Anda di halaman 1dari 13

Terima kasih mba Eka.

Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh.

Apa kabar ibu,bunda,umi,mama semua? Semoga dalam keadaan sehat jiwa raga ya.

Alhamdulillah hari ini saya diberikan kesempatan belajar bareng di grup Rumah Belajar Ibu Hebat.

Semoga tema hari ini memberi manfaat untuk kita dalam membersamai tumbuhkembang si kecil ya.

Perkenalkan saya Siti Halimatussa’diah, S.Psi. Ibu-ibu bisa memanggil saya Halima, atau Atus. Saat ini
saya merupakan kandidat psikolog pendidikan, dan hari ini saya mau berbagi ilmu yang saya ketahui
terkait pra-membaca dan pra-menulis.

Dikarenakan kita hari ini belajar multisensori juga, saya akan menjelaskan materi secara audio
ya..biar tidak hanya secara visual yg terstimulasi

Tantangan pengajaran baca tulis saat ini

Kondisi saat ini : di satu sisi anak tak boleh diajarkan baca tulis ditingkat prasekolah. Namun jika kita
amati buku pelajaran kelas 1 SD pun sudah merupakan materi tertulis yang membutuhkan
kemampuan membaca dan menulis.

Jika kelas 1 SD anak diharapkan sudah bisa membaca dan menulis, sementara dijenjang pra sekolah
anak tidak boleh diajarkan membaca dan menulis, lalu dimana dan kapan anak diharapkan dapat
mempelajari keterampilan tersebut?

Masalah lain, upaya membuat anak segera dapat membaca dan menulis kemudian dibarengi dengan
cara-cara yang memaksa anak: menyuruh anak mengerjakan berlembar-lembar worksheet,
menyuruh anak menghapal huruf, menghukum anak yang lamban belajar.dll

Peran gadget dalam tumbuh kembang anak

Pada masa serba hi-tech sekarang ini, hadirnya beragam game online, acara televisi, Youtube
menjadi tantangan tersendiri.

Kesibukan orangtua yang padat membuat sebagian berpikir bahwa gadget bisa menstimulasi anak-
anak.

Pertanyaannya adalah : benarkah gadget dapat menggantikan beragam aktivitas fisik untuk
menstimulasi aspek sensorik dan motorik anak? Meski gadget terbukti dapat membuat anak duduk
dengan tenang dan “seolah” fokus pada layar, benarkah membiarkan anak terus menerus terpapar
gadget tak berdampak pada tumbuh kembang anak.

Jika anak terus menerus terbiasa menatap layar dengan berbagai gerakan yang demikian cepat,
bagaimana ia akan tahan menjalani proses belajar yang membutuhka ketekunan?

Kita mengharapkan anak dapat duduk tenang untuk menggambar dan mewarnai misal, tetapi kita
membiarkannya terbiasa dengan satu kali mengetuk layar akan membuat sebuah bidang terwarnai
dengan sempurna. Kita ingin anak dapat menggenggam pensil dengan kuat dan hasil guratannya
tegas, tetapi kitalah yang sibuk membuatnya menggambar dilayar dengan hanya menyentuhkan
jemari dilayar.

Belum lagi terkait perkembangan komunikasi verbalnya. Tidakkah kita sadari semakin banyak anak
usia dini yang mengalami keterlambatan bicara? Sebagian dari kita lupa bahwa tidak ada yang
menggantikan dahsyatnya komunikasi langsung antar manusia. Komunikasi tidak sesempit tentang
banyaknya kosakata yang dimiliki anak, tetapi juga tentang cara-cara penyampaian pesan, ide, dan
hal-hal lain yang dirasakan.

Dr. Montessori menjelaskan dengan gamblang dan terperinci pentingnya stimulasi sensorik dan
motorik pada anak. Dengan tegas beliau menyampaikan bahwa

Tercapainya kemampuan akademis anak seperti membaca, menulis, dan berhitung merupakan buah
dari terstimulasinya seluruh indra dan aspek motorik. -Dr. Montessori

Indra dan motorik anak usia dini bisa kita stimulasi dalam kegiatan bermain. Bermain merupakan
akar dari kegiatan belajar. Sekarang sudah saatnya kita membangun fondasi belajar yang
menyenangkan,membangun rasa suka dan cinta anak akan proses belajar .berikan anak rasa aman
saat belajar agar kelak anak jadi pembelajar sepanjang hayat.

