Anda di halaman 1dari 162

PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN

DARING PADA MTs DI KECAMATAN TENGARAN


KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan

Oleh:

ITA NURHIDAYAH
NIM. 23010160263

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2020

i
ii
PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN
DARING PADA MTs DI KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan

Oleh:

ITA NURHIDAYAH
NIM. 23010160263

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2020

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Jaka Siswanta, M.Pd
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing

Hal : Naskah Skripsi


Lamp : 4 (empat) eksemplar
Saudara : Ita Nurhidayah
Kepada

Yth.Dekan FTIK IAIN


Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Setelah meneliti dan mengadaan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami
kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:

Nama : Ita Nurhidayah

NIM : 23010160263

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR


PEMBELAJARAN DARING PADA MTs DI
KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2020

Dengan ini kami mohon skripsi saudara/saudari tersebut di atas supaya segera
dimonaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


Salatiga, 11 Agustus 2020
Pembimbing

Jaka Siswanta, M.Pd


NIP. 19710219 200003 1 002
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tlp. (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI
PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN DARING
PADA MTs DI KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2020

Disusun oleh:

ITA NURHIDAYAH

NIM : 23010160263

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan


Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 10 September 2020 dan telah dinyatakan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).

v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ita Nurhidayah

NIM : 23010160263

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Judul : PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR


PEMBELAJARAN DARING PADA MTs DI
KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2020
Menyatakan bahwa naskah skripsi ini benar-benar merupakan karya saya sendiri.

Bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Dan

tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga.

Salatiga, 11 Agustus 2020

Yang menyatakan

Ita Nurhidayah
NIM: 23010160263

vi
MOTTO

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rosul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

(Q.S. Al-Jumu’ah:2)

vii
PERSEMBAHAN

Atas ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Sugimin dan Ibu

Juminem karena dengan bimbingan, kasih sayang, dan doa keduanya lah aku

melangkah ke depan dengan optimis untuk meraih cita-cita dan merekalah yang

selalu memberiku semangat.

2. Kakaku Sumadi dan Darmi beserta keluarganya yang sudah mendukung dan

selalu memberi semangat.

3. Suamiku Octaviana Tri Pujianto dan calon buah hati pertama kami yang telah

memberi semangat dan dukungan lahir dan batin demi kelancaran kuliah agar aku

tidak menyerah.

4. Sahabatku semuanya yang telah menemani melalui masa-masa kuliah yang

sangat menyibukkan, memberi nasehat ketika aku luput dan menjadi

penyemangatku disaat aku rapuh terutama Nurul Azizah dan Sausan Aida

Kurnia sahabat curhatku yang senantiasa memberi semangat dan membuatku

tetap kuat.

5. Teman-teman di JQH yang selalu memberiku ruang untuk belajar di organisasi,

yang membuatku lebih berani keluar dari zona nyaman. Membuat jiwa

kepemimpinanku lebih tertantang.

6. Teman-temanku PPL SMK N 1 Tengaran yang telah membuat masa magangku

istimewa, teman-teman KKN Posko 171 Tegalsari yang membuat masa

pengabdianku tak terlupa.

viii
7. Teman-temanku PAI H yang kompak selalu dan teman-teman kampus yang

selalu memberi support kepadaku, serta semua pihak yang telah membantu

dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

ix
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan

dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada

baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut yang senantiasa

mengikuti sunnah-sunnahnya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar sarjana Pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin M.Ag, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Prof. Dr. Mansur M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama

Islam yang tak pernah menyerah memberikan motivasi kepada kami dalam

proses penelitian laporan penelitian ini.

4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd, selaku dosen pembimbing penelitian laporan

penelitian ini yang dengan kesabarannya berkenan memberikan petunjuk dan

bimbingan kepada penulis dalam proses penyelesaian penelitian ini.

x
5. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing dari semester 1 sampai selesai

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian kompetitif ini.

7. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

8. Ibu Kepala Sekolah MTs Al-Manar Tengaran dan Bapak Kepala Sekolah MTs

Aswaja Tengaran dan seluruh guru MTs Al-Manar Tengaran dan MTs Aswaja

Tengaran, yang telah dengan senang hati menerima penulis untuk melakukan

penelitian sehingga terselesaikannya tugas ini.

9. Orang tua penulis serta semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian

skripsi ini selesai.

Teriring doa, semoga segala kebaikan semua pihak yang membantu tim penulis

dalam penelitian laporan penelitian ini diterima di sisi Allah Swt, dan mendapat

pahala yang dilipat gandakan. Tim penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat

membangun selalu diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan laporan penelitian

ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat. Amiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 11 Agustus2020

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................v

DEKLARASI ........................................................................................................ vi

MOTTO ............................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN............................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvxvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

ABSTRAK .......................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Fokus Penelitian ............................................................................................6

C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................8

xii
1. Manfaat Teoritis .........................................................................................8

2. Manfaat Praktis ..........................................................................................8

E. Penegasan Istilah ...........................................................................................9

1. Peran Guru .................................................................................................9

3. Fasilitator ................................................................................................10

4. Pembelajaran Daring. ..............................................................................10

F. Sistematika Penulisan .................................................................................11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ............................................................................................12

1. Pembelajaran Daring ................................................................................12

2. Peran Guru Sebagai Fasilitator ...............................................................19

3. Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai Fasilitator dalam Pembelajaran

Daring ......................................................................................................29

4. Penyelesaian Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai Fasilitator

Pembelajaran Daring ................................................................................34

B. Kajian Pustaka .............................................................................................38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................42

B. Kehadiran Penulis .......................................................................................42

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................43

xiii
1. Lokasi Penelitian ......................................................................................43

2. Waktu Penelitian ......................................................................................43

D. Sumber Data ................................................................................................43

1. Data Primer ..............................................................................................44

2. Data Sekunder ..........................................................................................44

E. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................................44

1. Wawancara ...............................................................................................44

2. Observasi..................................................................................................44

3. Dokumentasi ............................................................................................46

F. Analisis Data ...............................................................................................47

1. Reduksi Data ...............................................................................................48

2. Penyajian Data ............................................................................................48

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi ........................................................48

G. Pengecekan Keabsahan Data. ....................................................................49

1. Triangulasi Sumber Data .........................................................................49

2. Triangulasi Metode ..................................................................................50

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data ...............................................................................................50

1. Gambaran Tempat Penelitian ...................................................................50

2. Temuan Penelitian ...................................................................................61


xiv
B. Analisis Data ...............................................................................................92
1. Pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti
pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020 ..............93
2. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020....................................96
3. Faktor yang menghambat peran guru sebagai fasilitator pembelajaran
daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020 .100
4. Cara guru menyelesaikan hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran
daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020..................................102
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................104
B. Saran-saran ................................................................................................107
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sarana dan Prasarana MTs Al- Manar Tengaran ......................................54

Tabel 2 Daftar Guru dan Karyawan MTs Al- Manar Tengaran.............................55

Tabel 3 Keadaan Siswa MTs Al- Manar Tengaran ............................................... iii

Tabel 4 Sarana dan Prasarana MTs Aswaja Tengaran ...........................................61

Tabel 5 Keadaan Siswa MTs Aswaja Tengaran ....................................................61

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penunjuk Dosbing ..................................................................... iii

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian............................................................................ iii

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Pembimbing ........................................................ iii

Lampiran 4 Daftar Nilai SKK ................................................................................ iii

Lampiran 5 Pedoman Wawancara ......................................................................... iii

Lampiram 6 Pedoman Observasi ........................................................................... iii

Lampiran 7 Pedoman Dokumentasi ....................................................................... iii

Lampiran 8 Dokumentasi ....................................................................................... iii

xvii
ABSTRAK

Nurhidayah, Ita. 2020. Peran Guru sebagai fasilitator pembelajaran Daring


pada MTs di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun
2020. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Jaka Siswanta, M. Pd.

Kata Kunci: Peran Guru ;Fasilitator; Pembelajaran Daring

Tujuan penelitian dalam skripsi ini yaitu: (1) Untuk mengidentifikasi


pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada MTs
di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020. (2) Untuk mengidentifikasi
peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan
Tengaran Kab-Semarang tahun 2020. (3) Untuk mengeksplorasi faktor yang
menghambat peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020. (4) Untuk mengidentifikasi
bagaimana cara guru menyelesaikan hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran
daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran
Kab-Semarang tahun 2020.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
lapangan. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer yakni pengamatan dan wawancara dengan guru pada
MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang. Sementara sumber sekunder
merupakan dokumen di lokasi penelitian. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
mengadakan wawancara, observation, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan pembelajaran daring
pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang dilakukan semenjak adanya
Covid 19 mulai juni 2020. Media aplikasi e-learning,google form, google
classroom. Metode pembelajaran fleksible, bervariasi, guru melakukan
presensi,membuat RPP pembelajaran daring, berinteraksi dengan siswa,tata tertib
pembelajaran daring tetap mematuhi protokol kesehatan, sopan dan santun dalam
forum, komunikasi dua arah dengan chatting pribadi WA. (2) Peran guru sebagai
fasilitator pembelajaran daring sudah berjalan namun belum keseluruhan. Guru
sudah berusaha menjalankan perannya seperti berusaha mendengarkan kebutuhan
peserta didik,sabar,memfasilitasi kegiatan pembelajaran, menghargai,bersikap
positif,membangun suasana keakraban dan komunikasi personal, bersikap
sederajat. (3) faktor penghambat peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring
adalah kebiasaan guru mengajar dengan pola lama, kurangnya fasilitas peserta
didik, penguasaan teori peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring masih
belum maksimal. (4) Cara guru menyelesaikan hambatan dalam memfasilitasi
pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti adalah dengan guru
meningkatkan wawasan literasi pembelajaran daring,sekolah memfasilitasi guru
dan siswa,guru mengikuti pelatihan pembelajaran daring.

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran daring di sekolah merupakan implementasi dari

pendidikan jarak jauh melalui online. Pembelajaran ini dilakukan dengan

perangkat komputer yang terhubung dengan internet dimana guru dan siswa

berkomunikasi secara interaktif dengan memanfaatkan media komunikasi.

Menurut Bates (Cole,2000) yang dikutip oleh (Sanjaya, 2020: 52)

pembelajaran daring bisa didefinisikan sebagai bentuk pendidikan jarak

jauh yang penyampaian materinya dilakukan lewat internet secara

synchronous atau asynchronous.

Pembelajaran daring yang sudah dilaksanakan di seluruh sekolah saat

ini terjadi akibat mewabahnya virus yang bernama Covid-19 di Indonesia,

yang membawa dampak tersendiri di lembaga pendidikan. Penyebaran virus

Covid-19 yang begitu cepat bahkan telah merenggut korban jiwa , jelas

mengundang kekhawatiran bagi pemegang kebijakan pemerintah

khususnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), juga

dari kalangan orang tua dan peserta didik.

Kondisi demikian yang akhirnya membuat seluruh sekolah terpaksa

menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas.

Langkah ini, jelas untuk mencegah penyebaran dan penuluran virus Covid-

19 kepada peserta didik. Salah satu langkah yang tepat dalam situasi seperti

ini adalah memanfaatkan teknologi jaringan dan teknologi informasi bagi

1
pengembangan sistem pembelajaran di sekolah yaitu dengan model

pembelajaran daring.

Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) menerapkan kebijakan yang dituangkan dalam

surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara

daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran virus

Covid-19 surat edaran ditandatangani Mendikbud pada selasa 17 Maret

2020. Salah satu poin yang ada dalam surat tersebut menyebutkan

memberlakukan pembelajaran secara daring bagi siswa dan mahasiswa, dan

siswa dapat melakukan aktivitas belajar mengajar dengan bekerja dari

rumah via konferensi video, dokumen digital, dan sarana online lainnya.

Dengan demikian , kegiatan (KBM) diharapkan tidak akan mempengaruhi

tingkat kehadiran siswa maupun tenaga pendidik. Dengan begitu

pembelajaran daring mulai dilaksanakan di sekolah.

Pendidikan Agama Islam pada hakikatnya merupakan Tafaqquh Fi Al-

Din di sekolah atau Madrasah, yakni upaya yang sungguh-sungguh dalam

memahami dan memperdalam pengetahuan Agama dan mempraktikannya

dalam kehidupan sehari-hari dalam aspek ajaran Islam berupa Al-Qur’an

Hadist, akidah, akkhlak, fikih dan sejarah kebudayaan Islam dan

pengetahuan lainnya yang mendukung upaya pemahaman terhadap agama

Islam, seperti halnya pengetahuan tentang baca tulis Al-Qur’an dan bahasa

Arab. Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang berbasis TIK (Teknologi

Informasi dan Komunikasi) adalah metode yang tepat untuk dikembangkan

2
karena sejalan dengan perkembangan teknologi serta tuntutan dalam dunia

pendidikan agar pembelajaran semakin maju, lebih efisien dan efektif

sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan baik

(Winastwan Gora, 2010:26). Hingga saat ini yang sudah marak digunakan

adalah media pembelajaran berbasis komputer dan internet yang sering

disebut juga dengan istilah e-learning.

Sebagaimana pada hadits yang bermakna “ Nabi SAW membuat gambar

persegi empat, lalu menggambar garis panjang di tengah persegi empat tadi

dan keluar melewati batas pesergi itu. Kemudian beliau juga membuat garis-

garis kecil di dalam persegi tadi, disampingnya: (persegi yang digambar

Nabi). Dan beliau bersabda: “Ini adalah manusia, dan (persegi empat) ini

adalah ajal yang mengelilinginya dan garis (panjang) yang keluar ini,

adalah cita-citanya. Dan garis-garis kecil ini adalah penghalang-

penghalangnya. Jika tidak (terjebak) dengan (garis) yang ini, maka kena

(garis) yang ini. Jika tidak kena (garis) yang itu, maka kena (garis) yang

setelahnya. Jika tidak mengenai semua (penghalang) tadi, maka dia pasti

tertimpa ketuarentaan”Al-Imam Bukhari dan Abu Hasan As-Sindy,

(2008:224) dikutip dari Jurnal Studi Al-Qur’an (Ryan Zeini,dkk ,2015: 121

Merenungkan hadis ini menunjukan kepada kita betapa Rasulullah

SAW seorang pendidik yang sangat memahami metode yang baik dalam

menyampaikan pengetahuan kepada manusia, beliau menjelaskan suatu

informasi melalui gambar agar lebih mudah dipahami dan diserap oleh akal

dan jiwa. Ketahui bahwa pembelajaran daring dengane-learningjuga

3
pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat

elektronika dimana dalam alam pelaksanaanya pembelajaran daring dengan

e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer atau

kombinasi dari ketiganya.

Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran daring harus kreatif dan

mau melakukan inovasi pembelajaran, guru dituntut memberikan

pembelajaran yang kontekstual, menyenangkan, efektif dan efisien,

merupakan solusi yang perlu didesain dan dilaksanakan dengan

memaksimalkan media yang ada seperti media online. Guru dalam

pelaksanaan pembelajaran daring juga berperan sebagai fasilitator yaitu

memiliki tugas memberikan bimbingan, arahan, serta pedoman dalam

proses pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru agama juga berperan sebagai

pemandu jalannya diskusi, yakni meliputi bimbingan belajar dan bimbingan

perkembangan sikap keagamaan peserta didik.

Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring artinya guru

memfasilitasi proses pembelajaran daring. Fasilitator bertugas

mengarahkan, memberi arah, memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik,

dan memberikan semangat. Saat ini peran guru bukan lagi sebagai satu-

satunya sumber informasi bagi peserta didik. Sebab pada kenyataannya di

lapangan guru masih seringkali menjadi sumber utama informasi dan

pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Penekanan bahwa guru

sekarang lebih berperan sebagai fasilitator dimaksudkan agar kelas menjadi

lebih hidup dan bergairah. Menurut Wina Sanjaya yang dikutip oleh (Hamid

4
Darmadi, 2019:67) ada 11 hal yang perlu diperhatikan guru untuk dapat

menjadi seorang fasilitator yang sukses yaitu: 1) mendengarkan dan tidak

mendominasi, 2) bersikap sabar, 3) menghargai dan rendah hati, 4) mau

belajar, 5) bersikap sederajat, 6) bersikap akrab dan melebur, 7) tidak

berusaha menyeramahi, 8) berwibawa, 9) tidak memihak dan mengkritik,

10) bersikap terbuka, 11) bersikap positif. Sebagai fasilitator, guru berperan

memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses

pembelajaran.

Jadi dengan melihat fenomena yang terjadi sekarang ini dimana seluruh

sekolah menghentikan sementara aktivitas kegiatan belajar mengajar

(KBM) dalam kelas untuk mencegah penyebaran dan penuluran virus

Covid-19 kepada peserta didik. Guru harus menyiapkan fasilitas

pembelajaran agar (KBM) tetap berjalan dengan efektif. Dengan

memfasilitasi pembelajaran , berarti guru berusaha mengajak dan membawa

peserta didik untuk berpartisipasi. Memfasilitasi bukanlah hal mudah, jika

guru tidak memiliki cukup pemahaman.

Dari hasil observasi penulis pada MTs di Kecamatan Tengaran, sekolah

ini menerapkan pembelajaran daring yang dilaksanakan secara jarak jauh

tanpa adanya tatap muka antara siswa dengan guru sebagai bentuk

pencegahan penyebaran virus Covid-19. Setiap sekolah memiliki masalah

yang berbeda-beda, dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan

kepada salah satu guru pada MTs di Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang diketahui bahwa di sekolah ini proses pembelajaran daring sudah

5
berjalan namun masih ada guru yang kurang terampil dalam merancang dan

menerapkan media pembelajaran daring kepada siswa, karena situasi dan

kondisi yang mengharuskan guru untuk melakukan pembelajaran secara

jarak jauh tanpa adanya tatap muka, guru memiliki tugas bagaimana

menyediakan fasilitas pembelajaran sehingga tercipta iklim belajar yang

menyenangkan bagi siswa, hal ini membuat peran guru sebagai fasilitator

pembelajaran daring menjadi perhatian. Tentunya agar proses pembelajaran

tetap berjalan efektif.

Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk meneliti

bagaimana peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Maka dalam penelitian ini

penulis mengambil judul “PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR

PEMBELAJARAN DARING PADA MTs DI KECAMATAN

TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2020 ”

B. Fokus Penelitian

Dari latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan

Budi Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun

2020?

2. Bagaimana peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs

di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020?

3. Faktor apa yang menghambat guru sebagai fasilitator pembelajaran

6
daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020?

4. Bagaimana cara guru menyelesaikan hambatan dalam memfasilitasi

pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada MTs

di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020?

C. Tujuan Penelitian

Secara spesifik penelitian ini menjawab beberapa pokok masalah

penelitian yaitu :

1. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran

PAI dan Budi Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang

tahun 2020.

2. Untuk mengidentifikasi peran guru sebagai fasilitator pembelajaran

daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020.

3. Untuk mengeksplorasi faktor yang menghambat peran guru sebagai

fasilitator pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-

Semarang tahun 2020.

4. Untuk mengidentifikasi bagaimana cara guru menyelesaikan hambatan

dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan

Budi Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun

2020.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

7
1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai salah satu sumbangan pemikiran bagi khasanah keilmuan

pendidikan di Indonesia secara umum dan pendidikan Islam,

terutama dalam teori pegetahuan kompetensi guru dalam

pemanfaatan Information Communication Technologgies (ICT).

b. Sebagai salah satu sumbangan dari pokok-pokok pembahasan untuk

menjadi gambaran langkah atau strategi dalam menyelesaikan

problem pembelajaran daring.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat memberi sumbangan

informasi bagi para guru sebagai fasilitator dalam mengoptimalkan

metode pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis daring

bagi peningkatan pembelajaran PAI dan Budi Pekerti. Penelitian ini

juga bermanfaat secara praktis bagi:

a. IAIN Salatiga , khususnya jurusan PAI

Memperkaya khazanah dunia pustaka terutama karya ilmiah

Pendidikan Agama Islam, selain itu dapat digunakan sebagai titik

tolak dalam penelitian sejenis dengan fokus yang berbeda.

b. Bagi Penulis

Menambah pengalaman dan pengetahuan untuk

mengembangkan ide kreatif dan inovatifnya dalam melakukan

penelitian.

c. MTs Kecamatan Tengaran.

8
Dapat digunakan sebagai evaluasi dalam mengoptimalkan

pembelajaran PAI dan Budi Pekerti dengan menggunakan metode

daring di MTs Kecamatan Tengaran.

d. Sekolah Lain

Dapat digunakan sebagai rujukan dalam penggunaan

pembelajaran berbasis daring pada pembelajaran PAI dan Budi

Pekerti.

E. Penegasan Istilah

Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian dan

pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul di atas

maka dijelaskan dibawah ini :

1. Peran Guru

Peran guru sagatlah penting dalam pendidikan, karena yang membantu

siswa mengatasi kesulitan dalam proses belajar, yang berupaya menciptakan

lingkungan yang menentang siswa agar melakukan kegiatan belajar adalah

guru. Guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam pasal

2 ayat 1 berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai

agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, maka

9
dapat disimpulkan bahwa peran guru adalah untuk meningkatkan mutu

pelajaran demi peningkatan pendidikan nasional.

Adapun istilah guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru

yang mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis, Fiqih atau

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah.

2. Fasilitator

Fasilitator bertugas mengarahkan, memberi arah, memfasilitasi

kegiatan belajar peserta didik, dan memberikan semangat. Menurut Sanjaya

(2008) dikutip oleh (Darmadi, 2019:65). Dalam konteks pendidikan, istilah

fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan

orang dewasa (andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan non

formal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih

menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah

fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal di

sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat melaksanakan

interaksi belajar mengajar.

