Anda di halaman 1dari 121

PANDUAN

PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN


BADAN USAHA MILIK DESA BERSAMA
(BUMDESMA)

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI


DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
DIREKTORAT KERJASAMA DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS
KATA PENGANTAR
Undang-undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa bertujuan untuk
mengangkat Desa pada posisi subjek yang terhormat dalam ketatanegaraan
Republik Indonesia. Dalam mencapai kondisi ini, Pemerintah memiliki
tanggungjawab besar dalam memfasilitasi dan menciptakan kondisi Desa
yang berdaya saing dan mandiri. Salah satu amanat penting dalam
Undang-undang ini adalah Pembangunan Kawasan Perdesaan dalam
rangka mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan,
pengembangan ekonomi, serta pemberdayaan masyarakat desa.

Pengembangan ekonomi dalam pembangunan Kawasan Perdesaan roh


utamanya adalah kerjasama antar-Desa. Dalam proses melakukan
kerjasama masing-masing Desa harus melakukan pemetaan potensi yang
ada. Hal ini penting dilakukan untuk memberikan gambaran secara
menyeluruh agar dapat merubah potensi yang ada menjadi sumber-sumber
penghidupan masyarakat Desa dan Kawasan Perdesaan secara
berkelanjutan.

Kesejahteraan serta kemandirian bukanlah hal yang serta-merta terjadi


begitu saja, dibutuhkan langkah dan tahapan dalam proses pencapaiannya.
BUM Desa Bersama (BUMDesma) adalah salah satu perwujudan
pelembagaan ekonomi Antar-Desa dalam rangka perluasan skala ekonomi
yang terintegrasi, saling mendukung dan saling menguatkan yang bermuara
pada kesejahteraan dan kemandirian masyarakat Desa. BUM Desa Bersama
merupakan wujud dari kehadiran negara dalam bentuk penciptaan kondisi
yang bersifat inklusif, artinya melayani seluruh elemen masyarakat Desa
dengan misi utama meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
memperkuat daya saing Desa.

Buku Panduan Pembentukan dan Pengembangan Badan Usaha Milik Desa


Bersama (BUMDESMA) ini dapat dijadikan acuan bagi Desa untuk
mengembangkan Badan Usaha Milik Desa Bersama sebagai lembaga
ekonomi yang menjadi salah satu bentuk pelaksanaan dari kerja sama
antar Desa.

Jakarta, Februari 2019


Direktur Jenderal
Pembangunan Kawasan Perdesaan

Harlina Sulistyorini

i
PRAKATA
DIREKTUR KERJASAMA DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS
Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan adalah dua konsep yang
memiliki keterkaitan erat. Membangun Desa dalam perspektif
pembangunan partisipatif merupakan wujud dari peng-implementasi-an
model pembangunan Bottom-Up Planning. Dengan kata lain, keterlibatan
masyarakat mulai dari proses perencanaan hingga direalisasikannya
sebuah program pembangunan Desa menjadi sangat penting. Keterbatasan
Desa dalam mengatasi kebutuhan dan meningkakan kesejahteraannya
dalam pembangunan menuntut Desa untuk melakukan Kerjasama dengan
Desa-Desa yang ada disekitarnya. Pola kerjasama desa-desa dalam bidang
pembangunan kemudian dikenal dengan Pembangunan Kawasan
Perdesaan.

Pembangunan Kawasan Perdesaan merupakan implikasi yang hadir akibat


adanya kerjasama antar Desa dalam bidang pembangunan yang
terlembagakan. Setidaknya terdapat 2 (dua) model kerjasama yang dapat
dilakukan Desa yakni; Kerjasama Antar Desa dan Kerjasama Desa dengan
pihak ke-tiga. Kerjasama antar-Desa yang dapat dilakukan meliputi,
Pengembangan Usaha Bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai
nilai ekonomi yang berdaya saing; kegiatan kemasyarakatan, pelayanan,
pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat antar Desa, serta keamanan
dan ketertiban. Bentuk Kerjasama ini akan dibahas dalam Musyawarah
Antar Desa (MAD) dan dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
(Permakades). Menjawab kebutuhan Desa dalam Pengembangan Usaha
Bersama Antar desa dibentuk BUM Desa Bersama (BUMDesma).

Mendirikan dan membentuk BUMDesma membutuhkan keterlibatan


pemerintah Desa dan masyarakat Desa sesuai dengan aturan perundang-
undangan. Hal ini yang kemudian menginspirasi dibukukannya Panduan
Pembentukan dan Pengembangan Badan Usaha Milik Desa Bersama
(BUMDesma). Didalam buku ini terdapat dasar hukum dan acuan bagi para
pihak (stakeholders) dalam membentuk BUMDesma mulai dari definisi,
prinsip BUMDesma, para pihak yang terlibat serta Kerjasama Desa. Dalam
hal pembentukan BUMDesma terdapat 8 (delapan) tahapan yang dapat
dilakukan. Buku ini juga memberikan gambaran secara umum tentang
bagaimana keuangan, managemen organisasi dan pelaporan sebagai bentuk
operasionalisasi kelembagaan BUM Desa Bersama serta dapat
meningkatkan daya saing sekaligus meningkatkan posisi tawarnya di dalam
dunia usaha.

Dengan diterbitkannya panduan ini diharapkan akan dapat menjadi


pedoman bagi Desa-desa serta para pihak (stakeholders) yang memiliki
kepedulian terhadap pembentukan kelembagaan ekonomi antar-Desa.

ttd

EKO SRI HARYANTO

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

PRAKATA ....................................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................6

A. Latar Belakang ..................................................................................6


B. Dasar Hukum ....................................................................................8
C. Prinsip ...............................................................................................9
D. Para Pihak .......................................................................................11
E. Tujuan.............................................................................................11
F. Manfaat ...........................................................................................11
G. Ruang Lingkup dan Sistematika Pembahasan .................................12

BAB II KERJA SAMA DESA .......................................................................13

A. Ruang Lingkup Kerja Sama Desa ....................................................13


1. Kerja Sama Antar-Desa ..............................................................13
2. Kerja Sama Desa dengan Pihak Ketiga .......................................13
B. Kerja Sama Antar Desa ....................................................................13
C. Kerja Sama Desa dengan Pihak Ketiga.............................................15

BAB III PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA BERSAMA


(BUM DESA BERSAMA) ...............................................................16

A. Kelembagaan BUM Desa Bersama ...................................................16


B. Legitimasi dan Legalitas BUM Desa Bersama ..................................18
C. Tahapan Pembentukan BUM Desa Bersama ....................................19
1. Prakarsa Pemerintah Desa dan Masyarakat ...............................22
2. Pemetaan Potensi/Aset yang Dapat Dikerja samakan ................22
3. Musyawarah Desa ......................................................................24
4. Penawaran Kerja Sama ..............................................................26

iii
5. Menetapkan Surat Keputusan Kepala Desa tentang
Delegasi/Perwakilan Desa ..........................................................26
6. Musyawarah Antar Desa ............................................................26
7. Pembahasan Detil Rencana Pembentukan BUM Desa Bersama .27
8. Penetapan Peraturan Bersama Kepala Desa tentang
BUM Desa Bersama ...................................................................29

BAB IV MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN USAHA BUM DESA


BERSAMA ....................................................................................31

A. Manajemen BUM Desa Bersama ......................................................31


1. Organisasi Pengelola ..................................................................31
2. Manajemen Sumber Daya Manusia ............................................33
3. Modal, Keuangan dan Aset.........................................................35
B. Pengembangan Usaha .....................................................................37
C. Kerja Sama Usaha ...........................................................................40
1. Kerja sama BUM Desa Bersama dengan Pelaku Ekonomi
Desa/Produsen Lokal (Individu/Keluarga/Kelompok
Masyarakat/Asosiasi/Koperasi, BUM Desa, dll.) ........................42
2. Kerja sama BUM Desa Bersama dengan Pemasok (Supplier) ......42
3. Kerja sama BUM Desa Bersama dengan offtaker (Perusahaan
Pengolah) ...................................................................................43
4. Kerja sama BUM Desa Bersama dengan Penyedia Jasa Keuangan
(bank dan jasa pembiayaan/leasing) ..........................................43
5. Kerja sama Produksi BUM Desa Bersama dengan Pihak Lain
(Individu, Kelompok Masyarakat, Lembaga Non-Profit,
Perusahaan, dll.) ........................................................................43

BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ..................................................44

A. Pembinaan ......................................................................................44
B. Pengawasan.....................................................................................44

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................46

LAMPIRAN I Berita Acara Musyawarah Desa ...........................................46

LAMPIRAN II Contoh Peraturan Desa tentang Kerja Sama Desa ..............51

LAMPIRAN III Berita Acara Musyawarah Antar Desa ................................60

LAMPIRAN IV Contoh Permakades tentang Kerja Sama antar Desa .........65

iv
LAMPIRAN V Contoh Permakades tentang Pembentukan BUM Desa
Bersama ......................................................................................78

LAMPIRAN VI Contoh AD/ART BUM Desa Bersama .................................90

LAMPIRAN VII Contoh Perjanjian Kerja Sama BUM Desa Bersama dengan
Pihak Lain .................................................................................105

LAMPIRAN VIII Laporan Posisi Keuangan dan Kinerja BUM Desa Bersama
(Profit dan Benefit) .....................................................................115

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Pemberdayaan Masyarakat ...................................................7


Gambar 1. 2 Prinsip BUM Desa Bersama ..................................................9

Gambar 3. 1 Misi Utama Pembentukan BUM Desa Bersama ..................16


Gambar 3. 2 Mekanisme Pendirian BUM Desa Bersama
secara Langsung ................................................................20
Gambar 3. 3 Mekanisme Penggabungan BUM Desa menjadi
BUM Desa Bersama ...........................................................20
Gambar 3. 4 Mekanisme Peleburan BUM Desa menjadi
BUM Desa Bersama ...........................................................21
Gambar 3. 5 Prakarsa Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa ...............21

Gambar 4. 1 Manajemen BUM Desa Bersama .........................................31


Gambar 4. 2 Posisi BUM Desa Bersama terhadap Desa-Desa yang
Bekerja Sama dan BKAD ....................................................32
Gambar 4. 3 Kepengurusan BUM Desa Bersama ....................................32
Gambar 4. 4 Struktur Laporan Keuangan ...............................................36
Gambar 4. 5 Mindmap Model Bisnis .......................................................37
Gambar 4. 6 Contoh Kanvas Model Bisnis ..............................................38
Gambar 4. 7 BUM Desa Bersama Sebagai Distributor ............................41
Gambar 4. 8 BUM Desa Bersama Sebagai Mitra Jasa Keuangan ............41
Gambar 4. 9 BUM Desa Bersama sebagai Offtaker..................................41
Gambar 4. 10 BUM Desa Bersama sebagai Produsen .............................42

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Persandingan BUM Desa dan BUM Desa Bersama ...................18


Tabel 3. 2 Persandingan BUM Desa dengan Koperasi ...............................18
Tabel 3. 3 Contoh Pemetaan Sumber Penghidupan ...................................22
Tabel 3. 4 Contoh Pemetaan Aset dan Sumber Daya Alam ........................23
Tabel 3. 5 Contoh Pemetaan Layanan Dasar .............................................24
Tabel 3. 6 Contoh Perintisan Unit Usaha BUM Desa Bersama ..................25
Tabel 3. 7 Contoh Usulan Kerja sama Antar Desa .....................................26
Tabel 3. 8 Contoh Rencana Unit Usaha BUM Desa Bersama ....................27

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kawasan perdesaan merupakan perpaduan


pembangunan antar-Desa dalam satu kabupaten/kota sebagai upaya
mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan,
dan pemberdayaan masyarakat Desa melalui pendekatan
pembangunan partisipatif. Pembangunan kawasan perdesaan tidak
hanya terkait dengan lokasi, ruang, lokus, perencanaan, produk dan
komoditas unggulan, tetapi juga berbicara tentang eksistensi dan
partisipasi Desa dan pemberdayaan masyarakat, termasuk pendekatan
untuk mengimbangi pembangunan perkotaan dan pembangunan
sektoral.

Selama ini, kota dianggap sebagai pusat pelayanan publik dan


pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, desa identik dengan
keterbelakangan, ketertinggalan dan kemiskinan. Ketimpangan ini
kemudian mendorong Pemerintah untuk menggunakan pendekatan
yang berbeda dalam pembangunan, yakni membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat Desa dan daerah.

Pembangunan kawasan perdesaan tidak sekedar menempatkan desa


sebagai lokasi dan obyek penerima manfaat, tetapi juga memperkuat
posisi desa sebagai subyek yang terlibat dalam proses pembangunan.
Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan perdesaan
(agropolitan, minapolitan, pertambangan, pariwisata, dll.) merupakan
bentuk nyata dari upaya pemerataan pembangunan yang
mendatangkan keuntungan langsung bagi masyarakat desa, seperti:
ketersediaan lapangan pekerjaan, kesempatan usaha, dan
meningkatnya kualitas pelayanan publik.

Untuk memperkuat desa dalam konteks pembangunan kawasan


perdesaan, ada tiga agenda penting yang perlu dilakukan. Pertama,
kerja sama (kolaborasi) desa. Desa perlu membangun kemampuan
kerja samanya dengan sesama desa atau pihak lain (pihak ketiga) yang
didasarkan pada kesamaan tujuan dan kepentingan. Hal ini dapat
dilakukan dalam berbagai bidang, baik yang terkait dengan
pembangunan desa maupun kegiatan usaha untuk mendorong
tumbuhnya ekonomi produktif dengan skala yang lebih besar.

6
Kedua, penguatan kelembagaan ekonomi desa melalui Badan Usaha
Milik Desa (BUM Desa) Bersama. Lembaga ini secara spesifik tidak
dapat disamakan dengan koperasi ataupun badan usaha privat
lainnya. Koperasi merupakan institusi ekonomi yang secara swadaya
(mandiri) berbasis dan digerakkan oleh anggota untuk kepentingan
privat dan kolektif anggotanya. Badan usaha privat merupakan
lembaga usaha milik individu, keluarga maupun sekelompok orang
(persekutuan). Sedangkan BUM Desa Bersama merupakan
representasi Desa yang mempunyai otoritas untuk mengelola
sumberdaya publik atau sumberdaya alam bersama yang ditetapkan
sebagai modal dalam menjalankan usaha. BUM Desa Bersama dapat
menjadi wadah dan patron yang menyatukan sekaligus melindungi
para pelaku ekonomi kecil menjadi bisnis yang lebih besar, tanpa harus
mematikan usaha bisnis yang sudah berkembang.

Ketiga, keterlibatan desa dalam bagi saham dan bagi hasil


(shareholding) pada investasi pembangunan kawasan perdesaan.
Pengembangan model shareholding ini, memosisikan desa tidak hanya
sebagai penerima manfaat yang pasif, tetapi juga sebagai pemilik atas
investasi melalui bagi saham dan bagi hasil. Aset atau sumber daya
Desa, misalnya, tidak dibeli habis atau sekedar disewakan, melainkan
disertakan sebagai modal atau saham dalam kegiatan investasi.

Selain pemerataan pembangunan dan penguatan desa, pemberdayaan


masyarakat merupakan komponen penting dalam pendekatan
pembangunan partisipatif. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk mengoptimalkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat desa,
di antaranya:

Gambar 1. 1 Pemberdayaan Masyarakat

7
a. Pengorganisasian pelaku ekonomi desa (petani, nelayan,
peternak, perajin dan lain-lain) yang memiliki kesamaan
kepentingan dan tujuan. Organisasi ini menjadi tempat untuk
pembelajaran, konsolidasi kepentingan dan tujuan, institusi
bisnis, kerja sama ekonomi dan yang lainnya.
b. Pengorganisasian kolaborasi antar desa yang memiliki potensi,
kepentingan dan tujuan yang sama, termasuk untuk
membentuk BUM Desa Bersama.
c. Pengorganisasian kolaborasi antara desa, BUM Desa Bersama,
dengan asosiasi pelaku ekonomi desa.
d. Pengembangan kapasitas terhadap asosiasi/organisasi
kolaborasi. Pengembangan kapasitas ini tidak berhenti pada
pelatihan-pelatihan formal seperti pelatihan wirausaha desa,
tetapi mencakup level: sistem (visi, kebijakan, aturan main yang
dimiliki organisasi); institusi (manajemen organisasi, SDM,
keuangan, bisnis yang dimiliki organisasi); dan individu
(komitmen, kemauan, kemampuan, motivasi orang per orang
dalam organisasi).

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 213,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5717);
3. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib
dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan
dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);

8
5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan
Perdesaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
359);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 96 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Kerja Sama Desa di Bidang Pemerintahan Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1444);

C. Prinsip

Rekognisi
Kebersamaan
Kegotongroyon
Subsidiaritas
gan
Kekeluargaan

Musyawarah PRINSIP Keberagaman

Kesetaraan Pemberdayaan

Partisipasi

Gambar 1. 2 Prinsip BUM Desa Bersama

Prinsip pengembangan BUM Desa Bersama mengacu pada asas


berdesa yang terdapat dalam UU No 6 tahun 2014 tentang Desa yang
dijelaskan sebagai berikut:

1. Rekognisi, yaitu pengakuan terhadap hak asal usul. Pengembangan


BUM Desa Bersama mengakui hak asal usul kesatuan masyarakat
hukum adat yang telah mempunyai modal sosial dalam melakukan
kerja sama maupun pelayanan usaha antar-Desa.
2. Subsidiaritas, yaitu penetapan kewenangan berskala lokal dan
pengambilan keputusan secara lokal untuk kepentingan
masyarakat desa. Pengembangan BUM Desa Bersama merupakan
bagian dari penguatan modal sosial berupa pengambilan keputusan
secara lokal untuk melakukan pengorganisasian pelaku ekonomi
melalui kerja sama antar-Desa, dan pengembangan kapasitas

9
terhadap asosiasi atau organisasi kerja sama, khususnya untuk
melakukan pelayanan usaha antar-Desa, agar bermanfaat untuk
mengurangi biaya transaksi, menguatkan modal sosial, dan
memastikan hak kepemilikan kolektif (aset Desa).
3. Keberagaman. Pengembangan BUM Desa Bersama dilakukan
dengan mengakui dan menghormati faktor sejarah, struktur
masyarakat dan budaya lokal. Manajemen yang diterapkan dalam
pengelolaan BUM Desa Bersama merupakan turunan dari nilai-nilai
tersebut sehingga memudahkan bagi proses perencanaan,
pelaksanaan dan pemantauan pada kondisi masyarakat Desa yang
beragam.
4. Kebersamaan, Kegotongroyongan, dan Kekeluargaan.
Pengembangan BUM Desa Bersama dilakukan dengan
mengorgaisasikan pelaku ekonomi Desa dalam semangat untuk
berperan aktif, bekerja sama, kebiasaan saling tolong menolong,
dan kebiasaan warga masyarakat Desa sebagai bagian dari satu
kesatuan keluarga besar warga masyarakat Desa. Pengorganisasian
pelaku ekonomi dan asosiasi kerja sama ekonomi oleh BUM Desa
Bersama dilakukan berdasar karakter dan nilai-nilai masyarakat
Desa, baik untuk kepentingan kerja bersama maupun kompetisi
(persaingan), sehingga terhindar dari biaya transaksi yang tinggi
dan konflik.
5. Musyawarah. Proses pengambilan keputusan terkait dengan
pengembangan BUM Desa Bersama dilakukan oleh representasi
Desa dengan berbagai pihak yang berkepentingan, melalui dialog
dalam Musyawarah Desa, Musyawarah Antar Desa dan
musyawarah di kalangan pengelola BUM Desa Bersama.
6. Kesetaraan. Kerja sama yang dilakukan antar-Desa dalam bentuk
pengembangan BUM Desa Bersama dilakukan dengan prinsip
kesamaan dalam kedudukan dan peran, terutama kesetaraan
dalam melakukan perjanjian kerja sama dan pelaksanaan program
dari pihak supra-Desa.
7. Partisipasi. Pengembangan BUM Desa Bersama menjamin warga
Desa turut berperan aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh
pengelola BUM Desa Bersama.
8. Pemberdayaan. Pengembangan BUM Desa Bersama dilakukan
melalui penetapan kebijakan, program, dan kegiatan yang sesuai
dengan esensi pengorganisasian pelaku ekonomi desa, kerja sama
dalam memberikan pelayanan usaha antar-Desa, dan prioritas
pengembangan kapasitas organisasi kerja sama yang telah
diorganisir.

10
D. Para Pihak

Para pihak yang terlibat dan berkepentingan terhadap buku Panduan


Pengembangan BUM Desa Bersama ini adalah:

1. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah


Daerah Kabupaten/Kota yang menangani program pelayanan
usaha antar-Desa.
2. Pelaku ekonomi desa yang memiliki kesamaan kepentingan dan
tujuan, seperti petani, nelayan, peternak, pengrajin dan lainnya.
3. Pengelola BUM Desa Bersama.
4. Asosiasi atau organisasi kerja sama desa, baik diwadahi dengan
Badan Kerja sama Antar Desa (BKAD) atau organisasi kerja sama
desa lainnya.
5. Para pihak yang terikat perjanjian kerja sama dengan BUM Desa
Bersama.

