Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

PENATAAN PERMUKIMAN KUMUH MASYARAKAT PESISIR


DI DESA SANGSIT

Tim Pelaksana :
Putu Indra Christiawan, S.Pd., M.Sc.
NIP. 198707172014041002
I Putu Ananda Citra, S.Pd., M.Sc.
NIP. 198408182008121001
Made Arie Wahyuni, SE.,M.Si.
NIP. 198301052008122002

Dibiayai dari:
Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha
dengan SPK Nomor: 73/UN48.16/PM/2016 tanggal 25 Februari 2016

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2016
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

1. Judul Proposal : Penataan Permukiman Kumuh Masyarakat


Pesisir di Desa Sangsit
2. Ketua Tim Pengusul
a. Nama Ketua : Putu Indra Christiawan, S.Pd., M.Sc.
b. NIP/NIDN : 198707102014041002/0017078701
c. Bidang Keahlian : Geografi/Pengembangan Wilayah
d. Jabatan/Pangkat/Golongan : Asisten Ahli/Penata Muda Tk.1/IIIb
e. Jurusan/Fakultas : Pendidikan Geografi/Ilmu Sosial
g. Alamat Rumah/Telp : BTN Banyuning Indah B.37 Singaraja/
081805329239
3. Jumlah Anggota Tim
a. Identitas Anggota 1 :
- Nama lengkap : I Putu Ananda Citra, S.Pd., M.Sc.
- NIP : 198408182008121001
- Jabatan/Pangkat/Gol : Lektor/Penata Muda Tk.1/IIIb
b. Identitas Anggota 2 :
- Nama lengkap : Made Arie Wahyuni, SE.,M.Si.
- NIP : 198301052008122002
- Jabatan/Pangkat/Gol : Asisten Ahli/Penata Muda Tk.1/IIIb
4. Lokasi Kegiatan : Desa Sangsit, Kecamatan Sawan
5. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp 15.000.000,-

ii
PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang
Widhi Wasa), karena berkat rahmat serta tuntunan-Nya penyelenggaraan kegiatan
P2M sampai penyusunan laporan akhir ini dapat diselesaikan tanpa hambatan.
Kegiatan P2M ini dilaksanakan dengan tujuan untuk: (1) mendesain visi misi
penataan permukiman kumuh masyarakat pesisir, (2) meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman masyarakat pesisir, khususnya masyarakat nelayan di dalam
menjaga kualitas permukiman dan (3) menata permukiman kumuh masyarakat
pesisir di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Dalam
perencanaan sampai dengan penulisan laporan akhir P2M ini kami banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, pada kesempatan yang baik
ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas
Pendidikan Ganesha atas penugasan dan dana yang diberikan untuk
menyelenggarakan P2M ini.
2. Kepala Desa Sangsit yang telah merekomendasi pelaksanaan kegiatan ini.
3. Kepala Dusun Pabean Sangsit serta masyarakat nelayan Desa Sangsit
Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng yang telah ikut serta secara aktif
dalam kegiatan P2M ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang juga telah
membantu dalam penyelenggaraan kegiatan P2M ini.
Akhirnya, kami berharap semoga kegiatan P2M ini ada memberikan
manfaat dan sumbangsih, terutama kepada masyarakat nelayan yang ingin
mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang penataan permukiman kumuh
skala mikro. Saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak juga sangat
kami harapkan untuk kesempurnaan kegiatan selanjutnya.

Singaraja, 22 Juli 2016


Tim Pelaksana P2M

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
PRAKATA ................................................................................................... .. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ .. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ .. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... .. vi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Analisis Situasi ......................................................................... 3
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ........................................ 9
1.3 Tujuan Kegiatan ....................................................................... 11
1.4 Manfaat Kegiatan ..................................................................... 11

BAB II METODE PELAKSANAAN ..................................................... .. 13


3.1 Rancangan Evaluasi ................................................................. 13
3.2 Rencana dan Jadwal Kerja ....................................................... 14
3.3 Tahapan Kegiatan ..................................................................... 15
3.4 Organisasi Pelaksana ................................................................ 16

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 17


4.1 Kegiatan Persiapan Pelaksanaan Program P2M ....................... 17
4.2 Kegiatan Pembinaan ................................................................. 18
4.3 Kegiatan Pelatihan .................................................................... 20
4.4 Kegiatan Pendampingan ........................................................... 22
4.5 Kegiatan Evaluasi ..................................................................... 28

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 30


5.1 Simpulan .................................................................................... 30
5.2 Saran .......................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1 Absensi Peserta Kegiatan
Lampiran 2 Foto-Foto Kegiatan
Lampiran 3 Peta Lokasi

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Desa Sangsit (2009-2013) ................................ 4


Tabel 1.2 Pertambahan Jumlah Penduduk Desa Sangsit (2008-2012) .......... 5
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Tiap Banjar di Desa Sangsit Tahun 2013 ........ 5
Tabel 1.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Sangsit ... 6
Tabel 1.5 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa
Sangsit ............................................................................................ 7
Tabel 1.6 Tata Guna Lahan di Desa Sangsit .................................................. 8
Tabel 2.1 Matrik Rancangan Evaluasi ........................................................... 14
Tabel 2.2 Rencana dan Jadwal Kerja ............................................................. 14
Tabel 2.3 Jenis Kualifikasi dalam Program P2M .......................................... 16
Tabel 3.1 Rancangan Strategi Penataan Permukiman Kumuh ...................... 21
Tabel 3.2 Hasil Evaluasi Kegiatan Pendampingan Pertama .......................... 24
Tabel 3.3 Hasil Evaluasi Kegiatan Pendampingan Kedua ............................ 26
Tabel 3.4 Hasil Evaluasi Kegiatan Pendampingan Ketiga ............................ 28

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Permukiman Kumuh Masyarakat Pesisir di Desa Sangsit .......... 2


Gambar 2.1 Diagram Alir Tahapan Kegiatan ................................................ 15
Gambar 3.1 Penyampaian Materi Pembinaan .............................................. .. 19
Gambar 3.2 Penyusunan Strategi Penataan Permukiman Kumuh ............... .. 20
Gambar 3.3 Kegiatan Pendampingan Pertama ............................................... 23
Gambar 3.4 Kegiatan Pendampingan Kedua ................................................. 25
Gambar 3.5 Kegiatan Pendampingan Ketiga ................................................. 27

vi
BAB I
PENDAHULUAN

Pulau Bali sebagai bagian dari negara maritim Indonesia adalah wilayah
kepulauan yang memiliki sumberdaya bahari yang sangat kaya dan berlimpah
(biodiversity). Sumberdaya bahari ini terdiri dari keberlimpahan hasil tangkapan,
keindahan terumbu karang, pantai yang eksotis dan berbagai kebermanfaatan dari
hutan mangrove. Secara teoritis masyarakat pesisir pada umunya dan masyarakat
nelayan pada khususnya adalah masyarakat yang memiliki tingkat kesejahteraan
yang tinggi. Hal ini dikarenakan segmen masyarakat ini merupakan masyarakat
dengan kehidupan dan penghidupan yang bersentuhan secara langsung dengan
berbagai keberlimpahan sumberdaya hayati tersebut.
Kenyataan dari kondisi kesejahteraan masyarakat pesisir, khususnya pada
masyarakat nelayan sangat berlawanan dengan kondisi yang diharapkan. Sebagian
besar masyarakat nelayan yang yang berdomisili di dekat pantai dan mencurahkan
aktivitas ekonomi hanya pada aktivitas melaut memiliki kondisi sosial ekonomi
yang rendah, bahkan beberapa berada di dalam lingkaran kemiskinan. Kondisi
sosial ekonomi yang rendah ini terutama dialami kelompok nelayan sebagai
masyarakat pesisir di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir, khususnya kelompok nelayan
dapat ditunjukkan dengan tingkat pendapatan dan tingkat kekumuhan rumah
tempat tinggal mereka. Hasil penelitian Sintiawati (2014) menunjukkan bahwa
sebagian besar pendapatan rata-rata masyarakat pesisir yang bermata pencaharian
nelayan di Desa Sangsit adalah dalam kisaran Rp 500.000,- hingga Rp 1.000.000
per bulan. Pendapatan tersebut secara individual bervariasi antara satu individu
dengan individu lain dalam suatu kelompok. Berdasarkan hasil penelitian yang
sama, ditemukan bahwa pendapatan terendah adalah kurang dari Rp 500.000,- dan
tertinggi adalah sebesar Rp 2.000.000,- perbulan. Pendapatan kelompok nelayan
yang termasuk rendah tersebut juga disebutkan tidak secara konsisten didapatkan
di setiap bulan.

