Anda di halaman 1dari 118

BUKU PINTAR

Pengembangan
dan Pengelolaan
BUM Desa

Suharyanto
Rossana Dewi
M. Barori

Australian Community Development and Civil Society


Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II
BUKU PINTAR
Pengembangan
dan Pengelolaan
BUM Desa

Suharyanto
Rossana Dewi
M. Barori

Australian Community Development and Civil Society


Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II
Buku Pintar
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN BUM DESA

Penulis : Suharyanto
Rossana Dewi R.
M. Barori
Kontributor : Ramlan, Jaring Mas Bantaeng
Majid Ahmad, Bendahara BUM Desa Lepadi, Dompu
Penyunting : Sutoro Eko Yunanto
Farid Hadi Rahman
Reviewer : Sartono
Penata Letak : Candra Coret
Desain Cover : Budi & Erni
llustrasi : Robot goblok

Copyleft@Diperkenankan untuk melakukan modifikasi,


penggandaan maupun penyebarluasan buku ini untuk kepentingan
pendidikan dan bukan untuk kepentingan komersial dengan tetap
mencantumkan atribut penulis dan keterangan dokumen ini secara
lengkap.

Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD)


Jl. Karangnangka No. 175 Dusun Demangan
Desa Maguwoharjo Kec. Depok Sleman Yogyakarta
Telp./fax: 0274 4333665, mbl: 0811 250 3790
Email: fppd@indosat.net.id
Website: http//www. forumdesa.org

Cetakan Pertama : Februari 2014

14,5 x 21 cm, xvi + 100 Hal


ISBN : 978-602-14643-3-5
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

B
adan Usaha Milik Desa (BUM Desa) merupakan
peng­gerak perekonomian desa. Kebijakan ini ada-
lah intisari pengaturan BUM Desa sebagaimana di­
amanatkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa. BUM Desa dibentuk oleh pemerintah desa untuk
mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan
perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sum-
ber daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahtera­
an masyarakat Desa.
BUM Desa diharapkan dapat mengembangkan unit
usaha dalam mendayagunakan potensi ekonomi. Jika usa­
ha BUM Desa maju dan berkembang, lembaga ini sangat
dimungkinkan untuk mengikuti badan hukum yang telah
ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undang­
an. Namun demikian, BUM Desa tidak hanya berorientasi

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa iii


pada keuntungan keuangan, tetapi juga berorientasi untuk
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.
Seri Buku Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa
ini, dalam masa transisi diterapkannya Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, diharapkan dapat
memberikan gambaran, masukan, arahan teknis bagi para
pihak terlebih pemerintahan desa untuk mengembangkan
BUM Desa di wilayahnya. Yang harus diperhatikan ada-
lah bahwa bahan bacaan ini pun masih dapat direvisi jika
aturan-aturan pelaksanaan dari undang-undang desa telah
ditetapkan.

Jakarta, Februari 2014

DIREKTUR JENDERAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

TARMIZI A. KARIM

iv Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


KATA PENGANTAR ACCESS
Kemandirian desa, mendukung demokratisasi desa,
kearifan lokal, partisipasi, keadilan gender,
penanggulangan kemiskinan, dan akuntabilitas
pembangunan desa

K
emampuan desa untuk mengelola pembangunan le­
bih mandiri yang didukung oleh semua unsur dan
sumber daya desa sangat penting bagi perbaikan
kesejahteraan masyarakat, terlebih bagi masyarakat miskin
di desa. Desa yang dapat menjalankan pengelolaan pemba­
ngunan secara mandiri bukan hanya mampu menggerak-
kan seluruh aset sumber daya yang dimiliki desa, tetapi desa
juga akan mampu memperbaiki kebutuhan dasar warga,
kebutuhan penghidupan, memperjuangkan hak warga dan
menata kehidupan secara berkelanjutan.
Hadirnya serial buku pintar tentang kemandirian desa
ini diharapkan dapat menjadi bacaan segar di desa, khu-
susnya bagi para Kepala Desa, Perangkat Desa, Kader Desa
termasuk Kader Posyandu, para pengelola atau pengguna
keuangan desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa v


juga masyarakat desa - baik laki-laki maupun perempuan
- untuk menata desanya. Buku ini juga menarik untuk di-
baca kawan-kawan para pegiat pemberdayaan masyarakat
dan desa, fasilitator desa, dan rekan-rekan Lembaga Swa-
daya Masyarakat peduli desa. Terlebih dengan lahirnya Un-
dang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka
kehadiran buku-buku pintar ini diharapkan dapat menjadi
salah satu referensi pemberdayaan desa.
Serial buku pintar meliputi 1) Kedudukan dan Kewe­
nang­­­an Desa, 2) Pengelolaan Aset Desa, 3) Pe­ngem­bang­
an Regulasi Desa, 4) Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
dalam Demokrasi Desa, 5) Perencanaan dan Penganggaran
Desa, 6) Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Desa, 7) Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa, 8)
Sis­tem Administrasi dan Informasi Desa, 9) Pertanggung-
jawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dan 10) Re-
posisi Peran Publik Perempuan di Desa. Buku-buku pintar
tersebut disusun terutama berdasarkan pengalaman desa
dan daerah wilayah kerja Program ACCESS Tahap II.
ACCESS Tahap II merupakan program pengembangan
kapasitas warga dan organisasi warga yang didukung oleh
dana hibah dari Pemerintah Australia. Program ini ber­upaya
mendukung kerja-kerja pemberdayaan yang menghargai
aspek lokalitas dan menempatkan perempuan, masyarakat
miskin, dan kelompok marginal sebagai subyek pemba­
ngunan yang memiliki posisi setara dengan pelaku lainnya.

vi Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Akhirnya, kami sampaikan terima kasih sebesar-besar­
nya kepada tim Forum Pengembangan Pembaharuan Desa
(FPPD) yang telah menghimpun serial buku dalam rangka
memberi bahan kepada pelaku dan pejuang di desa dan
daerah untuk membantu mereka mengelola desa dengan
menghargai kearifan lokal serta memanfaatkan peluang
yang diberikan melalui UU Desa menuju desa yang de­
mo­­kra­tis, berkeadilan gender, dan bebas dari kemiskinan
berbagai segi. Semoga buku-buku tersebut dapat menam-
bah khazanah pengetahuan bagi pelaku dan pegiat pem­
ba­ngun­an desa di Indonesia.

Paul Boon
Direktur Program ACCESS Tahap II

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa vii


KATA PENGANTAR
Forum Pengembangan Pembaharuan Desa

M
inimnya anggaran dan pendapatan desa menye­
babkan pembangunan masyarakat desa berjalan
lambat. Walaupun pembangunan banyak dilakukan
di desa, namun bukan serta merta desa menjadi sejahtera.
Pembangunan desa lebih banyak dilakukan oleh pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten serta pihak lain hanya lokasi­
nya di desa. Desa hanya memiliki anggaran yang terbatas
untuk mengelola pembangunannya.
Lahirnya BUM Desa didorong untuk memberikan pi­lih­
an bagi desa mencari peluang dan kesempatannya mem­
perbaiki kesejahteraan rakyatnya melalui usaha-usaha yang
dijalankan bersama. Selain itu juga, BUM Desa bi­sa menjadi
alternatif desa mendapatkan pendapatan asli de­sa sekaligus
memperbaiki pelayanan publiknya.
ACCESS Tahap II telah memfasilitasi masyarakat dan
pemerintahan desa mengembangkan lembaga usaha ini
di desa. Dengan berbekal sumber daya yang dimiliki, desa

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa ix


membuat BUM Desa dengan beragam jenis usaha. Upaya
ini juga banyak mendapatkan dukungan dari pemerintah­
an kabupaten sehingga ada dukungan dan program khu-
sus BUM Desa. Usaha ini ada yang berjalan baik namun
ada pula yang berjalan di tempat. Tantangan sebagai sebu­
ah lembaga usaha yang baru didirikan yang mempunyai
tu­juan bukan saja ekonomi namun juga sosial tidak mudah
dilakukan. Apalagi untuk urusan menjalankan sebuah usa­
ha atau bisnis yang menguntungkan. Buku ini menampil-
kan pengalaman sukses berikut tantangan mendirikan BUM
Desa di wilayah kerja ACCESS Tahap II maupun lokasi lain.
Beragam usaha dipilih oleh desa sebagai usaha yang dija­
lan­kan BUM Desa, ada yang usahanya satu jenis ada pula
yang lebih dari satu. Pengalaman beberapa desa, pendi­rian
BUM Desa dimulai dengan mengurus kelembagaannya bu-
kan usahanya. Mereka mulai mencari pengurus, membuat
struktur organsasi, dan membuat aturan-aturan. Namun
ada pula yang penting asal jalan dulu usahanya.
Buku ini ditulis secara ringkas namun dilengkapi de­ngan
potongan pengalaman berbagai BUM Desa dari ber­bagai dae-
rah. Semoga buku ini bisa menjadi “bacaan awal” tentang apa
itu BUM Desa, bagaimana mendirikan dan mengelolanya.

Sutoro Eko Yunanto


Ketua Steering Committee

x Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR PMD............................................. iii


KATA PENGANTAR ACCESS....................................... v
KATA PENGANTAR FPPD........................................... xi
DAFTAR ISI................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN.................................................. xv

Pengantar.................................................................... 1
Apa itu BUM Desa? ..................................................... 5
Mengapa Dibentuk BUM Desa? .................................. 8
Apa Perbedaan antara BUM Desa dengan Koperasi?... 10
Apakah Dasar Hukum Pembentukan BUM Desa?........ 11
Apa Maksud dan Tujuan dari Pembentukan BUM Desa?. 11
Siapa yang Berinisiatif Mendirikan BUM Desa?............ 15
Apa Persyaratan Mendirikan BUM Desa?...................... 16
Siapa Pemilik BUM Desa?............................................ 17
Unit Usaha Apa yang dapat Diselenggarakan oleh
BUM Desa?................................................................. 18
Bagaimana Tahapan Pembentukan BUM Desa?.......... 23

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa xi


Bagaimana Prinsip Pengelolaan BUM Desa?................ 26
Dari Mana Sumber Modal BUM Desa?......................... 28
Siapakah yang Terlibat dalam Musyawarah Desa?........ 30
Apakah BUM Desa dapat Saling Bekerjasama?............ 32
Apakah yang Dimuat dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)?........................... 34
Bagaimana Laporan Pertanggungjawaban Penge­lola
BUM Desa?................................................................. 36
Siapa yang Mengawasi BUM Desa?............................. 37
Bagaimana Kedudukan & Status Kelembaga­an
BUM Desa .................................................................. 39
Bagaimana agar BUM Desa Tidak Berselisih de­ngan
Usaha yang Telah Berkembang Sebe­lumnya?.............. 42
Pengalaman dan Pembelajaran ................................... 43

DAFTAR PUSTAKA...................................................... 47
TENTANG PENULIS.................................................... 49
PROFIL FPPD............................................................. 51

LAMPIRAN-LAMPIRAN (CONTOH)
Lampiran 1:
Berita Acara Pendirian BUM Desa Rama Mandiri Desa
Rantau Makmur Kecamatan Rantau Pulung Kabupaten
Kutai Timur. ................................................................ 53

xii Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Lampiran 2:
Berita Acara Musyawarah Pemilihan Pengurus
BUM Desa Ganting Desa Labbo Periode 2012 – 2014. 54

Lampiran 3:
Peraturan Desa Sekotong Tengah Kecamatan
Sekotong Kabupaten Lombok Barat........................... 57

Lampiran 4:
Anggaran Dasar (AD) BUM Desa “Maccini Baji“
Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabupaten
Bantaeng..................................................................... 66

Lampiran 5:
Anggaran Rumah Tangga (ART) BUM Desa
“Maccini Baji“ Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu
Kabupaten Bantaeng................................................... 79

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa xiii


DAFTAR SINGKATAN

AD : Anggaran Dasar
ART : Anggaran Rumah Tangga
BPD : Badan Permusyawaratan Desa
BUM Desa : Badan Usaha Milik Desa
CV : Commanditaire Vennontscahp (Persekutuan
Komanditer)
FPPD : Forum Pengembangan Pembaharuan Desa
Gapoktan : Gabungan Kelompok Tani
LPMD : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
Musdes : Musyawarah Desa
NTB : Nusa Tenggara Barat
PAD : Pendapatan Asli Desa
PAM : Perusahaan Air Minum
Perdes : Peraturan Desa
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PMD : Pemberdayaan Masyarakat Desa
PT : Perseroan Terbatas
SOP : Standard Operating Procedure
UPKD : Unit Pengelola Keuangan Desa

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa xv


PENGEMBANGAN
DAN PENGELOLAAN BUM Desa

Pengantar
Desa mempunyai otonomi dalam menyelenggarakan
pe­merintahan, pembangunan dan mengembangkan kehi­
dup­an kemasyarakatan berdasarkan modal sosial yang
ada. Untuk itu, perlu ditopang 3 pilar utama, yaitu:
1. Kelembagaan pemerintahan,
2. Kelembagaan kemasyarakatan, dan
3. Kelembagaan ekonomi desa.

Selama ini pembangunan ekonomi desa merupakan


sub­
sistem dari pembangunan ekonomi kabupaten/kota,
provinsi serta penopang ekonomi secara nasional. Potensi
sumber daya alam sebagian besar terdapat di daerah per-
desaan berupa lahan pertanian, sumber air, hutan dan per-
tambangan serta sumber daya manusia atau tenaga kerja.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 1


Ketahanan perekonomian nasional juga berada di desa,
oleh sebab itu pengembangan ekonomi perdesaan menja­
di hal yang wajib untuk dilakukan.