E. Tujuan

Tujuan dari diterbitkannya buku Panduan Pengembangan BUM


Desa Bersama ini adalah:
1. Mendorong tumbuhnya kolaborasi Desa melalui pelayanan usaha
antar-Desa dalam bentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)
Bersama.
2. Memberikan arahan fasilitasi kerja sama dan pengembangan
kapasitas BUM Desa Bersama sebagai dukungan untuk
pelaksanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan.

F. Manfaat

Manfaat dari diterbitkannya buku Panduan Pengembangan BUM


Desa Bersama ini adalah:
1. Pemerintah Pusat dapat melaksanakan program Pembangunan
Kawasan Perdesaan dengan melakukan pengarusutamaan
pemberdayaan masyarakat Desa dan perpaduan pembangunan
antar-Desa, melalui kerja sama dan pengembangan kapasitas BUM
Desa Bersama.
2. Pemerintah Daerah Provinsi dan/atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dapat melakukan fasilitasi kerja sama dan
pengembangan kapasitas BUM Desa Bersama dengan para pihak.
3. Pemerintah Desa dan warga Desa mempunyai prakarsa untuk
melakukan kerja sama antar-Desa dengan memanfaatkan potensi
dan aset Desa, melalui BUM Desa Bersama.

11
4. Swasta dan pihak lain yang berkepentingan dengan desa dan
pembangunan kawasan perdesaan dapat melakukan kerja sama,
baik melalui desa maupun BUM Desa Bersama.

G. Ruang Lingkup dan Sistematika Pembahasan

Ruang lingkup dalam buku Panduan Pengembangan BUM Desa


Bersama ini meliputi; 1) pelembagaan BUM Desa Bersama; 2) prinsip
pengembangan BUM Desa Bersama; 3) dan penjelasan peran dan
fungsi para pemangku kepentingan BUM Desa Bersama.

Panduan Pengembangan BUM Desa Bersama ini meliputi 6 (enam)


bagian, yang dijabarkan sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi: latar belakang; dasar


hukum; prinsip; para pihak; tujuan; manfaat dan ruang lingkup.

Bab II berisi penjelasan mengenai kerja sama desa yang meliputi:


ruang lingkup kerja sama desa; kerja sama antar desa; dan kerja
sama desa dengan pihak ketiga.

Bab III menjelaskan tentang pembentukan Badan Usaha Milik Desa


(BUM Desa) Bersama dengan sub pembahasan: kelembagaan BUM
Desa Bersama; legitimasi dan legalitas BUM Desa Bersama; dan
tahapan pembentukan BUM Desa Bersama.

Bab IV berisi pembahasan mengenai manajemen dan pengembangan


usaha BUM Desa Bersama, meliputi: struktur organisasi pengelola
BUM Desa Bersama; manejemen sumber daya manusia; modal;
keuangan dan aset; serta pengembangan unit usaha.

BAB V berisi tentang penjelasan seputar pembinaan dan pengawasan


terhadap BUM Desa Bersama dengan sub penjelasan: fasilitasi dan
koordinasi; serta pemantauan dan evaluasi.

12
BAB II
KERJA SAMA DESA

A. Ruang Lingkup Kerja Sama Desa

Kerjasama desa merupakan pendekatan dan landasan dalam


pembangunan Desa sebagaimana dimandatkan UU No. 6 Tahun 2014
tentang Desa. Desa dapat menyelenggarakan (i) kerja sama antar-Desa
dan/atau (ii) kerja sama Desa dengan pihak ketiga. Pihak ketiga dalam
hal ini antara lain pihak perusahaan, investor, organisasi masyarakat
sipil dan perguruan tinggi yang peduli dengan kemandirian Desa.

Dilihat dari Pembangunan Kawasan Perdesaan yang mensyaratkan


pendekatan partisipatif, mandat UU Desa tersebut mengharuskan ruang
partisipasi Desa (Pemerintah Desa dan masyarakat Desa) dalam ranah
Kawasan Perdesaan. (Sumber: Undang-Undang Desa no. 6 Pasal 91-93)

Kerja Sama Antar-Desa dilakukan dalam rangka kolaborasi Desa yang


meliputi pengembangan usaha bersama, kegiatan kemasyarakatan,
pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat antar-Desa,
dan/atau bidang keamanan dan ketertiban. Mandat UU Desa terkait
kerja sama antar-Desa tersebut bersifat kumulatif dan alternatif sesuai
kepentingan Desa. BUM Desa Bersama merupakan salah satu alternatif
kerja sama antar Desa untuk memberikan pelayanan usaha bersama
dan secara kumulatif berkaitan dengan agenda kerja sama antar-Desa
lainnya.

Kerja Sama Desa dengan Pihak Ketiga lainnya dilakukan untuk


percepatan dan peningkatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan pemberdayaan masyarakat Desa. Salah satu strategi yang dapat
dijalankan adalah menyiapkan dan melaksanakan kebijakan baru
tentang shareholding antara pemerintah, investor dan Desa dalam
pengelolaan sumber daya alam. Pola shareholding ini berarti melibatkan
Desa dan warga Desa sebagai pemegang saham.

B. Kerja Sama Antar Desa

Pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai


nilai ekonomi yang berdaya saing menjadi agenda utama kerja sama
antar-Desa, selain agenda kolaborasi lainnya sebagai satu kesatuan
utuh. Sebagai contoh adalah sejumlah Desa melakukan program atau
kegiatan kerja sama Desa sebagai berikut:

1. Kerja sama membangun jalan poros Desa dengan Dana Desa.

13
2. Kerja sama menangkap air sungai untuk keperluan irigasi dan
budidaya perikanan darat.
3. Kerja sama Desa membangun Kawasan Minapolitan secara
bersama.
4. Kerja sama Desa bersama warga petani atau organisasi petani
setempat dalam penanaman komoditas perkebunan.
5. Kerja sama Desa bersama pengrajin atau organisasi pengrajin
setempat membangun pasar dan distribusi.

6. Kerja sama membangun usaha konveksi bersama penjahit (kategori


warga miskin), pengusaha konveksi dan pengelola dana bergulir.

7. Kerja sama mengelola hasil produksi petani dan pedagang di Desa


setempat untuk dijual melalui toko yang dikelola oleh BUM Desa
Bersama.

BUM Desa Bersama merupakan lembaga ekonomi Desa yang berbasis


pada kerja sama antar Desa. BUM Desa Bersama dapat menjadi wadah
dan patron yang menyatukan sekaligus melindungi banyak pelaku
ekonomi kecil menjadi bisnis yang lebih besar. Mengikuti mandat kerja
sama antar-Desa dalam UU Desa, maka pembentukan BUM Desa
Bersama merupakan alternatif kegiatan dan dapat diputuskan oleh
Desa secara akumulatif dengan agenda kerja sama lainnya seperti:

1. Kegiatan kemasyarakatan antar-Desa;


2. Kegiatan pelayanan antar-Desa;
3. Kegiatan pembangunan antar-Desa;
4. Kegiatan pemberdayaan masyarakat antar-Desa;
5. Kegiatan bidang keamanan dan ketertiban antar-Desa.

Legitimasi kerja sama antar-Desa adalah kesepakatan yang dihasilkan


dalam Musyawarah Antar-Desa. Musyawarah Antar-Desa dapat
difasilitasi oleh Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) atau Camat.
Musyawarah Antar Desa merupakan modal sosial yang mendorong
prakarsa Desa untuk mengambil keputusan tentang:

1. Pembentukan lembaga antar-Desa;


2. Pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang
dapat dilaksanakan melalui skema kerja sama antar-Desa;
3. Perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program
pembangunan antar-Desa;
4. Pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar-Desa,
dan Kawasan Perdesaan;
5. Masukan terhadap program Pemerintah Daerah tempat Desa
tersebut berada; dan

14
6. Kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama
antar-Desa.

Legalitas dari kerja sama antar Desa adalah Peraturan Bersama Kepala
Desa (Permakades). Peraturan yang ditandangani oleh para Kepala
Desa ini merupakan hasil kesepakatan dari Musyawarah Antar-Desa.
Oleh karena itu, BUM Desa Bersama sebagai institusi kerja sama antar-
Desa untuk pengembangan usaha bersama harus dibahas dan
diputuskan dalam Musyawarah Antar-Desa, serta dituangkan ke dalam
Permakades.

Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) atau sebutan lain dapat


membentuk lembaga sesuai dengan kebutuhan, khusus ditujukan
dalam melaksanakan pembangunan antar-Desa. Sedangkan untuk
pelayanan usaha antar-Desa dapat dibentuk BUM Desa Bersama yang
merupakan milik 2 (dua) Desa atau lebih.

Musyawarah Antar Desa dilakukan untuk membahas program dan


pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar-Desa dan
Kawasan Perdesaan.

C. Kerja Sama Desa dengan Pihak Ketiga

Kerja sama Desa dengan pihak ketiga dapat dilakukan dalam bentuk
bagi saham dan bagi hasil (shareholding) pada investasi pembangunan
yang disepakati melalui Musyawarah Desa.

Sebagai contoh, Desa melakukan kerja sama dengan pihak swasta


dalam bisnis stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Desa
menyertakan tanah desa seluas 3000 meter sebagai penyertaan modal
yang dinilai sebesar 20% dari total modal. Contoh lainnya adalah danau
milik Desa yang dikelola menjadi objek wisata oleh pihak swasta. Dalam
kasus ini, danau dihitung sebagai penyertaan modal Desa sebesar 35%
dari total modal usaha pariwisata.

Pengelolaan sumber daya alam merupakan kata kunci kerja sama Desa
dan pihak ketiga melalui shareholding yang akan mendatangkan
keuntungan sebagai Pendapatan Asli Desa (PADes). Desa tidak hanya
diperlakukan sebagai lokasi, buruh, dan penerima manfaat pasif, tetapi
juga sebagai pemilik atas investasi. Tanah atau sumber daya alam Desa
tidak dibeli habis atau disewa oleh investor, melainkan disertakan
sebagai modal dalam investasi.

15
BAB III
PEMBENTUKAN BUM DESA BERSAMA
(BUMDESMA)

A. Kelembagaan BUM Desa Bersama

Pembentukan BUM Desa Bersama dilandasi asas kebersamaan,


kekeluargaan, gotong royong dan pengarusutamaan pemberdayaan
masyarakat Desa dalam pelaksanaan kerja sama antar-Desa dan
pembangunan kawasan perdesaan. BUM Desa Bersama merupakan
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
2 (dua) Desa yang bekerja sama atau lebih.

Gambar 3. 1 Misi Utama Pembentukan BUM Desa Bersama

Misi utama dari dibentuknya BUMDesa Bersama adalah untuk


meningkatkan daya saing Desa melalui proses-proses transformasi
sebagai berikut:
1. Dari “involusi” menuju “ekonomi produktif”. Desa selama ini hanya
memproduksi bahan baku tanpa memberikan nilai tambah pada
produknya dengan skala ekonomi Desa yang sangat terbatas. Di sisi
lain, desa juga memiliki keterbatasan untuk mengakses
sumberdaya milik bersama karena dibatasi oleh regulasi negara.
BUM Desa Bersama merupakan institusi ekonomi kolektif antar-
Desa sebagai jembatan dalam perubahan kondisi ekonomi Desa
kearah yang lebih baik. Kerja sama antar-Desa dapat meningkatkan
posisi tawar (negosiasi) Desa dengan institusi supra Desa dalam

16
rangka mengakses (memanfaatkan) sumberdaya milik bersama
untuk kepentingan Desa dan masyarakat setempat.
2. Dari “kompetisi” menuju “kolaborasi”. Persaingan yang tidak sehat
antar-Desa menyebabkan kanibalisme ekonomi. BUM Desa
Bersama merupakan sebuah resolusi bagi Desa dalam melakukan
kolaborasi di bidang ekonomi.
3. Dari “ketergantungan” menuju “kemandirian”. Secara ekonomi,
Desa memiliki ketergantungan terhadap kota dan para perantara
(tengkulak). Dengan kata lain, Desa menjadi objek ekploitasi
ekonomi yang dikendalikan oleh kota dan perantara. BUM Desa
Bersama merupakan wadah kelembagaan di mana Desa dan pelaku
ekonomi lokal menjadi subjek yang memiliki serta mengendalikan
produksi dan distribusi ekonomi secara mandiri.
4. Dari “fragmentasi” menuju “konsolidasi”. Desa memiliki
sumberdaya dan potensi yang besar, tetapi tercerai berai dan tidak
menyatu dalam pengelolaannya. Konsolidasi atau penyatuan
terhadap aktor (pelaku), aset (modal), akses (pada informasi,
teknologi, kebijakan, modal, pasar, dan lain-lain) dan arena
(produksi hingga distribusi) dapat diwujudkan jika Desa memiliki
institusi ekonomi yang solid dalam bentuk badan usaha.
5. Dari “ketimpangan” menuju “pemerataan”. Dewasa ini, ekonomi
Desa dikuasai oleh sektor-sektor privat yang bermuara pada
ketimpangan ekonomi di Desa. Dengan BUM Desa Bersama, maka
para produsen pertama (petani, perajin, peternak, nelayan dan para
pelaku ekonomi Desa lainnya) dapat memiliki akses langsung dalam
kegiatan ekonomi sehingga mewujudkan pemerataan ekonomi.

BUM Desa Bersama secara kelembagaan merupakan wujud nyata dari


kerja sama dan kolaborasi antar desa di bidang ekonomi. Kelembagaan
ekonomi ini diharapkan dapat menyatukan kekuatan-kekuatan
ekonomi yang ada di kawasan perdesaan.

Ada beberapa keunggulan dan kekhasan yang dimiliki oleh


kelembagaan ekonomi berbasis Desa, baik BUM Desa maupun BUM
Desa Bersama. Pertama, BUM Desa maupun BUM Desa Bersama
merupakan wujud dari kehadiran (representasi) negara. Kedua, dalam
konteks masyarakat yang paternalistik, institusi Desa berserta BUM
Desa dan BUM Desa Bersama hadir sebagai pemimpin (patron) di
antara aktor-aktor yang setara secara horisontal. Ketiga, Desa
mempunyai hak dan kewenangan untuk mengakses sumber daya milik
bersama. Keempat, BUM Desa dan BUM Desa Bersama bersifat
inklusif, artinya melayani seluruh elemen masyarakat Desa tanpa batas
keanggotaan.

17
B. Legitimasi dan Legalitas BUM Desa Bersama

Musyawarah adalah sumber legitimasi bagi keberadaan BUM Desa


Bersama. Untuk membangun kerja sama antar Desa di bidang usaha,
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) perlu
melakukan pemetaan dan inventarisasi atas bidang serta potensi Desa
yang akan dikerjasamakan. Pemetaan dan inventarisasi tersebut
menjadi dasar untuk merumuskan visi pengorganisasian pelaku
ekonomi Desa yang akan dimandatkan kepada BUM Desa Bersama.
Dalam prosesnya, BPD menyelenggarakan Musyawarah Desa untuk
menyepakati kerja sama Desa yang hasilnya dicantumkan dalam RPJM
Desa dan RPK Desa, untuk mendapatkan legitimasi dari sisi
pembangunan Desa.

Tahapan selanjutnya adalah penyelenggaraan Musyawarah Antar Desa


yang membahas kerja sama antar Desa, termasuk pembentukan badan
kerja sama antar desa (BKAD) dan BUM Desa Bersama. Proses
musyawarah ini memberi legitimasi yang perlu ditindaklanjuti dengan
Peraturan Bersama Kepala Desa tentang BUM Desa Bersama yang
ditandatangani oleh para Kepala Desa yang bersepakat membentuk
BUM Desa Bersama. Peraturan Bersama Kepala Desa tentang BUM
Desa Bersama merupakan peraturan yang legitim dan absah (Pasal 70
UU No. 6/2014).

BUM Desa Bersama secara kelembagaan berbeda dengan badan usaha


lain seperti perseroan terbatas, CV, atau koperasi. BUM Desa Bersama
merupakan badan usaha bercirikan Desa yang didirikan oleh desa-desa
yang bersepakat melaksanakan kerjasama yang berfungsi untuk
membantu penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelayanan jasa,
perdagangan, dan pengembangan ekonomi lainnya.

BUM Desa Bersama tidak hanya berorientasi pada keuntungan bisnis,


tetapi juga berorientasi untuk mendukung peningkatan kesejahteraan
masyarakat Desa.
Ketentuan terkait hal tersebut merujuk pada penjelasan Pasal 87 UU
No. 6/2014 mengenai ciri spesifik BUM Desa yang berlaku sama
terhadap BUM Desa Bersama.

Tabel 3. 1 Persandingan BUM Desa dengan BUM Desa Bersama

Faktor
BUM Desa BUM Desa Bersama
Pembanding
Prakarsa Pemerintah Desa dan Masyarakat Pemerintah Desa dan Masyarakat
Pembentukan Desa Setempat Desa Setempat yang Bersepakat
Melaksanakan Kerja Sama
Prosedur Musyawarah Desa Musyawarah Antar Desa

18
Faktor
BUM Desa BUM Desa Bersama
Pembanding
Keabsahan - Peraturan Desa tentang Peraturan Bersama Kepala Desa
Pendirian BUM Desa (Permakades) tentang Pendirian
(disepakati bersama antara BUM Desa Bersama, AD/ART
Kepala Desa dan BPD) BUM Desa Bersama
- Keputusan Kepala Desa Tentang
AD/ART BUM Desa
Pihak Pengesah Kepala Desa Para Kepala Desa yang
Bersepakat (Bekerja Sama)
Institusi Musyawarah Desa Musyawarah Antar Desa
tertinggi
Karakteristik - Badan usaha bercirikan Desa - Badan usaha bercirikan Desa
- Unit Usaha yang dibentuk BUM - Unit Usaha yang dibentuk
Desa dapat berbentuk badan BUM Desa dapat berbentuk
hukum badan hukum
Tujuan - Membantu penyelenggaraan - Membantu penyelenggaraan
urusan pemerintah Desa kerja sama pemerintah antar
setempat Desa
- Mendayagunakan sumber - Mendayagunakan sumber
ekonomi lokal skala Desa ekonomi lokal skala antar Desa
Modal Pendirian - Kekayaan Desa yang - Kekayaan masing-masing Desa
dipisahkan; yang dipisahkan;
- Terbuka penyertaan modal dari - Terbuka penyertaan modal
masyarakat Desa setempat dari masyarakat Desa
setempat
Layanan - Pelayanan umum Desa - Pelayanan umum antar Desa
setempat - Kegiatan usaha ekonomi antar
- Kegiatan usaha ekonomi Desa Desa
setempat
Bisnis Layanan Potensi Aset Desa setempat Potensi Aset antar Desa yang
bekerjasa sama
Bagi Hasil Pendapatan Asli Desa Pendapatan Asli Desa yang
bekerja sama

C. Tahapan Pembentukan BUM Desa Bersama

Pembentukan BUM Desa Bersama tertuang dalam Pasal 141 PP No.


43/2014 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 47/2015 adalah
sebagai berikut:

1. Dalam rangka kerja sama antar-Desa, 2 (dua) Desa atau lebih dapat
membentuk BUM Desa Bersama.
2. Pembentukan BUM Desa Bersama dapat dilakukan melalui
pendirian, penggabungan, atau peleburan BUM Desa.

Berdasarkan ketentuan normatif itu, terdapat 3 (tiga) opsi


pembentukan BUM Desa Bersama.

Pertama, pendirian BUM Desa Bersama secara langsung. BUM Desa


Bersama secara langsung dibentuk oleh Desa untuk memberikan
pelayanan usaha antar-Desa. Contohnya adalah BUM Desa Bersama

19
Nusantara yang didirikan oleh 8 (delapan) Desa di kecamatan
Sukamulyo, Sukamaju, Kalimantan Utara yang bersepakat untuk
bekerja sama mengelola potensi ekonomi, SDA, dan SDM. Pendirian
BUM Desa Bersama ini dilatarbelakangi oleh keseragaman potensi yang
dimiliki di masing-masing desa. Dari kesamaan potensi ini, maka
diadakan Musyawarah Desa dan menyepakati untuk membentuk BUM
Desa Bersama.

Gambar 3. 2 Mekanisme Pendirian BUM Desa Bersama secara Langsung

Kedua, penggabungan BUM Desa. BUM Desa Bersama dibentuk


melalui penggabungan BUM Desa skala lokal Desa. Misalnya, BUM
Desa A dan BUM Desa B bersepakat melakukan penggabungan aset,
SDA, dan SDM tertentu ke dalam unit usaha yang dikelola oleh BUM
Desa Bersama. Eksistensi BUM Desa A dan BUM Desa B tidak hilang.
Penggabungan ini dimaksudkan untuk memperluas skala ekonomi dan
memperbesar usaha.

