Anda di halaman 1dari 558

0

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Landasan Hukum .................................................................... 3
1.3 Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana
Pembangunan Daerah Lainnya ................................................ 9
1.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasioanal Tahun
2025-2045 .................................................................... 10

1.3.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi


Kalimantan Barat ......................................................... 12

1.4 Maksud dan Tujuan ............................................................... 12


1.5 Sistematika Penulisan............................................................ 13
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH .......................... 18
2.1 Aspek Geografi dan Demografi ............................................... 18
2.1.1 Aspek Geografi ............................................................. 18

2.1.2 Aspek Demografi ........................................................ 180

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ........................................ 186


2.2.1 Fokus Kesejahteraan Ekonomi ................................... 186

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial Budaya ........................... 202

2.3 Aspek Daya Saing Daerah.................................................... 215


2.3.1 Fokus Daya Saing Ekonomi Daerah ........................... 216

2.3.2 Fokus Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM) ....... 219

2.3.3 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur ....................... 220

2.3.4 Fokus Iklim Investasi ................................................. 222

2.4 Aspek Pelayanan Umum ...................................................... 225


2.4.1 Urusan Pemerintah Wajib yang Berkaitan dengan
Pelayanan Dasar ......................................................... 225

i
2.4.2 Urusan Pemerintah Wajib yang tidak Berkaitan dengan
Pelayanan Dasar ......................................................... 279

2.4.3 Urusan Pemerintah Pilihan ........................................ 329

2.4.4 Unsur Penunjang Urusan Pemerintah Daerah ............ 352

2.5 Hasil Evaluasi RPJPD Kabupaten Ketapang Tahun 2005-2025


............................................................................................ 371
2.6 Tren Demografi dan Kebutuhan Sarana Prasarana Pelayanan
Publik .................................................................................. 374
2.6.1 Analisis Proyeksi Kependudukan................................ 374

2.6.2 Analisis Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Dasar


377

2.7 Pengembangan Pusat Pertumbuhan Wilayah ....................... 399


2.7.1 Sistem Pusat Permukiman .......................................... 399

2.7.2 Arah Kebijakan Kewilayahan Wilayah Kalimantan ...... 400

2.7.3 Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Ketapang ...... 401

BAB III PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS ..................... 413


3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah .................................. 413
Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan
Pelayanan Dasar ......................................................... 429

Unsur Pendukung Urusan Pemerintahan ............................ 454

Unsur Penunjang Urusan Pemerintah ................................. 457

Unsur Kewilayahan ............................................................. 464

3.2 Isu Strategis Daerah ............................................................ 467


3.2.1 Isu Internasional ........................................................ 467

3.2.2 Isu Nasional................................................................ 475

3.2.3 Isu Regional Provinsi Kalimantan Barat ...................... 488

3.2.4 Isu Kabupaten Ketapang ............................................ 489

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH .............................................. 513

ii
4.1 Visi Kabupaten Ketapang..................................................... 513
4.1.1 Sasaran Visi ............................................................... 526

4.2 Misi Kabupaten Ketapang .................................................... 526


4.2.1 Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel,
professional, dan dinamis berbasis teknologi informasi
527

4.2.2 Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang unggul dan


berdaya saing ............................................................. 528

4.2.3 Meningkatkan infrastruktur publik yang inklusif, merata


dan berkualitas .......................................................... 528

4.2.4 Meningkatkan kemandirian ekonomi yang berdaya saing


berbasis potensi unggulan daerah .............................. 529

4.2.5 Mewujudkan pengelolaan Sumber Daya Alam dan


pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan serta
ketahanan bencana dan perubahan iklim................... 530

4.2.6 Meningkatkan Ketentraman, ketertiban dan Ketahanan


Sosial budaya Masyarakat .......................................... 531

BAB V ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN POKOK .................. 540


5.1 Arah Kebijakan Daerah ........................................................ 540
5.2 Sasaran Pokok ..................................................................... 543
BAB VI PENUTUP...................................................................... 551

iii
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanan pembangunan nasional merupakan langkah yang
dilakukan oleh pemerintah untuk merumuskan strategi, dan
kebijakan dalam rangka mengarahkan perkembangan suatu negara
secara holistik. Menurut Regulasi Undang-undang No. 5 Tahun
2004, mendeskripsikan bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional yang merupakan kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Selanjutnya, dalam
rangka mewujudkan pembangunan daerah untuk meningkatkan
serta pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja,
lapangan berusaha, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
publik dan daya saing daerah, maka Pemerintah Daerah perlu
menyusun suatu dokumen perencanaan pembangunan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) adalah


salah satu dokumen perencanaan pemerintah daerah yang memiliki
jangka panjang atau selama jangka waktu dua puluh tahunan
untuk setiap daerah di Indonesia. Dokumen RPJPD ini kemudian
akan menjadi landasan bagi pemerintah daerah dalam menjalankan
sistem pemerintahan selama dua puluh tahun kedepan. Selain itu,
dokumen ini juga akan dijadikan sebagai dasar acuan dalam
menurunkan dokumen perencanaan jangka menengah atau
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang
berlaku selama lima tahun untuk setiap periodenya. Latar belakang
dibentuknya RPJPD adalah guna menyusun rencana pembangunan
jangka panjang yang berorientasi pada pengembangan daerah yang

1
berkelanjutan. RPJPD menjadi acuan bagi pemerintah daerah
dalam merencanakan pembangunan wilayah yang lebih baik dan
terarah.

Berdasarkan Regulasi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor


86 Tahun 2017 tentang tata cara perencanaan, pengendalian dan
evaluasi pembangunan daerah, tata cara evaluasi rancangan
peraturan daerah tentang rencana pembangunan jangka panjang
daerah dan rencana pembangunan jangka menengah daerah, serta
tata cara perubahan rencana pembangunan jangka panjang daerah,
rencana pembangunan jangka menengah daerah, dan rencana kerja
pemerintah daerah, penyusunan RPJPD terdapat beberapa
tahapan, antara lain persiapan penyusunan, penyusunan
rancangan awal, konsultasi rancangan awal RPJPD, penyusunan
rancangan, pelaksanaan musrenbang, perumusan rancangan
akhir, evaluasi rancangan akhir RPJPD, dan penetapan dokumen
RPJPD. Oleh karena itu, setiap tahapan dalam penyusunan RPJPD
ini perlu diperhatikan oleh Pemerintah Daerah, agar menghasilkan
dokumen perencanaan jangka panjang yang berkualitas,
komprehensif dan selaras antar dokumen perencanaan. Pada Pasal
8 ayat 1 sampai dengan 4, terdapat 4 (empat) cara yang digunakan
dalam penyusunan RPJPD sebagai berikut :

1. Pendekatan politik, yaitu bagaimana menerjemahkan visi dan


misi kepala daerah terpilih ke dalam dokumen perencanaan
pembangunan yang dibahas bersama DPRD. Kepala daerah
menjadi bagian penting dalam proses perencanaan proyek
menurut pendekatan ini. Masyarakat pemilih menentukan
pilihannya berdasarkan rencana pembangunan yang
ditawarkan oleh calon bupati. Rencana Pembangunan
merupakan penjelasan rinci dari Agenda Pembangunan yang
diusulkan oleh Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam
RPJPD;

2
2. Pendekatan teknokratik, yaitu pendekatan yang dilakukan
melalui metode dan kerangka ilmiah sebagai upaya mencapai
tujuan dan sasaran pembangunan daerah;
3. Pendekatan partisipatif, yaitu pendekatan yang dilakukan
melalui peran pemangku kepentingan pembangunan, dengan
tujuan untuk mendapatkan aspirasi, dan menciptakan rasa
memiliki dalam penyusunan RPJPD;
4. Pendekatan atas bawah (top-down) dan bawah atas (bottom-up),
yaitu pendekatan dari hasil perencanaan yang diselaraskan
dalam musyawarah pembangunan yang dilakukan pada tingkat
dasar yaitu desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga
nasional.

Dokumen RPJPD Kabupaten Ketapang Tahun 2025-2045,


akan menjadi acuan dalam penyusunan RPJMD Kabupaten
Ketapang setiap 5 tahun selama kurun waktu 20 tahun. Dokumen
ini juga akan memiliki peranan penting dalam mengendalikan dan
mengevaluasi kemajuan pembangunan di Kabupaten Ketapang.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Ketapang perlu melakukan
penyusunan RPJPD sehingga dokumen perencanaan tersebut
dapat berkontribusi secara efektif sebagai dokumen acuan
melaksanakan pembangunan untuk mencapai visi dan misi daerah
kedepannya.

1.2 Landasan Hukum


Dasar hukum dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Kabupaten Ketapang Tahun 2025-2045
adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Pasal 18 ayat 6 tentang Kewenangan Pemerintah Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

3
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4723);
7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725) sebagaimana telah diubah dengan Undang
Undang Nomor 11 Tahun 2020 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 113, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6398);

4
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6757);
11. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4663);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan, antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik

5
Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4738);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4890);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5887) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2019
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 187,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6402);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6041);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal (SPM) (Lembaran Negara Republik

6
Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6178);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6322);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 tentang Laporan
dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 52,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6323);
24. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
136);
25. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2020
tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 259);
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2018 tentang
Pembuatan Dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi
Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja

7
Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1312);
28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 70 Tahun 2019 tentang
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah;
29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang
Klasifikasi, kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan
Pembangunan dan Keuangan Daerah;
30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2019 tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 288);
31. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 178);
32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2021 tentang
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 1419);
33. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 900.1.15.5-1317
Tahun 2023 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 050-5889 Tahun 2021 tentang Hasil
Verifikasi, Validasi dan Inventarisasi Pemutakhiran Klasifikasi,
Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah;
34. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2024 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Tahun 2025-2045;
35. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 5 Tahun
2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Kalimantan Barat 2014-2034 (Lembaran Daerah Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2014 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 8);

8
36. Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 3 Tahun 2015
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ketapang
Tahun 2015-2035 (Lembaran Daerah Kabupaten Ketapang
Tahun 2015 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Ketapang Nomor 44);
1.3 Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen
Rencana Pembangunan Daerah Lainnya
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang
selanjutnya disingkat RPJPD adalah dokumen perencanaan daerah
yang memiliki periode selama 20 (dua puluh) tahun. Perencanaan
Pembangunan Daerah ini memiliki tujuan untuk mewujudkan
pembangunan daerah dalam rangka peningkatan dan pemerataan
pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha,
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik dan daya saing
daerah. RPJPD Kabupaten Ketapang merupakan hasil integrasi dan
sinkronisasi antara kebijakan pembangunan nasional dan sektoral.

Gambar 1.1 Alur Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


dan Daerah

Sumber: Diolah oleh penulis

9
Berdasarkan penjelasan di atas, dokumen RPJPD Kabupaten
Ketapang secara substantif tidak dapat berdiri sendiri. Dokumen
RPJPD Kabupaten Ketapang ini memiliki kaitannya dengan
dokumen perencanaan lainnya baik yang bersifat perencanaan
program pembangunan (a-spatial) maupun yang bersifat keruangan
(spatial). Oleh sebab itu, dalam penyusunan dokumen RPJPD
Kabupaten Ketapang harus memperhatikan dokumen RPJP
Nasional, RPJPD Provinsi Kalimantan Barat, Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Ketapang
sendiri. Apabila dijabarkan hubungan RPJPD Kabupaten Ketapang
dengan dokumen perencanaan lainnya sebagai berikut :

1.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasioanal Tahun


2025-2045
RPJPN merupakan rencana pembangunan yang bersifat
nasional, merangkum arah, tujuan, dan kebijakan pembangunan
jangka panjang untuk seluruh negara. RPJPD, di sisi lain, adalah
rencana pembangunan yang diterapkan pada tingkat daerah
kabupaten atau kota. RPJPD lebih spesifik dan merinci prioritas
pembangunan untuk wilayah kabupaten tersebut.
Berdasarkan permasalahan, tantangan serta keterbatasan
yang dihadapi oleh Indonesia, ditetapkan visi dan misi Abadi Negara
yaitu :

Negara yang Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur

Yang kemudian diterjemaskan ke dalam visi Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025-2045 yaitu :

Visi Indonesia Emas 2045

Negara Nusantara Berdaulat, Maju dan Berkelanjutan

Visi tersebut memiliki lima sasaran utama Visi Indonesia 2045


sebagai berikut :

10
1. Pendapatan per kapita setara negara maju;
2. Kemiskinan menuju nol persen dan ketimpangan bekurang;
3. Kepemimpinan dan pengaruh di dunia internasional
meningkat;
4. Daya saing sumber daya manusia meningkat; dan
5. Intensitas emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menurun menuju net
zero emission.
Upaya mewujudkan Visi Pembangunan Nasional tersebut
ditempuh dengan 8 (delapan) misi agenda pembangunan yang
terdiri dari 3 (tiga) misi (agenda) transformasi, 2 (dua) landasan
transformasi, dan 3 (tiga) kerangka implementasi transformasi yang
dijabarkan ke dalam 17 arah (tujuan) pembangunan sebagai
komitmen Indonesia untuk tetap melanjutkan pembangunan
berkelanjutan. Delapan misi (agenda) pembangunan tersebut
adalah :

1. Mewujudkan transformasi sosial;


2. Mewujudkan transformasi ekonomi;
3. Mewujudkan transformasi tata Kelola;
4. Memantapkan supremasi hukum, stabilitas dan
kepemimpinan Indonesia;
5. Memantapkan ketahanan sosial budaya dan ekologi;
6. Pembangunan kewilayahan;
7. Dukungan sarana dan prasarana yang berkualitas dan ramah
lingkungan; dan
8. Kesinambungan pembangunan untuk mengawal pencapaian
Indonesia Emas.

11
Gambar.1.1…

1.3.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi


Kalimantan Barat
Rencana Pembangun Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tingkat
Provinsi dan RPJPD tingkat kabupaten/kota memiliki keterkaitan
tentang bagaimana perencanaan pembangunan pada tingkat
provinsi memiliki keterkaitan dan mempengaruhi dengan
perencanaan di tingkat kabupaten/kota dalam suatu wilayah.

1.4 Maksud dan Tujuan


Penyusunan Rencana Jangka Panjang Daerah Ketapang
dimaksudkan sebagai arahan dan pedoman bagi Pemerintah
Daerah dalam melaksanakan kegiatan sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu maksud disusunnya RPJPD
Ketapang Tahun 2025-2045 adalah sebagai berikut:
1. Sebagai acuan resmi bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
untuk setiap jangka waktu lima tahunan;
2. Menjadi dokumen yang menyediakan arah pembangunan
jangka panjang daerah yang dapat menjadi pedoman dan acuan
bagi seluruh jajaran aparatur Pemerintah Daerah dalam

12
mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah dengan visi, misi dan
arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh
upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat
sinergis, koordinatif.
Adapun tujuan penyusunan RPJPD Ketapang Tahun 2025-
2045 antara lain:
1. Untuk mengidentifikasi, menganalisis dan memprediksi kondisi
umum daerah, baik berupa sumberdaya alam, ekonomi, sumber
daya manusia, sarana-prasarana, maupun sosial budaya dan
pemerintahan;
2. Merumuskan visi, misi dan arah pembangunan Kabupaten
Ketapang dalam jangka panjang 20 tahun ke depan; dan
3. Mewujudkan kehidupan yang demokratis, toleransi,
transparan, partisipatif, akuntabel, berkeadilan sosial,
melindungi hak asasi manusia, menegakkan supremasi hukum
dalam tatanan masyarakat daerah yang beradab, berakhlak
mulia, mandiri, bebas, maju dan sejahtera dalam kurun waktu
20 tahun ke depan.

1.5 Sistematika Penulisan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Ketapang


Tahun 2025-2045 ini disusun dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan dasar penyusunan dokumen RPJPD.
1.1 Latar Belakang
1.2 Dasar Hukum Penyusunan
1.3 Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen
Rencana Pembangunan Daerah lainnya
1.4 Maksud dan Tujuan
1.5 Sistematika Penulisan

13
BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Bab ini memuat informasi tentang gambaran umum kondisi
daerah yang meliputi aspek geografi dan demografi, aspek
kesejahteraan sosial, aspek pelayanan umum, dan aspek daya
saing daerah.
2.1 Aspek Geografi dan Demografi
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.3 Aspek Daya Saing Daerah
2.4 Aspek Pelayanan Umum
2.5 Evaluasi Hasil RPJPD Tahun 2005-2025
2.6 Tren Demografi dan Kebutuhan Sarana Prasarana Pelayanan
Publik
2.7 Pengembangan Pusat Pertumbuhan Wilayah
BAB III. PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS
Menjelaskan permasalahan dan isu strategis yang harus
diperhatikan untuk dijadikan sasaran pembangunan utama oleh
pemerintah daerah. Penjelasan ini setidaknya memuat:
3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah;
3.2 Isu Strategis.
BAB IV. VISI DAN MISI DAERAH
4.1 Visi Daerah Tahun 2025-2045
Visi Daerah adalah kondisi daerah sebagai hasil dari
pembangunan yang ingin diwujudkan sampai dengan tahun
2045
4.2 Misi Daerah Tahun 2025-2045
Misi adalah upaya-upaya yang akan dilaksanakan daerah
untuk mewujudkan visi daerah sampai dengan tahun 2045.
BAB V ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN POKOK
Pada bab ini memuat terkait arah kebijakan dan sasaran
pokok Kabupaten Ketapang dalam 20 tahun kedepan.
5.1 Arah Kebijakan

14
Arah kebijakan ini merupakan kerangka kerja pembangunan
per lima tahun dalam rangka pencapaian visi daerah meliputi:
a. Arah Kebijakan Periode 2025-2029;
b. Arah Kebijakan Periode 2030-2034;
c. Arah Kebijakan Periode 2035-2039;
d. Arah Kebijakan Periode 2040-2045.
Yang sejalan dengan arah kebijakan dalam mendukung
perwujudan Visi Indonesia Emas 2045, sesuai dengan
karakteristik dan kondisi daerah.
5.2 Sasaran Pokok RPJPD Tahun 2025-2045
Sasaran pokok RPJPD Tahun 2025-20245 merupakan
gambaran rangkaian kinerja daerah dalam pencapaian
pembangunan yang menggambarkan terwujudnya Visi
RPJPD 2025-2045 dan diukur dengan menggunakan
indikator yang bersifat progresif.
Sasaran pokok RPJPD Kabupaten/Kota Tahun 2025-2045
memuat arah pembangunan, arah kebijakan transformasi
daerah dan indikator pembangunan utama, sesuai dengan
karakteristik daerah yang mencermikan keotonomian daerah.
BAB VI PENUTUP
Berisikan penjelasan ketentuan perencanaan menjelang
akhir periode perencanaan RPJPD serta menjelaskan kaidah
pelaksanaan RPJPD dalam RPJMD 4 Periode kedepan, berupa;
a. Catatan penting yang perlu mendapat perhatian, baik dalam
rangka pelaksanaannya maupun seandainya ketersediaan
anggaran tidak sesuai dengan kebutuhan
b. Kaidah-kaidah pelaksanaan
c. Rencana tindak lanjut

15
1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1 Aspek Geografi

2.1.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah


Karakteristik lokasi dan wilayah di Kabupaten Ketapang
dapat dilihat dari beberapa hal, meliputi: letak dan kondisi
geografis, kondisi kawasan, geologi, hidrologi, dan klimatologi.
Beberapa data tersebut sangat penting untuk membangun
kebijakan berbasis spasial. Penjabaran karakteristik lokasi dan
wilayah dilengkapi dengan analisis terhadap data sekunder dan
narasi kualitatif yang relevan.

a. Luas dan Batas Wilayah


Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten dengan luas
wilayah terbesar di Provinsi Kalimantan Barat. Luas wilayah
Kabupaten Ketapang sebesar 31.588 km2 yang terdiri 20
kecamatan, 9 kelurahan, dan 253 desa. Pembentukan Kabupaten
Ketapang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956
tentang Pembentukan Daerah-Daerah Otonom Provinsi Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Secara
administratif, batas wilayah Kabupaten Ketapang meliputi:
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Sanggau
dan Kabupaten Sekadau
2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Jawa
3. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Melawi,
Kabupaten Sintang, dan Provinsi Kalimantan Tengah
4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Kubu
Raya, Kabupaten Kayong Utara dan Selat Karimata

18
Gambar 2.1. Peta Batas Administrasi Kabupaten Ketapang

Luas wilayah per kecamatan di Kabupaten Ketapang sangat


bervariasi. Luas kecamatan terkecil seluas 74 km2, sedangkan luas
kecamatan terbesar mencapai 5.859 km2. Pembagian wilayah
administratif Kabupaten Ketapang menurut kecamatan dapat
dirinci pada tabel berikut.

19
Tabel 2.1.
Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kabupaten Ketapang

Persentase
Ibu Kota
Kecamatan Luas (km2) Luas Wilayah
Kecamatan
(%)
Kendawangan Kendawangan 5.859 18,55
Kiri
Manis Mata Manis Mata 2.912 9,22
Marau Suka Karya 1.160 3,67
Singkup Singkup 227 0,72
Air Upas Air Upas 793 2,51
Jelai Hulu Periangan 1.358 4,30
Tumbang Titi Tumbang Titi 1.198 3,79
Pemahan Pebihingan 326 1,03
Sungai Melayu Sungai Melayu 122 0,39
Rayak
Matan Hilir Pesaguan Kiri 1.813 5,74
Selatan
Benua Kayong Tuan-Tuan 349 1,10
Matan Hilir Kuala Tolak 720 2,28
Utara
Delta Pawan Tengah 74 0,23
Muara Pawan Sungai Awan 611 1,93
Kanan
Nanga Tayap Nanga Tayap 1.728 5,47
Sandai Sandai 1.779 5,63
Hulu Sungai Menyumbung 4.685 14,83
Sungai Laur Riam Bunut 1.651 5,23
Simpang Hulu Balai Pinang 3.175 10,05
Simpang Dua Semandang 1.048 3,32
Kanan
Ketapang 31.588 100
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Kecamatan Kendawangan merupakan kecamatan dengan


luas wilayah terbesar. Kecamatan Kendawang memiliki luas sebesar
5.859 km2 atau mencapai 18,55 persen dari luas wilayah
Kabupaten Ketapang. Luas Kecamatan Kendawangan tersebut juga
meliputi 32 pulau kecil yang terdapat di Kabupaten Ketapang.

20
Kecamatan kedua terbesar adalah Kecamatan Hulu Sungai. Luas
Kecamatan Hulu Sungai mencapai 14,83 persen dari total luas
wilayah Kabupaten Ketapang. Kecamatan dengan luas wilayah
terkecil adalah Kecamatan Delta Pawan. Kecamatan ini memiliki
luas 74 km2 atau 0,23 persen dari luas total Kabupaten Ketapang.

b. Letak dan Kondisi Geografis


Posisi Kabupaten Ketapang secara astronomis terletak di
0°19’26,51” Lintang Selatan hingga 3°4’16,59” Lintang Selatan dan
109°47’36,55” Bujur Timur hingga 111°21’37,36” Bujur Timur.
Jarak antara masing-masing kecamatan ke ibukota kabupaten
sangat beragam. Rincian data jarak antar masing-masing
kecamatan ke ibukota adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2.
Jarak Kecamatan Menuju Ibukota Kabupaten Ketapang

Jarak ke Ibukota
Kecamatan
Kabupaten (km)
Kendawangan 96
Manis Mata 250
Marau 186
Singkup 150
Air Upas 175
Jelai Hulu 148
Tumbang Titi 100
Pemahan 86
Sungai Melayu Rayak 65
Matan Hilir Selatan 30
Benua Kayong 7
Matan Hilir Utara 52
Delta Pawan 1
Muara Pawan 17
Nanga Tayap 144
Sandai 183
Hulu Sungai 260
Sungai Laur 232
Simpang Hulu 325
Simpang Dua 230
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

21
Jarak antara ibukota kecamatan dengan Ibukota Kabupaten
Ketapang berkisar antara 1 hingga 325 km. Ibukota kecamatan
terjauh dari Ibukota Kabupaten Ketapang adalah Kecamatan
Simpang Hulu yang mencapai 325 km. Jarak paling dekat antara
ibukota kecamatan dengan ibukota Kabupaten Ketapang adalah
Ibukota Kecamatan Delta Pawan yang hanya berjarak 1 km.
c. Geologi
Wilayah Kabupaten Ketapang tersusun dari batuan yang
cukup variatif. Geologi Kabupaten Ketapang terdiri dari satuan
batuan malihan Pinoh yang berumur Pra Tersier - Tersier, satuan
komplek Ketapang yang berumur Jura, satuan granit Sukadana
berumur Kapur, satuan granit Sangiyang berumur kapur, satuan
basal Bunga berumur Kapur, satuan rombakan lereng berumur
Kuarter dan satuan Aluvium berumur Kuarter. Batuan penyusun
terdiri dari endapan aluvial, batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf. Berikut adalah data tentang formasi geologi
Kabupaten Ketapang:

Tabel 2.3.
Formasi Geologi Kabupaten Ketapang
Infra-
Plistos
struktu
Kecamat Kuarte en
Trias Kapur Jura r& Jumlah
an r Pliose
Plutoni
n
k Asam
Kendawa 558.28
- - - - - 558.285
ngan 5
Manis 215.24 830.2 996.27 2.086.97
12.025 - 33.209
Mata 5 25 0 4
132.70
Marau - - - 33.209 66.418 232.327
0
Singkup - - - - 66.418 49.814 116.232
Air Upas - - - - - 3.321 3.321
Jelai 66.41 498.13
12.875 - - 83.023 660.451
Hulu 8 5
Tumbang 126.19
50.875 - - - 33.209 210.278
Titi 4
Pemahan - - - - 33.209 - 33.209
Sungai
Melayu - - - - - - -
Rayak

22
Infra-
Plistos
struktu
Kecamat Kuarte en
Trias Kapur Jura r& Jumlah
an r Pliose
Plutoni
n
k Asam
Matan
136.60
Hilir - - - - - 136.600
0
Selatan
Benua
- - - - - - -
Kayong
Matan
196.58
Hilir - - - - - 196.585
5
Utara
Delta
- - - - - - -
Pawan
Muara
- - - - - - -
Pawan
Nanga 99.62 664.18
38.805 - - - 802.612
Tayap 7 0
1.627.2 1.636.01
Sandai 8.775 - - - -
41 6
Hulu 332.09 1.560.8 1.892.91
- - - -
Sungai 0 23 3
Sungai 1.926.1 1.965.36
39.245 - - - -
Laur 22 7
Simpang 177.88 1.328.3 1.328.3 2.837.92
- 3.321 -
Hulu 5 60 60 6
Simpang 1.328.3 730.59 2.059.29
- - 332 -
Dua 60 8 0
1.567. 12.02 833.8 166.0 5.313. 7.535. 15.428.
Jumlah
875 5 78 45 440 123 386
Sumber: RPJMD Kabupaten Ketapang 2016-2021

Formasi geologi Kabupaten Ketapang sebagian besar terdiri


dari batuan intrusi plutonik asam yang mencapai 48,84 persen.
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Ketapang berupa tanah
podsolik merah kuning, litosol/gerosol, latosol, andosol, dan
organosal. Kabupaten Ketapang memiliki potensi bahan galian,
seperti pasir kuarsa, kaolin, ball clay, granit, dan gambut.
d. Hidrologi
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang
berfungsi untuk menampung, mengalirkan dan membentuk sistem
aliran air. Kabupaten Ketapang memiliki 10 DAS yang tersebar
secara proporsional di seluruh wilayah. Sebagian DAS tersebut
masuk Kawasan Wilayah Sungai (WS) strategis nasional, yaitu WS

23
Pawan. Sebagian lainnya masuk lintas provinsi, yaitu WS Jelai-
Kendawangan. Selain itu, terdapat juga Kawasan Daerah Irigasi
Rawa (D.I.R.) Nasional yang menyebar di 8 lokasi, D.I.R. Provinsi
yang menyebar di 4 lokasi, D.I.R. Kabupaten yang menyebar di 10
lokasi dan Daerah Irigasi (D.I.) Kabupaten yang menyebar di 15
lokasi. Adapun luas WS, D.I.R. dan D.I. dapat dilihat dalam tabel
berikut.

Tabel 2.4.
Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Ketapang

Daerah
Luas
Wilayah Kecamatan yang
No. Aliran
DAS
Sungai dilalui
Sungai
(Km2)
1 WS Pawan Pawan 13.400 Hulu Sungai,
Sandai, Sungai
Laur, Nanga
Tayap, Muara
Pawan, Benua
Kayong, Delta
Pawan dan
pemahan
Semandang 3.090 Simpang Hulu
Tolak 840 Matan Hilir Utara
Pesaguan 2.860 Tumbang Titi,
Matan Hilir
Selatan, dan
Sungai Melayu
Rayak
Tengar 358 Kendawangan
2 WS Jelai- Kendawangan 3.380 Marau,
Kendawangan Kendawangan,
Singkup, dan Air
Upas
Simbar 630 Kendawangan
Air Hitam 1.900 Kendawangan
Besar
Air Hitam 980 Kendawangan
Kecil
Jelai 5.840 Jelai Hulu, Manis
Mata, dan
Kendawangan

24
Sumber: Dirjen SDA Departemen Pekerjaan Umum dan RPJMD
Kabupaten
Ketapangan 2016-2021

Total luas DAS di Kabupaten Ketapang adalah 33.278 km2.


Luas tersebut sangat besar untuk menampung aliran air hujan dan
sangat berpotensi untuk dimanfaatkan masyarakat, seperti
pemenuhan kebutuhan rumah tangga, sarana transportasi dan
sumber air baku PDAM. Kebutuhan air untuk rumah tangga
didapatkan melalui sistem pipa air minum/bersih (sistem air pipa
PDAM), sumur dan penampung air hujan (PAH).

Tabel 2.5.
Data Daerah Irigasi Rawa (D.I.R.) dan Daerah Irigasi (D.I.) di
Kabupaten Ketapang

Status Luas
No. Jumlah Lokasi
Kawasan (ha)
1 D.I.R. 6 25.720 Kendawangan, Matan Hilir
Nasional Selatan dan Benua Kayong
2 D.I.R. 6 9.500 Matan Hilir Utara, Muara
Provinsi Pawan, Benua Kayong dan
Matan Hilir Selatan
3 D.I.R. 10 4.132 Matan Hilir Utara, Muawa
Kabupaten Pawan dan Delta Pawan
4 D.I. 72 7.206 Tersebar di 15 Kecamatan
Kabupaten
Jumlah 94 46.558
Sumber: Permen PUPR No. 14 Tahun 2015

Keberadaan D.I.R. dan D.I. juga memiliki peran strategis


dalam kehidupan masyarakat. Dengan luasnya yang mencapai
46,558 ha, seharusnya D.I.R dan D.I. dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Kendati demikian,
masih terdapat tiga permasalahan utama dalam pengelolaan
sumber daya air di Kabupaten Ketapang, antara lain adalah masih
terdapat beberapa wilayah yang kelebihan air, kekurangan air dan
menghadapi berbagai persoalan pencemaran.

25
Permasalahan tersebut harus dijawab melalui serangkaian
aksi nyata, seperti yang telah direncakanan dalam dokumen RPJPD
Kabupaten Ketapang tahun 2005-2025, yakni pengembangan
jaringan irigasi yang diarahkan untuk peningkatan produktivitas
lahan dalam rangka mendukung program ketahanan pangan.
Pengelolaan jaringan irigasi merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pengembangan sektor pertanian. Produktivitas
lahan yang sering terganggu dengan banjir dan intruisi air asin
perlu ditanggulangi melalui pengembangan prasarana pengendali
banjir. Pengupayaan penyeimbangan ketersediaan air pada musim
penghujan dan kemarau menjadi sangat penting dilakukan untuk
menjaga kontinuitas penyediaan air. Selanjutnya, dalam upaya
lebih memanfatkan air sebagai sumberdaya, perlu dikembangkan
berbagai usaha pemanfaatan air melalui pengembangan sumber
energi mikro, budidaya perikanan, maupun untuk tujuan wisata.

e. Klimatologi

Kondisi iklim Kabupaten Ketapang termasuk tipe iklim hutan


hujan tropis karena Kabupaten Ketapang memiliki wilayah dengan
tutupan hutan primer dan sekunder cukup luas. Kondisi ini sangat
menguntungkan untuk pengembangan pertanian dan perikanan.
Adapun detail mengenai kondisi iklim Kabupaten Ketapang dapat
dilihat sebagai berikut.

Tabel 2.6.
Kondisi Klimatologi Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022

No Parameter Pencatatan Iklim Rata-rata Pertahun


. Iklim 2018 2019 2020 2021 2022
1 Suhu/Temperat 27,7 27,6 27,8 27,8 27,6
ur (0C)
2 Kelembaban (%) 83 82 83,35 81,9 82,9
3 Kecepatan Angin 4 9 1,79 3,4 3,1
(knot)

26
4
Tekanan Udara 1.009, 1.009, 1009, 1.009, 1008,
(mb) 4 9 2 1 9
5 Jumlah Curah 269,9 227,8 368,3 362,7 363,8
Hujan (mm) 1
6 Jumlah Hari 13 11,2 21,92 16 26,6
Hujan
7 Penyinaran 63,6 63,6 74,2 50,1 5,5
Matahari (%)
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Hasil pencatatan Stasiun Meteorologi Rahadi Oesman


Ketapang menunjukkan bahwa rentang suhu yang terjadi selama
lima tahun terakhir berkisar dari 27,60 C hingga 27,80 C. Suhu
minimal terjadi pada tahun 2019 dan 2022, sedangkan suhu
maksimal terjadi pada tahun 2020 dan 2021. Kemudian, terkait
kelembaban udara berada dalam rentang 81,9-83,35 persen,
sedangkan tekanan udaranya berkisar dari 1.008,9 mb hingga
1.009,9 mb. Selanjutnya, kecepatan angin tertinggi terjadi pada
tahun 2019, yaitu 9 knot. Setelah itu, rata-rata curah hujan
tahunan mengalami naik-turun selama 2018-2022. Hari hujan
rata-rata tahunan berada dalam rentang 11-26 hari pada periode
yang sama. Untuk rata-rata penyinaran matahari tertinggi yaitu
sebesar 74,20 persen terjadi pada tahun 2020.
f. Penggunaan Lahan

Pembangunan yang dilakukan secara fisik maupun non-fisik


menuntut hadirnya tata kelola penggunaan lahan yang baik.
Sebagaimana tercantum di dalam kebijakan penataan ruang
wilayah kabupaten. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah
pengelolaan pemanfaatan lahan dengan memperhatikan
penggunaan lahan, daya tampung lahan dan aspek konservasi.
Menurut penggunannya, lahan dibedakan menjadi dua macam,
yaitu lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Lahan pertanian
dikelompokan menjadi lahan pertanian sawah dan lahan pertanian

27
bukan sawah. Adapun luas penggunaannya dapat dilihat sebagai
berikut.

