Anda di halaman 1dari 13

Asesmen Perkembangan Dan Hasil Pembelajaran Membaca

SITI AINUR ROKHIMAH

Sitiainurrokhimah756@gmail.com

ABSTRAK

Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis dalam
membaca mecakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literasi, interprestasi1, membaca kritis,
dan pemahaman kreatif. Peneliti dapat menggunakan metode observasi untuk mendapatkan
pengembangan kemampuan membaca anak usia dini. Pada buku cerita bergambar anak dapat
mengembangkan kemampuan membaca, ada warna-warna yang menarik pada gambar sehingga
membuat anak senang untuk membaca buku, dan anak juga dapat mempelajari huruf, bunyi,
simbol, kosa kata, dan kalimat sederhana, juga dapat merangsang pertumbuhan otak anak. Dalam
pengembangan media lotto bergambar dan media puzzle dapat meningkatkan kemampuan
membaca dan kognitif anak, dengan mencocokkan gambar dengan tulisannya. Media puzzle
dapat mengembangkan aspek kognitif, motorik halus, bahasa, dan juga dapat mengembangkan
aspek sosial emosional.

Kata kunci : Membaca, Aspek Kognitif, Psikomotorik, Sosial Emosional

A. PENDAHULUAN

Membaca adalah kegiatan memperoleh pengetahuan atau memperoleh pengetahuan


informasi. Keterampilan membaca dapat diperoleh di rumah atau di tempat kerja di sekolah,
membaca sangat penting bagi kehidupan. karena dengan membaca dapat bertukar informasi
dengan semua orang yang kita kenal. Membaca juga dapat diartikan sebagai aktivitas
kompleks yang melibatkan kemampuan hafalkan simbol grafik dalam bentuk abjad, hafalkan

1
Mahasiswa Pendidikan Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Yudharta, Pasuruan.
pengucapan simbol-simbol dan menulis simbol grafis dalam rangkaian kata yang
mengandung arti.2

Menurut Anderson membaca adalah sebagai suatu proses untuk memahami makna
suatu tulisan. Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali dan
penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata, ungkapan, frasa, kalimat, dan
wacana. Serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Bahkan lebih jauh dari itu
dalam kegiatan membaca, pembaca menghubungkannya dengan maksud penulis berdasarkan
pengalamannya. Membaca merupakan bahagian keterampilan bahasa tulis yang bersifat
reseptif, kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai
keterampilan. Jadi, kegiatan membaca awal anak-anak kesatuan yang mencakup contohnya
mengenali huruf dan kosa kata, mengaitkan dengan bunyi, arti, dan maksud bacaan. Kegiatan
membaca terkait dengan (a) pengenalan huruf atau aksara, (b) bunyi dari huruf atau
rangkaian huruf-huruf, dan (c) makna atau maksud, dan (d) pemahaman terhadap makna atau
maksud berdasarkan konteks wacana.

Proses menumbuhkan minat baca :

1. Tahapan perkembangan membaca Perkembangan membaca meliputi lima tahap yaitu,


tahap persiapan membaca, tahap permulaan membaca, tahap perkembangan keterampilan
membaca atau tahap perluasan membaca dan tahap penyempurnaan membaca.
2. Ketertarikan terhadap buku dimulai sejak anak masih sangat kecil, bahkan bisa dikatakan
usia anak kurang dari satu tahun. Ketika orang-orang di sekitarnya sedang membaca,
anak-anak menjadi tertarik dengan apa yang dilakukan orang-orang tersebut dengan cara
menarik, mengetuk, dan memperhatikan orang yang sedang membaca. Pada tahap ini
anak mulai tertarik dengan buku dan terus tertarik, namun pada tahap ini anak belum bisa
menulis, dan anak hanya mengerti gambar. Juga, anak-anak mulai membaca tanpa
memperhatikan tulisan mereka. Perhatiannya hanya tertuju pada gambar-gambar di buku
itu. Pada usia 3 tahun, anak mulai memahami kata-kata dalam buku yang berisi cerita dan
berhubungan dengan gambar yang mereka lihat. Pada usia yang lebih tua, anak mulai
tertarik untuk menulis tentang produk makanan atau minuman atau produk lainnya.

