Harlina Sulistyorini
i
PRAKATA
DIREKTUR KERJASAMA DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS
Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan adalah dua konsep yang
memiliki keterkaitan erat. Membangun Desa dalam perspektif
pembangunan partisipatif merupakan wujud dari peng-implementasi-an
model pembangunan Bottom-Up Planning. Dengan kata lain, keterlibatan
masyarakat mulai dari proses perencanaan hingga direalisasikannya
sebuah program pembangunan Desa menjadi sangat penting. Keterbatasan
Desa dalam mengatasi kebutuhan dan meningkakan kesejahteraannya
dalam pembangunan menuntut Desa untuk melakukan Kerjasama dengan
Desa-Desa yang ada disekitarnya. Pola kerjasama desa-desa dalam bidang
pembangunan kemudian dikenal dengan Pembangunan Kawasan
Perdesaan.
ttd
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
PRAKATA ....................................................................................................ii
iii
5. Menetapkan Surat Keputusan Kepala Desa tentang
Delegasi/Perwakilan Desa ..........................................................26
6. Musyawarah Antar Desa ............................................................26
7. Pembahasan Detil Rencana Pembentukan BUM Desa Bersama .27
8. Penetapan Peraturan Bersama Kepala Desa tentang
BUM Desa Bersama ...................................................................29
A. Pembinaan ......................................................................................44
B. Pengawasan.....................................................................................44
iv
LAMPIRAN V Contoh Permakades tentang Pembentukan BUM Desa
Bersama ......................................................................................78
LAMPIRAN VII Contoh Perjanjian Kerja Sama BUM Desa Bersama dengan
Pihak Lain .................................................................................105
LAMPIRAN VIII Laporan Posisi Keuangan dan Kinerja BUM Desa Bersama
(Profit dan Benefit) .....................................................................115
v
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
6
Kedua, penguatan kelembagaan ekonomi desa melalui Badan Usaha
Milik Desa (BUM Desa) Bersama. Lembaga ini secara spesifik tidak
dapat disamakan dengan koperasi ataupun badan usaha privat
lainnya. Koperasi merupakan institusi ekonomi yang secara swadaya
(mandiri) berbasis dan digerakkan oleh anggota untuk kepentingan
privat dan kolektif anggotanya. Badan usaha privat merupakan
lembaga usaha milik individu, keluarga maupun sekelompok orang
(persekutuan). Sedangkan BUM Desa Bersama merupakan
representasi Desa yang mempunyai otoritas untuk mengelola
sumberdaya publik atau sumberdaya alam bersama yang ditetapkan
sebagai modal dalam menjalankan usaha. BUM Desa Bersama dapat
menjadi wadah dan patron yang menyatukan sekaligus melindungi
para pelaku ekonomi kecil menjadi bisnis yang lebih besar, tanpa harus
mematikan usaha bisnis yang sudah berkembang.
7
a. Pengorganisasian pelaku ekonomi desa (petani, nelayan,
peternak, perajin dan lain-lain) yang memiliki kesamaan
kepentingan dan tujuan. Organisasi ini menjadi tempat untuk
pembelajaran, konsolidasi kepentingan dan tujuan, institusi
bisnis, kerja sama ekonomi dan yang lainnya.
b. Pengorganisasian kolaborasi antar desa yang memiliki potensi,
kepentingan dan tujuan yang sama, termasuk untuk
membentuk BUM Desa Bersama.
c. Pengorganisasian kolaborasi antara desa, BUM Desa Bersama,
dengan asosiasi pelaku ekonomi desa.
d. Pengembangan kapasitas terhadap asosiasi/organisasi
kolaborasi. Pengembangan kapasitas ini tidak berhenti pada
pelatihan-pelatihan formal seperti pelatihan wirausaha desa,
tetapi mencakup level: sistem (visi, kebijakan, aturan main yang
dimiliki organisasi); institusi (manajemen organisasi, SDM,
keuangan, bisnis yang dimiliki organisasi); dan individu
(komitmen, kemauan, kemampuan, motivasi orang per orang
dalam organisasi).
B. Dasar Hukum
8
5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan
Perdesaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
359);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 96 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Kerja Sama Desa di Bidang Pemerintahan Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1444);
C. Prinsip
Rekognisi
Kebersamaan
Kegotongroyon
Subsidiaritas
gan
Kekeluargaan
Kesetaraan Pemberdayaan
Partisipasi
9
terhadap asosiasi atau organisasi kerja sama, khususnya untuk
melakukan pelayanan usaha antar-Desa, agar bermanfaat untuk
mengurangi biaya transaksi, menguatkan modal sosial, dan
memastikan hak kepemilikan kolektif (aset Desa).
3. Keberagaman. Pengembangan BUM Desa Bersama dilakukan
dengan mengakui dan menghormati faktor sejarah, struktur
masyarakat dan budaya lokal. Manajemen yang diterapkan dalam
pengelolaan BUM Desa Bersama merupakan turunan dari nilai-nilai
tersebut sehingga memudahkan bagi proses perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan pada kondisi masyarakat Desa yang
beragam.
4. Kebersamaan, Kegotongroyongan, dan Kekeluargaan.
Pengembangan BUM Desa Bersama dilakukan dengan
mengorgaisasikan pelaku ekonomi Desa dalam semangat untuk
berperan aktif, bekerja sama, kebiasaan saling tolong menolong,
dan kebiasaan warga masyarakat Desa sebagai bagian dari satu
kesatuan keluarga besar warga masyarakat Desa. Pengorganisasian
pelaku ekonomi dan asosiasi kerja sama ekonomi oleh BUM Desa
Bersama dilakukan berdasar karakter dan nilai-nilai masyarakat
Desa, baik untuk kepentingan kerja bersama maupun kompetisi
(persaingan), sehingga terhindar dari biaya transaksi yang tinggi
dan konflik.
5. Musyawarah. Proses pengambilan keputusan terkait dengan
pengembangan BUM Desa Bersama dilakukan oleh representasi
Desa dengan berbagai pihak yang berkepentingan, melalui dialog
dalam Musyawarah Desa, Musyawarah Antar Desa dan
musyawarah di kalangan pengelola BUM Desa Bersama.
6. Kesetaraan. Kerja sama yang dilakukan antar-Desa dalam bentuk
pengembangan BUM Desa Bersama dilakukan dengan prinsip
kesamaan dalam kedudukan dan peran, terutama kesetaraan
dalam melakukan perjanjian kerja sama dan pelaksanaan program
dari pihak supra-Desa.
7. Partisipasi. Pengembangan BUM Desa Bersama menjamin warga
Desa turut berperan aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh
pengelola BUM Desa Bersama.
8. Pemberdayaan. Pengembangan BUM Desa Bersama dilakukan
melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai
dengan esensi pengorganisasian pelaku ekonomi desa, kerja sama
dalam memberikan pelayanan usaha antar-Desa, dan prioritas
pengembangan kapasitas organisasi kerja sama yang telah
diorganisir.
10
D. Para Pihak
E. Tujuan
F. Manfaat
11
4. Swasta dan pihak lain yang berkepentingan dengan desa dan
pembangunan kawasan perdesaan dapat melakukan kerja sama,
baik melalui desa maupun BUM Desa Bersama.
12
BAB II
KERJA SAMA DESA
13
2. Kerja sama menangkap air sungai untuk keperluan irigasi dan
budidaya perikanan darat.
3. Kerja sama Desa membangun Kawasan Minapolitan secara
bersama.
4. Kerja sama Desa bersama warga petani atau organisasi petani
setempat dalam penanaman komoditas perkebunan.
5. Kerja sama Desa bersama pengrajin atau organisasi pengrajin
setempat membangun pasar dan distribusi.
14
6. Kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama
antar-Desa.
Legalitas dari kerja sama antar Desa adalah Peraturan Bersama Kepala
Desa (Permakades). Peraturan yang ditandangani oleh para Kepala
Desa ini merupakan hasil kesepakatan dari Musyawarah Antar-Desa.
Oleh karena itu, BUM Desa Bersama sebagai institusi kerja sama antar-
Desa untuk pengembangan usaha bersama harus dibahas dan
diputuskan dalam Musyawarah Antar-Desa, serta dituangkan ke dalam
Permakades.
Kerja sama Desa dengan pihak ketiga dapat dilakukan dalam bentuk
bagi saham dan bagi hasil (shareholding) pada investasi pembangunan
yang disepakati melalui Musyawarah Desa.
Pengelolaan sumber daya alam merupakan kata kunci kerja sama Desa
dan pihak ketiga melalui shareholding yang akan mendatangkan
keuntungan sebagai Pendapatan Asli Desa (PADes). Desa tidak hanya
diperlakukan sebagai lokasi, buruh, dan penerima manfaat pasif, tetapi
juga sebagai pemilik atas investasi. Tanah atau sumber daya alam Desa
tidak dibeli habis atau disewa oleh investor, melainkan disertakan
sebagai modal dalam investasi.
15
BAB III
PEMBENTUKAN BUM DESA BERSAMA
(BUMDESMA)
16
rangka mengakses (memanfaatkan) sumberdaya milik bersama
untuk kepentingan Desa dan masyarakat setempat.