Tabel 2.7.
Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan di Kabupaten
Ketapang Tahun 2017 (Hektar/ha)

Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Total Luas
Kecamatan Bukan
Bukan Lahan
Sawah Pertanian
Sawah
Kendawanga 25.354,0 393.893,0 166.663,0 585.910,0
n
Manis Mata 2.545,0 230.294,0 58.381,0 291.220,0
Marau 1.753,0 113.165,0 1.092,0 116.010,0
Singkup 175,0 20.535,0 1.980,0 22.690,0
Air Upas 659,0 63.486,0 15.135,0 79.280,0
Jelai Hulu 241,0 135.099,0 510,0 135.850,0
Tumbang Titi 2.361,0 103.837,0 13.582,0 119.780,0
Pemahan 1.638,0 28.975,0 1.987,0 32.600,0
Sungai 297,0 11.247,0 656,0 12.200,0
Melayu
Rayak
Matan Hilir 11.247,0 162.789,0 7.274,0 181.310,0
Selatan
Benua 4.365,0 27.893,0 2.642,0 34.900,0
Kayong
Matan Hilir 7.530,0 60.631,0 3.879,0 72.040,0
Utara
Delta Pawan 250,0 5.726,0 1.424,0 7.400,0
Muara 5.062,0 9.557,0 46.441,0 61.060,0
Pawan
Nanga Tayap 3.469,0 169.184,0 157,0 172.810,0
Sandai 2.381,0 171.497,0 4.002,0 177.880,0
Hulu Sungai 760,0 5.855,0 461.925,0 468.540,0
Sungai Laur 1.559,0 157.470,0 6.041,0 165.070,0
Simpang 4.845,0 285.440,0 27.185,0 317.470,0
Hulu
Simpang 634,0 103.344,0 812,0 104.790,0
Dua
Jumlah 77.125, 2.259.917, 821.768, 3.158.810,
0 0 0 0
Sumber: Statistik Penggunaan Lahan Kabupaten Ketapang, 2017

28
Seiring bertambahnya jumlah penduduk, semakin
bertambah pula kebutuhan manusia terhadap penggunaan lahan.
Kendati demikian, data penggunaan lahan di atas merupakan data
terakhir yang diproduksi oleh BPS Kabupaten Ketapang. Oleh
karena itu, untuk melihat baik atau tidaknya arah kebijakan
penggunaan lahan, maka diperlukan komparasi dengan data tahun
sebelumnya.
Pertama, terdapat lahan sawah seluas 77.125 ha pada tahun
2017. Apabila dikomparasikan dengan data per 2016, maka terlihat
adanya penurunan sekitar 3,83 persen. Penurunan luas lahan
sawah tersebut diduga karena lahan sawah di perkotaan yang
dialihgunakan menjadi perumahan dan di perdesaan yang
dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Apabila
dirinci menurut penggunaannya, lahan sawah meliputi lahan yang
ditanami padi sebanyak tiga kali dalam setahun (0,10 persen), dua
kali (8,54 persen), satu kali (38,26 persen), ditanami lainnya (5,39
persen), dan yang tidak ditanami tanaman apapun (47,70 persen).
Dengan demikian, potensi luas lahan sawah yang telah
dimanfaatkan untuk tanaman padi mencapai sekitar 36.179 hektar
atau sekitar 46,91 persen pada tahun 2017. Lahan sawah meliputi
lahan sawah irigasi, tadah hujan, pasang surut, dan rawa lebak.
Dimana masing-masing luas arealnya adalah sebagai berikut yaitu;
5.226 hektar (irigasi), 62.549 hektar (tadah hujan), 5.212 hektar
(pasang surut), dan 4.138 hektar (rawa lebak).
Kedua, total lahan pertanian bukan sawah adalah 2.259.917
hektar (termasuk hutan negara) pada tahun 2017. Lahan pertanian
bukan sawah tersebut meliputi tegal/kebun (8,04 persen),
ladang/huma (1,01 persen), perkebunan (29,18 persen), hutan
rakyat (17,77 persen), padang penggembalaan/rumput (0,19
persen), sementara tidak diusahakan (4,07 persen), dan lainnya
(39,74 persen) termasuk hutan negara. Luas areal hutan rakyat
turun sekitar 57.279 pada tahun 2017 jika dibandingkan dengan

29
luas areal hutan rakyat pada tahun 2016. Diduga penurunan luas
areal hutan rakyat salah satunya disebabkan oleh alih fungsi lahan
utamanya; dari hutan rakyat menjadi perkebunan, di mana tercatat
peningkatan luas areal perkebunan setahun terakhir adalah
sebanyak 49.012 hektar atau meningkat sekitar 8,03 persen.
Terakhir, luas lahan bukan pertanian di Kabupaten
Ketapang sebesar 821.768 hektar atau sekitar 26,02 persen dari
total luas baku lahan pada tahun 2017. Luas ini meningkat dua kali
lipat dari data tahun 2016 sebesar 302.511 ha. Artinya, telah terjadi
alih fungsi lahan yang dilakukan secara masif di Kabupaten
Ketapang menjadi perumahan dan permukiman.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebab
menurunnya luas lahan di Kabupaten Ketapang terjadi akibat
pengalihfungsian lahan pertanian sawah dan bukan sawah serta
peningkatan luas lahan bukan pertanian secara besar-besaran.
Padahal, peningkatan jumlah penduduk, khususnya di Kabupaten
Ketapang, menuntut dipenuhinya ketersediaan bahan makanan
yang cukup. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan pengolahan
lahan pertanian yang baik guna memenuhi kebutuhan masyarakat
tersebut.

2.2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah


Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Ketapang
dapat dikategori berdasarkan pola ruang. Pola ruang merupakan
distribusi peruntukan ruang pada suatu wilayah. Pola ruang
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ketapang 2015-
2035 terdiri dari dua macam yaitu: Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya.

30
Gambar 2.2 Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Ketapang
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ketapang

31
A. Kawasan Lindung
Kawasan lindung sebagaimana hakikatnya adalah wilayah
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kawasan lindung ini tersebar di Kecamatan Matan Hilir Utara,
Matan Hilir Selatan, Kendawangan, Marau, Jelai Hulu, Tumbang
Titi, Sungai Melayu Rayak, Pemahan, Nanga Tayap, Sandai, Hulu
Sungai, Sungai Laur, Simpang Dua, dan Simpang Hulu.

Secara spesifik, kawasan lindung di Kabupaten Ketapang


terdiri atas beberapa kawasan sebagai berikut:
1) Kawasan hutan lindung
Kawasan ini tersebar di Kecamatan Matan Hilir Utara, Matan
Hilir Selatan, Kendawangan, Marau, Jelai Hulu, Tumbang Titi,
Sungai Melayu Rayak, Pemahan, Nanga Tayap, Sandai, Hulu
Sungai, Sungai Laur, Simpang Dua, dan Simpang Hulu. Di
dalam kawasan hutan lindung juga terdapat kawasan hutan
desa untuk pemanfaatan jasa lingkungan yang meliputi Hutan
Desa Beringin Rayo di Kecamatan Tumbang Titi dan Hutan Desa
Tanjung Beulang di Kecamatan Tumbang Titi.
2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya
Kawasan ini terdiri atas kawasan bergambut dan kawasan
resapan air. Kemudian, kawasan bergambut juga terdiri atas
dua, yaitu kawasan bergambut yang berada di kawasan hutan
di Kecamatan Matan Hilir Utara, Muara Pawan, Matan Hilir
Selatan, Kendawangan, Manis Mata, Jelai Hulu, Marau, Sungai
Melayu Rayak, Nanga Tayap, Sandai, Simpang Dua, dan
Simpang Hulu; dan Kawasan bergambut yang berada di luar
kawasan hutan di kecamatan Matan Hilir Utara, Benua Kayong,
Matan Hilir Selatan, dan Kendawangan. Sementara itu,
kawasan resapan air berada di Kawasan hutan yang terdapat di

32
Kecamatan Matan Hilir Utara, Matan Hilir Selatan,
Kendawangan, Marau, Jelai Hulu, Tumbang Titi, Sungai Melayu
Rayak, Pemahan, Nanga Tayap, Sandai, Hulu Sungai, Sungai
Laur, Simpang Dua, dan Simpang Hulu.
3) Kawasan perlindungan setempat
Kawasan ini terdiri atas Kawasan sempadan pantai; Kawasan
sempadan sungai; Kawasan sekitar danau/wadu; Kawasan
kearifan lokal; Kawasan dengan nilai konservasi tinggi; dan
ruang terbuka hijau kota. Masing-masing kawasan tersebut
memegang peran dan fungsi bagi ekosistem serta tersebar
secara merata di seluruh wilayah Kabupaten Ketapang.
4) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
Kawasan ini terdiri atas Kawasan cagar alam di Muara
Kendawangan; Kawasan pantai berhutan bakau di sepanjang
wilayah pesisir daerah; Kawasan taman nasional di Taman
Nasional Gunung Palung; dan Kawasan cagar budaya ilmu
pengetahuan di seluruh kecamatan.
5) Kawasan rawan bencana alam
Kawasan ini terdiri atas kawasan tanah longsor di daerah yang
secara topografi berupa perbukitan-pegunungan; kawasan
rawan gelombang pasang di daerah pesisir; kawasan rawan
banjir di daerah bantaran sungai besar dan kawasan rawan
abrasi di beberapa titik, seperti Kecamatan Milir Utara, Muawa
Pawan, Delta Pawan, Benua Kayong, Matan Hilir Selatan dan
Kendawangan.
6) Kawasan lindung geologi
Kawasan ini terdiri dari kawasan cagar alam geologi dan
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
Kawasan cagar alam geologi memiliki keunikan batuan dan
bentang alam yang terdapat di Kecamatan Kendawangan,
Pebihingan, Tumbang Titi, Manismata, Sungai Laur, Simpang
Dua, dan Simpang Hulu. Sementara itu, kawasan yang

33
memberikan perlindungan terhadap air tanag merupakan
kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata air.
7) Kawasan lindung lainnya
Kawasan ini berupa kawasan terumbu karang yang terdapat di
Kecamatan Matan Hilir Utara, Muara Pawan, Delta Pawan,
Benua Kayong, Matan Hilir Selatan dan Kendawangan.
a. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya sebagaimana hakikatnya difungsikan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia dan sumber daya buatan. Berdasarkan RTRW Kabupaten
Ketapang Tahun 2015-2035, kawasan budidaya di Kabupaten
Ketapang dijabarkan sebagai berikut:
1) Kawasan peruntukan hutan produksi, terdiri atas:
a) Kawasan hutan produksi terbatas
Kawasan ini tersebar di Kecamatan Simpang Hulu, Sungai
Laur, Hulu Sungai, Sandai, NanganTayap, Tumbang Titi,
Jelai Hulu, Manis Mata, Kendawangan, dan Matan Hilir
Selatan
b) Kawasan hutan produksi tetap
Kawasan ini tersebar di seluruh kecamatan selain dari
kecamatan Delta Pawan dan Benua Kayong
c) Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
Kawasan ini tersebar di Kecamatan Matan Hilir Utara, Matan
Hilir Selatan dan Simpang Hulu
Di dalam Kawasan ini juga terdapat hutan desa, antara lain:
a) Hutan Desa Laman Satong di Kecamatan Matan Hilir Utara;
b) Hutan Desa Sungai Pelang di Kecamatan Matan Hilir
Selatan;
c) Hutan Desa Sungai Besar di Kecamatan Matan Hilir Selatan;
d) Hutan Desam Pematang Gadung di Kecamatan Nanga
Tayap; dan
e) Hutan Desa Sebadak Raya di Kecamatan Nanga Tayap.

34
2) Kawasan peruntukan pertanian, meliputi:
a) Kawasan pertanian tanaman pangan
Kawasan ini terdiri dari kawasan perlindungan lahan
pertanian pangan berkelanjutan di lahan basah maupun
lahan kering yang tersebar di seluruh kecamatan; dan
kawasan perlindungan lahan cadangan pertanian pangan
berkelanjutan di lahan basah maupun lahan kering yang
tersebar di seluruh kecamatan.
b) Kawasan pertanian hortikultura
Kawasan ini terdiri dari kawasan perlindungan lahan
pertanian hortikultura berkelanjutan di lahan basah
maupun lahan kering yang tersebar di seluruh kecamatan;
dan kawasan perlindungan lahan cadangan pertanian
hortikultura berkelanjutan di lahan basah maupun lahan
kering yang tersebar di seluruh kecamatan.
c) Kawasan perkebunan
Kawasan ini terdapat di seluruh kecamatan dengan
tanaman komoditi unggulan daerah, seperti kelapa sawit,
karet, kelapa, lada, kakao, tebu, kopi dan aren serta
komoditi perkebunan lain sesuai dengan agroklimat di
daerah.
d) Kawasan peternakan
Kawasan ini terdiri atas Kawasan ternak besar di seluruh
kecamatan dengan ternak unggulan sapi dan kerbau; ternak
kecil di seluruh kecamatan dengan ternak unggulan
kambing dan babi; dan ternak unggas di seluruh kecamatan
dengan ternak unggulan ayam dan itik.
3) Kawasan peruntukan perikanan, meliputi:
a) Kawasan peruntukan perikanan tangkap yang berada di
Kecamatan Matan Hilir Utara, Muara Pawan, Delta Pawan,
Benua Kayong, Matan Hilir Selatan, dan Kendawangan.

35
b) Kawasan peruntukan budidaya perikanan yang berada di
Kecamatan Matan Hilir Utara (16 Ha), Muara Pawan (5,97
Ha), Delta Pawan (9,30 Ha), Benua Kayong (4,95 Ha), Matan
Hilir Selatan (82,60 Ha), Kendawangan (10.184,29 Ha),
Manis Mata (94,88 Ha), Singkup (1,70 Ha), Air Upas (50 Ha),
Marau (2,30 Ha), Jelai Hulu (1,40 Ha), Tumbang Titi (7,98
Ha), Melayu Rayak (7,40), Pemahan (2,47 Ha), Nanga Tayap
(2,86 Ha), Hulu Sungai (4,01 Ha), Sandai (8,95 Ha), Sungai
Laur (1,77 Ha), Simpang Dua (2,15 Ha), dan Simpang Hulu
(3,82 Ha).
4) Kawasan peruntukan pertambangan ini dikhususukan untuk
usaha pertambangan yang tersebar di seluruh kecamatan
meliputi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP); Wilayah
Pencadangan Negara (WPN), Wilayah Pertambangan Rakyat
(WPR); dan Wilayah Kerja) minyak dan gas bumi atau Wilayah
Kerja Pertambangan (WKP) Panas Bumi.
5) Kawasan peruntukan industri, meliputi:
a) Kawasan peruntukan industri besar di Kecamatan Delta
Pawan, Kecamatan Muara Pawan, Kecamatan Matan Hilir
Utama, Kecamatan Matan Hilir Selatan dan Kecamatan
Kendawangan.
b) Kawasan peruntukan industri kecil dan industri menengah
terdapat di seluruh kecamatan.
6) Kawasan peruntukan pariwisata, meliputi:
a) Kawasan peruntuk pariwisata budaya terdapat di
Kecamatan Simpang Hulu, Simpang Dua, Sungai Laur,
Sandai, Hulu Sungai, Nanga Tayap, Tumbang Titi, Sungai
Melayu Rayak, Jelai Hulu, Marau, Kendawangan, Matan
Hilir Selatan, Benua Kayong, Delta Pawan, Muara Pawan,
dan Matan Hilir Utara.

36
b) Kawasan peruntukan pariwisata alam yang terdiri atas:
(1) Gunung Palung di Kecamatan Matan Hilir Utara, Nanga
Tayap, dan Sungai Laur;
(2) Pantai Tanjung Belandang di Kecamatan Muara Pawan;
(3) Pantai Air Mata Permai di Kecamatan Muara Pawan;
(4) Hutan Kota Ketapang di Kecamatan Delta Pawan;
(5) Pantai Sungai Kinjil di Kecamatan Benua Kayong;
(6) Pantai Pasir Putih/Celincing di Kecamatan Benua
Kayong;
(7) Pantai Sungai Jawi/Penage di Kecamatan Matan Hilir
Selatan;
(8) Pantai Tanjung Batu (Pantai Sentigi) di Kecamatan
Matan Hilir Selatan;
(9) Pantai Pagar Mentimun di Kecamatan Matan Hilir
Selatan;
(10) Pantai Sungai Tengar di Kecamatan Matan Hilir
Selatan;
(11) Pantai Tanjung Gangse di Kecamatan Kendawangan;
(12) Pantai Pulau Kucing di Kecamatan Kendawangan;
(13) Pantai Pulau Jambat di Kecamatan Kendawangan;
(14) Pantai Pulau Sahabat di Kecamatan Kendawangan;
(15) Pantai Selat Bilik (Teluk Pacak dan Tanjung Duku) di
Kecamatan Kendawangan;
(16) Bukit Kuri/Bekuri di Kecamatan Sungai Laur;
(17) Gunung Bindang di Kecamatan Simpang Hulu;
(18) Pemandian alam Lubuk Tapah di Kecamatan Tumbang
Titi;
(19) Arung jeram Riam Rayo di Kecamatan Tumbang Titi;
(20) Gunung Menggelaso di Kecamatan Tumbang Titi;
(21) Gunung Batu Sudah di Kecamatan Tumbang Titi;
(22) Gunung Batu Menanti di Kecamatan Tumbang Titi;
(23) Gua Kakap di Kecamatan Tumbang Titi;

37
(24) Air Terjun Riam Limpai di Kecamatan Tumbang Titi;
(25) Air Terjun Gunung Berambai di Kecamatan Tumbang
Titi;
(26) Riam Inam Kelima di Kecamatan Sungai Melayu Rayak;
dan
(27) Riam Pembunuhan di Kecamatan Sungai Melayu
Rayak.
c) Kawasan peruntukan pariwisata buatan.
7) Kawasan peruntukan permukiman, meliputi:
a) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan yang terdapat
di Kawasan perkotaan Ketapang, Ibukota Kecamatan yang
ditetapkan sebagai PKL dan bagian dari PPK yang sudah
menunjukkan ciri kekotaan.
b) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan yang terdapat
di luar kawasan perkotaan.
8) Kawasan peruntukan lainnya, meliputi:
a) Kawasan peruntukan pertahan dan keamanan, terdiri atas:
(1) Markas Kodim 1203 / Ketapang di Kecamatan Delta
Pawan;
(2) Markas Koramil di seluruh kecamatan;
(3) Markas Kompi C Yonif 643 / Wanara Sakti di Desa Paya
Kumang Kecamatan Delta Pawan;
(4) Markas Komando TNI-AL di Kecamatan Kendawangan;
(5) Pusat latihan menembak di Daerah; dan
(6) Pusat latihan tempur di Daerah.
b) Kawasan peruntukan keamanan dan ketertiban
masyarakat, terdiri atas:
(1) Markas Polres Ketapang di Kecamatan Delta Pawan;
(2) Markas Polsek di seluruh kecamatan;
(3) Markas Kompi Brimob Ketapang di Kecamatan Delta
Pawan;
(4) Markas Polisi Perairan di Daerah; dan

38
(5) Pusat latihan menembak di Daerah.
2.2.1.3 Kawasan Rawan Bencana

Pemerintah Kabupaten Ketapang mengidentifikasi kawasan


rawan bencana terdiri dari 4 jenis yaitu: 1) kawasan rawan tanah
longsor; 2) kawasan rawan gelombang pasang; 3) kawasan rawan
banjir; dan 4) kawasan rawan abrasi. Berdasarkan dokumen
Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Ketapang
Tahun 2015-2035, berikut merupakan identifikasi keempat jenis
kawasan rawan bencana berdasarkan nama kecamatan.
a. Kawasan Rawan Tanah Longsor
Kawasan ini terdapat di Kecamatan Simpang Hulu, Simpang
Dua, Sungai Laur, Hulu Sungai, Sandai, Nanga Tayap,
Pebihingan, Sungai Melayu Rayak, Tumbang Titi, Marau, Jelai
Hulu, Air Upas, Singkup, dan Kendawangan terutama pada
daerah yang memiliki topografi berupa perbukitan dan
pegunungan.

39
Gambar 2.3. Peta Risiko Tanah Longsor Kabupaten Ketapang
Sumber: inarisk.bnpb.go.id

b. Kawasan Rawan Banjir


Kawasan ini terdapat di wilayah pesisir dan di sekitar bantaran
sungai besar.

40
Gambar 2.4. Peta Risiko Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Ketapang
Sumber: inarisk.bnpb.go.id

c. Kawasan Rawan Gelombang Pasang


Kawasan ini terdapat di Kecamatan Matan Hilir Utara, Muara
Pawan Delta Pawan, Benua Kayong, Matan Hilir Selatan, dan
Kendawangan.

41
d. Kawasan Rawan Abrasi
Kawasan ini terdapat di Kecamatan Matan Hilir Utara, Muara
Pawan, Delta Pawan, Benua Kayong, Matan Hilir Selatan, dan
Kendawangan.

Gambar 2.5. Peta Risiko Bencana Gelombang Extrem dan Abrasi


Kabupaten Ketapang
Sumber: inarisk.bnpb.go.id

42
2.2.1.3 Ekoregion di Kabupaten Ketapang
Ekoregion dan bentang alam merupakan hal yang saling
berkaitan dan seringkali terdapat definisi yang sama, padahal
ekoregion darat dan karakteristik bentang alam adalah dua konsep
yang berhubungan dalam studi tentang ekologi dan geografi.
Namun, keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

Ekoregion darat adalah wilayah geografis yang memiliki


karakteristik ekologi yang serupa atau mirip dalam hal flora, fauna,
iklim, dan faktor-faktor lingkungan lainnya. Ekoregion darat
mencakup ekosistem darat seperti hutan, padang rumput, gurun,
pegunungan, dan berbagai jenis tanah lainnya. Sementara itu,
karakteristik bentang alam merujuk pada fitur geografis dan
topografi dari suatu wilayah yang memengaruhi iklim, hidrologi,
dan ekologi wilayah tersebut. Karakteristik bentang alam mencakup
berbagai elemen fisik seperti gunung, lembah, sungai, danau,
hutan, gurun, dan sebagainya. Karakteristik bentang alam dapat
memengaruhi jenis-jenis ekosistem yang ada dalam ekoregion darat
dan membentuk lingkungan hidup organisme yang tinggal di sana.

Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa ekoregion


darat lebih fokus pada pola distribusi organisme hidup yang serupa
atau mirip di suatu wilayah, sementara karakteristik bentang alam
lebih fokus pada fitur fisik dan topografi dari suatu wilayah yang
memengaruhi kondisi lingkungan dan ekologi. Meskipun berbeda,
keduanya saling terkait dan berkontribusi dalam pemahaman
tentang bagaimana lingkungan fisik suatu wilayah memengaruhi
ekologi dan keanekaragaman hayatinya.

Pada Kabupaten Ketapang, terdapat 4 jenis ekoregion dengan


berbagai jenis karakteristik bentang alam yaitu :

1. Ekoregion Kompleks Dataran Fluvial Kuala Kuayan –


Kasongan

43
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup pada
SK.8/MENLHK/SETJEN/PLA.3/1/2018, tipe ekoregion ini
peruntukkannya didominasi oleh kawasan suaka
alam/kawasan pelestarian alam dan hutan produksi. Satuan
wilayah ekoregion ini memiliki berbagai karakteristik bentang
alam, yaitu:

• Dataran Fluvial Kalimantan


• Dataran Gambut Kompleks Kahayan – Kapuas –
Mahakam
• Dataran Pantai Kalimantan
• Dataran Struktural Kompleks Meratus
• Perbukitan Denudasional Kalimantan
• Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
2. Ekoregion Kompleks Dataran Gambut S. Katingan – S.
Sebangau
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup pada
SK.8/MENLHK/SETJEN/PLA.3/1/2018, tipe ekoregion ini
peruntukkannya didominasi oleh kawasan suaka
alam/kawasan pelestarian alam dan hutan produksi. Satuan
wilayah ekoregion ini memiliki berbagai karakteristik bentang
alam, yaitu:

• Dataran Fluvial Kalimantan


• Dataran Gambut Kompleks Kahayan – Kapuas –
Mahakam
• Dataran Pantai Kalimantan
• Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
3. Ekoregion Kompleks Dataran Gambut S. Terentang – S.
Kapuas
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup pada
SK.8/MENLHK/SETJEN/PLA.3/1/2018, tipe ekoregion ini
peruntukkannya didominasi oleh hutan produksi dan hutan

44
lindung. Satuan wilayah ekoregion ini memiliki berbagai
karakteristik bentang alam, yaitu:

• Dataran Fluvial Kalimantan


• Dataran Gambut Kompleks Kahayan – Kapuas –
Mahakam
• Dataran Pantai Kalimantan
• Dataran Struktural Kompleks Meratus
• Pegunungan Denudasional Kalimantan
• Pegunungan Struktural Kompleks Meratus
• Perbukitan Denudasional Kalimantan
• Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
4. Ekoregion Kompleks Perbukitan Denudasional Bukit Baka –
Bukit Raya
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup pada
SK.8/MENLHK/SETJEN/PLA.3/1/2018, tipe ekoregion ini
peruntukkannya didominasi oleh hutan produksi. Satuan
wilayah ekoregion ini memiliki berbagai karakteristik bentang
alam, yaitu:

• Dataran Fluvial Kalimantan


• Dataran Gambut Kompleks Kahayan – Kapuas –
Mahakam
• Dataran Pantai Kalimantan
• Dataran Struktural Kompleks Meratus
• Pegunungan Denudasional Kalimantan
• Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua Kalimantan
• Pegunungan Struktural Kompleks Meratus
• Perbukitan Denudasional Kalimantan
• Perbukitan Karst Kalimantan
• Perbukitan Struktural Kompleks Meratus

45
Satu karakteristik bentang alam bisa terletak di beberapa
satuan wilayah ekoregion. Secara keseluruhan, terdapat 10 jenis
karakteristik bentang alam pada Kabupaten Ketapang. Berikut ini
merupakan daftar karaktistik bentang alam dan juga luasnya.

Tabel 3. 1 Karakteristik Bentang Alam Kabupaten Ketapang dan


Luasnya

No. Karakteristik Bentang Alam


1. Dataran Fluvial Kalimantan
2. Dataran Gambut Kompleks Kahayan
– Kapuas – Mahakam
3. Dataran Pantai Kalimantan
4. Dataran Struktural Kompleks
Meratus
5. Pegunungan Denudasional
Kalimantan
6. Pegunungan Intrusif Batuan Beku
Tua Kalimantan
7. Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus
8. Perbukitan Denudasional
Kalimantan
9. Perbukitan Karst Kalimantan
10. Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus
Sumber: Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya
Hutan, 2018

Berikut ini merupakan peta ekoregion darat dan peta


karakteristik bentang alam Kabupaten Ketapang.

46
Gambar 3. 1 Peta Ekoregion Darat Kabupaten Ketapang
Sumber: Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya
Hutan KLHK, 2018

47
Gambar 3. 2 Peta Karakteristik Bentang Alam Kabupaten
Ketapang
Sumber: Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya
Hutan KLHK, 2018

2.2.1.4 Kinerja Layanan Ekosistem/Jasa Lingkungan


Ekosistem adalah entitas yang kompleks yang terdiri atas
komunitas tumbuhan, binatang dan mikro organisme yang dinamis
beserta lingkungan abiotiknya yang saling berinteraksi sebagai satu
kesatuan unit fungsional (MA, 2005). Fungsi ekosistem adalah
kemampuan komponen ekosistem untuk melakukan proses alam
dalam menyediakan materi dan jasa yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia, baik secara langsung maupun
tidak langsung (De Groot, 1992). Jasa ekosistem adalah
keuntungan yang diperoleh manusia dari ekosistem (MA, 2005).

Jasa ekosistem dikategorikan menjadi empat, yaitu meliputi


jasa penyediaan (provisioning), jasa pengaturan (regulating), jasa

48
budaya (cultural), dan jasa pendukung (supporting) (MA, 2005).
Berdasarkan empat kategori ini dikelaskan ada 23 kelas klasifikasi
jasa ekosistem, yaitu (De Groots, 2002):

• Jasa penyediaan: (1) bahan makanan, (2) air bersih, (3) serat,
bahan bakar dan bahan dasar lainnya, (4) materi genetik, (5)
bahan obat dan biokimia, (6) spesies hias.
• Jasa Pengaturan: (7) Pengaturan kualitas udara, (8)
Pengaturan iklim, (9) Pencegahan gangguan, (10) Pengaturan
air, (11) Pengolahan limbah, (12) Perlindungan tanah, (13)
Penyerbukan, (14) Pengaturan biologis, (15) Pembentukan
tanah.
• Budaya: (16) Estetika, (17) Rekreasi, (18) Warisan dan
identitas budaya, (20) Spiritual dan keagamaan, (21)
Pendidikan.
• Pendukung: (22) Habitat berkembang biak, (23) Perlindungan
plasma nutfah.
Menurut sistem klasifikasi jasa ekosistem dari Millenium
Ecosystem Assessment (2005), jasa ekosistem dikelompokkan
menjadi empat fungsi layanan, yaitu jasa penyediaan (provisioning),
jasa pengaturan (regulating), jasa pendukung (supporting), dan jasa
kultural (cultural), dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Klasifikasi Jasa Lingkungan

Klasifikasi Jasa
No Definisi Operasional
Lingkungan

Fungsi Penyediaan (Provisioning)

Hasil laut, pangan dari hutan


1 Pangan
(tanaman dan hewan), hasil pertanian

49
Klasifikasi Jasa
No Definisi Operasional
Lingkungan

dan perkebunan untuk pangan, hasil


peternakan

Penyediaan air dari tanah (termasuk


kapasitas penyimpanannya),
2 Air Bersih
penyediaan air dari sumber
permukaan

Hasil hutan, hasil laut, hasil


3 Serat (Fiber) pertanian dan perkebunan untuk
material

Penyediaan kayu bakar dan bahan


4 Bahan Bakar (Fuel)
bakar yang berasal dari fosil

Fungsi Pengaturan (Regulating)

Pengaturan suhu, kelembaban dan


1 Iklim hujan, pengendalian gas rumah kaca
dan karbon

Siklus hidrologi, serta infrastruktur


Tata aliran air dan alam untuk penyimpanan air,
2
banjir pengendalian banjir, dan
pemeliharaan air

Pencegahan dan Infrastruktur alam pencegahan dan


perlindungan dari kebakaran lahan,
3 perlindungan dari
erosi, abrasi, longsor, badai dan
bencana tsunami

50
Klasifikasi Jasa
No Definisi Operasional
Lingkungan

Kapasitas badan air dalam


4 Pemurnian air mengencerkan, mengurai dan
menyerap pencemar

Kapasitas lokasi dalam menetralisir,


Pengolahan dan
5 mengurai dan menyerap limbah dan
penguraian limbah
sampah

Pemeliharaan
Kapasitas mengatur sistem kimia
6 kualitas
udara
udara

Penyerbukan alami Distribusi habitat spesies pembantu


7
(pollination) proses penyerbukan alami

Pengendalian hama
Distribusi habitat spesies trigger dan
8 dan
pengendali hama dan penyakit
penyakit

Fungsi Budaya (Cultural)

Spiritual dan
Ruang dan tempat suci, peninggalan
1 warisan
sejarah dan leluhur
leluhur

Ruang untuk tinggal dan hidup


Tempat tinggal dan
sejahtera, jangkar “kampung
2 ruang hidup (sense
halaman” yang memiliki nilai
of place)
sentimental

51
Klasifikasi Jasa
No Definisi Operasional
Lingkungan

Fitur lanskap, keunikan alam, atau


Rekreasi dan
3 nilai tertentu yang menjadi daya tarik
ekoturisme
wisata

Keindahan alam yang memiliki nilai


4 Estetika
jual

Memiliki potensi untuk


Pendidikan dan pengembangan pendidikan dan
5
pengetahuan
pengetahuan

Fungsi Pendukung (Supporting)

Pembentukan
lapisan

1 tanah dan Kesuburan tanah


pemeliharaan

kesuburan

Siklus hara Kesuburan tanah, tingkat produksi


2
(nutrient) pertanian

Produksi oksigen, penyediaan habitat


3 Produksi primer
spesies

4 Biodiversitas Perlindungan keanekaragaman hayati

Sumber: Millenium Ecosystem Assessment, 2005; Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2011

52
Secara operasional daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dilakukan dengan pendekatan konsep jasa
ekosistem, dengan pengembangan asumsi dasar sebagai berikut:

• Semakin tinggi jasa ekosistem suatu wilayah, maka semakin


tinggi kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antar keduanya (lihat jasa penyediaan)
• Semakin tinggi jasa ekosistem suatu wilayah, maka semakin
tinggi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,
energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya (lihat jasa pengaturan)
Konsep jasa ekosistem secara operasional dilakukan dengan
menggunakan pendekatan keruangan yaitu menyusun peta jasa
ekosistem sebanyak jenis jasa ekosistem yang dikaji (4 jasa
ekosistem). Dengan dihasilkannya peta tersebut dapat diketahui
luasan, distribusi, dan indeks daya dukung jasa lingkungan. Unit
analisis data yang digunakan dalam kajian ini meliputi administrasi
dan ekoregion. Unit administrasi yang digunakan adalah batas
wilayah pengembangan, sedangkan unit ekoregion mencakup 4
jenis ekoregion, yaitu:

1. Ekoregion Kompleks Dataran Fluvial Kuala Kuayan -


Kasongan
2. Ekoregion Kompleks Dataran Gambut S. Katingan - S.
Sebangau
3. Ekoregion Kompleks Dataran Gambut S. Terentang - S.
Kapuas
4. Ekoregion Kompleks Perbukitan Denudasional Bukit Baka -
Bukit Raya.
Data dan indikator yang digunakan dalam penyusunan jasa
ekosistem Kabupaten Ketapang terdiri dari dua konsep input data

53
yang meliputi liputan lahan Kabupaten Ketapang dan ekoregion
pulau Kalimantan tahun 2017 dan satu konsep output yaitu jasa
ekosistem. Selengkapnya data dan indikator ketiga konsep tersebut
disajikan dalam tabel klasifikasi berikut. Sistem klasifikasi
ekoregion mengikuti Verstappen dan klasifikasi liputan lahan
menggunakan SNI dan one map policy. Ketiga data tersebut
diilustrasikan pada tabel berikut dengan mengambil contoh skala
1:250.000.

Tabel 3. 3 Tiga Konsep dan Data Utama dalam Penyusunan


Peta Jasa Ekosistem

Tiga Konsep Utama

Ekoregion Tutupan Lahan Jasa Ekosistem

1. Ekoregion 1. Badan Air 1. Peta Daya


Kompleks 2. Bandara/Pelabuhan Dukung
Dataran Fluvial 3. Belukar Rawa Lingkungan Jasa
Kuala Kuayan 4. Hutan Lahan Kering Ekosistem
– Kasongan Primer Penyediaan
2. Ekoregion 5. Hutan Lahan Kering Pangan
Kompleks Sekunder 2. Peta Daya
Dataran 6. Hutan Mangrove Dukung
Gambut S. Sekunder Lingkungan Jasa
Katingan - S. 7. Hutan Rawa Primer Ekosistem
Sebangau 8. Hutan Rawa Penyediaan Air
3. Ekoregion Sekunder Bersih;
Kompleks 9. Hutan Tanaman 3. Peta Daya
Dataran 10. Lahan Terbuka Dukung
Gambut S. 11. Pemukiman Lingkungan Jasa
Terentang - S. 12. Perkebunan Ekosistem
Kapuas 13. Pertambangan Pengaturan Iklim

54
Tiga Konsep Utama

Ekoregion Tutupan Lahan Jasa Ekosistem

4. Ekoregion 14. Pertanian Lahan 4. Peta Daya


Kompleks Kering Dukung
Perbukitan 15. Pertanian Lahan Lingkungan Jasa
Denudasional Kering Campur Ekosistem
Bukit Baka - 16. Rawa Pengaturan tata
Bukit Raya 17. Sawah aliran air dan
18. Semak Belukar pengendali banjir
19. Tambak 5. Peta Daya
20. Transmigrasi Dukung
Lingkungan Jasa
Ekosistem
Pencegahan dan
Perlindungan
dari Bencana
Alam
6. Peta Daya
Dukung
Lingkungan Jasa
Ekosistem
Biodiversitas
Sumber: Hasil Analisis, 2023

Sementara itu, dalam kajian yang dilakukan oleh Dinas


Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup
tahun 2023, yaitu Daya Dukung DAS Pesaguan, telah mencakup 20
jasa ekosistem. Meskipun demikian, DAS Pesaguan tidak mencakup
seluruh Kabupaten Ketapang. DAS Pesaguan melewati beberapa
batas administrasi yang berada di Kabupaten Ketapang, yaitu 9
kecamatan dan 49 desa. Kecamatan yang menjadi bagian dari DAS

55
Pesaguan tersebut adalah Hulu Sungai, Jelai Hulu, Kendawangan,
Marau, Matan Hilir Selatan, Nanga Tayap, Pemahan, Sungai Melayu
Rayak, dan Tumbang Titi.