1
Sementara dari sisi permukiman terlihat bahwa sebagian besar kondisi
rumah tinggal dari masyarakat pesisir berada dalam kategori tidak layak huni dan
cenderung bersifat kumuh. Kondisi ini terlihat dari luas halaman yang sempit,
sanitasi yang rendah, fasilitas pendukung yang tidak lengkap dan tata letak yang
tidak sesuai dengan peruntukan, khususnya tata letak perlengkapan melaut.
Gambaran permukiman kumuh masyarakat pesisir di Desa Sangsit seperti terlihat
pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Permukiman Kumuh Masyarakat Pesisir di Desa Sangsit

Kemampuan sumberdaya finansial yang rendah secara langsung akan


mengurangi perhatian masyarakat nelayan di dalam memperbaiki dan memelihara
kualitas rumah. Hal ini dikarenakan sumberdaya finansial yang berasal dari
pendapatan yang rendah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok anggota
keluarga. Kondisi ini akan mengakibatkan dampak permasalahan permukiman
yang dihadapi oleh masyarakat pesisir akan menjadi lebih luas dan kompleks.
Dampak negatif dari keberadaan permukiman kumuh ini tidak hanya bersifat
mikro yang dialami langsung oleh pemukim, tetapi dapat bersifat meso maupun
makro yang dirasakan juga oleh masyarakat yang berada di sekitar permukiman
kumuh tersebut. Permasalahan permukiman kumuh ini akan dapat menurunkan
kualitas lingkungan pesisir dan pantai, serta lebih jauh dapat merusakan ekosistem
laut yang akan berdampak pada pengurangan hasil tangkapan ikan masyarakat
pesisir yang bermata pencaharian sebagai nelayan di Desa Sangsit.

2
Berdasarkan permasalahan permukiman kumuh tersebut, maka diperlukan
suatu solusi yang visioner. Solusi visioner yang dimaksud adalah solusi yang tidak
hanya bersifat meningkatkan kualitas permukiman masyarakat nelayan, tetapi juga
dapat sebagai pondasi awal di dalam pengembangan wilayah pesisir di Desa
Sangsit. Solusi visioner yang dibutuhkan adalah dengan penataan permukiman
masyarakat nelayan di Desa Sangsit. Penataan permukiman yang menjadi fokus
kegiatan adalah penataan permukiman skala mikro. Penataan permukiman
masyarakat nelayan skala mikro adalah penataan lingkungan satuan rumah tempat
tinggal dari masyarakat tersebut. Penataan permukiman skala mikro ini meliputi
penataan bangunan rumah, fasilitas rumah, sanitasi, kondisi lingkungan, aspek
estetis dan aspek arsitektural. Penataan permukiman tersebut dibutuhkan sebagai
upaya optimalisasi penataan kawasan permukiman masyarakat pesisir, eksplorasi
sumberdaya wilayah pesisir dan pengembangan ekonomi pesisir.

1.1 Analisis Situasi


Analisis situasi merupakan gambaran dari profil wilayah dan masyarakat
pesisi, khususnya kelompok nelayan di Desa Sangsit. Gambaran profil wilayah
dan masyarakat diuraiakan dari aspek fisik, demografis, sosial, ekonomi dan aspek
lingkungan. Adapun uraian kelima aspek tersebut adalah sebagai berikut.

1. Aspek Fisik
Desa Sangsit merupakan salah satu desa yang secara administratif berada
di Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng. Desa Sangsit berbatasan langsung
dengan Laut Bali di sebelah utara, berbatasan dengan Desa Giri Emas, Desa
Bungkulan dan Desa Jagaraga di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Suwug
dan Desa Jagaraga di sebelah selatan dan berbatasan langsung dengan Desa
Kerobokan dan Desa Sinabun di sebelah barat. Desa Sangsit terbagi menjadi 7
dusun/banjar yaitu Banjar Dinas Pabeansangsit, Beji, Celuk, Sema, Peken, Tegal,
dan Banjar Dinas Abasan. Desa Sangsit memiliki luas 3,60 km2. Secara
astronomis Desa Sangsit terletak pada posisi 08°04’23’’ LS - 115°07’15’’ BT -
115°09’21’’ BT.

3
Berdasarkan interpretasi peta geologi provinsi Bali skala 1 : 250.000 Desa
sangsit yang terletak di Kecamatan Sawan, Kabupaten Bulelelng memiliki
struktur geologi yang berasal dari formasi asal bahan gunung api buyan beratan
purba yang berupa lava, breksi gunung apai dan tuva batu apung, bersisipan
batuan sedimen gampingan. Jenis tanah yang tersebar di Desa Sangsit adalah
“regosol coklat kelabu” yang bahan induknya berasal dari “abu volkan
intermedier” dan profil yang homogen, tekstur kasar, gembur, memiliki pasir lebih
dari 80% serta peka terhadap erosi. Jenis tanah tidak menunjukkan sifat-sifat
hidromorfik dan tidak bersifat mengembang dan mengerut. Tanah regosol
merupakan tanah muda yang disebabkan oleh pengaruh bahan organik yang
terakumulasi sedangkan warna coklat kelabu disebabkan oleh perpaduan antara
bahan organik dengan olimotit yang memberikan warna coklat kelabu (Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng, 2010).
Berdasarkan uraian mengenai kondisi geologi dan juga jenis tanah yang
terdapat di Desa Sangsit menunjukkan bahwa kondisi geologi dan jenis tanah di
Desa Sangsit sangat menunjang dalam pembangunan permukiman. Hal ini
dikarenakan Desa Sangsit memiliki dataran yang luas serta kemiringan lereng
yang datar, keadan geologi daerah pantai buka berupa rawa-rawa dan jenis tanah
yang memiliki kadar pasir lebih dari 80% serta tidak bersifat mengembang dan
mengerut, sehingga dapat menunjang pembangunan permukiman.

2. Aspek Demografis
Jumlah penduduk Desa Sangsit dari hasil registrasi penduduk pada tahun 2009-
2013 seperti terlihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Desa Sangsit (2009-2013)


No Tahun Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 2009 4.776 4.775 9.551
2 2010 4.775 4.777 9.552
3 2011 4.736 4.716 9.452
4 2012 4.635 4.980 9.615
5 2013 4.913 4.978 9.891
Sumber: BPS (Kecamatan Sawan dalam Angka, 2014)

4
Dengan demikian maka pertambahan penduduk tiap tahun (dari tahun 2009-2013)
di Desa Sangsit seperti terlihat pada Tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2 Pertambahan Jumlah Penduduk Desa Sangsit (2008-2012)


No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Pertambahan Persentase
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 2009 4.776 4.775 9.551 - -
2 2010 4.775 4.777 9.552 1 0,01
3 2011 4.736 4.716 9.452 -100 -1,05
4 2012 4.635 4.980 9.615 163 1,69
5 2013 4.913 4.978 9.891 276 2,79
Sumber: Diolah dari data BPS (Kecamatan Sawan Dalam Angka, 2014)

Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat bahwa pertambahan penduduk di Desa


