Anda di halaman 1dari 19

Profil Narasumber

dr. Pinansia Finska Poetri yang akrab dipanggil dr. Pinan lahir di Bandar
Lampung, 13 Oktober 1989. Beliau adalah ibu dari 1 orang anak
perempuan. Beliau adalah seorang founder @belajar.bareng.bupinan di
Instagram dan juga seorang Co-Founder @kliniklaktasisurabaya. Akun
Instagram pribadi beliau yakni @dr.pinan.

Maa syaa’ Allaah, semoga Allah subhaanahu wa ta’ala senantiasa


memberikan kebaikan kepada beliau yang mau berbagi ilmunya kepada
kita. Serta memberikan kemudahan untuk kita semua dalam menuntut
ilmu agar bisa menjadi seorang ibu yang baik untuk ananda. Aamiin
allaahumma aamiin.
Membangun Pondasi agar
Anak Cerdas Literasi
5 Tahapan Membaca
Tahapan membaca ini perlu diketahui sebab buku tentunya tidak lepas dari
aktivitas membaca. Dalam proses membaca, individu akan melalui
beberapa tahapan. Setiap tahapan memiliki karakteristiknya masing-
masing. Ada 5 tahapan membaca, yakni :
1. Emerging Pre-reader (antara 6 bulan - 6 tahun)*
Lebih berfokus pada pengalaman membaca anak. Jika anak senang
dalam proses membaca di sini, maka anak akan lebih mudah mengingat
tujuan atau pesan yang ingin orangtua sampaikan melalui buku. Pada
tahap ini bukan merupakan fase anak belajar membaca. Biasanya,
aktivitas yang anak lakukan pada tahapan ini :
• Fokus mengamati ilustrasi/gambar-gambar yang ada pada buku,
• Membuat cerita sendiri dari buku yang mereka pegang,
• Menunjuk-nunjuk beberapa bagian yang ada di buku,
• Pengalaman sensoris seperti memegang buku,
• Menyebutkan huruf-huruf yang ada pada buku,
• Mengetahui tulisan/huruf nama sendiri,
• Senang memiliki ikatan emosional dengan cerita yang ada.

2. Novice Reader (6-7 tahun)*
Mereka mulai belajar adanya hubungan antara huruf dan bunyi.

3. Decoding Reader (7-9 tahun)

4. Fluent, comprehending reader (9-15 tahun)

5. Expert Reader (16 tahun keatas)


*) Pada sesi KulGram kali ini, tahapan yang dibahas secara mendetail oleh
dr. Pinan adalah pada tahapan emerging pre-reader dan novice reader.

Fakta di lapangan menunjukkan : adanya jurang lebar antara fase emerging


pre-reader dengan novice reader. Misalnya : ketika anak pada masa TK
memang tidak difokuskan untuk belajar membaca, maka ketika anak
masuk SD mereka akan kesulitan sebab syarat masuk SD adalah bisa
membaca. Sehingga apa yang bisa dilakukan oleh orangtua?

Orangtua bisa membangun jembatan di antara jurang lebar ini dengan


emerging literacy.

Emerging Literacy
Emerging Literacy merupakan sebuah pondasi yang dibangun selapis demi
selapis untuk menjembatani 2 tahapan krusial dalam literasi. Perlu adanya
sebuah ‘jembatan’ di antara tahap pre-reader dengan novice reader sebab
setiap tahapan tidak bisa berdiri sendiri. Setiap tahapan menjadi pondasi
bagi tahapan selanjutnya.

Pondasi atau tujuan yang dibangun harus sesuai dengan milestone


perkembangan anak. Hal ini penting untuk mengatur ekspektasi orangtua.

