100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
131 tayangan12 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang literasi dasar dan kegiatan literasi yang baik untuk diterapkan di sekolah dasar, antara lain membaca interaktif, membaca pemahaman, membaca mandiri, menulis terbimbing, dan menulis mandiri. Dokumen ini juga menyinggung tentang rendahnya budaya literasi di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti tingkat pendidikan masyarakat, malas membaca, dan keterbatasan akses terhadap sumber daya membaca.
Dokumen tersebut membahas tentang literasi dasar dan kegiatan literasi yang baik untuk diterapkan di sekolah dasar, antara lain membaca interaktif, membaca pemahaman, membaca mandiri, menulis terbimbing, dan menulis mandiri. Dokumen ini juga menyinggung tentang rendahnya budaya literasi di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti tingkat pendidikan masyarakat, malas membaca, dan keterbatasan akses terhadap sumber daya membaca.
Dokumen tersebut membahas tentang literasi dasar dan kegiatan literasi yang baik untuk diterapkan di sekolah dasar, antara lain membaca interaktif, membaca pemahaman, membaca mandiri, menulis terbimbing, dan menulis mandiri. Dokumen ini juga menyinggung tentang rendahnya budaya literasi di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti tingkat pendidikan masyarakat, malas membaca, dan keterbatasan akses terhadap sumber daya membaca.
PPG PRAJABATAN GELOMBANG II UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2023 1. Apa yang Anda ketahui sebelumnya tentang literasi?
Sebelum saya mempelajari mengenai mata kuliah literasi dasar,
menurut pengertian saya literasi itu hanya dipahami sebagai kemampuan dalam membaca dan menulis. Membaca menurut saya sebagai proses menerjemahkan lambang-lambang bahasa hingga diproses menjadi suatu pengertian. Sementara itu, menulis adalah mengungkapkan pemikiran dengan mengukirkan lambang-lambang bahasa hingga membentuk suatu pengertian.
2. Apa yang Anda ketahui tentang literasi setelah mengikuti
perkuliahan?
Setelah saya mengikuti perkuliahan saya dapat mengetahui
bahwa Literasi merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca dan menulis. Literasi juga diartikan sebagai suatu kemampuan individu dalam mengolah dan memahami informasi ketika melakukan kegiatan membaca dan menulis. Literasi bisa menjadi sarana bagi siswa dalam mengenal dan memahami ilmu yang didapatkan di sekolah yang memiliki manfaat untuk meningkatkan nilai mata pelajaran dan meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir. Melalui membaca peserta didik dapat menyerap pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupannya. Literasi merupakan keterampilan penting bagi hidup (Permatasari, 2015). Proses pendidikan begantung dengan adanya kemampuan dan kesadaran literasi. Literasi yang tertanam dalam diri siswa memengaruhi tingkat keberhasilan. Literasi membutuhkan dorongan dan motivasi yang tinggi, karena sangat lemahnya minat pembaca. Kurangnya minat literasi tentu akan berdampak buruk pada kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Dalam dunia pendidikan minat baca siswa sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai hambatan seperti; perpustakaan sekolah yang kurang memadai, kurangnya buku dan sumber bacaan, lingkungan yang tidak mendukung, guru dan orang tua kurang mendorong siswa untuk rajin membaca, siswa kecanduan game sehingga malas untuk membaca, dan siswa kurang aktif dalam membaca. Para siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain daripada membaca buku. Literasi tidak dapat terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana siswa dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga terkait dengan kehidupan siswa, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan budi pekerti mulia. Literasi pada awalnya dimaknai 'keberaksaraan' dan selanjutnya dimaknai 'melek' atau 'keterpahaman'. Pada langkah awal, ―melek baca dan tulis" ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek dalam berbagai hal. Selain itu, ada juga tiga literasi lainnya yang perlu dikuasai oleh peserta didik, yakni literasi kesehatan, keselamatan (jalan, mitigasi bencana), dan kriminal (bagi siswa SD disebut ―sekolah aman) (Wiedarti, Mei 2016). Membaca dan menulis atau baca tulis adalah literasi yang dikenal paling awal dalam sejarah peradaban manusia.( Keduanya tergolong literasi fungsional dan berguna besar dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan baca-tulis berfungsi efektif dalam kegiatan belajar, bekerja, dan berinteraksi sepanjang hayat. Oleh sebab itu, literasi baca tulis dikembangkan secara sistematis dan berkelanjutan, baik dalam kegiatan pembelajaran dalam kelas maupun kegiatan pembelajaran di luar kelas (ekstrakurikuler). Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, literasi mempunyai arti kemampuan mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat. (Suswandari, 2016). Setelah mempelajari materi mengenai literasi ada beberapa tujuan yang saya temukan dari literasi yaitu:
Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat
dengan cara membaca berbagai informasi bermanfaat. Membantu meningkatkan tingkat pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang dibaca. Meningkatkan kemampuan seseorang dalam memberikan penilaian kritis terhadap suatu karya tulis. Membantu menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang baik di dalam diri seseorang. Meningkatkan nilai kepribadian seseorang melalui kegiatan membaca dan menulis. Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di tengah-tengah masyarakat secara luas. Membantu meningkatkan kualitas penggunaan waktu seseorang sehingga lebih bermanfaat.