2 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Desa sebagai pemerintahan terendah sejatinya menja­
di sandaran bagi kehidupan dan penghidupan warganya.
Di desa banyak berkembang kearifan budaya, etika dan re­
la­si sosial kemasyarakatan. Dalam upaya menyejahterakan
masyarakat serta memperkuat ekonomi penghidupan war­
ga­nya, desa dapat mendirikan BUM Desa sesuai dengan
kebutuhan dan potensi desa.
Kabupaten Dompu (NTB) dan Bantaeng (Sulawesi Se-
latan) merupakan kabupaten di wilayah kerja ACCESS Tahap
II yang merespon cepat penguatan ekonomi desa dengan
mendirikan BUM Desa sebagai lembaga yang men­dukung
kesejahteraan warga masyarakat secara khusus dan men-
dorong kemandirian desa secara umum. Ka­bu­paten Dom-
pu mengembangkan BUM Desa LKM yang bergerak dalam
usaha simpan pinjam dan lumbung pangan. BUM Desa
Nusa Jaya adalah contoh menarik yang menunjukkan
bahwa warga masyarakat memperoleh manfaat ekonomi
sekaligus manfaat sosial karena lem­baga ekonomi desa ini
mampu menjamin kebutuhan warga ketika musim pace­
klik tiba melalui program lumbung pangan. Saat ini Dom-
pu dan beberapa kabupaten di provinsi NTB tengah mem-
persiapkan payung hukum un­tuk memperkuat BUM Desa
melalui lembaga keuangan mikro yang memberi pelayanan
serta membuka akses keuangan warga guna menggerak-
kan dan meningkatkan perekonomian desa. Respon cepat
terhadap BUM Desa dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 3


Kabupaten Bantaeng dengan menerbitkan Perbup No.10
/2006 tentang Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan
BUM Desa di Bantaeng yang dilandasi keberadaan UU No.
32/2004 dan PP No. 72/2005. Ada tiga tahap yang dilalui
Kabupaten Bantaeng untuk mewujudkan BUM Desa, yaitu:
1. Memfasilitasi pendirian kelembagaan BUM Desa di 46
desa pada tahun 2008;
2. Memberi penguatan kapasitas untuk pengelolaan BUM
Desa pada tahun 2009, diantaranya pelatihan, pen-
dampingan bagi pengelola, dan persiapan pemben­
tuk­an organisasi dan pemilihan usaha;
3. Memberi penguatan modal usaha pada tahun 2010
dalam bentuk dana hibah untuk 46 BUM Desa, ma­
sing-masing memperoleh 100 juta rupiah;
4. Memberikan bantuan sarana transportasi (mobil) ke­pa­
da BUM Desa terpilih sebagai modal pengembangan
unit usaha.

Inisiatif pemerintah daerah tersebut diterima dengan


baik oleh warga masyarakat desa dengan menyelenggara­
kan musyawarah desa untuk pembentukan BUM Desa. BUM
Desa sebagai lembaga perekonomian desa, dimiliki dan di­
kelola secara bersama-sama oleh pemerintah desa dan war-
ga masyarakat secara mandiri. Keberhasilan pendirian BUM
Desa di beberapa daerah mampu menginspirasi kabupaten
dan desa lainnya untuk mendirikan BUM Desa. Beberapa

4 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


kabupaten sudah membentuk Perda tersendiri tentang BUM
Desa seperti Perda Kab. Bima No. 5/2007, Perda Kab. Lom-
bok Timur No. 10/2009 dan Perda Kab. Lombok Barat No.
5/2011. Di beberapa wilayah kerja ACCESS Tahap II, Ra­per­
da BUM Desa juga sedang bergulir.

Apa itu BUM Desa?


Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) adalah usaha desa
yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa yang kepemi-
likan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pe­merintah
desa dan masyarakat. (Permendagri No. 39/2010).
Dalam UU No. 6/2014 tentang Desa menyebutkan
bahwa :
(1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang
disebut BUM Desa.
(2) BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan
dan kegotongroyongan.
(3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekono-
mi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentu­
an peraturan perundang-undangan.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 5


Pasal 88 menyebutkan bahwa:
(1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah
Desa.
(2) Pendirian BUM Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.

Pasal 89 menyebutkan tentang Hasil usaha BUM Desa


dimanfaatkan untuk:
a. pengembangan usaha; dan
b. Pembangunan Desa, pemberdayaan masyarakat De­sa,
dan pemberian bantuan untuk masyarakat miskin me­
lalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana ber­gu­lir
yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Be-
lanja Desa.

Pasal 90 menyebutkan bahwa Pemerintah, Pemerintah


Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, dan
Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa
dengan:
a. memberikan hibah dan/atau akses permodalan;
b. melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar;
dan
c. memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sum-
ber daya alam di Desa.

6 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 7
Mengapa Dibentuk BUM Desa?
Badan Usaha Milik Desa dibentuk/didirikan dalam upa­
ya memperkuat perekonomian desa berdasarkan kebu­tuh­
an dan potensi desa terutama untuk meningkatkan Penda-
patan Asli Desa (UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan
Daerah). BUM Desa diharapkan mampu meningkatkan
sum­ber pendapatan desa untuk pembangunan. BUM Desa
sebagai  salah  satu lembaga ekonomi yang beroperasi di
per­desaan, memiliki perbedaan dengan lembaga  ekonomi
pada  umumnya (Pra Koperasi, Koperasi, PT, LKM dan CV).
Hal ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUM
Desa mampu memberikan kontribusi yang signifikan ter­
ha­dap peningkatan APB Desa yang mampu mensejahtera­
kan warga desa, dapat menekan  berkembangnya sistem
usa­ha kapitalistis di perdesaan yang dapat mengakibatkan
ter­ganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.
Pada penjelasan UU No. 6/2014 tentang Desa Pasal
87 Ayat (1) menyebutkan bahwa:
BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa untuk men­
da­yagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan per­
eko­nomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
ma­syarakat Desa.
BUM Desa secara spesifik tidak dapat disamakan de­
ngan badan hukum seperti Perseroan Terbatas, CV, atau

8 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Koperasi. Oleh karena itu, BUM Desa merupakan suatu
badan usaha bercirikan Desa yang dalam pelaksanaan ke­
giatannya di samping untuk membantu penyelenggaraan
Pe­merintahan Desa, juga untuk memenuhi kebutuhan ma­
sya­rakat Desa. BUM Desa juga dapat melaksanakan fungsi
pelayanan jasa, perdagangan, dan pengembangan ekono-
mi lainnya.
Dalam meningkatkan sumber pendapatan Desa, BUM
Desa dapat menghimpun tabungan dalam skala lokal ma­
sya­rakat Desa, antara lain melalui pengelolaan dana bergu­
lir dan simpan pinjam.
BUM Desa dalam kegiatannya tidak hanya berorientasi
pada keuntungan keuangan, tetapi juga berorientasi untuk
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa.
BUM Desa diharapkan dapat mengembangkan unit
usaha dalam mendayagunakan potensi ekonomi. Dalam
hal kegiatan usaha dapat berjalan dan berkembang de­
ngan baik, sangat dimungkinkan pada saatnya BUM Desa
mengikuti badan hukum yang telah ditetapkan dalam ke-
tentuan peraturan perundang-undangan.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 9


Apa Perbedaan antara BUM Desa dengan
Koperasi?
Perbedaan penting antara BUM Desa dengan Kope-
rasi antara lain: BUM Desa dibentuk/didirikan oleh peme­
rintah desa dan warga desa sehingga kekuasaan tertinggi
ada pada Musyawarah Desa. Sedangkan Koperasi adalah
kelembagaan ekonomi yang didirikan oleh beberapa orang
yang mempunyai tujuan sama, dan kekuasaan tertinggi
ada pada Rapat Anggota. Keuntungan usaha BUM Desa
berupa SHU (Sisa Hasil Usaha) menjadi pendapatan bagi
PADes (Pendapatan Asli Desa) dan digunakan untuk kese­
jah­teraan warga desa lewat pembangunan. Sedangkan ke-
untungan SHU dalam Koperasi dibagikan untuk kesejah­
teraan anggota koperasi.

Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil


ke­kayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong
royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah. (UU
No. 6/2014 tentang Desa)

10 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Apakah Dasar Hukum Pembentukan BUM
Desa?
1. Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun
2010 tentang Badan Usaha Milik Desa;1
3. Peraturan Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) tentang
BUM Desa.

Apa Maksud dan Tujuan dari Pembentukan


BUM Desa?
Pada hakekatnya pembentukan BUM Desa didasarkan
pada kebutuhan, potensi, dan kapasitas desa.

Maksud pembentukan BUM Desa untuk:


1. Menumbuhkembangkan perekonomian desa;
2. Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes);
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penye­
diaan jasa bagi peruntukan hajat hidup masyarakat
desa;
4. Sebagai perintis bagi kegiatan usaha ekonomi di desa.

1 Permendagri No. 39/2010 masih relevan untuk di acu hingga regulasi yang baru tentang
BUM Desa ditetapkan.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 11


Tujuan pembentukan BUM Desa antara lain :
1. Meningkatkan peranan masyarakat desa dalam me­
nge­­lola sumber-sumber pendapatan lain yang sah;
2. Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi masyarakat
desa dalam unit-unit usaha desa;
3. Menumbuhkembangkan usaha sektor informal untuk
dapat menyerap tenaga kerja masyarakat di desa;
4. Meningkatkan kreativitas berwirausaha masyarakat de­­sa
yang berpenghasilan rendah;
5. Meningkatkan pendapatan asli desa.

Desa harus memiliki dana pengelolaan dan pembiayaan un-


tuk menjalankan penyelenggaraan pemerintahan, pemba­
ngunan dan pemberdayaan masyarakat. Untuk itu diperlu-
kan sumber pendapatan desa guna memperkuat keuangan
desa sehingga desa dapat mengelola dan membangun desa.

12 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Di Desa Sekotong Tengah, Lombok Barat, didirikan BUM
Desa LKM UPKD yang secara khusus mengelola unit usaha
penghimpunan dan penyaluran dana. Selain dapat meng-
gerakkan perekonomian desa dan menyediakan kredit mo­
dal usaha bagi warga desa, BUM Desa dimaksudkan untuk
mengurangi ketergantungan warga terhadap rentenir. Di
kalangan masyarakat Lombok, praktek rentenir dikenal de­
ngan sebutan “Bank Subuh”.
Di Desa Labbo, Bantaeng, didirikan BUM Desa Ganting yang
mengelola air bersih dan hutan desa. Meskipun memiliki ke-
untungan ekonomi, pada dasarnya keuntungan sosial yang
diperoleh BUM Desa Ganting jauh lebih besar karena mam-
pu memberi layanan publik dalam bentuk penyediaan air
bersih yang merupakan kebutuhan dasar warga masyarakat.
BUM Desa Ganting juga mampu menjadi fasilitator pember-
dayaan pengelolaan hutan desa di mana warga masyarakat
dapat bekerja dengan memanfaatkan sumberdaya hutan
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 13


Keuntungan yang diperoleh unit usaha yang dikelola BUM
Desa dapat menjadi alternatif sumber pendapatan asli desa
(PADes) seperti yang dilakukan BUM Desa “Maccini Baji”
Desa Bonto Jai di Kabupaten Bantaeng, bahwa 25% dari sur-
plus usaha BUM Desa diantaranya dialokasikan untuk kas
desa, penanaman modal, insentif atau biaya operasional,
bia­ya pendidikan, dan biaya lain-lain (Lihat pasal 20 Anggar­
an Dasar BUM Desa “Maccini Baji” Desa Bonto Jai Kabupa­ten
Bantaeng). BUM Desa Ganting di Desa Labbo, Kecamatan
Tompo Bulu, Kabupaten Bantaeng, telah mengalokasikan
keuntungan usaha untuk PADes sebesar Rp 1,5 juta pada ta-
hun 2012 dari pengelolaan unit usaha penyediaan air bersih
dan hutan desa. BUM Desa Bina Mandiri Desa Banyu­anyara
Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar menetapkan da­
lam Perdes BUM Desa bahwa BUM Desa menyetor ke kas
de­sa sebesar minimal 10% keuntungan per tahun.

14 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Siapa yang Berinisiatif Mendirikan BUM Desa?
Idealnya BUM Desa didirikan atas inisiatif pemerin-
tah desa dan atau masyarakat melalui musyawarah warga
desa. Namun demikian BUM Desa juga dapat didirikan
atas inisiatif / desakan aturan dari pusat/daerah bahkan
de­ngan pendekatan intervensi dari atas yakni pemerintah
daerah mengeluarkan kebijakan, peraturan, mendorong,
memfasilitasi, mendanai atau memberikan modal. Prakar­
sa dari atas dalam pengembangan BUM Desa merupakan
ben­tuk respon pemerintah daerah untuk memperkuat eko­
nomi desa seperti contoh yang dilakukan oleh tiga Pemkab
di NTB yang relevan dan paralel dengan peta jalan kebijak­
an pengembangan desa yang diarahkan oleh Ditjen PMD
Kementerian Dalam Negeri, terutama dari sisi penguatan
pemerintahan, pembangunan dan keuangan (Kabupaten
Bima, Dompu dan Lombok Barat).
Namun usaha pengembangan BUM Desa yang dige­
rakkan oleh pemerintah dari atas secara ekstrem bisa dikata­
kan sebagai “usaha pemerintah di desa”, bukan sebagai
upa­ya melahirkan usaha desa. BUM Desa yang digerakkan
dari atas cenderung tidak diikuti dengan kepemilikan lokal
yang kuat. Risikonya bila ada stimulan modal usaha maka
yang muncul adalah perilaku capture (penyerobotan) yang
dilakukan masyarakat, misalnya dengan tidak mengemba-
likan pinjaman (alias kredit macet). Hal ini karena ada ang-

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 15


gapan kuat bahwa modal BUM Desa merupakan hibah dari
pemerintah sehingga tidak perlu dikembalikan. Resiko lain-
nya adalah emansipasi desa, prakarsa dan kapasitas lokal
tidak tumbuh secara berkelanjutan, melainkan muncul ke­
tergantungan lokal kepada pemerintah. Kunci keberhasilan
BUM Desa bukan dinilai dari kelembagaannya saja, namun
juga keberhasilan menjalankan usaha, sehingga mampu
berfungsi sebagai sumber ekonomi desa.

Apa Persyaratan Mendirikan BUM Desa?


1. BUM Desa didirikan atas inisiatif pemerintah desa dan
masyarakat berdasarkan musyawarah masyarakat desa;
2. BUM Desa didirikan karena adanya potensi usaha eko­
nomi masyarakat;
3. BUM Desa didirikan sesuai dengan kebutuhan masya­
rakat, terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok
serta pelayanan publik desa;
4. BUM Desa didirikan atas ketersediaan sumber daya eko­
nomi desa yang belum dimanfaatkan secara optimal,
terutama kekayaan desa;
5. BUM Desa didirikan atas ketersediaan sumber daya
manusia yang mampu mengelola badan usaha seba-
gai aset penggerak perekonomian masyarakat desa;
6. BUM Desa didirikan untuk mendukung serta mengem-
bangkan unit usaha ekonomi masyarakat yang telah
tumbuh;

16 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


7. BUM Desa didirikan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat dan pendapatan asli desa.

Siapa Pemilik BUM Desa?


