DAFTAR ISI
2.3.2 Fokus Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) ....... 219
i
2.4.2 Urusan Pemerintah Wajib yang tidak Berkaitan dengan
Pelayanan Dasar ......................................................... 279
ii
4.1 Visi Kabupaten Ketapang..................................................... 513
4.1.1 Sasaran Visi ............................................................... 526
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
berkelanjutan. RPJPD menjadi acuan bagi pemerintah daerah
dalam merencanakan pembangunan wilayah yang lebih baik dan
terarah.
2
2. Pendekatan teknokratik, yaitu pendekatan yang dilakukan
melalui metode dan kerangka ilmiah sebagai upaya mencapai
tujuan dan sasaran pembangunan daerah;
3. Pendekatan partisipatif, yaitu pendekatan yang dilakukan
melalui peran pemangku kepentingan pembangunan, dengan
tujuan untuk mendapatkan aspirasi, dan menciptakan rasa
memiliki dalam penyusunan RPJPD;
4. Pendekatan atas bawah (top-down) dan bawah atas (bottom-up),
yaitu pendekatan dari hasil perencanaan yang diselaraskan
dalam musyawarah pembangunan yang dilakukan pada tingkat
dasar yaitu desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga
nasional.
3
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4723);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725) sebagaimana telah diubah dengan Undang
Undang Nomor 11 Tahun 2020 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 113, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);
4
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6757);
11. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4663);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan, antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik
5
Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4738);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4890);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 187,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6402);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6041);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) (Lembaran Negara Republik
6
Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6178);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6322);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 tentang Laporan
dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 52,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6323);
24. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
136);
25. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2020
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 259);
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Pembuatan Dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja
7
Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1312);
28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019 tentang
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah;
29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang
Klasifikasi, kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah;
30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2019 tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 288);
31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 178);
32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 1419);
33. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 900.1.15.5-1317
Tahun 2023 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 050-5889 Tahun 2021 tentang Hasil
Verifikasi, Validasi dan Inventarisasi Pemutakhiran Klasifikasi,
Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah;
34. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2024 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Tahun 2025-2045;
35. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 5 Tahun
2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Kalimantan Barat 2014-2034 (Lembaran Daerah Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2014 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 8);
8
36. Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 3 Tahun 2015
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ketapang
Tahun 2015-2035 (Lembaran Daerah Kabupaten Ketapang
Tahun 2015 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Ketapang Nomor 44);
1.3 Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen
Rencana Pembangunan Daerah Lainnya
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang
selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan daerah
yang memiliki periode selama 20 (dua puluh) tahun. Perencanaan
Pembangunan Daerah ini memiliki tujuan untuk mewujudkan
pembangunan daerah dalam rangka peningkatan dan pemerataan
pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha,
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik dan daya saing
daerah. RPJPD Kabupaten Ketapang merupakan hasil integrasi dan
sinkronisasi antara kebijakan pembangunan nasional dan sektoral.
9
Berdasarkan penjelasan di atas, dokumen RPJPD Kabupaten
Ketapang secara substantif tidak dapat berdiri sendiri. Dokumen
RPJPD Kabupaten Ketapang ini memiliki kaitannya dengan
dokumen perencanaan lainnya baik yang bersifat perencanaan
program pembangunan (a-spatial) maupun yang bersifat keruangan
(spatial). Oleh sebab itu, dalam penyusunan dokumen RPJPD
Kabupaten Ketapang harus memperhatikan dokumen RPJP
Nasional, RPJPD Provinsi Kalimantan Barat, Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Ketapang
sendiri. Apabila dijabarkan hubungan RPJPD Kabupaten Ketapang
dengan dokumen perencanaan lainnya sebagai berikut :
10
1. Pendapatan per kapita setara negara maju;
2. Kemiskinan menuju nol persen dan ketimpangan bekurang;
3. Kepemimpinan dan pengaruh di dunia internasional
meningkat;
4. Daya saing sumber daya manusia meningkat; dan
5. Intensitas emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menurun menuju net
zero emission.
Upaya mewujudkan Visi Pembangunan Nasional tersebut
ditempuh dengan 8 (delapan) misi agenda pembangunan yang
terdiri dari 3 (tiga) misi (agenda) transformasi, 2 (dua) landasan
transformasi, dan 3 (tiga) kerangka implementasi transformasi yang
dijabarkan ke dalam 17 arah (tujuan) pembangunan sebagai
komitmen Indonesia untuk tetap melanjutkan pembangunan
berkelanjutan. Delapan misi (agenda) pembangunan tersebut
adalah :
11
Gambar.1.1…
12
mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah dengan visi, misi dan
arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh
upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat
sinergis, koordinatif.
Adapun tujuan penyusunan RPJPD Ketapang Tahun 2025-
2045 antara lain:
1. Untuk mengidentifikasi, menganalisis dan memprediksi kondisi
umum daerah, baik berupa sumberdaya alam, ekonomi, sumber
daya manusia, sarana-prasarana, maupun sosial budaya dan
pemerintahan;
2. Merumuskan visi, misi dan arah pembangunan Kabupaten
Ketapang dalam jangka panjang 20 tahun ke depan; dan
3. Mewujudkan kehidupan yang demokratis, toleransi,
transparan, partisipatif, akuntabel, berkeadilan sosial,
melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum
dalam tatanan masyarakat daerah yang beradab, berakhlak
mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera dalam kurun waktu
20 tahun ke depan.
13
BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Bab ini memuat informasi tentang gambaran umum kondisi
daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi, aspek
kesejahteraan sosial, aspek pelayanan umum, dan aspek daya
saing daerah.
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.3 Aspek Daya Saing Daerah
2.4 Aspek Pelayanan Umum
2.5 Evaluasi Hasil RPJPD Tahun 2005-2025
2.6 Tren Demografi dan Kebutuhan Sarana Prasarana Pelayanan
Publik
2.7 Pengembangan Pusat Pertumbuhan Wilayah
BAB III. PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS
Menjelaskan permasalahan dan isu strategis yang harus
diperhatikan untuk dijadikan sasaran pembangunan utama oleh
pemerintah daerah. Penjelasan ini setidaknya memuat:
3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah;
3.2 Isu Strategis.
BAB IV. VISI DAN MISI DAERAH
4.1 Visi Daerah Tahun 2025-2045
Visi Daerah adalah kondisi daerah sebagai hasil dari
pembangunan yang ingin diwujudkan sampai dengan tahun
2045
4.2 Misi Daerah Tahun 2025-2045
Misi adalah upaya-upaya yang akan dilaksanakan daerah
untuk mewujudkan visi daerah sampai dengan tahun 2045.
BAB V ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN POKOK
Pada bab ini memuat terkait arah kebijakan dan sasaran
pokok Kabupaten Ketapang dalam 20 tahun kedepan.
5.1 Arah Kebijakan
14
Arah kebijakan ini merupakan kerangka kerja pembangunan
per lima tahun dalam rangka pencapaian visi daerah meliputi:
a. Arah Kebijakan Periode 2025-2029;
b. Arah Kebijakan Periode 2030-2034;
c. Arah Kebijakan Periode 2035-2039;
d. Arah Kebijakan Periode 2040-2045.
Yang sejalan dengan arah kebijakan dalam mendukung
perwujudan Visi Indonesia Emas 2045, sesuai dengan
karakteristik dan kondisi daerah.
5.2 Sasaran Pokok RPJPD Tahun 2025-2045
Sasaran pokok RPJPD Tahun 2025-20245 merupakan
gambaran rangkaian kinerja daerah dalam pencapaian
pembangunan yang menggambarkan terwujudnya Visi
RPJPD 2025-2045 dan diukur dengan menggunakan
indikator yang bersifat progresif.
Sasaran pokok RPJPD Kabupaten/Kota Tahun 2025-2045
memuat arah pembangunan, arah kebijakan transformasi
daerah dan indikator pembangunan utama, sesuai dengan
karakteristik daerah yang mencermikan keotonomian daerah.
BAB VI PENUTUP
Berisikan penjelasan ketentuan perencanaan menjelang
akhir periode perencanaan RPJPD serta menjelaskan kaidah
pelaksanaan RPJPD dalam RPJMD 4 Periode kedepan, berupa;
a. Catatan penting yang perlu mendapat perhatian, baik dalam
rangka pelaksanaannya maupun seandainya ketersediaan
anggaran tidak sesuai dengan kebutuhan
b. Kaidah-kaidah pelaksanaan
c. Rencana tindak lanjut
15
1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
18
Gambar 2.1. Peta Batas Administrasi Kabupaten Ketapang
19
Tabel 2.1.
Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Ketapang
Persentase
Ibu Kota
Kecamatan Luas (km2) Luas Wilayah
Kecamatan
(%)
Kendawangan Kendawangan 5.859 18,55
Kiri
Manis Mata Manis Mata 2.912 9,22
Marau Suka Karya 1.160 3,67
Singkup Singkup 227 0,72
Air Upas Air Upas 793 2,51
Jelai Hulu Periangan 1.358 4,30
Tumbang Titi Tumbang Titi 1.198 3,79
Pemahan Pebihingan 326 1,03
Sungai Melayu Sungai Melayu 122 0,39
Rayak
Matan Hilir Pesaguan Kiri 1.813 5,74
Selatan
Benua Kayong Tuan-Tuan 349 1,10
Matan Hilir Kuala Tolak 720 2,28
Utara
Delta Pawan Tengah 74 0,23
Muara Pawan Sungai Awan 611 1,93
Kanan
Nanga Tayap Nanga Tayap 1.728 5,47
Sandai Sandai 1.779 5,63
Hulu Sungai Menyumbung 4.685 14,83
Sungai Laur Riam Bunut 1.651 5,23
Simpang Hulu Balai Pinang 3.175 10,05
Simpang Dua Semandang 1.048 3,32
Kanan
Ketapang 31.588 100
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
20
Kecamatan kedua terbesar adalah Kecamatan Hulu Sungai. Luas
Kecamatan Hulu Sungai mencapai 14,83 persen dari total luas
wilayah Kabupaten Ketapang. Kecamatan dengan luas wilayah
terkecil adalah Kecamatan Delta Pawan. Kecamatan ini memiliki
luas 74 km2 atau 0,23 persen dari luas total Kabupaten Ketapang.
Tabel 2.2.
Jarak Kecamatan Menuju Ibukota Kabupaten Ketapang
Jarak ke Ibukota
Kecamatan
Kabupaten (km)
Kendawangan 96
Manis Mata 250
Marau 186
Singkup 150
Air Upas 175
Jelai Hulu 148
Tumbang Titi 100
Pemahan 86
Sungai Melayu Rayak 65
Matan Hilir Selatan 30
Benua Kayong 7
Matan Hilir Utara 52
Delta Pawan 1
Muara Pawan 17
Nanga Tayap 144
Sandai 183
Hulu Sungai 260
Sungai Laur 232
Simpang Hulu 325
Simpang Dua 230
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
21
Jarak antara ibukota kecamatan dengan Ibukota Kabupaten
Ketapang berkisar antara 1 hingga 325 km. Ibukota kecamatan
terjauh dari Ibukota Kabupaten Ketapang adalah Kecamatan
Simpang Hulu yang mencapai 325 km. Jarak paling dekat antara
ibukota kecamatan dengan ibukota Kabupaten Ketapang adalah
Ibukota Kecamatan Delta Pawan yang hanya berjarak 1 km.
c. Geologi
Wilayah Kabupaten Ketapang tersusun dari batuan yang
cukup variatif. Geologi Kabupaten Ketapang terdiri dari satuan
batuan malihan Pinoh yang berumur Pra Tersier - Tersier, satuan
komplek Ketapang yang berumur Jura, satuan granit Sukadana
berumur Kapur, satuan granit Sangiyang berumur kapur, satuan
basal Bunga berumur Kapur, satuan rombakan lereng berumur
Kuarter dan satuan Aluvium berumur Kuarter. Batuan penyusun
terdiri dari endapan aluvial, batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf. Berikut adalah data tentang formasi geologi
Kabupaten Ketapang:
Tabel 2.3.
Formasi Geologi Kabupaten Ketapang
Infra-
Plistos
struktu
Kecamat Kuarte en
Trias Kapur Jura r& Jumlah
an r Pliose
Plutoni
n
k Asam
Kendawa 558.28
- - - - - 558.285
ngan 5
Manis 215.24 830.2 996.27 2.086.97
12.025 - 33.209
Mata 5 25 0 4
132.70
Marau - - - 33.209 66.418 232.327
0
Singkup - - - - 66.418 49.814 116.232
Air Upas - - - - - 3.321 3.321
Jelai 66.41 498.13
12.875 - - 83.023 660.451
Hulu 8 5
Tumbang 126.19
50.875 - - - 33.209 210.278
Titi 4
Pemahan - - - - 33.209 - 33.209
Sungai
Melayu - - - - - - -
Rayak
22
Infra-
Plistos
struktu
Kecamat Kuarte en
Trias Kapur Jura r& Jumlah
an r Pliose
Plutoni
n
k Asam
Matan
136.60
Hilir - - - - - 136.600
0
Selatan
Benua
- - - - - - -
Kayong
Matan
196.58
Hilir - - - - - 196.585
5
Utara
Delta
- - - - - - -
Pawan
Muara
- - - - - - -
Pawan
Nanga 99.62 664.18
38.805 - - - 802.612
Tayap 7 0
1.627.2 1.636.01
Sandai 8.775 - - - -
41 6
Hulu 332.09 1.560.8 1.892.91
- - - -
Sungai 0 23 3
Sungai 1.926.1 1.965.36
39.245 - - - -
Laur 22 7
Simpang 177.88 1.328.3 1.328.3 2.837.92
- 3.321 -
Hulu 5 60 60 6
Simpang 1.328.3 730.59 2.059.29
- - 332 -
Dua 60 8 0
1.567. 12.02 833.8 166.0 5.313. 7.535. 15.428.
Jumlah
875 5 78 45 440 123 386
Sumber: RPJMD Kabupaten Ketapang 2016-2021
23
Pawan. Sebagian lainnya masuk lintas provinsi, yaitu WS Jelai-
Kendawangan. Selain itu, terdapat juga Kawasan Daerah Irigasi
Rawa (D.I.R.) Nasional yang menyebar di 8 lokasi, D.I.R. Provinsi
yang menyebar di 4 lokasi, D.I.R. Kabupaten yang menyebar di 10
lokasi dan Daerah Irigasi (D.I.) Kabupaten yang menyebar di 15
lokasi. Adapun luas WS, D.I.R. dan D.I. dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 2.4.
Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Ketapang
Daerah
Luas
Wilayah Kecamatan yang
No. Aliran
DAS
Sungai dilalui
Sungai
(Km2)
1 WS Pawan Pawan 13.400 Hulu Sungai,
Sandai, Sungai
Laur, Nanga
Tayap, Muara
Pawan, Benua
Kayong, Delta
Pawan dan
pemahan
Semandang 3.090 Simpang Hulu
Tolak 840 Matan Hilir Utara
Pesaguan 2.860 Tumbang Titi,
Matan Hilir
Selatan, dan
Sungai Melayu
Rayak
Tengar 358 Kendawangan
2 WS Jelai- Kendawangan 3.380 Marau,
Kendawangan Kendawangan,
Singkup, dan Air
Upas
Simbar 630 Kendawangan
Air Hitam 1.900 Kendawangan
Besar
Air Hitam 980 Kendawangan
Kecil
Jelai 5.840 Jelai Hulu, Manis
Mata, dan
Kendawangan
24
Sumber: Dirjen SDA Departemen Pekerjaan Umum dan RPJMD
Kabupaten
Ketapangan 2016-2021
Tabel 2.5.
Data Daerah Irigasi Rawa (D.I.R.) dan Daerah Irigasi (D.I.) di
Kabupaten Ketapang
Status Luas
No. Jumlah Lokasi
Kawasan (ha)
1 D.I.R. 6 25.720 Kendawangan, Matan Hilir
Nasional Selatan dan Benua Kayong
2 D.I.R. 6 9.500 Matan Hilir Utara, Muara
Provinsi Pawan, Benua Kayong dan
Matan Hilir Selatan
3 D.I.R. 10 4.132 Matan Hilir Utara, Muawa
Kabupaten Pawan dan Delta Pawan
4 D.I. 72 7.206 Tersebar di 15 Kecamatan
Kabupaten
Jumlah 94 46.558
Sumber: Permen PUPR No. 14 Tahun 2015
25
Permasalahan tersebut harus dijawab melalui serangkaian
aksi nyata, seperti yang telah direncakanan dalam dokumen RPJPD
Kabupaten Ketapang tahun 2005-2025, yakni pengembangan
jaringan irigasi yang diarahkan untuk peningkatan produktivitas
lahan dalam rangka mendukung program ketahanan pangan.
Pengelolaan jaringan irigasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pengembangan sektor pertanian. Produktivitas
lahan yang sering terganggu dengan banjir dan intruisi air asin
perlu ditanggulangi melalui pengembangan prasarana pengendali
banjir. Pengupayaan penyeimbangan ketersediaan air pada musim
penghujan dan kemarau menjadi sangat penting dilakukan untuk
menjaga kontinuitas penyediaan air. Selanjutnya, dalam upaya
lebih memanfatkan air sebagai sumberdaya, perlu dikembangkan
berbagai usaha pemanfaatan air melalui pengembangan sumber
energi mikro, budidaya perikanan, maupun untuk tujuan wisata.
e. Klimatologi
Tabel 2.6.
Kondisi Klimatologi Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
26
4
Tekanan Udara 1.009, 1.009, 1009, 1.009, 1008,
(mb) 4 9 2 1 9
5 Jumlah Curah 269,9 227,8 368,3 362,7 363,8
Hujan (mm) 1
6 Jumlah Hari 13 11,2 21,92 16 26,6
Hujan
7 Penyinaran 63,6 63,6 74,2 50,1 5,5
Matahari (%)
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
27
bukan sawah. Adapun luas penggunaannya dapat dilihat sebagai
berikut.
Tabel 2.7.
Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan di Kabupaten
Ketapang Tahun 2017 (Hektar/ha)
Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Total Luas
Kecamatan Bukan
Bukan Lahan
Sawah Pertanian
Sawah
Kendawanga 25.354,0 393.893,0 166.663,0 585.910,0
n
Manis Mata 2.545,0 230.294,0 58.381,0 291.220,0
Marau 1.753,0 113.165,0 1.092,0 116.010,0
Singkup 175,0 20.535,0 1.980,0 22.690,0
Air Upas 659,0 63.486,0 15.135,0 79.280,0
Jelai Hulu 241,0 135.099,0 510,0 135.850,0
Tumbang Titi 2.361,0 103.837,0 13.582,0 119.780,0
Pemahan 1.638,0 28.975,0 1.987,0 32.600,0
Sungai 297,0 11.247,0 656,0 12.200,0
Melayu
Rayak
Matan Hilir 11.247,0 162.789,0 7.274,0 181.310,0
Selatan
Benua 4.365,0 27.893,0 2.642,0 34.900,0
Kayong
Matan Hilir 7.530,0 60.631,0 3.879,0 72.040,0
Utara
Delta Pawan 250,0 5.726,0 1.424,0 7.400,0
Muara 5.062,0 9.557,0 46.441,0 61.060,0
Pawan
Nanga Tayap 3.469,0 169.184,0 157,0 172.810,0
Sandai 2.381,0 171.497,0 4.002,0 177.880,0
Hulu Sungai 760,0 5.855,0 461.925,0 468.540,0
Sungai Laur 1.559,0 157.470,0 6.041,0 165.070,0
Simpang 4.845,0 285.440,0 27.185,0 317.470,0
Hulu
Simpang 634,0 103.344,0 812,0 104.790,0
Dua
Jumlah 77.125, 2.259.917, 821.768, 3.158.810,
0 0 0 0
Sumber: Statistik Penggunaan Lahan Kabupaten Ketapang, 2017
28
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, semakin
bertambah pula kebutuhan manusia terhadap penggunaan lahan.
Kendati demikian, data penggunaan lahan di atas merupakan data
terakhir yang diproduksi oleh BPS Kabupaten Ketapang. Oleh
karena itu, untuk melihat baik atau tidaknya arah kebijakan
penggunaan lahan, maka diperlukan komparasi dengan data tahun
sebelumnya.
Pertama, terdapat lahan sawah seluas 77.125 ha pada tahun
2017. Apabila dikomparasikan dengan data per 2016, maka terlihat
adanya penurunan sekitar 3,83 persen. Penurunan luas lahan
sawah tersebut diduga karena lahan sawah di perkotaan yang
dialihgunakan menjadi perumahan dan di perdesaan yang
dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Apabila
dirinci menurut penggunaannya, lahan sawah meliputi lahan yang
ditanami padi sebanyak tiga kali dalam setahun (0,10 persen), dua
kali (8,54 persen), satu kali (38,26 persen), ditanami lainnya (5,39
persen), dan yang tidak ditanami tanaman apapun (47,70 persen).
Dengan demikian, potensi luas lahan sawah yang telah
dimanfaatkan untuk tanaman padi mencapai sekitar 36.179 hektar
atau sekitar 46,91 persen pada tahun 2017. Lahan sawah meliputi
lahan sawah irigasi, tadah hujan, pasang surut, dan rawa lebak.
Dimana masing-masing luas arealnya adalah sebagai berikut yaitu;
5.226 hektar (irigasi), 62.549 hektar (tadah hujan), 5.212 hektar
(pasang surut), dan 4.138 hektar (rawa lebak).
Kedua, total lahan pertanian bukan sawah adalah 2.259.917
hektar (termasuk hutan negara) pada tahun 2017. Lahan pertanian
bukan sawah tersebut meliputi tegal/kebun (8,04 persen),
ladang/huma (1,01 persen), perkebunan (29,18 persen), hutan
rakyat (17,77 persen), padang penggembalaan/rumput (0,19
persen), sementara tidak diusahakan (4,07 persen), dan lainnya
(39,74 persen) termasuk hutan negara. Luas areal hutan rakyat
turun sekitar 57.279 pada tahun 2017 jika dibandingkan dengan
29
luas areal hutan rakyat pada tahun 2016. Diduga penurunan luas
areal hutan rakyat salah satunya disebabkan oleh alih fungsi lahan
utamanya; dari hutan rakyat menjadi perkebunan, di mana tercatat
peningkatan luas areal perkebunan setahun terakhir adalah
sebanyak 49.012 hektar atau meningkat sekitar 8,03 persen.
Terakhir, luas lahan bukan pertanian di Kabupaten
Ketapang sebesar 821.768 hektar atau sekitar 26,02 persen dari
total luas baku lahan pada tahun 2017. Luas ini meningkat dua kali
lipat dari data tahun 2016 sebesar 302.511 ha. Artinya, telah terjadi
alih fungsi lahan yang dilakukan secara masif di Kabupaten
Ketapang menjadi perumahan dan permukiman.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebab
menurunnya luas lahan di Kabupaten Ketapang terjadi akibat
pengalihfungsian lahan pertanian sawah dan bukan sawah serta
peningkatan luas lahan bukan pertanian secara besar-besaran.
Padahal, peningkatan jumlah penduduk, khususnya di Kabupaten
Ketapang, menuntut dipenuhinya ketersediaan bahan makanan
yang cukup. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan pengolahan
lahan pertanian yang baik guna memenuhi kebutuhan masyarakat
tersebut.
30
Gambar 2.2 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Ketapang
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ketapang
31
A. Kawasan Lindung
Kawasan lindung sebagaimana hakikatnya adalah wilayah
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan lindung ini tersebar di Kecamatan Matan Hilir Utara,
Matan Hilir Selatan, Kendawangan, Marau, Jelai Hulu, Tumbang
Titi, Sungai Melayu Rayak, Pemahan, Nanga Tayap, Sandai, Hulu
Sungai, Sungai Laur, Simpang Dua, dan Simpang Hulu.
32
Kecamatan Matan Hilir Utara, Matan Hilir Selatan,
Kendawangan, Marau, Jelai Hulu, Tumbang Titi, Sungai Melayu
Rayak, Pemahan, Nanga Tayap, Sandai, Hulu Sungai, Sungai
Laur, Simpang Dua, dan Simpang Hulu.
3) Kawasan perlindungan setempat
Kawasan ini terdiri atas Kawasan sempadan pantai; Kawasan
sempadan sungai; Kawasan sekitar danau/wadu; Kawasan
kearifan lokal; Kawasan dengan nilai konservasi tinggi; dan
ruang terbuka hijau kota. Masing-masing kawasan tersebut
memegang peran dan fungsi bagi ekosistem serta tersebar
secara merata di seluruh wilayah Kabupaten Ketapang.
4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
Kawasan ini terdiri atas Kawasan cagar alam di Muara
Kendawangan; Kawasan pantai berhutan bakau di sepanjang
wilayah pesisir daerah; Kawasan taman nasional di Taman
Nasional Gunung Palung; dan Kawasan cagar budaya ilmu
pengetahuan di seluruh kecamatan.
5) Kawasan rawan bencana alam
Kawasan ini terdiri atas kawasan tanah longsor di daerah yang
secara topografi berupa perbukitan-pegunungan; kawasan
rawan gelombang pasang di daerah pesisir; kawasan rawan
banjir di daerah bantaran sungai besar dan kawasan rawan
abrasi di beberapa titik, seperti Kecamatan Milir Utara, Muawa
Pawan, Delta Pawan, Benua Kayong, Matan Hilir Selatan dan
Kendawangan.
6) Kawasan lindung geologi
Kawasan ini terdiri dari kawasan cagar alam geologi dan
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
Kawasan cagar alam geologi memiliki keunikan batuan dan
bentang alam yang terdapat di Kecamatan Kendawangan,
Pebihingan, Tumbang Titi, Manismata, Sungai Laur, Simpang
Dua, dan Simpang Hulu. Sementara itu, kawasan yang
33
memberikan perlindungan terhadap air tanag merupakan
kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air.
7) Kawasan lindung lainnya
Kawasan ini berupa kawasan terumbu karang yang terdapat di
Kecamatan Matan Hilir Utara, Muara Pawan, Delta Pawan,
Benua Kayong, Matan Hilir Selatan dan Kendawangan.
a. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya sebagaimana hakikatnya difungsikan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan. Berdasarkan RTRW Kabupaten
Ketapang Tahun 2015-2035, kawasan budidaya di Kabupaten
Ketapang dijabarkan sebagai berikut:
1) Kawasan peruntukan hutan produksi, terdiri atas:
a) Kawasan hutan produksi terbatas
Kawasan ini tersebar di Kecamatan Simpang Hulu, Sungai
Laur, Hulu Sungai, Sandai, NanganTayap, Tumbang Titi,
Jelai Hulu, Manis Mata, Kendawangan, dan Matan Hilir
Selatan
b) Kawasan hutan produksi tetap
Kawasan ini tersebar di seluruh kecamatan selain dari
kecamatan Delta Pawan dan Benua Kayong
c) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
Kawasan ini tersebar di Kecamatan Matan Hilir Utara, Matan
Hilir Selatan dan Simpang Hulu
Di dalam Kawasan ini juga terdapat hutan desa, antara lain:
a) Hutan Desa Laman Satong di Kecamatan Matan Hilir Utara;
b) Hutan Desa Sungai Pelang di Kecamatan Matan Hilir
Selatan;
c) Hutan Desa Sungai Besar di Kecamatan Matan Hilir Selatan;
d) Hutan Desam Pematang Gadung di Kecamatan Nanga
Tayap; dan
e) Hutan Desa Sebadak Raya di Kecamatan Nanga Tayap.
34
2) Kawasan peruntukan pertanian, meliputi:
a) Kawasan pertanian tanaman pangan
Kawasan ini terdiri dari kawasan perlindungan lahan
pertanian pangan berkelanjutan di lahan basah maupun
lahan kering yang tersebar di seluruh kecamatan; dan
kawasan perlindungan lahan cadangan pertanian pangan
berkelanjutan di lahan basah maupun lahan kering yang
tersebar di seluruh kecamatan.
b) Kawasan pertanian hortikultura
Kawasan ini terdiri dari kawasan perlindungan lahan
pertanian hortikultura berkelanjutan di lahan basah
maupun lahan kering yang tersebar di seluruh kecamatan;
dan kawasan perlindungan lahan cadangan pertanian
hortikultura berkelanjutan di lahan basah maupun lahan
kering yang tersebar di seluruh kecamatan.
c) Kawasan perkebunan
Kawasan ini terdapat di seluruh kecamatan dengan
tanaman komoditi unggulan daerah, seperti kelapa sawit,
karet, kelapa, lada, kakao, tebu, kopi dan aren serta
komoditi perkebunan lain sesuai dengan agroklimat di
daerah.
d) Kawasan peternakan
Kawasan ini terdiri atas Kawasan ternak besar di seluruh
kecamatan dengan ternak unggulan sapi dan kerbau; ternak
kecil di seluruh kecamatan dengan ternak unggulan
kambing dan babi; dan ternak unggas di seluruh kecamatan
dengan ternak unggulan ayam dan itik.
3) Kawasan peruntukan perikanan, meliputi:
a) Kawasan peruntukan perikanan tangkap yang berada di
Kecamatan Matan Hilir Utara, Muara Pawan, Delta Pawan,
Benua Kayong, Matan Hilir Selatan, dan Kendawangan.
35
b) Kawasan peruntukan budidaya perikanan yang berada di
Kecamatan Matan Hilir Utara (16 Ha), Muara Pawan (5,97
Ha), Delta Pawan (9,30 Ha), Benua Kayong (4,95 Ha), Matan
Hilir Selatan (82,60 Ha), Kendawangan (10.184,29 Ha),
Manis Mata (94,88 Ha), Singkup (1,70 Ha), Air Upas (50 Ha),
Marau (2,30 Ha), Jelai Hulu (1,40 Ha), Tumbang Titi (7,98
Ha), Melayu Rayak (7,40), Pemahan (2,47 Ha), Nanga Tayap
(2,86 Ha), Hulu Sungai (4,01 Ha), Sandai (8,95 Ha), Sungai
Laur (1,77 Ha), Simpang Dua (2,15 Ha), dan Simpang Hulu
(3,82 Ha).
4) Kawasan peruntukan pertambangan ini dikhususukan untuk
usaha pertambangan yang tersebar di seluruh kecamatan
meliputi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP); Wilayah
Pencadangan Negara (WPN), Wilayah Pertambangan Rakyat
(WPR); dan Wilayah Kerja) minyak dan gas bumi atau Wilayah
Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi.
5) Kawasan peruntukan industri, meliputi:
a) Kawasan peruntukan industri besar di Kecamatan Delta
Pawan, Kecamatan Muara Pawan, Kecamatan Matan Hilir
Utama, Kecamatan Matan Hilir Selatan dan Kecamatan
Kendawangan.
b) Kawasan peruntukan industri kecil dan industri menengah
terdapat di seluruh kecamatan.
6) Kawasan peruntukan pariwisata, meliputi:
a) Kawasan peruntuk pariwisata budaya terdapat di
Kecamatan Simpang Hulu, Simpang Dua, Sungai Laur,
Sandai, Hulu Sungai, Nanga Tayap, Tumbang Titi, Sungai
Melayu Rayak, Jelai Hulu, Marau, Kendawangan, Matan
Hilir Selatan, Benua Kayong, Delta Pawan, Muara Pawan,
dan Matan Hilir Utara.
36
b) Kawasan peruntukan pariwisata alam yang terdiri atas:
(1) Gunung Palung di Kecamatan Matan Hilir Utara, Nanga
Tayap, dan Sungai Laur;
(2) Pantai Tanjung Belandang di Kecamatan Muara Pawan;
(3) Pantai Air Mata Permai di Kecamatan Muara Pawan;
(4) Hutan Kota Ketapang di Kecamatan Delta Pawan;
(5) Pantai Sungai Kinjil di Kecamatan Benua Kayong;
(6) Pantai Pasir Putih/Celincing di Kecamatan Benua
Kayong;
(7) Pantai Sungai Jawi/Penage di Kecamatan Matan Hilir
Selatan;
(8) Pantai Tanjung Batu (Pantai Sentigi) di Kecamatan
Matan Hilir Selatan;
(9) Pantai Pagar Mentimun di Kecamatan Matan Hilir
Selatan;
(10) Pantai Sungai Tengar di Kecamatan Matan Hilir
Selatan;
(11) Pantai Tanjung Gangse di Kecamatan Kendawangan;
(12) Pantai Pulau Kucing di Kecamatan Kendawangan;
(13) Pantai Pulau Jambat di Kecamatan Kendawangan;
(14) Pantai Pulau Sahabat di Kecamatan Kendawangan;
(15) Pantai Selat Bilik (Teluk Pacak dan Tanjung Duku) di
Kecamatan Kendawangan;
(16) Bukit Kuri/Bekuri di Kecamatan Sungai Laur;
(17) Gunung Bindang di Kecamatan Simpang Hulu;
(18) Pemandian alam Lubuk Tapah di Kecamatan Tumbang
Titi;
(19) Arung jeram Riam Rayo di Kecamatan Tumbang Titi;
(20) Gunung Menggelaso di Kecamatan Tumbang Titi;
(21) Gunung Batu Sudah di Kecamatan Tumbang Titi;
(22) Gunung Batu Menanti di Kecamatan Tumbang Titi;
(23) Gua Kakap di Kecamatan Tumbang Titi;
37
(24) Air Terjun Riam Limpai di Kecamatan Tumbang Titi;
(25) Air Terjun Gunung Berambai di Kecamatan Tumbang
Titi;
(26) Riam Inam Kelima di Kecamatan Sungai Melayu Rayak;
dan
(27) Riam Pembunuhan di Kecamatan Sungai Melayu
Rayak.
c) Kawasan peruntukan pariwisata buatan.
7) Kawasan peruntukan permukiman, meliputi:
a) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan yang terdapat
di Kawasan perkotaan Ketapang, Ibukota Kecamatan yang
ditetapkan sebagai PKL dan bagian dari PPK yang sudah
menunjukkan ciri kekotaan.
b) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan yang terdapat
di luar kawasan perkotaan.
8) Kawasan peruntukan lainnya, meliputi:
a) Kawasan peruntukan pertahan dan keamanan, terdiri atas:
(1) Markas Kodim 1203 / Ketapang di Kecamatan Delta
Pawan;
(2) Markas Koramil di seluruh kecamatan;
(3) Markas Kompi C Yonif 643 / Wanara Sakti di Desa Paya
Kumang Kecamatan Delta Pawan;
(4) Markas Komando TNI-AL di Kecamatan Kendawangan;
(5) Pusat latihan menembak di Daerah; dan
(6) Pusat latihan tempur di Daerah.
b) Kawasan peruntukan keamanan dan ketertiban
masyarakat, terdiri atas:
(1) Markas Polres Ketapang di Kecamatan Delta Pawan;
(2) Markas Polsek di seluruh kecamatan;
(3) Markas Kompi Brimob Ketapang di Kecamatan Delta
Pawan;
(4) Markas Polisi Perairan di Daerah; dan
38
(5) Pusat latihan menembak di Daerah.
2.2.1.3 Kawasan Rawan Bencana
39
Gambar 2.3. Peta Risiko Tanah Longsor Kabupaten Ketapang
Sumber: inarisk.bnpb.go.id
40
Gambar 2.4. Peta Risiko Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Ketapang
Sumber: inarisk.bnpb.go.id
41
d. Kawasan Rawan Abrasi
Kawasan ini terdapat di Kecamatan Matan Hilir Utara, Muara
Pawan, Delta Pawan, Benua Kayong, Matan Hilir Selatan, dan
Kendawangan.
42
2.2.1.3 Ekoregion di Kabupaten Ketapang
Ekoregion dan bentang alam merupakan hal yang saling
berkaitan dan seringkali terdapat definisi yang sama, padahal
ekoregion darat dan karakteristik bentang alam adalah dua konsep
yang berhubungan dalam studi tentang ekologi dan geografi.
Namun, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.
43
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup pada
SK.8/MENLHK/SETJEN/PLA.3/1/2018, tipe ekoregion ini
peruntukkannya didominasi oleh kawasan suaka
alam/kawasan pelestarian alam dan hutan produksi. Satuan
wilayah ekoregion ini memiliki berbagai karakteristik bentang
alam, yaitu:
44
lindung. Satuan wilayah ekoregion ini memiliki berbagai
karakteristik bentang alam, yaitu:
45
Satu karakteristik bentang alam bisa terletak di beberapa
satuan wilayah ekoregion. Secara keseluruhan, terdapat 10 jenis
karakteristik bentang alam pada Kabupaten Ketapang. Berikut ini
merupakan daftar karaktistik bentang alam dan juga luasnya.
46
Gambar 3. 1 Peta Ekoregion Darat Kabupaten Ketapang
Sumber: Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya
Hutan KLHK, 2018
47
Gambar 3. 2 Peta Karakteristik Bentang Alam Kabupaten
Ketapang
Sumber: Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya
Hutan KLHK, 2018
48
budaya (cultural), dan jasa pendukung (supporting) (MA, 2005).
Berdasarkan empat kategori ini dikelaskan ada 23 kelas klasifikasi
jasa ekosistem, yaitu (De Groots, 2002):
• Jasa penyediaan: (1) bahan makanan, (2) air bersih, (3) serat,
bahan bakar dan bahan dasar lainnya, (4) materi genetik, (5)
bahan obat dan biokimia, (6) spesies hias.
• Jasa Pengaturan: (7) Pengaturan kualitas udara, (8)
Pengaturan iklim, (9) Pencegahan gangguan, (10) Pengaturan
air, (11) Pengolahan limbah, (12) Perlindungan tanah, (13)
Penyerbukan, (14) Pengaturan biologis, (15) Pembentukan
tanah.
• Budaya: (16) Estetika, (17) Rekreasi, (18) Warisan dan
identitas budaya, (20) Spiritual dan keagamaan, (21)
Pendidikan.
• Pendukung: (22) Habitat berkembang biak, (23) Perlindungan
plasma nutfah.
Menurut sistem klasifikasi jasa ekosistem dari Millenium
Ecosystem Assessment (2005), jasa ekosistem dikelompokkan
menjadi empat fungsi layanan, yaitu jasa penyediaan (provisioning),
jasa pengaturan (regulating), jasa pendukung (supporting), dan jasa
kultural (cultural), dengan rincian sebagai berikut:
Klasifikasi Jasa
No Definisi Operasional
Lingkungan
49
Klasifikasi Jasa
No Definisi Operasional
Lingkungan
50
Klasifikasi Jasa
No Definisi Operasional
Lingkungan
Pemeliharaan
Kapasitas mengatur sistem kimia
6 kualitas
udara
udara
Pengendalian hama
Distribusi habitat spesies trigger dan
8 dan
pengendali hama dan penyakit
penyakit
Spiritual dan
Ruang dan tempat suci, peninggalan
1 warisan
sejarah dan leluhur
leluhur
51
Klasifikasi Jasa
No Definisi Operasional
Lingkungan
Pembentukan
lapisan
kesuburan
52
Secara operasional daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dilakukan dengan pendekatan konsep jasa
ekosistem, dengan pengembangan asumsi dasar sebagai berikut:
53
yang meliputi liputan lahan Kabupaten Ketapang dan ekoregion
pulau Kalimantan tahun 2017 dan satu konsep output yaitu jasa
ekosistem. Selengkapnya data dan indikator ketiga konsep tersebut
disajikan dalam tabel klasifikasi berikut. Sistem klasifikasi
ekoregion mengikuti Verstappen dan klasifikasi liputan lahan
menggunakan SNI dan one map policy. Ketiga data tersebut
diilustrasikan pada tabel berikut dengan mengambil contoh skala
1:250.000.
54
Tiga Konsep Utama
55
Pesaguan tersebut adalah Hulu Sungai, Jelai Hulu, Kendawangan,
Marau, Matan Hilir Selatan, Nanga Tayap, Pemahan, Sungai Melayu
Rayak, dan Tumbang Titi.
Prioritas Prioritas
Kecamatan Prioritas I Prioritas II Prioritas IV
III V
Matan Hilir
29.502,54 18.724,78 34.405,48 14.870,6
Selatan
Pemahan 317,43
Sungai Melayu
656,09 2.556,9 3.829,5 1.988,59
Rayak
56
Gambar 3. 3 Distribusi Luasan Jasa Ekosistem prioritas DAS
Pesaguan
57
Gambar 3. 4 Peta Jasa Ekosistem Prioritas DAS Pesaguan
58
Distribusi luasan Daya Dukung Pangan (P1) pada
wilayah DAS Pesaguan di dominasi oleh Kelas Sedang dengan
luasan mencapai 85.299,04 Hektar (41%). Kemudian diikuti
dengan Kelas Sangat Rendah seluas 62.424,56 (30%) Hektar
dan kelas rendah seluas 57.204,20 (28%) Hektar serta Sangat
Tinggi seluas 2.892,29 Hektar (1%). Jika dilihat dari
persebaran luasan distribusi Kecamatan Sungai Melayu
Rayak memiliki jasa ekosistem Sangat Rendah terhadap
Penyediaan Pangan. Untuk Kelas Daya Dukung Tinggi
terdapat pada Kecamatan Matan Jelai Hulu seluas 4.15 %.