Jasa ekosistem prioritas merupakan perhitungan secara


keseluruhan daya dukung dan memiliki tingkat terbaik dari seluruh
ekosistem yang sudah dihitung. Berdasarkan hasil kajian, berikut
merupakan jasa ekosistem prioritas DAS Pesaguan

Tabel 3. 4 Distribusi Luasan Daya Dukung Prioritas DAS


Pesaguan

Prioritas Prioritas
Kecamatan Prioritas I Prioritas II Prioritas IV
III V

Hulu Sungai 1.023,75 109,91 4,73

Jelai Hulu 225,16 8,91

Kendawangan 0,12 1.178,98 696,64 116,86

Marau 0,27 674,87

Matan Hilir
29.502,54 18.724,78 34.405,48 14.870,6
Selatan

Nanga Tayap 9.812,84 6.096,57 300,14

Pemahan 317,43

Sungai Melayu
656,09 2.556,9 3.829,5 1.988,59
Rayak

Tumbang Titi 10.145,64 71,45 54.932,14 12.602,44 2.967,51

Jumlah 21.863,48 29,574 83.925,16 52.208,94 20.248,42

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

56
Gambar 3. 3 Distribusi Luasan Jasa Ekosistem prioritas DAS
Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

Kemampuan daya dukung lingkungan hidup pada DAS


Pesaguan secara umum masuk didalam prioritas 3. Jasa ekosistem
prioritas 3 dapat mengartikan bahwa kualitas lingkungan yang ada
pada saat ini masuk dalam kelas sedang. Kemudian terdapat kelas
prioritas IV dan V dengan persentase luas wilayah 25.12 % dan
9.74% luas wilayah. Untuk luas wilayah Prioritas 1 terdapat 10.52%
dari luas wilayah dan luas wilayah Prioritas II seluas 14.23% dari
luas wilayah. Kemampun lingkungan yang dinilai kedalam
ekosistem prioritas dapat menyimpulkan kondisi lingkungan
terkini. Hal yang perlu dilakukan pada saat ini adalah bagaimana
untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup sehingga jasa
ekosistem prioritas dapat bertambah pada prioritas I dan II.
Degradasi lahan hutan menjadi salah satu faktor menurunnya
kualitas lingkungan hidup di DAS Pesaguan. Berikut adalah profil
dari Jasa Ekosistem Prioritas DAS Pesaguan:

57
Gambar 3. 4 Peta Jasa Ekosistem Prioritas DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

A. Jasa Ekosistem Penyedia Pangan


Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap
makhluk hidup untuk dapat bertahan hidup. Hal ini
membuat ketersediaan pangan di suatu wilayah merupakan
hal yang penting dan harus selalu terjamin ketersediaannya.
Alam diciptakan terdiri dari berbagai ekosistem yang juga
memberikan bermacam-macam manfaat bagi makhluk
hidup. Salah satu manfaat ini adalah penyediaan bahan
pangan, yakni segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
baik tumbuhan maupun hewan yang dapat diperuntukkan
bagi konsumsi manusia.

58
Distribusi luasan Daya Dukung Pangan (P1) pada
wilayah DAS Pesaguan di dominasi oleh Kelas Sedang dengan
luasan mencapai 85.299,04 Hektar (41%). Kemudian diikuti
dengan Kelas Sangat Rendah seluas 62.424,56 (30%) Hektar
dan kelas rendah seluas 57.204,20 (28%) Hektar serta Sangat
Tinggi seluas 2.892,29 Hektar (1%). Jika dilihat dari
persebaran luasan distribusi Kecamatan Sungai Melayu
Rayak memiliki jasa ekosistem Sangat Rendah terhadap
Penyediaan Pangan. Untuk Kelas Daya Dukung Tinggi
terdapat pada Kecamatan Matan Jelai Hulu seluas 4.15 %.

Gambar 3. 5 Profil Jasa Ekosistem Penyedia Pangan per


Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman


dan Lingkungan Hidup, 2023

59
Gambar 3. 6 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Pangan DAS
Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman


dan Lingkungan Hidup, 2023

Sementara itu, secara umum di Kabupaten Ketapang


lahan yang mampu menyediakan bahan pangan dapat dibagi
menjadi lahan berpotensi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah
dan sangat rendah. Lahan yang berpotensi sangat tinggi
dalam menyediakan bahan pangan memiliki luasan
12.017,69 ha, lahan yang berpotensi tinggi dalam penyediaan
bahan pangan memiliki luasan sebesar 825.960,01 ha, lahan
yang berpotensi sedang dalam penyediaan bahan pangan
memiliki luasan sebesar 312.547,23 ha, lahan yang
berpotensi rendah dalam penyediaan bahan pangan memiliki
luasan sebesar 1.838.823,78 ha, lahan yang berpotensi

60
sangat rendah dalam penyediaan bahan pangan memiliki
luasan sebesar 18.339,96 ha

61
Tabel 3. 5 Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan Kabupaten
Ketapang

Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan P1


Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi
50.545,
Air Upas 196,89 986,73 49.361,75
38
14.155,
Benua Kayong 798,01 1.970,86 10.532,10 820,23 34,09
29
6.093,2
Delta Pawan 1.684,27 1.225,53 2.230,17 911,50 41,77
4
599.290,4 610.79
Hulu Sungai 82,54 1.386,10 10.031,67
5 0,77
145.492,9 150.46
Jelai Hulu 45,20 504,24 4.427,38
1 9,73
575.05
Kendawangan 1.125,66 62.382,27 34.743,26 468.894,95 7.907,45
3,58
161.62
Manismata 23.215,25 2.790,62 135.123,76 496,11
5,75
90.670,
Marau 465,73 39.719,81 1.417,82 49.066,73
10
Matan Hilir 145.68
4.358,79 15.875,12 88.679,00 34.134,44 2.638,50
Selatan 5,86
Matan Hilir 103.41
133,73 54.616,03 47.169,38 1.424,06 70,06
Utara 3,26
54.066,
Muara Pawan 161,09 20.767,54 28.106,93 4.970,24 60,93
73
236.930,3 246.99
Nanga Tayap 433,26 6.181,91 3.349,48 99,54
6 4,54

62
Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan P1
Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi
16.609,
Pemahan 69,96 16.539,63
59
100.00
Sandai 1.602,95 96.758,12 1.639,84
0,91
121.28
Simpang Dua 118,25 94.590,80 26.528,28 49,57
6,90
200.033,2 248.19
Simpang Hulu 5.019,58 42.395,15 727,05 17,04
8 2,10
24.214,
Singkup 333,83 23.881,13
96
130.487,7 131.30
Sungai Laur 233,27 586,37
8 7,43
Sungai Melayu 60.244,
1.505,70 20.681,98 14.916,22 23.027,99 112,98
Rayak 86
96.267,
Tumbang Titi 501,95 78.049,15 1.419,27 15.758,08 539,23
68
1.838.823 312.547, 3.007.
Total 18.339,96 825.960,01 12.017,69
,78 23 688,67
Sumber: Bappeda, 2023

63
Gambar 3. 7 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Pangan Kabupaten
Ketapang

Sumber: Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya


Hutan KLHK, 2018

B. Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih


Selain bahan pangan hal lain yang juga merupakan
kebutuhan utama bagi manusia adalah ketersediaan air
bersih. Air bersih juga merupakan salah satu manfaat yang
dapat diperoleh dari ekosistem. Secara alami, air bersih dapat
berasal dari air permukaan, seperti: sungai dan danau
maupun berasal dari air tanah. Ekoregion yang terdapat di
Kabupaten Ketapang ada yang dapat memberikan manfaat
berupa penyediaan air bersih dengan baik maupun tidak.
Distribusi luasan Daya Dukung Penyediaan Air (P2)
DAS Pesaguan secara garis berada pada Kelas Tinggi seluas

64
92.121,16 Hektar (44%). Kemudian diikuti Kelas Sedang
seluas 85.900,10 Hektar (41%), Kelas Rendah seluas
22.750,93 Hektar (11%), Kelas Sangat Tinggi Seluas 5.347,56
Hektar (3%) dan Kelas Sangat Rendah seluas 1.700,34 Hektar
(1%).

Gambar 3. 8 Profil Jasa Ekosistem Penyedia Air per


Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman


dan Lingkungan Hidup, 2023

65
Gambar 3. 9 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Air DAS
Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman


dan Lingkungan Hidup, 2023

Sementara itu, secara umum di Kabupaten Ketapang


lahan yang mampu menyediakan air bersih dapat dibagi
menjadi lahan berpotensi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah
dan sangat rendah. Lahan yang berpotensi sangat tinggi
dalam menyediakan air bersih di Kabupaten Ketapang
memiliki luasan sebesar 68.228,98 ha. Lahan yang memiliki
potensi tinggi dalam penyediaan air bersih memiliki luasan
sebesar 641.965,59 ha. Lahan yang berpotensi sedang dalam
penyediaan air bersih memiliki luasan sebesar 921.569,94 ha.
Lahan yang berpotensi rendah dalam penyediaan air bersih
memiliki luasan sebesar 1.313.863,92 ha Sedangkan lahan
yang memiliki potensi sangat rendah memiliki luasan sebesar
62.060,23 ha. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi
tinggi terletak pada ekoregion dukungan morfologi datar

66
hingga cekung pada ekoregion ini membentuk reservoir tanah
atau cekungan hidrogeologi.

Tabel 3. 6 Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih Kabupaten


Ketapang

Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih P2


Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi

50.545,3
Air Upas 196,89 3.193,91 46.211,44 943,14
8

Benua 14.155,2
1.113,99 11.837,37 1.169,63 0,97 33,34
Kayong 9

Delta Pawan 1.759,55 3.083,04 1.188,49 20,16 42,01 6.093,24

510.747,4 610.790,
Hulu Sungai 846,74 89.168,85 135,22 9.892,55
1 77

150.469,
Jelai Hulu 1.273,63 97.080,80 47.688,47 996,32 3.430,51
73

Kendawanga 108.164,5 575.053,


11.884,44 78.189,24 343.507,63 33.307,70
n 7 58

161.625,
Manismata 2.346,90 23.016,58 7.150,70 117.975,23 11.136,33
75

90.670,1
Marau 957,17 38.457,08 2.809,31 48.237,41 209,13
0

Matan Hilir 145.685,


10.078,36 85.340,13 21.297,44 22.550,46 6.419,46
Selatan 86

67
Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih P2
Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi

Matan Hilir 103.413,


1.617,90 79.840,61 21.848,65 43,69 62,42
Utara 26

54.066,7
Muara Pawan 896,19 46.810,45 6.287,91 47,50 24,68
3

161.169,4 246.994,
Nanga Tayap 5.845,45 76.629,07 1.486,05 1.864,57
1 54

16.609,5
Pemahan 136,71 15.414,25 1.058,63
9

100.000,
Sandai 3.826,53 74.946,93 21.227,45
91

121.286,
Simpang Dua 1.130,08 98.382,63 21.774,19
90

Simpang 212.613,4 248.192,


11.438,86 24.122,72 17,08
Hulu 4 10

24.214,9
Singkup 754,50 23.460,46
6

103.903,5 131.307,
Sungai Laur 1.566,96 25.836,91
6 43

Sungai
60.244,8
Melayu 3.691,00 29.542,45 4.205,36 22.508,54 297,52
6
Rayak

96.267,6
Tumbang Titi 1.649,78 64.870,19 14.414,64 14.784,52 548,54
8

68
Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih P2
Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi

1.313.863 921.569,9 3.007.6


Total 62.060,23 641.965,59 68.228,98
,92 4 88,67

Sumber: Bappeda, 2023

Gambar 3. 10 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih


Kabupaten Ketapang

Sumber: Bappeda, 2023

C. Jasa Ekosistem Penyedia Serat (Fiber)


Ekosistem memberikan manfaaat bagi manusia dalam
menyediakan serat (fiber). Serat yang dimaksud adalah suatu
jenis bahan berupa potonganpotongan komponen yang

69
membentuk jaringan memanjang yang utuh. Ekosistem
menyediakan serat alami yang meliputi serat yang diproduksi
oleh tumbuh- tumbuhan, hewan, dan proses geologis.
Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan.
Serat alami dapat digolongkan ke dalam (1) serat tumbuhan
/serat pangan, (2) serat kayu, (3) serat hewan, dan (3) serat
mineral seperti logam dan carbon. Definisi operasional dari
penyediaan serat (fiber) ini adalah penyediaan berupa hasil
hutan, hasil laut, hasil pertanian & perkebunan yang
digunakan sebagai material.
Daya dukung penyediaan serat (fiber) DAS Pesaguan
memiliki kelas Sedang dengan luasan 101.035,07 Hektar
(48.6%). Kemudian diikuti oleh kelas tinggi seluas 58.908
Hektar (28.3%), kelas sangat tinggi dengan luasan 25.079
Hektar (12.1%). Sementara itu pada kelas sangat rendah
dengan luasan 19.835 Hektar (9.5%) dan kelas rendah seluas
2.961 Hektar (1.4%). Kondisi daya dukung penyediaan serat
(fiber) DAS Pesaguan tergolong baik dikarenakan luasan
terbesar daya dukung penyediaan serta berada pada kelas
Sangat Tinggi – Sedang.
Sebaran distribusi luasan daya dukung penyediaan
serat fiber untuk kelas sangat tinggi berada pada Kecamatan
Jelasi Hulu dan Kecamtan Nanga Tayap serta hulu sungai,
kelas tinggi berada pada Kecamatan Pemahan dan Kecamatan
Tumbang Titi, kelas sedang berada pada Kecamatan Matan
Hilir Selatan dan Kendawangan, kelas rendah berada pada
Kecamatan Marau dan Kelas Sangat Rendah berada pada
Kecamatan Sungai Melayu Rayak dan Matan Hilir Selatan.
Profil daya dukung penyediaan serat (fiber) DAS Pesaguan
adalah sebagai berikut:

70
Gambar 3. 11 Profil Jasa Ekosistem Penyedia Serat per
Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

71
Gambar 3. 12 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Serat DAS
Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

D. Jasa Ekosistem Penyediaan Bahan Bakar


Definisi operasional daya dukung penyediaan bahan
bakar adalah Kemampuan lahan dalam penyediaan kayu
bakar dan bahan bakar dari fosil. Ekosistem memberikan
manfaat penyediaan bahan bakar berupa energi, baik yang
berasal dari fosil seperti minyak bami dan batubara serta
sumber energi alternatif dari alam seperti tenaga air mikro
hidro, tenaga matahari dan tenaga angin serta panas bumi.
Selain itu ekosistem juga menyediaan bahan bakar
yang berasal dari biomassa minyak tanaman seperti minyak
sawit, minyak buah biji jarak. Hutan dan berbagai macam
tanaman kayu-kayuan juga memberikan sumbangan
terhadap sumber energy pembakaran. Sumber bahan bakar

72
fosil dan tenaga alam dapat diduga berdasarkan struktur
geologi dan bentuk lahannya, sedangkan untuk sumber
bahan bakar biomassa dan tanaman kayu-kayuan dapat
dilihat dari penutupan lahan dan karakteristik vegetasi.
Distrbusi luasan daya dukung penyediaan bahan bakar
DAS Pesaguan berada pada kelas Tinggi dengan luasan
67.217.71 Hektar (32.3%) diikuti oleh Kelas Sedang dengan
luasan 51.953.17 Hektar (25%). Kelas daya dukung
penyediaan bahan bakar kelas sangat tinggi dengan luasan
35.802.97 hektar (17.2%) diikuti dengan kelas rendah.
Distribusi perkecamatan luasan daya dukung
penyediaan bahan bakar DAS Pesaguan untuk Kelas Sangat
tinggi berada di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Nanga Tayap,
Kecamatan Jelai Hulul dan Kecamatan Hulu Sungai. Kelas
Tinggi berada pada Kecamatan Tumbang Titi, Kecamatan
Pamahan dan Kecamatan nanga Tayap. Kelas Sedang berada
pada Kecamatan kendawangan, Marau dan Kecamatan Matan
Hilir Selatan. Kelas rendah berada pada Kecamatan Sungai
Melayu Rayak, Kecamatan Marau dan Kecamatan
Kendawangan. Kelas sangat rendah berada pada Kecamatan
Sungai Melayu Rayak dan Matan Hilir Selatan.

73
Gambar 3. 13 Profil Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Bakar per
Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

Gambar 3. 14 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Bakar DAS


Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

E. Jasa Ekosistem Penyediaan Sumber Daya Genetik


Definsi operasional daya dukung sumber daya genetic
adalah Penyediaan Sumberdaya Genetik termasuk flora dan
fauna. Ekosistem menyediakan beragam sumber daya genetik
yang melimpah dan bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi
kesejahteraan manusia.
Sumberdaya genetik berhubungan erat dengan
keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna, dimana

74
keanekaragaman hayati yang tinggi akan diikuti dengan
sumber daya genetik yang melimpah. Sumber daya genetik
yang terlihat dari keanekaragaman hayati adalah semua
kehidupan di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur
dan mikroorganisme serta berbagai materi genetik yang
dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi di mana
mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan
keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme
yang berasal dari semua habitat baik yang ada di darat, laut
maupun sistem-sistem perairan lainnya.
Keanekaragaman hayati berperan sangat penting
dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti
sandang, pangan, papan, obatobatan dan bahan bakar.
Pemanfaatan keanekaragaman hayati secara lebih luas yaitu
berperan dalam pengaturan kondisi lingkungan seperti
kesuburan tanah, hidrologi, suhu, kelembaban dan
pengendalian pencemaran udara. Ketersediaan dan distribusi
sumberdaya genetik salah satunya ditentukan oleh tipe
ekosistem, yaitu ekoregion bentangalam dan penutup lahan
khususnya areal bervegetasi.
Distribusi daya dukung sumber daya genetic DAS
Pesaguan didominasi oleh Kelas Tinggi dan Sedang. Kelas
tinggi daya dukung tersebut dengan luas 80.265 hektar
(38.62%). Kelas sedang seluas 67.251,80 hektar (32.36%).
Kelas Rendah seluas 22.964 hektar (11.05%). Kelas sangat
tinggi seluas 21.877,92 hekaar (10.53%) dan kelas sangat
rendah seluas 15.460,45 hektar (7.445). Distribusi luasan
pada Kecamatan Hulu Sungai berada pada kelas Sangat
tinggi. Kecamatan Jelai Hulu pada kelas Sangat tinggi.
Kecamatan Kendawangan pada kelas rendah, Kecamatan
Marau pada kelas sedang, Kecamatan Matan Hilir Selatan

75
kelas Sedang, Kecamatan Nanga Tayap pada kelas Tinggi,
Kecamatan Pemahan pada kelas tinggi. Kecamatan Sungai
Melayu Rayak pada kelas sedang dan Kecamatan Tumbang
Titi pada kelas tinggi.

Gambar 3. 15 Profil Jasa Ekosistem Penyedia Sumber Daya


Genetik per Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

76
Gambar 3. 16 Peta Jasa Ekosistem Penyedia Sumber Daya
Genetik DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

F. Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim


Secara alamiah ekosistem mampu memberikan jasa
ekosistem berupa jasa pengaturan iklim mikro, yang meliputi
pengaturan suhu, kelembaban dan hujan, angin,
pengendalian gas rumah kaca, dan penyerapan karbon.
Fungsi pengaturan iklim dipengaruhi oleh keberadaan faktor
biotik khususnya vegetasi, serta letak dan faktor fisiografi
seperti ketinggian tempat dan bentuk lahan. Kawasan dengan
kepadatan vegetasi yang rapat dan letak ketinggian yang
besar seperti pegunungan akan memiliki sistem pengaturan
iklim yang lebih baik yang bermanfaat langsung pada
pengurangan emisi karbon dioksida dan efek rumah kaca
serta menurunkan dampak pemanasan global seperti
peningkatan permukaan laut dan perubahan iklim ekstrem
dan gelombang panas.
Distribusi luasan Daya Dukung Pengaturan iklim DAS
Pesaguan di dominasi oleh kelas sedang dengan luas
135.959.43 hektar (65.42 %). Diikuti oleh Kelas Tinggi seluas
24.202 Hektar (11.65%), kelas rendah dengan luas 20.316,37
hektar (9.78%). Kelas Sangat rendah dengan luasan
17.838,96 hektar (8.58%) dan kelas sangat tinggi dengan luas
9.500,51 hektar (4.57%). Kecamatan yang didominasi oleh
kelas sedang adalah Kecamatan Tumbang Titi, Sungai Melayu
Rayak, Pemahan, Nanga Tayap, Matan Hilir Selatan, Marau
dan Kendawangan. Kecamatan yang didominasi oleh kelas

77
sangat tinggia dalah Kecamatan Jelai Hulu serta pada kelas
tinggi adalah Kecamatan Hulu Sungai.

Gambar 3. 17 Profil Jasa Ekosistem Pengatur Iklim per


Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

78
Gambar 3. 18 Peta Jasa Ekosistem Pengatur Iklim DAS
Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

Sementara itu, pada lingkup Kabupaten Ketapang


bergantung kepada ekoregion Batu Rajaada yang dapat
memberikan manfaat berupa pengaturan iklim maupun
tidak. Secara umum di Kabupaten Ketapang lahan yang
mampu melakukan pengaturan iklim dapat dibagi menjadi
lahan berpotensi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan
rendah. Lahan yang berpotensi sangat tinggi dalam
pengaturan iklim di Kabupaten Ketapang memiliki luasan
sebesar 956.644,85 ha, lahan yang memiliki potensi tinggi
dalam pengaturan iklim memiliki luasan sebesar 854.072,34
ha, lahan yang memiliki potensi sedang dalam pengaturan

79
iklim memiliki luasan sebesar 979.957,50 ha, lahan yang
memiliki potensi rendah dalam pengaturan iklim memiliki
luasan sebesar 20.190,13 ha. Sedangkan lahan yang memiliki
potensi sangat rendah memiliki luasan sebesar 196.823,84
ha.

80
Tabel 3. 7 Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim Kabupaten
Ketapang

Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim R1


Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi
Air Upas 3.193,91 33.895,64 13.455,83 50.545,38
Benua Kayong 1.113,99 379,40 12.516,44 145,46 14.155,29
Delta Pawan 1.759,58 330,26 2.128,15 901,64 973,62 6.093,24
519.249,9 610.790,7
Hulu Sungai 850,64 1.386,10 10.259,27 79.044,80
5 7
150.469,7
Jelai Hulu 1.274,18 504,24 25.862,70 72.214,42 50.614,19
3
114.294,0 575.053,5
Kendawangan 9.779,16 358.800,41 68.585,92 23.594,02
7 8
161.625,7
Manismata 9.279,32 714,39 114.603,66 33.565,36 3.463,01
5
Marau 2.995,19 44.774,65 41.919,84 980,42 90.670,10
Matan Hilir 145.685,8
24.542,46 1.095,42 46.925,70 35.068,85 38.053,43
Selatan 6
Matan Hilir 103.413,2
1.617,90 147,04 40.023,66 10.792,46 50.832,21
Utara 6
Muara Pawan 896,19 1.332,16 34.350,98 1.756,12 15.731,27 54.066,73
246.994,5
Nanga Tayap 5.974,73 1.503,59 78.197,36 78.895,65 82.423,21
4
Pemahan 136,71 7.313,07 8.123,16 1.036,66 16.609,59
100.000,9
Sandai 3.826,53 925,30 19.653,35 55.293,58 20.302,15
1
121.286,9
Simpang Dua 1.130,08 99,52 15.397,68 58.265,95 46.393,67
0

81
Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim R1
Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi
248.192,1
Simpang Hulu 11.438,86 831,83 32.307,07 140.390,11 63.224,24
0
Singkup 754,50 21.405,88 2.054,58 24.214,96
131.307,4
Sungai Laur 1.566,96 558,45 14.419,49 89.484,08 25.278,46
3
Sungai Melayu
6.690,75 467,89 45.708,98 5.684,72 1.692,52 60.244,86
Rayak
Tumbang Titi 3.487,29 135,39 21.413,37 58.575,28 12.656,36 96.267,68
196.823,8 20.190, 956.644,8 3.007.68
Total 979.957,50 854.072,34
4 13 5 8,67
Sumber: Bappeda, 2023

Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi


dalam pengaturan iklim terletak pada ekoregion yang
didominasi oleh penggunaan lahan hutan, yang juga
merupakan penghasil oksigen. Penggunaan lahan dan
ketinggian tempat menyebabkan udara di pegunungan dan
perbukitan lebih sejuk dan relatif bersih. Hutan juga menjadi
penyaring alami polusi udara yang dihasilkan oleh kegiatan
manusia. Sebagian besar lahan yang memiliki potensi rendah
dalam pengaturan iklim terletak di Lembah antar
Perbukitan/Pegunungan patahan (Terban) dan dataran
Fluviomarin.

82
Gambar 3. 19 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim
Kabupaten Ketapang

Sumber: Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya


Hutan KLHK, 2018

G. Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air


Pengaturan tata air dengan siklus hidrologi sangat
dipengaruhi oleh keberadaan tutupan lahan dan fisiografi
suatu kawasan. Siklus hidrologi yang terjadi di biosfer dan
litosfer, yaitu ekosistem air yang meliputi aliran permukaan,
ekosistem air tawar, dan ekosistem air laut. Siklus hidrologi
yang normal akan berdampak pada pengaturan tata air yang
baik untuk berbagai macam kepentingan seperti
penyimpanan air, pengendalian banjir, dan pemeliharaan
ketersediaan air. Ekoregion yang terdapat di Pulau

83
Kalimantan ada yang dapat memberikan manfaat berupa
pengaturan tata air dengan baik maupun tidak.
Distribusi luasan daya dukung pengaturan tata aliran
air DAS Pesaguan didominasi oleh kelas tinggi dengan luas
99.155,52 Hektar (47.71%). Diikuti dengan Kelas Sedang
seluas 56.450,17 hektar (27.16%) dan kelas sangat tinggi
seluas 31.965,99 hektar (15.38%). Kelas sangat rendah
dengan luas 18.198.17 hektar (8.76%) dan kelas rendah
dengan luas 2.050,25 hektar (0.99%). Kecamatan yang
didominasi oleh kelas sangat tinggi adalah Kecamatan Nanga
Tayap, Kendawangan dan Hulu Sungai. Kelas Tinggi pada
Kecamatan Tumbang Titi, Pemahan dan Jelasi Hulu. Kelas
Sedang pada Kecamatan Sungai Melayu Rayak, Maray dan
matan Hilir Selatan. Kelas Sangat Rendah terdapat pada
Kecamatan Sungai Melayu Rayak, Nanga Tayap dan
Kendawangan. Wilayah yang berada pada kelas sangat
rendah rentan dengan kejadian banjir akibat buruknya tata
aliran air tersebut.

84
Gambar 3. 20 Profil Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air
per Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

Gambar 3. 21 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air


DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

Secara umum di Pulau Kalimantan lahan yang mampu


melakukan pengaturan tata air dapat dibagi menjadi lahan
berpotensi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan rendah.
Lahan yang berpotensi sangat tinggi dalam pengaturan tata
air di Kabupaten Ketapang memiliki luasan sebesar
976.834,98 ha, lahan yang memiliki potensi tinggi dalam

85
pengaturan tata air memiliki luasan sebesar 380.902,96 ha,
lahan yang memiliki potensi sedang dalam pengaturan tata
air memiliki luasan sebesar 1.453.126,89 ha, lahan yang
memiliki potensi rendah dalam pengaturan tata air memiliki
luasan sebesar 156.321,74 ha. Sedangkan lahan yang
memiliki potensi sangat rendah memiliki luasan sebesar
40.502,09 ha.

86
Tabel 3. 8 Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air
Kabupaten Ketapang

Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air R2

Kecamatan Sangat Sangat Total (Ha)


Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi

Air Upas 986,73 2.207,17 41.847,00 5.504,47 50.545,38

Benua Kayong 798,01 315,97 10.103,43 2.413,01 524,86 14.155,29

Delta Pawan 1.684,27 75,31 1.013,66 2.016,12 1.303,88 6.093,24

520.636,0 610.790,7
Hulu Sungai 82,54 768,10 89.252,81 51,26
5 7

150.469,7
Jelai Hulu 45,20 1.228,98 94.867,47 3.209,66 51.118,43
3

110.745,8 202.727,7 224.658,5 575.053,5


Kendawangan 3.548,22 33.373,19
5 4 9 8

161.625,7
Manismata 424,12 8.855,20 99.605,06 48.563,96 4.177,40
5

Marau 1.883,56 1.111,63 86.694,49 980,42 90.670,10

Matan Hilir 145.685,8


17.366,85 7.175,61 64.627,21 17.367,33 39.148,85
Selatan 6

Matan Hilir 103.413,2


133,73 1.484,17 36.556,18 14.259,93 50.979,25
Utara 6

Muara Pawan 161,09 735,10 11.180,08 24.927,02 17.063,43 54.066,73

148.511,5 246.994,5
Nanga Tayap 464,15 5.510,58 8.581,50 83.926,80
2 4

87
Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air R2

Kecamatan Sangat Sangat Total (Ha)


Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi

Pemahan 69,96 66,74 15.414,25 21,98 1.036,66 16.609,59

100.000,9
Sandai 1.602,95 2.223,59 74.946,93 21.227,45
1

121.286,9
Simpang Dua 118,25 1.011,83 71.422,25 2.241,38 46.493,19
0

158.072,8 248.192,1
Simpang Hulu 5.019,58 6.419,28 14.624,31 64.056,06
7 0

Singkup 333,83 420,67 21.916,97 1.543,49 24.214,96

103.693,8 131.307,4
Sungai Laur 233,27 1.333,69 209,67 25.836,91
9 3

Sungai Melayu
4.170,54 2.520,20 41.440,47 9.953,23 2.160,42 60.244,86
Rayak

Tumbang Titi 1.375,22 2.112,07 79.232,60 756,05 12.791,75 96.267,68

156.321, 1.453.12 380.902,9 976.834, 3.007.688


Total 40.502,09
74 6,89 6 98 ,67

Sumber: Bappeda, 2023

Sebagian besar lahan yang memiliki potensi tinggi


dalam pengaturan tata air terletak pada ekoregion yang
didominasi oleh tutupan lahan berupa vegetasi yang cukup
luas. Kawasan yang penggunaan lahannya didominasi hutan
mempunyai potensi tinggi untuk menyerap air. Vegetasi di
kawasan hutan mampu menampung air hujan dan
mengalirkannya dalam tanah, sehingga menjadi cadangan air

88
tanah. Semakin tinggi kerapatan vegetasi maka air hujan
yang dapat ditangkap semakin banyak.

Gambar 3. 22 Peta Jasa Ekosistem Pengatur Tata Aliran Air


Kabupaten Ketapang

Sumber: Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya


Hutan KLHK, 2018

H. Jasa Ekosistem Pengaturan Bencana


Vegetasi yang rapat dan tajuk yang luas membuat air
hujan yang terserap semakin banyak. Air akan ditampung
oleh tumbuhan dan dialirkan ke dalam tanah. Air hujan akan
diserap langsung oleh tanah tanpa melalui tumbuhan
langsung menuju akuifer. Aliran air tanah akan menuju ke
wilayah yang lebih rendah akibat gravitasi. Hal tersebut
menyebabkan ketersediaan air di dataran rendah dapat
terpenuhi. Adanya berbagai ekosistem dalam setiap satuan

89
administrasi juga memiliki peran dalam Pengaturan
Pencegahan dan Perlindungan Bencana. Secara khusus di
Kabupaten Ketapang yang memiliki kawasan hutan luas juga
memiliki perannya tersendiri. Kawasan hutan memiliki
kemampuan untuk mengurangi kerawanan terhadap bahaya
banjir dan longsor. Vegetasi di hutan mampu mengikat tanah
dengan kuat, sehingga tidak mudah tererosi oleh air hujan.
Vegetasi juga mengurangi jumlah air hujan yang langsung
jatuh ke dalam tanah. Dua fungsi tersebut akan mengurangi
bahaya longsor di pegunungan dan perbukitan. Sedimentasi
juga akan berkurang karena tanah tidak mudah tererosi. Hal
ini akan mengurangi endapan sedimen di dataran rendah.
Distribusi luasan Daya Dukung Pengaturan
Pencegahan dan Perlindungan Bencana DAS Pesaguan
dominasi terhadap kelas sedang seluas 80.839 hektar
(38.90%) diikuti oleh kelas tinggi seluas 51.152,29 hektar
(24.61%). Kelas Rendah dengan luas 34.129,31 Hektar
(16.42%), kelas sangat tinggi dengan luas 21.863,48 hektar
(10.52%) dan kelas sangat rendah dengan luas 19.835,84
hektar (9.54%).
Distribusi luasan perkecamatan yang di dominasi oleh
Kelas Sangat Tinggi adalah Kecamatan Jelai Hulu, Hulu
Sungai dan Nanga Tayap. Kecamatan yang didominasi kelas
tinggi adalah Tumbang Titi dan Pemahan. Kecamatan yang
didominasi oleh Kelas Sedang adalah Kecamatan Matan Hilir
Selatan, Marau, dan Kendawangan. Serta Kecamatan yang
didominasi oleh kelas rendah adalah Sungai Melayu Rayak.

90
Gambar 3. 23 Profil Jasa Ekosistem Pencegahan dan
Perlindungan dari Bencana per Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

Gambar 3. 24 Peta Jasa Ekosistem Pencegahan dan


Perlindungan dari Bencana DAS Pesaguan

91
Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan
Lingkungan Hidup, 2023

Secara umum di Pulau Kalimantan lahan yang mampu


melakukan pengaturan tata air dapat dibagi menjadi lahan
berpotensi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan rendah.
Lahan yang berpotensi sangat tinggi dalam pengaturan
Bencana di Kabupaten Ketapang memiliki luasan sebesar
956.644,85 ha, lahan yang memiliki potensi tinggi dalam
pengaturan bencana memiliki luasan sebesar 854.072,34 ha,
lahan yang memiliki potensi sedang dalam pengaturan
bencana memiliki luasan sebesar 994.963,52 ha, lahan yang
memiliki potensi rendah dalam pengaturan bencana memiliki
luasan sebesar 165.021,80 ha. Sedangkan lahan yang
memiliki potensi sangat rendah memiliki luasan sebesar
36.986,15 ha.