BUM Desa adalah lembaga usaha milik desa yang
dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan
modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah
desa dan masyarakat desa.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 17


Unit Usaha Apa yang dapat Diselenggarakan
oleh BUM Desa?
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39
Tahun 2010, jenis-jenis usaha yang dapat diselenggarakan
oleh BUM Desa meliputi: jasa; penyaluran sembako; per­
da­gangan hasil pertanian; dan/atau Industri kecil dan ru-
mah tangga, dll.
Secara umum unit usaha dalam BUM Desa dapat di­
ke­lompokkan ke dalam empat tipe usaha. Dalam reali­tas­
nya unit usaha disesuaikan dengan keberadaan aset lokal
dan sumber daya ekonomi yang mampu dikelola war­ga
masyarakat, ketersediaan pengelola, dan kemampu­ an
BUM Desa untuk dapat memenuhi kebutuhan warga ma­
sya­­­rakat. Berikut ini adalah tabel tentang tipe usaha, des­
krip­­si dan contoh usaha yang bersumber dari hasil peneli-
tian FPPD-ACCESS Tahun 2010.2

2 Lihat Sutoro Eko et.al., Menyambut Kehadiran BUM Desa. Laporan Penelitian di Ka­bu­
paten Lombok Barat, Bima, Dompu, Bantaeng, Buton. FPPD-ACCESS. 2010. Informasi
desa yang mengelola BUM Desa diperoleh dari berbagai sumber diantaranya: Bulletin
ACCESS Phase II, Buku Panduan Pembentukan dan Pengelolaan BUM Desa PKDSP
Unibraw, Laporan-laporan kegiatan pendampingan dan penelitian dari berbagai pihak,
surat kabar, dan website.

18 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Tabel Tipe Usaha, Deskripsi, Contoh Unit Usaha, dan
Contoh Desa yang Mengelola BUM Desa
Contoh Desa
Tipe Contoh Unit
Deskripsi yang Mengelola BUM
Usaha Usaha
Desa

Serving / BUM Desa menja­ U������������


saha air mi- BUM Desa Ganting Desa
Jasa lankan ”bisnis sosial” num desa Labbo, Kec. Tompo Bulu
yang melayani warga, (Bantaeng) dengan
yakni dapat melaku- Usaha listrik usaha mengelola air ber-
kan pela­yanan publik desa (desa sih yang didirikan pada
kepada ma­syarakat. mandiri e­nergi) tahun 2010.

Jasa transporta- BUM Desa Desa Karam-


si untuk warga pi, Kec. Langgudu, Bima
desa. yang mengembangkan
usaha pengelolaan air
bersih (PAM desa)

Banking BUM Desa menja- Lembaga BUM Desa Doromelo


/Lem- lankan ”bisnis uang”, keuangan mikro Kab. Dompu
baga Ke­ yang dapat me- dan usaha
uangan menuhi kebutuhan simpan pinjam BUM Desa Nusa Jaya
keuangan masyarakat untuk men- Kab. Dompu
desa dengan bunga dukung kredit
yang lebih rendah usaha
daripada bunga uang BUM Desa Kareke Jaya
yang didapatkan Kab. Dompu
masyarakat desa dari
para rentenir desa BUM Desa Sekotong
atau bank-bank kon- Tengah Kab. Lombok
vensional. Barat

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 19


Contoh Desa
Tipe Contoh Unit
Deskripsi yang Mengelola BUM
Usaha Usaha
Desa

Broke- BUM Desa dapat Jasa pemba- BUM Desa Bina


ring/ menjadi “lembaga yaran listrik, Mandiri Desa Banyu-
Peranta- perantara” yang telepon, dan anyara, Kab. Takalar,
ra menghubungkan air. dengan la­pangan usaha:
komoditas pertanian penyedia­an saprodi,
dengan pasar atau Desa mendi- penyediaan sembako,
agar para petani tidak rikan pasar jasa perdagangan dan
kesulitan menjual desa untuk industri kecil, serta
produk mereka ke memasarkan usaha simpan pinjam.
pasar. Atau BUM Desa produk-produk
menjual jasa pelaya- yang dihasilkan
nan kepada warga masyarakat.
dan usaha-usaha BUM Desa
masyarakat. memba­
ngun jaringan
dengan swasta
atau pasar yang
lebih luas guna
me­ma­sarkan
pro­duk-produk
lokal

20 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Contoh Desa
Tipe Contoh Unit
Deskripsi yang Mengelola BUM
Usaha Usaha
Desa

Holding BUM Desa sebagai Usaha penyedi- BUM Desa di Sumba


”usaha bersama”, aan kapal desa Tengah yang menam-
atau sebagai induk yang ber-skala pung produk kemiri yang
dari unit-unit usaha besar untuk dihasilkan beberapa
yang ada di desa, mengorganisir kelompok tani.
dimana masing- dan mewadahi
masing unit yang nelayan-ne- BUM Desa di Desa
berdiri sendiri-sendiri layan kecil. Bontokasi, Kecamata
ini, diatur dan ditata Galesong Selatan
sinerginya oleh BUM ”Desa wisata” yang membuat usaha
Desa agar tumbuh yang mengor- mensuplai bahan baku
usaha bersama. ganisir berbagai pembuatan songkok /
jenis usaha topi adat bagi laki-laki,
dari kelom-pok sekaligus menjualkan
masyarakat: songkok hasil beberapa
makanan, kelompok produsen
kerajinan, songkok
sajian wisa-
ta, kesenian,
penginapan,dll.

Usaha supplier
bahan baku
atau penam-
pung produk
yang akan di-
pasarkan keluar
desa.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 21


Selain 4 tipe usaha tersebut, BUM Desa juga dapat
ber­usaha pada bidang Trading dan Contracting sebagai
berikut:
Contoh Desa
Contoh Unit
Tipe Usaha Deskripsi yang Mengelola
Usaha
BUM Desa

Trading/ BUM Desa dapat Unit Usaha Toko BUM Desa Desa
Usaha mendirikan toko/ Saprotan (Sarana Rantau Makmur di
Perda- warung untuk Produksi Pertani- Kutai Timur memi-
gangan memperdagangkan an) dan atau Toko liki unit usaha Toko
komoditas kebutuh­ Sembako Saprotan
an warga

Contrac- BUM Desa dapat Unit usaha Clean-


ting/ melakukan kontrak ing Service
Kontrak dengan pihak lain
untuk melaksana- Unit usaha sub
kan/ memenuhi kontraktor. Untuk
kebutuhan pihak lain melaksanakan
misalnya BUM Desa pembangunan
melakukan kontrak fisik skala kecil
kerja untuk meme­
nuhi kebutuhan
tenaga pembersih
(Cleaning Service)
yang diperlukan oleh
perusahaan/instansi
yang ada di desa
tersebut

22 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Bagaimana Tahapan Pembentukan BUM
Desa?
Tahapan pembentukan dan pengelolaan BUM Desa
dapat dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan
Daerah masing-masing kabupaten/kota tentang Pedoman
Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan BUM Desa atau
mengikuti tahapan yang secara ringkas dapat disampaikan
sebagai berikut:

I Kepala desa dan BPD berinisiatif menyelenggarakan Musdes untuk


Sosialisasi tentang BUM Desa sekaligus menjajaki peluang pendirian/
pembentukan BUM Desa beserta pilihan unit usaha-unit usaha yang
dianggap cocok.

II Membentuk “Tim Survey Unit Usaha” yang bertugas untuk mengkaji


pilihan unit usaha-unit usaha dan menyusun kelayakan usaha pada tiap
unit usaha yang dianggap cocok termasuk membuat analisa peluang dan
membuat rencana usaha (Bisnis Plan)
Baca: Seri Buku Pintar BUM Desa: Kelayakan Usaha dan Perencanaan
Usaha BUM Desa.

III Hasil kajian “Tim Survey Unit Usaha” dipresentasikan dan didiskusikan
dalam Forum Musdes untuk ditetapkan UNIT USAHA yang akan diseleng-
garakan.

IV Musdes membentuk “Tim Perumus” untuk merumuskan Anggaran Dasar


dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
Catatan: Tim Perumus sebaiknya berjumlah ganjil, ada keterwakilan dari
perempuan dan warga miskin.

V Musdes mendiskusikan, mensepakati dan mengesyahkan rumusan AD/


ART yang dihasilkan oleh Tim Perumus. Contoh AD/ART terlampir.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 23


VI Musdes membentuk Tim Pemilihan Pengurus serta menyusun Struktur
BUM Desa, atau memilih Pengurus BUM Desa secara langsung dalam
Forum Musdes. Kepengurusan BUM Desa terdiri dari Badan Pengawas,
Komisaris (ex officio kepala desa), Pelaksana Operasional (Direktur,
Manajer Unit Usaha, Kepala Unit Usaha dan Staf).

VII Penerbitan Peraturan Desa (Perdes) tentang BUM Desa. Contoh Perdes
tentang BUM Desa terlampir.

VIII Pelantikan Kepengurusan BUM Desa. Komisaris dilantik oleh camat,


sedangkan Badan Pengawas dan Pelaksana Operasional dilantik oleh
kepala desa.

IX Pengurus BUM Desa selanjutnya menyusun Peraturan Unit Usaha,


Standard Operating Procedure (SOP) dan peraturan-peraturan lain yang
diperlukan

X Pelaksana Operasional selanjutnya mengoperasionalkan dan mengelola


bahkan mengembangkan unit usaha.
Baca: Seri Buku Pintar BUM Desa: Pemodelan Bisnis dan Pengelolaan
BUM Desa

XI Pengelola BUM Desa membuat laporan keuangan (setiap 1 bulan, 3


bulan, 6 bulan dan atau tahunan) yang menjelaskan kondisi dan perkem-
bangan usaha.

X Secara periodik ( tiap 6 bulan atau 1 tahun) diselenggarakan Musdes


untuk laporan pertanggungjawaban, membahas kendala dan rencana
pengembangan usaha, pembagian SHU dll.

24 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Pembentukan Unit Usaha dari Program Pemerintah
Ada pengalaman menarik dari BUM Desa Desa Karangre-
jek Kab. Gunung Kidul. Salah satu unit usahanya yakni Unit
Usaha Simpan Pinjam (Lembaga Kredit Desa) dibentuk dari
penyatuan kegiatan sejenis yang modalnya mayoritas ber­
asal dari pemerintah yakni dari UED, UED SP, IDT, APB Desa,
Dana, PPKL (PU), Pengembangan, PAB TK, Pemkab Gunung
Kidul, PH III. Kegiatan simpan pinjam yang semula kecil-kecil
yang telah ada sejak tahun 2005 tersebut kemudian disatu-
kan ke dalam Unit Usaha Simpan Pinjam (Lembaga Kredit
Desa) dengan total permodalan pada tahun 2012 sebesar
Rp 233.114.000,-. Pada bulan Agustus 2013 total permodal­
an telah berkembang menjadi sebesar Rp 276.572.800,-
dan mampu memberikan pinjaman sampai dengan sebesar
Rp 10.000.000,-.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 25


Bagaimana Prinsip Pengelolaan BUM Desa?
Kepala desa sebagai komisaris wajib mengkoordinasi-
kan pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan BUM
Desa dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
Kooperatif, yakni semua komponen yang terlibat di da­lam
BUM Desa harus mampu melakukan kerjasama yang baik,
demi pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya.
Partisipatif, yakni semua komponen yang terlibat di
da­lam BUM Desa harus bersedia secara sukarela atau di-
minta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat
mendorong kemajuan usaha BUM Desa.
Emansipatif, yakni semua komponen yang terlibat di
dalam BUM Desa harus diperlakukan sama tanpa meman­
dang golongan, suku, dan agama.
Transparan, yakni aktivitas yang berpengaruh terhadap
kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh
segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbu­ka.
Akuntabel, yakni seluruh kegiatan usaha harus dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administra­tif.
Sustainabel, yakni kegiatan usaha harus dapat dikem-
bangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah
BUM Desa.3

3 Buku Panduan Pembentukan dan Pengelolaan BUM Desa, Universitas Brawijaya,


2007. Baca juga: Seri Buku Pintar BUM Desa, Rancang Bangun Bisnis dan Pengelolaan
BUM Desa.

26 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 27
Dari Mana Sumber Modal BUM Desa?
Modal BUM Desa dapat berasal dari:
1. Pemerintah desa (jumlahnya mayoritas)
Modal BUM Desa yang berasal dari pemerintah desa
merupakan kekayaan desa yang dipisahkan.
2. Tabungan masyarakat
Modal BUM Desa yang berasal dari tabungan ma­sya­
ra­kat merupakan simpanan masyarakat.
3. Bantuan pemerintah, pemprov, pemkab/pemkot
Modal BUM Desa yang berasal dari bantuan pemerin­
tah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupat-
en/kota dapat berupa dana tugas pembantuan atau
hibah.4
4. Pinjaman
Modal BUM Desa dapat juga berasal dari pinjaman mi­
salnya dari lembaga keuangan atau pemerintah daerah.
5. Kerja sama dengan pihak lain
Modal BUM Desa dapat berasal dari kerjasama de­
ngan pihak ketiga misalnya dari pihak swasta dan/atau
masyarakat. Pihak ketiga dapat menyertakan modal
sebagai bentuk investasi. Besaran modal pihak ketiga
sebaiknya kurang dari 49 % total modal usaha.

4 Bantuan/hibah dari Pemerintah, Pemprov, Pemkab/Pemkot hendaknya melalui Peme­


rintah Desa dan selanjutnya menjadi penyertaan modal dari Pemdes.

28 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


6. Lainnya
Modal BUM Desa lainnya dapat berasal dari dana ber-
gulir program pemerintah/pemerintah daerah yang
diserahkan kepada desa dan/atau masyarakat melalui
pemerintah desa.

Berdasarkan pengalaman pendirian BUM Desa da-


lam wilayah kerja ACCESS Tahap II, kebijakan pemerintah
memberikan stimulan modal / hibah ternyata cukup efektif
mendorong usaha BUM Desa seperti halnya yang dilaku-
kan Kabupaten Dompu dan Bantaeng. Dompu memberi
dana hibah untuk 8 desa pada tahun 2007 dan 25 desa
pada tahun 2008 sebesar Rp 15 juta per desa. Tahun 2009
Provinsi NTB memberi dana hibah untuk 10 desa di Ka-
bupaten Dompu sebesar masing-masing Rp 25 juta untuk
mendukung BUM Desa. Bantaeng memberi stimulan dana
untuk 46 BUM Desa pada tahun 2010 masing-masing se-
besar Rp 100 juta. Pada tahun 2008 dan 2009, pemkab
menyiapkan regulasi, memfasilitasi pendirian BUM Desa,
dan penguatan kapasitas pengelolaan BUM Desa.