Sangsit terjadi pada tahun 2009-2010 dan 2012-2013. Pada tahun 2010-2011
terjadi pengurangan jumlah penduduk dari 9.552 menjadi 9.452 dengan persentase
-1,05%. Pada periode tahun 2011-2012 terjadi pertambahan jumlah penduduk dari
9.452 menjadi 9.615 dengan persentase 1,69. Kemudian pada periode tahun 2012-
2013 terjadi pertambahan jumlah penduduk yang tinggi dari 9.615 menjadi 9.891
dengan persentase 2,79%. Jumlah penduduk Desa Sangsit Kecamatan Sawan pada
tahun 2013 berjumlah 9891 Jiwa dengan luas wilayah 3,60 km 2, sehingga Desa
Sangsit merupakan desa dengan kepadatan penduduk yang termasuk kategori
sangat padat, yaitu 2747,5 jiwa tiap 1 km 2. Adapun sebaran penduduk Desa
Sangsit tiap banjar seperti terlihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Tiap Banjar di Desa Sangsit Tahun 2013
No Nama Banjar Laki-laki % Perempuan % Jumlah %
(jiwa) (jiwa)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Abasan 491 9,91 525 10,64 1016 10,27
2 Sema 834 16,85 760 15,40 1594 16,11
3 Celuk 755 15,28 779 15,77 1534 15,50
4 Peken 1043 20,87 1038 21,02 2081 21,04
5 Beji 640 12,93 659 13,34 1299 13,14
6 Pabeansangsit 213 4,33 218 4,41 431 4,36
7 Tegal 977 19,83 959 19,42 1936 19,58
Jumlah 4953 100 4938 100 9891 100
Sumber: Profil Desa Sangsit, 2014

5
Berdasarkan Tabel 1.3 diketahui bahwa konsentrasi penduduk tertinggi
pada masing-masing banjar di Desa Sangsit terdapat di Banjar Peken yaitu
21,04% dari persentase jumlah penduduk Desa Sangsit, sedangkan banjar yang
paling sedikit penduduknya adalah Banjar Pabeansangsit yakni 4,36%. Hal
tersebut diakibatkan karena letak Banjar Peken yang sangat strategis yaitu dekat
dengan pasar dimana kebanyakan masyarakat berkecimpung di pasar untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sedangkan banjar Pabeansangsit
penduduknya lebih sedikit di karenakan luas daerah Pabeansangsit merupakan
wilayah pesisir.
Jumlah penduduk yang padat di Desa Sangsit ini berdampak negatif
terhadap wilayah yang akan terus dibangun permukiman oleh penduduk. Jumlah
penduduk yang padat mengakibatkan wilayah pesisir dijadikan tempat bermukim.
Sehingga penduduk yang tidak memiliki lahan untuk tempat bermukim, menyewa
lahan pesisir untuk dijadikan tempat bermukim.

3. Aspek Sosial
Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat menentukan
ketrampilan individu maupun kelompok kerja, baik dalam membuka dan
meningkatkan usaha utuk menunjang perekonomiannya, menentukan kecakapan
tenaga kerja terhadap pekerjaannya, serta menentukan teknologi yang digunakan
baik dalam kehidupan sehari-hari. Adapun komposisi penduduk menurut tingkat
pendidikan di Desa Sangsit, seperti terlihat pada Tabel 1.4.

Tabel 1.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Sangsit


No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Tidak Sekolah 1428 13,75
2 Belum tamat SD 866 8,34
3 Tamat SD 4540 43,72
4 Tamat SMP 1560 15,02
5 Tamat SMA 1675 16,13
6 Sarjana muda 83 0,8
7 Sarjana 230 2,21
Jumlah 10382 100
Sumber : BPS (Kecamatan Sawan Dalam Angka, 2014)

6
Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dikemukakan bahwa secara umum
pendidikan di Desa Sangsit sudah relatif baik. Hal ini terlihat dari adanya
penduduk yang sudah menamatkan perguruan tinggi mencapai 83 orang sarjana
muda dan 230 orang sarjana dengan persentase 2,21 %. Di sisi lain, jumlah
tamatan yang paling banyak adalah tamat SD mencapai 4540 orang dengan
persentase 43,72%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penduduk sudah
dapat membaca dan menulis. Akan tetapi, masih terdapat penduduk yang tidak
pernah menempuh pendidikan, yaitu sebanyak 1428 orang dengan persentase
13,75%. Hal ini membutuhkan penanganan khusus untuk mengentaskan penduduk
yang masih buta huruf dengan melakukan program seperti kejar paket B. Dengan
demikian, secara tidak langsung tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
berpengaruh terhadap pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai kondisi
permukiman yang layak huni dan tidak kumuh.

4. Aspek Ekonomi
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Desa Sangsit dapat
ditinjau berdasarkan sector mata pencaharian. Adapun sektor mata pencaharian di
Desa Sangsit terdiri dari sektor pertanian, sektor manufaktur serta sektor jasa dan
perdagangan. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Desa Sangsit
seperti terlihat pada Tabel 1.5.

Tabel 1.5 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Sangsit


No Sektor Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian Pertanian 2626 63,3
Perikanan 215 5,1
Peternakan 120 3
Perkebunan 110 2,7
2 Manufaktur Industri 296 7,1
3 Jasa dan Perdagangan Jasa 120 3
Perdagangan 510 12,4
Penggalian 25 0,7
Pengangkutan 95 2,2
ABRI 20 0,5
Jumlah 4137 100
Sumber: BPS (Kecamatan Sawan Dalam Angka, 2014)

7
Berdasarkan Tabel 1.5 menunjukkan bahwa sektor mata pencaharian yang
paling banyak dimiliki oleh penduduk adalah pada sektor pertanian, yaitu sebagai
petani yang berjumlah 2626 atau mencapai 63,3%. Sementara sektor jasa dan
perdagangan, yaitu mata pencaharian ABRI yang berjumlah 20 orang atau
mencapai 0,5% adalah yang paling sedikit digeluti penduduk

5. Aspek Lingkungan
Penggunaan lahan di Desa Sangsit masih didominasi oleh penggunaan
lahan pertanian, baik sawah, tegalan/huma, perkebunan dan pekaranga. Tata guna
lahan ini seperti terlihat pada Tabel 1.6.

Tabel 1.6 Tata Guna Lahan di Desa Sangsit


No Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
(1) (2) (3) (4)
1 Sawah 177 49.09
2 Tegalan/Huma 54 14,98
3 Perkebunan 35 9.71
4 Pekarangan 50 13,87
5 Lainnya (termasuk permukiman) 44,5 12,35
Jumlah 360,5 100
Sumber: BPS (Kecamatan Sawan Dalam Angka, 2014)

Berdasarkan Tabel 1.6 terlihat bahwa penggunaan lahan di Desa Sangsit


dengan luas 3,60 km2 dimanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan penduduk
mulai dari sawah, tegal (huma), pekarangan, perkebunan dan lainnya. Penggunaan
lahan yang paling tinggi adalah sawah dengan luas 177 ha atau mencapai 49,09%.
Penggunaan lahan yang kedua yaitu tegal (huma) dengan luas 54 ha atau
mencapai 14,98%, dan yang ketiga yaitu untuk perkebunan dengan luas 35 ha atau
mencapai 9,71% yang merupakan penggunaan lahan paling sedikit. Penggunaan
lahan yang keempat yaitu untuk pekarangan dengan luas 50 atau mencapai
13,87% serta penggunaan lahan lainnya termasuk permukiman, lapangan dan
kuburan dengan luas 44,5 atau mencapai 12,35%. Tata guna lahan yang
didominasi lahan pertanian mengakibatkan pembangunan permukiman di Desa
Sangsit berkembang menuju ke arah wilayah pesisir.