Peran guru dan orangtua dalam pengajaran membaca

Anak-anak usia dini diminta untuk duduk dikursi selama beberapa jam. Lemar-lembar kerja
dibagikan setiap anak diminta memegang pensil dan menyelesaikannya. Guru berjalan berkeliling
memastikan setiap anak menyelesaikan tugasny. Sesekali guru melingkarkan tangan dibalik tubuh
anak, membetulkan genggaman pensil, membantu menekan batang pensil atau krayon agar
guratannya menjadi tebal. Tak lupa guru menegur anak-anak yang tampak tak betah dikursinya atau
mulai sibuk mengobrol dengan temannya.

Familiar dengan keadaan tersebut?

Atau situasi yang satu ini.

Orangtua dan guru mulai gemas dan akhirnya naik pitam saat mengajari anak usia dini membaca.
Orang dewasa disekeliling anak sering kali kesulitan berempati terhadap anak yang sedang belajar
membaca. Tak habis pikir rasanya, mengapa sulit sekali bagi anak untuk memahami bahwa ketika
huruf “m” dan “a” diletakan bersebelahan , kedua huruf tersebut dibaca “ma” ?

Semakin anak tampak kesulitan saat belajar membaca, semakin keras upaya kita memborbardir
mereka dengan berbagai cara yang nyatanya justru membuat anak frustasi dan menjadi kesulitan
belajar membaca. Belum lagi “cara-cara tambahan” seperti cubitan,pukulan, dan bentakan di
sepanjang proses belajar membaca. Rasanya kita semua tak asing dengan cara-cara demikian.

Cara-cara diatas adalah cara konvensional yang sudah waktunya dihentikan,.

Jaga agar proses belajar membaca dan menulis tetap menyenangkan.

Apa itu membaca ?


Belajar membaca tidak sama dengan belajar mengeja, membaca bukan sekedar merangkai bunyi
dari susunan huruf-huruf. Seseorang dikatakan bisa membaca bila bisa menghubungkan rangkaian
huruf yang dibaca dengan maknanya.

Membaca adalah hal yang kompleks, butuh proses dan usaha khusus untuk mempelajarinya. Bagi
kita yang sudah bisa membaca rasanya jelas sekali ya kalau M bertemu A dibaca MA maka M
bertemu I dibaca MI. Namun bagi anak anak yang baru belajar, tidak semudah itu.

Memang anak anak mudah saja menghapal lagu abcd-z namun huruf huruf saja tanpa makna adalah
sesuatu yang abstrak bagi anak. Sedangkan anak usia dini perlu belajar lewat sesuatu yang kongkret
dikehidupan sehari- hari.

Sehingga, metode mengajari anak membaca dengan methode phonix, montessori dan multisensori
menjadi metode yang paling direkomendasikan para ahli. Karna dengan metode ini dapat membantu
anak lebih mudah dan senang dalam proses belajar membaca.

Contoh metode konvensional : menghapal lagu a-z, mengeja, membaca tanpa paham makna

Contoh metode phonix/montessori/multi sensori : pengenalan bunyi huruf lewat lagu phonix, a
untuk apel, b untuk bebek, menkorelasikan huruf dengan benda-benda disekitar anak. Meraba huruf
bertekstur.

Menulis huruf huruf dipasir, di tanah, membentuk huruf lewat playdoh, menulis dengan ranting
pohon ditanah dll

Apa saja yang terjadi di Otak saat kita membaca?

Manusia tidak terlahir dengan kemampuan membaca, berbeda dengan kemampuan bicara dan
mendengar. Di otak ada pusat bahasa yang membuat seseorang secara natural bisa mengucapkan
kata-kata lisan,namun tidak ada pusat membaca di Otak yang membuat kita secara refleks dapat
membaca tulisan yang terlihat. Agar bisa membaca, ada proses kognitif kompleks yang terjadi dan
melibatkan bebereapa bagian di otak

1. Pusat Visual
Sekitar 1/3 dari otak kita bertanggung jawab untuk mengolah informasi dan indra
penglihatan kita. Area paling luas dari sistem visual ini berada di occipital cortex,tetapi ada
juga bagian di temporal cortex dan parietal cortex. Seiring perkembangan pusat visual,
membantu kita memahami perbedaan antar wajah, bentuk benda , dan simbol huruf.