2
Martini Jamaris. Kesulitan belajar prespektif, asesmen dan penanggulangannya. (Bogor: Ghalia =Indonesia,
2014). Hlm. 134.
3. Tahapan Perkembangan Kesiapan Membaca Kesiapan membaca yang baik adalah saat
anak berusia 6 tahun, namun kebanyakan anak sudah siap membaca sebelum berusia 6
tahun. Pada masa ini, anak mulai menyadari bahwa kata-kata adalah ekspresi dari simbol
grafis dengan banyak makna. Pada tahap ini, anak sudah mulai memperhatikan satu atau
dua kata, misalnya huruf pertama yang bergambar, misalnya “APEL=A”, anak akan
memperhatikan huruf “A” dan gambarnya. sebuah apel yang telah dijelaskan oleh guru.
Tahapan ini perlu bimbingan guru dan orang tua, mengingat anak masih membutuhkan
bantuan dalam membaca dan menemukan huruf. Anak itu kemudian merangkai huruf-
huruf itu menjadi satu kata, seperti "B-O-L A = BALL". Kegiatan ini dapat menggunakan
berbagai media, seperti bernyanyi atau menggunakan flashcard alfabet.
4. Permulaan awal membaca biasanya dilakukan di sekolah dasar, namun saat ini banyak
anak yang sudah melakukannya di taman kanak-kanak. Pada tahap ini, anak mulai belajar
kosa kata dan pada saat yang sama anak belajar membaca dan menulis kosa kata. Pada
saat ini kebanyakan orang tua memaksa anaknya untuk membaca 1 paragraf penuh,
padahal anak sebenarnya baru bisa belajar membaca 1-2 kalimat karena anak masih
dalam tahap awal membaca.
5. Tahap perkembangan membaca dimulai pada tahap ini ketika anak kelas tiga sekolah
dasar sudah dapat membaca apa yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya. Anak-anak
tidak lagi harus sembarangan menulis surat demi surat.3

Manfaat membaca yang dapat diperoleh, setidaknya yang gemar membaca akan lebih
cepat mengetahui perkembangan terkini. Ilmu pengetahuan terbaru pun banyak dijabarkan
dalam bentuk tulisan. Dengan membaca pula, rasa ingin tahu seseorang akan meningkat
pesat. Adanya rasa ingin tahu yang tinggi secara tidak langsung akan menimbulkan
keinginan bagi seseorang untuk meningkatkan kemampuan diri. Peningkatan kemampuan
diri sama dengan peningkatan taraf hidup dan pola pikir. Selain itu, membaca juga sangat
bermanfaat untuk: (1) Membaca menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan
tata kalimat, (2) Membaca memicu imajinasi, dan (3) Membaca bermanfaat pula untuk
berlatih menulis.

3
Martini Jamaris, Kesulitan belajar prespektif, asesmen dan penanggulangannya. Hal 13-16.
Implementasinya kepada anak didik adalah: (1) Menggunakan buku cerita bergambar
supaya anak lebih terangsang untuk membaca, (2) Menggunakan buku kesukaannya, (3)
Menggunakan media pembelajaran yang menarik seperti lotto berpasangan, (3) Ajarkan anak
membaca dengan cara menarik serta disukai anak, (4) Buat tulisan pada setiap benda-benda
yang sering digunakan anak, seperti pada kursi buat tulisan kursi dengan itu anak terlatih
untuk membaca, dan (5) Dapat dengan mudah mendengarkan guru bercerita.