Tahap Pembelajaran Anak


Menurut Jean Piaget
• Object Level
Anak-anak mempelajari hal nyata dan berinteraksi dengan objek yang
sesungguhnya.
• Index Level
Anak-anak memanipulasi objek real yang ada di hadapannya dengan
cara menggenggam objek tersebut, mengetuk-ngetuk, memasukkan
benda ke mulut dan lain sebagainya.
• Symbolic Level
Anak paham bahwa benda nyata juga bisa dibuat versi gambar atau
simbolik (misal foto adalah versi gambar dari manusia).
• Sign Level
Contoh : ketika anak melihat huruf ‘A-P-E-L’ anak mempersepsikannya
tidak hanya sebatas susunan dari huruf-huruf yang membentuk kata
dan bunyi ‘APEL’ tetapi juga mempersepsikan tulisan tersebut dengan
wujud Apel yang sebenarnya, maka Apel sebenarnya, rasa Apel yang
sebenarnya, ukuran apel yang sebenarnya dan lain sebagainya.

Point Penting Dalam


Perkembangan Bahasa Anak
Ada dua poin penting dalam perkembangan bahasa anak yakni point
ekspresif dan point reseptif.
a. Point Ekspresif : Anak bisa mengungkapkan sesuatu yang ada dipikiran
mereka. Biasanya dalam bentuk kata-kata. Perkembangan ekspresif
akan mendorong anak untuk mengembangkan kemampuan
menulis/menuangkan pikiran-pikiran mereka dalam bentuk tulisan.
b. Point Reseptif : Anak bisa memahami makna dari respon yang diberikan
oleh lingkungan. Perkembangan reseptif akan mendorong anak untuk
memiliki kemampuan dalam memahami suatu bacaan.

Selain dua point di atas, orangtua juga perlu mengetahui periode pre-
verbal anak. Periode preverbal biasa terjadi di usia 0-12 bulan. Pada
periode ini anak menyerap apapun kosa kata yang ada disekitarnya.
Sehingga orangtua baiknya sering-sering mengajak anak mengobrol.
Tahapan-tahapan yang Menjadi
Point di Emergent Literacy
Ada 6 tahapan dalam emergent literacy, yakni :
1. Mendengar (periode pre-verbal).
2. Menyimak (periode pre-verbal).
3. Berbicara (bahasa ekspresif sudah mulai muncul) .
4. Menceritakan kembali (misal : ketika anak mengalami suatu kejadian,
anak bisa menceritakan kejadian yang ia alami pada orangtuanya).
5. Menambahkan, menyanggah (terjadi ketika orangtua dan anak sedang
berdiskusi/komunikasi 2 arah)..
6. Membuat cerita sendiri.

Bentuk-bentuk Kegiatan
Emergent Literacy
Ada 4 bentuk kegiatan emergent literacy, yakni :
1. Dongeng atau Berkisah
Di sini orangtua menceritakan sesuatu tanpa ada properti tertentu.
Orangtua bebas ingin menceritakan hal apapun kepada anak; misal
menceritakan pengalaman orangtua di hari itu.
2. Story Telling
Bisa menggunakan buku dan orangtua bisa melakukan improvisasi.
Sehingga ketika menceritakan kembali, orangtua tidak perlu benar-
benar membacakannya sesuai dengan apa yang dibuka. Story Telling
biasanya menggunakan properti/benda-benda yang ada di sekitar.
3. Read Aloud (Membacakan Nyaring)
Orangtua benar-benar membacakan kata per kata atau huruf per huruf
yang ada di buku dengan cara ditunjuk.
4. Ngobrol
Apakah Pada Fase ini Pembangunan Literasi Harus Selalu Dikaitkan
dengan Buku?
Pada fase ini, buku berperan sebagai media perantara atau salah satu tool
dalam literasi dini. Buku berperan untuk menumbuhkan pengalaman
membaca pada anak sehingga anak terbiasa, akrab dan suka dengan
buku. Ketika anak sudah akrab dan terbiasa dengan buku, huruf dan simbol
maka anak akan memiliki pengalaman indra lebih banyak. Hal ini akan
memudahkan proses belajar anak pada tahapan selanjutnya. Buku itu
penting, tapi bukan segalanya, maka dari itu orangtua harus bijak dalam
pemilihannya.

Bagaimana Agar Buku Ini Menjadi Perantara yang Baik?


Buku bisa menjadi jembatan antara tahapan object - index - symbolic - sign.
Di dalam buku, tentunya terdapat huruf dan juga gambar, sehingga dengan
buku, orangtua bisa mengenalkan kata tertentu sekaligus wujud asli dari
kata tersebut.

