paragraf penuh,
padahal anak sebenarnya baru bisa belajar membaca 1-2 kalimat karena anak masih
dalam tahap awal membaca.
5. Tahap perkembangan membaca dimulai pada tahap ini ketika anak kelas tiga sekolah
dasar sudah dapat membaca apa yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya. Anak-anak
tidak lagi harus sembarangan menulis surat demi surat.3
Manfaat membaca yang dapat diperoleh, setidaknya yang gemar membaca akan lebih
cepat mengetahui perkembangan terkini. Ilmu pengetahuan terbaru pun banyak dijabarkan
dalam bentuk tulisan. Dengan membaca pula, rasa ingin tahu seseorang akan meningkat
pesat. Adanya rasa ingin tahu yang tinggi secara tidak langsung akan menimbulkan
keinginan bagi seseorang untuk meningkatkan kemampuan diri. Peningkatan kemampuan
diri sama dengan peningkatan taraf hidup dan pola pikir. Selain itu, membaca juga sangat
bermanfaat untuk: (1) Membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan
tata kalimat, (2) Membaca memicu imajinasi, dan (3) Membaca bermanfaat pula untuk
berlatih menulis.
3
Martini Jamaris, Kesulitan belajar prespektif, asesmen dan penanggulangannya. Hal 13-16.
Implementasinya kepada anak didik adalah: (1) Menggunakan buku cerita bergambar
supaya anak lebih terangsang untuk membaca, (2) Menggunakan buku kesukaannya, (3)
Menggunakan media pembelajaran yang menarik seperti lotto berpasangan, (3) Ajarkan anak
membaca dengan cara menarik serta disukai anak, (4) Buat tulisan pada setiap benda-benda
yang sering digunakan anak, seperti pada kursi buat tulisan kursi dengan itu anak terlatih
untuk membaca, dan (5) Dapat dengan mudah mendengarkan guru bercerita.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Membaca
4
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.( Jakarta: Bumi Aksara), 2007.
5
Bayu Pamungkas, Asesmen Membaca Permulaan Sebagai Upaya Deteksi Dini Anak Berkesulitan Belajar
Membaca (DYSLEXIA), 2017.
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang reseptif.
Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi
ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui
bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya,
mempertajam pandanganya, dan memperluas wawasanya.6
Kesimpulan dari ketiga definisi diatas adalah membaca dapat diartikan sebagai suatu
cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Aktifitas membaca
melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa.
2. Pengertian Membaca
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah
dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-
teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu
merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan
kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.
6
St Y Slamet, Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia di SD, (Surakarta: LPP UNS, 2007).
dengan bunyi dari lambang yang dibaca memiliki kaitan yang sangat erat dalam
membaca permulaan.7
Membaca permulaan merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang
bersifat reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu,
dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Tujuan membaca permulaan agar
siswa memiliki kemampuan untuk memahami sekaligus menyuarakan tulisan dengan
intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran membaca
permulaan merupakan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan
sebagai representasi visual bahasa.8
3. Tujuan Membaca
Pada pengenalan anak dalam membaca, baik untuk anak usia dini Mempunyai
manfaat. Menurut Soejono (Lestary. 2004: 12), tujuan membaca permulaan ialah :
a. Memperkenalkan huruf-huruf alfabet kepada anak didik sebagai simbol suara atau
simbol suara
b. Melatih kemampuan anak didik dalam mengubah huruf pada kata menjadi suara
c. Disaat anak didik belajar membaca lebih lanjut, mereka harus melatih
pengetahuan huruf dan keterampilan vokalisasi alfabet pada waktu singkat.9
Dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca permulaan adalah agar anak memiliki
keterampilan untuk dapat membaca sejak dini guna menunjang keterampilan membaca
selanjutnya. Hal ini dilakukan dengan memberikan bekal keterampilan melafalkan huruf,
membaca huruf, merangkai huruf menjadi suku kata dan merangkai suku kata menjadi kata.
4. Tahap-tahap Membaca
Dalam tahapan ini, anak usia TK bisa mempergunakan tiga system bahasa secara
bersamaan, diantaranya fonem (bunyi huruf), semantic (makna kata) dan tata
bahasa (aturan kata atau kalimat). Anak-anak yang telah memiliki ketertarikan
dengan bahan bacaan mulai mengingatnya terhadap huruf dan konteks yang
tercetak. Anak mulai mengetahui tanda-tanda pada objek pada lingkungannya.
5. Metode Membaca
Menurut Irdawati, Yunidar & Darmawan (2014: 5.6). Metode pembelajaran membaca
permulan ada lima yaitu:
10
Rafi’ah, Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia 4-5 Tahun Menggunakan Media
Kartu Kata Di Taman Kanak-Kanak Wahyu Ilmiah KAB, Hlm,24-25.