2. Dari “kompetisi” menuju “kolaborasi”. Persaingan yang tidak sehat
antar-Desa menyebabkan kanibalisme ekonomi. BUM Desa
Bersama merupakan sebuah resolusi bagi Desa dalam melakukan
kolaborasi di bidang ekonomi.
3. Dari “ketergantungan” menuju “kemandirian”. Secara ekonomi,
Desa memiliki ketergantungan terhadap kota dan para perantara
(tengkulak). Dengan kata lain, Desa menjadi objek ekploitasi
ekonomi yang dikendalikan oleh kota dan perantara. BUM Desa
Bersama merupakan wadah kelembagaan di mana Desa dan pelaku
ekonomi lokal menjadi subjek yang memiliki serta mengendalikan
produksi dan distribusi ekonomi secara mandiri.
4. Dari “fragmentasi” menuju “konsolidasi”. Desa memiliki
sumberdaya dan potensi yang besar, tetapi tercerai berai dan tidak
menyatu dalam pengelolaannya. Konsolidasi atau penyatuan
terhadap aktor (pelaku), aset (modal), akses (pada informasi,
teknologi, kebijakan, modal, pasar, dan lain-lain) dan arena
(produksi hingga distribusi) dapat diwujudkan jika Desa memiliki
institusi ekonomi yang solid dalam bentuk badan usaha.
5. Dari “ketimpangan” menuju “pemerataan”. Dewasa ini, ekonomi
Desa dikuasai oleh sektor-sektor privat yang bermuara pada
ketimpangan ekonomi di Desa. Dengan BUM Desa Bersama, maka
para produsen pertama (petani, perajin, peternak, nelayan dan para
pelaku ekonomi Desa lainnya) dapat memiliki akses langsung dalam
kegiatan ekonomi sehingga mewujudkan pemerataan ekonomi.
17
B. Legitimasi dan Legalitas BUM Desa Bersama
Faktor
BUM Desa BUM Desa Bersama
Pembanding
Prakarsa Pemerintah Desa dan Masyarakat Pemerintah Desa dan Masyarakat
Pembentukan Desa Setempat Desa Setempat yang Bersepakat
Melaksanakan Kerja Sama
Prosedur Musyawarah Desa Musyawarah Antar Desa
18
Faktor
BUM Desa BUM Desa Bersama
Pembanding
Keabsahan - Peraturan Desa tentang Peraturan Bersama Kepala Desa
Pendirian BUM Desa (Permakades) tentang Pendirian
(disepakati bersama antara BUM Desa Bersama, AD/ART
Kepala Desa dan BPD) BUM Desa Bersama
- Keputusan Kepala Desa Tentang
AD/ART BUM Desa
Pihak Pengesah Kepala Desa Para Kepala Desa yang
Bersepakat (Bekerja Sama)
Institusi Musyawarah Desa Musyawarah Antar Desa
tertinggi
Karakteristik - Badan usaha bercirikan Desa - Badan usaha bercirikan Desa
- Unit Usaha yang dibentuk BUM - Unit Usaha yang dibentuk
Desa dapat berbentuk badan BUM Desa dapat berbentuk
hukum badan hukum
Tujuan - Membantu penyelenggaraan - Membantu penyelenggaraan
urusan pemerintah Desa kerja sama pemerintah antar
setempat Desa
- Mendayagunakan sumber - Mendayagunakan sumber
ekonomi lokal skala Desa ekonomi lokal skala antar Desa
Modal Pendirian - Kekayaan Desa yang - Kekayaan masing-masing Desa
dipisahkan; yang dipisahkan;
- Terbuka penyertaan modal dari - Terbuka penyertaan modal
masyarakat Desa setempat dari masyarakat Desa
setempat
Layanan - Pelayanan umum Desa - Pelayanan umum antar Desa
setempat - Kegiatan usaha ekonomi antar
- Kegiatan usaha ekonomi Desa Desa
setempat
Bisnis Layanan Potensi Aset Desa setempat Potensi Aset antar Desa yang
bekerjasa sama
Bagi Hasil Pendapatan Asli Desa Pendapatan Asli Desa yang
bekerja sama
1. Dalam rangka kerja sama antar-Desa, 2 (dua) Desa atau lebih dapat
membentuk BUM Desa Bersama.
2. Pembentukan BUM Desa Bersama dapat dilakukan melalui
pendirian, penggabungan, atau peleburan BUM Desa.
19
Nusantara yang didirikan oleh 8 (delapan) Desa di kecamatan
Sukamulyo, Sukamaju, Kalimantan Utara yang bersepakat untuk
bekerja sama mengelola potensi ekonomi, SDA, dan SDM. Pendirian
BUM Desa Bersama ini dilatarbelakangi oleh keseragaman potensi yang
dimiliki di masing-masing desa. Dari kesamaan potensi ini, maka
diadakan Musyawarah Desa dan menyepakati untuk membentuk BUM
Desa Bersama.
20
Ketiga, peleburan BUM Desa. BUM Desa Bersama dibentuk melalui
peleburan 2 (dua) BUM Desa skala lokal Desa atau lebih. Dasar
peleburan adalah BUM Desa dinyatakan mengalami kerugian dan
disepakati dalam Musyawarah Desa. Misalnya, BUM Desa A dan BUM
Desa B dinyatakan rugi dan bersepakat untuk membentuk BUM Desa
Bersama. Konsekuensinya adalah pembubaran BUM Desa A dan BUM
Desa B.
21
1. Prakarsa Pemerintah Desa dan Masyarakat
22
Sumber Volume/ Yang Peluang Kerja
Yang Terlibat
Penghidupan Besaran Dihasilkan Sama
Pertanian
- Coklat …. ha Toko desa Kelompok petani - Kerja sama
- Kopi …. ha pemasaran
- Durian …. Ha - kunjungan
wisatawan
- Paket wisata
tanam
- Outbound
Dana Bergulir …. milyar/ Jasa Kelompok - Pendanaan
kec. konveksi dan pemanfaat dana untuk kelompok
perdagangan bergulir konveksi usaha dalam
skala antar-Desa
atau ekspor
- Toko/outlet hasil
produksi pelaku
ekonomi Desa
Wisata … ha Tiket masuk - Karang taruna - Pelibatan
Gunung dan tempat - Pokdarwis anggota lembaga
Embung wisata, sewa - Pemda/OPD kemasyarakatan
penginapan - Warga penyedia berbasis Desa
homestay homestay sebagai
pengelola unit
usaha BUM
Desa Bersama
- Kerja sama antar
Desa untuk
memasarkan
homestay
- Kerja sama tiket
online
23
Tabel 3. 4 Contoh Pemetaan Layanan Dasar
3. Musyawarah Desa
24
Tabel 3. 5 Contoh Perintisan Unit Usaha BUM Desa Bersama
25
4. Penawaran Kerja Sama
26
b. Usulan tata kerja BKAD
i. Unit kerja BKAD dapat dibentuk sesuai kebutuhan atau
bidang kegiatan antar-Desa.
ii. Dalam hal kegiatan kerja sama usaha bersama, maka
Musyawarah Antar Desa dapat membahas pembentukan
unit kerja yang bertugas melakukan fasilitasi pendirian
BUM Desa Bersama. Unit kerja ini hanya memfasilitasi dan
bukan menjadi pihak yang menetapkan BUM Desa
Bersama. Kewenangan penetapan BUM Desa Bersama
tetap dilakukan oleh para Kepala Desa dan dinyatakan
melalui produk hukum Permakades.
27
Tujuan Unit Usaha Alasan/Argumen Rencana Aksi
mengakses
permodalan usaha.
28
b. Rancangan Permakades tentang Pendirian BUM Desa
Bersama, sekaligus penetapannya, paling sedikit membahas:
29
ii. Organisasi pengelola
iii. Modal
iv. Pengelolaan Unit Usaha
v. Hasil Usaha
vi. Pelaporan
e. Bab V Pembubaran
f. Bab VI Ketentuan Peralihan
g. Bab XI Ketentuan Penutup
30
BAB IV
MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN USAHA BUM DESA BERSAMA
1. Organisasi Pengelola
31
Gambar 4. 2 Posisi BUM Desa Bersama terhadap Desa-Desa yang Bekerja Sama dan
BKAD
32
Pemilihan susunan kepengurusan BUM Desa Bersama, terutama
Struktur dari Pelaksana Operasional BUM Desa terdiri dari: Kepala
Operasional (KaOp), Sekretaris, Bendahara, dan Kepala Unit (Kanit)
masing-masing Unit Usaha, dengan kriteria:
a. Analisis Pekerjaan
33
b. Penilaian Produktivitas Kerja, Penghargaan dan Sanksi
d. Kompensasi
e. Pemberhentian/PHK
34
3. Modal, Keuangan dan Aset
a. Modal Pendirian
Modal awal pendirian BUM Desa Bersama bersumber dari APB Desa
masing-masing Desa yang telah sepakat bekerja sama. Setelah
pendirian BUM Desa Bersama, masing-masing Desa dapat
mempertahankan BUM Desa yang sudah ada sebelumnya. Untuk
kebutuhan permodalan ini, RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa
harus mencantumkan penyertaan modal awal BUM Desa Bersama
untuk mempertegas kedudukan masing-masing Desa dalam
kepemilikan BUM Desa Bersama.