Anak Usia 0-6 Tahun Belajar


Melalui Real Object
Sehingga, untuk anak-anak usia 0-6 tahun kita prioritaskan mereka untuk
belajar melalui benda-benda yang ada di sekitarnya (real object). Hal ini
untuk mengenalkan berbagai macam indra/rangsangan stimulasi.
Stimulasi melalui benda langsung tidak sama dengan stimulasi
menggunakan buku. Kegiatan sensorik merupakan ‘suplemen’ untuk otak.
Semakin banyak kegiatan sensorik maka akan semakin banyak sinapsis di
otak. Sinapsis merupakan terhubungnya sel otak dengan sel lainnya.
Sehingga harapannya, semakin banyak sel terhubung maka anak akan
semakin cerdas baik secara intelektual, emosi dan spiritualitas. Biarkan
anak bergerak, mengenali benda dan belajar dari benda-benda di
sekitarnya. Baru setelahnya kita mengenalkan anak pada versi abstraknya,
yakni melalui media perantara buku. Pada usia 0-6 tahun, buku merupakan
media anak untuk pembelajaran membaca bukan kemampuan membaca.
Fungsi Membacakan Buku
Dalam Emergent Literacy
Dalam tahap emergent literacy, membacakan buku bagi anak tidak hanya
berfungsi sebagai proses pembiasaan namun juga :
1. Ajang Bonding dengan Orangtua
Buku merupakan media perantara bonding antara anak dengan
orangtua sebab tidak semua orangtua memiliki kemampuan interaksi
dan engagement yang baik.
2. Media Perantara Diskusi
Buku merupakan media perantara diskusi antara anak dengan orangtua
sebab tidak semua orangtua memiliki kemampuan komunikasi yang
baik (apalagi jika anaknya masih kecil dan belum bisa bicara).
3. Environmental Print
Kita membiasakan anak dengan simbol sehingga ketika anak sudah
masuk di tahap ia harus bisa membaca, maka proses belajar
membacanya akan menjadi lebih mudah. Hal ini dikarenakan ia sudah
terbiasa dengan huruf dan simbol-simbol sebelumnya.
4. Stimulasi Indera
5. Sarana Belajar
Misalnya : mengajarkan metamorfosis, mengajarkan science dengan
buku ensiklopedi.
6. Penanaman Value
Misalnya : proses menanamkan adab pada anak bisa diajarkan melalui
buku yang didalamnya terdapat karakter-karakter tertentu.

Tips Agar Membacakan Buku


Bisa Lebih Asyik
1. Membangun Ekspektasi
Bangunlah ekspektasi yang sedang-sedang saja (tidak terlalu rendah
dan tidak terlalu tinggi). Sesuaikan ekspektasi dengan kemampuan
anak.
Misal : anak yang baru belajar bicara maka ekspektasi kita membaca
buku bukan untuk menyelesaikan cerita. Ketika membacakan buku
untuk toddler lupakanlah isi buku itu. Kita fokus menanamkan berbagai
macam kosa kata. Target kita di kosa kata. Sehingga ketika membaca
buku anak hanya mau pada 1 halaman saja, maka tidak mengapa.
Kemudian ketika anak sudah bisa mulai menyimak apa yang dibacakan
orangtua, maka kita ajak diskusi. Kita naikkan ekspektasi ke
penyelesaian cerita.

2. Orangtua Bisa Memulai dari Buku dengan Cerita yang Simple Terlebih
Dahulu

3. Pilih Waktu Khusus


Prioritas kita bukan membuat anak jadi ‘kecanduan’ dengan buku; akan
tetapi prioritas kita adalah pengalaman indra anak. Pilih waktu khusus
sesuaikan dengan kondisi masing-masing dan konsisten dengan jadwal
tersebut.