Kesimpulannya membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari


sesuatu yang ditulis dalam membaca mecakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literasi,
interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Membaca

Mendefinisikan bahwa membaca sebagai proses visual merupakan proses


menerjemahkan simbol tulis ke dalam bunyi. Sebagai suatu proses berpikir, membaca
mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis (critical
reading), dan membaca kreatif (creative reading).4

Klein, dkk mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup: pertama, membaca


merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang
dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.
Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi
membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika
membaca. Strategi ini bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga,
membaca merupakan interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada
konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui
beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah
dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.5

4
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.( Jakarta: Bumi Aksara), 2007.
5
Bayu Pamungkas, Asesmen Membaca Permulaan Sebagai Upaya Deteksi Dini Anak Berkesulitan Belajar
Membaca (DYSLEXIA), 2017.
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang reseptif.
Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi
ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui
bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya,
mempertajam pandanganya, dan memperluas wawasanya.6

Kesimpulan dari ketiga definisi diatas adalah membaca dapat diartikan sebagai suatu
cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Aktifitas membaca
melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa.

2. Pengertian Membaca

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah
dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-
teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu
merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan
kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.

Empat aspek keterampilan berbahasa dalam dua kelompok kemampuan adalah:

1. Keterampilan yang bersifat menerima (rese=-==ptif) yang meliputi ketrampilan


membaca dan menyimak
2. Keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi ketrampilan
menulis dan berbicara.

Membaca permulaan merupakan keterampilan memahami simbol bahasa atau tanda-


tanda baca. Cepat lambatnya pemahaman terhadap simbol atau tanda-tanda baca tersebut
akan banyak bergantung pada metode yang digunakan. Namun demikian keterampilan
tersebut biasanya mencakup sekurang-kurangnya pada empat aspek yaitu; a) mengenal
huruf, b) peleburan bunyi, c) membaca kata, dan d) membaca kalimat. Membaca
permulaan pada dasarnya merupakan suatu proses di dalam membunyikan simbol bahasa,
apakah itu huruf, suku kata, kata atau kalimat. Kesadaran akan lambang bahasa tersebut

6
St Y Slamet, Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia di SD, (Surakarta: LPP UNS, 2007).
dengan bunyi dari lambang yang dibaca memiliki kaitan yang sangat erat dalam
membaca permulaan.7

Membaca permulaan merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang
bersifat reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu,
dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Tujuan membaca permulaan agar
siswa memiliki kemampuan untuk memahami sekaligus menyuarakan tulisan dengan
intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran membaca
permulaan merupakan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan
sebagai representasi visual bahasa.8

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan meningkatkan


kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis, baik dalam
situasi resmi non resmi, kepada siapa, kapan, dimana, untuk tujuan apa. bertumpu pada
kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya
kemahirwacanaan.

Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses


keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonem,
sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang
sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat. Pembelajaran membaca
permulaan diberikan di kelas I dan II dengan tujuan agar siswa memiliki kemampuan
memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk
dapat membaca lanjut.

Pelaksanaan membaca permulaan di kelas 1 Sekolah Dasar dilakukan dalam dua


tahap, yaitu membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku.
Pembelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan
menggunakan media atau alat peraga selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf,
kartu kata dan kartu kalimat. Pembelajaran membaca dengan buku merupakan kegiatan
membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan pelajaran.
7
Zainal Alamin, Pelajaran Membaca. Jakarta : Depdikbud, 2008.
8
Shafariani Fathonah, Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Pada Anak Berkesulitan Belajar
Melalui Remidial Teaching Bagi Siswa Kelas 2 MI Negeri Boyolali, Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2008.
Kesimpulan dari beberapa teori diatas adalah membaca permulaan dapat diartikan
suatu proses dalam tahap belajar membaca untuk memperoleh keterampilan atau
kemampuan membaca dan menguasai teknik-teknik membaca serta menangkap isi
bacaan dengan baik.