Gambar 3. 3 Mekanisme Penggabungan BUM Desa menjadi BUM Desa Bersama

20
Ketiga, peleburan BUM Desa. BUM Desa Bersama dibentuk melalui
peleburan 2 (dua) BUM Desa skala lokal Desa atau lebih. Dasar
peleburan adalah BUM Desa dinyatakan mengalami kerugian dan
disepakati dalam Musyawarah Desa. Misalnya, BUM Desa A dan BUM
Desa B dinyatakan rugi dan bersepakat untuk membentuk BUM Desa
Bersama. Konsekuensinya adalah pembubaran BUM Desa A dan BUM
Desa B.

Gambar 3. 4 Mekanisme Peleburan BUM Desa menjadi BUM Desa Bersama

Pendirian BUM Desa Bersama, baik secara langsung, penggabungan


maupun peleburan sebagaimana dijelaskan di atas dilakukan dengan
mekanisme tahapan sebagai berikut:

Gambar 3. 5 Prakarsa Pemerintah Desa dan Masyarakat Desa

21
1. Prakarsa Pemerintah Desa dan Masyarakat

a. Prakarsa Desa dapat dibangun dengan langkah sederhana


melalui dialog informal mengenai potensi yang dapat
dikerjasamakan oleh 2 Desa atau lebih. Misalnya beberapa
kepala Desa bertemu di suatu tempat dan berbincang terkait
dengan potensi Desa yang sama. Dialog serupa dapat juga
dilakuakan oleh Perangkat Desa, Tokoh Masyarakat dan pemuda,
pelaku usaha lokal Desa ataupun warga Desa lainnya yang
kemudian disampaikan kepada Kepala Desa.
b. Dialog kemudian menghasilkan kesepakatan antar Kepala Desa
untuk melakukan kerja sama antar Desa bidang pariwisata dan
sekaligus bersepakat untuk mengadakan Musyawarah Desa dan
Musyawarah Antar Desa sebagai tindak lanjut dari dialog.
c. Prakarsa Desa tidak hanya terbatas pada ide dan gagasan dari
Kepala Desa saja tetapi juga bersumber dari aspirasi masyarakat
Desa.
d. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, serta organisasi masyarakat sipil dapat
memfasilitasi dialog tentang BUM Desa Bersama sebagai bentuk
kegiatan dari kerja sama antar Desa.

2. Pemetaan Potensi/Aset yang Dapat Dikerja samakan

a. Desa memanfaatkan data dalam RPJM Desa terkait


potensi/aset Desa. Jenis potensi/aset dalam bentuk sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan seterusnya merupakan
kekuatan Desa untuk merancang dan memutuskan kerja sama
Desa melalui BUM Desa Bersama.

b. Pemerintah Desa, BPD atau lembaga kemasyarakatan Desa


dapat memfasilitasi dialog tentang pemetaan atau inventarisasi
potensi/aset untuk dikerja samakan, berdasar 3 (tiga) hal yakni
(i) sumber penghidupan, (ii) sumber daya alam dan (iii) layanan
dasar.

Tabel 3. 2 Contoh Pemetaan Sumber Penghidupan

Sumber Volume/ Yang Peluang Kerja


Yang Terlibat
Penghidupan Besaran Dihasilkan Sama
Perdagangan
- Konveksi … Kopyah, - Kelompok usaha Pemasaran hasil
mukenah, penjahit konveksi
baju anak - Kelompok
dan dewasa pedagang
konveksi

22
Sumber Volume/ Yang Peluang Kerja
Yang Terlibat
Penghidupan Besaran Dihasilkan Sama
Pertanian
- Coklat …. ha Toko desa Kelompok petani - Kerja sama
- Kopi …. ha pemasaran
- Durian …. Ha - kunjungan
wisatawan
- Paket wisata
tanam
- Outbound
Dana Bergulir …. milyar/ Jasa Kelompok - Pendanaan
kec. konveksi dan pemanfaat dana untuk kelompok
perdagangan bergulir konveksi usaha dalam
skala antar-Desa
atau ekspor
- Toko/outlet hasil
produksi pelaku
ekonomi Desa
Wisata … ha Tiket masuk - Karang taruna - Pelibatan
Gunung dan tempat - Pokdarwis anggota lembaga
Embung wisata, sewa - Pemda/OPD kemasyarakatan
penginapan - Warga penyedia berbasis Desa
homestay homestay sebagai
pengelola unit
usaha BUM
Desa Bersama
- Kerja sama antar
Desa untuk
memasarkan
homestay
- Kerja sama tiket
online

Tabel 3. 3 Contoh Pemetaan Aset dan Sumber Daya Alam

Potensi Alam Volume/Luas Yang Mengelola Peluang Kerja Sama


Alam … ha - Desa Ekowisata (konservasi,
pegunungan - Pemda edukasi, pemberdayaan
- Wirausahawan lokal masyarakat antar-Desa)
Flora dan …. batang - Desa Pelibatan masyarakat
fauna serta - Pemda dalam mengelola
keunikan lain homestay untuk
wisatawan
Telaga …. km2 Pemda Toko/grosir Desa untuk
pemasaran produk lokal
Desa (konveksi, kerajinan
kayu, kopi lokal)
Embung …. m2 Desa Kerja sama antar Desa
untuk paket wisata
embung
Tanaman kopi … ha Kelompok petani - Pengemasan produk
kopi
- pemasaran
- promosi di kawasan
perdesaan wisata

23
Tabel 3. 4 Contoh Pemetaan Layanan Dasar

Jenis Peluang Kerja Sama


Kondisi
Layanan Pelayanan
Persampahan - Pemilahan sampah wisata sudah Pengelolaan sampah antar
dilakukan Desa
- alat belum memadai
Transportasi - Mobil pengangkut hasil coklat Pengelolaan angkutan (moda
- Kopi transportasi) untuk
- Konveksi perdagangan antar-Desa
- sering rusak
Wisata Sehat Griya coklat/kopi untuk terapi - Infrastruktur layanan
kesehatan kesehatan
- Edukasi kesehatan

3. Musyawarah Desa

a. Berdasarkan hasil pemetan potensi/aset yang dilakukan


sebelumnya BPD menyelenggarakan Musyawarah Desa untuk
membahas dan menyepakati BUM Desa Bersama sebagai salah
satu kegiatan kerja sama antar Desa.
b. Agenda pembahasan dapat mengkaji ulang dokumen RPJM Desa
dan RKP Desa agar diselaraskan dengan hasil dialog terkait
potensi/aset yang dikerja samakan dan alasan merintis beberapa
unit usaha yang dikelola BUM Desa Bersama. BUM Desa
Bersama dapat diklasifikasi sebagai kegiatan pelayanan usaha
antar-Desa dalam bidang pemberdayaan masyarakat antar Desa,
termasuk usulan pada APB Desa terkait modal pendirian BUM
Desa Bersama.
c. Hasil pemetaan sebelumnya yakni sumber penghidupan, aset
dan sumber daya alam, dan layanan Dasar disatukan menjadi
usulan unit usaha BUM Desa Bersama. Usulan unit usaha akan
dibawa oleh Delegasi Desa dan dibahas bersama dengan Delegasi
Desa lainnya dalam Musyawarah Antar Desa. Usulan unit usaha
akan dibawa oleh Delegasi Desa dan dibahas bersama dengan
Delegasi Desa lainnya dalam Musyawarah Antar Desa.
d. Menetapkan Peraturan Desa tentang Kerja Sama Desa.

24
Tabel 3. 5 Contoh Perintisan Unit Usaha BUM Desa Bersama

Rencana Kerja Sama


Tujuan Unit Usaha Alasan/Argumen
(Langkah Mewujudkan)

Mendukung Lembaga Kelompok usaha Diusulkan Delegasi Desa ke


ekonomi Keuangan non- konveksi, kelompok dalam Musyawarah Antar
produktif perbankan; dan tani (kopi, coklat, Desa tentang: unit usaha
Konveksi
warga durian), dan warga dana bergulir BUM Desa
miskin dapat Bersama dan unit usaha
mengakses konveksi BUM Desa
permodalan usaha, Bersama
serta membuka
lapangan kerja

Mengelola Kawasan Pendapatan warga Diusulkan Delegasi Desa ke


Sumberdaya Perdesaan meningkat melalui dalam Musyawarah Antar
Alam Wisata homestay, paket Desa tentang Unit usaha
wisata (embung, BUM Desa Bersama
telaga, alam Kawasan Perdesaan Wisata
pegunungan dan Terpadu yang mengelola
flora fauna) homestay dan paket Wisata
antar-Desa

Memberi Toko/grosir/ - Produk lokal Desa Diusulkan Delegasi Desa ke


Layanan sub-agen, bank dapat dipasarkan; dalam Musyawarah Antar
Dasar Warga sampah, usaha - BUM Desa Desa tentang:
transportasi Bersama sebagai
sub-agen untuk - Unit usaha grosir
bahan bakar kebutuhan pokok atau
bersubsidi, harian (gas LPG, beras,
- BUM Desa minyak gorang, dll).
Bersama - Unit usaha yang
melakukan operasi mengelola “sistem daur
pasar berdasarkan ulang sampah”,
kalender musim termasuk promosinya
(tanam, panen, sebagai daya tarik
dll). wisatawan untuk
- Pengelolaan melihat partisipasi warga
sampah akan di kawasan perdesaan
membuat yang bersih-sehat.
lingkungan - Unit usaha penyewaan
kawasan kendaraan
perdesaan
semakin bersih
dan hasil daur
ulang
menguntungkan
Desa.
- Penyewaan
kendaraan atau
alat transportasi
untuk usaha
pertanian dan
usaha lainnya.

25
4. Penawaran Kerja Sama

Kepala Desa dapat mengajukan penawaran kerja sama antar-Desa


kepada Kepala Desa lain, disertai usulan kerja sama yang akan
dikelola oleh BUM Desa Bersama.

5. Menetapkan Surat Keputusan Kepala Desa tentang


Delegasi/Perwakilan Desa

Susunan delegasi Desa diusulkan dalam Musyawarah Desa dan


ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa untuk membawa
misi pendirian BUM Desa Bersama ke Musyawarah Antar-Desa.
Delegasi desa terdiri dari unsur: Pemerintah Desa; Badan
Permusyawaratan Desa; Lembaga Kemasyarkatan Desa; Lembaga
Desa Lainnya; dan Tokoh Masyarakat dengan mempertimbangkan
gender.

6. Musyawarah Antar Desa

Delegasi Desa menyelenggarakan Musyawarah Antar Desa yang


dapat difasilitasi oleh Camat dapat memfasilitasi proses
berlangsungnya musyawarah. Musyawarah Antar Desa membahas,
antara lain:

a. Usulan rencana kerja sama antar Desa

Tabel 3. 6 Contoh Usulan Kerja sama Antar Desa

Bidang Kerja sama Antar-Desa Usulan


Pengembangan ekonomi dan Mendirikan BUM Desa Bersama untuk:
usaha bersama - Pengembangan potensi wisata;
- Pembangunan, pengembangan, dan
pemeliharaan pasar wisata;
- Pembangunan toko grosir, bekerja sama
dengan usaha warga desa lainnya;
- Pengelolaan dana bergulir; dan/atau
- Kegiatan usaha bersama lainnya
Pembinaan kemasyarakatan Pengembangan dan peningkatan kapasitas
antar-Desa masyarakat melalui kegiatan bakti sosial,
bantuan pada rumah tangga miskin, dan
kegiatan kemasyarakatan antar-Desa lainnya
Pemberdayaan masyarakat Pengembangan dan peningkatan kapasitas
antar-Desa masyarakat melalui penyelenggaraan kursus,
pelatihan, dan kegiatan pengembangan
kapasitas yang melibatkan Desa; dan kegiatan
pemberdayaan masyarakat antar-desa lainnya
Pembangunan Desa skala antar- Unit kerja pengelola data profil sumber daya
Desa alam kawasan perdesaan yang dimanfaatkan
oleh BUM Desa Bersama

26
b. Usulan tata kerja BKAD
i. Unit kerja BKAD dapat dibentuk sesuai kebutuhan atau
bidang kegiatan antar-Desa.
ii. Dalam hal kegiatan kerja sama usaha bersama, maka
Musyawarah Antar Desa dapat membahas pembentukan
unit kerja yang bertugas melakukan fasilitasi pendirian
BUM Desa Bersama. Unit kerja ini hanya memfasilitasi dan
bukan menjadi pihak yang menetapkan BUM Desa
Bersama. Kewenangan penetapan BUM Desa Bersama
tetap dilakukan oleh para Kepala Desa dan dinyatakan
melalui produk hukum Permakades.

iii. BKAD bertanggungjawab kepada Kepala Desa.

iv. Pemilihan, penetapan dan/atau pemberhentian susunan


kepengurusan BKAD.

v. Rancangan Permakades tentang Kerja sama Antar Desa,


disertai penetapan susunan kepengurusan BKAD. Untuk
efektivitas penyusunan Permakades yang efektif,
Permakades tentang Kerja sama Antar Desa dapat disertai
Lampiran susunan kepengurusan BKAD (sebagai bagian
tak terpisahkan dari Permakades):

vi. Standar operasional prosedur (SOP) BKAD.

7. Pembahasan Detil Rencana Pembentukan BUM Desa Bersama

BKAD atau unit kerja BKAD bersama pihak kecamatan dan/atau


para pendamping professional dan organisasi masyarakat lainnya
membuka akses bagi masyarakat Desa untuk membahas rencana
pendirian BUM Desa Bersama.

Tabel 3. 7 Contoh Rencana Unit Usaha BUM Desa Bersama

Tujuan Unit Usaha Alasan/Argumen Rencana Aksi

Mendukung - Unit usaha Kelompok usaha - Pelatihan


ekonomi BUM Desa konveksi, kelompok - Pembelian alat mesin
warga Bersama tani (Tanaman jahit modern
“lembaga Pangan, - Penggunaan mobil
keuangan holtikultura, angkut yang sudah
non- perkebunan dan diserahkan menjadi
perbankan” peternakan), aset BUM Desa
- Unit Usaha kelompok nelayan Bersama
BUM Desa (perikanan tangkap - Kerja sama BUM Desa
Bersama dan budidaya), Bersama dengan
“Konveksi” warga miskin dapat perusahaan ekspor

27
Tujuan Unit Usaha Alasan/Argumen Rencana Aksi

mengakses
permodalan usaha.

Mengelola Unit usaha Pendapatan warga - Kerja sama BUM Desa


Sumberdaya BUM Desa meningkat melalui Bersama dengan
Alam Bersama homestay, paket jejaring media sosial
“Kawasan wisata (Embung, yang bergerak di
Perdesaan Telaga, alam wisata
Wisata pegunungan dan - Shareholder dari
Terpadu” yang flora fauna) warga Desa untuk
mengelola mengembangkan
homestay dan homestay
paket Wisata - Keanggotaan BUM
antar-Desa Desa Bersama dalam
organisasi lingkungan
hidup dan organisasi
wisata yang berskala
luas
Memberi - Unit usaha - Produk lokal Desa - BUM Desa Bersama
Layanan BUM Desa dapat dipasarkan; melakukan pembelian
Dasar Warga Bersama - BUM Desa hasil panen sebelum
“Village Mart” Bersama dibeli tengkulak, dan
yang melakukan menjualnya dengan
mengelola operasi pasar harga yang disepakati
toko/grosir berdasarkan dengan kelompok
Desa. “kalender musim” petani
- Unit usaha (tanam, panen, - Pemilihan lokasi
BUM Desa dll). “Village Mart” yang
Bersama yang - Pengelolaan menampung hasil
mengelola sampah akan produk lokal Desa;
“sistem daur membuat lahan parkir mampu
ulang lingkungan menampung moda
sampah”, kawasan transportasi dari
termasuk perdesaan wisatawan lebih dari
promosinya semakin bersih 100 kendaraan
sebagai daya dan hasil daur - Lokasi penampungan
tarik ulang dan pengelolaan daur
wisatawan menguntungkan ulang sampah wisata.
untuk melihat Desa.
partisipasi
warga di
kawasan
perdesaan
yang bersih-
sehat.
- Unit Usaha
penyewaan
kendaraan

BKAD atau Camat melakukan fasilitasi Musyawarah Antar Desa


untuk melakukan pembahasan:

a. Usulan unit usaha BUM Desa Bersama

28
b. Rancangan Permakades tentang Pendirian BUM Desa
Bersama, sekaligus penetapannya, paling sedikit membahas:

i. Tujuan pendirian/pembentukan BUM Desa Bersama;


ii. Kedudukan BUM Desa Bersama;
iii. Pengurusan dan pengelolaan BUM Desa Bersama (bentuk
organisasi, organisasi pengelola, modal, pengelolaan Unit
Usaha, Hasil Usaha, Pelaporan);
iv. Pembubaran BUM Desa Bersama;
v. Rancangan Anggaran Dasar BUM Desa Bersama, terdiri
atas:
a) Nama dan Kedudukan
b) Asas dan Prinsip
c) Maksud dan Tujuan
d) Modal
e) Kegiatan Usaha
f) Jangka Waktu Berdirinya BUM Desa Bersama
g) Organisasi Pengelola
h) Tata Cara penggunaan dan pembagian keuntungan
i) Ketentuan Penutup
vi. Rancangan Anggaran Rumah Tangga BUM Desa Bersama,
terdiri atas:
a) Hak dan Kewajiban
b) Masa Bakti
c) Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Personel
Organisasi Pengelola
d) Penetapan Jenis usaha
e) Sumber Modal
f) Ketentuan Penutup
vii. Usulan susunan kepengurusan organisasi pengelola
BUM Desa Bersama (penasihat, pelaksana operasional,
dan pengawas).
viii. Pemilihan personel yang tergabung dalam pelaksana
operasional BUM Desa Bersama.

8. Penetapan Peraturan Bersama Kepala Desa tentang BUM Desa


Bersama

Substansi Permakades tentang BUM Desa Bersama terdiri atas:


a. Bab I Ketentuan Umum
b. Bab II Tujuan
c. Bab III Kedudukan
d. Bab IV Pengurusan dan Pengelolaan, terdiri atas:
i. Bentuk organisasi

29
ii. Organisasi pengelola
iii. Modal
iv. Pengelolaan Unit Usaha
v. Hasil Usaha
vi. Pelaporan
e. Bab V Pembubaran
f. Bab VI Ketentuan Peralihan
g. Bab XI Ketentuan Penutup

30
BAB IV
MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN USAHA BUM DESA BERSAMA

A. Manajemen BUM Desa Bersama

Struktur Organisasi dan


Manajemen SDM Modal, Keuangan dan Aset
Kepengurusan
• Organisasi • Perencanaan SDM • Sumber Modal
• Kepengurusan • Analisis Pekerjaan • Pengelolaan Keuangan
• Penilaian Produktifitas Kerja, • Pengelolaan Aset
Penghargaan dan Sanksi
• Pelatihan dan Pengembangan
• Kompensasi
• Pemberhentian/PHK

Pengembangan Usaha dan Kerja Sama

Gambar 4. 1 Manajemen BUM Desa Bersama

1. Organisasi Pengelola

Secara kelembagaan, BUM Desa Bersama merupakan milik bersama


dari desa-desa yang mendirikannya. Secara operasional, BUM Desa
Bersama dijalankan oleh organisasi pengelola yang ditetapkan melalui
Musayawarah Antar Desa. Warga Desa memiliki peran dan kewenangan
dalam mengawasi proses Musyawarah Antar Desa sebagai langkah
Desa dalam melakukan kerjasama antar desa sekaligus mengawasi
pengelolaan BUM Desa Bersama. Pada prosesnya pertangungjawaban
pelaksanaan kerjasama Desa dapat ditampilakan pada papan
pengumuman masing-masing Desa yang melakukan kerjasama sebagai
bentuk transparasi laporan keuangan BUM Desa Bersama.

31
Gambar 4. 2 Posisi BUM Desa Bersama terhadap Desa-Desa yang Bekerja Sama dan
BKAD

Adapun susunan kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa


Bersama terdiri dari: Penasihat, Pelaksana Operasional (pengurus BUM
Desa Bersama), dan Pengawas. Sebagai catatan, anggota/pengurus
BUM Desa tidak dapat menjadi anggota atau pengurus BUM Desa
Bersama.

Gambar 4. 3 Kepengurusan BUM Desa Bersama

32
Pemilihan susunan kepengurusan BUM Desa Bersama, terutama
Struktur dari Pelaksana Operasional BUM Desa terdiri dari: Kepala
Operasional (KaOp), Sekretaris, Bendahara, dan Kepala Unit (Kanit)
masing-masing Unit Usaha, dengan kriteria:

1. Penasihat adalah para Kepala Desa yang bekerja sama.


2. Pelaksana operasional dipilih dan disepakati dalam Musyawarah
Antar Desa. Susunan kepengurusan pelaksana operasional dapat
terdiri atas:
a) Kepala Operasional (KaOp);
b) Sekretaris;
c) Bendahara; dan
d) Kepala Unit (Kanit).
3. Pengawas berasal dari unsur BKAD yang bertugas melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja pelaksana operasional
BUM Desa Bersama.