59
Gambar 3. 6 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Pangan DAS
Pesaguan
60
sangat rendah dalam penyediaan bahan pangan memiliki
luasan sebesar 18.339,96 ha
61
Tabel 3. 5 Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan Kabupaten
Ketapang
62
Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan P1
Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi
16.609,
Pemahan 69,96 16.539,63
59
100.00
Sandai 1.602,95 96.758,12 1.639,84
0,91
121.28
Simpang Dua 118,25 94.590,80 26.528,28 49,57
6,90
200.033,2 248.19
Simpang Hulu 5.019,58 42.395,15 727,05 17,04
8 2,10
24.214,
Singkup 333,83 23.881,13
96
130.487,7 131.30
Sungai Laur 233,27 586,37
8 7,43
Sungai Melayu 60.244,
1.505,70 20.681,98 14.916,22 23.027,99 112,98
Rayak 86
96.267,
Tumbang Titi 501,95 78.049,15 1.419,27 15.758,08 539,23
68
1.838.823 312.547, 3.007.
Total 18.339,96 825.960,01 12.017,69
,78 23 688,67
Sumber: Bappeda, 2023
63
Gambar 3. 7 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Pangan Kabupaten
Ketapang
64
92.121,16 Hektar (44%). Kemudian diikuti Kelas Sedang
seluas 85.900,10 Hektar (41%), Kelas Rendah seluas
22.750,93 Hektar (11%), Kelas Sangat Tinggi Seluas 5.347,56
Hektar (3%) dan Kelas Sangat Rendah seluas 1.700,34 Hektar
(1%).
65
Gambar 3. 9 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Air DAS
Pesaguan
66
hingga cekung pada ekoregion ini membentuk reservoir tanah
atau cekungan hidrogeologi.
50.545,3
Air Upas 196,89 3.193,91 46.211,44 943,14
8
Benua 14.155,2
1.113,99 11.837,37 1.169,63 0,97 33,34
Kayong 9
510.747,4 610.790,
Hulu Sungai 846,74 89.168,85 135,22 9.892,55
1 77
150.469,
Jelai Hulu 1.273,63 97.080,80 47.688,47 996,32 3.430,51
73
161.625,
Manismata 2.346,90 23.016,58 7.150,70 117.975,23 11.136,33
75
90.670,1
Marau 957,17 38.457,08 2.809,31 48.237,41 209,13
0
67
Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih P2
Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi
54.066,7
Muara Pawan 896,19 46.810,45 6.287,91 47,50 24,68
3
161.169,4 246.994,
Nanga Tayap 5.845,45 76.629,07 1.486,05 1.864,57
1 54
16.609,5
Pemahan 136,71 15.414,25 1.058,63
9
100.000,
Sandai 3.826,53 74.946,93 21.227,45
91
121.286,
Simpang Dua 1.130,08 98.382,63 21.774,19
90
24.214,9
Singkup 754,50 23.460,46
6
103.903,5 131.307,
Sungai Laur 1.566,96 25.836,91
6 43
Sungai
60.244,8
Melayu 3.691,00 29.542,45 4.205,36 22.508,54 297,52
6
Rayak
96.267,6
Tumbang Titi 1.649,78 64.870,19 14.414,64 14.784,52 548,54
8
68
Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih P2
Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi
69
membentuk jaringan memanjang yang utuh. Ekosistem
menyediakan serat alami yang meliputi serat yang diproduksi
oleh tumbuh- tumbuhan, hewan, dan proses geologis.
Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan.
Serat alami dapat digolongkan ke dalam (1) serat tumbuhan
/serat pangan, (2) serat kayu, (3) serat hewan, dan (3) serat
mineral seperti logam dan carbon. Definisi operasional dari
penyediaan serat (fiber) ini adalah penyediaan berupa hasil
hutan, hasil laut, hasil pertanian & perkebunan yang
digunakan sebagai material.
Daya dukung penyediaan serat (fiber) DAS Pesaguan
memiliki kelas Sedang dengan luasan 101.035,07 Hektar
(48.6%). Kemudian diikuti oleh kelas tinggi seluas 58.908
Hektar (28.3%), kelas sangat tinggi dengan luasan 25.079
Hektar (12.1%). Sementara itu pada kelas sangat rendah
dengan luasan 19.835 Hektar (9.5%) dan kelas rendah seluas
2.961 Hektar (1.4%). Kondisi daya dukung penyediaan serat
(fiber) DAS Pesaguan tergolong baik dikarenakan luasan
terbesar daya dukung penyediaan serta berada pada kelas
Sangat Tinggi – Sedang.
Sebaran distribusi luasan daya dukung penyediaan
serat fiber untuk kelas sangat tinggi berada pada Kecamatan
Jelasi Hulu dan Kecamtan Nanga Tayap serta hulu sungai,
kelas tinggi berada pada Kecamatan Pemahan dan Kecamatan
Tumbang Titi, kelas sedang berada pada Kecamatan Matan
Hilir Selatan dan Kendawangan, kelas rendah berada pada
Kecamatan Marau dan Kelas Sangat Rendah berada pada
Kecamatan Sungai Melayu Rayak dan Matan Hilir Selatan.
Profil daya dukung penyediaan serat (fiber) DAS Pesaguan
adalah sebagai berikut:
70
Gambar 3. 11 Profil Jasa Ekosistem Penyedia Serat per
Kecamatan pada DAS Pesaguan
71
Gambar 3. 12 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Serat DAS
Pesaguan
72
fosil dan tenaga alam dapat diduga berdasarkan struktur
geologi dan bentuk lahannya, sedangkan untuk sumber
bahan bakar biomassa dan tanaman kayu-kayuan dapat
dilihat dari penutupan lahan dan karakteristik vegetasi.
Distrbusi luasan daya dukung penyediaan bahan bakar
DAS Pesaguan berada pada kelas Tinggi dengan luasan
67.217.71 Hektar (32.3%) diikuti oleh Kelas Sedang dengan
luasan 51.953.17 Hektar (25%). Kelas daya dukung
penyediaan bahan bakar kelas sangat tinggi dengan luasan
35.802.97 hektar (17.2%) diikuti dengan kelas rendah.
Distribusi perkecamatan luasan daya dukung
penyediaan bahan bakar DAS Pesaguan untuk Kelas Sangat
tinggi berada di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Nanga Tayap,
Kecamatan Jelai Hulul dan Kecamatan Hulu Sungai. Kelas
Tinggi berada pada Kecamatan Tumbang Titi, Kecamatan
Pamahan dan Kecamatan nanga Tayap. Kelas Sedang berada
pada Kecamatan kendawangan, Marau dan Kecamatan Matan
Hilir Selatan. Kelas rendah berada pada Kecamatan Sungai
Melayu Rayak, Kecamatan Marau dan Kecamatan
Kendawangan. Kelas sangat rendah berada pada Kecamatan
Sungai Melayu Rayak dan Matan Hilir Selatan.
73
Gambar 3. 13 Profil Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Bakar per
Kecamatan pada DAS Pesaguan
74
keanekaragaman hayati yang tinggi akan diikuti dengan
sumber daya genetik yang melimpah. Sumber daya genetik
yang terlihat dari keanekaragaman hayati adalah semua
kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur
dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang
dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana
mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan
keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme
yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut
maupun sistem-sistem perairan lainnya.
Keanekaragaman hayati berperan sangat penting
dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti
sandang, pangan, papan, obatobatan dan bahan bakar.
Pemanfaatan keanekaragaman hayati secara lebih luas yaitu
berperan dalam pengaturan kondisi lingkungan seperti
kesuburan tanah, hidrologi, suhu, kelembaban dan
pengendalian pencemaran udara. Ketersediaan dan distribusi
sumberdaya genetik salah satunya ditentukan oleh tipe
ekosistem, yaitu ekoregion bentangalam dan penutup lahan
khususnya areal bervegetasi.
Distribusi daya dukung sumber daya genetic DAS
Pesaguan didominasi oleh Kelas Tinggi dan Sedang. Kelas
tinggi daya dukung tersebut dengan luas 80.265 hektar
(38.62%). Kelas sedang seluas 67.251,80 hektar (32.36%).
Kelas Rendah seluas 22.964 hektar (11.05%). Kelas sangat
tinggi seluas 21.877,92 hekaar (10.53%) dan kelas sangat
rendah seluas 15.460,45 hektar (7.445). Distribusi luasan
pada Kecamatan Hulu Sungai berada pada kelas Sangat
tinggi. Kecamatan Jelai Hulu pada kelas Sangat tinggi.
Kecamatan Kendawangan pada kelas rendah, Kecamatan
Marau pada kelas sedang, Kecamatan Matan Hilir Selatan
75
kelas Sedang, Kecamatan Nanga Tayap pada kelas Tinggi,
Kecamatan Pemahan pada kelas tinggi. Kecamatan Sungai
Melayu Rayak pada kelas sedang dan Kecamatan Tumbang
Titi pada kelas tinggi.
76
Gambar 3. 16 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Sumber Daya
Genetik DAS Pesaguan
77
sangat tinggia dalah Kecamatan Jelai Hulu serta pada kelas
tinggi adalah Kecamatan Hulu Sungai.
78
Gambar 3. 18 Peta Jasa Ekosistem Pengatur Iklim DAS
Pesaguan
79
iklim memiliki luasan sebesar 979.957,50 ha, lahan yang
memiliki potensi rendah dalam pengaturan iklim memiliki
luasan sebesar 20.190,13 ha. Sedangkan lahan yang memiliki
potensi sangat rendah memiliki luasan sebesar 196.823,84
ha.
80
Tabel 3. 7 Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim Kabupaten
Ketapang
81
Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim R1
Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi
248.192,1
Simpang Hulu 11.438,86 831,83 32.307,07 140.390,11 63.224,24
0
Singkup 754,50 21.405,88 2.054,58 24.214,96
131.307,4
Sungai Laur 1.566,96 558,45 14.419,49 89.484,08 25.278,46
3
Sungai Melayu
6.690,75 467,89 45.708,98 5.684,72 1.692,52 60.244,86
Rayak
Tumbang Titi 3.487,29 135,39 21.413,37 58.575,28 12.656,36 96.267,68
196.823,8 20.190, 956.644,8 3.007.68
Total 979.957,50 854.072,34
4 13 5 8,67
Sumber: Bappeda, 2023
82
Gambar 3. 19 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim
Kabupaten Ketapang
83
Kalimantan ada yang dapat memberikan manfaat berupa
pengaturan tata air dengan baik maupun tidak.
Distribusi luasan daya dukung pengaturan tata aliran
air DAS Pesaguan didominasi oleh kelas tinggi dengan luas
99.155,52 Hektar (47.71%). Diikuti dengan Kelas Sedang
seluas 56.450,17 hektar (27.16%) dan kelas sangat tinggi
seluas 31.965,99 hektar (15.38%). Kelas sangat rendah
dengan luas 18.198.17 hektar (8.76%) dan kelas rendah
dengan luas 2.050,25 hektar (0.99%). Kecamatan yang
didominasi oleh kelas sangat tinggi adalah Kecamatan Nanga
Tayap, Kendawangan dan Hulu Sungai. Kelas Tinggi pada
Kecamatan Tumbang Titi, Pemahan dan Jelasi Hulu. Kelas
Sedang pada Kecamatan Sungai Melayu Rayak, Maray dan
matan Hilir Selatan. Kelas Sangat Rendah terdapat pada
Kecamatan Sungai Melayu Rayak, Nanga Tayap dan
Kendawangan. Wilayah yang berada pada kelas sangat
rendah rentan dengan kejadian banjir akibat buruknya tata
aliran air tersebut.
84
Gambar 3. 20 Profil Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air
per Kecamatan pada DAS Pesaguan
85
pengaturan tata air memiliki luasan sebesar 380.902,96 ha,
lahan yang memiliki potensi sedang dalam pengaturan tata
air memiliki luasan sebesar 1.453.126,89 ha, lahan yang
memiliki potensi rendah dalam pengaturan tata air memiliki
luasan sebesar 156.321,74 ha. Sedangkan lahan yang
memiliki potensi sangat rendah memiliki luasan sebesar
40.502,09 ha.
86
Tabel 3. 8 Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air
Kabupaten Ketapang
520.636,0 610.790,7
Hulu Sungai 82,54 768,10 89.252,81 51,26
5 7
150.469,7
Jelai Hulu 45,20 1.228,98 94.867,47 3.209,66 51.118,43
3
161.625,7
Manismata 424,12 8.855,20 99.605,06 48.563,96 4.177,40
5
148.511,5 246.994,5
Nanga Tayap 464,15 5.510,58 8.581,50 83.926,80
2 4
87
Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air R2
100.000,9
Sandai 1.602,95 2.223,59 74.946,93 21.227,45
1
121.286,9
Simpang Dua 118,25 1.011,83 71.422,25 2.241,38 46.493,19
0
158.072,8 248.192,1
Simpang Hulu 5.019,58 6.419,28 14.624,31 64.056,06
7 0
103.693,8 131.307,4
Sungai Laur 233,27 1.333,69 209,67 25.836,91
9 3
Sungai Melayu
4.170,54 2.520,20 41.440,47 9.953,23 2.160,42 60.244,86
Rayak
88
tanah. Semakin tinggi kerapatan vegetasi maka air hujan
yang dapat ditangkap semakin banyak.
89
administrasi juga memiliki peran dalam Pengaturan
Pencegahan dan Perlindungan Bencana. Secara khusus di
Kabupaten Ketapang yang memiliki kawasan hutan luas juga
memiliki perannya tersendiri. Kawasan hutan memiliki
kemampuan untuk mengurangi kerawanan terhadap bahaya
banjir dan longsor. Vegetasi di hutan mampu mengikat tanah
dengan kuat, sehingga tidak mudah tererosi oleh air hujan.
Vegetasi juga mengurangi jumlah air hujan yang langsung
jatuh ke dalam tanah. Dua fungsi tersebut akan mengurangi
bahaya longsor di pegunungan dan perbukitan. Sedimentasi
juga akan berkurang karena tanah tidak mudah tererosi. Hal
ini akan mengurangi endapan sedimen di dataran rendah.
Distribusi luasan Daya Dukung Pengaturan
Pencegahan dan Perlindungan Bencana DAS Pesaguan
dominasi terhadap kelas sedang seluas 80.839 hektar
(38.90%) diikuti oleh kelas tinggi seluas 51.152,29 hektar
(24.61%). Kelas Rendah dengan luas 34.129,31 Hektar
(16.42%), kelas sangat tinggi dengan luas 21.863,48 hektar
(10.52%) dan kelas sangat rendah dengan luas 19.835,84
hektar (9.54%).
Distribusi luasan perkecamatan yang di dominasi oleh
Kelas Sangat Tinggi adalah Kecamatan Jelai Hulu, Hulu
Sungai dan Nanga Tayap. Kecamatan yang didominasi kelas
tinggi adalah Tumbang Titi dan Pemahan. Kecamatan yang
didominasi oleh Kelas Sedang adalah Kecamatan Matan Hilir
Selatan, Marau, dan Kendawangan. Serta Kecamatan yang
didominasi oleh kelas rendah adalah Sungai Melayu Rayak.
90
Gambar 3. 23 Profil Jasa Ekosistem Pencegahan dan
Perlindungan dari Bencana per Kecamatan pada DAS Pesaguan
91
Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan
Lingkungan Hidup, 2023
1.759,5
Delta Pawan 2.458,40 901,64 973,62 6.093,24
8
92
Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan Bencana
R3
Kecamatan Total (Ha)
Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi
1.036,6
Pemahan 136,71 7.313,07 8.123,16 16.609,59
6
93
Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan Bencana
R3
Kecamatan Total (Ha)
Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi
21.405,8
Singkup 95,28 659,22 2.054,58 24.214,96
8
Sungai
3.513,1 46.176,8 1.692,5
Melayu 3.177,57 5.684,72 60.244,86
8 7 2
Rayak
94
Gambar 3. 25 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Bencana
Kabupaten Ketapang
95
Secara fisik, pemurnian air terjadi karena siklus
hidrologi yang salah satu prosesnya adalah penguapan/
evaporasi, dengan adanya proses evaporasi yang terjadi
akibat interaksi antara air dan panas dari matahari, air yang
sudah tercampur dengan material terlarut akan dipisahkan
karena molekul air murni akan menguap dan terkondensasi
menjadi awan yang kemudian turun kembali dalam bentuk
hujan. Selanjutnya, secara biologis, pemurnian air dapat
terjadi akibat adanya vegetasi dan aktivitas bakteri alam
dalam merombak bahan organik, sehingga kapasitas badan
air dalam mengencerkan, mengurai dan menyerap pencemar
meningkat. Sementara pemurnian air secara kimia terjadi
apabila muncul reaksi antar molekul yang berada di badan
air, namun pemurnian air secara kimia tidak terjadi secara
terusmenerus dan bergantung pada kandungan zat dalam
badan air.
Distribusi luasan daya dukung pemurnian air DAS
Pesaguan di dominasi oleh kelas sedang dengan luasan
115.476,56 hektar (55.57%) kemudian diikuti oleh kelas
rendah seluas 50.163,07 hektar (24.14%). Kelas sangat tinggi
terdapat dengan luasan 103.29 hektar (0.05%). Kelas Tinggi
dengan luas 21.828.77 hektar (10.5%) dan kelas sangat
rendah dengan luas 20.248,42 hektar (9.74%). Dominasi
kelas sangat tinggi hanya terdapat pada Kecamatan Jelai
Hulu. Dominasi kelas tinggi berada pada Kecamatan Nanga
Tayap, Jelai Hulu dan Hulu Sungai. Dominasi kelas sedang
terdapat pada Kecamatan Tumbang Titi, Pemahan, Matan
Hilir Selatan, Marau dan kendwangan. Kelas daya dukung
rendah dan sangat rendah tersebar di hampor seluruh
kecamatan yang ada.
96
Gambar 3. 26 Profil Jasa Ekosistem Pemurnian Air per
Kecamatan pada DAS Pesaguan
97
Gambar 3. 27 Peta Jasa Ekosistem Pemurnian Air DAS
Pesaguan
98
zat organik yang terdapat dalam limbah dan sampah menjadi
zat anorganik yang stabil dan tidak memberikan dampak
pencemaran bagi lingkungan. Mikroba aerob yang disediakan
ekosistem dan berperan dalam proses menetralisir, mengurai
dan menyerap limbah dan sampah diantarnya bakteri, jamur,
protozoa, ganggang.
Distribusi luasan daya dukung permurnian air limbah
DAS Pesaguan di dominasi oleh Kelas Tinggi – Rendah. Kelas
Rendah dengan luasan 77.375,97 hektar (37.23%). Kelas
Sedang dengan luasan 61.404,52 hektar (29.55%). Kelas
tinggi dengan luasan 51.245,37 hektar (24.6%). Kelas Sangat
rendah dengan luasan 17.690,96 hektar (8.51%) dan kelas
sangat tinggi dengan luasan 103.29 hektar (0.05%). Sebaran
disetiap kecamatan didapati bahwa kelas sangat tinggi
terdapat pada kecematan Jelai Hulu. Dominasi kelas tinggi
terdapat pada kecamatan Hulu Sungai, Jelai Hulu, Nanga
Tayap. Dominasi kelas sedang terdapat pada Kecamatan
Tumbang Titi, Pemahan. Dominasi kelas rendah terdapat
pada kecamatan Sungai Melayu Rayak, Marau, Kendawangan
dan kelas sangat rendah terdapat pada kecamatan Tumbang
titi, Sungai Melayu Rayak, Matan Hilir Selatan, Marau dan
Kendawangan.
99
Gambar 3. 28 Profil Jasa Ekosistem Pengolahan dan Pengurai
Air Limbah per Kecamatan pada DAS Pesaguan
100
Gambar 3. 29 Peta Jasa Ekosistem Pengolahan dan Pengurai
Air Limbah DAS Pesaguan
101
Untuk kelas rendah dan sangat rendah tersebar merata
disetiap kecamatan (tidak mendominasi).
102
Gambar 3. 31 Peta Jasa Ekosistem Pemeliharaan Kualitas
Udara DAS Pesaguan
103
alami khususnya lewat tersedianya habitat spesies yang
dapat pembantu proses penyerbukan alami. Habitat alami
seperti hutan dan areal bervegetasi umumnya menyediakan
media spesies pengatur penyerbukan yang lebih melimpah.
Distribusi luasan daya dukung penyerbukan alami DAS
Pesaguan berada pada kelas rendah. Luasan kelas rendah
adalah 79.775,35 hektar (38.39%). Diikuti kelas sangat
rendah dengan luasan 38.349,10 hektar (18.45%), kelas
tinggi dengan luasan 34.991,43 hektar (16.84%), kelas sedang
dengan luas 32.840,47 hektar (15.80%) dan kelas sangat
tinggi dengan luas 21.863 hektar (10.52%).
Distribusi luasan dominasi kelas rendah adalah
Kecamatan Tumbang Titi, Sungai Melayu Rayak, Pemahan.
Dominasi kelas tinggi terdapat pada Kecamatan Jelai Hulu
dan Hulu Sungai serta Nanga Tayap. Dominasi Kelas sedang
pada kecamatan Matau dan Kendawangan, kelas tinggi pada
kecamatan Matan Hilir Selatan dan Kelas sangat rendah
terdistribusi pada setiap kecamatan.
104
Gambar 3. 32 Profil Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan
Alami per Kecamatan pada DAS Pesaguan
105
karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi,
atau ekonomi. Hama dan penyakit merupakan ancaman
biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat
menyebabkan gagal panen. Ekosistem secara alami
menyediakan sistem pengendalian hama dan penyakit
melalui keberadaan habitat spesies trigger dan pengendali
hama dan penyakit.
Distribusi luasan daya dukung pengendalian hama dan
penyakit DAS Pesaguan adalah kelas sedang. Dominasi kelas
sedang dengan luas 83.327,96 hektar (40.10%) diikuti oleh
kelas sangat rendah, rendah dan tinggi secara urut pada luas
45.2919 hektar (21,76%), 39,948.96 hektar (19.22%) dan
39.220.73 (18.87%). Kemudian untuk kelas sangat tinggi
hanya mendapatkan persentase 0.05% atau seluas 103.29%.
Dominasi kelas sedang pada setiap kecamatan terdapat
pada Kecamatan Tumbang Titi, Pemahan dan kendawangan.
Dominasi kelas sangat rendah terdapat pada kecamatan
Sungai Melayu Rayak, Matan Hilir Selatan serta
kendawangan walaupun tidak mendominasi. Kelas Tinggi
terdapat pada Jelai Hulu dan Hulu Sungai serta Nanga Tayap
dan kelas tinggi hanya terdapat pada Jelai Hulu.
106
Gambar 3. 34 Profil Jasa Ekosistem Pengendalian Hama dan
Penyakit per Kecamatan pada DAS Pesaguan
107
Gambar 3. 35 Peta Jasa Ekosistem Pengendalian Hama dan
Penyakit DAS Pesaguan
108
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik dan geografis serta
peluang pengembangan wilayah yang lebih besar.
Daya dukung tempat tinggal dan ruang hidup DAS
Pesaguan didominasi oleh kelas sedang degan luas 99.402,61
hektar (47.83%) diikuti oleh kelas tinggi dengan luas
45.243,65 hektar (21.77%) dan sangat tinggi dengan luas
21.863,48 hektar (10.52%). Kelas daya dukung rendah
terdapat dengan luas 21.474,51 hektar (10.33%) dan sangat
rendah dengan luasan 19.835 hektar (9.54%).
Sebaran daya dukung tempat tinggal dan ruang hidup
dominasi kelas sangat tinggi terdapat pada Kecamatan Nanga
Tayap, Jelai Hulu dan Hulu Sungai. Dominasi kelas tinggi
terdapat pada kecamatan Matan Hilir Selatan. Dominasi kelas
sedang terdapat pada kecamatan Tumbang Titi, Sungai
Melayu Rayak dan Kendawangan. Dominasi kelas rendah
terdapat pada Kecamatan Marau. Dan kelas sangat rendah
(presentasi kecil) terdapat pada kecamatan Tumbang Titi,
Sungai Melayu Rayak, Matan Hilir Selatan dan Kendawangan.
109
Gambar 3. 36 Profil Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang
Hidup per Kecamatan pada DAS Pesaguan
110
Berbagai macam bentuk bentang alam dan keunikan flora
dan fauna serta keanekaragaman hayati yang terdapat dalam
ekosistem memberi ciri dan keindahan bagi para wisatawan.
Dari sisi ekonomi, akan diperoleh banyak keuntungan
bahkan menjadi sumber devisa negara yang besar. Variasi
bentangalam berpengaruh besar terhadap nilai jasa budaya
rekreasi dan ekowisata.
Daya dukung rekreasi dan ecoturism DAS Pesaguan
berada pada kelas sedang dengan luasan 114.322.37 hektar
(55.01%) diikuti dengan kelas tinggi seluas 48.970,47 hektar
(23.56%) dan sangat tinggi dengan luas 21.932.06 hektar
(10.55%). Kelas rendah dengan luasan 22.595.20 hektar
(10.87%).
Dominasi kelas sangati tinggi terdapat pada kecamatan
Jelai Hulu dan Hulu Sungai serta Nanga Tayap. Dominasi
kelas Tinggi terdapat pada Kecamatan Matan Hilir Selatan
dan kendawangan. Dominasi Kelas Sedang terdapat pada
Kecamatan tumbang Titi, Sungai Melayu Rayak, Pemahan
dan Marau.
111
Gambar 3. 38 Profil Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ecotourism
per Kecamatan pada DAS Pesaguan
112
Gambar 3. 39 Peta Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ecotourism
DAS Pesaguan
113
keindahan alam dan nilai-nilai estetika yang mengagumkan
dan memiliki nilai jual. Paduan bentang alam dan bentang
budaya semakin memperkuat nilai keindahan dan estetika
yang telah diberikan oleh ekosistem.
Daya dukung estetika DAS Pesaguan berada pada kelas
Sangat Tinggi dengan luas 83.562,37 hektar (40.21%) diikuti
oleh kelas sedang dengan luas 62.497,56 hektar (30.07%).
Kelas Tinggi dengan luas 21.337,04 hektar (10.27%), kelas
rendah dengan luas 24.634,37 hektar (11.85%) dan kelas
sangat rendah dengan luas 15.788,72 hektar (7.60 %).
Dominasi kelas tinggi terdapat pada seluruh kecamatan.
Dominasi kelas sedang terdapat pada kecamatan Pemahan
dan Kendawangan. Dominasi kelas rendah terdapat pada
Kecamatan Marau serta dominasi kelas sangat rendah
dengan persentase kecil terdapat pada Kecamatan Sungai
Melayu Rayak, Matan Hilir Selatan dan Kendawangan.
114
Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan
Lingkungan Hidup, 2023
115
keberadaan organisme dalam tanah dan tumbuhan penutup
tanah akan menyebabkan pembentukan tanah semakin
cepat. Jasa ekosistem ini dapat memengaruhi kondisi
kesuburan tanah, menetukan tingkat produksi pertanian,
ataupun menyediakan habitat untuk berbagai macam
spesies.
Daya dukung pembentukan lapisan tanah dan
pemeliharaan kesuburan DAS Pesaguan dominan pada kelas
rendah dengan luasan 11.918.75 hektar (53.83%) diikuti
kelas tinggi seluas 51.313.95 hektar (24.69%). Kelas sedang
pada luas 21.888,92 hektar (10.53%) dam sangat rendah
seluas 22.595,20 hektar (10.87%). Kelas sangat tinggi hanya
0.05% dengan luas 103.29 hektar.
Dominasi kelas rendah terdapat pada Kecamatan
Tumbang Titi, Sungai Melayu Rayak, Pemahan, Marau.
Dominasi kelas tinggi terdapat pada Kecamatan Nanga Tayap,
Jelai Hulu dan Hulu Sungai. Sementara untuk kelas sangat
tinggi terdapat pada Kecamatan Jelai Hulu dan Tumbang Titi.
Kelas sedang di dominasi oleh Kecamatan Kendawangan dan
kelas sangat rendah dengan persentase kecil terdapat di
Kecamatan Sungai Melayu Rayak, Tumbang titi, Nanga
Tayap, Matan Hilir Selatan dan Kendawangan.
116
Gambar 3. 42 Profil Jasa Ekosistem Pembentukan Lapisan
Tanah dan Pemelihara Kesuburan per Kecamatan pada DAS
Pesaguan
117
Gambar 3. 43 Peta Jasa Ekosistem Pembentukan Lapisan
Tanah dan Pemelihara Kesuburan DAS Pesaguan
118
metabolisme tanaman yang pemanfaatannya dapat dirasakan
langsung oleh manusia. Siklus hara dalam suatu ekosistem
merupakan proses yang terintegrasi dari
pergerakan/pemindahan energi dan hara didalam ekosistem
itu sendiri dan juga interaksinya dengan atmosfir, biosfir,
geosfir dan hidrosfir.
Daya dukung siklus hara (nutrient) DAS Pesaguan
adalah kelas rendah dengan luas 76.549,82 hektar (36.83%),
diikuti kelas sedang dengan luas 55.451,49 hektar (26.68%).
Kelas Sangat tinggi dengan luas 39.039,82 hektar (18.79%)
dan Kelas tinggi dengan luas 34.728,71 hektar (16.71%).
Kelas sangat rendah dengan luas 2.050 hektar (0.99%).
Dominasi kelas rendah terdapat pada Kecamatan
Pemahan dan Tumbang Titi. Dominasi kelas sedang terdapat
pada Kecamatan Marau dan Sungai Melayu Rayak. Dominasi
kelas sangat tinggi terdapat pada Kecamatan Jelai Hulu dan
Tumban Titi. Dominasi kelas tingi terdapat pada Kecamatan
Nanga Tayap, Kendawangan dan Hulu Sungai. Dominasi
kelas rendah dengan persentase kecil terdapat pada
kecamatan Tumbang Titi, Sungai Melayu Rayak, Nanga
Tayap.
119
Gambar 3. 44 Profil Jasa Ekosistem Siklus Hara per
Kecamatan pada DAS Pesaguan
120
Gambar 3. 45 Peta Jasa Ekosistem Siklus Hara DAS Pesaguan
121
fotosintesis adalah oksigen dan glukosa, oksigen dan glukosa
inilah yang menjadi kebutuhan utama yang diperlukan
makhluk hidup dibumi untuk bertahan hidup, sehingga
fotositesis menjadi salah satu proses produksi primer bagi
kelangsungan hidup manusia.
Ekosistem telah menyediakan komponen-komponen
yang dapat mendukung keberlanjutan produksi primer
tersebut seperti ketersediaan air hingga zat hara dalam tanah.
Jasa ekosistem produksi primer tersebut akan bervariasi
antar lokasi dan berhubungan erat dengan keberadaan
vegetasi dan hutan sebagai lokasi utama terjadinya
fotosintesis.
Daya dukung produksi primer DAS Pesaguan adalah
sangat buruk. Produksi primer berada pada kelas rendah dan
sangat rendah. Persentase kelas rendah adalah 33.4% luas
wilayah dan sangat rendah dengan luas 34.04% luas wilayah.
Kelas tinggi memiliki 17.18% luas wilayah sementara kelas
sangat tinggi dan sedang secara urut 7.56% dan 7.78% luas
wilayah. Dominasi Kecamatan dengan luasan kelas sangat
tinggi terluas adalah Kecamatan Matan Hilir Selatan. Kelas
tinggi selain kecamatan Matan Hilir Selatan juga terdapat
Tumbang Titi dan Nanga Tayap. Kelas sedang terdapat Matan
Hilir Selatan dan Tumbang Titi kemudian untuk kelas sangat
rendah luasan yang mendominasi adalah kecamatan
Tumbang Titi.
122
Gambar 3. 46 Profil Jasa Ekosistem Produksi Primer per
Kecamatan pada DAS Pesaguan
123
Gambar 3. 47 Peta Jasa Ekosistem Produksi Primer DAS
Pesaguan
124
biodiversitas maka semakin tinggi fungsi dukungan
ekosistem terhadap perikehidupan.
Daya dukung biodiversitas DAS Pesaguan masung
dalam keadaan baik. Kelas tinggi mendominasi luasan lahan
terhadap daya dukung tersebut. Kelas tinggi memiliki
proporsi sebesar 64.94% sementara kelas rendah mempunyai
luasan 33.85% luas wilayah. Kelas tinggi hanya berkisar
0.05% luas wilayah dan kelas sedang seluas 1.16% luas
wilayah. Dominasi kelas sangat tinggi terdapat pada
Kecamatan Tumbang titi. Dominasi kelas tinggi redapat pada
Kecamatan Matan Hilir Selatan, kelas sedang terdapat pada
kecamatan Nanga Tayap dan Kelas rendah terdapat pada
Kecamatan Jelai Hulu.
125
Gambar 3. 49 Peta Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas
DAS Pesaguan
126
Tabel 3. 10 Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas
Kabupaten Ketapang
30.513,6 50.545,3
Air Upas 986,73 18.101,89 943,14
2 8
Benua 14.155,2
798,01 4.400,75 8.811,06 145,46
Kayong 9
519.249,9 610.790,
Hulu Sungai 82,54 881,81 90.576,47
5 77
18.665,0 150.469,
Jelai Hulu 45,20 78.654,70 2.490,55 50.614,19
9 73
81.599,0 161.625,
Manismata 424,12 64.435,23 11.704,31 3.463,01
8 75
39.544,2 90.670,1
Marau 1.883,56 48.261,93 980,42
0 0
127
Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversity S4
Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi
54.066,7
Muara Pawan 161,09 8.685,77 27.741,72 1.746,87 15.731,27
3
16.609,5
Pemahan 69,96 2.693,28 12.787,72 21,98 1.036,66
9
16.106,5 100.000,
Sandai 1.602,95 61.989,26 20.302,15
5 91
13.400,7 121.286,
Simpang Dua 118,25 61.374,25 46.393,67
3 90
19.503,2 24.214,9
Singkup 333,83 4.377,86
8 6
13.995,6 131.307,
Sungai Laur 233,27 91.800,03 25.278,46
7 43
Sungai
37.950,1 60.244,8
Melayu 4.170,54 15.814,95 616,74 1.692,52
0 6
Rayak
18.005,3 96.267,6
Tumbang Titi 1.375,22 63.495,00 735,71 12.656,36
9 8
128
Sumber: Bappeda, 2023
129
2. Proyeksi dampak dan risiko bagi lingkungan.
3. Kinerja ekosistem dan layanan yang disediakan.
4. Efisiensi penggunaan sumber daya alam.
5. Tingkat kerentanan dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
6. Kekayaan hayati dan tingkat ketahanan lingkungan.
130
memenuhi kebutuhan kalori penduduknya melalui pertanian
padi sawah. Dalam perhitungan ini, kebutuhan kalori
individu dihitung dan dibandingkan dengan jumlah energi
yang dihasilkan dari produksi padi sawah di Kabupaten
tersebut. Jika ketersediaan energi pangan melebihi
kebutuhan kalori penduduk, ini menunjukkan bahwa
wilayah ini memiliki daya dukung energi pangan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Sebaliknya,
jika ketersediaan energi pangan kurang dari kebutuhan,
maka perlu dilakukan peningkatan produksi pangan atau
penyesuaian kebijakan untuk memastikan kelangsungan gizi
dan pangan yang cukup bagi penduduk Kabupaten Ketapang.
131
Kecamatan Kendawangan di Kabupaten Ketapang
memiliki tingkat ketersediaan energi pangan yang signifikan,
dengan total mencapai 228.669 Juta Kkal/tahun. Di sisi lain,
Kecamatan Delta Pawan menunjukkan kebutuhan energi
pangan yang besar, mencapai 77.451 Juta KKal/tahun.
Faktor utama di balik perbedaan ini adalah jumlah penduduk
yang besar di kedua kecamatan tersebut, yang secara alami
akan menghasilkan kebutuhan energi pangan yang lebih
besar. Data menunjukkan bahwa ketersediaan energi pangan
di Kabupaten Ketapang dievaluasi berdasarkan perbandingan
antara energi pangan yang tersedia dan kebutuhan energi
individu setiap penduduk di tiap kecamatan dalam satu
tahun.
132
Sumber: Hasil Analisis, 2023
133
Gambar 3. 52 Peta Daya Dukung Pangan di Kabupaten
Ketapang
134
terlampaui. Dalam keadaan seperti ini, sumber daya alam
yang terbatas harus dipergunakan secara bijak untuk
memenuhi kebutuhan makanan dan tempat tinggal bagi
penduduk. Diperlukan perencanaan yang cermat dan strategi
pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan agar
kecamatan-kecamatan ini dapat mengatasi tantangan
ketahanan pangan yang mereka hadapi.
135
memperkirakan sejauh mana lahan yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal.
3. Kebutuhan Pangan Penduduk: Menghitung kebutuhan
pangan penduduk Kabupaten Ketapang, termasuk
kebutuhan gizi dan kalori yang diperlukan oleh
penduduk setempat.
4. Produksi Pangan Lokal: Menilai produksi pangan lokal,
termasuk hasil pertanian, perikanan, dan peternakan
di wilayah Kabupaten Ketapang.
Berdasarkan perhitungan ini, status Ambang Batas
Pangan dapat dinilai. Jika produksi pangan lokal melebihi
atau setidaknya mencukupi kebutuhan pangan penduduk,
maka status ABDDP akan positif, menunjukkan bahwa
wilayah tersebut memiliki daya dukung pangan yang baik.
Namun, jika produksi pangan lokal tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan penduduk, wilayah tersebut mungkin
perlu mengimpor pangan dari luar, dan status ABDDP akan
negatif.
136
Gambar 3. 53 Peta Status Ambang Batas Pangan di Kabupaten
Ketapang
137
6 KENDAWANGAN 252592
7 MANISMATA 108126
8 MARAU 107371
13 PEMAHAN 11136
14 SANDAI 77269
17 SINGKUP 25205
SUNGAI MELAYU
19 RAYAK 48661
138
relatif kuat, sementara nilai negatif mencerminkan tingkat
kerentanan wilayah terhadap fluktuasi pasokan pangan dari
luar.
139
membantu mengatasi permasalahan pangan di daerah ini
dan meningkatkan ketahanan pangan secara keseluruhan.
140
Gambar 3. 54 Peta Kebutuhan Air Kabupaten Ketapang
6 KENDAWANGAN 1792348370
141
Total Kebutuhan Air
No Kecamatan
(L)
7 MANISMATA 884312246
8 MARAU 750416856.2
13 PEMAHAN 100325110.5
14 SANDAI 653414454.7
17 SINGKUP 197532945.2
142
• Total Kebutuhan Air: Total kebutuhan air untuk seluruh
Kabupaten Ketapang mencapai angka yang signifikan,
yaitu sekitar 12.964.564.604 liter. Ini mencerminkan
tingginya permintaan akan pasokan air di wilayah ini.
• Perbedaan Antar Kecamatan: Terdapat variasi yang
signifikan dalam kebutuhan air antara kecamatan-
kecamatan. Kecamatan Kendawangan dan Simpang Hulu
memiliki kebutuhan air yang paling tinggi, masing-masing
mencapai 1.792.348.370 liter dan 1.453.988.135 liter.
Sebaliknya, Delta Pawan memiliki kebutuhan air yang
paling rendah, yaitu 21.696.681,6 liter.
• Pentingnya Pertanian: Kebutuhan air untuk pertanian
sangat signifikan dalam wilayah ini. Kecamatan dengan
luas lahan pertanian yang besar seperti Kendawangan dan
Simpang Hulu memiliki kebutuhan air yang tinggi untuk
mendukung sektor pertanian yang penting dalam
perekonomian daerah.
• Kebutuhan Domestik: Selain pertanian, kebutuhan
domestik juga berperan besar dalam total kebutuhan air.
Kecamatan dengan populasi yang tinggi seperti Nanga
Tayap dan Jelai Hulu memiliki kontribusi signifikan
terhadap kebutuhan air domestik.
• Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Air: Data ini
menunjukkan betapa pentingnya pengelolaan sumber
daya air yang efisien dan berkelanjutan di Kabupaten
Ketapang. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim
dan peningkatan populasi, perencanaan yang matang dan
pemanfaatan air yang bijaksana menjadi kunci untuk
memenuhi kebutuhan seluruh komunitas di wilayah ini.
143
sektor pertanian dan keperluan domestik. Pengelolaan
sumber daya air yang baik dan solusi-solusi inovatif dalam
penghematan air akan menjadi kunci dalam memastikan
pasokan air yang memadai untuk kepentingan masyarakat
dan pertumbuhan ekonomi wilayah ini.
144
Total Kebutuhan Air
No Kecamatan
(L)
6 KENDAWANGAN 4649650790
7 MANISMATA 1354980981
8 MARAU 645571547.6
13 PEMAHAN 122987136.2
14 SANDAI 789311957
17 SINGKUP 177188053.8
145
Data ketersediaan air di berbagai kecamatan di
Kabupaten Ketapang adalah informasi yang penting dalam
mengevaluasi dan merencanakan pengelolaan sumber daya
air. Dari data tersebut, terdapat variasi yang signifikan dalam
jumlah air yang tersedia di masing-masing kecamatan,
dengan total ketersediaan air sebesar 26,023,735,065 liter.
146
bersih dan aman untuk konsumsi manusia serta untuk
pertanian yang berkelanjutan.
147
Tabel 3. 15 Daya Dukung Air di Kabupaten Ketapang
148
Perhitungan status ambang batas daya dukung air
mencakup beberapa tahap, seperti:
149
Status ambang batas daya dukung air adalah alat
penting dalam upaya menjaga keberlanjutan sumber daya air
dan memastikan bahwa masyarakat memiliki akses yang
memadai ke air bersih. Perhitungan ini membantu
pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
mengambil keputusan yang berkelanjutan terkait dengan
manajemen air di Kabupaten Ketapang.