2. Pusat Bahasa
Area pusat bahasa bertanggung jawab untuk membedakan suara, mengembangkan
kesadaran bunyi huruf, memahami makna , dan memproduksi kata-kata lisan. Area ini
sebagian besar terletak di hemisfer kiri otak, yaitu temporal cotex dan frontal corteks bagian
kiri.

3. Jalur Saraf
Jalur saraf menyatukan informasi dari pusat visual dan pusat bahasa.
Saat kita membaca, kita akan mengaplikasikan pengetahuan tentang huruf-huruf untuk
membunyikan kata, mengingat bagaimana membaca kata-kata yang sudah pernah kita ihat /
baca sebelumnya, memonitor pengenalan kata untuk memastikan bahwa kata yang
teraktivasi dipikiran sesuai dengan konteks yang sedang dibaca, serta menghubungkan apa
yang dibaca dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Ilustrasi :
Anak membaca tulisan pisang
Saat membaca terjadi aktivasi diotak, proses yang terjadi :

1. Anak berusaha mengenali huruf-hurufnya


2. Anak terbayang bentuk buah pisangnya
3. Anak mengingat pengalamannya makan buah pisang, membuka kulit pisang, memasak
kue berbahan pisang dll

Semakin baik perkembangan pusat visual dan bahasa, serta semakin kuat dan lancar jalur-jalur
penghubung antara kedua bagian tersebut, maka semakin cepat dan efektif proses membaca yang
kita lakukan.

Tahap perkembangan Membaca (teori tahap perkembangan membaca oleh Jeanne Chall, seorang
psikolog pendidikan dari Harvard)

Pre-reading Stage : (lahir – 6 tahun/pra sekolah)

Initial reading & decoding stage : ( Usia 6-7tn/ kelas 1-2 SD)

Confirmation & Fluency Stage : (usia 7-9 th/ kelas 2-3 SD)

Ready for Learning Stage : (9-15 tahun/4 SD- SMP)

Multiple Viewpoints stage : (15-17 th/SMA)

Construction & Reconstruction Stage : (>18 th/ kuliah & dewasa)

- anak mulai mengenal bahasa dan kesamaan bunyi kata-kata yang didengar, memahami buku
yang dibacakan
- anak usia 3 tahun suka berpura-pura membaca, meniru orang dewasa membuka buka buku
- anak usia 4-5 tahun, menggunakan gambar untuk memahami cerita dan menceritakan ulang,
serta menunjuk kata-kata tertentu
- saat masuk TK, banyak anak bisa menyebut nama-nama huruf, mengenali huruf tertulis, dan
menulis nama sendiri.

- anak mengembangkan kesadaran fonologis, mengaitkan huruf dan bunyinya


- anak bisa membaca tulisan singkat dengan kata-kata yang familiar
- anak mencoba membaca kata baru menggunakan keterampilan bunyi huruf yang dimiliki

- anak mengembangkan kecepatan dalam membaca kata-kata dan cerita yang familiar,
dengan mengombinasikan keterampilan decoding, bentuk tulisan kata dan konteks cerita

- anak sudah mengembangkan keterampilan teknis membaca yang memadai untuk fokus
pada konten, belajar berbagai hal baru yang mengembangkan pemikiran,perasaan dan
perilaku, belajar metafora dll
- anak mulai eksplorasi berbagai jenis bacaan yang mengandung lebih dari sudut pandang
serta menganalisa apa yang dibaca

- membaca untuk tujuan personal, memilih mana yang perlu dibaca dan yang tidak,
membangun pandangan personal tentang dunia dari apa yang dibaca

Mengajarkan anak baca mulai darimana?

Proses belajar membaca adalah perjalanan panjang yang terjadi dalam tahapan, dan
prosesnya ternyata bukan dimulai saat anak memasuki usia pra sekolah. Berbagai
keterampilan dasar yang mendukung anak untuk belajar teknis membaca dengan lebih cepat
dan mudah bisa dan perlu dikembangkan sejak bayi.

