Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

TAHUN 2013

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR


PANTAI PENDAWA DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA
BERBASIS ASET DI DESA KUTUH, KABUPATEN BADUNG

Oleh :

Ni Nyoman Sri Aryanti, SST,Par., M.Par


Ni Made Ariani, SE, M.Par
Luh gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi, M.Par
Irma Rahyuda, A. Par., M.M., M.Par., M.Rech
Putu Sucita Yanthy, SS. M.Par

Dibiayai Dari Dana DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2013
Dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan (Kontrak)
Nomor : 74.118/UN.14.2/PNL.01.03.00/2013 Tanggal 16 Mei 2013

FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
ABSTRACT

This study examine the model of community empowerment in tourism


development that based on the assets owned by the community in the Kutuh
village of Badung regency particulary in Pandawa Beach.
This study used a qualitative method where data collection is done by
observation, interviews and literature review. Data were analyzed qualitatively
and then described in such a way to answer the purpose of this study.
Model of community empowerment in the development of Pandawa beach
as tourism destination done through increased community participation in the
development and equitable distribution of development benefits. Seaweed farmers
group involvement in the development process, utilizing LPD role as a source of
development funding and maximizing the role of the elements of local
communities in the management of the Pandawa Beach as tourism destination.

Key word: Community empowerment, Tourism development


KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Tuhan Yang Mahaesa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

maka laporan kemajuan penelitian Dosen Muda yang berjudul “Model

Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pantai Pendawa dalam PembangunanPariwisata

Berbasis asset di Desa Kutuh Kabupaten Badung” dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Terselesaikannya laporan kemajuan ini berkat bantuan banyak pihak,

maka pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika SpPd KEMD selaku Rektor Universitas

Udayana.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT, selaku Ketua Lembaga Penelitian

dan Pengabdian Masyarakat Universitas Udayana.

3. Bapak Drs. I Putu Anom, M.Par selaku Dekan Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana.

4. Bapak Drs. I Nyoman Mesir selaku Kepala Desa Kutuh kabupaten Badung

dan seluruh pegawai di jajaran pemerintahan Desa Kutuh, yang telah banyak

memberikan informasi dan masukan dalam penelitian ini.

5. Semua pihak yang banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Semoga segala bantuannya mendapat imbalan yang setimpal. Sangat

disadari bahwa laporan kemajuan penelitian ini jauh dari sempurna maka kritik

dan saran selalu diharapkan demi lebih sempurnanya laporan kemajuan ini.

Denpasar,September 2013

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................4

1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6

2.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat............................................................6

2.2 Konsep Masyarakat Pesisir.........................................................................7

2.3 Konsep Pembangunan Pariwisata...............................................................8

2.4 Konsep Pembangunan Pariwisata Berbasis Aset........................................8

2.5 Tinjauan Tentang Potensi Wisata...............................................................9

2.6 Tinjauan Tentang Daya Tarik Wisata........................................................11

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................13

3.1 Lokasi Penelitian.......................................................................................13

3.2 Identifikasi Variabel..................................................................................13

3.3 Definisi Operasional Variabel...................................................................13

3.4 Jenis dan Sumber Data..............................................................................14

3.5 Instrumen Penelitian..................................................................................15


3.6 Teknik Penentuan Informan......................................................................15

3.7 Teknik Pengumpulan Data........................................................................16

3.8 Teknik Analisis Data.................................................................................16

3.9 Cara Penyajian Hasil Analisis Data...........................................................17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................18

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian.........................................................18

4.1.1 Sejarah Desa Kutuh..........................................................................18

4.1.2 Kondisi geografis desa Kutuh..........................................................20

4.1.2 Demografi Penduduk dan Lembaga Kemasyarakatan Desa Kutuh. 22

4.2 Potensi Daya Tarik Wisata di Pantai Pandawa Desa Kutuh......................25

4.2.1 Potensi Daya Tarik Wisata Alamiah Pantai Pandawa......................25

4.2.2 Potensi Daya Tarik Wisata Budaya Pantai Pandawa.......................27

4.3 Usaha Masyarakat Desa Kutuh dalam Pengembangan Pantai Pandawa

Sebagai Daerah Tujuan Wisata.................................................................28

4.4 Model pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Pariwisata

Berbasis Aset di Desa Kutuh.....................................................................35

4.4.1 Partisipasi Masyarakat Desa kutuh dalam Pembangunan Pariwisata

di Pantai Pandawa...........................................................................37

4.4.2 Distribusi Manfaat Pembangunan Pariwisata di Pantai Pandawa....38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan..............................................................................................40

5.2 Saran........................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................32
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Desa Kutuh Menurut Mata Pencaharian..............22


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Peta Wilayah Desa Kutuh..................................................................20

Gambar 4.2 Pemandangan Pantai Pandawa dari Atas Bukit.................................26

Gambar 4.3 Potensi Daya Tarik Wisata Bawah Laut Pantai Pandawa.................26

Gambar 4.4 Kehidupan Masyarakat Petani Rumput Laut di Pantai Pandawa......27

Gambar 4.5 Pembangunan Jalan Menuju Pantai Pendawa...................................31

Gambar 4.6 Berbagai Usaha di Pantai Pandawa...................................................32

Gambar 4.7 Penanaman Terumbu Karang............................................................35


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dampak positif pembangunan pariwisata salah satunya adalah mampu

memberikan pendapatan devisa bagi negara yang sangat dibutuhkan untuk

mendorong pembangunan di sector lainnya. Tidaklah mengherankan jika banyak

negara khususnya negara-negara berkembang yang menjadikan pariwisata

sebagai sector andalam dalam menghasil devisa negara termasuk Indonesia.

Sektor pariwisata di Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan telah

menyumbangkan devisa sebesar US$ 9,1 milyar atau naik sebesar5,81 dari tahun

2011. Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara yang mencapai 8,04 juta orang pada tahun 2012, serta peningkatan

rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan yang mengalami kenaikan 1,39

persen, yaitu dari US$1.118,26 menjadi US$1.133,81 pada tahun 2012 (BPS,

2013).

Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang menjadi favorit

wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Salah satu faktor yang menjadi

daya tarik wisata Bali adalah pantai dengan segala daya tariknya. Dengan garis

pantai sepanjang kurang lebih 470 km, pembangunan pariwisata di wilayah pantai

atau pesisir Pulau Bali menjadi sangat potensial. Sejarah perkembangan pariwisata

di Bali pun bermula dari wilayah pesisir seperti daerah Pantai Kuta dan Sanur

yang sudah dikenal sejak kedatangan Belanda pada tahun 1906 (Picard, 2006).

Sejak pariwisata dicanangkan sebagai salah satu sector penghasil devisa,


pengembangan wilayah pantai yang menjadi daerah tujuan wisata semakin banyak

seperti Nusa Dua, Uluwatu, Tanah Lot, dan Candidasa.

Program pembangunan pariwisata yang selama ini berlangsung lebih

banyak bersifat top-down tanpa memperhatikan asset serta kemampuan

masyarakat lokal sehingga seringkali dampak pembangunan pariwisata yang

diharapkan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat lokal lebih banyak

memberikan keuntungan bagi investor asing. Demikian juga halnya dengan

pembangunan pariwisata yang terjadi di daerah pesisir. Keterbatasan

pemberdayaan masyarakat pesisir dalam pembangunan pariwisata di daerahnya

seringkali menimbulkan berbagai permasalahan serta konflik baik antar

masyarakat lokal maupun dengan para investor asing. Kurangnya kemampuan

serta kesiapan masyarakat lokal dalam menerima pembangunan pariwisata di

daerahnya justru menimbulkan lebih banyak dampak negatif dibandingkan

dampak positif yang diharapkan. Serbuan investor asing dengan kekuatan modal,

akses informasi serta pasar yang kuat dengan mudah dapat menguasai berbagai

sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat lokal sehingga pada akhirnya

pembangunan pariwisata justru menyebabkan masyarakat lokal kehilangan

kontrol atas sumber daya yang mereka miliki. Hal ini mendorong terjadinya

ketidak merataan hasil pembangunan pariwisata yang kemudian memicu

kecemburuan sosial serta konflik sosial yang pada akhirnya mengancam

keberlangsungan pembangunan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata.

Pengembangan wilayah pesisir sebagai daerah tujuan wisata di Bali masih

terus dilaksanakan karena dipercaya sebagai salah satu cara untuk mempercepat

peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir seperti yang terjadi di Desa Kutuh


Kabupaten Badung. Desa Kutuh dikenal sebagai salah satu sentra penghasil

rumput laut di Kabupaten Badung. Masyarakat Desa Kutuh hampir 50 % nya

merupakan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya sebagai petani

rumput laut.

