Anda di halaman 1dari 37

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Membaca Anak Usia Dini

1. Pengertian Kemampuan Membaca

Menurut Godman (dalam Solehuddin, dkk, 2009: 7.2) membaca

bukan hanya kegiatan membunyikan huruf huruf, tetapi juga memberi

makna pada tulisan yang dibaca, sehingga anak akan mampu berpikir

tentang apa yang dibaca. Pembelajaran membaca pada anak harus selalu

bertolak dari konteks dan penggunaan bahasa yang dapat diterima dengan

mudah oleh anak dan bukan hanya memberikan kata kata tanpa konteks

dan pengertian. Dalam hal ini mengajarkan membaca pada anak

seharusnya tidak hanya mengajarkan huruf atau kata saja, tetapi juga

disertai dengan sesuatu yang dapat mewakili kata yang dibaca anak,

misalnya dengan gambar.

Sedangkan Glenn Doman ( dalam Shofi, 2008: 21) menyatakan

bahwa membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia,

karena semua proses belajar didasarkan pada proses membaca. Aktifitas

membaca merupakan aktifitas kompleks yang mencakup aktifitas fisik

(gerakan mata dan ketajaman penglihatan), aktifitas mental (daya ingat)

dan pemahaman. Setiap anak akan dapat membaca dengan baik apabila

mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, dapat menggerakkan mata

secara lincah, dan mampu memahami simbol-simbol bahasa.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


7

Lebih lanjut Ariani dan Olivia (2009: xii) menyatakan membaca

merupakan salah satu kegiatan yang dapat menstimulasi otak anak dengan

baik. Membaca bukan hanya sekedar dapat mengucapkan apa yang dibaca,

tetapi juga perlu diperhatikan apakah anak dapat memahami apa yang

dibaca atau tidak. Semakin muda usia anak dalam belajar membaca, maka

semakin mudah bagi anak untuk dapat membaca dengan lancar.

Menurut Dhieni, dkk (2005: 5.5) kemampuan membaca merupakan

kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Kegiatan

membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu, yang

mencangkup beberapa kegiatan, seperti mengenali huruf dan kata,

menghubungkannya dengan bunyi, makna serta menarik kesimpulan

mengenai maksud bacaan.

Sedangkan Hall (dalam Suyanto, 2005: 163) menyatakan

kemampuan membaca dan menulis merupakan kemampuan kognitif dan

sosial yang melibatkan strategis yang luas untuk memperoleh makna.

Membaca dan menulis bukan hanya sekedar kemampuan visual dan

perseptual anak dalam menghubungkan antara apa yang tertulis dengan

bacaannya, tetapi anak juga mampu memahami makna dari tulisan yang

dibaca.

Lebih lanjut Soetopo (2009: 18) menyatakan bahwa kemampuan

membaca anak didahului dengan proses kemampuan mendengarkan secara

benar dan tepat. Kesadaran terhadap bunyi merupakan prediksi terhadap

kemampuan membaca anak dan kesadaran bunyi pada anak usia dini harus

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


8

dikembangkan sejak dini dengan menstimulasi pendengaran anak akan

bunyi kata.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan kemampuan

membaca merupakan kesanggupan anak untuk mengenali huruf dan kata,

kemudian menghubungkannya dengan bunyi, serta memahami makna dari

tulisan yang dibaca yang diawali dengan kemampuan mendengarkan huruf

dengan benar dan tepat.

2. Tahap-Tahap Kemampuan Membaca Anak Usia Dini

Sebagaimana tahapan dalam perkembangan mental dan fisiknya,

kemampuan membaca pada anak usia dini berkembang melalui tahapan-

tahapan tertentu. Cochrane, et al (dalam Suyanto, 2005: 168) mengatakan

ada lima tahap perkembangan kemampuan membaca pada anak, yaitu

tahap magis, tahap konsep diri, tahap membaca peralihan, tahap membaca

lanjut dan tahap membaca mandiri.

Pada tahap magis, anak mulai menyukai bacaan, suka membolak

balikkan buku, suka membawa buku kesukaannya dan menganggap

bacaan itu penting dan buku buku bergambar dapat digunakan untuk

mengembankan imajinasi anak. Tahap magis sudah mulai terlihat saat

annak berusia dua tahun.

Tahap konsep diri sudah mulai terlihat saat anak berusia tiga

tahun. Pada tahap ini anak menganggap dirinya sudah dapat membaca

(padahal belum) dan mereka sering berpura-pura membaca buku, dan

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


9

anak sering menerangkan isi atau gambar dalam buku yang ia sukai

kepada orang lain seakan anak sudah dapat membaca.

Tahap membaca peralihan mulai terlihat saat anak berusia empat

tahun. Anak mulai mengingat huruf atau kata yang sering ia jumpai dan

mereka mulai tertarik dengan jenis-jenis huruf dalam ukuran besar.

Sedangkan tahap membaca lanjut terlihat saat anak berusia lima

tahun. Pada tahap ini anak mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara

membacanya. Anak tertarik dengan berbagai bacaan yang ada gambarnya,

dan anak mulai mengeja dan membaca kata.

Lebih lanjut, tahap membaca mandiri. Tahap membaca mandiri

pada saat anak berusia 6-7 tahun biasanya sudah mencapai tahap ini. Pada

tahap ini anak sudah mulai dapat membaca buku sendiri dan mencoba

memahami makna dari apa yang ia baca. Buku bacaan bergambar yang

berwarna-warni dengan ukuran besar akan dapat menarik minat anak

untuk membaca mandiri.

Sedangkan Shofi (2008: 90) mengemukakan kemampuan membaca

anak berlangsung dalam beberapa tahap yaitu: Pertama, tahap fantasi.

Pada tahap ini anak mulai menyukai buku. Anak banyak belajar

menggunakan buku dan mulai berpikir bahwa buku itu penting. Mereka

suka melihat dan membolak-balikkan buku dan suka membawa buku

kesukaannya kemana saja. Kedua, tahap pembentukan konsep diri. Pada

tahap ini anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mereka mulai

melibatkan diri dalam kegiatan membaca. Mereka sering berpura-pura

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


10

membaca meskipun tidak cocok dengan tulisan. Ketiga, tahap membaca

gambar. Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak dan

mereka sudah dapat menemukan kata-kata yang ia kenal dalam cetakan.

Keempat, tahap pengenalan bacaan. Pada tahap ini anak tertarik pada

bacaan, mengingat kembali cetakan pada konteks dan berusaha mengenal

tanda-tanda pada bacaan. Kelima, tahap membaca lancar. Pada tahap ini,

anak sudah dapat membaca berbagai jenis buku dengan lancar.

Lebih lanjut Musfiroh (2009: 8) menjelaskan berdasarkan

penelitian penelitian yang dilakukan di negara barat, perkembangan

membaca anak dapat dikategorikan ke dalam lima tingkatan atau tahap,

yaitu:

Pertama, tahap magic. Pada tahap ini anak belajar tentang guna buku,

mulai berpikir bahwa buku itu adalah sesuatu yang penting. Anak melihat

lihat buku, membawa bawa buku dan sering memiliki buku buku favorit.