8
1.2 Identifikasi Dan Perumusan Masalah
Kondisi permukiman masyarakat pesisir yang tergolong pada permukiman
kumuh secara simultan akan memberikan pengaruh yang negatif terhadap kondisi
kehidupan dan penghidupan nelayan tradisional. Keberadaan permukiman kumuh
sebagai lingkungan tempat tinggal nelayan di samping dapat menurunkan kualitas
hidup pemukim, juga dapat menghambat aktivitas nelayan. Aktivitas nelayan yang
terhambat terutama karena tidak adanya fungsi dari tempat tinggal sebagai tempat
penyimpanan yang baik untuk perlengkapan melaut dan penyimpanan maupun
pengolahan hasil tangkapan ikan. Berdasarkan fenomena tersebut, maka dapat
diidentifikasi permasalahan bahwa permukiman kumuh akan menghambat dan
bahkan menurunkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat pesisir,
khususnya nelayan di Desa Sangsit. Penataan lingkungan masyarakat pesisir skala
mikro dibutuhkan sebagai strategi perbaikan kualitas hidup nelayan dan anggota
keluarga, serta dapat juga sebagai pondasi awal dalam pengembangan wilayah
pesisir di Desa Sangsit.
Penataan lingkungan permukiman kelompok nelayan tradisional sebagai
solusi visioner memiliki beberapa permasalahan. Adapun masalah-masalah yang
dapat diidentifikasi di dalam upaya penataan lingkungan permukiman kumuh
masyarakat pesisir di Desa Sangsit adalah sebagai berikut.
1. Nelayan sebagai pemukim sebagian besar tidak memiliki pengetahuan yang
rendah tentang pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Pengetahuan
nelayan tentang pengurusan IMB yang rendah mengakibatkan beberapa
permukiman yang dimukimi tidak memiliki IMB, meskipun telah membayar
uang sewa atau membayar pajak tinggal kepada institusi setempat. Rumah
yang tidak memiliki IMB dapat dikategorikan ke dalam permukiman liar.
2. Nelayan sebagai pemukim tidak memiliki referensi formal tentang standar
permukiman yang layak huni. Standar hunian yang digunakan oleh nelayan
bersumber pada referensi turun-temurun dan juga tetangga terdekat, sehingga
kualitas permukiman yang semakin menurun dipandang sebagai proses alami.
3. Halaman rumah nelayan yang sempit dan tidak tertata dengan baik. Ruang
halaman yang sempit mengakibatkan fungsi-fungsi ruang di dalam bangunan

9
rumah menjadi tidak jelas dan bahkan seringkali penempatan objek tertentu
tidak sesuai dengan fungsi ruang di dalam rumah.
4. Sarana prasarana rumah yang terbatas. Keterbatasan sarana prasarana ini
terlihat dari ketiadaan sarana kebersihan dan tempat sampah yang memadai,
sehingga sampah merupakan objek yang tidak asing di dalam lingkungan
permukiman nelayan.
5. Keberadaan saluran drainase yang tidak terstruktur dan tidak terkait satu sama
lain. Limbah cair hasil rumah tangga, baik yang berasal dari aktivitas mandi,
masak maupun aktivitas mencuci mengalir ke segala arah, dan muara dari
aliran limbah cair tersebut tidak jelas dan tetap, serta tidak bersinergi antara
limbah rumah tangga satu dengan limbah rumah tangga lain.
6. Arsitektur bangunan rumah yang tidak sesuai dengan adat budaya yang
berlaku. Sebagian besar nelayan tradisional adalah beragama Hindu, sehingga
secara langsung arsitektur permukiman yang dibangun harus sesuai dengan
konsep-konsep penataan ruang budaya Hindu Bali. Akan tetapi, permukiman
yang dibangun sebagian besar belum menunjukkan arsitektur permukiman
khas Bali.
Permasalahan yang dihadapi dalam penataan lingkungan permukiman
nelayan tradisional sangat kompleks. Hal ini dikarenakan tidak hanya diperlukan
penataan permukiman kumuh secara fisik, tetapi juga perubahan pola pikir dari
masyarakat pesisit di Desa Sangsit. Berbasis dari keenam permasalahan yang
diuraiakan di atas, maka adapun rumusan masalah dalam pengabdian pada
masyarakat ini adalah mengarah pada perancangan visi dan misi penataan
permukiman kumuh masyarakat pesisir di Desa Sangsit, pemilihan strategi
penataan permukiman kumuh masyarakat pesisir di Desa Sangsit dan pelaksanaan
penataan permukiman kumuh masyarakat pesisir di Desa Sangsit. Permasalahan
yang dirumuskan tersebut sangat mendesak dan menjadi penting mengingat
keberadaan permukiman kumuh telah memberikan pengaruh yang negatif
terhadap kualitas hidup dan penghidupan masyarakat. Maka dari itu, kegiatan
P2M ini diarahkan kepada penataan permukiman kumuh masyarakat pesisir.

10
1.3 Tujuan Kegiatan
1. Mendesain visi dan misi penataan permukiman kumuh masyarakat pesisir di
Desa Sangsit terkait dengan pengembangan wilayah pesisir dan kontribusi
timbal balik terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat. Visi misi yang
didesain disesuaikan dengan kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat
pesisir, khususnya masyarakat nelayan setempat. Visi misi yang didesain
bersifat jangka pendek dan jangka panjang, yang tidak hanya berfokus pada
perbaikan tempat tinggal, tetapi juga optimalisasi potensi sumberdaya.
2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat pesisir, khususnya
masyarakat nelayan di dalam menjaga kualitas permukiman yang dimiliki dan
lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka. Pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tersebut diarahkan untuk mempertinggi kesadaran mandiri dan
partisipasi aktif di dalam meningkatkan dan menjaga kualitas permukiman
yang sesuai dengan standar layak huni.
3. Menata permukiman kumuh masyarakat pesisir di Desa Sangsit yang sejalan
dengan upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan masyarakat pesisir,
khususnya masyarakat nelayan di dalam mengatur dan memanajemen tata
ruang komponen-komponen permukiman skala mikro, yang meliputi aspek
bangunan rumah, fasilitas rumah, sanitasi, lingkungan rumah hingga aspek
keindahan rumah. Penataan permukiman ini merupakan pondasi awal dalam
rangka mewujudkan pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.

1.4 Manfaat Kegiatan


1. Bagi masyarakat
Kegiatan penataan permukiman kumuh skala mikro ini sangat bermanfaat
bagi masyarakat pesisir, khususnya masyarakat nelayan Desa Sangsit.
Manfaat yang akan didapatkan adalah: (1) informasi yang berkaitan dengan
konsep dan pemahaman tentang lingkungan tempat tinggal yang layak huni
serta (2) kemampuan dan keterampilan dalam menata permukiman secara
mandiri dan berkesesuaian dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya

11
masyarakat. Dalam jangka panjang, kegiatan P2M ini juga diharapkan dapat
berkontribusi dalam pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.
2. Bagi pemerintah
Kegiatan ini secara nyata dan langsung akan membantu peran pemerintah
dalam melatih masyarakat untuk memberdayakan diri dengan sumberdaya
yang dimiliki. Kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat
pesisir, khususnya masyarakat nelayan Desa Sangsit dengan menata
permukiman masyarakat sehingga menjadi lebih layak huni dan mendukung
aktivitas masyarakat pesisir yang sebagian besar adalah nelayan.

12
BAB II
METODE PELAKSANAAN

Metode yang digunakan untuk memecahkan permasalahan permukiman


kumuh adalah sebagai berikut.
1. Pembinaan melalui diskusi tentang dampak negatif permukiman kumuh
terhadap kualitas kehidupan dan penghidupan masyarakat pesisir, khususnya
masyarakat nelayan di Desa Sangsit
2. Pemaparan tentang konsep dan strategi penataan permukiman kumuh skala
mikro yang secara langsung meningkatkan kualitas lingkungan tempat tinggal
dan sekaligus meningkatkan kesadaran mandiri dalam menjaga kebersihan
serta keteraturan sarana prasarana rumah tempat tinggal
3. Pendampingan dalam menata permukiman kumuh skala mikro secara
bertahap dengan mengutamakan pendekatan community based development
Kegiatan diskusi, pemaparan dan pendampingan yang dilaksanakan sangat
diharapkan mampu untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat
berkaitan dengan membangun lingkungan permukiman yang lebih berkualitas dan
layak huni, serta masyarakat yang memiliki kesadaran mandiri terhadap kondisi
lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka.