Menyadari sumber daya yang dimiliki yaitu panorama laut dari atas tebing

serta pantai yang berpasir putih masyarakat Kutuh mulai melirik sektor usaha

dibidang pariwisata sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan

hidup mereka. Pantai di Desa Kutuh merupakan salah satu sumber daya yang kini

mulai dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata baru. Pantai yang juga

merupakan lahan pertanian rumput laut bagi masyarakat Desa Kutuh kini mulai

ditata dari sarana akses jalan hingga penataan pondok-pondok penyimpanan

rumput laut milik masyarakat setempat. Menurut kepala Desa Kutuh I Nyoman

Mesir pengembangan pantai Kutuh yang kini lebih dikenal dengan nama Pantai

Pandawa sebagai kawasan wisata sepenuhnya merupakan swadaya masyarakat

dengan menggunakan kas desa. Pengembangan kawasan wisata ini dilakukan

secara bertahap mengingat kemampuan pendanaan yang bersifat swadaya baik

oleh masyarakat Desa Kutuh maupun pemerintah desanya masih sangat terbatas.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dapat diangkat

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apa saja potensi daya tarik wisata yang dimiliki di Pantai Pandawa Desa

Kutuh
2. Bagaimana upaya masyarakat Desa Kutuh khususnya masyarakat pesisir di

Pantai Pandawa untuk mengembangkan Pantai Pandawa sebagai daerah

tujuan wisata ?

3. Bagaimana model pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan

pariwisata dalam upaya mewujudkan pembangunan pariwisata yang

berbasis aset di Desa Kutuh khususnya di Pantai Pandawa ?

1.3. Tujuan Penelitian

Dengan mengacu pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui potensi daya tarik wisata yang ada di Pantai Pandawa Desa

Kutuh, Kabupaten Badung

2. Mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat Desa Kutuh

khususnya masyarakat pesisir di Pantai Pandawa untuk mengembangkan

Pantai Pandawa sebagai daerah tujuan wisata

3. Mengetahui model pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam

pembangunan pariwisata khususnya di Pantai Pandawa Desa Kutuh,

kabupaten Badung

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai

berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dibidang pariwisata khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan


tentang pemberdayaan masyarakat di dalam pembangunan pariwisata. Hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi

peneliti di masa datang khususnya dibidang pemberdayaan masyarakat dan

pariwisata.

2. Manfaat Praktis

Dengan mengetahui model pemberdayaan masyarakat pesisir di dalam

pembangunan pariwisata yang berbasis asset di Pantai Pandawa Desa Kutuh

diharapkan nantinya dapat dijadikan masukan dan bahan evaluasi baik bagi

pemerintah maupun pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyusun program-

program pembangunan yang memberdayakan masyarakat sehingga akan terwujud

pembangunan yang berkelanjutan serta memberikan kesejahteraan yang merata

bagi masyarakat.

Bagi daerah-daerah pesisir lainnya yang ingin mengembangkan

pembangunan pariwisata di daerahnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat sebagai sumber referensi di dalam merencanakan pembangunan

pariwisata guna mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang artinya kekuatan. Kata daya

mendapat awalan ber menjadi kata berdaya yang arinya mempunyai daya atau

kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau

mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Menurut Payne (1997)

pemberdayaan (empowerment) pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien

mendapatkan kekuatan (daya) untuk mengambil keputusan dan tindakan yang

akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi

kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Pemberdayaan dilakukan

dengan jalan meningkatkan kapasitas, pengembangan rasa percaya diri untuk

menggunakan kekuatan dan mentransfer kekuatan dari lingkungannya. Sebagai

suatu proses, pemberdayaan adalah usaha yang terjadi terus menerus sepanjang

hidup manusia.

Kartasasmita (1997) mengungkapkan bahwa pemberdayaan masyarakat

secara implisit mengandung arti menegakkan demokrasi ekonomi. Demokrasi

ekonomi secara harafiah berarti kedaulatan rakyat di bidang ekonomi, di mana

kegiatan ekonomi yang berlangsung adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat. Konsep ini menyangkut masalah penguasaan teknologi, pemilikan modal,

akses ke pasar dan ke dalam sumber-sumber informasi, serta keterampilan

manajemen.

Slamet (2003) menjelaskan yang dimaksud dengan masyarakat berdaya

adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham, termotivasi,berkesempatan,


memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative,

mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan

menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi. Selanjutnya

Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya antara lain,

mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan serta

mengantisipasi kondisi perubahan ke depa, mampu mengarahkan dirinya sendiri,

memiliki kekuatan untuk berunding, memiliki bargaining power yang memadai

dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, serta bertanggungjawab

atas tindakannya.

2.2. Konsep Masyarakat Pesisir

Pengertian kelompok masyarakat pesisir di dalam Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri diartikan sebagai kumpulan masyarakat

terorganisir yang mendiami wilayah pesisir dan melakukan kegiatan usaha

penunjang kelautan dan perikanan ataupun usaha lainnya serta terkait dengan

pelestarian lingkungan.

Nikijuluw (2001) mendifinisikan masyarakat pesisir sebagai kelompok

orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya

bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.

Definisi inipun bisa juga dikembangkan lebih jauh karena pada dasarnya banyak

orang yang hidupnya bergantung pada sumberdaya laut. Mereka terdiri dari

nelayan pemilik kapal, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut

lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan.

Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa

pariwisata, penjual jasa transportasi, serta kelompok masyarakat lainnya yang


memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut dan pesisir untuk menyokong

kehidupannya.

2.3. Konsep Pembangunan Pariwisata

Kata pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses atau upaya jika

mengacu pada konteks perubahan sosial dan ekonomi. Namun lebih jauh

pengertian pembangunan menurut mehmet (dalam Sofield,2003) mengacu pada

sebuah peningkatan kesejahteraan sosial dan material sebuah masyarakat secara

keseluruhan termasuk di dalamnya peningkatan pendapatan perkapita yang

merupakan bagian dari peningkatan kualitas hidup, distribusi pendapatan yang

merata serta akses yang lebih luas pada fasilitas pendidikan, kesehatan dan

kesejahteraan.

Jika dilihat dari definisi kata pembangunan diatas maka pembangunan

pariwisata dapat diartikan sebagai suatu upaya atau proses untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial dan juga meterial sebuah masyarakat melalui sektor

pariwisata yang diantaranya dapat dilihat dari peningkatan pendapatan perkapita,

peningkatan kualitas hidup, pemerataan pendapatan serta kemudahan akses untuk

memperorel fasilitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan.

2.4. Konsep Pembangunan Pariwisata Berbasis Aset

Tolak ukur keberhasilan pembangunan pariwisata di Indonesia pada

umumnya diukur dari peningkatan pendapatan individu atau sekelompok

masyarakat khususnya di daerah tujuan pariwisata. Meskipun konsep pendapatan

dan aset memiliki korelasi yang sangat dekat, namun menurut Sherraden (dalam

Rukendi dan Baskoro,2010) kedua konsep tersebut memiliki perbedaan dimana


aset mengacu pada jumlah kekayaan yang dapat berupa tabunga, investasi

maupun akumulasi aset yang ada dalam keluarga sedangkan pendapatan merujuk

pada arus sumber daya yang dimiliki oleh sebuah keluarga untuk memenuhi

konsumsi barang dan jasa serta peningkatan standar hidup. Konsep pembangunan

berbasis pendapatan hanya akan mendorong perilaku konsumtif di masyarakat

khususnya pada golongan menengah kebawah yang menghabiskan

pendapatannya hanya untuk memenuhi konsumsi jangka pendek sehingga tidak

lagi memiliki tabungan yang dapat digunakan untuk tujuan jangka panjang.

Sebaliknya dengan konsep berbasis aset didasarkan pada konsep tabungan,

investasi dan akumulasi aset yang pada akhirnya lebih mendorong masyarakat

untuk memikirkan tujuan-tujuan jangka panjang (Rukendi dan Baskoro, 2010).

Lebih jauh Rukendi dan Baskoro (2010), mengungkapkan bahwa

pembangunan pariwisata berbasis asset merupakan sebuah pembangunan sosial,

politik dan ekonomi yang mendorong pemeratan pendapatan dan akumulasi asset

pada masyarakat lokal dan pemerintah daerah yang menjadikan pariwisata sebagai

core- business yang sesuai dengan potensi dan asset yang dimiliki daerah wisata

bersangkutan.