Kedua, tahap konsep diri. Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca,

mulai terlihat dalam kegiatan pura pura membaca, mengambil makna dari

gambar, membahasakan buku walau tidak cocok dengan teks yang ada dai

dalam buku.

Ketiga, tahap pembaca antara. Pada tahap ini anak memiliki kesadaran

terhadap bahan cetak.Mereka mulai memilih kata yang sudah dikenal,

mencatat kata kata yang berkaitan dengan dirinya dan pada tahap ini anak

sudah mulai mengenal alfabet.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


11

Keempat, tahap lepas landas. Pada tahap ini anak mulai menggunakan tiga

sistem tanda yaitu grafofonik, semantik dan sintaksis. Mereka sudah mulai

senang membaca, mulai mengenal huruf dari konteks,memperhatikan

lingkungan huruf cetak dan membaca apapun di sekitarnya.

Kelima tahap independen. Pada tahap ini anak dapat membaca buku yang

tidak dikenal secara mandiri, mengkonstruksikan makna dari huruf dan

dari pengalaman sebelumnya dan isyarat penulis.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, kemampuan membaca

pada anak usia dini berlangsung dalam lima tahap, yaitu tahap magis

(fantasi), tahap konsep diri, tahap membaca peralihan (membaca gambar),

tahap membaca lanjut (pengenalan bacaan) dan tahap membaca lancar

(membaca mandiri).

Kemampuan membaca pada anak akan dapat dikembangkan

dengan baik apabila pembelajaran membaca dilakukan sesuai dengan

tahapan kemampun membaca anak. Sehubungan dengan tahap-tahap

perkembangan membaca anak diatas, yang perlu diketahui dan dipahami

oleh guru dan orang tua adalah bagaimana menstimulasi potensi anak

tersebut diatas sesuai dengan tahap perkembangannya, agar kemampuan

membaca anak dapat berkembang dengan optimal. Menurut Musfiroh

(2009: 10) stimulasi memiliki makna mendorong minat baca dan

menumbuhkan kesadaran fonemik. Stimulasi yang diberikan secara tepat

akan sangat membantu anak untuk dapat membaca dengan baik.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


12

Anak usia TK (kelompok A) yang berusia 4-5,5 tahun sedang

berada diantara tahap membaca peralihan dan tahap membaca lanjut. Pada

tahap ini anak mulai tertarik dengan berbagai huruf atau bacaan yang ada

gambarnya dalam ukuran besar, kemudian anak mulai mengeja huruf serta

membacanya. Untuk mengoptimalkan kemampuan membaca anak pada

tahap ini, dapat disediakan berbagai gambar yang disertai dengan tulisan

dengan ukuran yang besar, kemudian ajak anak untuk membaca tulisan

dengan cara mengeja.

3. Metode Pengembangan Membaca untuk Anak Usia Dini

Anak merupakan pribadi yang unik yang kadang tidak bisa

dimengerti oleh orang dewasa. Ada anak yang mudah untuk diajak belajar

dan langsung mudah menangkap apa yang disampaikan guru. Tetapi

banyak juga anak-anak yang sulit sekali untuk diajak belajar. Butuh

kesabaran dan metode yang tepat untuk mengatasinya masalah tersebut.

Ada banyak metode pengajaran yang dapat dipakai untuk mengembangkan

kemampuan membaca untuk anak usia dini.

Shofi (2008:38) berpendapat salah satu cara agar dapat memilih

metode yang tepat untuk mengajari membaca pada anak adalah dengan

cara mempelajari karakter anak. Lebih lanjut, Shofi (2008:39) menyatakan

beberapa metode pengajaran secara umum yang dapat digunakan untuk

mengajarkan membaca pada anak antara lain metode bercerita, metode

bermain huruf, tebak tebakan dan game.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


13

Metode bercerita ini dapat digunakan untuk mengajari anak

membaca dengan cara menggunakan huruf-huruf yang akan diperkenalkan

kepada anak sebagai tokoh cerita. Dengan menggunakan metode ini, akan

dapat membuat anak terkesan dan tidak bosan.

Metode bermain huruf yang akan diperkenalkan dijadikan sebagai

salah satu unsur alat bermain anak, yaitu dengan cara menempelkan huruf

pada alat bermain yang digunakan anak. Dengan cara seperti ini, akan

sangat membantu anak untuk mengingat huruf.

Metode tebak-tebakan juga dapat dipakai dalam mengembangkan

kemampuan membaca anak. Melalui metode ini huruf-huruf yang sudah

pernah diperkenalkan dapat diperkenalkan sebagai alat untuk bermain

tebak-tebakan.

Metode game-game adalah bentuk permainan yang sangat

mengasikkan dan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengasah otak

anak. Kartu huruf dapat digunakan dalam metode ini, misalnya dengan

cara mengacak-acak kartu, kemudian anak disuruh menebak huruf yang

ada pada kartu yang diambil oleh anak.

Sedangkan Dhieni, dkk (2008: 5.24) menyatakan ada beberapa

metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan

membaca anak usia taman kanak-kanak, yaitu :

Pertama, pendekatan pengalaman bahasa. Miller (dalam Dhieni dkk, 2008:

5.25) menyatakan keunggulan dalam pendekatan pengalaman bahasa

adalah anak dapat menggunakan pola bahasa mereka sendiri, mereka dapat

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


14

membaca lebih efektif dari pada membaca pola bahasa yang ada dalam

buku.

Kedua, metode fonik merupakan metode yang mengandalkan pada

pelajaran alfabet yang diberikan terlebih dahulu kepada anak-anak,

mempelajari nama huruf dan bunyinya. Setelah mempelajari bunyi dan

huruf, anak menggabungkan beberapa huruf untuk membentuk kata.

Ketiga, metode lihat dan katakan. Dalam metode lihat dan katakan, anak

belajar mengenali kata-kata atau kalimat secara keseluruhan bukan bunyi

individu. Mereka memandangi kata, mereka mendengar, kata itu

diucapkan kemudian mereka mengulangi ucapan itu. Keempat, metode

pendukung konteks. Metode ini dapat diterapkan kepada anak melalui

buku cerita yang benar-benar menarik bagi anak. Anak tidak dapat

menangkap semua bacaan yang terdapat pada buku cerita, tetapi anak

mempunyai perbendaharaan kata yang lebih terbatas. Anak akan lebih

menangkap kata-kata yang pendek dan menarik menurut anak.

Lebih lanjut, Suyanto (2005: 165) menjelaskan ada beberapa cara

atau metode yang dapat dipergunakan untuk mengajarkan membaca pada

anak, yaitu metode fonik, metode membaca menyeluruh (whole language)

dan cara belajar membaca metode iqro.

Metode fonik merupakan cara membaca yang dilakukan dengan

cara mengeja huruf demi huruf pada saat membaca atau menulis kata.