3. Pembelajaran Daring

Menurut Bates pembelajaran daring bisa didefinisikan sebagai bentuk

pendidikan jarak jauh yang penyampaian materinya dilakukan lewat internet

secara synchronous atau asynchronous. Pembelajaran daring biasanya

dikenal dengan e-learning, pembelajaran virtual, pembelajaran dengan

mediasi komputer, pembelajaran berbasis web, dan pembelajaran jarak jauh.

Semua istilah ini menyiratkan bahwa pelajar dan pengajar berasa dalam

10
lokasi yang berbeda, mengunakan media teknologi digital (biasanya

komputer) untuk mengakses materi pembelajaran dan berkomunikasi

dengan guru dan peserta didik.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Dalam Bab ini penulis mengemukakan tentang latar belakang,

fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

dan sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Teori

Dalam penelitian ini dikemukakan kajian teoriyang meliputi:

pengertian pembelajaran daring, e-learning dan hubunganya dengan

pembelajaran daring, pelaksanaan pembelajaran daring, kelebihan dan

kekurangan pembelajaran daring, pengertian guru PAI, peran guru,

pengertian guru sebagai fasilitator, teori guru sebagai fasilitator,indikataor

guru sebagai fasilitator, sebelas peran guru sebagai fasilitator, tantangan

guru dalam pembelajaran daring, faktor penghambat guru sebagai fasilitator

pembelajaran daring , guru dalam pembelajaran daring, cara guru

menyelesakan hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada

mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti dan upaya-upaya yang dapat dilakukan

guru sebagai fasilitator pembelajaran daring. Selain itu, juga akan

dikemukakan kajian pustaka terkait dengan kajian penelitian terdahulu.

Bab III :Metodologi Penelitian

Dalam bab ini akan dibahas mengenai pendekatan dan jenis

11
penelitian, kehadiran penulis, lokasi dan waktu penelitian, sumber data,

prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data.

Bab IV :Paparan Dan Analisis Data

Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah paparan data dan

analisis data. Penulis akan memaparkan data tentang gambaran umum

tempat penelitian (pada MTs di Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang), pembahasan pembelajaran daring dan penyajian berdasarkan

hasil penelitian. Adapun dalam analisis data, peneliti akan memaparkan

tentang analisis peran pendidik sebagai fasilitator pembelajaran daring

serta analisis hasil penelitian.

Bab V : Penutup

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi : kesimpulan, saran,

dan kata penutup.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Daring

a. Pengertian Pembelajaran Daring

12
Menurut Bates pembelajaran daring bisa didefinisikan

sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang penyampaian materinya

dilakukan lewat internet secara synchronous atau asynchronous.

Pembelajaran daring biasanya dikenal dengan e-learning,

pembelajaran virtual, pembelajaran dengan mediasi komputer,

pembelajaran berbasis web, dan pembelajaran jarak jauh. Semua

istilah ini menyiratkan bahwa pelajar dan pengajar berasa dalam

lokasi yang berbeda, mengunakan media teknologi digital (biasanya

komputer) untuk mengakses materi pembelajaran dan

berkomunikasi dengan guru dan peserta didik. Pembelajaran daring

memungkinkan fleksibilitas akses. Materi dan sumber pustaka bisa

diakses dari mana saja dan kapan saja. (Cole,2000) yang dikutip oleh

(Sanjaya, 2020: 52)

Salah satu dukungan Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan dalam sistem pendidikan daring adalah sistem berbasis

teknologi yang disebut dengan SPADA singkatan dari Sistem

Pembelajaran Daring Indonesia. Sistem Pembelajaran Daring

Indonesia adalah penerapan sistem pendidikan jarak jauh/terbuka, e-

learning dan massive open daring course (MOOCs) untuk

meningkatkan akses terhadap pendidikan tinggi yang bermutu

melalui penerapan teknologi informasi dan komunikasi yang tepat

sebagai wahana alih kredit, program pendidikan (degree program),

pengembangan profesi berkelanjutan dan belajar sepanjang hayat

13
bagi seluruh masyarakat Indonesia.(Chaeruman, 2017:5)

b. E-learning dan hubunganya dengan pembelajaran daring

Bebicara pembelajaran daring, tidak terlepas dari konsep e-

learning sebagai payung dari segala jenis pembelajaran berbantuan

teknologi informasi dan komunikasi. Intemet merupakan jaringan

publik. Keberadaannya sangat diperlukan baik sebagai media

informasi maupun komunikasi yang dilakukan secara bebas. Salah

satu pemanfaatan internet adalah pada sistem pembelajaran jarak

jauh melalui belajar secara elektronik atau yang lebih dikenal

dengan istilah e-learning.

E- learning merupakan istilah yang generik dan luas yang

menjelaskan tentang penggunaan berbagai teknologi elektronik

untuk menyampaikan pembelajaran. Lebih tepatnya, bukan hanya

sekedar untuk menyampaikan pembelajaran, tapi lebih jauh untuk

menciptakan pengalaman belajar yang optimal. Teknologi

elektronik tersebut dapat berupa komputer, maupun intranet serta

teknologi elektronik lain seperti audio/radio, dan video/televisi.

(Chaeruman, 2017:9)

E-learning sebagai penerapan teknologi elektronik untuk

menciptakan pengalaman belajar (pembelajaran), tidak dapat

dipandang sebagai sesuatu yang diskrit. Tapi, dalam prakteknya, e-

learning merupakan suatu kontinum. Rashty seperti yang dikutip

(Chaeruman, 2017: 10) mengkatagorikan e-learning menjadi tiga

14
kontinum yaitu:

1) Adjunct; yaitu pembelajaran tatap muka (tradisional) yang

ditunjang dengan sistem penyampaian secara daring sebagai

pengayaan. Keberadaan sistem penyampaian secara daring

merupakan suatu tambahan. Contoh untuk menunjang

pembelajaran di kelas, seorang guru/dosen menugaskan

siswa/mahasiswanya untuk mencari informasi dari internet,

memanfaatkan komputer dan LCD projector dan multimedia di

dalam kelas, dll.

2) Mixed/blended; yaitu menempatkan sistem penyampaian secara

daring sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses

pembelajaran secara keseluruhan. Artinya baik proses tatap

muka maupun pembelajaran secara daring merupakan satu

kesatuan utuh. Berbeda dengan model adjunct yang hanya

menempatkan sistem penyampaian daring sebagai tambahan.

3) Fully Daring; yaitu semua interaksi pembelajaran dan

penyampaian bahan belajar terjadi secara daring penuh. Tidak

ada pembelajaran tatap muka (tradisional) sama sekali. Contoh,

bahan belajar berupa video diunggah dan diterima via internet,

atau pembelajaran ditautkan (linked) melalui hyperlink ke

sumber lain yang berupa teks atau gambar. Ciri utama model ini

adalah terjadinya pembelajaran kolaboratif secara daring.

Mengacu pada ketiga kategori e-learning seperti dijelaskan

15
di atas, maka pembelajaran daring merupakan salah satu bentuk e-

learning.

c. Pelaksanaan Pembelajaran Daring

Pelaksanaan proses pembelajaran daring merupakan

rangkaian kegiatan yang terencana dan tersistem yang dilakukan

oleh guru dan siswa adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan Pembelajaran Daring oleh guru

a) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jadwal

pelajaran.

b) Guru dapat menggunakan virtual class dan/atau video

conference sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

c) Guru memastikan kehadiran siswa sudah masuk kelas virtual

dengan screenshoot kehadiran siswa di kelas virtual.

d) Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi

pertemuan yang telah direncanakan

e) Proses interaksi antara guru dengan siswa.

2) Pelaksanaan Pembelajaran Daring oleh siswa

a) Siswa mengikuti jadwal pembelajaran sesuai dengan jadwal

pelajaran.

b) Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan instruksi guru

sesuai dengan jam pembelajaran.

c) Siswa mematuhi tata tertib pembelajaran secara daring.

16
d) Siswa dapat melaksanakan komunikasi dua arah selama

pembelajaran daring berlangsung.

Tata Tertib dalam proses pembelajaran daring yaitu:

1) Guru

a) Guru wajib melaksanakan pembelajaran daring sesuai

jadwal pelajaran yang sudah ditentukan.

b) Guru wajib berpakaian sopan dan rapi serta memperhatikan

estetika ruangan pada pembelajaran dimulai.

2) Siswa

1) Siswa wajib login sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan oleh guru.

2) Siswa wajib mengikuti proses pembelajaran daring dan siap

depan kamera apabila guru menginstruksikan dan mengikuti

pembelajaran dengan baik.

3) Siswa wajib berpakaian rapi dan memperhatikan etika dan

estetika ruangan pada saat meeting

4) Siswa tidak diperkenankan mengoperasikan fitur aplikasi

apabila belum diinstruksikan oleh guru.

5) Apabila siswa ingin bertanya kepada guru, siswa dapat

memberikan kode atau pesan teks kepada guru.

6) Siswa tidak diperkenankan melakukan aktifitas lain pada

saat mengikuti pembelajaran, kecuali atas seizin guru.

(Adhisuwignjo,2020:5)

17
d. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran daring

Menurut Empy dan Zhuang yang dikutip oleh (Leonard,

2012: 282) , ada beberapa kelebihan e-learning atau pembelajaran

jarak jauh , antara lain:

1) Mengurangi biaya. Dengan menggunakan e-learning, kita

menghemat waktu dan uang untuk mencapai suatu tempat

pembelajaran. Dengan e-learning kita dapat mengakses dari

berbagai lokasi dan tempat.

2) Fleksibilitas waktu, tempat dan kecepatan pembelajaran.

Dengan menggunakan e-learning, pengajar dapat menentukan

waktu untuk belajar dimanapun. Dan pelajar dapat belajar sesuai

dengan kemampuan masing-masing. Berbeda dengan belajar di

kelas, dimana semua pelajar belajar dan berhenti pada waktu

yang sama.

3) Standarisasi dan efektivitas pembelajaran. E-learning selalu

memiliki kualitas sama setiap kali diakses dan tidak tergantung

suasana hati pengajar. E-learning dirancang agar pelajar dapat

lebih mengerti dengan menggunakan simulasi dan animasi.

Selain kelebihan yang dimiliki oleh e-learning, adapun

kekurangan yang harus diketahui antara lain:

1) Pelajar harus memiliki komputer dan akses internet.

2) Pelajar juga harus memiliki keterampilan komputer dengan

programnya, seperti internet browser, email, dan aplikasi office.

18
3) Koneksi internet yang baik, karena sangat dibutuhkan dalam

pengambilan materi pelajaran.

4) Dengan tidak adanya rutinitas yang ada di kelas, maka pelajar

mungkin akan berhenti belajar atau bingung mengenai kegiatan

belajar dan tenggang waktu tugas, yang akan membuat pelajar

gagal.

5) Pelajar akan merasa sangat jauh dengan instruktur. Karena

instruktur tidak selalu ada untuk membantu pelajar, sehingga

pelajar harus disiplin dan mengerjakan tugas secara mandiri

tanpa bantuan instruktur.

6) Pelajar juga harus memiliki kemampuan menulis dan

kemampuan berkomunikasi yang baik, karena pengajar dan

pelajar tidak bertatap muka sehingga memmungkinkan

terjadinya salah pengertian dalam beberapa hal.

2. Peran Guru Sebagai Fasilitator

a. Pengertian Guru

Guru dapat diartikan sebagai manusia yang mempunyai

integritas pengetahuan yang mencerdasakan, mencerahkan dan

menjadi suri teladan bagi setiap orang dalam kehidupan sosial

maupun keagamaan. (Umar, 2019:12)

PAI dan Budi Pekerti dibakukan sebagai proses mendidik

agama Islam. PAI dan Budi Pekerti sebagai mata pelajaran

19
seharusnya dinamakan “Agama Islam”, karena yang diajarkan

adalah agama Islam bukan pendidikan agama Islam. Nama

kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan agama islam

disebut sebagai pendidikan agama Islam. Kata “pendidikan” ini ada

pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Pendidikan agama Islam

merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam. (Muhaimin

2012: 163)

Sedangkan guru PAI guru yang mengajar mata pelajaran

Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis, Fiqih atau Sejarah Kebudayaan

Islam (SKI) di Madrasah (Wahab, 2011: 63). Jadi yang dimaksud

dengan Guru PAI adalah guru yang mengampu mata pelajaran PAI

dan Budi Pekerti, yang tidak hanya bertugas mengajarkan atau

membekali pengetahuan agama, tetapi juga membimbing anak didik

menjadi pribadi muslim yang mampu mengamalkan ajaran Islam.

b. Peran Guru

Seorang guru juga harus mampu melaksanakan tugasnya

dalam beberapa peran yang berbeda. Ia tidak hanya menjadi transfer

ilmu, tetapi juga menjadi seorang pendidik. Dalam pandangan Adam

dan Decey (2006;Moh. Uzer Usman, 1992) yang dikutip oleh (Izzan,

2012: 39) peran guru meliputi:

1) Peran guru sebagai demonstraror.

Sebagai demonstraror, guru adalah seorang pengajar dari

bidang ilmu yang dikuasainya. Karena itu, agar dapat

20
melaksanakan peranya dengan baik, seorang guru harus

menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan. Ia juga harus

senantiasa belajar untuk meningkatkan penugasannya terhadap

ilmu yang sesuai dengan bidangnya. Agar ilmu pengetahuan

yang dimilikinya dapat disampaikan kepada para siswa dengan

baik, seorang guru juga harus terampil dalam memahami

kurikulum, menjabarkan dalam tujuan-tujuan operasional, serta

mampu pula menggunakan metodologi dan sarana pembelajaran

secara optimal.

2) Peran guru sebagai pengelola kelas.

Sebagai pengelola kelas, seorang guru harus mampu

menciptakan suasana atau kondisi belajar di kelas. Ia juga harus

mampu merangsang siswa untuk aktif dalam proses

pembelajaran, terampil mengendalikan suasana kelas agar tetap

hangat, aman, menarik, dan kondusif.

3) Peran guru sebagai mediator dan fasilitator.

Sebagai mediator, seorang guru dituntut memiliki

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media

pendidikan sebagai alat komunikasi dalam proses pembelajaran.

Guru harus terampil memilih, mengunakan, dan mengusahakan

media pendidikan, serta mampu menjadi perantara (media)

dalam hubungan antarsiswa dalam proses belajar mengajar,

sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan

21
sumber belajar yang berguna, serta dapat menunjang tercapainya

tujuan dalam proses belajar mengajar, baik yang berwujud

narasumber, buku teks, majalah, surat kabar, maupun sumber

belajar lainnya.

4) Peran guru sebagai evaluator.

Sebagai evaluator, seorang guru dituntut untuk mampu

melakukan proses evaluasi. Tujuan evaluasi adalah mengetahui

keberasilannya dalam melaksanakan pembelajaran (Feed back)

dan menilai hasil belajar siswa. Seorang guru juga dituntut

memiliki keterampilan dan kemampuan lain, seperti

merumuskan alat tes yang valid dan reliable; menggunakan alat

tes dan non-tes secara tepat; melaksanakan penilaian secara

objektif, jujur, dan adil; serta menindaklanjuti hasil evaluasi

secara proporsional.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran

guru sagatlah penting dalam pendidikan, karena yang membantu

siswa mengatasi kesulitan dalam proses belajar, yang berupaya

menciptakan lingkungan yang menentang siswa agar melakukan

kegiatan belajar adalah guru.

Guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam

pasal 2 ayat 1 berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran

guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu

pendidikan nasional.

22
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peran

guru adalah untuk meningkatkan mutu pelajaran demi peningkatan

pendidikan nasional.

c. Pengertian Guru Sebagai Fasilitator

Guru sebagai fasilitator artinya guru memfasilitasi proses

pembelajaran. Fasilitator bertugas mengarahkan, memberi arah,

memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik, dan memberikan

semangat. Menurut Wina Sanjaya (2008) dikutip oleh (Darmadi,

2019:65). Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih

banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan orang dewasa

(andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan non formal.

Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih

menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah

fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal

di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat

melaksanakan interaksi belajar mengajar.

Jadi guru sebagai fasilitator maksudnya yaitu guru berperan

memfasilitasi kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan. Guru sebagai fasilitator tugasnya bukan sekedar

mengejar melainkan membina, membimbing, memotivasi serta

memberikan penguatan-penguatan (reinforacement) positif kepada

para peserta didik.

d. Teori Guru Sebagai Fasilitator

23
Menurut teori yang di ajukan oleh wina sanjaya, peran guru

sebagai fasilitator yaitu guru berperan memberikan pelayanan untuk

memudahkan peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran.

Teori ini menjelaskan bahwa sebagai fasilitator guru berkewajiban

memberikan pelayanan dan menyediakan fasilitas serta sarana dan

prasarana pembelajaran kepada peserta didik sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Dari teori diatas dapat ditegaskan bahwa peran guru sebagai

fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola

hubungan guru dengan peserta didik, yang semula lebih bersifat “to-

down” (atas-bawah) menjadi hubungan kemitraan. Menurut

sindhunata dalam hubunganya yang bersifat “top-down”, guru

seringkali diposisikan sebagai “atasan” yang cenderung bersifat

otoriter, sarat komando, intruksi bergaya birokrat, bahwa pawang.

Sementara peserta didik lebih diposisikan sebagai “bawahan” yaitu

harus selalu patuh mengikuti intruksi dan segala sesuatu yang

dikehendaki oleh guru. Menurut Wina Sanjaya (2008) dikutip oleh

(Darmadi, 2019:65-66).

Sementara itu kementrian Agama RI menjelaskan bahwa

guru agama dalam menjalankan perannya, lebih suka jika

mendapatkan kesempatan menghadapi peserta didik dalam interaksi

belajar mengajar dengan memberikan fasilitasi. Guru agama

memberi dorongan dan menyalurkan semangat peserta didik. Peran

24
guru agama sebagai fasilitator yaitu guru memiliki tugas

memberikan bimbingan, arahan, serta pedoman bagi proses

pembelajaran di kelas.

Sebagai fasilitator, guru agama juga berperan sebagai

pemandu jalannya diskusi, yakni meliputi bimbingan belajar dan

bimbingan perkembangan sikap keagamaan peserta didik. Dengan

demikian membimbing dan pemberi bimbingan dimaksudkan agar

setiap peserta didik diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi

diri murid yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap.

Dari penjelasan diatas, tentang guru sebagai fasilitator, dapat

disimpulkan bahwa guru sebagai fasilitator yaitu berperan aktif

memfasilitasi kegiatan pembelajaran, merencanakan tujuan,

memaknai kegiatan belajar, dan guru harus melaksanakan evaluasi

serta penilaian agar pelaksanaan interaksi belajar mengajar berjalan

dengan lancar dan menyenangkan.

e. Indikator Guru Sebagai Fasilitator

Peran guru sebagai fasilitator dapat diukur dengan sejumlah

indikator. Menurut Wina Sanjaya (2008:23-24) indikator yaitu ciri

atau penanda sesuatu itu berhasil atau berjalan dengan baik atau

tidak. Indikator penting untuk mengetahui dan mengukur sesuatu,

termasuk mengukur peran guru sebagai fasilitator.

Ada lima indikator keberhasilan guru sebagai fasilitator,

yaitu:

25
1) Guru menyediakan seluruh perangkat pembelajaran sebelum

pembelajaran dimulai (seperti silabus, kurikulum, RPP, bahan

evaluasi dan penilaian)

2) Guru menyediakan fasilitas pembelajaran berupa metode, media

serta peralatan belajar.

3) Guru bertindak sebagai mitra, bukan atasan.

4) Guru melaksanakan tugas dan fungsinya yang telah ditentukan

dalam Undang-undang.

5) Guru tidak bertindak sewenang-wenang kepada peserta didik.

f. Sebelas Peran Guru Sebagai Fasilitator

Saat ini peran guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber

informasi bagi peserta didik. Sebab pada kenyataannya di lapangan

guru masih seringkali menjadi sumber utama informasi dan

pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Penekanan bahwa guru

sekarang lebih berperan sebagai fasilitator dimaksudkan agar kelas

menjadi lebih hidup dan bergairah. Peserta didik akan lebih banyak

berkegiatan baik secara fisik maupun secara mental. Ini juga

otomatis akan membuat pergeseran paradigma mengajar guru dari

yang bersifat teacher centred (berpusat pada guru) menjadi student

centred (berpusat pada peserta didik). Praktik pembelajaran dengan

melalui ceramah harus mulai digantikan dengan pembelajaran yang

mengaktifkan peserta didik.

26
Terkait dengan sikap dan prilaku guru sebagai fasilitator, di

bawah ini dapat diuraikan peran guru sebagai fasilitator di lapangan.

1) Guru kurang mendengarkan dan mendominasi. Karena peserta

didik merupakan pelaku utama dalam pembelajaran, maka

sebagai fasilitator guru harus memberi kesempatan agar peserta

didik dapat aktif. Tapi langkah ini tidak terlalu mudah karena

masih banyak guru yang kurang mendengarkan peserta didik

dan masih mau mendominasi di kelas.

2) Guru kurang sabar. Aspek utama pembelajaran adalah proses

belajar yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Jika guru

kurang sabar melihat proses yang kurang lancar lalu mengambil

alih itu, maka hal ini sama dengan guru telah merampas

kesempatan belajar peserta didik. Inilah salah satu penghambat

dari peran guru sebagai fasilitator.