“..kami mendapat masa percobaan enam bulan mengembang-


kan BUM Desa, kalau dalam perjalanan dilihat baik, akan ditam-
bah lagi permodalannya” (Manager BUM Desa Kareke, Dompu)

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 29


Pemkab lain yang memberikan stimulan permodal­
an awal pada BUM Desa diantaranya adalah Kabupaten
Banjar, Kalimantan Selatan, yang mengalokasikan dana
hibah APBD sebesar Rp 10 juta per desa dengan status
da­na tersebut menjadi saham BUM Desa. Kabupaten Ro­
kan Hulu, Riau, memberi stimulan pembentukan 151 BUM
Desa dari dana APBD Kabupaten dan APBD Provinsi. Mo­
dal dari pemerintah memang penting, namun tidak ka­lah
penting modal swadaya masyarakat dan desa untuk me­
ngem­bangkan usahanya. Ada beberapa desa yang belum
berhasil mengembangkan unit usaha BUM Desa sekalipun
mendapat dana penguatan BUM Desa. Pengelolaan BUM
Desa yang baik juga harus ditopang modal sosial yang ku­
at dan tidak semata-mata mencari keuntungan belaka na-
mun juga untuk menjaga keberadaan dan keberlanjutan
BUM Desa yang bermanfaat bagi warganya.

Siapakah yang Terlibat dalam Musyawarah


Desa?
Kehadiran pihak-pihak yang mewakili semua stake-
holder dan kelompok masyarakat sangat penting untuk
memperoleh hasil musyawarah desa yang berkualitas se­
per­ti: kepala desa dan perangkat desa lainnya; pengurus
dan anggota BPD; pengurus Lembaga Kemasyarakat­an
Desa seperti LPMD, PKK, Karang Taruna, Gapoktan, ke­

30 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


lom­pok perempuan dan pengurus lembaga lain yang ada
di desa yang dipandang cukup mewakili warga masyarakat
misalnya wakil dari lembaga keagamaan, wakil dari lemba-
ga perekonomian, paguyuban, dan tokoh adat. Seringkali
di­jumpai terbatasnya kaum perempuan dalam mengha­
diri dan terlibat aktif dalam forum-forum desa. Berangkat

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 31


dari pengalaman tersebut, ACCESS Tahap II mendorong
masyarakat menyelenggarakan Forum Desa yang sepa-
ruh pesertanya sebaiknya adalah perempuan agar suara
me­reka didengar dan usulan mereka diakomodasi karena
pada umumnya usulan mereka merefleksikan kebutuhan,
ke­khas­an, dan sensitivitas perempuan.

Apakah BUM Desa dapat Saling Bekerjasama?


Kerjasama antar BUM Desa atau antara BUM Desa
dengan pihak lain (bukan BUM Desa) dapat dilakukan
de­­ngan prinsip saling menguntungkan. Kerjasama antar
BUM Desa atau dengan pihak lain dibuat dalam naskah
per­janjian kerjasama.
Naskah perjanjian kerjasama paling sedikit memuat:
subyek kerjasama; obyek kerjasama; jangka waktu; hak
dan kewajiban; pendanaan; keadaan memaksa; penyele-
saian permasalahan; dan pengalihan.
Naskah perjanjian kerjasama usaha desa antar 2 (dua)
desa atau lebih antar kecamatan disampaikan kepada bu-
pati/walikota melalui camat paling lambat 14 (empat belas)
hari sejak ditandatangani.

32 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Contoh 1: BUM Desa Desa Rantau Makmur bekerjasama
dengan BUM Desa Desa Mukti Jaya di Kabupaten Kutim
membentuk unit usaha “Listrik Desa”. Kebutuhan listrik bagi
warga kedua desa sangatlah penting namun desa masing-
masing tidak mampu menyelenggarakan mengingat biaya
yang tinggi untuk pengadaan mesin penghasil listrik (genset)
serta pengelolaannya, sehingga BUM Desa di kedua desa
ber­inisiatif untuk melakukan kerjasama yakni memben­tuk
Unit Usaha Listrik Desa dengan permodalan serta pengelo-
laan yang dipikul bersama.

Contoh 2: BUM Desa Doromelo dan BUM Desa Nusa Jaya


di Kabupaten Dompu bergerak dalam usaha “Simpan Pin-
jam” dan “Lumbung Pangan”. Dua BUM Desa tersebut telah
menjalin kerjasama dalam berbagai bentuk, yakni, perta-
ma, membangun pembelajaran bersama dalam tata kelola
keuangan; kedua, aktif membangun pembelajaran dengan
pihak bank untuk mendukung kerja BUM Desa.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 33


Apakah yang Dimuat dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)?
Anggaran ��������������������������������������
Dasar (AD) BUM Desa dapat memuat anta-
ra lain: Indentitas (Nama, tempat dan kedudukan, wilayah
kerja, dll); Visi; Misi; Tujuan; Sasaran; dan Organ-organ ke-
pengurusan.
Anggaran Dasar ini juga memuat sumber permodal­
an dan jenis usaha yang dijalankan, sedangkan Anggaran
Rumah Tangga memuat aturan-aturan teknis dari Anggar­
an Dasar, diantaranya mekanisme pemilihan, persyaratan,
masa jabatan, pengangkatan & pemberhentian pengurus
(pengawas, komisaris, pelaksana operasional), hubungan
antar kelembagaan di dalam BUM Desa, pertanggungja-
waban BUM Desa dalam Musdes, pengelolaan keuntungan
dan sumber permodalan.

Berkenaan dengan jenis usaha yang digerakkan BUM Desa,


berikut ini adalah contoh usaha yang dijalankan Desa Bonto
Jai yang tertuang dalam Anggaran Dasarnya.
BUM Desa “Maccini Baji” Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu
Kabupaten Bantaeng berdiri tanggal 29 Desember 2008 dan

34 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


telah memiliki Anggaran Dasar yang ditetapkan pada bulan
Desember 2009. Dalam Anggaran Dasar tersebut dimuat
unit-unit usaha BUM Desa sebagai berikut:

Pasal 9
Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha BUM Desa “Maccini Baji” Desa Bonto Jai
adalah:
1. Bidang Produksi: yang dimaksud dalam bidang produksi
ini adalah yang tercakup didalamnya jenis usaha yang
dilakukan masyarakat yang dapat memenuhi kebutuh­
an sehari-harinya antara lain: pertanian, perkebunan,
pe­ternakan dan industri rumah tangga (kelompok men-
jahit, penganyam atap nipa).
2. Bidang Pemasaran: yang dimaksudkan adalah yang da-
pat mencarikan peluang pasar atas hasil produksi terse-
but sehingga terjadi jual beli/perdagangan.
Anggaran Rumah Tangga BUM Desa “Maccini Baji” Desa
Bonto Jai mengatur lebih detail diantaranya kepengurusan
BUM Desa, hak dan kewajiban pengurus, serta hubungan
BUM Desa dengan lembaga-lembaga BUM Desa. Salah satu
hal yang di­atur dalam hubungan BUM Desa dengan lemba-
ga-lembaga BUM Desa adalah hubungan BUM Desa dengan
musyawarah desa seperti tertuang dalam pasal 18 berikut ini:

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 35


Pasal 18
Hubungan BUM Desa dengan Musyawarah Desa
1. Forum Musyawarah Desa adalah pemegang kekuasaan
ter­tinggi dalam kegiatan BUM Desa.
2. BUM Desa adalah lembaga pelaksana mandat Forum
Musya­warah Desa BUM Desa untuk mengelola kegiatan
dan ke­uangan BUM Desa yang diputuskan oleh Forum
Musyawa­rah Desa.
3. Forum Musyawarah Desa berhak memilih, mengang-
kat dan memberhentikan pengurus BUM Desa sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. BUM Desa bertanggungjawab kepada Forum Musyawa-
rah Desa.

Bagaimana Laporan Pertanggungjawaban


Penge­lola BUM Desa?
Pelaksana operasional atau direksi melaporkan per-
tanggungjawaban pelaksanaan BUM Desa kepada kepala
desa sedangkan kepala desa melaporkan pertanggungja­
waban BUM Desa kepada BPD (warga masyarakat) dalam

36 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Forum Musyawarah Desa. Laporan diantaranya mengenai
perkembangan usaha (omzet, analisa rugi laba, serta jang-
kauan pasar), pengelolaan keuangan, dan pembagian ke-
untungan.

Siapa yang Mengawasi BUM Desa?


Kepala Desa sebagai Komisaris serta BPD sebagai un-
sur penyelenggara pemerintahan desa bertanggungjawab
dalam pengawasan pelaksanaan BUM Desa disamping
pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas yang
secara struktural dibentuk dalam kepengurusan BUM De­
sa. Pengawasan dapat dilakukan secara periodik atas dasar
ke­sepakatan yang tertuang dalam Anggaran Dasar mau-
pun Anggaran Rumah Tangga.

Di Desa Karangrejek Kabupaten Gunung Kidul ada kesepakat­


an bahwa Komisaris BUM Desa dijabat oleh 2 orang yakni
Kepala Desa dan Ketua BPD. Dewan Komisaris bertanggung-
jawab terhadap jalannya BUM Desa serta mengawasi pe­
nge­lolaan BUM Desa. Adapun ����������������������������
Direktur Utama dijabat seka-
ligus oleh Ketua LPMD.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 37


38 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa
Bagaimana Kedudukan & Status Kelembaga­an
BUM Desa
Kelembagaan BUM Desa bersifat unik. BUM Desa bu-
kan sebagai usaha murni pemerintah desa, bukan usaha
ke­lompok, bukan pula usaha swasta. BUM Desa adalah
usaha bersama antara pemerintah desa dan masyarakat.
Tidak seperti Koperasi, CV dan PT yang badan hukumnya
sudah ada, Badan hukum BUM Desa belum ada namun
badan hukum bisa mengikuti berdasarakan jenis usaha
yang dijalankannya. Unit usaha yang dibentuk oleh BUM
Desa dimungkinkan untuk menginduk pada payung hu-
kum yang ada, misalnya unit usaha simpan pinjam yang
di­bentuk dalam BUM Desa harus tunduk pada Undang-un-
dang Nomor 1 tahun 2013 tentang LKM, dan pembentuk­
annya wajib mendapatkan ijin dari OJK (Otoritas Jasa Ke­
uangan) atau mengikuti aturan badan hukum koperasi.
Pengalaman Kabupaten Bima sebagai salah satu wila­
yah kerja ACCESS Tahap II telah mengeluarkan Peraturan
Daerah No. 5/2007 tentang Tata Cara Pembentukan dan
Pengelolaan BUM Desa.
Peraturan Daerah ini diantaranya mengatur hal-hal
yang melindungi dan memperkuat BUM Desa seperti dica­
tat dalam pasal 7 Perda Kabupaten Bima No. 5/2007, anta-
ra lain:

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 39


1. BUM Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa yang
bersangkutan dengan berpedoman pada Peraturan
Perundang-undangan;
2. Pengaturan jenis usaha dan pengelolaan BUM Desa
diatur dalam Peraturan Kepala Desa.

Meskipun BUM Desa terpisah dari struktur formal


pemerintahan desa, tetapi BUM Desa tidak berdiri secara
eksklusif. Kebijakan pendirian BUM Desa harus melalui
Peraturan Desa, yang disiapkan oleh kepala desa bersama
BPD. Karena itu dalam konteks ini, BPD juga berwenang
melakukan pengawasan umum terhadap BUM Desa untuk
menjaga agar BUM Desa berjalan secara akuntabel (ber-
tanggungjawab).
BUM Desa didirikan banyak diilhami oleh berbagai
praktek pelaku ekonomi yang seringkali merugikan warga
desa, upaya memberikan proteksi terhadap warga serta
men­dukung usaha masyarakat yang menghadapi keter­
ba­tasan dari sisi modal, kapasitas, teknologi dan jaring­
an pasar. Unit usaha yang ada dalam BUM Desa bukan
me­ngambil alih atau mematikan usaha-usaha yang telah
berkembang di desanya. BUM Desa didirikan untuk men-
dukung (back up) dan memperkuat usaha-usaha yang
berkembang dalam masyarakat, baik melalui permodalan,
pengembangan kapasitas maupun jaringan pemasaran.

40 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Desa Sekotong Tengah di Lombok Barat telah memiliki kebi-
jakan yang mengatur tentang BUM Desa LKM dalam bentuk
Peraturan Desa. Langkah ini sangat penting untuk memper­
kuat kelembagaan BUM Desa dan membahas detail pe­nge­
lolaan BUM Desa LKM termasuk dilarang menjalankan usa-
ha di luar yang sudah ditetapkan dalam Perdes, seperti yang
diuraikan dalam pasal 5 Peraturan Desa No. 01 Tahun 2009,
Desa Sekotong Tengah, Kecamatan Sekotong, Kabupa­ten
Lombok Barat, yakni:

Pasal 5
1. BUM Desa LKM UPKD Sekotong Tengah mempunyai tu-
gas melakukan kegiatan usaha :
a. Menghimpun dana dari anggota masyarakat desa da­
lam bentuk simpanan berupa tabungan dan depo­sito;
b. Memberikan kredit kepada anggota masyarakat de­sa;
c. Melakukan pelayanan keuangan sebagai perantara
dan atas nama bank dan/ atau lembaga lain;
d. Menyimpan kelebihan likuiditasnya kepada bank;
e. Menerima sumbangan/ hibah yang tidak mengikat.
2. BUM Desa LKM UPKD Sekotong Tengah dilarang menja­
lankan usaha diluar kegiatan usaha sebagaimana dimak­
sud dalam ayat (1) pasal ini.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 41


Bagaimana agar BUM Desa Tidak Berselisih
de­ngan Usaha yang Telah Berkembang Sebe­
lumnya?
BUM Desa, koperasi dan usaha ekonomi desa yang
lain memerlukan pengelolaan yang baik agar tidak ter-
jadi ketimpangan dalam kegiatannya atau saling mem-
perebutkan lahan usaha. Semua jenis usaha yang sudah
lama dikelola/diterima masyarakat, mapan keberadaan-
nya, dan memberi kemanfaatan pada warga, diharapkan
tetap melakukan kegiatan usahanya secara optimal dan
BUM Desa tidak boleh menyelenggarakan kegiatan yang
sama. Bahkan kehadiran BUM Desa diharapkan memberi
manfaat dan nilai tambah bagi unit usaha yang sudah

“BUM Desa kami di Desa Bontokasi (Kabupaten Takalar)


memilih usaha dalam suplai bahan baku pada usaha pem-
buatan songkok, karena di Desa Bontokasi ada 11 kelompok
yang memproduksi songkok tradisional dan semuanya me-
merlukan bahan baku benang. Selanjutnya BUM Desa juga
akan membantu memasarkan songkok (menampung dan
menjual ke luar daerah”.(Kepala Desa Bontokasi)

42 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


berkembang di desa. Salah satu cara untuk memilih jenis
usaha BUM Desa agar tidak tumpang tindih dengan usaha
masyarakat adalah dengan menggunakan “analisa rantai
usaha”. Analisa ini untuk melihat usaha-usaha yang telah
ada, bagaimana suplai, pengelolaan, hingga pemasaran.