2.1 Rancangan Evaluasi


Luaran dalam kegiatan ini adalah berupa tatanan permukiman masyarakat
pesisir, khususnya masyarakat nelayan yang berkesesuaian dengan standar tempat
tinggal yang layak huni. Indikator luaran berupa penataan permukiman yang
ditinjau dari aspek bangunan rumah, fasilitas rumah, kesehatan dan kebersihan
rumah, lingkungan rumah dan aspek keindahan rumah yang tergolong baik,
dengan rerata skor 3,40 menurut skala Likert 1-5.
Evaluasi kegiatan dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan.
Evaluasi proses berkaitan dengan semangat dalam mengikuti kegiatan, kerja-sama
dan keterbukaan dalam menerima masukan. Evaluasi proses ini dilakukan selama

13
kegiatan berlangsung. Sementara evaluasi produk dilakukan terhadap kualitas
penataan permukiman skala mikro yang ditata oleh masyarakat sebagai mitra
kegiatan. Adapun matrik rancangan evaluasi seperti terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Matrik Rancangan Evaluasi


No Indikator Kriteria Keberhasilan Instrumen
(1) (2) (3) (4)
1 Pola pikir Terjadi perubahan pola pikir yang positif Pedoman tes
masyarakat tentang penataan permukiman kumuh yang tulis
pesisir/nelayan berpengaruh terhadap kualitas kehidupan dan
penghidupan
2 Pengetahuan Terjadi peningkatan pengetahuan tentang Pedoman tes
masyarakat konsep dan strategi penataan permukiman lisan
pesisir/nelayan kumuh skala mikro
3 Kemampuan Terjadi peningkatan kemampuan dalam Pedoman
masyarakat penataan permukiman kumuh, khususnya praktikum
pesisir/nelayan komponen-komponen permukiman skala mikro

2.2 Rencana Dan Jadwal Kerja


Pelaksanaan kegiatan P2M yang berlangsung selama 8 (delapan) bulan
memiliki 8 (delapan) kegiatan. Adapun rencana dan jadwal kerja dalam kegiatan
ini seperti terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Rencana dan Jadwal Kerja


No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Analisis kebutuhan penataan
permukiman masyarakat
2 Analisis dan perancangan
penataan permukiman
3 Review budget dan persiapan
peralatan
4 Pemetaan lokasi area
permukiman
5 Pembinaan
6 Pelatihan
7 Pendampingan
8 Pembuatan Laporan Akhir

14
2.3 Tahapan Kegiatan
Adapun langkah-langkah tahapan dalam kegiatan pengabdian pada
masyarakat seperti terlihat diagram alir pada Gambar 2.1.

Observasi 1. Karakteristik
Awal Masyarakat Pesisir
2. Karakteristik
Permukiman Kumuh
N

Analisis Visi Misi Penataan Pemaparan dan diskusi


Kebutuhan Permukiman Kumuh tentang permukiman
kumuh

Strategi Penataan Pemaparan dan diskusi


Permukiman Kumuh tentang konsep
Dalam Skala Mikro penataan dan persiapan
pelaksanaan kegiatan

Implementasi Pelaksanaan Pendekatan Community


Kegiatan Pendampingan Based Development
Penataan Permukiman dalam menata
Kumuh permukiman skala mikro

Penyebaran Angket Pengisian angket oleh


terkait Persepsi masyarakat
Masyarakat pesisir/nelayan peserta
Pesisir/Nelayan penataan permukiman
terhadap penataan kumuh skala mikro
permukiman kumuh

Evaluasi Pengamatan
Kegiatan Pelaksanaan Penataan
Permukiman Kumuh

Tahapan Kegiatan Tujuan Kegiatan Bentuk Kegiatan

Gambar 2.1 Diagram Alir Tahapan Kegiatan

15
2.4 Organisasi Pelaksana
Adapun jenis kualifikasi yang diperlukan seperti terlihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Jenis Kualifikasi dalam Program P2M


No Nama/NIDN Instansi/ Bidang Alokasi Waktu Uraian Tugas
Jurusan Ilmu (jam/minggu)
1 Putu Indra Undiksha/ Geografi/ 5 jam/ Merencanakan/
Christiawan, Pendidikan Geografi minggu menyusun proposal,
S.Pd, M.Sc./ Geografi Permukiman melaksanakan
0017078701 kegiatan, menyusun
laporan kegiatan,
presentasikan hasil
kegiatan dan
publikasi P2M dalam
jurnal dan seminar
ilmiah
2 I Putu Undiksha/ Geografi/ 3 jam/ Membantu
Ananda Citra, Pendidikan Geografi minggu merencanakan/
S.Pd, M.Sc./ Geografi Pesisir dan menyusun proposal,
0018088401 Kelautan melaksanakan
kegiatan, menyusun
laporan kegiatan,
presentasikan hasil
kegiatan dan
publikasi P2M dalam
jurnal dan seminar
ilmiah
3 Made Arie Undiksha/ Akuntansi/ 3 jam/ Membantu
Wahyuni, Akuntansi Perpajakan minggu merencanakan/
SE.,M.Si../ menyusun proposal,
0005018303 melaksanakan
kegiatan, menyusun
laporan kegiatan,
presentasikan hasil
kegiatan dan
publikasi P2M dalam
jurnal dan seminar
ilmiah

16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) Penataan


Permukiman Kumuh Masyarakat Pesisir di Desa Sangsit terdiri dari 5 kegiatan
utama. Adapun kegiatan P2M yang telah dilaksanakan sesuai dengan rencana
kegiatan yang telah disusun adalah: (1) persiapan, (2) pembinaan, (3) pelatihan
penataan permukiman kumuh, (4) pendampingan dan (5) evaluasi.

3.1 Kegiatan Persiapan Pelaksanaan Program P2M


Pada tahap awal pelaksanaan program P2M telah dilaksanakan kegiatan
persiapan meliputi pengurusan ijin pelaksanaan, survei lokasi dan koordinasi
dengan mitra, pembelian bahan habis pakai dan peralatan, penentuan narasumber
serta pembuatan peta, poster dan buku pedoman penataan permukiman. Kegiatan
persiapan ini dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Maret sampai pada
bulan Juni 2016. Kegiatan pengurusan ijin pelaksanaan, survei lokasi dan
koordinasi dengan mitra dilaksanakan pada bulan April 2016 bertempat di Desa
Sangsit. Kegiatan ini mengkhususkan pada kesepakatan tim pelaksana P2M
dengan Kepala Dusun Pabean Sangsit dan Nelayan sebagai mitra program dalam
menentukan tempat pertemuan, sarana prasarana yang diperlukan, lokasi
permukiman dan waktu pelaksanaan kegiatan P2M. Hasil kegiatan survei lokasi
dan koordinasi adalah: (1) menetapkan 3 keluarga nelayan sebagai mitra, yaitu
Bapak Kusniadi, Bapak M.Salim dan Bapak Hambali serta (2) waktu pelaksanaan
kegiatan P2M ditetapkan mengambil hari Jum’at dengan pertimbangan bahwa
pada hari itu ketiga mitra pada khususnya dan masyarakat nelayan pada umumnya
tidak melaut karena adanya kegiatan Jum’atan, mengingat seluruh mitra adalah
masyarakat muslim. Kegiatan pembelian bahan habis pakai dan peralatan
dilaksanakan pada bulan Mei 2016 yang didasarkan pada hasil survei lokasi dan
telah melalui tahap diskusi bersama dengan seluruh tim pelaksana P2M yang
berlangsung di lingkungan kampus UNDIKSHA Singaraja.