3) Guru kurang menghargai dan rendah hati. Guru berupaya

menghargai siswa dengan menunjukan minat yang sungguh-

sungguh pada pengetahuan dan pengalaman mereka. Tapi

kebanyakan guru justru kurang menghargai peserta didik dan

kurang bersikap rendah hati dalam menghadapi para peserta

didik.

4) Guru kurang mau belajar. Seorang guru tidak akan dapat bekerja

sama dengan peserta didik apabila dia tidak ingin memahami

27
atau belajar tentang mereka. Kebanyakan guru masih kurang

keinginan untuk belajar.

5) Kurang bersikap sederajat. Guru perlu mengembangkan sikap

kesederajatan agar bisa diterima sebagai teman atau mitra kerja

oleh peserta didiknya. Tapi yang menjadi penghambat justru

sikap guru yang merasa ingin digugu dan ditiru.

6) Bersikap akrab dan melebur. Hubungan dengan peserta didik

sebaiknya dilakukan dengan suasana akrab, santai, bersifat dari

hati ke hati (interpersonal realitionship), sehingga peserta didik

tidak merasa kaku dan sungkan dalam berhubungan dengan

guru.

7) Guru yang berusaha menceramahi. Peserta didik memiliki

pengalaman, pendirian, dan keyakinan tersendiri. Oleh karena

itu, guru tidak perlu menunjukkan diri sebagai orang yang serba

tahu tetapi berusaha untuk saling berbagi pengalaman dengan

peserta didiknya, sehingga diperoleh pemahaman yang kaya

diantara keduanya.

8) Berwibawa. Meskipun pembelajaran harus berlangsung dalam

suasana yang akrab dan santai, seorang fasilitator sebaiknya

tetap dapat menunjukan kesungguhan di dalam bekerja dengan

peserta didiknya, sehingga peserta didik akan tetap

menghargainya.

28
9) Tidak memihak dan mengkritik. Di tengah kelompok peserta

didik seringkali terjadi pertentangan pendapat. Dalam hal ini,

diupayakan guru bersikap netral dan berusaha mefasilitasi

komunikasi di antara pihak-pihak yang berbeda pendapat, untuk

mencari kesepakatan dan jalan keluarnya.

10) Guru kurang terbuka. Biasanya peserta didik akan lebih terbuka

apabila telah tumbuh kepercayaan kepada guru yang

bersangkutan. Oleh karena itu, guru juga jagan sengan untuk

berterus terang bila merasa kurang mengetahui sesuatu, agar

siswa memahami bahwa semua orang selalu masih perlu belajar.

11) Guru bersikap negatif. Guru mengajak peserta didik untuk

memahami keadaan dirinya dengan menonjolkan potensi-

potensi yang ada. Bukan sebaliknya mengeluhkan keburukan-

keburukannya. Perlu diingat, potensi terbesar setiap peserta

didik adalah kemauan dari manusianya sendiri untuk merubah

keadaan. Wina Sanjaya (2008) dikutip oleh (Darmadi,

2019:67).

3. Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai Fasilitator dalam

Pembelajaran Daring

a. Tantangan Guru Dalam Pembelajaran Daring

Guru profesional abad ke-21 bukanlah guru yang sekedar mampu

mengajar dengan baik. Guru profesional abad ke-21 adalah guru

yang mampu menjadi pembelajar sepanjang karir untuk peningkatan

29
keefektifan proses pembelajaran siswa seiring dengan

perkembangan lingkungan; mampu bekerja dengan, belajar dari, dan

mengajar kolega sebagai upaya menghadapi kompleksitas tantangan

sekolah dan pengajaran; mengajar berlandaskan standar profesional

mengajar untuk menjamin mutu pelajaran serta memiliki

berkomunikasi baik langsung maupun menggunakan teknologi

secara efektif dengan orang tua murid untuk mendukung

pengembangan sekolah Hargreavas, 2000;Darling, 2006 dikutip

(Djaja,2017:6). Adapun beberapa tantangan juga yang sedang

dialami di dunia pendidikan antara lain:

1) Perubahan IPTEK dan penyesuaian guru

Masih banyak guru yang belum siap menghadapi perubahan

teknologi. Guru tidak segera menyesuaikan diri dan belum

mampu memotivasi diri untuk terus belajar dengan laju

perkembangan dan pengetahuan yang kian berkembang cepat

seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi. Jika

kondisi ini terus berlangsung, maka kewibawaan guru sebagai

sosok yang diguguh dan ditiru akan sirna. Hal itu terjadi

disebabkan oleh peserta didik lebih menguasai perkembangan

teknologi dan informasi.

2) Perubahan paradigma pendidikan

Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, menyebabkan

adanya pergeseran pandangan tentang pembelajaran yang terjadi

30
baik di kelas maupun di luar kelas. Tantangan yang harus

dihadapi adalah pergeseran paradigma dalam pembelajaran

bukan lagi terpusat pada guru dan guru bukan satu-satunya

sumber informasi.

3) Modalitas GTK pembelajar

Teknologi juga mempengaruhi modalitas guru dan tenaga

kependidikan. Hal ini terlihat dari program yang dilakukan

pemerintah dilakukan secara online untuk mengetahui

kompetensi para guru. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah

UKG 2015 yang dilakukan secara online. Tindak lanjut dari hasil

yang diperoleh oleh para guru maka guru akan melaksanakan

pembelajaran atau yang disebut sebagai guru pembelajar. Guru

pembelajar terdiri atas tiga modalitas pembelajaran, meliputi

tatap muka, daring dan daring kombinasi. Namun ada beberapa

kendala yang dialami guru diantaranya: keterbatasan waktu yang

dimiliki guru (limited time), sarana dan prasarana tidak memadai

(ketidaklayakan tempat, lemahnya sinyal jaringan internet),

rendahnya kemampuan guru terhadap penguasaan teknologi.

Tiga tantangan tersebut adalah tantangan yang harus

dihadapi guru di era globalisasi saat ini. Abad ke-21 adalah abad

yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan

ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang pada abad ini,

31
terutama bidang Information and Communication Technology (ICT)

yang serba sophisticated membuat dunia ini semakin sempit.

b. Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai Fasilitator dalam

Pembelajaran Daring

Dalam menjalankan suatu program seseorang maupun

lembaga pasti ada sesuatu yang menjadikan pendorong maupun

penghambat program yangditerapkan. Berikut beberapa hal yang

bisa menjadi penghambat peran guru sebagai fasilitator

pembelajaran daring (Agustin,2017:86)

1) Faktor kurangnya pengalaman pembelajaran daring. Saat

dilakukan observasi dan wawancara memang guru merasa dan

mengaku bahwa masih kurangnya pengalaman menerapkan teori

guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring. Karena peran

sebagai fasilitator ini tidak mudah maka kadang-kadang guru

masih menjalankan peran lamanya seperti mendominasi kelas

daring , kurang memberi ruang kepada semua peserta untuk

memberi tangapan, masih beberapa kali memihak peserta didik,

mengkritik peserta didik sehingga berdampak pada rasa takut

peserta didik untuk mengajukan usul dan bertanya serta memberi

jawaban.

2) Faktor masih kurangnya wawasan guru mengenai teori guru

sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring. Faktor

penghambat kedua yaitu masih kurangnya wawasan dan

32
informasi mengenai tugas dan fungsi guru sebagai fasilitator

pembelajaran daring. Ini berdampak kurang luwesnya guru dalam

mengaplikasikan teori peran guru sebagai fasilitator

pembelajaran daring. Guru kadang-kadang masih terlihat kaku,

kurang percaya diri dan sesekali merasa buntu ketika

memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran.

3) Faktor minimnya fasilitas sekolah. Harus diakui bahwa fasilitas

sekolah yang lengkap sangat membantu dalam proses belajar-

mengajar. Termasuk sangat membantu peran guru menjalankan

dan menerapkan perannya sebagai fasilitator pembelajaran

daring. Pada kondisi pandemik akibat Covid-19 semua guru harus

menerapkan pembelajaran daring maka fasilitas sarana dan

prasarana menjadi terbatas bagi semua guru sehingga guru

kurang maksimal dalam menjalankan peranya sebagai fasilitator.

4) Faktor kebiasaan lama guru dalam mengajar terlalu kuat.

Kebiasaan lama guru saat mengajar dengan tatap muka di dalam

kelas dengan kebiasaan guru mendikte, berceramah sehingga

guru butuh penyesuaiaan dan waktu untuk melaksanakan

pembelajaran daring.

5) Kurangnya guru melakukan studi banding ke sekolah-sekolah

yang dianggap telah berhasil menerapkan peran guru sebagai

fasilitator pembelajaran daring. Minimnya studi banding ini

berdampak pada tidak adanya bandingan yang diperoleh guru

33
seperti apa sesungguhnya dan seharusnya guru sebagai fasilitator

itu, dan bagaimana prinsip-prinsip yang harus dijalankan oleh

guru.

6) Faktor hambatan lain yang dialami oleh peserta didik

pembelajaran daring menurut (Dindin, dkk. 2020:7)yaitu: kuota

internet yang terbatas, jaringan tidak stabil, dan tugas yang

menumpuk.

Dari beberapa faktor tersebut dapat dikatakan bahwa faktor

penghambat belum maksimalnya peran guru PAIsebagai fasilitator

di MTs Se-Kecamatan Tengaran Kab-Semarang dapat dikatakan

terdiri dari dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal berupa masih minimnya pegalaman dan kurangnya

penguasaan teori guru sebagai fasilitator. Sementara faktor eksternal

yakni kurangnya fasilitas penunjang yang dimiliki sekolah sepeerti

media, buku-buku dan bahan bacaan mengenai peran guru sebagai

fasilitator.

4. Penyelesaian Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai Fasilitator

Pembelajaran Daring

a. Guru Dalam Pembelajaran Daring

Pendekatan pembelajaran pada guru dalam pembelajaran

daring memiliki karakteristik sebagai berikut: (Djaja,2017:6)

1) Menuntut pembelajar untuk membangun dan menciptakan

pengetahuan secara mandiri (constructivism).

34
2) Pembelajar akan berkolaborasi dengan pembelajar lain dalam

membangun pengetahuannya dan memecahkan masalah secara

bersama-sama (social constructivism).

3) Membentuk suatu komunitas pembelajar (community of learners)

yang inklusif.

4) Memanfaatkan media lama (website) yang bisa diakses melalui

internet, pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual, dan atau

kelas digital.

5) Interaktivitas, kemandiriana, aksesbilitasm dan pengayaan.

b. Penyelesaian Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai

Fasilitator Pembelajaran Daring

Berbagai hambatan yang ditemukan dalam proses

pembelajaran daring dapat berpengaruh terhadap proses

pembelajaran , sehingga diperlukan adanya penyelesaian atas

berbagai hamabatan tersebut diantaranya adalah:

1) Meningkatkan wawasan literasi pembelajaran daring, baik

peserta didik dan guru.

2) Sekolah dapat menerapkan beberapa langkah strategis seperti

halnya menyiapkan dan menyediakan aplikasi e-learning yang

rendah kuota (tidak memperlukan kuota internet besar) dalam

mengaksesnya. Selain itu, sekolah bisa menyediakan pelayanan

35
berupa kuota gratis puluhan giga bite (GB) dengan cara

kerjasama dengan provider untuk mengakses layanan pendidikan.

3) Memperkuat ruh atau esensi guru. (Dindin, dkk. 2020:6). Esensi

guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan

formal.

c. Upaya-Upaya Yang Dapat Dilakukuan Guru Sebagai Fasilitator

Pembelajaran Daring

1) Komunikasi yang efektif antaraguru dan peserta didik

Komunikasi yang baik dalam lingkungan belajar daring

adalah praktik yang baik. Hal ini akan mendorong keterlibatan

peserta didik dan membantu peserta didik mengatasi tantangan-

tantangan dalam belajar.

Komunikasi yang efektif harus dibangun melalui

komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik. Guru tidak

hanya sekedar memberikan materi dan tugas tetapi harus

memberikan konfirmasi dan umpan balik kepada peserta didik.

Proses evaluasi bagi hasil kerja peserta didik harus dilakukan oleh

guru, sehingga hubungan yang bersifat dialogis tercipta.(

Sanjaya, 2020:103)

36
2) Mengembangkan pembelajaran aktif

Lingkungan belajar daring dirancang dan dikembangkan

guna mendorong kerjasama dan dukungan timbal balik berbagi

ide dan saling menanggapi baik peserta didik dan guru.

3) Mendukung pembelajaran aktif

Lingkungan belajar daring mendukung pembelajaran

berbasis proyek, dimana peserta didik melakukan proses

pembelajaran secara aktif, mengakses materi, Berdiskusi dengan

sesama peserta didik dan guru. Peserta didik membahas apa yang

dipelajari, menuliskannya, menghubungkan dengan pengalaman

mereka, dan mengaplikasikannya.

4) Guru memberikan umpan balik dengan segera

Kunci dari pembelajaran daring yang efektif adalah

memberikan tanggapan secepatnya kepada peserta didik, yaitu

melalui teks maupun suara. Agar peserta didik merasakan

manfaat atas kelas yang mereka ikuti dan merasakan bahwa

proses belajar dalam daring tidak membosankan.

5) Menghargai berbagai macam bakat dan metode pembelajaran

Menurut (Darmadi, 2017: 175) Metode merupakan jalan atau

cara yang di tempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Metode mengajar ialah ilmu yang mempelajari cara-

cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah

lingkungan yang terdiri atas guru dan murid untuk saling

37
berinteraksi dalam melakukan suatu kepastian , sehingga proses

belajar berjalan dengan baik dan tujuan pengajaran tercapai.

Dalam pembelajaran daring, hal ini dapat diartikan dengan

memberikan media belajar yang beragam, memilih topik tertentu

untuk proyek maupun kelompok diskusi.( Djaja,2017:11)

Menghargai berbagai macam bakat guru dan menyediakan

metode belajar yang beragam bertujuan untuk mengakomodasi

gaya belajar yang berbeda serta memberikan fasilitas

pembelajaran yang efektif untuk peserta didik.

B. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka ini, akan dideskripsikan penelitian yang ada

relevensinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Sebelum judul

ini ditetapkan sebagai bahan kajian skripsi penulis terlebih dahulu

melakukan tinjauan dan penelusuran mengenai skripsi dan jurnal yang

berhubungan dengan pembahasan yang akan diteliti. Hal ini ditujukan agar

tidak terjadi pembahasan yang sama dalam penulisan skripsi.

Adapun penelitian yang menggunakan tema pembelajaran daring

adalah penelitian yang dilakukan oleh Ryan Zeini Rohidin, Rihlah Nur

Aulia, Abdul Fadhil, Mahasiswa Universitas Negri Jakarta dalam jurnal

Studi Al-Quran; Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani 2015, yang berjudul

“Model Pembelajaran PAI Berbasis E-Learning (Studi Kasus di SMAN 13

Jakarta) “.Isi dari jurnal ini lebih difokuskan kepada model pembelajaran

PAI berbasis e-learning dalam meningkatkan sumber belajar siswa.

38
Penelitian menunjukkan bahwa mengguanakan model pembelajaran e-

learning sebagai sumber belajar sangat membantu belajar siswa. Sementara

dalam skripsi ini penulis memfokuskan pada peran guru PAI dan Budi

Pekerti sebagai fasilitator pembelajaran berbasis daring di SMP Se-

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2019/2020.

Penelitian oleh Afif Rahman Riyanda , Kartini Herlina ,B. Anggit

Wicaksono , Mahasiswa FKIP Universitas Lampung dalam jurnal IKRA-

ITH Humaniora 2020, yang berjudul “Evaluasi Implementasi Sistem

Pembelajaran Daring Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung”. Dalam penelitian ini penulis lebih fokus kepada

evaluasi dan implementasi sistem pembelajaran daring. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa tingkat pencapaian program sistem pembelajaran

daring pada komponen context memperoleh skor rata-rata 4,145 (82,91%)

digolongkan dalam kategori baik; komponen input memperoleh skor rata-

rata 4,302 (86,04%) digolongkan dalam kategori baik; komponen process

memperoleh skor rata-rata 3,838 (76,76%) digolongkan dalam kategori

cukup; dan komponen product yang memperoleh skor rata-rata 4,107

(82,13%) digolongkan dalam kategori baik. Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa program sistem pembelajaran daring dilingkungan

PMIPA FKIP Unila secara keseluruhan sudah lumayan baik sehingga bisa

tetap dilanjutkan.

Penelitian oleh Ahmad Khoiruddin , mahasiswa Universitas Islam

39
Negeri Ampel Surabaya dalam tesis 2019, yang berjudul “Implementasi

Blended Learning Dalam Pembelajaran PAI”. Dalam penelitian ini penulis

lebih fokus dalam implementasi blended learning dalam pembelajaran PAI.

Hasil penelitian ini yaitu: 1) konten media pembelajaran daring mampu

menambah antusiasme belajar PAI bagi peserta didik, dengan fitur yang

yang tergolong lengkap, terdiri dari materi, video, gambar, soal latihan,

pembahasan, serta fitur chat; 2) pelaksanaan model pembelajaran blended

learning di SMP Negeri 13 Surabaya dapat dikatakan berlangsung dengan

baik,karena dengan menggunakan model pembelajaran ini hampir semua

siswa sangat antusias dan menikmati pembelajaran serta jam pelajaran

berlangsung.

Penelitian oleh Farah Shabrina, mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Surakarta skripsi 2020, yang berjudul”Pembelajaran

Daring Menggunakan Metode Information Search Mata Pelajaran Al-Islam

di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Pada Kondisi Covid-19”. Dalam

penelitian ini penulis lebih fokus dalam pembelajaran daring menggunakan

metode Information Search mata pelajaran Al-Islam di SMP

Muhammadiyah 2 Surakarta pada kondisi Covid-19. Penelitian ini

menunjukan bahwa penggunaan metode Information Search saat

pembelajaran daring di mata pelajaran Al-Islam bisa diterapkan ditengah-

tengah problematika pembelajaran saat ini dengan keadaan Indonesia yang

terdampak Covid-19.

Setelah mengkaji beberapa penelitian di atas, dapat ditarik

40
kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan

dengan penelitian di atas. Peneliti di atas mengkaji tentang model

pembelajaran PAI dan Budi Pekerti berbasis e-learning, penelitian kedua

mengkaji tentang evaluasi dan implementasi sistem pembelajaran daring,

penelitian ketiga membahas tentang implementasi Blended Learning dalam

pembelajaran PAI, penelitian keempat membahas tentang pembelajaran

daring menggunakan metode Information Search mata pelajaran Al-Islam

di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta pada kondisi Covid-19. Adapun skripsi

ini penulis lebih mengarah kepada pelaksanaan pembelajaran daring,

perilaku guru sebagai fasilitator pembelajaran daring dalam menggunakan

internet dalam segala bentuk sebagai media pembelajaran maupun sumber

pembelajaran, serta faktor penghambat dan penyelesaiannya dalam

menggunakan internet pada pembelajaran pendidikan agama Islam pada

MTs di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2020.

41
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Menurut Moleong (2009:6), penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara

holistik, dan dengan cara deskriptif dengan bentuk kata-kata dan bahasa

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.

Pada hakekatnya tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk

menjelaskan suatu keadaan atau fenomena dengan lebih mendalam dengan

melakukan pengumpulan data dan menganalisa data serta fakta yang sudah

digali sebelumnya dalam bentuk analisa yang mendalam dan rinci terkait

dengan topik penelitian. Sehingga alasan penggunaan penelitian kualitatif

itu sendiri karena penulis bermaksud ingin meneliti secara mendalam terkait

peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan

Tengaran Kabupaten Semarang.

B. Kehadiran Penulis

Kehadiran penulis dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen

sekaligus pengumpul data di lapangan, sedangkan instrumen pengumpulan

data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu berupa

dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang

42
keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung.

Kehadiran penulis di lapangan dimaksudkan sebagai tolak ukur

keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan

peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya

mutlak dilakukan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

a. MTs Al-Manar Jl. K.H. Djalal Suyuthi Kelurahan Bener, Kecamatan

Tengaran, Kabupaten Semarang.

b. MTs Aswaja Jl. Masjid Besar No.32 Kelurahan Tengaran, Kecamatan

Tengaran, Kabupaten Semarang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diagendakan mulai bulan Juni 2020 sampai dengan

bulan Agustus 2020.

D. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto,

2004: 129). Subjek dalam penelitian ini adalah orang atau siapa saja yang

menjadi sumber dalam penelitian. Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini menurut Sugiyono (2016: 225) adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data atau sumber data yang diperoleh secara langsung

dari lapangan atau tempat penelitian. Tindakan dan kata-kata merupakan

43
sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati dan

mewawancarai. Penulis menggunakan data ini untuk memperoleh

informasi langsung tentang peran guru sebagai fasilitator pembelajaran

daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

Adapun data langsung penulis dapatkan dari para guru pada MTs di

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebagai bahan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data atau sumber data pendukung dan penunjang

dalam penelitian ini. Adapun sumber yang diperoleh melalui buku,

dokumen resmi, karya ilmiah, arsip dan foto kegiatan pada proses

pembelajaran di MTs Al-Manar, dan MTs Aswaja. Data ini digunakan

untuk melengkapi dan memperkuat penemuan serta informasi yang

didapatkan oleh penulis.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Wawancara

Wawancara yaitu pertemuan yang langsung direncanakan antara

pewawancara dan yang diwawancarai untuk memberikan/ menerima

informasi tertentu. Menurut Moleong, (1988: 148) wawancara adalah

kegiatan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua

44
belah pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. (Mamik,

2015:108).