Kemampuan fonemik pada anak akan sangat membantu kesuksesan belajar

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


15

membacanya. Contoh membaca dengan metode fonik adalah kata “baju”

dapat dieja menjadi /be/ /a/ = ba dan /je/ /u/ jadi semua menjadi “baju”.

Metode membaca menyeluruh (whole language) merupakan cara

membaca yang dilakukan dengan mengajarkan membaca dari keseluruhan

kata terlebih dahulu, kemudian anak diajak mencari huruf penyusunnya.

Sebagai contoh guru menunjukkan gambar apa ini? Anak menjawab

“dasi”. Coba ulangi kata “dasi” dan dengarkan ada huruf apa saja pada

kata “dasi” itu? Kemudian anak mencoba mencari huruf yang terdapat

pada kata “dasi” dan memahami bagaimana kata tersebut terbentuk.

Metode cara belajar membaca metode iqro merupakan metode yang

dilakukan dengan cara memperkenalkan sedikit demi sedikit huruf

konsonan dan huruf vokal dan kombinasinya untuk membaca. Mengenal

pola kombinasi huruf dan cara membaca merupakan modal yang sangat

penting dalam belajar belajar membaca. Sebagai contoh anak diberi huruf

“ b” dan “ a” kemudian anak dilatih membaca kombinasi “baba” dan

“aba”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan beberapa metode

pengajaran membaca yang dapat diterapkan di Taman Kanak Kanak antara

lain metode bercerita, metode bermain huruf, tebak tebakan huruf,

permainan (game), pendekatan pengalaman bahasa, fonik (mengeja), lihat

dan katakan, membaca menyeluruh dan membaca metode iqro.

Penggunaan metode yang tepat untuk pengajaran membaca pada anak

akan sangat menentukan keberhasilan pengajaran membaca pada anak.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


16

4. Tujuan Membaca Anak Usia Dini

Menurut Tarigan (2008: 9) tujuan utama dari kegiatan membaca

adalah untuk memperoleh informasi mencakup isi dari bacaan dan

memahami makna bacaan yang dibaca. Makna atau arti dalam bacaan

sangat erat hubungannya dengan maksud dan tujuan dalam membaca.

Sedangkan Burns, dkk (dalam Rahim, 2007: 11) menyatakan tujuan

mencakup kesenangan, menyempurnakan membaca nyaring,

menggunakan strategi tertentu, memperbaharui pengetahuannya tentang

suatu topik, mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah

diketahuinya, memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis,

mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, menampilkan suatu

eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks

dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks dan

menjawab pertanyaan pertanyaan yang spesifik.

Lebih lanjut Dhieni, dkk (2008: 5.6) menjelaskan secara umum

tujuan membaca dapat dibedakan sebagai berikut: Pertama, untuk

mendapatkan informasi. Informasi tersebut mencakup informasi tentang

fakta dan kejadian sehari hari sampai informasi tingkat tinggi tentang teori

teori serta penemuan dan temuan ilmiah canggih. Dalam hal ini membaca

bertujuan untuk mengembangkan diri agar dapat memperoleh informasi

yang diperlukan.

Kedua, untuk meningkatkan citra diri. Bahan bacaan yang dibaca berupa

karya para penulis kenamaan, membacanya bukan karena berminat

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


17

terhadap karya tersebut, melainkan agar orang memberi nilai positif

terhadap diri mereka. Kegiatan membaca ini bukan merupakan kebiasaan

tetapi hanya dilakukan sekali kali di depan orang lain.

Ketiga, untuk melepaskan diri dari kenyataan, misalnya merasa jenuh,

sedih bahkan putus asa, dalam hal ini membaca merupakan penyaluran

yang positif.

Keempat, untuk tujuan rekreatif dan mendapatkan kesenangan atau

hiburan, bahan bacaan yang dipilih adalah bacaan yang ringan atau bacaan

yang disukai.

Kelima, untuk mencari nilai keindahan atau pengalaman estetis, dan bahan

bacaan yang dipilih adalah karya bernilai sastra tinggi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan membaca

pada anak usia dini adalah untuk memperoleh kesenangan dan mengetahui

informasi atau kejadian yang sering dijumpai anak dalam kehidupan sehari

hari. Anak akan merasa bahagia ketika anak mampu membaca sesuatu

yang dilihat anak, karena rasa ingin tahu yang sedang berkembang dalam

diri anak dapat terpenuhi.

5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Anak

Menurut Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2007: 16) kemampuan

membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu: Pertama, faktor fisiologis, yang mencakup

kesehatan fisik, perkembangan neurologis dan jenis kelamin. Kedua

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


18

faktor intelektual. Keberhasilan anak dalam membaca permulaan tidak

sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor intelektual anak saja, tetapi ada faktor

lain yang dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca

permulaan seperti metode mengajar guru, prosedur dan kemampuan guru

dalam mengajarkan membaca. Ketiga faktor lingkungan, mencakup latar

belakang dan pengalaman siswa di rumah dan sosial ekonomi keluarga

siswa. Keempat, faktor psikologis, mencakup motivasi, minat,

kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri.

Sedangkan Shofi (2008: 91) menjelaskan beberapa faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pembelajaran membaca pada anak antara lain

kematangan mental, kematangan visual, kemampuan mendengarkan,

perkembangan wicara dan bahasa, keterampilan berpikir dan

mendengarka, perkembangan motorik, kematangan sosial dan emosional,

motivasi dan minat.

Kematangan mental sangat mempengaruhi kemampuan membaca

anak, karena apabila anak telah siap untuk membaca, maka keberhasilan

anak dalam membaca akan lebih mudah diraih, tetapi apabila anak belum

siap untuk membaca maka anak perlu diberi motivasi dan mengkondisikan

anak gar anak siap membaca.

Kematangan visual anak juga merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi kemampuan membaca anak. Apabila kematangan visual

anak telah berkembang dengan baik, maka akn sangat membantu

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


19

keberhasilan belajar anak. Dengan kemampuan tersebut, anak akan dapat

membedakan perbedaan karakter masing masing huruf secara baik.

Kemampuan mendengarkan merupakan awal mula dari

kemampuan membaca anak. Dengan kemampuan pendengaran yang

bagus akan sangat membantu keberhasilan belajar, karena belajar

membaca berkaitan erat dengan masalah bunyi atau suara. Dengan

kemampuan pendengaran yang baik anak akan dapat membedakan bunyi

huruf yang satu dengan bunyi huruf yang lain.

Perkembangan wicara dan bahasa sangat diperlukan saat anak akan

mengucapkan sebuah kata atau kalimat. Apabila anka belum mampu

berbicara dengan baik, pelajaran membaca akan berhenti pada tahap

mengenal karakter huruf.

Keterampilan berpikir dan mendengarkan akan sangat membantu

ketepatan daya tangkap anak terhadap materi pengajaran membaca,

perkembangan motorik.

Perkembangan motorik terutama motorik halus sangat berkaitan

erat dengan keberhasilan membaca, karena kegiatan belajar membaca akan

sangat efektif apabila dilakukan bersama sama dengan kegiatan belajar

menulis.