4. Pemilihan Buku Sesuai dengan Tahap Perkembangan


Misal : biasanya anak-anak dibawah usia 2 tahun motorik kasar benar-
benar sangat pesat sekali (tidak bisa diam). Mereka belum punya
kontrol motor yang kuat. Maka, anak-anak pada usia 2 tahun kebawah
jangan diberikan buku yang dari kertas (awali dulu dengan board book
atau soft book). Dengan begitu, buku tidak akan mudah rusak.

5. Hadir 100%
Kalau kita hanya membaca 1 buku 1 hari tidak mengapa, asalkan kita
hadir 100% untuk anak. Kita hadir untuk anak tanpa memegang gadget,
tanpa memikirkan hal lain.

6. Quality Over Quantity


Upayakan kualitas interaksi daripada kuantitas (jumlah) buku yang
dibacakan.
7. Membahas Cover Buku
Misal : membahas gambar yang ada di cover buku, menyebutkan satu-
satu gambar yang ada di cover buku. Selain membahas gambar, bahas
juga; siapa penulis, siapa illustratornya. Dengan begitu anak
mengetahui bahwa buku tersebut ada yang membuat, menciptakan,
menerbitkan dan menggambarnya.

8. Keberagaman Konten
Maksudnya adalah dengan memberikan berbagai macam jenis
buku/buku dengan tema yang berbeda pada anak; seperti ensiklopedia
(untuk anak 5 tahun ke atas), buku tentang adab, buku non fiksi, dan
lain-lain.

9. Rotasi Buku
Rotasi buku adalah suatu keadaan dimana anak punya kebebasan dalam
memilih buku. Hal ini bertujuan agar anak mencintai buku. Kita bisa
meletakkan buku tersebut di rak yang terbuka sehingga anak bisa
dengan mudah menjangkaunya. Jika ada buku yang jarang disentuh,
maka kita bisa ganti posisi buku tersebut dengan buku yang lain.
10. Berdiskusi dengan Anak Menyesuaikan Tahap Perkembangan Anak

11. Bertahap, Semua Ada Prosesnya

Jenis-jenis Buku
1. Berdasarkan Bahan
• Soft book (bahannya kain) untuk anak-anak bayi
• Board book
• Paper book
2. Berdasarkan Konten
• Buku Fiksi : buku fabel, tokoh dengan karakter tertentu.
• Buku Non Fiksi : sejarah (siroh nabawiyah), kisah-kisah dalam Al
Quran, picture book (isinya gambar-gambar saja tanpa cerita. Fungsi
buku ini untuk menambah kosa kata anak). Buku alfabet, buku angka,
buku hijaiyah.
• Buku Aktivitas : buku wipe and clean, buku stiker, buku yang
mengharuskan anak untuk berinteraksi dengan benda-benda nyata
di lingkungannya.
3. Berdasarkan Fitur/Variasi Buku (buku dibawah ini memiliki fitur-fitur
khusus agar menarik minat anak pada aktivitas membaca)
• Flip and Flap.
• Sound Book : ada tombol yang ketika di klik mengeluarkan suara
tertentu.
• Feel and Touch Book : buku dengan tekstur-tekstur tertentu yang
beraneka ragam (misal gambar sapi nanti di bagian badan sapi ada
tekstur halusnya).
• Push-Pull-Slide book : ada yang bisa digeser, diputar-putar.
• A Shine Light Book : buku ini memerlukan bantuan senter agar anak
bisa menemukan gambar yang tersembunyi di dalam buku.
• Pop Up Book : Ketika lembaran dibuka, maka dia akan keluar gambar
3D.

Sesi Tanya Jawab


1. Pertanyaan :
Assalaamu’alaykum dokter, izin bertanya bagaimana menentukan buku
yang tepat untuk anak dibawah 2 tahun, apakah cerita fabel boleh
dibacakan? Terima kasih dok.