Prosedur wawancara yang dilakukan penulis yaitu dengan

melakukan wawancara terstandar (Standardized Interview). Tujuan dari

wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban atas

pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian sebagai acuan pokok

untuk mendapatkan informasi tentang fokus permasalahan yang

mencakup 4 hal yaitu pelaksanaan pembelajaran daring mapel PAI dan

Budi Pekerti, peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring,

hambatan guru sebagai fasilitator pembelajaran daring, serta cara guru

menyelesakan hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada

mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Dengan empat fokus masalah

tersebut maka penulis melakukan wawancara dengan beberapa guru

pada MTs di Kecamatan Tengaran, Kab-Semarang.

2. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data

dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang

berlangsung. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai

ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu

wawancara dan kuisioner karena observasi tidak terbatas pada orang,

tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2016: 145).

Penelitian observasi ini dilakukan melalui pegamatan langsung

dengan observasi non partisipatif dimana penulis sebagai pegamat tidak

45
ikut serta dalam kegiatan, penulis sebagai pengamat hanya berperan

mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. Teknik observasi juga

digunakan untuk melakukan pengamatan dengan melihat dan mengamati

sendiri, kemudian mengamati pelaksanaan pembelajaran daring mapel

PAI dan Budi Pekerti, peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring,

hambatan guru sebagai fasilitator pembelajaran daring serta cara guru

menyelesakan hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada

mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

Adapun pada teknik observasi ini penulis gunakan untuk mencari

data bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran daring mapel PAI dan

Budi Pekerti, mengetahui peran guru sebagai fasilitator pembelajaran

daring , mengetahui hambatan guru sebagai fasilitator pembelajaran

daring serta cara guru menyelesakan hambatan dalam memfasilitasi

pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Dengan

ini penulis melaksanakan observasi dengan datang langsung ke sekolah

yang terkait dan mengamati keadaan yang sebenarnya.

3. Dokumentasi

Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber

manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara.

Metode dokumentasi yaitu mencari hal mengenai data atau variabel yang

berupa Sumber lain yang bukan dari manusia (non- human resources),

diantaranya dokumen, foto, dan bahan statistik. Dokumen terdiri bisa

berupa buku harian, notula rapat, laporan berkala, jadwal kegiatan,

46
peraturan pemerintah, anggaran dasar, rapor siswa, surat-surat resmi dan

lain sebagainya (Mamik, 2015:115).

Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data profil MTs, sarana

dan prasarana, jumlah tenaga pendidik, jumlah peserta didik atau data

gambar yaitu profil MTs,wawancara dengan guru, aktivitas guru dalam

memfasilitasi pembelajaran daring terkait bagaimana proses pelaksanaan

pembelajaran daring mapel PAI dan Budi Pekerti, peran guru sebagai

fasilitator pembelajaran daring, hambatan guru sebagai fasilitator

pembelajaran daring serta cara guru menyelesakan hambatan dalam

memfasilitasi pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi

Pekerti.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan

dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan memuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Miles dan Huberman, Sugiyono (2010) dikutip oleh

(Helaluddin, 2019: 123-124) menyatakan bahwa kegiatan analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

hingga datanya mencapai titik jenuh. Berikut diuraikan beberapa tahapan

dalam menganalisis data model interaktif ini, yaitu:

47
1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan, perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Dalam penelitian ini data

observasi , wawancara dan dokumentasi yang diperoleh dari lapangan

jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan

rinci. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting yang berkaitan dengan fokus

masalah. Dari banyaknya data yang telah didapat, penulis memilah dan

memilih beberapa data yang sesuai dengan objek penelitian supaya hasil

penelitian ini menjadi terarah. Dengan demikian data yang direduksi atau

dirangkum tadi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah penulis.

2. Penyajian Data

Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Teknik penyajian data pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam

berbagai bentuk seperti tabel, grafik dan sejenisnya. Penyajian data juga

dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat , bagan, hubungan antar

kategori, dan lain-lain. Penelitian ini dalam menyajikan datanya

menggunakan teks naratif. Penyajian data yang baik merupakan suatu

cara utama bagi penyajian data yang shahih.

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

48
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan

kesimpulan.Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan bagian dari

suatu kegiatan kongfigurasi yang utuh. Simpulan-simpulan juga

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu kemungkinan

setingkat pemikiran kembali yang melintas dalam penganalisis selama

menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan dilapangan serta tukar

pikiran dan akhirnya berusaha menarik kesimpulan.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian verifikasi yang pada

awalnya mengambang menjadi relevan.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik yang digunakan untuk pengecekan keabsahan data adalah teknik

triangulasi. Teknik yang menggabungkan data dan sumber data yang telah ada.

Triangulasi merupakan pengumpulan dan pengecekan data menggunakan

perspektif berlainan. Misalnya, menggabungkan catatan lapangan hasil pengamatan

dan naskah hasil wawancara. Triangulas yang digunakan peneliti ada 2 macam

yaitu:

1. Triangulasi Sumber Data

49
Triagulasi sumber data berarti untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber (Sugiyono, 2006: 274). Triagulasi sumber data yaitu

membandingkan antara data-data yang diperoleh dari informasi satu

dengan lainnya dan mengejek kebenarannya.

Penulis menggunakan teknik yang sama yaitu wawancara mendalam

kepada sumber yang berbeda-beda yaitu guru akidah akhlak dan guru SKI

di MTs Al-Manar Tengaran dan guru akidah akhlak dan guru fikih di MTs

Aswaja Tengaran. Kemudian hasil wawancara antar informan tersebut

dibandingkan sehingga bisa di cek kebenarannya.

2. Triangulasi Metode

Triagulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2006: 27).

Metode ini pengecekan keabsahan data untuk mengetahui hasil temuan

ini benar-benar hasil temuan sendiri. Kemudian penulis membandingkan

data antara hasil wawancara dengan observasi, hasil observasi dengan

dokumentasi dan hasil wawancara dengan dokumentasi. Hasil perbandingan

diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menyatukan persepsi

penulis dalam melihat data penelitian. Jadi, data tersebut dapat dipahami

secara komprehensif.

BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Paparan Data

1. Gambaran Tempat Penelitian


50
a. MTs Al-Manar Tengaran

1) Sejarah Singkat Berdirinya MTs Al-Manar

Pada tahun 1983 K. Fatkhurrohman sebagai pengasuh Al-

Manar tahun itu juga berdirinya MTs Al-Manar dengan pimpinan

beliau pertama kali didirikannya MTs Al-Manar. Perkembangan

MTs Al-Manar tergolong pesat, terbukti dari tahun ketahun

siswanya terus bertambah.

2) Letak Geografis

MTs Al-Manar terletak di Desa Bener, Kec. Tengaran Kab.

Semarang dengan batasan-batasan sebagai berikut:

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Jalan Raya Solo-

Semarang.

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Dusun Cebongan.

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Salatiga.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Dusun Cabean.

3) Profil Sekolah

a) Nama Sekolah : MTs Al- Manar

b) Alamat : Jl. KH. Djalal Suyuthi Desa Bener

Kec Tengaran Kab. Semarang

c) NSM : 121233220003

d) NPSN : 20364450

e) Status Akreditasi :B

f) Nilai : 88

51
g) Nomor Piagam : 165/BAPSM/XI/2017

h) Tahun Didirikan : 1985

i) Status Tanah : Wakaf

j) Surat Bukti HGB : Surat Keputusan Yayasan

k) Luas Bangunan : 5000 M

l) Bangunan

Status Bangunan : Milik Yayasan

Luas Bangunan : 4780 M

4) Visi, Misi dan Tujuan

VISI

Unggul dalam prestasi, menjadi manusia yang berkualitas,

beriman dan bertaqwa dan berakhlak mulia.

MISI

a) Melaksanakan pembelajaran serta bimbingan serta optimal,

sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai

dengan potensi yang dimiliki.

b) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali

potinsi diri, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

c) Mendorong penghayatan dan pengamalan ajaran secara

konsisten dan juga budaya sehingga menjadi sumber kearifan

dalam bertindak.

TUJUAN

a) Terwujudnya peserta didik yang berakhlak mulia.

52
b) Terwujudnya peserta didik yang mandiri.

c) Mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

5) Sarana dan Prasarana

Data dokumentasi yang diperoleh. Berikut tabel sarana

prasarananya

Tabel 1

Sarana dan Prasarana MTs Al-Manar Tengaran

NO Ruang/Sarana Jumlah Kondisi


1 Ruang Kelas 6 Baik
2 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3 Ruang TU 1 Baik
4 Ruang Guru 1 Baik
5 Perpustakaan 1 Baik
6 Lab. Komputer 1 Baik
7 Koperasi 1 Baik
8 Ruang Aula 1 Baik
9 Masjid/ Mushola 1 Baik
10 Kantin 1 Baik
11 Wc Guru 1 Baik
12 Wc Siswa 6 Rusak sedang
13 Lapangan Bola Voli 1 Baik

6) Jumlah Tenaga Pendidik

Tabel 2
Jumlah Guru dan Karyawan MTs Al-Manar Tengaran

53
TUGAS
PENDIDIKAN TUGAS
No NAMA STRUKTUR
TERAKHIR POKOK
AL

Guru Bidang
MUSTIKOWATI / Kepala
1 S1 Studi Bahasa
, S.Pd.I Madrasah
Indonesia

Guru Bidang
KHABIBURRO / Waka.
2 S2 Studi Bahasa
KHMAN, M.Pd Kurikulum
Arab

CHUSNUL Bendahara
3 S1
CHALIMAH Madrasah

Guru Bidang
MUFLIKATUR Waka.
4 S1 Studi SKI,
ROFIAH, S.Ag Humas
Bahasa Indonesia

Guru Bidang

MEGA Studi Akidah Wali Kelas


5 S1
RAHAYU, S.Ag Akhlak, Qur’an 9A

Hadits

Guru Bidang
MUSTAIDAH, Wali Kelas
6 S1 Studi Bahasa
S.Pd.I 8A
Inggris

TASMIYAH, Guru Bidang


7 S1
S.Pd Studi Matematika

54
ANISATUL Guru Bidang Wali Kelas

8 MASRUROH, S1 Studi Fikih, 7A, Waka.

S.Pd,I Qur’an Hadits Sarpras

SITI Guru Bidang

9 ZULAIKHOH, S2 Studi Bahasa

M.Pd.I Indonesia

NUR
Guru Bidang
VADLILATUL Wali Kelas
10 S1 Studi PKn /
KHASANAH, 9B
Bahasa Indonesia
S.H

Guru Bidang
Pembina
11 SIYONO, M.Pd.I S1 Studi PJK,
OSIS
Bahasa Arab

Wali Kelas
IVAH FAUZAH, Guru Bidang
12 S1 8B, Pembina
S.Pd.I Studi IPA
Pramuka

ANDHI Guru Bidang

13 KUSTIAWAN, S1 Studi Bahasa Tata Usaha

S.E Indonesia

Guru Bidang
ABDUL Wali Kelas
14 S2 Studi IPS, TIK,
KHAMID, M.Pd 7B
Seni Budaya

MUHAMMAD Guru Bidang

15 SIRRIL WAFA, S1 Studi Bahasa

S.Pd. Jawa, TIK

55
7) Jumlah Peserta Didik

Tabel 3

Keadaan Siswa MTs Al-Manar Tengaran

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah


L P
1 VII A 11 13 24
2 VII B 12 12 24
3 VIII A 10 14 24
4 VIII B 9 12 21
5 IX A 13 8 21
6 IX B 13 8 21
68 67 135
b. MTs Aswaja Tengaran

1) Sejarah Singkat Berdirinya MTs Aswaja

Ide mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan nama

PGAP NU pada tahun 1967 oleh Bpk. Muh Amin alm dengan

beberapa tokoh masyarakat yang lain, berjalan 3 tahun ajaran

telah menamatkan siswa angkatan pertama, dengan berjalannya

waktu langsung membuka PGAA dengan nama PGAA NU,

tepatnya pada tahun 1970. Dengan perkembangan status

pendidikan pada tahun 1975 alih status dari PGAP NU menjadi

MTs NU (Sekarang MTs Aswaja). Tokoh pendiri MTs Aswaja

Bpk. K. Muh Amin. Alm, Bpk. K.H. Kamil Yasin. Alm, Bpk.

Gito Sumarno. Alm, Bpk. H.Ghufron, Bpk. Merun, Bpk. K.


56
Mundiri Alm.

2) Profil Sekolah

a) Nama Sekolah : MTs Aswaja

b) NSS/NSM/NDS : 12 12 33 22 0004

c) Provinsi : Jawa Tengah

d) Otonom : Semarang

e) Kecamatan : Tengaran

f) Desa/Kelurahan : Tengaran

g) Jalan dan Nomor : Masjid Besar No.23

h) Kode Pos : 50775

i) Daerah : Perdesaan

j) Status Sekolah : Swasta

k) Akreditasi :B

l) Surat Keputusan : KABID BINRUA ISLAM

m) Tahun Berdiri : 1977

n) Bangunan Sekolah : Milik Sendiri

o) Luas Bangunan : 500 M

p) Jarak ke Pusat Kecamatan : 0.5 Km

q) Jarak ke Pusat Kota : 30 Km

r) Terletak Pada Lintasan : Kecamatan

s) Organisasi Penyelenggara : Organisasi Yayasan

3) Visi, Misi dan Tujuan

57
VISI

Luhur dalam pekerti, prima dalam prestasi, santun dalam prilaku

MISI

a) Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi mutu baik

keilmuan maupun secara moral dalam aspek pengajaran baik

secara moral dan social.

b) Menciptakan suasana pendidikan keagamaan dan

berkepribadian yang sopan.

c) Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan.

d) Mengembangkan tersedianya sarana pendidikan dan media

pembelajaran yang efektif dan efisien.

e) Meningkatkan pengelolaan SDM yang mampu memberikan

layanan pendidikan secara profesional dan

bertanggungjawab.

f) Mengembangkan sistem penilaian yang standar.

g) Memposisikan Madrasah sebagai pusat keunggulan

masyarakat yang berpretasi dilandasi iman dan takwa.

Tujuan

a) Menghasilkan peserta didik yang cerdas berakhlaqul karimah.

b) Menciptakan peserta didik yang terampil dan mandiri

dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

c) Mengembangkan KTSP, pembelajaran, penilaian dan rancana

pembelajaran

58
d) Penyusunan, penataan dan pengembangan struktur organisasi

madrasah dan mekanisme kerja.

e) Memiliki susunan kalender pendidikan akademik.

f) Mengembangkan tenaga pendidik dan kependidikan.

g) Mengembangkan pemenuhan sarana dan prasarana minimal.

h) Mengembangkan pemenuhan sarana dan prasarana lainnya.

i) Mengembangkan pemenuhan fasilitas pembelajaran dan

penilaian lainnya.

j) Mengembangkan pemenuhan keuangan dan pembiayaan.

k) Mengembangkan budaya dan lingkungan madrasah.

l) Mengembangkan peran serta masyarakat dan kemitraan.

m) Mengembangkan pengawasan dan evaluasi.

n) Mengembangkan sistem informasi manajemen madrasah.

4) Jumlah Tenaga Pendidik

Data yang penulis peroleh di MTs Aswaja Tengaran memang

belum terstruktur jadi hal ini menghambat penulis untuk

mengumpulkan data berupa jumlah tenaga pendidik di MTs Aswaja

Tengaran.

a) Jumlah guru keseluruhan : 17 orang

b) Guru tetap yayasan : 12 orang

c) Guru tidak tetap yayasan : 2 orang

d) Guru PNS (DPK) : 1 orang

e) Guru bantu sementara : - orang

59
f) Staf usaha : 2 orang

5) Sarana dan Prasarana

Tabel 4

Sarana dan Prasarana MTs Aswaja Tengaran

NO Ruang/Sarana Jumlah Kondisi


1 Ruang Kelas 6 Baik
2 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3 Ruang TU 1 Baik
4 Ruang Guru 1 Baik
5 Perpustakaan 1 Baik
6 Lab. Komputer 1 Baik
7 Koperasi 1 Baik
8 Masjid/ Mushola 1 Baik
9 Wc Guru 1 Baik
10 Wc Siswa 2 Baik

6) Jumlah Peserta Didik

Tabel 5
Keadaan Siswa MTs Aswaja Tengaran
60
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
L P
1 VII A 5 8 13
2 VII B 5 8 13
3 VIII A 8 7 15
4 VIII B 10 5 15
5 IX A 13 6 19
6 IX B 11 5 16
52 39 91

2. Temuan Penelitian

a. Profil Responden

1) Profil Guru Mapel PAI dan Budi Pekerti MTs Al-Manar

a) Mega Rahayu (ME)

ME merupakan seorang guru Akidah Akhlak dan Al-

Qur’an Hadis. Beliau lahir di Salatiga, 5 Agustus 1970.

Beliau lulusan dari IAIN Walisongo Semarang angkatan

1994. Beliau menjadi guru Akidah Akhlak dan Al-Qur’an

Hadis di MTs Al-Manar sejak tahun 2003 sampai sekarang.

b) Muflikatur Rafiah (MU)

MR merupakan seorang guru SKI. Beliau lahir di Bener,

11 November 1965. Beliau lulusan dari IAIN Walisongo

Semarang.Beliau menjadi guru SKI di MTs Al-Manar sejak

tahun 1996 sampai sekarang.

Jumlah guru mapel PAI dan Budi Pekerti di MTs Al-Manar

Tengaran ada 4, yaitu Bapak Khabiburrokhman guru bahasa arab, Ibu

Anisatul Masruroh guru Fiqh dan Akidah Akhlak, Ibu Muflikatur

Rafiah guru SKI, Ibu Mega Rahayu guru Akidah Akhlak dan Al-
61
Qur’an Hadits. Namun informan dalam penelitian ini hanya ada 2 , hal

tersebut karena Bapak Khabiburrokhman guru bahasa arab tidak bisa

diwawancarai karena beliau sibuk sebagai pengasuh pondok pesantren

Al-Manar dan Ibu Anisatul Masruroh guru Fiqh dan Akidah Akhlak

sedang cuti hamil sejak bulan juli 2020. Maka penulis hanya

mewawancarai Ibu Muflikatur Rafiah guru SKI dan Ibu Mega Rahayu

guru Akidah Akhlak dan Al-Qur’an Hadits.

2) Profil Guru Mapel PAI dan Budi Pekerti MTs Aswaja

a) M. Fatih Rohman (FR)

FR merupakan seorang guru Fiqih. Beliau lahir di

Semarang , 8 Oktober 1993. Beliau lulusan dari IAIN

Salatiga .Beliau menjadi guru Fiqh di MTs Aswaja sejak

tahun 2017 sampai sekarang.

b) Nur Ma’rifah (MR)

MR merupakan seorang guru Akidah Akhlak. Beliau

lahir di Semarang , 2 Juni 1979. Beliau lulusan dari STAIN

Salatiga .Beliau menjadi guru Akidah Akhlak di MTs Aswaja

sejak tahun 2005 sampai sekarang.

Jumlah guru mapel PAI dan Budi Pekerti MTs Aswaja Tengaran

ada 3 yaitu Bapak M.Fatih Rohman guru fiqh, Ibu Nur Ma’rifah guru

Akidah Akhlak dan Ibu Witriyani SKI. Namun informan penelitian

ini hanya 2 yaitu M.Fatih Rohman guru fiqh dan Ibu Nur Ma’rifah

62
guru Akidah Akhlak. Hal ini karena Ibu Witriyani SKI sedang cuti

menemani suaminya berobat di rumah sakit.

b. Hasil Wawancara Dengan Guru Mapel PAI dan Budi Pekerti

pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang

Setelah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, maka

berikut data yang ditemukan di lapangan. Adapun data yang akan

dipaparkan dan dianalisis adalah sesuai dengan fokus penelitian yang

telah dipaparkan di BAB I yaitu tentang pelaksanaan pembelajaran

daring mapel PAI dan Budi Pekerti, peran guru sebagai fasilitator

pembelajaran daring, hambatan guru sebagai fasilitator pembelajaran

daring, serta cara guru menyelesakan hambatan dalam memfasilitasi

pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

1) Pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan

Budi Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-

Semarang tahun 2020

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pada MTs di

Kecamatan Tengaran Kab-Semarang pelaksanaan pembelajaran

daring yang dilakukan oleh guru dan peserta didik adalah sebagai

berikut:

a) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jadwal

pelajaran

Pelaksanaan pembelajaran daring yang dilaksanakan

oleh guru sudah sesuai jadwal pelajaran. Hal ini seperti yang

63
diungkapkan guru mapel PAI dan Budi Pekerti ketika penulis

menanyakan “...Kapan waktu pembelajaran daring

berlangsung?...”