Ada 2 tahapan dalam pengajaran membaca yang perlu orangtua ketahui :


1. Tahap pra-membaca
2. Tahap Teknis membaca

Tahap pra membaca bisa dimulai sejak bayi, karena berbagai keterampilan dasar yang
anak butuhkan untuk membaca, sudah dapat distimulasi sejak anak lahir.
salah satu aktivitas dalam tahap pra membaca adalah berbincang dan membacakan
buku cerita. Beragam penelitian membuktikan bahwa kegiatan ini dapat dimulai, bahkan
sejak anak masih berada dalam kandungan.

Agar anak mampu duduk tenang dan berkonsentrasi saat membaca dan menulis, otot-
otot besar anak perlu “dikenyangkan” terlebih dahulu dengan kegiatan seperti
melompat, merangkak, merayap, berlari, dan kegiatan-kegiatan lain semacamnya.

Selama otot otot besar masih lapar, akan sulit bagi anak untuk dapat fokus dan duduk
tenang. Kegiatan melempar bola pun ternyata sangan efektif dalam menstimulasi otot-
otot jari anak guna mempersiapkannya untuk menulis.

Untuk dapat menulis dan membaca anak perlu dapat mengkoordinasikan mata dan
tangannya dengan baik.
Contoh kegiatan :
- latihan makan sendiri
-menuang benda cair/padat
-memasukkan benda ke wadahny
-meronce
-memukulkan paku-paku

Melatih anak membedakan bentuk, tekstur, ukuran, berat,serta arah benda juga
merupakan kegiatan penting yang tak boleh terlewat. Hal ini merupakan salah satu kunci
persiapan saat anak mulai mengenal huruf-huruf nanti. Anak yang terlatih membedakan
beragam objek dengan indranya akan lebih mudah mengenali perbedaan bentuk huruf a
dan o, m dan n maupun b,d,p,q,g.
Membacakan nyaring atau Read aloud untuk anak juga terbukti merupakan cara efektif
dalam menambah kosakata dan membantu anak memahami logika dalam bercerita.
Berapa banyak anak yang dikarbit segera membaca tapi tak paham maknanya?
Membacakan anak buku kepada anak sedini mungkin bisa menstimulasinya untuk
semakin mencintai dunia literasi.

Setelah memahami bahwa proses belajar membaca merupakan proses panjang, kita
akan mengerti bahwa anggapan pengajaran baca tulis dimulai saat usia pra sekolah
tidaklah tepat, mencekcoki anak untuk menghapal huruf-huruf sementara tak
melakukan stimulasi sensori dan motorik adalah hal sia-sia.

Yuk, kenali 5 Aspek keterampilan PRABACA

1. Motivasi Membaca
Motivasi membaca sangat penting untuk anak miliki sebelum anak belajar teknis membaca.
Bila anak menghubungkan membaca dengan hal yang menyenangkan,melihat membaca
sebagai hal penting, dan memiliki kerpercayaan diri sebagai pembaca, maka anak akan lebih
menikmati dan menunggu-nunggu waktu baca buku bersama, memiliki dorongan yang lebih
besar untuk mengenal huruf-huruf,dan lebih mau terlibat di permainan-permainan yang
mengasah kemampuan membacanya.

apa yang bisa orangtua lakukan untuk meningkatkan motivasi baca anak :
- Bangun budaya baca buku dirumah : mulai dari keluarga, mulai dari rumah. Jadikan
kegiatan membaca sebagai bagian dari rutinitas keseharian minimal 10 menit sehari
- Permudah akses anak ke buku : Sediakan pojok baca dirumah sehingga anak bisa memilih
dan mengambil sendiri bukunya, kapanpun ingin membaca. Bila berpergian bawalah buku
untuk teman perjalanan
- Amati yang sedang anak sukai ; agar anak menikmati waktu membaca,sesuaikan isi cerita
dengan minat anak. Jika anak sedang suka hal tertentu, seperti pesawat/binatang, cari buku
dengan tema tersebut
- Pilih buku sesuai usia anak : untuk anak usia dini, pilihlah buku yang memiliki lebih banyak
gambar dibandingkan tulisan. Agar anak menikmati waktu baca. Hindari memilih buku yang
terlalu sulit untuk anak cerna dan butuh usaha keras untuk memahaminya.
- Orangtua perlu menjadi mode bagi anak : sebisa mungkin anak melihat orangtua juga
melakukan kegiatan membaca setiap hari, bisa membaca koran, majalah, novel, atau buku
teks. Bagaimanapun anak adalah peniru ulung.