Ada berbagai cara untuk menyikapi hal-hal tersebut yaitu Literasi yang baik untuk diterapkan anak sekolah dasar:
1.) Membaca interaktif Membaca interaktif adalah aktivitas membaca
bersama dengan tujuan melibatkan anak secara interaktif dalam memahami isi bacaan. Artinya, membaca menjadi aktivitas bersama untuk mendapatkan pengalaman sosial, memperkaya kosakata, menggali isi bacaan, dan memperkaya wawasan dalam bacaan. Dalam pembelajaran literasi, membaca dengan cara interaktif penting untuk dilakukan karena beragam alasan, diantaranya adalah: a. Dapat mengembangkan kosakata peserta didik, b. Dapat melatih peserta didik dalam mengucapkan kata dengan benar, c. Dapat mengaktifkan peserta didik, d. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis, e. Dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik, dan f. Dapat mengembangkan keterampilan membaca secara lebih cepat.
2.) Membaca pemahaman Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca
yang dilakukan oleh seseorang untuk memahami isi bacaan secara menyeluruh. Membaca pemahaman dilakukan dengan menghubungkan skemata atau pengetahuan awal yang dimiliki pembaca dan pengetahuan baru yang diperoleh saat membaca, sehingga proses pemahaman terbangun secara maksimal. Dalam pandangannya, membaca merupakan proses dua arah yang meliputi pembaca dan teks. Ada beberapa strategi dalam literasi: · Strategi mengaktifkan pengetahuan · Strategi menghubungkan · Strategi menduga · Strategi memprediksi · Strategi mempertanyakan · Strategi menyimpulkan · Strategi memvisualisasikan
3.) Membaca mandiri Membaca mandiri merupakan kegiatan menggali
informasi dari sumber tulis yang dilakukan secara mandiri. Peserta didik dimotivasi untuk memilih sendiri bahan bacaannya, sesuai dengan topik yang disenanginya. Pada kegiatan ini, guru memfasilitasi dengan menyediakan berbagai jenis bacaan. Buku-buku bacaan dapat direkomendasikan oleh guru atau oleh peserta didik. Bacaan bisa berbentuk buku, teks bacaan, atau ringkasan pendek. Literasi yang baik untuk sekolah dasar adalah:
4.) Menulis terbimbing. Strategi yang memberikan peserta didik kesempatan
untuk menerapkan keterampilan menulis yang telah diajarkan. Menulis terbimbing memberi guru dan peserta didik kesempatan untuk berdiskusi lebih terbuka tentang bagaimana cara menulis, hambatan, dan mencari solusinya. Ini adalah waktu yang tepat bagi guru untuk memberikan strategi kepada peserta didik yang akan membantu mereka menyelesaikan tugas dengan kemampuan terbaik mereka. Kegiatan menulis yang terbimbing juga membantu guru untuk memantau kemajuan dan melihat cara peserta didik bekerja secara langsung dalam menulis. Menulis terbimbing menurut saya cocok untuk diterapkan dikelas rendah maupun kelas tinggi.
5.) Menulis mandiri Menulis mandiri memberi keleluasaan kepada peserta
didik untuk menentukan topik serta memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbagai jenis tulisan. Bentuk tulisan peserta didik dapat berupa cerita, menceritakan kembali,komik ataupun cerpen. Anak sudah mulai diajak untuk berlatih mengekspresikan pikiran, perasaan, keinginan, gagasan dan sebagainya sebgai perwujudan kemampuan personalnya. Menulis mandiri cocok untuk diterapkan dikelas III-VI karena menurut saya anak pada tingkatan kelas tersebut sudah dapat dapat baca tulis dengan lancar, serta kosa katanya juga sudah banyak.