Anak yang memiliki kematangan sosial dan emosional akan lebih

mudah dikendalikan dan akan lebih mampu bersabar, sehingga anak akan

lebih mampu berkonsentrasi lebih lama dalam belajar membaca.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


20

Kemampuan membaca anak akan dapat berkembang optimal

apabila ada motivasi yang diberikan kepada anak. Dengan motivasi yang

kuat akan mendorong keberhasilan yang lebih baik. Beberapa cara yang

dapat dilakukan untuk memotivasi anak antara lain dengan menyediakan

buku bacaan yang menarik,.

Selain motivasi, minat juga dapat mempengaruhi kemampuan

membaca anak. Dengan membangun minat anak pada, kegiatan membaca

dapat dilakukan sejak awal sebelum melakukan pengajaran membaca,

yaitu dengan selalu melayani anak apabila anak ingin membaca.

Lebih lanjut Dhieni, dkk (2005: 5.19) menjelaskan bahwa

kemampuan membaca anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

Pertama, motivasi. Kemampuan membaca anak sangat dipengaruhi oleh

motivasi, karena faktor motivasi merupakan pendorong semangat bagi

anak untuk membaca. Seorang anak akan termotivasi untuk membaca

apabila tersedia bahan bacaan yang menarik bagi anak dan bahan bacaan

memiliki hubungan dengan kehidupan sehari hari mereka.

Kedua, lingkungan keluarga. Menurut Leichter (dalam Dhieni, dkk, 2008:

5.20) perkembangan kemampuan membaca dan menulis anak dipengaruhi

oleh interaksi personal (pengalaman baca tulis bersama orang tua, saudara

dan anggota keluarga lain di rumah), lingkungan fisik yang mencakup

bahan bahan bacaan di rumah, dan suasana yang penuh perasaan

(emosional) dan memberikan dorongan (motivasional) yang cukup

hubungan antarindividu di rumah.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


21

Ketiga, bahan bacaan. Faktor ini sangat mempengaruhi minat serta

kemampuan membaca seseorang. Bahan bacaan untuk anak adalah bahan

bacaan yang kritis dan mudah untuk dipahami oleh anak, karena bahan

bacaan yang terlalu sulit untuk dipahami dapat mematikan selera untuk

membaca.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan kemampuan

membaca anak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor faktor tersebut

yaitu pertama, faktor fisiologis, yang mencakup kesehatan fisik,

perkembangan neurologis dan jenis kelamin. Kedua faktor intelektual.

Keberhasilan anak dalam membaca permulaan tidak sepenuhnya

dipengaruhi oleh faktor intelektual anak saja, tetapi ada faktor lain yang

dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca permulaan seperti

metode mengajar guru, prosedur dan kemampuan guru dalam mengajarkan

membaca. Ketiga faktor lingkungan, mencakup latar belakang dan

pengalaman siswa di rumah dan sosial ekonomi keluarga siswa. Keempat,

faktor psikologis, mencakup motivasi, minat, kematangan sosio dan emosi

serta penyesuaian diri.

6. Pentingnya Membaca untuk Anak Usia Dini

Membaca merupakan kemampuan yang dapat dipelajari sejak usia

dini, sehingga tidak ada salahnya membaca diajarkan di Taman Kanak

Kanak asal sesuai dengan karakteristik anak. Dr. Tessa Webb (dalam

Ariani dan Olivia, 2009: 37) menyatakan anak yang mempunyai

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


22

pengalaman membaca sejak usia dini sangat lebih berpotensi untuk

mengembangkan kemampuan membaca seumur hidup. Usia saat

seseorang belajar kata kata adalah kunci untuk memahami bagaimana

seseorang mampu membaca dikemudian hari. Semakin muda usia anak

belajar membaca, maka semakin mudah untuk belajar membaca.

Menurut Steinberg (dalam Dhieni dkk, 2005: 5.3) mengajarkan

membaca sejak usia dini sangat penting untuk dilakukan, karena dengan

membaca anak dapat memenuhi rasa ingin tahu mereka, dapat

menciptakan situasi akrab dan kondusif, anak dapat mempelajari sesuatu

dengan mudah dan cepat, dan melalui kegiatan membaca dapat membuat

anak untuk mudah diatur dan mudah terkesan, karena anak usia dini pada

umumnya perasa.

Sedangkan Leonhardt (dalam Dhieni dkk, 2008: 55) menyatakan

menumbuhkan rasa cinta membaca pada anak sangat penting dilakukan.

Anak yang gemar membaca akan tumbuh menjadi orang yang yang

mempunyai rasa kebahasaan yang tinggi, mempunyai wawasan yang

luas,memiliki rasa kasih sayang, mampu menghadapi suatu dunia yang

penuh dengan kemungkinan dan kesempatan serta mempunyai

kemampuan untuk mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri

mereka.

Lebih lanjut Hasan (2010: 323) menjelaskan kebiasaan membaca

sejak kecil akan berdampak sangat positif bagi perkembangan otak anak,

karena melalui membaca anak dapat memperoleh informasi disekeliling

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


23

mereka, sehingga rasa ingin tahu yang sedang berkembang dalam diri anak

dapat terpenuhi. Dengan pengalaman membaca yang dimiliki, anak dapat

berpikir lebih rasional, lebih mampu mengendalikan diri dan kebiasaan

membaca sejak kecil dapat memperkaya wawasan anak, sehingga tercipta

jati diri manusia yang lebih berkualitas.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

membaca sangat penting untuk diajarkan pada anak usia dini. Anak yang

mempunyai kemampuan membaca sejak usia dini akan tumbuh menjadi

anak yang kreatif dan percaya diri, anak dapat mengetahui banyak hal dan

mereka mudah menyerap segala sesuatu yang mereka jumpai dalam

kehidupan sehari hari.

B. Media Lembaran Balik (Flip Chart) di Taman Kanak-kanak.

1. Pengertian Media Lembaran Balik (Flip Chart)

Menurut Henich, Molenda dan Russell (dalam Eliyawati, 2005:

104) media merupakan saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa

latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah

berarti perantara, yaitu sebagai perantara sumber pesan dengan penerima

pesan.

Sedangkan Briggs (dalam Anitah ,2009: 2) menyatakan media

pembelajaran pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan

atau menyempurnakan isi pembelajaran.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


24

Lebih lanjut, Hamalik (dalam Dhieni, dkk, 2008: 10.3)

menjelaskan media merupakan alat, metode dan teknik yang dipergunakan

dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interes antara guru

dan anak didik dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulam bahwa media

pembelajaran merupakan alat, metode dan teknik yang dapat dipergunakan

untuk menyampaikan pesan atau informasi dari guru kepada anak didik

yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan

perhatian untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga proses

pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.

