Anda di halaman 1dari 11

MATERI PELATIHAN MENULIS KREATIF

Sebelum masuk ke materi saya mau cerita sedikit dulu ya.

Awalnya, dulu saya menganggap Menulis Kreatif itu adalah pelajaran menulis sesuatu, entah prosa
atau puisi. Ini anggapan yang juga bersarang di kepala banyak orang. Umumnya, kalau dengar
Menulis Kreatif, orang akan langsung membayangkan nulis puisi atau cerlen, atau novel.

Anggapan ini nggak salah, namun, kurang lengkap.


Selama menyelenggarakan kelas-kelas Menulis Kreatif, saya menemukan, bahwa ini bukan sekadar
mata pelajaran ekskul, bagian dari pelajaran Bahasa Indonesia. Ini adalah metode. Karena MK
merupakan metode, ka bisa dipakai di banyak pelajaran. Kenapa?
1. Seluruh pelajaran diajarkan dan dipelajari dengan tulisan
2. Pelajaran sekolah mensyaratkan kemampuan berpikir kritis yang menjadi salah satu aspek dalam
Menulis Kreatif

Selama ini kita cenderung memisahkan antara critical thinking atau kemampuan berpikir kritis
dengan imajinasi. Juga memisahkan literasi dengan seni. Padahal, keempat hal ini sesungguhnya
satu kesatuan. Belahan otak kanan baru bisa bekerja maksimal bila otak kiri juga turut bekerja,
demikian sebaliknya.
Otak memiliki satu area yang disebut area abstrak, sebuah area yang dibutuhkan anak saat
mempelajari matematika. Area abstrak baru bisa aktif maksimal bila anak sering berinteraksi dengan
bacaan dan tulisan.

Jadi, jika anak tidak pandai matematika, bukan berarti dia bodoh. Guru atau orng tua hanya perlu
membantu mengaktifkan area abstrak otaknya dengan bacaan dan kemampuan menulis kreatif
Dalam metode Menulis Kreatif, yang terpenting adalah prosesnya, bukan hasilnya. Betul, hasil
penting sebagai tolak ukur keberhasilan, karena mudah dilihat, tetapi, proses jauh lebih penting
lagi, karena di dalamnya anak belajar untuk:
1. Merakit ide
2. Menyatukan ide-ide yang terpisah/fragmented menjadi satu kesatuan.
3. Menemukan teori belajarnya sendiri
4. Dan yang tak kalah pentingnya, ia belajar lima hal fundamental dalam ilmu pengetahuan.

Hal fundamental itu adalah:


1. Penalaran
2. Membangun pola
3. Kemampuan memilah dan memilih.
4. Kemampuan mengidentifikasi
5. Sequencing atau sistematika

Jadi, pelajaran Menulis Kreatif, ternyata tidak sesederhana menulis puisi atau cerpen.
Kemampuan ini, bila diolah menjadi metode belajar, akan membuat anak memahami pondasi dasar
ilmu pengetahuan. Kata orang, filsafat adalah ibu ilmu pengetahuan, dan matematika adalah
ibunya sains. Kita mungkin bisa menambahkan, Menulis Kreatif sebagai metode dasar untuk
mengajarkan anak kedua hal ini
Kita akan melongok tiga model belajar yang umum digunakan orang dewasa ini: Montessori,
Charlotte Mason dan Waldorf. Montessari cenderung lebih imajinatif, Charlotte Mason lebih
terstruktur sementara Waldorf lebih nyeni.

Metode belajar yang saya sukai sendiri lebih dekat ke Waldorf, karena seni itu menyentuh hati, dan
pelajaran baru bisa masuk ke anak bila dibarengi dengan seni. Dalam metode Menulis Kreatif,
pelajaran diberikan berbarengan dengan seni, sehingga menyentuh sisi emosional anak, dan
dengan begitu lebih menyenangkan
Tapi, bila ditilik lebih jauh, sebenarnya saya meniru bebas cara anak-anak belajar pada masa Dinasti
Abbasiyah dan Umayyah dulu. Dimana, pelajaran mereka diantarkan dengan sastra, dan saya
memberi sentuhan seni semampunya.
Pada dua masa yang saya sebut di atas, anak-anak usia 7+ pertama-tama belajar bahasa dengan
meniru syair atau cerita-cerita anak sederhana. Dengan menulis ulang syair, anak bukan cuma
belajar menulis, tapi juga belajar sastra itu sendiri.
Bahasa menjadi pelajaran paling penting karena:
1. Ilmu diajarkan dengan bahasa
2. Gagasan disampaikan dengan bahasa.
3. Anak-anak memahami ilmu dengan bahasa.