2. Manajemen Sumber Daya Manusia

Pengembangan BUM Desa Bersama mensyaratkan ketersediaan


sumber daya manusia (SDM) yaitu penasihat, pengawas, pengelola,
kepala unit usaha, staf pelaksana/karyawan. Untuk membangun
sebuah tim yang efektif, pertimbangannya bukan hanya pada keahlian
teknis pengurus, tetapi juga etos kerja dan harmonisasi dalam bekerja.

Penetapan penasihat, pengawas dan pelaksana operasional BUM Desa


Bersama yang ditunjuk melalui MAD berdasarkan analisis pekerjaan
yang sudah dibuat. Sedangkan rekrutmen, seleksi, orientasi, dan
pemberhentian personalia pelaksana unit usaha ditetapkan oleh
pelaksana operasional BUM Desa Bersama atas persetujuan penasihat.

a. Analisis Pekerjaan

Analisis pekerjaan merupakan suatu proses untuk menentukan


beban pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dijelaskan kepada
orang lain. Beban pekerjaan merupakan hasil dari analisis
pekerjaan dalam bentuk tertulis yang sering disebut dengan
deskripsi pekerjaan. Deskripsi pekerjaan biasanya memuat nama
jabatan, atasan langsung, tugas pokok, tanggung jawab, rincian
tugas, indikator kinerja, bahan kerja, pedoman kerja, dan peralatan
kerja.

33
b. Penilaian Produktivitas Kerja, Penghargaan dan Sanksi

Menilai produktivitas kerja berarti membandingkan antara hasil


pekerjaan dengan sumber daya yang digunakan untuk
mencapainya. Prinsipnya adalah bagaimana setiap pekerjaan yang
dilakukan oleh masing-masing personel berjalan efektif dan efisien.

Penghargaan (reward) diberikan kepada karyawan yang berprestasi


dan mampu meraih target. Sedangkan sanksi merupakan
konsekuensi yang harus siap ditanggung oleh karyawan yang tidak
berhasil meraih target yang ditentukan.

c. Pelatihan dan Pengembangan

Program pelatihan bertujuan untuk memperbaiki penguasaan


berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu agar
sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan pengembangan bertujuan
untuk menyiapkan manajemen dan karyawan agar siap memangku
jabatan tertentu di masa yang akan datang. Jenis pelatihan dan
pengembangan yang sesuai untuk pengembangan BUM Desa
Bersama, diantaranya: pelatihan kewirausahaan, pengembangan
model usaha, manajemen usaha (produksi, pemasaran, keuangan,
dan SDM), dan lain-lain.

d. Kompensasi

Kompensasi diwujudkan dalam bentuk sistem penggajian untuk


meningkatkan prestasi kerja, motivasi, dan kesejahteraan
karyawan. Kompensasi merupakan hak yang diterima oleh
pelaksana operasional, kepala unit usaha, staf
pelaksana/karyawan sesuai dengan beban pekerjaan masing-
masing.

e. Pemberhentian/PHK

Pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja dilakukan


terhadap pelaksana operasional, kepala unit usaha, staf
pelaksana/karyawan apabila tidak dapat melakukan kewajiban
yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan
ketentuan yang diatur oleh manajemen BUM Desa Bersama.
Pemberhentian pelaksana operasional dilakukan melalui MAD dan
pemberhentian kepala unit usaha serta staf pelaksana/karyawan
dilakukan melalui proses rapat pelaksana operasional.

34
3. Modal, Keuangan dan Aset

a. Modal Pendirian

Modal awal pendirian BUM Desa Bersama bersumber dari APB Desa
masing-masing Desa yang telah sepakat bekerja sama. Setelah
pendirian BUM Desa Bersama, masing-masing Desa dapat
mempertahankan BUM Desa yang sudah ada sebelumnya. Untuk
kebutuhan permodalan ini, RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa
harus mencantumkan penyertaan modal awal BUM Desa Bersama
untuk mempertegas kedudukan masing-masing Desa dalam
kepemilikan BUM Desa Bersama.

b. Modal BUM Desa Bersama (Pengembangan Usaha)

Dalam Pasal 135 ayat (2) PP No. 47/2015 dinyatakan bahwa, modal
BUM Desa terdiri atas penyertaan modal Desa dan penyertaan
modal masyarakat Desa. Ketentuan ini tidak mengatur lebih rinci
tentang penyertaan modal yang bersumber dari masyarakat Desa.
Konsekuensinya, berdasar pengertian yuridis BUM Desa yang
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa maka besaran
penyertaan modal dari masyarakat Desa lebih kecil dari penyertaan
modal dari Desa.

BUM Desa Bersama bertujuan untuk mengorganisasikan potensi


dan sumber penghidupan Desa dan pelaku ekonomi Desa
(representasi dari masyarakat Desa). Struktur modal BUM Desa
Bersama terbuka untuk penyertaan modal dari pelaku ekonomi
Desa yang sudah ada di Desa. Besaran penyertaan modal dari
pelaku ekonomi Desa lebih kecil daripada penyertaan modal dari
Desa.

c. Bantuan Pemerintah dan Swasta kepada Unit Usaha BUM Desa


Bersama

Pasal 135 PP No. 47/2015 mengatur wewenang Pemerintah,


Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota untuk dapat memberikan bantuan kepada BUM
Desa yang disalurkan melalui mekanisme APB Desa. Dengan
demikian, dalam mengembangkan kegiatan usahanya BUM Desa
dapat menerima bantuan yang sah dari pemerintah atau pihak lain.

d. Pengelolaan Keuangan dan Aset

Pengelolaan keuangan dan aset perlu dilakukan untuk menjaga


kesinambungan usaha dan pencapaian tujuan profit maupun

35
benefit sosial dari pengembangan BUM Desa Bersama. Muara akhir
dari mekanisme pengelolaan keuangan dan aset ini adalah
memastikan bahwa unit usaha BUM Desa dapat memberi
kontribusi pada pendapatan asli Desa yang bekerja sama serta
kelangsungan usahanya.

1) Kegiatan inventarisasi terhadap sumber-sumber pendapatan


meliputi: (i) modal pendirian dan modal pengembangan usaha;
(ii) hibah dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta; (iii)
hutang; dan (iv) penerimaan lain yang sah dan tidak mengikat.
2) Kegiatan pembukuan keuangan dilakukan melalui pencatatan
setiap transaksi, baik penerimaan maupun pengeluaran yang
secara berkala dilaporkan dalam bentuk neraca dan jurnal
keuangan. Salah satu metode pencatatan yang dapat dilakukan
adalah SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik).

Gambar 4. 4 Struktur Laporan Keuangan

SAK ETAP digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik


(ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik
signifikan; dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan
publik (general purpose financial statement) bagi pengguna
eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak
terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan
lembaga pemeringkat kredit. SAK ETAP bertujuan untuk
menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya. SAK ETAP
merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada
SAK Umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya
historis; mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP; bentuk
pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan
akuntansi dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun.

36
3) Pembukaan rekening atas nama BUM Desa Bersama yang
berfungsi untuk menyimpan dan memperlancar arus kas.
4) Aset BUM Desa Bersama terdiri dari: (i) aset bergerak, seperti:
komputer, kendaraan operasional, yaitu aset yang memiliki
masa pakai dan mengalami penyusutan nilai, sehingga
dibutuhkan biaya pemeliharaan dan dalam periode tertentu
perlu dilakukan peremajaan; dan (ii) aset tetap, seperti: tanah
dan bangunan, yang status kepemilikan, pemeliharaan dan
pajaknya harus diperhatikan. Keseluruhan aset tersebut harus
tercatat dalam pembukuan aset.

B. Pengembangan Usaha

Manajemen organisasi, SDM, modal, keuangan dan aset yang


diselenggarakan merupakan dasar bagi pengembangan unit usaha dari
BUM Desa Bersama.

Usaha yang telah disepakati dan ditetapkan memerlukan analisis


pengembangan sehingga dapat dilihat kemungkinan
perkembangannya. Terdapat beberapa metode dalam melakukan
analisa pengembangan unit usaha. Salah satu metode yang dapat
digunakan adalah “Kanvas Model Bisnis”. Pengembangan kapasitas
BUM Desa Bersama ditujukan pada unit usaha yang dikelola oleh BUM
Desa Bersama. Untuk membuat kanvas model, perlu dirumuskan mind
map terlebih dahulu agar terpetakan hubungan antar aspek yang
terkait dengan pengembangan usaha BUM Desa Bersama.

Gambar 4. 5 Mindmap Model Bisnis

Memulai atau mengembangkan bisnis atau mengembangkan usaha


yang sudah ada dalam Unit Usaha Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa

37
Bersama) memerlukan perencanaan dan keberanian, serta perhitungan
bisnis yang matang, sehingga resiko bisnis apapun yang muncul dapat
dikelola dengan baik oleh Unit Usaha BUM Desa Bersama.

Salah satu cara menganalisa unit bisnis yang ada pada BUM Desa
dan/atau BUM Desa Bersama adalah membuat “kerangka” atau
pondasi bisnis (building block) yang terintegrasi dengan baik. Ada 9
(sembilan) foundasi bisnis untuk menggambarkan, memvisualisasikan,
menilai, dan mengubah model bisnis atau merencanakan usaha.

Kesembilan blok bangunan yang tergambar dalam sebuah kanvas


(lembaran kertas), disusun berdasarkan cara kerja otak kita. Blok
sebelah kanan, didasarkan atas alur kerja otak kanan
(emosi/kreatifitas). Blok sebelah kiri, didasarkan atas alur kerja otak
kiri (logika teori). Bisnis harus menggunakan otak kanan (logika) dan
emosi (otak kanan).

Sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang


bagaimana unit usaha BUM Desa Bersama menciptakan, memberikan,
dan menangkap nilai yang akan diberikan kepada
konsumen/masyarakat.

Hasil analisis dalam kanvas model bisnis untuk tiap unit usaha BUM
Desa Bersama bermanfaat ketika pelaksana operasional BUM Desa
Bersama mengadakan perjanjian kerja sama dengan pihak swasta
maupun pelaku ekonomi dari masyarakat Desa.

Gambar 4. 6 Contoh Kanvas Model Bisnis

38
Keterangan:
1. Segmen Pasar
Segmen pasar merupakan target kelompok orang atau organisasi yang
berbeda yang hendak dijangkau dan dilayani oleh perusahaan. Secara
umum, penentuan segmen pasar mempertimbangkan komoditas yang
ditawarkan perusahaan atau organisasi dan kemungkinan pihak-pihak
yang memanfaatkannya.

2. Nilai Bagi Pelanggan


Setelah segmen pasar (pelanggan) teridentifikasi, nilai yang diberikan oleh
BUM Desa Bersama kepada pasar akan menyesuaikan dengan kebutuhan
pasar. Prediksi nilai yang diberikan kepada pasar dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan-kemungkinan nilai yang akan didapatkan oleh
pelanggan setelah melakukan kerja sama atau transaksi dengan BUM
Desa Bersama.

3. Hubungan Konsumen
Hubungan antara BUM Desa Bersama dengan konsumen terdiri atas dua
jenis hubungan, yakni hubungan transaksional dan hubungan jangka
panjang. Hubungan transaksional terjadi ketika BUM Desa Bersama
dengan konsumen melakukan kegiatan transaksi yang sifatnya tidak
secara periodik. Sebagai contoh, toko yang berada terminal tidak akan
membangun hubungan dengan konsumen.Berbeda dengan hubungan
transaksional, hubungan jangka panjang melakukan kegiatan transaksi
secara periodik. BUM Desa Bersama berusaha membangun relasi dengan
pelanggan untuk melakukan transaksi jangka panjang yang telah
disepakati oleh kedua pihak.

4. Saluran Distribusi
Dalam menjalankan bisnis, BUM Desa Bersama menggunakan saluran
distribusi untuk menyalurkan komoditas yang ditawarkan kepada
konsumen. Saluran distribusi dapat disesuaikan berdasarkan cara yang
efektif dan efisien untuk menyalurkan produk kepada konsumen.

5. Mitra Usaha
Dalam pelaksanaannya unit usaha BUM Desa Bersama dapat melakukan
kerja sama dengan pihak lain mendukung unit usaha BUM Desa
Bersama. Oleh karena itu, unit usaha BUM Desa Bersama dari awal harus
menentukan bisnis unit usaha tersebut memerlukan mitra usaha untuk
investasi, promosi, distribusi dan hal-hal yang berkaitan untuk
melengkapi bisnis unit usaha BUM Desa Bersama tersebut.

6. Aktivitas Utama
Setiap bisnis pasti menjalankan kegiatan-kegiatan utama untuk
menghasilkan barang atau jasa untuk konsumen dan menghasilkan uang
bagi perusahaan. Begitupun dengan Unit Usaha BUM Desa Bersama.

39
Kegiatan-kegiatan utama tersebut disebut sebagai aktivitas kunci. Setiap
perusahaan memiliki aktivitas kunci masing-masing. Aktivitas kunci yang
dibutuhkan oleh Unit Usaha BUM Desa Bersama sangat tergantung pada:
a) Barang atau jasa yang ditawarkan oleh Unit Usaha BUM Desa
Bersama.
b) Saluran yang digunakan oleh Unit Usaha BUM Desa Bersama untuk
mendistribusikan produk.
c) Hubungan dengan konsumen yang dibangun oleh Unit Usaha BUM
Desa Bersama.
d) Aliran Pendapatan dari usaha Unit Usaha BUM Desa Bersama.

7. Sumber Daya Utama


Setiap BUM Desa Bersama memiliki dan menggunakan sumber daya
utama untuk menjalankan aktivitas utama masing-masing. Sumber daya
yang digunakan sangat tergantung kepada proporsi nilai, saluran
distribusi, hubungan konsumen, aliran pendapatan, dan lain sebagainya.
Sumber daya utama yang digunakan berupa modal, bahan baku
(material), manusia, teknologi (peralatan/mesin), dan informasi.

8. Struktur Biaya
Dalam melakukan aktivitas usahanya Unit Usaha BUM Desa Bersama
mengeluarkan biaya. Unit Usaha BUM Desa Bersama harus mengenali
biaya yang harus dikeluarkan agar Unit Usaha BUM Desa Bersama dapat
mengetahui kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari bisnis
tersebut. Struktur biaya dari bisnis dapat diketahui dengan
mengidentifikasi 3 (tiga) komponen, yaitu:
a) Biaya yang paling penting dalam bisnis Unit Usaha BUM Desa
Bersama.
b) Sumber daya utama yang paling mahal biayanya.
c) Aktivitas utama yang paling mahal biayanya.

9. Aliran Pendapatan
Identifikasi aliran pendapatan menentukan dari mana Unit Usaha BUM
Desa Bersama memperoleh penghasilan.

C. Kerja Sama Usaha

Salah satu cara mengembangkan usaha adalah melakukan kerja sama


dengan pihak lain yang bergerak di bidang pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kerja sama yang dilakukan
dapat berupa kerja sama penetrasi pasar, promosi, penguatan
kapasitas pengelola BUM Desa Bersama, atau dapat juga dalam bentuk
kerja sama murni antara unit usaha BUM Desa Bersama dengan Pihak
ketiga dengan prinsip saling menguntungkan (symbiosis-mutualisme).

40
BUM Desa Bersama merupakan lembaga pelaksana kegiatan kerja
sama Desa dengan pihak lain yang bersepakat.

Dalam mengembangkan kerja sama di bidang usaha, BUM Desa


Bersama dapat mengambil pilihan peran tertentu yang dapat
meningkatkan fungsinya sebagai lembaga ekonomi milik kerja sama
Desa, baik sebagai distributor, offtaker, maupun produsen.

Individu/Pokmas/Asosias
BUM Desa
i/Koperasi, BUM Desa, Pihak ke-3
dll. Bersama

Produsen Distributor Offtaker

Gambar 4. 7 BUM Desa Bersama Sebagai Distributor

Gambar 4. 8 BUM Desa Bersama Sebagai Mitra Jasa Keuangan

Individu/Pokmas/Asosiasi/Koper
asi, BUM Desa, dll.

BUM Desa
Konsumen
Bersama

Supplier Barang
Pabrikan

Gambar 4. 9 BUM Desa Bersama sebagai Offtaker

41
Gambar 4. 10 BUM Desa Bersama sebagai Produsen

Secara umum, kerja sama yang melibatkan BUM Desa Bersama dapat
dikelompokkan menjadi 5 (lima) jenis, yaitu:

1. Kerja sama BUM Desa Bersama dengan Pelaku Ekonomi


Desa/Produsen Lokal (Individu/Keluarga/Kelompok
Masyarakat/Asosiasi/Koperasi, BUM Desa, dll.)

Kerja sama BUM Desa Bersama dengan pelaku ekonomi lokal Desa
yang melakukan kerja sama melaui BUM Desa Bersama dapat
dilakukan secara lisan tanpa diikat dengan suatu dokumen kontrak
perjanjian bersama. Agar lebih mengikat, keputusan untuk
pelaksanaan kerja sama ini dapat ditetapkan melalui MAD.

Sebagai contoh, BUM Desa Bersama Kecamatan Sukorejo memiliki


usaha di bidang distribusi jambu getas merah, namun tidak memiliki
lahan jambu. BUM Desa Bersama tersebut dapat mengambil hasil
panen jambu getas merah dari petani yang ada di kecamatan Sukerejo.
Model kerja sama untuk kasus seperti ini dapat dilakukan dalam
bentuk “kesepakatan” kedua belah pihak (BUM Desa Bersama dan
petani/kelompok petani jambu getas merah). Hukum adat dan kearifan
berlaku dalam transaksi kerja sama ini.

Model kerja sama antara BUM Desa Bersama dan pelaku ekonomi Desa
dijalankan dengan prinsip mengutamakan kepentingan petani,
peternak, perajin dan organisasi/asosiasi pelaku ekonomi Desa.

2. Kerja sama BUM Desa Bersama dengan Pemasok (Supplier)

Kerja sama antara BUM Desa Bersama dengan pemasok produk


pabrikan atau pertanian berskala lokal ataupun nasional. Kerja sama

42
ini dapat dilakukan oleh BUM Desa Bersama yang mengembangkan
unit usaha di bidang retail atau pertokoan. BUM Desa Bersama dapat
melakukan pemesanan (pre-order) atau dengan faktur (invoice) barang
dangangan ke pihak pemasok. Bentuk perjanjian dari kerja sama ini
tidak dituangkan dalam prosedur kontrak secara terperinci, tetapi
cukup dengan membangun kesepakatan dan kepercayaan antara
kedua belah pihak.

3. Kerja sama BUM Desa Bersama dengan offtaker (Perusahaan


Pengolah)

Dalam kerja sama ini, BUM Desa Bersama berperan sebagai distributor
yang menjual hasil produksi pertanian atau produksi bahan baku
lainnya dari pelaku ekonomi lokal kepada offtaker yang bergerak di
bidang industri pengolahan. Kerja sama model ini harus didahului
dengan perumusan kesepakatan kedua belah pihak melalui MAD dan
dituangkan ke dalam Naskah Perjanjian Bersama.

4. Kerja sama BUM Desa Bersama dengan Penyedia Jasa Keuangan


(bank dan jasa pembiayaan/leasing)

Kerja sama antara BUM Desa Bersama dengan penyedia jasa keuangan
(bank dan jasa pembiayaan/leasing) memosisikan BUM Desa Bersama
sebagai mitra dari penyedia jasa keuangan. BUM Desa Bersama
berperan dalam memfasilitasi masyarakat atau nasabah dalam hal
pelaksanaan kegiatan penyediaan jasa keuangan mitra BUM Desa
Bersama. Meskipun BUM Desa Bersama melaksanakan kegiatan jasa
keuangan, BUM Desa Bersama hanya berperan sebagai perantara
transaksi dan tidak menjadi unit yang dibawahi oleh mitra penyedia
jasa keuangan. Pada pola kerja sama ini juga, BUM Desa Bersama tidak
menanggung kerugian atas usaha yang dijalankan.

5. Kerja sama Produksi BUM Desa Bersama dengan Pihak Lain


(Individu, Kelompok Masyarakat, Lembaga Non-Profit,
Perusahaan, dll.)

Kerja sama antara BUM Desa Bersama dengan pihak lain dalam rangka
menjalankan kegiatan produksi dapat dilakukan dengan menggandeng
pihak lain untuk bersama-sama memiliki saham kepemilikan. Dalam
konteks ini, modal yang dimiliki oleh Desa yang dikelola BUM Desa
Bersama harus lebih besar (lebih dari 50 persen). Kerja sama model ini
juga harus didahului dengan perumusan kesepakatan kedua belah
pihak melalui MAD dan dituangkan ke dalam Naskah Perjanjian
Bersama.