Dalam Pasal 135 ayat (2) PP No. 47/2015 dinyatakan bahwa, modal
BUM Desa terdiri atas penyertaan modal Desa dan penyertaan
modal masyarakat Desa. Ketentuan ini tidak mengatur lebih rinci
tentang penyertaan modal yang bersumber dari masyarakat Desa.
Konsekuensinya, berdasar pengertian yuridis BUM Desa yang
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa maka besaran
penyertaan modal dari masyarakat Desa lebih kecil dari penyertaan
modal dari Desa.
35
benefit sosial dari pengembangan BUM Desa Bersama. Muara akhir
dari mekanisme pengelolaan keuangan dan aset ini adalah
memastikan bahwa unit usaha BUM Desa dapat memberi
kontribusi pada pendapatan asli Desa yang bekerja sama serta
kelangsungan usahanya.
36
3) Pembukaan rekening atas nama BUM Desa Bersama yang
berfungsi untuk menyimpan dan memperlancar arus kas.
4) Aset BUM Desa Bersama terdiri dari: (i) aset bergerak, seperti:
komputer, kendaraan operasional, yaitu aset yang memiliki
masa pakai dan mengalami penyusutan nilai, sehingga
dibutuhkan biaya pemeliharaan dan dalam periode tertentu
perlu dilakukan peremajaan; dan (ii) aset tetap, seperti: tanah
dan bangunan, yang status kepemilikan, pemeliharaan dan
pajaknya harus diperhatikan. Keseluruhan aset tersebut harus
tercatat dalam pembukuan aset.
B. Pengembangan Usaha
37
Bersama) memerlukan perencanaan dan keberanian, serta perhitungan
bisnis yang matang, sehingga resiko bisnis apapun yang muncul dapat
dikelola dengan baik oleh Unit Usaha BUM Desa Bersama.
Salah satu cara menganalisa unit bisnis yang ada pada BUM Desa
dan/atau BUM Desa Bersama adalah membuat “kerangka” atau
pondasi bisnis (building block) yang terintegrasi dengan baik. Ada 9
(sembilan) foundasi bisnis untuk menggambarkan, memvisualisasikan,
menilai, dan mengubah model bisnis atau merencanakan usaha.
Hasil analisis dalam kanvas model bisnis untuk tiap unit usaha BUM
Desa Bersama bermanfaat ketika pelaksana operasional BUM Desa
Bersama mengadakan perjanjian kerja sama dengan pihak swasta
maupun pelaku ekonomi dari masyarakat Desa.
38
Keterangan:
1. Segmen Pasar
Segmen pasar merupakan target kelompok orang atau organisasi yang
berbeda yang hendak dijangkau dan dilayani oleh perusahaan. Secara
umum, penentuan segmen pasar mempertimbangkan komoditas yang
ditawarkan perusahaan atau organisasi dan kemungkinan pihak-pihak
yang memanfaatkannya.
3. Hubungan Konsumen
Hubungan antara BUM Desa Bersama dengan konsumen terdiri atas dua
jenis hubungan, yakni hubungan transaksional dan hubungan jangka
panjang. Hubungan transaksional terjadi ketika BUM Desa Bersama
dengan konsumen melakukan kegiatan transaksi yang sifatnya tidak
secara periodik. Sebagai contoh, toko yang berada terminal tidak akan
membangun hubungan dengan konsumen.Berbeda dengan hubungan
transaksional, hubungan jangka panjang melakukan kegiatan transaksi
secara periodik. BUM Desa Bersama berusaha membangun relasi dengan
pelanggan untuk melakukan transaksi jangka panjang yang telah
disepakati oleh kedua pihak.
4. Saluran Distribusi
Dalam menjalankan bisnis, BUM Desa Bersama menggunakan saluran
distribusi untuk menyalurkan komoditas yang ditawarkan kepada
konsumen. Saluran distribusi dapat disesuaikan berdasarkan cara yang
efektif dan efisien untuk menyalurkan produk kepada konsumen.
5. Mitra Usaha
Dalam pelaksanaannya unit usaha BUM Desa Bersama dapat melakukan
kerja sama dengan pihak lain mendukung unit usaha BUM Desa
Bersama. Oleh karena itu, unit usaha BUM Desa Bersama dari awal harus
menentukan bisnis unit usaha tersebut memerlukan mitra usaha untuk
investasi, promosi, distribusi dan hal-hal yang berkaitan untuk
melengkapi bisnis unit usaha BUM Desa Bersama tersebut.
6. Aktivitas Utama
Setiap bisnis pasti menjalankan kegiatan-kegiatan utama untuk
menghasilkan barang atau jasa untuk konsumen dan menghasilkan uang
bagi perusahaan. Begitupun dengan Unit Usaha BUM Desa Bersama.
39
Kegiatan-kegiatan utama tersebut disebut sebagai aktivitas kunci. Setiap
perusahaan memiliki aktivitas kunci masing-masing. Aktivitas kunci yang
dibutuhkan oleh Unit Usaha BUM Desa Bersama sangat tergantung pada:
a) Barang atau jasa yang ditawarkan oleh Unit Usaha BUM Desa
Bersama.
b) Saluran yang digunakan oleh Unit Usaha BUM Desa Bersama untuk
mendistribusikan produk.
c) Hubungan dengan konsumen yang dibangun oleh Unit Usaha BUM
Desa Bersama.
d) Aliran Pendapatan dari usaha Unit Usaha BUM Desa Bersama.
8. Struktur Biaya
Dalam melakukan aktivitas usahanya Unit Usaha BUM Desa Bersama
mengeluarkan biaya. Unit Usaha BUM Desa Bersama harus mengenali
biaya yang harus dikeluarkan agar Unit Usaha BUM Desa Bersama dapat
mengetahui kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari bisnis
tersebut. Struktur biaya dari bisnis dapat diketahui dengan
mengidentifikasi 3 (tiga) komponen, yaitu:
a) Biaya yang paling penting dalam bisnis Unit Usaha BUM Desa
Bersama.
b) Sumber daya utama yang paling mahal biayanya.
c) Aktivitas utama yang paling mahal biayanya.
9. Aliran Pendapatan
Identifikasi aliran pendapatan menentukan dari mana Unit Usaha BUM
Desa Bersama memperoleh penghasilan.
40
BUM Desa Bersama merupakan lembaga pelaksana kegiatan kerja
sama Desa dengan pihak lain yang bersepakat.
Individu/Pokmas/Asosias
BUM Desa
i/Koperasi, BUM Desa, Pihak ke-3
dll. Bersama
Individu/Pokmas/Asosiasi/Koper
asi, BUM Desa, dll.
BUM Desa
Konsumen
Bersama
Supplier Barang
Pabrikan
41
Gambar 4. 10 BUM Desa Bersama sebagai Produsen
Secara umum, kerja sama yang melibatkan BUM Desa Bersama dapat
dikelompokkan menjadi 5 (lima) jenis, yaitu:
Kerja sama BUM Desa Bersama dengan pelaku ekonomi lokal Desa
yang melakukan kerja sama melaui BUM Desa Bersama dapat
dilakukan secara lisan tanpa diikat dengan suatu dokumen kontrak
perjanjian bersama. Agar lebih mengikat, keputusan untuk
pelaksanaan kerja sama ini dapat ditetapkan melalui MAD.
Model kerja sama antara BUM Desa Bersama dan pelaku ekonomi Desa
dijalankan dengan prinsip mengutamakan kepentingan petani,
peternak, perajin dan organisasi/asosiasi pelaku ekonomi Desa.
42
ini dapat dilakukan oleh BUM Desa Bersama yang mengembangkan
unit usaha di bidang retail atau pertokoan. BUM Desa Bersama dapat
melakukan pemesanan (pre-order) atau dengan faktur (invoice) barang
dangangan ke pihak pemasok. Bentuk perjanjian dari kerja sama ini
tidak dituangkan dalam prosedur kontrak secara terperinci, tetapi
cukup dengan membangun kesepakatan dan kepercayaan antara
kedua belah pihak.
Dalam kerja sama ini, BUM Desa Bersama berperan sebagai distributor
yang menjual hasil produksi pertanian atau produksi bahan baku
lainnya dari pelaku ekonomi lokal kepada offtaker yang bergerak di
bidang industri pengolahan. Kerja sama model ini harus didahului
dengan perumusan kesepakatan kedua belah pihak melalui MAD dan
dituangkan ke dalam Naskah Perjanjian Bersama.
Kerja sama antara BUM Desa Bersama dengan penyedia jasa keuangan
(bank dan jasa pembiayaan/leasing) memosisikan BUM Desa Bersama
sebagai mitra dari penyedia jasa keuangan. BUM Desa Bersama
berperan dalam memfasilitasi masyarakat atau nasabah dalam hal
pelaksanaan kegiatan penyediaan jasa keuangan mitra BUM Desa
Bersama. Meskipun BUM Desa Bersama melaksanakan kegiatan jasa
keuangan, BUM Desa Bersama hanya berperan sebagai perantara
transaksi dan tidak menjadi unit yang dibawahi oleh mitra penyedia
jasa keuangan. Pada pola kerja sama ini juga, BUM Desa Bersama tidak
menanggung kerugian atas usaha yang dijalankan.