Pengalaman dan Pembelajaran


(Diambil dari hasil study BUM Desa FPPD-IRE di Ka-
bupaten Bima, Dompu, Lombok Barat, Bantaeng dan Bu-
ton tahun 2010, serta pengalaman Gita Pertiwi mendamp-
ingi mitra ACCESS)
• BUM Desa yang merupakan bentuk proyek dan didrop
(dibentuk) pemerintah daerah lebih banyak membu­
ahkan kegagalan, dibandingkan dengan BUM Desa
yang diprakarsai oleh desa dan didukung oleh peme­

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 43


rintah. Karena itu, prinsip dasarnya, BUM Desa bukan-
lah proyek pemerintah di desa tetapi sebagai bentuk
prakarsa dan gerakan ekonomi desa.
• BUM Desa yang hanya sebatas BUM Desa, tanpa be­
kerja dalam konteks gerakan ekonomi lokal, tidak akan
bermakna banyak dan tidak tumbuh kuat. Pemilihan
jenis usaha yang tepat adalah salah satu kunci keber-
langsungan BUM Desa. Kelembagaan BUM Desa se-
baiknya dirumuskan ketika usaha yang dirintis sudah
mulai berjalan.
• Modal yang serta merta didrop dari pemerintah, se-
mentara kelembagaan lokal belum terbangun de­ngan
baik, cenderung mendatangkan kegagalan daripada
ke­berhasilan. Dana hibah pemerintah kepada BUM
Desa akan menimbulkan kredit macet, sebab ma­sya­
ra­kat mempunyai persepsi bahwa hibah tidak perlu
dikembalikan.
• BUM Desa melakukan distribusi dan proteksi sosial.
Banyak desa di berbagai daerah, yang sudah mulai
mengembangkan PAM Desa dan Listrik Desa secara
mandiri. PAM Desa di Bima, misalnya, merupakan
bentuk usaha desa (meski belum disebut BUM Desa)
yang memberikan layanan air bersih kepada warga
dengan harga sangat murah (Rp 300 per meter kubik).
Layanan air bersih ini tentu juga memberikan sokong­
an terhadap peningkatan kualitas kesehatan warga.

44 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Pengalaman serupa juga terjadi dalam konteks lum-
bung pangan di Dompu.
• BUM Desa telah terbukti mengurangi jeratan warga
masyarakat desa terhadap rentenir yang mencekik.
Tetapi karena jumlah uang dalam BUM Desa masih
kecil dibandingkan dengan rentenir, maka rentenir
masih tetap menjadi pilihan warga untuk meminjam
uang.
• BUM Desa juga memberi kontribusi terhadap penda-
patan asli desa (PADes), yang pada gilirannya akan
mendukung kegiatan pelayanan pemerintah desa ke-
pada warga, serta meningkatkan pembangunan desa.
• Secara kelembagaan, BUM Desa mengambil bentuk
public-community partnership, sehingga kedepan
men­jadi pelajaran berharga untuk menentukan ke­du­
duk­an BUM Desa dalam rezim “perusahaan” di Indo-
nesia.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 45


DAFTAR PUSTAKA

1. Bulletin ACCESS Phase II, edisi X/Maret 2013


2. Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Buku Pandu­an
Pembentukan dan Pengelolaan BUM Desa, PKDSP Fakul-
tas Ekonomi, Universitas Brawijaya
3. Laporan Penelitian di Kabupaten Lombok Barat, Bi­
ma,
Dompu, Bantaeng, Buton. FPPD-ACCESS. 2010.
4. Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
5. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pe­me­rin­
tahan Daerah
6. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
7. Permendagri No. 39 Tahun 2010 tentang Badan Usaha Mi-
lik Desa (BUM Desa)
8. Sutoro Eko et.al., Menyambut Kehadiran BUM Desa
9. Website: www.access-indo.or.id

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 47


TENTANG PENULIS

Drs. Suharyanto, MM, lahir di Yogyakarta, 6 Mei 1962. Pendi­


dikan S1 Ilmu Sosiatri Fisipol UGM diselesaikan tahun 1987, di-
lanjutkan menempuh studi Magister Manajemen SDM di STIE
Mitra Indonesia tahun 1999. Mulai tahun 1989 – sekarang seba-
gai Dosen di STPMD “APMD” Yogya­karta. Jabatan yang pernah
diembannya adalah Kabag Ad­mi­nistrasi Akademik dan Kemaha­
siswaan, Pembantu Ke­tua I Bidang Akademik, Sekretaris Pro-
gram Pasca Sarjana dan Sekretaris Program Studi ilmu Peme­
rin­tahan Program Pascasarjana. Pengalaman berorganisasi
se­jak 1985 sampai sekarang sebagai ketua Pra Koperasi Mitra
Usa­ha kelurahan dan Koperasi Karyawan di STPMD “APMD”.
Ir. Rossana Dewi R, lahir 1969 dan tinggal di Solo. Saat ini
sebagai Direktur Badan Usaha di Gita Pertiwi Solo dan tim kerja
di FPPD (Forum Pengembangan dan Pembaha­ru­­an Desa). Mu-
lai 1991, aktif memperjuangkan isu-isu pe­­rem­puan, lingkungan
hidup dan perdesaan, serta ber­pe­­nga­laman mengembangkan
program-program di berbagai wilayah di Indonesia. Bersama
tim Kerja FPPD terus memper­juangkan isu-isu pembaharuan
desa, melakukan advo­ka­si lahirnya ADD serta UU Desa lewat
kolaborasi riset, capacity building bagi masyarakat desa dan

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 49


melakukan kerjasama dengan pemerintahan. Selama 5 tahun
ter­­akhr, aktif memberikan asistensi, konsultansi serta riset-riset
pada berbagai proyek donor internasional, organisasi ma­sya­
rakat sipil serta pemerintah di berbagai wilayah Indonesia.

Ir. Muhammad Barori, M.Si., Dosen tetap STPMD “APMD” ini


lahir di Yogyakarta, 7 April 1957. Menamatkan S1 Pertani­an Jurus­
an Sosial Ekonomi Pertanian UGM tahun 1984 dan melanjutkan
di Magister Sains, Program Pascasarjana, Program Studi Sosio­
logi, Minat Khusus Pembangunan Ma­sya­rakat Desa, Universitas
Gadjah Mada (2001). Aktif dalam penelitian, pengkajian, maupun
fasilitator yang terkait dengan pemberdayaan Masyarakat desa.

50 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


PROFIL FPPD

Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD) merupakan are-


na untuk menyemai gagasan dan mendorong gerakan pembaharuan
desa. FPPD sebagai forum terbuka, merupakan arena bagi proses
pembelajaran dan pertukaran pengetahuan, pengalaman multipihak,
yang memungkinkan penyebarluasan gagasan pembaharuan desa,
konsolidasi gerakan dan jaringan, serta kelahiran kebijakan yang res­
ponsif terhadap desa.

Visi
Menjadi arena belajar pengembangan pembaharuan desa yang terper-
caya untuk mewujudkan masyarakat desa yang otonom dan demokratis

Misi
Meningkatkan keterpaduan gerak antar pihak untuk pembaharuan
desa

Nilai-nilai Dasar
Menghormati keputusan bersama
Solidaritas
Tanggung-gugat
Menghargai perbedaan
Strategi
Konsolidasi gerakan pembaharuan desa

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 51


Lampiran 1:

Berita Acara Pendirian BUM Desa Rama Mandiri


Desa Rantau Makmur Kecamatan Rantau Pulung
Kabupaten Kutai Timur

Pada hari ini Kamis, Tanggal Dua Puluh Satu Bulan April
Dua Ribu Sebelas bertempat di Balai Desa Rantau Mak­mur Ke-
camatan Rantau Pulung Kabupaten Kutai Ti­mur Provinsi Kali-
mantan Timur, telah diselenggarakan Mu­sya­warah Desa dalam
rangka pembentukan Badan Usaha Mi­lik Desa.
Musyawarah Desa dihadiri oleh Kepala Desa dan Pe­rang­­
kat Desa lainnya, Pengurus BPD, Pengurus Lembaga Ke­ma­sya­
rakatan yaitu PKK, LPMD, Karang Taruna, Kepala Dusun, Ketua
RT, dan beberapa tokoh adat (daftar hadir terlampir).
Dalam Musyawarah Desa tersebut disepakati, nama BUM
Desa yaitu “Rama Mandiri”. Rama merupakan singkat­an dari na­
ma Desa Rantau Makmur. Adapun unit usaha yang akan dise­
lenggarakan yaitu: Unit Usaha Listrik Desa, Unit Usaha Penge­
lo­laan Air Siap Minum (Arsinum) serta Unit Usaha Toko Sarana
Produksi Pertanian (Toko Saprotan)
Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dapat diper­gu­nakan
sebagaimana mestinya.

Rantau Makmur, 21 April 2011


Pimpinan Musyawarah Desa
Kepala Desa

Nasibun

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 53


Lampiran 2:

Berita Acara
Musyawarah Pemilihan Pengurus
BUM Desa Ganting Desa Labbo Periode 2012-2014

Pada :
Hari/Tanggal : Rabu 06 Juni 2012
Waktu : Jam 13.30 sampai selesai
Tempat : Aula Pertemuan Kantor Desa Labbo

Telah dilaksanakan musyawarah Pemilihan pengurus BUM
Desa Ganting Desa Labbo Kecamatan Tompobu­ lu Periode
2012-2014 yang dihadiri Kepala Desa, tokoh ma­sya­rakat, tokoh
pemuda dan pengurus BUM Desa serta BP BUM Desa dan un-
sur lain yang terkait sebagaimana tercantum dalam daftar hadir.
Materi atau topik yang dibahas dalam forum ini serta yang
bertindak selaku unsur pimpinan rapat dan nara sumber adalah:
A. Materi atau Topik :
1. Sambutan Kepala Desa Labbo
2. Pemilihan Pengurus Baru BUM Desa

B. Unsur Pimpinan rapat dan nara sumber


1. Pimpinan rapat : Hasri Dari fasilitator BUM Desa
2. Sekretaris/notulis : Muh.Jamil, S.Pd Dari BUM
Desa
3. Nara Sumber : Subhan, S.Ag Dari Kepala
Desa

54 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi
atau topik diatas, selanjutnya seluruh peserta memutuskan dan
menyepakati beberapa hal yang berketetap­an menjadi keputus­
an akhir dari musyawarah, yaitu :
1. Menetapkan saudara Hamsir sebagai Sekretaris BUM De­
sa
Ganting Desa Labbo menggantikan saudara Anwar.

Demikianlah berita acara ini dibuat dan disahkan de­ngan


penuh tanggungjawab agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Labbo 06 Juni 2012
Pimpinan Rapat Notulen

Hasri Muh.Jamil, S.Pd


Mengetahui
Kepala Desa Labbo

SUBHAN, S.Ag

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 55


DAFTAR HADIR

Pekerjaan/ Tanda
No. Nama Alamat
Jabatan Tangan

Pimpinan Musyawarah

(…………………………..)

56 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Lampiran 3.

Peraturan Desa Sekotong Tengah


Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat
Nomor : 01 Tahun 2009
Tentang
Pembentukan Badan Usaha Milik Desa
Lembaga Keuangan Mikro (BUM Desa LKM)
Desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong
Kabupaten Lombok Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA SEKOTONG TENGAH

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melaksanakan otonomi


desa, perlu menggali potensi sumber penda-
patan asli desa bagi kesejahtera­an masyarakat
pada umumnya dikelola oleh suatu Badan
atau Lembaga.
b. Bahwa Badan atau Lembaga yang menggali
potensi desa menjalankan usahanya da­­ lam
bentuk Badan Usaha Milik Desa.
c. Bahwa berdasarkan peraturan Bupati Nomor
40 tahun 2008 tentang Badan Usaha Milik
Desa Lembaga Keuangan Mikro, maka desa
perlu membentuk Badan Usaha Milik Desa
yang khusus bergerak dalam bidang Lembaga

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 57


Keuangan Mikro yang bukan Bank dan bukan
Koperasi.
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan seba-
gaimana dimaksud dalam butir a, b dan c dia-
tas, maka perlu pembentukan Peratur­an Desa
tentang Usaha Pelayanan Kredit Desa.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Ten-


tang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 125, Tambah­an Lembar­
an Negara Nomor 4337);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No-
mor 72 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun
2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran No-
mor 4587);
3. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999,
tentang Teknik Penyusunan Peratur­an Per­un­­
dang-Undangan dan bentuk Ran­cang­an Un­
dang-Un­dang, Rancangan Per­aturan Pe­m­e­
rin­
tah dan Ran­cangan Ke­ putusan Presiden
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);
4. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Ba­rat
Nomor 14 Tahun 2000, tentang Kewenangan
Urus­an Rumah Tangga Kabupaten Lombok
Barat (Lem­baran Daerah Kabupaten Lombok
Barat Tahun 2000 No­mor 14);

58 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Dengan Persetujuan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA


Dan
KEPALA DESA SEKOTONG TENGAH

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DESA SEKOTONG TENGAH


TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA
MILIK DESA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa yang dimaksud Desa :


a. Pemerintah Desa, Kepala Desa, dan Perangkat Desa seba-
gai Unsur Penyelenggara Pemerintah Desa
b. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempu-
nyai batas-batas wilayah yang berwenang meng­atur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat ber­dasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang di­hor­mati dan
diakui dalam sistem Pemerintahan Nega­ra Kesatuan Repu­
blik Indonesia
c. Badan Usaha Milik Desa Lembaga Keuangan Mikro yang
selanjutnya disingkat BUM Desa LKM adalah sa­lah sa­tu
BUM Desa yang bergerak dalam bidang usa­ha Ke­uangan
Mikro Bukan Bank dan Bukan Koperasi

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 59


BAB II
PEMBENTUKAN, NAMA, KEDUDUKAN, dan WILAYAH
KERJA

Pasal 2

Dengan Peraturan Desa ini dibentuk BUM Desa LKM de­ngan


nama BUM Desa LKM UPKD Sekotong Tengah.
Pasal 3

BUM Desa LKM UPKD Sekotong Tengah berkedudukan di


Desa Sekotong Tengah
Kecamatan Sekotong
Kabupaten Lombok Barat

Pasal 4

Wilayah kerja BUM Desa LKM UPKD Sekotong Tengah da­lam


memberikan pelayanan harus mengutamakan Desa Se­kotong
Tengah dan dapat keluar desa di sekitarnya de­ngan perjanjian
kerjasama.

BAB III
TUGAS, FUNGSI DAN KEWAJIBAN

Tugas

Pasal 5
(1) BUM Desa LKM UPKD Sekotong Tengah mempunyai tugas
melakukan kegiatan usaha :

60 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


a. Menghimpun dana dari anggota masyarakat desa da­
lam bentuk simpanan berupa tabungan dan de­po­sito;
b. Memberikan kredit kepada anggota masyarakat desa;
c. Melakukan pelayanan keuangan sebagai perantara
dan atas nama bank dan/ atau lembaga lain;
d. Menyimpan kelebihan likuiditasnya kepada bank;
e. Menerima sumbangan/ hibah yang tidak meng­ikat.
(4) BUM Desa LKM UPKD Sekotong Tengah dilarang men­ja­
lankan usaha diluar kegiatan usaha sebagaimana dimak-
sud dalam ayat (1) pasal ini.

Fungsi

Pasal 6

BUM Desa LKM UPKD Sekotong Tengah berfungsi :


a. Sebagai lembaga intermediasi keuangan yang khusus
men­dukung pengembangan ekonomi rumah tangga dan
usaha mikro melalui penghimpunan dan penya­lur­an dana;
b. Meningkatkan daya dukung dan akses terhadap jangkauan
pelayanan kredit modal kerja bagi usaha kecil di perdesaan;
c. Mengurangi terjadinya praktek rentenir di perdesaan
d. Meningkatkan peluang kerja dan berusaha di perdesa­an
de­ngan menerapkan prinsip kemudahan dalam ak­ses pela­
yanan, namun tegas dan komitmen dalam me­negakkan
prinsip serta aturan
e. Meningkatkan daya dukung Pemerintah Desa dan par­ ti­
si­pasi masyarakat dalam pengembangan usaha eko­nomi
pro­duktif di perdesaan.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 61


Kewajiban

Pasal 7

BUMes LKM UPKD Sekotong Tengah wajib mentaati sega­la per-


aturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV
ORGANISASI BUM Desa LKM

Pasal 8
(1) Organisasi BUM Desa LKM UPKD Sekotong Tengah terdiri
dari Rapat Forum Pemilik, Dewan Pengawas, Ma­nager.
(2) Organisasi BUM Desa LKM UPKD Sekotong Tengah seba­
gaimana dimaksud ayat (1) dijabarkan dalam Anggaran
Dasar.

Pasal 9
(1) Masa jabatan Dewan Pengawas selama 5 tahun dan dapat
diperpanjang
(2) Masa jabatan Manager selama 5 tahun dan dapat diperpan-
jang.
Pasal 10

Hak, Kewajiban dan Kewenangan Dewan Pengawas, Ma­nager


dan Karyawan diatur dalam Anggaran Dasar.

62 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


BAB V
PERMODALAN DAN PENGGUNAAN LABA

Pasal 11

(1) Modal BUM Desa LKM UPKD Sekotong Tengah dapat ber-
sumber dari :
a. Pengalihan dana program/ proyek pemerintah;
b. Sebagian dari kekayaan desa yang dipisahkan;
c. Bantuan dari pemerintah;
d. Sumbangan lainnya yang tidak mengikat;
e. Masyarakat dan pihak lain dalam bentuk saham;
f. Laba yang ditahan.
(2) Modal disetor sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu
persen) dimiliki oleh Pemerintah Desa.
(3) Saham sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf e akan
diatur kemudian oleh Rapat Forum Pemilik.

Pasal 12
(1) Laba bersih akhir tahun buku BUM Desa LKM UPKD Se-
kotong Tengah dan penggunaannya disahkan oleh Rapat
Forum Pemilik.
(2) Laba bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diguna-
kan untuk :
a. Dana cadangan modal;
b. Dividen Pemilik/ Pemegang Saham;
− Dividen bagi Pemegang Saham dibayar se­ suai
kom­posisi saham

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 63


− Dividen bagi Pemerintah Desa berupa dana APB
Desa
c. Dana Jasa Produksi untuk Dewan Pengawas, Ma­nager
dan Karyawan;
d. Dana sosial yang berupa bantuan kepada ma­sya­rakat
miskin atau sumbangan untuk kegiatan sosial desa;
e. Dana Pendidikan sebesar 5%;
f. Dana Pengawasan dan Pembinaan sebesar 5%.
(3) Penggunaan laba bersih BUM Desa LKM UPKD Sekotong
Tengah sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan dalam
Anggaran Dasar dan dapat disesuaikan oleh Rapat Forum
Pemilik dengan mengutamakan tambahan modal apabila
modal sendiri belum mencapai Rp. 100.000.000,- (seratus
juta rupiah).
(4) Apabila modal sendiri telah mencapai Rp. 100.000.000,-
(seratus juta rupiah) paling sedikit laba ber­sih yang diguna-
kan untuk tambahan dana cadang­an modal adalah 40%.
(5) Paling sedikit 5% dari laba bersih yang digunakan untuk
dana pendidikan.
(6) Dana pendidikan sebagaimana dimaksud ayat (5) diguna-
kan untuk membiayai pelatihan Dewan Pengawas, Mana­
ger, dan Karyawan BUM Desa LKM UPKD Se­ko­tong Te­
ngah.
(7) Paling sedikit 5% dari laba bersih yang digunakan untuk
dana Pengawasan dan Pembinaan.
(8) Dana Pengawasan dan Pembinaan sebagaimana dimaksud
ayat (7) untuk membiayai kegiatan Pengawas Eksternal.

64 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13
(1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan De­sa ini
sepanjang mengenai pelaksanaannya akan di­atur lebih lan-
jut dengan Peraturan Kepala Desa.
(2) Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 65


Lampiran 4:

Anggaran Dasar (AD)


Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) “ Maccini Baji “
Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu
Kabupaten Bantaeng

BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, WILAYAH KERJA
DAN JANGKA WAKTU

Pasal 1
1. Organisasi ini bernama Badan Usaha Milik Desa “MACCINI
BAJI “ Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabupaten
Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan selanjutnya disingkat
dengan BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai Ber­
ke­dudukan di Desa Bonto Jai Ke­ca­matan Bissappu Kabu-
paten Bantaeng, Provinsi Su­la­wesi Selatan.
2. Wilayah Kerja Lembaga BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa
Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Pro­
vinsi Sulawesi Selatan.
3. Organisasi ini berdiri pada Tanggal, 29 Desember 2008
di Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabu­pa­ten Ban-
taeng, Provinsi Sulawesi Selatan, untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan.

66 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


BAB II
ASAS DAN PRINSIP

Pasal 2

Asas BUM Desa “Maccini Baji” Desa Bonto Jai Kecamat­an Bis-
sappu berasaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Pasal 3
Prinsip

1. Kooperatif
2. Partisipatif
3. Emansipasi
4. Transparan
5. Akuntabel
6. Keberlanjutan
BAB III
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARANNYA

Pasal 4
Visi

Visi BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai Kecamat­an Bis-
sappu adalah :
Terwujudnya BUM Desa Maccini Baji yang Mampu Melayani
Masyarakat pada Sektor Perekonomian Dalam Pengelolaan Po-
tensi Desa.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 67


Pasal 5
Misi

- Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam penge­lola­


an sumber daya alam.
- Meningkatkan peluang pasar terhadap potensi yang ada di
Desa
- Menjalin kemitraan dengan lembaga atau pihak ketiga.
- Meningkatkan SDM Pengurus BUM Desa perihal ma­na­­ge­
men pengelolaan / dan pengadministrasian.
- Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam yang
mengacu pada kelestarian lingkungan hidup.
- Memudahkan akses masyarakat terhadap pelayanan per­­
modalan dalam pengembangan usaha.

Pasal 6
Tujuan

1. Mendorong berkembangnya kegiatan perekonomian ma­


sya­rakat desa.
2. Meningkatkan kretivitas pada sistem ekonomi produktif
(berwirausaha anggota masyarakat desa yang berpenghasil­
an rendah).
3. Meningkatkan pendapatan Desa.
4. Meningkatkan Pengelolaan potensi sesuai dengan kebutuh­
an masyarakat.

68 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Pasal 7
Sasaran

Terlayaninya masyarakat di desa dalam mengembangkan usa-


ha produktif dengan tersedianya media beragam usaha dalam
menunjang perekonomian masyarakat Desa sesuai dengan po-
tensi Desa dan kebutuhan masyarakat.

BAB IV
PEMBENTUKAN DAN KEGIATAN

Pasal 8
Pembentukan

Pembentukan BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai mela­


lui sistem musyawarah desa yang melibatkan semua unsur da­
lam masyarakat dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Keterwakilan perempuan;
b. Pemerintah Desa, Aparat Desa, BPD, LPM, Kepala Dusun,
RW, RT;
c. Keterwakilan orang miskin dan orang-orang termarginal-
kan;
d. Tokoh masyarakat.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 69


Pasal 9
Kegiatan Usaha

Kegiatan Usaha BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai


adalah :
1. Bidang Produksi; yang dimaksud dalam Bidang Pro­duksi ini
adalah yang tercakup didalamnya jenis usa­ha yang dilakukan
masyarakat yang dapat memenuh­i kebutuhan sehari harinya
antara lain: Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Indutri Ru-
mah Tangga (Kelompok Menjahit, Penga­nyam Atap Nipa).
2. Bidang Pemasaran; yang dimaksudkan adalah yang dapat
mencarikan peluang pasar atas hasil produksi tersebut se-
hingga terjadi jual beli /perdagangan
3. Bidang Jasa; usaha yang bergerak pada pengadaan barang
yang dapat dipersewakan / sewa menyewa barang, simpan
pinjam.

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 10

Keanggotaan yang dimaksud pada Badan Usaha Milik Desa Ini


adalah seluruh masyarakat Desa Bonto Jai yang men­cakup di­
dalammya ;
1. Kelompok masyarakat yang memiliki usaha
2. Kelompok orang miskin dan orang termarginalkan
3. Kelompok usaha perempuan yang produktif
4. Warga Desa setempat bukan penduduk sementara

70 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


BAB VI
PERMUSYAWARATAN DESA

Pasal 10

Bentuk-bentuk Permusyawaratan Desa “MACCINI BAJI” Desa


Bonto Jai, BUM Desa memiliki beberapa bentuk permusyawarat­
an yaitu :
1. Musyawarah Desa
2. Musyawarah Desa Pertanggung Jawaban
3. Musyawarah Desa Khusus
4. Rapat Direksi

BAB VII
KEPENGURUSAN

Pasal 11
Bentuk Kepengurusan BUM Desa

Bentuk Kepengurusan BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto


Jai terdiri dari :
1. Pemerintah Desa sebagai Komisaris (Penasehat)
2. Masyarakat sebagai Direksi (Pelaksana Operasional yang
terdiri dari satu orang Direksi, satu orang Sekreta­ris dan
satu orang Bendahara.
3. Kepala Unit Usaha, yang terdiri dari masing-masing satu
orang Kepala Unit Usaha.
4. Badan Pengawas yang terdiri dari 5 (Lima) orang

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 71


Pasal 12
Struktur Organisasi BUM Desa

Struktur organisasi BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai


Kecamatan Bissappu, terdiri dari: Musyawarah Desa, Komisaris,
Direksi, Sekretaris, Bendahara dan Kepala Unit Usaha

BAB VIII
MEKANISME PEREKRUTAN, MASA KERJA,
PENETAPAN DAN PEMBERHENTIAN PENGURUS

Pasal 13
Mekanisme Perekrutan

1. Pengurus BUM Desa dan Badan Pengawas diusulkan dari


anggota masyarakat melalui Forum Musyawarah Desa
2. Persyaratan dan mekanisme perekrutan pengurus di­ atur
dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) dan Kete­tapan BUM
Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai.

Pasal 14
Masa Kerja

Masa Kerja Pengurus BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto


Jai Kecamatan Bissappu Selama 3 (Tiga) tahun dan dapat di­
pilih kembali.

72 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Pasal 15
Penetapan dan Pemberhentian

1. Semua Pengurus dipilih, ditetapkan dan diberhentikan me­


la­lui Forum Musyawarah Desa.
2. Mekanisme penetapan dan pemberhentian pengurus diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) dan ketetapan BUM
Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai

Pasal 16
Hubungan antara Kelembagaan

1. Hubungan Antar Kelembagaan yang dibentuk BUM Desa


akan diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tang-
ga (ART) dan Ketetapan BUM Des.
2. Anggaran Rumah Tangga yang mengatur hubungan antar
kelembagaan harus saling mendukung dan tidak berten-
tangan dengan Visi, Misi dan Tujuan.

BAB IX
UNIT USAHA

Pasal 17

Dalam melakukan kegiatan di masyarakat BUM Desa “MACCINI


BAJI” Desa Bonto Jai dapat membentuk unit usaha yang ber-
fungsi secara operasional dalam kaitannya untuk mencapai Visi,
Misi dan Tujuan.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 73


BAB X
PERMODALAN

Pasal 18

Sumber Permodalan BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto


Jai berasal dari :
1. Kekayaan Desa yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes).
2. Bantuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3. Sumber lain yang sah sesuai peraturan Perundang–undang­
an termasuk penyertaan modal dari pihak ketiga.
4. Tabungan Masyarakat berupa dana bergulir yang ber­asal
Satuan Kerja Perangkat Daerah.
5. Pinjaman melalui Lembaga Keuangan Perbankan atau lain-
nya yang pengaturan pinjamannya yang diatur dalam atur­
an khusus yang tidak menyalahi aturan perbankan.

Pasal 19
Modal Tambahan

Modal tambahan adalah sumber dana yang diperoleh oleh BUM


Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai dari sumber surplus usa-
ha yang penganturannya diatur dalam Anggar­an Rumah Tangga
(ART).

74 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


BAB XI
BAGI HASIL USAHA

Pasal 20

BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai wajib menye­tor sur-
plus usaha 25% (Dua Puluh Lima) persen setiap tahun ke desa,
dan pembagian lainnya sebagai berikut :
1. Kas Desa
2. Penanaman Modal
3. Insentif atau Biaya Operasional
4. Biaya Pendidikan
5. Biaya Lain-lain

BAB XII
MEKANISME PENGELOLAAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN BADAN USAHA
MILIK DESA

Pasal 21

BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai berkewa­jiban mela­


kukan dan memberikan laporan pertanggungjawaban kepada
Komisaris (Kepala Desa) dan Masyarakat se­kali dalam satu ta-
hun

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 75


BAB XIII
PERSELISIHAN

Pasal 22

Apabila terjadi perselisihan, pinjaman dan lain-lain yang di­


la­­­kukan oleh lembaga dan anggota akan diselesaikan se­ca­ra
musyawarah, apabila tidak tercapai kata sepakat maka akan di­
se­lesaikan melalui proses hukum yang berlaku.