43
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

A. Pembinaan

Pembinaan meliputi kegiatan yang bersifat fasilitasi dan koordinasi


terhadap prakarsa Desa dalam mendirikan dan mengelola BUM Desa
Bersama,

 Pemerintah Pusat
1. Sosialiasi terkait dengan pembentukan, pendirian,
penggabungan, peleburan dan pembubaran BUM Desa Bersama
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.;
2. Mengkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam fasilitasi
pengelolaan BUM Desa Bersama;
3. Melakukan klasifikasi kelas perkembangan BUM Desa Bersama.
 Pemerintah Daerah
1. Fasilitasi terhadap kerjasama desa-desa dalam proses
pembentukan dan pelembagaan BUM Desa Bersama;
2. Fasilitasi pengembangan kapasitas manajemen pengelolaan
BUM Desa Bersama;
3. Fasilitasi pengembangan kerja sama BUM Desa Bersama, pihak
ke tiga dan/atau organisasi masyarakat yang berkompeten
dalam mendampingi proses BUM Desa Bersama;
4. Penyelenggaraan rapat koordinasi untuk membahas potensi,
kendala, masalah, dan kondisi pelayanan usaha yang
dilaksanakan BUM Desa Bersama.

B. Pengawasan

Pengawasan meliputi kegiatan yang bersifat pemantauan dan evaluasi


terhadap BUM Desa Bersama

 Pemerintah Pusat
1. Monitoring dan evaluasi perkembangan BUM Desa Bersama;
2. Melakukan klasifikasi dan pemeringkatan perkembangan BUM
Desa Bersama;
3. Melakukan evaluasi perkembangan kerjasama BUM Desa
Bersama dengan pihak ke tiga;
 Pemerintah Daerah
1. Memantau proses pelembagaan BUM Desa Bersama;
2. Memantau dan memberikan saran terhadap regulasi yang
merugikan BUM Desa Bersama;

44
3. Mengevaluasi perkembangan dan kemajuan BUM Desa Bersama;
4. Menyampaikan laporan berkala tentang perkembangan dan
kemajuan BUM Desa Bersama.

[]

45
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I
Berita Acara Musyawarah Desa

BERITA ACARA
MUSYAWARAH DESA
KERJA SAMA DESA

Dalam rangka kerja sama pemanfaatan potensi ekonomi antara desa-desa di Kecamatan
………………. Kabupaten ................................... Provinsi .............................. maka pada :
Hari dan Tanggal :
Jam :
Tempat :
telah diselenggarakan pertemuan Musyawarah Desa yang dihadiri oleh BPD, Pemerintah
Desa dan wakil-wakil dari masyarakat desa, serta unsur lain yang terkait dengan
pelaksanaan kerja sama antar desa sebagaimana tercantum dalam lampiran Daftar Hadir.

Materi atau topik yang dibahas dalam Forum ini serta yang bertindak selaku unsur pimpinan
dan narasumber adalah :

A. Materi atau Topik :

1. Penyepakatan kerja sama Desa melalui BUM Desa Bersama;


2. Pembahasan dan penyepakatan Peraturan Desa tentang Kerja sama desa
3. pelepasan aset Desa untuk pendirian BUM Desa Bersama; dan
4. pembentukan delegasi untuk mewakili Desa dalam Musyawarah Antar-Desa
mengenai pendirian BUM Desa Bersama.

B. Unsur Pimpinan Rapat dan Nara Sumber

Pimpinan rapat : .................... dari Ketua BPD


Sekretaris / notulen : ............ dari Anggota BPD/KPMD/Masyarakat

Narasumber : 1. ……………………. : …………………..


2. ……………………. : …………………..
3. ……………………. : …………………..
4. ……………………. : …………………..

46
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik diatas selanjutnya
seluruh peserta memutuskan dan dapat menyepakati beberapa hal yang berketetapan
menjadi keputusan akhir dari Musyawarah desa, yaitu :

1. Penyepakatan kerja sama Desa melalui BUM Desa Bersama;


............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

2. Pembahasan dan penyepakatan Peraturan desa tentang Kerja sama desa

............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

3. Pelepasan aset Desa untuk pendirian BUM Desa Bersama;


............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

4. Pembentukan delegasi untuk mewakili Desa dalam Musyawarah Antar-Desa mengenai


pendirian BUM Desa Bersama.
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

Semua keputusan diambil secara musyawarah mufakat yang demokratis dan terbuka.

Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab agar dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………, … September 2016

Pimpinan Rapat Notulen

..................... ..............................

Ketua BPD …………………….

Mengetahui :

KEPALA DESA …………..

47
………………………………..

Mengetahui dan Menyetujui,

Wakil dari Peserta Musyawarah

No. Nama Desa Tanda Tangan

1. ..................................

2. ……………………... 1 .......................... 2 ……………

3. ……………………...

4. ……………………... 3 …………… 4 ………………

5. ……………………...

6. ……………………... 5 ……………… 6 ………………

7. ……………………...

8
8. ……………………... 7 ……………….. ………………..

Pimpinan Rapat

(…………………………)
48
NOTULEN
Musyawarah Desa Tentang Kerja sama Desa

Desa ……………………

…………….., …..September 2016

Sekretaris Rapat

49
DAFTAR HADIR

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Acara : Musyawarah Desa Kerja sama Desa, Desa ………………

C. TANDA TANGAN
NO. N A MA JABATAN/UNSUR
1 Kepala Desa

4 Ketua BPD

5 Wakil Ketua BPD

6 Sekretaris BPD

7 Anggota BPD

8 Anggota BPD

9 Anggota BPD

10 Anggota BPD

11

12

Pimpinan Rapat

(…………………………)

50
LAMPIRAN II
Contoh Peraturan Desa tentang Kerja Sama Desa

KEPALA DESA SUKAMAJU


KABUPATEN SUKAMAKMUR

PERATURAN DESA SUKAMAJU

NOMOR 01 TAHUN 2017

TENTANG

KERJA SAMA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA SUKAMAJU,

Menimbang : a. bahwa pelaksanaan kerja sama Desa yang


dilakukan melalui antar-Desa dan/atau dengan
pihak ketiga ditujukan untuk kesejahteraan
masyarakat Desa;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan
Peraturan Desa tentang Kerja Sama Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang


Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3
Tahun 1953 Tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II Di Kalimantan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

51
Nomor 352) Sebagai Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor
72, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
213, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5717);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana
telah diubah terakhir kali dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5864);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111
Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Perdes (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan

52
Keuangan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata
Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,
Pengurusan Dan Pengelolaan, dan Pembubaran
Badan Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110
Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 89);
10. Peraturan Desa Nomor 03 Tahun 2016 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
….(Lembaran Desa…

Dengan Kesepakatan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SUKAMAJU

dan

KEPALA DESA SUKAMAJU

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DESA TENTANG KERJA SAMA DESA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:

1. Desa adalah Desa Sukamaju.


2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa Sukamaju dibantu perangkat Desa
sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa Sukamaju.

53
3. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
4. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
5. Badan Usaha Milik Desa Bersama, yang selanjutnya disebut BUM Desa
Bersama, adalah badan usaha yang dibentuk dalam skema kerja sama
antar-Desa.
6. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
7. Badan Kerja sama Antar Desa, yang selanjutnya disebut BKAD adalah
pelaksana kerja sama antar-Desa yang ditetapkan melalui Peraturan
Bersama Kepala Desa.
8. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan
untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
9. Peraturan Desa, yang selanjutnya disebut Perdes atau sebutan lainnya
adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa
setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.
10. Peraturan Bersama Kepala Desa atau sebutan lainnya adalah peraturan
yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat mengatur.

BAB II
TUJUAN

Pasal 2

Pengaturan tentang kerja sama Desa bertujuan:

a. acuan kebijakan dalam melakukan kerja sama Desa dengan Desa lain;
dan
b. mengembangkan kapasitas Desa dalam melakukan kerja sama Desa
dengan pihak ketiga.

54
BAB III
PENYELENGGARAAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 3

(1) Kerja sama Desa meliputi:


a. kerja sama Desa dengan Desa lain; dan
b. kerja sama Desa dengan pihak ketiga.
(2) Pemerintah Desa bertanggung jawab dalam melakukan
penyelenggaraan kerja sama Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(3) BPD bertugas menyelenggarakan Musyawarah Desa untuk membahas
dan memutuskan hal strategis mengenai kerja sama Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

Bagian Kedua

Kerja Sama Antar-Desa

Pasal 4

Ruang lingkup kerja sama antar Desa meliputi:

a. pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai


nilai ekonomi yang berdaya saing, melalui pengembangan Desa wisata,
sarana penelitian, dan pengembangan potensi dan konservasi hutan.
b. kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan
pemberdayaan masyarakat antar-Desa; dan/atau
c. bidang keamanan dan ketertiban.

Pasal 5

Pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, dilakukan melalui:

a. pendirian BUM Desa Bersama, yang dilakukan oleh 2 (dua) Desa atau
lebih tanpa membentuk BUM Desa terlebih dahulu;
b. pendirian BUM Desa Bersama, yang dilakukan melalui penggabungan
2 (dua) BUM Desa atau lebih tanpa membubarkan BUM Desa;
c. pendirian BUM Desa Bersama, yang dilakukan melalui peleburan 2
(dua) BUM Desa atau lebih menjadi 1 (satu) BUM Desa Bersama setelah

55
menyatakan kerugian atau kepailitan sesuai peraturan perundang-
undangan; dan/atau
d. kerja sama mengenai pelayanan usaha antar-Desa yang dilakukan oleh
BUM Desa dengan BUM Desa lainnya.

Pasal 6

Kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan


masyarakat antar-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b,
dilakukan melalui:

a. pembentukan lembaga antar-Desa;


b. pelaksanaan program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dapat
dilaksanakan melalui skema kerja sama antar-Desa;
c. perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program pembangunan
antar-Desa;
d. pengalokasian anggaran untuk Pembangunan Desa, antar-Desa, dan
Kawasan Perdesaan; dan
e. kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-
Desa.

Pasal 7

Kerja sama antar Desa bidang keamanan dan ketertiban sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, dilakukan melalui:

a. pembentukan lembaga antar-Desa yang peduli terhadap keamanan dan


ketertiban;
b. pelaksanaan program keamanan dan ketertiban dari Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, yang dapat dilaksanakan melalui skema kerja
sama antar-Desa; dan
c. kegiatan lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-
Desa.

Pasal 8

(1) Dalam pelaksanaan kerja sama antar-Desa dibentuk BKAD.


(2) Susunan organisasi, tata kerja, dan pembentukan BKAD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bersama Kepala
Desa.
(3) BKAD bertanggungjawab kepada kepala Desa.

56
Pasal 9

(1) Untuk menjamin keterwakilan dari seluruh masyarakat Desa dalam


BKAD dibentuk delegasi Desa, yang dipilih melalui Musyawarah Desa.
(2) Delegasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh
kepala Desa dengan beranggotakan dari unsur yang meliputi :
a. perangkat Desa;
b. anggota Badan Permusyawaratan Desa;
c. lembaga kemasyarakatan Desa;
d. lembaga desa lainnya; dan
e. perwakilan masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan
gender.
(3) Delegasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertugas:
a. mengikuti Musyawarah Antar-Desa;
b. membahas kerja sama antar-Desa;
c. penyusunan dan pembentukan Peraturan Bersama Kepala Desa;
dan
d. memberikan informasi hasil Musyawarah Antar-Desa kepada
masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa.
(4) Delegasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Kepala Desa.

Bagian Ketiga

Kerja Sama Desa dengan Pihak Ketiga

Pasal 10

(1) Kerja sama Desa dengan pihak ketiga dilakukan untuk mempercepat
dan meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa.
(2) Kegiatan dalam pelaksanaan kerja sama Desa dengan pihak ketiga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan;
b. layanan sosial dasar, termasuk kesehatan dan pendidikan;
c. peningkatan layanan usaha;dan
d. kerja sama lainnya sesuai dengan kewenangan Desa.
(3) Kegiatan dalam kerja sama Desa dengan pihak ketiga sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh Desa bersama-sama
dengan:
a. individu;
b. perusahaan;

57
c. perguruan tinggi;
d. lembaga mitra pembangunan; dan/atau
e. lembaga swadaya masyarakat.

Pasal 11

(1) Kerja sama Desa dengan pihak ketiga harus dibahas dalam
Musyawarah Desa.
(2) Badan Permusyawaratan Desa bertugas menyelenggarakan
Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan difasilitasi
oleh Pemerintah Desa.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kerja sama Desa dengan
pihak ketiga diatur dengan perjanjian kerja sama.

BAB IV
PEMBIAYAAN

Pasal 12

(1) Pemerintah Desa mengalokasikan besaran anggaran untuk


penyelenggaraan kerja sama Desa, bersumber dari APB Desa.
(2) Badan Permusyawaratan Desa bertugas menyelenggarakan
Musyawarah Desa mengenai kerja sama Desa, dengan sumber
pembiayaan dari anggaran pendapatan dan belanja Desa.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang besaran anggaran penyelenggaraan
kerja sama Desa ditetapkan dalam Perdes tentang anggaran
pendapatan dan belanja Desa.

BAB V
PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 13

(1) Setiap delegasi Desa yang menjadi bagian dari keanggotaan BKAD
harus memberikan informasi penyelenggaraan kerja sama Desa kepada
kepala Desa.
(2) Kepala Desa bertugas menyampaikan laporan hasil penyelenggaraan
kerja sama Desa melalui Musyawarah Desa yang diselenggarakan oleh
Badan Permusyawaratan Desa.
(3) Masyarakat berhak memberikan masukan mengenai kemajuan
pelaksanaan kerja sama Desa melalui Badan Permusyawaratan Desa
dan/atau Pemerintah Desa.

58
(4) Pengambilan keputusan dalam Musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan secara musyawarah mufakat.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 14

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa
Sukamaju.

Ditetapkan di Desa Sukamaju

pada tanggal 24 Februari 2017

KEPALA DESA SUKAMAJU,

JAKA HERMAWAN

Diundangkan di Sukamaju

pada tanggal 24 Februari 2017

SEKRETARIS DESA SUKAMAJU,

ASEP SURASEP

59
LAMPIRAN III
Berita Acara Musyawarah Antar Desa

BERITA ACARA
MUSYAWARAH ANTAR DESA
...................................

Dalam rangka kerja sama pemanfaatan potensi ekonomi antara desa-desa di


Kecamatan ………………. Kabupaten ................................... Provinsi
.............................. maka pada :

Hari dan Tanggal :

Jam :

Tempat :

telah diselenggarakan pertemuan Musyawarah Desa yang dihadiri oleh unsur


Delegasi Desa serta unsur lain yang terkait dengan pelaksanaan kerja sama antar
desa sebagaimana tercantum dalam lampiran Daftar Hadir.

Materi atau topik yang dibahas dalam Forum ini serta yang bertindak selaku
unsur pimpinan dan narasumber adalah :

A. Materi atau Topik :

1. ……………………………………………………………
2. ……………………………………………………………
3. ……………………………………………………………
4. ……………………………………………………………
5. ……………………………………………………………

B. Unsur Pimpinan Rapat dan Nara Sumber

Pimpinan rapat : .................... dari ................................


Sekretaris / notulen : .................... dari ...............................
Narasumber : 1. ……………………. : …………………..

2. ……………………. : …………………..

3. ……………………. : …………………..

4. ……………………. :…………………..

Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik diatas
selanjutnya seluruh peserta memutuskan dan dapat menyepakati beberapa hal
yang berketetapan menjadi keputusan akhir dari Musyawarah desa, yaitu :

1. ……………………………………………………………

60
2. ……………………………………………………………
3. ……………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………

Semua keputusan diambil secara musyawarah mufakat yang demokratis dan


terbuka.

Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab
agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………, … September 2016

Pimpinan Rapat Notulen

........................ ........................

……………………. …………………….

Mengetahui :

KEPALA DESA …………..

………………………………..

61
Mengetahui dan Menyetujui,

Delegasi Desa-desa

No. Nama Desa Tanda Tangan

1. ..........................

2. ……………………. 1 ..................... 2 .................

3. …………………….

4. ……………………. 3 ..................... 4 .................

5. …………………….

6. ……………………. 5 ……………….. 6 .................

7. …………………….

8. ……………………. 7 ……………….. 8 .................

Pimpinan Rapat

(…………………………)

62
NOTULEN
Musyawarah Antar Desa Tentang

……………………

…………….., ….. ……. 20…

Sekretaris Rapat

63
DAFTAR HADIR

Hari :

Tanggal :

Pukul :

Tempat :

Acara : Musyawarah Antar Desa

NO. N A MA JABATAN/UNSUR TANDA TANGAN

10

11

Pimpinan Rapat

(…………………………)

64
LAMPIRAN IV
Contoh Permakades tentang Kerja Sama antar Desa

KABUPATEN CIWINDU

PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA SUKAMAJU, KEPALA DESA


SUKARAYA, KEPALA DESA SUKASUGIH, KEPALA DESA SUKAMULYO,
KEPALA DESA SUKAHATI DAN KEPALA DESA SUKALILO

NOMOR 01 TAHUN 2017

NOMOR 01 TAHUN 2017

NOMOR 01 TAHUN 2017

NOMOR 01 TAHUN 2017

NOMOR 01 TAHUN 2017

NOMOR 01 TAHUN 2017

TENTANG

KERJA SAMA ANTAR DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA SUKAMAJU, KEPALA DESA SUKARAYA, KEPALA DESA


SUKASUGIH, KEPALA DESA SUKAMULYO, KEPALA DESA SUKAHATI
DAN KEPALA DESA SUKALILO

65
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan usaha
bersama, kegiatan kemasyarakatan, pelayanan,
pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat
antar-Desa dilakukan kerja sama antar-Desa;
b. bahwa untuk melaksanakan kerja sama antar
Desa sebagaimana dimaksud dalam huruf a telah
diselenggarakan Musyawarah Antar Desa;
c. bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 92 ayat
(2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa, kerja sama antar-Desa dan
pelaksanaannya oleh Badan Kerja sama Antar-
Desa dituangkan dalam Peraturan Bersama
Kepala Desa;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, b, dan c perlu
menetapkan Peraturan Bersama Kepala Desa
tentang Kerja sama Antar Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang


Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3
Tahun 1953 Tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II Di Kalimantan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 352) Sebagai Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor
72, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
213, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

66
6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5717);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558) sebagaimana
telah diubah terakhir kali dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5864);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111
Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan
di Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 2091);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2093);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun
2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan
Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun
2015 tentang Pendirian, Pengurusan Dan
Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha
Milik Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 296);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110
Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 89);

67
10. Peraturan Desa Sukamaju Nomor 01 Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa
Nomor ….. Tahun 2017);
11. Peraturan Desa Sukaraya Nomor … Tahun 2017
tentang Kerja sama Desa (Lembaran Desa Nomor
…Tahun 2017);
12. Peraturan Desa Sukasugih Nomor …Tahun 2017
tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa Nomor
…Tahun 2017);
13. Peraturan Desa Sukamulyo Nomor …Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa
Nomor …Tahun 2017);
14. Peraturan Desa Sukahati Nomor …Tahun 2017
tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa Nomor
… Tahun 2017);
15. Peraturan Desa Sukalilo Nomor …Tahun 2017
tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa Nomor
…Tahun 2017);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA


SUKAMAJU, KEPALA DESA SUKARAYA, KEPALA
DESA SUKASUGIH, KEPALA DESA SUKAMULYO
, KEPALA DESA SUKAHATI, DAN KEPALA DESA
SUKALILO TENTANG KERJA SAMA ANTAR
DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Bersama Kepala Desa ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah Desa Sukamaju, Desa Sukaraya, Desa Sukasugih, Desa
Sukamulyo , Desa Sukahati, dan Desa Sukalilo, yang berkedudukan di
Kecamatan Cimaung, Kabupaten Ciwindu, Provinsi Kalimantan Barat.
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama
lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
3. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan

68
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
4. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa
yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
5. Badan Usaha Milik Desa Bersama, yang selanjutnya disebut BUM Desa
Bersama, adalah badan usaha yang dibentuk dalam skema kerja sama
antar-Desa yang dimiliki oleh 2 (dua) Desa atau lebih.
6. Badan Kerja sama Antar Desa, yang selanjutnya disebut BKAD adalah
pelaksana kerja sama antar-Desa yang ditetapkan dalam Peraturan
Bersama Kepala Desa.
7. Musyawarah Antar Desa adalah musyawarah antar-Desa yang
dilakukan oleh Desa Sukamaju, Desa Sukaraya, Desa Sukasugih, Desa
Sukamulyo , Desa Sukahati, dan Desa Sukalilo, yang berkedudukan di
kecamatan Cimaung, mengenai agenda pembahasan strategis tentang
kerja sama antar Desa.
8. Peraturan Bersama Kepala Desa atau sebutan lainnya adalah
peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat
mengatur.

BAB II
RUANG LINGKUP KERJA SAMA
Pasal 2
(4) Para pihak perwakilan/delegasi dari Desa telah bersepakat melakukan
kerja sama antar-Desa dengan ruang lingkup:
d. pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa untuk mencapai
nilai ekonomi yang berdaya saing;
e. kegiatan kemasyarakatan, pelayanan dan pembangunan, antar-Desa;
dan/atau
f. bidang pemberdayaan masyarakat.
(5) Kerja sama antar-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
dibahas melalui Musyawarah Antar Desa sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

69
BAB III
BIDANG KERJA SAMA
Pasal 3
Desa melaksanakan kerja sama antar Desa di wilayah kecamatan Cimaung
melalui bidang:

a. pengembangan ekonomi dan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa;


b. kegiatan sosial kemasyarakatan antar-Desa;
c. kegiatan pemberdayaan masyarakat antar-Desa; dan/atau
d. kegiatan pembangunan antar-Desa.