”...Melaksanakan pembelajaran daring dari tanggal


14 juli 2020...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
”...Alhamdulillah sudah, seminimal mungkin,
maksudnyakan kalo seperti sekolah-sekolah yang
negri kan sudah terfasilitasi, kalo di sekolah ini ya
belum mampu memfasilitasi anak jadi ya semampu
kami, dan wali murid juga. Mulainya tanggal 14 juli
2020...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu
MU di MTs Al-Manar).
“...Sekitar 2 bulan yang lalu, jadi kira-kira bulan juni
2020, sesuai waktu yang ditentukan oleh kurikulum
dan jadwal pelajaran...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Sesuai jadwal pelajaran...”(Wawancara tanggal 6
Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

Pembelajaran daring yang diterapakan di sekolah sudah

sesuai jadwal pelajaran.

b) Guru dapat mengguanakan virtual class dan/atau video

conference sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Ketika dilakukan wawancara dengan guru mapel PAI dan

Budi Pekerti melalui pertanyaan “...Media dan metode apa yang

Bapak/Ibu gunakan dalam pembelajaran daring?...”. guru mapel

PAI dan Budi Pekerti mengungkapkan:

“...Media Laptop, google classroom, google form,


Metode kadang meringkas, kadang dikasih soal,
fleksible aja...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Medianya google form,google classroom, tapi
karena saya bukan walikelas jadi saya tidak masuk di
classroomnya, saya pakainya google formsama WA.
64
Metodenya internet itu...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Melalui media aplikasi e-learning sudah
mencakup semuanya, metode di e-learningitu ada
yang namanya mengasih materi, ujian, RPP dan
sebagainya itu sudah lengkap , ada buku bahasan ,
jadi semuanya sudah lengap. Tapi bagi yang belum
bisa mengaplikasikan e-learningguru menggunakan
aplikasi google form...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Menggunakan e-learning...”(Wawancara tanggal
6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

Beberapa guru mapel PAI dan Budi Pekerti menggunakan

media aplikasi sesuai kemampuan yang dimiliki seperti google

classroom, google formdan e-learning.

c) Guru memastikan kehadiran siswa sudah masuk kelas virtual

dengan screenshoot kehadiran siswa di kelas virtual

Ketika dilakukan observasi absensi peserta didik dalam

pembelajaran daring, ketika mengunakan e-learning sudah

otomatis ketika peserta didik mengoprasikan e-learning. Namun

untuk beberapa guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengabsen

dengan menyuruh peserta didik untuk berfoto formal kemudian

dikirim di grup kelas.

Hal ini diperkuat ketika wawancara dengan guru mapel PAI

dan Budi Pekerti melalu pertanyaan “...Apa saja hal-hal yang

dilakukan Bapak/Ibu sebelum memulai pembelajaran daring...”.

guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengungkapkan:

“...Melaksanakan absensi kepada peserta didik


kemudian baru memberikan tugas...”(Wawancara

65
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“...Karena tahun ajaran baru meskipun itu kelas 8 dan
9, saya tetap perkenalan, perkenalam materi dan
sebagainya, langkah-langkah yang dilakukan selama
pandemi ini...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Seperti biasa, sebelum memulai kita membaca doa
setelah membaca doa baru kita mulai , kalau absen
sudah otomatis...”
(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR
di MTs Aswaja).
“...Mempersiapkan administrasi KBM, seperti materi
yang akan disampaikan, soal-soal latihan dan
terutama RPP...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

d) Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi

pertemuan yang telah direncanakan

Setelah dilaksanakan wawancara dengan guru mapel PAI

dan Budi Pekerti, keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti

sudah memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi

pertemuan yang telah direncanakan RPP walaupun beberapa guru

saat pelaksanaanya belum maksimal. Hal tersebut diungkapkan

oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:

“...Tetap membuat RPP daring walaupun hanya 1


lembar...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Ya kalau rencana, tetap tertuang dalam RPP ,
adapun pelaksanaanya walaupun berbeda, kalau
dengan daring ini kan sesuai kemampuan walimurid
juga karena kemarin juga sudah dicoba pakai zoom
tapi walimurid mengeluh karena kendala seperti
sinyal yang tidak ada, disamping itu juga makan
kuota internet banyak, guru juga mengeluh murid
juga mengeluh...”(Wawancara tanggal 4 Agustus
2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Kita mengikuti RPP dari yang sudah dimasukkan
66
di e-learning, contohnya di RPP itu kan ada KI dan
KD nya waktu pembahasan itu harus sesuai, harus jeli
melalui daring ini...”(Wawancara tanggal 5 Agustus
2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Proses pembelajaran sesuai dengan materi
pertemuan yang telah direncanakan...”(Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).

e) Proses interaksi antara guru dengan siswa

Interaksi guru dengan peserta didik dalam pembelajaran

daring bisa berupa ketika guru memotivasi peserta didik, ketika

peserta didik merasa bosan dan bagaimana kesan guru terhadap

pembelajaran daring.

Memotivasi peserta didik agar peserta didik tetap

bersemangat dan bersyukur dalam pembelajaran. Hal ini di

ungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:

“...Siswa diberikan semangat agar tetap bersyukur


walaupun dalam kondisi pandemi masih bisa tetap
belajar, sementara masih banyak sekolah-sekolah lain
atau siswa-siswa lain yang tidak bisa belajar selama
pandemi ini...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

Interaksi yang dilakukan guru mapel PAI dan Budi Pekerti

juga berupa sapaan. Ini senada dengan ungkapan guru mapel PAI

dan Budi Pekerti saat dilakukan wawancara:

“...Jadi sebelum menyampaikan materi, kita menyapa


peserta didik dengan kata-kata, atau simbol-simbol di
aplikasi WA . menyampaikan motivasi keanak agar
selalu siap karena memang keadaan sedang seperti
ini, jadi kita harus bisa menerima , kalo kita tidak bisa
67
menerima malah kita yang rugi. Kerena memang
anjuran pemerintah seperti itu. Kita sebagai guru
hanya melaksanakan tugas-tugas dari
atasan...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu MU di MTs Al-Manar).

Kemudian agar peserta didik tidak bosan dalam

pembelajaran daring guru juga menyelingi video-video yang

berhubungan dengan materi pembelajaran agar peserta didik tidak

merasa jenuh. Hal ini diungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi

Pekerti:

“..Biasanya saya selingi dengan video, untuk


mempermudah pembelajaran ...”(Wawancara tanggal
5 Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Siswa diberikan selingan dalam KBM hal-hal yang
bisa menghibur tetapi tetap masih dalam lingkup
materi seperti melihat video...” (Wawancara tanggal
6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

Selain menyelingi pembelajaran dengan video, guru juga

berinteraksi dengan memberikan perhatian atau menganti-ganti

model pembelajaranya. Hal ini diungkapkan oleh guru mapel PAI

dan Budi Pekerti:

“...Memberi perhatian kepada peserta didik dengan


sering berkomunikasi...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Diganti-ganti mbak, adakalanya materi,
adakalanya tugas dengan bentuk uraian /dengan
bentuk isai. Kita mencari yang sesimpel mungkin
agar semuanya bisa mengikuti, gitu aja juga masih
ada yang tidak bisa karena tidak ada sinyal. Karena
penyampaian daring itu memang tidak semaksimal
dari RPP nya...” (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).

68
Dengan berbagai upaya interaksi guru kepada peserta didik

maka peserta didik merasa senang dengan pembelajaran daring.

Seperti yang diungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:

“...Kebanyakan peserta didik malah senang dengan


pembelajaran daring...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).

Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan

“...Bagaimana kesan Bapak/Ibu terhadap pembelajaran

daring?...”. guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengungapkan:

“...Merasa sedikit kesulitan mengontrol siswa ketika


mengumpulkan tugas, karena faktor umur jadi sedikit
sulit untuk mengikuti pembelajaran daring, kemudian
mengoreksi lebih sulit dibandingkan dengan
mengunakan media kertas....”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Tentunya ada plus min nya. Plus nya , ndak usah
ke sekolahan , ke sekolahan paling piket atau apa, bisa
nyambi pekerjaan rumah, Cuma min nya yang banyak
, mengenai tugas kadang anak tidak mengumpulkan
pada saatnya , kadang dikumpulkan malam jadi kita
harus memantau terus , karena faktor umur jadi
kurang maksimal , boros kuota 6 GB 2 hari ,
penyampaian materi tidak bisa maksimal beda
dengan tatap muka ,kalau tatap muka bisa dilihat,
disayang bisa penuh yang utuh, kalau daring hanya
lewat omongan itupun kalau anak kadang merespon ,
disamping itu yang namanya orangtua kalau tatap
muka bisa tahu karakternya , kalau lewat daring ga
bisa apalagi tidak pakai zoom sama sekali tidak
kelihatan . jadi capaianya juga kurang maksimal.
Pembelajaran yang paling enak itu adalah tatap
muka...” (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Sama-sama susah, apalagi muridnya ketia
orangtua tidak fokus terhadap anak, anak jadi sering
menunda tidak belajar dan nilainya turun, karena
daring harus ada internet...”. (Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).

69
“...Pembelajaran daring membutuhkan tenaga dan
pikiran yang ekstra, karena prosesnya yang tidak
hanya satu tahap, mulai dari menyiapkan
administrasi, menyiapkan atau mengontrol siswa
yang belum masuk sampai nanti akhirnya harus
menunggu dan mengevaluasi hasil belajar
siswa...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh
Ibu NM di MTs Aswaja).

f) Siswa mengikuti jadwal pembelajaran sesuai dengan jadwal

pembelajaran

Ketika penulis melakukan observasi, pembelajaran daring

yang dilakukan guru dan peserta didik sesuai jadwal

pembelajaran. Peserta didik juga dapat mengikuti pembelajaran

daring walaupun dalam pelaksanaanya belum maksimal. Hal ini

diperkuat ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Apa

yang Bapak/Ibu lakukan agar peserta didik dapat mengikuti

pembelajaran daring?...”. guru mapel PAI dan Budi Pekerti

mengungapkan:

“...Terutama bagi siswa yang tidak memiliki HP saya


suruh untuk menggabung dengan temannya atau
meminjam HP orang tuanya...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Karena MTs sini rata-rata menengah kebawah,
banyak diantara peserta didik yang belum
mempunyai HP android, tapi kita juga tidak bisa
menenkan agar mereka harus punya karena kadang
SPP nya saja kadang nungak. Maka kita bisanya
hanya menyarankan entah gabung/ pinjem
saudaranya / tetangganya / siapa saja yang bisa
dimintai tolong, semacam itu. Tapi wajib mengikuti
informasi-informasi . Untuk kendala sinyal ya kita
menyarankan untuk mencari tempat yang ada
sinyalnya, jadi kita mengharapkan peserta didik tetep
bisa mengikut pembelajaran...”(Wawancara tanggal 4
70
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Hubunganya dengan wali siswa , daring itu yang
mefokuskan oleh siswa , kita hanya memberikan
suatu pembahasan memberikan soal , kemudian peran
orang tua yang harus memfasilitasi , hp, paketan,
kenyamanan itu orang tua,lebih mendekatkan diri
oleh walisiswa kita harus mendekat kepada orangtua
suapaya anak bisa belajar , kita juga harus fokus
dengan wali murid memberiakan fasilitas untuk
anaknya ketika daring...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Selalu mengontrol keaktifan siswa...”(Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).

Beberapa kendala yang dialami peserta didik sehingga

membuat peserta didik belum maksimal dalam mengikuti

pembelajaran daring, dari wawancara di atas rata-rata

diungkapkan guru mapel PAI dan Budi Pekerti karena beberapa

peserta didik belum memiliki HP. Namun guru mapel PAI dan

Budi Pekerti berusaha dan mengupayakan agar peserta didik tetap

bisa mengikuti pembelajaran walaupun harus pinjam dengan

temannya atau saudaranya, selain itu guru mapel PAI dan Budi

Pekerti juga mengomunikasikan hal tersebut kepada orangtua

peserta didik.

g) Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan intruksi guru

sesuai dengan jam pelajaran

Menurut observasi dan wawanacara yang dilakukan penulis

peserta didik dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan

71
intruksi guru, seperti yang diungkapkan guru mapel PAI dan Budi

Pekerti:

“...InsyaAllah kalau di sini dapat mengikuti dengan


baik sekitar 70% walaupun ada yang tidak punya
HP...”.(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Kalau dilihat dari nilainya ada yang baik dan ada
yang buruk, berarti peserta didik ada yang dapat
mengikuti dengan baik dan ada yang tidak bisa
mengikuti...”. (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).

Walaupun ada beberapa peserta didik yang belum

maksimal mengikuti pembelajaran daring, hal tersebut karena

kendala yang diungkapkan guru mapel PAI dan Budi Pekerti:

“...Ya itu tadi kembali ke kendala sinyal, kalau


fasilitasnya mendukung ya bisa...”.(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-
Manar).
“..Tidak semua siswa bisa mengikuti pembelajaran
daring dengan baik karena berbagai hal, seperti susah
sinyal, kehabisan kuota internet sampai HP yang baru
di bawa orangtua...”(Wawancara tanggal 6 Agustus
2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

h) Siswa mematuhi tata tertib pembelajaran secara daring

Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan

“...Bagaimana tata tertib pembelajaran daring?...”. Guru mapel

PAI dan Budi Pekerti mengungkapkan:

“...Tata tertib tidak boleh mengomeni temenya,


kecuali ada hal sesuatu yang kurang faham baru boleh
bertanya...”. (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Harus tetap mengikuti protokol kesehatan
walaupun jarak jauh tidak boleh berkerumun
walaupun di rumah masing-masing, tidak boleh
bertuturkata yang tidak sopan,hormat , tata tertib
72
sekolah tetap digunakan...”. (Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Menjaga protokol kesehatan, Menjaga sopan
santun , baik dalam bersosmed, harus absensi...”.
(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR
di MTs Aswaja).

Namun dari wawancara di atas ada beberapa siswa yang

belum mematuhi tata tertib pembelajaran secara daring seperti

yang diungkapkan guru mapel PAI dan Budi Pekerti:

“...Siswa harus tetap mengikuti KBM walaupun


secara daring, namun masih ada beberapa siswa yang
sering kali absen...”.(Wawancara tanggal 6 Agustus
2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

i) Siswa dapat melaksanakan komunikasi dua arah selama

pembelajaran daring

Komunikasi dalam pembelajran daring sangatlah peting ,

ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Bagaimana

komunikasi yang Bapak/Ibu lakukan kepada peserta didik selama

pembelajaran daring berlangsung?...”.Guru mapel PAI dan Budi

Pekerti mengungkapkan:

“...Biasanya japri-japrian...”.(Wawancara tanggal 4


Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Melalui WA grup, japri secara individu, pesan
suara, google form...”.(Wawancara tanggal 4 Agustus
2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Komunikasi melewati forum chatting di aplikasi e-
learning di forum pembelajaran...”.(Wawancara
tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs
Aswaja).
“...Komunikasi bisa dilakukan langsung lewat e-
learning atau lewat nomor pribadi...”.(Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).

73
Melalui chatting pribadi guru dan peserta didik

membangun komunikasi dua arah selama pembelajaran daring.

2) Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada

MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020

Mengenai bagaimana bentuk peran guru sebagai fasilitator

pembelajaran daring akan dideskripsikan dari hasil lapangan

dengan menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara,

observasi dan studi dokumentasi. Dalam melakukan observasi

dan wawancara, penulis mengacu pada teori tentang peran guru

sebagai fasilitator, yaitu 11 peran, sebagaimana diuraikan pada

BAB II.

a) Guru berusaha mendengarkan dan tidak mendominasi

Hasil observasi penulis ketika melakukan observasi

ditemukan bahwa saat mengajar daring guru memangberusaha

mendengarkan usulan peserta didik dan beberapa pertanyaan

peserta didik. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu ME:

“...Ada anak baru usul “bu, mbok ya nggak usah pakai


google classrom , kadang HPnya tidak bisa buat
buka” Kemudian saya sikapi dengan menyuruh
peserta didik untuk meringas materi mbak, atau cari
materi pelajaran di internet , ya saya sikapi dengan
bagus selama kita mampu dengan yang di usulkan
peserta didik ...”.(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
di MTs Al-Manar).

74
Ketika dilakukan pembelajaran daring guru memfasilitasi

lalu-lintas jalannya proses pembelajaran dan tidak mendominasi.

Guru berusaha menjawab pertanyaan peserta didik melalui

aplikasi WA atau pesan suara dengan sabar. Menurut wawancara

penulis, guru mapel PAI dan Budi Pekerti benar-benar

menjalankan peran sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring.

Walaupun guru sebagai pelaku utama dalam pembelajaran,

namun sebagai fasilitator guru selalu berusaha memberikan

kesempatan agar peserta didik aktif. Sikap guru tersebut juga

tercemin ketika dilakukan wawancara sebagaimana diungkapkan

oleh beberapa guru:

“...Saya jawab lewat WA mbak, misalnya ada anak


yang kesulitan tidak faham saya suruh tanya japri ,
dan melalui pesan suara kemudian saya jelaskan...”.
...”.(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU
di MTs Al-Manar).
“...biasanya saya tampung dulu pertanyaan anak-anak
kemudian saya jawab melalui chatting grup kelas...”.
...”.(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak
FR di MTs Aswaja).
“...kita harus memberikan tanggapan atau evaluasi
pada setiap pertanyaan siswa mbak atau hasil kerja
siswa yang telah diselesaikan...”. ...”.(Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).

b) Bersikap sabar

Sebagai seorang fasilitator guru harus besikap sabar. Dari

hasil wawancara penulis saat ada usulan dan tanggapan dalam

pembelajaran daring oleh peserta didik saat diskusi , guru cukup

sabar memberikan jawaban kepada peserta didik.


75
“...kita harus tetap sabar dalam menanggapi setiap
pertanyaan siswa mbak, karena kita harus selalu
menyadari akan kondisi mereka...”.(Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).
“...diskusinya biasanya lewat
chatting...”.(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).

Namun ada sebagian guru mapel PAI dan Budi Pekerti yang

belum menerapkan diskusi dalam pembelajaran daring, seperti

yang diungkapkan oleh Ibu ME dan MU:

“...belum pernah melaksanakan diskusi...”.


...”.(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME
di MTs Al-Manar).
“...kalau diskusi itu saya selama daring kurang bisa
menerapkan , saya pernah coba tapi peserta didik
tidak banyak yang merespon , kemudian saya
memakai yang lebih praktis agar faham ke anak-
anak.. ...”.(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu MU di MTs Al-Manar).

Keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti menurut

wawancara penulis cukup sabar melayani pertanyaan dan

tuntutan para peserta didik.

c) Menghargai dan rendah hati

Aspek menghargai dan rendah hati ini ditunjukkan oleh guru

mapel PAI dan Budi Pekerti saat pembelajaran daring dengan

memberikan reward (penghargaan) berupa pujian kepada peserta

didik yang mengerjakan tugas.

“...Memberi apresiasi kepada peserta didik dengan


“OK, jempol tugasnya sudah dikirim” agar mereka
tahu kalau tugasnya sudah saya terima...”
(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di
MTs Al-Manar).
76
“...Segala aktivitas peserta didik saya apresiasi ,
dengan mengkoreksi hasil pekerjaanya kemudian
saya bagikan agar bisa memabangkitkan semangat...”
(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di
MTs Al-Manar).
“...tetap melalui forum chatting, walaupun ada siswa
yang menguji kesabaran guru, namun saya tetap
menghargai dan beberapa kali saya respon...”
(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR
di MTs Aswaja).
“...kita harus selalu menghargai apapun yang
disampaikan atau ditanyakan oleh siswa walaupun itu
masalah yang dianggap remeh...” (Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).

Sikap guru tersebut menunjukkan bahwa peran guru dalam

menghargai dan bersikap rendah hati sudah berjalan dan

diterapkan dalam pembelajaran daring oleh guru mapel PAI dan

Budi Pekerti.

d) Mau belajar

Peran guru dalam aspek ini ditunjukkan dengan sikap

guru selalu ingin terus belajar. Guru memposisikan dirinya

bukan sebagai tenaga pendidik yang selalu tahu dan mengerti

ilmu pengetahuan, tetapi selalu menggali dan sharing dengan

pendapat peserta didik. Ketika ditanya maka jawaban guru

yaitu ia berusaha untuk bekerja sama dengan peserta didik

dan sharing seputar pengalaman dan pengetahuan. Jika ada

peserta didik belum memahami guru berusaha berbagi dan

mengajak siswa tersebut untuk berdiskusi sampai

77
menemukan jawaban. Guru juga sudah mempersiapkan

materi pelajaran dengan menyiapkan RPP terlebih dahulu.

Hal ini diperkuat saat wawancara dengan guru mapel

PAI dan Budi Pekerti, dimana dikatakan:

“...Ya kadang, dengan mengali pemahaman peserta


didik terlebih dahulu dengan menyuruh mereka
mencari materi di internet atau tanya dengan
bapak/ibu. Kadang juga materinya sudah saya
siapkan tinggal membagikan dan saya suruh untuk
dipelajari...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Dalam pembelajaran daring terkadang kita
langsung memberikan materi yang sudah disiapkan,
terkadang juga menggali terlebih dahulu pemahaman
siswa. Itu semua tergantung pada materi yang akan
disampaikan. Jika kiranya materi itu sudah pernah
dipelajari pada jenjang sebelumnya maka kita
menggali terlebih dahulu pemahaman siswa.
Sebaliknya jika belum, maka kita langsung
memberikan materi yang sudah disiapkan...”
(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di
MTs Aswaja).
“...Saya memberikan materi saya sesuaikan dengan
RPP walaupun tidak maksimal jadi sudah saya
persiapkan seperti itu ...” (Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Saya lebih mempersiapkan diri , jadi kalau besok
pelajaran malam saya sudah membuat rencana
pembelajaran...” (Wawancara tanggal 5 Agustus
2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).

e) Bersikap sederajat

Mengenai peran ini guru berusaha untuk memposisikan

dirinya dalam pembelajaran daring sederajat dengan peserta

didik. Ditunjukkan oleh guru saat mngajar guru berusaha

membuka keakraban dan persahabatan dengan mengajak peserta

didik mengobrol,disapa, belajar bersama dalam pembelajaran


78
daring. Seperti yang diungkapkan guru mapel PAI dan Budi

Pekerti ketika dilakukan wawancara:

“...Disapa anak-anak “selamat pagi semuanya,


jadwalnya hari ini adalah apa gitu..” (Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“...Sebelum saya memberikan materi kepada peserta
didik saya sapa...” (Wawancara tanggal 4 Agustus
2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Kalo yang kelas 7 ketemu hanya sekali, jadi belum
begitu akrab, tapi yang kelas 8 dan 9 saya menjalin
keakraban dengan pembelajaran yang tidak monoton,
tidak materi terus-menerus ada jeda untuk bercanda
tawa agar kembali memfokuskan peserta
didik...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...kita terapkan sistem belajar bersama mbak...”
(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di
MTs Aswaja).

f) Bersikap akrab dan melebur

Beberapa guru mapel PAI dan Budi Pekerti berusaha akrab

dan membangun suasana keakraban dengan peserta didik melalui

komunikasi. Adapun komunikasi yang dibangun yakni

komunikasi antarpribadi dimana ditunjukkan pada wawancara

dengan pertanyaan “...Bagaimana cara Bapak/Ibu membangun

komunikasi dengan peserta didik dalam pembelajaran daring?...”