Tabel 3. 9 Jasa Ekosistem Pengaturan Bencana Kabupaten


Ketapang

Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan Bencana


R3
Kecamatan Total (Ha)
Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi

2.786,9 33.895,6 13.455,8


Air Upas 406,96 50.545,38
5 4 3

Benua 1.113,9 12.895,8


145,46 14.155,29
Kayong 9 4

1.759,5
Delta Pawan 2.458,40 901,64 973,62 6.093,24
8

92
Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan Bencana
R3
Kecamatan Total (Ha)
Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi

11.645,3 79.044,8 519.249 610.790,7


Hulu Sungai 850,64
8 0 ,95 7

1.228,9 26.366,9 72.214,4 50.614, 150.469,7


Jelai Hulu 45,20
8 4 2 19 3

Kendawanga 111.52 363.395, 68.585,9 23.594, 575.053,5


7.954,12
n 4,06 46 2 02 8

9.264,3 115.318, 33.565,3 3.463,0 161.625,7


Manismata 15,02
0 05 6 1 5

1.283,2 44.774,6 41.919,8


Marau 1.711,93 980,42 90.670,10
6 5 4

Matan Hilir 17.056,4 7.486,0 48.021,1 35.068,8 38.053, 145.685,8


Selatan 6 0 2 5 43 6

Matan Hilir 1.617,9 40.170,6 10.792,4 50.832, 103.413,2


Utara 0 9 6 21 6

Muara 35.683,1 15.731,


896,19 1.756,12 54.066,73
Pawan 4 27

5.974,7 79.700,9 78.895,6 82.423, 246.994,5


Nanga Tayap
3 5 5 21 4

1.036,6
Pemahan 136,71 7.313,07 8.123,16 16.609,59
6

3.161,9 20.578,6 55.293,5 20.302, 100.000,9


Sandai 664,59
4 4 8 15 1

93
Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan Bencana
R3
Kecamatan Total (Ha)
Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi
Rendah Tinggi

Simpang 1.130,0 15.497,2 58.265,9 46.393, 121.286,9


Dua 8 0 5 67 0

Simpang 6.658,6 33.138,8 140.390, 63.224, 248.192,1


4.780,26
Hulu 0 9 11 24 0

21.405,8
Singkup 95,28 659,22 2.054,58 24.214,96
8

1.441,1 14.977,9 89.484,0 25.278, 131.307,4


Sungai Laur 125,83
3 4 8 46 3

Sungai
3.513,1 46.176,8 1.692,5
Melayu 3.177,57 5.684,72 60.244,86
8 7 2
Rayak

2.534,3 21.548,7 58.575,2 12.656,


Tumbang Titi 952,93 96.267,68
6 6 8 36

36.986, 165.02 994.963, 854.072, 956.64 3.007.688


Total
15 1,80 52 34 4,85 ,67

Sumber: Bappeda, 2023

94
Gambar 3. 25 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Bencana
Kabupaten Ketapang

Sumber: Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya


Hutan KLHK, 2018

I. Jasa Ekosistem Pemurnian Air


Definisi opersional dari daya dukung pemurnian air adalah
kemampuan lahan untuk menyediakan Kapasitas air dalam
mengencerkan, mengurai dan menyerap pencemar.
Ekosistem memiliki kemampuan untuk “membersihkan”
pencemar melalui proses-proses kimia-fisik-biologi yang
berlangsung secara alami dalam badan air. Kemampuan
pemurniah air secara alami (self purification) memerlukan
waktu dan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya beban
pencemar dan teknik pemulihan alam.

95
Secara fisik, pemurnian air terjadi karena siklus
hidrologi yang salah satu prosesnya adalah penguapan/
evaporasi, dengan adanya proses evaporasi yang terjadi
akibat interaksi antara air dan panas dari matahari, air yang
sudah tercampur dengan material terlarut akan dipisahkan
karena molekul air murni akan menguap dan terkondensasi
menjadi awan yang kemudian turun kembali dalam bentuk
hujan. Selanjutnya, secara biologis, pemurnian air dapat
terjadi akibat adanya vegetasi dan aktivitas bakteri alam
dalam merombak bahan organik, sehingga kapasitas badan
air dalam mengencerkan, mengurai dan menyerap pencemar
meningkat. Sementara pemurnian air secara kimia terjadi
apabila muncul reaksi antar molekul yang berada di badan
air, namun pemurnian air secara kimia tidak terjadi secara
terusmenerus dan bergantung pada kandungan zat dalam
badan air.
Distribusi luasan daya dukung pemurnian air DAS
Pesaguan di dominasi oleh kelas sedang dengan luasan
115.476,56 hektar (55.57%) kemudian diikuti oleh kelas
rendah seluas 50.163,07 hektar (24.14%). Kelas sangat tinggi
terdapat dengan luasan 103.29 hektar (0.05%). Kelas Tinggi
dengan luas 21.828.77 hektar (10.5%) dan kelas sangat
rendah dengan luas 20.248,42 hektar (9.74%). Dominasi
kelas sangat tinggi hanya terdapat pada Kecamatan Jelai
Hulu. Dominasi kelas tinggi berada pada Kecamatan Nanga
Tayap, Jelai Hulu dan Hulu Sungai. Dominasi kelas sedang
terdapat pada Kecamatan Tumbang Titi, Pemahan, Matan
Hilir Selatan, Marau dan kendwangan. Kelas daya dukung
rendah dan sangat rendah tersebar di hampor seluruh
kecamatan yang ada.

96
Gambar 3. 26 Profil Jasa Ekosistem Pemurnian Air per
Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

97
Gambar 3. 27 Peta Jasa Ekosistem Pemurnian Air DAS
Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

J. Jasa Ekosistem Pengolahan dan Pengurai Air Limbah


Definisi operasional dari Daya Dukung Pengolahan dan
Penguraian Air Limbah adalah Kapasitas lokasi dalam
menetralisir, mengurai dan menyerap limbah dan sampah.
Jasa ekosistem pengolahan dan penguraian limbah meliputi
kapasitas lokasi dalam menetralisir, mengurai dan menyerap
limbah dan sampah. Dalam kapasitas yang terbatas,
ekosistem memiliki kemampuan untuk menetralisir zat
organik yang ada dalam air limbah. Alam menyediakan
berbagai macam mikroba (aerob) yang mampu menguraikan

98
zat organik yang terdapat dalam limbah dan sampah menjadi
zat anorganik yang stabil dan tidak memberikan dampak
pencemaran bagi lingkungan. Mikroba aerob yang disediakan
ekosistem dan berperan dalam proses menetralisir, mengurai
dan menyerap limbah dan sampah diantarnya bakteri, jamur,
protozoa, ganggang.
Distribusi luasan daya dukung permurnian air limbah
DAS Pesaguan di dominasi oleh Kelas Tinggi – Rendah. Kelas
Rendah dengan luasan 77.375,97 hektar (37.23%). Kelas
Sedang dengan luasan 61.404,52 hektar (29.55%). Kelas
tinggi dengan luasan 51.245,37 hektar (24.6%). Kelas Sangat
rendah dengan luasan 17.690,96 hektar (8.51%) dan kelas
sangat tinggi dengan luasan 103.29 hektar (0.05%). Sebaran
disetiap kecamatan didapati bahwa kelas sangat tinggi
terdapat pada kecematan Jelai Hulu. Dominasi kelas tinggi
terdapat pada kecamatan Hulu Sungai, Jelai Hulu, Nanga
Tayap. Dominasi kelas sedang terdapat pada Kecamatan
Tumbang Titi, Pemahan. Dominasi kelas rendah terdapat
pada kecamatan Sungai Melayu Rayak, Marau, Kendawangan
dan kelas sangat rendah terdapat pada kecamatan Tumbang
titi, Sungai Melayu Rayak, Matan Hilir Selatan, Marau dan
Kendawangan.

99
Gambar 3. 28 Profil Jasa Ekosistem Pengolahan dan Pengurai
Air Limbah per Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

100
Gambar 3. 29 Peta Jasa Ekosistem Pengolahan dan Pengurai
Air Limbah DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

K. Pemeliharaan Kualitas Udara


Definisi operasional Daya Dukung Pemeliharaan
Kualitas udara adalah kemampuan lingkungan untuk
mengatur sistem kimia udara. Ekosistem memiliki
kemampuan untuk memberikan manfaat berupa pengaturan
terhadap kualitas udara yang baik. Kualitas udara. sangat
dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai polutan yang
diemisikan ke udara dengan faktor - faktor meteorologis
(angin, suhu, hujan, sinar matahari) dan pemanfaatan ruang
permukaan bumi. Semakin tinggi intensitas pemanfaatan
ruang, semakin dinamis kualitas udara. Jasa pemeliharaan
kualitas udara pada kawasan bervegetasi dan pada daerah
bertopografi tinggi umumnya lebih baik dibanding dengan
daerah non vegetasi.
Distribusi luasan daya dukung pemeliharaan kualitas
udara DAS Pesaguan di dominasi oleh kelas sedang dengan
luasan 70.269 hektar (38.81 %) diikuti oleh kelas tinggi seluas
63.606.25 hektar (30.61%). Kelas sangat tinggi dengan luas
21.863,48 hektar (10.52%). Kelas rendah dengan luasan
34,591,32 hektar (16.64%) dan kelas sangat rendah dengan
luasan 17.849.06 hektar (8.42%). Kelas dominan sangat
tinggi terdapat pada Kecamatan Jelai Hulu, Hulu Sungai dan
Nanga Tayap. Kelas dominan tinggi terdapat pada Kecamatan
Tumbang Titi, Pemahan. Kelas dominan sedang terdapat pada
Kecamatan Marau, Kendawangan dan Matan Hilir Selatan.

101
Untuk kelas rendah dan sangat rendah tersebar merata
disetiap kecamatan (tidak mendominasi).

Gambar 3. 30 Profil Jasa Ekosistem Pemeliharaan Kualitas


Udara Air per Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

102
Gambar 3. 31 Peta Jasa Ekosistem Pemeliharaan Kualitas
Udara DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

L. Pengaturan Penyerbukan Alami


Definisi operasional daya dukung pengaturan
penyerbukan alami adalah kemampuan lingkungan sebagai
distribusi habitat spesies pembantu proses penyerbukan
alami. Penyerbukan alami (pollination) adalah proses
penyerbukan (berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke
kepala putik) yang secara khusus terjadi pada bunga yang
sama atau antar bunga yang berbeda tetapi dalam satu
tanaman atau di antara bunga pada klon tanaman yang
sama. Ekosistem menyediakan jasa pengaturan penyerbukan

103
alami khususnya lewat tersedianya habitat spesies yang
dapat pembantu proses penyerbukan alami. Habitat alami
seperti hutan dan areal bervegetasi umumnya menyediakan
media spesies pengatur penyerbukan yang lebih melimpah.
Distribusi luasan daya dukung penyerbukan alami DAS
Pesaguan berada pada kelas rendah. Luasan kelas rendah
adalah 79.775,35 hektar (38.39%). Diikuti kelas sangat
rendah dengan luasan 38.349,10 hektar (18.45%), kelas
tinggi dengan luasan 34.991,43 hektar (16.84%), kelas sedang
dengan luas 32.840,47 hektar (15.80%) dan kelas sangat
tinggi dengan luas 21.863 hektar (10.52%).
Distribusi luasan dominasi kelas rendah adalah
Kecamatan Tumbang Titi, Sungai Melayu Rayak, Pemahan.
Dominasi kelas tinggi terdapat pada Kecamatan Jelai Hulu
dan Hulu Sungai serta Nanga Tayap. Dominasi Kelas sedang
pada kecamatan Matau dan Kendawangan, kelas tinggi pada
kecamatan Matan Hilir Selatan dan Kelas sangat rendah
terdistribusi pada setiap kecamatan.

104
Gambar 3. 32 Profil Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan
Alami per Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

Gambar 3. 33 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan


Alami DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

M. Pengendalian Hama dan Penyakit


Definisi operasional Daya Dukung Pengendalian Hama
dan Penyakut adalah kemampuan lingkungan sebagai
Distribusi habitat spesies trigger dan pengendali hama dan
penyakit. Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-
makhluk atau organisme pengganggu yang disebut hama

105
karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi,
atau ekonomi. Hama dan penyakit merupakan ancaman
biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat
menyebabkan gagal panen. Ekosistem secara alami
menyediakan sistem pengendalian hama dan penyakit
melalui keberadaan habitat spesies trigger dan pengendali
hama dan penyakit.
Distribusi luasan daya dukung pengendalian hama dan
penyakit DAS Pesaguan adalah kelas sedang. Dominasi kelas
sedang dengan luas 83.327,96 hektar (40.10%) diikuti oleh
kelas sangat rendah, rendah dan tinggi secara urut pada luas
45.2919 hektar (21,76%), 39,948.96 hektar (19.22%) dan
39.220.73 (18.87%). Kemudian untuk kelas sangat tinggi
hanya mendapatkan persentase 0.05% atau seluas 103.29%.
Dominasi kelas sedang pada setiap kecamatan terdapat
pada Kecamatan Tumbang Titi, Pemahan dan kendawangan.
Dominasi kelas sangat rendah terdapat pada kecamatan
Sungai Melayu Rayak, Matan Hilir Selatan serta
kendawangan walaupun tidak mendominasi. Kelas Tinggi
terdapat pada Jelai Hulu dan Hulu Sungai serta Nanga Tayap
dan kelas tinggi hanya terdapat pada Jelai Hulu.

106
Gambar 3. 34 Profil Jasa Ekosistem Pengendalian Hama dan
Penyakit per Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

107
Gambar 3. 35 Peta Jasa Ekosistem Pengendalian Hama dan
Penyakit DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

N. Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang Hidup


Definisi operasional daya dukung tempat tinggal dan
ruang hidup adalah kemampuan lingkungan untuk
menyediakan ruang untuk tinggal dan hidup sejahtera,
jangkar “kampung halaman” yang punya nilai sentimental.
Ekosistem memberikan manfaat positif bagi manusia
khususnya ruang untuk tinggal dan hidup sejahtera. Ruang
hidup ini didukung oleh kemampuan dan kesesuaian lahan
yang tinggi sehingga memberikan dukungan kehidupan baik
secara sosial, ekonomi maupun budaya. Jasa ekosistem
sebagai tempat tinggal dan ruang hidup secara sosial sangat

108
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik dan geografis serta
peluang pengembangan wilayah yang lebih besar.
Daya dukung tempat tinggal dan ruang hidup DAS
Pesaguan didominasi oleh kelas sedang degan luas 99.402,61
hektar (47.83%) diikuti oleh kelas tinggi dengan luas
45.243,65 hektar (21.77%) dan sangat tinggi dengan luas
21.863,48 hektar (10.52%). Kelas daya dukung rendah
terdapat dengan luas 21.474,51 hektar (10.33%) dan sangat
rendah dengan luasan 19.835 hektar (9.54%).
Sebaran daya dukung tempat tinggal dan ruang hidup
dominasi kelas sangat tinggi terdapat pada Kecamatan Nanga
Tayap, Jelai Hulu dan Hulu Sungai. Dominasi kelas tinggi
terdapat pada kecamatan Matan Hilir Selatan. Dominasi kelas
sedang terdapat pada kecamatan Tumbang Titi, Sungai
Melayu Rayak dan Kendawangan. Dominasi kelas rendah
terdapat pada Kecamatan Marau. Dan kelas sangat rendah
(presentasi kecil) terdapat pada kecamatan Tumbang Titi,
Sungai Melayu Rayak, Matan Hilir Selatan dan Kendawangan.

109
Gambar 3. 36 Profil Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang
Hidup per Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

Gambar 3. 37 Peta Jasa Ekosistem Tempat Tinggal dan Ruang


Hidup DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

O. Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ecotourism


Daya dukung rekreasi dan ecoturism adalah
kemampuan lingkungan untuk menyediakan Fitur lansekap,
keunikan alam, atau nilai tertentu yang menjadi daya tarik
wisata. Ekosistem menyediakan fitur lansekap, keunikan
alam, atau nilai tertentu yang menjadi daya tarik wisata.

110
Berbagai macam bentuk bentang alam dan keunikan flora
dan fauna serta keanekaragaman hayati yang terdapat dalam
ekosistem memberi ciri dan keindahan bagi para wisatawan.
Dari sisi ekonomi, akan diperoleh banyak keuntungan
bahkan menjadi sumber devisa negara yang besar. Variasi
bentangalam berpengaruh besar terhadap nilai jasa budaya
rekreasi dan ekowisata.
Daya dukung rekreasi dan ecoturism DAS Pesaguan
berada pada kelas sedang dengan luasan 114.322.37 hektar
(55.01%) diikuti dengan kelas tinggi seluas 48.970,47 hektar
(23.56%) dan sangat tinggi dengan luas 21.932.06 hektar
(10.55%). Kelas rendah dengan luasan 22.595.20 hektar
(10.87%).
Dominasi kelas sangati tinggi terdapat pada kecamatan
Jelai Hulu dan Hulu Sungai serta Nanga Tayap. Dominasi
kelas Tinggi terdapat pada Kecamatan Matan Hilir Selatan
dan kendawangan. Dominasi Kelas Sedang terdapat pada
Kecamatan tumbang Titi, Sungai Melayu Rayak, Pemahan
dan Marau.

111
Gambar 3. 38 Profil Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ecotourism
per Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

112
Gambar 3. 39 Peta Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ecotourism
DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

P. Jasa Ekosistem Estetika


Definisi operasional daya dukung estetika adalah
kemampuan lingkungan yang memiliki keindahan alam yang
memiliki nilai jual. Estetika keindahan alam terbentuk dari
perpaduan berbagai bentangalam yang masingmasing
memiliki keindahan dan keunikan tersendiri. Penyediaan
estetika keindahan alam ini bergantung pada kondisi saat ini
apakah masih dalam keadaan baik ataukah sudah
mengalami banyak kerusakan. Ekosistem memiliki fungsi
budaya berupa esteik alam seperti laut, pegunungan, lembah,
pantai dan lain sebagainya telah memberikan nuansa

113
keindahan alam dan nilai-nilai estetika yang mengagumkan
dan memiliki nilai jual. Paduan bentang alam dan bentang
budaya semakin memperkuat nilai keindahan dan estetika
yang telah diberikan oleh ekosistem.
Daya dukung estetika DAS Pesaguan berada pada kelas
Sangat Tinggi dengan luas 83.562,37 hektar (40.21%) diikuti
oleh kelas sedang dengan luas 62.497,56 hektar (30.07%).
Kelas Tinggi dengan luas 21.337,04 hektar (10.27%), kelas
rendah dengan luas 24.634,37 hektar (11.85%) dan kelas
sangat rendah dengan luas 15.788,72 hektar (7.60 %).
Dominasi kelas tinggi terdapat pada seluruh kecamatan.
Dominasi kelas sedang terdapat pada kecamatan Pemahan
dan Kendawangan. Dominasi kelas rendah terdapat pada
Kecamatan Marau serta dominasi kelas sangat rendah
dengan persentase kecil terdapat pada Kecamatan Sungai
Melayu Rayak, Matan Hilir Selatan dan Kendawangan.

Gambar 3. 40 Profil Jasa Ekosistem Estetika per Kecamatan


pada DAS Pesaguan

114
Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan
Lingkungan Hidup, 2023

Gambar 3. 41 Peta Jasa Ekosistem Estetika DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

Q. Jasa Ekosistem Pembentukan Lapisan Tanah dan


Pemelihara Kesuburan
Definisi operasional dari daya dukung pembentukan
lapisan tanah dan kesuburan adalah kemampuan lingkungan
terhadap Kesuburan tanah. Ekosistem memberikan jasa
pendukung berupa pembentukan lapisan tanah dan
pemeliharaan kesuburan yang bervariasi antar daerah.
Daerah yang memiliki jenis batuan cepat lapuk, dengan
kondisi curah hujan dan penyinaran matahari yang tinggi
akibat bentuk permukaan bumi serta didukung oleh

115
keberadaan organisme dalam tanah dan tumbuhan penutup
tanah akan menyebabkan pembentukan tanah semakin
cepat. Jasa ekosistem ini dapat memengaruhi kondisi
kesuburan tanah, menetukan tingkat produksi pertanian,
ataupun menyediakan habitat untuk berbagai macam
spesies.
Daya dukung pembentukan lapisan tanah dan
pemeliharaan kesuburan DAS Pesaguan dominan pada kelas
rendah dengan luasan 11.918.75 hektar (53.83%) diikuti
kelas tinggi seluas 51.313.95 hektar (24.69%). Kelas sedang
pada luas 21.888,92 hektar (10.53%) dam sangat rendah
seluas 22.595,20 hektar (10.87%). Kelas sangat tinggi hanya
0.05% dengan luas 103.29 hektar.
Dominasi kelas rendah terdapat pada Kecamatan
Tumbang Titi, Sungai Melayu Rayak, Pemahan, Marau.
Dominasi kelas tinggi terdapat pada Kecamatan Nanga Tayap,
Jelai Hulu dan Hulu Sungai. Sementara untuk kelas sangat
tinggi terdapat pada Kecamatan Jelai Hulu dan Tumbang Titi.
Kelas sedang di dominasi oleh Kecamatan Kendawangan dan
kelas sangat rendah dengan persentase kecil terdapat di
Kecamatan Sungai Melayu Rayak, Tumbang titi, Nanga
Tayap, Matan Hilir Selatan dan Kendawangan.

116
Gambar 3. 42 Profil Jasa Ekosistem Pembentukan Lapisan
Tanah dan Pemelihara Kesuburan per Kecamatan pada DAS
Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

117
Gambar 3. 43 Peta Jasa Ekosistem Pembentukan Lapisan
Tanah dan Pemelihara Kesuburan DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

R. Jasa Ekosistem Siklus Hara (Nutrient)


Daya dukung siklus hara (nutrient) adalah kemampuan
lahan dalam kesuburan tanah dan tingkat produksi
pertanian. Ekosistem memiliki kemampuan untuk
memberikan dukungan kepada proses siklus hara, siklus
hara sendiri diartikan sebagai pergerakan atau perpindahan
materi berupa unsur-unsur hara/organik penting bagi
metabolisme tumbuhan secara alami di alam. Siklus hara ini
merupakan proses penting bagi suplai dan penyerapan dari
senyawa kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

118
metabolisme tanaman yang pemanfaatannya dapat dirasakan
langsung oleh manusia. Siklus hara dalam suatu ekosistem
merupakan proses yang terintegrasi dari
pergerakan/pemindahan energi dan hara didalam ekosistem
itu sendiri dan juga interaksinya dengan atmosfir, biosfir,
geosfir dan hidrosfir.
Daya dukung siklus hara (nutrient) DAS Pesaguan
adalah kelas rendah dengan luas 76.549,82 hektar (36.83%),
diikuti kelas sedang dengan luas 55.451,49 hektar (26.68%).
Kelas Sangat tinggi dengan luas 39.039,82 hektar (18.79%)
dan Kelas tinggi dengan luas 34.728,71 hektar (16.71%).
Kelas sangat rendah dengan luas 2.050 hektar (0.99%).
Dominasi kelas rendah terdapat pada Kecamatan
Pemahan dan Tumbang Titi. Dominasi kelas sedang terdapat
pada Kecamatan Marau dan Sungai Melayu Rayak. Dominasi
kelas sangat tinggi terdapat pada Kecamatan Jelai Hulu dan
Tumban Titi. Dominasi kelas tingi terdapat pada Kecamatan
Nanga Tayap, Kendawangan dan Hulu Sungai. Dominasi
kelas rendah dengan persentase kecil terdapat pada
kecamatan Tumbang Titi, Sungai Melayu Rayak, Nanga
Tayap.

119
Gambar 3. 44 Profil Jasa Ekosistem Siklus Hara per
Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

120
Gambar 3. 45 Peta Jasa Ekosistem Siklus Hara DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

S. Jasa Ekosistem Produksi Primer


Daya dukung produksi primer adalah kemampuan
lahan untuk Produksi oksigen, penyediaan habitat spesies.
Ekosistem memberikan jasa produksi primer berupa kroduksi
oksigen dan penyediaan habitat spesies. Produksi oksigen
memberikan dukungan bagi seluruh kehidupan makhluk.
Tanpa adanya oksigen maka tidak akan ada kehidupan.
Keberadaan vegetasi seperti hutan yang menyerap
karbondioksida untuk pembentukan oksigen dan karbon
dalam bentuk glukosa melalui proses fotosintesis menjadi
aspek penting dalam kehidupan manusia. Hasil dari

121
fotosintesis adalah oksigen dan glukosa, oksigen dan glukosa
inilah yang menjadi kebutuhan utama yang diperlukan
makhluk hidup dibumi untuk bertahan hidup, sehingga
fotositesis menjadi salah satu proses produksi primer bagi
kelangsungan hidup manusia.
Ekosistem telah menyediakan komponen-komponen
yang dapat mendukung keberlanjutan produksi primer
tersebut seperti ketersediaan air hingga zat hara dalam tanah.
Jasa ekosistem produksi primer tersebut akan bervariasi
antar lokasi dan berhubungan erat dengan keberadaan
vegetasi dan hutan sebagai lokasi utama terjadinya
fotosintesis.
Daya dukung produksi primer DAS Pesaguan adalah
sangat buruk. Produksi primer berada pada kelas rendah dan
sangat rendah. Persentase kelas rendah adalah 33.4% luas
wilayah dan sangat rendah dengan luas 34.04% luas wilayah.
Kelas tinggi memiliki 17.18% luas wilayah sementara kelas
sangat tinggi dan sedang secara urut 7.56% dan 7.78% luas
wilayah. Dominasi Kecamatan dengan luasan kelas sangat
tinggi terluas adalah Kecamatan Matan Hilir Selatan. Kelas
tinggi selain kecamatan Matan Hilir Selatan juga terdapat
Tumbang Titi dan Nanga Tayap. Kelas sedang terdapat Matan
Hilir Selatan dan Tumbang Titi kemudian untuk kelas sangat
rendah luasan yang mendominasi adalah kecamatan
Tumbang Titi.

122
Gambar 3. 46 Profil Jasa Ekosistem Produksi Primer per
Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

123
Gambar 3. 47 Peta Jasa Ekosistem Produksi Primer DAS
Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

T. Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas


Seiring semakin meningkatnya jumlah penduduk,
maka meningkat pula kebutuhan sumber daya alam hayati
yang berakibat pada menurunnya sumber daya alam hayati
tersebut apabila tidak dikelola secara lestari atau dikenal
dengan degradasi sumber daya alam dan lingkungan. Oleh
karena itu, tuntutan terhadap pengelolaan sumber daya alam
hayati secara berkelanjutan menjadi prioritas. Mengingat,
kebutuhan akan sumber daya alam hayati sangat tergantung
pada kondisi suatu wilayah, maka dalam pelaksanaan
pengelolaannya diperlukan pemahaman terhadap nilai
keanekaragaman hayati sebagai sumber daya alam hayati
sesuai dengan wilayahnya. Nilai keanekaragaman hayati
mencakup tingkat keragaman dan
kelimpahan, sehingga dapat menjadi acuan dalam
pengelolaan kawasan untuk mendukung konservasi
keanekaragaman hayati yang ada di dalam wilayah kelola
suatu unit pengelolaan atau unit usaha. Ekosistem telah
memberikan jasa keanekaragaman hayati (biodiversity) di
antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk
diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta
kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam
spesies, antara spesies dan ekosistem yang menjadi habitat
perkembangbiakan flora fauna. Semakin tinggi karakter

124
biodiversitas maka semakin tinggi fungsi dukungan
ekosistem terhadap perikehidupan.
Daya dukung biodiversitas DAS Pesaguan masung
dalam keadaan baik. Kelas tinggi mendominasi luasan lahan
terhadap daya dukung tersebut. Kelas tinggi memiliki
proporsi sebesar 64.94% sementara kelas rendah mempunyai
luasan 33.85% luas wilayah. Kelas tinggi hanya berkisar
0.05% luas wilayah dan kelas sedang seluas 1.16% luas
wilayah. Dominasi kelas sangat tinggi terdapat pada
Kecamatan Tumbang titi. Dominasi kelas tinggi redapat pada
Kecamatan Matan Hilir Selatan, kelas sedang terdapat pada
kecamatan Nanga Tayap dan Kelas rendah terdapat pada
Kecamatan Jelai Hulu.

Gambar 3. 48 Profil Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas


per Kecamatan pada DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

125
Gambar 3. 49 Peta Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas
DAS Pesaguan

Sumber: Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan


Lingkungan Hidup, 2023

Ekoregion yang terdapat di Pulau Kalimantan ada yang


dapat memberikan manfaat berupa pendukung biodiversitas.
Secara umum di Pulau Kalimantan lahan yang dapat
mendukung biodiversitas dapat dibagi menjadi lahan
berpotensi tinggi, sedang, dan rendah. Lahan yang berpotensi
Sangat tinggi mendukung biodiversitas di Pulau Kalimantan
memiliki luasan sebesar 956.644,85 hektar. Lahan yang
memiliki potensi sedang sebagai pendukung biodiversitas
memiliki luasan sebesar 1.293.668,05 hektar. Sedangkan
lahan yang memiliki potensi rendah memiliki luasan sebesar
40.502,09 hektar.

126
Tabel 3. 10 Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas
Kabupaten Ketapang

Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversity S4


Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi

30.513,6 50.545,3
Air Upas 986,73 18.101,89 943,14
2 8

Benua 14.155,2
798,01 4.400,75 8.811,06 145,46
Kayong 9

Delta Pawan 1.684,27 75,31 3.360,04 973,62 6.093,24

519.249,9 610.790,
Hulu Sungai 82,54 881,81 90.576,47
5 77

18.665,0 150.469,
Jelai Hulu 45,20 78.654,70 2.490,55 50.614,19
9 73

Kendawanga 241.557, 295.007,3 575.053,


3.548,22 11.346,95 23.594,02
n 07 2 58

81.599,0 161.625,
Manismata 424,12 64.435,23 11.704,31 3.463,01
8 75

39.544,2 90.670,1
Marau 1.883,56 48.261,93 980,42
0 0

Matan Hilir 19.499,0 145.685,


17.366,85 70.025,27 741,28 38.053,43
Selatan 3 86

Matan Hilir 23.228,9 103.413,


133,73 29.071,09 147,28 50.832,21
Utara 5 26

127
Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversity S4
Total
Kecamatan Sangat Sangat
Rendah Sedang Tinggi (Ha)
Rendah Tinggi

54.066,7
Muara Pawan 161,09 8.685,77 27.741,72 1.746,87 15.731,27
3

59.704,5 103.569,9 246.994,


Nanga Tayap 464,15 832,67 82.423,21
6 5 54

16.609,5
Pemahan 69,96 2.693,28 12.787,72 21,98 1.036,66
9

16.106,5 100.000,
Sandai 1.602,95 61.989,26 20.302,15
5 91

13.400,7 121.286,
Simpang Dua 118,25 61.374,25 46.393,67
3 90

Simpang 28.238,8 144.412,3 248.192,


5.019,58 7.297,12 63.224,24
Hulu 5 1 10

19.503,2 24.214,9
Singkup 333,83 4.377,86
8 6

13.995,6 131.307,
Sungai Laur 233,27 91.800,03 25.278,46
7 43

Sungai
37.950,1 60.244,8
Melayu 4.170,54 15.814,95 616,74 1.692,52
0 6
Rayak

18.005,3 96.267,6
Tumbang Titi 1.375,22 63.495,00 735,71 12.656,36
9 8

678.249 1.293.668 38.624,6 956.644, 3.007.6


Total 40.502,09
,08 ,05 0 85 88,67

128
Sumber: Bappeda, 2023

Gambar 3. 50 Peta Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas


Kabupaten Ketapang

Sumber: Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya


Hutan KLHK, 2018

2.2.1.5 Kapasitas Daya Dukung Lingkungan Hidup


Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor 69 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, analisis
materi muatan kebijakan, rencana, dan/atau program setidaknya
harus mencakup evaluasi berikut:

1. Kemampuan lingkungan untuk mendukung pembangunan


dan kehidupan.

129
2. Proyeksi dampak dan risiko bagi lingkungan.
3. Kinerja ekosistem dan layanan yang disediakan.
4. Efisiensi penggunaan sumber daya alam.
5. Tingkat kerentanan dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
6. Kekayaan hayati dan tingkat ketahanan lingkungan.

Pangan dan air digunakan sebagai faktor penentu untuk


mengukur Daya Dukung Lingkungan Hidup (DDLH). Daya Dukung
Lingkungan Hidup didefinisikan sebagai kapasitas lingkungan
untuk mendukung kehidupan manusia, organisme lain, dan
menjaga keseimbangan di antara keduanya. Sementara Daya
Tampung Lingkungan Hidup adalah kapasitas lingkungan untuk
menyerap zat, energi, atau elemen lain yang masuk atau
diintroduksi ke dalamnya. Ambang batas didefinisikan secara
sederhana sebagai tingkat yang masih dapat diterima. Dalam
konteks ini, ambang batas yang digunakan adalah ambang batas
populasi, yaitu sejauh mana suatu wilayah dapat mendukung
jumlah penduduk dengan sumber daya yang tersedia. Status DDLH
kemudian ditentukan dengan memeriksa apakah jumlah penduduk
suatu wilayah telah melampaui ambang batasnya atau belum.

A. Ambang Batas dan Status DDLH Penyedia Pangan

1. Daya Dukung Pangan (Kebutuhan dan Ketersediaan)


Perhitungan daya dukung energi pangan di Kabupaten
Ketapang merujuk pada perbandingan antara kebutuhan
kalori individu dengan jumlah energi yang dapat dihasilkan
oleh produksi tanaman pangan, terutama tanaman padi
sawah, di wilayah tersebut. Hal ini bertujuan untuk
mengevaluasi sejauh mana ketersediaan energi pangan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dalam konteks ini, daya dukung energi pangan


mencerminkan kemampuan Kabupaten Ketapang untuk

130
memenuhi kebutuhan kalori penduduknya melalui pertanian
padi sawah. Dalam perhitungan ini, kebutuhan kalori
individu dihitung dan dibandingkan dengan jumlah energi
yang dihasilkan dari produksi padi sawah di Kabupaten
tersebut. Jika ketersediaan energi pangan melebihi
kebutuhan kalori penduduk, ini menunjukkan bahwa
wilayah ini memiliki daya dukung energi pangan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Sebaliknya,
jika ketersediaan energi pangan kurang dari kebutuhan,
maka perlu dilakukan peningkatan produksi pangan atau
penyesuaian kebijakan untuk memastikan kelangsungan gizi
dan pangan yang cukup bagi penduduk Kabupaten Ketapang.

Gambar 3. 51 Peta Kebutuhan Energi Pangan Kabupaten


Ketapang

Sumber: Hasil Analisis, 2023

131
Kecamatan Kendawangan di Kabupaten Ketapang
memiliki tingkat ketersediaan energi pangan yang signifikan,
dengan total mencapai 228.669 Juta Kkal/tahun. Di sisi lain,
Kecamatan Delta Pawan menunjukkan kebutuhan energi
pangan yang besar, mencapai 77.451 Juta KKal/tahun.
Faktor utama di balik perbedaan ini adalah jumlah penduduk
yang besar di kedua kecamatan tersebut, yang secara alami
akan menghasilkan kebutuhan energi pangan yang lebih
besar. Data menunjukkan bahwa ketersediaan energi pangan
di Kabupaten Ketapang dievaluasi berdasarkan perbandingan
antara energi pangan yang tersedia dan kebutuhan energi
individu setiap penduduk di tiap kecamatan dalam satu
tahun.