2.5. Tinjauan Tentang Potensi Wisata

Potensi wisata adalah segala hal dan keadaan nyata dan dapat diraba

maupun yang tidak dapat diraba, yang digarap, diatur, dan disediakan sedemikian

rupa, sehingga dapat bermanfaat/dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai

kemampuan, faktor, dan unsur yang diperlukan/menentukan bagi usaha dan

pengembangan kepariwisataan, baik berupa suasana, kejadian, benda, maupun

layanan/jasa-jasa (Tourist Potensial, Darmadjati, 1995).


Potensi wisata merupakan suatu aset yang dimiliki oleh suatu daerah

tujuan wisata yang akan dieksploitasi untuk kepentingan ekonomi dengan

tidak mengesampingkan aspek sosial-budaya. Menurut Yoeti, 2000, potensi

wisata secara umum dapat dibagi dua, yaitu:

1. Site Attraction, yaitu suatu tempat yang dapat disajikan daya tarik wisata,

seperti tempat-tempat tertentu yang menarik dan keadaan alam.

2. Event Attraction, yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang menarik untuk

dijadikan momen kepariwisataan, seperti tarian, pameran, konvensi, dan lain-

lain.

Sedangkan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2001)

bahwa “potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk

dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, dan daya”. Potensi wisata secara umum

dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Potensi Budaya

Adalah potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, misalnya: adat-

istiadat, mata pencaharian, dan sebagainya.

2. Potensi Alamiah

Adalah potensi yang ada di masyarakat yang berupa potensi fisik dan potensi

alam.

Dengan demikian, potensi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat

di daerah tujuan wisata atau dalam Bahasa Inggris “Tourist Resort” (Wahyudi,

2001). Menurut Pendit, daerah tujuan wisata adalah daerah yang karena atraksi

wisatanya, situasinya dengan hubungan lalu-lintas dan fasilitas kepariwisataan


menyebutkan tempat atau daerah tersebut menjadi daya tarik kunjungan wisata

(Wahyudi, 2001). Potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di suatu

daerah, baik berupa budaya atau alam yang dapat dikembangkan menjadi daya

tarik wisata.

2.6. Tinjauan Tentang Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber

daya wisata untuk dikembangkan dan memiliki daya tarik, sehingga wisatawan

mau berkunjung ke tempat tersebut.

Menurut UU RI No. 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 6

menyatakan bahwa “daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang sasarannya

adalah wisata”. Daya tarik wisata diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi

sasaran wisata yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik,

sehingga orang mau berkunjung. Adapun hal-hal tersebut adalah:

1. Benda yang terdapat di alam semesta (nature amenities) berupa iklim, bentuk

dan pemandangan alam, hutan belukar, flora dan fauna, pusat-pusat kesehatan,

seperti sumber air panas dan sumber mineral.

2. Hasil cipta manusia.

3. Merupakan hasil peninggalan sejarah, kebudayaan, dan keagamaan.

4. Tata cara hidup bermasyarakat.

5. Adat-istiadat serta cara hidup masyarakat yang menarik untuk disaksikan,

yang merupakan salah satu sumber yang amat penting untuk ditawarkan

kepada wisatawan (Yoeti, 1993).

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi oleh suatu daerah tujuan wisata, yaitu:
1. Something to see

Daerah atau tempat tersebut harus ada daya tarik wisata yang berbeda

dengan yang dimiliki oleh daerah lain atau daya tarik khusus untuk dapat

dilihat oleh wisatawan.

2. Something to do

Bahwa di daerah tujuan wisata, wisatawan dapat melakukan sesuatu atau

aktivitas, sehingga disediakan fasilitas rekreasi yang memadai.

3. Something to buy

Daya tarik tersebut haruslah tersedia fasilitas belanja barang atau souvenir dan

kerajinan rakyat, selain itu juga harus tersedia sarana-sarana pendukung,

seperti rumah makan, penginapan, dan lain sebagainya.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Kutuh, Kabupaten Badung

khusunya dengan object penelitian pemberdayaan masyarakat dalam

pengembangan pariwisata di Pantai Pandawa Beach. Dipilihnya lokasi ini karena

pengembangan pantai Pandawa dilakukan atas keinginan masyarakat sendiri serta

belum adanya investor asing dalam pengembangan pantai Pandawa sebagai daya

tarik wisata. Kondisi Pantai Pandawa ini juga merupakan ladang rumput laut

masyarakat setempat yang hingga saat ini masih berproduksi.

3.2. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel model pemberdayaan masyarakat

b. Variabel aset pembangunan pariwisata

3.3. Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Model pemberdayaan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah bentuk keterlibatan masyarakat didalam proses pengembangan Pantai

Pandawa sebagai daya tarik wisata di Desa Kutuh. Keterlibatan masyarakat

yang dimaksud mencakup keterlibatan di dalam proses perencanaan,

pengorganisasian, pengelolaan hingga pengawasan di dalam pembangunan

pariwisata.
2. Aset Pembangunan pariwisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

berbagai sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat Desa Kutuh baik itu

sumber daya alam, sumber daya manusia maupun kelembagaan masyarakat

yang yang digunakan atau dilibatkan baik secara langsung maupun tidak

langsung di dalam pembangunan pariwisata di Desa Kutuh khususnya di

Pantai Pandawa.

3.4. Jenis Dan Sumber Data

3.4.1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka yang akan disusun serta

diinterpretasikan, seperti jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten

Badung, jumlah wisatawan yang berkunjung ke ke Pantai Pandawa, dan

jumlah penduduk.

2. Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur secara langsung dengan

angka, namun merupakan informasi yang dibutuhkan, seperti potensi Daya

Tarik Wisata Pantai Pandawa, Struktur Organisasi, sejarah Desa Kutuh, dan

informasi lain yang terkait dengan penelitian ini (Buchari Alma, 2004: 106).

3.4.2. Sumber Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini bersumber dari:

1. Sumber Data Primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan secara

langsung di lapangan seperti informasi hasil dari wawancara dengan


masyarakat maupun gambar-gambar yang diambil langsung dari lokasi

penelitian.

2. Sumber Data Sekunder yaitu data telah dikumpulkan dan diolah oleh pihak

lain dalam bentuk data jadi, yang dapat berupa dokumen dan laporan ilmiah

maupun buku-buku yang dipakai sebagai pendukung dan penunjang dalam

proses analisis.

3.5. Instrumen Penelitian

Alat alat yang digunakan untuk membantu proses pengumpulan data di

lapangan antara lain kamera digital dan tape recorder untuk merekam informasi-

informasi yang dikumpulkan dilapangan sehingga mempermudah proses analisis

data selanjutnya. Selain itu digunakan juga pedoman wawancara terstruktur

(interview guideline), dengan tujuan agar dalam proses pengumpulan data dapat

diperoleh informasi-informasi yang tidak jauh menyimpang dari tujuan akhir

penelitian, dalam proses pengumpulan data dipergunakan pula alat tulis untuk

mencatat hasil penelitian di lapangan.

3.6. Teknik Penentuan Informan

Berikut kriteria dalam penentuan informan yang dikutip dari Silalahi,

(2009:316)

1. Menguasai informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti

2. Mampu mengungkapkan pikiran – pikirannya dalam bahasa dan makna

yang mudah dimengerti.

3. Sehat jasmani dan rohani saat wawancara berlangsung.


Berdasarkan kriteria tersebut, maka informan dalam penelitian ini adalah

masyarakat pesisir Pantai Pandawa serta tokoh-tokoh masyarakat dan perangkat

Desa Kutuh Kabupaten Badung.

Metode yang digunakan dalam penentuan informan adalah metode

purposive, dimana penentuan informan ditentukan berdasarkan atas tujuan tertentu

dan atas pertimbangan peneliti.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

1) Observasi yaitu pengumpulan data dengan melaksanakan pengamatan

langsung di lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai

pembangunan pariwisata di Desa Kutuh khususnya di Pantai Pandawa

yang dibantu dengan catatan kecil dan pemotretan.

2) Wawancara berstruktur dilakukan denagn menggunakan instrumen daftar

pertanyaan agar pertanyaan terarah pada perekaman data primer. Juga

dilakukan wawancara mendalam (depth interview) untuk mengetahui

secara lebih rinci data primer yang dicari.