“...Kalau ada yang tidak faham saya beri pemahaman,


jadi saya selalu memantau mbak...”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“... Dengan berkomunikasi lewat pertanyaan-
pertanyaan secara tertulis...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Kita selalu pantau siswa, barangkali ada kendala
dalam pembelajaran daring, atau mungkin ada
pertanyaan lain berkaitan dengan materi yang belum
79
dipahami...” (Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
Peran guru sebagai fasilitator bisa juga sebagai

komunikator dalam kegiatan pembelajaran daring. Seorang guru

berperan penting dalam memberikan pengarahan kepada peserta

didik dalam pembelajaran, guru sebagai komunikator yaitu yang

mengendalikan peserta didik dalam pembelajaran dengan selalu

memantau peserta didik, dan bersedia memberikan penjelasan

jika ada materi yang belum dipahami.

g) Tidak berusaha menyeramahi

Metode ceramah merupakan metode lama yang paling

banyak digunakan guru saat mengajar , namun dengan

pembelajaran daring guru berperan memberikan pelayanan

termasuk ketersediaan fasilitas seperti mempergunakan media

internet, memberikan materi atau sebagai penghubung guna

memberi kemudahan dalam kegiatan belajar bagi peserta didik.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak FR:

“...Peserta didik sudah diberikan LKS, dengan


memanfaatkan fasilitas internet,google. Tinggal guru
memberikan materi yang bersangkutan dengan
pembahasan hari itu...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh di MTs Aswaja).

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu MN :


“...Kita memberikan kebebasan pada siswa untuk
mengembangkan kemampuanya dalam hal-hal yang
bersifat positif, dengan bisa mencari pengetahuan
melalui berbagai media yang mereka punya...”

80
(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh di MTs
Aswaja).
Ibu ME mengatakan bahwa guna memberikan kemudahan

dalam kegiatan pembelajaran guru juga sebagai penghubung.

“...Selalu jadi penghubung berupa materi


pelajaran...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 di
MTs Al-Manar).

Pendapat tersebut juga dikuatkan oleh Ibu MU bahwa guna

memberikan kemudahan dalam kegiatan pembelajaran guru

harus bersedia melayani peserta didik.

“...Bisanya, saya memberikan materi,


menyampaikan, anak-anak saya suruh membaca
kemudian difahami saya suruh membuat ringkasan ,
kalau ada hal-hal yang kurang bisa difahami saya
suruh bertanya melalui chatting WA...” (Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 di MTs Al-Manar).

h) Berwibawa

Berwibawa tidak mesti harus ditakuti, menjadi guru

berwibawa dalam konteks guru sebagai fasilitator maksudnya ,

guru berwibawa itu adalah guru yang dekat dengan para peserta

didik dalam kapasitasnya sebagai mintra dan sahabat peserta

didik. Walaupun antara guru dan peserta didik sudah sangat akrab

, tidak berarti bahwa guru kehilangan kewibawaan. Hal ini

diperkuat dengan pertanyaan ketika dilakukan wawancara

“...Apakah peran guru sebagai fasilitator itu berarti membuat guru

kehilangan wibawa terhadap peserta didiknya?...”

81
“...Saya kira tidak, justru menjalin keakraban dengan
peserta didik...” (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Tidak kehilangan wibawa karena memang
kondisi yang semacam ini , dan guru mengajar tidak
mencari wibawa tapi guru itu mendidik ,
membimbing , menciptakan suasana yang harmonis
memberikan kasih sayang, jadi untuk mewujudkan
anak-anak yang bermartabat ...”(Wawancara tanggal
4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Menurut saya tidak, tapi saya menerapkan ketika
di rumah mereka boleh memanggil saya mas, tapi
kalau sudah dilingkup sekolah/dalam pembelajaran
ya hanya sebatas guru dan murid...”(Wawancara
tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs
Aswaja).
“...Kita sebagai fasilitator tidak berarti membuat kita
kehilangan wibawa terhadap peserta didik, karena
tugas kita adalah membimbing dan mengarahkan
mereka untuk menjadi yang lebih
baik...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu
NM di MTs Aswaja).

i) Tidak memihak dan mengkritiki

Prinsip guru sebagai fasilitator tidak boleh memihak salah

satu peserta didik, termasuk ketika ada peserta didik yang kurang

rajin dalam pembelajaran daring, seperti peserta didik tidak

mengerjakan tugas , tidak absen namun juga ada peserta didik

yang rajin mengerjakan tugas dan arahan dari gurunya. Hal ini

diungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:

“...Kita harus selalu berusaha untuk mengingatkan


dan menasehati siswa yang kurang disiplin tanpa ada
rasa membandingkan dengan siswa yang
disiplin...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh
Ibu NM di MTs Aswaja).
“...Kalo di daring biasanya peserta didik tidak absen,
kemudian hal yang saya lakukan biasanya
mengkomunikasikan dengan orang

82
tua...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Ya memang kewajiban sebagai seorang guru ya
harus mengejar , tanyakan lagi, di WA lagi , atau kita
telfon orangtuanya...” (Wawancara tanggal 4 Agustus
2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Tetap di WA ke orangtuanya melalui grup wali
murid...” (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu ME di MTs Al-Manar).

j) Bersikap terbuka

Keterbukaan adalah kunci membangun kepercayaan dan

hubungan yang baik antara guru dan peserta didik. Ini salah satu

peran guru sebagai fasilitator yang sangat penting. Peserta didik

yang terbuka dengan guru akan membuat guru merasa dihargai

dan dianggap diperlakuka sebagai peserta didik yang

sesungguhnya. Begitu juga guru yang terbuka terhadap peserta

didiknya akan membuat peserta didik dekat secara emosional

terhadap guru sehingga proses pembelajaran tidak kaku. Saat

dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Bagaimana

Bapak/Ibu membangun keterbukaan dengan peserta didik?...”.

guru PAI mapel PAI dan Budi Pekerti mengungapkan :

“...Melalui hasil-hasil pekerjaan anak kita sampaikan


, berapapun nilai mereka...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Berarti setiap dia tanya kita jawab , ada usulan kita
jawab, kita beri tahu hasil penilaianya...”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-
Manar).

Guru berusaha untuk terbuka terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan proses pembelajaran, termasuk hasil evaluasi peserta

83
didik mengenai hasil belajar, karakter atau sikap peserta didik,

perkembangan para peserta didik, sehingga para peserta didik

merasa diperhatikan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh guru

mapel PAI dan Budi Pekerti:

“...Kita tetap terbuka dan leluasa memberikan


kesempatan siswa dalam memberikan jawaban
ataupun pertanyaan mereka...”(Wawancara tanggal 6
Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
“...Bisanya saya adakan diskusi kemudian setiap
peserta didik wajib memiliki pendapat , agar melatih
anak untuk berfikir dan dibimbing untuk berbicara di
forum...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).

Keterbukaan penting dalam pendidikan karena keterbukaan

erat kaitanya dengan membangun kepercayaan dan proses

komunikasi dengan peserta didik.

k) Bersifat positif

Guru mapel PAI dan Budi Pekerti berusaha membangun

pikiran dan prasangka positif terhadap peserta didik. Bentuk

bersikap positif terhadap peserta didik ini ditunjukkan ketika guru

mengajak peserta didik untuk memahami dan merefleksikan

pembelajaran dengan selalu positif thinking. Seperti yang

diungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:

“...Kita selalu berpositif thinking terhadap setiap


kemungkinan yang muncul dalam pembelajaran
daring...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh
Ibu NM di MTs Aswaja).
“...Guru tidak mengisi materi pelajaran mengenai hal-
hal yang mengarah ke pemikiran yang negatif jadi

84
langsung ke inti pokonya...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).

Guru mapel PAI dan Budi Pekerti di awal pelajaran juga


memberikan motivasi kepada peserta didik agar susana
pembelajaran tetap positif walaupun dengan daring. Hal ini
diungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:

“...Kita memberikan pengertian kepada peserta didik


di masa pandemik ini memang tidak bisa tatap muka
jadi kita harus selalu sabar kita tetap pembelajaran
walau dengan daring kurang maksimal seperti ini ,
kita sambil berdoa memohon kepada Allah agar
covid-19 ini segera hilang sehingga kita bisa
beraktifitas kembali...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).

3) Faktor penghambat peran guru sebagai fasilitator


pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran
Kab-Semarang tahun 2020
Pada bagian ini akan dilaporkan hasil observasi dan
wawancara mengenai faktor-faktor penghambat belum
maksimalnya guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada
MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang. Dari wawancara
yang penulis lakukan ditemukan faktor penghambat guru sebagai
fasilitator pembelajaran daring. Hasil wawancara itu dapat
dilaporkam di bawah ini:
a) Faktor kurangnya pengalaman pembelajaran daring

Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Apakah

Bapak/Ibu sebelumnya sudah sering menerapkan pembelajaran

daring?...”. Dari keempat guru yang penulis wawancari

mengungapkan belum pernah menerapkan pembelajaran daring

sebelum adanya pandemi covid 19.


85
“...Belum pernah, jadi ketika suruh pembelajaran
daring kita melakukan pelatihan terlebih
dahulu...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Sebelum ada covid19 belum pernah selalu tatap
muka...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Kalau saya belum pernah, pakai e-learning
semenjak ada covid 19...” (Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“... Belum...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

b) Faktor masih kurangnya wawasan guru mengenai teori guru

sebagai fasilitator pembelajaran daring

Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Apa


kendala yang dihadapi Bapak/Ibu sebagai fasilitator
pembelajaran daring?...”. Guru mapel PAI dan Budi Pekerti
mengalami kendala seperti materi dan tugas yang disampaikan
belum bisa maksimal. Hal ini karena ada sebagaian peserta didik
yang tidak memiliki HP, terbatasnya kuota internet, gangguan
sinyal sehingga guru mapel PAI dan Budi Pekerti sering
mengulang-ulang materi bagi peserta didik yang ketinggal
pelajaran.
“...Bagi yang tidak mempunyai HP, susah sinyal,
pulsa terbatas, sering mengulang-ulang materi bagi
peserta didik yang ketinggalan...”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“...Materi tidak bisa tersampaikan secara maksimal,
tugas-tugas juga tidak bisa tersampaikan secara
maksimal ...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Peserta didik kurang bersemangat dalam
pembelajaran daring , peserta didik lebih banyak yang
malas, paketan internet yang habis, nggak punya
hp...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).

Namun menurut Ibu NM beliau mengungapkan kalau


86
belum ada kendala yang dihadapi sebagai fasilitator pembelajaran

daring.

“....tidak ada kendala...”(Wawancara tanggal 6


Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

c) Faktor minimnya fasilitas sekolah

Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Apakah

sekolah sudah menyediakan fasilitas pembelajaran daring?...”.

Dari keempat guru yang penulis wawancarai sekolah sudah

memfasilitasi namun belum maksimal karena fasilitas untuk

peserta didik belum ada. Sekolah sudah memfasilitasi guru

berupa media pembelajaran e-learning rendah kuota, sarana

prasarana berupa wifi, komputer, pelatihan untuk guru dan uang

untuk guru.

“...Sudah tapi belum maksimal...”(Wawancara


tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“...Kalau untuk guru sudah, sekolah sudah
menyediakan wifi kemudian butuh laptop di ruang
lab juga sudah ada , tapi kalau untuk siswa
belum...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Sudah, berupa ketersediaan fasilitas media e-
learning, google form sekolah mengadakan pelatihan
terlebih dahulu, ada lab , komputer,
wifi...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Sudah...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

87
d) Faktor kebiasaan guru dalam mengajar terlalu kuat

Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan

“...Bagaimana kebiasaan Bapak/Ibu dalam mengajar sebelum

menerapkan pembelajaran daring?...”. Guru mapel PAI dan Budi

Pekerti mengungapkan:

“...Melalu metode diskusi, presentasi melihat situasi


fleksible...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu ME di MTs Al-Manar).
“... Menyapa,keikutsertaan...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Sebelum pembelajaran baca doa...” (Wawancara
tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs
Aswaja).
“...Dengan beberapa metode seperti mendikte atau
berceramah, menyesuaikan materi yang
disampaikan...” (Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

Kebiasaan lama guru saat mengajar dengan tatap muka di

dalam kelas dengan kebiasaan guru berdiskusi, persentasi,

mendikte, berceramah sehingga guru butuh penyesuaiaan dan

waktu untuk melaksanakan pembelajaran daring.

e) Kurangnya guru melakukan studi banding ke sekolah-

sekolah yang dianggap telah berhasil menerapkan peran

guru sebagai fasilitator

Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Apakah

Bapak/Ibu pernah melakukan studi banding ke sekolah-sekolah

yang dianggap telah berhasil menerapkan peran guru sebagai

fasilitator ?...” dari keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti

yang penulis wawancarai semua mengungapkan belum pernah,


88
namun guru mapel PAI dan Budi Pekerti ada yang melakukan

sharing dengan guru lain dalam forum grup, dan dari pihak

sekolah melakukan studi banding seperti Bapak kepsek ,waka

kurikulum kemudian dilakukan pelatihan kepada guru-guru yang

belum pernah melakukan studi banding.

“...Belum pernah...”(Wawancara tanggal 4 Agustus


2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Kalau datang langsung ke tempat belum, tapi kalau
sekedar sharing dengan teman iya...”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-
Manar).
“...Bapak waka, bapak kepala studi ke luar kemudian
di terapkan di sekololahan memalui
pelatihan...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Belum...” (Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh
Ibu NM di MTs Aswaja).

4) Penyelesaian hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran

daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti di MTs Se

Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020

Pada bagian ini penulis akan laporkan hasil observasi dan

wawancara mengenai penyelesaian hambatan dalam

memfasilitasi pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan

Budi Pekerti. Hasil wawancara dapat dilaporkan di bawah ini:

a) Meningkatkan wawasan literasi pembelajaran daring, baik

peserta didik dan guru

Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan

“...Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam penyelesaian hambatan

89
dalam memfasilitasi pembelajaran daring?...”. Guru mapel PAI

dan Budi Pekerti mengungkapkan:

“...Suruh tanya temenya, agar bisa mengerjakan


soal...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu
ME di MTs Al-Manar).
“...Memberikan himbauan, memerikan saran agar
peserta didik tetap bergabung atau tetap bisa
mengikuti pembelajaran daring....”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-
Manar).
“...Kalo untuk guru ada uang untuk beli paket internet
dari sekolah, untuk siswa kita hanya bisa
mengkomunikasikan dengan orang tua peserta didik
agar di upayakan bisa tetap mengikuti pembelajaran
daring...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Kita harus meningkatkan wawasan literasi
pembelajaran daring...”(Wawancara tanggal 6
Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
Dari beberapa pernyataan di atas dalam hambatan-hambatan

peran guru sebagai fasilitator pembelajaran PAI dan Budi Pekerti

terlihat bahwa guru mapel PAI dan Budi Pekerti sudah berusaha

dan megupayakan untuk menjadi fasilitator dalam pembelajaran

daring dengan mengkomunikasikan dengan orangtua peserta

didik agar peserta didik tetap bisa mengikuti pembelajaran, selain

itu Ibu NM juga mengungapkan harus meningkatkan wawasan

literasi pembelajaran daring.

b) Sekolah dapat menerapkan beberapa langkah strategis

seperti halnya menyiapkan dan menyediakan aplikasi e-

learning yang rendah kuota ( tidak memperlukan kuota

internet besar) dalam mengaksesnya.

90
Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan

“...Bagaimana sekolah menyikapi hambatan-

hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran

daring?..”. guru mapel PAI dan Budi Pekerti

mengungkapkan:

“...Sekolahan menyediakan sebanyak 3 masker bagi


setiap 1 anak,menyediakan tempat cuci tangan, bagi
guru ada dana untuk membeli paketan
data...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu
ME di MTs Al-Manar).
“...Guru dibantu dengan kuota internet walaupun
tidak 100%...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Sekolah menyediakan dana untuk guru , sekolah
mengharuskan guru wajib masuk
sekolah...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Sekolah sudah menerapkan aplikasi e-learning
yang rendah kuota...”(Wawancara tanggal 6 Agustus
2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).

Peran sekolah memfasilitasi pembelajaran daring memang

penting dalam menyelesaikan hambatan-hambatan pembelajaran

daring, dari observasi yang sudah penulis lakukan sekolah

memang sudah menyediakan fasilitas cuci tangan , uang

pembinaan untuk guru, sarana dan prasarana, media dan aplikasi

pembelajaran, kemudian pelatihan bagi guru untuk pembelajaran

daring.

c) Memperkuat ruh atau esensi guru

Guru ketika menjalankan perannya harus mempersiapkan

diri, beberapa upaya yang dilakukan guru yaitu, mendidik,

91
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik agar menjadi guru yang profesional.

Dari wawancara dengan pertanyaan “...Bagaimana Bapak/Ibu

memperkuat esensi guru dalam memfasilitasi pembelajaran

daring?...”. Guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengungkapkan:

“...Selalu memantau kegiatan pembelajaran siswa,


sudah memperkuat esensi guru mbak...”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“...Saya sharing dengan teman sejawat MDPM
sampai tingkat nasional...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Mengikuti pelatihan pembelajaran daring untuk
guru, lebih mempersiapkan diri sebelum
pembelajaran daring...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Harus tetap semangat dalam menghadapi berbagai
kendala...” (Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh
Ibu NM di MTs Aswaja).

B. Analisis Data

Setelah melakukan penelitian dari bulan Juni sampai Agustus 2020

dengan metode observasi, dokumentasi dan wawancara, maka dalam

pembahasan ini akan dipaparkan mengenai analisi dari hasil temuan

penelitian yang diperoleh oleh penulis. Pertama, pelaksanaan pembelajaran

daring mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Kedua , peran guru sebagai

fasilitator pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-

Semarang. Ketiga, faktor yang menghambat peran guru sebagai fasilitator

pembelajaran daring. Keempat , cara guru menyelesaikan hambatan dalam

memfasilitasi pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi

92
Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang Tahun 2020.

1. Pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan Budi

Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun

2020

Pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan Budi

Pekerti seperti yang sudah dipaparkan di atas dilaksanakan sejak adanya

Covid 19 di MTs Al-Manar sejak bulan Juli 2020 dan di MTs Aswaja

bulan Juni 2020. Baik dari segi fasilitas yang kurang maksimal dan

kemampuan guru yang terpaut dengan umur, membuat guru mapel PAI

dan Budi Pekerti lebih serius dalam melaksanakan pembelajaran daring.

Selaras dengan pelaksanaan pembelajaran daring yang dipaparkan

di BAB II pelaksanaan pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru

dan siswa diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai jadwal pelajaran

Pembelajaran daring yang dilakukan pada MTs di Kecamatan

Tengaran Kab-Semarang dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran

yang sudah ditentukan. Guru tetap mengajar dan murid mengikuti

pembelajaran sesuai jadwal pelajaran .

b. Guru dapat menggunakan virtual class dan /atau video

conference sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Media merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar,

dalam pembelajaran daring media sangat dibutuhkan. Guru mapel PAI

dan Budi Pekerti menggunakan media aplikasi e-learning, google

93
form, dan google classroom sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Metode yang digunakan guru juga fleksible dan bervariasi sesuai

dengan kebutuhan pembelajaran.

c. Guru memastikan kehadiran siswa sudah masuk kelas virtual

dengan screenshoot kehadiran siswa di kelas virtual

Sebelum memulai pembelajaran daring, guru selalu

memastikan kehadiran siswa dengan melakukan absensi dengan

menyuruh peserta didik mengirimkan foto formal di grup kelas dan

untuk guru yang menggunakan aplikasi e-learning absensi peserta

didik sudah secara otomatis.

d. Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi

pertemuan yang telah direncanakan

Perencanaan menjadi hal yang penting dalam suatu kegiatan.

Bahkan ada istilah populer mengatakan gagal merencanakan berarti

merencanakan kegagalan. Begitu juga dalam pembelajaran daring ini.

Guru mapel PAI dan Budi Pekerti sebelum melakukan pembelajaran

membuat RPP terlebih dahulu. Perencanaan pembelajaran daring

dibuat guru untuk membantunya dalam mengajar agar sesuai dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar pada hari tersebut.

e. Proses interaksi antara guru dengan siswa

Ketika pembelajaran daring berlangsung interaksi guru dengan

peserta didik dilakukan guru dengan memotivasi peserta didik dengan

sapaan atau pujian, guru juga menerapkan beberapa model

94
pembelajaran agar peserta didik tidak jenuh, menyelingi video saat

pembelajaran sehingga walaupun pembelajaran melalui daring proses

interaksi antara guru dengan siswa tetap bisa berlangsung.