17
Pada tahap kegiatan selanjutnya adalah mempersiapkan narasumber yang
menguasai bidang Geografi Permukiman sebagai dasar kegiatan pembinaan dan
pelatihan kepada mitra. Pakar yang dipilih sebagai narasumber dalam kegiatan
pembinaan dan pelatihan penataan permukiman kumuh adalah Bapak Prof. Dr. I
Gede Astra Wesnawa, M.Si. Persiapan dengan narsumber meliputi pembuatan
materi pelatihan secara sistematis, baik dalam bentuk bahan cetak maupun bahan
tayang, instrumen kegiatan serta mencetak dan memperbanyak materi pembinaan
dan pelatihan penataan permukiman kumuh masyarakat pesisir.
Tahap akhir dalam kegiatan persiapan adalah pembuatan peta dan poster
yang dilaksanakan pada bulan Juni 2016 bertempat di Ruang Laboratorium
Jurusan Pendidikan Geografi bersama seluruh tim pelaksana P2M. Hasil dari
kegiatan ini meliputi pembuatan 2 buah peta, yaitu peta lokasi P2M dan peta
lokasi permukiman serta 3 buah poster, yaitu poster kebersihan, kesehatan dan
keselamatan rumah. Secara keseluruhan kegiatan persiapan ini berjalan dengan
sangat baik berkat peran aktif dari seluruh tim pelaksana dan masyarakat nelayan
yang menjadi mitra program P2M.

3.2 Kegiatan Pembinaan


Kegiatan pembinaan dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 10 Juni 2016
bertempat di Banjar Pabean Sangsit, tepatnya pada halaman rumah salah satu
mitra, yaitu Bapak Hambali. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 jam dari pukul
15.00 sampai pada pukul 18.00 WITA bersama seluruh tim pelaksana P2M,
narasumber, kepala dusun serta seluruh mitra. Secara garis besar kegiatan diawali
dengan pembacaan susunan acara, presensi, presentasi, diskusi dan evaluasi serta
koordinasi untuk kegiatan selanjutnya.
Kegiatan pembinaan dalam program P2M yang disampaikan kepada mitra
ini merupakan transfer Ipteks tentang dampak negatif permukiman kumuh yang
diawali dengan penyampaian batasan permukiman kumuh, karakteristik, faktor
penyebab dan dampak negatif dari keberadaan permukiman kumuh. Secara tidak
langsung terlihat bahwa mitra sebenarnya telah merasakan bahwa lingkungan
tempat tinggal yang dimukimi termasuk ke dalam kategori kumuh. Akan tetapi,

18
mereka belum memiliki pengetahuan untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor
penyebab, proses serta bentuk kekumuhan, baik yang terdapat di dalam rumah
maupun di lingkungan sekitar rumah. Berdasarkan kondisi tersebut, maka tim
pelaksana P2M bersama narasumber memberikan pembinaan tentang dampak
negatif permukiman kumuh secara mendetail, sehingga dapat memperkuat pola
pikir mitra terhadap kondisi dan kualitas lingkungan tempat tinggal yang baik,
sekaligus merancang visi misi penataan permukiman kumuh bersama mitra.
Kegiatan pembinaan yang telah berlangsung seperti terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Penyampaian Materi Pembinaan

Produk yang dihasilkan dalam kegiatan pembinaan ini adalah berupa


rancangan visi misi penataan permukiman kumuh dan penilaian pola pikir mitra.
Adapun visi misi penataan permukiman kumuh yang disepakati bersama adalah
menciptakan permukiman nelayan yang sehat dengan mengedepankan kebersihan,
keselamatan dan keamanan. Berdasarkan evaluasi hasil kegiatan menunjukkan
bahwa pola pikir mitra terhadap dampak negatif permukiman kumuh tergolong
baik dengan rerata skor 3,95. Dengan demikian seluruh mitra mampu memahami
berbagai dampak negatif yang diakibatkan oleh kondisi dan kualitas lingkungan
tempat tinggal yang kumuh, dan mampu mengidentifikasi penyebab dan proses
permukiman kumuh. Kegiatan pembinaan ini berjalan sesuai dengan rencana dan
alokasi waktu kegiatan yang disusun.

19
3.3 Kegiatan Pelatihan
Kegiatan pelatihan dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 15 Juli 2016
dengan lokasi yang sama dengan tempat kegiatan pembinaan, yaitu bertempat di
depan halaman rumah Bapak Hambali. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 jam
dari pukul 15.00 sampai pada pukul 18.00 WITA bersama seluruh tim pelaksana
P2M, narasumber, kepala dusun serta seluruh mitra. Secara garis besar kegiatan
diawali dengan pembacaan susunan acara, presensi, presentasi, diskusi dan
evaluasi serta koordinasi untuk kegiatan selanjutnya.
Kegiatan pelatihan dalam program P2M merupakan kegiatan lanjutan dari
kegiatan pembinaan. Kegiatan pelatihan ini memfokuskan pada strategi penataan
permukiman kumuh dengan mempresentasikan langkah-langkah dan bentuk nyata
dari penataan permukiman kumuh yang sesuai dengan misi yang telah dirancang
pada kegiatan pembinaan, yaitu kebersihan, keselamatan dan keamanan. Kegiatan
pelatihan berjalan dengan baik dan lancar. Kondisi ini dikarenakan mitra sangat
antusias dan memberikan respon yang cepat terhadap materi pelatihan yang
disampaikan oleh narasumber. Terutama ketika membahas dan mendiskusikan
arahan dan bentuk strategi penataan permukiman kumuh yang akan dilaksanakan
dengan menunjukkan komponen-komponen rumah yang ada pada masing-masing
rumah mitra. Kegiatan pelatihan yang telah berlangsung seperti terlihat pada
Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Penyusunan Strategi Penataan Permukiman Kumuh

20
Produk yang dihasilkan dalam kegiatan pelatihan ini adalah berupa
penilaian strategi yang disusun oleh mitra dalam menata permukiman kumuh dan
persiapan pelaksanaan penataan permukiman kumuh. Berdasarkan evaluasi hasil
kegiatan menunjukkan bahwa terdapat beberapa kesamaan strategi penataan yang
disusun oleh mitra seperti yang terlihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rancangan Strategi Penataan Permukiman Kumuh


No Penataan Strategi
Mitra 1 Mitra 2 Mitra 3
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Bangunan Memperbaiki pagar Memperbaiki pagar Membatasi rumah
Rumah dengan pagar kayu
2 Fasilitas Menempatkan alat Memerlukan wadah Memerlukan wadah
Rumah nelayan di atas meja khusus untuk alat khusus untuk alat
nelayan nelayan
3 Sanitasi Menempatkan Menyediakan Menyediakan tempat
tempat sampah di tempat sampah sampah
depan halaman
rumah
4 Lingkungan Melakukan Melakukan Melakukan
penghijauan penghijauan penghijauan
5 Keindahan Merapikan instalasi Merapikan instalasi Merapikan instalasi
kabel kabel kabel
6 Arsitektural Menyusun dari yang Menyusun dari Menyusun sesuai
paling sering yang paling berat dengan fungsinya
digunakan

Adapun persiapan pelaksanaan penataan permukiman kumuh yang telah


disepakati bersama adalah menandai komponen rumah yang akan ditata,
mempersiapkan sarana prasarana dan menentukan urutan waktu lokasi penataan.
Secara keseluruhan kegiatan pelatihan ini terlaksana tanpa mengalami kendala.
Bahkan mitra telah mengaplikasikan nilai kebersihan, keselamatan dan keamanan,
yaitu dengan membiasakan diri untuk menyapu halaman rumah, menempatkan
peralatan nelayan di satu tempat dan meletakkan peralatan nelayan yang berat dan
berbahaya jauh dari jangkauan anak-anak mereka. Dengan demikian kegiatan
pelatihan ini diharapkan dapat mempertinggi kepedulian mitra terhadap kondisi
dan kualitas lingkungan tempat tinggal secara berkelanjutan, sehingga mitra dapat
mewujudkan rumah sehat yang bersih, selamat dan aman.

21
3.4 Kegiatan Pendampingan
Kegiatan pendampingan dalam penataan permukiman kumuh masyarakat
pesisir dilaksanakan selama 3 kali selama 3 minggu pada bulan Agustus, yaitu
pada tanggal 5, 12 dan 19 Agustus 2016. Meskipun kegiatan pendampingan hanya
menata 1 rumah pada setiap kali kegiatan, tetapi tetap mengikutsertakan seluruh
mitra untuk mengetahui bersama tahapan kerja serta membandingkan komponen
dan kondisi rumah mitra satu dengan yang lain. Dengan demikian seluruh mitra
mendapatkan pengalaman yang semakin luas di dalam menata permukiman.