3) Studi kepustakaan, data kepustakaan yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri atas buku, jurnal ilmiah, dokumen organisasi, berita atau liputan

media massa, internet, dan lain-lain. Bahan-bahan pustaka tersebut

diperoleh di berbagai lembaga dan instansi, baik lembaga formal

pemerintah maupun lembaga non pemerintah

3.8. Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil observasi , wawancara dan studi pustaka

akan dianalisis secara kualitatif dan kemudian dideskripsikan sedemikian rupa

sehingga dapat memberikan makna dan gambaran yang jelas untuk menjawab

permasalahan yang tersebut diatas. Analisis kualitatif akan digunakan untuk

mereduksi data data yang dikumpulkan, sehingga memperoleh gambaran tentang

model pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang berbasis

aset di Desa Kutuh khususnya di Pantai Pandawa Kabupaten Badung

3.9. Cara Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data penelitian akan disajikan secara formal yakni penyajian

data dalam bentuk tabel-tabel atau bagan dan penyajian secara informal di mana

hasil penelitian dipaparkan dalam bentuk naratif sehingga kedua bentuk penyajian

data ini dapat memberikan suatu gambaran lengkap dari permasalahan yang akan

dibahas.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Sejarah Desa Kutuh

Sejarah Desa Kutuh berawal dari sejarah Kerajaan Badung yang dipimpin

oleh Raja Badung yaitu Ida Cokorda III yang bergelar Kyai Anglurah Pemecutan

III, pada tahun 1682. Diceritakan pada suatu hari beliau melakukan perjalanan

memasuki hutan belantara yang sangat keramat, indah dan nyaman dihati beliau

yang berada diwilayah Kaki Pulau Bali bagian selatan. Didalam hutan tersebut

beliau bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik yang bernama Ni

Rangdu Kuning yang menghuni hutan keramat. Sebagai seorang lelaki yang

sempurna beliaupun jatuh cinta sama Ni Rangdu Kuning yang akhirnya

dikawininya. Dari hasil perkawinannya dengan Ni Rangdu Kuning lahirlah

seorang Putra yang diberi nama I Gusti Ngurah Ungasan.

Pada suatu saat Ni Rangdu Kuning ditinggal oleh Sang Raja kembali ke

Puri Pemecutan dan tidak pernah kembali lagi, maka Ni Rangdu Kuning tinggal

sendirian bersama putranya. Karena lama Sang Raja tidak kembali maka Ni

Rangdu Kuning mulai melakukan perjalanan ke arah timur dan sampailah disuatu

tempat yang tidak diketahui namanya dan daerah tersebut banyak ditumbuhi oleh

Pohon Kayu Kutuh yang besar – besar, dan sampai sekarang masih ada dua pohon

Kayu Kutuh yang sangat besar. Karena daerah yang dijumpai tersebut banyak

ditumbuhi pohon Kayu Kutuh yang menjadi tempat tinggal Ni Rangdu Kuning,

maka tempat tersebut diberi nama Kutuh oleh beliau, dan seterusnya oleh

masyarakat setempat dijadikan nama Desa yaitu Desa Kutuh ( Desa Adat Kutuh ).
Pada Jaman Penjajahan Belanda di Indonesia, maka Desa Kutuh dijadikan

Perbekelan Desa Kutuh yang dipimpin oleh seorang perbekel. Namun pada masa

kekalahan Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia, Perbekelan Desa Kutuh

digabungkan dengan Perbekelan Desa Ungasan yang berpusat di Desa Ungasan.

Bergabungnya Perbekelan Desa Kutuh dengan Perbekelan Desa Ungasan yaitu

pada Tahun 1941 sampai Tahun 2002.

Atas permintaan masyarakat Desa Kutuh yang ingin memisahkan diri dari

Desa Ungasan maka pada tanggal 25 Juni Tahun 1999 Pemerintah Kabupaten

Badung menjadikan Desa Kutuh sebagai Desa Persiapan Kutuh, dengan

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor : 273 Tahun 1999, dan

mengangkat Drs. I Nyoman Mesir sebagai pejabat Kepala Desa Persiapan Kutuh.

Pada tahun 2002 sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Badung Nomor :

342 Tahun 2002, Tanggal 6 Maret 2002 Desa Persiapan Kutuh resmi menjadi

Desa Dipenitif yaitu Desa Kutuh yang diresmikan oleh Bupati Badung Anak

Agung Oka Ratmadi, SH pada tanggal 12 Maret 2002.

Adapun Kepala Desa yang memegang jabatan di Desa Kutuh sejak Desa

Persiapan dan setelah menjadi Desa Dipinitif sampai sekarang adalah sebagai

berikut (1) Pada masa Desa Persiapan, yaitu Tahun 1999 – 200 dipimpin oleh

Drs. I Nyoman Mesir. (2) selanjutnya pada masa definitif periode 2002 -2007 Drs.

I Nyoman Mesir kembali diberikan kepercayaan untuk memimpin Desa Kutuh

melalui proses pemilihan langsung, dan (3) masa definitif periode 2007-2013

(sampai sekarang) Drs. I Nyoman Mesir kembali diberikan kepercayaan untuk

memimpin Desa Kutuh melalui proses pemilihan langsung


4.1.2. Kondisi Geografis Desa Kutuh

Desa Kutuh terletak di kaki Pulau Bali paling ujung selatan yang termasuk

bagian dari Wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

Dilihat dari lingkungan wilayahnya Desa Kutuh berbatasan dengan :

Disebelah Utara : Kelurahan Jimbaran

Disebelah Timur : Kelurahan Benoa

Disebelah Selatan : Samudra Indonesia

Disebelah Barat : Desa Ungasan

Dilihat dari posisi ketinggian, Desa Kutuh berada rata-rata pada ketinggian 180

meter dari permukaan air laut.

Dilihat dari iklim, Desa Kutuh beriklim tropis yang pada umumnya terdiri

dari 5 bulan musim hujan dan 7 bulan musim kemarau, dengan curah hujan rata-

rata pertahunnya antara 1000 s/d 2000 mm. Sedangkan suhu udara rata-rata

minimum 24 oC dan maksimum 32 oC dengan faktor iklim, curah hujan dan suhu

udara, menunjukan kondisi sedang sehingga kehidupan flora dan fauna dapat

didukung dengan keaneka ragaman tanpa menurunkan kekhasan tersendiri.

Luas wilayah Desa Kutuh adalah seluas 976,800 Ha yang sebagian besar

wilayah Desa Kutuh merupakan wilayah berbukit-bukit dan hanya 5,000 Ha

wilayah Desa Kutuh merupakan wilayah pesisir yang berpasir putih.

Salah satu wilayah pesisir yang kini dikembangkan sebagai daerah tujuan

wisata yaitu Pantai Pandawa yang sebelumnya lebih dikenal dengan nama Pantai

Melasti oleh masyarakat Desa Kutuh dan Secret Beach oleh wisatawan

mancanegara.
Gambar 4.1
Peta Wilayah Desa Kutuh

Sumber: http://desakutuh-badung.net/?page_id=214
4.1.3. Demografi Penduduk dan Lembaga Kemasyarakatan Desa Kutuh

Penduduk memiliki pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan pembangunan, sehingga penduduk merupakan sumber daya

sebagai salah satu faktor penentu pembangunan, berhasil tidaknya pembangunan

tersebut tergantung dari kwalitas sumber daya manusia masing-masing desa.

Sampai dengan 31 Desember 2012 jumlah penduduk Desa Kutuh

sebanyak 3.728 jiwa dengan 800 Kepala Keluarga ( KK ), dengan jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 1.867 orang dan jumlah penduduk perempuan 1.861

orang dan kepadatan penduduk sebesar 124 KK per kilometer persegi.