Apa yang perlu orangtua hindari agar motivasi membaca anak tidak hilang

- Memberi tuntutan berlebihan


“Sehari harus baca 10 buku ini ya! Kamu harus rajin belajar baca biar pintar dan dapat nilai
bagus disekolah nanti.. “
Alih-alih melihat membaca sebagai kegiatan waktu luang dan bonding yang menyenangkan,
anak dapat merasa terbebani dan menjadi malas membaca.
- Membandingkan anak dengan anak lain
”lihat dong temen kamu sudah bisa tuh” kok kamu gak bisa-bisa sih,?
Kata-kata seperti ini dapat menurunkan kepercayaan diri anak dan akhirnya memilih
menghindar.
- Memberikan sogokan agar anak mau membaca buku
“kalau kamu baca buku nanti mama kasih hadiah”
Pemberian reward eksternal, bila terus menerus dilakukan, justru dapat menurunkan
motivasi internal anak untuk membaca.
- Tidak memberi kesempatan pada anak untuk memilih buku yang ingin dibaca
Bila orangtua terlalu kaku dan membatasi pilihan bacaan anak sesuai apa yang orangtua
anggap bagus,dan tidak memfasilitasi kebutuhan anak membaca buku yang sama berulang
kali, anak dapat merasa terpaksa membaca dan lebih sulit melihatnya sebagai hal penting.
- Lebih banyak koreksi daripada apresiasi
Bila orangtua terlalu fokus pada kesalahan yang anak lakukan dan terlalu sering memberikan
koreksi, anak dapat merasa tidak percaya diri dan menolak membaca lebih lanjut.

2. Keterampilan Prabaca 2
Kemampuan Berbahasa

Saat anak membaca, anak perlu mengombinasikan bunyi huruf dan memahami apa yang
dibaca. Sebelum anak dapat memahami apa yang dibaca, anak perlu mengembangkan
kemampuan berbahasa untuk mampu memahami kata-kata lisan dan menjalin komunikasi
dengan orang lain.

“menyimak dan berbicara dahulu, membaca dan menulis kemudian.

3. Keterampilan Prabaca 3
Kesadaran Tulis Cetak
Kesadaran tulisan cetak adalah ketika anak memahami bahwa tulisan terdiri dari huruf,
mewakili kata-kata lisan yang memiliki arti, memiliki tanda baca yang juga memiliki arti,dan
kemampuan membaca dari arah yang benar(kiri ke kanan, atas ke bawah, depan
kebelakang)

4. Keterampilan Pra-baca 4
Kesadaran bunyi
Sebagian besar orang mengira bahwa belajar membaca berawal dari mengenal dan
membunyikan simbol huruf. Namun sebenarnya proses belajar membaca dimulai jauh
sebelum anak memahami bahwa tulisan/simbol huruf mewakili kata-kata lisan. Dasar
kemampuan membaca adalah kesadaran fonologis (phonological awarness) yaitu
kemampuan untuk mengenali bunyi-bunyi yang berbeda dalam percakapan dan
memanipulasi bunyi bahasa lisan.

Contoh memanipulasi bunyi dalam kata : rangkaian bunyi huruf bisa dipecah , diganti, dan
digabung kembali yang akan membuat perbedaan arti ; contoh kata ”Motor” jika bunyi M
diganti jadi K maka penyebutannya jadi Kotor. Dll

Anak anak biasanya mengembangkan kesadaran fonologis ini secara natural, terutama bila
dalam kesehariannya dikelilingi kata-kata dan mendapatkan stimulasi dari aspek bahasanya
melalui kegiatan bernyanyi dan membaca buku.