3. Tujuan Membaca

Pada pengenalan anak dalam membaca, baik untuk anak usia dini Mempunyai
manfaat. Menurut Soejono (Lestary. 2004: 12), tujuan membaca permulaan ialah :

a. Memperkenalkan huruf-huruf alfabet kepada anak didik sebagai simbol suara atau
simbol suara
b. Melatih kemampuan anak didik dalam mengubah huruf pada kata menjadi suara
c. Disaat anak didik belajar membaca lebih lanjut, mereka harus melatih
pengetahuan huruf dan keterampilan vokalisasi alfabet pada waktu singkat.9

Dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca permulaan adalah agar anak memiliki
keterampilan untuk dapat membaca sejak dini guna menunjang keterampilan membaca
selanjutnya. Hal ini dilakukan dengan memberikan bekal keterampilan melafalkan huruf,
membaca huruf, merangkai huruf menjadi suku kata dan merangkai suku kata menjadi kata.

4. Tahap-tahap Membaca

Menurut Steinbeng (dalam Susanto 2017: 90), keterampilan membaca

anak dibedakan menjadi 4 tahapan perkembangan, yakni

a. Tahapan Munculnya Kesadaran Dalam Tulisan


Dalam tahapan ini mulainya anak dalam belajar mengenali serta
menngunakan buku, dalam hal ini ia mulai sadar bahwasanya buku itu penting,
selanjutnya anak mulai membaca buku, terkadang membawa buku yang
disukainya.

b. Tahapan Membaca Gambar


9
Rafi’ah, Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia 4-5 Tahun Menggunakan Media
Kartu Kata Di Taman Kanak-Kanak Wahyu Ilmiah KAB, Gowa, Hlm 10.
Dalam tahapan ini anak-anak di usia TK bisa melihat dirinya sebagai pembaca,
serta mulai berpartisipasi pada aktifitas membaca, berpura-pura membaca buku,
memberikan arti pada gambar, dan penggunaan bahasa buku, meskipun tidak
sesuai pada tulisan. Anak anak telah mengetahui bahwasanya sebuah buku
terdapat dari tiga bagian: depan, tengah, dan belakang.
c. Tahapan Penganalan Bacaan

Dalam tahapan ini, anak usia TK bisa mempergunakan tiga system bahasa secara
bersamaan, diantaranya fonem (bunyi huruf), semantic (makna kata) dan tata
bahasa (aturan kata atau kalimat). Anak-anak yang telah memiliki ketertarikan
dengan bahan bacaan mulai mengingatnya terhadap huruf dan konteks yang
tercetak. Anak mulai mengetahui tanda-tanda pada objek pada lingkungannya.

d. Tahapan Membaca Lancar


Dalam tahapan ini anak telah memiliki kelancaran dalam membaca berbagai
macam buku dan bahan yang berkaiatan langsung terhadap aktifitas hidup sehari-
harinya.10

5. Metode Membaca

Menurut Irdawati, Yunidar & Darmawan (2014: 5.6). Metode pembelajaran membaca
permulan ada lima yaitu:

a. Metode Eja (Spelling Method)


Metode Eja adalah belajar membaca yang dimulai mengeja huruf – huruf alfabed.
Contohnya: Aa, Bb, Cc, Dd, Ee, Ff, Gg, Hh, Ii, Jj Kk, Ll, Mm, Nn, Oo, Pp, Qq,
Rr, Ss, Tt, Uu, Vv, Ww, Xx, Yy, Zz di lafalkan sebagai (a), (be), (ce), (de) dan
sterusnya.

b. Metode Bunyi dan abjad

10
Rafi’ah, Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia 4-5 Tahun Menggunakan Media
Kartu Kata Di Taman Kanak-Kanak Wahyu Ilmiah KAB, Hlm,24-25.
Metode ini merupakan bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan prosese
pembelajarannya tidak jauh berbeda degan metode eja/abjad di atas. Demikian juga
dengan kelemahan-kelemahannya. Perbedaan terletak hanya pada cara atau sistem
pembacaan atau perlafalan abjad (huruf-hurufnya)