Mata pencaharian penduduk Desa Kutuh sebagian besar merupakan petani

dan pegawai swasta yang bekerja disektor pariwisata. Pada table 4.1 dapat dilihat

distribusi penduduk menurut mata pencaharian

Tabel 4.1
Distribusi Penduduk Desa Kutuh Menurut Mata Pencaharian
Tahun 2012
NO MATAPENCAHARIAN TAHUN 2009
1 Petani 793 orang
2 Buruh 24 orang
3 Jasa Perdagangan 152 orang
4 Tukang / Lainnya 61 orang
5 Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) 42 orang
6 Pegawai Swasta 771 orang
7 Dokter / Bidan / Paramedis 5 orang
8 TNI / POLRI - orang
9 Pensiunan TNI / POLRI - orang
10 Pengrajin 8 orang
11 Belum / Tidak Bekerja - orang
JUMLAH 1.861 orang
Sumber: Profil Desa dan Kelurahan Desa Kutuh, 2012

Lembaga kemasyarakatan atau pun organisasi kemasyarakatan yang

tumbuh dan berkembang di Desa Kutuh merupakan mitra kerja bagi Pemerintahan
Desa Kutuh dalam melaksanakan pembangunan dalam arti luas. Organisasi-

organisasi yang ada di Desa Kutuh antara lain :

1. Badan Permusyawaratan Desa ( BPD ) Desa Kutuh

2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ( LPM )

3. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga ( PKK )

4. Karang Teruna Tunas Jaya

5. Pertahanan Sipil ( HANSIP )

6. Kelompok Tani Ternak terdiri dari 12 kelompok yaitu ; (1)Kelompok

Tani Ternak Tulus Dadi,(2) Kelompok Tani Ternak Bakis Sari, (3)

Kelompok Tani Ternak Tulus Kabeh, (4) Kelompok Tani Ternak Eka

Amerta, (5) Kelompok Tani Ternak Rare Angon, (6) Kelompok Tani

Ternak Mekar Jati, (7) Kelompok Tani Gubug, (8) Kelompok Tani Ternak

Jagat Karana, (9) Kelompok Tani Ternak Bekul Sari, (10) Kelompok Tani

Ternak Batu Medinding, (11) Kelompok Tani Ternak Cungkingan dan

(12) Kelompok Tani Ternak Nandi Jaya

7. Kelompok Subak Abian yang terdiri dari; (1) Subak Abian Pantigiri,

(2)Subak Abian Tulus Dadi dan (3) Subak Abian Kertha Buana.

8. Sekaa Teruna Teruni ( STT )

STT. Yowana Santhi Banjar Adat Petangan,

STT. Giri Mustika Werdhi Banjar Adat Pantigiri,

STT. Yowana Dharma Santhi Banjar Adat Kaja Jati,

STT. Giri Kesuma Banjar Adat Jaba Pura.

9. Kelompok Belajar Paket ( Kejar Paket )


10. Kelompok Nelayan dan Rumput Laut diantanya; (1)Kelompok Tani

Rumput Laut Merta Sari, (2) Kelompok Tani Rumput Laut Segara

Amertha, (3) Kelompok Tani Rumput Laut Artha Segara Jati, (4)

Kelompok Tani Rumput Laut Sari Segara dan (5) Kelompok Tani Rumput

Laut Giri Segara.

11. Sekaa Santhi diantaranya; (1)Sekaa Santhi Giri Yasa, (2) Sekaa Santhi

Sekar Alit, (3) Sekaa Santhi Candra Githa dan (4)Sekaa Santhi Puspa Ayu

12. Kelompok Kesenian antara lain; (1) Sekaa Gong Suara Dharma Githa

Banjar Petangan, (2) Sekaa Gong Sancita Werdhi Banjar Pantigiri, (3)

Sekaa Gong Merdu Suara Jati Banjar Kaja Jati,(4) Sekaa Gong Kartika

Sandhi Banjar Jaba Pura, (5) Sekaa Angklung Suara Kartika, (6) Sekaa

Angklung Kartika Sandhi Banjar Jaba Pura, (7) Sekaa Cak Suara Giri

Kencana Banjar Pantigiri dan (8) Sanggar Tari Puspa Ayu

13. Lembaga Perekonomian dan Keuangan yaitu; Lembaga Perkreditan Desa

(LPD), Koperasi Pantigiri dan Koperasi Tulus Jaya

14. Perkumpulan Olah Raga antara lain; (1) Persatuan Sepak Bola Banjar

Petangan, (2) Persatuan Sepak Bola Banjar Pantigiri, (3) Persatuan Sepak

Bola Banjar Kaja Jati, (4) Persatuan Sepak Bola Banjar Jaba Pura, (5)

Persatuan Pencak Silat Bhakti Negara, (6) Persatuan Bulu Tangkis Karang

Putih

15. Lembaga Pecalang


4.2. Potensi Daya Tarik Wisata di Pantai Pandawa Desa Kutuh

Potensi daya tarik wisata suatu daerah meliputi segala hal atupun sumber

daya baik itu yang nyata dan dapat diraba maupun yang tidak yang dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan kepariwisataan (Darmadjati,1995). Potensi

daya tarik wisata ini dapat berupa potensi alamiah yaitu potensi fisik yang telah

disediakan oleh alam dan juga potensi budaya yang merupakan hasil cipta

manusia baik pada masa lampau, sekarang maupun yang akan datang.

4.2.1. Potensi Daya Tarik Wisata Alamiah Pantai Pandawa

Potensi alam yang dimiliki oleh Pantai Pandawa yang dimanfaatkan untuk

menarik kedatangan wisatawan antara lain kontur alam yang berbukit, pantai yang

berpasir putih, dan pemandangan bawah laut berupa terumbu karang

Kontur alam yang berbukit sebelum mencapai daerah pantai Pandawa

memberikan pemandangan alam yang dapat dinikmati oleh wisatawan sebelum

mereka mencapai daerah Pantai Pandawa. Wisatawan akan disuguhi

pemandangan Pantai Pandawa dan Samudera Hindia dari atas bukit. Wisatawan

juga dapat menikmati pemandangan matahari terbit dipagi hari. Penataan yang

baik, kontur alam yang berbukit ini dapat dijadikan dayatarik wisata yang

potensial untuk menarik kedatangan wisatawan.

Daerah Pantai Pandawa merupakan data tarik utama bagi wisatawan untuk

mengunjungi Desa Kutuh. Meskipun daerah pantai yang dimiliki oleh Desa Kutuh

hanya 5 Ha namun pantai yang membentang dari timur ke barat memiliki pasir

putih dan perairan yang cukup tenang dibeberapa bagian. Daerah Pantai Pandawa

merupakan pantai yang memiliki perairan yang cukup tenang sehingga selain
dapat menikmati pemandangan pantai wisatawan juga dapat melakukan aktivitas

seperti berenang dan juga bermain cano. Dibeberapa bagian pantai ini langsung

dibatasi tebing berkarang dan juga dasar perairan pantai berkarang sehingga

kurang aman untuk melakukan aktivitas berenang ataupun bermain cano.

Gambar 4.2
Pemandangan Pantai Pandawa dari Atas Bukit

Selain memiliki Pantai landai yang berpasir putih, di bagian barat daerah

Pantai Pandawa juga memiliki pesona pemandangan bawah air yang berupa

terumbu karang yang dihuni berbagai macam ikan laut. Bagi wisatawan

penggemar aktivitas snorkeling, pantai Pandawa dapat menjadi salah satu spot

snorkeling di wilayah Bali selatan pada Umumnya.

Gambar 4.3
Potensi Daya Tarik Wisata Bawah Laut Pantai Pandawa
4.2.2. Potensi Daya Tarik Wisata Budaya Pantai Pandawa

Selain memiliki potensi daya tarik wisata alamiah Pantai Pandawa Desa

Kutuh juga memiliki potensi daya tarik budaya seperti kehidupan masyarakat

Desa Kutuh, ladang pertanian rumput laut dan juga bangunan-bangunan yang

memang dibuat khusus diperuntukkan untuk pengembangan kepariwisataan di

Desa Kutuh.

Masyarakat pesisir Desa Kutuh sebagian besar merupakan nelayan dan

petani rumput laut khususnya di daerah Pantai Pandawa. Lahan rumput laut

dipesisir Pantai Pandawa mencapai 750 m2. Hamparan lahan budidaya rumput

laut dan kegiatan mnasyarakat petani rumput laut itu sendiri dapat menjadi atraksi

yang menarik bagi wisatawan. Kegiatan menanam ataupun memanen rumput laut

juga dapat dijadikan atraksi bagi wisatawan yang berminat untuk melakukan

kegiatan tersebut.

Gambar 4.4
Kehidupan masyarakat Petani Rumput Laut di Pantai Pandawa

Sepanjang jalan masuk menuju Pantai Pandawa pada dinding-dinding

tebing sedang dibuatkan ceruk-ceruk yang didalamnya akan ditempatkan patung

tokoh-tokoh pewayangan pendawa lima sesuai dengan nama yang diberikan untuk

pantai tersebut. Ukuran patung yang cukup besar serta menghadap kelaut akan
memberikan daya tarik tersendiri dimana saat menyaksikan patung-patung

tersebut sekaligus dapat menikmati pemandangan laut dari kaki2 patung tersebut.

Meskipun masih dalam tahap pembangunan kedepannya keberadaan patung-

patung tersebut dapat menjadi salah satu daya tarik yang dapat dinikmati oleh

wisatawan yang datang.