Pasal 4
(1) Desa melakukan kerja sama antar-Desa dalam bidang pengembangan
ekonomi dan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi:
a. pengembangan potensi Desa yang bermanfaat untuk penghidupan
masyarakat Desa, termasuk beras kemasan dan branding, swalayan
Desa, olahan karet, pabrik mini, tempat pembibitan sawit, swalayan
Desa, dan modal usaha untuk kelompok usaha yang dilaksankaan
masyarakat Desa
b. pengembangan aset dan sumberdaya alam termasuk perikanan, air
bersih, wisata, irigasi, Desa wisata hutan, penelitian dan konservasi
hutan, dan produksi garam;
c. pengembangan layanan dasar termasuk layanan air bersih,
persampahan, pembibitan karet dan sawit, penyediaan pupuk bagi
petani, dan pom bensin (SPBU); dan/atau
d. kegiatan usaha bersama lainnya yang dapat diselenggarakan melalui
kerja sama antar-Desa.
(2) Untuk melaksanakan kerja sama antar-Desa melalui pengembangan
usaha bersama yang dimiliki oleh Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), delegasi Desa telah bersepakat melalui Musyawarah Antar
Desa untuk mendirikan BUM Desa Bersama.
(3) Pendirian BUM Desa Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan melalui:
a. pendirian BUM Desa Bersama dilakukan 6 (enam) Desa tanpa
membubarkan BUM Desa yang sudah ada; dan/atau
b. kerja sama mengenai pelayanan usaha antar-Desa yang dilakukan oleh
BUM Desa dengan BUM Desa lainnya.
(4) BKAD bertanggungjawab dalam melakukan fasilitasi pendirian BUM
Desa Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai BUM Desa Bersama diatur dengan
Peraturan Bersama Kepala Desa tersendiri.
70
Pasal 5
(1) Desa melakukan kerja sama antar-Desa dalam bidang sosial
kemasyarakatan antar-Desa meliputi:
a. pengembangan dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui
kegiatan bakti sosial; dan
b. kegiatan kemasyarakatan antar-Desa lainnya yang dapat
diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa.
(2) BKAD bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi pelaksanaan
kegiatan sosial kemasyarakatan antar-Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

Pasal 6
(1) Desa melakukan kerja sama antar-Desa dalam bidang pemberdayaan
masyarakat antar-Desa meliputi:
a. pengembangan dan peningkatan kapasitas masyarakat melalui
penyelenggaraan kursus, pelatihan, dan kegiatan pengembangan
kapasitas yang melibatkan Desa; dan
b. kegiatan pemberdayaan masyarakat antar-desa lainnya yang dapat
diselenggarakan melalui kerja sama antar-desa.
(2) BKAD bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat antar-Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

BAB IV
TATA CARA DAN KETENTUAN PELAKSANAAN KERJA SAMA

Bagian Kesatu

Musyawarah Antar Desa

Pasal 7
(1) BKAD harus terlebih dahulu melakukan pembahasan agenda kerja
sama antar-Desa melalui Musyawarah Antar Desa untuk selanjutnya
disepakati sebagai keputusan bersama.
(2) Musyawarah Antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
membahas dan menyepakati:
a. pembentukan lembaga antar-Desa yang melakukan pelaksanaan
pembangunan antar-Desa;
b. pelaksanaan program pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau
pemerintah kabupaten/kota yang dapat dilaksanakan melalui skema
kerja sama antar-Desa;

71
c. perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pogram pembangunan
antar-Desa;
d. pengalokasian anggaran untuk pembangunan Desa, antar-Desa, dan
Kawasan Perdesaan;
e. masukan terhadap program pemerintah daerah kabupaten yang
dilaksanakan di lokasi Desa yang bersepakat dalam kerja sama antar-
Desa ini; dan/atau
f. hal strategis lainnya mengenai kegiatan lain yang dapat
diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa.
(3) Hasil penyelenggaaan Musyawarah Antar Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dituangkan kedalam Berita Acara Musyawarah Antar Desa
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Badan Kerja sama Antar Desa
Pasal 8
(1) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh BKAD sesuai hasil
kesepakatan Desa.
(2) BKAD terdiri atas perwakilan/delegasi dari:
a. Pemerintah Desa;
b. anggota BPD;
c. lembaga kemasyarakatan Desa atau lembaga adat yang masih aktif di
Desa;
d. lembaga Desa lainnya; dan
e. tokoh atau wakil masyarakat dengan mempertimbangkan keadilan
gender.
(3) BKAD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertanggung jawab kepada
kepala Desa.

Pasal 9
(1) Susunan organisasi BKAD terdiri atas:
a. pengurus; dan
b. pengelola unit kerja atau kelompok kerja.
(2) Pengurus BKAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dalam
Musyawarah Antar Desa, terdiri atas:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. bendahara.
(3) Pengelola unit kerja atau kelompok kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dipilih dalam Musyawarah Antar Desa.

72
(4) Susunan kepengurusan BKAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran sebagai bagian tak terpisahkan dari
Peraturan Bersama Kepala Desa ini.

Pasal 10
(1) Untuk menjamin pelaksanaan tata kerja mengenai kerja sama antar
Desa secara optimal, BKAD dapat menyusun tata kerja dalam bentuk
standar prosedur operasional.
(2) Standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun dan dibahas dalam musyawarah BKAD.
(3) Dalam hal BKAD memperoleh masukan yang bersifat operasional
terhadap rumusan standar prosedural operasional, BKAD dapat
mengundang lembaga atau perorangan yang mempunyai kompetensi
dalam kerja sama antar-Desa.

BAB V
JANGKA WAKTU
Pasal 11
(1) Jangka waktu pelaksanaan kerja sama antar-Desa bersifat tak
terbatas, kecuali terdapat kesepakatan untuk perubahan atau
berakhirnya kerja sama.
(2) Perubahan atau berakhirnya kerja sama antar-Desa harus dibahas dan
disepakati melalui Musyawarah Antar Desa, dengan menyertakan para
pihak yang terikat dalam Peraturan Bersama Kepala Desa ini.
(3) Hasil kesepakatan Musyawarah Antar Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dicantumkan kedalam Berita Acara Musyawarah Antar
Desa sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 12
(5) Masyarakat Desa berhak memberikan masukan mengenai kemajuan
pelaksanaan kerja sama antar-Desa melalui BKAD.
(6) BKAD harus menyediakan sarana pengaduan atas pelaksanaan kerja
sama antar-Desa.
(7) Dalam upaya mencapai transparansi dan akuntabilitas, BKAD harus
menangani pengaduan dari masyarakat Desa dalam waktu yang efektif
dan hasilnya disampaikan kepada publik.

73
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diatur lebih lanjut dalam standar prosedur operasional.

Pasal 13
(1) Setiap perwakilan/delegasi Desa yang menjadi bagian dari keanggotaan
BKAD harus memberikan informasi penyelenggaraan kerja sama antar
Desa kepada kepala Desa.
(2) Kepala Desa bertugas menyampaikan laporan hasil penyelenggaraan
kerja sama antar-Desa melalui Musyawarah Desa mengenai kerja sama
Desa yang diselenggarakan oleh BPD.

BAB VII
PENDANAAN
Pasal 14
Setiap Desa mengalokasikan dana untuk pelaksanaan seluruh bidang
kerja sama antar Desa, yang bersumber dari APB Desa.

Pasal 15
(1) Pembangunan kawasan perdesaan yang berskala lokal Desa harus
diserahkan pelaksanaannya kepada Desa dan/atau kerja sama antar
Desa sesuai ketentuan perundang-undangan.
(2) Dalam hal terdapat sumber pendanaan untuk pembangunan kawasan
perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BKAD melakukan
koordinasi dengan pemerintah kabupaten dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

BAB VIII
TATA CARA PERUBAHAN, PENUNDAAN, DAN PEMBATALAN
KERJA SAMA
Pasal 16
(1) Tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan kerja sama antar-
Desa, dibahas dan disepakati dalam Musyawarah Antar Desa.
(2) Kerja sama antar Desa dinyatakan berakhir apabila:
a. terdapat keadaan luar biasa yang mengakibatkan kerja sama antar
Desa tidak dapat dilaksanakan;
b. salah satu Desa tidak dapat melaksanakan ketentuan dalam Peraturan
Bersama Kepala Desa ini;

74
c. terdapat hal yang merugikan kepentingan Desa, daerah, atau nasional;
atau
d. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 17
BKAD bertugas memfasilitasi Musyawarah Antar Desa mengenai agenda
perubahan, penundaan, dan pembatalan kerja sama antar-Desa.

BAB IX
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 18
(1) Setiap perselisihan yang timbul dalam kerja sama antar Desa,
diselesaikan melalui Musyawarah Antar Desa dan dilandasi semangat
kekeluargaan.
(2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat dalam mengatasi perselisihan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BKAD menyelenggarakan
Musyawarah Antar Desa yang bersifat mendadak dan pengambilan
keputusan berdasarkan suara terbanyak.
(3) Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), penyelesaiannya dapat difasilitasi dan diselesaikan oleh
camat atau sebutan lain.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19

Peraturan Bersama Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Bersama Kepala Desa ini dengan penempatannya dalam
Berita Desa Sukamaju, Desa Sukaraya, Desa Sukasugih, Desa
Sukamulyo , Desa Sukahati, Desa Sukalilo.

Ditetapkan di Ciwindu

pada tanggal 25 Februari 2017

75
Jaka Hermawan Agung Sutanto

Kepala Desa Sukamaju Kepala Desa Sukaraya

Budianto Utomo Rizaldi Imana

Kepala Desa Sukasugih Kepala Desa Sukamulyo

Muhammad Rifkiandi Hartono

Kepala Desa Sukahati Kepala Desa Sukalilo

BERITA DESA SUKAMAJU TAHUN 2017 NOMOR 01

BERITA DESA SUKARAYA TAHUN 2017 NOMOR 01

BERITA DESA SUKASUGIH TAHUN 2017 NOMOR 01

BERITA DESA SUKAMULYO TAHUN 2017 NOMOR 01

BERITA DESA SUKAHATI TAHUN 2017 NOMOR 01

BERITA DESA SUKALILO TAHUN 2017 NOMOR 01

76
LAMPIRAN I PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA
KEPALA DESA SUKAMAJU, KEPALA DESA SUKARAYA,
KEPALA DESA SUKASUGIH, KEPALA DESA SUKAMULYO ,
KEPALA DESA SUKAHATI, dan KEPALA DESA SUKALILO

NOMOR 01 TAHUN 2017

NOMOR 01 TAHUN 2017

NOMOR 01 TAHUN 2017

NOMOR 01 TAHUN 2017

TENTANG KERJA SAMA ANTAR DESA

SUSUNAN KEPENGURUSAN

BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA (BKAD)

KECAMATAN CIMAUNG

PERIODE 2017-2023

KETUA :…

SEKRETARIS :…

BENDAHARA :…

UNIT KERJA / KELOMPOK KERJA

1. BIDANG PENGEMBANGAN EKONOMI DAN USAHA BERSAMA


Koordinator : ..
Anggota :…
2. SOSIAL KEMASYARAKATAN
Koordinator : …
Anggota :…
3. PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ANTAR-DESA
Koordinator : …

77
LAMPIRAN V
Contoh Permakades tentang Pembentukan BUM Desa Bersama

KABUPATEN CIWINDU

PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA SUKAMAJU, KEPALA DESA


SUKARAYA, KEPALA DESA SUKASUGIH, KEPALA DESA
SUKAMULYO , KEPALA DESA SUKAHATI, DAN KEPALA DESA
SUKALILO

NOMOR 02 TAHUN 2017

NOMOR 02 TAHUN 2017

NOMOR 02 TAHUN 2017

TENTANG

PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA BERSAMA

“CIMAUNG MANDIRI”

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA SUKAMAJU, KEPALA DESA SUKARAYA, KEPALA DESA


SUKASUGIH, KEPALA DESA SUKAMULYO , KEPALA DESA SUKAHATI,
DAN KEPALA DESA SUKALILO,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan


pendapatan masyarakat Desa diperlukan
lembaga yang mengelola pelayanan usaha

78
antar-Desa dalam kerangka kerja sama antar-
Desa;
b. bahwa kerja sama antar-Desa sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dilakukan melalui
pembentukan Badan Usaha Milik Desa
Bersama (BUM Desa Bersama) sebagai badan
usaha bercirikan Desa yang dimiliki 2 (dua)
Desa atau lebih;
c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 141 dan
Pasal 143 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47
Tahun 2015, pelaksanaan kerja sama antar-
Desa dalam pembentukan BUM Desa Bersama
diatur dengan Peraturan Bersama Kepala
Desa;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf c perlu
menetapkan Peraturan Bersama Kepala Desa
tentang Pembentukan Badan Usaha Milik
Desa Bersama (BUM Desa Bersama);

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950


tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran
negara Republik Indonesia Nomor 9)
Sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 2 Tahun 1965 Tentang
Perubahan Batas Wilayah kotapraja Surabaya
dan Dati II Surabaya dengan mengubah
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950
Tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa
Timur dan Undang-Undang 16 Tahun 1950
Tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kota
Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DI.
Yogyakarta (Lembaran Negara Republik

79
Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2730)
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5495);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5717);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5558)
sebagaimana telah diubah terakhir kali
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2016 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5864);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111
Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Perdes (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);

80
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2093);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme
Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 159);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang
Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 296);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110
Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 89);
10. Peraturan Desa Sukamaju Nomor 01 Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran
Desa Nomor ….. Tahun 2017);
11. Peraturan Desa Sukaraya Nomor … Tahun
2017 tentang Kerja sama Desa (Lembaran
Desa Nomor …Tahun 2017);
12. Peraturan Desa Sukasugih Nomor …Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran
Desa Nomor …Tahun 2017);
13. Peraturan Desa Sukamulyo Nomor …Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran
Desa Nomor …Tahun 2017);
14. Peraturan Desa Sukahati Nomor …Tahun
2017 tentang Kerja Sama Desa (Lembaran
Desa Nomor … Tahun 2017);
15. Peraturan Desa Sukalilo Nomor …Tahun 2017
tentang Kerja Sama Desa (Lembaran Desa
Nomor …Tahun 2017);

81
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA SUKAMAJU,


KEPALA DESA SUKARAYA, KEPALA DESA
SUKASUGIH, KEPALA DESA SUKAMULYO , KEPALA
DESA SUKAHATI, DAN KEPALA DESA SUKALILO
TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
BERSAMA “CIMAUNG MANDIRI”.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bersama Kepala Desa ini yang dimaksud dengan:

1. Desa adalah Desa Sukamaju, Desa Sukaraya, Desa Sukasugih, Desa


Sukamulyo , Desa Sukahati, dan Desa Sukalilo, yang berkedudukan di
kecamatan Cimaung, Kabupaten Ciwindu, Provinsi Kalimantan Barat.
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama
lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
3. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
4. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa
yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha
lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.
5. Badan Usaha Milik Desa Bersama, yang selanjutnya disebut BUM Desa
Bersama, adalah badan usaha yang dibentuk dalam skema kerja sama
antar-Desa yang dimiliki oleh 2 (dua) Desa atau lebih.
6. Badan Kerja sama Antar Desa, yang selanjutnya disebut BKAD yang
menangani kerja sama antar Desa Sukamaju, Desa Sukaraya, Desa
Sukasugih, Desa Sukamulyo , Desa Sukahati, dan Desa Sukalilo, yang
berkedudukan di kecamatan Cimaung.
7. Musyawarah Antar Desa adalah musyawarah antar-Desa yang
dilakukan oleh Desa Sukamaju, Desa Sukaraya, Desa Sukasugih, Desa

82
Sukamulyo , Desa Sukahati, dan Desa Sukalilo, yang berkedudukan di
kecamatan Cimaung, mengenai agenda pembahasan strategis tentang
kerja sama antar Desa, termasuk BUM Desa Bersama.
8. Peraturan Bersama Kepala Desa atau sebutan lainnya adalah
peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih Kepala Desa dan bersifat
mengatur.
9. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan
digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan
pemberdayaan masyarakat.

BAB II
TUJUAN

Pasal 2

Pengaturan tentang BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” bertujuan


untuk menjamin kepastian hukum mengenai kedudukan BUM Desa
Bersama sebagai lembaga usaha ekonomi Desa dalam melakukan:

a. peningkatan perekonomian Desa;


b. pemanfaatan dan optimalisasi aset Desa untuk kesejahteraan Desa;
c. peningkatan usaha masyarakat Desa dalam pengelolaan potensi
ekonomi Desa;
d. pengembangan rencana kerja sama usaha Desa dengan pihak ketiga;
e. upaya menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung
kebutuhan layanan umum masyarakat Desa;
f. peningkatan kualitas layanan dasar Desa;
g. penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat Desa; dan
h. peningkatan pendapatan masyarakat Desa dan pendapatan asli Desa.

83
BAB III
KEDUDUKAN

Pasal 3

(1) BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” berkedudukan di kecamatan


Cimaung.
(2) Dalam penyelenggaraan BUM Desa Bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) selanjutnya ditetapkan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga.
(3) Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menjadi Lampiran I sebagai bagian tak terpisahkan dari
Peraturan Bersama Kepala Desa ini.

BAB IV
PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN

Bagian Kesatu

Bentuk Organisasi

Pasal 4

Dalam menjalankan usaha ekonomi Desa secara maksimal, BUM Desa


Bersama “CIMAUNG MANDIRI” terdiri dari unit usaha yang mengelola jenis
usaha sesuai hasil pembahasan dan kesepakatan dalam Musyawarah
Antar Desa.

Pasal 5

(1) Dalam hal unit usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4


dibutuhkan pengembangan skala usaha yang lebih besar dan
bermanfaat untuk kepentingan antar-Desa, maka unit usaha BUM
Desa Bersama dapat berbentuk badan hukum privat.
(2) Unit usaha BUM Desa Bersama yang berbadan hukum privat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa lembaga bisnis yang
kepemilikan sahamnya sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa
Bersama dan terbuka untuk masyarakat Desa, terdiri atas:
a. 60 (enam puluh) perseratus dimiliki oleh BUM Desa Bersama; dan
b. 40 (empat puluh) perseratus dimiliki oleh masyarakat Desa.

84
Bagian Kedua

Organisasi Pengelola

Pasal 6

Organisasi pengelola BUM Desa Bersama terpisah dari organisasi


Pemerintahan Desa.

Pasal 7

(1) Susunan kepengurusan BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”


terdiri dari:
a. penasihat;
b. pelaksana operasional; dan
c. pengawas.
(2) BKAD bertanggung jawab dalam membahas susunan kepengurusan
BUM Desa Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui
Musyawarah Antar Desa.
(3) Hasil Musyawarah Antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menjadi Lampiran II sebagai bagian tak terpisahkan dari Peraturan
Bersama Kepala Desa ini.

Bagian Ketiga

Modal

Pasal 8

(1) Modal awal BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” bersumber dari
APB Desa sesuai dengan hasil pembahasan dan kesepakatan dalam
Musyawarah Antar Desa.
(2) Modal BUM Desa Bersama terdiri atas:
a. penyertaan modal Desa; dan
b. penyertaan modal masyarakat Desa.
(3) Kekayaan BUM Desa Bersama yang bersumber dari penyertaan modal
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
kekayaan Desa yang dipisahkan.
(4) Penyertaan modal awal BUM Desa Bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berasal dari masing-masing APB Desa sebesar Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang diberikan secara langsung.
(5) Desa dapat melakukan penyertaan modal Desa kepada BUM Desa
Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sesuai dengan
perkembangan unit usaha BUM Desa Bersama dan/atau kemampuan
keuangan Desa.

85
(6) Penyertaan modal masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b dapat berasal dari masyarakat Desa paling banyak 40
(empat puluh) perseratus dari modal Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (4).
(7) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota dapat memberikan bantuan kepada BUM Desa
Bersama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 9

Ketentuan lebih lanjut tentang modal BUM Desa Bersama tercantum pada
Lampiran II tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga BUM
Desa Bersama sebagai bagian tak terpisahkan dari Peraturan Bersama
Kepala Desa ini.