Contohnya:
Huruf /b/ dilafalkan (eb)
Huruf /e/ dilafkan (e)
Huruf /p/ dilafkan (ep)
Dengan demikian kata „sasi‟ dieja menjadi :
Es-a (sa)
Es-i (si) di baca (sa-si)
c. Metode suku kata dan metode kata

Proses pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini di awali dengan


pengenalan suku kata ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co dan seterusnya. Contoh lain
adalah 1)ka-ki ku-da, 2) cu-ci ka-ki, 3) ba-ca bu-ku dan seterusnya.

6. Instrumen Membaca

Prosedur penelitian pengembangan dilengkapi dengan langkah-langkah prosedur


yang akan ditempuh oleh peneliti dalam mengembangkan instrumen yang dijelaskan
melalui beberapa tahapan. Tahap Research (studi pendahuluan) dilakukan untuk
mendapatkan gambaran atau informasi awal terkait kebutuhan, permasalahan, kondisi
lapangan dan kelayakan instrumen kemampuan membaca permulaan anak di Taman
Kanak-kanak. Observasi di TK dilakukan sebelum adanya pandemi atau pembatasan
sosial seperti saat ini. Kegiatan wawancara yang dilakukan bersama guru dengan
mengobservasi saat pelaksaan proses belajar mengajar didalam kelas maupun di luar
kelas. Tahap Development (pengembangan) dilakukan sesuai hasil analisis dari studi
pendahuluan yang dilakukan. Pengembangan dilakukan dengan menetapkan produk
berupa instrumen kemampuam membaca permulaan pada tahap ini adalah merancang
instrumen kemampuan membaca permulaan pada anak yang meliputi penyusunan kisi-
kisi penilaian dan penyusunan penilaian nontes yang berbentuk kuesioner. Tahap
Research (uji efektivitas produk) merupakan tahap akhir yang dilakukan setelah
merancang instrumen kemampuan membaca permulaan.Uji efektivitas dilakukan dengan
melibatkan dua orang ahli/pakar untuk menilai kelayakan instrumen ini. Uji validitas isi
oleh pakar dilaksanakan dengan memberikan lembar penilaian instrumen yang terdiri dari
dua jawaban penilaian yaitu relevan dan tidak relevan.Hasil validasi ahli kemudian
dilakukan perbaikan berdasarkan bimbingan yang diperoleh dari pakar untuk
penyempurnaan instrumen. Setelah instrumen dinilai oleh pakar selanjutnya dilakukan
analisis validitas dan untuk menentukan kelayakan instrumen yang kembangkan.

Pada instrumen penilaian kemampuan membaca permulaan anak usia dini


terdapat 18 butir/pernyataan, selanjutnya butir/pernyataan di deskripsikan yang masing-
masing deskripsi terdapat empat pemberian skor yang menggunakan skala likertyaitu
Berkembang Sangat Baik (BSB) diberi skor 4, Berkembang Sesuai Harapan (BSH) diberi
skor 3, Mulai Berkembang (MB) diberi skor 2, dan Belum Berkembang (BB) diberi skor
1. Selanjutnya produk yang dikembangkan kemudian kelayakan dengan validitas
instrumen ke ahli/pakar. Dalam penelitian ini produk yang dihasilkan adalah instrumen
penilaian kemampuan membaca permulaan anak kelompok B Taman Kanak-Kanak. Pada
pengujian instrumen ke ahli/pakar I yaitu dari 18 butir yang ada, semua butir pernyataan
dinyatakan relevan nomor butir pernyataan yang relevan yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan pada pengujian instrumen ke ahli/pakar II yaitu dari 18
butir pernyataan yang ada, sebanyak 16 butir pernyataan yang dinyatakan relevan nomor
butir pernyataan yang relevan yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 19, 11, 12, 15, 16, 17, 18 dan
nomor butir pernyataan yang tidak relevan yaitu 13, dan 14. Pada hasil analisis validitas
instrumen penilaian kemampuan membaca permulaan anak diperoleh sebesar 0,88 dan
berada pada kriteria validitas sangat tinggi. Instrumen penilaian kemampuan membaca
permulaan anak kelompok B yang telah diuji oleh kedua ahli/pakar, selanjutnya butir-
butir pernyataan baik yang relevan maupun tidak relevan dimasukkan ke matriks tabulasi
hasil relevansi instrumen.