Kondisi daya dukung energi pangan di Kabupaten


Ketapang menggambarkan bahwa sebagian besar kecamatan
masih mampu memenuhi kebutuhan pangan
masyarakatnya. Dalam hal ini, "daya dukung" mengacu pada
kapasitas produksi pangan yang dapat memenuhi kebutuhan
gizi penduduk. Dengan kata lain, Kabupaten Ketapang masih
memiliki potensi pertanian yang cukup kuat untuk
mendukung kebutuhan pangan masyarakatnya.

Namun, perlu diingat bahwa data ini hanya


memberikan gambaran keseluruhan. Meskipun sebagian
besar kecamatan masih dalam kategori daya dukung energi
pangan yang memadai, evaluasi lebih lanjut mungkin
diperlukan untuk memastikan keberlanjutan pangan dan
untuk mengidentifikasi potensi perbaikan dalam upaya
mencapai ketersediaan energi pangan yang optimal bagi
seluruh masyarakat Kabupaten Ketapang.

Tabel 3. 11 Daya Dukung Pangan di Kabupaten Ketapang

132
Sumber: Hasil Analisis, 2023

133
Gambar 3. 52 Peta Daya Dukung Pangan di Kabupaten
Ketapang

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Meskipun begitu, ada dua kecamatan yang menghadapi


situasi di mana daya dukung pangan mereka telah
terlampaui. Kedua kecamatan tersebut adalah Benua Kayong
dan Delta Pawan. Kondisi ini dapat dijelaskan oleh fakta
bahwa kedua kecamatan ini memiliki luas lahan pertanian
yang sangat terbatas, sementara jumlah penduduknya sangat
besar. Selain difungsikan sebagai lahan pertanian, lahan di
kecamatan ini juga digunakan sebagai tempat tinggal atau
untuk keperluan pembangunan lainnya.

Ketidakseimbangan antara luas lahan pertanian yang


terbatas dan pertumbuhan penduduk yang cepat dapat
menjelaskan mengapa daya dukung pangan di sana telah

134
terlampaui. Dalam keadaan seperti ini, sumber daya alam
yang terbatas harus dipergunakan secara bijak untuk
memenuhi kebutuhan makanan dan tempat tinggal bagi
penduduk. Diperlukan perencanaan yang cermat dan strategi
pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan agar
kecamatan-kecamatan ini dapat mengatasi tantangan
ketahanan pangan yang mereka hadapi.

2. Status Ambang Batas Pangan


Ambang Batas Daya Dukung Pangan adalah suatu
konsep yang digunakan untuk menentukan kapasitas suatu
wilayah dalam mendukung produksi pangan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal. Dalam
konteks Kabupaten Ketapang, ABDDP akan membantu dalam
menilai apakah wilayah tersebut mampu memproduksi
jumlah pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
penduduk setempat atau apakah wilayah tersebut perlu
mengimpor pangan dari luar untuk memenuhi kebutuhan
pangan.

Perhitungan status Ambang Batas Pangan di


Kabupaten Ketapang melibatkan beberapa faktor kunci,
termasuk:

1. Ketersediaan Lahan Pertanian: Evaluasi terhadap luas


lahan pertanian yang tersedia di wilayah Kabupaten
Ketapang, termasuk lahan sawah, ladang, dan
perkebunan. Ini akan memberikan gambaran tentang
potensi produksi pangan di wilayah tersebut.
2. Produktivitas Lahan: Mengukur produktivitas lahan
pertanian, yang mencakup hasil tanaman dan
peternakan per unit luas lahan. Ini membantu dalam

135
memperkirakan sejauh mana lahan yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal.
3. Kebutuhan Pangan Penduduk: Menghitung kebutuhan
pangan penduduk Kabupaten Ketapang, termasuk
kebutuhan gizi dan kalori yang diperlukan oleh
penduduk setempat.
4. Produksi Pangan Lokal: Menilai produksi pangan lokal,
termasuk hasil pertanian, perikanan, dan peternakan
di wilayah Kabupaten Ketapang.
Berdasarkan perhitungan ini, status Ambang Batas
Pangan dapat dinilai. Jika produksi pangan lokal melebihi
atau setidaknya mencukupi kebutuhan pangan penduduk,
maka status ABDDP akan positif, menunjukkan bahwa
wilayah tersebut memiliki daya dukung pangan yang baik.
Namun, jika produksi pangan lokal tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan penduduk, wilayah tersebut mungkin
perlu mengimpor pangan dari luar, dan status ABDDP akan
negatif.

Status Ambang Batas Pangan yang positif adalah


indikator penting untuk ketahanan pangan dan
keberlanjutan, sementara status Ambang Batas Pangan yang
negatif menunjukkan kerentanan wilayah terhadap fluktuasi
pasokan pangan dari luar. Oleh karena itu, penilaian Ambang
Batas Pangan menjadi landasan bagi pembuatan kebijakan
pertanian, keamanan pangan, dan pengembangan wilayah
yang berkelanjutan di Kabupaten Ketapang.

136
Gambar 3. 53 Peta Status Ambang Batas Pangan di Kabupaten
Ketapang

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 3. 12 Nilai Status Ambang Batas Pangan di Kabupaten


Ketapang

Nilai Ambang Batas


No Kecamatan
Pangan

1 AIR UPAS 41047

2 BENUA KAYONG -27965

3 DELTA PAWAN -95859

4 HULU SUNGAI 108457

5 JELAI HULU 115770

137
6 KENDAWANGAN 252592

7 MANISMATA 108126

8 MARAU 107371

9 MATAN HILIR SELATAN 71705

10 MATAN HILIR UTARA 38168

11 MUARA PAWAN 9784

12 NANGA TAYAP 172263

13 PEMAHAN 11136

14 SANDAI 77269

15 SIMPANG DUA 99251

16 SIMPANG HULU 204586

17 SINGKUP 25205

18 SUNGAI LAUR 136093

SUNGAI MELAYU
19 RAYAK 48661

20 TUMBANG TITI 89649

Grand Total 1593309

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Data nilai status ambang batas pangan di berbagai


kecamatan di Kabupaten Ketapang memberikan gambaran
yang penting dalam menilai ketahanan pangan dan
kerentanan wilayah terhadap fluktuasi pasokan pangan
eksternal. Nilai-nilai positif menunjukkan bahwa kecamatan-
kecamatan tersebut memiliki ambang batas pangan yang

138
relatif kuat, sementara nilai negatif mencerminkan tingkat
kerentanan wilayah terhadap fluktuasi pasokan pangan dari
luar.

Kecamatan dengan nilai positif yang signifikan, seperti


Kendawangan, Singkup, Hulu Sungai, dan Nanga Tayap,
menunjukkan bahwa mereka memiliki sumber daya pangan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
setempat. Nilai positif ini dapat menjadi indikator penting
untuk ketahanan pangan, yang berarti mereka lebih mampu
menghadapi perubahan dalam pasokan pangan dan
memastikan ketersediaan makanan yang cukup untuk
penduduk mereka.

Di sisi lain, kecamatan dengan nilai negatif, seperti


Benua Kayong, Delta Pawan, dan Matan Hilir Utara,
menunjukkan tingkat kerentanan yang lebih tinggi terhadap
fluktuasi pasokan pangan dari luar. Hal ini bisa disebabkan
oleh ketergantungan wilayah ini pada pasokan pangan
eksternal atau masalah lain yang mempengaruhi
ketersediaan pangan.

Kesimpulannya, data ini memberikan gambaran


tentang tingkat kemandirian pangan dan kerentanan
terhadap fluktuasi pasokan pangan di Kabupaten Ketapang.
Untuk mencapai ketahanan pangan yang lebih baik, perlu
dilakukan upaya untuk meningkatkan produksi dan akses
terhadap pangan lokal di kecamatan-kecamatan yang rentan,
sementara kecamatan yang sudah memiliki ambang batas
pangan yang kuat dapat berfungsi sebagai sumber pangan
bagi wilayah lain. Upaya kolaboratif antara pemerintah,
masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dapat

139
membantu mengatasi permasalahan pangan di daerah ini
dan meningkatkan ketahanan pangan secara keseluruhan.

B. Ambang Batas dan Status DDLH Penyedia Air

1. Daya Dukung Air (Kebutuhan dan Ketersediaan)


Penentuan kapasitas air yang dapat disediakan di
Kabupaten Ketapang merupakan hasil dari evaluasi yang
membandingkan antara kebutuhan dan ketersediaan sumber
air di daerah tersebut. Kebutuhan air dihitung dengan
merujuk pada standar minimum yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Proses
perhitungan ini melibatkan perhitungan untuk memenuhi
kebutuhan air di rumah tangga, serta mempertimbangkan
aspek kebutuhan air untuk penggunaan non-domestik.

Analisis ini bertujuan untuk memastikan bahwa


pasokan air mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar
penduduk, termasuk air untuk minum, mandi, memasak,
dan keperluan rumah tangga lainnya. Selain itu, perhitungan
ini juga mempertimbangkan kebutuhan air untuk
penggunaan komersial, industri, pertanian, dan lainnya.

Dengan melakukan perbandingan antara kebutuhan


dan ketersediaan air, pemerintah daerah dapat mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk memastikan bahwa
kebutuhan air penduduk terpenuhi dengan baik, dan sumber
daya air yang ada dimanfaatkan secara berkelanjutan.

140
Gambar 3. 54 Peta Kebutuhan Air Kabupaten Ketapang

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 3. 13 Kebutuhan Air Kabupaten Ketapang

Total Kebutuhan Air


No Kecamatan
(L)

1 AIR UPAS 381795857.9

2 BENUA KAYONG 103303263.2

3 DELTA PAWAN 21696681.6

4 HULU SUNGAI 739151099.7

5 JELAI HULU 814023468.3

6 KENDAWANGAN 1792348370

141
Total Kebutuhan Air
No Kecamatan
(L)

7 MANISMATA 884312246

8 MARAU 750416856.2

9 MATAN HILIR SELATAN 655627219.2

10 MATAN HILIR UTARA 338816525.2

11 MUARA PAWAN 150570968.3

12 NANGA TAYAP 1236548879

13 PEMAHAN 100325110.5

14 SANDAI 653414454.7

15 SIMPANG DUA 660107435.9

16 SIMPANG HULU 1453988135

17 SINGKUP 197532945.2

18 SUNGAI LAUR 954229025.1

19 SUNGAI MELAYU RAYAK 378450442.9

20 TUMBANG TITI 697905619.8

Grand Total 12964564604

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Peta dan tabel di atas menggambarkan total kebutuhan


air di berbagai kecamatan di Kabupaten Ketapang.
Kebutuhan air ini mencakup kebutuhan untuk penggunaan
domestik, seperti keperluan rumah tangga, dan kebutuhan
untuk pertanian. Beberapa hal yang menjadi sorotan dari
peta tersebut adalah sebagai berikut:

142
• Total Kebutuhan Air: Total kebutuhan air untuk seluruh
Kabupaten Ketapang mencapai angka yang signifikan,
yaitu sekitar 12.964.564.604 liter. Ini mencerminkan
tingginya permintaan akan pasokan air di wilayah ini.
• Perbedaan Antar Kecamatan: Terdapat variasi yang
signifikan dalam kebutuhan air antara kecamatan-
kecamatan. Kecamatan Kendawangan dan Simpang Hulu
memiliki kebutuhan air yang paling tinggi, masing-masing
mencapai 1.792.348.370 liter dan 1.453.988.135 liter.
Sebaliknya, Delta Pawan memiliki kebutuhan air yang
paling rendah, yaitu 21.696.681,6 liter.
• Pentingnya Pertanian: Kebutuhan air untuk pertanian
sangat signifikan dalam wilayah ini. Kecamatan dengan
luas lahan pertanian yang besar seperti Kendawangan dan
Simpang Hulu memiliki kebutuhan air yang tinggi untuk
mendukung sektor pertanian yang penting dalam
perekonomian daerah.
• Kebutuhan Domestik: Selain pertanian, kebutuhan
domestik juga berperan besar dalam total kebutuhan air.
Kecamatan dengan populasi yang tinggi seperti Nanga
Tayap dan Jelai Hulu memiliki kontribusi signifikan
terhadap kebutuhan air domestik.
• Pentingnya Pengelolaan Sumber Daya Air: Data ini
menunjukkan betapa pentingnya pengelolaan sumber
daya air yang efisien dan berkelanjutan di Kabupaten
Ketapang. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim
dan peningkatan populasi, perencanaan yang matang dan
pemanfaatan air yang bijaksana menjadi kunci untuk
memenuhi kebutuhan seluruh komunitas di wilayah ini.

Data kebutuhan air di Kabupaten Ketapang


mencerminkan kebutuhan yang signifikan, terutama untuk

143
sektor pertanian dan keperluan domestik. Pengelolaan
sumber daya air yang baik dan solusi-solusi inovatif dalam
penghematan air akan menjadi kunci dalam memastikan
pasokan air yang memadai untuk kepentingan masyarakat
dan pertumbuhan ekonomi wilayah ini.

Gambar 3. 55 Peta Ketersediaan Air Kabupaten Ketapang

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Tabel 3. 14 Ketersediaan Air Kabupaten Ketapang

Total Kebutuhan Air


No Kecamatan
(L)

1 AIR UPAS 375640108.7

2 BENUA KAYONG 110692075.2

144
Total Kebutuhan Air
No Kecamatan
(L)

3 DELTA PAWAN 48361656.26

4 HULU SUNGAI 6939839420

5 JELAI HULU 1274895934

6 KENDAWANGAN 4649650790

7 MANISMATA 1354980981

8 MARAU 645571547.6

9 MATAN HILIR SELATAN 1037606877

10 MATAN HILIR UTARA 875417187.6

11 MUARA PAWAN 496525854.5

12 NANGA TAYAP 2088662525

13 PEMAHAN 122987136.2

14 SANDAI 789311957

15 SIMPANG DUA 954019270

16 SIMPANG HULU 1862499510

17 SINGKUP 177188053.8

18 SUNGAI LAUR 1037560979

19 SUNGAI MELAYU RAYAK 454288059.4

20 TUMBANG TITI 728035142.7

Grand Total 26023735065

Sumber: Hasil Analisis, 2023

145
Data ketersediaan air di berbagai kecamatan di
Kabupaten Ketapang adalah informasi yang penting dalam
mengevaluasi dan merencanakan pengelolaan sumber daya
air. Dari data tersebut, terdapat variasi yang signifikan dalam
jumlah air yang tersedia di masing-masing kecamatan,
dengan total ketersediaan air sebesar 26,023,735,065 liter.

Kecamatan HULU SUNGAI merupakan daerah dengan


ketersediaan air tertinggi, mencapai 6,939,839,420 liter. Hal
ini mungkin disebabkan oleh letak geografis dan sumber daya
air yang lebih melimpah di daerah tersebut. Sebaliknya,
kecamatan DELTA PAWAN dan PEMAHAN memiliki
ketersediaan air yang paling rendah dengan masing-masing
48,361,656.26 liter dan 122,987,136.2 liter. Kecamatan yang
memiliki ketersediaan air rendah ini mungkin memerlukan
perhatian khusus dalam pengelolaan air guna memenuhi
kebutuhan domestik dan pertanian.

Ketersediaan air yang mencukupi sangat penting untuk


memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk kebutuhan air domestik, seperti
minum, mandi, dan memasak, serta kebutuhan air untuk
pertanian, yang mendukung sektor pertanian yang menjadi
mata pencaharian banyak penduduk Kabupaten Ketapang.
Dengan memahami perbedaan ketersediaan air di berbagai
kecamatan, pemerintah dan lembaga terkait dapat
merancang kebijakan dan proyek pengelolaan air yang lebih
efektif dan berkelanjutan.

Penting untuk melakukan pemantauan terus-menerus


terhadap sumber daya air dan memastikan bahwa sumber air
tidak dieksploitasi secara berlebihan. Selain itu, perlu
ditingkatkan upaya dalam menjaga kualitas air agar tetap

146
bersih dan aman untuk konsumsi manusia serta untuk
pertanian yang berkelanjutan.

Dari hasil analisis ketersediaan air dan kebutuhan air


di Kabupaten Ketapang, dapat disimpulkan status daya
dukung air, seperti yang tercantum dalam Tabel Secara
keseluruhan, ketersediaan air di wilayah ini masih dapat
memenuhi kebutuhan, menunjukkan bahwa pasokan air
masih cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan
domestik dan pertanian.

Namun, perlu dicatat bahwa ada tiga kecamatan yang


sudah melebihi kapasitas ketersediaan air, yaitu Kecamatan
Ari Upas, Marau, dan Singkup. Hal ini mengindikasikan
adanya potensi masalah dalam ketahanan air di wilayah-
wilayah tersebut. Kondisi ini dapat menyebabkan
ketidakseimbangan antara permintaan air dan pasokan air
yang tersedia, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif
terhadap keberlanjutan penggunaan air di kecamatan-
kecamatan tersebut.

147
Tabel 3. 15 Daya Dukung Air di Kabupaten Ketapang

Sumber: Hasil Analisis, 2023

2. Status Ambang Batas Air


Status ambang batas daya dukung air adalah
parameter yang digunakan untuk menilai sejauh mana
kapasitas wilayah tertentu dalam menyediakan air bersih bagi
keperluan berbagai sektor, seperti rumah tangga, industri,
pertanian, dan lingkungan. Di Kabupaten Ketapang,
perhitungan status ambang batas daya dukung air dilakukan
untuk mengidentifikasi apakah ketersediaan air di wilayah
tersebut memadai untuk memenuhi berbagai kebutuhan
masyarakat dan aktivitas ekonomi.

148
Perhitungan status ambang batas daya dukung air
mencakup beberapa tahap, seperti:

1. Pengukuran Ketersediaan Air: Langkah pertama adalah


mengukur dan memahami sumber-sumber air yang
tersedia di wilayah Kabupaten Ketapang. Ini termasuk
sumber-sumber alami seperti sungai, danau, dan mata air,
serta sumber air yang dipompa dari sumur atau mata air
dalam.
2. Perhitungan Kebutuhan Air: Selanjutnya, perhitungan
dilakukan untuk menentukan berapa banyak air yang
diperlukan oleh berbagai sektor seperti rumah tangga,
industri, pertanian, dan lainnya. Perhitungan ini
mencakup aspek-aspek seperti konsumsi per kapita, luas
lahan pertanian, dan kebutuhan industri.
3. Evaluasi Kebutuhan dan Ketersediaan: Setelah
ketersediaan air dan kebutuhan diidentifikasi, status
ambang batas daya dukung air dapat dihitung dengan
membandingkan ketersediaan air dengan kebutuhan. Jika
ketersediaan air cukup untuk memenuhi kebutuhan,
maka wilayah tersebut memiliki status ambang batas daya
dukung air positif. Namun, jika ketersediaan air kurang
dari kebutuhan, maka statusnya akan negatif,
menunjukkan kerentanan terhadap kekurangan air.
4. Perencanaan dan Manajemen: Hasil perhitungan status
ambang batas daya dukung air digunakan sebagai dasar
perencanaan dan manajemen sumber daya air di
Kabupaten Ketapang. Ini mencakup upaya untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan air, pelestarian
sumber-sumber air, dan pengembangan infrastruktur
yang dapat meningkatkan ketersediaan air.

149
Status ambang batas daya dukung air adalah alat
penting dalam upaya menjaga keberlanjutan sumber daya air
dan memastikan bahwa masyarakat memiliki akses yang
memadai ke air bersih. Perhitungan ini membantu
pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam
mengambil keputusan yang berkelanjutan terkait dengan
manajemen air di Kabupaten Ketapang.

Gambar 3. 56 Peta Status Ambang Batas Air di Kabupaten


Ketapang

Sumber: Hasil Analisis, 2023

150
Tabel 3. 16 Nilai Status Ambang Batas Air di Kabupaten
Ketapang

No Kecamatan Nilai Ambang Batas Air

1 AIR UPAS -6155749.156

2 BENUA KAYONG 7388812.022

3 DELTA PAWAN 26664974.66

4 HULU SUNGAI 6200688321

5 JELAI HULU 460872465.5

6 KENDAWANGAN 2857302420

7 MANISMATA 470668735

8 MARAU -104845308.6

9 MATAN HILIR SELATAN 381979658.2

10 MATAN HILIR UTARA 536600662.4

11 MUARA PAWAN 345954886.3

12 NANGA TAYAP 852113646.5

13 PEMAHAN 22662025.76

14 SANDAI 135897502.2

15 SIMPANG DUA 293911834.1

16 SIMPANG HULU 408511374.5

17 SINGKUP -20344891.44

18 SUNGAI LAUR 83331953.49

19 SUNGAI MELAYU RAYAK 75837616.44

151
No Kecamatan Nilai Ambang Batas Air

20 TUMBANG TITI 30129522.9

Grand Total 13059170462

Sumber: Hasil Analisis, 2023

Data mengenai nilai status ambang batas air di


berbagai kecamatan Kabupaten Ketapang adalah informasi
yang vital dalam mengevaluasi ketahanan air dan kerentanan
wilayah terhadap fluktuasi pasokan air. Dalam data tersebut,
nilai ambang batas air dapat diinterpretasikan sebagai
indikator penting untuk memahami status sumber daya air
dan memandu upaya-upaya pengelolaan air yang
berkelanjutan di wilayah tersebut.

Kecamatan HULU SUNGAI dan Kecamatan


KENDAWANGAN, dengan nilai ambang batas air yang tinggi,
menandakan bahwa wilayah ini memiliki ketersediaan air
yang baik dan relatif lebih tahan terhadap fluktuasi pasokan
air. Ini adalah kabar baik karena menunjukkan bahwa
kebutuhan air untuk rumah tangga, pertanian, industri, dan
komersial di kecamatan ini cenderung terpenuhi dengan baik.
Oleh karena itu, upaya untuk menjaga dan mengelola sumber
daya air di kedua kecamatan ini perlu menjadi fokus utama,
terutama dalam rangka menjaga ketahanan air dan
keberlanjutan.

Sebaliknya, beberapa kecamatan seperti AIR UPAS,


MARAU, dan SINGKUP memiliki nilai ambang batas air yang
negative (rendah). Ini mengindikasikan bahwa wilayah-
wilayah ini memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap
fluktuasi pasokan air, dan mungkin menghadapi tantangan
dalam memenuhi kebutuhan air. Dalam situasi seperti ini,

152
perlu diambil tindakan untuk mengidentifikasi dan mengatasi
masalah ketersediaan air di wilayah-wilayah tersebut.

Kesimpulannya, data ambang batas air ini memberikan


gambaran penting mengenai status air di berbagai kecamatan
Kabupaten Ketapang. Dengan pemahaman yang baik tentang
nilai ini, pemerintah daerah dapat merancang kebijakan yang
lebih efektif untuk menjaga ketahanan air, mengurangi
kerentanan, dan memastikan pasokan air yang memadai
untuk semua keperluan masyarakat serta penggunaan
komersial dan industri.

2.2.1.6 Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup


A. Potensi Timbulan Sampah
Potensi timbulan sampah adalah jumlah sampah yang
dihasilkan oleh suatu wilayah atau populasi dalam periode
tertentu. Potensi timbulan sampah dapat bervariasi
berdasarkan berbagai faktor penyebab, termasuk
pertumbuhan populasi, tingkat konsumsi, aktivitas ekonomi,
budaya, dan gaya hidup masyarakat. Potensi timbulan
sampah memiliki dampak yang signifikan terhadap
keberlanjutan lingkungan. Jika potensi timbulan sampah
tidak dikelola dengan baik, maka dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan dan berdampak buruk bagi
ekosistem. Pengelolaan sampah yang tidak berkelanjutan
dapat menghasilkan emisi gas rumah kaca dan polusi udara,
bahkan menyebabkan perubahan iklim yang lebih cepat.
Dilansir dari data terbaru keluaran Sistem Informasi
Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2020,
Kabupaten Ketapang menghasilkan sampah sebesar 258,91
ton tiap harinya, atau 94.503,79 ton dalam satu tahun. Angka

153
ini meningkat dari tahun sebelumnya, di mana pada tahun
2019, timbulan sampah mencapai 254,86 ton per hari
(93.023,35 ton/tahun). Dengan perhitungan kasar terhadap
jumlah penduduk sebesar 570.657 jiwa, didapatkan angka
timbulan sampah per kapita adalah 0,454 kg/hari..
Sumber utama permasalahan sampah di Kabupaten
Ketapang dapat diidentifikasi berdasarkan data berikut
(Gambar 3. 17). Sebanyak 41% dari total sampah Kabupaten
Ketapang berasal dari aktivitas rumah tangga. Selain itu,
pasar juga berkontribusi signifikan, dengan 20% sampah
berasal dari sana. Aktivitas perniagaan juga turut berperan
dalam menciptakan 15% sampah. Terdapat pula 8% sampah
yang berasal dari kawasan, perkantoran dan fasilitas publik
masing-masing menyumbangkan 6% dan 5% sampah, dan
5% sisanya berasal dari area lainnya.

Gambar 3. 57 Timbulan Sampah Kab. Ketapang Tahun 2020

Sumber: SIPSN KLHK, 2023

154
Data komposisi sampah di Kabupaten Ketapang
menunjukkan bahwa sampah sisa makanan mendominasi
dengan persentase sebesar 43,93%. Sampah plastik juga
merupakan masalah serius dengan andil sebesar 22,77%,
diikuti sampah kertas/karton (10,08%) dan sampah
kayu/ranting (9,37%). Sisanya, berupa beragam jenis sampah
seperti logam, kain, kaca, dan lainnya.

Gambar 3. 58 Komposisi Sampah Kab. Ketapang Tahun 2020

Sumber: SIPSN KLHK, 2023

Penyebab meningkatnya timbulan sampah di


Kabupaten Ketapang disampaikan oleh Dinas Perumahan
Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup
Kabupaten Ketapang sebagai berikut. Pertama, belum
maksimalnya pembinaan kepada kelompok masyarakat dan
bank-bank sampah yang ada telah berkontribusi terhadap
permasalahan ini. Kedua, masalah masih terjadi karena
kurangnya sarana dan prasarana pendukung untuk
operasional pengurangan sampah. Selanjutnya, absennya
peraturan daerah yang mengatur penggunaan plastik sekali
pakai di tingkat pedagang beras dan pedagang eceran juga
menjadi penyebab penting. Keempat, penegakan hukum
dalam mengatasi permasalahan masih belum berjalan

155
optimal. Terakhir, tantangan terletak pada belum
maksimalnya masyarakat menerapkan prinsip 3R (Reduce,
Reuse dan Recycle)

156
B. Potensi Timbulan Lumpur Tinja
Selain permasalahan sampah, pertumbuhan populasi
juga berpotensi untuk meningkatkan jumlah lumpur tinja
yang dihasilkan. Lumpur tinja merupakan salah satu jenis
limbah domestik yang memiliki potensi untuk menyebabkan
degradasi dan pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi
masalah ini, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Nomor 04 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
telah menetapkan standar nilai timbulan lumpur tinja
sebesar 0,1095 meter kubik per orang per tahun. Standar ini
digunakan sebagai acuan dalam mengukur dan mengelola
dampak timbulan lumpur tinja dari populasi yang terus
berkembang.

Kabupaten Ketapang mengalami peningkatan timbulan


lumpur tinja sebesar 11,29% dari tahun 2019 ke tahun 2020.
Persentase peningkatan timbulan lumpur tinja ini kemudian
dijadikan dasar dalam memproyeksikan potensi timbulan
sampah Kabupaten Ketapang di tahun-tahun hadapan.
Perkembangan timbulan lumpur tinja setiap kecamatan di
Kabupaten Ketapang dapat dilihat pada tabel berikut.

157
Tabel 3. 17 Perkembangan Timbulan Lumpur Tinja Menurut
Kecamatan di Kabupaten Ketapang

Timbulan Tinja (m3/tahun)


Kecamatan
2019 2020 2030 2040 2050

Kendawangan 4.249 6.330 13.477 20.623 27.770

Manis Mata 3.890 3.795 8.080 12.364 16.649

Marau 1.603 1.892 4.029 6.166 8.302

Singkup 755 909 1.935 2.961 3.987

Air Upas 2.292 2.215 4.715 7.215 9.715

Jelai Hulu 1.815 2.255 4.801 7.348 9.894

Tumbang Titi 2.601 3.169 6.746 10.324 13.901

Pemahan 564 633 1.348 2.062 2.777

Sungai
1.405 1.646 3.505 5.364 7.223
Melayu Raya

Matan Hilir
3.804 4.412 9.392 14.373 19.354
Selatan

Benua
4.869 4.933 10.502 16.071 21.640
Kayong

Matan Hilir
1.845 2.189 4.661 7.132 9.604
Utara

Delta Pawan 10.807 9.924 21.129 32.334 43.538

Muara Pawan 1.600 1.975 4.205 6.435 8.666

158
Timbulan Tinja (m3/tahun)
Kecamatan
2019 2020 2030 2040 2050

Nanga Tayap 3.149 3.983 8.481 12.978 17.475

Sandai 3.160 3.545 7.547 11.549 15.552

Hulu Sungai 1.286 1.520 3.237 4.953 6.670

Sungai Laur 2.086 2.108 4.487 6.867 9.246

Simpang
3.482 4.037 8.594 13.151 17.709
Hulu

Simpang Dua 888 1.017 2.165 3.312 4.460

Kabupaten
56.150 62.487 133.011 203.536 274.060
Ketapang

Sumber: Hasil Analisis, 2023

C. Kualitas Air Sungai


Kualitas air sungai merupakan salah satu aspek
penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perairan
dan memenuhi kebutuhan manusia. Air sungai yang bersih
dan sehat tidak hanya memberikan habitat yang baik bagi
berbagai bentuk kehidupan akuatik, tetapi juga menjadi
sumber air minum, irigasi pertanian, dan kegiatan industri.
Namun, saat ini dunia dihadapkan pada tantangan serius
terkait penurunan kualitas air sungai. Berbagai aktivitas
manusia seperti pembuangan limbah rumah tangga dan
industri, praktik pertambangan, dan penggunaan bahan
kimia beracun telah menyebabkan peningkatan polusi air
sungai. Dampaknya tidak hanya terbatas pada lingkungan,

159
tetapi juga dapat mengancam kesehatan manusia yang
mengandalkan air sungai sebagai sumber air utama.

Data yang dilansir oleh Dinas Perumahan Rakyat,


Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup Kabupaten
Ketapang menunjukkan tren yang mengkhawatirkan terkait
kualitas air sungai di wilayah tersebut. Dalam rentang tiga
tahun terakhir, terjadi penurunan signifikan pada indeks
kualitas air. Pada tahun 2021, indeks kualitas air mencapai
59,71, namun pada tahun 2022, angka tersebut menurun
drastis menjadi 50,75. Bahkan, penurunan yang lebih
dramatis terjadi pada tahun 2023, di mana indeks kualitas
air mencapai hanya 42,67. Penyebab penurunan kualitas air
sungai di Kabupaten Ketapang dapat ditemukan dalam
beberapa faktor utama yang telah diidentifikasi oleh Dinas
Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan
Hidup Kabupaten Ketapang. Pertama, pola hidup masyarakat
yang cenderung tinggal dekat sungai berdampak pada
timbulnya limbah cair dan limbah padat yang sering kali
dibuang langsung ke sungai, memperburuk kualitas airnya.
Kedua, praktik pertambangan tanpa izin, seperti
penambangan emas, pasir, dan zirkon, telah terdeteksi di
berbagai sungai yang menjadi objek sampling, menyebabkan
kontaminasi signifikan. Selanjutnya, penggunaan lahan di
sekitar sungai dapat mengakibatkan erosi saat musim hujan,
yang pada gilirannya dapat mengancam stabilitas lahan dan
kualitas air. Penggunaan sungai sebagai sarana transportasi
juga menjadi masalah, karena dapat menyebabkan
pencemaran air oleh kendaraan dan aktivitas manusia.
Terakhir, penggunaan sungai untuk budidaya ikan air tawar,
meskipun berpotensi positif, juga harus diawasi dengan ketat

160
untuk mencegah dampak negatif terhadap kualitas air
sungai.

Pada tahun 2023, sebuah kajian mendalam telah


dilakukan untuk mengetahui kondisi pencemaran di salah
satu sungai vital Kabupaten Ketapang, yakni Sungai
Pesaguan. Hasil perhitungan indeks pencemar Sungai
Pesaguan menunjukkan bahwa kondisi Sungai Pesaguan
berada pada indeks pencemar ringan hingga sedang. Sumber
pencemar yang terdapat di Sungai Pesaguan terdiri dari
sektor perkebunan, pertanian dan permukiman. Di kondisi
eksisting, ditemukan beberapa tambang di bantaran Sungai
Pesaguan, yang juga berpotensi menjadi sumber pencemar.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diketahui


bahwa debit air limbah yang dihasilkan oleh sumber
pencemar yang berada di Sungai pesaguan adalah 3.17 m3/s.
Beban pencemar yang masuk kedalam Sungai Pesaguan
adalah BOD sebesar 975,09 kg/hari, COD sebesar 1.464,13
kg/hari dan TSS sebesar 42,05 kg/hari. Kecamatan Matan
Hilir selatan menjadi penyumbang terbesar terhadap beban
pencemar yang berada di Sungai Pesaguan.

Tabel 3. 18 Beban Pencemar Sungai Pesaguan

161
Sumber: Dokumen Daya Tampung DAS Pesaguan, 2023

Gambar 3. 59 Beban Pencemar Eksisting Sungai Pesaguan

Sumber: Dokumen Daya Tampung DAS Pesaguan, 2023

Dari beban pencemar tersebut selanjutnya dicari


konsentrasi pencemar dengan mengalikan ke debit yang telah
dihitung. Analisa air dilakukan dengan mengacu kepada PP
RI No. 22 Tahun 2021 Lampiran VI dengan kelas mutu air
yang diperuntukan untuk DAS Pesaguan adalah kelas II.
Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa untuk baku
mutu air sungai kelas II, kebutuhan oksigen biokimiawi (BOD)
adalah sebesar 3 mg/l, kebutuhan oksigen kimiawi (COD)
sebesar 25mg/l, Oksigen terlarut (DO) sebesar minimal 4
mg/l dan TSS sebesar 50 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa konsetrasi pencemar eksisiting yang langsung masuk
ke badan air permukaan untuk BOD sebesar 4,58 mg/l.
Sementara untuk COD hingga 2.118,24 mg/l dan TSS sebesar
60,83 mg/l. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
baku mutu air Sungai Pesaguan belum terpenuhi, akibat
konsentrasi BOD, COD, DO, dan TSS pada air Sungai
Pesaguan belum memenuhi konsentrasi standar. Lebih

162
lanjut, Kecamatan Tumbang Titi menjadi kecamatan terbesar
dalam menyumbang konsentrasi pencemar pada Sungai
Pesaguan.

Tabel 3. 19 Konsentrasi Pencemar Sungai Pesaguan

Sumber: Dokumen Daya Tampung DAS Pesaguan, 2023

Gambar 3. 60 Konsentrasi Pencemar Sungai Pesaguan

Sumber: Dokumen Daya Tampung DAS Pesaguan, 2023

163
2.2.1.7 Efisiensi Pemanfaatan Lingkungan Hidup
Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dapat dilihat dari
ambang batas pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia di
Kabupaten Ketapang dari sektor pemanfaatan sumber daya pangan.
Ambang batas menunjukkan jumlah penduduk yang dapat
ditampung di setiap kecamatan berdasarkan kondisi sumber daya
alam yang tersedia di masing-masing kecamatan tersebut.
Sedangkan status ambang batas pangan menunjukkan status
penduduk apakah pemanfaatan sumber daya alamnya telah
terlampaui atau belum, jika belum maka dapat diketahui seberapa
besar jumlah penduduk yang masih bisa ditampung.