Jawaban :
Wa’alaykumussalaam, usia dibawah 2 tahun fokusnya lebih ke
bagaimana anak bisa akrab dengan buku dan bagaimana proses
sensori motor anak bisa berkembang dengan baik. Sehingga saya
menyarankan memberikan buku board book yang dilengkapi dengan
fitur-fitur tertentu.
Cerita fabel sebenarnya boleh-boleh saja, asal percakapan yang
dilakukan adalah percakapan antara binatang dengan binatang, bukan
percakapan antara binatang dengan manusia. Hal ini dikarenakan di
dunia nyata pembicaraan antara binatang dengan manusia tidak
terjadi/tidak ada komunikasi dua arah. Selain itu, sesuaikan juga dengan
value keluarga. Apabila keluarga sangat menjunjung value agama Islam,
maka saya tidak menyarankan untuk memberikan cerita fabel.
Sehingga, alangkah lebih baiknya buku-buku dengan tema agama islam
ini memiliki tokoh utama manusia, bukan hewan.

Sedangkan konten : pilih cerita yang pendek-pendek saja (yang banyak


gambar, sedikit tulisan). Hal ini dikarenakan anak usia di bawah 2 tahun
rentang fokusnya masih sangat pendek.

2. Pertanyaan :
Mau tanya dok, apakah buku bisa dijadikan alternatif untuk anak belajar
bicara, dan buku seperti apa yang cocok untuk usia 2 tahun sambil
belajar bicara?

Jawaban :
Buku bisa dijadikan alternatif untuk anak belajar bicara. Buku seperti
apa yang cocok untuk usia 2 tahun sambil belajar bicara bisa disesuaikan
dengan :
• Minat anak (misal saat ini anak sedang tertarik dengan kendaraan,
maka orangtua bisa memberikan buku tentang kendaraan).
• Fitur-fitur tambahan yang ada pada buku (misal fitur suara).
• Perkembangan motorik kasar anak; apabila motorik kasar anak
masih sangat aktif maka kita bisa memilih buku jenis board book dan
soft book.
• Ekspetasi kita kepada anak.

3. Pertanyaan :
Apakah dalam emerging pre reader ini sangat dibutuhkan beberapa
jenis variasi buku? Mulai dari tema, jenis fitur, dan lainnya. Bagaimana
jika sebagai seorang muslim, saya ingin fokus menanamkan dan
mengenalkan pada agama di masa emerging pre reader ini, sehingga
fokus saya masih pada buku bertemakan islami saja. Apakah itu baik?
Jika kurang tepat, pada usia berapa sebaiknya saya sudah mulai
menyeimbangkan jenis bacaannya? Jazaakillaahu khayraa.

Jawaban :
Dalam tahapan emerging pre-reader sangat diperlukan berbagai macam
variasi buku; mulai dari tema hingga fitur-fitur khusus yang ada pada
buku. Hal ini dimaksudkan agar anak punya pengalaman indra,
pengalaman menyentuh berbagai macam variasi kehidupan dengan
disesuaikan dengan value dari keluarga. Sebenarnya yang penting selain
variasi dari fitur, kita perlu mengobservasi minat anak terhadap suatu
hal terlebih dahulu. Hal ini berguna agar engagement antara anak
dengan buku bisa lebih optimal.

Saya sangat setuju sekali ketika kita ingin fokus menanamkan dan
mengenalkan anak pada agama di masa emerging pre reader sehingga
hanya fokus pada buku yang bertemakan islam. Hal itu sangatlah baik.
Sebab, salah satu tujuan kita membacakan buku pada anak adalah
menanamkan value. Selain itu, usia 1-6 tahun merupakan masa dimana
anak belajar tentang pondasi-pondasi tauhid, pembiasaan kegiatan-
kegiatan beribadah (shalat) sehingga di usia 7 tahun anak sudah terbiasa
shalat tanpa di suruh, dan pengenalan tentang kisah-kisah sahabat.

Proses menyeimbangan jenis bacaan bisa dilakukan dengan


memperhatikan konten buku dan rentang fokus anak. Ada beberapa
penerbit buku anak berbasis sunnah yang menerbitkan buku-buku
dengan konten yang berat (misal jumlah kata yang terlampau banyak,
kalimat banyak, runtutan kejadian terlalu kompleks). Jika konten terlalu
panjang, berat, dan menggunakan bahasa resmi maka orangtua bisa
melakukan improvisasi agar anak tidak bosan.