Walaupun guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengalami

beberapa kendala ketika berinteraksi dengan peserta didik, tetapi guru

tetap mengupayakan agar peserta didik tetap bisa mengikuti

pembelajaran daring.

f. Siswa mengikuti jadwal pembelajaran sesuai dengan jadwal

pembelajaran

Seperti yang dilakukan guru mapel PAI dan Budi Pekerti yaitu

melaksanakan pembelajaran daring sesuai dengan jadwal yang sudah

ditentukan, peserta didik juga harus mengikuti pembelajaran daring

sesuai dengan jadwal pelajaran mereka. Walaupun terkadang

beberapa peserta didik mengirim tugas melewati jam yang sudah

ditentukan itupun terjadi karena beberapa kendala yang sudah di

paparkan di atas.

g. Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan intruksi guru sesuai

dengan jam pelajaran

Peserta didik ada yang sudah bisa mengikuti pembelajaran

daring namun ada yang belum bisa mengikuti. Hal tersebut juga

terjadi karena kendala yang sudah di paparkan guru mapel PAI dan

Budi Pekerti di atas.

95
h. Siswa mematuhi tata tertib pembelajaran secara daring

Tata tertib pembelajaran daring diantaranya, harus tetap

mematuhi protokol kesehatan walaupun berada di rumah, tidak boleh

bertutur kata yang tidak sopan dalam forum pembelajaran daring,

peserta didik harus tetap absensi. Beberapa peserta didik ada yang

belum mematuhi tata tertib tersebut seperti tidak absensi dalam

pembelajaran daring.

i. Siswa dapat melaksanakan komunikasi dua arah selama

pembelajaran daring berlangsung

Komunikasi antara guru dan peserta didik dalam pembelajaran

daring sangat diperlukan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan

efektif. Komunikasi yang dilakukan guru mapel PAI dan Budi Pekerti

kepada peserta didik yaitu melalui aplikasi WA dengan chatting

pribadi atau melalui aplikasi e-learning. Sehingga peserta didik dapat

melaksanakan komunikasi dua arah selama pembelajaran daring

berlangsung.

2. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di

Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian melalui observasi dan

wawancara di atas, pada bagian ini akan dianalisis mengenai peran guru

sebagai fasilitator pembelajran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran

Kab-Semarang. Masing-masing peran akan dilihat apakah sudah berjalan

atau belum.

96
a. Guru berusaha mendengarkan dan tidak mendominasi

Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa peran ini

sudah berjalan baik. Keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti

terlihat sudah berusaha menerapkan peran ini. Guru memfasilitasi dan

mengupayakan kebutuhan peserta didik dan tidak mendominasi

seluruh kegiatan dalam pembelajaran daring. Guru telah berusaha

memberi kesempatan kepada peserta didik melalui pertanyaan-

pertanyaan yang ditujukan kepada guru.

b. Bersikap sabar

Menurut observasi dan wawancara peran kedua ini juga sudah

berjalan baik. Keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti terlihat

cukup sabar melayani usulan dan pertanyaan para peserta didik.

c. Menghargai dan rendah hati

Hasil wawancara menunjukkan bahwa keempat guru mapel PAI

dan Budi Pekerti sudah menjalankan peran ini. Keempat guru

berperan dan berupaya menghargai peserta didik dengan menunjukan

keinginan yang sungguh-sungguh pada pengetahuan dan pengalaman

para peserta didik. Para peserta didik yang pantas diberi reward

(penghargaan) baik berupa pujian, sapaan, benar-benar dilakukan oleh

guru. Ini menunjukkan bahwa peran guru dalam menghargai dan

bersikap rendah hati sudah berjalan dan diterapkan dalam

pembelajaran daring oleh keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti.

d. Mau belajar

97
Peran ini ditunjukkan keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti

yang sama-sama berusaha menggali informasi baru kepada peserta

didik dan tidak selalu memberikan bahan atau materi yang berasal dari

guru tanpa menjelaskan. Guru tetap mempersiapkan diri dengan

menyiapkan RPP dan materi , peran ini sudah terlihat berjalan dan ini

diperkuat oleh pengakuan guru mapel PAI dan Budi Pekerti saat

wawancara.

e. Bersikap sederajat

Mengenai peran ini dapat dikatakan bahwa keempat guru mapel

PAI dan Budi Pekerti berusaha membuka keakraban dan persahabatan

dengan peserta didik, sering menyapa peserta didik, mengajak peserta

didik mengobrol dengan tujuan agar terbangun sikap akrab dan

peserta didik tidak merasa berjarak terlalu jauh dengannya.

f. Bersikap akrab dan melebur

Guru mapel PAI dan Budi Pekerti berusaha akrab dan

membangun suasana keakraban dengan peserta didik. Memantau

peserta didik, dan bersedia memberikan penjelasan jika ada materi

yang belum dipahami.

g. Tidak berusaha menceramahi

Guru mapel PAI dan Budi Pekerti dalam pembelajaran daring

tidak menggunakan pendekatan ceramah dalam mengajar.

Berdasarkan wawancara sebagai fasilitator guru menjadi perantara

dalam hubungan antara peserta didik, bukan menganggap peserta

98
didik sebagai botol kosong yang harus diisi materi dengan ceramah.

h. Berwibawa

Peran ini sudah berjalan baik. Walau keempat guru berusaha

dekat dengan peserta didik dan membangun keakraban, tetapi menurut

guru mapel PAI dan Budi Pekerti hal tersebut tidak membuat guru

kehilangan wibawanya

i. Tidak memihak dan mengkritiki

Peran ini sudah berjalan baik. Dalam wawancara dengan guru

PAI dijelaskan bahwa guru tidak membandingkan peserta didik baik

yang rajin, atau yang malas dalam pembelajaran daring. Guru mapel

PAI dan Budi Pekerti tetap memberi pengarahan kepada peserta didik

, guru benar-benar tidak pilih kasih dan tidak memihak salah satu

peserta didik.

j. Bersikap terbuka

Guru PAI sudah menjalankan peran ini dengan baik, yaitu selalu

berusaha terbuka kepada peserta didik. Peran guru yang bersikap

terbuka ditunjukkan dengan memberi tahu hasil evalusi peserta didik.

k. Bersikap positif

Ketika dilakukan wawancara guru mapel PAI dan Budi Pekerti

berusaha membangun pikiran dan prasangka positif terhadap peserta

didik. Walaupun peran ini masih kurang berjalan secara maksimal.

99
3. Faktor yang menghambat peran guru sebagai fasilitator

pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-

Semarang tahun 2020

a. Faktor kurangnya pegalaman pembelajaran daring

Saat dilakukan wawancara memang keempat guru mapel PAI

dan Budi Pekerti sebelumnya belum pernah menerapkan

pembelajaran daring. Mereka menerapkan pembelajaran daring ketika

ada pandemi Covid-19.

b. Faktor masih kurangnya wawasan guru mengenai teori guru

sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring

Faktor kedua yaitu masih kurangnya wawasan dan informasi

mengenai tugas dan fungsi guru sebagai fasilitator. Ini berdampak

kurang luwesnya guru dalam mengaplikasikan teori guru sebagai

fasilitator. Guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengalami kendala

seperti materi dan tugas yang disampaikan belum bisa maksimal. Hal

ini karena ada sebagaian peserta didik yang tidak memiliki HP,

terbatasnya kuota internet, gangguan sinyal sehingga guru sering

mengulang-ulang materi bagi peserta didik yang ketinggal pelajaran.

c. Faktor minimnya fasilitas sekolah

Harus diakui bahwa fasilitas sekolah yang lengkap sangat

membantu dalam proses belajar-mengajar. Termasuk sangat

membantu peran guru menjalankan dan menerapkan perannya sebagai

fasilitator. Dari wawancara penulis dengan guru mapel PAI dan Budi

100
Pekerti sekolah sudah memfasilitasi namun belum maksimal karena

fasilitas untuk peserta didik belum ada. Sekolah sudah memfasilitasi

guru berupa media pembelajaran e-learning rendah kuota, sarana

prasarana berupa wifi, komputer, pelatihan untuk guru dan uang untuk

guru.

d. Faktor kebiasaan lama guru dalam mengajar terlalu kuat

Hasil wawancara menunjukkan bahwa kebiasaan guru saat

mengajar mempengaruhi secara kuat masih kurang maksimalnya

peran guru sebagai fasilitator. Guru sudah terbiasa mengajar di dalam

kelas mengajar dengan tatap muka dengan kebiasaan guru berdiskusi,

persentasi, mendikte, berceramah sehingga guru butuh penyesuaiaan

dan waktu untuk melaksanakan pembelajaran daring.

e. Kurangnya guru melakukan studi banding ke sekolah-sekolah

yang dianggap telah berhasil menerapkan peran guru sebagai

fasilitator

Hasil wawancara menunjukkan bahwa keempat guru mapel PAI

dan Budi Pekerti belum pernah melakukan studi banding ke sekolah-

sekolah. Minimnya studi banding ini berdampak pada tidak adanya

bandingan yang diperoleh guru seperti apa sesungguhnya dan

seharusnya guru sebagai fasilitator itu, dan bagaimana prinsip-prinsip

yang harus dijalankan oleh guru.

101
4. Cara guru menyelesaikan hambatan dalam memfasilitasi

pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti

pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020

a. Meningkatkan wawasan literasi pembelajaran daring baik

peserta didik dan guru

Guru mapel PAI dan Budi Pekerti sudah berusaha dan

megupayakan untuk menjadi fasilitator dalam pembelajaran daring

dengan mengkomunikasikan dengan orangtua peserta didik agar

peserta didik tetap bisa mengikuti pembelajaran, selain itu Ibu NM

juga mengungapkan harus meningkatkan wawasan literasi

pembelajaran daring.

b. Sekolah dapat menerapkan beberapa langkah strategis seperti

halnya menyiapkan dan menyediakan aplikasi e-learning yang

rendah kuota (tidak memperlukan kuota internet besar) dalam

mengaksesnya

Hasil observasi dan wawancara menunjukkan sekolah sudah

menyiapkan dan menyediakan aplikasi e-learning yang rendah kuota

(tidak memperlukan kuota internet besar). Sekolah juga sudah

menyediakan tempat cuci tangan, membagikan masker kepada peserta

didik, memfasilitasi guru dengan uang pembinaan , sarana dan

prasarana berupa lap komputer dan wifi, media dan aplikasi

pembelajaran, kemudian pelatihan bagi guru untuk pembelajaran

daring.

102
c. Memperkuat ruh atau esensi guru

Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru sudah berusaha

memperkuat ruh atau esensi guru dengan mempersiapkan diri terlebih

dahulu sebelum melaksankan pembelajaran daring melalui sharing

bersama guru, mengikuti pelatihan pembelajaran daring, kemudian

bagi guru yang belum pernah mengikuti studi banding ke sekolah-

sekolah. Kepala sekolah dan waka ketika melakukan studi banding

disalurkan ke guru-guru untuk diadakan pelatihan.

103
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis tentang

peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di

Kecamatan Tengaran tahun 2020 , maka dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti

pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang Tahun 2020

Pelaksanaan pembelajaran daring telah dilakukan selama adanya

Covid 19 untuk menganti pertemuan tatap muka di dalam kelas, di MTs

Al-Manar sejak bulan Juli 2020 dan di MTs Aswaja bulan Juni 2020.

Pelaksanaan pembelajaran daring dilaksanakan dengan rincian sebagai

berikut:

a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran

b. Guru dapat menggunakan virtual class dan / atau video conference

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki di MTs Al-Manar

menggunakan google form, dan google classroom di MTs Aswaja

menggunakan aplikasi e-learning. Metode yang digunakan fleksible

dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

c. Guru memastikan kehadiran siswa sudah masuk kelas virtual dengan

menyuruh siswa berfoto formal kemudian di kirim ke grup kelas

sesuai pelajaran, untuk yang mengunakan aplikasi e-learningabsen

104
sudah otomatis.

d. Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi pertemuan

yang telah direncanakan, guru tetap membuat RPP pembelajaran

daring.

e. Proses interaksi guru dengan siswa, melalui tanya-jawab, memotivasi

siswa, memberi video-video pembelajaran.

f. Siswa mengikuti jadwal pembelajaran sesuai dengan jadwal

pembelajaran.

g. Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan intrusi guru sesuai

dengan jam pelajaran.

h. Siswa mematuhi tata terib pembelajaran daring.

i. Siswa dapat melaksanakan komunikasi dua arah selama pembelajaran

daring berlangsung.

2. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di

Kecamatan Tengaran Kab-Semarang Tahun 2020

Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di

Kecamatan Tengaran Kab-Semarang Tahun 2020 sudah terlaksana namun

belum keseluruhan dari sebelas peran guru sebagai fasilitator

pembelajaran daring diterapkan dengan baik, diantaranya: guru berusaha

mendengarkan dan tidak mendominasi, bersikap sabar, menghargai dan

rendah hati, mau belajar, bersikap sederajat, tidak berusaha menceramahi,

berwibawa, tidak memihak dan mengkritiki, bersikap terbuka, bersikap

akrab dan melebur, bersikap positif.

105
3. Faktor penghambat peran guru sebagai fasilitator dalam proses

pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang

Tahun 2020

a. Faktor kurangnya pembelajaran daring

b. Faktor masih kurangnya wawasan guru mengenai teori guru sebagai

fasilitator dalam pembelajaran daring

c. Faktor fasilitas sekolah yang belum memfasilitasi peserta didik

d. Faktor kebiasaan lama guru dalam mengajar telalu kuat

e. Kurangnya guru melakukan studi banding ke sekolah-sekolah yang

dianggap telah berasil menerapkan peran guru sebagai fasilitator.

4. Penyelesaian hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada

mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti

a. Guru meningkatkan kesiapanya dalam mengajar termasuk wawasan

literasi pembelajaran daring

b. Sekolah sudah memfasilitasi dana untuk guru, dengan menyiapkan

dan menyediakan aplikasi e-learning yang rendah kuota, sarana dan

prasarana, wifi, komputer, masker untuk peserta didik walaupun

belum memfasilitasi peserta didik.

c. Memperkuat ruh atau esensi guru dengan guru mengikuti pelatihan

sebelum menerapkan pembelajaran daring, Kepala sekolah dan waka

ketika melakukan studi banding disalurkan ke guru-guru untuk

diadakan pelatihan. Guru juga sharing pembelajaran daring dengan

guru lain.

106
B. Saran-saran

1. Bagi lembaga

Ketersediaan sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk

menunjang berlangsungnya kegiatan pembelajaran daring. Untuk itu

setiap sekolah agar lebih diperhatikan dan berikan sarana dan prasarana

yang memadai guna untuk kepentingan kelanjaran proses pembelajaran

daring.

2. Bagi guru mapel PAI dan Budi Pekerti

Untuk memaksimalkan peran guru sebagai fasilitator pembelajaran

daring maka guru perlu terus belajar dan membiasakan diri karena hanya

dengan kebiasaan berlatih dan mempraktekkan terus-menurus peran

sebagai fasilitator akan terbangun kebiasaan yang baik dan hasilnya akan

maksimal. Guru diharapkan untuk memberi inovasi pembelajaran agar

tidak monoton dalam pembelajaran daring. Guru juga perlu memperkaya

wawasan mengenai guru sebagai fasilitator pembelajaran daring dengan

membaca dan melakukan studi banding di sekolah-sekolah dimana peran

sebagai fasilitator ini sudah terbangun dengan baik.

3. Bagi orang tua

Menjadi orang tua memiliki tugas atau amanah untuk mampu

mendidik anaknya dengan baik, untuk itu bagi semua orang tua agar

meningkatkan sikap peduli dan perhatiannya kepada anaknya sehingga

dapat memantau peserta didik saat belajar di rumah agar pembelajaran

yang dilakukan bisa berjalan efektif.

107
4. Bagi peserta didik

Hendaknya untuk peserta didik lebih ditambah lagi kesadaranya akan

pentingnya belajar walaupun melalui daring, harus lebih diperhatikan dan

giat lagi karena peserta didik akan dituntut secara mandiri menggali materi

yang diajarkan secara lebih mendalam, sekaligus mengembangkan

pengetahuan seluas mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

108
Adhisuwignjo, Supriatna . (2020). Paduan Pembelajaran Daring Polinema.

Malang: Politeknik Negeri Malang.

Agustin, Ria. (2017). Peran Guru Sebagai Fasilitator Dalam

Prosespembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp Negeri 1

Wonosobo Kabupaten Tanggamus.Skripsi.MPI:FTK.UIN Raden

Intan Lampung.

Chaeruman, Uwes Anis .(2017). Pedati Model Desain Sistem Pembelajaran

Blended Paduan Merancang Mata Kuliah Daring SPADA

Indonesia.RISTEKDIKTI.

Darmadi.K. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran

dalam Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish (Grup

Penerbitan CV Budi Utama).

Darmadi, Hamid. (2019). Pengantar Pendidikan Era Globalisasi: Konsep

Dasar, Teori, Strategi dan Implementasi dalam Pendidikan

Globalisasi.An1mage.

Djaja, Sutrisno. (2017). JurnalHarapan dan Tantangan Pembelajaran

Moda Daring. FKIP UNEJ.

Gora, Winastwan. (2010). PakemaTIK:Strategi Pembelajaran Inovatif

Berbasis TIK.Jakarta: Elek Media Komputindo.

Hengki Wijaya, Helaluddin. (2019). Analisis Data Kualitatif: Sebuah

Tinjauan Teori dan Praktik, Sekolah Tinggi Theonogia Jaffay.


109
Izzan, Ahmad. (2012). Membangun Guru Berkarakter, Bandung:

Humaniora.

Jamaluddin, Didin.dkk. (2020). Jurnal Pembelajaran Daring Masa

Pandemik Covid-19 Pada Calon Guru: Hambatan, Solusi Dan

Proyeksi. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.

Khoiruddin, Ahmad. (2019). Implementasi Blended Learning dalam

Pembelajaran PAI (Studi Kasus di SMPN 13 Surabaya).

Surabaya:Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Mamik, (2015). Metodologi Kualitatif. Sidoarjo: Zifatama Publisher

Moeleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Muhaimin. (2012). Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan

Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Mutia, Intan dan Leonard. (2012). Kajian Penerapan E-Learning dalam

Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi : Universitas

Indraprasta PGRI.

Rohidin, Ryan Zeini.dkk.(2015). Model Pembelajaran PAI Berbasis E-

Learning (Studi Kasus Di SMAN 13 Jakarta). Jurnal studi Al-

Qur’an. Vol 11,No.2.

110
Sanjaya, Ridwan.dkk. (2020). 21 Refleksi Pembelajaran Daring di Masa

Darurat. Semarang: SCU Knowledge Media.

Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran :Berorientasi Standar

Proses Pendidikan Kencana.Jakarta: Prenada Media Group.

Shabrina, Farah. (2020). Pembelajaran Daring Dengan Menggunakan

Metode Information Search Mata Pelajaran Al-Islam Di SMP

Muhammadiyah 2 Surakarta Pada Kondisi Covid-19. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif. Dan R&D.

Bandung: Alfabeta cv.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitaif. Bandung: Alfabeta.

Suwarno, Wiji. (2006). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-

Ruzz.

Umar. (2019). Pengantar Profesi Keguruan. Jakarta: Rajawali Press.

Wahab, dkk. (2011). Kompetensi Guru Agama Tersertifikasi. Semarang:

Robar Bersama.

Lampiran 1

111
112
Lampiran 2

113
Lampiran 3

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Ita Nurhidayah


NIM : 23010160263
Dosen Pembimbing : Jaka Siswanta, M. Pd
Judul Skripsi pada surat penunjukan pembimbing skripsi :
PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN DARING PADA
MTs DI KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN
2020
No Tanggal Isi Konsultasi Catatan Pembimbing Paraf

1. 3 Desember 2019 Proposal dan BAB I 1. Isi latar belakang masih


dibenaahi,point-point
saya kasih
2. Lihat makalah

2. 9 Desember 2019 BAB I 1. Penelitian lember dasar


siswa
2. Lanjut/siapkan RPP

3. 10 Mei 2020 Ganti judul karena “Peran Guru PAI sebagai


pandemi Covid 19 fasilitator pembelajaran daring
acc sesuai skripsi. di MTs Se Kecamatan
Tengaran Kab-Semarang tahun
2020”.

4. 29 Juni 2020 BAB I-BABIII 1. Redaksi judul buat


seperti di halaman judul
yang saya blok biru itu,
setiap menuliskan
judul, rumusan masalah
dst.
2. Isi paparan latar
belakang masalah, buat
kembali dengan
sistematika poin tulisan
sbb:
114
a. Buat uraian yang
berisi wacana
tentang pokok
masalah yang anda
teliti sebagaimana
tertulis di judul.
b. Buat uraian yang
berisi asumsi tentang
idealitas tema
penelitian
sebagaimana tertulis
di judul
c. Buat uraian yang
berisi rujukan ilmiah
yang menguatkan
paparan pada poin 2,
dilengkapi kutipan
ayat atau sumber
lain.
d. Buat uraian yang
berisi temuan hasil
survey mengenai
permasalahan
penelitian di lokasi
penelitian.
e. Buat closing
statement
pentingnya
penyelesaian
problem melalui
PTK yang
berjudul…………
3. Perbaiki dan lengkapi
redaksi rumusan
masalah, sesuaikan
rumusan tujuan
penelitiannya
4. Perbaiki uraian
penegasan istilah.
Berangkatlah dari pokok
masalah yg terumus di

115
fokus penelitian. Pokok
masalah anda kan:
a. Pelaksanaan
pembelajaran daring.
b. Peran guru PAI
sebagai
fasilitatorpembelajar
an daring
c. Faktor penghambat
peran guru PAI
sebagai
fasilitatorpembelajar
an daring
Setiap sub pokok masalah
yang didefinisi harus
didahului dengan uraian
penjelasan yang bersumber
dari kutipan teori,
pernyataan, definisi yang
dirujuk dari sumber pustaka.
Selanjutnya berdasar kutipan
itu, peneliti menyipulkan
pengertian operasional dari
pokopk masalah dengan
menunjukkan indikatornya.