Metode ini merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan prosese
pembelajarannya tidak jauh berbeda degan metode eja/abjad di atas. Demikian juga
dengan kelemahan-kelemahannya. Perbedaan terletak hanya pada cara atau sistem
pembacaan atau perlafalan abjad (huruf-hurufnya)
Contohnya:
Huruf /b/ dilafalkan (eb)
Huruf /e/ dilafkan (e)
Huruf /p/ dilafkan (ep)
Dengan demikian kata „sasi‟ dieja menjadi :
Es-a (sa)
Es-i (si) di baca (sa-si)
c. Metode suku kata dan metode kata
6. Instrumen Membaca
Membaca pada anak usia dini tidak sama dengan kemampuan membaca usia
dewasa. Membaca pada anak usia dini lebih dikenal dengan membaca permulaan yang
berada pada tahap awal proses menerjemahkan simbol tulis kedalam bunyi,
perkembangan bahasa dikatakan sebagai dasar utama dalam perkembangan bahasa dapat
melalui pengalaman berkomunikasi yang kaya Adnan et al., 2019; Gustiawati et al.,
2020; Kharisma & Arvianto, 2019. Pengalaman yang kaya akan menunjang faktor-faktor
bahasa antara lain, mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Mendengarkan dan
membaca termasuk dalam keterampilan berbahasa reseptif atau menerima, dan berbicara
serta menulis masuk dalam keterampilan yang bersifat pernyataan atau ekspresif. Dengan
demikian perkembangan aspek berbahasa ini penting untuk alat komunikasi, dan sebagai
alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain Fauziah, 2018;
Rachmawaty, 2017; Santosa et al., 2016. Mengajarkan membaca permulaan pada anak
harus melihat pada tahap dan karakteristik anak Aulina, 2012; Pratiwi, 2020; Utami &
Wangid, 2019. Anak usia dini berada pada tahap pra-operasional mereka belajar dengan
melihat benda-benda konkret dan mulai mempresentasikan ulang dunia dengan kata-kata,
cerita dan gambar Aisyah et al., 2020; Hasanudin & Asror, 2017; Wulandari, 2018. Dari
pengertian tersebut diperlukan sarana dan metode yang sesuai untuk mengembangkan
kemampuan membaca permulaan anak, salah satunya dengan memberikan evaluasi yang
tepat sebagai upaya untuk melihat perkembangan kemampuan membaca permulaan.
Evaluasi yang paling sering diaplikasikan disekolah lumayan beragam, disesuaikan
dengan kegunaan dan subjek yang akan di evaluasi Juniarta & Winarno, 2016;
Kurniawan et al., 2018; Nahadi et al., 2017. Namun, evaluasi yang riil dan sederhana
sering menggunakan instrumen penilaian perkembangan. Sering kali, instrumen penilaian
yang digunakan belum memenuhi kriteria, seperti layaknya mempunyai validitas dan
yang masih rendah, penyebabnya beragam karena kekurangan waktu dalam menganalisis,
menggunakan sumber yang kurang relevan, dan belum diperbaharui dan belum mengikuti
dari perkembangan anak Gaol et al., 2017; Mudanta et al., 2020; Sukmasari & Rosana,
2017. Termasuk juga untuk instrumen perkembangan kemampuan membaca permulaan,
mayoritas belum teruji validitasnya oleh karena itu, penting dilaksanakan penelitian
pengembangan instrumen penilaian kemampuan membaca permulaan pada anak usia
dini.
C. KESIMPULAN
Keterampilan seorang anak untuk membaca didalamnya mencakup banyak tahapan dan
teknik untuk dapat membaca bacaan maupun menangkap isi bacaan. Anak berkesulitan
membaca mengalami hambatan pada pencapaian tahapan ataupun hambatan pada pencapaian
teknik dalam membaca yang berakibat pada kesulitan anak dalam belajar yang semakin
kompleks jika tidak segera ditangani.
Melalui proses asesmen membaca permulaan, guru dapat mendeteksi sedini mungkin
kesulitan belajar membaca yang dialami siswanya meliputi pada tahap manakah kesulitan
belajar membaca yang dialaminya sampai dengan menemukan jawaban mengapa anak
tersebut mengalami kesulitan pada tahap tersebut. Dengan diperolehnya profil anak secara
lengkap melalui proses asesmen, diharapkan guru dapat memberikan layanan pendidikan
sesuai kemampuan dan kebutuhan anak kaitanya dengan kesulitan belajar membaca yang
mereka alami. Hal tersebut akan sangat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar mereka
sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal.
D. DAFTAR PUSTAKA
Pamungkas, B. (2017). Asesmen Membaca Permulaan Sebagai Upaya Deteksi Dini Anak
Berkesulitan Belajar Membaca (Dyslexia).
Pratiwi, K. W., Gading, I. K., & Antara, P. A. (2021). Instrumen Penilaian Kemampuan
Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini. Journal for Lesson and Learning Studies,
4(1), 33-38.
Rafi’ah, Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia 4-5 Tahun
Menggunakan Media Kartu Kata Di Taman Kanak-Kanak Wahyu Ilmiah KAB, Gowa.
Sari, I. A. P. (2019). Model pembelajaran membaca pada anak usia dini; studi kasus di
Taman Kanak-Kanak Al Hidayah Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya)
Slamet, St.Y. (2007). Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia di SD.
Surakarta: LPP UNS.