150
Tabel 3. 16 Nilai Status Ambang Batas Air di Kabupaten
Ketapang
6 KENDAWANGAN 2857302420
7 MANISMATA 470668735
8 MARAU -104845308.6
13 PEMAHAN 22662025.76
14 SANDAI 135897502.2
17 SINGKUP -20344891.44
151
No Kecamatan Nilai Ambang Batas Air
152
perlu diambil tindakan untuk mengidentifikasi dan mengatasi
masalah ketersediaan air di wilayah-wilayah tersebut.
153
ini meningkat dari tahun sebelumnya, di mana pada tahun
2019, timbulan sampah mencapai 254,86 ton per hari
(93.023,35 ton/tahun). Dengan perhitungan kasar terhadap
jumlah penduduk sebesar 570.657 jiwa, didapatkan angka
timbulan sampah per kapita adalah 0,454 kg/hari..
Sumber utama permasalahan sampah di Kabupaten
Ketapang dapat diidentifikasi berdasarkan data berikut
(Gambar 3. 17). Sebanyak 41% dari total sampah Kabupaten
Ketapang berasal dari aktivitas rumah tangga. Selain itu,
pasar juga berkontribusi signifikan, dengan 20% sampah
berasal dari sana. Aktivitas perniagaan juga turut berperan
dalam menciptakan 15% sampah. Terdapat pula 8% sampah
yang berasal dari kawasan, perkantoran dan fasilitas publik
masing-masing menyumbangkan 6% dan 5% sampah, dan
5% sisanya berasal dari area lainnya.
154
Data komposisi sampah di Kabupaten Ketapang
menunjukkan bahwa sampah sisa makanan mendominasi
dengan persentase sebesar 43,93%. Sampah plastik juga
merupakan masalah serius dengan andil sebesar 22,77%,
diikuti sampah kertas/karton (10,08%) dan sampah
kayu/ranting (9,37%). Sisanya, berupa beragam jenis sampah
seperti logam, kain, kaca, dan lainnya.
155
optimal. Terakhir, tantangan terletak pada belum
maksimalnya masyarakat menerapkan prinsip 3R (Reduce,
Reuse dan Recycle)
156
B. Potensi Timbulan Lumpur Tinja
Selain permasalahan sampah, pertumbuhan populasi
juga berpotensi untuk meningkatkan jumlah lumpur tinja
yang dihasilkan. Lumpur tinja merupakan salah satu jenis
limbah domestik yang memiliki potensi untuk menyebabkan
degradasi dan pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi
masalah ini, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 04 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
telah menetapkan standar nilai timbulan lumpur tinja
sebesar 0,1095 meter kubik per orang per tahun. Standar ini
digunakan sebagai acuan dalam mengukur dan mengelola
dampak timbulan lumpur tinja dari populasi yang terus
berkembang.
157
Tabel 3. 17 Perkembangan Timbulan Lumpur Tinja Menurut
Kecamatan di Kabupaten Ketapang
Sungai
1.405 1.646 3.505 5.364 7.223
Melayu Raya
Matan Hilir
3.804 4.412 9.392 14.373 19.354
Selatan
Benua
4.869 4.933 10.502 16.071 21.640
Kayong
Matan Hilir
1.845 2.189 4.661 7.132 9.604
Utara
158
Timbulan Tinja (m3/tahun)
Kecamatan
2019 2020 2030 2040 2050
Simpang
3.482 4.037 8.594 13.151 17.709
Hulu
Kabupaten
56.150 62.487 133.011 203.536 274.060
Ketapang
159
tetapi juga dapat mengancam kesehatan manusia yang
mengandalkan air sungai sebagai sumber air utama.
160
untuk mencegah dampak negatif terhadap kualitas air
sungai.
161
Sumber: Dokumen Daya Tampung DAS Pesaguan, 2023
162
lanjut, Kecamatan Tumbang Titi menjadi kecamatan terbesar
dalam menyumbang konsentrasi pencemar pada Sungai
Pesaguan.
163
2.2.1.7 Efisiensi Pemanfaatan Lingkungan Hidup
Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dapat dilihat dari
ambang batas pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia di
Kabupaten Ketapang dari sektor pemanfaatan sumber daya pangan.
Ambang batas menunjukkan jumlah penduduk yang dapat
ditampung di setiap kecamatan berdasarkan kondisi sumber daya
alam yang tersedia di masing-masing kecamatan tersebut.
Sedangkan status ambang batas pangan menunjukkan status
penduduk apakah pemanfaatan sumber daya alamnya telah
terlampaui atau belum, jika belum maka dapat diketahui seberapa
besar jumlah penduduk yang masih bisa ditampung.
164
berdasarkan sumber daya pangan dan statusnya ambang batasnya
dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.
Status
Ambang
Ambang Status Daya
Batas
Batas Dukung
No Kecamatan Penduduk Pemanfaatan
Pemanfaatan Pemanfaatan
Pangan
Pangan Pangan
(Jiwa/Tahun)
(Jiwa/Tahun)
165
Status
Ambang
Ambang Status Daya
Batas
Batas Dukung
No Kecamatan Penduduk Pemanfaatan
Pemanfaatan Pemanfaatan
Pangan
Pangan Pangan
(Jiwa/Tahun)
(Jiwa/Tahun)
Sungai Melayu
19 12.833 61.494 48.661
Rayak Belum Terlampaui
166
Gambar 3. 61 Peta Ambang Batas Pangan Kabupaten Ketapang
167
- Ketahanan keanekaragaman hayati penting karena
ekosistem yang kuat dan beragam lebih mampu menjaga
keseimbangan alam dan memberikan manfaat ekosistem
yang berkelanjutan.
- Dalam KLHS, perlu dianalisis bagaimana ketahanan
keanekaragaman hayati dapat dijaga atau ditingkatkan.
Ini bisa melibatkan upaya untuk melestarikan habitat
alami, mengurangi tekanan manusia, dan merencanakan
tindakan restorasi jika diperlukan.
3. Pentingnya Keanekaragaman Hayati dalam KLHS:
- Keanekaragaman hayati adalah komponen utama dalam
menjaga fungsi ekosistem dan ekologi yang sehat.
Ekosistem yang beragam cenderung lebih stabil dan
memiliki kapasitas regenerasi yang lebih baik.
- Keanekaragaman hayati juga memberikan berbagai
layanan ekosistem, seperti penyediaan makanan, air
bersih, dan mitigasi bencana alam.
- Dalam penyusunan KLHS, mempertimbangkan potensi
dan ketahanan keanekaragaman hayati membantu
mencegah degradasi lingkungan dan kerusakan
ekosistem yang dapat berdampak negatif pada kehidupan
manusia dan keanekaragaman hayati itu sendiri.
168
Gambar 3. 62 Peta Kawasan Hutan Kabupaten Ketapang
169
Tabel 3. 21 Kawasan Hutan Kabupaten Ketapang
170
terutama Hutan Produksi Terbatas yang merupakan yang terluas,
memiliki arti penting dalam menjaga ekosistem yang beragam dan
mendukung kehidupan alam.
Secara keseluruhan, kawasan hutan di Kabupaten Ketapang
memiliki peran sentral dalam memelihara keanekaragaman hayati
yang kaya di wilayah ini. Perlindungan dan pelestariannya menjadi
prioritas untuk menjaga ketahanan ekosistem dan
keanekaragaman hayati, sambil memastikan penggunaan sumber
daya alam yang berkelanjutan.
171
Tabel 3. 22 Pelepasan Kawasan Hutan Menjadi Perkebunan
Kabupaten Ketapang
172
dikonversi menjadi ladang perkebunan, khususnya kelapa sawit.
Praktik ini mencerminkan pergeseran penggunaan lahan dari fungsi
konservasi hutan menjadi tujuan ekonomi, yang bertujuan untuk
memanfaatkan potensi ekonomi dari produksi kelapa sawit.
173
Suhu Kabupaten Ketapang 20 Tahun
Terakhir
40
35
30
Suhu (° C)
25
20 Terendah
15
Rata-rata
10
Tertinggi
5
0
174
Curah hujan Kabupaten Ketapang 20
Tahun Terakhir
400
350
Curah hujan (mm)
300
250
200
150
Curah hujan
100
50
0
175
Menurut data Sistem Informasi Data Indeks Kerentaann
(SIDIK) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun
2018, diketahui bahwa Indeks Kerentanan dan Sensitivitas (IKS) di
Kabupaten Ketapang terhadap perubahan iklim adalah 0,5677 dari
skala 0-1. Hal ini menandakan bahwa tingkat kerentanan
masyarakat dan lingkungan berada di level sedang terhadap
perubahan iklim seperti bencana banjir. Terdapat 2 desa yang
memiliki tingkat kerentanan sangat rendah, 6 desa untuk tingkat
kerentanan rendah, 152 desa dengan tingkat kerentanan sedang,
26 desa yang memiliki tingkat kerentanan tinggi, dan 63 desa yang
tingkat kerentanannya sangat tinggi. Sementara itunilai Indeks
Kapasitas Adaptasi (IKA) terhadap perubahan iklim di Kabupaten
Ketapang berada di nilai 0,60156 dari skala 0-1. Hal ini
menunjukkan bahwa Kabupaten Ketapang memiliki kemampuan di
tingkat sedang dalam menghadapi perubahan iklim.
176
Gambar 3. 67 Peta Tingkat Kerentanan Kabupaten Ketapang
177
Indeks Resiko Bencana
250
192 192,40
200
100
50
0,00
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
178
terjangkau bagi masyarakatnya, ketersediaan pangan yang baik
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pemanfaatan yang cukup
optimal atas hasil pangan yang ada, serta harga pangan daerah
yang cukup stabil. Sempat terjadi penurunan pada tahun 2019,
yang mencapai angka 68,56 untuk ketahanan pangan daerah
namun, hal tersebut mampu didongkrak Kembali pada tahun
berikutnya dengan dilakukan intervensi pada beberapa sector
pangan untuk memastikan pangan tetap stabil dan terjangkau.
Berdasarkan hal tersebut, Tindakan yang perlu kemudian diambil
oleh Pemerintah Daerah adalah memastikan keberlanjutan
ketahanan pangan dengan cara memastikan harga yang tetap stabil
serta pemeliharaan infrastruktur pangan yang ada dan perbaikan
pada beberapa aspek sarana prasarana yang menunjang faktor
produksi pangan daerah.
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,00
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
179
2.1.2 Aspek Demografi
Demografi merupakan ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan. Sub-bab demografi menjadi bagian penting dalam
proses pembangunan suatu daerah karena mendeskripsikan
jumlah, struktur dan distribusi penduduk dalam kurun waktu
tertentu. Adapun penyajian data demografi Kabupaten Ketapang
selama lima tahun terakhir dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 2.8.
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Tahun
Kecamatan
2018 2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kendawangan 37.002 38.800 57.808 58.441 59.337
Manis Mata 3.005 35.526 34.658 35.554 36.630
Marau 14.545 14.640 17.283 17.503 17.803
Singkup 6.975 6.891 8.299 8.479 8.700
Air Upas 19.605 20.935 20.224 20.512 20.894
Jelai Hulu 17.575 16.578 20.596 20.991 21.487
Tumbang Titi 24.909 23.753 28.938 29.332 29.861
Pemahan 5.150 5.153 5.781 5.885 6.017
Sungai Melayu
15.066 15.162
Rayak 13.628 12.833 15.036
Matan Hilir Selatan 35.228 34.740 40.289 41.074 42.056
Benua Kayong 42.703 44.463 45.047 45.795 46.758
Matan Hilir Utara 16.574 16.848 19.992 20.114 20.324
Delta Pawan 89.989 98.696 90.634 92.213 94.223
Muara Pawan 15.085 14.615 18.039 18.466 18.984
Nanga Tayap 31.569 28.756 36.378 37.098 37.996
Sandai 29.339 28.857 32.374 33.011 33.807
Hulu Sungai 12.779 11.741 13.884 14.026 14.232
180
Tahun
Kecamatan
2018 2019 2020 2021 2022
Sungai Laur 20.259 19.053 19.248 19.367 19.571
Simpang Hulu 32.520 31.795 36.864 37.593 38.503
Simpang Dua 8.569 8.110 9.285 9.407 9.572
579.92 591.91
477.00 512.78 570.65
7 7
Jumlah 8 3 7
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2023
181
Gambar 3.72 Peta Sebaran Penduduk Kabupaten Ketapang
Tahun 2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
182
a. Struktur Penduduk
Struktur penduduk merupakan komposisi penduduk dari
suatu daerah yang dikelompokkan berdasarkan pada kriteria
struktur umur, jenis kelamin, dan agama. Struktur penduduk
selalu mengalami perubahan dan perubahan tersebut disebabkan
oleh proses demografi yang melibatkan kelahiran dan kematian.
Analisis struktur penduduk di Kabupaten Ketapang berdasarkan
pada struktur umur dan jenis kelamin dapat diketahui melalui
grafik berikut.
> 75
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 -14
5-9
0-4
-40.000 -30.000 -20.000 -10.000 0 10.000 20.000 30.000 40.000
Laki-laki Perempuan
183
Sementara itu, komposisi penduduk berdasarkan kelompok
usia menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten
Ketapang merupakan kelompok usia 15-19 tahun dan kelompok
usia 25-29 tahun. Hal tersebut ditunjukkan dengan grafik piramida
penduduk Kabupaten Ketapang yang termasuk dalam kategori
ekspansif (piramida penduduk muda). Kondisi ini mengindikasikan
cukup tingginya tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Ketapang. Puncak piramida yang cukup lebar
menunjukkan relatif tingginya rasio ketergantungan penduduk
muda, sedangkan dasar piramida yang menciut cukup tajam
mengindikasikan rendahnya rasio ketergantungan penduduk tua.
b. Distribusi Penduduk
Distribusi penduduk dapat menunjukkan sebaran
penduduk di suatu daerah. Konteks Kabupaten Ketapang, analisis
distribusi penduduk bertujuan untuk mengetahui daya dukung dan
daya tampung tiap kecamatan. Distribusi penduduk berdasarkan
kecamatan di Kabupaten Ketapang tahun 2023 dapat diketahui
melalui grafik berikut.
184
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2023
185
Jumlah Luas Kepadatan
Kecamatan penduduk wilayah penduduk
(jiwa) (Km2) (jiwa/per Km2)
(1) (2) (3) (4)
Jumlah 591.917 31.588 18,74
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2023
186
barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat di wilayah
tersebut sehingga mampu menggambarkan aktivitas perekonomian
masyarakat. PDRB disajikan dalam dua jenis penilaian, yaitu atas
dasar harga berlaku (nominal) dan atas dasar harga konstan (riil).
Penggunaan nilai PDRB berdasarkan harga berlaku ditujukan
untuk menunjukkan struktur perekonomian suatu wilayah,
sedangkan harga konstan ditujukan untuk melihat pertumbuhan
ekonomi dari waktu ke waktu. Penghitungan PDRB juga digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan perencanaan
maupun bahan evaluasi pembangunan periode yang lalu.
187
pertambangan dan penggalian dengan rata-rata pertumbuhan
sektoral mencapai 13,94 dan 11,68 persen pada periode 2018-2022.
Pertumbuhan sektor jasa kesehatan serta sektor pertambangan dan
penggalian yang sangat tinggi pada tahun 2020-2021 menjadi salah
satu pendorong pertumbuhan di masa pandemi sehingga
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ketapang secara umum tidak
mengalami kontraksi yang lebih dalam.
188
PDRB ADHK (Miliar Rupiah) Pertumbuhan (%) Rata-
Lapang rata
an 20 20 20 20 20 Pertu
2018 2019 2020 2021 2022
Usaha 18 19 20 21 22 mbuha
n (%)
F- - -
1.486 1.574 1.458 1.555 1.525 0, 5, 6,
Konstr 7,3 1, 0,85
,38 ,86 ,47 ,59 ,96 91 95 66
uksi 9 90
G-
Perdag
angan
Besar
dan -
1.806 1.899 1.764 1.801 1.930 3, 5, 2, 7,
Eceran; 7,1 2,08
,99 ,71 ,75 ,17 ,98 10 13 06 21
Repara 0
si Mobil
dan
Sepeda
Motor
H-
Transp - - 17
ortasi 318,7 325,0 261,6 243,2 284,7 7, 1,
19, 7, ,0 0,01
dan 2 1 1 6 4 54 97
51 01 5
Pergud
angan
I-
Penyedi
aan -
Akomo 300,6 318,6 229,4 246,4 265,8 5, 5, 7, 7,
28, -0,32
dasi 5 6 2 5 1 16 99 43 85
01
dan
Makan
Minum
J-
Informa 626,9 666,0 706,4 713,5 749,2 9, 6, 6,0 1, 5,
si dan 5,61
5 6 3 1 1 73 24 6 00 00
Komun
ikasi
K-
Jasa -
Keuang 610,4 591,8 599,5 607,7 608,1 8, 1,3 1, 0,
3, 1,70
an dan 6 5 2 0 9 81 0 36 08
05
Asuran
si
L - Real 420,0 433,1 438,8 438,9 447,1 3, 3, 1,3 0, 1,
2,06
Estate 3 1 9 4 1 97 12 3 01 86
M,N - -
Jasa 2, 4, 0, 9,
63,97 66,62 63,89 64,25 70,49 4,1 2,62
Perusa 76 15 56 72
0
haan
O-
Admini
strasi
Pemeri -
ntahan, 634,1 666,2 676,6 681,2 680,4 5, 5, 1,5 0,
0, 2,53
Pertaha 0 8 8 5 0 43 08 6 68
12
nan
dan
Jamina
n
189
PDRB ADHK (Miliar Rupiah) Pertumbuhan (%) Rata-
Lapang rata
an 20 20 20 20 20 Pertu
2018 2019 2020 2021 2022
Usaha 18 19 20 21 22 mbuha
n (%)
Sosial
Wajib
P- - -
Jasa 380,5 398,5 360,3 360,3 375,0 1, 4, 4,
9,5 0, 0,18
Pendidi 3 4 9 0 0 67 73 08
7 02
kan
Q-
Jasa
Keseha 33 10
179,0 190,7 221,5 295,2 327,4 2, 6, 16,
tan dan ,3 ,9 13,94
9 1 1 9 9 87 49 15
Kegiata 0 1
n
Sosial
R,S,T,U -
113,3 120,5 105,2 3, 6, 4, 5.
- Jasa 95,40 99,41 20, -1,67
8 9 9 66 35 21 91
lainnya 88
190
10,00
7,83
8,00 6,72
5,23 5,45
6,00
5,07 5,09 4,78 5,07
4,00 5,20 5,00 5,31
2,00 3,70
-0,50
0,00
-2,00 -1,82
-2,07
-4,00
2018 2019 2020 2021 2022
191
usaha yang membentuk PDRB. Berikut ini adalah nilai PDRB ADHB
Kabupaten Ketapang beserta kontribusi masing-masing lapangan
usaha.
192
PDRB ADHB (Miliar Rupiah) Kontribusi (%) Rata-
Rata
Lapangan
201 201 202 202 201 201 202 202 Kontr
Usaha 2022 2022
8 9 0 1 8 9 0 1 ibusi
(%)
i dan
Makan
Minum
J-
Informasi 725, 799, 856, 887, 945,3
dan 2,90 2,91 3,05 2,87 2,75 2,90
37 25 33 75 2
Komunika
si
K - Jasa
Keuangan 861, 858, 863, 913, 988,5
3,45 3,12 3,07 2,96 2,88 3,10
dan 30 10 79 91 4
Asuransi
L - Real 635, 687, 697, 690, 721,3
2,54 2,50 2,48 2,23 2,10 2,37
Estate 02 28 43 13 8
193
sebesar 14,23 persen. Dua sektor lain yang turut mendominasi
yaitu sektor perdagangan besar dan eceran dengan rata-rata
sebesar 10,08 persen dan sektor konstruksi sebesar 9,42 persen.
Pada periode 2018-2021, hanya sektor pertambangan dan
penggalian yang menunjukkan tren kontribusi yang signifikan,
namun pada tahun 2022 mengalami penurunan sebesar 1%.
Tingginya laju pertumbuhan sektor pertambangan disertai
dengan besarnya kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Ketapang
menunjukkan sektor ini merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan. Namun, pengembangan sektor pertambangan dan
penggalian perlu dipertimbangkan lebih jauh mengingat sumber
daya alam tersebut tersedia dalam jumlah yang terbatas dan tidak
dapat diperbaharui serta memiliki eksternalitas negatif terhadap
lingkungan. Kondisi tersebut bertentangan dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan, sehingga dalam pengembangannya
diperlukan kebijakan khusus untuk meminimalkan dampak negatif
yang mungkin ditimbulkan.
c. Laju Inflasi
Dinamika perkembangan harga barang dan jasa dapat
dilihat melalui laju inflasi/deflasi. Indikator ini sangat penting
untuk diperhatikan karena mampu menggambarkan pergerakan
permintaan dan penawaran di pasar yang berkaitan erat dengan
daya beli masyarakat. Laju inflasi Kabupaten Ketapang mengacu
pada laju inflasi Kota Pontianak pada periode 2018-2022, karena
sebagian besar barang dipasok melalui Kota Pontianak.
Perhitungan inflasi menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK)
dengan paket komoditas IHK Kota Pontianak yang terdiri dari 352
jenis barang dan jasa yang dikelompokkan menjadi tujuh kelompok
pengeluaran.
194
7
6,35
5,95
6 5,51
5
3,99
4
3,183,13
3 2,64 2,64 2,72 2,55
2,11
1,68 1,87
2
1,08 1,16
1
0
2018 2019 2020 2021 2022
Grafik 2.4. Laju Inflasi Kota Pontianak dan Nasional Tahun 2018-
2022
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2023
195
memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan
pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar
hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua
orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi
yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty)
bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman
empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan
menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi,
investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi di negara tetangga
menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif
sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai Rupiah. Keempat,
kestabilan harga memiliki peran penting dalam mendukung upaya
menjaga stabilitas sistem keuangan.
Tabel 2.13 PDRB dan PDRB per Kapita Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
196
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Nilai PDRB (Miliar Rupiah)
ADHB 25.000,29 27.488,71 28.105,90 30.911,32 34.315,19
ADHK 16.887,78 17.999,84 17.911,87 18.848,70 19.879,46
PDRB per Kapita (Juta Rupiah)
ADHB 49,60 53,61 49,25 53,30 57,97
ADHK 33,51 35,10 31,39 32,50 33,58
Pertumbuhan
PDRB per 7,83 6,58 -0,49 5,23 5,45
Kapita ADHK
Jumlah
Penduduk 504.008 512.783 570.657 579.927 591.917
(orang)
Pertumbuhan
Jumlah
2,03 2,00 2,84 2,17 2,11
Penduduk
(persen)
Sumber: PDRB Kabupaten Ketapang Menurut Lapangan Usaha, 2023
197
2020 mengalami penurunan hingga 0,49 persen dibanding tahun
sebelumnya.
e. Indeks Gini
Indeks Gini diperlukan untuk mengetahui tingkat
ketimpangan pendapatan atau pengeluaran masyarakat yang
berdampak pada tingkat kesejahteraan dan potensi persoalan
sosial. Jika indeks gini menunjukkan angka nol (0), maka semakin
memperlihatkan pemerataan pendapatan di wilayah tersebut,
sementara jika indeks gini mendekati angka satu (1), maka semakin
memperlihatkan ketimpangan pendapatan di wilayah tersebut.
Data yang menunjukkan indeks gini di Kabupaten Ketapang
ditampilkan dalam grafik berikut.
0,450
0,389 0,382 0,381 0,381 0,384
0,400
0,339 0,327
0,350 0,317 0,315 0,314
0,300
0,310 0,311
0,250 0,290 0,290
0,261
0,200
0,150
0,100
0,050
0,000
2018 2019 2020 2021 2022
198
menjadi 0,310, kemudian turun ke angka 0,261 di tahun 2021 dan
kembali naik di tahun 2022 ke angka 0,311. Kondisi ini disebabkan
oleh kondisi perekonomian yang melemah, khususnya pada tahun
2020 sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Secara umum
perkembangan gini ratio Kabupaten Ketapang menunjukkan bahwa
distribusi pengeluaran antara kelompok kaya dan miskin tidak
terlalu mengkhawatirkan. Namun demikian, yang perlu dicermati
adalah tren ketimpangan yang cenderung meningkat dalam periode
lima tahun terakhir.
f. Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan dihitung menggunakan pendekatan basic need
approach oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kondisi ini berarti
bahwa kemiskinan dihitung menggunakan komponen pengeluaran
per kapita. Semakin besar pengeluaran per kapita, maka semakin
kecil kemiskinan. Kemiskinan di Kabupaten Ketapang, jika
disandingkan dengan data pertumbuhan ekonomi akan tampak
bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ketapang tidak
sepenuhnya mampu menjalankan konsep multiplier effect. Kondisi
ini berarti bahwa ada sejumlah uang yang mengalir ke luar wilayah
Kabupaten Ketapang, sehingga tidak mampu mempercepat
penurunan kemiskinan. Adapun data mengenai kemiskinan di
Kabupaten Ketapang dapat dilihat sebagai berikut.
199
Kota Singkawang 4,67
Kota Pontianak 4,46
Kubu Raya 4,12
Kayong Utara 9,04
Melawi 11,44
Sekadau 5,85
Kapuas Hulu 8,59
Sintang 8,57
Ketapang 9,39
Sanggau 4,51
Mempawah 5,32
Landak 10,01
Bengkayang 6,03
Sambas 6,92
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00
Tabel 2.14.
Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Ketapang dan Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018-2022
Kabupaten 2018 2019 2020 2021 2022
200
Melawi dan Kabupaten Landak yang masing-masing sebesar 11,44
persen dan 10,01 persen. Meskipun menunjukkan tren yang
menurun dalam lima tahun terakhir, penurunan tersebut bukanlah
penurunan yang tergolong cepat. Lambatnya penurunan penduduk
miskin di Kabupaten Ketapang ini disebabkan oleh persoalan
kebocoran ekonomi regional dan beberapa persoalan yang berkaitan
dengan belum optimalnya pertumbuhan ekonomi di sektor non-
tambang. Untuk itu diperlukannya keberadaan dan perputaran
uang di Kabupaten Ketapang melalui serangkaian aktivitas ekonomi
yang saling terhubung agar multiplier effect dapat berjalan dengan
semestinya.
Tabel 2.15.
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Kabupaten Ketapang dan
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018-2022
Kabupaten 2018 2019 2020 2021 2022
201
Kabupaten 2018 2019 2020 2021 2022
202
kesejahteraan sosial diarahkan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan
sosial dilakukan terhadap beberapa indikator, meliputi: Indeks
Pembangunan Manusia, Rata-Rata Lama Sekolah, Harapan Lama
Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah, dan Angka Harapan Hidup.
203
Tabel 2.16.
Perkembangan IPM di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Pengeluaran
Angka Harapan Rata-rata
per Kapita Indeks
Harapan Lama Lama
Tahun yang Pembangunan
Hidup Sekolah Sekolah
Disesuaikan Manusia (IPM)
(AHH) (HLS) (RLS)
(Rp. 000)
204
74,00 72,91
72,29
71,92 71,94
72,00 71,39
70,00
68,63
67,65 67,66 67,90
68,00 66,98
67,92
67,16 67,17 67,43
66,00
66,41
64,00
62,00
2018 2019 2020 2021 2022
205
Kota Singkawang 72,89
Kota Pontianak 80,48
Kubu Raya 68,91
Kayong Utara 63,81
Melawi 66,81
Sekadau 65,58
Kapuas Hulu 66,70
Sintang 67,86
Ketapang 67,92
Sanggau 66,91
Mempawah 66,94
Landak 68,17
Bengkayang 68,74
Sambas 67,95
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
206
10,00
8,48 8,54 8,69
9,00 8,17 8,34
8,00 7,31 7,37 7,45 7,59
7,12
7,00
6,00
5,00
4,00
7,04 7,26 7,31 7,46 7,48
3,00
2,00
1,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
207
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) merupakan durasi lama
sekolah (tahun) yang diharapkan akan dilalui oleh anak pada umur
tertentu di masa mendatang (BPS, 2022). HLS dapat digunakan
untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan. Adapun perbandingan HLS antara
Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, dan Indonesia
pada tahun 2018-2022 dapat dilihat melalui grafik berikut.
13,5
13,08 13,10
12,91 12,95 12,98
13,0
12,60 12,65 12,66
12,55 12,58
12,5
11,95
12,0 11,77 11,79 11,80 11,81
11,5
11,0
2018 2019 2020 2021 2022
208
tahun. Angka tersebut mengindikasikan masih belum optimalnya
akses pendidikan yang dapat disediakan oleh pemerintah
Kabupaten Ketapang dibandingkan rata-rata provinsi dan nasional.
Permasalahan ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan dan
pemerataan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar serta
masih rendahnya kualitas dan pemerataan tenaga pendidik di
Kabupaten Ketapang.
99,10
2022 98,73
98,90
99,19
2021 98,64
98,53
99,26
2020 98,80
98,42
99,24
2019 98,51
97,67
99,22
2018 98,43
97,65
209
APS usia 7-12 tahun atau jenjang SD/MI di Kabupaten
Ketapang mengalami peningkatan setiap tahunnya mulai dari
tahun 2018-2022. APS SD/MI di Kabupaten Ketapang mengalami
perbaikan jika ditinjau dari APS SD/MI di Provinsi Kalimantan
Barat dan Indonesia pada periode yang sama. Angka kenaikan APS
SD/MI di Kabupaten Ketapang dari tahun 2018 hingga 2022
mengalami kenaikan sebesar 1,25%. Sementara itu, APS SD/MI di
Provinsi Kalimantan Barat mengalami peningkatan masing-masing
sebesar 0,23% dan untuk Indonesia mengalami penurunan sebesar
0,12% pada periode waktu yang sama.
Pada tahun 2018-2019 APS SD/MI Kabupaten Ketapang
hanya meningkat sebesar 0,02%. Namun pada tahun 2019-2020
APS SD/MI Kabupaten Ketapang naik cukup tinggi sebesar 0,75%.
Dan pada tahun 2021-2022 kembali naik cukup tinggi sebesar
0,37%. Angka APS SD/MI di Kabupaten Ketapang tersebut
menggambarkan bahwa jumlah anak berusia 7-12 tahun yang
menempuh jenjang Pendidikan SD/MI mengalami peningkatan
selama tahun 2018-2022. Kondisi ini menunjukkan semakin
naiknya peluang bagi anak-anak usia 7-12 tahun untuk mengakses
jenjang pendidikan SD/MI di Kabupaten Ketapang selama tahun
2018-2022. Permasalahan ini disebabkan oleh perbaikan
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar.
APS untuk jenjang pendidikan SMP/MTs juga penting untuk
dicermati. Hal ini untuk menggambarkan jumlah anak usia
SMP/MTs atau anak berusia 13-15 tahun di Kabupaten Ketapang
yang memiliki akses terhadap jenjang pendidikan SMP/MTs.
Berikut merupakan grafik APS SMP/MTs Kabupaten Ketapang pada
tahun 2018-2022.
210
95,92
2022 92,64
93,13
95,99
2021 93,14
93,87
95,74
2020 94,90
89,23
95,51
2019 92,85
93,57
95,36
2018 95,25
93,36
211
disebabkan belum meratanya ketersediaan prasarana dan sarana
penunjang pendidikan di Kabupaten Ketapang.
72,00 71,85
71,47 71,57
71,50 71,34 71,27
71,20 71,10 71,11
71,01
71,00 70,69
71,02
70,50 70,69 70,76
70,56
70,00 70,18
69,50
69,00
68,50
68,00
2018 2019 2020 2021 2022
212
2022. Meskipun demikian, AHH Kabupaten Ketapang lebih rendah
jika dibandingkan dengan AHH Nasional pada periode yang sama.
Tren AHH Provinsi Kalimantan Barat dan Nasional juga mengalami
peningkatan pada kurun tahun 2018-2022.
Peningkatan AHH Kabupaten Ketapang tertinggi terjadi pada
tahun 2018-2019 yaitu sebesar 0,32 poin. Peningkatan tersebut
sejalan dengan peningkatan AHH Provinsi Kalimantan Barat dan
Nasional pada periode yang sama. Kemudian, AHH Kabupaten
Ketapang mengalami sedikit perlambatan, pada tahun 2020 hanya
meningkat sebesar 0,09 poin, kemudian di tahun 2021 meningkat
sebesar 0,01 poin, sedangkan di tahun 2022 mampu meningkat
sebesar 0,16 poin. Data ini mengindikasikan masih belum
optimalnya usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Ketapang
dibandingkan dengan rata-rata nasional. Permasalahan ini
disebabkan oleh belum optimalnya kualitas kesehatan ibu, bayi,
balita, dan masyarakat di Kabupaten Ketapang.
213
salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Ketapang dalam
melestarikan dan mengembangkan budaya daerah yaitu dengan
menyelenggarakan festival seni budaya daerah. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan wawasan
kebangsaan masyarakat. Kondisi perkembangan seni dan budaya
di Kabupaten Ketapang pada tahun 2018-2022 dapat dilihat dari
tabel berikut.
Tabel 2.17.
Kondisi Perkembangan Seni dan Budaya di Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022
No. Aspek 2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah kelompok
1 28 28 28 30 34
kebudayaan
Jumlah bahasa
2 6 6 7 10 10
daerah
Jumlah tari-tarian
3 9 9 24 25 25
daerah
Jumlah budaya
4 daerah yang 15 20 5 7 15
dikembangkan
Jumlah budaya
5 daerah yang belum 5 5 17 10 5
dikembangkan
214
2019, namun pada tahun 2019-2020 jumlah tarian daerah yang
dikembangkan oleh pemerintah bertambah sebanyak 15 jenis tarian
daerah, kemudian pada tahun 2021 kembali bertambah sebanyak
1 jenis tarian daerah. Sedangkan pada 2022 tidak terdapat
peningkatan.
Jumlah budaya daerah yang dikembangkan di Kabupaten Ketapang
pada tahun 2018-2022 menunjukan pergerakan yang fluktuatif.
Pengembangan budaya daerah turun paling drastis sejumlah 15
jenis budaya pada tahun 2019-2020. Sementara itu, terdapat 5
jenis budaya daerah yang belum dikembangkan pada tahun 2018
dan 2019, kemudian meningkat sebanyak 12 pada tahun 2020,
namun kembali menurun pada tahun 2020 dan 2022. Data
mengenai seni dan budaya mengindikasikan rendahnya komitmen
masyarakat dalam mempertahankan kebudayaan. Beberapa faktor
yang menjadi penyebabnya, yaitu: a) Minimnya sarana promosi
kebudayaan, b) minimnya pengembangan sanggar seni budaya, c)
pembangunan rumah adat masih banyak yang tertunda, dan d)
pengetahuan seni budaya SDM pelaku budaya masih perlu
ditingkatkan.
215
2.3.1 Fokus Daya Saing Ekonomi Daerah
Fokus kemampuan ekonomi daerah dinilai dari tiga
indikator utama, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga
perkapita dan pengeluaran konsumsi non-pangan perkapita.
Semakin besar nilai kedua indikator tersebut, maka semakin besar
kemampuan ekonomi suatu daerah. Berikut adalah deskripsi data
mengenai kedua indikator tersebut.
Pengeluran konsumsi rumah tangga per-kapita dibagi
menjadi pengeluaran untuk makanan dan kebutuhan non-
makanan. Pengeluaran untuk konsumsi non-makanan secara
umum lebih besar, jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk
makanan di Kabupaten Kepatang. Berikut adalah data mengenai
pengeluaran per-kapita pada tahun 2018 hingga 2022 di Kabupaten
Ketapang.
9.500
9.400 9.426
9.300
9.259
9.200 9.209
9.163
9.100
9.000 8.988
8.900
8.800
8.700
2018 2019 2020 2021 2022
216
Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kesejahteraan
masyakarat secara umum di Kabupaten Kepatang. Penurunan
sempat terjadi pada tahun 2020. Penurunan tersebut diduga
disebabkan oleh terjadinya pandemi Covid-19 yang memengaruhi
daya beli masyarakat Kabupaten Ketapang namun pada tahun 2021
hingga 2022 kembali mengalami kenaikan. Meskipun penurunan
terhitung sedikit, indikator pengeluaran per kapita harus disikapi
dengan hati-hati karena indikator ini tidak mampu mencerminkan
pengeluaran secara riil per orang. Artinya, orang dengan tingkat
kekayaan lebih tinggi dianggap memiliki jumlah pengeluaran yang
sama dengan orang yang masuk kategori miskin. Tabel berikut
memuat pengeluaran per kapita per bulan menurut kelompok
komoditas.
Tabel 2.68.
Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kelompok
Komoditas (rupiah) di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Jenis
2018 2019 2020 2021 2022
Konsumsi
Makanan 574.113 596.128 609.958 652.330 645.954
Non-makanan 465.040 523.606 475.491 532.729 508.882
1.039.15 1.119.73 1.085.44 1.185.05 1.154.83
Jumlah
3 4 9 9 6
217
60,00
55,25 56,19 55,05 55,93
53,24
50,00
46,76 44,95
44,75 43,81 44,07
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
Makanan Non-makanan
218
2.3.2 Fokus Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Badan Pusat Statistik (2020), rasio ketergantungan
(dependency ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk
umur 0-14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke
atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja)
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun
(angkatan kerja). Rasio ketergantungan dapat digunakan sebagai
indikator keadaan ekonomi suatu negara termasuk negara maju
atau negara sedang berkembang.
Rasio ketergantungan merupakan salah satu indikator
demografi yang penting. Semakin tinggi persentase rasio
ketergantungan, maka semakin tinggi pula beban yang harus
ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai hidup
penduduk usia belum produktif dan tidak produktif lagi. Sementara
itu, persentase rasio ketergantungan yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung
penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan Kabupaten
Ketapang tahun 2018-2022 dapat diketahui melalui tabel berikut.
Tabel 2.70.
Rasio Ketergantungan Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Aspek 2018 2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jumlah
145.83 147.16 142.11 142.64 143.86
penduduk usia
2 2 9 2 8
< 15 tahun
Jumlah
penduduk usia 20.040 21.180 23.430 25.029 26.812
> 64 tahun
Jumlah
165.87 168.34 165.54 167.67 170.68
penduduk usia
2 2 9 1 0
tidak produktif
219
Jumlah
338.13 344.44 405.10 412.25 421.23
penduduk usia
6 1 8 6 7
15-64 tahun
Rasio
ketergantunga 0,491 0,489 0,409 0,407 0,405
n
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2023
220
perkembangan Indeks Kemahalan Konstruksi di Kabupaten
Ketapang dan beberapa daerah di Provinsi Kalimantan Barat.
118,00
116,43
116,04 116,18
116,00 115,47
113,95 113,73 113,80
114,00 113,27 113,22
104,00
102,00
100,00
98,00
2018 2019 2020 2021 2022
221
infrastruktur penunjang dan tingkat harga daerah yang dapat
bersaing dengan daerah sekitar maupun daerah-daerah lain dalam
provinsi Kalimantan Barat. Kondisi ini merupakan salah satu salah
satu potensi positif yang potensial dikembangkan dan
dimanfaatkan dalam menunjang daya saing Kabupaten Ketapang
dalam berbagai aspek seperti pengembangan daya tarik investasi,
upaya peningkatan daya saing sumber daya manusia dan
peningkatan upaya inovasi dalam berbagai bidang urusan
pemerintah daerah.
1. Tindak Kriminalitas
Jumlah tindak kriminalitas menjadi salah satu indikator
untuk menilai kondusifitas iklim berinvestasi di sebuah wilayah.
Semakin besar jumlah tindak kriminalitas atau kejahatan di sebuah
daerah, maka iklim investasi di sebuah daerah tersebut menjadi
semakin tidak kondusif. Berikut adalah data tentang jumlah tindak
kejahatan di Kabupaten Ketapang tahun 2018 hingga 2022.
222
Tabel 2.69.
Jumlah Tindak Kejahatan di Kabupaten Ketapang dan
Kabupaten Lainnya di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun
Kepolisian Daerah
2018 2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (4) (6)
Polres Sambas 350 347 291 276 283
Polres Bengkayang 289 235 114 156 202
Polres Landak 194 142 157 168 260
Polres Mempawah 268 277 326 246 224
Polres Sanggau 350 333 286 267 309
Polres Ketapang 627 507 424 462 595
Polres Sintang 235 218 200 163 194
Polres Kapuas
148 108 88 63 95
Hulu
Polres Sekadau 90 64 44 87 139
Polres Melawi 139 95 70 83 92
Polres Kayong
62 73 55 19 79
Utara
Polresta
350 239 272 262 291
Singkawang
Polresta Pontianak
2476 2303 266 257 259
Kota
Polresta Kubu
- - 1149 1113 1078
Raya
Kalimantan Barat 5.578 4.941 3.470 3.622 4.100
Sumber: Provinsi Kalimantan Barat Dalam Angka, 2023
223
terhadap tingginya tingkat kriminalitas, seperti tingginya angka
kemiskinan di Kabupaten Ketapang dan persoalan yang berkaitan
dengan berbagai motif kejahatan lainnya.
2,5
2 2
1,5
1 1 1 1
0,5
0 0
2018 2019 2020 2021 2022
224
mengatur kemudahan berinvestasi baru ada pada tahun 2019.