Mayarakat pesisir Pantai Pandawa juga sedang melakukan usaha

penanaman terumbu karang di bagian barat pantai Pandawa. Selain bertujuan

untuk melestarikan dan menambah terumbu karang alami yang telah ada

sebelumnya, penanaman terumbu karang ini juga bertujuan untuk merekayasa

taman bawah laut agar sesuai dengan konsep yang direncanakan.

Olahan makanan yang berbahan dasar rumput laut yang telah

dikembangkan oleh kelompok wanita tani rumput laut juga dapat menjadi salah

satu daya tarik kuliner yang dapat dikembangkan sebagai makanan khas Pantai

Pandawa yang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil rumput laut di Bali.

4.3. Usaha Masyarakat Desa Kutuh dalam Pengembangan Pantai Pandawa

Sebagai Daerah Tujuan Wisata

Menyadari berbagai potensi yang dimiliki oleh Desa Kutuh khususnya di

Pantai Pandawa, Masyarakat Desa Kutuh bersama-sama dengan pemerintah desa

mulai melakukan penataan di Pantai Pandawa untuk dapat dikembangkan sebagai

daerah tujuan wisata.

Pantai pandawa sebelumnya telah lebih dikenal dengan nama pantai

melasti oleh masyarakat setempat, karena pantai ini awalnya memang lebih sering
digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan upacara keagamaan umat

hindu seperti melasti dan juga rangkaian upacara ngaben. Jalan menuju pantai ini

pada saat itu masih sangat sulit karena harus menuruni bukit kapur yang cukup

terjal untuk sampai di daerah pantai.

Kondisi perairan pantai Melasti yang cukup tenang dan cocok untuk lahan

budidaya rumput laut serta keberhasilan desa tetangganya,Desa Sawangan, dalam

mengembangkan rumput laut maka masyarakat Desa Kutuh juga mulai melirik

usaha budidaya rumput laut di Pantai Melasti. Seiring berkembangnya usaha

budidaya rumput laut di pantai ini masyarakat khususnya para petani rumput laut

mulai membuat jalan untuk mempermudah mereka mengangkut hasil rumput

lautnya meskipun belum dapat dilalui kendaraan.

Seiring perkembangan kegiatan pariwisata di daerah-daerah sekitar Desa

Kutuh seperti Nusa Dua, Sawangan, Pecatu dan Jimbaran, Desa Kutuh pun mulai

sering dilewati oleh wisatawan. Banyak wisatawan khususnya yang hobi bermain

surfing mulai mencari-cari pantai khususnya yang berada di Wilayah Bali selatan

dimana mereka dapat tempat untuk menyalurkan hobinya. Akhirnya wisatawan

menemukan pantai Melasti ini yang kemudian mereka sebut dengan nama Secret

Beach. Diberi nama Secret Beach karena pantai ini memang tersembunyi di balik

bukit kapur dan jalan menuju pantai pada saat awal mereka datang masih sangat

sulit untuk dilalui, sehingga mereka harus berjalan kaki cukup jauh untuk dapat

mencapai pantai tersebut. Tidak diketahui secara pasti siapa wisatawan yang

memberikan nama Secret Beach. Nama Secret Beach lebih dulu dikenal diluar

negeri khususnya oleh kalangan wisatawan mancanegara bahkan masyarakat Desa


Kutuh sendiri pada awalnya tidak mengetahui bahwa pantai melasti yang berada

di wilayah mereka lebih dikenal dengan nama Secret beach dilakangan wisatawan

mancanegara.

Seiring dengan semakin berkembangnya pariwisata khususnya di

Kecamatan Kuta Selatan dan semakin banyaknya wisatawan mancanegara yang

mengunjungi Pantai Melasti atau Secret Beach pada tahun 1999 pemerintah Desa

Kutuh bersama dengan Masyarakat Desa Kutuh mulai membangun akses jalan

yang lebih lebar untuk menuju Pantai Melasti. Membutuhkan waktu selama

kurang lebih 4 tahun untuk mengeruk dan membelah perbukitan kapur sehingga

akses jalan menuju Pantai Melasti dapat lebih mudah dan dapat dilalui kendaraan.

Jalan yang masih berupa batu kapur ini memberikan kemudahan baik bagi

wisatawan yang ingin mengunjungi Pantai Melasti atau Secret Beach maupun bagi

masyarakat Desa Kutuh khususnya petani rumput laut untuk mengangkut hasil

usahanya.

Dengan dibukanya jalan menuju Pantai Melasti pada tahun 1999 tersebut,

kunjungan wisatawan khususnya mancanegara semakin meningkat. Berbagai

usaha kepariwisataan pun mulai bermunculan disekitar pantai Melasti seperti

Villa, paragliding dan paralayang. Namun usaha-usaha ini lebih banyak dikelola

oleh perorangan dan juga warga negara asing.

Melihat fenomena dimana pantai Melasti yang mulai banyak dikunjungi

oleh wisatawan khususnya wisatawan asing dan semakin banyaknya usaha-usaha

pariwisata yang dikelola oleh warganegara asing, masyarakat Desa Kutuh

kemudian berinisiatif untuk mengembangkan dan mengelola Pantai melasti ini


sebagai daerah tujuan wisata tanpa mengesampingkan usaha pertanian rumput laut

masyarakat yang telah ada sebelumnya.

Untuk menjadikan pantai Pandawa sebagai daerah tujuan wisata yang

baru, masyarakat Desa Kutuh khususnya lagi masyarakat yang bertani rumput laut

di pantai Melasti ini, sedikit demi sedikit mulai menata daerahnya seperti

melakukan pengaspalan jalan masuk menuju pantai, menata gubuk-gubuk

penyimpanan hasil rumput laut para petani, membuat pedestrian disepanjang

pantai, membersihkan areal pantai dan juga mengatur areal pertanian rumput laut

dari bibir pantai agar pengunjung yang ingin berenang tidak sampai mengganggu

rumput laut yang mereka tanam. Tebing-tebing di sepanjang jalan masuk juga

dipercantik dengan pembuatan patung-patung dari tokoh-tokoh pewayangan

Pandawa yang diletakkan di dalam ceruk-ceruk dinding tebing di sepanjang jalan

masuk menuju pantai.

Gambar 4.5
Pembangunan Jalan Menuju Pantai Pandawa

Selain untuk menambah daya tarik wisata pembangunan patung-patung ini juga

untuk memperkuat branding dari nama Pantai Pandawa itu sendiri.

Setelah berbagai penataan yang dilakukan di areal pantai, pada tanggal 27

Desember 2012 Pantai Melasti diresmikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata
baru dengan nama Pantai Pandawa. Peresmian ini dilakukan bersamaan dengan

diadakannya Pandawa Beach Festival dimana berbagai kegiatan dan perlombaan

baik seni dan olahraga yang diikuti oleh seluruh Masyarakat Desa Kutuh

dilaksanakan di areal Pantai Pandawa ini.

Meskipun telah diresmikan pada akhir tahun 2012 namun pengelolaan

Pantai Pandawa sebagai daerah tujuan wisata baru efektif dari bulan February

2013. Berbagai usaha wisata pun dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat

Desa Kutuh untuk mendukung Pantai Pandawa sebagai daerah tujuan wisata

antara lain jasa penyewaan payung pantai, penyewaan kano, warung-warung

makanan dan minuman, snorkeling, paragliding dan agrowosata khususnya sea

farming. Usaha-usaha ini ada yang dikelola secara berkelompok seperti usaha

snorkeling, paragliding dan agrowisata laut, dan juga dikelola atau milik

perorangan seperti jasa penyewaan payung pantai dan penyewaan kano serta

warung makanan dan minuman.

Gambar 4.6
Berbagai Usaha di Pantai Pandawa

Pengembangan dan Pengelolaan Pantai Pandawa di Desa Kutuh

sepenuhnya dilakukan secara mandiri oleh masyarakat Desa Kutuh Sendiri dengan
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat itu

sendiri. Modal finansial untuk membangun sarana dan prasarana di Pantai

Pandawa maupun modal usaha bagi masyarakat Desa Kutuh yang ingin membuka

usaha pariwisata di Pantai Pandawa, sepenuhnya merupakan pinjaman dari LPD

Desa Kutuh sendiri. Pengembalian modalnya diperoleh dari pendapatan tiket

masuk kendaraan dan pengunjung ke Pantai Pandawa, hasil retribusi dari

masyarakat Desa Kutuh yang memiliki usaha pariwisata di Pantai Pandawa.