3. Kegiatan literasi yang Anda temukan di lapangan
Budaya literasi di Indonesia menjadi persoalan yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Mengingat budaya literasi di Indonesia masih rendah dan belum mendarah daging dikalangan masyarakat. Ditengah melesatnya budaya populer, buku tidak pernah lagi menjadi prioritas utama. Bahkan masyarakat lebih mudah menyerap budaya berbicara dan mendengar, dari pada membaca kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan. Masyarakat Indonesia masih lebih banyak didominasi oleh budaya komunikasi lisan atau budaya tutur. Masyarakat cenderung lebih senang menonton HP dengan update status dan mengikuti siaran televisi dari pada membaca dan menulis. Bahkan di kalangan anak sekolah, anak yang rajin membaca justru diolok-olok sistem pendidikan di tanah air. Membangun pendidikan berarti membangun masa depan bangsa melalui penyiapan sumber daya manusia yang sesuai dengan tuntutan zaman. Namun ironisnya, pendekatan yang dilakukan untuk itu menggunakan pendekatan lama yang tidak sesuai dan tidak signifikan dengan tantangan masa depan itu. Akibatnya penyiapan sumber daya yang unggul hanya menjadi wacana. Beberapa hal yang menjadikan rendahnya budaya literasi di Indonesia antara lain, tingkat pendidikan masyarakat, malas membaca, minimnya akses dalam membaca. Ini disebabkan sedikitnya perpustakaan, harga buku yang cenderung tak terjangkau. oleh daya beli masyarakat dan pemamfaatan teknologi yang tidak tepat, sehingga hanya sedikit yang mampu menuliskan pengetahuan yang diperoleh dari membaca atau menyimak. Di tengah kemajuan teknologi saat ini, seharusnya kegiatan membaca dan menulis sebagai akar membangun budaya literasi menjadi semakin mudah. Seperti halnya pemanfaatan internet. Internet dapat digunakan dalam mengakses informasi tertulis maupun sarana meningkatkan kemampuan menulis. Seperti website dan blog mudah ditemukan dan dibuat, e-paper dan e- book gampang diakses. Namun, jika tidak disikapi dengan bijak internet malah menjadi tempat membuang waktu karena tidak digunakan secara efektif dan produktif. Padahal jika internet dipakai untuk membaca atau mencari bahan untuk menulis akan menjadi hal yang sangat berguna. Selain itu ketidaktegasan pemerintah untuk menindak media yang belakangan ini menampilkan tayangan-tayangan yang tidak mendidik bahkan bertentangan dengan norma semakin membuat media berani untuk menampilkan tayangan-tayangan yang tidak bermanfaat dan bermartabat. Begitu banyak tayangan-tayangan hiburan di media yang tidak mendidik bahkan berbahaya. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa peran guru sebagai penggerak literasi sangat dibutuhkan. Guru dapat menjadi teladan bagi siswa dengan menunjukkan minat terhadap bacaan dan turut membaca bersama siswa. Guru juga perlu membaca berbagai sumber bacaan untuk meningkatkan kompetensi diri serta kualitas pembelajaran. Berikut ini merupakan 7 tips meningkatkan literasi siswa di kelas, di antaranya yaitu: a) Menumbuhkan Kesadaran Pentingnya Membaca Hal pertama dan utama yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa yaitu menumbuhkan kesadaran pentingnya membaca. Di mana siswa yang awalnya tidak suka membaca buku jadi menyukainya, bahkan menjadikan membaca sebagai kebiasaan baik. Guru bisa memberitahu siswa bahwa dengan membaca siswa dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, menambah wawasan baru dan baik untuk kesehatan otak. Menumbuhkan kesadaran membaca bisa dengan memotivasi siswa dan mendorong mereka untuk terus membaca buku. Tentunya orang tua juga berperan untuk membangun budaya literasi dengan memotivasi anak membaca di rumah.
b) Membaca 10 Menit Sebelum KBM
Jika hanya memotivasi siswa terus-menerus untuk membaca
tanpa aksi nyata mungkin terdengar mustahil. Oleh sebab itu, guru perlu membuat peraturan kegiatan membaca 10 menit sebelum KBM. Dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran, guru bisa memberikan kesempatan untuk siswa membaca buku terkait materi pelajaran yang akan dibahas. Dengan begitu, siswa juga akan memiliki gambaran materi pelajaran yang akan mereka dapatkan, sehingga KBM berjalan optimal.
c) Optimalkan Peran Perpustakaan
Perpustakaan sekolah memiliki peran penting untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. Sekolah harus bisa mengoptimalkan perpustakaan menjadi gudang buku, menambah koleksi buku bacaan yang disukai siswa, memperbaiki tatanan perpustakaan agar lebih nyaman dan menarik dikunjungi siswa dan lainnya. Ketika KBM, guru bisa membuat gerakan kunjungan ke perpustakaan bersama siswa, di mana siswa harus membaca buku yang mereka sukai di perpustakaan.
d) Membuat Karya Tulis
Untuk meningkatkan literasi, siswa bukan hanya disuruh membaca tetapi belajar menulis membuat dan menghargai karya tulis. Ketika pembelajaran di kelas, guru bisa memberikan tugas kepada siswa untuk membuat karya tulis lalu masing-masing siswa mengapresiasi atau menghargai karya tulis temannya. Dengan menghargai karya tulis, siswa akan mengerti pentingnya mendukung budaya menulis. Menulis akan melahirkan ide-ide yang cemerlang yang bahkan dapat mengatasi persoalan bangsa. Tentunya tulisan tersebut juga harus melalui riset agar relevan untuk diterapkan.