Bagian Keempat

Pengelolaan Unit Usaha

Pasal 10

(1) BUM Desa Bersama menjalankan usaha ekonomi bersama dengan


memanfaatkan:
a. pengelolaan sumber daya alam yang dikelola antar-Desa;
b. potensi pasar sarana dan prasarana produksi;
c. jasa produksi pertanian meliputi olah lahan, pembibitan, tanam,
panen, penampungan hasil pertanian, dan penanganan pasca
panen;
d. pengolahan dan pemasaran hasil produksi atas jasa produksi
pertanian;
e. usaha perikanan;
f. pariwisata; dan/atau
g. kegiatan usaha ekonomi bersama lainnya sesuai potensi dan
kekuatan Desa.
(2) Dalam menjalankan usaha ekonomi bersama secara maksimal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BUM Desa Bersama dapat
membentuk unit usaha:
a. pengolahan karet;
b. pembibitan karet dan sawit;
c. Desa wisata;
d. Layanan air bersih;
e. Penyediaan pupuk; dan/atau

86
f. Unit usaha lain yang disusun dan ditetapkan berdasarkan
pemetaan potensi yang dikelola BUM Desa Bersama.

Pasal 11

Pengelola unit usaha BUM Desa Bersama bertanggung jawab untuk


menyusun rencana bisnis dan kelayakan usaha) dengan tujuan untuk
memberdayakan dan menguntungkan masyarakat Desa.

Bagian Kelima

Hasil Usaha

Pasal 12

(1) Hasil usaha BUM Desa Bersama merupakan pendapatan yang


diperoleh dari hasil transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya
dan kewajiban pada pihak lain, serta penyusutan atas barang-barang
inventaris dalam 1 (satu) tahun buku.
(2) Besaran hasil usaha BUM Desa Bersama untuk pendapatan asli Desa
selanjutnya diatur dalam Lampiran II anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga BUM Desa Bersama sebagai bagian tak terpisahkan
dari Peraturan Bersama Kepala Desa ini.

Bagian Keenam

Pelaporan

Pasal 13

(1) Pelaksana operasional BUM Desa Bersama sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b harus menyampaikan laporan
pengurusan dan pengelolaan BUM Desa Bersama kepada BKAD dan
kepala Desa setiap akhir tahun dalam Musyawarah Antar Desa.
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya harus
menyampaikan laporan pelaksanaan BUM Desa Bersama kepada
masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa yang diselenggarakan
oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang laporan pelaksanaan BUM Desa
Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Lampiran
II anggaran dasar dan anggaran rumah tangga BUM Desa Bersama
sebagai bagian tak terpisahkan dari Peraturan Bersama Kepala Desa
ini.

87
BAB V
PEMBUBARAN

Pasal 14
(1) Pembubaran BUM Desa Bersama dilakukan dalam hal terdapat
kerugian.
(2) Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dialami BUM
Desa Bersama menjadi beban BUM Desa Bersama dan menjadi
tanggung jawab pelaksana operasional BUM Desa Bersama.

Pasal 15
(1) Dalam hal BUM Desa Bersama tidak dapat menutupi kerugian dengan
aset dan kekayaan yang dimilikinya, maka BUM Desa Bersama
dinyatakan rugi melalui Musyawarah Antar Desa.
(2) Hasil Musyawarah Antar Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat menjadi acuan bagi Kepala Desa untuk mengajukan kerugian
sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Dalam hal unit usaha BUM Desa Bersama yang berbadan hukum
privat mengalami kepailitan, Kepala Desa dan pelaksana operasional
menyampaikan dalam Musyawarah Antar Desa dan diselesaikan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan tentang kepailitan.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16

Peraturan Bersama Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Bersama Kepala Desa ini dengan penempatannya dalam Berita
Desa Sukamaju, Desa Sukaraya, Desa Sukasugih, Desa Sukamulyo , Desa
Sukahati, Desa Sukalilo.

88
Ditetapkan di Cimaung

pada tanggal 25 Februari 2017

Jaka Hermawan Agung Sutanto

Kepala Desa Sukamaju Kepala Desa Sukaraya

Budianto Utomo Rizaldi Imana

Kepala Desa Sukasugih Kepala Desa Sukamulyo

Muhammad Rifkiandi Hartono

Kepala Desa Sukahati Kepala Desa Sukalilo

BERITA DESA SUKAMAJU TAHUN 2017 NOMOR 02

BERITA DESA SUKARAYA TAHUN 2017 NOMOR 02

BERITA DESA SUKASUGIH TAHUN 2017 NOMOR 02

BERITA DESA SUKAMULYO TAHUN 2017 NOMOR 02

BERITA DESA SUKAHATI TAHUN 2017 NOMOR 02

89
LAMPIRAN VI
Contoh AD/ART BUM Desa Bersama

LAMPIRAN I PERATURAN BERSAMA KEPALA


DESA KEPALA DESA SUKAMAJU, KEPALA
DESA SUKARAYA, KEPALA DESA SUKASUGIH,
KEPALA DESA SUKAMULYO , KEPALA DESA
SUKAHATI, dan KEPALA DESA SUKALILO

NOMOR 02 TAHUN 2017

NOMOR 02 TAHUN 2017

NOMOR 02 TAHUN 2017

NOMOR 02 TAHUN 2017

NOMOR 02 TAHUN 2017

NOMOR 02 TAHUN 2017

NOMOR 02 TAHUN 2017

NOMOR 02 TAHUN 2017

TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK


DESA (BUM DESA BERSAMA) “CIMAUNG
MANDIRI”

ANGGARAN DASAR

BADAN USAHA MILIK DESA BERSAMA “CIMAUNG MANDIRI”

BAB I
NAMA DAN KEDUDUKAN

Pasal 1

Badan Usaha Milik Desa Bersama (selanjutnya disingkat BUM Desa


Bersama) ini bernama BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”.

90
Pasal 2

BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” berkedudukan di kecamatan


Cimaung, kabupaten Ciwindu, provinsi Kalimantan Barat.

BAB II
ASAS DAN PRINSIP

Pasal 3

BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” berasaskan Pancasila.

Pasal 4

BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” memiliki prinsip:

a. kooperatif, yaitu semua komponen yang terlibat didalam BUM Desa


Bersama harus mampu melakukan kerja sama yang baik demi
pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya;

b. partisipatif, yaitu semua komponen yang terlibat didalam BUM Desa


Bersama harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan
dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUM
Desa Bersama;

c. emansipatif, yaitu semua komponen yang terlibat didalam BUM Desa


Bersama harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku,
dan agama;

d. transparan, yaitu aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan


masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan
masyarakat dengan mudah dan terbuka;

e. akuntabel, yaitu seluruh kegiatan usaha harus dapat


dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administratif; dan

f. keberlanjutan, yaitu kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan


dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUM Desa Bersama.

91
BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 5

Maksud pembentukan BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” adalah:

a. meningkatkan nilai guna atas aset dan potensi desa untuk kepentingan
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa;
b. meningkatkan kemampuan keuangan Desa dalam penyelenggaraan
kewenangannya dan meningkatkan pendapatan masyarakat Desa
melalui berbagai kegiatan ekonomi masyarakat Desa; dan
c. sebagai wadah untuk mengorganisir usaha mikro, kecil, dan menengah
yang ada di masyarakat perdesaan sehingga terjalin kerja sama antar
Desa dan berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Desa.

Pasal 6

Pendirian BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” bertujuan:

a. meningkatkan kerja sama antar-Desa dalam usaha ekonomi Desa di Kawasan


Perdesaan;
b. mewadahi pelaku ekonomi Desa di Kawasan Perdesaan dalam usaha bersama
yang produktif;
c. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat
Desa di Kawasan Perdesaan;
d. melindungi masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan dari mata rantai
perdagangan yang tidak sehat dan tidak berpihak pada masyarakat Desa; dan
e. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan pendapatan asli Desa
berdasarkan hasil usaha bersama di Kawasan Perdesaan, termasuk di
Kawasan Perdesaan yang telah ditetapkan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB IV

MODAL

Pasal 7

(1) Modal awal BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” bersumber dari
penyertaan modal Desa.

92
(2) Kekayaan BUM Desa Bersama yang bersumber dari penyertaan modal
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
kekayaan Desa yang dipisahkan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber modal diatur dalam anggaran
rumah tangga BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”.

BAB V
KEGIATAN USAHA

Pasal 8

Untuk mencapai tujuan dan pemanfaatan modal secara tepat sasaran,


BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” melakukan kegiatan usaha
ekonomi bersama, meliputi:

g. pengelolaan beras melalui beras kemasan dan usaha pemasaran


(branding) atas beras yang dihasilkan oleh kelompok usaha tani;
h. pengelolaan potensi sayuran, termasuk kacang, terong, dan tomat, yang
diproduksi petani sayuran, dan pengembangan potensi sayuran melalui
swalayan Desa;
i. pengelolaan potensi karet dalam bentuk latex, yang dihasilkan petani
karet, dan pengembangan potensi melalui olahan karet bulat, pabrik
mini, dan tempat pembibitan;
j. pengelolaan potensi sawit (mandiri) melalui pabrik mini dan pembibitan
sawit;
k. pengelolaan usaha produktif tahu, tempe, dan cetak batako, yang
dipasarkan melalui swalayan Desa dan tambahan modal usaha untuk
kelompok usaha produktif dimaksud;
l. pengelolaan potensi alam danau untuk pengembangan usaha
perikanan, air bersih, wisata, dan irigasi;
m. pengelolaan potensi alam hutan Desa oleh masyarakat Desa untuk
pengembangan Desa Wisata, penelitian, dan konservasi;
n. pengelolaan potensi alam sumur garam untuk pengembangan produksi
garam;
o. pengelolaan potensi air bersih untuk dikembangkan menjadi layanan
air gallon;
p. pengelolaan potensi persampahan melalui pengolahan kompos menjadi
pupuk untuk memenuhi kebutuhan petani;
q. pengelolaan potensi pembibitan karet dan sawit untuk memenuhi
kebutuhan petani atas bibit karet dan sawit;

93
r. pengelolaan sarana produksi pertanian termasuk pupuk kimia, pupuk
organik, dan alat pertanian, untuk memenuhi kebutuhan petani skala
lokal Desa;
s. pengelolaan potensi SPBU di sepanjang jalan strategis Desa; dan/atau
t. kegiatan usaha ekonomi bersama lainnya sesuai potensi dan
kepentingan Desa.
Pasal 9

BUM DESA Bersama “CIMAUNG MANDIRI” dapat menyusun prioritas


pengembangan bisnis yang mendukung kegiatan usaha ekonomi bersama,
meliputi:

a. pengembangan ekonomi warga melalui unit usaha pengolahan dan


pembibitan karet dan sawit;
b. pengelolaan sumberdaya alam melalui unit usaha Desa Wisata;
dan/atau
c. pengelolaan layanan dasar melalui unit usaha air bersih dan
penyediaan pupuk.

BAB VI
JANGKA WAKTU BERDIRINYA BUM DESA

Pasal 10

BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” didirikan di kecamatan


Cimaung pada tanggal … ….. 2017 untuk waktu yang tidak terbatas.

Pasal 11

(3) Jangka waktu berdirinya BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”


dinyatakan berakhir berdasarkan alasan:
a. kerugian; atau
b. kepailitan.
(4) Dalam hal terjadi kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, maka pelaksana operasional BUM Desa Bersama menyampaikan
kondisi bahwa BUM Desa Bersama tidak dapat menutupi kerugian
dengan aset dan kekayaan yang dimilikinya, dan selanjutnya
dinyatakan rugi melalui Musyawarah Desa Bersama.
(5) Hasil Musyawarah Desa Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat menjadi acuan bagi Kepala Desa untuk mengajukan kerugian
sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

94
(6) Dalam hal terjadi kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, yang dialami oleh unit usaha BUM Desa Bersama yang
berbadan hukum privat, Kepala Desa dan pelaksana operasional
menyampaikan kondisi kepailitan dimaksud dalam Musyawarah Antar
Desa dan selanjutnya diselesaikan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang kepailitan.

BAB VII
ORGANISASI PENGELOLA

Pasal 12

(1) Dalam rangka pengelolaan BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”


dapat dibentuk kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa
Bersama.
(2) Kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI” sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. penasehat;
b. pelaksana operasional; dan
c. pengawas.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pengangkatan dan
pemberhentian personel organisasi pengelola BUM Desa Bersama
“NUSANTARA” diatur dalam anggaran rumah tangga.

Pasal 13

(1) Dalam menjalankan usaha ekonomi Desa secara maksimal, organisasi


pengelola BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” terdiri dari unit
usaha yang mengelola jenis usaha sesuai hasil pembahasan dan
kesepakatan dalam Musyawarah Desa Bersama.
(2) Unit usaha yang dimiliki dan dikelola BUM Desa Bersama
“NUSANTARA” sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. unit usaha pengolahan dan pembibitan karet dan sawit;
b. unit usaha Desa Wisata; dan/atau
c. unit usaha pelayanan air bersih dan penyediaan pupuk.

Pasal 14

(1) Dalam hal unit usaha BUM Desa Bersama “NUSANTARA” dibutuhkan
pengembangan skala usaha yang lebih besar dan bermanfaat untuk
Desa, maka unit usaha BUM Desa Bersama dimaksud dapat berbentuk
badan hukum privat.

95
(3) Unit usaha BUM Desa Bersama “NUSANTARA” yang berbadan hukum
privat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa lembaga
bisnis yang kepemilikan sahamnya sebagian besar dimiliki oleh BUM
Desa Bersama dan terbuka untuk masyarakat Desa, terdiri atas:
a. 60% (enam puluh perseratus) dimiliki oleh BUM Desa Bersama; dan
b. 40% (empat puluh perseratus) dimiliki oleh masyarakat Desa.

BAB VIII
TATA CARA PENGGUNAAN DAN PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

Pasal 15

(1) Hasil usaha BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” merupakan


pendapatan yang diperoleh dari hasil transaksi dikurangi dengan
pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak lain, serta penyusutan
atas barang-barang inventaris dalam 1 (satu) tahun buku.
(2) Pembagian hasil usaha BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi berdasarkan proporsi
untuk:
a. 35% (tiga puluh lima perseratus) disetorkan kepada Desa sebagai
pendapatan asli Desa;
b. 35% (tiga puluh lima perseratus) digunakan untuk penambahan
modal BUM Desa Bersama;
c. 30% (tiga puluh perseratus) digunakan untuk pelaksana
operasional.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 16

Ketentuan operasional dari Anggaran Dasar diatur lebih lanjut dalam


Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 17

Ketentuan dalam Anggaran Dasar mengikat seluruh personel organisasi


pengelola BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”.

Pasal 18

96
Anggaran Dasar ini disahkan pada Musyawarah Antar Desa di kecamatan
Cimaung, Kabupaten Ciwindu, Provinsi Kalimantan Barat, pada tanggal ..
….. 2017.

Ditetapkan: di kecamatan Cimaung

Tanggal … … 2017

97
ANGGARAN RUMAH TANGGA

BADAN USAHA MILIK DESA BERSAMA

“CIMAUNG MANDIRI”

BAB I
HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 1

(1) Dalam penyelenggaraan kerja sama pengembangan usaha ekonomi


Desa melalui BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”, setiap warga
Desa berhak:
a. memperoleh pelayanan yang aman, bermutu, dan terjangkau;
b. mendapatan informasi tentang pelayanan yang diberikan unit usaha
BUM Desa Bersama; dan
c. mengajukan usulan perbaikan pelayananan kepada personel
organisasi pengelola BUM Desa Bersama;
(2) Kewajiban masyarakat Desa dalam penyelenggaraan usaha ekonomi
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. ikut serta memajukan unit usaha yang dikelola BUM Desa Bersama
“CIMAUNG MANDIRI”;
b. menghormati hak warga Desa lainnya dalam upaya memperoleh
pelayanan yang diberikan BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI”;
c. turut serta dalam program atau kegiatan yang dilakukan oleh BUM
Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”.

Pasal 2

(1) Dalam penyelenggaraan kerja sama pengembangan usaha ekonomi


Desa melalui BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”, setiap
pengelola BUM Desa Bersama berhak:
a. menentukan pengembangan usaha yang menguntungkan Desa di
Kawasan Perdesaan;
b. menerima imbalan jasa pelayanan;
c. melakukan kerja sama untuk pengembangan unit usaha BUM Desa
Bersama;
d. melakukan upaya penyelesaikan sengketa, berkoordinasi dengan
BKAD;
e. mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan
pelayanan; dan

98
f. mempromosikan pengembangan usaha ekonomi yang dijalankan
oleh unit usaha yang dikelola BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI”.
(2) Setiap pengelola BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” dalam
melaksanakan kegiatannya harus:
a. menyusun dan menetapkan rencana bisnis (business plan);
b. menyusun dan menetapkan standar prosedur operasional;
c. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
Desa; dan
d. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
pelayanan usaha yang dikelola.

BAB II
MASA BAKTI

Pasal 3

(1) Masa bakti organisasi pengelola BUM Desa Bersama “CIMAUNG


MANDIRI” adalah 6 (enam) tahun, terhitung sejak anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga ditetapkan.
(2) Setiap tahun organisasi pengelola BUM Desa Bersama dilakukan
evaluasi melalui Musyawarah Desa Bersama yang difasilitasi oleh
BKAD.

BAB III
TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERSONEL
ORGANISASI PENGELOLA

Pasal 4

Dalam pendirian BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”, BKAD


mengusulkan nama-nama yang akan menduduki jabatan dalam
kepengurusan organisasi pengelola BUM Desa Bersama dengan
memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam anggaran
dasar BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” ini.

Pasal 5

BKAD dapat memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Antar Desa


untuk membahas nama-nama calon penasihat, pelaksana operasional, dan
pengawas, untuk selanjutnya ditetapkan dalam kepengurusan dan
dicantumkan pada Lampiran Peraturan Bersama Kepala Desa tentang
BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” ini.

99
Pasal 6

(1) Penasihat dijabat secara ex officio oleh Kepala Desa yang sekaligus
merupakan perwakilan dari Desa dalam BKAD dan camat atau sebutan
lain.
(2) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas:
a. memberikan nasihat kepada pelaksana operasional dalam
melaksanakan pengelolaan BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI”;
b. memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap
penting bagi pengelolaan BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”;
dan
c. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa
Bersama “CIMAUNG MANDIRI”.
(3) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang meminta
penjelasan dari pelaksana operasional mengenai pengurusan dan
pengelolaan BUM Desa Bersama “NUSANTARA”.

Pasal 7

(1) Pelaksana operasional dapat direkrut melalui sistem rekrutmen yang


terbuka dan dilaksanakan dalam Musyawarah Antar Desa.
(2) Susunan kepengurusan pelaksana operasional dapat terdiri atas:
a. manajer;
b. sekretaris;
c. bendahara; dan
d. kepala unit usaha.
(4) Pelaksana operasional bertugas :
a. mengelola BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” di Kawasan
Perdesaan;
b. menumbuhkan prakarsa kerja sama antar BUM Desa Bersama
“CIMAUNG MANDIRI”;
c. mengembangkan kerja sama antara BUM Desa Bersama dan BUM
Desa “CIMAUNG MANDIRI”;
d. mengembangkan kerja sama BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI” dengan badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, dan/atau pihak swasta;
e. mewakili BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” di dalam dan di
luar pengadilan dalam pengurusan dan pengelolaan usaha Desa;
f. bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh BUM Desa
Bersama “CIMAUNG MANDIRI”; dan

100
g. melaksanakan tugas administrasi pengembangan BUM Desa
Bersama.
(5) Dalam pelaksanaan tugas administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf g, pelaksana operasional melakukan:
a. penyusunan laporan keuangan BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI”;
b. penyusunan laporan perkembangan kegiatan BUM Desa Bersama
“CIMAUNG MANDIRI”; dan
c. penyampaian laporan pertanggungjawaban pengurusan dan
pengelolaan BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” kepada
Penasihat secara berkala.
(6) Dalam melaksanakan tugas administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), pelaksana operasional dapat mengangkat karyawan sesuai
dengan kebutuhan, yang berasal dari warga Desa yang bersepakat
membentuk BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”, dan harus
disertai dengan uraian tugas berkenaan dengan tanggung jawab,
pembagian peran, dan aspek pembagian kerja lainnya.
Pasal 8
(1) Persyaratan menjadi pelaksana operasional meliputi:
b. warga Desa yang mempunyai jiwa wirausaha;
c. berkepribadian baik, jujur, adil, cakap, dan perhatian terhadap
usaha ekonomi Desa di Kawasan Perdesaan;
d. pendidikan minimal setingkat sekolah menengah umum, madrasah
aliyah, sekolah menengah kejuruan, atau sederajat; dan/atau
e. tidak menjadi perangkat Desa sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pelaksana Operasional dapat diberhentikan dengan alasan:
b. meninggal dunia;
c. telah selesai masa bakti sebagaimana diatur dalam anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI”;
d. mengundurkan diri;
e. tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik sehingga menghambat
perkembangan kinerja BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI”;
f. terlibat kasus pidana dan telah ditetapkan sebagai tersangka sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 9
(1) Pengawas berasal dari unsur BKAD dan/atau pihak kecamatan.
(2) Susunan Pengawas terdiri dari:

101
b. ketua;
c. wakil ketua merangkap anggota;
d. sekretaris merangkap anggota;
e. anggota.
(3) Pengawas bertugas melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap
kinerja pelaksana operasional BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI” sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(4) Pengawas dapat meminta kantor akuntan publik untuk melakukan
pemeriksaan laporan keuangan BUM Desa Bersama “CIMAUNG
MANDIRI” secara periodik.
(5) Hasil pengawasan dan pemeriksaan laporan keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) harus disampaikan kepada publik melalui
Musyawarah Antar Desa yang difasilitasi oleh BKAD sebagai bentuk
akuntabilitas dan transparansi.