Kerja sama antara BUM Desa Bersama dengan pihak lain dalam rangka
menjalankan kegiatan produksi dapat dilakukan dengan menggandeng
pihak lain untuk bersama-sama memiliki saham kepemilikan. Dalam
konteks ini, modal yang dimiliki oleh Desa yang dikelola BUM Desa
Bersama harus lebih besar (lebih dari 50 persen). Kerja sama model ini
juga harus didahului dengan perumusan kesepakatan kedua belah
pihak melalui MAD dan dituangkan ke dalam Naskah Perjanjian
Bersama.
43
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
A. Pembinaan
Pemerintah Pusat
1. Sosialiasi terkait dengan pembentukan, pendirian,
penggabungan, peleburan dan pembubaran BUM Desa Bersama
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.;
2. Mengkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam fasilitasi
pengelolaan BUM Desa Bersama;
3. Melakukan klasifikasi kelas perkembangan BUM Desa Bersama.
Pemerintah Daerah
1. Fasilitasi terhadap kerjasama desa-desa dalam proses
pembentukan dan pelembagaan BUM Desa Bersama;
2. Fasilitasi pengembangan kapasitas manajemen pengelolaan
BUM Desa Bersama;
3. Fasilitasi pengembangan kerja sama BUM Desa Bersama, pihak
ke tiga dan/atau organisasi masyarakat yang berkompeten
dalam mendampingi proses BUM Desa Bersama;
4. Penyelenggaraan rapat koordinasi untuk membahas potensi,
kendala, masalah, dan kondisi pelayanan usaha yang
dilaksanakan BUM Desa Bersama.
B. Pengawasan
Pemerintah Pusat
1. Monitoring dan evaluasi perkembangan BUM Desa Bersama;
2. Melakukan klasifikasi dan pemeringkatan perkembangan BUM
Desa Bersama;
3. Melakukan evaluasi perkembangan kerjasama BUM Desa
Bersama dengan pihak ke tiga;
Pemerintah Daerah
1. Memantau proses pelembagaan BUM Desa Bersama;
2. Memantau dan memberikan saran terhadap regulasi yang
merugikan BUM Desa Bersama;
44
3. Mengevaluasi perkembangan dan kemajuan BUM Desa Bersama;
4. Menyampaikan laporan berkala tentang perkembangan dan
kemajuan BUM Desa Bersama.
[]
45
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Berita Acara Musyawarah Desa
BERITA ACARA
MUSYAWARAH DESA
KERJA SAMA DESA
Dalam rangka kerja sama pemanfaatan potensi ekonomi antara desa-desa di Kecamatan
………………. Kabupaten ................................... Provinsi .............................. maka pada :
Hari dan Tanggal :
Jam :
Tempat :
telah diselenggarakan pertemuan Musyawarah Desa yang dihadiri oleh BPD, Pemerintah
Desa dan wakil-wakil dari masyarakat desa, serta unsur lain yang terkait dengan
pelaksanaan kerja sama antar desa sebagaimana tercantum dalam lampiran Daftar Hadir.
Materi atau topik yang dibahas dalam Forum ini serta yang bertindak selaku unsur pimpinan
dan narasumber adalah :
46
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik diatas selanjutnya
seluruh peserta memutuskan dan dapat menyepakati beberapa hal yang berketetapan
menjadi keputusan akhir dari Musyawarah desa, yaitu :
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
Semua keputusan diambil secara musyawarah mufakat yang demokratis dan terbuka.
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
..................... ..............................
Mengetahui :
47
………………………………..
1. ..................................
3. ……………………...
5. ……………………...
7. ……………………...
8
8. ……………………... 7 ……………….. ………………..
Pimpinan Rapat
(…………………………)
48
NOTULEN
Musyawarah Desa Tentang Kerja sama Desa
Desa ……………………
Sekretaris Rapat
49
DAFTAR HADIR
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
C. TANDA TANGAN
NO. N A MA JABATAN/UNSUR
1 Kepala Desa
4 Ketua BPD
6 Sekretaris BPD
7 Anggota BPD
8 Anggota BPD
9 Anggota BPD
10 Anggota BPD
11
12
Pimpinan Rapat
(…………………………)
50
LAMPIRAN II
Contoh Peraturan Desa tentang Kerja Sama Desa
TENTANG
51
Nomor 352) Sebagai Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor
72, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
213, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5717);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana
telah diubah terakhir kali dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5864);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111
Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Perdes (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan
52
Keuangan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata
Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,
Pengurusan Dan Pengelolaan, dan Pembubaran
Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110
Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 89);
10. Peraturan Desa Nomor 03 Tahun 2016 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
….(Lembaran Desa…
dan
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
53
3. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
4. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
5. Badan Usaha Milik Desa Bersama, yang selanjutnya disebut BUM Desa
Bersama, adalah badan usaha yang dibentuk dalam skema kerja sama
antar-Desa.
6. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
7. Badan Kerja sama Antar Desa, yang selanjutnya disebut BKAD adalah
pelaksana kerja sama antar-Desa yang ditetapkan melalui Peraturan
Bersama Kepala Desa.
8. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan
untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
9. Peraturan Desa, yang selanjutnya disebut Perdes atau sebutan lainnya
adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa
setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
10. Peraturan Bersama Kepala Desa atau sebutan lainnya adalah peraturan
yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
a. acuan kebijakan dalam melakukan kerja sama Desa dengan Desa lain;
dan
b. mengembangkan kapasitas Desa dalam melakukan kerja sama Desa
dengan pihak ketiga.
54
BAB III
PENYELENGGARAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 3
Bagian Kedua
Pasal 4
Pasal 5
a. pendirian BUM Desa Bersama, yang dilakukan oleh 2 (dua) Desa atau
lebih tanpa membentuk BUM Desa terlebih dahulu;
b. pendirian BUM Desa Bersama, yang dilakukan melalui penggabungan
2 (dua) BUM Desa atau lebih tanpa membubarkan BUM Desa;
c. pendirian BUM Desa Bersama, yang dilakukan melalui peleburan 2
(dua) BUM Desa atau lebih menjadi 1 (satu) BUM Desa Bersama setelah
55
menyatakan kerugian atau kepailitan sesuai peraturan perundang-
undangan; dan/atau
d. kerja sama mengenai pelayanan usaha antar-Desa yang dilakukan oleh
BUM Desa dengan BUM Desa lainnya.
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
56
Pasal 9
Bagian Ketiga
Pasal 10
(1) Kerja sama Desa dengan pihak ketiga dilakukan untuk mempercepat
dan meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
(2) Kegiatan dalam pelaksanaan kerja sama Desa dengan pihak ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan;
b. layanan sosial dasar, termasuk kesehatan dan pendidikan;
c. peningkatan layanan usaha;dan
d. kerja sama lainnya sesuai dengan kewenangan Desa.
(3) Kegiatan dalam kerja sama Desa dengan pihak ketiga sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh Desa bersama-sama
dengan:
a. individu;
b. perusahaan;
57
c. perguruan tinggi;
d. lembaga mitra pembangunan; dan/atau
e. lembaga swadaya masyarakat.
Pasal 11
(1) Kerja sama Desa dengan pihak ketiga harus dibahas dalam
Musyawarah Desa.
(2) Badan Permusyawaratan Desa bertugas menyelenggarakan
Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan difasilitasi
oleh Pemerintah Desa.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kerja sama Desa dengan
pihak ketiga diatur dengan perjanjian kerja sama.
BAB IV
PEMBIAYAAN
Pasal 12
BAB V
PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 13
(1) Setiap delegasi Desa yang menjadi bagian dari keanggotaan BKAD
harus memberikan informasi penyelenggaraan kerja sama Desa kepada
kepala Desa.
(2) Kepala Desa bertugas menyampaikan laporan hasil penyelenggaraan
kerja sama Desa melalui Musyawarah Desa yang diselenggarakan oleh
Badan Permusyawaratan Desa.
(3) Masyarakat berhak memberikan masukan mengenai kemajuan
pelaksanaan kerja sama Desa melalui Badan Permusyawaratan Desa
dan/atau Pemerintah Desa.
58
(4) Pengambilan keputusan dalam Musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara musyawarah mufakat.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
JAKA HERMAWAN
Diundangkan di Sukamaju
ASEP SURASEP
59
LAMPIRAN III
Berita Acara Musyawarah Antar Desa
BERITA ACARA
MUSYAWARAH ANTAR DESA
...................................
Jam :
Tempat :
Materi atau topik yang dibahas dalam Forum ini serta yang bertindak selaku
unsur pimpinan dan narasumber adalah :
1. ……………………………………………………………
2. ……………………………………………………………
3. ……………………………………………………………
4. ……………………………………………………………
5. ……………………………………………………………
2. ……………………. : …………………..
3. ……………………. : …………………..
4. ……………………. :…………………..
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik diatas
selanjutnya seluruh peserta memutuskan dan dapat menyepakati beberapa hal
yang berketetapan menjadi keputusan akhir dari Musyawarah desa, yaitu :
1. ……………………………………………………………
60
2. ……………………………………………………………
3. ……………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab
agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
........................ ........................
……………………. …………………….
Mengetahui :
………………………………..