e) Membentuk Komunitas Baca
Komunitas baca merupakan sekumpulan orang yang senang membaca buku. Ini bisa membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan literasi mereka. Guru bisa membentuk komunitas baca dalam kelas dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setelah dibuatkan kelompok, guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk membaca satu buku, lalu berdiskusi mengenai isi bacaan tersebut dan membuat resensi buku. Setiap kelompok juga diminta untuk membuat rekomendasi buku yang harus dibaca lalu diberikan ke kelompok lain untuk dibaca. Adapun buku-buku yang mereka baca disesuaikan dengan kesukaan siswa. Tujuan literasi sekolah adalah untuk membiasakan dan memotivasi siswa untuk membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti. Dalam jangka panjang diharapkan dapat menghasilkan anak-anak didik yang memiliki kemampuan literasi tinggi. Buku yang dibaca oleh guru maupun siswa merupakan nutrisi penting bagi langkah menumbuhkan karakter. Dalam rangka program literasi sekolah ini pemerintah Indonesia menyiapkan buku-buku yang didistribusikan ke sekolah-sekolah dengan tujuan agar dapat menumbuhkan budi pekerti siswa seperti buku cerita atau buku dongeng lokal, buku-buku yang menginspirasi seperti biografi, tokoh-tokoh lokal dan biografi anak bangsa yang berprestasi serta buku-buku sejarah yang dapat membentuk semangat kebangsaan atau cinta tanah air (Kemendikbud, 2014).
4. Refleksi Anda terkait perkuliahan literasi
Kelas dengan literasi mendesain adanya pojok baca pada salah
satu sudut kelas. Dengan lingkungan ramah literasi akan membawa anak pada suasana yang nyaman. Anak akan terbiasa dengan pengeksploran baik mandiri maupun dengan bimbingan guru, banyaknya media tempel pada kelas membawa suasana pada kenyamanan. Anak semakin gemar untuk membaca buku, sehingga semakin menumbuhkan budaya literasi dan terus menambah ilmu pengetahuan. Menciptakan lingkungan ramah literasi ini dengan pemenuhan sumber buku yang bervariasi dan terupdate diharapkan dapat memberikan motivasi kepada anak-anak untuk terus membaca. Didukung dengan pernyataan yang disampaikan Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafidz Muksin, dalam paparannya saat menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Peningkatan Budaya Literasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK) di Hotel Santika, Garut, Jawa Barat pada tanggal 22 September 2022. Salah satu poin dari empat yang disampaikan bahwa salah satu upaya untuk memulihkan pembelajaran dan literacy loss adalah ketersediaan buku bacaan dan modul literasi numerasi. Dua hal itu menjadi sangat penting untuk membantu guru dan peserta didik dalam proses belajar-mengajar, baik di masa pandemi maupun di masa kondisi khusus lainnya. Buku-buku tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat baca peserta didik dan menjadi buku pendukung pembelajaran.
Strategi akademis yang literat juga dibutuhkan untuk berlangsungnya
literasi yang tepat. Anak diberi kebebasan memilih buku untuk meneksplorasi pengetahuannya dengan memilih buku pada pojok baca atau bacaannya sendri sebewlum pembelajaran dimulai membaca 15 menit secara mandiri dan menuliskan kesimpulan tulisan maupun gambar deskripsi pada buku khusus pada anak. Hal ini juga Didukung oleh pernyataan Permendikbud no.23 tahun 2015 bahwa tahap pembiasaan: penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca. Guru juga perlu menerapkan strategi saat pembelajaran yang tepat, dengan melihat karakteristik anak guru memahami secara tepat apa yang diterapkan sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Membaca interaktif salah satu strategi yang tepat untuk anak kelas 3 dengan membaca dibersamai dengan visualisai gambar makan anak akan lebih paham dengan informasi apa yang didapat pada isi bacaan. Di dukung dengan pernyataan George Lucas Education Foundation, visualisasi atau membayangkan isi bacaan adalah cara efektif untuk tingkatkan pemahaman membaca anak, bahkan untuk topik yang sulit sekalipun.Dengan adanya pelatihan literasi anak maka pegaktifan penegtahuan anak juga berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA
Permatasari, Ane. 2015. Membangun Kualitas Bangsa dengan Budaya
Literasi.
Permendikbud Nomor 21 tahun 2015. Penerapan Budi Pekerti. 2015.
Jakarta: Kemendikbud.
Proseding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015. Yogyakarta.
Suswandari, Meidawati. 2018. Membangun Budaya Literasi Bagi Suplemen
Pendidikan Di Indonesia. Sukoharjo
Wiedarti, Pangesti dan Kisyani-Laksono (ed.). 2016. Desain Induk Gerakan