5. Keterampilan prabaca 5
Pengenalan Huruf
Biasanya anak mulai mengenal huruf dari lagu alfabet.siapa yang tidak mengenal lagu
‘a,b,c,d,e.f,g...z” bukan? Mengenal semua huruf akan memudahkan anak saat belajar teknis
membaca, namun dalam proses pengenalannya tidak perlu berurutan seperti dalam lagu

Orangtua dapat mulai dengan :

1. Mengenalkan huruf yang menyusun nama panggilan anak


2. Mengenalkan huruf vocal a,i,u,e,o
3. Mengenalkan 10 huruf konsonan m,p,r,s,t,b,l,k,h,n
Boleh dimulai dengan 5 huruf konsonan dulu...
Dengan kombinasi huruf vocal dan 10 huruf konsonan ini bisa dibentuk banyak sekali
kosa kata yang familiar bagi anak, seperti : mama,papa, susu,pita,bola,kaka,dll

Huruf kecil dulu atau huruf besar dulu?

Dalam pendekatan montessori, huruf kecil terlebih dahulu, karena huruf kecil lebih sering anak
jumpai dalam keseariannya. Selain itu penulisan huruf kecil juga akan leboh sesuai dengan gerakan
tangan anak dalm 1 tarikan garis bisa membentuk huruf. Ketika anak sudah mampu baca tulis
dengan huruf kecil baru kita bisa kenakan dengan huruf besar.

Perkenalan metode phonic

Saat belajar teknis membaca,salah satu metode yang saat ini berkembang dan banyak digunakan
adalah Phonic, yaitu merangkai bunyi huruf.

Perkenalan bunyi huruf bisa juga dimulai dengan mengenalkan anak dengan lagu phonic

A untuk apel a a a

B untuk bebek beh beh beh

Atau menyebutkan berbagai benda benda dirumah sambil bernyanyi lagu fonik.

Misal sambil menunjuk sepatu S untuk Sepatu sss...sss....sss

P untuk pisang peh peh peh....

Sehingga anak mengetahui bahwa benda-benda disekitarnya tersusun dari bunyi huruf tertentu.

Bunyi huruf dapat dipelajari lewat bernyanyi atau ayah/ibu/pendamping/ bisa menghapalkan lagu
fonik indonesia di chanel youtube yang dibawakan miss laurensia.

Metode phonic menekankan pada pengenalan bunyi hurufnya, bukan nama hurufnya, karena saat
membaca sebenarnya yang kita rangkai dan gabungkan adalah bunyi hurufnya.

Metode phonic lebih efektif daripada menghapal untuk belajar membaca. Otak memiliki kapasitas
yang terbatas untuk menghapal ratusan,ribuan, jutaan kata yang ada didunia. Seiring dengan
perkembangan jaman, akan selalu ada kata-kata yang bermunculan juga.
Membaca bukan sekedar membunyikan huruf, tetapi juga membangun makna. Daripada
memberikan anak daftar kata acak yang anak merasa asing maknanya, lebih baik bahas kata tertentu
dalam konteks, misalnya lagi belajar tentang apel, bahas bersama apa itu apel, apa itu ciri-cirinya,
cerita pengalaman anak makan apel/memetik buah apel.

Lakukan : memberi anak tugas menulis huruf dalam konteks kata yang disertai dengan
gambar/bendanya.

Hindari : memberi anak tugas membaca dan menulis hurug tertentu berulang-ulang(misal 1 halaman
huruf a semua)

Tentang Menulis

Menulis adalah kombinasi antara perencanaan motorik dan kemampuan kognitif. Anak
membutuhkan kemampuan memegang alat tulis dengan posisi dan tekanan yang tepat, serta
mengetahui bagaimana gerak tangan yang tepat untuk membuat bentuk simbol huruf/angka yang
diinginkan.

Saat menulis, anak membutuhkan kemampuan berpikir, karena menulis bukan sekedar meniru
simbol, melainkan sarana untuk menuangkan pemikiran dalam bentuk tulisan, menjawab
pertanyaan, menyimpulkan dan membuat catatan, maupun merencanakan hal-hal yang perlu
dilakukan.

Keterampilan Pra-Tulis 1

Motorik Kasar

Saat duduk untuk menulis, anak harus bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. Anak pun perlu
memiliki kontrol pada otot bahu, leher, dan punggung, agar posisi/ postur tubuh anak berada
diposisi yang tepat.

(Ilustrasi : postur menulis yang tepat dan kurang tepat)

Postur menulis yang tepat adalah kaki menjejak kelantai, lutut menekuk 90 derajat, punggung lurus,
tatapan kebawah, serta kontrol bahu,lengan dan tangan yang baik.