Lembaran balik (flip chart) merupakan salah satu jenis media

pembelajaran visual yang tidak dapat di proyeksikan yang berupa gambar

diam yang sifatnya disampaikan secara berseri. Anitah (2009: 14)

menjelaskan lembaran balik (flip chart) termasuk kedalam jenis bagan

yaitu gambaran dari sesuatu yang dilukiskan dengan garis, gambar, dan

kata kata. Media lembaran balik (flip chart) merupakan susunan gambar-

gambar yang digantungkan pada suatu tiang gantungan kecil dan cara

menunjukkannya dengan di balik satu persatu. Media lembaran balik

merupakan media yang sederhana dan praktis, karena dalam

penggunaannya tidak membutuhkan proyektor dan layar, serta tidak

membutuhkan aliran listrik.

Sedangkan Sanaky (2009: 64) menyatakan lembaran balik adalah

media pembelajaran yang terbuat dari lembaran kertas manila yang berisi

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


25

pesan atau bahan pelajaran berupa gambar maupun huruf dalam ukuran

besar. Lembaran kertas manila atau flano tersebut digantungkan pada

sebuah gantungan dan cara menunjukkannya dengan dibalik satu persatu

dengan menggunakan alat penunjuk, sehingga dapat memudahkan

pengajar dalam kegiatan pembelajaran.

Arsyad (2009: 40) menjelaskan flip chart termasuk dalam

kategori media panjang. Media panjang merupakan media yang umumnya

digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi didepan kelompok

kecil. Penyajian pesan dengan flip chart sangat menguntungkan untuk

informasi visual, karena karton-karton lebar dengan mudah dapat dibuka

dan dibalik, dan dapat ditunjukkan kembali pesan yang penyampaiannya

akan diulang. Kemampuan visual yang baik akan sangat membantu

keberhasilan belajar membaca pada anak, karena dengan kemampuan

visual yang baik anak akan dapat membedakan perbedaan karakter masing

masing huruf secara baik.

Lebih lanjut, Eliyawati (2005: 121) menyatakan flip chart

merupakan salah satu media pendidikan sederhana yang dapat dirancang,

dikembangkan dan dibuat sendiri oleh guru pada pendidikan anak usia

dini. Media flip chart adalah lembaran kertas yang berisikan pesan atau

bahan pelajaran yang tersusun rapi dan baik dan merupakan media yang

dapat digunakan oleh guru pada pendidikan anak usia dini sebagai salah

satu cara untuk menghemat waktu tanpa menulis dipapan tulis. Penyajian

dalam media flip chart dapat berupa gambar, huruf, diagram dan angka.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


26

Berdasarkan pejelasan di atas dapat disimpulkan media lembaran

balik ( flip chart) merupakan media visual yang tidak dapat diproyeksikan

yang berisi bahan ajar berupa gambar, huruf, angka atau diagram yang

terbuat dari lembaran kertas yang disatukan dengan ukuran yang sama

besar, kemudian digantungkan pada sebuah gantungan dan cara

penyampaiannya dengan dibalik satu persatu. Untuk pembelajaran di TK,

penyajian bahan ajar dapat berupa gambar, huruf maupun angka.

Sedangkan lembaran balik yang dipakai dalam kegiatan membaca di TK,

penyajian bahan ajar berupa gambar dan huruf dengan ukuran besar

disertai dengan tampilan warna yang menarik.

2. Cara Membuat Media Lembaran Balik (Flip Chart)

Menurut Eliyawati (2005: 121) lembaran balik (flip chart)

merupakan salah satu contoh media sederhana. Media pembelajaran

sederhana adalah media pembelajaran yang dapat di rancang,

dikembangkan dan dibuat sendiri oleh guru. Media pembelajaran untuk

anak usia dini haruslah dirancang dan direncanakan dengan baik sehingga

keberadaan media pembelajaran dapat memotivasi anak untuk belajar lebih

rajin. Sanaky (2009: 67) menyatakan bahan dan alat yang di butuhkan

untuk membuat lembaran balik yaitu : Pertama kayu, besi,aluminium atau

bahan lain untuk membuat rangka gantungan. Kedua, kertas manila, flano

atau kertas tebal lain untuk menuliskan bahan pelajaran. Ketiga, pensil,

spidol, cat minyak, gunting, lem,gergaji kayu dan paku.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


27

Menurut Sanaky (2009: 65) cara membuat lembaran balik untuk

kepentingan proses pembelajaran di kelas adalah membuat rangka

gantungan dari kayu, besi atau aluminium, menggunakan kertas manila

atau flano dengan ukuran besar, menggunakan huruf dengan ukuran besar

atau standar, menggunakan gambar yang sesuai dengan materi pelajaran

dan tujuan pembelajaran, lembaran balik harus memiliki unsur keindahan,

kerapihan, kesederhanaan, keseimbangan dan penonjolan, untuk

mendukung keindahan lembaran balik dapat menggunakan spidol warna

atau krayon, dapat menggunakan warna tertentu untuk menonjolkan suatu

informasi tertentu, menggantungkan kertas yang telah berisi bahan

pelajaran ke rangka gantungan, bahan pelajaran berupa gambar maupun

tulisan harus sama besar, apabila pengajar tidak dapat menggambar dengan

baik, dapat mengambil gambar dari majalah, buku dan koran kemudian

diperbesar.

Sedangkan Zaman (2005: 122) menjelaskan cara membuat flip

chart adalah menyiapkan lembaran kertas yang ukurannya sama kemudian

kertas tersebut dijilid menjadi satu, kertas dilubangi agar mudah dijadikan

satu jilid, ketiga membuat dua bingkai kayu yang diikat bersama dengan

kertas dengan menggunakan dua baut, membuat lubang pada ujung

bingkai untuk tempat menggantung tali pita, kertas dan bingkai kayu

dijadikan satu dengan menggunakan baut.

Lebih lanjut Eliyawati (2005:122) menyatakan ukuran flip chart

dapat dibuat dengan menyesuaikan jumlah dan jarak anak dalam melihat

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


28

gambar dan tulisan. Demikian juga dengan penempatan flip chart, harus

direncanakan sedemikian rupa, agar pembelajaran dapat berlangsung

dengan kondusif dan tujuan pembelajaran melalui lembaran balik dapat

tercapai. Cara membuat flip chart adalah pertama menyiapkan lembaran

kertas yang ukurannya sama, kemudian kertas dijilid menjadi satu, kedua

kertas dilubangi agar mudah dijadikan satu jilid, ketiga membuat dua

bingkai kayu yang diikat bersama dengan kertas menggunakan dua baut,

keempat membuat lubang pada ujung bingkai untuk tempat menggantung

tali pita, kelima kertas dan bingkai kayu dijadikan satu dengan baut.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan lembaran balik

(flip chart) untuk meningkatkan kemampuan membaca di TK dapat di buat

dengan cara membuat rangka gantungan berkaki dari aluminium,

menyiapkan kertas manila putih , menentukan bentuk dan ukuran gambar

dan huruf, menggunakan warna yang mencolok dan tebal pada gambar dan

huruf sesuai dengan yang diinginkan, kertas manila yang sudah berisi

bahan ajar berupa gambar dan huruf dilapisi dengan kertas karton agar

kuat dan tidak mudah sobek, kertas dijadikan satu kemudian dilubangi

pada bagian atas dan mengggantungakan kertas yang sudah dilubangi pada

rangka gantungan menggunakan gelang kawat.

