Anda di halaman 1dari 5

Belajar Membaca Untuk Anak Usia Dini Dengan

Metode Montessori
Bunda…

Tema calistung untuk anak usia dini, saat ini masih menuai prokontra di kalangan orang tua.

Beberapa pakar parenting berpendapat bahwa kegiatan calistung ini sebaiknya dikenalkan saat anak sudah
mencapai tingkat intelektual di atas 6 tahun.

Namun, sebagian lainnya berpendapat bahwa kegiatan membaca dan menulis dapat distimulasi sejak anak usia
dini.

Saya pribadi menyetujui pendapat kedua, bahwasanya anak usia dini boleh distimulasi dengan kegiatan
membaca dan menulis asalkan orangtua memperhatikan 2 hal:

 kesiapan anak
 metode yang diberikan

Menurut Leonhardt, anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang tinggi.

Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik. Dengan demikian,
kegemaran membaca harus dikembangkan sejak dini.

Sedangkan Montessori dan Hainstock mengemukakan bahwa pada usia 4-5 tahun anak sudah dapat diajarkan
menulis dan membaca, bahkan membaca dan menulis merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak
usia dini.

Membaca sendiri merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif, sehingga kegiatan ini termasuk
kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan.

Membaca merupakan proses untuk memahami makna suatu tulisan. Proses yang dialami dalam kegiatan
membaca adalah: mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, mengenali makna,
menyimpulkan bacaan sesuai konteks wacana.

Nah, segitu dulu ya Bunda…. Nantikan Lanjutannya di Email saya besok ^_^

Sebelum anak diperkenalkan dengan proses belajar membaca, tentunya perlu kita sepakati bersama bahwa
menumbuhkan anak menyukai kegiatan membaca jauh lebih penting daripada anak dapat cepat membaca.

Dengan demikian, stimulasi dengan membacakan buku kepada anak sebaiknya dilakukan jauh lebih dulu
daripada mengajarkan anak membaca dan mengenal huruf.

Kemampuan membaca pada anak berkembang dalam beberapa tahap.

Menurut Cochrane Efal sebagaimana dikuti Brewer perkembangan membaca anak berlangsung dalam
beberapa tahapan, yaitu:

a. Tahap fantasi (magical stage)

Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku, melihat, membalik halaman buku, juga membawa buku
kesukaannya.

b. Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)

Pada tahap ini anak terlibat dalam kegiatan membaca dengan berpura-pura membaca buku, memaknai gambar
berdasarkan pengalaman yang diperoleh, juga menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan tulisan.

c. Tahap membaca gambar (bridging reading stage)


Pada tahap ini anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah
ditemui sebelumnya, anak juga sudah mulai mengenal huruf abjad.

d. Tahap pengenalan bacaan (take off reader stage)

Pada tahap ini anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha
mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda, misal: papan iklan, kotak susu, rambu
lalu lintas, dll.

e. Tahap membaca lancar (independent reader stage)

Pada tahap ini anak sudah dapat membaca tulisan dengan lancar.

Nah, bagaimana melihat kesiapan pada anak sebelum mengajarkan membaca? Lalu apa saja kemampuan yang
harus dikembangkan agar anak siap?

Kita bahas di Email saya besok ya…

Sebelum anak diajarkan membaca, tentunya kita perlu melihat kesiapan pada anak. Kemampuan-kemampuan
kesiapan membaca pada anak yang harus dikembangkan ialah:

a. Kemampuan membedakan auditorial

Dalam hal ini, anak dapat memahami konsep volume (keras-pelan), tempo, tekanan, membedakan suara dalam
alfabet, misal bunyi ‘d’ dan ‘t’.

b. Kemampuan diskriminasi visual

Dalam hal ini, anak dapat mengidentifikasi warna dasar, bentuk geometris, dan mampu menggabungkan objek
berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran.

c. Kemampuan membuat hubungan suara dan simbol

Dalam hal ini, anak mampu mengaitkan bahwa huruf ‘b’ berbunyi ‘beh’ dan digunakan pada kata beruang,
burung, dll.

d. Kemampuan perseptual motoris

Dalam hal ini, perkembangan motorik halus serta koordinasi mata dan tangan diharapkan sudah berkembang
dengan baik.

e. Kemampuan bahasa lisan

Dalam hal ini, anak-anak juga harus dikembangkan kemampuan mendengarkan, mengingat, mengikuti
petunjuk, mencatat detail, serta memahami ide.

f. Interpretasi gambar

Dalam hal ini, anak dapat menceritakan sebuah gambar dengan bahasanya sendiri.

g. Progresi dari kiri ke kanan

Dalam hal ini, anak diperkenalkan bahwa kegiatan membaca dilakukan dari arah kiri ke kanan.

h. Kemampuan merangkai

Dalam hal ini, anak mampu mengulang cerita yang baru saja ia dengar atau merangkai sebuah potongan
gambar dengan tepat.

i. Penggunaan bahasa verbal


Dalam hal ini anak mampu terlibat dalam sebuah percakapan, juga bermain peran.

j. Lateralisasi

Anak mampu membedakan tangan kanan dan tangan kiri serta kaki kanan dan kaki kiri.

Nah, di Email selanjutnya, kita akan coba Bahas mengenai Metode Montessorinya…

Jangan lupa buka Email dari saya ya ^_^

Selain memperhatikan kemampuan kesiapan anak dalam proses membaca, tentunya kita perlu memperhatikan
pula metode yang digunakan dalam mengajarkan anak membaca.

Tentu sulit bagi anak mengenal sesuatu yang bersifat abstrak tersebut. Dalam hal ini, saya pribadi menyukai
Metode Montessori dalam mengajarkan anak membaca.