Analisis ambang batas pangan dan status ambang batasnya


dapat dilihat pada Tabel 3. 21. Berdasarkan nilai ambang batas
pangan di Kabupaten Ketapang dapat dilihat bahwa kecamatan
Kendawangan memiliki nilai abang batas yang tinggi untuk
pemanfaatan pangan dimana penduduk sejumlah 291.392 jiwa
dapat ditampung sesuai sumber daya alam pertanian di Kecamatan
tersebut. Begitu juga untuk Kecamatan Simpang Hulu dimana
dengan kondisi pangannya dapat menampung penduduk mencapai
236.381 jiwa untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Nilai
ambang batas pangan terendah dapat ditemukan di Kecamatan
Delta Pawan dan Benua Kayong yang hanya mampu menampung
penduduk sebanyak 2 – 16 ribu jiwa.

Sementara itu, jika dibadingkan dengan status ambang


batasnya, terdapat dua kecamatan dimana jumlah penduduknya
telah melampaui ambang batas penduduk yang mampu ditampung
di kecamatan tersebut berdasarkan ketersediaan pangannya yaitu
Kecamatan Delta Pawan dan Benua Kayong. Hal ini juga tidak
terlepas dari kondisi dua kecamatan tersebut dimana ambang batas
pangannya cukup rendah. Peta nilai ambang batas penduduk

164
berdasarkan sumber daya pangan dan statusnya ambang batasnya
dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut.

Tabel 3. 20 Nilai Ambang Batas dan Status Ambang Batas


Pangan Kabupaten Ketapang

Status
Ambang
Ambang Status Daya
Batas
Batas Dukung
No Kecamatan Penduduk Pemanfaatan
Pemanfaatan Pemanfaatan
Pangan
Pangan Pangan
(Jiwa/Tahun)
(Jiwa/Tahun)

1 Air Upas 20.935 61.982 41.047 Belum Terlampaui

2 Benua Kayong 44.463 16.498 -27.965 Terlampaui

3 Delta Pawan 98.696 2.837 -95.859 Terlampaui

4 Hulu Sungai 11.741 120.198 108.457 Belum Terlampaui

5 Jelai Hulu 16.578 132.348 115.770 Belum Terlampaui

6 Kendawangan 38.800 291.392 252.592 Belum Terlampaui

7 Manismata 35.526 143.652 108.126 Belum Terlampaui

8 Marau 14.640 122.011 107.371 Belum Terlampaui

9 Matan Hilir Selatan 34.740 106.445 71.705 Belum Terlampaui

10 Matan Hilir Utara 16.848 55.016 38.168 Belum Terlampaui

11 Muara Pawan 14.615 24.399 9.784 Belum Terlampaui

12 Nanga Tayap 28.756 201.019 172.263 Belum Terlampaui

13 Pemahan 5.153 16.289 11.136 Belum Terlampaui

14 Sandai 28.857 106.126 77.269 Belum Terlampaui

15 Simpang Dua 8.110 107.361 99.251 Belum Terlampaui

165
Status
Ambang
Ambang Status Daya
Batas
Batas Dukung
No Kecamatan Penduduk Pemanfaatan
Pemanfaatan Pemanfaatan
Pangan
Pangan Pangan
(Jiwa/Tahun)
(Jiwa/Tahun)

16 Simpang Hulu 31.795 236.381 204.586 Belum Terlampaui

17 Singkup 6.891 32.096 25.205 Belum Terlampaui

18 Sungai Laur 19.053 155.146 136.093 Belum Terlampaui

Sungai Melayu
19 12.833 61.494 48.661
Rayak Belum Terlampaui

20 Tumbang Titi 23.753 113.402 89.649 Belum Terlampaui

Total 512.783,00 2.106.090 1.593.307

3 Sumber: Hasil Analisis, 2023

166
Gambar 3. 61 Peta Ambang Batas Pangan Kabupaten Ketapang

Sumber: Hasil Analisis, 2023

2.2.1.8 Potensi dan Ketahanan Keanekaragaman Hayati


Potensi dan ketahanan keanekaragaman hayati adalah faktor
penting yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan KLHS
(Kajian Lingkungan Hidup Strategis). KLHS adalah alat penting
dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan terkait
pembangunan dan pengelolaan lingkungan hidup. Berikut
penjelasan mengenai potensi dan ketahanan keanekaragaman
hayati dalam konteks penyusunan KLHS:
1. Potensi Keanekaragaman Hayati:
- Potensi keanekaragaman hayati mencakup keberagaman
spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang ada
di suatu wilayah. Hal ini juga melibatkan keberagaman
genetik dalam populasi spesies.
- Potensi keanekaragaman hayati adalah sumber daya alam
yang berharga dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai
tujuan, termasuk kesejahteraan manusia, penelitian
ilmiah, dan pariwisata.
- Dalam penyusunan KLHS, penting untuk
mengidentifikasi potensi keanekaragaman hayati yang
ada di wilayah tersebut. Ini bisa mencakup inventarisasi
spesies, ekosistem, dan sumber daya genetik yang ada.
2. Ketahanan Keanekaragaman Hayati:
- Ketahanan keanekaragaman hayati merujuk pada
kemampuan ekosistem dan spesies untuk bertahan dan
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, termasuk
perubahan iklim, kerusakan habitat, dan tekanan
manusia.

167
- Ketahanan keanekaragaman hayati penting karena
ekosistem yang kuat dan beragam lebih mampu menjaga
keseimbangan alam dan memberikan manfaat ekosistem
yang berkelanjutan.
- Dalam KLHS, perlu dianalisis bagaimana ketahanan
keanekaragaman hayati dapat dijaga atau ditingkatkan.
Ini bisa melibatkan upaya untuk melestarikan habitat
alami, mengurangi tekanan manusia, dan merencanakan
tindakan restorasi jika diperlukan.
3. Pentingnya Keanekaragaman Hayati dalam KLHS:
- Keanekaragaman hayati adalah komponen utama dalam
menjaga fungsi ekosistem dan ekologi yang sehat.
Ekosistem yang beragam cenderung lebih stabil dan
memiliki kapasitas regenerasi yang lebih baik.
- Keanekaragaman hayati juga memberikan berbagai
layanan ekosistem, seperti penyediaan makanan, air
bersih, dan mitigasi bencana alam.
- Dalam penyusunan KLHS, mempertimbangkan potensi
dan ketahanan keanekaragaman hayati membantu
mencegah degradasi lingkungan dan kerusakan
ekosistem yang dapat berdampak negatif pada kehidupan
manusia dan keanekaragaman hayati itu sendiri.

168
Gambar 3. 62 Peta Kawasan Hutan Kabupaten Ketapang

Sumber: Bappeda, 2023

169
Tabel 3. 21 Kawasan Hutan Kabupaten Ketapang

Keanekaragaman hayati di Kabupaten Ketapang tercermin


melalui peran penting kawasan hutan yang terdapat di wilayah ini.
Secara keseluruhan, hutan-hutan tersebut memiliki fungsi yang
mendukung keberagaman hayati di daerah tersebut. Kawasan
hutan di Kabupaten Ketapang, sebagaimana yang diatur dalam
SK733/Menhut-II/2014, terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu
Hutan Lindung, Cagar Alam Darat, Taman Nasional Darat, Hutan
Produksi, Hutan Produksi Konversi, dan Hutan Produksi Terbatas.
Hutan Lindung tersebar di beberapa kecamatan seperti Hulu
Sungai, Simpang Hulu, Nanga Tayap, Matan Hilir Utara, Jelai Hulu,
dan Kendawangan. Luas kawasan hutan di Kabupaten Ketapang
bervariasi, dengan Hutan Produksi Terbatas menjadi yang terluas
mencapai 632.014,83 hektar. Kawasan hutan ini memegang peran
krusial dalam menjaga ketahanan ekosistem serta potensi
keanekaragaman hayati di daerah ini.
Dalam upaya pelestarian alam dan perlindungan sumber
daya hayati, kawasan hutan menjadi landasan utama. Dengan
adanya berbagai jenis hutan, Kabupaten Ketapang memastikan
perlindungan dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari beragam
ekosistem dan spesies yang ada. Pemeliharaan kawasan hutan,

170
terutama Hutan Produksi Terbatas yang merupakan yang terluas,
memiliki arti penting dalam menjaga ekosistem yang beragam dan
mendukung kehidupan alam.
Secara keseluruhan, kawasan hutan di Kabupaten Ketapang
memiliki peran sentral dalam memelihara keanekaragaman hayati
yang kaya di wilayah ini. Perlindungan dan pelestariannya menjadi
prioritas untuk menjaga ketahanan ekosistem dan
keanekaragaman hayati, sambil memastikan penggunaan sumber
daya alam yang berkelanjutan.

Gambar 3. 63 Peta Pelepasan Kawasan Hutan Kabupaten


Ketapang

Sumber: Bappeda, 2023

171
Tabel 3. 22 Pelepasan Kawasan Hutan Menjadi Perkebunan
Kabupaten Ketapang

Sebuah perubahan signifikan terjadi di Kabupaten Ketapang


ketika sebagian besar kawasan hutan di wilayah tersebut
dialihfungsikan menjadi perkebunan seluas 192.570 hektar.
Transformasi ini pada umumnya mengarah ke pembangunan
perkebunan kelapa sawit. Salah satu perusahaan yang memperoleh
izin terbesar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit di
kawasan hutan Kabupaten Ketapang adalah PT PRAKARSA TANI
SEJATI dengan luas lahan mencapai 27.805,88 hektar.

Dengan kata lain, Kabupaten Ketapang telah mengalami


perubahan lanskap signifikan di mana hutan alam yang ada telah

172
dikonversi menjadi ladang perkebunan, khususnya kelapa sawit.
Praktik ini mencerminkan pergeseran penggunaan lahan dari fungsi
konservasi hutan menjadi tujuan ekonomi, yang bertujuan untuk
memanfaatkan potensi ekonomi dari produksi kelapa sawit.

Penting untuk dicatat bahwa transformasi ini bisa memiliki


dampak yang signifikan terhadap ekosistem dan lingkungan alam
di wilayah tersebut. Pengurangan lahan hutan alam dapat
menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim,
serta perubahan pola aliran sungai dan hujan. Oleh karena itu,
perlu adanya pemantauan yang ketat dan praktik berkelanjutan
dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit untuk
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan serta upaya
untuk menjaga keberlanjutan ekosistem hutan yang tersisa

2.2.1.9 Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Terhadap


Perubahan Iklim
Perubahan iklim telah menjadi isu global, seperti kenaikan
suhu maupun kenaikan muka air laut. Berdasarkan data yang
diambil BMKG melalui BPS, rata-rata suhu di Kabupaten Ketapang
cenderung stabil di 20 tahun terakhir, yaitu di angka 27,1 °C – 27,8
°C . Sementara itu, suhu terendah dan suhu tertinggi mengalami
fluktuasi. Suhu tertinggi telah mengalami kenaikan kurang lebih
3°C, sedangkan suhu terendah mengalami penurunan kurang lebih
1°C. Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan
temperatur di Kabupaten Ketapang dari tahun 2003 sampai tahun
2022.

173
Suhu Kabupaten Ketapang 20 Tahun
Terakhir
40
35
30
Suhu (° C)

25
20 Terendah
15
Rata-rata
10
Tertinggi
5
0

Gambar 3. 64 Temparatur Udara Kabupaten Ketapang 20


Tahun Terakhir

Sumber: BPS, 2003-2023

Rata-rata curah hujan di Kabupaten Ketapang mengalami


peningkatan sebanyak 70 mm3, dimana tahun 2020 – 2022 tercatat
sebagai rata-rata curah hujan tertinggi dalam 20 tahun terakhir,
yaitu 362,7 – 368,3 mm3. Peningkatan curah hujan di tahun yang
sama juga diimbangi dengan peningkatan jumlah kejadian banjir.

Pada tahun 2022, terdapat 204 kali kejadian banjir di


Kabupaten Ketapang yang berdampak kepada 87.317 penduduk.
Selain bencana banjir, kebakaran hutan dan lahan juga merupakan
bencana hidrometeorologi yang sering terjadi di Kabupaten
Ketapang. Pada tahun 2019 jumlah kejadian kebakaran hutan dan
lahan mencapai 189 kali kejadian. Berikut ini merupakan grafik
yang menggambarkan curah hujan dan jumlah kejadian bencana
hidrometeorologi di Kabupaten Ketapang.

174
Curah hujan Kabupaten Ketapang 20
Tahun Terakhir
400
350
Curah hujan (mm)

300
250
200
150
Curah hujan
100
50
0

Gambar 3. 65 Curah Hujan Kabupaten Ketapang 20 Tahun


Terakhir

Sumber: BPS, 2003-2023

Gambar 3. 66 Jumlah Kejadian Bencana Hidrometeorologi


Kabupaten Ketapang

Sumber: BPBD, 2022

175
Menurut data Sistem Informasi Data Indeks Kerentaann
(SIDIK) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun
2018, diketahui bahwa Indeks Kerentanan dan Sensitivitas (IKS) di
Kabupaten Ketapang terhadap perubahan iklim adalah 0,5677 dari
skala 0-1. Hal ini menandakan bahwa tingkat kerentanan
masyarakat dan lingkungan berada di level sedang terhadap
perubahan iklim seperti bencana banjir. Terdapat 2 desa yang
memiliki tingkat kerentanan sangat rendah, 6 desa untuk tingkat
kerentanan rendah, 152 desa dengan tingkat kerentanan sedang,
26 desa yang memiliki tingkat kerentanan tinggi, dan 63 desa yang
tingkat kerentanannya sangat tinggi. Sementara itunilai Indeks
Kapasitas Adaptasi (IKA) terhadap perubahan iklim di Kabupaten
Ketapang berada di nilai 0,60156 dari skala 0-1. Hal ini
menunjukkan bahwa Kabupaten Ketapang memiliki kemampuan di
tingkat sedang dalam menghadapi perubahan iklim.

176
Gambar 3. 67 Peta Tingkat Kerentanan Kabupaten Ketapang

Sumber: SIDIK KLHK, 2014

2.2.1.10 Indeks Resiko Bencana


Indeks Risiko Bencana merupakan metode yang digunakan
untuk mengukur tingkat risiko atau potensi kerentanan suatu
wilayah terhadap bencana alam atau bencana lainnya. Indeks risiko
bencana dapat mencakup berbagai faktor, seperti geografi, iklim,
infrastruktur, tingkat kesiapan Masyarakat (kepemimpinan dan
kapasitas; sosial dan ekonomi) serta faktor lingkungan.
Melihat capaian indeks resiko bencana yang ada di
Kabupaten Ketapang dimana terdapat penurunan serta
peningkatan yang sangat drastis pada tahun 2015, pada angka
192,40 yang menunjukan bahwa di Kabupaten Ketapang semakin
memiliki resiko bencana yang cukup tinggi. Kemudian pada tahun
2016 terjadi penurunan indeks ke angka 127,59 dan terus menurun
secara perlahan hingga tahun 2022 mencapai angka 124,36. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Ketapang sudah cukup
baik dalam memitigasi resiko bencana yang ada.
Terdapat beberapa factor yang menjadi tantangan dalam
menurunkan angka indeks resiko bencana yang perlu menjadi
perhatian bagi pemerintah Kabupaten Ketapang. Elemen kunci
yang menjadi perhatian dalam menurunkan indeks resiko bencana
adalah kerentanan (vulnerability), Eksposure (Exposure), Kapasitas
(Capacity), Resiliensi (Resilience) dan Ancaman atau Bahaya
(Hazard). Beberapa factor kunci tersebut dapat diintervensi lebih
jauh oleh Pemerintah Daerah untuk menurunkan angka indeks
resiko bencana di Kabupaten Ketapang, dengan begitu masyarakat
akan jauh merasa lebih aman dan kemudian dapat melaksanakan
kegiatan ekonomi dengan optimal.

177
Indeks Resiko Bencana
250

192 192,40
200

150 127,59 124,15 124,47 124,47 124,47 124,47 124,36

100

50

0,00
0
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 3.70 Indeks Risiko Bencana Kabupaten Ketapang

Sumber: BNPB, 2022

2.2.1.11 Indeks Ketahanan Pangan


Indeks Ketahanan pangan merupakan suatu alat ukur yang
digunakan untuk menilai tingkat ketahanan pangan suatu daerah.
Indeks ini membantu dalam mengidentifikasi dan memahami
tingkat akses dan ketersediaan pangan, stabilitas pangan, serta
pemanfaatan pangan yang cukup dan berkualitas sebuah daerah.
Tujuan utama dari indeks ini adalah untuk membantu
merencanakan, mengawasi, dan mengembangkan kebijakan dalam
meningkatkan ketahanan pangan. Ketahanan pangan ditopang
melalui beberapa komposit seperti, akses pangan, ketersediaan
pangan, stabilitas harga pangan dan pemanfaatan pangan yang ada
di suatu daerah.

Tingkat Ketahanan pangan di Kabupaten Ketapang termasuk


didalam kategori yang cukup baik, ditunjukkan dengan nilai indeks
yang mencapai 74,41 pada tahun 2022. Angka tersebut cukup
untuk menggambarkan tingkat ketahanan pangan daerah yang
artinya Kabupaten Ketapang memiliki akses pangan yang cukup

178
terjangkau bagi masyarakatnya, ketersediaan pangan yang baik
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pemanfaatan yang cukup
optimal atas hasil pangan yang ada, serta harga pangan daerah
yang cukup stabil. Sempat terjadi penurunan pada tahun 2019,
yang mencapai angka 68,56 untuk ketahanan pangan daerah
namun, hal tersebut mampu didongkrak Kembali pada tahun
berikutnya dengan dilakukan intervensi pada beberapa sector
pangan untuk memastikan pangan tetap stabil dan terjangkau.
Berdasarkan hal tersebut, Tindakan yang perlu kemudian diambil
oleh Pemerintah Daerah adalah memastikan keberlanjutan
ketahanan pangan dengan cara memastikan harga yang tetap stabil
serta pemeliharaan infrastruktur pangan yang ada dan perbaikan
pada beberapa aspek sarana prasarana yang menunjang faktor
produksi pangan daerah.

Indeks Ketahanan Pangan


80,00 74,24 74,05 74,41
70,42 68,56
70,00

60,00

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
0,00
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 3.71 Indeks Ketahanan Pangan Kabupaten Ketapang

Sumber: Badan Pangan Nasional, 2022

179
2.1.2 Aspek Demografi
Demografi merupakan ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan. Sub-bab demografi menjadi bagian penting dalam
proses pembangunan suatu daerah karena mendeskripsikan
jumlah, struktur dan distribusi penduduk dalam kurun waktu
tertentu. Adapun penyajian data demografi Kabupaten Ketapang
selama lima tahun terakhir dijabarkan sebagai berikut.

2.1.2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk


Pembangunan yang dilakukan setiap tahunnya bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang tinggal di suatu
wilayah. Data jumlah penduduk di suatu wilayah akan terus
berubah setiap waktunya. Berikut jumlah penduduk di Kabupaten
Ketapang tahun 2018-2022.

Tabel 2.8.
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Tahun
Kecamatan
2018 2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kendawangan 37.002 38.800 57.808 58.441 59.337
Manis Mata 3.005 35.526 34.658 35.554 36.630
Marau 14.545 14.640 17.283 17.503 17.803
Singkup 6.975 6.891 8.299 8.479 8.700
Air Upas 19.605 20.935 20.224 20.512 20.894
Jelai Hulu 17.575 16.578 20.596 20.991 21.487
Tumbang Titi 24.909 23.753 28.938 29.332 29.861
Pemahan 5.150 5.153 5.781 5.885 6.017
Sungai Melayu
15.066 15.162
Rayak 13.628 12.833 15.036
Matan Hilir Selatan 35.228 34.740 40.289 41.074 42.056
Benua Kayong 42.703 44.463 45.047 45.795 46.758
Matan Hilir Utara 16.574 16.848 19.992 20.114 20.324
Delta Pawan 89.989 98.696 90.634 92.213 94.223
Muara Pawan 15.085 14.615 18.039 18.466 18.984
Nanga Tayap 31.569 28.756 36.378 37.098 37.996
Sandai 29.339 28.857 32.374 33.011 33.807
Hulu Sungai 12.779 11.741 13.884 14.026 14.232

180
Tahun
Kecamatan
2018 2019 2020 2021 2022
Sungai Laur 20.259 19.053 19.248 19.367 19.571
Simpang Hulu 32.520 31.795 36.864 37.593 38.503
Simpang Dua 8.569 8.110 9.285 9.407 9.572
579.92 591.91
477.00 512.78 570.65
7 7
Jumlah 8 3 7
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2023

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah


penduduk di Kabupaten Ketapang terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa
kebutuhan akan pembangunan di Kabupaten Ketapang semakin
diperlukan karena demand efek dari pertumbuhan jumlah
penduduk. Kecamatan Delta Pelawan memiliki jumlah penduduk
terbesar di Kabupaten Ketapang, sedangkan untuk Kecamatan
Pemahan memiliki jumlah penduduk paling sedikit.

181
Gambar 3.72 Peta Sebaran Penduduk Kabupaten Ketapang
Tahun 2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

182
a. Struktur Penduduk
Struktur penduduk merupakan komposisi penduduk dari
suatu daerah yang dikelompokkan berdasarkan pada kriteria
struktur umur, jenis kelamin, dan agama. Struktur penduduk
selalu mengalami perubahan dan perubahan tersebut disebabkan
oleh proses demografi yang melibatkan kelahiran dan kematian.
Analisis struktur penduduk di Kabupaten Ketapang berdasarkan
pada struktur umur dan jenis kelamin dapat diketahui melalui
grafik berikut.

> 75
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 -14
5-9
0-4
-40.000 -30.000 -20.000 -10.000 0 10.000 20.000 30.000 40.000

Laki-laki Perempuan

Grafik 2.1. Struktur Penduduk Kabupaten Ketapang


Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2022
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2023

Jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten Ketapang lebih


banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan pada
tahun 2022. Hubungan ini berlaku untuk semua kelompok usia
kecuali untuk kelompok usia 75+ tahun dimana perempuan lebih
banyak dibandingkan laki-laki. Meskipun demikian, komposisi
penduduk laki-laki dan perempuan masih dapat dikatakan
seimbang.

183
Sementara itu, komposisi penduduk berdasarkan kelompok
usia menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten
Ketapang merupakan kelompok usia 15-19 tahun dan kelompok
usia 25-29 tahun. Hal tersebut ditunjukkan dengan grafik piramida
penduduk Kabupaten Ketapang yang termasuk dalam kategori
ekspansif (piramida penduduk muda). Kondisi ini mengindikasikan
cukup tingginya tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Ketapang. Puncak piramida yang cukup lebar
menunjukkan relatif tingginya rasio ketergantungan penduduk
muda, sedangkan dasar piramida yang menciut cukup tajam
mengindikasikan rendahnya rasio ketergantungan penduduk tua.

b. Distribusi Penduduk
Distribusi penduduk dapat menunjukkan sebaran
penduduk di suatu daerah. Konteks Kabupaten Ketapang, analisis
distribusi penduduk bertujuan untuk mengetahui daya dukung dan
daya tampung tiap kecamatan. Distribusi penduduk berdasarkan
kecamatan di Kabupaten Ketapang tahun 2023 dapat diketahui
melalui grafik berikut.

Simpang Hulu Simpang Dua


Sungai Laur Kendawangan
6% 2%
3% 10%
Hulu Sungai Manis Mata
2% 6%
Sandai Marau
6% 3%
Singkup
Nanga Tayap
Air Upas 1%
6%
3%
Muara Pawan Jelai Hulu
3% 4%
Delta Pawan
16% Tumbang Titi
5%
Sungai Melayu
Rayak
Matan Matan Hilir
3% Pemahan
Benua Kayong
Hilir Utara Selatan
3% 7% 1% 8%
Grafik 2.2. Persentase Jumlah Penduduk berdasarkan Kecamatan
di Kabupaten Ketapang Tahun 2022

184
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2023

Persebaran penduduk setiap kecamatan di Kabupaten


Ketapang belum merata pada tahun 2022, dimana penduduk
terkonsentrasi pada wilayah perkotaan. Dapat dilihat konsentrasi
penduduk paling tinggi berada di Kecamatan Delta Pawan sebesar
16 persen, sedangkan kecamatan dengan persentase penduduk
terendah adalah Kecamatan Singkup dan Pemahan sebesar 1
persen. Sementara itu, distribusi dan kepadatan penduduk
menurut kecamatan di Kabupaten Ketapang Tahun 2022 dapat
dicermati melalui tabel berikut.

Tabel 2.9. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan


di Kabupaten Ketapang Tahun 2022
Jumlah Luas Kepadatan
Kecamatan penduduk wilayah penduduk
(jiwa) (Km2) (jiwa/per Km2)
(1) (2) (3) (4)
Kendawangan 59.337 5.859 10,13
Manis Mata 36.630 2.912 12,58
Marau 17.803 1.160 15,35
Singkup 8.700 227 38,33
Air Upas 20.894 793 26,35
Jelai Hulu 21.487 1.358 15,82
Tumbang Titi 29.861 1.198 24,93
Pemahan 6.017 326 18,46
Sungai Melayu
122 124,28
Rayak 15.162
Matan Hilir
1.813 23,2
Selatan 42.056
Benua Kayong 46.758 349 133,98
Matan Hilir Utara 20.324 720 28,23
Delta Pawan 94.223 74 1.273,28
Muara Pawan 18.984 611 31,07
Nanga Tayap 37.996 1.728 21,99
Sandai 33.807 1.779 19
Hulu Sungai 14.232 4.685 3,04
Sungai Laur 19.571 1.651 11,85
Simpang Hulu 38.503 3.175 12,13
Simpang Dua 9.572 1.048 9,13

185
Jumlah Luas Kepadatan
Kecamatan penduduk wilayah penduduk
(jiwa) (Km2) (jiwa/per Km2)
(1) (2) (3) (4)
Jumlah 591.917 31.588 18,74
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2023

Kecamatan Delta Pawan memiliki kepadatan penduduk


tertinggi, yaitu sebesar 1.273,28 jiwa/Km2. Hal ini disebabkan oleh
jumlah penduduk di kecamatan tersebut masuk ke dalam kategori
tertinggi se-Kabupaten Ketapang, padahal luas wilayah kecamatan
adalah yang tersempit (74 Km2) jika dibandingkan dengan luas
wilayah kecamatan lainnya. Kemudian disusul oleh Kecamatan
Benua Kayong dan Sungai Melayu Rayak secara berurutan
merupakan kecamatan dengan kepadatan yang cukup tinggi jika
dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Kondisi ini kontras
dengan dua kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk kurang
dari 10 jiwa/Km2, yaitu Kecamatan Simpang Dua (9,13 jiwa/Km2),
dan Kecamatan Hulu Sungai (3,04 jiwa/Km2).

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1 Fokus Kesejahteraan Ekonomi


Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi mencakup aspek-
aspek yang tergabung dalam isu otonomi daerah, pemerintahan
umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,
kepegawaian dan persandian. Secara lebih detail mencakup
pertumbuhan PDRB, struktur ekonomi wilayah, laju inflasi, PDRB
per kapita, indeks gini, dan tingkat kemiskinan. Berikut adalah
gambaran umum mengenai beberapa data tersebut.

a. Produk Domestik Regional Bruto


Kondisi perekonomian Kabupaten Ketapang dapat dilihat
melalui nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB di
suatu wilayah menunjukkan pertambahan nilai bruto seluruh

186
barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat di wilayah
tersebut sehingga mampu menggambarkan aktivitas perekonomian
masyarakat. PDRB disajikan dalam dua jenis penilaian, yaitu atas
dasar harga berlaku (nominal) dan atas dasar harga konstan (riil).
Penggunaan nilai PDRB berdasarkan harga berlaku ditujukan
untuk menunjukkan struktur perekonomian suatu wilayah,
sedangkan harga konstan ditujukan untuk melihat pertumbuhan
ekonomi dari waktu ke waktu. Penghitungan PDRB juga digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan perencanaan
maupun bahan evaluasi pembangunan periode yang lalu.

Tabel 2.10. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten


Ketapang Tahun 2018-2022

PDRB Atas Dasar PDRB Atas Dasar


Tahun Harga Berlaku (miliar Harga Konstan (miliar
rupiah) rupiah)
2018 25,000.29 16,887.78
2019 27,488.71 17,999.84
2020 28,105.90 17,911.87
2021 30,911.32 18,848.70
2022 34,315.19 19,876.46
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Tabel diatas menunjukkan bahwa PDRB Atas Dasar Harga


Berlaku (ADHB) dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)
secara rata-rata mengalami tren peningkatan. Pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Ketapang yang ditunjukkan melalui PDRB
ADHK mengalami tren pertumbuhan yang positif walaupun pada
tahun 2020 sempat mengalami kontraksi ekonomi sebesar -0,48
persen. Pada tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Ketapang kembali menunjukkan kenaikan. Adapun kenaikan PDRB
ADHK Kabupaten Ketapang didominasi oleh sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan. Sedangkan sektor yang mengalami
pertumbuhan tinggi yaitu sektor jasa Kesehatan dan sektor

187
pertambangan dan penggalian dengan rata-rata pertumbuhan
sektoral mencapai 13,94 dan 11,68 persen pada periode 2018-2022.
Pertumbuhan sektor jasa kesehatan serta sektor pertambangan dan
penggalian yang sangat tinggi pada tahun 2020-2021 menjadi salah
satu pendorong pertumbuhan di masa pandemi sehingga
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ketapang secara umum tidak
mengalami kontraksi yang lebih dalam.

Tabel 2.11. PDRB ADHK dan Pertumbuhan Lapangan Usaha


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022

PDRB ADHK (Miliar Rupiah) Pertumbuhan (%) Rata-


Lapang rata
an 20 20 20 20 20 Pertu
2018 2019 2020 2021 2022
Usaha 18 19 20 21 22 mbuha
n (%)
A-
Pertani
an, -
Kehuta 4.908 5.185 5.127 5.247 5.429 9, 5, 2, 3,
1,1 3,99
nan, ,88 ,22 ,97 ,58 ,43 63 63 33 47
0
dan
Perikan
an
B-
Pertam 12 12 11
bangan 2.710 3.061 3.610 4.039 4.151 17, 2,
,8 ,9 ,9 11,68
dan ,18 ,41 ,00 ,90 ,97 92 77
2 6 1
Penggal
ian
C-
Industr 10 - 19
2.303 2.475 2.270 2.427 2.896 7, 6,
i ,0 8,2 ,3 7,09
,85 ,95 ,63 ,16 ,68 47 89
Pengola 5 9 4
han
D-
Pengad
aan 1, 5, 3,0 0, 4,
8,00 8,47 8,73 8,79 9,18 3,17
Listrik 79 91 6 65 46
dan
Gas
E-
Pengad
aan
Air,
Pengelo
10 7, 4,8 3, 2,
laan 16,77 17,58 18,14 18,53 5,54
15,62 ,1 36 3 20 17
Sampa
4
h,
Limbah
dan
Daur
Ulang

188
PDRB ADHK (Miliar Rupiah) Pertumbuhan (%) Rata-
Lapang rata
an 20 20 20 20 20 Pertu
2018 2019 2020 2021 2022
Usaha 18 19 20 21 22 mbuha
n (%)
F- - -
1.486 1.574 1.458 1.555 1.525 0, 5, 6,
Konstr 7,3 1, 0,85
,38 ,86 ,47 ,59 ,96 91 95 66
uksi 9 90

G-
Perdag
angan
Besar
dan -
1.806 1.899 1.764 1.801 1.930 3, 5, 2, 7,
Eceran; 7,1 2,08
,99 ,71 ,75 ,17 ,98 10 13 06 21
Repara 0
si Mobil
dan
Sepeda
Motor
H-
Transp - - 17
ortasi 318,7 325,0 261,6 243,2 284,7 7, 1,
19, 7, ,0 0,01
dan 2 1 1 6 4 54 97
51 01 5
Pergud
angan
I-
Penyedi
aan -
Akomo 300,6 318,6 229,4 246,4 265,8 5, 5, 7, 7,
28, -0,32
dasi 5 6 2 5 1 16 99 43 85
01
dan
Makan
Minum
J-
Informa 626,9 666,0 706,4 713,5 749,2 9, 6, 6,0 1, 5,
si dan 5,61
5 6 3 1 1 73 24 6 00 00
Komun
ikasi
K-
Jasa -
Keuang 610,4 591,8 599,5 607,7 608,1 8, 1,3 1, 0,
3, 1,70
an dan 6 5 2 0 9 81 0 36 08
05
Asuran
si
L - Real 420,0 433,1 438,8 438,9 447,1 3, 3, 1,3 0, 1,
2,06
Estate 3 1 9 4 1 97 12 3 01 86

M,N - -
Jasa 2, 4, 0, 9,
63,97 66,62 63,89 64,25 70,49 4,1 2,62
Perusa 76 15 56 72
0
haan
O-
Admini
strasi
Pemeri -
ntahan, 634,1 666,2 676,6 681,2 680,4 5, 5, 1,5 0,
0, 2,53
Pertaha 0 8 8 5 0 43 08 6 68
12
nan
dan
Jamina
n

189
PDRB ADHK (Miliar Rupiah) Pertumbuhan (%) Rata-
Lapang rata
an 20 20 20 20 20 Pertu
2018 2019 2020 2021 2022
Usaha 18 19 20 21 22 mbuha
n (%)
Sosial
Wajib
P- - -
Jasa 380,5 398,5 360,3 360,3 375,0 1, 4, 4,
9,5 0, 0,18
Pendidi 3 4 9 0 0 67 73 08
7 02
kan
Q-
Jasa
Keseha 33 10
179,0 190,7 221,5 295,2 327,4 2, 6, 16,
tan dan ,3 ,9 13,94
9 1 1 9 9 87 49 15
Kegiata 0 1
n
Sosial
R,S,T,U -
113,3 120,5 105,2 3, 6, 4, 5.
- Jasa 95,40 99,41 20, -1,67
8 9 9 66 35 21 91
lainnya 88

16.8 17.9 17.9 18.8 19.8 -


7, 6, 5, 5,
PDRB 87,7 99,8 11,8 48,7 79,4 0,4 4,92
83 58 23 45
8 4 7 0 6 9

Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Pertumbuhan sektoral positif selama kurun waktu lima


tahun terakhir terjadi pada 16 sektor sedangkan 2 sektor lainnya
mengalami pertumbuhan yang negatif. Sektor Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi sebesar
13,94 persen, sedangkan untuk sektor penyediaan akomodasi dan
makan minum memiliki rata-rata pertumbuhan terendah yaitu
sebesar -0,32 persen. Kondisi tersebut disebabkan dampak
pemberlakuan pembatasan sosial skala besar yang diterapkan oleh
seluruh daerah termasuk Kabupaten Ketapang pada tahun 2021
sebagai bentuk penanganan pandemi Covid-19.