3. Kelebihan dan Kelemahan Media Lembaran Balik (Flip Chart)

Sebagai media sederhana yang dapat dibuat sendiri oleh guru

pendidikan anak usia dini, media lembaran balik (flip chart) mempunyai

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


29

beberapa kelebihan. Eliyawati (2005: 118) menyatakan media pendidikan

sederhana mempunyai kelebihan mudah dibuat, bahan bahannya mudah

diperoleh, mudah digunakan serta harganya relatif murah.

Sedangkan Sanaky (2009: 65) menyatakan sebagai media

pembelajaran media lembaran balik mempunyai kelebihan memudahkan

pengajar untuk menerangkan bahan pelajaran baik berupa gambar

maupunkata kata (huruf), karena dapat disampaikan secara bertahap.

Selain itu media lembaran balik sebagai media pembelajaran mempunyai

beberapa kelebihan yaitu bahan pelajaran dapat disampaikan secara

bertahap, gambar-gambar yang telah digunakan dapat di simpan dengan

baik dan dapat digunakan berulang ulang, tidak banyak waktu yang

terbuang dalam menyampaikan bahan pelajaran karena bahan pelajaran

telah siap digunakan dan lembaran balik lebih menarik perhatian dan

minat pembelajar karena ukuran tulisan dan gambar yang besar dan materi

pelajaran dapat diberikan secara berseri atau bertahap.

Lebih lanjut, Sulistiyo (dalam Riyanto, 2012: 2) menyatakan

sebagai salah satu media pembelajaran, flip chart memiliki beberapa

kelebihan, diantaranya mampu menyajikan pesan pembelajaran secara

ringkas dan praktis, dapat digunakan di dalam ruangan atau luar ruangan

karena tidak membutuhkan arus listrik, bahan pembuatan relatif murah,

mudah dibawa kemana mana dan dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


30

Selain memiliki kelebihan, media lembaran balik juga mempunyai

beberapa kelemahan. Menurut Sanaky (2009: 66) lembaran balik sebagai

media untuk pembelajaran bagi anak usia dini memiliki kelemahan yaitu

pengajar merasa berat untuk membuat lembaran balik karena persoalan

waktu dan tenaga, pengajar merasa kurang ahli untuk menulis dan

menggambar yang baik dan indah di lembaran balik dan pengajar merasa

tidak memiliki keahlian untuk menggantungkan lembaran balik.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan media lembaran

balik (flip chart) memiliki beberapa kelebihan yaitu mudah dibuat dan

harganya juga relatif murah, sehingga memungkinkan bagi setiap pengajar

untuk dapat membuatnya sendiri. Selain itu, media lembaran balik lebih

menarik perhatian dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran karena

penyampaian bahan ajar dalam media ini diberikan secara bertahap.

Sedangkan kelemahan media lembaran balik (flip chart) adalah

pengajar merasa berat untuk membuat lembaran balik karena persoalan

waktu dan tenaga, pengajar merasa kurang ahli untuk menulis dan

menggambar yang baik dan indah di lembaran balik dan pengajar merasa

tidak memiliki keahlian untuk menggantungkan lembaran balik.

4. Langkah Langkah Penggunaan Media Media Lembaran Balik (Flip

Chart)

Menurut Sanaky (2009: 64) media lembaran balik dapat

memudahkan pengajar untuk menjelaskan materi pelajaran secara

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


31

bertahap. Langkah langkah penggunaan media lembaran balik dalam

proses pembelajaran adalah pengajar menerangkan bahan ajar pada media

lembaran balik, pengajar berada disamping kanan atau kiri media lembaran

balik, menggunakan alat penunjuk pada saat menerangkan bahan ajar,

menyesuaikan bahan ajar dengan tema, kertas yang berisi bahan ajar

digantungkan pada sebuah gantungan dari kayu atau besi yang berkaki

dan materi patau bahan ajar disampaikan secara bertahap.

Sedangkan Eliyawati (2005: 135) menjelaskan dalam

menggunakan media flip chart untuk pendidikan anak usia dini, guru harus

merencanakan langkah langkah penggunaan media flip chart. Langkah

langkah tersebut adalah: Pertama, mempersiapkan media flip chart. Pokok

pokok bahan ajar yang disampaikan dalam media flip chart berupa gambar

dan tulisan yang dirancang dengan baik agar dapat dilihat dengan jelas,

mudah dipahami maknanya, memenuhi syarat syarat keindahan dan bahan

pelajaran dalam media flip chart disusun dalam urutan logis dan rapi.

Kedua, menentukan teknik atau metode yang akan yang akan digunakan

pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media flip chart. Flip

chart dapat dijadikan sebagai alat atau penuntun guru pada saat

memberikan penjelasan dan digunakan dengan teknik menayangkan

selembar demi selembar. Dengan cara seperti ini, dapat menjaga agar

perhatian anak selalu tertuju pada masalah yang sedang dibicarakan.

Ketiga, sebelum kegiatan belajar dimulai sebaiknya dicek apakah media

flip chart yang akan digunakan dalam keadaan baik dan berfungsi, agar

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


32

pelaksanaan pembelajaran tidak terganggu oleh tidak berfungsinya alat

yang akan dipergunakan.

Lebih lanjut Zaman, dkk (2009: 5.16) menjelaskan ada tiga langkah

yang harus diperhatikan oleh guru Taman Kanak Kanak pada saat akan

menggunakan media flip chart pada saat kegiatan pembelajaran adalah:

Pertama, mengidentifikasi pokok pokok pelajaran yang akan dituangkan

ke dalam lembaran flip chart. Pokok pokok isi pesan atau pelajaran yang

dituangkan dalam bentuk gambar dan tulisan harus dirancang dengan baik

agar dapat dilihat dengan jelas, mudah dipahami maknanya oleh anak dan

memenuhi syarat syarat keindahan. Lembaran kertas yang berisi pelajaran

hendaknya disusun dalam urutan yang logis dan teratur.

Kedua, memilih teknik atau metode yang akan digunakan oleh guru. Flip

chart merupakan media yang dapat dipergunakan oleh guru untuk

membantu menyajikan pesan pelajaran. Efektifitas media ini tergantung

pada cara guru dalam menggunakannya. Dengan pemilihan metode

pengajaran yang tepat maka maka media flip chart dapat membantu guru

untuk menarik perhatian anak pada masalah yang sedang diajarkan.

Ketiga, guru harus memperhatikan apakah media flip chart yang akan

digunakan dalam keadaan baik dan dapat berfungsi dengan benar,

sehingga pelaksanaan pembelajaran tidak akan terganggu oleh tidak

berfungsinya alat yang akan digunakan.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


33

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan langkah langkah

penggunaan media lembaran balik (flip chart)dalam pelaksanaan

pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan dan mengecek media lembaran balik (flip chart) yang

berisi bahan ajar berupa gambar dan huruf kemudian

mengantungkannya pada rangka gantungan yang terbuat dari

aluminium.

b. Menentukan metode pengajaran yang akan digunakan dalam

pembelajaran membaca.

c. Pada saat menerangkan bahan pelajaran pada media lembaran balik,

peneliti berdiri disamping kanan atau samping kiri media agar anak

dapat melihat bahan pelajaran yang sedang disampaikan dengan jelas.

d. Peneliti menggunakan alat penunjuk untuk menunjuk bahan pelajaran

pada media lembaran balik.