BAB XIV
PEMBUBARAN

Pasal 23
Pembubaran BUM Desa

Pembubaran BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai


dilakukan melalui Musyawarah Desa dengan ketentuan segala
hasil musyawarah dan perbaikannya disetujui oleh Badan Per-
musyawaratan Desa (BPD).

BAB XV
ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN PERATURAN BUM
Desa

Pasal 24

BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa Bonto Jai menetapkan Ang-


garan Rumah Tangga (ART) BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa
Bonto Jai yang memuat peraturan pelaksanaan Anggaran Dasar
yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.

76 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


BAB XVI
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 25

Segala keputusan untuk merubah Anggaran Dasar ini ha­


rus
diputuskan dalam Musyawarah Desa.

Pasal 26

Ketentuan-ketentuan pokok lainnya akan diatur pada atur­


an
perkegiatan bidang usaha.

BAB XVII
PENUTUP

Pasal 27

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran dasar ini, akan dia-
tur dalam Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan BUM Desa.

Ditetapkan di : Bonto Jai


Pada Tanggal : Desember 2009

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 77


TIM PERUMUS
BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa) “MACCINI BAJI”
Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu

NO. NAMA JABATAN TANDA TANGAN

1 2 3 4

1. Haeruddin. S Direksi 1.
2. Amiluddin Sekretaris 2.
3. Hamsah. M Bendahara 3.
4. Nasaruddin Kpl. Unit Usaha Produksi Kpl. Unit 4.
5. Syamsuddin. K Usaha Pemasaran 5.
6. Kamariah Kpl. Unit Usaha P. Jasa 6.
7. Baharuddin,S.Ag Tim Perumus 7.
8. H. Kamaruddin Tim Perumus 8.
9. Nuraeni, S.Pd Tim Perumus 9.
10. Aripuddin Tim Perumus 10.
11. Abd. Hakim Tim Perumus 11.
12. Nuraedah Tim Perumus 12.

Mengetahui :

KOMISARIS
KEPALA DESA BADAN PENGAWAS

MUHAMMAD SALEH SAENONG, S.Pd

78 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Lampiran 5:

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART)


BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)
“MACCINI BAJI”
DESA BONTO LOE KECAMATAN BISSAPPU
KABUPATEN BANTAENG
PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, WILAYAH KERJA
DAN JANGKA WAKTU

Pasal 1

1. Organisasi ini bernama Badan Usaha Milik Desa “MACCINI


BAJI” Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabupaten Ban-
taeng Provinsi Sulawesi Selatan yang selanjutnya disingkat
BUM Desa “MACCINI BAJI “Desa Bonto Jai, berkedudukan
di wilayah Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabupaten
Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Wilayah kerja Lembaga BUM Desa “MACCINI BAJI” Desa
Bonto Jai Kecamatan Bissappu adalah wilayah Desa Bis-
sappu Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Provinsi
Sulawesi Selatan.
3. Organisasi ini berdiri pada Tanggal 29 Desember 2008
di Desa Bonto Jai kecamatan Bissappu, Kabupaten Ban­
taeng, Provinsi Sulawesi Selatan untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 79


BAB II

Pasal 2
Prinsip

1. Kooperatif, semua komponen yang terlibat dalam BUM


De­sa harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi
pengembangan dan kelangsungan BUM Desa.
2. Partisipatif, semua komponen masyarakat desa yang terli-
bat di dalam BUM Desa harus bersedia secara su­ka­rela atau
diminta memberikan kontribusi yang dapat mendorong ke-
majuan usaha BUM Desa.
3. Emansipatif, semua komponen yang terlibat di da­lam BUM
Desa harus diperlakukan sama tanpa meman­dang gender,
golongan, suku dan agama.
4. Transparan, aktivitas BUM Desa harus dapat diketahui oleh se-
genap lapisan masyarakat desa dengan mudah dan terbuka.
5. Akuntabel, seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertang-
gungjawabkan secara teknis maupun admins­tra­tif.
6. Keberlanjutan, kegiatan usaha harus dapat dikembangkan
dan dilestarikan oleh masyarakat desa dalam wadah BUM
Desa.

BAB III
KEPENGURUSAN

Pasal 3
Kepengurusan BUM Desa

1. Pemerintah Desa sebagai unsur Penasehat (Komisaris) ada-


lah Kepala Desa.

80 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


2. Masyarakat sebagai unsur pelaksana operasional (Direksi)
dipilih dan diangkat oleh masyarakat desa berda­sarkan Mu­
sya­warah Desa, sekurang-kurangnya terdiri dari :
a. Seorang Direktur;
b. Seorang Sekretaris;
c. Seorang Bendahara.
3. Kepala Unit Usaha adalah unsur pelaksana operasional
unit usaha yang didirikan BUM Desa ”MACCINI BAJI” Desa
Bonto Jai, sekurang-kurangnya satu orang.
4. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai Kecamat­
an Bissappu berasal dari warga masyarakat wilayah Desa
Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabupa­ten Bantaeng yang
dipilih dan diangkat oleh Musyawarah Desa, dengan syarat-
syarat pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai
adalah sebagai berikut :
a. Warga Desa Bonto Jai;
b. Bertempat tinggal dan menetap di Desa Bonto Jai
sekurang- kurangnya 2 (dua) tahun;
c. Pendidikan minimal SLTA atau sederajat;
d. Bukan pengurus BPD;
e. Berpribadian baik, jujur, adil, cakap, berwibawa, dan
penuh perhatian terhadap perekonomian de­sa;
f. Memiliki kemampuan dan pengalaman dalam ber­­or­
ga­nisasi, pengembangan ekonomi serta pem­ ber­
da­
yaan masyarakat;
g. Memiliki waktu yang cukup;
h. Diterima masyarakat dan tidak pernah terlibat dalam
perkara pidana;
i. Mampu bersikap adil dan bijaksana.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 81


Pasal 4
Masa kerja dan mekanisme pemilihan Pengurus BUM Desa

1. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai dipi­lih un-
tuk masa jabatan 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali.
2. Pengurus BUM Desa dipilih dan diberhentikan dalam Fo-
rum Musyawarah Desa.
3. Pengurus BUM Desa dapat diberhentikan oleh Forum
Musyawarah Desa sewaktu-waktu bila terbukti :
a. Pengurus BUM Desa melakukan penyelewengan yang
merugikan masyarakat;
b. Pengurus BUM Desa tidak lagi mentaati AD/ART BUM
Desa dan Peraturan Desa serta peraturan lainnya;
c. Pengurus BUM Desa tidak mampu lagi menjalankan
tugasnya;
d. Pengurus BUM Desa tidak lagi berdomisili di Desa
Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.
4. Apabila Pengurus BUM Desa berhalangan tetap atau men-
gundurkan diri karena sesuatu hal maka penggan­tiannya
harus melalui Forum Musyawarah Desa, meka­nisme pe-
milihan akan diatur kemudian dalam peratur­an BUM Desa.

Pasal 5
Kepengurusan Badan Pengawas BUM Desa

1. Pengurus Badan Pengawas adalah individu-individu yang


terlibat secara operasional sehari-hari dan bertanggung-
jawab secara operasional kepada Forum Mu­sya­warah BUM
Desa yang sekurang-kurangnya terdiri dari :

82 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


a. Seorang ketua merangkap anggota;
b. Seorang wakil ketua merangkap anggota;
c. Seorang sekretaris merangkap anggota;
d. 2 (dua) orang anggota.
2. Pengurus Badan Pengawas BUM Desa Maccini Baji De­sa
Bissappu Kecamatan Bissappu berasal dari warga ma­sya­
ra­kat wilayah desa Bonto Jai Kecamatan Bi­s­sappu Kabupa­
ten Bantaeng yang dipilih dan diangkat oleh Musyawarah
Desa. Syarat-syarat Pengurus Badan Pengawas adalah se-
bagai berikut :
a. Pendidikan minimal SMA atau sederajat;
b. Memiliki pengetahuan dan keterampilan adminis­trasi
dan pembukuan;
c. Mempunyai jiwa pemimpin dan jujur;
d. Memiliki kemampuan dan pengalaman dalam pe­ng­
awas­an dan pemeriksaan keuangan serta pemberda­
yaan masyarakat;
e. Memiliki waktu yang cukup;
f. Diterima masyarakat dan tidak pernah terlibat da­lam
perkara pidana.

Pasal 6
Kepengurusan Unit Usaha

1. Pengurus Unit Usaha adalah individu-individu yang ter­libat


secara operasional sehari-hari terhadap unit usaha dan
bertanggungjawab secara operasional kepada Direksi BUM
Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai yang sekurang-kurang­
nya terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Unit Usaha.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 83


2. Keanggotaan Pengurus Unit Usaha dapat ditambah atau
dikurangi sesuai dengan kebutuhan.
3. Pengurus Unit Usaha BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto
Jai Kecamatan Bissappu berasal dari warga masyarakat
wilayah Desa Bonto Jai Kecamatan Bi­s­sappu Kabupaten
Bantaeng yang dipilih dan diangkat oleh Rapat Direksi.
Syarat-syarat Pengurus Unit Usaha adalah sebagai berikut :
a. Dapat membaca dan menulis;
b. Mempunyai jiwa pemimpin dan jujur;
c. Memiliki waktu yang cukup;
d. Diterima masyarakat dan tidak pernah terlibat da­lam
perkara pidana;
e. Mampu bersikap adil dan bijaksana;
f. Berjiwa wirausaha.

Pasal 7
Masa Kerja dan Mekanisme Pemilihan Pengurus
Unit Usaha

1. Pengurus Unit Usaha dipilih untuk masa jabatan 3 tahun


dan dapat dipilih kembali.
2. Pengurus Unit Usaha dipilih dan diberhentikan dalam Fo-
rum Rapat Direksi.
3. Pengurus Unit Usaha dapat diberhentikan oleh Rapat Di-
reksi sewaktu-waktu bila terbukti :
a. Pengurus Unit Usaha melakukan penyelewangan yang
merugikan masyarakat;
b. Pengurus Unit Usaha tidak lagi mentaati AD/ART BUM
Desa dan Peraturan Desa serta peraturan lainnya;

84 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


c. Pengurus Unit Usaha tidak mampu lagi menjalankan
tugasnya;
d. Pengurus Unit Usaha tidak lagi berdomisili di Desa
Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng.
4. Apabila Pengurus Unit Usaha berhalangan tetap atau meng­
undurkan diri karena sesuatu hal maka penggan­ tiannya
harus melalui Forum Rapat Direksi.
5. Mekanisme Pemilihan akan diatur kemudian dalam peratur­
an BUM Desa.

Pasal 8
Masa Kerja dan Mekanisme Pemilihan
Badan Pengawas

1. Pengurus Badan Pengawas dipilih untuk masa jabatan 3


(tiga) tahun dan dapat dipilih kembali.
2. Pengurus Badan
���������������������������������������������
Pengawas ������������������������������
di pilih dan diberhentikan da-
lam Forum Musyawarah BUM Desa.
3. Pengurus Badan Pengawas dapat diberhentikan oleh Fo-
rum Musyawarah Desa sewaktu-waktu bila terbukti :
a. Pengurus Badan Pengawas melakukan penye­le­wengan
yang merugikan BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto
Jai dan masyarakat;
b. Pengurus Badan Pengawas tidak lagi mentaati AD/
ART BUM Desa dan Peraturan Desa serta per­aturan
lainnya;
c. Pengurus Badan Pengawas tidak mampu lagi men­ja­
lankan tugasnya;

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 85


d. Pengurus Badan Pengawas tidak lagi berdomisili di
Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu Kabupa­ten Ban-
taeng.
4. Apabila Pengurus Badan Pengawas berhalangan tetap atau
mengundurkan diri karena sesuatu hal maka penggantian-
nya harus melalui Forum Musyawarah BUM Desa. Mekanis­
me Pemilihan akan diatur kemudian dalam Peraturan BUM
Desa.

BAB IV
KEWAJIBAN DAN HAK PENGURUS

Pasal 10
Kewajiban Pengurus BUM Desa

1. Pengurus BUM Desa Desa Bonto Jai berkewajiban melak-


sanakan fungsi dan peran sesuai yang termuat dalam AD
dan ART BUM Desa.
2. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai berke-
wajiban hadir di kantor BUM Desa setiap saat atau setiap
hari kerja.
3. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai berkewa­
jiban membuat dan melakukan pergelolaan secara harian
operasional dalam pengelolaan keuangan dan pengelola­an
pinjaman khususnya dana bergulir.
4. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai ber­ke­
wa­jiban membuat dan melakukan tertib administrasi untuk
setiap transaksi yang berkaitan dengan kegiatan dan dana
BUM Desa.

86 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


5. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai ber­ke­
wajiban membuat laporan kegiatan, laporan keuangan dan
laporan bulanan.
6. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai berkewa­
jiban membuat Rencana Kerja Tahunan dan Rencana Ang-
garan Biaya berkaitan dengan dana BUM Desa.
7. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai ber­ke­wa­
jiban melakukan pembinaan kepada Unit Usaha­nya.
8. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai ber­ke­
wa­jiban melaksanakan segala ketentuan dalam AD/ART
dan peraturan-peraturan lainnya yang di buat oleh Forum
Musyawarah Desa.
9. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai ber­ke­
wa­jiban mempertanggungjawabkan hasil kepengu­rus­an se-
tiap 1 (satu) kali setahun kepada Forum Mu­sya­warah BUM
Desa.

Pasal 11
Hak Pengurus BUM Desa

1. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai berhak


atas:
a. Gaji atau biaya operasional;
b. Cuti tahunan atau cuti hamil dan melahirkan;
c. Biaya pendidikan.
2. Pengurus BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai berhak
menerima hak-hak lain sesuai hasil keputusan Mu­syawarah
Desa.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 87


3. Besaran gaji atau biaya operasioanal, dan lainnya di­pu­tus­
kan dalam Forum Musyawarah Desa, dengan mem­per­ha­
tikan ketentuan yang berlaku.