Hasil penilaian kedua pakar/ahli terhadap instrumen menunjukkan dari 18 butir


pernyataan yang ada, sebanyak 16 butir pernyataan dinyatakan relevan dan 2 butir
pernyataan yang dinyatakan tidak relevan. Nomor butir pernyataan yang relevan yaitu 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 16, 17, dan 18, sedangkan nomor butir pernyataan
yang tidak relevan yaitu: 13, dan 14. Dua butir yang tidak relevan tersebut disebabkan
oleh adanya indikator yang mirip, sehingga menghasilkan butir yang tingkat
kesamaannya lumayan besar. Butir instrumen yang memiliki kesamaan yang besar antara
1 dengan yang lain dianggap tidak representatif mewakili kemampuan membaca
permulaan anak, sehingga butir tersebut gugur. Namun, walaupun 2 butir gugur pada
pakar 2, masih ada 16 butir yang relevan dan diterima, sehingga instrumen dikategorikan
valid. Hasil analisis validitas instrumen penilaian kemampuan membaca permulaan anak
diperoleh sebesar 0,88 dan berada pada kriteria validitas sangat tinggi. Berdasarkan hasil
analisis menunjukkan instrumen penilaian kemampuan membaca permulaan pada anak
kelompok B Taman Kanak-kanak memiliki validitas yang sangat tinggi, maka instrumen
kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok B dinyatakan layak untuk
digunakan. Hasil validitas yang tinggi disebabkan oleh instrumen penilaian kemampuan
membaca permulaan dirancang berdasarkan teori-teori kemampuan membaca, sehingga
sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Penggunaan instrumen penilaian kemampuan
membaca permulaan pada anak kelompok B yang layak akan mampu memberikan
penilaian yang akurat. Hal ini sejalan dengan penelitian (Juniarta & Winarno, 2016;
Kurniawan et al., 2018; Nahadi et al., 2017) yang menemukan bahwa dengan
menggunakan teori-teori mutakhir, instrumen yang dihasilkan dapat memberikan
penilaian yang tepat sasaran.