C. Kriteria Keberhasilan

1. Pedoman Penilaian

Menurut Departemen Agama RI (2004: 50) pencatatan hasil

penilaian harian dicatat dengan menggunakan simbol simbol yaitu sebagai

berikut :

 digunakan untuk menilai anak yang perilakunya belum sesuai dengan

apa yang diharapkan dan belum dapat menyelesaikan tugas dengan

baik.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


34

 Digunakan untuk menilai anak yang perilakunya sedang berada pada

tahap proses menuju yang diharapkan (belum stabil).

 Digunakan untuk menilai anak yang perilakunya melebihi dengan apa

yang diharapkan dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang

direncanakan guru.

Sedangkan menurut Depdiknas (2004: 6), dalam melaksanakan

penilaian di Taman Kanak Kanak menggunakan simbol-simbol yaitu

simbol () artinya perilaku anak belum sesuai dengan apa yang

diharapkan dan belum dapat memenuhi kemampuan (indikator) seperti

yang diharapkan dalam SKH. Simbol () artinya perilaku anak melebihi

yang diharapkan dan dapat menunjukkan kemampuan melebihi

kemampuan (indikator) yang tertuang dalam SKH.

Lebih lanjut dalam Kemendiknas (2010:1) dijelaskan hasil

penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian

dan dapat menggunakan simbol berbentuk bintang. Tanda satu bintang

() digunakan untuk menilai anak yang belum berkembang (BB) sesuai

dengan indikator seperti dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru,

tanda dua bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang sudah

mulai berkembang (MB) sesuai indikator, tanda tiga bintang (   )

digunakan untuk menilai anak yang sudah berkembang sesuai harapan

(BSH) sedangkan tanda empat bintang (   ) digunakan untuk

menilai anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator

yang diharapkan.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


35

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman penilaian dari

Kemendiknas dengan ketentuan sebagai berikut:

Tanda satu bintang (  ) digunakan untuk menilai anak yang belum

berkembang sesuai dengan indikator (BB).

Tanda dua bintang (   ) digunakan untuk menilai anak yang sudah

mulai berkembang sesuai dengan indikator (MB),

Tanda tiga bintang (    ) digunakan untuk menilai anak yang

sudah berkembang sesuai harapan pada indikator (BSH).

Tanda empat bintang (    ) digunakan untuk menilai

anak yang berkembang sangat baik melebihi indikator (BSB).

2. Indikator Keberhasilan

Menurut Tarigan (2008: 1) dalam kurikulum di sekolah

keterampilan berbahasa mencakup 4 segi keterampilan yaitu keterampilan

menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Mula-mula pada masa kecil

anak belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudah itu belajar

membaca dan menulis. Kemampuan membaca sangat berkaitan erat

dengan kemampuan menyimak, berbicara dan menulis.

Sedangkan Soetopo (2009: 32) menjelaskan terdapat hubungan

yang sangat kuat antara belajar membaca dan menulis. Gerakan tangan

anak saat menulis huruf akan membantu kinerja otak anak untuk

memgingat pola atau bentuk huruf. Hal tersebut sejalan dengan pendapat

Shofi (2008: 23) yang menyatakan bahwa pengajaran membaca dan

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


36

menulis merupakan satu paket kegiatan pembelajaran. Pada saat anak

belajar membaca, anak akan sekaligus belajar menulis, dan sebaliknya

pada saat anak belajar menulis anak akan sekaligus belajar membaca.

Lebih lanjut, Shofi (2008: 105) menyatakan pada saat mengajarkan

menulis anak akan diperkenalkan dengan tanda atau simbol huruf yang

dapat merangkai kata. Masing masing huruf berbeda dengan huruf lain,

sehingga anak harus mengerti betul dengan perbedaan masing masing

huruf. Pada saat menulis, anak dapat diajak untuk memahami,

membedakan dan mengingat huruf yang sedang ditulis oleh anak, sehingga

dapat meningkatkan kemampuan membaca anak.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kemampuan

membaca berkaitan erat dengan kemampuan menulis. Kemampuan

membaca pada anak dapat dioptimalkan dengan cara mengajak anak untuk

latihan menulis, karena pada saat anak menulis kita dapat mengenalkan

perbedaan masing masing huruf, sehingga anak akan lebih mampu untuk

memahami, membedakan dan menghfalkan huruf.

Berdasarkan Pedoman Penyusunan Perangkat Pembelajaran RA /

BA (2011: 34) indikator kemampuan membaca dan kemampuan menulis

anak dimasukkan ke dalam lingkup perkembangan kemampuan berbahasa

yang indikatornya adalah sebagai berikut:

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


37

Tabel 2.1. Kemampuan Berbahasa Kelompok A

Tingkat
Lingkup
Pencapaian Indikator
Perkembangan
Perkembangan

Bahasa Mengenal simbol - Menghubungkan


Keaksaraan simbol gambar atau benda
(Kemampuan membaca dengan kata (Indikator
dan kemampuan 22)
menulis) -Membaca gambar yang
memilik kata atau
kalimat sederhana
(Indikator 23)

Membuat coretan Membuat coretan yang


yang bermakna bermakna (Indikator 25)

Meniru huruf Menuliskan huruf huruf


abjad (indikator 26)

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengadaptasi dan kemudian

menyusun indikator yang diharapkan dalam kemampuan membaca pada

anak TK sebagai berikut :

Tabel 2.2. Indikator Keberhasilan Kemampuan Membaca Anak TK

No Indikator Keberhasilan Kemampuan Membaca Anak


1 Kemampuan menebak huruf
2 Kemampuan membaca kata yang memiliki gambar
3 Kemampuan menghubungkan gambar dengan kata yang sesuai

4 Kemampuan mencontoh huruf

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


38

D. Hubungan Antara Media Lembaran Balik (Flip Chart) dengan

Kemampuan Membaca

Media lembaran balik merupakan media pembelajaran untuk anak usia

dini yang menyajikan bahan ajar berupa gambar dan huruf dalam ukuran besar

disertai dengan tampilan warna yang menarik. Piaget ( dalam Suyanto, 2005:

55) menyatakan anak usia 2-7 tahun berada pada tahap pra operasional. Pada

tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas dan anak

mulai mengenal simbol dan tanda, termasuk gambar. Dengan gambar, akan

memudahkan anak untuk mengingat materi apa yang sedang dipelajari. Anak

akan lebih mudah memahami bacaan yang memang memiliki makna baginya.