190
10,00
7,83
8,00 6,72
5,23 5,45
6,00
5,07 5,09 4,78 5,07
4,00 5,20 5,00 5,31
2,00 3,70
-0,50
0,00

-2,00 -1,82
-2,07
-4,00
2018 2019 2020 2021 2022

LPE Ketapang (%) LPE Kalimantan Barat (%)


LPE Nasional (%)

Grafik 2.3. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Ketapang, Provinsi


Kalimantan Barat, dan Nasional Tahun 2018-2022
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang dan BPS
Provinsi Kalimantan Barat, 2023

Perekonomian Kabupaten Ketapang pada tahun 2022 terus


mengalami pemulihan dan lepas dari tekanan besar akibat pandemi
Covid-19. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ketapang pada
tahun 2022 sebesar 5,45 persen, angka tersebut lebih tinggi jika
dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Kalimantan Barat dan nasional yaitu sebesar 5,07 persen dan 5,31
persen. Tingginya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ketapang
disumbang oleh sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang
memiliki rata-rata pertumbuhan sektoral mencapai 13,94 persen.
Tingginya nilai pertumbuhan tersebut disebabkan oleh adanya
peningkatan permintaan yang cukup tinggi di sektor Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial, khususnya dalam menangani kasus
Covid-19.

b. Struktur Ekonomi Wilayah


Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari
besarnya peranan atau kontribusi dari masing-masing lapangan

191
usaha yang membentuk PDRB. Berikut ini adalah nilai PDRB ADHB
Kabupaten Ketapang beserta kontribusi masing-masing lapangan
usaha.

Tabel 2.12. PDRB ADHB dan Kontribusi Lapangan Usaha Kabupaten


Ketapang Tahun 2018-2022
PDRB ADHB (Miliar Rupiah) Kontribusi (%) Rata-
Rata
Lapangan
201 201 202 202 201 201 202 202 Kontr
Usaha 2022 2022
8 9 0 1 8 9 0 1 ibusi
(%)
A-
Pertanian, 6.40 6.60 7.20 801.5 24,2 23,2 23,4 23,3
6.06 23,36 23,55
Kehutana 2,93 0,43 9,10 14,00 8 9 8 2
9,55
n, dan
Perikanan
B-
Pertamban 4.75 5.52 6.58 7.72 8.230 19,0 20,1 23,4 24,9
23,99 22,31
gan dan 6,73 8,02 0,77 5,39 ,52 3 1 1 9
Penggalian
C-
Industri 3.62 4.01 3.75 4.16 5.215 14,5 14,6 13,3 13,4
15,20 14,23
Pengolaha 7,29 8,25 9,73 1,66 ,56 1 2 8 6
n
D-
Pengadaan 12,0 13,4 14,2 14,3
15,53 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Listrik dan 8 9 3 7
Gas
E-
Pengadaan
Air,
Pengelolaa 20,0 22,1 23,3 24,6
25,28 0,08 0,08 0,08 0,08 0,07 0,08
n Sampah, 5 8 7 9
Limbah
dan Daur
Ulang
F- 2.41 2.69 2.60 2.93 3.035
Konstruks 9,66 9,79 9,28 9,50 8,85 9,42
5,26 0,39 7,14 6,01 ,42
i
G-
Perdagang
an Besar
dan 2.64 2.94 2.88 2.89 3.323 10,6 10,7 10,0
Eceran; 9,37 9,68 10,08
9,07 5,03 2,65 7,77 ,20 0 1 4
Reparasi
Mobil dan
Sepeda
Motor
H-
Transport 537, 563, 472, 449, 587,4
asi dan 2,15 2,05 1,68 1,46 1,71 1,81
84 73 26 78 6
Pergudang
an
I-
Penyediaa 489, 539, 401, 438, 483,3
1,96 1,96 1,43 1,42 1,41 1,64
n 31 63 92 36 5
Akomodas

192
PDRB ADHB (Miliar Rupiah) Kontribusi (%) Rata-
Rata
Lapangan
201 201 202 202 201 201 202 202 Kontr
Usaha 2022 2022
8 9 0 1 8 9 0 1 ibusi
(%)
i dan
Makan
Minum
J-
Informasi 725, 799, 856, 887, 945,3
dan 2,90 2,91 3,05 2,87 2,75 2,90
37 25 33 75 2
Komunika
si
K - Jasa
Keuangan 861, 858, 863, 913, 988,5
3,45 3,12 3,07 2,96 2,88 3,10
dan 30 10 79 91 4
Asuransi
L - Real 635, 687, 697, 690, 721,3
2,54 2,50 2,48 2,23 2,10 2,37
Estate 02 28 43 13 8

M,N - Jasa 88,2 95,7 91,2 90,8 103,2


Perusahaa 0,35 0,35 0,32 0,29 0,30 0,32
8 0 3 9 3
n
O-
Administr
asi
Pemerinta
han, 1.17 1.28 1.33 1.37 1.402
4,69 4,67 4,77 4,44 4,09 4,53
Pertahana 1,57 3,80 9,55 2,76 ,54
n dan
Jaminan
Sosial
Wajib
P - Jasa 531, 583, 512, 517, 562,1
Pendidika 2,13 2,12 1,82 1,68 1,64 1,88
81 87 36 82 0
n
Q - Jasa
Kesehatan 251, 281, 334, 453, 522,7
dan 1,01 1,03 1,19 1,47 1,52 1,24
69 95 16 91 3
Kegiatan
Sosial
R,S,T,U - 158, 175, 128, 127, 137,8
Jasa 0,63 0,64 0,46 0,41 0,40 0,51
08 13 55 02 9
lainnya
25.0 27.4 28.1 30.9
34.31 100, 100, 100, 100, 100,0 100,0
PDRB 00,2 88,7 05,9 11,3
5,19 00 00 00 00 0 0
9 1 0 2

Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Berdasarkan PDRB ADHB bahwa sektor pertanian,


kehutanan, dan perikanan menjadi sektor yang paling mendominasi
di Kabupaten Ketapang dengan rata-rata kontribusi sebesar 23,55
persen dalam periode 2018-2022. Sektor pertambangan dan
penggalian turut mendominasi dengan rata-rata kontribusi sebesar
22,31 persen, kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan

193
sebesar 14,23 persen. Dua sektor lain yang turut mendominasi
yaitu sektor perdagangan besar dan eceran dengan rata-rata
sebesar 10,08 persen dan sektor konstruksi sebesar 9,42 persen.
Pada periode 2018-2021, hanya sektor pertambangan dan
penggalian yang menunjukkan tren kontribusi yang signifikan,
namun pada tahun 2022 mengalami penurunan sebesar 1%.
Tingginya laju pertumbuhan sektor pertambangan disertai
dengan besarnya kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Ketapang
menunjukkan sektor ini merupakan sektor yang potensial untuk
dikembangkan. Namun, pengembangan sektor pertambangan dan
penggalian perlu dipertimbangkan lebih jauh mengingat sumber
daya alam tersebut tersedia dalam jumlah yang terbatas dan tidak
dapat diperbaharui serta memiliki eksternalitas negatif terhadap
lingkungan. Kondisi tersebut bertentangan dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan, sehingga dalam pengembangannya
diperlukan kebijakan khusus untuk meminimalkan dampak negatif
yang mungkin ditimbulkan.

c. Laju Inflasi
Dinamika perkembangan harga barang dan jasa dapat
dilihat melalui laju inflasi/deflasi. Indikator ini sangat penting
untuk diperhatikan karena mampu menggambarkan pergerakan
permintaan dan penawaran di pasar yang berkaitan erat dengan
daya beli masyarakat. Laju inflasi Kabupaten Ketapang mengacu
pada laju inflasi Kota Pontianak pada periode 2018-2022, karena
sebagian besar barang dipasok melalui Kota Pontianak.
Perhitungan inflasi menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK)
dengan paket komoditas IHK Kota Pontianak yang terdiri dari 352
jenis barang dan jasa yang dikelompokkan menjadi tujuh kelompok
pengeluaran.

194
7
6,35
5,95
6 5,51

5
3,99
4
3,183,13
3 2,64 2,64 2,72 2,55
2,11
1,68 1,87
2
1,08 1,16
1

0
2018 2019 2020 2021 2022

Kota Pontianak Kota Singkawang Nasional

Grafik 2.4. Laju Inflasi Kota Pontianak dan Nasional Tahun 2018-
2022
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2023

Laju Inflasi Kota Pontianak pada periode 2018 – 2022


mengalami tren peningkatan yang sangat signifikan. Pada tahun
2022, laju inflasi Kota Pontianak adalah yang tertinggi yaitu sebesar
6,35 dimana angka tersebut jauh diatas target inflasi yang
dikeluarkan pemerintah menurut PMK No.101/PMK.010/2021
tanggal 28 Juli 2021 yaitu 3±1%. Hal tersebut juga di alami Kota
Singkawang dan juga secara Nasional. Kelonjakan inflasi yang
terjadi di Kota Pontianak, Kota Singkawang dan Nasional
dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari sisi penawaran ataupun
yang bersifat kejutan (shocks) seperti kenaikan harga minyak dunia
dan adanya gangguan panen atau banjir. Dari bobot dalam
keranjang IHK, bobot inflasi yang dipengaruhi oleh faktor
penawaran dan kejutan diwakili oleh kelompok Volatile Food dan
Administered Prices yang mencakup kurang lebih 40% dari bobot
IHK.

Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada


pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil

195
memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan
pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar
hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua
orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi
yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty)
bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman
empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan
menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi,
investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi di negara tetangga
menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif
sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai Rupiah. Keempat,
kestabilan harga memiliki peran penting dalam mendukung upaya
menjaga stabilitas sistem keuangan.

d. PDRB Per Kapita


PDRB per kapita merupakan angka kasar yang dapat
menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah
pada suatu waktu tertentu. Namun, penghitungan PDRB per kapita
memiliki kekurangan, yaitu tidak mampu menggambarkan
pemerataan kesejahteraan. Kelemahan tersebut disebabkan oleh
besaran angka PDRB per kapita sangat dipengaruhi oleh besarnya
PDRB dan jumlah penduduk di wilayah perhitungan. Oleh karena
itu, analisis PDRB per kapita harus diimbangi dengan indikator
kesejahteraan lainnya, khususnya bagi daerah yang
perekonomiannya didominasi oleh sektor pertambangan dan
penggalian.

Tabel 2.13 PDRB dan PDRB per Kapita Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022

196
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Nilai PDRB (Miliar Rupiah)
ADHB 25.000,29 27.488,71 28.105,90 30.911,32 34.315,19
ADHK 16.887,78 17.999,84 17.911,87 18.848,70 19.879,46
PDRB per Kapita (Juta Rupiah)
ADHB 49,60 53,61 49,25 53,30 57,97
ADHK 33,51 35,10 31,39 32,50 33,58
Pertumbuhan
PDRB per 7,83 6,58 -0,49 5,23 5,45
Kapita ADHK
Jumlah
Penduduk 504.008 512.783 570.657 579.927 591.917
(orang)
Pertumbuhan
Jumlah
2,03 2,00 2,84 2,17 2,11
Penduduk
(persen)
Sumber: PDRB Kabupaten Ketapang Menurut Lapangan Usaha, 2023

PDRB per kapita Kabupaten Ketapang secara nominal


maupun riil mengalami tren peningkatan sepanjang 2018-2022.
Meski sempat menurun di tahun 2020, tetapi di tahun-tahun
berikutnya kembali mengalami kenaikan. Penurunan PDRB pada
tahun 2020 terutama dipicu dari adanya pembatasan kegiatan
ekonomi dalam rangka menekan laju penularan Covid-19.
Akibatnya, terjadi penurunan dari daya beli masyarakat,
terkontraksinya perdagangan, dan menurunkan investasi. Namun,
pada tahun 2021 sampai dengan 2022 PDRB Kabupaten Ketapang
kembali meningkat seiring dengan mulai pulihnya perekonomian
dengan berkurangnya dampak pandemi Covid-19. Adapun jumlah
penduduk Kabupaten Ketapang pada tahun 2022 naik sebesar 2,11
persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain itu, jumlah
penduduk pada tahun 2020 merupakan hasil sensus penduduk
sehingga terdapat penyesuaian yang cukup besar jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya yang menggunakan hasil proyeksi
penduduk sebagai basis perhitungan. Kondisi tersebut
menyebabkan PDRB per kapita Kabupaten Ketapang pada tahun

197
2020 mengalami penurunan hingga 0,49 persen dibanding tahun
sebelumnya.

e. Indeks Gini
Indeks Gini diperlukan untuk mengetahui tingkat
ketimpangan pendapatan atau pengeluaran masyarakat yang
berdampak pada tingkat kesejahteraan dan potensi persoalan
sosial. Jika indeks gini menunjukkan angka nol (0), maka semakin
memperlihatkan pemerataan pendapatan di wilayah tersebut,
sementara jika indeks gini mendekati angka satu (1), maka semakin
memperlihatkan ketimpangan pendapatan di wilayah tersebut.
Data yang menunjukkan indeks gini di Kabupaten Ketapang
ditampilkan dalam grafik berikut.

0,450
0,389 0,382 0,381 0,381 0,384
0,400
0,339 0,327
0,350 0,317 0,315 0,314
0,300
0,310 0,311
0,250 0,290 0,290
0,261
0,200
0,150
0,100
0,050
0,000
2018 2019 2020 2021 2022

Ketapang Kalimantan Barat Nasional

Grafik 2.5. Rasio Gini Kabupaten Ketapang,


Provinsi Kalimantan Barat, dan Nasional Tahun 2018-2022
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang dan BPS
Provinsi Kalimantan Barat, 2023

Rasio gini Kabupaten Ketapang berada di bawah angka rata-


rata rasio gini Nasional dan Provinsi Kalimantan Barat pada tahun
2018-2022. Rasio gini Kabupaten Ketapang di tahun 2018 dan 2019
berada pada angka 0,290, namun perlahan naik pada tahun 2020

198
menjadi 0,310, kemudian turun ke angka 0,261 di tahun 2021 dan
kembali naik di tahun 2022 ke angka 0,311. Kondisi ini disebabkan
oleh kondisi perekonomian yang melemah, khususnya pada tahun
2020 sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Secara umum
perkembangan gini ratio Kabupaten Ketapang menunjukkan bahwa
distribusi pengeluaran antara kelompok kaya dan miskin tidak
terlalu mengkhawatirkan. Namun demikian, yang perlu dicermati
adalah tren ketimpangan yang cenderung meningkat dalam periode
lima tahun terakhir.

f. Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan dihitung menggunakan pendekatan basic need
approach oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kondisi ini berarti
bahwa kemiskinan dihitung menggunakan komponen pengeluaran
per kapita. Semakin besar pengeluaran per kapita, maka semakin
kecil kemiskinan. Kemiskinan di Kabupaten Ketapang, jika
disandingkan dengan data pertumbuhan ekonomi akan tampak
bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ketapang tidak
sepenuhnya mampu menjalankan konsep multiplier effect. Kondisi
ini berarti bahwa ada sejumlah uang yang mengalir ke luar wilayah
Kabupaten Ketapang, sehingga tidak mampu mempercepat
penurunan kemiskinan. Adapun data mengenai kemiskinan di
Kabupaten Ketapang dapat dilihat sebagai berikut.

199
Kota Singkawang 4,67
Kota Pontianak 4,46
Kubu Raya 4,12
Kayong Utara 9,04
Melawi 11,44
Sekadau 5,85
Kapuas Hulu 8,59
Sintang 8,57
Ketapang 9,39
Sanggau 4,51
Mempawah 5,32
Landak 10,01
Bengkayang 6,03
Sambas 6,92
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

Persentase Penduduk Miskin

Grafik 2.6. Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Ketapang


dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2022
Sumber: Provinsi Kalimantan Barat Dalam Angka, 2023

Tabel 2.14.
Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Ketapang dan Provinsi
Kalimantan Barat Tahun 2018-2022
Kabupaten 2018 2019 2020 2021 2022

Sambas 8,55 8,19 7,70 7,66 6,92


Bengkayang 7,17 6,96 6,62 6,48 6,03
Landak 11,77 11,47 11,12 10,99 10,01
Mempawah 5,61 5,32 4,95 5,18 5,32
Sanggau 4,67 4,57 4,46 4,55 4,51
Ketapang 10,93 10,54 10,29 10,13 9,39
Sintang 10,35 9,65 9,27 9,28 8,57
Kapuas Hulu 9,60 9,62 8,99 8,93 8,59
Sekadau 6,17 6,11 5,87 6,26 5,85
Melawi 12,83 12,38 12,04 12,01 11,44
Kayong Utara 10,08 9,98 9,56 9,33 9,04
Kubu Raya 5,07 4,74 4,42 4,34 4,12
Kota Pontianak 5,00 4,88 4,70 4,58 4,46
Kota Singkawang 5,12 4,91 4,53 4,83 4,67
Kalimantan Barat 7,77 7,49 7,17 7,15 6,73
Sumber: Provinsi Kalimantan Barat Dalam Angka, 2023

Persentase penduduk miskin di Kabupaten Ketapang pada


tahun 2018-2022 memiliki tren yang menurun, namun dari angka
tahun 2022 menunjukkan bahwa Kabupaten Ketapang masih
berada di tiga tertinggi se-Kalimantan Barat setelah Kabupaten

200
Melawi dan Kabupaten Landak yang masing-masing sebesar 11,44
persen dan 10,01 persen. Meskipun menunjukkan tren yang
menurun dalam lima tahun terakhir, penurunan tersebut bukanlah
penurunan yang tergolong cepat. Lambatnya penurunan penduduk
miskin di Kabupaten Ketapang ini disebabkan oleh persoalan
kebocoran ekonomi regional dan beberapa persoalan yang berkaitan
dengan belum optimalnya pertumbuhan ekonomi di sektor non-
tambang. Untuk itu diperlukannya keberadaan dan perputaran
uang di Kabupaten Ketapang melalui serangkaian aktivitas ekonomi
yang saling terhubung agar multiplier effect dapat berjalan dengan
semestinya.

Kota Singkawang 10,82


Kota Pontianak 29,61
Kubu Raya 24,39
Kayong Utara 10,52
Melawi 24,57
Sekadau 11,91
Kapuas Hulu 23,43
Sintang 36,76
Ketapang 49,92
Sanggau 21,74
Mempawah 14,3
Landak 38,65
Bengkayang 15,97
Sambas 37,65
0 10 20 30 40 50 60

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu)

Grafik 2.7. Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Kabupaten


Ketapang dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun 2022
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang dan BPS
Provinsi Kalimantan Barat, 2023

Tabel 2.15.
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Kabupaten Ketapang dan
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2018-2022
Kabupaten 2018 2019 2020 2021 2022

Sambas 45,48 43,84 41,41 41,49 37,65


Bengkayang 17,94 17,69 17,11 16,92 15,97

201
Kabupaten 2018 2019 2020 2021 2022

Landak 43,73 43,16 42,36 42,01 38,65


Mempawah 14,61 14,02 13,18 13,82 14,30
Sanggau 21,59 21,41 21,16 21,70 21,74
Ketapang 54,86 53,84 53,45 53,04 49,92
Sintang 42,65 40,30 39,19 39,40 36,76
Kapuas Hulu 24,76 25,22 23,93 24,03 23,43
Sekadau 12,29 12,28 11,92 12,69 11,91
Melawi 26,24 25,71 25,34 25,47 24,57
Kayong Utara 11,13 11,21 10,90 10,72 10,52
Kubu Raya 28,86 27,37 25,90 25,47 24,39
Kota Pontianak 31,76 31,46 30,70 30,11 29,61
Kota Singkawang 11,17 10,90 10,23 11,03 10,82
Kalimantan Barat 7,77 378,41 366,77 367,89 350,25
Sumber: Provinsi Kalimantan Barat Dalam Angka, 2023

Angka jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ketapang


pada tahun 2018-2022 lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kabupaten/kota lain di Kalimantan Barat. Jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Ketapang rata-rata berada pada kisaran angka
53,02 ribu penduduk per tahun. Tingginya jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Ketapang mengindikasikan bahwa upaya
penanggulangan kemiskinan harus dijalankan secara terintegrasi
dengan memperhatikan beberapa penyebabnya, seperti
pengangguran, belum optimalnya pertumbuhan ekonomi sektor
non-tambang dan kebocoran ekonomi regional. Beberapa hasil
pengamatan memperlihatkan bahwa produksi beberapa komoditas
pertanian tidak mampu terserap oleh pasar secara baik karena
kurangnya sinergi jaringan pemasaran di dalam daerah. Kondisi ini
dapat menyebabkan impor produk pertanian, sehingga uang
mengalir ke luar Kabupaten Ketapang.

2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial Budaya


Fokus kesejahteraan sosial merupakan bagian penting
dalam mengukur aspek kesejahteraan masyarakat suatu daerah.
Konteks pembangunan di Kabupaten Ketapang, fokus

202
kesejahteraan sosial diarahkan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan
sosial dilakukan terhadap beberapa indikator, meliputi: Indeks
Pembangunan Manusia, Rata-Rata Lama Sekolah, Harapan Lama
Sekolah, Angka Partisipasi Sekolah, dan Angka Harapan Hidup.

a. Indeks Pembangunan Manusia


Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya.
Pembangunan manusia seharusnya menempatkan manusia
sebagai tujuan akhir dari pembangunan; bukan sebatas alat
pembangunan. Lebih khusus, pembangunan manusia didefinisikan
sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk. IPM merupakan
indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM
juga menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.
IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu umur panjang
dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Umur
panjang dan hidup sehat digambarkan oleh Umur Harapan Hidup
(UHH) saat lahir, yaitu jumlah tahun yang diharapkan dapat dicapai
oleh bayi yang baru lahir untuk hidup, dengan asumsi bahwa pola
angka kematian menurut umur pada saat kelahiran sama
sepanjang usia bayi. Pengetahuan diukur melalui indikator Rata-
rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah. Rata-rata Lama
Sekolah (RLS) adalah rata-rata lamanya (tahun) penduduk usia 25
tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Harapan Lama
Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal
yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu
pada masa mendatang. Standar hidup yang layak digambarkan oleh
pengeluaran per kapita disesuaikan, yang ditentukan dari nilai
pengeluaran per kapita dan paritas daya beli.

203
Tabel 2.16.
Perkembangan IPM di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022

Pengeluaran
Angka Harapan Rata-rata
per Kapita Indeks
Harapan Lama Lama
Tahun yang Pembangunan
Hidup Sekolah Sekolah
Disesuaikan Manusia (IPM)
(AHH) (HLS) (RLS)
(Rp. 000)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


2018 70.69 11.77 7.04 8,988 66.41
2019 71.01 11.79 7.26 9,259 67.16
2020 71.10 11.80 7.31 9,163 67.17
2021 71.11 11.81 7.46 9.209 67.43
2022 71.27 11.95 7.48 9.426 67.92
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Pencapaian angka IPM Kabupaten Ketapang sejak tahun


2018 sampai dengan tahun 2022 menunjukkan peningkatan.
Kendati demikian, peningkatan tersebut tidak begitu signifikan.
Dalam rentang waktu lima tahun, peningkatan IPM hanya sebesar
1.51. Setidaknya terdapat tiga dimensi yang menjadi tujuan dari
IPM, yaitu:
1. Dimensi umur panjang dan sehat yang ditunjukkan melalui
AHH. AHH Kabupaten Ketapang dalam lima tahun terakhir
mengalami peningkatan sebesar 0.58 atau masuk kategori
sedang.
2. Dimensi pengetahuan yang ditunjukkan melalui HLS dan
RLS. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, HLS dan RLS
Kabupaten Ketapang mengalami peningkatan masing-
masing sebesar 0.18 dan 0.44.
3. Dimensi kehidupan layak yang diukur dari pengeluaran
perkapita riil pertahun yang disesuaikan. Selama lima tahun
terakhir, pengeluaran riil perkapita pertahun yang
disesuaikan di Kabupaten Ketapang naik sebesar Rp.
438.000,00.

204
74,00 72,91
72,29
71,92 71,94
72,00 71,39

70,00
68,63
67,65 67,66 67,90
68,00 66,98
67,92
67,16 67,17 67,43
66,00
66,41

64,00

62,00
2018 2019 2020 2021 2022

Ketapang Kalimantan Barat Nasional

Grafik 2.8. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten


Ketapang, Kalimantan Barat dan Nasional Tahun 2018-2022
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang dan BPS
Provinsi Kalimantan Barat, 2023

Grafik diatas menggambarkan bahwa dalam lima tahun


terakhir capaian IPM Kabupaten Ketapang masih berada di dalam
kategori sedang. Apabila dikomparasikan dengan capaian
kabupaten/kota lainnya di Kalimantan Barat pada tahun 2022,
angka IPM Kabupaten Ketapang sebesar 67,92, yang mana angka
tersebut masih berada dibawah angka IPM Kota Pontianak, Kota
Singkawang, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Bengkayang,
Kabupaten Landak, dan juga Kabupaten Sambas. Begitupun jika
dibandingkan dengan angka IPM Provinsi Kalimantan Barat dan
Nasional yang masing-masing berada pada angka 68,63 dan 72,91.
Kondisi ini mengindikasikan masih belum optimalnya
kesejahteraan dan daya saing sumber daya manusia di Ketapang
dibandingkan dengan daerah sekitar di Kalimantan Barat.
Permasalahan ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
terkait dengan belum optimalnya kualitas pendidikan, kualitas
kesehatan, ketimpangan ekonomi dan juga kemiskinan.

205
Kota Singkawang 72,89
Kota Pontianak 80,48
Kubu Raya 68,91
Kayong Utara 63,81
Melawi 66,81
Sekadau 65,58
Kapuas Hulu 66,70
Sintang 67,86
Ketapang 67,92
Sanggau 66,91
Mempawah 66,94
Landak 68,17
Bengkayang 68,74
Sambas 67,95
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Grafik 2.9. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut


Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat Tahun 2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

b. Rata-rata Lama Sekolah


Akses terhadap layanan pendidikan juga dapat diukur dari
Rata-rata Lama Sekolah (RLS). RLS merupakan indikator yang
digunakan untuk mengukur akses pendidikan terhadap penduduk
usia sekolah dalam menempuh pendidikan formal. RLS merupakan
jumlah tahun belajar penduduk usia 25 tahun ke atas yang telah
diselesaikan dalam menempuh pendidikan formal. Tingginya angka
RLS menunjukkan jenjang pendidikan yang pernah/sedang diikuti
oleh seseorang. Semakin tinggi angka RLS, maka semakin
lama/tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkan. Capaian RLS di
Kabupaten Ketapang disajikan dalam grafik sebagai berikut.

206
10,00
8,48 8,54 8,69
9,00 8,17 8,34
8,00 7,31 7,37 7,45 7,59
7,12
7,00
6,00
5,00
4,00
7,04 7,26 7,31 7,46 7,48
3,00
2,00
1,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Ketapang Kalimantan Barat Nasional

Grafik 2.10. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Kabupaten


Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, dan Indonesia Tahun
Tahun 2018-2022
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang dan BPS
Provinsi Kalimantan Barat, 2023

RLS Kabupaten Ketapang meningkat secara konsisten


meskipun tidak secara signifikan pada tahun 2018-2022. Capaian
RLS Kabupaten Ketapang pada tahun 2022 sebesar 7,48 dan angka
tersebut meningkat sebesar 0,44 dibandingkan dengan tahun 2018.
Secara lebih detail, RLS Kabupaten Ketapang masih berada di
bawah RLS Provinsi Kalimantan Barat dan Nasional sepanjang
tahun 2018 hingga 2022, pada tahun 2021 RLS Kabupaten
Ketapang sempat lebih tinggi 0,01 dari Provinsi Kalimantan Barat,
meskipun demikian, capaian tersebut masih berada di bawah RLS
Nasional. Perkembangan data tersebut mengindikasikan jenjang
pendidikan tertinggi rata-rata masyarakat Kabupaten Ketapang
masih berada di bawah rata-rata nasional. Persoalan ini disebabkan
oleh belum optimalnya akses terhadap pendidikan di Kabupaten
Ketapang.

c. Harapan Lama Sekolah

207
Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) merupakan durasi lama
sekolah (tahun) yang diharapkan akan dilalui oleh anak pada umur
tertentu di masa mendatang (BPS, 2022). HLS dapat digunakan
untuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di
berbagai jenjang pendidikan. Adapun perbandingan HLS antara
Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, dan Indonesia
pada tahun 2018-2022 dapat dilihat melalui grafik berikut.

13,5
13,08 13,10
12,91 12,95 12,98
13,0
12,60 12,65 12,66
12,55 12,58
12,5

11,95
12,0 11,77 11,79 11,80 11,81

11,5

11,0
2018 2019 2020 2021 2022

Ketapang Kalimantan Barat Nasional

Grafik 2.11. Harapan Lama Sekolah Kabupaten Ketapang,


Provinsi Kalimantan Barat, dan Indonesia Tahun 2018-2022
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2023 dan
BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2023

Capaian HLS Kabupaten Ketapang mengalami peningkatan


pada tahun 2018-2022. HLS tertinggi di Kabupaten Ketapang
sebesar 11,95 tahun yaitu terjadi pada tahun 2022. Artinya, rata-
rata anak usia 7 tahun yang masuk jenjang pendidikan formal pada
tahun 2022 memiliki peluang untuk bersekolah selama 11.95 tahun
atau kurang dari 12 tahun. Angka HLS Kabupaten Ketapang lebih
rendah dibandingkan dengan angka HLS Provinsi Kalimantan Barat
dan Indonesia dalam waktu lima tahun terakhir, terutama pada
tahun 2018 di mana angka HLS Kabupaten Ketapang hanya 11,77

208
tahun. Angka tersebut mengindikasikan masih belum optimalnya
akses pendidikan yang dapat disediakan oleh pemerintah
Kabupaten Ketapang dibandingkan rata-rata provinsi dan nasional.
Permasalahan ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan dan
pemerataan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar serta
masih rendahnya kualitas dan pemerataan tenaga pendidik di
Kabupaten Ketapang.

d. Angka Partisipasi Sekolah


Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan proporsi anak
sekolah pada usia jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok usia
yang sesuai dengan jejang pendidikan tersebut (BPS, 2020). APS
digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia
sekolah yang sudah memanfaatkan fasilitas pendidikan. Berikut
merupakan grafik APS SD/MI Kabupaten Ketapang pada tahun
2018-2022.

99,10
2022 98,73
98,90
99,19
2021 98,64
98,53
99,26
2020 98,80
98,42
99,24
2019 98,51
97,67
99,22
2018 98,43
97,65

96,50 97,00 97,50 98,00 98,50 99,00 99,50

Nasional Kalimantan Barat Ketapang

Grafik 2.12. Angka Partisipasi Sekolah SD/MI Kabupaten


Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, dan Indonesia tahun
2018-2022
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang dan BPS
Provinsi Kalimantan Barat, 2023

209
APS usia 7-12 tahun atau jenjang SD/MI di Kabupaten
Ketapang mengalami peningkatan setiap tahunnya mulai dari
tahun 2018-2022. APS SD/MI di Kabupaten Ketapang mengalami
perbaikan jika ditinjau dari APS SD/MI di Provinsi Kalimantan
Barat dan Indonesia pada periode yang sama. Angka kenaikan APS
SD/MI di Kabupaten Ketapang dari tahun 2018 hingga 2022
mengalami kenaikan sebesar 1,25%. Sementara itu, APS SD/MI di
Provinsi Kalimantan Barat mengalami peningkatan masing-masing
sebesar 0,23% dan untuk Indonesia mengalami penurunan sebesar
0,12% pada periode waktu yang sama.
Pada tahun 2018-2019 APS SD/MI Kabupaten Ketapang
hanya meningkat sebesar 0,02%. Namun pada tahun 2019-2020
APS SD/MI Kabupaten Ketapang naik cukup tinggi sebesar 0,75%.
Dan pada tahun 2021-2022 kembali naik cukup tinggi sebesar
0,37%. Angka APS SD/MI di Kabupaten Ketapang tersebut
menggambarkan bahwa jumlah anak berusia 7-12 tahun yang
menempuh jenjang Pendidikan SD/MI mengalami peningkatan
selama tahun 2018-2022. Kondisi ini menunjukkan semakin
naiknya peluang bagi anak-anak usia 7-12 tahun untuk mengakses
jenjang pendidikan SD/MI di Kabupaten Ketapang selama tahun
2018-2022. Permasalahan ini disebabkan oleh perbaikan
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar.
APS untuk jenjang pendidikan SMP/MTs juga penting untuk
dicermati. Hal ini untuk menggambarkan jumlah anak usia
SMP/MTs atau anak berusia 13-15 tahun di Kabupaten Ketapang
yang memiliki akses terhadap jenjang pendidikan SMP/MTs.
Berikut merupakan grafik APS SMP/MTs Kabupaten Ketapang pada
tahun 2018-2022.

210
95,92
2022 92,64
93,13
95,99
2021 93,14
93,87
95,74
2020 94,90
89,23
95,51
2019 92,85
93,57
95,36
2018 95,25
93,36

84,00 86,00 88,00 90,00 92,00 94,00 96,00 98,00

Nasional Kalimantan Barat Ketapang

Grafik 2.13. Angka Partisipasi Sekolah SMP/MTs Kabupaten


Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, dan Indonesia tahun
2018-2022
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang dan BPS
Provinsi Kalimantan Barat, 2023

APS SMP/MTs pada tahun 2018-2022 untuk usia 13-15


tahun di Kabupaten Ketapang mengalami tren yang menurun,
terutama pada tahun 2020 mengalami penurunan yang cukup
signifikan dibandingkan dengan tahun 2019 yaitu sebesar 4,34.
Begitupun dengan APS SMP/MTs Kalimantan Barat yang
menunjukkan tren penurunan dalam lima tahun terakhir. Namun
hal tersebut bertolak belakang dengan APS SMP/MTs secara
nasional yang mana justru mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Walaupun angka APS SMP/MTS di Kabupaten Ketapang
sempat mengalami penurunan yang cukup dalam pada tahun 2020,
angka tersebut kembali meningkat dalam dua tahun terakhir,
bahkan melebihi angka APS SMP/MTS Kalimantan Barat. Namun
secara keseluruhan angka APS SMP/MTS Kabupaten Ketapang
masih jauh dibawah APS SMP/MTS nasional. Artinya, peluang
untuk mengakses SMP/MTS bagi anak-anak usia 13-15 tahun di
Kabupaten Ketapang masih tergolong rendah, hal tersebut

211
disebabkan belum meratanya ketersediaan prasarana dan sarana
penunjang pendidikan di Kabupaten Ketapang.

e. Angka Harapan Hidup


Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan alat untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan
derajat kesehatan pada khususnya (BPS, 2022). Angka Harapan
Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program
pembangunan kesehatan di antaranya meliputi dan program
kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori, dan
pemberantasan kemiskinan. Perbandingan AHH Kabupaten
Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, dan Nasional pada tahun
2018-2022 dapat dilihat melalui grafik berikut.