3.4.1 Kegiatan Pendampingan Pertama


Kegiatan pendampingan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 5
Agustus 2016 di rumah Bapak Kusniadi. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 jam
dari pukul 15.00 sampai pada pukul 18.00 WITA bersama seluruh tim pelaksana
P2M, surveyor dan seluruh mitra. Secara garis besar kegiatan diawali dengan
pembagian bantuan alat dan bahan untuk penataan permukiman, dan kemudian
dilanjutkan dengan menata komponen-komponen permukiman yang meliputi
aspek bangunan, fasilitas, sanitasi, lingkungan hingga aspek keindahan rumah
sesuai dengan rancangan strategi penataan yang telah disusun secara kolektif.
Kegiatan pendampingan berjalan dengan baik dan lancar. Kondisi ini
dikarenakan mitra sebagai pemilik rumah langsung sangat antusias dalam menata
rumah secara mandiri. Di sisi lain, mitra yang lain juga mengamati dan secara
tidak langsung ikut membantu Bapak Kusniadi di dalam menata rumah dari aspek
bangunan rumah hingga memberikan beberapa masukan terkait aspek keindahan
rumah. Dalam kegiatan pendampingan ini, terlihat bahwa mitra sudah memiliki
kemampuan dan keterampilan dasar dalam menata permukiman secara mandiri.
Akan tetapi, terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi mitra pertama, khususnya
pada aspek lingkungan di dalam menentukan posisi pemasangan pot tanaman
gantung, dan aspek keindahan rumah di dalam menata instalasi kabel. Melihat
kondisi tersebut, tim pelaksana segera membantu mitra di dalam menata aspek
lingkungan dan keindahan rumah. Rangkaian pelaksanaan dan hasil kegiatan
pendampingan pertama ini seperti terlihat pada Gambar 3.3.

22
(1) Pembagian Bantuan (2) Penataan Instalasi Kabel

(3) Penataan Tempat Sampah (4) Penataan Tanaman

(5) Penataan Tempat Alat Melaut (6) Penataan Pembatas Rumah

Gambar 3.3 Kegiatan Pendampingan Pertama

Berdasarkan evaluasi kegiatan ditinjau dari proses, kemampuan dan hasil kerja
menunjukkan bahwa penataan yang telah dilaksanakan mitra berkategori nilai
yang tinggi dengan rerata skor 3,67 seperti terlihat pada Tabel 3.2.

23
Tabel 3.2 Hasil Evaluasi Kegiatan Pendampingan Pertama
No Penilaian Nilai Rerata Kategori
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Proses Kerja 19 3,80 Tinggi
2 Kemampuan Kerja 19 3,80 Tinggi
3 Hasil Kerja 17 3,40 Cukup
Rerata 18 3,67 Tinggi
Sumber: Data Primer, 2016

Dengan demikian seluruh mitra mampu memahami menata permukiman kumuh


sesuai dengan strategi yang telah disusun. Kegiatan pendampingan pertama ini
berjalan sesuai dengan rencana dan alokasi waktu kegiatan yang disusun.

3.4.2 Kegiatan Pendampingan Kedua


Kegiatan pendampingan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 12
Agustus 2016 di rumah Bapak M.Salim. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 jam
dari pukul 15.00 sampai pada pukul 18.00 WITA bersama seluruh tim pelaksana
P2M, surveyor dan seluruh mitra. Secara garis besar kegiatan diawali dengan
persiapan awal terkait alat dan bahan untuk penataan permukiman, dan kemudian
dilanjutkan dengan menata komponen-komponen permukiman yang meliputi
aspek bangunan, fasilitas, sanitasi, lingkungan hingga aspek keindahan rumah
sesuai dengan rancangan strategi penataan yang telah disusun secara kolektif.
Kegiatan pendampingan berjalan dengan baik dan lancar. Kondisi ini
dikarenakan mitra sebagai pemilik rumah langsung sangat antusias dalam menata
rumah secara mandiri, dan juga memiliki pengalaman sebelumnya pada kegiatan
pendampingan pertama. Di sisi lain, mitra yang lain juga mengamati dan
membandingkan komponen rumah mereka dengan rumah Bapak M.Salim. Dalam
kegiatan pendampingan ini, terlihat bahwa mitra sudah memiliki kemampuan dan
keterampilan dasar dalam menata permukiman secara mandiri. Mitra hanya
mengahadapi kesulitan di dalam menentukan posisi pemasangan pot tanaman
gantung, dan aspek keindahan rumah di dalam menata instalasi kabel. Melihat
kondisi tersebut, tim pelaksana segera membantu mitra di dalam menata aspek
lingkungan dan keindahan rumah. Rangkaian pelaksanaan dan hasil kegiatan
pendampingan kedua seperti terlihat pada Gambar 3.4.

24
(1) Persiapan Awal (2) Penataan Instalasi kabel

(3) Penataan Tempat Sampah (4) Penataan Tanaman

(5) Penataan Alat Melaut (6) Penataan Pembatas Rumah

Gambar 3.4 Kegiatan Pendampingan Kedua

Berdasarkan evaluasi kegiatan ditinjau dari proses, kemampuan dan hasil kerja
menunjukkan bahwa penataan yang telah dilaksanakan mitra tergolong nilai yang
tinggi dengan rerata skor 4,07 seperti terlihat pada Tabel 3.3.

25
Tabel 3.3 Hasil Evaluasi Kegiatan Pendampingan Kedua
No Penilaian Minimum Maksimum Mean
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Proses Kerja 20 4,00 Tinggi
2 Kemampuan Kerja 21 4,20 Tinggi
3 Hasil Kerja 20 4,00 Tinggi
Rerata 20 4,07 Tinggi
Sumber: Data Primer, 2016

Dengan demikian seluruh mitra mampu memahami menata permukiman kumuh


sesuai dengan strategi yang telah disusun. Kegiatan pendampingan kedua ini
berjalan lebih lancar dan sesuai dengan alokasi waktu kegiatan yang disusun.

3.4.3 Kegiatan Pendampingan Ketiga


Kegiatan pendampingan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 19
Agustus 2016 di rumah Bapak Hambali. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 jam
dari pukul 15.00 sampai pada pukul 18.00 WITA bersama seluruh tim pelaksana
P2M, surveyor dan seluruh mitra. Secara garis besar kegiatan berjalan hampir
sama dengan kegiatan pendampingan pertama dan kedua. Perbedaan yang nampak
adalah bahwa mitra memiliki inisiatif untuk menata beberapa aspek permukiman
lebih awal, sehingga pada saat kegiatan pendampingan hal utama yang dilakukan
adalah menyempurnakan penataan yang telah dilaksanakan oleh mitra ketiga.
Kegiatan pendampingan berjalan dengan sangat baik dan lancar. Kondisi
ini dikarenakan mitra sebagai pemilik rumah sudah memiliki pengalaman dan
waktu lebih banyak dari kegiatan pendampingan pertama dan kedua. Di sisi lain,
kedua mitra yang lain juga menyempurnakan kembali hasil penataan yang telah
dilakukan pada pendampingan pertama dan kedua. Dalam kegiatan pendampingan
terakhir ini, terlihat bahwa mitra sudah memiliki kemampuan dan keterampilan
yang lengkap dalam menata permukiman secara mandiri dan penuh kreativitas,
khususnya dalam menata aspek bangunan rumah, fasilitas rumah dan aspek
keindahan rumah. Mitra tidak mengalami kesulitan apapun di dalam menata
rumah. Melihat kondisi tersebut, tim pelaksana sangat mengapresiasi usaha dan
inisiatif mandiri dari para mitra program. Rangkaian pelaksanaan dan hasil
kegiatan pendampingan kedua seperti terlihat pada Gambar 3.5.