4. Pertanyaan :
Assalaamu’alaykum. Pertanyaan saya mengenai buku untuk anak
Autis/ABK. Kriteria buku seperti apa yang cocok untuk anak Autis/ABK?

Jawaban :
Wa’alaykumussalaam. Jika kita telisik lagi anak-anak berkebutuhan
khusus maka kita menemukan bahwa ambang fokus mereka sangat
terbatas. Selain itu, anak-anak dengan kebutuhan khusus juga perlu
pengalaman indra yang lebih banyak dibanding anak-anak normal.
Sehingga saran saya : pilihlah buku dari ilustrasinya terlebih dahulu,
misal picture book. Pastikan dalam 1 halaman buku ilustrasinya banyak.

5. Pertanyaan :
Bismillaah...‘afwan ana izin bertanya dok. Bagaimana cara terbaik atau
tips membacakan buku kepada anak disaat anak sedang aktif pada
tahapan index/sensory play. Terkadang saat kita membacakan buku,
baik paperbook atau boardbook yang lebih asik sensory play merobek,
meremas buku bahkan oral book. Baarakallaahu fiiky.

Jawaban :
Saya akan kasih masukan dari segi kegiatannya dulu sebab anak sedang
asyik bergerak. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan :
• Mbak bisa bermain secara interaktif dengan anak. Mbak bisa duduk
dan biarkan anak bermain dengan memberikan dia instruksi untuk
mencari gelas berdasarkan gambar yang ada di dalam buku. Contoh,
“Adek lihat dek, di buku ini ada gambar gelas. Coba adek lihat gambar
gelas ini, kita cari gelas di dapur terus kita bandingin sama yang
dibuku.”
• “Eh dibuku ini ada warna merah. Yuk, kita coba cari benda-benda
warna merah, terus kita kumpulin di sini”.
• Dengan memberikan batasan kepada anak. Ketika anak sudah
menunjukkan perilaku destruktif, kita bisa langsung menghentikan
aktivitasnya sembari menasehati “Buku tidak untuk di remas-remas
dan dirobek-robek, ya nak”. Jika mbak mendapati ada buku yang
robek, mbak bisa langsung ajak anak untuk memperbaiki bukunya.
Sehingga anak tahu bahwa jika ada barang yang rusak, kita harus
memperbaikinya tidak dibiarkan.
• Memfasilitasi anak untuk merobek-robek benda, misal dengan
kertas origami.
6. Pertanyaan :
Apakah buku yang ada gambar untuk mewarnai sangat dianjurkan
untuk anak, dokter?

Jawaban :
Ya boleh saja diberikan untuk anak untuk belajar mewarnai dari buku-
buku tersebut. Karena kegiatan mewarnai bermanfaat untuk motorik
halus, koordinasi anggota badan. Tapi sebelum memilih buku,
utamakan memilih konten buku sesuai value keluarga yang dimiliki.

7. Pertanyaan :
Bismillaah, Seyogyanya kita sebagai orangtua muslim memiliki
kurikulum pendidikan anak semisal adanya aspek aqidah, muamalah,
pengetahuan sains, dan lain-lain, baik melewati pengajaran langsung
seperti literasi maupun tidak langsung seperti teladan dan sebagainya.
Adakah dr. Pinan sedia membantu membekali kami (para ibu)
rumusan/tahapan kurikulum tersebut akhirnya anak tumbuh matang
dalam segi aqil bersamaan dengan balighnya? Sehingga dengan begitu
kita bisa menyesuaikan pengenalan buku sesuai dengan tema kurikulum
yang dibutuhkannya terlebih dahulu. Jazaakillaahu khayraa.

Jawaban :
Saya setuju dengan pendapat mbak bahwa kita harus memiliki
kurikulum sendiri untuk kegiatan anak. Sehingga ketika dia bermain,
tetapi tetap ada unsur pengenalan tauhid, adab, pengenalan surah
dalam Al Quran dan lain-lain. Untuk rumusan tahapan kurikulum saya
juga masih belajar. Akan tetapi pada intinya, penyusunan kurikulum
disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Perhatikan pula
minat aktual anak. Ada beberapa rambu yang bisa diikuti :
• Anak usia 0-6 tahun biasanya difokuskan pada tauhid, adab,
mencontohkan kegiatan-kegiatan ibadah.
• Sesuaikan aktivitas fisik dengan tahapan perkembangannya.