Sekarang pertanyaannya: bagaimana anak akan memahami ilmu pengetahuan bila bahasa itu tidak
'duduk' di kepala mereka? Dengan apa mereka akan memahami sebuah gagasan?Mari kita lihat
hasil tes PISA yang sampai saat ini masih menjadi standar kemampuan intelektual anak-anak di
seluruh dunia.

Indonesia selalu berada di lima atau sepuluh terbawah. Nilai matematikanya rendah, nilai sainsnya
rendah. Kenapa? Oh coba lihat nilai bahasanya. Rendah juga. Wajar kiranya.

Sekarang lihat nilai PISA anak-anak negara di ranking atas. Nilai matematika dan sainsnya tinggi.
Kenapa? Karena nilai bahasanya juga tinggi.
Ada beberapa cara mengajarkan bahasa pada anak, dan semua cara ini akan kita lakukan dalam
pembelajaran
1. Membacakan buku
Dalam hal ini, guru membacakan buku untuk anak-anak. Bagi yang masih kecil, bacakan buku cerita
bergambar, bagi yang sudah SMP atai SMA bisa dibacakan cerita-cerita pendek yang menarik.
Kalau saya, suka membacakan kisah lucu Nasruddin Hoja.
Selain membacakan buku, anak-anak juga bisa diajak berpartisipasi dalam cerita
2. Menulis ulang sebuah cerita. Metode ini biasanya saya pakai sehabis menonton sebuah film
pendek
3. Merakit ide.

Dalam hal ini guru memberikan berbagai ilustrasi dan siswa bertugas merangkai semua ilustrasi itu
menjadi sebuah cerita

Hasil. Buku saku ini dilengkapi narasi yang membuat semua ilustrasi memiliki satu kesatuan makna
4. Menyatukan ide yang terpisah menjadi satu kesatuan.
Metode ini sepintas mirip metode ketiga, namun, metode ini ditujukan bagi anak yang tidak suka
menulis narasi panjang, lebih suka menggambar, kurang fokus atau mudah terdistraksi
Ide berasal dari dalam diri anak sendiri.

Menulis Kreatif bisa menjadi metode belajar beragam mata pelajaran, IPA atau IPS, dengan
memperhatikan kelima pondasi dasar ilmu pengetahuan di atas
Untuk mempermudah saya akan beri beberapa contoh

Anak diajar untuk membuat satu tema besar, lalu, ajar mereka membuat pemetaan tema di situ.
Di foto di atas, temanya adalah peternakan ayam. Anak-anak ditanya apa saja hal yang terkait
dengan ayam dan peternakan. Pertanyaan dari guru/orang tua ini membantu siswa belajar
memetakan topik.
Jawaban yang muncul mungkin:
1. Kandang
2. Siklus hidup ayam
3. Hasil peternakan ayam
Dst...

Anak dituntun untuk menguraikan setiap sub topik

Ini contoh metode MK dalam pelajaran agama.


topiknya: makanan halal 😁😁😁
Anak diajar memetakan topik. Apa saja yg terkait dengan makanan halal. Jawaban yg muncul
mungkin:
1. Hewan yang halal dimakan
2. Adab makan
3. Doa makan, dst
Menulis Kreatif sebagai mata pelajaran, bisa diajar melalui dua cara, yakni merakit ide dan
menyusunnya
Berikut beberapa contoh
Anak sy lebih suka dibacakan ketimbang membaca buku,karena merasa capek narasi yang banyak ?
Justru orang tua atau guru harus banyak membacakan buku untuk anak, karena:
1. Membacakan buku meningkatkan kemampuan menyimak
2. Membacakan buku mengaktifkan beragam area di otak.
3. Beda intonasi, beda pula area otak yang aktif
4. Penggunaan tanda baca, seperti tanda seru, tanda tanya atau henti (titik) mengaktifkan area otak
yang berbeda pula