26
(1) Persiapan Awal (2) Penataan Instalasi Kabel

(3) Penataan Tempat Sampah (4) Penataan Tanaman

(5) Penataan Alat Melaut (6) Penataan Pembatas Rumah

Gambar 3.5 Kegiatan Pendampingan Ketiga

Berdasarkan evaluasi kegiatan ditinjau dari proses, kemampuan dan hasil kerja
menunjukkan bahwa penataan yang telah dilaksanakan mitra tergolong sangat
tinggi dengan rerata skor 4,73 seperti terlihat pada Tabel 3.4.

27
Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Kegiatan Pendampingan Ketiga
No Penilaian Nilai Rerata Kategori
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Proses Kerja 23 4,60 Sangat Tinggi
2 Kemampuan Kerja 24 4,80 Sangat Tinggi
3 Hasil Kerja 24 4,80 Sangat Tinggi
Rerata 24 4,73 Sangat Tinggi
Sumber: Data Primer, 2016

Dengan demikian seluruh mitra telah mampu menata permukiman kumuh sesuai
dengan strategi yang telah disusun, dan bahkan melebihi ekspektasi awal.
Kegiatan pendampingan ketiga ini berjalan sangat lancar dan dengan alokasi
waktu kegiatan yang sangat efisien dan efektif.

4.5 Kegiatan Evaluasi


Kegiatan evaluasi telah dilaksanakan setiap akhir kegiatan, baik
pembinaan, pelatihan maupun kegiatan pendampingan untuk menilai kemampuan
mitra dalam menata permukiman kumuh skala mikro. Di samping itu,
dilaksanakan juga evaluasi dampak dan refleksi dari program P2M bersama
seluruh mitra untuk mengetahui kebermanfaatan pembinaan, pelatihan dan
pendampingan dalam penataan permukiman kumuh yang telah dilaksanakan oleh
seluruh mitra.
Dampak utama yang dirasakan dari mitra program adalah perubahan sosial
yang meliputi: (1) rasa aman, mitra merasa aman berada di lingkungan tempat
tinggal, (2) hubungan dengan keluarga yang semakin intens, (3) rasa tenang, mitra
merasa tenang berada di dalam rumah, (4) hubungan dengan tetangga yang juga
semakin erat dan (5) rasa nyaman, yang membuat mitra merasa betah berada di
rumah.
Refleksi kegiatan yang dinilai adalah manfaat kegiatan, kesan selama
kegiatan dan harapan mitra. Manfaat kegiatan yang dirasakan oleh seluruh mitra
secara langsung adalah kondisi lingkungan tempat tinggal yang rapi, bersih, aman
dan nyaman. Kesan selama kegiatan berlangsung adalah jalinan komunikasi dan
saling memahami yang baik, serta kesederhanaan di dalam menyampaikan materi,

28
sehingga dapat dipahami dengan baik oleh para mitra. Sedangkan harapan dari
para mitra sebagian besar adalah agar kegiatan serupa yang bersentuhan langsung
dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat untuk menata
rumah secara mandiri lebih dikhususkan pada aspek perbaikan dan pemeliharaan.
Di sisi lain, mitra juga mengharapkan agar kegiatan selanjutnya secara langsung
melibatkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak. Hal ini dipandang
penting untuk memberikan pendidikan usia dini mengenai kesehatan lingkungan
dan kesehatan rumah tempat tinggal.

29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Berdasarkan pada rencana kegiatan yang telah dicapai dalam pelaksanaan
program P2M ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pelaksanaan kegiatan pembinaan terlaksana dengan baik, karena adanya
motivasi dan partisipasi yang aktif dari seluruh mitra. Kenyataan ini terlihat
dari wawasan dan pengetahuan masyarakat pesisir, khususnya nelayan yang
sebelumnya tidak memiliki pola pikir yang baik tentang permukiman kumuh
dan dampak negatif yang diakibatkan. Akan tetapi, setelah pembinaan mitra
menjadi memiliki pemahaman yang holistik mengenai faktor penyebab,
proses dan bentuk dari dampak negatif dari permukiman kumuh sesuai
dengan materi yang disampaikan oleh narasumber.
2. Pelaksanaan kegiatan pelatihan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan
rencana. Hal ini terlihat dari proses dan evaluasi yang dilaksanakan, yang
menunjukkan antusiasme dan respon cepat dari mitra di dalam merancang
strategi penataan permukiman kumuh skala mikro yang tepat sasaran.
Kegiatan pelatihan ini telam mampu mempertinggi kepedulian mitra dalam
mewujudkan rumah sehat berbasis kebersihan, keselamatan dan keamanan.
3. Pelaksanaan kegiatan pendampingan dapat mencapai hasil yang optimal,
dan bahkan melebihi dari rencana awal. Hal ini terlihat dari proses kerja,
kemampuan kerja dan hasil kerja yang berdasarkan hasil evaluasi
menunjukkan kategori nilai yang tinggi, dan salah satu mencapai kategori
nilai sangat tinggi. Kegiatan pendampingan ini telah mampu mempertinggi
kemampuan dan keterampilan mitra secara mandiri dalam menata berbagai
komponen permukiman.

4.2 Saran
Berdasarkan pada kedua kegiatan pembinaan dan pelatihan yang telah
dilaksanakan terhadap nelayan di Desa Sangsit. Dibutuhkan penataan yang

30
bersifat kontinu dan meluas dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, khususnya
di wilayah pesisir Desa Sangsit, dan juga desa-desa pesisir lainnya di Kecamatan
Sawan yang mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan.
Masyarakat pesisir, khususnya nelayan sangat membutuhkan informasi yang
berkaitan dengan konsep dan pemahaman tentang lingkungan tempat tinggal yang
layak huni serta kemampuan dan keterampilan dalam menata permukiman secara
mandiri dan berkesesuaian dengan kondisi sosial ekonomi mereka.

31
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2014. Kecamatan Sawan Dalam Angka Tahun 2014.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Buleleng. 2013. Jenis Tanah


Kecamatan Sawan.

Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman. 2002. Petunjuk Operasional


Penilaian Tingkat Kekumuhan. Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah.

Direktorat Jendral Cipta Karya. 1997. Kamus Tata Ruang. Departemen Pekerjaan
Umum. Jakarta.

Panuju, Bambang. 1999. Pengadaan Perumahan Kota dengan Partisipasi


Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Bandung: Alumni.

Sintiawati, I Gusti Ayu Putu Meika. 2014. Karakteristik Dan Proses Terbentuknya
Permukiman Kumuh Di Wilayah Pesisir Desa Sangsit (Kasus Desa Sangsit).
Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Suherlan, Mumu. 1996. Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Sujarto, Djoko. 1977. Wisma Karya Marga Suka dan Penyempurna. Bandung:
Teknik Planologi ITB.

Suparlan, Supardi. 1995. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: YOI.

Wesnawa, I Gede Astra. (1993). Program Perbaikan Kampung Dalam Rangka


Penataan Permukiman Kumuh. Aneka Widya. Vol 4. (hal.181-187).

32
Lampiran 1. Absensi Peserta Kegiatan
1.1 Kegiatan Survei Lokasi dan Koordinasi

33
1.2 Kegiatan Pembinaan

34
1.3 Kegiatan Pelatihan

35
1.4 Kegiatan Pendampingan Pertama

36
1.5 Kegiatan Pendampingan Kedua

37
1.6 Kegiatan Pendampingan Ketiga

38
Lampiran 2. Foto-Foto Kegiatan

2.1 Kegiatan Koordinasi dan Survei Lokasi

2.2 Kegiatan Pembinaan

39
2.3 Kegiatan Pelatihan

2.4 Kegiatan Pendampingan

40
Lampiran 3. Peta Lokasi

PETA LOKASI DAERAH


DESA SANGSIT KECAMATAN SAWANARAN

TIM PENGUSUL P2M

UNDIKSHA
SINGARAJA
2016

41

Anda mungkin juga menyukai