Kerjasama dengan pihak perbankan salah satunya dengan Bank Mandiri

juga dilakukan namun pinjaman modal dari pihak luar ini lebih ditujukan kepada

para petani rumput laut untuk mengembangkan usaha budidaya rumput lautnya.

Pinjaman modal dengan bunga rendah dari perbankkan ini diharapkan nantinya

dapat meringankan beban para petani rumput laut dalam menjalankan usaha

budidaya rumput lautnya sehingga dengan demikian mereka akan tetap tertarik

untuk membudidayakan rumput laut sehingga budaya masyarakat yang berbasis

pada budaya pesisir sebagai petani rumput laut akan tetap terjaga yang menjadi

salah satu potensi budaya yang dapat menarik kedatangan wisatawan.

Pengembangan usaha jasa pariwisata di areal pantai Pandawa seperti usaha

warung makanan dan minuman, penyewaan payung dan cano juga dilakukan

pemerataan kepada seluruh masyarakat yang ingin berusaha di wilayah tersebut.

Salah satu usaha pemerataan tersebut antara lain dengan membatasi jumlah

kepemilikan jumlah payung dan cano yang boleh disewakan sehingga tidak terjadi

monopoli dari masyarakat yang memiliki modal yang lebih besar. Kepemilikan

payung dan kano dibatasi hanya 2 payung per orang dan 5 kano per orang,
sedangkan untuk usaha warung sementara ini masyarakat khususnya petani

rumput laut diijinkan mendirikan sebuah bangunan di depan gubuk-gubuk tempat

mereka menyimpan hasil rumput lautnya. Namun kedepannya usaha warung ini

akan dibuatkan tempat khusus seperti gazebo-gasebo di sepanjang pantai dimana 1

bangunan gazebo akan diberikan kepada max 3 orang dari masyarakat Desa

Kutuh untuk berdagang minuman dan makanan ringan saja. Sedangkan untuk

jenis makanan lainnya dan cinderamata akan dibuatkan tempat khusus diluar areal

pantai Pandawa. Usaha snorkeling, diving dan paragliding masih dikelola secara

berkelompok mengingat selain membutuhkan peralatan dengan modal yang cukup

mahal juga dibutuhkan tenaga ahli untuk menjalankan usaha tersebut.

Pengembangan daya tarik wisata bawah air yang dimiliki oleh Pantai

Pandawa juga dilakukan dengan melakukan penanaman terumbu karang untuk

menambah jumlah terumbu karang yang telah tumbuh secara alami. Lokasi

penanaman terumbu karang yang baru ini juga ditata sedemikian rupa sehingga

sehingga kedepannya taman bawah laut ini akan dapat menjadi sebuah diorama

kisah pemutaran gunung giri mandara.

Pengembangan sumber daya manusia masyarakat Desa Kutuh dalam

rangka mendukung pengembangan Pantai Pandawa sebagai daerah tujuan wisata

juga dilakukan diantaranya dengan memberikan pelatihan-pelatihan ketrampilan

bagi masyarakat Desa Kutuh khususnya ketrampilan yang terkait dengan

pariwisata seperti ketrampilan berbahasa asing dan ketrampilan massage.

Penyuluhan-penyuluhan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat untuk


menjaga kebersihan, ketertiban, keamanan dan kenyamanan bagi wisatawan, yang

merupakan hal penting dalam pembangunan pariwisata.

Gambar 4.7
Penanaman Terumbu Karang

4.4. Model Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Pariwisata

Berbasis Aset di Desa Kutuh

Konsep pemberdayaan masyarakat merupakan bagian integral dalam

mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Implementasi pemberdayaan

masyarakat dalam pembangunan pariwisata menjadi sangat penting dengan

beberapa alasan antara lain(Okasaki, 2008); pertama, interaksi dengan masyarakat

lokal berdampak langsung pada pengalaman wisatawan saat berwisata karenanya

sikap penerimaan masyarakat pada pembangunan pariwisata menjadi sangat

penting. Kedua, dukungan masyarakat lokal menjadi akses yang sangat penting

dalam upaya pemanfaatan sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang

berada di wilayahnya untuk pembangunan pariwisata. Ketiga, masyakat menjadi

garda terdepan untuk menjaga lingkungan alam dan budayanya yang dijadikan

produk pariwisata. Keempat, untuk mewujudkan pembangunan yang


berkelanjutan dalam perencanaan harus mengintegrasikan dengan pembangunan

sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan.

Pembangunan pariwisata berbasis asset merupakan sebuah konsep dimana

pembangunan sosial politik dan ekonomi yang dapat mendorong pemerataan

pendapatan dan akumulasi asset pada masyarakat lokal dimana pariwisata

menjadi core-business yang sesuai dengan potensi dan asset yang dimiliki daerah

wisata yang bersangkutan(Rukendi, 2010).

Seperti dijelaskan diatas bahwa akses untuk dapat memanfaatkan sumber

daya alam maupun sumber daya manusianya maka pemberdayaan masyarakat

diwilayah tersebut mutlak harus diimplementasikan, sehingga dengan demikian

manfaat pembangunan dapat dirasakan oleh masyarakat yang pada akhirnya

mendorong mereka untuk menjaga sumber daya atau asset yang dimilikinya untuk

menjamin keberlangsungan pembangunan tersebut. Demikian pula halnya dengan

pembangunan pariwisata di Pantai Pandawa di Desa Kutuh. Pemberdayaan

masyarakat Desa Kutuh menjadi bagian integral yang tidak dapat dipisahkan

dalam perencanaan pembangunan pariwisata sehingga dengan demikian

pembangunan pariwisata di Pantai Pandawa dapat terus berkelanjutan.

Model pemberdayaan masyarakat di Desa Kutuh dalam pembangunan

pariwisata di Pantai Pandawa yang berbasis pada pemanfaatan asset di wilayah

tersebut dapat dilihat dari dua sudut pandang

1. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Pembangunan Pariwisata

2. Distribusi manfaat dari pembangunan pariwisata di masyarakat


4.4.1. Partisipasi Masyarakat Desa Kutuh dalam Pembangunan Pariwisata di

Pantai Pandawa

Wujud partisipasi masyarakat Desa Kutuh dalam pembangunan pariwisata

di Pantai Pandawa antara lain :

1. Melibatkan kelompok-kelompok tani rumput laut yang ada di Pantai

Pandawa dalam proses perencanaan, pembangunan dan pengelolaan Pantai

Pandawa sebagai daerah tujuan wisata. Pantai pandawa merupakan sumber

penghasilan ekonomi bagi masyarakat Desa Kutuh sebagai petani rumput

laut dan merupakan salah satu sentra penghasil rumput laut di Kabupaten

Badung khususnya dan Bali pada umumnya sehingga petani rumput laut

dan hasil rumput lautnya merupakan asset perekonomian yang cukup

penting di wilayah tersebut. Kedatangan wisatawan ke pantai tersebut

dipandang sebagai sumber tambahan penghasilan bagi para petani

sehingga petani rumput laut dalam pembangunan pariwisata yang

memanfaatkan asset petani rumput laut ini dilibatkan secara aktif dalam

proses pembangunan pariwisata di Pantai Pandawa.

2. Memanfaatkan peran LPD (Lembaga Perkreditan Desa) Desa Kutuh

sebagai lembaga keuangan Desa dalam pendanaan pembangunan Pantai

Pandawa. Lembaga Perkreditan desa di Desa Kutuh merupakan lembaga

keuangan masyarakat Desa yang menghimpun dana masyarakat Desa

Kutuh khususnya untuk dikelola secara professional sehingga dapat

memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Dana masyarakat yang

terhimpun dan kemudian digunakan untuk membantu mendanai


pembangunan Pantai Pandawa secara tidak langsung merupakan wujud

partisipasi masyarakat dalam pembangunan pariwisata di Pantai Pandawa

3. Memaksimalkan peran elemen-elemen masyarakat lokal dalam

pengelolaan Pantai Pandawa. Peran kelompok wanita tani rumput laut

untuk mengolah hasil rumput laut sehingga dapat dijadikan sajian kuliner

bagi wisatawan yang berkunjung, kelompok-kelompok kesenian yang

memberikan hiburan dan atraksi bagi wisatawan serta organisasi-

organisasi kepemudaan, LKMD, kelompok Pecalang dan lainnya

merupakan elemen-elemen masyarakat yang dapat memberikan

kontribusinya dalam pembangunan pariwisata di Pantai pandawa.