Cara cari gambar :


Macam-macam keywordnya, Mbak.
Public domain pictures, creative common pictures,
Project Guttenberg

anakku yang 7 th belum lancar membaca, sepertinya stumulasiku kurang pas, sehingga lebih lancar
huruf hijaiyyah duluan, aku sendiri merasa belum ketemu metode yang pas, bisa kasih masukkan
@penulis maya lestari 😁 kalau yang 4 th malah sangat suka huruf dan angka ?
Biasanya anak seperti ini rentang perhatiannya pendek-pendek. Kasi dia materi aktivitas, Naqi.
Cukup 3-5 menit.
Kalau dia udah kenal semua huruf, tinggal ajar dia nyambung kata aja dengan materi aktivitas ini.
Misal: materi aktivitasnya maze huruf. Setelah mengerjakan maze, anak biasanya lebih fokus. Nah
saat itu ajar dia mengeja. Kalau udah gak mood, kasi maze lagi. Kalau moodnya udah negatif, biarin
aja.

MATERI 2
Materi 2: Efek Menulis Kreatif Dalam Pencapaian Akademik Siswa dan Bagaimana Menggunakannya
dalam berbagai Mata Pelajaran
Materi berikut ini sebagian merupakan pengalaman mengajar saya selama empat tahun mengajar
menulis kreatif di berbagai tempat di Sumatra Barat, dengan beragam siswa dari berbagai latar
belakang dan usia. Sebagiannya lagi hasil riset para ahli

kelas menulis kreatif ini diselenggarakan KKI atawa Kelas Kreatif Indonesia yang terdiri atas beberapa
relawan. KKI bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Padang, Perpusda Sumbar, Perpusda Kota
Solok, sekolah-sekolah dan media massa.
Seturut pengalaman saya ada beberapa efek yang muncul pasca kegiatan Menulis Kreatif dilakukan
dengan rutin, dengan berbagai metode kreatif
1. Menulis kreatif pada tahap awal, dimulai dengan mereview informasi, dan ini memperkuat
memori
2. Menulis Kreatif yang melibatkan kegiatan memilih dan memilah, mengelompokkan, menganalisa,
dan mengintegrasikan informasi, memicu munculnya kemampuan berpikir kritis.
3. MK yang melibatkan banyak material membuat anak bisa fokus, baik sikapnya saat belajar, dan
buntutnya meningkatkan kemampuan menulis itu sendiri
4. Kegiatan menulis selama ini dianggap sulit oleh banyak anak, berapapun usianya. Hal ini karena
menulis kreatif bukan cuma kerja berpikir tapi juga mental.
Bila kegiatan MK melibatkan banyak material, yang menantang anak untuk merakit ide, maka ini
akan memperbaiki mental mereka.
5. MK adalah salah satu alat yang sangt efektif untuk mengajarkan banyak hal, karena aktivitas
dasarnya adalah berpikir
Sebegitu besarnya efek MK pada perkembangan anak, maka saat mengajarkannya, kita harus
memperhatikan hal-hal berikut:

1. Materi yang diberikan sifatnya harus kongkret. Bila materi diberikan dalam bentuk narasi, maka:
A. Harus jelas menunjukkan sebuah peristiwa
B. Harus membangkitkan rasa penasaran
Hal ini dikarenakan:
1. Anak, setidaknya hingga 12 tahun masih pelajar visual. Mereka baru bisa memahami sesuatu jika
digambarkan secara jelas. Metode paling efektif adalah melalui gambar, karena gambar diserap 60
kali lebih cepat oleh otak anak ketimbang narasi

Guru di kelas bisa mencari satu contoh gambar imajinatif, memampangkannya di depan kelas, dan
meminta anak menulis cerita tentang gambar itu
Satu materi untuk 30 anak. Ini bisa menghasilkan 30 cerita fantastis
Yang akan enak sekali dijadikan antologi 😁😁

Ini halaman koran yang sepenuhnya diasuh murid-murid saya

1. Bagian otak anak yang mempelajari bahasa, berdekatan dengan bagian emosi. Artinya, anak baru
bisa mempelajari empat kemampuan dasar berbahasa (mendengar, bicara, membaca, menulis)
bila pembelajaran dilakukan dalam keadaan rileks, menyenangkan dan imajinatif. Menggunakan
material seperti ini akan menghadirkan emosi positif anak. Ujung-ujungnya mereka akan pandai
menulis kreatif
2) Materi yang diberikan harus bersifat menantang kemampuan imajinasi mereka. Bila anak
mendapat tantangan begini, serabut-serabut syaraf di otaknya akan bersambung, menyalurkan
kejutan listrik. Artinya, ada loncatan intelektual yang hadir di otak
Materi yang menantang ini berupa:
1. Beragam material yang bisa dirakit menjadi satu ide besar
2. Beragam ide di kepala anak yang fragmented (anak yang tidak bisa fokus dalam waktu lama. Suka
loncat-loncat ide. Perhatian mudah teralihkan), disatukan dalam satu tema besar
Saya akan beri contoh untuk masing-masingnya

Ini materi belajar yang saya susun berdasarkan poin pertama. Ada beragam gambar yang harus
dirakit anak menjadi satu ide besar.
Sederhananya, dia mengarang berdasarkan gambar. Apa cerita yang bisa dia hasilkan. Bagaimana
dia membangun keterkaitan antar gambar? Bagaimana dia membangun penalarannya? Bagaimana
dia membangun kesimpulan akhir Ini halaman judul. Di sini anak menciptakan satu tema besar dari
gambar. Dia juga harus menciptakan tokoh di pikirannya.

Bisa jadi ide yang muncul adalah: Petualangan Tini di Hutan, atau, Tini Tersesat di Hutan, dll
penulis maya lestari: Ini halaman kedua. Di sini anak mulai membangun narasi. Siapa si tokoh.
Dimana dia berada. Apa yang dia lakukan. Mengapa dia ada di situ.
Ini halaman selanjutnya. Di sini anak belajar bagaimana menyusun cerita yang runtut. Dia belajar
menulis bagaimana situasi si Tini ini di hutan.

Anak menulis di bagian kertas yang berwarna putih


Nah ini halaman akhir. Di sini anak belajar membuat semacam kesimpulan akhir dari perjalanan itu
Metodenya sederhana, tapi dari sini anak belajar secara kongkret bahwa:
1. Cerita itu adalah kisah tentang seseorang.
Kalau kita minta anak bikin cerita liburan, misalnya, kemungkinan besar dia akan bercerita
secara garis besar.
liburan kemarin aku ke kampung nenek. Di situ akan menemani nenek menjemur padi.
Setelahnya aku bermain di sungai... dst
Dia akan melewatkan detail. Dia mungkin juga kesulitan menerjemahkan 5W+1H

Tapi, bila materi belajarnya seperti ini, dia belajar semua teori menulis, termasuk cara
menyusun awal, akhir, tengah, dengan lebih baik
(paragraf terakhir ini poin keduanya 😁😁)
Cara efektif mengajarkan teori menulis ke anak itu adalah dengan gambar.
Contoh untuk yang kedua: menyatukan ide yang terpecah dalam kepala anak yg fragmented.

Terkadang ada anak yang pola fikirnya Anak fragmented ini istilah saya saja ya 😁😁. Sebutan
saya untuk anak yang durasi konsentrasinya sebentar, serta perhatiannya mudah teralalih.
Anak seperti ini kurang suka nulis panjang, lebih suka cerita dalam bentuk gambar

Anak fragmented suka meniru gambar atau bikin gambar sendiri. Setiap gambar tidak
berhubungan
Nah, mereka bisa diminta untuk membuat tema besar bagi gambar-gambar tersebut.

Seperti gambar di atas, si anak yang suka menggambar membuat satu tema besar untuk
gambar-gambarnya. Tema yang ia pilih adalah Pohon-Pohon Ajaib.
Saya meminta si anak bikin narasi singkat untuk mendeskripsikan pohon itu

Ini gambar pohon kedua. Memang aneh bentuknya 😁😁


Jadi, anak tidak dipaksa belajar menulis dengan cara biasa (menyusun narasi banyak-banyak),
sebaliknya, kecenderungan mereka diakomodasi, lalu dikuatkan. Fungsi guru di sini adalah
membantu anak menyusun setiap idenya yang terserak
Bila metode ini terus dilanjutkan, si anak bisa menjadi seorang ilustrator bahkan komikus
seperti murid saya ini
Nah, di level mahir, anak yang fragmented bisa diajak menyusun ensiklopedi sederhana,
dari gambar-gambarnya.
Terserah dia mau bikin ensiklopedi apa. Boleh ensiklopedk hewan ajaib, pohon ajaib, dll,
nggak masalah. Yang penting dia belajar lima prinsip dasar ilmu pengetahuan itu dari sini
Nah, sekian materi kelas kali ini.

1. Jika MK digunakan untuk mapel lain, misal IPA dan IPS, standarnya adalah, kemampuan mereka
memetakan topik.
Misal: topik adalah habitat hewan. Nah siswa bisa menguraikan tema menjadi: hewan yang hidup di
hutan tropis, di gurun. Prilaku hewan berdasarkan tempat tinggalnya. Kisah gajah yang masuk ke
pemukiman penduduk karena habitatnya dirusak, dll.

2. Bila MK digunakan dalam pelajaran menulis (Bahasa Indonesia), maka standarnya adalah
kemampuan siswa membuat cerita yang runtut dari awal sampai akhir, denhan detail.

MK Ini bisa membantu memecahkan masalah anak tersebut, karena pelajaran bahasa
mengaktifkan kemampuan abstrak, yang penting buat belajar matematika

Ini materi pelajaran IPS, temanya Indonesia


Anak diajar memetakan topik
Hal-hal yang khas dari pulau itu. Misalnya ini, Nusa Tenggara, dia menemukan yang khas itu
adalah komodo dan Pantai merica

Di sini mereka belajar:


1. Sistematika penulisan
2. Metodologi ataw cara mendapatkan data
3. Klasifikasi. Kemampuan memilih dan memilah data yang dibutuhkan
4. Identifikasi. Kemampuan menemukan data yang dibutuhkan
Ini yang buat usianya belum tujuh tahun lho 😁😁😁
Memang, metode ini susah dipadankan dengan KD, karena pencapaian anak sudah jauh di atas.
Padahal metodenya sederhana
Ini untuk anak yang udah besar, usia 9 atau 10 tahun.
Halus sekali kemampuan berpikirnya. Dia bisa memetakan topik dengan sangat baik, sama seperti
penulis buku sejenis untuk anak yang banyak beredar di toko buku 😁😁
Gambarnya diambil dari website NASA

Chat
Apa saya kasih latihan interpretasi soal terus gitu ya bun, jadi soalnya ga dikerjain, cuma digambar
dan dianalisa aja (?). Untuk menganalisis bacaan ini sy tertarik bgmn cara latihannya?
Ya, bisa juga gitu, Mbak.
Sebenarnya, saya yakin anak Mbak bisa, cuma dia malas mikir, jadi kayaknya gak paham. Umum
dialami anak yang melulu baca buku hanya untuk menikmati ceritanya.
Yang Mbak perlu lakukan adalah mengajak anak mikirin sesuatu. Bisa dimulai dari yang ringan:
1. Rutin mengerjakan maze yang makin lama makin naik levelnya
2. Suruh dia bikin maze sendiri karena ini memaksa otaknya buat mikir
3. Bikin review buku dan film
[Kalau Mbak memulai dari mengajari dia menginterpretasi soal, itu bagus juga, tapi itu kan cuma
memecahkan masalah di permukaan, karena masalah dia bukan itu
Kalau dia udah terbiasa mengerjakan ini, dia akan mudah memahami soal cerita, Mbak.

Tapi ini pengalaman saya pribadi saja, saya tidak tahu apakah cocok juga diterapkan ke anak
Mbak Sari, karena tiap anak beda
Meningkatkan aanalisa anak dengan maze

Anda mungkin juga menyukai