5. Pada uraian bab 2, sub-


subnya juga harus
memuat penjelasan
teoritik dari ke 3 pokok
masalh sebaiamana
sudah saya sebut di no 4
di atas.
6. Coba itu dulu diperbaiki.
Metodologi menyusul.
5. 3 Juli 2020 BAB I-BAB III
1. Kamu kok tidak cermat
terhadap catatan saya
yang lalu untuk menulis
redaksi judul seperti di
halaman judul yang saya
blok biru itu, pada naskah
116
sebelumnya? Pada setiap
menuliskan judul,
rumusan masalah dst,
menyesuaikan. Mbok
yang teliti….
2. Alur berfikir pada latar
belakang masalah belum
sistematis. Coba pikirkan
dengan Isi paparan latar
belakang masalah, yang
sistematika poin tulisan
sbb:
a. tertulis di judul.
Mestinya kamu bisa
awali dengan
mengurai
Pembelajaran Daring
di sekolah, awal mula
kebijakan
pembelajaran daring,
posisi pembelajaran
daring pada mapel
PAI dan Budi Pekerti,
serta bagaimana
peran guru PAI dalam
pelaksanaan
p[embelajaran
daring. Beberapa
poin materi bisa
dikembangkan lebih
dari 1 paragraf.
b. Buat uraian yang
berisi asumsi tentang
idealitas tema
penelitian
sebagaimana tertulis
di judul (
menyesuaikan uraian
poin 1 )
c. Buat uraian yang
berisi rujukan ilmiah
yang menguatkan

117
paparan pada poin 2,
dilengkapi kutipan
ayat atau sumber lain.
d. Buat uraian yang
berisi temuan hasil
survey mengenai
permasalahan
penelitian di lokasi
penelitian.
Buat closing
statement pentingnya
penelitian yang
berjudul “Coba, Pada
Saat Menyusun Latar
Belakang Masalah 5
Poin Di Atas Selalu
Diacu, Dijadikan
Rambu-Rambu”.
3. Rumusan fokus
penelitian dan tujuan
penelitian nomor 1,
pertegas dengan
memasukkan mata
pelajaran PAI dan Budi
Pekerti.
4. Penulisan kata asing
ditulis miring.
5. Kenapa Catatan Saya
Tentang Penegasan
Istilah Pada Konsultasi
Nyang Lalu Tidak Anda
Perhatikan?
Perbaiki uraian
penegasan istilah.
Berangkatlah dari pokok
masalah yg terumus di
fokus penelitian. Pokok
masalah anda kan:
a. Pelaksanaan
pembelajaran daring

118
b. Peran guru PAI
sebagai
fasilitatorpembelajar
an daring
c. Faktor penghambat
peran guru PAI
sebagai
fasilitatorpembelajaa
n daring

Setiap sub pokok masalah


yang didefinisi harus
didahului dengan uraian
penjelasan yang bersumber
dari kutipan teori,
pernyataan, definisi yang
dirujuk dari sumber pustaka.
Selanjutnya berdasar kutipan
itu, peneliti menyipulkan
pengertian operasional dari
pokopk masalah dengan
menunjukkan indikatornya.

6. Pada uraian bab 3, beri


penjelasan pada
pengumpulan data
penelitian. Wawancara
dipakai untuk
mengumpulkan data apa (
lihat fokus penelitian ),
demikian pula untuk
pengamatan dan
dokumentasi.
Selanjutnya beri
penjelasan yang detai
tentang keabsahan data
dan upaya yng mana
untuk menjamin
keabsahan data penelitian
anda.
Selamat revisi.
119
1. Point-point dalam latar
belakang dijadikan 1
kesatuan.
6. 9 Juli 2020 BAB I-BAB III 2. “semua sekolah”
3. Kebijakan mentri
pendidikan Nasional
4. Observasi, berdasarkan
surve awal.
5. Penyelesaian dalam
rumusan masalah.
6. Penegasan dan teori atau
penelitian terdahulu.
7. Data primer guru PAI,
subjek dibuat 1 kalimat
8. Wawncara,dokumentasi,
observasi
1. Cermati halaman 3.
Paragraf ke 3 tercantum:
Peran guru sebagai
7. 13 Juli 2020 BAB I-BAB III fasilitator. Silahkan
dilengkapi menjadi
kalimat yang lengkap.
2. Perhatikan pula,
penulisan “di”
menunjukkan tempat
ditulis terpisah. Misal: di
sekolah, di atas, di
kantor, tetapi yang tidak
menunjukkan tempat
ditulis terpisah. Contoh:
ditulis, dikerjakan, dsb.
3. Kamu juga harus cermat,
penulisan PAI dan Budi
Pekerti, ditulis selalu
seperti itu. Jangan
kadang-kadang PAI dan
Budi Pekerti, kadang-
kadang PAI saja.
4. Coba perhatikan: fokus
penelitian no 4.
120
Bagaimana penyelesaian
faktor penghambat guru
PAI sebagai fasilitator
pembelajaran daring di
MTs Se-Kecamatan
Tengaran Kab-Semarang
tahun 2020? Ubahlah
menjadi: Bagaimana
cara guru menyelesakan
hambatan dalam
memfasilitasi
pembelajaran daring
pada mata pelajaran PAI
dan Budi Pekerti di MTs
Se-Kecamatan Tengaran
Kab-Semarang tahun
2020?
5. Rumusan tujuan
penelitian disesuaikan.
6. Coba perbaiki uraian
manfaat teoritik.
7. Pada penegasan istilah:
Peran guru PAI sebagai
fasilitator pembelajaran
daring, coba sertakan
indikatornya seperti
penjelasan pada pokok
masalah lainnya itu.
8. Pada landasan teori untuk
sub 3 dan 4 coba
kembangkan lagi, tidak
hanya seringkas itu ya..
9. Untuk metodologi
penelitian:
a. Pendekatan dan jenis
penelitian. Paragraf 1
kamu paham bener?
Jika tidak kutipan dari
bukunya sugiyono
diganti yang lain, lexy

121
j moeleong misalnya,
yang kamu mudah
memahaminya.
b. Oke itu saja
10. Silahkan instrument
penelitian ( pedoman
observasi, pedoman
wawancara dan pedoman
dokumentasi) segera
disusun dan dikirim ke
saya. Selamat revisi.

1. Cermati halaman 3.
Paragraf ke 3 tercantum:
Peran guru sebagai
8. 19 Juli 2020 BAB I-BAB III
fasilitator
pembelajaran
daring.ITU JUGA
BELUM SEBAGAI
KALIMAT
SELESAI/LENGKAP.
Silahkan dilengkapi
menjadi kalimat yang
lengkap. Kalimat lengkap
itu polanya: S-P-O-K.
Jika tidak paham datang
ke kantor.
2. Baca seluruh tulisan
kamu satu demi satu.
Cermati dan Perhatikan,
penulisan “di”
menunjukkan tempat
ditulis terpisah. Misal: di
sekolah, di atas, di
kantor, tetapi yang tidak
menunjukkan tempat
ditulis terpisah. Contoh:
ditulis, dikerjakan, dsb.
3. Coba pastikan di
lapangan. Guru PAI atau
Guru PAI dan Budi
Pekerti, supaya perlu

122
konsistensi setiap
penulisan istilah tersebut
di seluruh isi naskahmu.
4. Mbak Ita, pada landasan
teori untuk
mengembangkan kajian
pada sub 3 dan 4 saran
saya jangan buru-buru
ngejar selesai kemudian
dikonsultasikan lagi.
Saya, mencermati
perbaikan sub 3 dan 4
dari catatan lalu terkesan
“yang penting ada
tambahan tulisan”.
Coba, buat uraian dari
sub 3 dan 4 yang final.
Karena itu, hadirkan
kutipan dari beberapa
buku/sumber ( 3 kutipan
dari sumber berbeda atau
lebih ), baru kamu
simpulkan. Akhiri setiap
kajian dengan kalimat
penyimpulan penulis.
5. Untuk metodologi
penelitian: OKE, oh ya,
untuk analisis data,
kutipan dari Sugiyono,
2016: 245, itu asli
pendapat Sugiyono atau
Sugiyono mengutip
pendapatnya Miles dan
Huberman. Coba dicek.
6. Untuk instrument
penelitian ( pedoman
observasi, pedoman
wawancara dan pedoman
dokumentasi) dasarnya
dibuat dari indikator yang
kamu sudah tuliskan di
penegasan istilah

123
Pedoman pengamatan:
Aspek yang diamati diambil
dari poin-poin setiap pokok
masalah yang kamu urai
dengan baik seperti di atas.

Pedoman
wawancara:Aspek yang
ditanyakan diambil dari
poin-poin setiap pokok
masalah yang kamu urai
dengan baik seperti di atas.

Pedoman
dokumentasi:Data/Informa
si yang diambil dari
dokumen dapat bertolak dari
poin-poin setiap pokok
masalah yang kamu urai
dengan baik seperti di atas
atau dalam rangka
mendeskripsikan secara
umum lokasi penelitian: data
jumlah guru, gambar/foto
aktivitas guru dalam
kegiatan fasilitasi
pembelajaran daring, dst.

Selamat revisi dengan


tenang ya...

1. Perbaiki font tulisan


2. Instrumen penelitian ok
3. Acc Melakukan
9. 1 Agustus 2020 BAB I-III penelitian

1. Ok, silahkan lengkapi


Naskah
10 11 Agustus 2020 BAB VI-V

1. Pernyataan keaslian
tulisan dan kesediam
124
dipublikasikan beri TTD
11. 12 Agustus 2020 Naskah Lengkap bermateri
2. Perbaiki persembahan
dan kata pengantar
3. Perbaiki yang diblok di
naskah, siapkan lembar
konsultasi untuk di
sahkan

ACC untuk didaftarkan


monaqosah skripsi

12. 14 Agustus 2020 Naskah Lengkap

Dosen Pembimbing,

Jaka Siswanta, M. Pd
NIP. 19710219 200003 1 004

Lampiran 4

125
Lampiran5

126
PEDOMAN WAWANCARA

Kepada Guru mapel PAI dan Budi Pekerti Pada MTs di Kecamatan
Tengaran Kabpupaten Tengaran

A. Identitas Diri
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Alamat :
4. Usia :
5. Hari/Tanggal :
6. Waktu :
B. Butir-Butir Pertanyaan
No Indikator

1 Pelaksanaan pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan


Tengaran Kab-Semarang Tahun 2020.

Pertanyaan
Guru melaksanakan pembelajaran
a. Kapan waktu pembelajaran
sesuai dengan jadwal pelajaran
secara daring berlangsung?
Guru dapat menggunakan virtual class b. Media dan metode apa
dan/atau video conference sesuai yang Bapak/Ibu gunakan
dengan kemampuan yang dimiliki. dalam pembelajaran
daring?
Guru memastikan kehadiran siswa c. Apa saja hal-hal yang
sudah masuk kelas virtual dengan dilakukan Bapak/Ibu
screenshoot kehadiran siswa di kelas sebelum memulai
virtual. pembelajaran daring?

127
Guru memulai proses pembelajaran d. Bagaimana rencana proses
sesuai dengan materi pertemuan yang pembelajaran daring?
telah direncanakan.

Proses interaksi antara guru dengan e. Bagaimana memotivasi


siswa. peserta didik agar terus
bersemangat dalam
pembelajaran daring?
f. Apa saja hal-hal yang dapat
dilakukan agar peserta
didik tidak mudah bosan
dalam proses pembelajaran
daring?
g. Bagaimana kesan
Bapak/Ibu terhadap
pembelajaran daring?

Siswa mengikuti jadwal pembelajaran h. Apa yang Bapak/Ibu


sesuai dengan jadwal pembelajaran. lakukan agar siswa dapat
mengikuti pembelajaran
daring?

128
Siswa mengikuti pembelajaran sesuai i. Apakah peserta didik dapat
dengan instruksi guru sesuai dengan mengikuti pembelajaran
jam pelajaran. daring dengan baik?

Siswa mematuhi tata tertib j. Bagaimana tata tertib


pembelajaran secara daring pembelajaran daring?

Siswa dapat melaksanakan komunikasi k. Bagaimana komunikasi


dua arah selama pembelajaran daring yang Bapak/Ibu lakukan
berlangsung kepada peserta didik
selama pembelajaran
daring berlangsung?
2 Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring

Mendengarkan dan tidak a. Bagaimana Bapak/Ibu


mendominasi. menyikapi usulan dan
pertanyaan peserta didik
dalam pembelajaran
daring?
Bersikap sabar b. Bagaimana peran
Bapak/Ibu ketika
melakukan diskusi dengan
peserta didik melalui
pembelajaran daring?
Menghargai dan rendah hati c. Bagaimana Bapak/Ibu
berperan dan berupaya
menghargai peserta didik
dalam pembelajaran
daring?
Mau belajar d. Dalam proses
pembelajaran daring

129
apakah Bapak/Ibu
langsung memberikan
materi yang sudah
disiapkan terlebih dahulu
atau mengali terlebih
dahulu pemahaman
bersama peserta didik?
Bersikap sederajat e. Bagaimana Bapak/Ibu
menjalin keakraban
dengan peserta didik?
Bersikap akrab dan melebur f. Bagaimana cara Bapak/Ibu
membangun komunikasi
dengan peserta didik
dalam pembelajaran
daring?
Tidak berusaha menyeramahi g. Hal apa yang Bapak/Ibu
lakukan sebagai fasilitator,
dalam memberikan
pelayanan termasuk
ketersediaan fasilitator
guna memberi kemudahan
dalam kegiatan belajar
bagi peserta didik dalam
pembelajaran daring?
Berwibawa h. Apakah peran guru sebagai
fasilitator itu berarti
membuat guru kehilangan
wibawa terhadap peserta
didiknya?

130
Tidak memihak dan mengkritiki i. Bagaimana peran
Bapak/Ibu dalam
membimbing peserta didik
yang bandel dalam
pembelajaran daring?
Bersikap terbuka j. Bagaimana Bapak/Ibu
membangun keterbukaan
dengan peserta didik
dalam pembelajaran
daring?
Bersikap positif k. Bagaimana Bapak/Ibu
menciptakan suasana
positif dalam pembelajaran
daring?
3 Faktor penghambat peran guru sebagai fasilitator pembelajaran
daring.

Faktor kurangnya pengalaman a. Apakah Bapak/Ibu


pembelajaran daring. sebelumnya sudah sering
menerapkan pembelajaran
daring?
Faktor masih kurangnya wawasan guru b. Apa kendala yang dihadapi
mengenai teori guru sebagai fasilitator Bapak/Ibu sebagai
dalam pembelajaran daring. fasilitator pembelajaran
daring?
Faktor minimnya fasilitas sekolah. c. Apakah sekolah sudah
menyediakan fasilitas
pembelajaran daring?
Faktor kebiasaan lama guru dalam d. Bagaimana kebiasaan
mengajar terlalu kuat. Bapak/Ibu dalam mengajar

131
sebelum menerapkan
pembelajaran daring?
Kurangnya guru melakukan studi e. Apakah Bapak/Ibu pernah
banding ke sekolah-sekolah yang melakukan studi banding
dianggap telah berhasil menerapkan ke sekolah-sekolah yang
peran guru sebagai fasilitator. dianggap telah berhasil
menerapkan peran guru
sebagai fasilitator?
4 Penyelesaian hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring
pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

Meningkatkan wawasan literasi a. Bagaimana upaya


pembelajaran daring, baik peserta Bapak/Ibu dalam
didik dan guru. penyelesaian hambatan
dalam memfasilitasi
pembelajaran daring ?
Sekolah dapat menerapkan beberapa b. Bagaimana sekolah
langkah strategis seperti halnya menyikapi hambatan-
menyiapkan dan menyediakan aplikasi hambatan dalam
e-learning yang rendah kuota (tidak memfasilitasi
memperlukan kuota internet besar) pembelajaran daring ?
dalam mengaksesnya.

Memperkuat ruh atau esensi guru. c. Bagaimana Bapak/Ibu


memperkuat esensi guru
dalam memfasilitasi
pembelajaran daring ?

132
Lampiran 6

PEDOMAN OBSERVASI

A. Identitas Diri
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Alamat :
4. Usia :
5. Hari/Tanggal :
6. Waktu :
B. Poin-Poin Observasi/Pengamatan
No Indikator Pengamatan

1 Pelaksanaan pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran


Kab-Semarang Tahun 2020.

Kriteria
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jadwal
Y/T
pelajaran
Guru dapat menggunakan virtual class dan/atau video Y/T
conference sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Guru memastikan kehadiran siswa sudah masuk kelas virtual Y/T


dengan screenshoot kehadiran siswa di kelas virtual.

Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi Y/T


pertemuan yang telah direncanakan.

Proses interaksi antara guru dengan siswa. Y/T

133
Siswa mengikuti jadwal pembelajaran sesuai dengan jadwal Y/T
pembelajaran.

Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan instruksi guru Y/T


sesuai dengan jam pelajaran.

Siswa mematuhi tata tertib pembelajaran secara daring Y/T

Siswa dapat melaksanakan komunikasi dua arah selama Y/T


pembelajaran daring berlangsung

2 Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring

Mendengarkan dan tidak mendominasi. Y/T

Bersikap sabar Y/T

Menghargai dan rendah hati Y/T

Mau belajar Y/T

Bersikap sederajat Y/T

Bersikap akrab dan melebur Y/T

Tidak berusaha menyeramahi Y/T

Berwibawa Y/T

Tidak memihak dan mengkritiki Y/T

Bersikap terbuka Y/T

Bersikap positif Y/T

3 Faktor penghambat peran guru sebagai fasilitator pembelajaran


daring.

134
Faktor kurangnya pengalaman pembelajaran daring. Y/T

Faktor masih kurangnya wawasan guru mengenai teori guru Y/T


sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring.

Faktor minimnya fasilitas sekolah. Y/T

Faktor kebiasaan lama guru dalam mengajar terlalu kuat. Y/T

Kurangnya guru melakukan studi banding ke sekolah-sekolah Y/T


yang dianggap telah berhasil menerapkan peran guru sebagai
fasilitator.

4 Penyelesaian hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada


mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.

Meningkatkan wawasan literasi pembelajaran daring, baik Y/T


peserta didik dan guru.

Sekolah dapat menerapkan beberapa langkah strategis seperti Y/T


halnya menyiapkan dan menyediakan aplikasi e-learning yang
rendah kuota (tidak memperlukan kuota internet besar) dalam
mengaksesnya.

Memperkuat ruh atau esensi guru. Y/T

135
Lampiran 7

PEDOMAN DOKUMENTASI

Lokasi :

1. MTs Al-Manar Jl. K.H. Djalal Suyuthi Kelurahan Bener,


Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

2. MTs Aswaja Jl. Masjid Besar No.32 Kelurahan Tengaran,


Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

No Data/Kegiatan Jenis Data Keterangan


Arsip Foto Lainnya
1 Profil Sekolah
(Sejarah,Visi dan Misi)
MTs Al-Manar, MTs
Aswaja
2 Sarana dan prasarana MTs
Al-Manar, MTs Aswaja
3 Data jumlah tenaga
pendidik MTs Al-Manar,
MTs Aswaja
4 Data jumlah peserta didik ,
MTs Al-Manar, MTs
Aswaja
5 Wawancara Guru PAI MTs
Al-Manar, MTs Aswaja
6 Aktivitas guru PAI dalam
kegiatan fasilitator

136
pembelajaran daring di
MTs Al-Manar, MTs
Aswaja.

137
Lampiran 8

DOKUMENTASI

Sekolah MTs Al-Manar Tengaran

Sekolah MTs Aswaja Tengaran


138
Wawancara dengan Ibu Mega Rahayu S, Ag

Wawancara dengan Ibu Muflikatur Rofiah S,Ag

139
Wawancara dengan Bapak M. Fatih Rohman S.Pd

Wawancara dengan Ibu Nur Ma’rifah S.PdI

140
Aktivitas guru PAI dalam pembelajaran daring

Sekolah menerapkan protokol kesehatan

141
Sekoah menyediakan fasilitas cuci tangan

Pelatihan untuk guru

142
Pelatihan pembelajaran daring

Kegiatan pembelajaran daring

143
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ita Nurhidayah

Tempat dan Tanggal Lahir : Boyolali, 23 Juni 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Kumpulrejo RT 005 RW 003 Desa Jlarem

Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali

Riwayat Pendidikan:

1. TK Pertiwi 1 Jlarem (2001-2003)

2. SD N 1 Jlarem (2003-2010)

3. SMP N 2 Getasan (2010-2013)

4. SMK AN-NUR Ampel Boyolali (2013-2016)

5. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga (2016-2020)

Riwayat Organisasi:

1. Pengurus JQH Al-Furqon IAIN Salatiga 2018-2019

144

Anda mungkin juga menyukai