Saya juga setuju apabila pemilihan buku menyesuaikan kurikulum yang


dibuat. Orangtua pada tahap ini diharapkan untuk aware dengan
‘apakah konten buku tersebut sesuai dengan value yang kita punya?
Apakah konten memiliki banyak syubhat atau tidak?” dalam hal ini,
orangtua harus memiliki kemampuan agama yang baik dan
kemampuan literasi yang baik agar orangtua bisa menjadi barier
sebelum isi dari buku tersebut sampai kepada anak.

8. Pertanyaan :
Pada usia dini anak-anak diajarkan belajar sambil bermain atau
bagaimana yang terbaik, dokter?

Jawaban :
Anak-anak intinya bermain karena bermain dan belajar adalah satu
kesatuan bagi anak (hal ini tentu berbeda dengan orang dewasa).
Bermain adalah proses belajar juga bagi anak. Kegiatan anak-anak
berorientasi untuk masa kini (berbeda dengan kegiatan orang dewasa
yang berorientasi pada masa depan).

9. Pertanyaan :
Bismillaah, dokter, untuk anak usia 9 bulan, buku apa saja yang
dikenalkan ke anak selain tauhid, dan untuk durasinya berapa lama
dalam sehari? Baarakallaahu fiiky bu dokter.

Jawaban :
Untuk anak usia 9 bulan selain tauhid orangtua juga bisa memberikan
soft book yang terbuat dari bahan kain, ada sisi suara, warna, dan lain-
lain. Untuk masalah durasi, tidak ada ketentuan yang pasti; semua
dikembalikan dengan waktu masing-masing orangtua.

10. Pertanyaan :
Apakah saat mengenalkan anak tentang buku , dibolehkan mengajari
anak sambil menulis dok, sesuai usianya?

Jawaban :
Boleh mengajarkan buku sembari mengajarkan anak menulis. Buku bisa
menjembatani orangtua dalam mengajarkan anak menulis,
menggambar, mewarnai dan lain sebagainya. Sehingga mbak bisa
membeli buku wipe and clean. Kalau tidak mau beli buku baru, orangtua
bisa memaksimalkan buku lama; yakni dengan menyuruh anak untuk
menyalin kembali kata-kata yang ada dalam buku lama supaya bisa
melatihnya untuk menulis.

11. Pertanyaan :
Anak saya usia 17 bulan dok, bukunya kan kebanyakan yang banyak
gambarnya, misalnya soundbook atau flip the flap. Nah, jadi mamanya
aja yang cerita, dia nunjuk-nunjuk ini apa itu apa, lalu mamanya yang
cerita, tidak apa-apa kan dok? Jadi dalam 30 menit dia bisa 4 buku.
Bagaimana menurut dokter? Terimakasih sebelumnya dok.

Jawaban :
Boleh banget, malah Maa Syaa’ Allaah anaknya sudah mulai dengan
buku jika seperti itu. Pada usia 17 bulan, anak sedang berusaha untuk
belajar bicara maka ekspektasi orangtua bukan menyelesaikan buku
tetapi menambah kosa kata.

12. Pertanyaan :
Bagaimana jika orangtua memiliki keterbatasan uang untuk
membelikan anak-anaknya buku bacaan sesuai umurnya? Misal : untuk
anak under 2 years old sebaiknya buku bacaannya yang full colour dan
full gambar dengan sedikit tulisan, bahan boardbook. Yang saya tahu,
bahan boardbook dan full colour begitu pasti mahal, apalagi buku-buku
premium yang paketan. Apakah lantas membacakan buku yang banyak
tulisannya menjadikan stimulasi ke anak menjadi kurang maksimal atau
bagaimana?