Membaca pada anak usia dini tidak sama dengan kemampuan membaca usia
dewasa. Membaca pada anak usia dini lebih dikenal dengan membaca permulaan yang
berada pada tahap awal proses menerjemahkan simbol tulis kedalam bunyi,
perkembangan bahasa dikatakan sebagai dasar utama dalam perkembangan bahasa dapat
melalui pengalaman berkomunikasi yang kaya Adnan et al., 2019; Gustiawati et al.,
2020; Kharisma & Arvianto, 2019. Pengalaman yang kaya akan menunjang faktor-faktor
bahasa antara lain, mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Mendengarkan dan
membaca termasuk dalam keterampilan berbahasa reseptif atau menerima, dan berbicara
serta menulis masuk dalam keterampilan yang bersifat pernyataan atau ekspresif. Dengan
demikian perkembangan aspek berbahasa ini penting untuk alat komunikasi, dan sebagai
alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain Fauziah, 2018;
Rachmawaty, 2017; Santosa et al., 2016. Mengajarkan membaca permulaan pada anak
harus melihat pada tahap dan karakteristik anak Aulina, 2012; Pratiwi, 2020; Utami &
Wangid, 2019. Anak usia dini berada pada tahap pra-operasional mereka belajar dengan
melihat benda-benda konkret dan mulai mempresentasikan ulang dunia dengan kata-kata,
cerita dan gambar Aisyah et al., 2020; Hasanudin & Asror, 2017; Wulandari, 2018. Dari
pengertian tersebut diperlukan sarana dan metode yang sesuai untuk mengembangkan
kemampuan membaca permulaan anak, salah satunya dengan memberikan evaluasi yang
tepat sebagai upaya untuk melihat perkembangan kemampuan membaca permulaan.
Evaluasi yang paling sering diaplikasikan disekolah lumayan beragam, disesuaikan
dengan kegunaan dan subjek yang akan di evaluasi Juniarta & Winarno, 2016;
Kurniawan et al., 2018; Nahadi et al., 2017. Namun, evaluasi yang riil dan sederhana
sering menggunakan instrumen penilaian perkembangan. Sering kali, instrumen penilaian
yang digunakan belum memenuhi kriteria, seperti layaknya mempunyai validitas dan
yang masih rendah, penyebabnya beragam karena kekurangan waktu dalam menganalisis,
menggunakan sumber yang kurang relevan, dan belum diperbaharui dan belum mengikuti
dari perkembangan anak Gaol et al., 2017; Mudanta et al., 2020; Sukmasari & Rosana,
2017. Termasuk juga untuk instrumen perkembangan kemampuan membaca permulaan,
mayoritas belum teruji validitasnya oleh karena itu, penting dilaksanakan penelitian
pengembangan instrumen penilaian kemampuan membaca permulaan pada anak usia
dini.

C. KESIMPULAN

Keterampilan seorang anak untuk membaca didalamnya mencakup banyak tahapan dan
teknik untuk dapat membaca bacaan maupun menangkap isi bacaan. Anak berkesulitan
membaca mengalami hambatan pada pencapaian tahapan ataupun hambatan pada pencapaian
teknik dalam membaca yang berakibat pada kesulitan anak dalam belajar yang semakin
kompleks jika tidak segera ditangani.

Melalui proses asesmen membaca permulaan, guru dapat mendeteksi sedini mungkin
kesulitan belajar membaca yang dialami siswanya meliputi pada tahap manakah kesulitan
belajar membaca yang dialaminya sampai dengan menemukan jawaban mengapa anak
tersebut mengalami kesulitan pada tahap tersebut. Dengan diperolehnya profil anak secara
lengkap melalui proses asesmen, diharapkan guru dapat memberikan layanan pendidikan
sesuai kemampuan dan kebutuhan anak kaitanya dengan kesulitan belajar membaca yang
mereka alami. Hal tersebut akan sangat membantu siswa mengatasi kesulitan belajar mereka
sehingga dapat mencapai prestasi yang optimal.

D. DAFTAR PUSTAKA

Alamin, Z. (2008). Pelajaran Membaca. Jakarta : Depdikbud

Jamaris, Martini, Kesulitan belajar prespektif, assesmen dan penanggulangannya, (Bogor,


Ghalia Indonesia 2014). Hal 134-136

Pamungkas, B. (2017). Asesmen Membaca Permulaan Sebagai Upaya Deteksi Dini Anak
Berkesulitan Belajar Membaca (Dyslexia).

Pratiwi, K. W., Gading, I. K., & Antara, P. A. (2021). Instrumen Penilaian Kemampuan
Membaca Permulaan Pada Anak Usia Dini. Journal for Lesson and Learning Studies,
4(1), 33-38.

Rafi’ah, Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Usia 4-5 Tahun
Menggunakan Media Kartu Kata Di Taman Kanak-Kanak Wahyu Ilmiah KAB, Gowa.

Rahim, F. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Sari, I. A. P. (2019). Model pembelajaran membaca pada anak usia dini; studi kasus di
Taman Kanak-Kanak Al Hidayah Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya)

Slamet, St.Y. (2007). Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia di SD.
Surakarta: LPP UNS.

Anda mungkin juga menyukai