Keterampilan Pra-tulis 2

Motorik Halus

Disamping motorik kasar, perkembangan motorik halus juga mutlak diperlukan agar anak dapat
menulis dengan baik dan terbaca, serta tidak mudah lelah saat menulis.

Aspek keterbacaan ada 4S :

Shape : kejelasan bentuk huruf, angka, atau simbol


Size : penggunaan ukuran huruf yang sesuai

Space : pengaturan jarak antar huruf dan kata

Slant : arah posisi tulisan diatas kertas

Motorik halus saat menulis bukan se mata berkaitan dengan kemampuan anak memegang alat tulis.
Sebelum anak bisa menulis dengan baik, kemampuan motorik halus yang perlu dikembangkan
antara lain:

- Memegang dan memanipulasi benda-benda dengan telapak tangan( memindahkan,


memutar, menggoyangkan, membalik)
- Mengambil benda-benda kecil dengan menjumput (ujung ibu jari dan telunjuk)
- Memanipulasi benda-benda menggunakan tripod grip(ibu jari, telunjuk dan jari tengah)
seperti merobek kertas,menggunakan pipet atau capitan,memegang koin dan
memasukannya kedalam celengan.
- Melakukan kegiatan-kegiatan yang membutuhkan keterampilan jemari dan kekuatan tangan
seperti menuang air, meremas kertas dan mengancingkan baju.
- Memakai kedua tangan secara bersama-sama(bilateral), dimana tangan yang satu jadi
pimpinan dan tangan yang lain menjadi pendukung seperti saat kita : meronce,membuka
toples, menggunting dan mengupas kulit jeruk.

Pencil Grip

Memegang alat tulis yang benar(Tripod grip) akan membuat anak lebih nyaman dan
bertahan lama untuk menulis. Akan tetapi, anak tidak akan langsung dapat melakukan tripod
grip. Tahapan ini tergantung dari seberapa stabil otot-otot pada bahu dan lengan.

Tahapan memegang alat tulis :

Diusia 1-1,5 tahun, anak-anak berlatih menggunakan seluruh tangan dan jarinya untuk
menggenggam dan memanipulasi benda. Anak bisa melatih kekuatan jari-jarinya untuk
persiapan tripod grip dengan kegiatan seperti meremas, mencubit, menyatukan benda-
benda kecil dan menariknya secara terpisah. Diusia ini juga anak sudah bisa dikenalkan
dengan berbagai alat tulis, mulai dari krayon, kapur, pensil warna, atau spidol.

Diusia 2-3 tahun


Anak sudah bisa menggunakan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah dengan lebih kuat,
latihan menggunakan capitan, jepitan, pipet dan cap sudah bisa diberikan untuk mulai
melatih tripod grip sikecil.
Untuk latihan menulisnya, anak bisa mulai diajak untuk membuat garis dengan jari telunjuk
diatas pasir, beras, ataupun biji-bijian yang diletakan diatas nampan. Ketika anak sudah kenal
dengan garis dan bentuk sederhana, ajak anak untuk mulai belajar menggunakan alat
tulisnya, coba untuk menarik lurus secara vertikal dan horizontal.

Diusia 3,5 – 4 tahun


Anak sudah bisa diingatkan untuk memegang alat tulis dengan benar. Pemberian koreksi dari
orangtua dapat diberikan, namun tidak dilakukan setiap kali anak keliru memegang alat tulis.
Latihan yang bisa dilakukan : menyusuri gambar labirin,menyambungkan titik-titik pada
tulisan dan gambar, dan menggambar bebas bisa dilakukan diusia ini untuk menguatkan
otot-otot jari anak dan melatihnya untuk lebih percaya diri dalam menggunakan alat tulis.

Diusia 4,5-7 tahun


Anak sudah mahir menggunakan alat tulis menyerupai orang dewasa, diamana pensil berada
diantara ujung jari telunjuk,dan jari tengah, pensil dipegang secara rileks dan tidak terlalu
menekan, pensil bersandar pada ruang antara ibu jari dan telunjuk, serta jari manis dan
kelingking menjauh dari arah pensil, menekuk ke telapak tangan. Setiap hari orangtua bisa
memberikan waktu 5-10 menit untuk latihan menggunakan alat tulis. Pilih kegiatan yang
cukup menyenangkan seperti mewarnai, menggambar bebas, ataupun memberi nama pada
sebuah karakter agar anak bersemangat melakukan kegiatan tersebut.