Metode ini memiliki beberapa perbedaan dari metode membaca pada umumnya, diantaranya:

a. Anak tidak serta-merta diberikan alat tulis untuk langsung menulis di buku, namun dikenalkan dengan
paparan prewriting dan prereading skills terlebih dahulu, seperti permainan I spy, mendengar dan
menyanyikan phonic songs, sambung kata, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dll.

b. Pembelajaran dalam membangun kata menggunakan kata-kata yang bermakna, seperti ‘mata’ ‘kaki’ dll,
bukan ‘ba-bi-bu’ ‘ta-ti-tu’.

c. Anak dikenalkan dari hal konkrit ke abstrak.

d. Anak dikenalkan dengan phonic sebagai dasar menyusun kata. Misalnya, bunyi huruf ‘b’ adalah ‘beh’
sehingga saat anak menyusun sebuah kata ia tidak akan rancu.

Contoh, jika kita mengenalkan dengan bunyi a-be-ce-de-e-ef-ge maka ‘b-a-t-u’ harusnya ditulis anak menjadi
be-a-te-u (beateu).

Oke, untuk Bahasan metode membaca dengan Montessori cukup sekian dulu.

Email saya besok akan lebih panjang, yaitu membahas mengenai Tahapan kegiatan Membaca dan
Menulisnya dengan Metode Montessori.

Jangan lupa buka Emailnya ya…. ^_^

Inilah Tahapan Kegiatan Membaca dan Menulis dalam Metode Montessori

1. Kegiatan prewriting dan prereading melalui permainan I spy, mendengar dan menyanyikan phonic songs,
sambung kata, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dll.

2. Menggunakan material metal inset untuk mengembangkan kontrol dan gerakan-gerakan tangan anak saat
menulis, memberi pengalaman gerakan berlawanan arah jarum jam (hal ini berkaitan dengan banyaknya huruf
yang ditulis dengan arah berlawanan jarum jam), membuat garis dan warna, dll.

3. Menggunakan material sandpaper letter

Untuk mengenalkan anak pada (lambang) huruf a-z. Dikenalkan pelan-pelan dan secara bertahap (3 huruf
dikenalkan setelah ingat baru berpindah ke 3 huruf lainnya).

Huruf yang dikenalkan boleh secara acak. Sandpaper ini bermanfaat untuk membangun kesan otot jari-jari
tangan terhadap bentuk huruf, mengasosiasikan suara phonic dengan huruf, membangun kesan visual,
mengingat bentuk huruf, juga mempelajari arah penulisan huruf.
4. Menggunakan material Large Moveable Alfabet /LMA untuk anak berlatih menyusun sebuah kata dari
pengalaman sebelumnya.

Setelah anak mengenal seluruh huruf melalui sandpaper letter maka anak dapat menggunakan LMA ini sebagai
sarana untuk membangun kata.

Dalam membangun sebuah kata, anak diberikan benda-benda konkrit terlebih dahulu baru kemudian melalui
kartu gambar.

Contoh:

Anak diberi miniatur hewan sapi, dan tanyalah pada anak:

Orangtua: “apa ini?”

Anak: “sapi”

Orangtua “oke..ayo kita buat kata sapi, sssss (pinta anak mendengarkan phonics dan mengambil huruf tersebut
lalu letakkan di sebelah miniatur sapi), dst.

5. Menggunakan kartu gambar untuk membangun kata (caranya seperti pada no.4).

Penggunaan kartu baca ini sebagai 'jembatan' bagi anak dari hal yang konkrit kepada sesuatu yang abstrak.
Sehingga, anak mampu mengetahui bahwa 'objek' sapi sama dengan 'gambar' sapi dan tulisannya adalah 'sapi'.

6. Menggunakan kartu gambar dan tulisan. Jika pada no 4-5 merupakan tahapan membangun kata, maka pada
tahap ini anak mencocokkan kata dengan gambar.

7. Setelah anak mampu membangun kata maka orangtua dapat melanjutkannya dengan membaca frase, lalu
kalimat dengan cara yang sama (menggunakan kartu gambar).

8. Membaca buku sederhana yang kalimatnya pendek-pendek. Buku ini diawali dengan buku yang memiliki
gambar besar-besar dan simple terlebih dahulu.

Dalam Metode Montessori masih banyak lagi hal yang diajarkan di area bahasa ini, seperti pengenalan kata
benda, kata sifat, diftong, dll.

Namun, utk pengenalan membaca dan menulis hal-hal di atas insyaallah cukup bagi Bunda yang ingin
mengajarkan anak membaca di rumah.

Selanjutnya kita diskusi saja yuk. Boleh Reply Email ini ya.

Saat senggang, Insya Allah saya Balas Emailnya.

Semangat belajar...

Phonic atau fonik adalah adalah salah satu dasar keterampilan pramembaca dengan melafalkan bunyi dari
huruf sesuai dengan fonetiknya.

Dengan mengenal fonik anak mendapat pemahaman bahwa tiap huruf mempunyai bunyi yang berbeda.

Dalam pembelajaran fonik anak bukan diajarkan dengan pelafalan a, be, ce, de, e, ef, ge, dst.

Namun, yang diajarkan adalah bunyi dari artikulasi yang keluar saat pengucapan huruf tersebut, yaitu: [a],
[beh], [ceh], [deh], dst (untuk lebih jelasnya bisa dilihat video yang saya lampirkan)

Beberapa kelebihan mengenalkan fonik dalam kegiatan pramembaca anak adalah:

1. Anak mampu mengenal bunyi satuan terkecil.


2. Anak bukan hanya menghafal kata, namun mampu membedakan setiap unit huruf yang menyusun
sebuah kata.
3. Anak mampu menghubungkan bunyi dengan simbol.
4. Anak mampu mengenal bentuk huruf dan bunyi huruf dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai