Anda di halaman 1dari 7

Kebiasaan Buruk Membaca: (5) Konsentrasi Yang Seadanya

0 KEBIASAAN buruk membaca yang cenderung dianggap enteng oleh hampir semua orang, adalah membaca sambil melakukan hal-hal lain. Sebagian orang gemar membaca sambil mendengarkan radio, sambil menonton televisi, atau sambil membagi konsentrasi dengan hal lain. Ini artinya, Anda hanya memberikan waktu-waktu kualitas sekunder atau tersier untuk aktivitas mengambil dan mengolah informasi yang harus Anda pahami. Tidak akan mengejutkan jika kualitas pemahaman Anda, atau kecepatan baca Anda pun tidak akan maksimal. Membaca (mengambil informasi) dan memahami (mengolah informasi), juga untuk menata informasi itu dalam struktur pengetahuan dalam kepala Anda, sebenarnya adalah proses kognitif yang sangat kompleks. Aktivitas semacam ini sebenarnya membutuhkan kualitas konsentrasi yang cukup dalam. Aktivitas kongnitif sekompleks ini seharusnya dilakukan dalam suasana yang memiliki distraksi (pengganggu konsentrasi) seminimal mungkin. Anda tidak akan bisa melakukannya dengan cepat, efisien, dan menyimpan apa yang Anda pahami dengan baik dalam ingatan Anda, jika Anda hanya memberi otak Anda konsentrasi yang seadanya saja. Jika demikian, pemahaman Anda mengenai bacaan Anda pun seadanya saja, dan Anda akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami bacaan. Jika sangat banyak aktivitas di sekeliling Anda, atau Anda harus melakukan banyak hal lain sambil membaca, untuk memahami satu kata yang agak asing saja akan cukup sulit. Apalagi, dalam membaca cepat, Anda harus membaca blok demi blok kelompok kata sekaligus, dengan pemahaman yang semaksimal mungkin. Perhatikan: lebih baik membaca dengan jumlah yang sedikit namun dengan konsentrasi yang dalam, daripada membaca dengan jumlah banyak namun dengan konsentrasi yang sangat dangkal. Konsetrasi yang dalam akan membuat otak Anda lebih leluasa mengambil, menyimpan dan menyusun informasi di tempat-tempat yang seharusnya. Dengan konsentrasi dangkal, selain pemahaman Anda juga dangkal, susunan informasi dalam kepala Anda pun akan cenderung tidak terstruktur dan berantakan. Berhentilah melakukan multitasking ketika Anda membaca. Terutama bacaan-bacaan yang harus Anda pahami dengan cepat dan penting bagi Anda. Lebih baik kosongkan beberapa menit dan kerahkan konsentrasi sepenuhnya pada bacaan, daripada Anda menyediakan dua jam waktu namun dengan konsentrasi yang sangat dangkal.

Perhatikan juga gangguan-gangguan dalam diri Anda. Konsentrasi juga akan sulit diberikan dengan maksimal, jika Anda juga memikirkan hal lain. Sebelum membaca, kosongkan diri Anda dan menghadaplah sepenuhnya pada bacaan. Biarkan otak Anda menggunakan konsentrasi penuh, agar ia leluasa mengambil, menyimpan, mengolah dan menyusun informasi untuk Anda.

Kebiasaan Buruk Membaca: (4) Lompatan-lompatan Regresi


0 REGRESI artinya mundur ke belakang. Maksudnya, ketika Anda membaca, Anda punya kebiasaan melompat beberapa kata, beberapa kalimat, atau bahkan beberapa paragraf ke belakang, sekedar untuk memastikan bahwa Anda memahami teks dengan benar. Setelah yakin, Anda kembali meneruskan bacaan. Dalam satu halaman, seseorang bisa melakukannya bahkan hingga dua puluh sampai dua puluh lima kali ulangan. Pendek kata, regresi dalam membaca adalah kebiasaan pengulangan membaca yang tidak diperlukan. Dalam konteks membaca, ini adalah kebiasaan buruk. Padahal sebagian besar regresi yang dilakukan ternyata hanya membuktikan bahwa apa yang telah kita pahami dari kalimat ternyata sudah benar, sudah sesuai dengan yang apa yang dimaksudkan dalam bacaan. Ini sangat berpengaruh dalam waktu pembacaan. Dan pada ujungnya, kebiasaan ini akan mempengaruhi pemahaman. Jika Anda biasa melompat-lompat mundur dan maju seperti ini dalam membaca, Anda akan kehilangan alur dan struktur bacaan. Pada akhirnya, jelas ini akan mengurangi kedalaman pemahaman Anda terhadap bacaan. Coba periksa kebiasaan baca Anda. Siapkan selembar kertas dan pensil. Coba intai dan tangkap mata Anda ketika melakukan regresi. Bacalah beberapa halaman buku. Setiap kali Anda melakukan regresi, beri satu garis pada kertas. Dengan demikian, kebiasaan regresi itu Anda hentikan dengan mengalihkannya. Hitung berapa garis yang Anda buat, setiap kali Anda menyelesaikan satu halaman. Setelah beberapa halaman, hitunglah rata-rata jumlah regresi Anda. Itulah jumlah yang harus Anda hilangkan sama sekali. Angka itu harus menjadi sedekat mungkin dengan nol.

Untuk mengurangi kebiasaan ini, Anda harus sedikit waspada. Setiap kali Anda sedang menangkap basah mata Anda melakukan regresi, batalkan. Lanjutkan saja bacaan Anda sampai selesai. Satu sub bab atau satu bab, misalnya. Lalu biarkan perhatian Anda istirahat sejenak. Cara lain, gunakan kertas tadi untuk menutupi bagian yang sudah Anda baca. Gerakkan kertas itu dari atas halaman buku ke bawah, sesuai dengan kecepatan baca Anda. Kertas itu hanya menutupi baris-baris yang telah Anda baca. Dengan demikian, tidak ada kesempatan untuk mengulang bacaan sebelum waktunya, sekaligus Anda langsung bisa menAndai kertas setiap kali Anda melakukan regresi. Setelah menyelesaikan satu sub bab, satu bab atau satu bagian struktur penulisan, barulah Anda boleh mengulang jika Anda merasa perlu memastikan bahwa Anda memang menangkap gagasan yang benar dari tulisan itu. Hanya jika perlu. Regresi adalah pengulangan-pengulangan yang tidak perlu. Jadi, bukan berarti Anda tidak boleh mengulang sama sekali. Jadi, apa regresi itu sebenarnya? :::::::

Kebiasaan Buruk Membaca: (3) Membaca Secara Linear


0 INI juga termasuk kebiasaan buruk membaca yang sangat memperlambat kecepatan baca. Disamping itu, membaca dengan cara ini akan sangat melelahkan. Maksud membaca secara linear adalah, kita mengambil seluruh isi bacaan dari awal sampai akhir, memperhatikan setiap kata yang tertulis, dengan pemusatan perhatian yang sama. Jika Anda masih membaca kata demi kata satu persatu, Anda akan mengerahkan konsentrasi yang sama pada setiap kata, seiring dengan jalannya bola mata Anda menyusuri buku. Apakah Anda termasuk orang yang merasa (sangat) lelah atau mengantuk setelah membaca sekian halaman buku? Inilah penyebabnya. Anda mengerahkan seratus persen perhatian Anda pada setiap kata yang ada di buku. Anda akan lelah ketika Anda selesai membaca satu bab saja. Pahami bahwa tidak semua bagian dalam buku adalah informasi inti. Pada buku, ada gagasan utama, dan ada informasi tambahan. Demikian juga pada setiap bab: ada gagasan

inti, dan ada informasi tambahan. Hal yang sama berlaku pula pada setiap sub bab, pada setiap paragraf, dan bahkan pada setiap kalimat. Ada inti, dan ada tambahan. Nah, jika Anda membaca secara linear, Anda mengerahkan perhatian pada informasi tambahan sama beratnya dengan informasi inti. Padahal dalam sebuah bacaan, hampir pasti akan ada lebih banyak informasi penjelasan maupun paragraf-paragraf tambahan, daripada apa yang seharusnya harus Anda pahami. Jadi, berhentilah membaca seperti Anda sedang mendengarkan sebuah pengumuman. Tidak perlu Anda mengerahkan konsentrasi total pada setiap kata dan kalimat. Rileks. Biarkan mata Anda membaca dengan melintasi halaman dan perhatikan bagianbagian intinya saja. Jika Anda sudah menangkap inti sebuah konsep atau gagasan, maka membaca paragraf-paragraf contoh, penjelasan, atau anekdot yang terkait, tidak lagi menjadi sebuah keharusan. Jika Anda merasa perlu mengulang, perhatikan: jauh lebih baik memusatkan konsentrasi, atau melakukan pembacaan ulang, pada satu paragraf penting daripada membaca sepuluh paragraf yang berusaha menjelaskan konsep yang sama. Perhatikan judul buku dan sampul belakangnya. Pada buku-buku yang baik, di sana Anda akan bisa memperkirakan apa gagasan sebuah buku. Kemudian tak kalah penting, perhatikan daftar isi. Anda akan mulai bisa menangkap apa yang akan penulis jelaskan, dan bagaimana alurnya. Perhatikan juga judul-judul sub-bab. Setelah itu Anda akan lebih mudah membentuk sebuah kerangka dalam kepala Anda tentang konsep maupun isi buku itu. Membaca sebenarnya hanya melengkapi, atau memperbaiki, kerangka yang Anda bangun (sebelum membaca) itu. Anda akan senang ketika kerangka yang Anda bangun ternyata benar. Dan Anda juga akan lebih senang ketika ternyata isi bukunya surprising, berbeda (atau malah lebih baik) dengan kerangka yang Anda bangun. Jika isi buku ternyata lebih buruk dari perkiraan Anda, pemikiran Anda pun akan menjadi kritis. Itu juga menyenangkan! Efek sampingnya: Anda akan jadi (lebih) menikmati membaca. Sayangnya efek ini tidak bisa dihindari.

Kebiasaan Buruk Membaca: (2) Melafalkan Bacaan (Dalam Hati)


0

KEBIASAAN buruk berikutnya adalah kita melafalkan bacaan kita, kata demi kata. Melafalkan ini bisa melalui bibir, atau di dalam hati. Ini akan sangat memperlambat kecepatan kita membaca. Kebiasaan ini disebut vokalisasi jika bacaan dilafalkan dengan bibir, atau sub-vokalisasi jika bacaan dilafalkan dalam hati.

Vokalisasi dan Sub Vokalisasi


Berawal dari kita belajar membaca ketika kecil, kita dibiasakan untuk menyuarakan, atau mem-vokalisasi, bacaan kita selama mengeja. Seiring berjalannya waktu, kebiasaan ini tidak hilang, tapi biasanya tetap ada hingga kita dewasa. Meski demikian, vokalisasi kini dilakukan dalam hati dan dengan cara yang jauh lebih cepat dibanding ketika kita belajar mengeja dulu. Kita masih melakukan sub-vokalisasi jika kita masih mendengar kata-kata itu diucapkan di dalam pikiran kita. Atau bisa juga, kita terbiasa menggerakkan bibir ketika membaca, meski tanpa suara. Kebiasaan ini sangat memperlambat kecepatan membaca kita, dibandingkan dengan jika kita langsung menangkap maknanya tanpa melalui pelafalan semacam ini. Kebiasaan ini harus hilang jika kita ingin membaca lebih cepat. Sub-vokalisasi tampil lebih jelas jika Anda membaca kalimat dalam bahasa asing. When you read sentences in a book, say one time you find words like juxtaposed sequentially. Those state-of-the-art machineries are to be juxtaposed sequentially. Nah, jika Anda masih menyuarakan bagaimana pronounciation-nya dengan benar dengan bibir, atau dalam hati, itulah bukti bahwa Anda sedang melakukan sub-vokalisasi. Untuk menghilangkan kebiasaan ini, Anda harus tahu bahwa Anda sedang melakukan vokalisasi atau sub-vokalisasi. Ketika Anda mulai membaca artikel ini, apakah Anda masih melakukannya? Anda harus menyadari kapan mekanisme otomatis sub-vokalisasi bekerja dalam diri Anda ketika membaca. Dan ketika Anda menyadarinya, langsung hentikan, dan teruskan membaca tanpa sub-vokalisasi. Kebiasaan ini perlu usaha yang sedikit lebih keras untuk dihilangkan. Satu-satunya cara untuk menghilangkan kebiasaan ini adalah dengan berhenti melafalkan kata-kata dalam pikiran Anda selama membaca. Anda harus terus berlatih dan membiasakan diri menangkap basah kapan Anda melakukan sub-vokalisasi, dan berlatihlah untuk tidak melakukannya. Jangan pedulikan bagaimana bunyi ucapannya atau pronounciation Anda benar atau tidak. Tangkap maknanya. Cukup maknanya saja, dan langsung bergerak maju ke kalimat berikutnya.

Kebiasaan Buruk Membaca: (1) Membaca Kata Satu Demi Satu


0 ADA beberapa kebiasaan buruk yang kerap kita lakukan tanpa kita sadari selama membaca. Kebiasaan buruk ini termasuk yang sangat memperlambat kecepatan baca kita. Kita akan bahas satu persatu.

Membaca kata demi kata


Karena ketika kecil kita belajar mengeja, kita mulai membaca dari huruf perhuruf, kemudian berkembang menjadi kata perkata. Hingga dewasa, mata kita kerap mengikuti dan menelusuri kata satu persatu dalam buku, dari kiri ke kanan, turun ke baris berikutnya, dan menggerakkan bola mata kita kembali dari kiri ke kanan. Dengan kebiasaan ini, jika Anda kerap membaca kata demi kata secara terpisah, Anda akan sangat mudah kehilangan makna kontekstualnya secara menyeluruh. Daripada membaca kata demi kata, akan jauh lebih baik dan lebih cepat bila Anda membaca beberapa kata sekaligus, atau bahkan satu baris sekaligus, dalam sekali lihat. Mata kita sebenarnya mampu untuk merentang fokus kira-kira selebar 3,5 sampai 4 sentimeter dalam sekali lihat. Itu artinya, dalam buku biasa, kita bisa melihat empat sampai lima kata sekaligus. Berikut ini adalah contohnya. Garis di bawah kalimat menunjukkan kapan bola mata kita berhenti sesaat untuk memahami. Kata perkata (bola mata berhenti 11 kali): | Dengan | kebiasaan | ini, | jika | Anda | kerap | membaca | kata | demi | kata | secara | oo-oooooo-o-o o Beberapa kata sekaligus (bola mata berhenti 3 kali setiap baris): | Dengan kebiasaan ini, | jika Anda kerap membaca | kata demi kata secara | -ooo Lebih luas lagi (bola mata berhenti 2 kali setiap baris):

| Dengan kebiasaan ini, jika Anda kerap | membaca kata demi kata secara | oo Satu baris sekaligus (bola mata berhenti sekali saja setiap baris): | Dengan kebiasaan ini, jika Anda kerap membaca kata demi kata secara | o Berlatih membaca cepat juga mencakup berlatih dan membiasakan diri membaca beberapa kata sekaligus (blok demi blok), dan menangkap maksud dari dari sekelompok kata sekaligus. Atur jarak bacaan dengan mata Anda sehingga Anda bisa menangkap tiga atau empat kata dalam sekali lihat. Dengan demikian, Anda membaca tidak lagi satu demi satu kata lalu mencoba memahami isi satu kalimat. Lama kelamaan, Anda juga akan bisa membaca satu baris demi satu baris sekaligus, sehingga Anda cukup menggerakkan bola mata dari atas ke bawah saja ketika membaca satu halaman, tidak lagi dari kiri ke kanan. Oh ya, penjelasan lebih jelas bisa Anda baca lagi di ebook Speed Reading For Beginners.

Anda mungkin juga menyukai