Jawaban :
Tidak perlu khawatir mbak, yang penting adalah kehadiran orangtua
100% dan bagaimana cara orangtua menyampaikan serta membacakan
buku kepada anak. Sehingga jika buku yang dirumah cuma sedikit akan
tetapi kita maksimalkan maka efeknya akan lebih baik. Apalagi untuk
anak di bawah 2 tahun fokusnya bukan di penyelesaian cerita, tetapi
dipenanaman kosa kata.

Alternatif penyelesaian :
• Orangtua membuat buku bergambar sendiri dengan cara mengambil
foto dari benda-benda yang ada di rumah.
• Orangtua harus yakin bahwa ketika membeli buku harus sesuai
dengan value keluarga, konten tidak mengandung syubhat dan lain-
lain. Karena, buku yang mahal belum tentu kontennya bagus.

13. Pertanyaan :
Bismillaah, Anak saya tunanetra dok, usia <2 tahun. Bagaimana ya
caranya agar dia tertarik dengan buku? Karena pada akhirnya kan kelak
dia juga akan belajar menggunakan buku walaupun buku braille.

Jawaban :
Untuk anak-anak tuna netra, saya menyarankan buku yang ada fiturnya.
Karena buku-buku dengan fitur tertentu bisa untuk mengoptimalkan
sensitivitas indera yang lain. Karena setahu saya, indera lain anak-anak
dengan low vision koordinasinya sangat baik. Sehingga baiknya kegiatan
sensorinya diperbanyak. Misal : buku yang ada wanginya, buku yang ada
teksturnya, buku yang bisa ditarik-tarik. Hal ini agar anak bisa tertarik
dengan buku.

14. Pertanyaan :
Apakah pengenalan anak tentang gadget bisa dikatakan sambil belajar
dari video kartun atau mobil-mobilan di usia dini, sedangkan dari sisi
negatif gadget membuat anak kecanduan dan merusak dari video
walaupun dikatakan kartun, sebab ada anak yang sering marah-marah
ketika dikenalkan dengan gadget, bagaimana solusi biar bisa mengajak
anak supaya berhenti main gadget, dokter?

Jawaban :
Pada materi, saya sudah sampaikan 0-6 tahun butuh pengalaman indera
apalagi untuk anak-anak usia 0-2 tahun. Menurut American Academic
Psychiatric (AAP) direkomendasikan bahwa anak-anak dibawah usia 18
bulan tidak disarankan untuk main gadget atau menonton baik dari
video atau game. Usia 18 bulan-2 tahun anak-anak juga tidak boleh
lama-lama bermain gadget, tontonan harus yang berkualitas dan harus
dalam pengawasan orangtua. Untuk anak-anak usia 3-5 tahun
penggunaan gadget maksimal 1 jam dengan jeda (misal jeda setiap 15
menit). Mengapa seperti itu? Hal ini supaya anak aktif bergerak dan
bermain. Esensi dari belajar adalah melalui benda-benda real di
sekitarnya, bukan dari media gadget. Sehingga saran dari saya,
penggunaan gadget sebaiknya dikurangi.

Solusi mengurangi gadget :


• Mengurangi pemakaian gadget secara perlahan, teknis disesuaikan
dengan keadaan/ kondisi rumah masing-masing.

15. Pertanyaan :
Buku untuk anak usia 0-3 bulan yang dijual dipasaran berwarna hitam
dan putih serta berbentuk heksagonal, lingkaran, apakah itu tepat dok?

Jawaban :
Buku model ini namanya buku high contrast dan tepat untuk anak-anak
usia 0-3 bulan karena mereka penglihatan mereka masih hitam putih.

Penutup
KulGram Mothergoodly #8

َ‫َك اللَّهُ ََّم َو ح َِب ْم حد َك‬


ََ ‫ ُس ْب َحان‬،
ََ‫ أ ْشه ََُد أ َْن لَ ا ََل الََّ أنْت‬،
ِ
ََ ‫ُوب الَ ْي‬
‫ك‬ َُ ‫أ ْس َت ْغ حف ُر ََك َو َأت‬
(Mahasuci Engkau, wahai Allah, dan dengan memuji-Mu,
aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Engkau. Aku meminta ampun kepada-Mu
dan aku bertaubat kepada-Mu)

Anda mungkin juga menyukai