BAB IV
PENETAPAN JENIS USAHA

Pasal 10

Dalam menjalankan usaha ekonomi Desa secara maksimal bagi


masyarakat Desa, BUM Desa Bersama telah menetapkan unit usaha:

a. pengolahan dan pembibitan karet dan sawit;


b. Desa Wisata; dan
c. layanan air bersih dan penyediaan pupuk.

Pasal 11

Pengelola unit usaha BUM Desa Bersama melaksanakan tugas dan


tanggung jawab untuk menyusun kerangka bisnis yang memberdayakan
dan menguntungkan masyarakat Desa, antara lain:

a. pengelolaan beras melalui beras kemasan dan usaha pemasaran


(branding) atas beras yang dihasilkan oleh kelompok usaha tani;
b. pengelolaan potensi sayuran, termasuk kacang, terong, dan tomat, yang
diproduksi petani sayuran, dan pengembangan potensi sayuran melalui
swalayan Desa;
c. pengelolaan potensi karet dalam bentuk latex, yang dihasilkan petani
karet, dan pengembangan potensi melalui olahan karet bulat, pabrik
mini, dan tempat pembibitan;
d. pengelolaan potensi sawit (mandiri) melalui pabrik mini dan pembibitan
sawit;

102
e. pengelolaan usaha produktif tahu, tempe, dan cetak batako, yang
dipasarkan melalui swalayan Desa dan tambahan modal usaha untuk
kelompok usaha produktif dimaksud;
f. pengelolaan potensi alam danau untuk pengembangan usaha
perikanan, air bersih, wisata, dan irigasi;
g. pengelolaan potensi alam hutan Desa oleh masyarakat Desa untuk
pengembangan Desa Wisata, penelitian, dan konservasi;
h. pengelolaan potensi alam sumur garam untuk pengembangan produksi
garam;
i. pengelolaan potensi air bersih untuk dikembangkan menjadi layanan
air gallon;
j. pengelolaan potensi persampahan melalui pengolahan kompos menjadi
pupuk untuk memenuhi kebutuhan petani;
k. pengelolaan potensi pembibitan karet dan sawit untuk memenuhi
kebutuhan petani atas bibit karet dan sawit;
l. pengelolaan sarana produksi pertanian termasuk pupuk kimia, pupuk
organik, dan alat pertanian, untuk memenuhi kebutuhan petani skala
lokal Desa;
m. pengelolaan potensi SPBU di sepanjang jalan strategis Desa; dan/atau
n. kegiatan usaha ekonomi bersama lainnya sesuai potensi dan
kepentingan Desa.

BAB V
SUMBER MODAL

Pasal 12

(1) Modal awal BUM Desa Bersama “CIMAUNG MANDIRI” bersumber dari
APB Desa sesuai dengan hasil pembahasan dan kesepakatan dalam
Musyawarah Antar Desa.
(2) Penyertaan modal awal BUM Desa Bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berasal dari masing-masing APB Desa sebesar Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang diberikan secara
langsung.
(3) Modal BUM Desa Bersama “NUSANTARA” sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan jumlah modal yang disetorkan oleh Pemerintah
Desa secara akumulatif dan ditujukan untuk kegiatan unit usaha yang
berada dibawah pengelolaan BUM Desa Bersama.

103
Pasal 13

(8) Dalam rangka untuk penambahan modal, Desa dapat melakukan


penyertaan modal Desa kepada BUM Desa Bersama sesuai dengan
perkembangan unit usaha BUM Desa Bersama dan/atau kemampuan
keuangan Desa.
(9) Selain penambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
masyarakat Desa dapat melakukan penyertaan modal kepada BUM
Desa Bersama paling banyak paling banyak 40 (empat puluh)
perseratus dari modal awal pendirian BUM Desa Bersama yang
bersumberkan dari APBDesa.

Pasal 14

BUM Desa Bersama “NUSANTARA” dapat menerima bantuan


pengembangan usaha yang ditujukan dalam rangka pengembangan usaha
ekonomi bersama dari pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau pihak
ketiga.

(1) Ketentuan bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


melalui Musyawarah Antar Desa yang dapat difasilitasi
penyelenggaraannya oleh Badan Kerja sama Antar Desa (BKAD).

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Ketentuan dalam Anggaran Rumah Tangga mengikat seluruh personel


organisasi pengelola BUM Desa Bersama.

Pasal 16

disahkan pada Musyawarah Antar Desa di kecamatan Cimaung,


Kabupaten Ciwindu, Provinsi Kalimantan Barat, pada tanggal .. ….. 2017.

Ditetapkan: di kecamatan Cimaung

Tanggal … …. 2017

104
LAMPIRAN VII
Contoh Perjanjian Kerja Sama BUM Desa Bersama dengan Pihak Lain

PERJANJIAN KERJA SAMA

BADAN USAHA MILIK DESA BERSAMA PLASMA PETIK SARI

DAN

PT FRUIT-ING INDONESIA

NOMOR : 019.2/003/BUMDESMA/P2S/III/2018

NOMOR : FI/02/III/2018/PKS

TENTANG

PENGELOLAAN HASIL HORTIKULTURA JAMBU BIJI GETAS MERAH

Pada hari ini,Rabu tanggal tujuh bulan maret tahun dua ribu delapan belas, (07-03-
2018) bertempat di desa Kalipakis kecamatan Sukorejo kami yang bertanda tangan
di bawah ini:

I. EDY AFANDI : Direktur Badan Usaha Milik Desa


Bersama Plasma Petik Sari, yang
berkedudukan di Jl.Lingkar Selatan
Terminal Sukorejo Rt.1 Rw.6, Desa
Trimulyo ,Kecamatan Sukorejo,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah
51363, yang didirikan berdasarkan
Anggaran Dasar BUMDesa Bersama
Plasma Petik Sari sebagaimana
termuat dalam Peraturan Bersama
Kepala Desa Nomor 2 Tahun 2018

105
tanggal 25 Januari 2018, dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama
jabatannya, serta sah mewakili,
selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KESATU.

II. Dr.Drs.Ec.IWAN WINARDI, MM : Direktur PT Fruit- Ing Indonesia,


berkedudukan di Kawasan Industri
Gresik, Kav. G22, Jl. KIG Raya Barat,
Randuagung, Kec. Gresik, Kabupaten
Gresik, Jawa Timur 61121, yang
didirikan berdasarkan Anggaran Dasar
PT. Fruit- Ing Indonesia sebagaimana
termuat dalam Akta Pendirian PT. Fruit-
Ing Indonesia Nomor 14 tanggal 31-10-
2007 yang dibuat dihadapan Ny Fanny
Landryani Sarjana Hukum Notaris di
Sidoarjo dan telah disahkan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia berdasarkan Surat
Keputusan Nomor : C-05975 HT .01.01-
TH.2007 tahun 2007 tanggal 11
Desember , dalam hal ini bertindak
untuk dan atas nama jabatannya, serta
sah mewakili PT Fruit- Ing Indonesia,
yang selanjutnya disebut sebagai
PIHAK KEDUA.

Berdasarkan :

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah


Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat II Batang dengan Mengubah Undang- Undang Nomor 13 Tahun
1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Propinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan mulai
berlakunya Undang-Undang Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari Hal Pembentukan

106
Daerah-daerah Kabupaten di Jawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa
Yogyakarta;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya
Tingkat II Semarang;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kerja sama;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2014 tentang Pemberian Fasilitas dan
Insentif Usaha Hortikultura
8. Peraturan Pemerintahan Nomor 109 Tahun 2015 tentang Pembiayaan
Hortikultura;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Kerja sama Daerah;
10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 77/Permentan/OT.140/12/2012 tentang
Sistem Informasi Hortikultura;
11. Peraturan Menteri Desa,Pembangunan Daerah Tertinggal,dan Transmigrasi
Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan;
12. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 36 Tahun 2016 entang
Pembangunan Kawasan Perdesaan DI Provinsi Jawa Tengah;
13. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 6 Tahun 2016 tentang Urusan
Pemerintahan yang menjadi Kewengan Pemerintahan Daerah Kabupaten
Kendal;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Nomor 1 Tahun 2017 tentang Kerja Sama
Daerah.

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA yang secara bersama-sama disebut PARA
PIHAK dan masing-masing disebut PIHAK, terlebih dahulu menerangkan bahwa
dengan telah ditandatangani Kesepakatan Bersama antara Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Pemerintah Kabupaten
Kendal, dan PT Fruit-Ing Indonesia Nomor......, Nomor ......., dan Nomor ..........
tanggal ........ tentang Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Hortikultura di
Kabupaten Kendal., selanjutnya PARA PIHAK bersepakat menindaklanjuti dengan
Kesepakatan Bersama tersebut dalam Perjanjian Kerja Sama tentang Pengelolaan
Hasil Hortikultura Jambu Biji Getas Merah dengan ketentuan dan syarat-syarat
sebagai berikut:

107
BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 1

(1) Maksud Perjanjian Kerja Sama ini adalah landasan PARA PIHAK dalam
Pemanfaatan Hasil Hortikultura Jambu Biji Getas Merah melalui kegiatan
peningkatan produksi dan pemasaran Jambu biji getas merah, dalam rangka
pengembangan produk unggulan kawasan perdesaan.

(2) Tujuan Perjanjian Kerja Sama ini adalah untuk menciptakan sinergi dengan
prinsip saling menguntungkan di antara PARA PIHAK dalam Pemanfaatan
Hasil Hortikultura Jambu Biji Getas Merah dalam rangka menjamin produksi
dan pemasaran produk hortikultura Jambu biji getas merah.

BAB II
RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang lingkup Perjanjian Kerja Sama ini meliputi :

a. Meningkatkan pemanfaatan produk hortikultura jambu biji getas merah;


b. Meningkatkan pengolahan produk hortikultura jambu biji getas merah;
c. Koordinasi antar lembaga terkait penyelenggaraan pemanfaatan kegiatan
dalam rangka peningkatan dan pengembangan ekonomi kawasan perdesaan;
d. Transfer teknologi pengolahan hortikultura; dan/atau
e. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia daerah di bidang pemanfaatan
dan pengolahan produk hortikultura jambu biji getas merah.

BAB III
BIDANG KERJA SAMA

Pasal 3

Bidang Kerja Sama Perjanjian Kerja Sama ini adalah pemanfaatan dan pengolahan
produk hortikultura jambu biji getas merah.

108
BAB IV
HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 4

(1) PIHAK KESATU berhak :


a. memperoleh kepastian penerimaan produk hasil usaha hortikultura
petani/pekebun jambu biji getas merah;
b. monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan, baik sendiri maupun
dengan PIHAK KEDUA;
c. memperoleh pelatihan dalam manajemen usaha;
d. memperoleh petunjuk teknis dan layanan berkualitas terkait peningkatan
dan pengembangan produk unggulan kawasan perdesaan untuk
pengembangan kegiatan masyarakat dalam rangka pembangunan
kawasan perdesaan; dan
e. memperoleh kesepakatan harga jambu biji getas merah Rp.3000,00/Kg
dan setiap tahun akan dievaluasi.

(2) PIHAK KESATU berkewajiban :


a. menyediakan dan menjamin kepastian pasokan produk hortikultura jambu
biji getas merah sesuai jadwal;
b. melakukan pembinaan dan memberikan arahan kepada petani/pekebun
dalam peningkatan kualitas Jambu biji getas merah yang dilaksanakan
bersama PIHAK KEDUA; dan
c. melaksanakan sosialisasi terkait pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini di
lingkungan PIHAK KESATU.

Pasal 5

(1) PIHAK KEDUA berhak :


a. memperoleh kesepakatan harga jambu biji getas merah (Rp.3000/kg) dan
akan dievaluasi setiap tahun;
b. melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan, baik
sendiri maupun dengan PIHAK KESATU; dan
c. mendapatkan fasilitasi untuk memperoleh lokasi tempat
usaha/pengolahan yang selanjutnya digunakan sebagai gudang
berpendingin udara (Cold storage).

(2) PIHAK KEDUA berkewajiban :

a. membeli produk hasil usaha hortikultura petani/pekebun jambu biji getas


merah tanpa memonopoli pemasaran hasil panen dengan harga yang
disepakati;

109
b. membangun tempat pengolahan Jambu biji getas merah;
c. melatih petani/pekebun melalui BUMDesa Bersama dalam pengolahan
pasca panen;
d. melatih BUMDesa Bersama dalam manajemen usaha;
e. memberdayakan masyarakat lokal dalam pengelolaan Jambu biji getas
merah;
f. memberikan petunjuk teknis dan layanan berkualitas terkait peningkatan
dan pengembangan produk Jambu biji getas merah untuk pengembangan
kegiatan masyarakat dalam rangka pembangunan kawasan perdesaan;
dan

BAB V
MEKANISME PEMBAYARAN

Pasal 6

(1) Cara Pembayaran transfer melalui Rekening Bumdes Bersama setelah


barang diterima
(2) Waktu pembayaran paling lama 3 hari setelah barang diterima

BAB VI
PEMBIAYAAN

Pasal 7

Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditandatanganinya Perjanjian Kerja Sama
ini, dibebankan pada anggaran Pendapatan dan Belanja PARA PIHAK.

BAB VII
KERAHASIAAN

Pasal 8

(1) Segala informasi yang diketahui oleh PARA PIHAK baik yang menyangkut
data elektronik, proses pengembangan, riset pasar, pengembangan sistem,
teknik pemasaran, proses perbaikan produk, metode, database penduduk
desa, serta informasi-informasi yang berkaitan dengan Perjanjian Kerja Sama
ini adalah merupakan rahasia dan/atau kerahasiaannya merupakan milik dari
masing-masing PIHAK.

(2) Kecuali dalam rangka pelaksanaan suatu ketentuan peraturan perundang-


undangan yang berlaku, PARA PIHAK sepakat untuk menjaga kerahasiaan
seluruh data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak

110
akan memberikan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari PARA
PIHAK.
BAB VIII

JANGKA WAKTU

Pasal 9

(1) Perjanjian Kerja Sama ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung
sejak tanggal perjanjian kerja sama ini ditandatangani dan dapat diperpanjang,
diubah, serta diakhiri dengan persetujuan tertulis oleh PARA PIHAK.

(2) Pihak yang berniat untuk memperpanjang Perjanjian Kerja Sama ini sebelum
berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terlebih
dahulu memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lainnya paling lambat 3
(tiga) bulan sebelum Perjanjian Kerja Sama ini berakhir.

BAB IX

FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA)

Pasal 10

(1) Tidak dilaksanakannya atau tertundanya pelaksanaan sebagian atau


keseluruhan ketentuan Perjanjian Kerja Sama ini oleh salah satu pihak atau
PARA PIHAK tidak termasuk sebagai pelanggaran atas perjanjian apabila hal
tersebut disebabkan oleh adanya force majeure (keadaan memaksa) yang
dinyatakan oleh Pejabat yang berwenang.

(2) Yang termasuk sebagai force majeure adalah kejadian-kejadian yang dengan
segala daya dan upaya tidak dapat diduga dan tidak dapat diatasi oleh pihak
yang mengalami dan secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan
ketentuan perjanjian ini, yakni peristiwa-peristiwa termasuk namun tidak
terbatas pada:
a. bencana alam / wabah penyakit;
b. pemberontakan / huru-hara / perang;
c. kebakaran;
d. sabotase;
e. pemogokan umum;
f. kebijakan Pemerintah atau instansi yang berwenang yang menghalangi
secara langsung atau tidak langsung untuk terlaksananya Perjanjian ini;
dan / atau
g. gangguan jaringan online / satelit.

111
(3) Pihak yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sehubungan dengan force
majeure, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK lainnya paling lambat dalam
waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak dimulainya kejadian tersebut.
(4) Kelalaian atau keterlambatan PIHAK yang terkena force majeure dalam
memberitahukan kepada pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat mengakibatkan tidak diakuinya peristiwa dimaksud sebagai force
majeure
(5) Semua kerugian dan biaya yang ditanggung oleh salah satu PIHAK sebagai
akibat force majeure tidak menjadi tanggung jawab PIHAK lainnya.

BAB X
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
Pasal 11

(1) Perjanjian Kerja Sama ini berakhir dalam hal :


a. masa berlaku Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
9, telah berakhir dan PARA PIHAK tidak berkeinginan untuk
memperpanjang;
b. salah satu PIHAK tidak melaksanakan atau melanggar ketentuan
Perjanjian Kerja Sama ini;
c. terdapat ketentuan perundang-undangan dan/atau kebijakan Pemerintah
yang tidak memungkinkan berlangsungnya Perjanjian Kerja sama ini; dan
d. adanya keadaan memaksa (force majeure).

(2) Dalam hal PARA PIHAK melanggar ketentuan Perjanjian Kerja Sama ini, dan
pelanggaran tersebut tidak dapat diperbaiki oleh PARA PIHAK dalam jangka
waktu yang telah disepakati, maka Perjanijian Kerja Sama ini dapat dihentikan
sebelum jangka waktunya berakhir oleh salah satu pihak dengan terlebih
dahulu memberitahukan secara tertulis paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kalender sebelum tanggal pengakhiran berlaku efektif.

(3) Hak dan kewajiban PARA PIHAK yang belum dipenuhi pada saat pengakhiran
atau pembatalan sebagaimana dimaksud Perjanjian ini, masih tetap
berlangsung dan tunduk pada ketentuan – ketentuan yang telah disepakati
dalam Perjanjian Kerja Sama ini sampai dengan diselesaikan oleh PARA
PIHAK.

(4) Untuk pengakhiran atau pembatalan Perjanjian Kerja Sama sebagaimana


dimaksud pada ayat (3), PARA PIHAK sepakat untuk mengesampingkan
ketentuan Pasal 1266 KUH Perdata.
BAB XI

112
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 12

(1) Dalam hal dikemudian hari timbul perselisihan sebagai akibat dari
pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini, maka perselisihan tersebut akan
diselesaikan secara musyawarah dan mufakat dalam waktu 30 (tiga puluh)
hari kalender.

(2) Selama perselisihan masih dalam proses penyelesaian, PARA PIHAK harus
tetap melaksanakan kewajiban sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini.

(3) Dalam hal penyelesaian secara musyawarah dan mufakat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, Para Pihak sepakat untuk memilih
penyelesaian melalui pengadilan yang berkedudukan (domisili) hukum di
Pengadilan Negeri Kendal.

BAB XII

ADDENDUM

Pasal 13

Hal-hal lain yang belum diatur dalam Perjanjian Kerja Sama ini baik perubahan
maupun penambahan akan diatur kemudian oleh PARA PIHAK dalam Perjanjian
Tambahan (Addendum), yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Perjanjian
Kerja Sama dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.

BAB XIII
KETENTUAN LAIN – LAIN
Pasal 14

Semua hak dan kewajiban PARA PIHAK berdasarkan Perjanjian Kerja Sama ini
berikut perubahan dan pembaharuannya yang timbul di kemudian hari tidak akan
berakhir karena PARA PIHAK habis masa jabatannya atau karena sebab–sebab
lain dan/atau karena meninggal dunia, Perjanjian Kerja Sama ini akan tetap
berlanjut dan harus ditaati oleh PARA PIHAK.

BAB XIV

113
PENUTUP

Pasal 15

Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari, tanggal,
bulan dan tahun sebagaimana disebut pada awal Perjanjian Kerja Sama, dibuat
dalam rangkap 4 (empat), 2 (dua) bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan
hukum yang sama untuk PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA.

PIHAK KEDUA, PIHAK KESATU,

Dr.Drs.Ec.IWAN WINARDI, MM EDY AFANDI

SAKSI :

Dari PIHAK KESATU

(dr. MIRNA ANNISA.M,Si) (.............................................)

Dari PIHAK KEDUA

(CALVIN ANDRYAN) (.............................................)

114
LAMPIRAN VIII
Laporan Posisi Keuangan dan Kinerja BUM Desa Bersama (Profit dan
Benefit)

115
 BUM Desa Bersama telah
melakukan Pengelolaan
Sampah dan Pengelolaan
Beras melalui masing-
masing unit usaha.
Warga desa telah
memperoleh kemudahan
dalam memenuhi
kebutuhan pangan
khususnya beras.
 Pemerintah desa yang
ikut serta dala BUM Desa
Bersama telah

116
melakukan penyertaan
modal sebesar Rp
350.000.000, dengan
masing-masing desa
menyertakan Rp
50.000.000,00
 Hasil usaha BUM Desa
Bersama per tanggal 31
Desember 2018 sebesar
RP 88.500.000,00 serta
telah melibatkan 11
kelompok tani dalam
kegiatan usaha BUM
Desa Bersama
117

Anda mungkin juga menyukai