61
Mengetahui dan Menyetujui,
Delegasi Desa-desa
1. ..........................
3. …………………….
5. …………………….
7. …………………….
Pimpinan Rapat
(…………………………)
62
NOTULEN
Musyawarah Antar Desa Tentang
……………………
Sekretaris Rapat
63
DAFTAR HADIR
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
10
11
Pimpinan Rapat
(…………………………)
64
LAMPIRAN IV
Contoh Permakades tentang Kerja Sama antar Desa
KABUPATEN CIWINDU
TENTANG
65
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan usaha
bersama, kegiatan kemasyarakatan, pelayanan,
pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat
antar-Desa dilakukan kerja sama antar-Desa;
b. bahwa untuk melaksanakan kerja sama antar
Desa sebagaimana dimaksud dalam huruf a telah
diselenggarakan Musyawarah Antar Desa;
c. bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 92 ayat
(2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, kerja sama antar-Desa dan
pelaksanaannya oleh Badan Kerja sama Antar-
Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama
Kepala Desa;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, b, dan c perlu
menetapkan Peraturan Bersama Kepala Desa
tentang Kerja sama Antar Desa;
66
6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5717);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana
telah diubah terakhir kali dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5864);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111
Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan
di Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 2091);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2093);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun
2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan
Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun
2015 tentang Pendirian, Pengurusan Dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 296);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110
Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 89);
67
10. Peraturan Desa Sukamaju Nomor 01 Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa
Nomor ….. Tahun 2017);
11. Peraturan Desa Sukaraya Nomor … Tahun 2017
tentang Kerja sama Desa (Lembaran Desa Nomor
…Tahun 2017);
12. Peraturan Desa Sukasugih Nomor …Tahun 2017
tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa Nomor
…Tahun 2017);
13. Peraturan Desa Sukamulyo Nomor …Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa
Nomor …Tahun 2017);
14. Peraturan Desa Sukahati Nomor …Tahun 2017
tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa Nomor
… Tahun 2017);
15. Peraturan Desa Sukalilo Nomor …Tahun 2017
tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa Nomor
…Tahun 2017);
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bersama Kepala Desa ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah Desa Sukamaju, Desa Sukaraya, Desa Sukasugih, Desa
Sukamulyo , Desa Sukahati, dan Desa Sukalilo, yang berkedudukan di
Kecamatan Cimaung, Kabupaten Ciwindu, Provinsi Kalimantan Barat.
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama
lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
3. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
68
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
4. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa
yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
5. Badan Usaha Milik Desa Bersama, yang selanjutnya disebut BUM Desa
Bersama, adalah badan usaha yang dibentuk dalam skema kerja sama
antar-Desa yang dimiliki oleh 2 (dua) Desa atau lebih.
6. Badan Kerja sama Antar Desa, yang selanjutnya disebut BKAD adalah
pelaksana kerja sama antar-Desa yang ditetapkan dalam Peraturan
Bersama Kepala Desa.
7. Musyawarah Antar Desa adalah musyawarah antar-Desa yang
dilakukan oleh Desa Sukamaju, Desa Sukaraya, Desa Sukasugih, Desa
Sukamulyo , Desa Sukahati, dan Desa Sukalilo, yang berkedudukan di
kecamatan Cimaung, mengenai agenda pembahasan strategis tentang
kerja sama antar Desa.
8. Peraturan Bersama Kepala Desa atau sebutan lainnya adalah
peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat
mengatur.
BAB II
RUANG LINGKUP KERJA SAMA
Pasal 2
(4) Para pihak perwakilan/delegasi dari Desa telah bersepakat melakukan
kerja sama antar-Desa dengan ruang lingkup:
d. pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai
nilai ekonomi yang berdaya saing;
e. kegiatan kemasyarakatan, pelayanan dan pembangunan, antar-Desa;
dan/atau
f. bidang pemberdayaan masyarakat.
(5) Kerja sama antar-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
dibahas melalui Musyawarah Antar Desa sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
69
BAB III
BIDANG KERJA SAMA
Pasal 3
Desa melaksanakan kerja sama antar Desa di wilayah kecamatan Cimaung
melalui bidang:
Pasal 4
(1) Desa melakukan kerja sama antar-Desa dalam bidang pengembangan
ekonomi dan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:
a. pengembangan potensi Desa yang bermanfaat untuk penghidupan
masyarakat Desa, termasuk beras kemasan dan branding, swalayan
Desa, olahan karet, pabrik mini, tempat pembibitan sawit, swalayan
Desa, dan modal usaha untuk kelompok usaha yang dilaksankaan
masyarakat Desa
b. pengembangan aset dan sumberdaya alam termasuk perikanan, air
bersih, wisata, irigasi, Desa wisata hutan, penelitian dan konservasi
hutan, dan produksi garam;
c. pengembangan layanan dasar termasuk layanan air bersih,
persampahan, pembibitan karet dan sawit, penyediaan pupuk bagi
petani, dan pom bensin (SPBU); dan/atau
d. kegiatan usaha bersama lainnya yang dapat diselenggarakan melalui
kerja sama antar-Desa.
(2) Untuk melaksanakan kerja sama antar-Desa melalui pengembangan
usaha bersama yang dimiliki oleh Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), delegasi Desa telah bersepakat melalui Musyawarah Antar
Desa untuk mendirikan BUM Desa Bersama.
(3) Pendirian BUM Desa Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan melalui:
a. pendirian BUM Desa Bersama dilakukan 6 (enam) Desa tanpa
membubarkan BUM Desa yang sudah ada; dan/atau
b. kerja sama mengenai pelayanan usaha antar-Desa yang dilakukan oleh
BUM Desa dengan BUM Desa lainnya.
(4) BKAD bertanggungjawab dalam melakukan fasilitasi pendirian BUM
Desa Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai BUM Desa Bersama diatur dengan
Peraturan Bersama Kepala Desa tersendiri.
70
Pasal 5
(1) Desa melakukan kerja sama antar-Desa dalam bidang sosial
kemasyarakatan antar-Desa meliputi:
a. pengembangan dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui
kegiatan bakti sosial; dan
b. kegiatan kemasyarakatan antar-Desa lainnya yang dapat
diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa.
(2) BKAD bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi pelaksanaan
kegiatan sosial kemasyarakatan antar-Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Pasal 6
(1) Desa melakukan kerja sama antar-Desa dalam bidang pemberdayaan
masyarakat antar-Desa meliputi:
a. pengembangan dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui
penyelenggaraan kursus, pelatihan, dan kegiatan pengembangan
kapasitas yang melibatkan Desa; dan
b. kegiatan pemberdayaan masyarakat antar-desa lainnya yang dapat
diselenggarakan melalui kerja sama antar-desa.
(2) BKAD bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat antar-Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
BAB IV
TATA CARA DAN KETENTUAN PELAKSANAAN KERJA SAMA
Bagian Kesatu
Pasal 7
(1) BKAD harus terlebih dahulu melakukan pembahasan agenda kerja
sama antar-Desa melalui Musyawarah Antar Desa untuk selanjutnya
disepakati sebagai keputusan bersama.
(2) Musyawarah Antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
membahas dan menyepakati:
a. pembentukan lembaga antar-Desa yang melakukan pelaksanaan
pembangunan antar-Desa;
b. pelaksanaan program pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau
pemerintah kabupaten/kota yang dapat dilaksanakan melalui skema
kerja sama antar-Desa;
71
c. perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pogram pembangunan
antar-Desa;
d. pengalokasian anggaran untuk pembangunan Desa, antar-Desa, dan
Kawasan Perdesaan;
e. masukan terhadap program pemerintah daerah kabupaten yang
dilaksanakan di lokasi Desa yang bersepakat dalam kerja sama antar-
Desa ini; dan/atau
f. hal strategis lainnya mengenai kegiatan lain yang dapat
diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa.
(3) Hasil penyelenggaaan Musyawarah Antar Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dituangkan kedalam Berita Acara Musyawarah Antar Desa
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Badan Kerja sama Antar Desa
Pasal 8
(1) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh BKAD sesuai hasil
kesepakatan Desa.
(2) BKAD terdiri atas perwakilan/delegasi dari:
a. Pemerintah Desa;
b. anggota BPD;
c. lembaga kemasyarakatan Desa atau lembaga adat yang masih aktif di
Desa;
d. lembaga Desa lainnya; dan
e. tokoh atau wakil masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan
gender.
(3) BKAD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada
kepala Desa.
Pasal 9
(1) Susunan organisasi BKAD terdiri atas:
a. pengurus; dan
b. pengelola unit kerja atau kelompok kerja.
(2) Pengurus BKAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dalam
Musyawarah Antar Desa, terdiri atas:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. bendahara.
(3) Pengelola unit kerja atau kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dipilih dalam Musyawarah Antar Desa.
72
(4) Susunan kepengurusan BKAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran sebagai bagian tak terpisahkan dari
Peraturan Bersama Kepala Desa ini.
Pasal 10
(1) Untuk menjamin pelaksanaan tata kerja mengenai kerja sama antar
Desa secara optimal, BKAD dapat menyusun tata kerja dalam bentuk
standar prosedur operasional.
(2) Standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun dan dibahas dalam musyawarah BKAD.