Keterampilan Pra-Tulis 3
Kemampuan berpikir

Menulis bukan hanya menggoreskan simbol huruf secara acak dari kertas, tetapi menulis sebagai
media untuk ekspresikan diri. Kemampuan berpikir ternyata memiliki peran penting dalam
mendukung perkembangan kemampuan menulis anak.

Untuk dapat membuat sebuah tulisan yang terorganisir dan mudah dipahami, anak perlu memiliki
simpanan kosakata yang banyak. Ia juga harus mampu untuk mengingat setiap kata yang sudah ia
miliki, agar bisa merumuskan kalimat baru, membentuk tata bahasa, kalimat serta paragraf yang
disimpan dalam memorinya. Anak juga perlu mengatur atensi atau perhatiannya ketika menulis. Hal
ini berhubungan dengan bagaimana ia mengatur informasi apa yang penting untuk ia tuliskan dan
informasi mana yang tidak perlu dimasukkan dalam tulisan. Ia juga haru memberikan perhatian pada
ejaan, tanda baca, serta penulisan kalimat.

Maka dari itu kemampuan mengorganisir pikiran, memutuskan apa yang ia tulis, memikirkan kata
apa yang tepat untuk mendeskrripsikan benda atau situasi yang ingin ia tulis, dan juga menyusun
tulisan secara runut agar masuk akal dan maksud tersampaikan secara jelas, akan menentukan
sebaik apa hasilnya.

Proses belajar membaca dan menulis sering dihubungkan dengan kegiatan menggunakan lembar
kerja yang mengharuskan anak untuk duduk tenang. Lembar kerja/worksheet dapat digunakan
ketika kemampuan membaca dan menulis anak sudah mulai berkembang, tujuannya untuk
melancarkan dan juga mendokumentasikan kemajuan anak dari waktu ke waktu. Perlu diingat
bahwa lembar kerja/worksheet sebaiknya bukan menjadi metode satu2nya untuk anak belajar baca
tulis

Perkembangan ilmu menunjukan bahwa pendekatan multisensori sangat baik untuk mendukung
proses belajar baca tulis anak, terutama ditahap awal.
Pendekatan multisensori melibatkan berbagai indra anak, anak diajak untuk melihat, mendengar,
menyentuh, dan bergerak aktif. Anak yang belajar baca tulis dengan pendekatan multisensori akan
lebih terlibat dan menikmati proses belajarnya, lebih fokus dan tekun, lebih mudah memahami
makna kata, lebih mudah mengingat mengenal dan membedakan antara 1 huruf dgn huruf lainnya.

Yang perlu orang tua ketahui : setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda-beda, pastikan
orangtua menghargai anak berproses dan melihat usaha anak daripada hasil, mengapresiasi
usahanya dengan kalimat pujian yg mendorong

Tidak perlu membandingkan kemampuan anak anak dengan anak lainnya karna setiap anak punya
waktunya masing2

Salah satu cara mengenalkan hal baru kepada anak adalah dengan 3 period lesson (tiga tahap
pembelajaran)

1. Tahap perkenalan (introduction)

beri tahu anak nama dari suatu benda/konsep menunjuk lalu mengucapkannya secara berulang kali

Contoh : ambil hewan plastik tunjukkan kepada anak ucapkan "ini bebek"

2. Tahap mengenali lewat permainan/aktivitas yg anak sukai (recognition)

3. Tahap mengingat kembali

Setelah anak dikenalkan dengan bebek, lalu sering bermain dengan hewan bebek, barulah orangtua
bertanya kepada anak " ini hewan apa namanya? "

Seperti layaknya sebuah tahapan, orangtua perlu melakukannya satu persatu. Mulai tahap ke dua
jika orangtua sudah melewati tahap pertama, dan mulai tahap ke 3 ketika orang tua sudah yakin
anak sudah pasti bisa jika ditanya. Hal ini juga bertujuan untuk membangun kepercayaan diri anak

Anda mungkin juga menyukai