4.4.2. Distribusi Manfaat Pembangunan Pariwisata di Pantai Pandawa

Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan berbasis aset pada

hakekatnya bertujuan untuk memberikan manfaat positif secara maksimal kepada

masyarakat itu sendiri. Karenanya model pemberdayaan masyarakat ini selaiknya

disusun sedemikian rupa sehingga mampu mendistribusikan manfaat

pembangunan secara merata dan adil.

Adapun distribusi manfaat pembangunan pariwisata melalui

pemberdayaan masyarakat di Pantai Pandawa Desa Kutuh antara lain dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Pembangunan akses jalan ke Pantai pandawa tidak semata-mata bertujuan

untuk memudahkan wisatawan untuk berkunjung namun lebih kepada


memberikan kemudahan bagi petani rumput laut untuk mengangkut hasil

pertanian mereka.

2. Kedatangan wisatawan memberikan peluang bagi masyarakat setempat

khususnya petani rumput laut untuk membuka usaha meski masih dalam

sekala kecil untuk menambah sumber penghasilan ekonomi keluarga.

3. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal khususnya generasi muda.

4. Keuntungan ekonomi dari pengelolaan Pantai Pandawa sebagai daerah

tujuan wisata secara kelembagaan dapat membantu pendanaan

pembangunan dibidang lainnya.

5. Memberikan tempat rekreasi bagi masyarakat lokal. Dengan dibukanya

pantai Pandawa sebagai daerah tujuan wisata serta tersedianya sarana dan

prasarana yang mendukung, selain dapat dimanfaatkan oleh wisatawan

juga dapat dinikmati oleh masyarakat lokal.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembangunan pariwisata di Pantai Pandawa Desa Kutuh pada hakekatnya

memanfaatkan asset sumber daya alam dan sumber daya budaya yang dimiliki

oleh masyarakat Desa Kutuh khususnya di wilayah Pantai Pandawa. Adapun

Potensi sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata alamiah di

Pantai Pandawa antara lain; perbukitan kapur yang menghadap Samudera Hindia

sehingga memberikan pemandangan alam yang sangat menarik serta

pemandangan matahari terbit, pantai yang berpasir putih dengan perairan yang

cukup tenang dan terumbu karang yang dihuni berbagai macam ikan laut.

Potensi daya tarik wisata budaya yang dimiliki oleh masyarakat Desa

Kutuh khususnya di daerah Pantai Pandawa antara lain; hamparan ladang

pertanian rumput laut, kehidupan masyarakat petani rumput laut itu sendiri, olahan

makanan yang berbahan dasar rumput laut, patung-patung dari tokoh-tokoh

pewayangan Pandawa Lima dan kegiatan penanaman terumbu karang.

Potensi daya tarik wisata yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Kutuh

khususnya di wilayah Pantai Pandawa di kembangkan untuk tujuan pembangunan

pariwisata dengan melakukan berbagai usaha antara lain; menata lingkungan di

Pantai pandawa sehingga nyaman untuk dikunjungi, membangun dan

menyediakan sarana pendukung seperti warung makanan dan minuman,


penyewaan peralatan snorkeling, paragliding, agrowisata, kano dan lainnya,

melakukan pelatihan pelatihan dan penyuluhan-penyuluhan untuk menumbuhkan

sadar wisata di kalangan masyarakat dan menambah ketrampilan yang

mendukung kegiatan kepariwisataan di Pantai Pandawa.

Model pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pariwisata yang

berbasis asset di pantai pandawa dilakukan dengan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pembangunan serta pendistribusian manfaat pembangunan

secara adil dan merata kepada masyarakat Desa Kutuh pada umumnya dan Pantai

Pandawa pada khususnya. Adapun wujud partisipasi masyarakat dalam

pembangunan berbasis asset di Pantai pandawa antara lain;

1. Melibatkan kelompok-kelompok tani rumput laut yang ada di Pantai

Pandawa dalam proses perencanaan, pembangunan dan pengelolaan

Pantai Pandawa sebagai daerah tujuan wisata

2. Memanfaatkan peran LPD (Lembaga Perkreditan Desa) Desa Kutuh

sebagai lembaga keuangan masyarakat desa untuk mendanai

pembangunan di Pantai Pandawa.

3. Memaksimalkan peran elemen-elemen masyarakat lokal dalam

pengelolaan Pantai Pandawa.

Adapun distribusi manfaat pembangunan pariwisata melalui

pemberdayaan masyarakat di Pantai Pandawa Desa Kutuh antara lain;

pemanfaatan akses jalan ke pantai Pandawa untuk meningkatkan kegiatan

perekonomian masyarakat, membuka pelung usaha, membuka lapangan kerja,


mendorong pembangunan dibidang lainnya dan memberikan tempat rekreasi bagi

masyarakat lokal.

5.2. SARAN

Pantai Pandawa sebagai daerah tujuan wisata masih pada tahap

pengembangan sehingga kontrol dan keterlibatan masyarakat lokal dalam

pembangunan masih kuat karena kebutuhan akan sarana dan prasarana masih

dalam sekala kecil sehingga masyarakat lokal masih sanggup untuk

memenuhinya. Namun seiring dengan perkembangan dan peningkatan jumlah

wisatawan yang diharapkan akan datang berkunjung ke Pantai Pandawa akan

mendorong kebutuhan akan sarana dan prasarana yang lebih baik yang tentu saja

membutuhkan modal yang lebih besar. Hal ini dikhawatirkan akan mendorong

datangnya para investor-investor dari luar masyarakat lokal untuk menanamkan

modalnya di Pantai Pandawa yang pada akhirnya akan melemahkan kekuatan

masyarakat lokal atas kontrol dan partisipasinya dalam pembangunan pariwisata

di daerahnya. Untuk mencegah terjadinya hal ini beberapa saran yang dapat

diberikan antara lain ;

1. Memperkuat kelembagaan masyarakat lokal yang terkait di dalam

pengelolaan Pantai Pandawa, baik dari sisi finansial maupun system

kelembagaan melalui pelatihan-pelatihan maupun pendampingan dari

pihak-pihak atau lembaga-lembaga yang lebih ahli.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kepemilikan asset

demi keberlangsungan pembangunan pariwisata.


3. Adanya regulasi baik dari lembaga adat maupun dari institusi

pemerinatahan yang mampu mencegah berpindahnya asset dari

masyarakat lokal kepada pihak-pihak diluar masyarakat lokal, ataupun

penguasaan asset oleh segelintir orang yang memungkinkan terjadinya

monopoli.
DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2013. Berita Resmi Statistik No. 10/02/Th.XVI, 1 February 2013 :


Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Nasional Desember 2012.

Kartasasmita, Ginanjar. 1997. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan


Yang Berakar Pada Masyarakat. Materi pada Sarasehan DPD GOLKAR
Tk. I Jawa Timur 14 Maret 1997.

Nikijuluw, Viktor P.H. 2001. Populasi dan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir
serta Strategi Pemberdayaan Mereka Dalam Konteks Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. Makalah pada Pelatihan Pengelolaan
Pesisir Terpadu. Proyek Pesisir, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Lautan, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Okazaki, Etsuko. 2008. A Community-Based Tourism Model: its Conception and


Use. Jurnal Of Sustainable Tourism vol 16 no 5(511-529).

Payne M. 1997. Modern Social Work Theory. Edisi Kedua. London: MacMillan
Press Ltd.

Picard, Michel. 2006. Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. Jakarta.
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Forum Jakarta –Paris.

Profil Desa dan Kelurahan Desa Kutuh Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten
Badung Provinsi Bali Tahun 2012

Rukendi, Cecep dan Baskoro,Bra. 2010. Pembangunan Pariwisata Berbasis Aset


dalam Rangka Memerangi Kemiskinan di Indonesia, dalam Hermantoro,
Hengky dkk. 2010. Pariwisata Mengikis Kemiskinan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kepariwisataan. Jakarta.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial, Bandung. Refika Aditama.

Slamet, M. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Membetuk Pola Perilaku


Manusia Pembangunan. Disunting oleh Ida Yustina dan Adjat Sudradjat.
Bogor: IPB Press.

Sofield, T.H.B. 2003. Empowerment For Sustainable Tourism Development.


Tourism Social Science Series, UK: Elservier Science Ltd., Pergamon.

Sumardjo. 1999. ”Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju


Pengembangan Kemandirian Petani: Kasus di Propinsi Jawa Barat”.
Disertasi Doktor. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Web Resmi Desa Kutuh KAbupaten Badung. tt. Desa Kutuh Kuta Selatan –
Badung – Bali. Diunduh dari http://desakutuh-badung.net/ pada tanggal 1
september 2013.

Anda mungkin juga menyukai