Sedangkan Ariani dan Olivia (2009: 5) menyatakan hal yang perlu

diperhatikan dalam mengajarkan membaca pada anak usia dini adalah dengan

cara menggunakan huruf yang cukup besar, jelas dan menarik agar penglihatan

dan memori anak dapat dirangsang dengan maksimal. Selain gambar dan huruf,

tampilan warna yang menarik juga dapat menarik perhatian anak, sehingga

dapat menarik perhatian anak dan anak akan lebih bersemangat untuk

membaca.

Lebih lanjut, Bonds dan Dykstra (dalam Suyanto, 2005: 165)

menjelaskan anak TK yang mengenal huruf akan lebih cenderung memiliki

kemampuan membaca yang lebih baik.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan media lembaran balik

merupakan media yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran membaca

di Taman Kanak Kanak, karena dalam kegiatan membaca dengan media

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


39

lembaran balik anak anak dapat melihat huruf dan gambar dengan ukuran

relatif besar dan didukung dengan tampilan warna yang menarik, sehingga

anak akan termotivasi untuk membaca.

E. Penelitian yang Relevan

Sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti telah menelusuri

beberapa hasil penelitian yang memilki keterkaitan dengan penelitian

peningkatan kemampuan membaca anak.

Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Heri Luky

Indrawati, mahasiswa Universitas Negeri Malang pada tahun 2009 dengan

judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Siswa Kelas 1 dengan Media

Standar Lembaran Balik di SDN Sentul Kecamatan Tanggulangin Kabupaten

Sidoarjo. Subjek penelitian adalah siswa kelas 1 yang berjumlah 20 siswa

dengan 13 perempuan dan 7 laki laki. Pada penelitian ini peneliti

menyimpulkan bahwa penggunaan media standar lembaran balik dapat

digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan

membaca siswa. Hasil penelitian ini dapat terlihat dari prosentase pembelajaran

membaca yaitu pada sikls I mencapai 85% (17 siswa) dan pada siklus II

kemampuan membaca anak mengalami peningkatan menjadi 95% (19 siswa).

Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Lilis

Puspitosari, S.P, guru Play Group Al Naba Kelurahan Arjowinangun,

Kabupaten Malang pada tahun 2010. Dalam penelitian yang berjudul

“Pengaruh Warna Dapat Membantu Proses Pembelajaran Anak Usia Dini”

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


40

peneliti menggunakan media gambar dengan tulisan di bawah gambar

berwarna merah, biru, orange dan hijau untuk mengenalkan membaca pada

anak. Setelah seminggu dikenalkan, gambar ditutup dan secara menakjubkan

75% anak anak dapat menebak setiap tulisan yang ditunjukkan. Namun pada

saat tulisan tersebut dipindahkan ke papan tulis dengan menggunakan kapur,

hanya 25% anak yang dapat menebak tulisan. Hal ini membuktikan anak dapat

belajar membaca melalui poster bergambar dengan warna mencolok dan

gambar tersebut ditambah tulisan atau kata dengan ukuran huruf yang cukup

besar dan dengan warna yang mencolok. Warna pada anak usia dini merupakan

hal yang sangat penting bagi perkembangan syaraf otaknya. Selain memancing

kepekaan terhadap penglihatan, warna juga bermanfaat untuk meningkatkan

daya pikir anak.

Berdasarkan penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media

lembaran balik (flip chart) yang dirancang dengan menyajikan bahan ajar

berupa gambar dan huruf dengan ukuran besar dan disertai penampilan warna

yang menarik dapat digunakan sebagai media yang efektif untuk meningkatkan

kemampuan membaca anak usia dini.

F. Kerangka Berpikir

Hall (dalam Suyatno, 2005: 163) menyatakan anak mulai belajar

membaca dan menulis berawal dari belajar berbagai simbol baik dalam bentuk

gambar maupun tulisan.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


41

Sedangkan Ariani dan Olivia (2009: 18) menjelaskan dalam proses

membaca di perlukan kerjasama antara peran otak kanan dengan otak kiri. Otak

kanan melakukan tugas tugas dengan jangkauan ingatan yang relatif panjang

seperti gambar, warna, kreativitas, dan musik, sedangkan otak kiri melakukan

tugas tugas dengan jangkauan ingatan relatif pendek seperti huruf, angka dan

hitungan. Pada umumnya proses belajar membaca pada anak usia dini hanya

didominasi oleh penggunaan otak kiri yaitu hanya memperkenalkan huruf,

sehingga otak kanan anak menjadi jarang digunakan.

Media lembaran balik (flip chart) yang di pakai dalam kegiatan

membaca di Taman Kanak Kanak di rancang, dikembangkan dan dibuat

sedemikian rupa dengan memperhatikan perkembangan dan karakteristik anak.

Lembaran balik yang dipakai sebagai media dalam kegiatan membaca

menyajikan bahan ajar berupa gambar dan huruf dan didukung dengan

tampilan warna yang menarik, agar dalam kegiatan membaca menggunakan

media lembaran balik otak kanan dan otak kiri anak dapat berkembang dengan

seimbang.

Pada kondisi awal, kemampuan membaca anak didik kelompok A BA

Aisyiyah Mandiraja Wetan masih rendah. Hali ini karena guru hanya

menggunakan menggunakan media gambar dengan ukuran yang terlalu kecil.

Untuk memperbaiki kondisi tersebut peneliti melaksanakan tindakan

penelitian dengan memanfaatkan media lembaran balik (flip chart) untuk

meningkatkan kemampuan membaca pada anak. Untuk memudahkan

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012


42

pelaksanaan tindakan kelas, maka perlu disusun bagan kerangka berpikir yang

merupakan landasan pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

- Minat siswa terhadap


kegiatan membaca masih
rendah Dilakukan
- Kemampuan membaca siswa upaya
Kondisi
masih rendah perbaikan
Awal
- Pembelajaran membaca dengan
monoton PTK

- Minat siswa pada kegiatan


Kondisi sudah Siklus I
membaca sedikit meningkat
meningkat, ada Tindakan
- Kemampuan membaca siswa
perbaikan tapi membaca
sudah meningkat tetapi belum
belum melalui media
maksimal
maksimal lembaran balik
- Pembelajarannya tidak
(flip chart)
monoton
3 x pertemuan

Siklus II - Minat siswa meningkat pada Terjadi


Tindakan kegiatan membaca peningkatan
membaca - Kemampuan membaca siswa yang optimal
melalui media meningkat maksimal dalam
lembaran balik - Pembelajarannya tidak kemampuan
(flip chart) monoton membaca anak
3 x pertemuan dan penelitian
berhasil
Gambar 2. 1: Kerangka Berpikir Peningkatan Kemampuan

Membaca Melalui Lembaran Balik ( Flip Chart).

Berdasarkan bagan kerangka berpikir diatas dalam penelitian tindakan

kelas ini peneliti berasumsi bahwa media lembaran balik dapat meningkatkan

kemampuan membaca pada anak kelompok A BA Aisyiyah Mandiraja Wetan,

Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara.

Upaya Meningkatkan Kemampuan..., Windarti, FKIP UMP 2012

Anda mungkin juga menyukai