(3) Dalam hal BKAD memperoleh masukan yang bersifat operasional
terhadap rumusan standar prosedural operasional, BKAD dapat
mengundang lembaga atau perorangan yang mempunyai kompetensi
dalam kerja sama antar-Desa.
BAB V
JANGKA WAKTU
Pasal 11
(1) Jangka waktu pelaksanaan kerja sama antar-Desa bersifat tak
terbatas, kecuali terdapat kesepakatan untuk perubahan atau
berakhirnya kerja sama.
(2) Perubahan atau berakhirnya kerja sama antar-Desa harus dibahas dan
disepakati melalui Musyawarah Antar Desa, dengan menyertakan para
pihak yang terikat dalam Peraturan Bersama Kepala Desa ini.
(3) Hasil kesepakatan Musyawarah Antar Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dicantumkan kedalam Berita Acara Musyawarah Antar
Desa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 12
(5) Masyarakat Desa berhak memberikan masukan mengenai kemajuan
pelaksanaan kerja sama antar-Desa melalui BKAD.
(6) BKAD harus menyediakan sarana pengaduan atas pelaksanaan kerja
sama antar-Desa.
(7) Dalam upaya mencapai transparansi dan akuntabilitas, BKAD harus
menangani pengaduan dari masyarakat Desa dalam waktu yang efektif
dan hasilnya disampaikan kepada publik.
73
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diatur lebih lanjut dalam standar prosedur operasional.
Pasal 13
(1) Setiap perwakilan/delegasi Desa yang menjadi bagian dari keanggotaan
BKAD harus memberikan informasi penyelenggaraan kerja sama antar
Desa kepada kepala Desa.
(2) Kepala Desa bertugas menyampaikan laporan hasil penyelenggaraan
kerja sama antar-Desa melalui Musyawarah Desa mengenai kerja sama
Desa yang diselenggarakan oleh BPD.
BAB VII
PENDANAAN
Pasal 14
Setiap Desa mengalokasikan dana untuk pelaksanaan seluruh bidang
kerja sama antar Desa, yang bersumber dari APB Desa.
Pasal 15
(1) Pembangunan kawasan perdesaan yang berskala lokal Desa harus
diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar
Desa sesuai ketentuan perundang-undangan.
(2) Dalam hal terdapat sumber pendanaan untuk pembangunan kawasan
perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BKAD melakukan
koordinasi dengan pemerintah kabupaten dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
BAB VIII
TATA CARA PERUBAHAN, PENUNDAAN, DAN PEMBATALAN
KERJA SAMA
Pasal 16
(1) Tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan kerja sama antar-
Desa, dibahas dan disepakati dalam Musyawarah Antar Desa.
(2) Kerja sama antar Desa dinyatakan berakhir apabila:
a. terdapat keadaan luar biasa yang mengakibatkan kerja sama antar
Desa tidak dapat dilaksanakan;
b. salah satu Desa tidak dapat melaksanakan ketentuan dalam Peraturan
Bersama Kepala Desa ini;
74
c. terdapat hal yang merugikan kepentingan Desa, daerah, atau nasional;
atau
d. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 17
BKAD bertugas memfasilitasi Musyawarah Antar Desa mengenai agenda
perubahan, penundaan, dan pembatalan kerja sama antar-Desa.
BAB IX
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 18
(1) Setiap perselisihan yang timbul dalam kerja sama antar Desa,
diselesaikan melalui Musyawarah Antar Desa dan dilandasi semangat
kekeluargaan.
(2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat dalam mengatasi perselisihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BKAD menyelenggarakan
Musyawarah Antar Desa yang bersifat mendadak dan pengambilan
keputusan berdasarkan suara terbanyak.
(3) Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), penyelesaiannya dapat difasilitasi dan diselesaikan oleh
camat atau sebutan lain.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Ditetapkan di Ciwindu
75
Jaka Hermawan Agung Sutanto
76
LAMPIRAN I PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA
KEPALA DESA SUKAMAJU, KEPALA DESA SUKARAYA,
KEPALA DESA SUKASUGIH, KEPALA DESA SUKAMULYO ,
KEPALA DESA SUKAHATI, dan KEPALA DESA SUKALILO
SUSUNAN KEPENGURUSAN
KECAMATAN CIMAUNG
PERIODE 2017-2023
KETUA :…
SEKRETARIS :…
BENDAHARA :…
77
LAMPIRAN V
Contoh Permakades tentang Pembentukan BUM Desa Bersama
KABUPATEN CIWINDU
TENTANG
“CIMAUNG MANDIRI”
78
antar-Desa dalam kerangka kerja sama antar-
Desa;
b. bahwa kerja sama antar-Desa sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dilakukan melalui
pembentukan Badan Usaha Milik Desa
Bersama (BUM Desa Bersama) sebagai badan
usaha bercirikan Desa yang dimiliki 2 (dua)
Desa atau lebih;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 141 dan
Pasal 143 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015, pelaksanaan kerja sama antar-
Desa dalam pembentukan BUM Desa Bersama
diatur dengan Peraturan Bersama Kepala
Desa;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf c perlu
menetapkan Peraturan Bersama Kepala Desa
tentang Pembentukan Badan Usaha Milik
Desa Bersama (BUM Desa Bersama);
79
Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2730)
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5717);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5558)
sebagaimana telah diubah terakhir kali
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2016 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5864);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111
Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Perdes (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
80
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 159);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang
Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 296);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110
Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 89);
10. Peraturan Desa Sukamaju Nomor 01 Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran
Desa Nomor ….. Tahun 2017);
11. Peraturan Desa Sukaraya Nomor … Tahun
2017 tentang Kerja sama Desa (Lembaran
Desa Nomor …Tahun 2017);
12. Peraturan Desa Sukasugih Nomor …Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran
Desa Nomor …Tahun 2017);
13. Peraturan Desa Sukamulyo Nomor …Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran
Desa Nomor …Tahun 2017);
14. Peraturan Desa Sukahati Nomor …Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran
Desa Nomor … Tahun 2017);
15. Peraturan Desa Sukalilo Nomor …Tahun 2017
tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa
Nomor …Tahun 2017);
81
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
82
Sukamulyo , Desa Sukahati, dan Desa Sukalilo, yang berkedudukan di
kecamatan Cimaung, mengenai agenda pembahasan strategis tentang
kerja sama antar Desa, termasuk BUM Desa Bersama.
8. Peraturan Bersama Kepala Desa atau sebutan lainnya adalah
peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat
mengatur.
9. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan
digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
83
BAB III
KEDUDUKAN
Pasal 3
BAB IV
PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN
Bagian Kesatu
Bentuk Organisasi
Pasal 4
Pasal 5
84
Bagian Kedua
Organisasi Pengelola
Pasal 6
Pasal 7
Bagian Ketiga
Modal
Pasal 8
(1) Modal awal BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” bersumber dari
APB Desa sesuai dengan hasil pembahasan dan kesepakatan dalam
Musyawarah Antar Desa.
(2) Modal BUM Desa Bersama terdiri atas:
a. penyertaan modal Desa; dan
b. penyertaan modal masyarakat Desa.
(3) Kekayaan BUM Desa Bersama yang bersumber dari penyertaan modal
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
kekayaan Desa yang dipisahkan.
(4) Penyertaan modal awal BUM Desa Bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berasal dari masing-masing APB Desa sebesar Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang diberikan secara langsung.
(5) Desa dapat melakukan penyertaan modal Desa kepada BUM Desa
Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sesuai dengan
perkembangan unit usaha BUM Desa Bersama dan/atau kemampuan
keuangan Desa.
85
(6) Penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b dapat berasal dari masyarakat Desa paling banyak 40
(empat puluh) perseratus dari modal Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (4).
(7) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota dapat memberikan bantuan kepada BUM Desa
Bersama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut tentang modal BUM Desa Bersama tercantum pada
Lampiran II tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga BUM
Desa Bersama sebagai bagian tak terpisahkan dari Peraturan Bersama
Kepala Desa ini.
Bagian Keempat
Pasal 10
86
f. Unit usaha lain yang disusun dan ditetapkan berdasarkan
pemetaan potensi yang dikelola BUM Desa Bersama.
Pasal 11
Bagian Kelima
Hasil Usaha
Pasal 12
Bagian Keenam
Pelaporan
Pasal 13
87
BAB V
PEMBUBARAN
Pasal 14
(1) Pembubaran BUM Desa Bersama dilakukan dalam hal terdapat
kerugian.
(2) Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dialami BUM
Desa Bersama menjadi beban BUM Desa Bersama dan menjadi
tanggung jawab pelaksana operasional BUM Desa Bersama.
Pasal 15
(1) Dalam hal BUM Desa Bersama tidak dapat menutupi kerugian dengan
aset dan kekayaan yang dimilikinya, maka BUM Desa Bersama
dinyatakan rugi melalui Musyawarah Antar Desa.