Pasal 12
Kewajiban Pengurus Badan Pengawas

1. Pengurus Badan Pengawas BUM Desa Maccini Baji Desa


Bonto Jai berkewajiban melaksanakan fungsi dan peran
sesuai yang termuat dalam AD dan ART BUM Desa Mac-
cini Baji Desa Bonto Jai.
2. Pengurus Badan Pengawas BUM Desa Maccini Baji Desa
Bonto Jai berkewajiban melakukan pengawasan dan pe­me­
rik­saan keuangan BUM Desa setiap bulan.
3. Pengurus Badan Pengawas BUM Desa Maccini Baji Desa
Bonto Jai berkewajiban membuat laporan pe­ me­riksaan
keuangan BUM Desa setiap bulan yang di­tu­jukan kepada
Komisaris.
4. Pengurus Badan Pengawas BUM Desa Maccini Baji Desa
Bonto Jai berkewajiban melaksanakan segala ketentuan da­
lam AD/ART dan peraturan-peraturan lain­nya yang dibuat
oleh Forum Musyawarah Desa.
5. Pengurus Badan Pengawas BUM Desa Maccini Baji Desa
Bonto Jai berkewajiban mempertanggungjawabkan hasil
kepengurusan setiap 1 (satu) kali setahun kepada Forum
Musyawarah Desa.

88 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Pasal 13
Hak Pengurus Badan Pengawas

1. Pengurus Badan Pengawas BUM Desa Maccini Baji Desa


Bonto Jai berhak atas pembagian surplus apabi­la terjadi
surplus setelah di kurangi kewajiban dan re­si­ko usaha se-
tiap akhir tahun.
2. Jumlah pembagian keuntungan usaha, biaya operasional
Badan Pengawas BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai
dari surplus usaha diputuskan dalam Forum Musyawarah
Desa, dengan memperhatikan biaya-bia­ya dan resiko usa-
ha.

Pasal 14
Kewajiban Pengurus Unit Usaha

1. Pengurus Unit Usaha berkewajiban melaksanakan fung­si


dan peran sesuai yang termuat dalam Anggar­an Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga BUM Desa.
2. Pengurus Unit Usaha berkewajiban membuat Laporan hasil
usahanya setiap bulan yang ditujukan kepada Direksi BUM
Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai.
3. Pengurus Unit Usaha berkewajiban melaksanakan segala
ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga serta peraturan-peraturan lainnya yang dibuat oleh
Forum Musyawarah Desa.
4. Pengurus Unit Usaha berkewajiban mempertanggungja­
wab­kan hasil kepengurusan setiap 1 (satu) kali setahun ke-
pada Rapat Direksi.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 89


Pasal 15
Hak Pengurus Unit Usaha

1. Pengurus Unit Usaha berhak mendapatkan biaya opera-


sional dari dana unit usaha yang dikelolanya.
2. Jumlah biaya oprasional diputuskan dalam Rapat Direksi.

BAB V
HUBUNGAN BUM Desa DENGAN
LEMBAGA-LEMBAGA BUM Desa

Pasal 16
Hubungan BUM Desa dengan Unit Usaha

1. Unit-unit usaha adalah sebagai pelaksana operasional dari


BUM Desa.
2. Hubungan BUM Desa terhadap Unit Usaha bersifat hubung­
an hukum, hubungan transaksi keuangan dan hubungan
pembinaan.

Pasal 17
Hubungan BUM Desa dengan Badan Pengawas BUM Desa

1. Badan Pengawas BUM Desa adalah lembaga yang bersifat


mitra kerja yang bertugas mengawasi perenca­naan, pelak-
sanaan dan pertanggungjawaban seluruh kegiatan BUM
Desa termasuk kegiatan pengelolaan keuangan dan usaha.
2. Direksi BUM Desa wajib memberikan laporan kegiatan dan
keuangan BUM Desa kepada Badan Pengawas setiap bu-
lan.

90 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


3. BUM Desa wajib memberikan informasi data-data ke­giatan
serta keuangan kepada Badan Pengawas pada saat Badan
Pengawas melakukan pemeriksaan dan pengawasan.
4. Badan Pengawas berhak memberikan saran baik lisan
mau­pun tertulis kepada Direksi BUM Desa.
5. Badan Pengawas dapat memberikan teguran baik lisan
maupun tertulis kepada Direksi BUM Desa bilamana Badan
Pengawas BUM Desa menemukan pelanggar­an AD-ART
dan peraturan lain dan atau ketentuan pro­gram lainnya.
6. Badan Pengawas berhak memberikan rekomendasi kepada
Forum Musyawarah BUM Desa melalui Dewan Komisaris
untuk menon-aktifkan sementara Direksi BUM Desa, bila-
mana Direksi BUM Desa diindikasikan melakukan penye­le­
wengan dana.
7. Badan Pengawas berhak memberikan Rekomendasi ke­
pada Forum Musyawarah Desa melalui BUM Desa untuk
melakukan pemilihan atau tidak dilakukan pe­mi­lihan pe­
ngu­rus BUM Desa baru pada saat periode kepengurusan
BUM Desa berakhir.

Pasal 18
Hubungan BUM Desa dengan Musyawarah Desa

1. Forum Musyawarah Desa adalah pemegang kekuasa­ an


tertinggi dalam kegiatan BUM Desa.
2. BUM Desa adalah lembaga pelaksana mandat Forum
Musyawarah Desa BUM Des untuk mengelola kegiat­an dan
keuangan BUM Desa yang diputuskan oleh Forum Musya-
warah Desa.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 91


3. Forum Musyawarah Desa berhak memilih, mengangkat
dan memberhentikan Pengurus BUM Desa sesuai dengan
ke­tentuan yang berlaku.
4. BUM Desa bertanggungjawab kepada Forum Musyawarah
Desa.

BAB VI
PENGELOLAAN PROGRAM DAN USAHA BUM Desa

Pasal 19

1. Dalam pengelolaan program dan usaha-usaha BUM


Desa harus menjalankan sesuai ketentuan perundang­an-
undangan yang berlaku dan keputusan Forum Mu­syawarah
Desa.
2. Program dan usaha-usaha dikelola sesuai dengan kebutuh­
an dan karakteristik masing-masing program atau usaha
yang pengaturannya akan diatur dengan Ke­tetapan BUM
Desa

BAB VII
SUMBER PENDANAAN

Pasal 20
Sumber Pendanaan

Sumber pendanan untuk kegiatan usaha BUM Desa sebagaima-


na diatur dalam Anggaran Dasar.

92 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


BAB VIII
ADMINISTRASI DAN PELAPORAN KEUANGAN

Pasal 21
Jenis Pelaporan

1. Pelaporan keuangan BUM Desa dilaporkan setiap bulan


dan disebut Laporan Bulanan.
2. Laporan Bulanan BUM Desa, sekurang-kurangnya memuat
Laporan Perkembangan Unit Usaha, Laporan Penggunaan
Operasional BUM Desa, Laporan Neraca Keuangan, dan
hal-hal lain yang dianggap penting untuk dilaporkan.
3. Pelaporan Keuangan BUM Desa dalam kaitannya tutup
buku yang dilakukan setiap tanggal 31 Desember tahun
ber­jalan dan disebut Laporan Tahunan.
4. Laporan pertanggungjawaban BUM Desa yang dibuat oleh
BUM Desa dalam kaitan pertanggungjawaban seluruh ke­
giat­an BUM Desa.

Pasal 22
Proses Administrasi dan Pelaporan Keuangan

1. Tahun buku dan pelaporan keuangan BUM Desa di­mulai


dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun berjalan.
2. BUM Desa wajib menyelenggarakan pembukuan se­ suai
dengan aturan dan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan
yang transparan, mempunyai akuntabilitas dan bertujuan
untuk pelestarian.
3. BUM Desa pada setiap akhir tutup buku wajib meng­adakan
perhitungan operasional kegiatan, neraca dan perhitungan

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 93


hasil kegiatan lainnya sesuai dengan atur­an dan prinsip-
prinsip akuntansi Indonesia.

BAB IX
BAGI HASIL USAHA

Pasal 23

BUM Desa Maccini Baji Desa Bonto Jai wajib menyetor sur­plus
usahanya 25 % (Dua Puluh Lima) persen setiap tahun ke kas
desa dan pembagian lainnya sebagai berikut :
1. Kas Desa 25%
2. Penanaman Modal 40%
3. Intensif atau Biaya Operasional Pengurus 25%
4. Biaya Pendidikan dan Pelatihan 5%
5. Biaya Lain–lain 5%

Pasal 24

1. Surplus adalah pendapatan dari usaha unit-unit usaha sete-


lah di kurangi biaya BUM Desa dan resiko usaha.
2. Pendapatan ádalah semua pendapatan BUM Desa baik
pendapatan operasional, pendapatan non operasi­onal dan
pendapatan lain-lain yang diperoleh BUM Desa selama
jangka waktu satu tahun buku.
3. Biaya lain-lain adalah semua biaya BUM Desa baik biaya
operasional, biaya non operasional dan biaya lain-lain yang
di keluarkan BUM Desa selama jangka waktu satu tahun
buku

94 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


4. Mekanisme penyetoran surplus usaha ke kas Desa di­atur
dalam Peraturan Musyawarah Desa dan dipertang­gung­ja­
wab­kan oleh Bendahara Desa.

Pasal 25
Penggunaan Keuntungan atau Surplus

1. Surplus BUM Desa diutamakan untuk pengembangan usa-


ha
2. Surplus BUM Desa setelah dikurangi kewajiban dapat digu-
nakan untuk :
a. Penambahan modal;
b. Pengembangan kelembagaan BUM Desa;
c. Bonus pengurus BUM Desa;
d. Dana sosial untuk bantuan masyarakat miskin;
e. Pendanaan Badan Pengawas.
3. Jumlah besaran pembagian surplus diputuskan melalui
musyawarah BUM Desa.
4. Bila BUM Desa belum mempunyai surplus berjalan, maka
pendanaan BUM Desa dan Badan Pengawas untuk se-
mentara disubsidi dari modal awal BUM Desa yang dima­
sukkan sebagai biaya non operasional BUM Desa.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 95


BAB X
PERSELISIHAN

Pasal 26

1. Apabila terjadi perselisihan, penyimpangan dan lain-lain


yang dilakukan BUM Desa, Badan Pengawas, Unit Usaha,
atau dengan mitra usaha maka diselesaikan secara musya-
warah.
2. Apabila tidak tercapai kata sepakat dalam musyawarah
maka akan diselesaikan melalui jalur hukum yang berlaku.

BAB XI
PEMBINAAN

Pasal 27

BUM Desa berada dibawah pembinaan Pemerintah Desa Bonto


Jai Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng Pro­vinsi Sulawesi
Selatan.

BAB XII

Pasal 28
Pembubaran BUM Desa

1. Pembubaran BUM Desa hanya dapat dilakukan melalui Fo-


rum Musyawarah Desa.
2. Pembubaran dapat dilakukan setelah dilakukan upaya-
upaya penyelamatan dan BUM Desa dinyatakan pailit serta
disetujui Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

96 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


3. Untuk menyatakan BUM Desa pailit, maka harus diadakan
Musyawarah Desa khusus yang terdiri dari unsur masyarakat
dan pemerintah.

Pasal 29

Apabilah ada harta atau hutang yang pada saat pembu­baran,


pembagian harta dan pemenuhan kewajian hutang akan diten-
tukan oleh Forum Musyawarah Desa, sesuai de­ngan peraturan
yang berlaku.

BAB XIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN PERATURAN BUM
Desa

Pasal 30

Forum Musyawarah Desa menetapkan Peraturan BUM Desa


yang memuat peraturan pelaksanaan Anggaran Rumah Tangga
dan tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar.

BAB XIV
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 31

Segala keputusan untuk merubah Anggaran Rumah Tangga ini


harus melalui Forum Musyawarah Desa.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 97


BAB XV
PENUTUP

Pasal 32

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini,


akan diatur dalam Peraturan BUM Desa, akan diakomodir pada
aturan per Unit Usaha dan termuat didalamnya Berita Acara.

Ditetapkan di : Bonto Jai


Pada Tanggal : Desember2009

TIM PERUMUS
BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)
“MACCINI BAJI ”
Desa Bonto Jai Kecamatan Bissappu

TANDA
NO. NAMA JABATAN
TANGAN

1 2 3 4

1. Haeruddin. S Direksi 1.
2. Amiluddin Sekretaris 2.
3. Hamsah. M Bendahara 3.
4. Nasaruddin Kpl. Unit Usaha Produksi Kpl. Unit 4.
5. Syamsuddin. K Usaha Pemasaran 5.
6. Kamariah Kpl. Unit Usaha P. Jasa 6.
7. Baharuddin,S.Ag Tim Perumus 7.
8. H. Kamaruddin Tim Perumus 8.
9. Nuraeni Tim Perumus 9.
10. Aripuddin Tim Perumus 10.
11. Abd. Hakim Tim Perumus 11.
12. Nuraedah Tim Perumus 12.

98 Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa


Mengetahui :

KOMISSARIS
KEPALA DESA BADAN PENGAWAS

MUHAMMAD SALEH SAENONG, S.Pd.

Pengembangan dan Pengelolaan BUM Desa 99


BUM Desa lagi marak dibahas banyak orang yang mem-
perhatikan desa. Lembaga usaha desa ini lagi menarik
dibicarakan masyarakat desa, pemerintah kabupaten dan
pengiat desa. Banyak harapan lahir dengan kebaradaan
BUM Desa sebagai penggerak ekonomi masyarakat desa
yang terbatas di desa. Harapan lain juga pemerintah desa
mendapatkan kontribusi pendapatan asli desa untuk
melengkapi kebutuhan pembangunan desa.

Buku ini hadir sebagai salah satu bacaan yang cerdas ten-
tang pengertian BUM Desa, bagaimana mendirikan serta
dilengkapi beberapa pengalaman menarik dari berbagai
usaha desa yang berasal dari berbagai daerah. Buku ini
memuat apa itu lembaga ekonomi ini, bagaimana
menyiapkan serta bagaimana memilih jenis usahanya
yang tepat. Tidak kalah penting buku ini juga memberi
gambaran singkat hal-hal yang perlu disiapkan untuk
mendirikan BUM Desa.

Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD)


Jl. Karangnangka No. 175, Dusun Demangan
Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, Yogyakarta,
Telp./Fax. 0274-4333665, mbl: 0811 250 3790,
website: //www.forumdesa.org
E-mail: fppd@indosat.net.id

Australian Community Development and Civil Society


Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II
Australian Aid managed by IDSS on behalf of the Australian Government

ISBN 602-14643-3-8

9 786021 464335

Anda mungkin juga menyukai