Peraturan tersebut berbentuk Peraturan Bupati yang mengatur
tentang retribusi IMB. Kurangnya Peraturan Daerah yang mengatur
kemudahan berinvestasi ini disebabkan oleh fokus beberapa pihak
terhadap perbaikan iklim investasi masih kurang. Jika Kabupaten
Ketapang ingin meningkatkan realisasi nilai investasi, maka
penyusunan Peraturan Daerah adalah salah satu fokus utama yang
wajib diperhatikan dengan baik.
Kabupaten Ketapang mulai menyusun beberapa peraturan
daerah untuk mempermudah investasi. Upaya ini menandakan
bahwa pemerintah dan beberapa pihak mulai memiliki fokus yang
baik untuk memperbaiki iklim investasi. Upaya ini harus segera
direalisasikan agar realisasi PMA dan PMDN di Kabupaten Ketapang
bisa naik dan berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi
serta pengurangan angka kemiskinan.
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu bidang terpenting dalam
pembangunan nasional maupun daerah. Sumber daya manusia
225
(SDM) yang berkualitas adalah modal yang sangat penting bagi
pembangunan. Dalam konteks ini, pemerintah Kabupaten Ketapang
berusaha menyelenggarakan layanan pendidikan yang lebih baik
bagi masyarakatnya dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup
individu maupun kelompok masyarakat di dalamnya. Salah satu
dimensi utama dalam pembangunan sektor pendidikan adalah
akses pendidikan. Konteks Kabupaten Ketapang, penyediaan akses
pendidikan dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu: angka partisipasi
kasar, angka partisipasi murni, dan harapan lama sekolah.
Angka partisipasi kasar (APK) merupakan indikator akses
yang menunjukkan tingkat partisipasi penduduk pada suatu
tingkat pendidikan. APK merupakan proporsi anak sekolah pada
suatu jenjang tertentu terhadap penduduk pada kelompok usia
tertentu. APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi
sekolah, tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang
pendidikannya. Nilai APK mendekati atau lebih dari 100 persen
menunjukkan bahwa ada penduduk yang sekolah belum
mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu
menampung penduduk usia sekolah lebih dari target yang
sesungguhnya.
Pemerintah Kabupaten Ketapang menargetkan seluruh
penduduk usia sekolah (7-15 tahun) dapat mengenyam pendidikan
dasar 9 tahun. APK SD Kabupaten Ketapang cenderung mengalami
tren yang menurun dari tahun 2018 ke tahun 2022, yakni sebesar
3,86 persen. Hal tersebut serupa dengan APK SMP yang mengalami
tren penurunan sebesar 6,90 persen dari periode 2018 sampai
dengan 2022. Berdasarkan angka grafik dibawah ini, untuk APK
SD/Sederajat semakin mendekati angka 100 persen artinya masih
banyaknya anak di luar batas usia sekolah pada jenjang
SD/Sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Ketapang
226
masih belum mampu menampung penduduk usia SD/Sederajat
lebih dari target yang sesungguhnya.
80,00
60,00
40,00
20,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
SD SMP
227
120,00
60,00
40,00
20,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
SD SMP
228
tenaga pendidik dan belum optimalnya kualitas kegiatan belajar
mengajar. Permasalahan belum meratanya kualitas tenaga pendidik
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.18.
Kualifikasi Pendidik, Pendidik Tersertifikasi, dan Kekurangan
Guru di Jenjang SD dan SMP di Kabupaten Ketapang Per
Tahun 2022
Jenjang Pendidikan
Uraian SD SMP
Jumlah % Jumlah %
Kualifikasi Pendidik (Min. S1/D4) 3.616 78,42 1.770 88,76
Pendidik Tersertifikasi 1.535 33,29 629 31,54
Kekurangan Guru Negeri 1.648 39,53 711 42,42
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, 2023
229
melibatkan komunitas dan orang tua dalam mendukung
pendidikan anak.
Selain itu kualitas kegiatan belajar mengajar belum optimal
karena penerapan kurikulum yang kurang maksimal, minimnya
guru dalam penguasaan terhadap teknologi pendidikan, seperti
Google Meet, Google Class, Zoom, dan platform pendidikan lainnya
untuk membantu kegiatan pembelajaran jarak jauh, serta
banyaknya sekolah yang belum terakreditasi. Adapun data terkait
dengan akreditasi SD dan SMP di Kabupaten Ketapang per tahun
2022 dapat dilihat sebagai berikut.
230
mengumpulkan dan menyiapkan berbagai dokumen administratif,
masih rendahnya kinerja sekolah. Hal-hal tersebut dapat menjadi
faktor-faktor penghambat bagi sekolah di Kabupaten Ketapang
dalam memperoleh akreditasi A.
2. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu sektor utama dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah. Semakin tinggi kualitas
kesehatan masyarakat, maka semakin tinggi kesejahteraan
masyarakat di daerah tersebut. Kondisi kesehatan masyarakat
dapat menunjukkan kondisi kualitas kesehatan di suatu daerah.
Gambaran kualitas kesehatan bayi, balita, dan masyarakat
di Kabupaten Ketapang dapat diketahui dari capaian indikator
tingkat kematian ibu, bayi, dan balita, dan tingkat kesakitan ibu,
bayi, balita, dan masyarakat. Tingkat kematian dapat dilihat
menggunakan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBa). Sementara itu, tingkat
kesakitan dapat dilihat melalui AKI per 100.000 kelahiran hidup di
Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022 melalui grafik berikut.
250 229
205
200 184
150
116
105
100
50
0
2018 2019 2020 2021 2022
231
Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup di
Kabupaten Ketapang mengalami tren menurun pada tahun 2018-
2022. AKI turun paling drastis terjadi dari tahun 2021 ke tahun
2022 yaitu sebesar 124 jiwa per 100.000 kelahiran penduduk. Dari
penurunan AKI tersebut artinya pemeriksaan antenatal yang
berkualitas dan teratur selama kehamilan telah diterapkan dengan
baik di Kabupaten Ketapang.
Kementerian Kesehatan RI menetapkan pemeriksaan ibu
hamil atau antenatal care (ANC) dilakukan minimal sebanyak 6 kali
selama 9 bulan sebagai bentuk komitmen untuk penyediaan
layanan esensial bagi Ibu hamil. Untuk mendukung aktivitas ini,
Kemenkes saat ini tengah dalam proses menyediakan USG di
Seluruh Provinsi di Indonesia. Sebelumnya pemeriksaan USG
hanya dapat dilakukan di RS atau Klinik, saat ini ibu hamil sudah
dapat melakukan pemeriksaan di Puskesmas. Tentunya
pemeriksaan USG ini perlu didukung dengan penguatan kolaborasi
layanan ANC antara bidan, dokter umum dan dokter spesialis
kebidanan serta jejaring Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di rumah sakit, dan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di puskesmas agar Angka
Kematian Ibu terus menurun hingga mencapai 0.
Pelayanan kelahiran oleh tenaga kesehatan menjadi salah
satu indikator capaian upaya pemerintah dalam mengurangi AKI di
suatu daerah. Semakin tinggi cakupan pelayanan kelahiran di
daerah, maka semakin baik pula upaya pemerintah dalam
menurunkan AKI di Kabupaten Ketapang. Kondisi cakupan
pelayanan kelahiran oleh bidan di Kabupaten Ketapang tahun
2018-2022 dapat dilihat melalui grafik berikut.
232
78,0
76,7 76,4
76,0
74,0
72,0 72,5
71,5
70,0
68,0
66,0 66,2
64,0
62,0
60,0
2018 2019 2020 2021 2022
233
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh
tenaga profesional untuk ibu hamil selama masa kehamilannya
yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan. Pelayanan antenatal merupakan upaya untuk
menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan sekaligus upaya
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.
Cakupan pelayanan kebidanan dibagi menjadi 3 indikator, yaitu:
cakupan pelayanan K-1, cakupan pelayanan K-4, dan pemberian
vitamin zat besi bagi ibu hamil.
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 merupakan cakupan ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar
paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Aspek tersebut digunakan untuk melihat perkembangan
jumlah ibu dalam mengakses layanan kesehatan khususnya
layanan ibu hamil. Semakin tinggi angka cakupan kunjungan ibu
hamil, maka semakin menurun potensi kematian ibu hamil.
Sebaliknya, semakin rendah cakupan kunjungan ibu hamil, maka
semakin tinggi potensi kematian ibu hamil.
Pelayanan K-1 merupakan cakupan ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama
kali pada masa kehamilan (tidak mengenal usia trimester
kehamilan) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Sedangkan pelayanan K-4 meliputi 1 kali pada trimester pertama, 1
kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. Berikut
merupakan gambaran cakupan pelayanan kesehatan kehamilan di
Kabupaten Ketapang pada tahun 2018-2022.
Tabel 2.19.
Cakupan Pelayanan Kehamilan di Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
Rata-
Indikator 2018 2019 2020 2021 2022 rata
(%)
234
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jumlah Kunjungan
10.290 10.255 10.164 9.181 9.833 -0,95
K1
Jumlah Kunjungan
8.791 8.233 8.156 7.126 7.861 -2,40
K4
Cakupan Pelayanan
91,46 91,46 91,00 89,50 87,30 -1,04
K1 (%)
Cakupan Pelayanan
78,14 73,43 73,00 89,50 69,80 -2,09
K4 (%)
Cakupan Pemberian
76,81 70,10 65,40 70,20 66,90 -2,48
Zat Besi (%)
235
kehamilan dan belum meratanya prasarana layanan kehamilan di
Kabupaten Ketapang.
Adapun pemberian suplemen zat besi pada ibu hamil
merupakan upaya pencegahan anemia defisiensi zat besi dan asam
folat di mana merupakan salah satu indikator kesehatan ibu hamil.
Tren cakupan pemberian suplemen zat besi untuk ibu hamil di
Kabupaten Ketapang pada tahun 2018-2022 cenderung turun.
Persoalan ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran ibu hamil
untuk mengakses layanan kehamilan di Kabupaten Ketapang.
Selain AKI, kualitas kesehatan juga dapat dilihat dari Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBa). AKB
merupakan indikator penting yang berfungsi untuk mencerminkan
keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat pada kelompok
usia bayi, sedangkan AKBa merupakan jumlah kematian anak
berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1.000 anak pada
umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian
bayi). Tingginya angka AKB dan AKBa akan berdampak pada
rendahnya derajat kesehatan di suatu daerah.
AKB menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun
dari setiap 1.000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat
dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum
mencapai usia satu tahun. AKB merupakan indikator penting
untuk menggambarkan kondisi derajat kesehatan di suatu
masyarakat. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan
pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian dapat dilihat
dari menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian, AKB merupakan
tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang
dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan.
Capaian AKB per 1.000 kelahiran hidup di Kabupaten Ketapang
tahun 2018-2022 dapat dilihat pada grafik berikut.
236
14
12 12
10 10
9
8
7
6 6
0
2018 2019 2020 2021 2022
237
Indikator ini berkaitan langsung dengan target kelangsungan hidup
anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan
tempat tinggal anak-anak termasuk juga pemeliharaan
kesehatannya. AKBa seringkali dipakai untuk mengidentifikasi
kesulitan ekonomi penduduk di suatu daerah. Gambaran AKBa per
1.000 kelahiran hidup di Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022
dapat dilihat pada grafik berikut.
14
12 12
10 10 10
8
7
6 6
0
2018 2019 2020 2021 2022
238
Kabupaten Ketapang selama periode 2018-2022. Kondisi ini
disebabkan oleh tingginya balita dengan gizi buruk, tingginya
kesakitan balita, rendahnya cakupan imunisasi dasar Lengkap.
Gizi buruk atau malnutrisi merupakan salah satu bentuk
malnutrisi di mana seseorang kekurangan asupan makanan yang
mengandung energi dan protein. Malnutrisi dapat dipahami sebagai
kesalahan dalam pemberian nutrisi, baik berupa kekurangan
maupun kelebihan nutrisi. Gizi buruk sebagian besar dialami oleh
anak-anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. WHO
(2020) memperkirakan sebanyak 54% kematian bayi dan balita
disebabkan kondisi gizi buruk. Bahkan risiko kematian anak
dengan gizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan dengan anak
normal. Gizi buruk dapat disebabkan oleh buruknya kondisi sosial
ekonomi, buruknya gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan
kurangnya asupan gizi pada bayi. Berikut adalah gambaran
persentase gizi buruk balita di Kabupaten Ketapang pada tahun
2018-2022.
1,80%
1,60% 1,60%
1,40%
1,20%
1,00%
0,80%
0,60%
0,40% 0,38%
0,31% 0,32%
0,20% 0,26%
0,00%
2018 2019 2020 2021 2022
239
Tren persentase gizi buruk balita di Kabupaten Ketapang
mengalami tren yang meningkat selama periode 2018-2022.
Adapun peningkatan persentase gizi buruk balita di Kabupaten
Ketapang yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2022 dan angka
tersebut merupakan angka tertinggi selama periode 2018-2022
yaitu sebesar 1,60%. Masih tingginya persentase gizi buruk balita
mengindikasikan rendahnya kualitas kesehatan balita di
Kabupaten Ketapang pada tahun 2022. Persoalan ini disebabkan
oleh belum optimalnya akses masyarakat terhadap makanan
bergizi.
Menurut Kementerian Kesehatan (2018), stunting adalah
kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Stunting (kerdil) adalah kondisi di mana balita memiliki panjang
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya.
Prevalensi balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang
disebabkan oleh buruknya kondisi sosial ekonomi, buruknya gizi
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan atau kurangnya asupan
gizi pada bayi. Balita stunting berisiko mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif secara optimal. Selain
itu, balita stunting juga berisiko lebih besar menderita penyakit
menular dan tidak menular seperti jantung, diabetes, dan penyakit
pembuluh darah pada usia dewasa.
Menurut WHO (2020), Indonesia termasuk ke dalam negara
ketiga dengan prevalensi stunting tertinggi di regional Asia
Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Kementerian Kesehatan
mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada
Rapat Kerja Nasional BKKBN, dimana prevalensi stunting di
Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022.
Sementara itu, prevalensi balita stunting di Kabupaten Ketapang
tahun 2018-2022 dapat dicermati melalui grafik berikut.
240
20,00
19,50 19,40
19,27
19,00
18,50
18,00
17,50
17,20
17,00
16,70
16,50 16,52
16,00
15,50
15,00
2018 2019 2020 2021 2022
Prevalensi Stunting
241
Jargon tersebut disusun untuk meluruskan informasi yang tidak
benar tentang imunisasi, memobilisasi seluruh sumber daya untuk
mensosialisasikan manfaat imunisasi, memastikan vaksin mudah
didapat dan mudah dijangkau di seluruh masyarakat, dan
meningkatkan pelayanan imunisasi yang bermutu dan merata.
Terdapat 5 jenis Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Indonesia, yaitu
BCG, DPT, Campak, Polio, dan Hepatitis B.
Vaksin gabungan DPT-HB-HIB3 terdiri dari vaksin DPT
(difteri, pertusis, tetanus), vaksin HB (hepatitis B), dan vaksin HiB
(haemophilus influenza tipe B). Ketiga vaksin tersebut berfungsi
untuk mencegah 6 penyakit, yaitu: difteri (infeksi selaput lendir
hidung dan tenggorokan), pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis
B, pneumonia, dan meningitis (radang otak). Sementara itu, Vaksin
Polio 4a merupakan vaksin yang digunakan untuk melindungi
tubuh dari gangguan poliomyelitis atau infeksi polio, sedangkan
vaksin Campak/MR bertujuan untuk mencegah dari penyakit
campak/measles rubella. Data persentase balita diimunisasi DPT-
HB-HIB3, Polio 4a, dan Campak/MR di Kabupaten Ketapang pada
tahun 2018-2022 dapat dilihat pada grafik berikut.
120,00
99,10
100,00 83,20
86,00 88,50 89,20
84,60
80,00 72,00
65,90 66,10
60,00 67,90
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
242
Grafik 2.24. Persentase Bayi dan Balita diimunisasi DPT-HB-
HIB3, Polio 4a, dan Campak/MR di Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023
243
1,25
1,15
1,10 1,10
1,05
0,95
0,90
2018 2019 2020 2021 2022
244
atau hal lain yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari.
Umumnya, keluhan kesehatan utama yang banyak dialami oleh
penduduk adalah demam panas, sakit kepala, batuk, pilek, diare,
asma/sesak nafas, sakit gigi. Orang yang menderita penyakit kronis
dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu
survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh
penyakitnya.
Angka kesakitan merupakan frekuensi penderita baru suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu
kelompok masyarakat. Indikator ini dimanfaatkan untuk mengukur
tingkat kesehatan masyarakat secara umum dilihat dari adanya
keluhan yang mengindikasikan terkena suatu penyakit tertentu.
Semakin tinggi penduduk yang mengalami keluhan kesehatan,
maka semakin rendah derajat kesehatan masyarakat tersebut.
Infeksi Menular Seksual/IMS dan HIV/AIDS merupakan
infeksi yang pada umumnya ditularkan melalui hubungan seksual
yang tidak aman. Penyebarannya pun bisa melalui darah, sperma,
atau cairan tubuh lainnya. Selain itu, penyebarannya bisa melalui
pemakaian jarum suntik secara berulang atau bergantian di antara
beberapa orang. Jumlah kasus HIV/AIDS dan IMS di Kabupaten
Ketapang pada tahun 2018-2022 dapat dilihat pada grafik berikut.
245
100 90
90
80 71 70
70 66 63
59
60
50
40 36
28 26
30 22
20
10
0
2018 2019 2020 2021 2022
246
Selain itu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Tuberculosis
(TB) merupakan 2 jenis penyakit menular lainnya yang dapat
menyebabkan kematian. DBD merupakan penyakit yang
disebabkan oleh salah satu dari 4 virus dengue yang ditularkan
dengan perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti dan/atau Aedes
albopictus. Sementara itu, TB adalah penyakit paru-paru yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. TB akan
menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih
dari 3 minggu), biasanya batuk berdahak dan terkadang
mengeluarkan darah. Kuman TB juga dapat menyerang tulang,
usus, atau kelenjar tubuh. Penyakit ini ditularkan dari percikan
ludah penderita TB, baik ketika berbicara, batuk, maupun bersin.
Kedua jenis penyakit tersebut merupakan penyakit yang
cukup banyak diderita oleh masyarakat Kabupaten Ketapang. Oleh
karena itu, penting kiranya untuk mengetahui jumlah kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Tuberculosis (TB) di Kabupaten
Ketapang. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut.
900 855
808
800 719
700 638
600 546
502
500 461
400
300 222
200
100 38
13
0
2018 2019 2020 2021 2022
247
Dari gambar grafik diatas bahwa jumlah kasus DBD di
Kabupaten Ketapang memiliki tren menurun untuk tahun 2018-
2022. Jumlah kasus DBD pada tahun 2018 sebanyak 808 kasus,
kemudian terus mengalami penurunan dimana tahun 2021 sempat
berada di angka terendah yaitu sebanyak 13 kasus. Penurunan
jumlah kasus DBD tersebut mengindikasikan bahwa menurunnya
risiko penularan penyakit DBD yang didukung dengan perilaku
masyarakat Kabupaten Ketapang yang mulai menerapkan pola
hidup sehat dan tak acuh pada lingkungan yang menjadi tempat
sarang nyamuk.
Bertolak belakang dengan kasus DBD, jumlah kasus TB
mengalami tren peningkatan, yang paling drastis yaitu terjadi di
tahun 2022 sebesar 855 kasus. Kenaikan jumlah kasus TB tersebut
menandakan masih belum optimalnya penerapan pola hidup sehat
di kalangan masyarakat Kabupaten Ketapang.
Selain itu penyakit diare juga dapat menjadi salah satu
indikator derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Ketapang.
Penyakit diare merupakan penyakit menular yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada usia bayi dan balita.
Gambaran jumlah kasus diare yang ditangani di Kabupaten
Ketapang pada tahun 2018-2022 dapat diketahui melalui grafik
berikut.
248
12.000
10.000 10.016
9.141
8.000
7.258 7.196
6.000 5.765
4.000
2.000
0
2018 2019 2020 2021 2022
Tabel 2.20.
Jumlah Kasus Penyakit ISPA, Hipertensi, Gastritis, dan
Radang Sendi di Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022
Jenis Penyakit Jumlah Kasus
249
Rata-
2018 2019 2020 2021 2022 rata
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Infeksi Saluran
Pernafasan 17.076 20.405 14.290 16.457 7.548 -12,36
Akut/ISPA
Hipertensi 13.253 137.583 140.388 142.371 16.238 213,25
Gastritis 7.756 6.903 7.243 8.430 15.051 22,21
Radang Sendi 5.460 5.581 5.005 5.143 5.574 0,76
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023
250
Gastritis adalah gangguan pencernaan yang terjadi ketika
lapisan dalam (mukosa) dinding lambung mengalami peradangan
atau pembengkakan. Kasus gastritis yang terjadi di Kabupaten
Ketapang pada tahun 2022 mencatat angka tertinggi dalam lima
tahun terakhir. Salah satu penyebab umum dari gastritis adalah
infeksi bakteri H. pylori. Oleh karena itu, penting untuk
memerhatikan kebersihan saat mengolah dan menyajikan
makanan. Selain itu juga perlunya menjaga kebersihan pribadi,
seperti dengan mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari
toilet. Dari peningkatan angka kasus gastritis seperti yang
ditunjukkan pada tabel diatas artinya masyarakat di Kabupaten
Ketapang masih kurangnya perhatian terhadap makanan yang
mereka konsumsi dan masih kurangnya kesadaran dalam menjaga
kebersihan pribadi.
Sedangkan untuk kasus radang sendi tidak menunjukkan
adanya penurunan. Radang sendi digolongkan menjadi beberapa
yaitu reactive arthritis adalah radang sendi yang terjadi akibat reaksi
peradangan di bagian tubuh lain. Kondisi ini sering dipicu oleh
infeksi bakteri yang terjadi di saluran kemih. Septic arthritis atau
infectious arthritis adalah radang sendi yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus, atau jamur pada sendi. Tidak adanya penurunan
kasus radang sendi artinya tidak ada perubahan perilaku
masyarakat Kabupaten Ketapang dalam menjaga pola hidup dan
kebesihan disekitar mereka.
Data empat jenis penyakit diatas menunjukkan bahwa
masih tingginya risiko kesakitan penyakit tidak menular di
Kabupaten Ketapang. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya
kepedulian masyarakat Kabupaten Ketapang terhadap kebersihan
diri dan pola hidup sehat.
Penyakit tidak menular yang juga perlu menjadi perhatian di
Kabupaten Ketapang yaitu penyakit kejiwaan. Berdasarkan
251
Undang-Undang No 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif perlu dilakukan secara
berkelanjutan. Keempat upaya tersebut harus memerhatikan 4
aspek, yaitu: fisik, mental, sosial dan spiritual guna mencapai
individu sehat jiwa. Regulasi ini mengamanatkan urgensi
pemerintah daerah dalam mencegah peningkatan kasus kesakitan
jiwa. Sebagai wujud dari Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis
Masyarakat (UKBJM), Pemerintah Ketapang membentuk Tim
Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) sejak tahun 2016
yang bertujuan untuk menekan peningkatan angka kesakitan jiwa.
Salah satu faktor penentu dalam UKBJM adalah Puskesmas yang
bekerjasama dengan masyarakat dalam mencegah meningkatnya
gangguan jiwa masyarakat.
Penting juga mencermati data jumlah Orang Dalam
Gangguan Jiwa (ODGJ) untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa
warga Kabupaten Ketapang. Jumlah kasus Orang Dalam Gangguan
Jiwa (ODGJ) menurut kecamatan di Kabupaten Ketapang tahun
2018-2022 dapat diketahui melalui tabel berikut.
Tabel 2.21.
Kasus Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) Menurut
Kecamatan di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
No. Kecamatan
2018 2019 2020 2021 2022
1 Kendawangan 42 71 71 76 57
2 Manis Mata 16 16 16 18 26
3 Marau 6 23 32 48 44
4 Singkup 10 16 22 23 19
5 Air Upas 9 12 21 24 33
6 Jelai Hulu 20 34 42 47 47
7 Tumbang Titi 7 18 25 44 27
8 Pemahan 6 9 8 13 8
9 Sungai Melayu Rayak 18 15 32 37 19
10 Matan Hilir Selatan 41 65 85 77 93
11 Benua Kayong 81 115 137 147 104
12 Matan Hilir Utara 11 11 34 40 35
13 Delta Pawan 137 176 185 245 349
14 Muara Pawan 28 34 45 61 22
252
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
No. Kecamatan
2018 2019 2020 2021 2022
15 Nanga Tayap 15 12 31 41 79
16 Sandai 24 43 45 53 23
17 Hulu Sungai 12 23 23 27 10
18 Sungai Laur 6 19 19 23 23
19 Simpang Hulu 17 28 40 42 40
20 Simpang Dua 25 31 29 45 28
Jumlah 531 771 942 1.131 1.086
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023
253
ketersediaan dokter dan tenaga medis per 100.000 penduduk
merupakan salah satu indikator untuk mengetahui cakupan
jangkauan tenaga kesehatan dalam melayani penduduk. Gambaran
rasio dokter dan tenaga medis per 100.000 penduduk Kabupaten
Ketapang tahun 2018-2022 dapat diketahui melalui grafik berikut.
350 317 322
304 306 313
300
250
200
150
100
50 22 17 22 20 19
0
2018 2019 2020 2021 2022
254
di daerah. Capaian ketersediaan Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu,
dan Poliklinik di Kabupaten Ketapang pada tahun 2018-2022 dapat
diketahui melalui grafik berikut.
4,00 32,00
3,71
3,50 31,15 3,45 31,00
30,62 3,42 3,38
3,00 30,11 30,04 30,00
2,50 29,00
2,00 28,00
1,50 27,00
26,69
1,00 0,99 26,00
0,50 0,60 0,59 0,58 0,57 0,51 25,00
0,00 24,00
2018 2019 2020 2021 2022
255
berkurangnya akses masyarakat terhadap layanan puskesmas dan
pustu. Bertolak belakang dengan rumah sakit, puskesmas dan
pustu, untuk politeknik justru mengalami peningkatan dalam
kurun waktu lima tahun terakhir, terutama dari tahun 2018 ke
tahun 2019 yaitu meningkat sebesar 2,72.
Cakupan pelayanan kesehatan di Kabupaten Ketapang perlu
didukung dengan pekerjaan kefarmasian yang baik. Salah satu
bentuk pelaksanaan pekerjaan kefarmasian adalah distribusi atau
penyaluran sediaan farmasi yang melibatkan Pedagang Besar
Farmasi (PBF), Apotek, Apotek Pelayanan Rujuk Balik (PRB), dan
Toko Obat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148
Tahun 2011, Pedagang Besar Farmasi merupakan perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah
besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Apotek Pelayanan
Rujuk Balik adalah tempat untuk memperoleh obat-obatan
penyakit kronis di Fasilitas Kesehatan (Faskes) Tingkat Pertama
sebagai bagian dari program pelayanan rujuk balik. Sarana
produksi dan distribusi kefarmasian di Kabupaten Ketapang tahun
2018-2022 dapat diketahui melalui grafik berikut.
256
70
59
60
47
50 44
38
40
30
20
17
20 13
11 10
8
10
0
2018 2019 2020 2021 2022
257
kefarmasian dan persyaratan perizinan telah mengalami
peningkatan di Kabupaten Ketapang selama lima tahun terakhir.
Tabel 2.22.
Panjang Jalan Berdasarkan Kondisi (Km) Tahun 2018-2022
Panjang Jalan
Berdasarkan 2018 2019 2020 2021 2022
Kondisi (km)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kondisi Mantap
733,65 1.201,38 1.210,12 1.066,77 1.179,20
(baik-sedang)
Baik 543,19 866,78 913,26 884,71 903,42
Sedang 190,45 334,60 297,28 182,06 275,78
Rusak ringan 388,09 791,98 880,89 1.052,45 978,94
Rusak Berat 2.117,49 1.245,47 1.147,66 1.119,87 1.080,95
Jumlah Total 3.239,09 3.239,09 3.239,09 3.239,09 3.239,09
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023
258
tahun 2018 hingga 2022. Namun pada tahun 2021 sempat
mengalami penurunan. Kondisi jalan mantap tahun 2022 sebesar
36,41% dari total keseluruhan panjang jalan. Sedangkan kondisi
jalan rusak sebesar 63,59% yang terdiri dari 30,22% jalan dengan
kondisi rusak ringan dan 33,37% jalan dengan kondisi rusak berat.
Sedangkan, proporsi panjang jalan dengan kondisi baik dan sedang
pada tahun 2022 masing-masing sebesar 27,89% dan 8,51%. Data
tersebut mengindikasikan bahwa kualitas jalan yang telah
terbangun masih belum optimal. Salah satu penyebab masalah
tersebut adalah belum optimalnya upaya rehabilitasi dan
pemeliharaan jalan yang di lakukan setiap tahunnya. Selain itu,
pengawasan penggunaan jalan juga belum dapat dilakukan dengan
maksimal.
Selanjutnya, ketersediaan jaringan jalan dapat dianalisis
melalui perkembangan rasio panjang jalan terhadap jumlah
penduduk. Data tersebut akan menggambarkan tingkat
keterpenuhan jaringan jalan di Kabupaten Ketapang. Berikut ini
merupakan perkembangan proporsi panjang jalan dalam kondisi
baik dan rasio panjang jalan dibandingkan jumlah penduduk.
259
Grafik 2.32. Proporsi Panjang Jalan Dalam Kondisi Baik dan
Rasio Panjang Jalan terhadap Penduduk di Kabupaten
Ketapang
Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023
Tabel 2.23.
Proporsi Jalan Lingkungan Dalam Kondisi Baik di Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022
Jalan Lingkungan Berkondisi Baik
Jalan Lingkungan (Km)
Tahun
Panjang Jalan Lingkungan
Kondisi Baik (Km) %
(Km)
2018 405,00 299,26 73,89
2019 405,00 302,64 74,73
2020 405,00 305,78 75,50
2021 405,00 346,75 85,62
2022 445,99 386,18 86,59
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023
260
Panjang jalan lingkungan dalam kondisi baik mengalami
peningkatan sejak tahun 2018 hingga tahun 2022. Namun
demikian, proporsi jalan lingkungan dalam kondisi baik belum
optimal. Selain itu, peningkatan panjang jalan lingkungan dalam
kondisi baik selama kurun waktu lima tahun terakhir (2018-2022)
terbilang sangat kecil sebesar 14,67 persen, untuk tahun 2022
hanya bertambah 0,97 persen dari tahun 2021. Data tersebut
mengindikasikan belum optimalnya kinerja pembangunan jaringan
dan keterhubungan antar desa atau pusat permukiman di
Kabupaten Ketapang. Kondisi ini disebabkan belum optimalnya
perencanaan pembangunan jaringan jalan lingkungan.
Perencanaan pembangunan jalan belum mampu memberikan
gambaran atau pilihan alternatif intervensi karena basis data
terkait dengan jalan masih sangat minim. Berikut grafik yang
menggambarkan proporsi jalan lingkungan dalam kondisi baik dari
tahun 2018-2022.
90,00
86,59
85,62
85,00
80,00
74,73 75,50
75,00 73,89
70,00
65,00
2018 2019 2020 2021 2022
261
ruang. Kondisi jembatan di Kabupaten Ketapang juga merupakan
indikator yang krusial dalam menentukan kualitas keterhubungan
antar wilayah baik di dalam maupun keluar kabupaten Ketapang.
Berikut ini merupakan perkembangan kondisi jembatan di
Kabupaten Ketapang.
Tabel 2.24.
Kondisi Jembatan di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Jembatan Kabupaten
Tahun Kondisi Baik
Jumlah (Unit) %
(unit)
2018 311 181 58,20
2019 345 222 64,35
2020 376 263 69,95
2021 413 300 72,64
2022 449 336 74,83
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023
262
80,00 72,64 74,83
69,95
70,00 64,35
58,20
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
263
adalah proporsi rumah dan rumah tangga dengan akses terhadap
air minum dan sanitasi yang layak. Berikut ini adalah
perkembangan proporsi rumah tangga dengan air minum layak dan
proporsi rumah dengan sanitasi di Kabupaten Ketapang.
80,00% 64,00%
70,00%
70,00% 60,49% 62,00%
54,00% 55,50%
60,00% 61,63% 60,00%
47,00%
50,00%
58,00%
40,00%
56,00%
30,00% 56,50% 56,84%
55,00% 54,00%
20,00%
54,00%
10,00% 52,00%
0,00% 50,00%
2018 2019 2020 2021 2022
Proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap air minum layak dan
berkelanjutan
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak dan
berkelanjutan
264
menunjukkan pemanfaatan air baku dikalangan masyarakat
meningkat namun dalam jumlah yang cukup kecil tiap tahunnya.
Permasalahan ini disebabkan oleh masih rendahnya cakupan
layanan air minum dan air bersih di Kabupaten Ketapang. Cakupan
layanan air minum dan air bersih yang masih rendah di Kabupaten
Ketapang disebabkan oleh beberapa hal yaitu, ketersediaan
infrastruktur air baku dan air minum yang belum optimal,
kapasitas mesin pelayanan air bersih masih sangat terbatas, serta
belum adanya database terkait dengan jaringan air bersih dan air
minum.
Indikator penting dalam urusan pekerjaan umum dan
penataan ruang selanjutnya adalah persentase drainase dalam
kondisi baik. Indikator ini penting untuk menganalisis kualitas
sistem pembuangan air. Berikut ini perkembangan persentase
drainase dalam kondisi baik di Kabupaten Ketapang.
Tabel 2.25.
Persentase Drainase dalam Kondisi Baik di Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022
Jaringan Drainase
Tahu Total Panjang
Panjang Drainase Kondisi Baik
n jaringan Drainase
Terbangun (Km) (Km)
(Km)
2018 111,13 15,38 75,13
2019 132,66 21,53 96,66
2020 137,58 4,92 101,58
2021 145,25 7,26 109,25
2022 159,25 14 123,25
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023
265
meningkatnya ketersediaan infrastruktur pengendali bencana
banjir di Kabupaten Ketapang. Meningkatnya ketersediaan
infrastruktur, seperti sistem drainase tersebut dapat mencegah
kelebihan air yang mengikis lapisan tanah dan memicu terjadinya
banjir dan genangan. Berikut grafik yang menggambarkan drainase
dalam kondisi baik di Kabupaten Ketapang.
80,00
77,39
78,00
76,00 75,22
73,83
74,00 72,86
72,00
70,00
67,61
68,00
66,00
64,00
62,00
2018 2019 2020 2021 2022
Tabel 2.26.
Persentase Irigasi dalam Kondisi Baik di Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
266
Daerah Irigasi (D.I.) dan Daerah Irigasi Rawa (D.I.R.)
Luas
Tahun Luas D.I. Kondisi Kondisi
% D.I.R. %
(Ha) baik (Ha) baik (Ha)
(Ha)
2018 8.576,00 3.271,08 38,14 6.947,00 4.906,63 70,63
2019 8.576,00 4.829,86 56,32 6.947,00 4.369,21 62,89
2020 8.576,00 5.078,86 59,22 6.947,00 4.846,21 69,76
2021 8.576,00 5.252,04 61,24 6.947,00 5.424,68 68,78
2022 8.576,00 5.477,04 63,86 6.947,00 5.811,68 83,66
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023
267
disebabkan oleh masih rendahnya database terkait inventarisasi
jaringan irigasi, sehingga intervensi penanganan mengalami
kendala. Berikut grafik Persentase Irigasi Dalam Kondisi Baik di
Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022.
90,00 83,66
80,00 70,63 69,76 68,78
70,00 62,89
60,00
61,24 63,86
50,00 59,22
56,32
40,00
30,00 38,14
20,00
10,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
268
dimaksudkan untuk menegaskan kewenangan dan tanggungjawab
dalam pengelolaanya (operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi).
Tabel 2.27.
Data Daerah Rawa (D.I.R.) dan Daerah Irigasi (D.I.) di
Kabupaten Ketapang
Status Luas
No. Jumlah Lokasi
Kawasan (ha)
269
7.000,00
5.811,68
6.000,00 5.424,68
4.906,63 4.846,21
5.000,00 4.369,21
4.000,00
3.000,00
5.078,86 5.252,04 5.477,04
4.829,86
2.000,00
3.271,08
1.000,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
270
40,00 88,40 90,00
35,00 79,96 81,29 80,00
72,27 71,85 70,00
30,00
27,73 28,15
60,00
25,00 24,83
50,00
20,00 20,04
18,71 40,00
15,00 13,81 30,00
11,60
10,00 20,00
6,68 6,90
5,00 10,00
3,59 3,66 3,27
0,00 1,08 0,99
0,00 0,00
2018 2019 2020 2021 2022
271
koordinasi antar pemangku kepentingan, serta prosedur perizinan
yang rumit dan lambat juga turut menghambat penanganan rumah
tidak layak huni tersebut.
Berikut ini merupakan perkembangan ketersediaan rumah
layak huni di Kabupaten Ketapang berdasarkan kecamatan. Data
ini penting sebagai salah satu acuan dalam melihat pemerataan
akses perumahan layak huni di Kabupaten Ketapang. Selain itu,
Rasio Rumah Tidak Layak huni di bawah ini dapat menggambarkan
tingkat akses masyarakat terhadap rumah layak huni.
Tabel 2.28.
Rasio Rumah Tidak Layak Huni Berdasarkan Kecamatan
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Rasio Rumah Layak Huni Rata-
No. Kecamatan rata
2018 2019 2020 2021 2022
Rasio
1 Kendawangan 90,25 76,85 76,85 87,62 88,21 83,96
2 Manis Mata 83,16 70,25 70,25 78,68 79,69 76,41
3 Marau 73,99 56,02 57,21 71,99 73,33 66,51
4 Singkup 81,39 47,19 43,35 55,17 57,31 56,88
5 Air Upas 86,03 63,50 68,55 70,94 72,32 72,27
6 Jelai Hulu 71,38 47,14 47,14 55,80 58,25 55,94
7 Tumbang Titi 86,64 69,70 70,32 76,00 77,71 76,07
8 Pemahan 75,08 78,80 72,19 86,34 88,35 80,15
9 Sungai Melayu Rayak 86,08 71,94 68,11 76,08 77,75 75,99
10 Matan Hilir Selatan 92,87 74,51 69,97 82,48 83,35 80,64
11 Benua Kayong 94,23 79,48 79,18 89,75 90,64 86,66
12 Matan Hilir Utara 85,72 67,00 58,40 76,59 78,14 73,17
13 Delta Pawan 98,67 86,05 85,68 88,54 90,11 89,81
14 Muara Pawan 88,52 61,22 58,90 75,42 77,87 72,39
15 Nanga Tayap 92,69 66,85 69,15 82,93 83,80 79,08
16 Sandai 96,08 78,75 79,14 87,11 87,81 85,78
17 Hulu Sungai 52,70 30,67 30,67 35,43 38,50 37,59
18 Sungai Laur 86,51 71,40 74,24 73,71 74,58 76,09
19 Simpang Hulu 85,29 80,29 80,29 79,40 80,38 81,13
20 Simpang Dua 89,17 67,82 67,82 80,08 81,03 77,18
Sumber: Dinas Perkim LH Kabupaten Ketapang, 2023
272
khusus dalam penanganan rumah tidak layak huni di Kabupaten
Ketapang hingga tahun 2024 karena rata-rata rasio rumah layak
huninya masih dibawah 60%. Konektivitas yang masih rendah serta
infrastruktur kewilayahan yang belum optimal menyebabkan akses
terhadap rumah layak huni belum merata. Selain itu juga terdapat
beberapa persoalan yang berkaitan dengan sosial-ekonomi yang
harus mendapat perhatian secara khusus.
Perkembangan jumlah rumah layak dan tidak layak huni di
Kabupaten Ketapang juga dihadapkan pada permasalahan validasi
data. Permasalahan validasi data pada urusan perumahan dan
permukiman di Kabupaten Ketapang menyebabkan urusan
perumahan rakyat dan permukiman tidak memiliki basis data yang
cukup. Persoalan ini dapat menganggu kualitas analisis
permasalahan dan penentuan strategi intervensi.
Tabel 2.29.
Jenis Bencana di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Tahun
No Jenis Bencana Jumlah
2018 2019 2020 2021 2022
1 Banjir 99 51 47 94 n/a 291
2 Gempa Bumi 0 0 0 0 n/a 0
3 Tanah Longsor 41 0 1 4 n/a 46
4 Kekeringan 56 15 12 10 n/a 93
5 Kebakaran Hutan 83 32 32 4 n/a 151
Total 279 98 92 112 n/a 581
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
273
Bencana yang terjadi di Kabupaten Ketapang didominasi
oleh bencana banjir, diikuti kebakaran hutan, kekeringan, dan
tanah longsor. Intensitas bencana yang paling tinggi terjadi pada
tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada risiko bencana
di Kabupaten Ketapang.
2
2
1 1 1
1
0
0
2018 2019 2020 2021 2022
274
3.300 3.295 3.295 45
3.290 39 40
3.280 34 35
3.270 30 29 30 30
PERSEN
ORANG
3.260 25
3.250 20
3.240 3.240 3.240
3.240 15
3.230 10
3.220 5
3.210 0
2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas)
Tingkat penyelesaian pelanggaran K3
275
6. Sosial
Pemerintah daerah berkewajiban untuk menyelenggarakan
urusan sosial dalam pelayanan dasar. Kewajiban tersebut
merupakan amanah konstitusi yang tercantum di dalam UU nomor
11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang menyebutkan
bahwa “negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kesejahteraan sosial”. Penyelenggaraan urusan sosial terfokus
dalam menyelesaikan permasalahan kesejahteraan sosial.