(2) Hasil Musyawarah Antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat menjadi acuan bagi Kepala Desa untuk mengajukan kerugian
sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Dalam hal unit usaha BUM Desa Bersama yang berbadan hukum
privat mengalami kepailitan, Kepala Desa dan pelaksana operasional
menyampaikan dalam Musyawarah Antar Desa dan diselesaikan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan tentang kepailitan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
88
Ditetapkan di Cimaung
89
LAMPIRAN VI
Contoh AD/ART BUM Desa Bersama
ANGGARAN DASAR
BAB I
NAMA DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
90
Pasal 2
BAB II
ASAS DAN PRINSIP
Pasal 3
Pasal 4
91
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 5
a. meningkatkan nilai guna atas aset dan potensi desa untuk kepentingan
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa;
b. meningkatkan kemampuan keuangan Desa dalam penyelenggaraan
kewenangannya dan meningkatkan pendapatan masyarakat Desa
melalui berbagai kegiatan ekonomi masyarakat Desa; dan
c. sebagai wadah untuk mengorganisir usaha mikro, kecil, dan menengah
yang ada di masyarakat perdesaan sehingga terjalin kerja sama antar
Desa dan berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa.
Pasal 6
BAB IV
MODAL
Pasal 7
(1) Modal awal BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” bersumber dari
penyertaan modal Desa.
92
(2) Kekayaan BUM Desa Bersama yang bersumber dari penyertaan modal
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
kekayaan Desa yang dipisahkan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber modal diatur dalam anggaran
rumah tangga BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”.
BAB V
KEGIATAN USAHA
Pasal 8
93
r. pengelolaan sarana produksi pertanian termasuk pupuk kimia, pupuk
organik, dan alat pertanian, untuk memenuhi kebutuhan petani skala
lokal Desa;
s. pengelolaan potensi SPBU di sepanjang jalan strategis Desa; dan/atau
t. kegiatan usaha ekonomi bersama lainnya sesuai potensi dan
kepentingan Desa.
Pasal 9
BAB VI
JANGKA WAKTU BERDIRINYA BUM DESA
Pasal 10
Pasal 11
94
(6) Dalam hal terjadi kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, yang dialami oleh unit usaha BUM Desa Bersama yang
berbadan hukum privat, Kepala Desa dan pelaksana operasional
menyampaikan kondisi kepailitan dimaksud dalam Musyawarah Antar
Desa dan selanjutnya diselesaikan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang kepailitan.
BAB VII
ORGANISASI PENGELOLA
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
(1) Dalam hal unit usaha BUM Desa Bersama “NUSANTARA” dibutuhkan
pengembangan skala usaha yang lebih besar dan bermanfaat untuk
Desa, maka unit usaha BUM Desa Bersama dimaksud dapat berbentuk
badan hukum privat.
95
(3) Unit usaha BUM Desa Bersama “NUSANTARA” yang berbadan hukum
privat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa lembaga
bisnis yang kepemilikan sahamnya sebagian besar dimiliki oleh BUM
Desa Bersama dan terbuka untuk masyarakat Desa, terdiri atas:
a. 60% (enam puluh perseratus) dimiliki oleh BUM Desa Bersama; dan
b. 40% (empat puluh perseratus) dimiliki oleh masyarakat Desa.
BAB VIII
TATA CARA PENGGUNAAN DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
Pasal 15
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
96
Anggaran Dasar ini disahkan pada Musyawarah Antar Desa di kecamatan
Cimaung, Kabupaten Ciwindu, Provinsi Kalimantan Barat, pada tanggal ..
….. 2017.
Tanggal … … 2017
97
ANGGARAN RUMAH TANGGA
“CIMAUNG MANDIRI”
BAB I
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 1
Pasal 2
98
f. mempromosikan pengembangan usaha ekonomi yang dijalankan
oleh unit usaha yang dikelola BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI”.
(2) Setiap pengelola BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” dalam
melaksanakan kegiatannya harus:
a. menyusun dan menetapkan rencana bisnis (business plan);
b. menyusun dan menetapkan standar prosedur operasional;
c. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
Desa; dan
d. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
pelayanan usaha yang dikelola.
BAB II
MASA BAKTI
Pasal 3
BAB III
TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERSONEL
ORGANISASI PENGELOLA
Pasal 4
Pasal 5
99
Pasal 6
(1) Penasihat dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa yang sekaligus
merupakan perwakilan dari Desa dalam BKAD dan camat atau sebutan
lain.
(2) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas:
a. memberikan nasihat kepada pelaksana operasional dalam
melaksanakan pengelolaan BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI”;
b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap
penting bagi pengelolaan BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”;
dan
c. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa
Bersama “CIMAUNG MANDIRI”.
(3) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang meminta
penjelasan dari pelaksana operasional mengenai pengurusan dan
pengelolaan BUM Desa Bersama “NUSANTARA”.
Pasal 7
100
g. melaksanakan tugas administrasi pengembangan BUM Desa
Bersama.
(5) Dalam pelaksanaan tugas administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf g, pelaksana operasional melakukan:
a. penyusunan laporan keuangan BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI”;
b. penyusunan laporan perkembangan kegiatan BUM Desa Bersama
“CIMAUNG MANDIRI”; dan
c. penyampaian laporan pertanggungjawaban pengurusan dan
pengelolaan BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” kepada
Penasihat secara berkala.
(6) Dalam melaksanakan tugas administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), pelaksana operasional dapat mengangkat karyawan sesuai
dengan kebutuhan, yang berasal dari warga Desa yang bersepakat
membentuk BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”, dan harus
disertai dengan uraian tugas berkenaan dengan tanggung jawab,
pembagian peran, dan aspek pembagian kerja lainnya.
Pasal 8
(1) Persyaratan menjadi pelaksana operasional meliputi:
b. warga Desa yang mempunyai jiwa wirausaha;
c. berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan perhatian terhadap
usaha ekonomi Desa di Kawasan Perdesaan;
d. pendidikan minimal setingkat sekolah menengah umum, madrasah
aliyah, sekolah menengah kejuruan, atau sederajat; dan/atau
e. tidak menjadi perangkat Desa sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pelaksana Operasional dapat diberhentikan dengan alasan:
b. meninggal dunia;
c. telah selesai masa bakti sebagaimana diatur dalam anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI”;
d. mengundurkan diri;
e. tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga menghambat
perkembangan kinerja BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”;
f. terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
(1) Pengawas berasal dari unsur BKAD dan/atau pihak kecamatan.
(2) Susunan Pengawas terdiri dari:
101
b. ketua;
c. wakil ketua merangkap anggota;
d. sekretaris merangkap anggota;
e. anggota.
(3) Pengawas bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
kinerja pelaksana operasional BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI” sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(4) Pengawas dapat meminta kantor akuntan publik untuk melakukan
pemeriksaan laporan keuangan BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI” secara periodik.
(5) Hasil pengawasan dan pemeriksaan laporan keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) harus disampaikan kepada publik melalui
Musyawarah Antar Desa yang difasilitasi oleh BKAD sebagai bentuk
akuntabilitas dan transparansi.
BAB IV
PENETAPAN JENIS USAHA
Pasal 10
Pasal 11
102
e. pengelolaan usaha produktif tahu, tempe, dan cetak batako, yang
dipasarkan melalui swalayan Desa dan tambahan modal usaha untuk
kelompok usaha produktif dimaksud;
f. pengelolaan potensi alam danau untuk pengembangan usaha
perikanan, air bersih, wisata, dan irigasi;
g. pengelolaan potensi alam hutan Desa oleh masyarakat Desa untuk
pengembangan Desa Wisata, penelitian, dan konservasi;
h. pengelolaan potensi alam sumur garam untuk pengembangan produksi
garam;
i. pengelolaan potensi air bersih untuk dikembangkan menjadi layanan
air gallon;
j. pengelolaan potensi persampahan melalui pengolahan kompos menjadi
pupuk untuk memenuhi kebutuhan petani;
k. pengelolaan potensi pembibitan karet dan sawit untuk memenuhi
kebutuhan petani atas bibit karet dan sawit;
l. pengelolaan sarana produksi pertanian termasuk pupuk kimia, pupuk
organik, dan alat pertanian, untuk memenuhi kebutuhan petani skala
lokal Desa;
m. pengelolaan potensi SPBU di sepanjang jalan strategis Desa; dan/atau
n. kegiatan usaha ekonomi bersama lainnya sesuai potensi dan
kepentingan Desa.
BAB V
SUMBER MODAL
Pasal 12
(1) Modal awal BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” bersumber dari
APB Desa sesuai dengan hasil pembahasan dan kesepakatan dalam
Musyawarah Antar Desa.
(2) Penyertaan modal awal BUM Desa Bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berasal dari masing-masing APB Desa sebesar Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang diberikan secara
langsung.
(3) Modal BUM Desa Bersama “NUSANTARA” sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan jumlah modal yang disetorkan oleh Pemerintah
Desa secara akumulatif dan ditujukan untuk kegiatan unit usaha yang
berada dibawah pengelolaan BUM Desa Bersama.
103
Pasal 13
Pasal 14
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Pasal 16
Tanggal … …. 2017
104
LAMPIRAN VII
Contoh Perjanjian Kerja Sama BUM Desa Bersama dengan Pihak Lain
DAN
PT FRUIT-ING INDONESIA
NOMOR : 019.2/003/BUMDESMA/P2S/III/2018
NOMOR : FI/02/III/2018/PKS
TENTANG
Pada hari ini,Rabu tanggal tujuh bulan maret tahun dua ribu delapan belas, (07-03-
2018) bertempat di desa Kalipakis kecamatan Sukorejo kami yang bertanda tangan
di bawah ini:
105
tanggal 25 Januari 2018, dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama
jabatannya, serta sah mewakili,
selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KESATU.