Permasalahan kesejahteraan sosial disebabkan oleh dua masalah,
yaitu belum optimalnya keberdayaan sosial dan belum optimalnya
kualitas pelayanan sosial. Persoalan mengenai belum optimalnya
keberdayaan sosial disebabkan oleh rendahnya pendapatan PPKS
dan belum optimalnya kapasitas SDM kelompok rentan. Sementara
itu, persoalan terkait belum optimalnya kualitas pelayanan sosial
diyakini akibat cakupan pelayanan PPKS yang masih rendah dan
kualitas pekerja sosial yang belum optimal. Dalam prakteknya,
urusan sosial lebih fokus pada penanganan dampak atau fenomena
sosial yang membutuhkan intervensi sosial, seperti Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).
Kondisi PPKS di Kabupaten Ketapang dapat dipaparkan
melalui beberapa indikator yaitu: jumlah PPKS, persentase PPKS
yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan
dasar, dan persentase rumah tangga menurut jenis program
perlindungan sosial yang diterima.
Tabel 2.30.
Jumlah Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) di
Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
201 201 202 202 202
Jenis Masalah
8 9 0 1 2
Anak Balita Terlantar 1 2 1 - 1
Jumlah Pembinaan Anak Terlantar 10 10 5 40 50
Wanita Rawan Sosial Ekonomi 62 65 - - -
Korban Tindak Kekerasan 10 10 22 38 60
Lanjut Usia Terlantar 50 33 - - 63
276
201 201 202 202 202
Jenis Masalah
8 9 0 1 2
Penyandang Cacat 10 10 660 705 826
Pengemis - - - - -
Bekas Warga Binaan Lembaga
10 10 - - 8
Kemasyarakatan
Korban Penyalahgunaan Napza - - 1 - 3
53,0
Penduduk Miskin 54,9 53,8 53,5 49,9
4
Keluarga Berumah Tak Layak Huni 100 100 - - -
Komunitas Adat Terpencil 649 649 652 - 655
92,6
Korban Bencana Alam - 40 - -
8
Pekerja Migran Bermasalah Sosial 18 18 18 22 30
Orang Dengan HIV/AIDS 71 66 163 59 90
Keluarga Rentan 19 18 - - -
Sumber: Dinas Sosial, P3A, dan KB Kabupaten Ketapang, 2023
277
140
121
120
100
78,25
80
60 48
37,94
40
18
20
0
2018 2019 2020 2021 2022
Tabel 2.31.
Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Program
Perlindungan Sosial yang diterima Tahun 2018-2022
Persentase Rumah Tangga yang
Jenis Program Perlindungan
Penerima per Tahun (%)
Sosial
2018 2019 2020 2021 2022
Beras Miskin (Raskin)/Beras
Sejahtera (Rastra)/Bantuan 46,19 23,82 7,56 7,78 3,38
Pangan Non Tunai (BPNT)
Program Indonesia Pintar (PIP) 6,19 8,76 7,05 5,71 n/a
278
Kartu Perlindungan Sosial
(KPS)/Kartu Keluarga Sejahtera 8,36 11,41 8,07 2,73 4,83
(KKS)
Program Keluarga Harapan (PKH) 5,98 10,36 11,77 8,87 8,66
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Ketapang, 2023
279
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang
penting untuk diperhatikan karena berkaitan erat dengan tingkat
produktivitas perekonomian suatu daerah. Beberapa indikator
penting seperti jumlah angkatan kerja, tingkat pengangguran
terbuka (TPT), dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat
digunakan untuk melihat sejauh mana kondisi pasar tenaga kerja
di suatu wilayah. Permasalahan ketenagakerjaan pada umumnya
muncul ketika kondisi antara permintaan dan penawaran tenaga
kerja bertemu pada titik yang tidak diharapkan, sehingga
memerlukan intervensi pemerintah. Intervensi tersebut diperlukan
untuk menjamin permasalahan ketenagakerjaan, seperti tingginya
tingkat pengangguran, rendahnya kualitas SDM dan produktivitas
tenaga kerja, serta minimnya perlindungan terhadap tenaga kerja
dapat diselesaikan dengan tepat. Adapun perhitungan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) dapat digambarkan seperti grafik berikut.
67,00 8,00
66,00 66,2 7,30
6,94 7,00
65,4 6,71
65,00
64,44 6,00
64,00
5,00
TPAK (%)
63,00
TPT (%)
4,53
62,00 4,00
61,00 3,23 60,8 3,00
60,57
60,00
2,00
59,00
58,00 1,00
57,00 0,00
2018 2019 2020 2021 2022
280
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengukur
persentase individu yang termasuk dalam 281ngkatan kerja yang
aktif ataupun potensial, baik yang bekerja maupun yang sedang
mencari pekerjaan. TPAK Kabupaten Ketapang menunjukkan tren
yang menurun selama periode 2018-2022. Data TPAK tertinggi
sebesar 66,2 persen terjadi pada tahun 2018. Kondisi tersebut
menurun drastis sebesar 5,4 persen pada tahun 2020 dibandingkan
tahun 2018. Setelah mengalami penurunan di tahun 2019 dan
tahun 2020, TPAK kembali meningkat di tahun 2021 menjadi 64,44
atau sebesar 3,64 persen jika dibandingkan dengan tahun 2020.
Dan pada tahun 2022 TPAK Kabupaten Ketapang kembali
mengalami penurunan menjadi 60,57 atau sebesar 3,87 persen,
angka tersebut merupakan angka terendah TPAK dalam lima tahun
terakhir. Hal tersebut menggambarkan bahwa kecilnya persentase
penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di Kabupaten
Ketapang.
281
kerja. Ini akan meningkatkan tingkat partisipasi angkatan kerja
meskipun tingkat pengangguran terbuka menurun.
Namun, penting untuk diingat bahwa TPAK tidak
memberikan gambaran lengkap tentang tingkat pengangguran.
Misalnya, individu yang telah kehilangan pekerjaan tetapi berhenti
mencari pekerjaan aktif mungkin tidak dihitung dalam tingkat
pengangguran terbuka, dan ini dapat menyebabkan tingkat
partisipasi angkatan kerja yang lebih rendah tetapi tingkat
pengangguran yang sebenarnya lebih tinggi.
Tabel 2.32.
Persentase Pencari Kerja Terdaftar yang Berhasil Disalurkan di
Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Tahun
Tingkat Pendidikan
2018 2019 2020 2021 2022
Tidak Tamat SD 79,49 71,43 53,85 53,85 -
SD 78,38 76,41 45,45 45,45 100,00
SMP 69,63 86,46 75,76 75,76 71,43
SMA 74,21 90,89 60,53 60,53 56,42
Akademi 49,09 57,26 33,19 33,19 28,36
Sarjana 64,80 78,73 50,16 50,16 28,36
Total 79,49 71,43 53,85 53,85 50,68
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang dan Disnakertrans Kabupaten
Ketapang, 2023
282
98,00
97,00 96,77
96,00
95,47
95,00
94,00
93,06 93,29
93,00
92,70
92,00
91,00
90,00
2018 2019 2020 2021 2022
283
terhadap jumlah pencari kerja. Ini dapat terjadi saat ekonomi
melambat, perusahaan mengurangi tenaga kerja, atau terdapat
ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh pencari
kerja dengan permintaan pasar tenaga kerja.
284
89,20
89,12
89,00
88,80
88,60 88,60
88,52
88,40 88,41 88,42
88,20
88,00
2018 2019 2020 2021 2022
285
keterwakilan perempuan dalam parlemen di Kabupaten Ketapang.
Proporsi perempuan dalam parlemen dapat dilihat melalui tabel
komposisi anggota DPRD Kabupaten Ketapang menurut jenis
kelamin periode 2009-2014, 2014-2019, serta 2019-2024 berikut.
Tabel 2.33.
Komposisi Anggota DPRD Kabupaten Ketapang Menurut Jenis
Kelamin tahun 2019-2014, 2014-2019, dan 2019-2024
Komposisi Anggota DPRD
No. Periode Jumlah
Laki-Laki Perempuan
92,02% (37
1 2009-2014 7,50% (3 Orang) 40 Orang
Orang)
91,11% (41
2 2014-2019 8,89% (4 Orang) 45 Orang
Orang)
91,11% (41
3 2019-2024 8,89% (4 Orang) 45 Orang
Orang)
286
banyak (91.11 persen). Berlanjut pada periode 2019-2024, jumlah
perempuan sebagai anggota DPRD tidak mengalami perubahan
dibandingkan dari periode sebelumnya, yaitu 4 orang atau sebesar
8,89 persen. Data ini mengindikasikan masih rendahnya keaktifan
perempuan dalam kegiatan politik yang disebabkan oleh rendahnya
akses perempuan terhadap politik.
Isu mengenai perempuan yang sering menjadi perbincangan
di masyarakat yaitu isu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Menurut UU No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga Bab I pasal 1, Kekerasan dalam Rumah
Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Grafik berikut
menunjukkan Rasio KDRT di Kabupaten Ketapang pada tahun
2018-2022.
0,060
0,055
0,050
0,040
0,037
0,030
0,024 0,024
0,020 0,021
0,010
0,000
2018 2019 2020 2021 2022
Rasio KDRT
287
Sumber: Dinas Sosial, P3A, dan KB Kabupaten Ketapang, 2023
288
120
108
100
80
67 68
60 58 59
40
20
0
2018 2019 2020 2021 2022
289
Menurut UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
Pasal 15 (a), kekerasan terhadap anak adalah setiap perbuatan
terhadap anak yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum. Sementara itu,
menurut UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak pasal
15, setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari: a)
penyalahgunaan dalam kegiatan politik; b) pelibatan dalam
sengketa bersenjata; c) pelibatan dalam kerusuhan sosial; d)
pelibatan dalam peristiwa mengandung unsur kekerasan; e)
pelibatan dalam peperangan, dan f) kejahatan seksual. Sebagai
salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam upaya
perlindungan anak, perlu dicermati data mengenai cakupan kasus
anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan di
Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022 melalui grafik berikut.
60
54
50
40 41 40 41
30 30
20
10
0
2018 2019 2020 2021 2022
290
Tren cakupan kasus anak korban kekerasan yang
mendapatkan penanganan di Kabupaten Ketapang cenderung naik
pada tahun 2018-2022. Cakupan penanganan kasus anak korban
kekerasan di Kabupaten Ketapang sempat mengalami penurunan
yaitu sebanyak 30 kasus yang terjadi pada tahun 2020. Namun
demikian, cakupan kasus anak korban kekerasan yang ditangani
kembali meningkat cukup signifikan pada tahun 2022 menjadi
sebanyak 54 kasus. Hal ini mengindikasikan bahwa penanganan
kasus kekerasan pada anak terus mengalami peningkatan.
Tingginya kasus kekerasan pada anak di Kabupaten Ketapang
menunjukkan bahwa perlunya upaya pemerintah dalam upaya
pencegahan yaitu dengan melakukan program pendidikan dan
kesadaran masyarakat tentang hak-hak anak, pentingnya
perlindungan anak, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
orang tua dan pengasuh tentang kekerasan pada anak serta
pentingnya metode pengasuhan yang positif dan tanpa kekerasan,
serta perlunya dilakukan kampanye publik yang intensif untuk
mengedukasi masyarakat tentang bahaya kekerasan pada anak.
3. Pangan
Pangan masuk ke dalam kategori urusan wajib non-
pelayanan dasar. Indikator yang umumnya digunakan untuk
menilai ketahanan pangan adalah indeks ketahanan pangan.
Indikator tersebut mengandung tiga komponen, yaitu: ketersediaan
pangan utama, stabilitas harga pangan dan skor pola pangan
harapan (PPH). Kabupaten Ketapang memiliki tanaman pangan
utama berupa beras dan jenis tanaman pangan lain seperti jagung,
kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Indeks
ketahanan pangan Kabupaten Ketapang dapat dicermati dalam
grafik berikut.
291
300
260
248 248 244 248
250
200
150
50
0
2018 2019 2020 2021 2022
Skor Peringkat
292
160.000 82,0
81,1 80,7
140.000
80,0
120.000
78,0
100.000 77,3 77,0
80.000 76,0
60.000
73,8 74,0
40.000
72,0
20.000
132.194 110.953 149.661 107.660 119.558
0 70,0
2018 2019 2020 2021 2022
293
jumlah lumbung pangan di Kabupaten Ketapang pada tahun 2018
hingga 2022.
18,5 180.000
18 160.000
18
140.000
17,5
120.000
17 17 17 17 100.000
16,5 80.000
60.000
16 16
40.000
15,5 20.000
132.194 110.955 154.236 107.667 136.779
15 0
2018 2019 2020 2021 2022
294
belum optimalnya diversifikasi pangan lokal non-beras di
Kabupaten Ketapang.
4. Pertanahan
Pertanahan merupakan salah satu urusan pemerintahan.
Pengaturan dan pengelolaan pertanahan biasanya merupakan
tanggung jawab pemerintah dalam suatu negara. Urusan
pemerintahan terkait pertanahan meliputi kebijakan agraria,
pemilikan tanah, perencanaan tata ruang, penilaian dan
perpajakan properti, pendaftaran tanah, serta pengawasan dan
pengendalian penggunaan lahan. Adapun perkembangan
redistribusi tanah dapat menjadi indikator atau hasil dari kebijakan
atau program pelayanan pertanahan yang efektif. Dimana
perkembangan redistribusi tanah di Kabupaten Ketapang dapat
ditunjukkan seperti grafik berikut ini.
12.000
11.000
10.000
8.650
8.000
7.500
6.000
4.000
2.350 2.720
2.000
0
2018 2019 2020 2021 2022
295
Permasalahan ini disebabkan oleh berbagai persoalan. Persoalan
utama terkait dengan dinamika peraturan serta pembagian
kewenangan antara pemerintah daerah dengan otoritas vertikal.
Selain itu, efektifitas pelayanan pertanahan juga dapat
dianalisis dengan melihat capaian pendaftaran tanah sistematis
lengkap. Indikator ini menggambarkan cakupan masyarakat yang
telah memiliki sertifikat hak atas tanah. Berikut ini merupakan
perkembangan jumlah bidang tanah yang telah memiliki sertifikat
hak atas tanah (SHAT) di Kabupaten Ketapang.
18.000
16.000 16.500
14.804
14.000
12.000
10.000 10.331
9.500
8.000
6.000
4.000 4.492
2.000
0
2018 2019 2020 2021 2022
296
pendaftaran, serta faktor sosial dan budaya dalam suatu
masyarakat seperti terjadinya Covid-19 turut mempengaruhi
penurunan jumlah pendaftaran tanah sistematis lengkap di
Kabupaten Ketapang.
5. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup merupakan salah satu urusan wajib non-
pelayanan dasar yang krusial. Kinerja pelaksanaan urusan
lingkungan hidup dianalisis melalui perkembangan Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH). Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
(IKLH) dihitung dengan membagi bobot komponen Indeks Kualitas
Air (IKA), Indeks Kualitas Udara (IKU) dan Indeks Kualitas Tutupan
Lahan (IKTL). Berikut ini perkembangan kualitas lingkungan hidup
dan komponen pembentuknya di Kabupaten Ketapang.
297
fluktuasi. Indeks Kualitas Air (IKA) pada tahun 2018 memiliki nilai
58,05 namun pada akhir tahun 2022 turun menjadi 50,75 sehingga
terkoreksi 7,3 poin. Begitupun dengan Indeks Kualitas Udara (IKU)
mengalami penurunan secara fluktuatif dari 92,06 pada tahun
2018 menjadi 88,08 pada tahun 2022 atau menurun sebesar 3,98
poin. Hal serupa juga terjadi pada Indeks Kualitas Tutupan Lahan
(IKTL), dimana indeks ini bergerak turun dari tahun ke tahun
dengan nilai 73,64 pada tahun 2018 kemudian menjadi 58,00 pada
tahun 2022 dengan nilai penurunan sebesar 15,64 poin.
Menurunnya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kabupaten
Ketapang adalah isyarat bahwa diperlukan tindakan yang signifikan
untuk memperbaiki dan memulihkan lingkungan hidup agar lebih
berkelanjutan dan sehat.
a. Persampahan
Persampahan berpengaruh dalam menentukan kualitas air,
tanah, dan udara. Salah satu indikator yang dapat digunakan
untuk menganalisis kinerja persampahan adalah persentase
sampah yang terangkut. Berikut ini menunjukkan perkembangan
capaian kinerja penanganan persampahan di Kabupaten Ketapang
pada tahun 2018 hingga 2022.
45,00
40,00 41,42
35,00
30,00
25,00 25,45
20,00
18,58 18,34
16,96
15,00
10,00
5,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
298
Grafik 2.55. Persentase Sampah Terangkut Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Perkim LH Kabupaten Ketapang, 2023
299
penduduk terhadap dokumen kependudukan dapat dilihat di grafik
berikut ini.
100,00 97,83
85,09 87,53
90,00
77,85
80,00 90,21
70,00 64,76
60,00
50,00 41,65 43,10 44,31
39,04
40,00 78,70 80,55 80,86 84,91
72,90
30,00
20,00
10,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
300
meningkat di tahun 2021 yaitu sebesar 22,77 persen. Adapun
angka tertinggi persentase penduduk yang memiliki akta kelahiran
adalah pada tahun 2022 yaitu sebesar 97,83 persen.
Tren peningkatan persentase penduduk yang memiliki Kartu
Keluarga (KK) di Kabupaten Ketapang sangat signifikan, terutama
dari tahun 2021 ke tahun 2022 angka kenaikan mencapai 45,9
persen. Secara keseluruhan peningkatan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti terjadinya pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Ketapang, adanya peningkatan kesadaran masyarakat,
serta adanya pengaruh dari dikeluarkannya Permendagri Nomor 73
Tahun 2022 tentang Pencatatan Nama Pada Dokumen
Kependudukan sehingga terjadinya peningkatan yang sangat
signifikan.
Secara keseluruhan kepemilikan penduduk terhadap
dokumen kependudukan di Kabupaten Ketapang sudah cukup
optimal. Meskipun optimis bahwa kepemilikan dokumen
kependudukan di Kabupaten Ketapang sudah optimal, penting
untuk tetap melakukan evaluasi secara berkala dan
mengidentifikasi potensi kesenjangan atau kelompok penduduk
yang masih belum memiliki dokumen kependudukan. Upaya terus
menerus dalam meningkatkan kepemilikan dokumen
kependudukan akan membantu memastikan bahwa seluruh
penduduk dapat menikmati manfaat dan hak-hak yang ditawarkan
oleh dokumen tersebut.
301
berbagai indikator kinerja penyelenggaraan urusan pemebrdayaan
desa. Salah satu indikator makro pemberdayaan desa adalah
Indeks Desa Membangun (IDM). Indeks Desa Membangun
menggambarkan keberdayaan sosial, ekonomi, dan lingkungan
suatu desa. Selain itu, jumlah desa mandiri dalam suatu kabupaten
juga merupakan salah satu indikator dalam menganalisis kinerja
pemberdayaan desa. Berikut ini merupakan perkembangan Indeks
Desa Membangun (IDM) dan jumlah desa mandiri di Kabupaten
Ketapang.
0,80 0,73 70
0,69
0,70 0,65
63 60
0,58
0,60
50
0,50
40
0,40 42
30
0,30 30
20
0,20
0,10 10
12
0,00 0
2019 2020 2021 2022
302
yang belum mandiri. Persoalan tersebut terutama disebabkan oleh
keberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat desa yang belum
optimal. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan salah satu
indikator keberdayaan ekonomi desa. Menurut data terbaru dari
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Kabupaten Ketapang dari 161 BUMDes yang ada di Kabupaten
Ketapang, 141 di antaranya berstatus aktif dan 37 BUMDes sudah
memiliki sertifikat badan hukum yang dikeluarkan dari
Kementerian Hukum dan HAM RI (Kemenkumham). Rendahnya
kemampuan dan daya inovasi sumber daya manusia desa menjadi
kontributor utama dalam masalah ini.
303
penduduk, serta jumlah Klinik Keluarga Berencana (KKB), Pos
Pelayanan Keluarga Berencana Kelurahan (PPKBD), dan kelompok
KB/KS.
Menurut BKKBN (2020), seluruh kecamatan (20 kecamatan)
di Kabupaten Ketapang saat ini merupakan Kampung Keluarga
Berencana (KB). Program yang dicetuskan oleh Presiden Joko
Widodo pada tahun 2016 ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung melalui program
Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) serta
pembangunan sektor terkait lainnya dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil berkualitas. Selain itu, program Kampung KB juga
bertujuan untuk meningkatkan peran serta pemerintah, lembaga
non pemerintah, dan swasta dalam memfasilitasi, mendampingi,
dan membina masyarakat untuk menyelenggarakan program
KKBPK dan pembangunan sektor terkait, dan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pembangunan berwawasan
kependudukan.
Salah satu indikator keberhasilan program Keluarga
Berencana (KB) di suatu daerah dapat dilihat melalui jumlah
penggunaan alat kontrasepsi oleh pasangan usia subur (PUS). PUS
di Indonesia pada umumnya memilih kontrasepsi hormonal seperti
suntik, pil, dan implan. Sementara itu, kebijakan program KB
Pemerintah lebih mengarahkan PUS untuk menggunakan
kontrasepsi non-hormonal seperti intra uterine device (IUD), Metode
Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP). Peserta KB aktif
adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk
menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara
jumlah peserta KB aktif dengan Pasangan Usia Subur (PUS) di
suatu wilayah pada waktu tertentu. Sementara itu, cakupan peserta
KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi diantara
304
PUS. Oleh karena itu, penting kiranya melihat capaian salah satu
indikator keberhasilan program KB yaitu penggunaan alat KB aktif.
Berikut merupakan grafik jumlah pengguna alat kontrasepsi aktif
di Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022.
76,00
74,00 73,87
73,12 73,30
72,00 72,33
70,00
68,00
66,00 65,69
64,00
62,00
60,00
2018 2019 2020 2021 2022
305
Tabel 2.34.
Target dan Realisasi Peserta KB Aktif Menurut Kecamatan di
Kabupaten Ketapang Tahun 2022
Realisasi
Kecamatan Target Kondo MO MO Impla Jumla Perse
IUD Pil Suntik
m W P n h n
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Kendawanga 4.870 16 545 4 2.284 14 1 190 3.054 62,71
n
Manis Mata 1.469 0 82 3 766 6 0 70 927 63,10
306
KB disebabkan oleh belum optimalnya fungsi Kampung KB dan
belum optimalnya partisipasi Kelompok Ketahanan Keluarga.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Ketapang
menggunakan alat kontrasepsi suntikan yang mencapai 33.196
atau setara 77.50 persen. Selain itu, penduduk Kabupaten
Ketapang juga menggunakan alat kontrasepsi pil yang mencapai
6.660 atau setara 15.55 persen. Alat kontrasepsi yang paling sedikit
digunakan yaitu, MOP yang hanya sebesar 48 jiwa atau 0.112
persen dari keseluruhan penggunaan alat kontrasepsi di Kabupaten
Ketapang. Masih banyaknya kecamatan yang belum mencapai
target dalam cakupan peserta KB tersebut dikarenakan belum
didukung oleh sarana dan prasarana KB yang telah memadai,
seperti klinik KB, Peran Pembantu Pembina Keluarga Berencana
Desa (PPKBD), dan Kelompok KB/KS. Adapun sebaran sarana dan
prasarana tersebut digambarkan dalam tabel berikut.
Tabel 2.35.
Banyaknya Sarana Pelayanan KB Nasional menurut kecamatan
di Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2022
Peran
Pembantu
Pembina
Klinik KB Kelompok KB/KS
Kecamatan Keluarga
Berencana
Desa (PPKBD)
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kendawangan 3 2 19 19 2 -
Manis Mata 3 3 21 9 8 -
Marau 1 1 10 1 - -
Singkup 1 1 8 8 42 -
Air Upas 1 1 9 9 - -
Jelai Hulu 1 1 22 8 7 -
Tumbang Titi 1 1 25 25 25 -
Pemahan 1 1 7 7 7 -
Sungai Melayu
Rayak
1 1 11 12 11 -
Matan Hilir
Selatan
2 2 11 11 11 -
Benua Kayong 2 2 11 11 5 -
307
Peran
Pembantu
Pembina
Klinik KB Kelompok KB/KS
Kecamatan Keluarga
Berencana
Desa (PPKBD)
2021 2022 2021 2022 2021 2022
Matan Hilir Utara 2 2 5 5 - -
Delta Pawan 6 6 9 9 - -
Muara Pawan 2 2 8 8 4 -
Nanga Tayap 2 2 20 20 - -
Sandai 2 2 13 15 2 -
Hulu Sungai 1 1 12 2 2 -
Sungai Laur 1 1 19 19 - -
Simpang Hulu 1 1 15 15 2 -
Simpang Dua 1 1 6 5 2 -
Ketapang 35 34 261 218 130 -
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
308
Sama halnya dengan sebaran kader PPKBD, sebaran jumlah
kelompok KB/KS juga tidak merata di tiap kecamatan di Kabupaten
Ketapang tahun 2021. Kelompok KB/KS paling banyak terdapat di
Kecamatan Singkup (42 unit) dan di Kecamatan Tumbang Titi (25
unit). Namun demikian, terdapat beberapa kecamatan yang belum
pernah memiliki kelompok KB/KS pada tahun 2021, yaitu: 1) Matan
Hilir Utara, 2) Marau, 3) Nanga Tayap, 4) Sungai Laur dan 5) Delta
Pawan. Kecamatan Air Upas semula memiliki 136 kelompok KB/KS
tahun 2020, namun pada tahun 2021 kecamatan ini sama sekali
tidak memiliki kelompok KB/KS. Kondisi sarana KB nasional di
Kabupaten Ketapang tahun 2019-2020 mengindikasikan belum
optimalnya akses masyarakat terhadap pelayanan Keluarga
Berencana (KB). Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya
pemerataan layanan untuk mendukung program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga
Kencana) dan belum optimalnya fungsi Kampung Keluarga
Berencana.
9. Perhubungan
Urusan perhubungan di Kabupaten Ketapang dapat
dianalisis melalui beberapa indikator. Kinerja peneyelanggaraan
urusan perhubungan dapat dianalisis melalui kondisi akses atau
ketersediaan fasilitas perhubungan dengan melihat arus
penumpang, arus bagasi dan barang, perkembangan rambu-rambu
jalan, serta persentase uji KIR. Berikut ini merupakan
perkembangan arus penumpang dan barang di Kabupaten
Ketapang.
Tabel 2.36.
Arus Penumpang dan Barang di Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
Arus 2018 2019 2020 2021 2022
Penum Datan Beran Data Beran Data Beran Data Beran Data Beran
pang g gkat ng gkat ng gkat ng gkat ng gkat
309
dan
Barang
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Lalu
Lintas 2,73 1,40 1,13 1,24
4,106 4,110 2,747 1,405 1,135 1,241
Pesawa 8 5 4 1
t
Arus
Penum
215,4 218,3 152, 154,4 69,1 68,60 54,9 57,48 71.8 73.77
pang
54 28 029 51 94 2 12 8 90 8
Pesawa
t
Bongk Mua Bongk Mua Mua Bongk Mua Bongk
Arus Muat Bongk
ar t ar t t ar t ar
Kargo 138.0 ar
112.3 47.2 18.73 9.19 29.1 42.96 113. 66.84
Udara 16 2.999
45 09 5 8 41 1 084 0
Bongk Mua Bongk Mua Bongk Mua Bongk Mua Bongk
Arus Muat
ar t ar t ar t ar t ar
Bagasi 1,137,
2,110, 538, 646,7 194, 245,0 195, 201,2 270. 291,2
Barang 507
147 007 55 587 42 832 74 132 821
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
310
Secara umum, jumlah kunjungan kapal tahun 2022 yang
masuk ke Kawasan Pelabuhan Kendawangan mencapai total 86
unit kapal dari luar negeri dan 4.299 unit dari dalam negeri. Jumlah
kunjungan tersebut lebih tinggi dibandingkan di Kawasan
Pelabuhan Ketapang yakni 4 unit dari luar negeri dan 994 unit dari
dalam negeri. Kunjungan Kapal dalam negeri di Pelabuhan Laut
Kabupaten Ketapang tahun 2022 cenderung mengalami turun naik
antar bulan. Kunjungan kapal dalam negeri tertinggi terjadi pada
bulan Agustus di Pelabuhan Kendawangan yakni 448 kapal.
Sedangkan kunjungan kapal dalam negeri tertinggi di Pelabuhan
Ketapang terjadi pada bulan Juli yakni 106 kapal. Perbandingan
kunjungan unit kapal dari dalam negeri dibanding luar negeri yakni
95,46% dibanding 4,54%.
Tabel 2.37.
Arus Kunjungan Kapal Dari Dalam dan Luar Negeri Tahun 2022
Kawasan Ketapang Kawasan Kendawangan
Dalam
Luar Negeri Luar Negeri Dalam Negeri
Bulan Negeri
Uni Uni Uni
GRT GRT GRT Unit GRT
t t t
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Januari 3 95.991 87 57.829 6 283.178 253 295.453
Februar
2. 1 32.929 89 73.666 10 349.218 289 319.308
i
10
3. Maret - - 83.974 7 297.332 398 871.088
1
4. April - - 92 76.343 6 221.209 280 400.434
5. Mei - - 98 94.546 8 369.660 401 497.142
6. Juni - - 86 64.369 10 645.435 374 411.059
10
7. Juli - - 81.606 10 519.423 423 471.188
6
8. Agustus - - 83 68.079 5 327.315 448 816.255
Septem 10 153.77
9. - - 7 190.715 372 633.789
ber 0 2
10
Oktober - - 34 92.395 6 139.200 378 420.267
.
11 Novemb
- - 35 87.551 6 249.580 332 496.220
. er
12 Desemb
- - 83 58.129 5 246.764 351 381.445
. er
311
128.9 99 992.2 3.839.0 4.29 6.013.6
Jumlah 86
4 20 4 59 29 9 48
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
Tabel 2.38.
Lalu Lintas Penumpang di Pelabuhan Ketapang Tahun 2022
Bulan Datang Pergi
312
(1) (2) (3)
1. Januari 894 627
2. Februari 606 470
3. Maret 519 1.166
4. April 796 2.408
5. Mei 2.542 1.456
6. Juni 1.739 1.693
7. Juli 2.356 1.239
8. Agustus 95 121
9. September 1.063 841
10. Oktober 1.849 1.797
11. November 1.991 2.321
12. Desember 1.449 1.497
Jumlah 15.899 15.636
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
Tabel 2.39.
Jumlah Sarana Angkutan Sungai/Kapal Pedalaman
Menurut Jenisnya Tahun 2022
Jumlah
Jenis Kapal
Kendaraan
(1) (2)
1. Bandung Bermotor -
2. Bandung Gandengan -
3. Motor Boat -
4. Tongkang Gandeng 20
5. Talk Boat -
6. Long Boat 19
7. Speed Boat -
313
8. Sampan Bermotor -
9. Haus Boat -
10. Tongkang Palma -
11. Ferry Boat -
12. Truck Air -
2022 39
2021 -
Jumlah 2020 69
2019 96
2018 66
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
35% 30%
30%
25% 22%
20%
15% 20% 12% 12%
10%
10% 15% 15% 15%
5% 10%
0%
2018 2019 2020 2021 2022
314
selama periode 2018-2022 cenderung mengalami penurunan,
namun pada tahun 2021 sudah mulai mengalami peningkatan
tetapi tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun 2018 dan 2019.
Kondisi tersebut disebabkan oleh masih belum optimalnya
bangunan fasilitas perhubungan. Di samping itu, cakupan
pelayanan uji KIR angkutan umum juga belum optimal. Persoalan
tersebut disebabkan oleh belum optimalnya ketersediaan dan
kualitas alat pengujian kelayakan kendaraan. Kapasitas pelayanan
uji KIR kabupaten Ketapang masih terbatas pada pelayanan
pemberian rekomendasi uji KIR.
Tabel 2.40.
Pelaksanaan Urusan Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Ketapang
Tahun
No. Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
1 Indeks SPBE 1,73 1,73 1,73 1,20 1,91
Jumlah desa yang
2 belum mengakses 154 154 184 85 75
internet
Persentase penyebaran
3 data dan informasi 80% 80% 80% 80% 100%
pembangunan daerah
Jumlah dan jenis
4 Infrastruktur TIK yang 10 51 10 12 26
telah dibangun
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Ketapang,
2023
315
2022 dengan nilai 1,91 jika dibandingkan dengan capaian Tahun
2021, namun capain tersebut lebih rendah dari target yang
ditetapkan dalam RPJMD pada tahun 2022 sebesar 2,25. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem pemerintahan berbasis
elektornik belum berjalan secara optimal. Persoalan ini disebabkan
oleh masih rendahnya dokumen pendukung SPBE dan belum
optimalnya tata kelola TIK, serta terbatasnya infrastruktur TIK.
Persentase penyebaran informasi data dan informasi
pembangunan daerah di Kabupaten Ketapang mengalami
perkembangan stagnan selama tahun 2018 sampai dengan 2021,
sedangkan tahun 2022 persentase penyebaran data dan informasi
pembangunan daerah meningkat menjadi 100 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa keterbukaan informasi publik cukup berjalan
baik. Jumlah desa yang belum mengakses internet dari tahun 2018-
2022 cenderung mengalami penurunan. Hal ini bisa dilihat pada
tabel diatas dimana pada Tahun 2021 terdapat 85 Desa yang belum
mengkases jaringan internet menjadi 75 Desa pada tahun 2022.
Penurunan tersebut menandakan bahwa jumlah desa yang mampu
mengakses jaringan internet di Kabupaten sudah mengalami
peningkatan yang signifikan. Akan tetapi, peningkatan jumlah desa
tersebut masih belum optimal karena jumlah total desa/kelurahan
di Kabupaten Ketapang sebanyak Desa. Dengan kata lain, jumlah
desa yang belum mengakses internet masih sebesar 28,62 persen.
Selain itu, penyebab lain juga berkaitan dengan ketersediaan
infrastruktur TIK yang belum memadai. Jumlah dan jenis
infrastruktur TIK yang telah dibangun mengalami peningkatan
setiap tahun. Peningkatan jumlah tersebut masih dikatakan belum
efektif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mengakses
internet. Selain itu, indikator penyebab lainnya yaitu belum
optimalnya penataan kelembagaan, belum optimalnya peningkatan
PPID di tingkat OPD, dan belum optimalnya pengembangan KIM.
316
Tabel 2.41.
Jumlah Kantor Pos Menurut Kecamatan di Kabupaten
Ketapang Tahun 2022
No. Kecamatan Jumlah
1 Kendawangan 1
2 Manis Mata 1
3 Marau 1
4 Singkup 0
5 Air Upas 1
6 Jelai Hulu 1
7 Tumbang Titi 1
8 Pemahan 1
9 Sungai Melayu Rayak 1
10 Matan Hilir Selatan 2
11 Benua Kayong 1
12 Matan Hilir Utara 1
13 Delta Pawan 2
14 Muara Pawan 0
15 Nanga Tayap 2
16 Sandai 1
17 Hulu Sungai 1
18 Sungai Laur 1
19 Simpang Hulu 1
20 Simpang Dua 0
Total 20
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
317
adalah belum optimalnya pengembangan infrastruktur teknologi
dan informatika, baik berupa perangkat lunak maupun perangkat
keras dan belum optimalnya pengembangan PPID.
2022 11,00
37,59
2021 11,91
36,45
2020 10,00
41,00
2019 3,00
28,00
2018 9,00
41,00
318
permasalahan di Kabupaten Ketapang. Kondisi tersebut disebabkan
oleh persoalan rendahnya kapasitas SDM pengurus koperasi dalam
pengelolaan koperasi, terbatasnya permodalan dan terbatasnya
jenis usaha yang dikelola.
6,00
4,00
2,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
319
permodalan, terbatasnya sarana dan prasarana pendukung usaha,
belum optimalnya standarisasi produk-produk UKM dan metode
pemasaran secara daring, serta terbatasnya daya saing produk
menjadi penyebab belum optimalnya kinerja usaha kecil dan
menengah.
320
8.000.000,00
7.000.000,00
6.000.000,00
5.000.000,00
4.000.000,00
3.000.000,00
2.000.000,00
1.000.000,00
-
2019 2020 2021 2022
Realisasi PMDN 771.942,90 833.103,90 1.481.467,30 2.155.880,00
Realisasi PMA 4.552.810,50 4.344.945,12 4.688.845,48 7.001.585,99
321
perlunya pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap upaya
peningkatan realisasi investasi. Identifikasi hambatan dan
tantangan yang dihadapi serta lakukan perbaikan.
Tabel 2.42.
Perkembangan Sarana dan Prasarana Olahraga dan Kelompok
Pemuda di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
No. Aspek 2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah lapangan
1 429 446 255 255 260
olahraga
2 Jumlah tim olahraga 507 512 532 532 532
3 Jumlah atlet 5.834 6.043 6.240 1.840 1.840
Jumlah cabang olahraga
yang pernah diikuti
4 32 41 41 32 43
dalam kompetisi
olahraga
Persentase kelompok
5 70% 75% 77% 78% 80%
olahraga terbina
Jumlah kelompok
6 95 120 170 200 205
pemuda
Persentase kelompok
7 pemuda aktif dalam 50% 55% 58% 63% 65%
pembangunan daerah
322
Kondisi sarana prasarana olahraga dan kelompok pemuda
di Kabupaten Ketapang mengalami tren penurunan pada tahun
2018-2022. Jumlah lapangan olahraga bertambah yang semula
berjumlah 429 pada tahun 2018 namun berkurang cukup besar
menjadi 260 pada tahun 2022. Sedangkan terjadi peningkatan
untuk jumlah tim olahraga di Kabupaten Ketapang selama tahun
2018-2022. Pertambahan jumlah tim olahraga di Kabupaten
Ketapang tahun 2018 hingga 2022 sebanyak 25 tim. Pertambahan
jumlah tim olahraga tersebut tidak didukung dengan jumlah
lapangan olahraga sehingga dapat menyebabkan jadwal latihan
terbatas dan terbatasnya waktu untuk berlatih, hal ini dapat
memengaruhi kualitas dan konsistensi latihan, yang pada akhirnya
dapat memengaruhi performa tim.
Bertolak belakang dengan jumlah tim olahraga, jumlah atlet
di Kabupaten Ketapang justru mengalami penurunan yang sangat
signifikan selama tahun 2018-2022. Jumlah atlet tercatat sebanyak
5.834 pada tahun 2018 turun menjadi 1.840 pada tahun 2022,
penurunan tersebut sebesar 3.994 atau sebesar 68,46 persen. Hal
tersebut disebabkan oleh kurangnya akses ke fasilitas olahraga,
ketika tidak ada lapangan olahraga yang memadai atau terjangkau,
atlet mungkin mengalami kesulitan untuk berlatih dan
mengembangkan keterampilan mereka.
Sementara itu, jumlah cabang olahraga yang pernah diikuti
oleh Kabupaten Ketapang terus mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 43 cabang olahraga pada tahun 2022. Sedangkan
persentase kelompok olahraga terbina di Kabupaten Ketapang
tahun 2018-2022 mengalami peningkatan.
Meskipun jumlah anggota kelompok olahraga dan
pembinanaa terus meningkat, namun jika tidak adanya perhatian
yang cukup diberikan kepada pelatihan dan pengembangan
kualitas kepada para anggota, serta kurangnya fasilitas dan sumber
323
daya yang dibutuhkan tentunya dapat membatasi kemajuan atlet
dan menyebabkan penurunan performa atlet. Untuk itu diperlukan
manajemen dan pengorganisasian yang efektif, struktur organisasi
yang baik, koordinasi yang baik, serta kepemimpinan yang kuat.
14. Statistik
Statistik dalam perencanaan pembangunan merupakan
bagian krusial sebagai sumber utama ketersediaan data-data
pembangunan. Ketersediaan data yang berkualitas dan mudah
diakses berpengaruh dalam perumusan masalah dan penentuan
kebijakan pembangunan daerah. Urusan statistik juga berperan
penting dalam proses evaluasi kinerja pembangunan pemerintah
daerah. Statistik daerah Kabupaten Ketapang telah dituangkan
dalam berbagai laporan data daerah yang meliputi berbagai aspek
seperti geografi, perekonomian, infrastruktur, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.
Basis data berbentuk laporan cetak maupun online di
Kabupaten Ketapang sudah tersedia setiap tahun. Namun
demikian, jika dicermati lebih detail di setiap indikator, masih
terdapat laporan yang indikator tahunnya belum diperbarui.
Beberapa laporan pada tahun tertentu terkadang masih
menggunakan data tahun sebelumnya. Kondisi ini salah satunya
disebabkan oleh ketersediaan data yang kurang memadai. Salah
satu penyebabnya adalah kurang optimalnya metode dan sistem
pengumpulan data di Kabupaten Ketapang.
15. Persandian
Urusan persandian di kabupaten mencakup upaya
pengamanan informasi daerah serta penetapan pola hubungan
persandian antar perangkat daerah. Urusan persandian di
Kabupaten Ketapang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan
Informasi. Secara umum, layanan persandian sudah dapat
324
mencukupi semua kebutuhan. Namun, terdapat beberapa
persoalan dalam penyelenggaraan urusan persandian. Persoalan
tersebut terkait dengan kapasitas sumber daya manusia dibidang
persandian yang belum memadai.
16. Kebudayaan
Lingkup urusan kebudayaan di Kabupaten Ketapang
mencakup pengelolaan kebudayaan daerah, pelestarian tradisi
masyarakat, pembinaan lembaga adat, pembinaan kesenian
masyarakat, penetapan dan pelestarian cagar budaya, dan lain lain.
Kinerja penyelenggaraan urusan kebudayaan dapat dilihat dari
beberapa indikator yang terkait dengan lingkup urusan tersebut.
Berikut ini merupakan perkembangan beberapa indikator kunci
urusan kebudayaan di Kabupaten Ketapang.
40 25
35 20 34
28 20
30 30
15 28 28 15
25 24 25 15
20 25
17 10
15 7
10 5 10
9 9 5
5 5 5 5
0 0
2018 2019 2020 2021 2022
325
2022. Jumlah tarian daerah yang dikembangkan meningkat cukup
besar. Begitupun dengan jumlah kelompok kebudayaan yang dibina
yang menunjukkan tren peningkatan sampai dengan tahun 2022.
Adapun jumlah budaya yang belum dikembangkan mengalami
penurunan. Penurunan jumlah budaya daerah yang dikembangkan
di Kabupaten Ketapang disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain: terjadinya perubahan sosial dan pengaruh globalisasi, migrasi
penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan dapat menyebabkan
perubahan dalam pola budaya dikarenakan ketika orang-orang
meninggalkan daerah asal maka tradisi dan praktik budaya lokal
mungkin terlupakan atau tidak dijaga dengan baik di daerah yang
baru, serta terjadinya perubahan gaya hidup dan nilai-nilai yang
berkembang dalam masyarakat yang telah mempengaruhi budaya
lokal.
17. Perpustakaan
Urusan perpustakaan merupakan salah satu urusan
pemerintahan daerah yang diselenggarakan guna memajukan
literasi masyarakat. Selain itu, perpustakaan merupakan sarana
untuk meningkatkan kecerdasan serta menumbuhkan budaya
gemar membaca dikalangan masyarakat. Perkembangan
penyelenggaraan perpustakaan di Kabupaten Ketapang dapat
dianalisis dengan melihat capaian kinerja perpustakaan pada
beberapa indikator berikut ini.
326
60.000 54.442 54.452 3
53.490 53.490 53.490
50.000
2 2
40.000
2
30.000
1 1 1 1 1
20.000
1
10.000 4.270 4.700
3.064 1.375 149
0 0
2018 2019 2020 2021 2022
18. Kearsipan
327
Urusan kearsipan merupakan salah satu urusan wajib non-
pelayanan dasar yang mempunyai peran penting dalam mendukung
penyelenggaran pemerintahan daerah. Pengelolaan arsip yang baik
dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi pengembangan
organisasi maupun pengambilan keputusan bagi pimpinan. Oleh
karena itu, pemerintah daerah harus mampu melakukan
pengelolan arsip secara baik. Berikut ini adalah kinerja urusan
kearsipan di Kabupaten Ketapang pada tahun 2018-2022.
95
90 90 90 90
83
75
70 70
65
55
50 50
30 34
328
teknologi dan sistem informasi sehingga memungkinkan organisasi
untuk menyederhanakan dan mengotomatisasi proses
penyimpanan dan pemrosesan dokumen.
24,40
24,28
24,20
24,00
23,80
23,60
23,48
23,40 23,36
23,29 23,32
23,20
23,00
22,80
22,60
2018 2019 2020 2021 2022
329
Perikanan Terhadap PDRB Kabupaten Ketapang Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
a. Produksi Perikanan
Produksi perikanan merupakan salah satu indikator yang
berpengaruh terhadap PDRB sektor perikanan. Semakin besar
produksi perikanan, maka nilai PDRB sektor perikanan juga
menjadi semakin besar. Berikut adalah data tentang produksi
perikanan di Kabupaten Ketapang.
Tabel 2.43.
Produksi Perikanan Kabupaten Ketapang (Ton) Tahun 2018-
2022
Jenis
2018 2019 2020 2021 2022
Perikanan
Laut (Ikan dan
14.292,87 18.135,00 21.042,88 20.886,40 24.789,00
udang basah)
Perairan Umum
(Ikan dan udang 11.549,04 1.476,20 1.164,44 1.239,57 950,00
basah)
Budidaya Kolam 22.898,15 22.898,15 18.898.12 21.316,90 16.377,15
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
330
udang basah) mengalami tren peningkatan selama periode 2018
hingga 2022. Tren peningkatan yang sangat signifikan yaitu terjadi
pada jenis perikanan laut (ikan dan udang basah). Sedangkan
produksi jenis perikanan dari perairan umum mengalami
penurunan yang sangat drastis dari tahun 2018 hingga tahun 2022.
Penurunan produksi perikanan perairan umum ini terjadi karena
beberapa faktor indikatif, seperti kurangnya
pengetahuan/kapasitas SDM nelayan, kurangnya peralatan
perikanan tangkap yang memadai, belum optimalnya pengawasan
kawasan perikanan tangkap (menggunakan racun ikan, setrum),
belum optimalnya sarana prasarana perikanan tangkap.
Tren penurunan produksi perikanan umum (budidaya) sejak
tahun 2018 hingga 2022 juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti kurangnya pengetahuan/kapasitas SDM pelaku
pembudidaya, jangkauan distribusi benih ikan budi daya masih
belum memadai, belum optimalnya pengawasan kawasan
perikanan budidaya (penggunaan keramba yang berlebihan di
kawasan sungai), dan belum optimalnya sarana prasarana
perikanan budidaya. Selain produksi, kualitas produk perikanan
juga kurang memiliki daya saing. Persoalan ini disebabkan oleh
kurangnya penjaminan mutu dalam pengolahan ikan segar.
Tabel 2.44.
Jumlah Nelayan dan Unit Penangkapan Ikan Tahun 2018-2022
331
Klasifikasi 2018 2019 2020 2021 2022
Tabel 2.45.
Jumlah Alat Penangkap Ikan Dirinci Menurut Resort Perikanan
dan Kecamatan Tahun 2018-2022
Kecamatan 2018 2019 2020 2021 2022
332
Kecamatan 2018 2019 2020 2021 2022
333
Berbeda dengan korelasi positif antara jumlah nelayan dengan
produksi jenis perikanan laut, produksi ikan budidaya tidak
berkorelasi positif dengan jumlah unit dan luas usaha budidaya
perikanan.
Tabel 2.46.
Jumlah Unit dan Luas Usaha Budidaya Perikanan
Kategorisasi 2018 2019 2020 2021 2022
Perubahan unit (petak) dan luas area (Ha) dari tahun 2018
ke 2019 mengalami penurunan yang sangat signifikan, namun
sejak 2019 hingga 2022, unit dan luas area cenderung stabil.
Sedangkan jumlah peningkatan unit petak di tahun 2020 justru
tidak diikuti dengan peningkatan jumlah produksi ikan budidaya di
tahun 2020. Penurunan yang terjadi buntut akibat dari beberapa
334andem, seperti menurunnya skala usaha akibat penurunan
omzet pada saat 334andemic Covid-19 dan lain sebagainya.
2. Pariwisata
Kondisi pariwisata di Kabupaten Ketapang dapat dilihat dari
pertumbuhan dan kontribusi sektor penyediaaan akomodasi dan
makan minum. Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum
menjadi salah satu sektor yang tumbuh dengan pesat meskipun
kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Ketapang
tergolong kecil. Berikut adalah data mengenai peranan sub-kategori
sektor penyediaan akomodasi dan makan minum terhadap PDRB
Kabupaten Ketapang pada tahun 2018 hingga 2022.
334
2,5
2 1,96 1,97
0,5
0
2018 2019 2020 2021 2022
335
25.000
20.313 20.313
20.000
15.180 14.566
14.356
15.000
10.000
5.000
316 331 0 0 0
0
2018 2019 2020 2021 2022
Domestik Asing
Tabel 2.47.
Persentase Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel/Akomodasi
di Kabupaten Ketapang Tahun 2022
336
Tingkat Penghunian Kamar
Bulan Bintang Bintang Melati Melati Melati
1 3 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Januari 33,19 43,73 10,48 32,13 38,43
2. Februari 42,97 37,2 9,82 26,99 38,39
3. Maret 36,16 41,86 8,87 25,63 44,47
4. April 42,47 32,43 16,25 30,39 39,03
5. Mei 53,49 45,28 9,68 29,58 36,56
6. Juni 40,75 48,15 10,83 28,05 37,01
7. Juli 45,84 46,34 7,66 32,38 37,83
8. Agustus 32,00 47,78 12,5 30,1 28,98
9. September 41,51 43,85 12,92 26,7 37,99
10. Oktober 27,32 44,66 12,9 32,36 39,46
11. November 33,01 54,3 14,17 33,64 32,19
12. Desember 33,25 39,09 19,35 33,13 33,5
2022 38,5 43,72 12,12 30,09 36,99
Rata-rata
2021 31,86 40,04 18,74 30,18 27,08
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
337
tersedianya sarana prasarana pendukung ekonomi kreatif yang
memadai dan terbatasnya daya saing produk ekonomi kreatif.
Berbagai persoalan tersebut membutuhkan kerjasama multi-aktor
agar persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
3. Pertanian
Perkembangan sektor pertanian dapat dicermati dari
beberapa aspek, yaitu kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB,
produksi padi dan palawija, produksi buah dan sayuran, produksi
biofarmaka, populasi ternak dan produksi hasil ternak berupa
daging atau telur. Semakin besar kontribusi sektor pertanian, maka
semakin tinggi perannya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Grafik berikut ini menunjukkan perkembangan kontribusi sektor
pertanian terhadap PDRB di Kabupaten Ketapang.
24,40
24,28
24,20
24,00
23,80
23,60
23,48
23,40 23,36
23,29 23,32
23,20
23,00
22,80
22,60
2018 2019 2020 2021 2022
338
tahun terakhir (2018-2022) yaitu sebesar 0,92. Hal tersebut
disebabkan oleh terjadinya pergeseran struktur ekonomi dari sektor
pertanian menuju sektor industri dan jasa yang lebih maju, selain
itu tantangan yang dihadapi kelompok tani di Kabupaten Ketapang
terutama dalam hal penggunaan teknologi modern dan inovasi,
serta adanya perubahan kebijakan pemerintah dan prioritas
pembangunan. Penting untuk mengembangkan strategi yang
terpadu, termasuk peningkatan teknologi, keberlanjutan
lingkungan, peningkatan akses pasar, dan pemberdayaan
masyarakat pertanian, untuk mencapai pertumbuhan dan
pengembangan yang berkelanjutan dalam sektor tersebut.
Tabel 2.48.
Produksi Tanaman Pangan (Ton) Kabupaten Ketapang Tahun
2017-2022
Jenis Komoditas 2017 2018 2019 2020 2022
339
Produksi padi mengalami tren penurunan pada tahun 2018
hingga 2022, dengan total penurunan sebesar 21.662 Ton.
Penurunan produksi juga terjadi pada komoditas ubi jalar pada
tahun 2018 hingga 2022, yaitu sebesar 809 Ton. Penurunan
kapasitas produksi padi dan ubi jalar tersebut secara indikatif
disebabkan oleh produktivitas tanaman pangan yang rendah,
belum optimalnya kapasitas SDM petani dan penyuluh dan
pertanian yang belum berorientasi pada agribisnis.
Tabel 2.49.
Luas Lahan Pertanian (Ha) di Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
Jenis Lahan 2018 2019 2020 2021 2022
Lahan Sawah
1. Beririgasi 5.226 5.226 5.226 5.784 5.784
2. Tadah Hujan 62.549 62.549 62.549 53.936 53.936
Lahan Kering
1. Tegal/Kebun 181.635 181.635 181.635 230.489 230.489
2. Ladang/Huma 22.784 22.784 22.784 25.117 25.117
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan, 2023
340
menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis. Berikut adalah
data mengenai produksi tanaman hortikultura di Kabupaten
Ketapang:
Tabel 2.50.
Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan Menurut Jenis
Tanaman (kw) Tahun 2018-2022
Jenis
2018 2019 2020 2021 2022
Komoditas
Alpukat 26,00 30,00 45,60 321,90 135,00
Belimbing 629,00 907,00 1.059,50 694,67 536,14
Duku/ Langsat 1.583,00 3.483,00 2.859,00 2.403,40 644,20
Durian 20.089,00 27.753,00 18.285,00 18.005,62 1.462,76
Jambu Air 654,00 1.286,00 1.672,36 2.030,92 1.652,32
Jambu Biji 1.841,00 1.595,00 1.997,64 1.948,30 1.936,11
Jengkol 1.123,00 2.333,00 3.071,03 3.211,48 1.716,64
Jeruk Besar 300,00 751,00 889,50 351,72 171,26
Jeruk Siam 5.657,00 4.929,00 6.586,00 4.362,08 4.651,49
Mangga 6.911,00 7.159,00 2.944,00 5.336,06 2.977,35
Manggis 664,00 914,00 483,00 421,00 91,92
Melinjo 140,00 222,00 335,30 312,53 169,58
Nangka/
5.865,00 6.395,00 6.503,26 7.423,45 4.602,18
Cempedak
Nenas 1.000,00 969,00 993,51 1.062,54 1.331,07
Pepaya 1.776,00 2.027,00 1.747,10 3.329,27 2.317,41
Petai 1.327,00 1.545,00 1.407,69 1.057,38 528,32
Pisang 15.917,00 15.228,00 18.833,55 26.746,97 39.638,55
Rambutan 6.293,00 7.755,00 6.156,00 6.882,43 3.446,32
Salak 27,00 15,00 180,30 342,00 27,00
Sawo 1.665,00 1.499,00 2.587,50 2.494,17 1.286,72
Sirsak 366,00 630,00 618,00 611,90 397,18
Sukun 297,00 397,00 493,00 716,82 492,02
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
341
Produksi buah-buahan dan sayuran tahunan menunjukkan
rata-rata menunjukkan tren yang menurun pada tahun 2018
hingga 2022. Meskipun rata-rata mengalami tren penurunan,
untuk komoditas pisang dan nenas di Kabupaten Ketapang justru
mengalami tren kenaikan yang sangat signifikan. Produksi
komoditas pisang dan nenas pada tahun 2022 mecetak angka yang
tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 39.638,55 kw dan
1.331,07 kw. Kenaikan jumlah produksi buah-buahan dan sayuran
ini dapat menekan laju penurunan kontribusi sektor pertanian
terhadap PDRB di tingkat yang lebih makro. Peningkatan produksi
tanaman buah-buahan dan sayuran ini terjadi karena beberapa
sebab indikatif, seperti perbaikan cara bertani dan peningkatan
luas lahan pertanian.
Kabupaten Ketapang juga memiliki beberapa komoditas
unggulan untuk jenis buah-buahan dan sayuran semusim.
Perkembangan tanaman pertanian jenis ini harus diperhatikan,
karena skala produksinya sangat baik dan mampu mendukung
pertumbuhan PDRB pertanian di skala yang lebih makro. Berikut
adalah data mengenai produksi tanaman sayuran dan buah-
buahan semusim di Kabupaten Ketapang.
Tabel 2.51.
Produksi Tanaman Sayuran dan Buah–Buahan Semusim
Menurut Jenis Tanaman (kw), Tahun 2018-2022
Jenis komoditas 2018 2019 2020 2021 2022
342
Petsai/ Sawi 5.573,00 4.994,00 2.947,00 5.064,75 4.794,30
Semangka 2.165,00 3.381,00 4.029,00 799,90 1.100,00
Terung 7.108,00 11.082,00 8.665,00 9.193,60 13.818,85
Tomat 39,00 62,00 629,00 2.417,00 3.361,50
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
Tabel 2.52.
343
Produksi Tanaman Biofarmaka Menurut Jenis Tanaman (kg)
Tahun 2018-2022
Jenis Komoditas 2018 2019 2020 2021 2022
Tabel 2.53.
Produksi Tanaman Perkebunan (ton) Tahun 2018-2022
344
Jenis Komoditas 2018 2019 2020 2021 2022
Tabel 2.54.
Populasi Ternak/Unggas Menurut Jenis Ternak/Unggas (Ekor) Tahun
2018-2022
345
Jenis Ternak 2018 2019 2020 2021 2022
Tabel 2.55.
Produksi Daging Ternak/Unggas Menurut Jenis Ternak/
Unggas (Kg) Tahun 2018-2022
346
Jenis Ternak/
2018 2019 2020 2021 2022
Unggas
Sapi Potong 349.868 343.132 342.540 462.112 426.112
Kerbau 20.064 20.041 20.944 22.624 22.624
Babi 228.088 232.137 180.484 286.575 286.575
Kambing/Domb
20.839 40.646 30.726 17.509 17.509
a
3.400.50 4.288.50 4.180.79 5.235.88 5.235.88
Ayam Pedaging
8 2 3 4 4
Ayam Petelur 7.050 28.358 9.581 60.562 60.562
Ayam Kampung 176.535 146.943 123.521 159.609 159.609
Itik/Itik Manila 123.536 29.891 30.463 44.955 44.955
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
f. Produksi Telur
Produksi telur juga merupakan salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk menggambarkan perkembangan sub-sektor
peternakan. Indikator ini juga berkolerasi dengan cadangan pangan
dalam daerah. Produksi telur sangat dibutuhkan untuk mencukupi
konsumsi nutrisi masyarakat. Data produksi telur di Kabupaten
Ketapang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.56.
Jumlah Produksi Telur Menurut Jenis Unggas
Jenis Unggas 2018 2019 2020 2021 2022
347
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
4. Perdagangan
Peranan sub kategori perdangangan besar dan eceran;
reparasi mobil dan sepeda motor terhadap PDRB Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022 ditunjukkan pada grafik berikut.
11
10,71
10,6
10,5
10 10,04
9,68
9,5
9,37
8,5
2018 2019 2020 2021 2022
348
regional, aktivitas perdagangan dan reparasi ini dapat mendorong
peningkatan produksi, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan.
Pada periode 2018 hingga 2022, peranan sub kategori
perdagangan besar dan eceran untuk reparasi mobil dan sepeda
motor terhadap PDRB Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022
mengalami tren yang menurun. Angka tertinggi peranan sub sektor
perdagangan mobil, sepeda motor, dan reparasinya terjadi pada
tahun 2019 yaitu sebesar 10,71 persen, sedangkan angka terendah
yaitu terjadi pada tahun 2021 yaitu sebesar 9,37 persen.
Menurunnya peranan sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dapat mengakibatkan penurunan
pendapatan dan lapangan kerja serta berkurangnya pendapatan
daerah Kabupaten Ketapang.
5. Perindustrian
Sektor industri pengolahan memiliki peranan penting dalam
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ketapang.
Sektor ini melibatkan proses transformasi bahan mentah menjadi
produk jadi yang memiliki nilai tambah. Adapun peranan sub
kategori industry pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022 ditunjukkan pada grafik berikut.
349
24,40
24,28
24,20
24,00
23,80
23,60
23,48
23,40 23,36
23,29 23,32
23,20
23,00
22,80
22,60
2018 2019 2020 2021 2022
Industri Pengolahan
6. Transmigrasi
Penyelenggaraan transmigrasi dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat
350
transmigran dalam membangun kemandirian, sehingga kegiatan
ekonomi dan sosial budaya dapat tumbuh dan berkembang secara
berkelanjutan. Kondisi kawasan transmigrasi di Kabupaten
Ketapang saat ini masih memerlukan perhatian, khususnya dalam
pengembangan kawasan transmigrasi. Jumlah transmigran yang
sudah ditempatkan di Kabupaten Ketapang hingga tahun 2021
mencapai 17.207 Kepala Keluarga dengan jumlah mencapai 74.811
jiwa. Transmigran ditempatkan di 54 lokasi yang tersebar di 11
kecamatan yaitu Kendawangan, Manis Mata, Singkup, Air Upas,
Pemahan, Tumbang Titi, Sungai Melayu Rayak, Nanga Tayap,
Sandai, Matan Hilir Selatan, dan Sungai Laur.
23,00%
22,00% 21,81%
21,00%
19,00%
18,00% 18,18%
17,00%
16,00%
2018 2019 2020 2021 2022
351
menggambarkan jumlah transmigran terlatih masih rendah. Untuk
itu diperlukan beberapa upaya dalam meningkatkan SDM
transmigran, seperti memberikan akses pendidikan yang baik
kepada transmigran dan keluarga mereka, mengadakan program
pelatihan dan pembinaan dalam mengembangkan keterampilan,
akses yang memadai ke fasilitas kesehatan dan pelayanan sosial,
meningkatkan kemandirian ekonomi transmigran, serta melibatkan
transmigran dalam proses pengambilan keputusan lokal dan
program pembangunan komunitas.
352
daerah. Berikut ini adalah beberapa capaian dalam urusan
perencanaan.
120
100 99
100
80 72,55
60 50
40
20
0
2021 2022
2.4.4.2 Keuangan
Urusan keuangan merupakan urusan yang sangat penting
bagi penyelenggaraan pembangunan daerah. Salah satu indikator
untuk melihat keberhasilan urusan ini adalah sejauh mana
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan tingkat
kemandirian keuangan daerah. Akuntabilitas pengelolaan
keuangan dapat dilihat dari Opini BPK, yaitu sebagai berikut.
353
Tabel 2.61.
Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP
Sumber: BPKAD Kabupaten Ketapang, 2023
354
keuangan daerah ini dapat diukur dari perbandingan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Pendapatan Daerah (PD). Berikut ini
adalah data derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Ketapang.
12
11,12
10 10,23
9,36
8,78
8 8,31
0
2018 2019 2020 2021 2022
355
dalam mengumpulkan pendapatan dari sumber-sumber seperti
pajak dan dana pemerintah pusat, serta mengelola pengeluaran
publik di tingkat lokal. Dalam konteks ini, pemerintah daerah dapat
mengambil keputusan tentang bagaimana pendapatan yang
dikumpulkan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan lokal,
seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, atau layanan publik
lainnya. Ini memberikan fleksibilitas dan tanggung jawab yang lebih
besar kepada pemerintah daerah dalam mengatasi masalah dan
kebutuhan yang unik dalam wilayah mereka.
Di sisi lain, jika tingkat desentralisasi fiskal rendah seperti
yang ditunjukkan pada Grafik diatas bahwa derajat desentralisasi
fiskal Kabupaten Ketapang mengalami penurunan menjadi sebesar
9,36 persen, artinya pemerintah pusat memegang kendali yang
lebih besar terhadap pendapatan dan pengeluaran publik. Hal ini
dapat mengakibatkan keterbatasan dalam kemampuan pemerintah
daerah untuk merespons kebutuhan lokal secara efektif, karena
mereka memiliki akses terbatas terhadap sumber daya keuangan
yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan dan program
mereka. Penting untuk dicatat bahwa tingkat desentralisasi fiskal
yang optimal dapat bervariasi tergantung pada konteks dan kondisi
masing-masing negara. Beberapa negara mungkin memilih untuk
menerapkan desentralisasi fiskal yang lebih luas guna mendorong
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan daerah, sementara
negara lain mungkin memilih untuk mempertahankan kontrol yang
lebih besar di tingkat pusat untuk menjaga stabilitas ekonomi dan
keadilan sosial.
2.4.4.3 Kepegawaian
Urusan kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan
termasuk ke dalam urusan penunjang. Urusan ini mempunyai
peran sangat penting bagi peningkatan profesionalitas pegawai.
Berikut ini adalah indikator untuk menilai pelaksanaan urusan ini.
356
Tabel 2.62.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Menurut Jabatan di
Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Tahun
No. Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah jabatan pimpinan
1 tinggi pada instansi 30 29 29 34 34
pemerintah
Jumlah jabatan administrasi
2 pada instansi pemerintah 146 163 158 156 152
(Eselon III)
Jumlah jabatan administrasi
3 pada instansi pemerintah 532 520 475 300 265
(Eselon IV)
Jumlah jabatan administrasi
4 pada instansi pemerintah 1.152 1.459 1.260 1.924 1.976
(Pelaksana)
Jumlah pemangku jabatan
5 4.208 4.427 4.327 3.608 3.473
fungsional (JF)
Jumlah Pejabat Struktural 745 708 712 662 490
Jumlah Total Pegawai 6.782 6.068 6.598 6.249 6.022
Sumber: BKPSDM Kabupaten Ketapang, 2023
357
90
80 78,25 77,91
76,12
70
60 61,02
50 48,95
40
30
20
10
0
2018 2019 2020 2021 2022
IPP
Tabel 2.63.
Presentase Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang Mengikuti
Pelatihan dan Pendidikan di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-
2022
358
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Presentase ASN yang mengikuti
dan lulus pendidikan dan 7.94% 3.94% 0.10% 2,06% 4,25%
pelatihan pada tahun Berjalan
Presentase Pejabat ASN yang
telah mengikuti pendidikan dan 0.00% 0.98% 0.00% 0,61% 0,25%
pelatihan struktural
Rata-rata lama pegawai
20
mendapatkan pendidikan dan 20 jam 20 jam 20 jam 20 jam
jam
pelatihan
Sumber: BKPSDM Kabupaten Ketapang, 2023
359
100,00% 93,67% 95,10%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00% 0,71% 0,98% 1,06%
0,00%
2018 2019 2020 2021 2022
360
Tabel 2.64.
Persentase Hasil Penelitian dan Pengembangan (Litbang) yang
Ditindaklanjuti dan Dimanfaatkan di Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Persentase hasil penelitian dan
pengembangan daerah yang 100 80 100 100 100
ditindaklanjuti.
Persentase pemanfaatan hasil
100 100 100 100 90,9
kelitbangan
Jumlah Hasil Litbang 11 4 2 10 10
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Ketapang,
2023
361
2.4.4.5 Unsur Pengawasan dan Urusan Pemerintahan
Urusan pengawasan merupakan salah satu urusan yang
sangat penting bagi pemerintah daerah. Urusan ini berperan dalam
memastikan tidak terjadinya pelanggaran dan penyelewengan
dalam menyelenggarakan roda pemerintahan dan pembangunan
daerah. Berikut ini adalah data terkait dengan tingkat pengawasan
di Kabupaten Ketapang.
Tabel 2.65.
Tingkat Kapabilitas APIP dan Maturitas SPIP Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022
Tahun
No. Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
1 Tingkat kapabilitas APIP Level 2 Level 3 Level 3 Level 3 Level 3
2 Maturitas SPIP Level 2 Level 3 Level 3 Level 3 Level 3
362
0,60%
0,56%
0,50% 0,50%
0,40%
0,38% 0,38%
0,30%
0,20%
0,10% 0,12%
0,00%
2018 2019 2020 2021 2022
Tabel 2.66.
Persentase Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Internal dan
Eksternal Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
363
Tahun
No. Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Persentase tindak lanjut
1 hasil pemeriksaan (TLHP) 63% 64% 65% 92,31% 93,13%
internal
Persentase tindak lanjut
2 hasil pemeriksaan (TLHP) 82% 83% 84% 73,15% 74,92%
eksternal
Persentase perangkat
daerah yang telah
3 20 26 27 29 29
menyusunan dan
menerapkan SOP dan SPP
Tabel 2.67.
Persentase Pengaduan yang Ditangani di Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
No Tahun
Uraian
. 2018 2019 2020 2021 2022
1 Jumlah pengaduan yang masuk 14 15 10 9 12
Jumlah pengaduan yang
2 10 11 4 8 7
tertangani
80.0 80.0 86.6 71.4 73.3
Persentase
0 0 7 3 3
364
Sumber: Inspektorat Kabupaten Ketapang, 2023
Tabel 2.57.
Indeks Reformasi Birokrasi (IRB) Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Indeks
Reformasi 59,51 (CC) 59,58 (CC) 51,83 (CC) 52,12 (CC) 54,97 (CC)
Birokrasi
Sumber: Setda Kabupaten Ketapang, 2023
365
Perkembangan Indeks Reformasi Birokrasi (IRB) Kabupaten
Ketapang menunjukan peningkatan sebesar 5,47 persen. Angka
tersebut masih dalam predikat “CC” atau “Cukup”. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan reformasi birokrasi di
Kabupaten Ketapang belum berjalan optimal. Salah satu
penyebabnya adalah Nilai SAKIP daerah yang belum optimal.
Tabel 2.58.
Nilai dan Predikat SAKIP Kabupaten Ketapang Tahun 2018-
2022
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Nilai SAKIP 34,91 (C) 52,13 (CC) 60,11 (B) 60,46 (B) 62,74 (B)
Tabel 2.59.
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
366
Indeks Kepuasan
85,89 (B) 80,05 (B) 80,14 (B) 82,89 (B) 85,25 (B)
Masyarakat
100,00
91,00 92,00 94,00
90,00
80,00 82,14
76,78
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022
367
Kabupaten Ketapang sudah berjalan baik. Hal yang paling penting
selain OPD memiliki SOP, adalah memastikan setiap OPD yang
telah memiliki SOP mampu dilaksanakan secara baik.
Persoalan lain juga berkaitan dengan pengendalian
kebijakan daerah yang belum berjalan efektif. Salah satunya adalah
belum optimalnya penyelesaian tapal batas daerah, baik tapal batas
internal kabupaten (tapal batas antara desa atau tapal batas antara
kecamatan) maupun tapal batas antara Kabupaten Ketapang
dengan kabupaten lainnya. Selain itu, persoalan pengendaliaan
kebijakan daerah juga terjadi pada kebijakan Bantuan Sosial
(Bansos). Pemberian Bansos belum berjalan efektif di Kabupaten
Ketapang hingga saat ini. Kondisi ini terjadi karena masih ada
penyaluran Bansos yang kurang tepat sasaran.
Pengendaliaan daerah terkait kewilayahan juga belum
berjalan efektif. Hal ini dapat dilihat dari belum efektifnya
pengendaliaan kinerja kecamatan. Persoalan ini terjadi karena
belum optimalnya tindak lanjut monitoring dan evaluasi PATEN,
dengan masih adanya kecamatan yang belum memenuhi syarat
penyelenggaraan dan data monografi kecamatan yang belum
diperbaharui secara baik.
Tabel 2.60.
Jumlah Produk DPRD Periode 2009-2014, 2014-2019 dan
2019-2024 Kabupaten Ketapang
368
Jenis Produk DPRD
Peraturan Daerah
No Periode SK Keputusan yang telang Total
Pimpinan DPRD mendapatkan
persetujuan DPRD
1 2009-2014 34 102 95 231
2 2014-2019 26 76 66 168
3 2019-2024 23 68 45 137
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
369
umum, penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah, pemeliharaan prasarana dan sarana umum,
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat Kecamatan,
serta membina dan mengawasi pemerintahan desa.
Terdapat tiga permasalahan pokok urusan kecamatan di
Kabupaten Ketapang antara lain adalah belum optimalnya kualitas
pelayanan masyarakat, belum optimalnya fungsi asistensi
pembangunan desa, dan belum efektifnya fungsi koordinasi
kewilayahan. Lebih lengkapnya, permasalahan belum optimalnya
kualitas pelayanan masyarakat disebabkan oleh belum optimalnya
penyelenggaraan PATEN karena masih terdapat kecamatan yang
masih belum memenuhi syarat prasarana pelayanan.
Permasalahan belum optimalnya fungsi asistensi pembangunan
desa disebabkan oleh belum optimalnya asistensi perencanaan,
penganggaran dan pelaporan desa sebab masih terdapat desa yang
belum memenuhi persyaratan pengajuan DD/ADD dan
pertanggungjawaban keuangan, serta belum optimalnya penguatan
pemahaman terkait regulasi desa. Sementara itu, permasalahan
belum efektifnya fungsi koordinasi kewilayahan disebabkan oleh
adanya persoalan pendataan masyarakat miskin, serta belum
efektifnya peran kecamatan sebagai jembatan prioritas
pembangunan daerah dan desa.
370
Kota, dan pelaksanaan tugas di bidang idiologi dan wasbang,
kewaspadaan, pembinaan kemasyarakatan dan politik dalam
negeri.
Berdasarkan data yang didapat dari hasil wawancara,
Kabupaten Ketapang masih memiliki potensi konflik sosial yang
disebabkan oleh adanya gangguan terhadap kohesivitas sosial yang
berakar dari beberapa masalah, antara lain adalah belum
optimalnya pembinaan wawasan kebangsaan, belum optimalnya
pembinaan dan pengembangan serta pengawasan terhadap
organisasi masyarakat dan LSM, serta belum optimalnya koordinasi
pencegahan dan pengawasan terhadap pengedaran narkoba.
371
Capaian
Capaian Pertumbuha
Kinerja Awal
Indikator pada Tahun n/
No Periode Keterangan
Kinerja Makro berjalan Penurunan
Perencanaan
(2022) (%)
(2005)
Indeks
1 Pembangunan 65,19 67,9 4,16% Trend Kenaikan
Manusia
Angka
2 19,23 9,4 -51,12% Trend Penurunan
Kemiskinan
Angka
Pengangguran
3 (Tingkat 10,27 6,71 -34,66% Trend Penurunan
Pengangguran
Terbuka)
Pertumbuhan
4 12,43 5,43 -56,32% Trend Penurunan
ekonomi
Rp.
Pendapatan Rp.
5 33.579.809,3 719,98% Trend Kenaikan
Per Kapita 4.095.202,02
3
Ketimapangan 0,3100 0,261
6 -15,81% Trend Penurunan
Pendapatan (2011) (2021)
Rp.
PDRB Per Rp.
7 57.972.975, 859,62% Trend Kenaikan
Kapita 6.041.273,32
94
Sumber: Dokumen Evaluasi RPJPD Kabupaten Ketapang Tahun 2005-2025
372
penurunan sebesar -34,6%. Hal ini dibuktikan dengan upaya
pemerintah Kabupaten Ketapang dalam mengatasi pengangguran
telah dilakukan melalui beberapa bentuk yaitu (1) menyediakan
informasi akurat terkait lapangan pekerjaan; (2) terselenggaranya
pelatihan kerja; (3) pengawasan terkait peningkatan mutu
pendidikan dan jiwa kewirausahaan; (4) peningkatan sosialisasi
terkait literasi informasi berbasis inklusi sosial. proses ini telah
berhasil dilakukan melihat dari menurunnya pengangguran di
Kabupaten Ketapang.
373
bahwa pendapatan per individu di Kabupaten Ketapang mengalami
peningkatan yang signifikan hingga mencapai delapan kali lipat dari
tahun 2005.
374
Tabel 3.2 Hasil Proyeksi Penduduk Kabupaten Ketapang
(Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin)
2023 2025 2030 2035 2040 2045
Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 23526 22524 46050 23250 22299 45549 22575 21745 44321 21920 21205 43125 21284 20678 41962 20666 20165 40831
5-9 23980 23002 46982 23988 23062 47050 24008 23214 47222 24028 23366 47394 24048 23520 47568 24068 23674 47742
10-14 26599 24990 51589 27643 25946 53589 30435 28500 58936 33510 31306 64816 36895 34388 71282 40622 37773 78394
15-19 29334 26896 56231 31160 28311 59471 36238 32181 68419 42143 36579 78722 49010 41579 90590 56996 47263 104259
20-24 27223 25510 52734 28649 26606 55255 32549 29553 62102 36980 32827 69807 42014 36464 78479 47734 40504 88238
25-29 28355 27115 55471 29857 28466 58323 33969 32145 66114 38647 36299 74946 43969 40990 84959 50024 46288 96312
30-34 27294 25120 52414 28760 26158 54918 32778 28945 61724 37359 32029 69387 42579 35440 78019 48529 39216 87745
35-39 26462 23582 50043 28091 24824 52915 32618 28222 60840 37873 32087 69960 43976 36480 80456 51061 41475 92536
40-44 24085 21838 45923 25774 23457 49231 30532 28048 58580 36168 33537 69706 42845 40101 82946 50755 47950 98705
45-49 21320 19477 40797 23181 21425 44606 28575 27190 55764 35224 34505 69729 43421 43789 87209 53525 55570 109095
50-54 19064 16889 35953 21381 19110 40491 28479 26027 54505 37933 35446 73379 50526 48275 98801 67300 65748 133048
55-59 14655 12573 27228 16675 14343 31019 23032 19936 42968 31811 27710 59521 43937 38515 82452 60684 53534 114218
60-64 10662 8956 19618 12270 10247 22517 17431 14347 31779 24764 20089 44853 35182 28128 63310 49982 39384 89366
65-69 7117 6019 13136 8235 6808 15043 11862 9264 21126 17086 12606 29692 24610 17154 41764 35447 23343 58790
70-74 4158 3974 8131 4716 4464 9179 6460 5970 12430 8850 7985 16835 12123 10680 22804 16608 14285 30893
75+ 3451 3756 7207 3766 4132 7899 4687 5246 9934 5834 6661 12494 7260 8457 15717 9036 10736 19772
Kabupaten
317285 292222 609507 337396 309658 647054 396228 360533 756761 470129 424238 894367 563678 504640 1068318 683036 606908 1289944
Ketapang
375
Tabel 3.2 Hasil Proyeksi Penduduk Kabupaten Ketapang
(Berdasarkan Umur Jenjang Pendidikan)
Umur 2023 2025 2030 2035 2040 2045
7-12 Tahun 64604 67142 73934 81412 89647 98715
13-15 Tahun 26463 26168 25444 24740 24055 23390
16-18 Tahun 30745 31985 35309 38979 43030 47501
Jumlah 121812 125296 134687 145131 156732 169606
376
2.6.2 Analisis Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Dasar
2.6.2.1 Air
Daya dukung air mengindikasikan kemampuan suatu wilayah atau
sistem untuk menyediakan, mengelola, dan menjaga ketersediaan air yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia dan menjaga ekosistem.
Faktor-faktor yang memengaruhi daya dukung air melibatkan volume curah
hujan, ketersediaan sumber air permukaan dan tanah, serta efisiensi dalam
pengelolaan air. Penyediaan air bersih di Kabupaten Ketapang berasal dari
sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) serta sumber air dari sumur. Di Kabupaten Ketapang, diharapkan
seluruhnya memanfaatkan pasokan air bersih yang bersumber dari PDAM.
Rencana penyediaan air bersih ini didasarkan pada proyeksi pertumbuhan
penduduk selama periode perencanaan, estimasi konsumsi air rata-rata oleh
setiap pelanggan, dan tingkat kehilangan air pada tahun berjalan. Rincian
perhitungan kebutuhan air bersih di area perkotaan dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Kebutuhan Domestik
377
Perhitungan kebutuhan air domestik didasarkan pada rumus berikut:
c. Kebocoran/Kehilangan Air
378
1) Kehilangan teknis, yang terjadi karena adanya perbedaan angka
pemakaian air (volume) yang diukur dari meter air pelanggan
atau terjadi karena kebocoran pada jaringan perpipaan air
bersih.
2) Kehilangan non teknis, yang terjadi karena kesalahan
pembacaan meter air serta adanya kerjasama antara petugas dan
konsumen maupun dikarenakan adanya sambungan pipa air
bersih secara ilegal.
379
Tabel 3.3 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045
Jumlah
Pendudu 609.507 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
k
Proyeksi
Kebutuh
an
Harian 247.849.9 263.117.9 307.729.4 363.685.3 485.529.1 586.253.6
maksimu 42 98 81 57 75 71
m
(L/O/H)
380
pengelolaan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat.
2.6.2.2 Energi/listrik
Sistem kelistrikan di Kabupaten Ketapang mengandalkan Saluran
Udara Tegangan Menengah (SUTM) sebagai sarana utama untuk mengatur
distribusi tenaga listrik. Selanjutnya, listrik dialirkan melalui sejumlah gardu
distribusi yang tersebar di seluruh Kabupaten Ketapang untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat seperti untuk keperluan industri, penerangan,
rumah tangga, dan lain sebagainya. Pengelolaan serta pemeliharaan jaringan
listrik di Kabupaten Ketapang ini merupakan tanggung jawab dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Umumnya, instalasi distribusi primer dan
sekunder dibangun dengan kapasitas sebagai berikut:
381
Tabel 3.4 Jarak Minimum antara Penghantar dengan Tanah dan Benda
Lain
382
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Listrik
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045
Jumlah
609.507 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk
Jumlah
Rumah 152.377 161.763 189.190 223.592 267.080 322.486
Tangga (KK)
Proyeksi
Kebutuhan
Listrik
114282,6 121322,6 141892,8 167693,8 200309,6 241864,5
Rumah
Tangga
(KVa)
Proyeksi
Kebutuhan
Listrik
79997,8 84925,82 99324,94 117385,7 140216,7 169305,1
Industri dan
Perdagangan
(KVa)
Proyeksi
Kebutuhan
Fasilitas
17142,39 18198,39 21283,92 25154,07 30046,44 36279,67
Sosial dan
Ekonomi
(KVa)
Proyeksi
Kebutuhan
11428,26 12132,26 14189,28 16769,38 20030,96 24186,45
Perkantoran
(KVa)
Proyeksi
Kebutuhan
1142,83 1213,23 1418,93 1676,94 2003,10 2418,64
Penerangan
Jalan (KVa)
Proyeksi
Kebutuhan
5714,13 6066,13 7094,639 8384,69 10015,48 12093,22
Cadangan
(KVa)
Proyeksi
Jumlah
229708 243858,4 285204,5 337064,5 402622,4 486147,6
Kebutuhan
(KVa)
383
tersebar dalam 152.377 rumah tangga pada tahun 2023. Proyeksi kebutuhan
listrik untuk tahun 2045 dilakukan berdasarkan jumlah rumah tangga di
wilayah tersebut. Perkiraan kebutuhan listrik rumah tangga dihitung dengan
menggunakan standar 750 watt atau 0,75 KVa per rumah tangga,
menghasilkan proyeksi total sekitar 241.864,5 KVa. Selanjutnya, kebutuhan
listrik untuk industri dan perdagangan dihitung sekitar 70% dari total
kebutuhan rumah tangga, mencapai angka sebesar 169.305,1 KVa. Proyeksi
kebutuhan listrik fasilitas sosial dan ekonomi didapat dari perhitungan 15%
dari jumlah kebutuhan rumah tangga yang menghasilkan angka sebesar
36.279,67 KVa. Untuk proyeksi kebutuhan listrik fasilitas perkantoran
didapat dari perhitungan 10% dari jumlah kebutuhan rumah tangga yang
menghasilkan angka sebesar 24.186,45 KVa. Proyeksi kebutuhan listrik
penerangan jalan didapat dari perhitungan 1% dari jumlah kebutuhan
rumah tangga yang menghasilkan angka sebesar 2.418,64 KVa. Untuk
proyeksi kebutuhan listrik cadangan didapat dari perhitungan 5% dari
jumlah kebutuhan rumah tangga sehingga menghasilkan angka sebesar
12.093,22 KVa. Proyeksi total kebutuhan listrik Kabupaten Ketapang pada
tahun 2045 sebesar 486.147,6 KVa, yang signifikan lebih tinggi daripada
kebutuhan pada tahun 2023 yang mencapai 229.708 KVa.
Peningkatan yang signifikan tersebut menunjukkan perlunya
merancang strategi pengembangan infrastruktur listrik yang matang guna
memenuhi kebutuhan yang terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan
penduduk dan sektor-sektor ekonomi di kawasan perencanaan. Pemahaman
terhadap pola kebutuhan listrik menjadi krusial dalam perumusan rencana
pengembangan yang efisien dan berkelanjutan, bertujuan untuk menjamin
pasokan listrik yang memadai dan handal guna mendukung kehidupan
masyarakat serta pertumbuhan ekonomi di masa depan.
384
untuk memprediksi kebutuhan infrastruktur persampahan di Kabupaten
Ketapang. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam SNI-3242-2008
dan SNI 03-1733-2004, proyeksi untuk volume timbulan sampah yang
dihasilkan dan infrastruktur yang diperlukan di kota besar diestimasi sekitar
3 liter per individu per hari.
Jumlah
609.507 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk
Proyeksi
Timbulan
1828521, 1941161, 2270284, 2683100, 3204954, 3869831,
Sampah
1 7 4 7 1 5
(/L/org/hari
)
385
Kebutuhan
73 78 91 107 128 155
TPS
Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
TPA
Kebutuhan
Mobil Sesuai Kebutuhan
Sampah
2.6.2.4 Telekomunikasi
Pelayanan jaringan telekomunikasi pada umumnya sudah mencakup
dan memberikan layanan di seluruh wilayah Kabupaten Ketapang.
Pertumbuhan pesat menara telekomunikasi mencerminkan semakin luasnya
386
penggunaan telepon seluler dan beragamnya operator yang menyediakan
layanan telepon seluler. Kebutuhan akan prasarana telekomunikasi telepon
seluler untuk memenuhi kebutuhan komunikasi di Kabupaten Ketapang
diperkirakan akan meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk.
Menara Telekomunikasi dan Penyiaran, sebagai fasilitas penunjang jaringan
telekomunikasi dan wilayah layanan penyiaran, dirancang sesuai dengan
kebutuhan jaringan telekomunikasi dan penyiaran. Kehadiran menara
telekomunikasi atau tower menjadi sangat penting dalam mengikuti
perkembangan teknologi saat ini, memungkinkan masyarakat dengan lebih
mudah menerima informasi terbaru dari berbagai bidang ilmu.
Arahan pengembangan untuk kawasan sekitar tower atau telematika,
antara lain:
• Penggunaan tanah sekitar tower difungsikan sebagai kawasan
RTH, jauh dari permukiman.
• Pemagaran yang rapat pada sepanjang tower demi keamanan,
karena tegangan tinggi.
Selain itu, Berdasarkan Peraturan Menteri Telekomunikasi dan
Informatika tentang pedoman pendirian menara telekomunikasi dan
penyiaran, beberapa ketentuan yang diatur dalam pengembangan menara
telekomunikasi, antara lain:
• Struktur Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran
• Menara Telekomunikasi dan Penyiaran dapat didirikan di atas
permukaan tanah maupun pada bagian bangunan/gedung
• Pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran wajib
memperhitungkan kekuatan dan kestabilan yang berkaitan
dengan pondasi; pembebanan; dan struktur.
Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat berupa:
• Menara tunggal, apabila digunakan untuk penempatan satu
antena atau lebih oleh satu penyelenggara telekomunikasi atau
penyiaran; atau
• Menara bersama, apabila digunakan untuk penempatan
beberapa antena dari beberapa penyelenggara telekomunikasi
dan atau penyiaran.
387
Dalam usaha untuk meminimalkan jumlah menara telekomunikasi,
operator yang mengajukan proposal pembangunan menara telekomunikasi
baru diwajibkan menyusun konstruksi menara telekomunikasi yang
memenuhi persyaratan untuk dijadikan sebagai menara telekomunikasi
bersama. Menara telekomunikasi yang sudah ada (eksisting) harus
digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu operator atau dijadikan
sebagai menara telekomunikasi bersama, asalkan memenuhi persyaratan
teknis. Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama harus
diatur sedemikian rupa untuk menghindari interferensi antara sistem
jaringan. Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama
diwajibkan untuk berkoordinasi apabila terjadi masalah. Beban maksimal
untuk menara bersama tidak boleh melebihi perhitungan struktur menara
yang telah ditetapkan. Isolasi antar pemancar merupakan batas aman antar
antena pemancar yaitu 30 dB atau dengan jarak antar antena 3 meter.
Berdasarkan standart yang ada, jangkauan menara BTS sebesar 10 Km.
Kebutuhan telepon dikawasan perencanaan memperhatikan standart
sebagai berikut:
• 17 satuan sambungan untuk melayani 100 penduduk
(kebutuhan domestik)
• Kebutuhan non domestik diperkirakan sebesar 25% dari
kebutuhan domestic
• Distribusi point 8 SS/unit
• Rumah kabel 300 – 500 SS/unit.
Berikut ini adalah hasil proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi
di Kabupaten Ketapang pada 20 tahun mendatang:
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Listrik
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045
Jumlah
609.507 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk
Perumahan
Satuan
103.616 109.999 128.649 152.042 181.614 219.290
Sambungan
388
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Listrik
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045
Distr. Point
12.952 13.750 16.081 19.005 22.702 27.411
(unit)
Rumah Kabel
(unit) 345 367 429 507 605 731
Minimal
Rumah Kabel
(unit) 207 220 257 304 363 439
Maksimal
Non Perumahan
Satuan
25.904 27.500 32.162 38.011 45.404 54.823
Sambungan
Distr. Point
3.238 3.437 4.020 4.751 5.675 6.853
(unit)
Rumah Kabel
(unit) 86 92 107 127 151 183
Minimal
Rumah Kabel
(unit) 52 55 64 76 91 110
Maksimal
389
sambungan kebutuhan domestik dikali 25%, yang menghasilkan 54.823
pada satuan sambungan. Proyeksi distribusi point pada non perumahan
didapat dari perhitungan distribusi point perumahan dikali 25% yang
menghasilkan 6.853 unit distribusi point. Proyeksi minimal dan maksimal
unit rumah kabel pada non perumahan didapat dari perhitungan rumah
kabel minimal dan maksimal pada perumahan dikali 25% yang menghasilkan
minimal 183 unit rumah kabel dan maksimal 110 unit rumah kabel.
Berdasarkan proyeksi, kebutuhan jaringan telekomunikasi di
lingkungan perumahan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah non-
perumahan. Namun, dalam kenyataannya, jaringan telekomunikasi secara
dominan dibutuhkan oleh wilayah non-perumahan seperti perkantoran dan
industri. Mayoritas masyarakat dan aktivitas di sektor perumahan lebih
memanfaatkan telepon genggam daripada telepon rumah.
2.6.2.5 Limbah
Penghitungan debit air limbah dilakukan dengan merujuk pada jumlah
konsumsi air minum, di mana volume air limbah setara dengan 80% dari
volume air minum yang digunakan. Secara umum, kriteria pemakaian air
minum untuk kategori kota telah dikelompokkan sesuai dengan Standar
Kriteria Standar Nasional Indonesia (SK-SNI) yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum.
Tabel Tingkat Pemakaian Air Minum Rumah Tangga Berdasar
Kategori Kota
Sumber: SK-SNI Air Minum, 2000 *digunakan asumsi debit air limbah = 80%
debit pemakaian air minum
390
Berdasarkan SK-SNI air minum, pada tahun 2022 Kabupaten
Ketapang dikategorikan sebagai kota besar dengan jumlah penduduk
berjumlah 591.917 jiwa. Sehingga pada tahun 2023 tingkat pemakaian air
minum di wilayah perencanaan adalah 170 L/orang/hari, dengan debit air
136 L/orang/hari. Sedangkan pada tahun 2045, jumlah penduduk di
wilayah perencanaan diprediksi sebanyak 1.289.944 jiwa, dimana
kategorinya sebagai kota metropolitan.
𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ = 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ (𝐿⁄𝑜𝑟𝑔⁄ℎ𝑎𝑟𝑖) × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
Jumlah
609.507 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk
Kebutuhan
103.616.1 109.999.1 128.649.4 152.042.3 202.980.4 245.089.3
Air
97 63 49 73 24 27
Domestik
Proyeksi
Total 82.892.95 87.999.33 102.919.5 121.633.8 145.291.2 175.432.3
Buangan 7 0 59 99 51 61
Limbah
Proyeksi
Total
Buangan 30.255.92 32.119.75 37.565.63 44.396.37 53.031.30 64.032.81
Limbah 9.382 5.565 9.014 3.014 6.675 1.599
(L/orang/t
ahun)
391
Berdasarkan hasil analisis, buangan limbah setiap orang dalam kurun
waktu dua puluh tahun ke depan semakin bertambah setiap harinya. Limbah
ini berasal dari kegiatan rumah tangga maupun industri di wilayah
perencanaan yang semakin meningkat. Pada tahun 2023, kebutuhan
domestik air bersih adalah sebesar 103.616.197 L. Setelah digunakan untuk
berbagai aktivitas, 80% dari kebutuhan air bersih domestik maka akan
menjadi limbah sebanyak 82.892.957 L/orang setiap harinya dan sebesar
30.255.929.382 L/orang per tahunnya. Sedangkan pada tahun 2045,
kebutuhan domestik air bersih adalah sebesar 245.089.327 L. Setelah
digunakan untuk berbagai aktivitas, 80% dari kebutuhan air bersih domestik
maka akan menjadi limbah sebanyak 175.432.361 L/orang setiap harinya
dan sebesar 64.032.811.599 L/orang per tahunnya. Dengan besarnya jumlah
tersebut, tentu diperlukan opsi alternatif untuk mengurangi volume yang
meningkat dan mempertimbangkan isu-isu terkait pembuangan limbah. Jika
manajemen limbah tidak dapat diantisipasi dengan baik, hal ini dapat
berdampak negatif pada kondisi lingkungan di sekitarnya.
2.6.2.6 Drainase
Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air
permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan,
yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di
bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan
tanah atau gorong-gorong dibawah tanah. Drainase berperan penting untuk
mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Drainase mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum,
drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan sanitasi.
392
Tabel Proyeksi Kebutuhan Drainase Kabupaten Ketapang
Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk
Kebutuhan
Total Air 198.943.097 211.198.393 247.006.941 291.921.357 348.699.003 421.037.665
Bersih
Air
Buangan
pada 139.260.168 147.838.875 172.904.859 204.344.950 244.089.302 294.726.366
Saluran
Drainase
2.6.2.7 Pendidikan
Dasar penyelenggaraan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan
bertujuan untuk mengakomodasi setiap unit administrasi pemerintahan,
termasuk yang bersifat informal seperti RT dan RW, serta yang bersifat formal
seperti Kelurahan dan Kecamatan. Keputusan penyediaan sarana ini tidak
semata-mata bergantung pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh
fasilitas tersebut.
393
Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kabupaten Ketapang
(Jenjang Sekolah Dasar)
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045
Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk
Jumlah
Penduduk 7- 64604 67142 73934 81412 89647 98715
12
Penduduk
1.600 1.600 1.600 1.600 1.600 1.600
Pendukung
Kebutuhan 40 42 46 51 56 62
Belum
-129 -127 -123 -118 -113 -107
Terpenuhi
Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk
Jumlah
Penduduk 30745 26168 73934 81412 89647 98715
13-15
Penduduk
4.800 4.800 4.800 4.800 4.800 4.800
Pendukung
Eksisting 80 80 80 80 80 80
Kebutuhan 6 5 5 5 5 5
Belum
-74 -75 -75 -75 -75 -75
Terpenuhi
394
Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kabupaten Ketapang
(Jenjang Sekolah Menengah Atas)
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045
Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk
Jumlah
Penduduk 30745 31985 35309 38979 43030 47501
16-18
Penduduk
4.800 4.800 4.800 4.800 4.800 4.800
Pendukung
Eksisting 52 52 52 52 52 52
Kebutuhan 6 7 7 8 9 10
Belum
-46 -45 -45 -44 -43 -42
Terpenuhi
2.6.2.8 Kesehatan
Sarana kesehatan memiliki peran yang sangat krusial dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan sekaligus
memiliki dampak strategis dalam percepatan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat serta pengendalian pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan
sarana ini sebagian besar bergantung pada jumlah penduduk yang dilayani
oleh fasilitas tersebut. Selain itu, proses penyediaan sarana kesehatan ini
juga melibatkan pertimbangan terhadap desain ruangan unit-unit atau
kelompok lingkungan yang ada. Adanya hubungan antara desain grup
bangunan atau blok yang terbentuk dengan konteks lingkungan menjadi
aspek penting dalam proses ini.
395
desain dan penempatan fasilitas yang holistik, mempertimbangkan
kompleksitas lingkungan dan kebutuhan populasi yang dilayani.
Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk
Penduduk
120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Pendukung
Eksisting 23 23 23 23 23 23
Kebutuhan 5 5 6 7 9 11
Belum
-18 -18 -17 -16 -14 -12
Terpenuhi
396
dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri
no. 4 tahun 1988, yang menyatakan "Ruang terbuka hijau (RTH) adalah
ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk
area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana
didalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dsarnya tanpa
bangunan. Sedangkan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah total area
atau kawasan yang tertutupi hijau tanaman dalam satu satuan luas tertentu
baik yang tumbuh secara alami maupun yang dibudidayakan.
397
Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas RTH Kabupaten Ketapang
(Taman dan Lapangan Olahraga)
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045
Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk
Penduduk
120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Pendukung
Eksisting 33 33 33 33 33 33
Kebutuhan 5 5 6 7 9 11
Belum
-28 -28 -27 -26 -24 -22
Terpenuhi
Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk
Penduduk
120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Pendukung
Eksisting 33 33 33 33 33 33
Kebutuhan 5 5 6 7 9 11
Belum
-28 -28 -27 -26 -24 -22
Terpenuhi
398
2.7 Pengembangan Pusat Pertumbuhan Wilayah
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana susunan
pusat-pusat permukiman (sistem perkotaan wilayah kabupaten yang
berkaitan dengan kawasan pedesaan dalam wilayah pelayanannya) dan
sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk
melayani kegiatan skala kabupaten, dan mengintegrasikan wilayah
kabupaten. Sistem perkotaan wilayah tersebut di atas dapat berupa pusat
perekonomian, simpul ekonomi baru, dan/atau koridor ekonomi baru yang
dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan ruang, keberlanjutan
pembangunan, dan ketahanan masyarakat. Kawasan pedesaan dalam
wilayah pelayanannya adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintah,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
399
4. Perkotaan Balai Berkuak;
5. Perkotaan Marau;
6. Perkotaan Tumbang Titi;
7. Perkotaan Tayap; dan
8. Perkotaan Air Upas Perkotaan Pesaguan
400
Kalimantan memiliki tema Pembangunan Superhub Ekonomi Nusantara
dengan 5 (lima) arah Pembangunan sebagai berikut:
1. Pembangunan sumberdaya manusia unggul yang menjadi salah satu
kunci transformasi sosial dan ekonomi wilayah Kalimantan yang
didukung dengan peningkatan layanan Kesehatan, pendidikan
keilmuan maupun pendidikan karakter, serta keterampilan yang
sesuai dengan potensi dan kebutuhan ekonomi masa depan di wilayah
Kalimantan;
2. Pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dengan
meingkatkan interaksi antarwilayah, terutama Ibu Kota Nusantara
dengan daerah mitra sebagai superhub ekonomi, pengembangan
hilirisasi industri berbasis ekonomi potensial yang bernilai tambah dan
berkelanjutan, serta pengembangan destinasi wisata potensial dengan
mengoptimalkan mitra dan tenaga kerja lokal;
3. Pembangunan sarana prasaran untuk menumbuhkan efek berganda
Pembangunan ekonomi di Wilayah Kalimantan dalam mewujudkan
konsep superhub ekonomi serta meningkatkan infrastruktur
konektivitas, ketenagalistrikan dan digital, serta pemerataan
infrastruktur dasar di daerah-daerah afirmasi 3TP;
4. Penguatan tata Kelola pemerintahan untuk mendukung akselerasi
Pembangunan Wilayah Kalimantan dan penguatan stabilitas
pertahanan dan keamanan untuk menjamin kedaulatan negara di
kawasan perbatasan negara dan kawasan ibu Kota Nusantara, serta
penuntasan RDTR kabupaten/kota dan perencanaan tata ruang
dengan mempertimbangkan risiko bencana, terutama mitigasi risiko
pada wilayah perkotaan dan perdesaan; dan
5. Peningkatan ketahanan sosial, budaya, dan ekologi sebagai modal
dasar untuk mendukung Pembangunan yang merata dan inklusif.
2.7.3 Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Ketapang
2.7.3.1 Daerah Otonomi Baru
Kabupaten Ketapang dan Kalimantan Barat sebagai Daerah penyangga
Ibu Kota Negara Nusantara di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara,
Provinsi Kalimantan Timur. kabupaten Ketapang memiliki luas 31,588 Km2
401
atau sekitar 21,28% dari luas total Provinsi Kalimantan Barat, serta
merupakan kabupaten terluas di Provinsi Kalimantan Barat. Lalu Jumlah
penduduk Kabupaten Ketapang mencapai 577.770 jiwa yang tersebar di 20
kecamatan, 253 Desa dan 9 Kelurahan.
Terbatasnya infrastruktur yang memadai di wilayah Ketapang
mengakibatkan efektifitas penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah
yang tidak maksimal, lambannya pembangunan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat, sementara disisi lain Kabupaten Ketapang
memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan pariwisata yang baik dan
berlimpah akan tetapi belum termanfaatkan secara optimal. Hal tersebut
terlihat dari Rentang kendali pelayanan publik sangat luas, dan jarak tempuh
antara Ibu kota Kabupaten Ketapang dengan Ibu kota Provinsi Kalimantan
Barat sejauh ±458 Km. terdapat beberapa masalah utama akibat luasnya
wilayah Kabupaten Ketapang diantaranya adalah
402
4. Meningkatkan daya saing Daerah.
403
penduduk di wilayah ini sebanyak 135.776 jiwa yang tersebar di 68 Desa,
dengan total 5 Kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Marau
Kecamatan Marau ini memiliki luas wilayah 1,160 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 17.692 jiwa yang tersebar di 10 desa.
2. Kecamatan Kendawangan
Kecamatan Kendawangan ini memiliki luas wilayah 5,859 km² dengan
jumlah penduduk sebasar 54.868 jiwa yang tersebar di 19 desa.
3. Kecamatan Sigkup
Kecamatan Singkup ini memiliki luas wilayah 5,859 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 54.868 jiwa yang tersebar di 19 desa
4. Kecamatan Manis Mata
Kecamatan Manis Mata ini memiliki luas wilayah 2,912 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 32.909 jiwa yang tersebar di 22 desa
5. Kecamata Air Upas
Kecamatan Manis Mata ini memiliki luas wilayah 793 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 20.920 jiwa yang tersebar di 9 desa
404
(Ibu Kota : Desa Randau Kec. Sandai)
405
Gambar. 4.x Kabupaten Matan Hulu
(Ibu Kota : Desa Tumbang Titi Kec. Tumbang Titi)
406
4. Kecamatan Sei. Melayu Rayak
Kecamatan Sei. Melayu Rayak ini memiliki luas wilayah 122 km² dengan
jumlah penduduk sebasar 15.636 jiwa yang tersebar di 11 desa
5. Kecamata Jelai Hulu
Kecamatan Sandai ini memiliki luas wilayah 1.358 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 20.566 jiwa yang tersebar di 22 desa.
407
224 m x 51 m Asphalt berkapasitas empat lahan parkir pesawat, Strip
rumput berukuran 1.654 m x 150 m, dan dua Turning Area masing-masing
berukuran 75 m x 20 m Asphalt. Fasilitas sisi udara ini mampu melayani
pesawat terbesar yaitu pesawat baling-baling ATR 42-500. Sisi Darat bandara
terdiri dari bangunan terminal pelayanan penumpang sipil seluas 1.482 m2
dan area pelayanan kargo seluas 240 m2 . Dengan fasilitas sisi udara dan
darat tersebut, Bandara Rahadi Oesman Ketapang mampu melayani arus
penumpang tertinggi sebanyak 440.522 orang.
408
transportasi hasil alam, tetapi juga berfungsi untuk kegiatan kapal-kapal
perikanan atau perahu nelayan. Pelabuhan Kendawangan yang berlokasi
menjelang muara Kali Kendawang itu memiliki kedalaman alur 3,8 LWS dan
dapat disandari kapal berukuran 1.000 DWT.
409
bulan November sebanyak 114 kapal, sedangkan di Pelabuhan Kendawangan
kunjungan terbanyak terjadi pada bulan Desember sebanyak 276 kapal.
Total kapal yang berkunjung ke Kabupaten Ketapang pada tahun 2020
sebanyak 3.496 kapal dengan total muatan sebanyak 8.017.175 grt.
Persentase kapal kunjungan unit kapal di Kabupaten Ketapang sebanyak
95,45% dari dalam negeri dibanding 4,55% dari luar negeri. dalam
merencanakan kebutuhan fasilitas perairan secara ideal, diperlukan analisis
yang berkaitan dengan jenis dan volume kegiatan pelayanan jasa
kepelabuhanan, hidrooseanografi, teknologi perkapalan, lingkungan serta
sistem dan prosedur pelayanan jasa kepelabuhanan yang kemudian
dijabarkan dalam besaran kebutuhan ruang perairan.
410
meningkatkan kegiatan mobilitas masyarakat dengan merencanakan
program peningkatan pada 13 ruas jalan.
411
412
BAB III
PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS
413
tidak diatasi untuk mencapai peluang yang muncul dan meminimalisasi
hambatan yang terjadi. Pengoptimalan sistem perencanaan pembangunan
daerah dan bagaimana visi/misi daerah dibuat dengan sebaik-baiknya, akan
membutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang keunggulan,
kekurangan, peluang dan tantangan yang dihadapi.
414
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
415
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
416
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
417
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
418
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
419
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
420
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
421
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
422
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
423
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
424
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
425
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
426
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
427
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
428
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
429
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
Belum optimalnya
Belum optimalnya fungsi mediasi
penanganan hubungan
perselisihan hubungan industrial
industrial
430
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
Belum optimalnya
Belum optimalnya keterlibatan
perlindungan terhadap
masyarakat, dunia usaha, dan media
perempuan dan anak
Belum optimalnya
Diversifikasi pangan non-nasi masih
konsumsi terhadap pangan
belum optimal
yang berkualitas
431
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
432
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
433
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
434
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
435
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
436
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
437
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
438
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
439
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
440
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
Masih terbatasnya
Belum optimalnya pengembangan
infrastruktur teknologi dan
sistem TIK
informasi
Rendahnya penyelenggaraan
koperasi dalam menyelenggarakan
Rapat Anggota Tahunan
441
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
Terbatasnya permodalan
442
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
443
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
444
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
445
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
Rendahnya penyelamatan
Minimnya penangangan arsip aktif
dan pelestarian
dan inaktif
dokumen/arsip daerah
446
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
447
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
448
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
449
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
450
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
451
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
452
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
453
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
454
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
455
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
456
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
457
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
458
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
perencanaan dengan
penganggaran
459
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
460
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
461
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
Pendidikan dan Belum optimalnya Belum optimalnya sistem jumlah pegawai yang telah mengikuti
462
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
Belum adanya
pengembangan inovasi Inovasi daerah belum terlembaga
daerah berbasis riset
463
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
Unsur Kewilayahan
464
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
465
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah
466
3.2 Isu Strategis Daerah
467
tertentu menyebabkan perubahan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat sehingga berujung pada terbentuknya tatanan
kehidupan baru. Berbagai tantangan global yang akan dihadapi
bangsa ini menuju Impian Indonesia Emas Tahun 2045 terangkum
kedalam sepuluh aspek megatrend global yang memberikan efek
positif sebagai peluang untuk maju dan efek negative memberikan
disrupsi bagi pertumbuhan bangsa ini. Sepuluh megatrend tersebut
antara lain adalah:
1) Urbanisasi dunia;
2) Perdagangan internasional;
3) Disrupsi teknologi;
4) Demografi global;
5) Geopolitik dan geoekonomi;
6) Pertumbuhan kelas menengah
7) Persaingan sumber daya Alam
8) Perubahan Iklim
9) Tata Kelola Keuangan Global
10) Pemanfaatan Luar Angkasa
468
1. Urbanisasi Dunia
469
Negara anggota Kawasan Kerja Sama Ekonomi Komprehensif
Kawasan (RCEP) Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) memiliki
kekuatan ekonomi yang signifikan, sumber daya alam yang
melimpah, dan posisi geografis yang strategis. Kerja sama ini
meningkatkan peluang perdagangan di wilayah Asia-Pasifik, yang
meningkatkan akses ke investasi global.
3. Perkembangan Teknologi
470
struktur rumah tangga, serta kemajuan teknologi digital
mempengaruhi pemenuhan kualitas keluarga. Perubahan ideologi
dan perpindahan penduduk dapat menyebabkan perubahan
struktur dan bentuk keluarga. Perilaku sesama jenis, penundaan
pernikahan, dan infertilitas semakin umum, mengakibatkan
penurunan angka kelahiran.Setiap negara, termasuk Indonesia
akan menghadapi tantangan dari dinamika geopolitik global yang
akan datang. Meningkatnya persaingan antar negara adidaya yang
akan berdampak pada tatanan global adalah konsekuensi dari
perkembangan geopolitik yang semakin meluas terhadap
masyarakat dan tatanan global.
471
berfungsi sebagai ekosistem yang membawa perdamaian, stabilitas,
dan kemakmuran. Upaya perluasan dan peningkatan kerjasama
antarnegara, peluang ekonomi baru yang inklusif dapat diciptakan
di wilayah tersebut. Secara keseluruhan, pendapatan per kapita di
negara maju masih lebih tinggi dibandingkan negara berkembang.
Sektor komoditas tidak lagi menjadi penggerak pertumbuhan
ekonomi di negara-negara berkembang.
472
dan seberapa sempit lapangan kerja yang tersedia. Di masa
sekarang, fokus utama adalah efisiensi dan efektivitas SDM. Oleh
karena itu, untuk tetap bertahan dan menyesuaikan diri dengan
kebutuhan bisnis, kualitas kerja harus ditingkatkan. Hal ini
dikarenakan sistem kerja yang lebih efisien tentunya hanya akan
mempertahankan karyawan yang berkualitas tinggi dan berkinerja
tinggi.
8. Perubahan Iklim
473
9. Tata Kelola Keuangan Global
474
Antarisa menjadi bidang yang paling menarik dan
berkembang pesat di dunia. Gambaran yang menarik tentang masa
depan manusia di luar angkasa mencakup eksplorasi,
komersialisasi, dan potensi sumber daya luar angkasa. Namun
demikian, saat kita menjadi lebih jauh ke luar angkasa, kita juga
dihadapkan pada banyak masalah dan pertimbangan etika yang
harus diatasi. Industri ruang angkasa akan terus berkembang dan
memberikan dampak besar bagi dunia jika pemerintah dan
perusahaan swasta bekerja sama dan mempertimbangkan masa
depan ini dengan cermat
ii.Isu Nasional
475
ekonomi yang rendah, kualitas sumber daya manusia yang buruk
terutama perempuan dan ketertinggalan dalam inovasi dan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta sistem insentif, regulasi, dan
kepastian hukum yang lemah.
Selanjutnya produktivitas yang rendah menyebabkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan. Antara tahun
2005 dan 2010, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,7%.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan rata-rata
4,7% antara tahun 2010 dan 2015. Berikutnya, kemampuan
ekonomi untuk tumbuh lebih jauh semakin terbatas, seperti yang
ditunjukkan oleh pertumbuhan rata-rata hanya 4,0 persen antara
tahun 2015 dan 2022.
Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadi dampak dari
produktivitas yang rendah, dan pandemi COVID-19 pada tahun
2020. Hal ini mempercepat penurunan pertumbuhan ekonomi
potensial di bawah 5%. Pertumbuhan ekonomi yang menurun
berdampak pada penurunan produksi diberbagai sektor sehingga
menciptakan kerugian
2. Lemahnya kapasitas ilmu pengetahuan, teknologi, dan
inovasi (IPTEKIN)
476
Kapasitas bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi
berpengaruh pada pengembangan pembangunan maupun dalam
upaya meningkatkan pengembangan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia. Berbagai inovasi dari pengembangan
pengetahuan, dan teknologi tersebut menjadi cerminan sejauh
mana negara mampu berkembang.
477
tahun pertama, penelitian yang harus berlangsung bertahun-tahun
tidak dapat dilakukan.
478
menjadi faktor atas pencapaian kinerja pariwisata yang masih
dibawah potensi. Selain itu, dampak lainnya yaitu terjadinya
prefensi pasar dan disrupsi yang berkaitan dengan digitalisasi,
teknologi, dan kebencanaan. Sementara itu, karena tidak ada
kebijakan yang memadai tentang transformasi digital berdampak
pada potensi ekonomi kreatif masih kurang.
6. Belum Optimalnya Pemanfaatan Potensi Ekonomi Laut
479
7. Rendahnya Kontribusi UMKM dan Koperasi Pada Penciptaan
Nilai Tambah Ekonomi
480
9. Pembangunan Energi Utamanya Peningkatan Akses Energi
yang Belum Merata Dan Berkualitas di Seluruh Wilayah,
Masih Rendahnya Penggunaan Energi Terbarukan, dan
Masih Rendahnya Efisiensi Energi
481
regulasi, termasuk sistem insentif dan disinsentif untuk ekonomi
berkelanjutan, masih perlu diperkuat.
11. Perkembangan Teknologi Digital, Infrastruktur dan Literasi
Digital Masih Terbatas
482
perkotaan di Indonesia yang hanya sekitar 14 (artinya,
pertumbuhan penduduk sebesar 1 persen hanya meningkatkan
pertumbuhan PDB per kapita perkotaan sebesar 14 persen),
sementara di Tiongkok, angka elastisitasnya mencapai 3,00.
Selama 10 tahun terakhir, tingkat urbanisasi di Indonesia hanya
tumbuh sekitar 0,67 persen per tahun, sedangkan di Tiongkok,
tingkat urbanisasinya mencapai 1,21 persen per tahun. Hal ini
disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk keterbatasan koneksi
antara pusat pertumbuhan perkotaan dan wilayah sekitarnya,
ketimpangan dalam pembangunan di berbagai wilayah perkotaan
dan antara perkotaan dan pedesaan, keterbatasan kapasitas
pengelolaan perkotaan, serta penurunan kualitas lingkungan
perkotaan.
483
seperti potensi terjadinya pandemi, serta harus mampu mengatasi
ketimpangan dalam akses terhadap pangan, lingkungan yang
sehat, fasilitas pelayanan kesehatan, dan sumber daya manusia di
sektor kesehatan. Pembiayaan kesehatan juga harus ditingkatkan
dengan mengadopsi inovasi dalam pembiayaan kesehatan.
484
Produktivitas dan daya saing perguruan tinggi di tingkat global
juga masih rendah. Hanya sedikit perguruan tinggi Indonesia yang
berhasil masuk dalam peringkat 500 terbaik dunia, yaitu hanya
lima perguruan tinggi. Tantangan besar terkait produktivitas riset
dan inovasi di perguruan tinggi juga masih ada. Meskipun ada
peningkatan dalam jumlah publikasi ilmiah selama periode 2011-
2021, kualitas publikasi masih rendah, yang ditunjukkan oleh
rasio sitasi per publikasi yang hanya mencapai 0,39 pada tahun
2021.
485
dengan lebih baik, meningkatkan adaptabilitas dalam bantuan
sosial, dan memastikan bahwa bantuan sosial benar-benar
memberikan dampak positif pada kelompok rentan, sambil
memperhitungkan perubahan lingkungan dan tantangan terkait
dengan bencana dan perubahan iklim.
486
peraturan perundangan, namun pada kenyataannya, pelaksanaan
program-program pembangunan masih sering mengalami tumpang
tindih yang berpotensi menyebabkan ketidakefektifan dan
ketidakefisienan.
487
22. Belum Meratanya Kualitas Pelayanan Publik
488
potensi yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. Maka berikut adalah
isu strategis yang ada di Provinsi Kalimantan Barat
489
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
490
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
Peningkatan pelayanan
1. Masih terdapat kekerasan terhadap perempuan
pemberdayaan dan
dan anak
perlindungan terhadap Pembangunan Sumber Daya
Kesetaraan 2. Belum optimalnya pelayanan pemberdayaan
5 15 perempuan untuk Manusia Unggul dan Berdaya
Gender dan perlindungan terhadap perempuan
meningkatkan kualitas dan Saing
3. Rendahnya ketersediaan dan kualitas SDM dan
partisipasi perempuan dalam
sarana prasarana yang mendukung
kehidupan bermasyarakat
Peningkatan kualitas
Pembangunan Sumber Daya
Berkurangnya infrastruktur desa untuk 1. Belum optimalnya pengembangan desa
10 12 Manusia Unggul dan Berdaya
Kesenjangan mengurangi kesenjangan 2. Ketimpangan pendapatan di masyarakat desa
Saing
ekonomi pedesaan.
491
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
492
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
493
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
494
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
495
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
496
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
497
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
498
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
Peningkatan kualitas
Pembangunan Sumber Daya
Berkurangnya infrastruktur desa untuk 1. Belum optimalnya pengembangan desa
10 12 Manusia Unggul dan Berdaya
Kesenjangan mengurangi kesenjangan 2. Ketimpangan pendapatan di masyarakat desa
Saing
ekonomi pedesaan.
1. Minimnya sarana prasarana dalam pengelolaan
Konsumsi Pengolahan sampah dan sampah dan limbah bahan berbahaya dan beracun
dan Produksi limbah yang tidak (B3)
Pemerataan Sarana dan
12 yang 8 mencemari lingkungan 2. Rendahnya kesadaran masyarakat akan
Prasarana Infrastruktur dasar
Bertanggung sertapeningkatan produk pengelolaan sampah, baik terhadap 3R (Reuse,
jawab ramah lingkungan. Reduce, Recycle) dan tidak membuang sampah
sembarangan
499
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
500
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan
501
Sebagai upaya untuk mencapai visi dan pilar Pembangunan
Indonesia 2045 maka ditetapkan isu strategis Pembangunan jangka
panjang berdasarkan pilar yang ada di TPB/SDGS. Pemerintah
kabupaten Ketapang telah menyebar luaskan kuesioner kepada
masyarakat selam tiga minggu, dalam kuesioner tersebut
pemerintah meminta pandangan dari masyarakat terkait dengan
permasalah dan isu strategis yang muncul di Kabupaten Ketapang.
Dari penyebaran kuesioner tersebut terlihat bahwasannya terdapat
dua permasalahan yang sangat menjadi perhatian masyarakat,
permasalahan pertama adalah mengenai kestabilan harga bahan
pokok. Dalam hal ini terdapat Kekhawatiran terhadap kelangkaan
bahan pokok, Kebutuhan masyarakat atas distribusi yang merata
agar harga bahan pokok yang didapatkan masyarakat bisa stabil,
dan Perlunya standarisasi harga pasar untuk menghindari
fluktuasi.
Permasalahan kedua yang muncul dari hasil kuesioner
adalah Kondisi Infrastukur. Dalam hal ini terdapat permintaan
untuk peningkatan infrastruktur jalan, terutama jalan penghubung
antar desa, yang menunjukkan kebutuhan akan konektivitas yang
lebih baik di area pedesaan, Masyarakat meminta perhatian pada
jalan yang menuju ke desa-desa dan perbaikan jalan yang
berlubang, menunjukkan bahwa kondisi jalan saat ini mungkin
kurang memadai,
Dalam penentuan isu strategis berlandasan pada
permasalahan yang terjadi serta beberapa pilar yang meliputi
dimensi lingkungan, sosial, ekonomi, dan hukum tata Kelola,
Berikut adalah isu strategis yang ada di Kabupaten Ketapang yaitu:
1. Pengentasan Kemiskinan
Pengentasan kemiskinan menjadi salah satu isu strategis yang
harus difokuskan di Kabupaten Ketapang, Program‐program
pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu
memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan
502
kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang
dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. kemiskinan merupakan persoalan yang sangat
kompleks dan kronis. Karena sangat kompleks dan kronis,
maka cara penanggulangan kemiskinan pun mem‐ butuhkan
analisis yang tepat, melibatkan semua komponen
permasalahan, dan diper‐ lukan strategi penanganan yang
tepat, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer. Sejumlah
variabel dapat dipakai untuk mela‐ cak persoalan kemiskinan,
dan dari variabel ini dihasilkan serangkaian strategi dan kebi‐
jakan penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran dan
berkesinambungan.
Indikator kemiskinan yang dikeluarkan oleh BAPPENAS
mempunyai makna yang relatif luas, yaitu dari berbagai sisi
kebutuhan kehidupan, antara lain adalah; (1) terbatasnya
kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan
rendahnya mutu layanan kesehatan; (3) terbatasnya akses dan
rendahnya mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya
kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan
terhadap aset usaha, dan perbedaan upah; (6) terbatasnya
akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terba‐ tasnya akses
terhadap air bersih; (8) lemah‐ nya kepastian kepemilikan dan
penguasaan tanah; (9) memburuknya kondisi lingkungan
hidup dan sumberdaya alam, serta terbatas‐ nya akses
masyarakat terhadap sumber daya alam; (10) lemahnya
jaminan rasa aman; (11) lemahnya partisipasi; (12) besarnya
beban kependudukan yang disebabkan oleh besar‐ nya
tanggungan keluarga; (13) tata kelola pemerintahan yang
buruk yang menyebab‐ kan inefisiensi dan inefektivitas dalam
pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan
sosial terhadap masyarakat. Dari angka kemiskinan yang ada
di kabupaten Ketapang lima tahun terakhir, capaian
503
Kabupaten Ketapang bisa dikatakan baik karena terdapat tren
penurunan angka kemiskinan setiap tahunnya. Maka dari itu
pengentasan kemiskinan harus menjadi isu yang diangkat oleh
Pemerintah kabupaten Ketapang.
2. Pelayanan Sosial Tepat Sasaran;
kesejahteraan sosial dimanfaatkan untuk meningkatkan
sebuah kualitas hidup melalui sebuah pengelolaan masalah
sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
sehingga masyarakat terdorong dan bisa mencapai kea rah
kehidupan yang lebih baik lagi. Pelayanan sosial merupakan
suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk membantu
individu, kelompok, ataupun kesatuan masyarakat agar
mereka mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,
sehingga mereka dapat berkembang dan mereka bisa
mendapatkan sebuah perlindungan. Selain itu dengan adanya
pelayanan sosial masyarakat bisa mendapatkan akses,
informasi dan nasihat yang pada akhirnya mereka diharapkan
dapat memecahkan permasalahan yang ada melalui
tindakantindakan kerjasama ataupun melalui pemanfaatan
sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk memperbaiki
kondisi kehidupannya. Pelayanan sosial seringkali tidak tepat
sasaran, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) harus
menjadi dasar acuan dalam melaksanakan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
3. Kualitas serta Aksesibilitas Pendidikan dan kesehatan;
Salah satu dampak utama dari permasalahan pendidikan
adalah rendahnya kualitas pendidikan. Banyak sekolah di
daerah terpencil atau wilayah miskin yang kurang
mendapatkan sumber daya dan fasilitas yang memadai.
Kurangnya guru yang berkualitas dan kurikulum yang kurang
memadai juga menjadi faktor penyebab rendahnya kualitas
pendidikan. Pendidikan dan Kesehatan memiliki peran yang
504
vital dalam membangun masyarakat yang berkelanjutan.
Dengan memberikan akses pendidikan yang merata dan
kualitas pelayanan kesehatan yang memadai, masyarakat
dapat memiliki kemampuan untuk meningkatkan pendapatan,
meningkatkan kualitas hidup, dan menciptakan pola hidup
yang sehat. Pendidikan dapat memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada masyarakat untuk mengatasi perubahan
sosial, ekonomi, dan teknologi yang terjadi serta membawa
perubahan positif dalam kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, kesehatan juga merupakan faktor penting dalam
meningkatkan kualitas hidup. Dengan akses kesehatan yang
baik, masyarakat dapat mencegah penyakit, mengobati
penyakit secara tepat, dan memperoleh perawatan yang
memadai. Kesehatan yang baik juga akan mendukung
produktivitas masyarakat dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan dan kesehatan
merupakan dua aspek yang saling melengkapi dalam upaya
mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
4. Pembangunan Sumber Daya Manusia Unggul dan Berdaya
Saing;
SDM yang unggul, tangguh dan berkualitas baik secara fisik
dan mental akan berdampak positif tidak hanya terhadap
peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, namun juga
dalam mendukung pembangunan nasional. Dalam kaitan ini,
terdapat beberapa hal yang harus menjadi prioritas utama
dalam pembangunan kualitas SDM antara lain, pertama
adalah sistem pendidikan yang baik dan bermutu. Pemerintah
dalam hal ini memiliki peran penting dalam penyelenggaran
sistem pendidikan yang efektif dan efisien, berorientasikan
pada penguasaan iptek, serta merata di seluruh pelosok tanah
air. Kedua adalah penguatan peran agama dalam kehidupan
sosial bermasyarakat dalam rangka memperkokoh jati diri dan
505
kepribadian bangsa (character building). Ketiga adalah
peningkatan kapasitas SDM melalui berbagai diklat,
kompetensi, pembinaan dan lain-lain.
Tenaga kerja profesional dan terampil sesuai
tuntutan/kebutuhan pasar merupakan faktor keunggulan
suatu bangsa dalam menghadapi persaingan global.
Pemerintah memegang peranan penting dalam menyiapkan
program-program strategis guna menghasilkan SDM
berkualitas dan siap memasuki pasar kerja. Terakhir, adalah
pembinaan dan pengembangan masyarakat terutama generasi
muda. Sebagai penopang utama dalam roda pembangunan,
pemberdayaan generasi muda diharapkan dapat menciptakan
generasi yang kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi.
Karakteristik generasi muda seperti inilah yang diharapkan
mampu berkonstribusi dan memenangkan persaingan global.
Sinergi kebijakan antar pemangku kepentingan pada sektor
terkait dan lintas sektor juga mutlak diperlukan guna
menyatukan sumber daya dan potensi yang ada bagi
percepatan pembangunan SDM Indonesia.
5. Pemerataan Ekonomi Berbasis Potensi Unggulan Daerah;
Kebijakan Pemerataan Ekonomi (KPE) yang bertumpu pada 3
pilar yaitu lahan, kesempatan dan peningkatan kapasitas
sumber daya manusia (SDM). Dari ketiga pilar utama tersebut,
terdapat 10 bidang yang dinilai menjadi sumber ketimpangan
di masyarakat. Pilar pertama berdasarkan lahan akan
mencakup reforma agraria dan perhutanan social, pertanian
dalam kaitannya dengan isu petani tanpa lahan, perkebunan
terkait dengan rendahnya produktivitas dan nilai tambah
komoditas, perumahan yang terjangkau bagi masyarakat
miskin perkotaan, dan nelayan serta petani budidaya rumput
laut.
506
Sementara pilar kedua berdasarkan kesempatan akan
menyasar permasalahan sistem pajak, manufaktur dan
informasi teknologi, perkembangan pasar ritel dan pasar
tradisional, serta pembiayaan dengan dana pemerintah.
Terakhir atau pilar ketiga yakni peningkatan kapasitas sumber
daya manusia, ditargetkan untuk menyelesaikan isu
vokasional, kewirausahaan dan pasar tenaga kerja. Kebijakan
ini untuk memastikan pertumbuhan ekonomi berkualitas yang
juga mampu mengurangi ketimpangan di masyarakat.
Pemerataan ekonomi di Kabupaten Ketapang harus didorong
melalui potensi unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten
Ketapang, hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan
pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Ketapang.
6. Pemerataan Sarana dan Prasarana Infrastruktur dasar;
Infrastruktur kembali menjadi prioritas dalam kerangka
pembangunan nasional. Pembangunan infrastruktur tersebut
dalam rangka mendukung agenda prioritas kedaulatan
pangan, kedaulatan energi, kemaritiman, pariwisata, dan
industri. Urgensi pembangunan infrastruktur ini adalah dalam
rangka meningakatkan laju pertumbuhan ekonomi menuju
pembangunan nasional. Infrastruktur berperan penting
sebagai penunjang pembangunan karena ia mempunyai peran
vital dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti
pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, kesehatan
dan lain-lain. Dengan demikian, dapat dikatakan infrastruktur
adalah modal esensial masyarakat yang memegang peranan
penting dalam mendukung ekonomi, sosial-budaya, dan
kesatuan dan persatuan yang mengikat dan menghubungkan
antar daerah.
Dalam sudut pandang ekonomi kontribusi infrastruktur dalam
pembangunan adalah untuk mengatasi masalah-masalah
507
pembangunan yang meliputi kesenjangan, pengangguran, dan
kemiskinan. Infrastruktur sebagai sarana pra sarana yang
mempermudah aksesibilitas dari satu tempat ke tempat lain,
akan memberikan kemudahan dalam distribusi pembangunan
fasilitas-fasilitas lainnya. Sehingga, pemerataan pembangunan
dalam hal apapun menjadi lebih mudah. Hal ini memiliki efek
domino dan multiplier bagi penyelesaian masalah
pengangguran dan kemiskinan. Ketika akses mudah, insentif
untuk membangun usaha meningkat karena kemungkinan
untuk sukses lebih besar. Adanya usaha-usaha baru
menciptakan lapangan pekerjaan sehingga pengangguran
terkurangi. Terakhir, ketika kesenjangan dan pengangguran
teratasi, maka kemiskinan dapat berangsur menurun.
Salah satu fokus utama pembangunan dan pemerataan sarana
prasarana infrastruktur dasar di Kabupaten Ketapang adalah
dilaksanakanannya perbaikan jalan menuju kabupaten lain
dan Provinsi tetangga, kemudian pembangunan dan perbaikan
bandara sebagai salah satu akses utaa di Kabupaten Ketapang
dan perbaikan serta peningkatan kualitas pembangunan
pelabuhan di Kabupaten Ketapang. Selain itu, pencanangan
daerah otonomi baru di Kabupaten Ketapang dilakukan dalam
rangka memberikan pelayanan yang lebih maksimal kepada
masyarakat.
7. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
Kualitas lingkungan hidup merupakan salah satu isu yang
sering diperbincangkan ditengah meningkatnya tekanan yang
berpotensi mengubah kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan
di Kabupaten Ketapang dengan jumlah penduduk yang
semakin meningkat diiringi dengan peningkatan pertumbuhan
kawasan perumahan dan pemukiman, serta industri dan
perdagangan dengan konsekuensi peningkatan peralihan
fungsi lahan dan timbulnya pencemaran dan kerusakan
508
lingkungan hidup. Dalam perdebatan akan kualitas
lingkungan hidup harus disertai data-data yang menyatakan
apakah kualitas lingkungan hidup berada dalam kategori baik,
sedang, atau buruk. Untuk itu perlu dilaukan pemantauan dan
pelaporan kualitas lingkungan hidup yang konsisten oleh
semua pemangku kepentingan dengan mengukur kualitas
lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia mengambil kebijakan bahwa setiap daerah, baik
provinsi maupun kabupaten/kota, untuk dapat menyusun
laporan IKLH dengan maksud memberikan gambaran kepada
masyarakat untuk memahami kualitas lingkungan. Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) telah diperkenalkan sejak
tahun 2009. Konsep ini merupakan konsep Environmental
Performance Index (EPI), yang kriterianya meliputi kualitas air
sungai, kualitas udara, dan kualitas tutupan lahan. Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup ini juga berfungsi sebagai
informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan di
tingkat pusat maupun daerah yang berkaitan dengan bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang
pencapaian target kinerja program Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh
Pemerintah, serta instrument indikator keberhasilan
pemerintah dalam mengendalikan pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup.
8. Peningkatan Kesiapsiagaan Bencana dan Perubahan Iklim
Kabupaten Ketapang sebagai salah satu kabupaten terluas di
Povinsi Kalimantan Barat memiliki tingkat kerawanan bencana
yang cukup tinggi khususnya banjir dan kebakaran hutan.
Bencana sendiri adalah rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
509
yang disebabkan oleh faktor alam dan non alam atau faktor
manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis (UU Nomor 24 Tahun 2007). Sayangnya, belum
banyak perhatian yang diberikan pemerintah untuk fokus
pada upaya mitigasi dan kesiapsiagaan bencana bagi
masyarakat yang tinggal di pulau terluar. Padahal penanganan
mitigasi sejak dini merupakan salah satu langkah
pengurangan risiko bencana.
Keterbatasan pengetahuan masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana menjadi salah satu indikator rendahnya kapasitas.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, kesiapsiagaan adalah serangkaian
tindakan, persiapan, dan kegiatan yang dilakukan oleh
individu dan kelompok masyarakat dengan tujuan
mengantisipasi atau menghadapi setiap ancaman bencana
yang berpotensi mengganggu kelangsungan hidup manusia
secara terencana. upaya pengorganisasian. , efektif, dan efisien
(UU Nomor 24 Tahun 2007). Kesiapsiagaan merupakan upaya
atau cara pengendalian bencana sebagai upaya mengantisipasi
atau mengurangi dampak risiko bencana dengan
meningkatkan kapasitas melalui pengetahuan dan sikap
tanggap bencana. Peningkatan kapasitas masyarakat melalui
pendidikan untuk membangun kesadaran bencana berbasis
masyarakat sangat penting, karena dengan keterlibatan
masyarakat dalam menganalisis risiko, bahaya, dan
kerentanan di sekitarnya, dapat meningkatkan kesadaran
yang mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat.
9. Peningkatan Kualitas Birokrasi dan Pelayanan Publik yang
Profesional.
Sektor pelayanan publik nampaknya masih sangat lekat
dengan berbagai konotasi negatif, salah satunya adalah terkait
510
dengan pemberian layanan yang belum dengan cepat
dilakukan. Kinerja birokrasi yang lamban, bertele-tele dan
serba terbatas kerap pula diasosiasikan dengan salah satu
bentuk patologi birokrasi yaitu red tape.Senyatanya kondisi
yang demikian serta penanggulangannya tidak hanya menjadi
perhatian di Indonesia, pada beberapa negara diketahui juga
terjadi hal serupa. Amerika misalnya, instansi-instansi
pemerintah kerap melakukan penundaan dalam pelaksanaan
tugasnya karena berbagai sebab, oleh karenanya pembatasan
waktu terhadap hal tersebut dilakukan baik melalui rumusan
peraturan perundang-undangan maupun putusan lembaga
peradilan. Ketepatan waktu dalam pemberian pelayanan
publik merupakan salah satu asas dalam penyelenggaraan
pelayanan publik, sehingga harus senantiasa dipatuhi dan
diimplementasikan oleh setiap penyelenggara pelayanan
publik. Praktik ini kiranya dapat menjadi bukti bahwa
penanggulangan terhadap patologi birokrasi atau
Maladministrasi berupa penundaan pemberian layanan publik
adalah nyata adanya. Sehingga hal ini diharapkan dapat
memicu adanya perbaikan pemberian layanan publik secara
lebih masif dan meluas untuk menghindari ketidakpuasan
masyarakat terhadap kinerja birokrasi pelayanan publik. Salah
satu upaya yang kemudian dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Ketapang adalah dengan merencanakan dan
mempersiapkan pengembangan daerah otonomi baru, hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan publik yang
cepat dan tepat kepada masyarakat tanpa adanya hambatan
berkaitan dengan jauhnya akses masyarakat terhadap pusat
pelayanan pemerintah, seperti yang terjadi sekarang ini.
511
512
BAB IV
VISI DAN MISI DAERAH
513
dihadapi kabupaten Ketapang. Maka Daerah menetapkan Visi
Pembangunan Daerah Kabupaten Ketapang sebagai Visi Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Ketapang Tahun 2025-204 adalah:
514
No Pokok-Pokok Visi Penjelasan
515
Tabel 5.7 Keterkaitan antara Visi RPJPN, RPJPD Provinsi dan RPJPD Kabupaten Ketapang
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”
Maju Indonesia Kalbar Maju Kalimantan Barat dalam Ketapang Kemajuan suatu daerah
sebagai negara 20 tahun ke depan harus Maju atau masyarakat
maju, berkembang, bergerak diartikan sebagai suatu
ekonominya terus mengikuti kondisi fisik dan non fisik
mencapai posisi perubahan dan dinamika yang unggul dan berdaya
nomor lima global untuk tampil saing, berperadaban,
terbesar dunia, menjadi unggul di profesional serta
berbasiskan berbagai bidang baik berwawasan ke depan
pengetahuan tangible maupun yang luas. Pembangunan
dan inovasi yang intangible yang berbasis diarahkan untuk
berakar pada pengetahuan, teknologi membentuk daerah yang
budaya tinggi dan inovasi. Maju mandiri dengan segenap
Nusantara. secara fisik ditandai potensi sumber daya
516
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”
517
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”
518
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”
Berkelanjutan Sebagai Negara Kalbar Sesuai dengan Undang- Ketapang Visi ini menggambarkan
yang Berkelanjutan Undang Nomor 32 Tahun Berkelanjutan cita-cita terwjudunya
berkomitmen 2009 tentang keseimbangan
untuk terus Perlindungan dan kebutuhan manusia
menerapkan Pengelolaan Lingkungan dengan kelestarian alam,
prinsip Hidup, Pembangunan sehingga seluruh
pembangunan Berkelanjutan adalah kegiatan manusia dalam
berkelanjutan, upaya sadar dan memenuhi kebutuhan
pertumbuhan terencana yang dasar berlangsung tanpa
ekonomi memadukan aspek merusak eksosistem
Indonesia yang lingkungan hidup, sosial, lingkungan.
tinggi seimbang dan ekonomi ke dalam Keseimbangan ekosistem
dengan strategi pembangunan mencakup keberlanjutan
pembangunan untuk menjamin sumber daya
sosial, keutuhan lingkungan keanekaragaman hayati,
519
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”
520
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”
economy), kualitas
sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang
baik, kualitas kehidupan
masyarakat yang baik,
ditandai dengan
pemerataan
kesejahteraan
masyarakat, lingkungan
yang bebas polusi baik
udara, tanah, dan air.
Kalimantan Barat yang
berkelanjutan juga
memiliki kemampuan
untuk menghadapi dan
521
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”
beradaptasi terhadap
berbagai krisis, baik
krisis ekonomi, pangan,
sosial, energi, air, udara,
dan lainnya.
Kalbar Sejahtera Ketapang Kemandirian adalah
Sejahtera menggambarkan sebuah Mandiri kemerdekaan, yaitu hak
kondisi kehidupan setiap
masyarakat yang ideal. individual/masyarakat
Dimana kesejahteraan untuk menentukan
merupakan kondisi nasibnya sendiri dan
individu yang merasa menentukan apa yang
sejahtera dengan makna terbaik bagi daerahnya.
aman sentosa dan Kemandirian Kabupaten
makmur. Keadaan ini Ketapang tercermin
522
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”
523
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”
524
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”
525
4.1.1 Sasaran Visi
Tabel 5.8 Sasaran Visi Kabupaten Ketapang Tahun 2025-2045
Baseline Sasaran
No Sasaran Visi
2025 2045
1 Peningkatan Pendapatan Per Kapita
a. PDRB per Kapita
69 149
(Rp Juta)
b. Kontribusi PDRB Pertanian, Kehutanan, dan
23,48 24,28
Perikanan (%)
C. Kontribusi PDRB Industri Pengolahan (%) 15,8 21,17
2 Pengentasan Kemiskinan dan Ketimpangan
a. Tingkat kemiskinan (%) 8,77 2,77
b. Rasio Gini (Indeks) 0,23 0,03
3 Meningkatnya Daya Saing Daerah
a. Indeks Daya Saing Daerah 2,5 4,1
4 Peningkatan daya saing Sumber daya manusia
a. Indeks Pembangunan Manusia 69,61 (2023) 80
5 Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
a. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 68,59 76,12
Sumber: Diolah oleh penulis, 2024
526
tersebut, Misi disusun berdasarkan visi yang telah dirumuskan,
karena misi merupakan penjabaran secara operasional dalam
rangka perwujudan Visi. Misi untuk Dokumen RPPJD (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah) Kabupaten Ketapang Tahun
2025-2045 adalah sebagai berikut:
527
ketidakpastian dan perubahan sehingga tujuan yang hendak
dicapai dapat terwujud secara efektif dan efisien
528
lingkungan hidup. Lingkungan berkelanjutan dapat diartikan
segala sesuatu yang berada di sekeliling makhluk hidup yang
mempengaruhi kehidupannya dengan kondisi yang terus terjaga
kelestariannya secara alami maupun dengan sentuhan tangan
manusia tanpa batasan waktu. Dalam konteks ini, misi ini
bertujuan untuk melakukan berbagai tindakan yang akan
membawa perbaikan dalam pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian lingkungan hidup dengan fokus pada berkelanjutan.
529
Peningkatan produktivitas dalam mengelola potensi daerah ini
dapat dicapai dengan memperkuat sektor-sektor ekonomi yang
telah ada, mendukung pertumbuhan bisnis, dan meningkatkan
efisiensi dalam proses produksi. Langkah-langkah ini melibatkan
investasi dalam infrastruktur, dukungan keuangan, dan
pengembangan sumber daya manusia.
530
Selain itu, aspek merata juga menjadi fokus dalam misi ini.
Pembangunan yang merata adalah pembangunan yang mencakup
keseluruhan daerah dan saat semua orang mendapatkan hal-hal
yang dibutuhkannya sesuai dengan tingkat kebutuhan individu
masing-masing. Selain itu misi ini menekankan bahwa
pembangunan infrastruktur juga dibangun dalam rangka
mendukung mobilisasi dan meningkatkan perekonomian
Kabupaten yang akan memberikan pengaruh pada kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Ketapang.
531
Tabel 5.9 Keterkaitan Pokok-Pokok Visi terhadap Misi RPJPD
Pokok-Pokok
No Penjelasan MISI
Visi
Kemajuan suatu daerah
atau masyarakat diartikan
sebagai suatu kondisi fisik
dan non fisik yang unggul
dan berdaya saing,
berperadaban, profesional
serta berwawasan ke depan
yang luas. Pembangunan
diarahkan untuk
membentuk daerah yang 1. Mewujudkan
mandiri dengan segenap Sumber Daya
potensi sumber daya Manusia yang
manusia, sumber daya unggul dan
alam, dan sumber daya berdaya saing
buatan, namun tetap 2. Meningkatkan
mengedepankan pentingnya infrastruktur publik
1 Maju kerjasama yang sinergis dan yang inklusif,
kearifan dalam pengelolaan merata dan
dan pemanfaatan berkualitas
lingkungan hidup dan 3. Meningkatkan
ruang. Daerah dan Ketentraman,
masyarakat Kabupaten ketertiban dan
Ketapang yang lebih maju Ketahanan Sosial
akan dicapai melalui budaya Masyarakat
berbagai upaya yang
difokuskan pada (1)
Peningkatan pembangunan
prasarana dan sarana
daerah, dan (2)
Pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya
alam berbasis kelestarian
lingkungan hidup.
Kemandirian adalah Meningkatkan
kemerdekaan, yaitu hak kemandirian ekonomi
setiap yang berdaya saing
individual/masyarakat berbasis potensi
untuk menentukan unggulan daerah
nasibnya sendiri dan
menentukan apa yang
terbaik bagi daerahnya.
Kemandirian Kabupaten
Ketapang tercermin antara
2 Mandiri
lain pada: Ketersediaan
sumberdaya manusia
berkualitas yang mampu
memenuhi tuntutan
kebutuhan dan kemajuan
pembangunannya;
Kemandirian aparatur
pemerintah dan aparatur
penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya;
532
Pokok-Pokok
No Penjelasan MISI
Visi
Kemampuan pembiayaan
yang bersumber dari daerah
yang makin kokoh sehingga
ketergantungan sumber dari
luar daerah menjadi kecil;
Kemampuan memenuhi
sendiri kebutuhan pokok.
Visi ini menekankan pada
semangat budaya kerja
yang, progresif dan berfokus
pada peningkatan kualitas,
efisiensi, serta pencapaian
tujuan bersama sehingga
tidak membuat
ketergantungan dan
kerawanan serta
mempunyai daya tahan
tinggi terhadap
perkembangan dan gejolak
ekonomi.
Konsep sejahtera
menunjukkan kondisi
kemakmuran masyarakat
Kabupaten Ketapang, yaitu
masyarakat yang terpenuhi
kebutuhan ekonomi
(materiil) maupun sosial
(spirituil) secara adil dan
merata. yaitu masyarakat
yang terpenuhi kebutuhan
pangan, sandang dan
Meningkatkan
papan, terjamin kesehatan
kemandirian ekonomi
jasmani-rohani, dan
3 Sejahtera yang berdaya saing
masyarakat yang cerdas.
berbasis potensi
Daerah dan masyarakat
unggulan daerah
Kabupaten Ketapang yang
lebih sejahtera akan dicapai
melalui berbagai upaya yang
difokuskan pada (1)
Peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan
kehidupan beragama, dan
(2) Pembangunan
perekonomian daerah
berbasis potensi lokal yang
berdaya saing.
Visi ini menggambarkan
cita-cita terwjudunya
Mewujudkan pengelolaan
keseimbangan kebutuhan
Sumber Daya Alam dan
manusia dengan kelestarian
pelestarian lingkungan
4 Berkelanjutan alam, sehingga seluruh
hidup yang berkelanjutan
kegiatan manusia dalam
serta ketahanan bencana
memenuhi kebutuhan dasar
dan perubahan iklim
berlangsung tanpa merusak
eksosistem lingkungan.
533
Pokok-Pokok
No Penjelasan MISI
Visi
Keseimbangan ekosistem
mencakup keberlanjutan
sumber daya
keanekaragaman hayati,
dan kualitas lingkungan
dengan menciptakan
masyarakat yang hidup
berdampingan dengan alam
secara harmonis
Sumber: Diolah oleh penulis, 2023
534
Tabel 5.10 Keterkaitan antara Misi RPJPN, RPJPD Provinsi dan
RPJPD Kabupaten Ketapang
MISI
VISI RPJPN VISI RPJPD Provinsi Kalimantan VISI RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Barat “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri, Dan
Nusantara “Kalimantan Barat Maju, Berkelanjutan”
Berdaulat, Maju, Sejahtera, Dan Berkelanjutan”
Berkelanjutan”
Daya Meningkatkan daya
Literasi literasi daerah melalui
pemerataan fasilitas
pendidikan, kurikulum
pendidikan yang
Mewujudkan Sumber Daya
menekankan pada
Manusia yang unggul dan
pentingnya membaca,
berdaya saing
menulis, dan
berbicara. Mendorong
budaya membaca
melalui kebiasaan
membaca yang
dibangun sejak dini
Daya Mewujudkan daya
Saing saing daerah dan
ekonomi melalui
pembangunan dan
pemerataan
infrastruktur untuk
mendukung
konektivitas antar
Wilayah Kalimantan
dan perbatasan negara, Meningkatkan kemandirian
hilirisasi dan ekonomi yang berdaya saing
industrialisasi sektor berbasis potensi unggulan
unggulan (perkebunan daerah
dan pertanian),
mendorong
perkebunan, pertanian
dan perikanan endemik
yang memberi nilai
tambah yang
dikatalisasi pasar
elektronik (e-
commerce).
Daya Memperkuat daya Mewujudkan pengelolaan
Tahan tahan dan mitigas Sumber Daya Alam dan
Kalimantan Barat agar pelestarian lingkungan
dapat tangguh dan hidup yang berkelanjutan
adaptif terhadap serta ketahanan bencana
perubahan iklim, krisis dan perubahan iklim
air bersih, krisis
pangan, krisis energi,
krisis multidimensi,
perubahan geopolitik,
globalisasi multipolar,
535
MISI
VISI RPJPN VISI RPJPD Provinsi Kalimantan VISI RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Barat “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri, Dan
Nusantara “Kalimantan Barat Maju, Berkelanjutan”
Berdaulat, Maju, Sejahtera, Dan Berkelanjutan”
Berkelanjutan”
serta menjaga
kondusifitas sosial-
politik di dalam daerah.
Meningkatkan
ketersediaan, sebaran,
dan akses sumber
energi listrik, air, dan
sumber terbarukan
lainnya yang ramah
lingkungan bagi
konsumsi masyarakat
dan industri.
Daya Mendorong daya Meningkatkan kemandirian
Usaha & cipta/usaha dalam ekonomi yang berdaya saing
Ungkit rangka memperluas berbasis potensi unggulan
lapangan usaha dan daerah
kesempatan kerja di
berbagai bidang,
kemudahan berusaha,
meningkatkan
kapabilitas dan
skalabilitas UMKM dan
koperasi yang berbasis
teknologi, inovasi dan
digitalisasi serta
penerapan teknologi
tepat guna untuk
pemerataan
pendapatan dan
pemberantasan
kemiskinan. Daya
Ungkit dapat diartikan
sebagai kemampuan
untuk memperoleh
hasil yang lebih besar
melalui penggunaan
sumber daya atau
faktor lainnya yang
lebih besar daripada
sumber daya yang
tersedia secara
langsung
Daya Meningkatkan daya Meningkatkan infrastruktur
Dukung & dukung dan daya publik yang inklusif, merata
Tampung tampung lingkungan dan berkualitas
dalam perencanaan
tata ruang wilayah yang
mencakup ruang
udara, ruang darat,
536
MISI
VISI RPJPN VISI RPJPD Provinsi Kalimantan VISI RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Barat “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri, Dan
Nusantara “Kalimantan Barat Maju, Berkelanjutan”
Berdaulat, Maju, Sejahtera, Dan Berkelanjutan”
Berkelanjutan”
ruang laut, dan ruang Mewujudkan pengelolaan
dalam bumi terintegrasi Sumber Daya Alam dan
agar pemanfaatan pelestarian lingkungan
sumber daya tidak hidup yang berkelanjutan
melebihi kapasitas serta ketahanan bencana
ruang. Memastikan dan perubahan iklim
Kinerja Jasa Layanan
Ekosistem berjalan
dengan baik, serta
Efisiensi Pemanfaatan
SDA yang
berkelanjutan.
Daya Tarik Meningkatkan daya Meningkatkan kemandirian
& Dorong tarik investasi di ekonomi yang berdaya saing
Kalimantan Barat berbasis potensi unggulan
melalui kemudahan daerah
berinvestasi Kalbar
yang didukung SDA,
SDM, dan Sumber Daya
Buatan unggulan.
Meningkatkan daya
tarik wisata dengan
memaksimalkan
potensi yang ada,
menciptakan destinasi
wisata baru,
mengintensifkan
pemasaran wisata yang
berbasis kearifan lokal,
karakteristik wilayah
dan wisata minat
khusus. Gubernur
sebagai Wakil
Pemerintah Pusat perlu
mendorong Pembinaan
dan Pengawasan
(Binwas) kepada 14
Kabupaten/Kota untuk
meningkatkan kinerja
pelaksanaan
pembangunan
Daya Guna Meningkatkan Terwujudnya tata kelola
pembangunan SDM pemerintahan yang
prima dan profesional professional, agile dan
yang berkepribadian dinamis berbasis teknologi
matang, tata kelola informasi
pemerintah agile,
ramping, adaptif dan
bebas KNN. Mendorong
537
MISI
VISI RPJPN VISI RPJPD Provinsi Kalimantan VISI RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Barat “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri, Dan
Nusantara “Kalimantan Barat Maju, Berkelanjutan”
Berdaulat, Maju, Sejahtera, Dan Berkelanjutan”
Berkelanjutan”
pembangunan daerah
partisipatif mulai dari
perencanaan sampai
evaluasi hasil
pelaksanaan
pembangunan yang
melibatkan unsur
pemerintah, bisnis,
akademisi, NGO dan
komunitas maupun
media
Daya Meningkatkan Daya Mewujudkan Sumber Daya
Kreasi Kreasi dengan Manusia yang unggul dan
memberikan ruang dan berdaya saing
memfasilitasi anak
bangsa untuk
menghasilkan karya
baru, pembaharuan
karya lama, maupun
penggabungan berbagai
karya agar bernilai
ekonomis namun tetap
menjaga nilai dan
karakteristik budaya.
Sumber: Diolah oleh penulis, 2023
538
539
BAB V
ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN POKOK
540
Tabel 5.11 Arah Kebijakan dan Sasaran Pokok
Arah Kebijakan
Visi Misi
2025-2029 2030-2034 2035-2039 2040-2045
Meningkatkan tata kelola
Tata kelola
pemerintahan yang Peningkatan
Penguatan tata kelola Optimalisasi Tata Pemerintahan yang
akuntabel, professional, kualitas tata kelola
pemerintahan Kelola Pemerintahan akuntabel dan
dan dinamis berbasis pemerintahan
profesional
teknologi informasi
Peningkatan
Peningkatan
pemerataan
Mewujudkan Sumber Aksesibilitas Masyarakat Penguatan Daya Masyarakat Ketapang
Kualitas
Daya Manusia yang terhadap Pendidikan, Saing Sumber Daya yang unggul dan berdaya
KABUPATEN Pendidikan,
unggul dan berdaya saing Kesehatan, dan Manusia saing
KETAPANG Kesehatan, dan
Perlindungan Sosial
MAJU, perlindungan sosial
MANDIRI,DAN Meningkatkan Optimalisasi
Peningkatan Pemerataan Pengelolaan
BERKELANJUTAN infrastruktur publik yang dan kualitas
Pemerataan dan
Infrastruktur dasar
Infrastruktur dasar yang
inklusif, merata dan kualitas inklusif dan berkualitas
Infrastruktur dasar yang berkelanjutan
berkualitas Infrastruktur dasar
541
Arah Kebijakan
Visi Misi
2025-2029 2030-2034 2035-2039 2040-2045
Optimalisasi
Mewujudkan pengelolaan Peningkatan
Pemenuhan dan pengelolaan SDA dan
Sumber Daya Alam dan pengelolaan SDA
pemerataan pelestarian Lingkungan Hidup yang
pelestarian lingkungan dan pelestarian
Infrastruktur Penunjang Lingkungan Hidup berkualitas dan daerah
hidup yang berkelanjutan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup dan serta peningkatan tangguh bencana
serta ketahanan bencana serta kesiagaan
Kebencanaan kapasitas bencana
dan perubahan iklim terhadap bencana
daerah
Peningkatan
Meningkatkan Penguatan
ketahanan sosial Optimalisasi sosial
Ketentraman, ketentraman, Kabupaten Ketapang
budaya budaya masyarakat
ketertiban dan ketertiban, dan sosial yang tentram dan
Masyarakat Kabupaten
Ketahanan Sosial budaya masyarakat berbudaya
kabupaten Ketapang
budaya Masyarakat kabupaten Ketapang
Ketapang
542
5.2 Sasaran Pokok
Perencanaan strategi tidak hanya mengagendakan aktivitas
pembangunan, tetapi juga segala program yang mendukung dan
menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan
baik, termasuk di dalamnya upaya memperbaiki kinerja dan
kapasitas birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi
informasi. Capaian pembangunan yang sudah dilakukan oleh
Kabupaten Ketapang harus dipertahankan dan ditingkatkan
melalui adaptasi terhadap perkembangan internal meupun
eksternal Kabupaten Ketapang. Di samping itu, lingkungan internal
juga menjadi hal penting karena di dalamnya berisi sumber daya
yang dimiliki sehingga visi dan misi yang dirumuskan harus
berdasarkan kondisi riil. Sasaran dan arah kebijakan menjadi
acuan bagi Pemerintah Daerah agar lebih terarah dalam
menetapkan dan mencapai tujuan pembangunan jangka panjang
daerah. Dengan penetapan sasaran dan arah kebijakan ini, dapat
ditentukan tahapan dan prioritas pembangunan lima tahunan
selama 20 (dua puluh) untuk mencapai sasaran pokok RPJPD
secara bertahap.
Sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah adalah
penjabaran visi dan misi pada akhir periode ke-20 (dua puluh).
Sasaran menggambarkan pencapaian pembangunan sebagai upaya
perwujudan visi daerah serta merupakan perwujudan dari arah
kebijakan. Sasaran pembangunan Kabupaten Ketapang 2025-2045,
dijelaskan dalam rangkaian misi yang mengarah pada kondisi yang
diharapkan pada akhir tahun perencanaan. Berikut fokus
pembangunan yang digunakan sebagai merefleksikan kedalam
perencanaan jangka panjang sebagai berikut:
543
Tabel 5.2 Arah Kebijakan dan Sasaran Pokok
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
Meningkat
Usia
nya
Kesehatan Harapan
Derajat
untuk Hidup/Angk 73 74,5 76 77,5 79
Kesehatan
Semua a Harapan
Masyaraka
Hidup
t
Angka
Kematian
Ibu (per
104 103 102 101 99
100.000
kelahiran
hidup)
Target Target Target Target Target
akan akan akan akan akan
Angka
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Kematian
an an an an an
Bayi
kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
an an an an an
Prevalensi
Target Target Target Target Target
Stunting
akan akan akan akan akan
(pendek dan
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
sangat
an an an an an
pendek)
kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
pada balita
an an an an an
(%)
Meningkat Target Target Target Target Target
Indeks
nya akan akan akan akan akan
Pendidikan Pembanguna
Kualitas ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Berkualitas n Literasi
Pendidikan an an an an an
dan Merata Masyarakat
Masyaraka kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
(IPLM)
t an an an an an
Rata-rata
lama 7,78 8,28 8,78 9,28 9,78
sekolah
Harapan
Lama 12,31 12,91 13,51 14,11 14,81
Sekolah
Meningkat
nya Perlindunga
Tingkat
Kesejahter n Sosial
Kemiskinan 8,77 7,27 5,77 4,27 2,77
aan Sosial yang
(%)
Masyaraka Adaptif
t
Cakupan
Target Target Target Target Target
kepesertaan
akan akan akan akan akan
Jaminan
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
sosial
an an an an an
ketenagakerj
544
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
aan kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
Kabupaten an an an an an
(%)
Meningkat
kan
Produktivit
as
Perekonom Iptek,
ian Inovasi, dan
Masyaraka Produktivita
t yang s Ekonomi
berdaya
saing dan
berkelanju
tan
Target Target Target Target Target
Rasio PDRB
akan akan akan akan akan
Penyediaan
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Akomodasi
an an an an an
Makan dan
kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
Minum (%)
an an an an an
Persentase
Peningkatan
Kunjungan
26000 36000 46000 56000 66000
Wisatawan
(Jumlah
Wisatawan)
Kontribusi
PDRB
Pertanian,
Kehutanan, 23,48 23,68 23,88 24,08 24,28
dan
Perikanan
(%)
Target Target Target Target Target
Proporsi akan akan akan akan akan
PDRB ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Ekonomi an an an an an
Kreatif (%) kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
an an an an an
Persentase
Usaha Mikro 12 14 16 18 20
Naik Kelas
Target Target Target Target Target
akan akan akan akan akan
Persentase
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Koperasi
an an an an an
Sehat
kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
an an an an an
545
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
6,00-
TPT 5,2-5,38 4,4-4,53 3,6-3,68 2,8-2,83
6,23
TPAK 70 75 80 85 90
Perkotaan
dan
Perdesaan
Indeks Desa
sebagai 0,74 0,79 0,84 0,89 0,94
Membangun
Pusat
Pertumbuh
an Ekonomi
Meningkat
nya
ketahanan
Pola Pangan
dan Kemandiria
Harapan 80 85 90 95 100
diversifikas n Pangan
(PPH)
i Pangan
Masyaraka
t
Indeks
Ketahanan 80,67 82,42 84,17 85,92 87,67
Pangan
Meningkat Regulasi Target Target Target Target Target
nya dan Tata akan akan akan akan akan
Indeks
Kualitas kelola yang ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Reformasi
Tata kelola Berintegrita an an an an an
Hukum
pemerinta s dan kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
han Adaptif an an an an an
Nilai SPBE 2,1 2,61 3,1 3,6 4,3
91,85
88,85 90,35
86,15 87,35 (IKM)
IPP/IKM (Sangat (Sangat
(Baik) (Baik) (Sangat
Baik) Baik)
Baik)
Target Target Target Target Target
Indeks akan akan akan akan akan
Perilaku Anti ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Korupsi an an an an an
(IPAK) kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
an an an an an
Indeks
57 64 71 78 85
Reformasi
(cc) (B) (BB) (BB) (A)
Birokrasi
Tingkat
Maturitas 3 3 4 4 5
SPIP
Indeks
Inovasi 53,72 60,22 66,72 73,22 80
Daerah
Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP
546
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
Nilai SAKIP 64 69 74 79 85
(B) (B) (BB) (BB) (A)
Tindak
Lanjut hasil
100 100 100 100 100
Pemeriksaan
Internal
Tindak
Lanjut hasil
100 100 100 100 100
Pemeriksaan
Eksternal
Hukum
Berkeadilan Target Target Target Target Target
Meningkat
, Keamanan Indeks akan akan akan akan akan
nya
Nasional Kualitas ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Kualitas
Tangguh, Kebijakan an an an an an
Kebijakan
dan (IKK) kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
Publik
Demokrasi an an an an an
Substansial
Indeks
Ketentraman
81 82 83 84 85
dan
Ketertiban
Meningkat
nya
kualitas Target Target Target Target Target
Beragama Indeks
ketahanan akan akan akan akan akan
Maslahat Pembanguna
sosial dan ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
dan n
budaya an an an an an
Berkebuday Kebudayaan
Masyaraka kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
aan Maju (IPK)
t an an an an an
kabupaten
Ketapang
Target Target Target Target Target
Indeks
akan akan akan akan akan
Kerukunan
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Umat
an an an an an
Beragama
kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
(IKUB)
an an an an an
Keluarga Target Target Target Target Target
Berkualitas, Indeks akan akan akan akan akan
Kesetaraan Pembanguna ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Gender, dan n Kualitas an an an an an
Masyarakat Keluarga kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
Inklusif an an an an an
Target Target Target Target Target
Indeks akan akan akan akan akan
Pembanguna ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
n Gender an an an an an
(IPG) kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
an an an an an
547
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
Meningkat
nya Lingkungan
Kualitas Hidup
Lingkunga Berkualitas
n Hidup
Indeks
Kualitas
68,59 70,44 72,3 74,16 76,12
Lingkungan
Hidup
Persentase
Sampah
49% 61% 73% 85% 100%
yang
tertangani
Meningkat Resiliensi
nya terhadap
Indeks
Kapasitas Bencana
Risiko 98 93 88 83 78
Daerah dan
Bencana
terhadap Perubahan
Bencana Iklim
Meningkat Target Target Target Target Target
Meningkatn
nya akan akan akan akan akan
ya Cakupan Kapasitas
Kualitas ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
layanan Air Baku
Infrastrukt an an an an an
irigasi (m3/detik)*
ur Dasar kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
daerah
Daerah an an an an an
Persentase
jaringan
65 75 85 95 100
irigasi dalam
kondisi baik
Persentase
rumah
Meningkatn
tangga
ya
terhadap air
pemerataan 73 78 83 88 93
minum
akses air
perpipaan
minum
dan non
perpipaan
persentase
Rumah
Meningkatn
tangga
ya
dengan
pemerataan
akses
terhadap 66 73,5 81 88,5 96
sanitasi
pemukiman
yang aman
bersanitasi
dan
layak
berkelanjuta
n
Meningkatn Persentase
ya akses rumah layak 84 86,5 89 91,5 94
terhadap huni
548
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
pemukiman
layak huni
Meningkatn Persentase
ya akses Jalan
dan Kabupaten
42 52 62 72 85
kualitas dalam
jaringan Kondisi
Jalan Mantap
Sumber: Diolah Penulis, 2024
549
550
BAB VI
PENUTUP
551
mereka dalam proses pembuatan kebijakan, tetapi juga mengakui
peran kunci masyarakat dalam mengawasi implementasi rencana
jangka panjang. Masyarakat harus memainkan peran aktif dalam
memonitor kemajuan proyek-proyek pembangunan, memberikan
masukan yang konstruktif, dan memastikan bahwa kepentingan
mereka diwakili dengan baik dalam proses pembangunan.
Hasil pembangunan yang dikejar harus merata dan adil bagi semua
warga Kabupaten Ketapang, bukan hanya secara ekonomi tetapi
juga dalam aspek kesejahteraan fisik dan mental. Semangat
demokrasi, keamanan, ketenangan, dan kedamaian menjadi faktor
penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung
pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, seluruh elemen
masyarakat harus bersatu dalam semangat untuk mencapai visi
552
tersebut dan menjadikan Kabupaten Ketapang sebagai tempat di
mana setiap warga dapat menikmati hasil pembangunan yang
memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka.
553
554