Berdasarkan :
106
Daerah-daerah Kabupaten di Jawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa
Yogyakarta;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya
Tingkat II Semarang;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kerja sama;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2014 tentang Pemberian Fasilitas dan
Insentif Usaha Hortikultura
8. Peraturan Pemerintahan Nomor 109 Tahun 2015 tentang Pembiayaan
Hortikultura;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Kerja sama Daerah;
10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 77/Permentan/OT.140/12/2012 tentang
Sistem Informasi Hortikultura;
11. Peraturan Menteri Desa,Pembangunan Daerah Tertinggal,dan Transmigrasi
Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan;
12. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 36 Tahun 2016 entang
Pembangunan Kawasan Perdesaan DI Provinsi Jawa Tengah;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 6 Tahun 2016 tentang Urusan
Pemerintahan yang menjadi Kewengan Pemerintahan Daerah Kabupaten
Kendal;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 1 Tahun 2017 tentang Kerja Sama
Daerah.
PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA yang secara bersama-sama disebut PARA
PIHAK dan masing-masing disebut PIHAK, terlebih dahulu menerangkan bahwa
dengan telah ditandatangani Kesepakatan Bersama antara Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Pemerintah Kabupaten
Kendal, dan PT Fruit-Ing Indonesia Nomor......, Nomor ......., dan Nomor ..........
tanggal ........ tentang Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Hortikultura di
Kabupaten Kendal., selanjutnya PARA PIHAK bersepakat menindaklanjuti dengan
Kesepakatan Bersama tersebut dalam Perjanjian Kerja Sama tentang Pengelolaan
Hasil Hortikultura Jambu Biji Getas Merah dengan ketentuan dan syarat-syarat
sebagai berikut:
107
BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 1
(1) Maksud Perjanjian Kerja Sama ini adalah landasan PARA PIHAK dalam
Pemanfaatan Hasil Hortikultura Jambu Biji Getas Merah melalui kegiatan
peningkatan produksi dan pemasaran Jambu biji getas merah, dalam rangka
pengembangan produk unggulan kawasan perdesaan.
(2) Tujuan Perjanjian Kerja Sama ini adalah untuk menciptakan sinergi dengan
prinsip saling menguntungkan di antara PARA PIHAK dalam Pemanfaatan
Hasil Hortikultura Jambu Biji Getas Merah dalam rangka menjamin produksi
dan pemasaran produk hortikultura Jambu biji getas merah.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
BAB III
BIDANG KERJA SAMA
Pasal 3
Bidang Kerja Sama Perjanjian Kerja Sama ini adalah pemanfaatan dan pengolahan
produk hortikultura jambu biji getas merah.
108
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 4
Pasal 5
109
b. membangun tempat pengolahan Jambu biji getas merah;
c. melatih petani/pekebun melalui BUMDesa Bersama dalam pengolahan
pasca panen;
d. melatih BUMDesa Bersama dalam manajemen usaha;
e. memberdayakan masyarakat lokal dalam pengelolaan Jambu biji getas
merah;
f. memberikan petunjuk teknis dan layanan berkualitas terkait peningkatan
dan pengembangan produk Jambu biji getas merah untuk pengembangan
kegiatan masyarakat dalam rangka pembangunan kawasan perdesaan;
dan
BAB V
MEKANISME PEMBAYARAN
Pasal 6
BAB VI
PEMBIAYAAN
Pasal 7
Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditandatanganinya Perjanjian Kerja Sama
ini, dibebankan pada anggaran Pendapatan dan Belanja PARA PIHAK.
BAB VII
KERAHASIAAN
Pasal 8
(1) Segala informasi yang diketahui oleh PARA PIHAK baik yang menyangkut
data elektronik, proses pengembangan, riset pasar, pengembangan sistem,
teknik pemasaran, proses perbaikan produk, metode, database penduduk
desa, serta informasi-informasi yang berkaitan dengan Perjanjian Kerja Sama
ini adalah merupakan rahasia dan/atau kerahasiaannya merupakan milik dari
masing-masing PIHAK.
110
akan memberikan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari PARA
PIHAK.
BAB VIII
JANGKA WAKTU
Pasal 9
(1) Perjanjian Kerja Sama ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung
sejak tanggal perjanjian kerja sama ini ditandatangani dan dapat diperpanjang,
diubah, serta diakhiri dengan persetujuan tertulis oleh PARA PIHAK.
(2) Pihak yang berniat untuk memperpanjang Perjanjian Kerja Sama ini sebelum
berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terlebih
dahulu memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lainnya paling lambat 3
(tiga) bulan sebelum Perjanjian Kerja Sama ini berakhir.
BAB IX
Pasal 10
(2) Yang termasuk sebagai force majeure adalah kejadian-kejadian yang dengan
segala daya dan upaya tidak dapat diduga dan tidak dapat diatasi oleh pihak
yang mengalami dan secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan
ketentuan perjanjian ini, yakni peristiwa-peristiwa termasuk namun tidak
terbatas pada:
a. bencana alam / wabah penyakit;
b. pemberontakan / huru-hara / perang;
c. kebakaran;
d. sabotase;
e. pemogokan umum;
f. kebijakan Pemerintah atau instansi yang berwenang yang menghalangi
secara langsung atau tidak langsung untuk terlaksananya Perjanjian ini;
dan / atau
g. gangguan jaringan online / satelit.
111
(3) Pihak yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sehubungan dengan force
majeure, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya paling lambat dalam
waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak dimulainya kejadian tersebut.
(4) Kelalaian atau keterlambatan PIHAK yang terkena force majeure dalam
memberitahukan kepada pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa dimaksud sebagai force
majeure
(5) Semua kerugian dan biaya yang ditanggung oleh salah satu PIHAK sebagai
akibat force majeure tidak menjadi tanggung jawab PIHAK lainnya.
BAB X
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
Pasal 11
(2) Dalam hal PARA PIHAK melanggar ketentuan Perjanjian Kerja Sama ini, dan
pelanggaran tersebut tidak dapat diperbaiki oleh PARA PIHAK dalam jangka
waktu yang telah disepakati, maka Perjanijian Kerja Sama ini dapat dihentikan
sebelum jangka waktunya berakhir oleh salah satu pihak dengan terlebih
dahulu memberitahukan secara tertulis paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender sebelum tanggal pengakhiran berlaku efektif.
(3) Hak dan kewajiban PARA PIHAK yang belum dipenuhi pada saat pengakhiran
atau pembatalan sebagaimana dimaksud Perjanjian ini, masih tetap
berlangsung dan tunduk pada ketentuan – ketentuan yang telah disepakati
dalam Perjanjian Kerja Sama ini sampai dengan diselesaikan oleh PARA
PIHAK.
112
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 12
(1) Dalam hal dikemudian hari timbul perselisihan sebagai akibat dari
pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, maka perselisihan tersebut akan
diselesaikan secara musyawarah dan mufakat dalam waktu 30 (tiga puluh)
hari kalender.
(2) Selama perselisihan masih dalam proses penyelesaian, PARA PIHAK harus
tetap melaksanakan kewajiban sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini.
BAB XII
ADDENDUM
Pasal 13
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Perjanjian Kerja Sama ini baik perubahan
maupun penambahan akan diatur kemudian oleh PARA PIHAK dalam Perjanjian
Tambahan (Addendum), yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Perjanjian
Kerja Sama dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.
BAB XIII
KETENTUAN LAIN – LAIN
Pasal 14
Semua hak dan kewajiban PARA PIHAK berdasarkan Perjanjian Kerja Sama ini
berikut perubahan dan pembaharuannya yang timbul di kemudian hari tidak akan
berakhir karena PARA PIHAK habis masa jabatannya atau karena sebab–sebab
lain dan/atau karena meninggal dunia, Perjanjian Kerja Sama ini akan tetap
berlanjut dan harus ditaati oleh PARA PIHAK.
BAB XIV
113
PENUTUP
Pasal 15
Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari, tanggal,
bulan dan tahun sebagaimana disebut pada awal Perjanjian Kerja Sama, dibuat
dalam rangkap 4 (empat), 2 (dua) bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan
hukum yang sama untuk PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA.
SAKSI :
114
LAMPIRAN VIII
Laporan Posisi Keuangan dan Kinerja BUM Desa Bersama (Profit dan
Benefit)
115
BUM Desa Bersama telah
melakukan Pengelolaan
Sampah dan Pengelolaan
Beras melalui masing-
masing unit usaha.
Warga desa telah
memperoleh kemudahan
dalam memenuhi
kebutuhan pangan
khususnya beras.
Pemerintah desa yang
ikut serta dala BUM Desa
Bersama telah
116
melakukan penyertaan
modal sebesar Rp
350.000.000, dengan
masing-masing desa
menyertakan Rp
50.000.000,00
Hasil usaha BUM Desa
Bersama per tanggal 31
Desember 2018 sebesar
RP 88.500.000,00 serta
telah melibatkan 11
kelompok tani dalam
kegiatan usaha BUM
Desa Bersama
117