72,00 71,85
71,47 71,57
71,50 71,34 71,27
71,20 71,10 71,11
71,01
71,00 70,69
71,02
70,50 70,69 70,76
70,56
70,00 70,18
69,50
69,00
68,50
68,00
2018 2019 2020 2021 2022

Ketapang Kalimantan Barat Nasional

Grafik 2.14. AHH Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan


Barat, dan Nasional Tahun 2018-2022
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang dan
BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2023

Jika dilihat pada grafik diatas bahwa tren AHH Kabupaten


Ketapang meningkat dan angkanya lebih tinggi dibandingkan
dengan AHH Provinsi Kalimantan Barat pada kurun tahun 2018-

212
2022. Meskipun demikian, AHH Kabupaten Ketapang lebih rendah
jika dibandingkan dengan AHH Nasional pada periode yang sama.
Tren AHH Provinsi Kalimantan Barat dan Nasional juga mengalami
peningkatan pada kurun tahun 2018-2022.
Peningkatan AHH Kabupaten Ketapang tertinggi terjadi pada
tahun 2018-2019 yaitu sebesar 0,32 poin. Peningkatan tersebut
sejalan dengan peningkatan AHH Provinsi Kalimantan Barat dan
Nasional pada periode yang sama. Kemudian, AHH Kabupaten
Ketapang mengalami sedikit perlambatan, pada tahun 2020 hanya
meningkat sebesar 0,09 poin, kemudian di tahun 2021 meningkat
sebesar 0,01 poin, sedangkan di tahun 2022 mampu meningkat
sebesar 0,16 poin. Data ini mengindikasikan masih belum
optimalnya usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Ketapang
dibandingkan dengan rata-rata nasional. Permasalahan ini
disebabkan oleh belum optimalnya kualitas kesehatan ibu, bayi,
balita, dan masyarakat di Kabupaten Ketapang.

2.2.2.1 Fokus Seni, Budaya dan Olahraga


Kesenian, kebudayaan, dan olahraga merupakan potensi
daerah yang semestinya dilestarikan dan dikembangkan untuk
menunjang pembangunan daerah. Namun demikian, Pemerintah
Kabupaten Ketapang lebih cenderung menitikberatkan pada
pelestarian dan pengembangan seni dan budaya. Pemerintah
Kabupaten Ketapang telah berupaya mengelola dan melestarikan
kekayaan budaya dan keragaman budaya untuk meningkatkan
pemahaman sejarah pada masyarakat sekaligus menjaga
kelestarian peninggalan dan nilai-nilai tradisional.
Kabupaten Ketapang yang dikenal dengan Tanah Kayong
memiliki sejarah kerajaan dan kekayaan seni budaya. Salah satu
seni budaya yang masih bertahan hingga kini adalah Syair Gulung
yang merupakan sarana mengungkapkan pikiran atau gagasan bagi
warga terutama para pemuda di Kabupaten Ketapang. Selain itu,

213
salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Ketapang dalam
melestarikan dan mengembangkan budaya daerah yaitu dengan
menyelenggarakan festival seni budaya daerah. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan wawasan
kebangsaan masyarakat. Kondisi perkembangan seni dan budaya
di Kabupaten Ketapang pada tahun 2018-2022 dapat dilihat dari
tabel berikut.

Tabel 2.17.
Kondisi Perkembangan Seni dan Budaya di Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022
No. Aspek 2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah kelompok
1 28 28 28 30 34
kebudayaan

Jumlah bahasa
2 6 6 7 10 10
daerah

Jumlah tari-tarian
3 9 9 24 25 25
daerah

Jumlah budaya
4 daerah yang 15 20 5 7 15
dikembangkan

Jumlah budaya
5 daerah yang belum 5 5 17 10 5
dikembangkan

Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten


Ketapang, 2023

Kondisi perkembangan kesenian dan kebudayaan di


Kabupaten Ketapang mengalami peningkatan selama tahun 2018-
2022. Hal ini tampak pada jumlah kelompok kebudayaan yang
terus bertambah selama tahun 2018-2022. Jumlah bahasa daerah
yang dikembangkan juga mengalami peningkatan selama tahun
2018-2022. Jumlah tari-tarian daerah yang dikembangkan di
Kabupaten Ketapang tidak terdapat peningkatan pada tahun 2018-

214
2019, namun pada tahun 2019-2020 jumlah tarian daerah yang
dikembangkan oleh pemerintah bertambah sebanyak 15 jenis tarian
daerah, kemudian pada tahun 2021 kembali bertambah sebanyak
1 jenis tarian daerah. Sedangkan pada 2022 tidak terdapat
peningkatan.
Jumlah budaya daerah yang dikembangkan di Kabupaten Ketapang
pada tahun 2018-2022 menunjukan pergerakan yang fluktuatif.
Pengembangan budaya daerah turun paling drastis sejumlah 15
jenis budaya pada tahun 2019-2020. Sementara itu, terdapat 5
jenis budaya daerah yang belum dikembangkan pada tahun 2018
dan 2019, kemudian meningkat sebanyak 12 pada tahun 2020,
namun kembali menurun pada tahun 2020 dan 2022. Data
mengenai seni dan budaya mengindikasikan rendahnya komitmen
masyarakat dalam mempertahankan kebudayaan. Beberapa faktor
yang menjadi penyebabnya, yaitu: a) Minimnya sarana promosi
kebudayaan, b) minimnya pengembangan sanggar seni budaya, c)
pembangunan rumah adat masih banyak yang tertunda, dan d)
pengetahuan seni budaya SDM pelaku budaya masih perlu
ditingkatkan.

2.3 Aspek Daya Saing Daerah


Daya saing daerah adalah kemampuan suatu daerah dalam
menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi
dengan tetap terbuka terhadap persaingan. Aspek daya saing
daerah terdiri dari fokus kemampuan ekonomi daerah, fokus
fasilitas wilayah/infrastruktur, fokus iklim berinvestasi dan fokus
sumber daya manusia. Berbagai fokus pembangunan tersebut
memperlihatkan data makro capaian pembangunan daerah.
Berikut adalah penjelasan rinci dari masing-masing fokus pada
aspek daya saing daerah.

215
2.3.1 Fokus Daya Saing Ekonomi Daerah
Fokus kemampuan ekonomi daerah dinilai dari tiga
indikator utama, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga
perkapita dan pengeluaran konsumsi non-pangan perkapita.
Semakin besar nilai kedua indikator tersebut, maka semakin besar
kemampuan ekonomi suatu daerah. Berikut adalah deskripsi data
mengenai kedua indikator tersebut.
Pengeluran konsumsi rumah tangga per-kapita dibagi
menjadi pengeluaran untuk makanan dan kebutuhan non-
makanan. Pengeluaran untuk konsumsi non-makanan secara
umum lebih besar, jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk
makanan di Kabupaten Kepatang. Berikut adalah data mengenai
pengeluaran per-kapita pada tahun 2018 hingga 2022 di Kabupaten
Ketapang.

9.500
9.400 9.426

9.300
9.259
9.200 9.209
9.163
9.100
9.000 8.988
8.900
8.800
8.700
2018 2019 2020 2021 2022

Pengeluaran Per Kapita

Grafik 2.79. Pengeluaran Perkapita yang Disesuaikan (Rp. 000)


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Pengeluaran per kapita per tahun menunjukkan tren


peningkatan pada tahun 2018 hingga 2022. Peningkatan tertinggi
terjadi pada tahun 2018 hingga 2019, yaitu sebesar Rp 271.000,00.

216
Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kesejahteraan
masyakarat secara umum di Kabupaten Kepatang. Penurunan
sempat terjadi pada tahun 2020. Penurunan tersebut diduga
disebabkan oleh terjadinya pandemi Covid-19 yang memengaruhi
daya beli masyarakat Kabupaten Ketapang namun pada tahun 2021
hingga 2022 kembali mengalami kenaikan. Meskipun penurunan
terhitung sedikit, indikator pengeluaran per kapita harus disikapi
dengan hati-hati karena indikator ini tidak mampu mencerminkan
pengeluaran secara riil per orang. Artinya, orang dengan tingkat
kekayaan lebih tinggi dianggap memiliki jumlah pengeluaran yang
sama dengan orang yang masuk kategori miskin. Tabel berikut
memuat pengeluaran per kapita per bulan menurut kelompok
komoditas.

Tabel 2.68.
Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Kelompok
Komoditas (rupiah) di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Jenis
2018 2019 2020 2021 2022
Konsumsi
Makanan 574.113 596.128 609.958 652.330 645.954
Non-makanan 465.040 523.606 475.491 532.729 508.882
1.039.15 1.119.73 1.085.44 1.185.05 1.154.83
Jumlah
3 4 9 9 6

Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan menurut


kelompok komoditas menunjukkan tren meningkat. Jumlah
pengeluaran untuk makanan secara umum lebih besar jika
dibandingkan dengan pengeluaran per kapita untuk non-makanan.
Hal tersebut menandakan masyarakat secara umum memiliki
preferensi untuk mengalokasikan uang yang dimilikinya untuk
memenuhi kebutuhan pangan. Kondisi ini sering terjadi di daerah-
daerah dengan tingkat kemiskinan yang relatif tinggi.

217
60,00
55,25 56,19 55,05 55,93
53,24
50,00
46,76 44,95
44,75 43,81 44,07
40,00

30,00

20,00

10,00

0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Makanan Non-makanan

Grafik 2.80. Rata-rata Pengeluaran per Kapita Sebulan


Menurut Kelompok Komoditas (Persen) di Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023
Pengeluaran per kapita, jika dicermati menggunakan data
dalam bentuk persentase akan memperlihatkan perspektif yang
berbeda. Walaupun pengeluaran per kapita mengalami kenaikan
jika dicermati menggunakan angka absolut, namun ternyata
pengeluaran per kapita untuk jenis makanan sempat mengalami
penurunan pada tahun 2019. Penurunan ini diikuti oleh
peningkatan pengeluaran per kapita untuk konsumsi non-
makanan. Penurunan tersebut menandakan masyarakat mulai
menunjukkan perubahan pola konsumsi sebagai akibat dari
peningkatan pendapatan yang diterima. Namun, kondisi tersebut
tidak bertahan lama. Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan
daya beli masyarakat dan kembali mengubah pola konsumsi
masyarakat untuk mementingkan kebutuhan pangan
dibandingkan dengan kebutuhan non pangan.

218
2.3.2 Fokus Daya Saing Sumber Daya Manusia (SDM)
Menurut Badan Pusat Statistik (2020), rasio ketergantungan
(dependency ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk
umur 0-14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke
atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja)
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun
(angkatan kerja). Rasio ketergantungan dapat digunakan sebagai
indikator keadaan ekonomi suatu negara termasuk negara maju
atau negara sedang berkembang.
Rasio ketergantungan merupakan salah satu indikator
demografi yang penting. Semakin tinggi persentase rasio
ketergantungan, maka semakin tinggi pula beban yang harus
ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai hidup
penduduk usia belum produktif dan tidak produktif lagi. Sementara
itu, persentase rasio ketergantungan yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung
penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan Kabupaten
Ketapang tahun 2018-2022 dapat diketahui melalui tabel berikut.

Tabel 2.70.
Rasio Ketergantungan Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Aspek 2018 2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jumlah
145.83 147.16 142.11 142.64 143.86
penduduk usia
2 2 9 2 8
< 15 tahun
Jumlah
penduduk usia 20.040 21.180 23.430 25.029 26.812
> 64 tahun
Jumlah
165.87 168.34 165.54 167.67 170.68
penduduk usia
2 2 9 1 0
tidak produktif

219
Jumlah
338.13 344.44 405.10 412.25 421.23
penduduk usia
6 1 8 6 7
15-64 tahun
Rasio
ketergantunga 0,491 0,489 0,409 0,407 0,405
n
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2023

Rasio ketergantungan di Kabupaten Ketapang memiliki tren


penurunan selama tahun 2018-2022. Hal tersebut menunjukkan
bahwa setiap 100 orang berusia kerja/berusia produktif memiliki
tanggungan sebesar 1 orang yang belum produktif dan orang yang
dianggap tidak produktif lagi. Hal ini mengindikasikan bahwa rasio
ketergantungan di Kabupaten Ketapang tergolong rendah. Rasio
ketergantungan yang baik adalah yang seimbang dan berkelanjutan
dimana mempertimbangkan kebutuhan dan kesejahteraan baik
populasi yang aktif maupun yang tidak aktif secara ekonomi, serta
memastikan adanya sistem yang berkelanjutan untuk memberikan
dukungan sosial dan ekonomi bagi kedua kelompok tersebut.

2.3.3 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur


Daya saing Kabupaten Ketapang terkait fokus fasilitas
wilayah berkaitan erat dengan kualitas kinerja pada rumpun
urusan infrastruktur dan perhubungan. Salah satu indikator
penting untuk menganalisis daya saing ketersediaan dan kualitas
infrastruktur suatu daerah adalah Indeks Kemahalan Konstruksi
(IKK). Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) merupakan indikator
yang menggambarkan tingkat kesulitan suatu daerah untuk
dijangkau secara geografis. Selain itu, indikator IKK juga
menggambarkan tingkat harga konstruksi di suatu daerah tertentu.
Semakin rendah Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)
menggambarkan suatu daerah semakin mudah dijangkau dan
tingkat harga semakin rendah. Berikut ini merupakan

220
perkembangan Indeks Kemahalan Konstruksi di Kabupaten
Ketapang dan beberapa daerah di Provinsi Kalimantan Barat.

118,00
116,43
116,04 116,18
116,00 115,47
113,95 113,73 113,80
114,00 113,27 113,22

112,00 111,29 111,53 110,92


111,45
110,36
109,63 109,66 109,37
110,00
108,28 107,95
107,42 107,54
108,00 107,05
105,93
105,25 105,43
106,00

104,00

102,00

100,00

98,00
2018 2019 2020 2021 2022

Ketapang Sekadau Melawi Kayong Utara Kalimantan Barat

Grafik 2.81. Indeks Kemahalan Konstruksi di Provinsi


Kalimantan Barat dan Kabupaten Terpilih Tahun 2018-2022
Sumber: Indeks Kemahalan Konstruksi Provinsi Kalimantan Barat,
2023

Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten Ketapang


turun signifikan dalam kurun waktu 2018 hingga 2020.
Dibandingkan dengan daerah kabupaten sekitar, Indeks
Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten Ketapang merupakan yang
terendah. Meskipun sempat tergolong sebagai daerah dengan
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) tertinggi di antara beberapa
daerah seperti Kayong Utara, Melawi, dan Sekadau selama periode
2018 sampai dengan 2022. Jika dibandingkan dengan rata-rata
provinsi Kalimatan Barat, Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)
Kabupaten Ketapang juga masih lebih rendah. Perkembangan data
tersebut mengindikasikan tingkat harga dan keterjangkauan
Kabupaten Ketapang semakin membaik. Selain itu, kondisi tersebut
menggambarkan kemampuan Ketapang dalam menyiapkan

221
infrastruktur penunjang dan tingkat harga daerah yang dapat
bersaing dengan daerah sekitar maupun daerah-daerah lain dalam
provinsi Kalimantan Barat. Kondisi ini merupakan salah satu salah
satu potensi positif yang potensial dikembangkan dan
dimanfaatkan dalam menunjang daya saing Kabupaten Ketapang
dalam berbagai aspek seperti pengembangan daya tarik investasi,
upaya peningkatan daya saing sumber daya manusia dan
peningkatan upaya inovasi dalam berbagai bidang urusan
pemerintah daerah.

2.3.4 Fokus Iklim Investasi


Fokus iklim berinvestasi dinilai dari beberapa indikator
seperti angka kriminalitas, jumlah demonstrasi, jumlah peraturan
daerah yang mendukung kemudahan berinvestasi, IKM perizinan
dan beberapa indikator lainya. Inidikator-indikator tersebut
mewakili indikator makro yang sering digunakan untuk mengukur
kemudahan berinvestasi, yaitu easy doing bussiness, namun
karena indikator easy doing bussiness sangat jarang diukur di
tingkat kabupaten/ kota, maka beberapa indikator yang digunakan
oleh Permendagri No. 86 tahun 2017 dapat digunakan sebagai
proxies. Berikut adalah gambaran beberapa data yang mampu
dijadikan proxies untuk mencermati iklim berinvestasi di
Kabupaten Ketapang.

1. Tindak Kriminalitas
Jumlah tindak kriminalitas menjadi salah satu indikator
untuk menilai kondusifitas iklim berinvestasi di sebuah wilayah.
Semakin besar jumlah tindak kriminalitas atau kejahatan di sebuah
daerah, maka iklim investasi di sebuah daerah tersebut menjadi
semakin tidak kondusif. Berikut adalah data tentang jumlah tindak
kejahatan di Kabupaten Ketapang tahun 2018 hingga 2022.

222
Tabel 2.69.
Jumlah Tindak Kejahatan di Kabupaten Ketapang dan
Kabupaten Lainnya di Provinsi Kalimantan Barat
Tahun
Kepolisian Daerah
2018 2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (4) (6)
Polres Sambas 350 347 291 276 283
Polres Bengkayang 289 235 114 156 202
Polres Landak 194 142 157 168 260
Polres Mempawah 268 277 326 246 224
Polres Sanggau 350 333 286 267 309
Polres Ketapang 627 507 424 462 595
Polres Sintang 235 218 200 163 194
Polres Kapuas
148 108 88 63 95
Hulu
Polres Sekadau 90 64 44 87 139
Polres Melawi 139 95 70 83 92
Polres Kayong
62 73 55 19 79
Utara
Polresta
350 239 272 262 291
Singkawang
Polresta Pontianak
2476 2303 266 257 259
Kota
Polresta Kubu
- - 1149 1113 1078
Raya
Kalimantan Barat 5.578 4.941 3.470 3.622 4.100
Sumber: Provinsi Kalimantan Barat Dalam Angka, 2023

Tindak kejahatan di Kalimantan Barat secara rata-rata


menunjukkan tren yang menurun selama periode 2018 hingga
2022. Tindak kejahatan tertinggi Polres Ketapang terdapat pada
tahun 2018 dan terendah pada tahun 2020. Untuk kabupaten
Ketapang pada tahun 2022 mengalami tren yang menurun
dibandingkan tahun 2018, namun berdasarkan peringkat bahwa
Kabupaten Ketapang menduduki posisi kedua tertinggi setelah
kubu raya untuk jumlah tindak kejahatan. Persoalan ini
disebabkan oleh belum optimalnya kegiatan masyarakat yang
berhubungan dengan ketentraman dan ketertiban umum. Selain
itu, ada beberapa faktor lainnya yang diduga berpengaruh langsung

223
terhadap tingginya tingkat kriminalitas, seperti tingginya angka
kemiskinan di Kabupaten Ketapang dan persoalan yang berkaitan
dengan berbagai motif kejahatan lainnya.

2. Peraturan Daerah tentang Kemudahan Berinvestasi


Iklim berinvestasi juga dipengaruhi oleh indikator jumlah
peraturan daerah yang mengatur tentang kemudahan berivestasi.
Semakin baik formulasi dan implementasi peraturan daerah
tentang kemudahan berinvestasi, maka akan berdampak pada
semakin besarnya minat investor untuk menanamkan modalnya di
Kabupaten Ketapang. Berikut adalah data mengenai jumlah
peraturan daerah tentang kemudahan berinvestasi di Kabupaten
Ketapang.

2,5

2 2

1,5

1 1 1 1

0,5

0 0
2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah Peraturan Daerah tentang Kemudahan Berinvestasi

Grafik 2.82. Jumlah Peraturan Daerah tentang Kemudahan


Berinvestasi di Kabupaten Ketapang
Sumber: Dinas PMPTSP Kabupaten Ketapang, 2023

Peraturan daerah tentang kemudahan berinvestasi


bertujuan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di
tingkat lokal ataupun daerah, namun Kabupaten Ketapang belum
memiliki Peraturan Daerah atau Peraturan Bupati yang mendukung
kemudahan berinvestasi pada tahun 2018. Peraturan yang

224
mengatur kemudahan berinvestasi baru ada pada tahun 2019.
Peraturan tersebut berbentuk Peraturan Bupati yang mengatur
tentang retribusi IMB. Kurangnya Peraturan Daerah yang mengatur
kemudahan berinvestasi ini disebabkan oleh fokus beberapa pihak
terhadap perbaikan iklim investasi masih kurang. Jika Kabupaten
Ketapang ingin meningkatkan realisasi nilai investasi, maka
penyusunan Peraturan Daerah adalah salah satu fokus utama yang
wajib diperhatikan dengan baik.
Kabupaten Ketapang mulai menyusun beberapa peraturan
daerah untuk mempermudah investasi. Upaya ini menandakan
bahwa pemerintah dan beberapa pihak mulai memiliki fokus yang
baik untuk memperbaiki iklim investasi. Upaya ini harus segera
direalisasikan agar realisasi PMA dan PMDN di Kabupaten Ketapang
bisa naik dan berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi
serta pengurangan angka kemiskinan.

2.4 Aspek Pelayanan Umum

2.4.1 Urusan Pemerintah Wajib yang Berkaitan dengan


Pelayanan Dasar
Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014, urusan pemerintahan
wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar sebagaimana
dimaksud meliputi urusan pendidikan; kesehatan; pekerjaan
umum dan penataan ruang; perumahan rakyat dan kawasan
permukiman; ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan
masyarakat; dan sosial. Urusan pemerintahan wajib pelayanan
dasar merupakan bagian dari urusan pemerintahan konkuren yang
menjadi dasar penyelenggaraan otonomi daerah. Secara detail,
berikut adalah penjelasan keenam urusan tersebut:

1. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu bidang terpenting dalam
pembangunan nasional maupun daerah. Sumber daya manusia

225
(SDM) yang berkualitas adalah modal yang sangat penting bagi
pembangunan. Dalam konteks ini, pemerintah Kabupaten Ketapang
berusaha menyelenggarakan layanan pendidikan yang lebih baik
bagi masyarakatnya dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup
individu maupun kelompok masyarakat di dalamnya. Salah satu
dimensi utama dalam pembangunan sektor pendidikan adalah
akses pendidikan. Konteks Kabupaten Ketapang, penyediaan akses
pendidikan dapat dilihat dari tiga indikator, yaitu: angka partisipasi
kasar, angka partisipasi murni, dan harapan lama sekolah.
Angka partisipasi kasar (APK) merupakan indikator akses
yang menunjukkan tingkat partisipasi penduduk pada suatu
tingkat pendidikan. APK merupakan proporsi anak sekolah pada
suatu jenjang tertentu terhadap penduduk pada kelompok usia
tertentu. APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi
sekolah, tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang
pendidikannya. Nilai APK mendekati atau lebih dari 100 persen
menunjukkan bahwa ada penduduk yang sekolah belum
mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu
menampung penduduk usia sekolah lebih dari target yang
sesungguhnya.
Pemerintah Kabupaten Ketapang menargetkan seluruh
penduduk usia sekolah (7-15 tahun) dapat mengenyam pendidikan
dasar 9 tahun. APK SD Kabupaten Ketapang cenderung mengalami
tren yang menurun dari tahun 2018 ke tahun 2022, yakni sebesar
3,86 persen. Hal tersebut serupa dengan APK SMP yang mengalami
tren penurunan sebesar 6,90 persen dari periode 2018 sampai
dengan 2022. Berdasarkan angka grafik dibawah ini, untuk APK
SD/Sederajat semakin mendekati angka 100 persen artinya masih
banyaknya anak di luar batas usia sekolah pada jenjang
SD/Sederajat. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Ketapang

226
masih belum mampu menampung penduduk usia SD/Sederajat
lebih dari target yang sesungguhnya.

120,00 110,73 108,32 108,87 107,21 106,87


99,34
100,00 90,37 91,25 90,55 92,44

80,00

60,00

40,00

20,00

0,00
2018 2019 2020 2021 2022

SD SMP

Grafik 2.15. Angka Partisipasi Kasar SD/Sederajat,


SMP/Sederajat Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah suatu persentase yang


menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat
pendidikan tertentu. Dibandingkan dengan APK, APM mampu
memberikan gambaran mengenai partisipasi penduduk kelompok
usia tertentu yang berada di jenjang pendidikan tertentu.
Perhitungan APM di suatu jenjang pendidikan diambil dari
pembagian jumlah siswa dengan kelompok umur tertentu dibagi
dengan jumlah penduduk pada kelompok usia tertentu. Berikut
adalah grafik yang menunjukkan APM di Kabupaten Ketapang pada
tahun 2018-2022.

227
120,00

94,40 96,52 96,73 96,94 97,18


100,00

80,00 73,60 71,07 71,30 71,60


69,48

60,00

40,00

20,00

0,00
2018 2019 2020 2021 2022

SD SMP

Grafik 2.16. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/Sederajat,


SMP/Sederajat Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

APM SD Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022 cenderung


mengalami tren yang meningkat untuk yaitu sebesar 2,78 persen,
sebaliknya untuk APM SMP cenderung mengalami tren yang
menurun sebesar 2 persen. APM SD/Sederajat telah menunjukkan
kondisi yang membaik, sebaliknya APM SMP/Sederajat
menunjukkan angka yang mendekati 100 persen artinya belum
optimalnya kinerja partisipasi penduduk usia sekolah untuk
jenjang SMP yang sesuai dengan golongan usia sekolah.
Permasalahan ini disebabkan oleh belum meratanya akses
pendidikan SMP/Sederajat khususnya di daerah yang jauh dari
pusat ibu kota kabupaten. Kondisi tersebut diduga akibat
rendahnya dorongan orangtua tentang pentingnya pendidikan bagi
anak, belum tersedianya pendidikan non-formal di setiap
kecamatan, dan terbatasnya pemberian beasiswa bagi siswa dari
keluarga kurang mampu.
Selain akses pendidikan yang belum optimal, terdapat
masalah pokok lainnya, yakni belum optimalnya kualitas
pendidikan. Hal tersebut terjadi karena belum meratanya kualitas

228
tenaga pendidik dan belum optimalnya kualitas kegiatan belajar
mengajar. Permasalahan belum meratanya kualitas tenaga pendidik
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.18.
Kualifikasi Pendidik, Pendidik Tersertifikasi, dan Kekurangan
Guru di Jenjang SD dan SMP di Kabupaten Ketapang Per
Tahun 2022
Jenjang Pendidikan
Uraian SD SMP
Jumlah % Jumlah %
Kualifikasi Pendidik (Min. S1/D4) 3.616 78,42 1.770 88,76
Pendidik Tersertifikasi 1.535 33,29 629 31,54
Kekurangan Guru Negeri 1.648 39,53 711 42,42
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, 2023

Dari Tabel diatas bahwa Kualifikasi Pendidik yang lulusan


S1/D4 untuk jejang SD dan SMP yaitu sebesar 78,42 persen dan
88,76 persen. Begitu juga Pendidik yang Tersertifikasi untuk
jenjang SD dan SMP hanya sebesar 33,29 persen dan 31,54 persen.
Dengan kurangnya tenaga pendidik serta belum meratanya kualitas
tenaga pendidik di Kabupaten Ketapang akan membuat kualitas
pembelajaran menurun, kurangnya pengawasan dan bimbingan
bagi siswa, dapat menyebabkan beban kerja yang tinggi bagi tenaga
pendidik,
Untuk mengatasi dampak negatif dari kurangnya tenaga
pendidik, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk merekrut dan
mempertahankan tenaga pendidik yang berkualitas; menyediakan
pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan untuk
meningkatkan kompetensi tenaga pendidik yang ada;
memanfaatkan teknologi pendidikan untuk mendukung
pembelajaran seperti pembelajaran daring atau aplikasi
pembelajaran berbasis komputer; mendorong kolaborasi antara
tenaga pendidik dan memanfaatkan potensi pengajaran tim; serta

229
melibatkan komunitas dan orang tua dalam mendukung
pendidikan anak.
Selain itu kualitas kegiatan belajar mengajar belum optimal
karena penerapan kurikulum yang kurang maksimal, minimnya
guru dalam penguasaan terhadap teknologi pendidikan, seperti
Google Meet, Google Class, Zoom, dan platform pendidikan lainnya
untuk membantu kegiatan pembelajaran jarak jauh, serta
banyaknya sekolah yang belum terakreditasi. Adapun data terkait
dengan akreditasi SD dan SMP di Kabupaten Ketapang per tahun
2022 dapat dilihat sebagai berikut.

Grafik 2.17. Akreditasi SD dan SMP di Kabupaten Ketapang Per


Tahun 2022
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, 2023

Minimnya sekolah SD maupun SMP dengan akreditasi A


serta masih adanya sekolah yang belum terakreditasi menunjukkan
mutu pendidikan di Kabupaten Ketapang masih tergolong rendah.
Permasalahan ini disebabkan oleh beberapa hal seperti tenaga
pendidik tidak memiliki gelar pendidikan yang relevan atau tidak
memiliki sertifikasi yang dibutuhkan, sekolah belum memiliki
kurikulum yang memenuhi standar yang ditetapkan, fasilitas
sekolah yang kurang memadai, sulitnya pihak sekolah untuk

230
mengumpulkan dan menyiapkan berbagai dokumen administratif,
masih rendahnya kinerja sekolah. Hal-hal tersebut dapat menjadi
faktor-faktor penghambat bagi sekolah di Kabupaten Ketapang
dalam memperoleh akreditasi A.

2. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu sektor utama dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah. Semakin tinggi kualitas
kesehatan masyarakat, maka semakin tinggi kesejahteraan
masyarakat di daerah tersebut. Kondisi kesehatan masyarakat
dapat menunjukkan kondisi kualitas kesehatan di suatu daerah.
Gambaran kualitas kesehatan bayi, balita, dan masyarakat
di Kabupaten Ketapang dapat diketahui dari capaian indikator
tingkat kematian ibu, bayi, dan balita, dan tingkat kesakitan ibu,
bayi, balita, dan masyarakat. Tingkat kematian dapat dilihat
menggunakan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKBa). Sementara itu, tingkat
kesakitan dapat dilihat melalui AKI per 100.000 kelahiran hidup di
Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022 melalui grafik berikut.

250 229
205
200 184

150
116
105
100

50

0
2018 2019 2020 2021 2022

Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup

Grafik 2.18. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup


di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022 (Jiwa)
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

231
Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup di
Kabupaten Ketapang mengalami tren menurun pada tahun 2018-
2022. AKI turun paling drastis terjadi dari tahun 2021 ke tahun
2022 yaitu sebesar 124 jiwa per 100.000 kelahiran penduduk. Dari
penurunan AKI tersebut artinya pemeriksaan antenatal yang
berkualitas dan teratur selama kehamilan telah diterapkan dengan
baik di Kabupaten Ketapang.
Kementerian Kesehatan RI menetapkan pemeriksaan ibu
hamil atau antenatal care (ANC) dilakukan minimal sebanyak 6 kali
selama 9 bulan sebagai bentuk komitmen untuk penyediaan
layanan esensial bagi Ibu hamil. Untuk mendukung aktivitas ini,
Kemenkes saat ini tengah dalam proses menyediakan USG di
Seluruh Provinsi di Indonesia. Sebelumnya pemeriksaan USG
hanya dapat dilakukan di RS atau Klinik, saat ini ibu hamil sudah
dapat melakukan pemeriksaan di Puskesmas. Tentunya
pemeriksaan USG ini perlu didukung dengan penguatan kolaborasi
layanan ANC antara bidan, dokter umum dan dokter spesialis
kebidanan serta jejaring Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di rumah sakit, dan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di puskesmas agar Angka
Kematian Ibu terus menurun hingga mencapai 0.
Pelayanan kelahiran oleh tenaga kesehatan menjadi salah
satu indikator capaian upaya pemerintah dalam mengurangi AKI di
suatu daerah. Semakin tinggi cakupan pelayanan kelahiran di
daerah, maka semakin baik pula upaya pemerintah dalam
menurunkan AKI di Kabupaten Ketapang. Kondisi cakupan
pelayanan kelahiran oleh bidan di Kabupaten Ketapang tahun
2018-2022 dapat dilihat melalui grafik berikut.

232
78,0
76,7 76,4
76,0
74,0
72,0 72,5
71,5
70,0
68,0
66,0 66,2
64,0
62,0
60,0
2018 2019 2020 2021 2022

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki


kompetensi kebidanan

Grafik 2.19. Cakupan Pelayanan Kelahiran oleh Tenaga


Kesehatan Kebidanan di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-
2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Cakupan pelayanan kelahiran oleh tenaga kesehatan (bidan)


di Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022 mengalami tren yang
menurun. Penurunan pelayanan kelahiran oleh tenaga Kesehatan
(bidan) yang paling signifikan yaitu terjadi pada tahun 2021 ke
tahun 2022 yaitu sebesar 10,2%. Penurunan Angka Kematian Ibu
per 100.000 kelahiran hidup di Kabupaten Ketapang pada tahun
2022 tidak didukung dengan baiknya cakupan pelayanan kelahiran
oleh tenaga kesehatan kebidanan di Kabupaten Ketapang artinya
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak
masih kurang di Kabupaten Ketapang. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan oleh faktor geografis – daerah terpencil. Belum
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan obat-obatan yang terjangkau, kurangnya
tenaga kesehatan, serta masih adanya hambatan finansial
masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan yang
disediakan oleh Pemerintah.

233
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh
tenaga profesional untuk ibu hamil selama masa kehamilannya
yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan. Pelayanan antenatal merupakan upaya untuk
menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan sekaligus upaya
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.
Cakupan pelayanan kebidanan dibagi menjadi 3 indikator, yaitu:
cakupan pelayanan K-1, cakupan pelayanan K-4, dan pemberian
vitamin zat besi bagi ibu hamil.
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 merupakan cakupan ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar
paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Aspek tersebut digunakan untuk melihat perkembangan
jumlah ibu dalam mengakses layanan kesehatan khususnya
layanan ibu hamil. Semakin tinggi angka cakupan kunjungan ibu
hamil, maka semakin menurun potensi kematian ibu hamil.
Sebaliknya, semakin rendah cakupan kunjungan ibu hamil, maka
semakin tinggi potensi kematian ibu hamil.
Pelayanan K-1 merupakan cakupan ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang pertama
kali pada masa kehamilan (tidak mengenal usia trimester
kehamilan) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Sedangkan pelayanan K-4 meliputi 1 kali pada trimester pertama, 1
kali pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga. Berikut
merupakan gambaran cakupan pelayanan kesehatan kehamilan di
Kabupaten Ketapang pada tahun 2018-2022.

Tabel 2.19.
Cakupan Pelayanan Kehamilan di Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
Rata-
Indikator 2018 2019 2020 2021 2022 rata
(%)

234
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Jumlah Ibu Hamil


11.251 11.212 11.168 5.555 11.258 12,92
(jiwa)

Jumlah Kunjungan
10.290 10.255 10.164 9.181 9.833 -0,95
K1

Jumlah Kunjungan
8.791 8.233 8.156 7.126 7.861 -2,40
K4

Jumlah Ibu Hamil


mendapatkan
8.642 7.860 7.301 7.202 7.534 -3,23
suplemen Zat Besi
(jiwa)

Cakupan Pelayanan
91,46 91,46 91,00 89,50 87,30 -1,04
K1 (%)

Cakupan Pelayanan
78,14 73,43 73,00 89,50 69,80 -2,09
K4 (%)

Cakupan Pemberian
76,81 70,10 65,40 70,20 66,90 -2,48
Zat Besi (%)

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Cakupan Pelayanan Kehamilan di Kabupaten Ketapang


Tahun 2018 – 2022 secara umum mengalami tren yang menurun di
semua Indikatornya. Jumlah Ibu Hamil tahun 2018 dan 2022 tidak
mengalami banyak perubahan, terkecuali pada tahun 2021
mengalami penurunan yang paling drastis yaitu sebesar 5.555 Jiwa.
Hal tersebut disebabkan efek dari pandemi Covid-19 yang
mengakibatkan banyak pasutri mengambil keputusan untuk
menunda memiliki anak. Indikator lainnya seperti cakupan
pelayanan K-1 dan K-4 di Kabupaten Ketapang selama periode
2018-2022 cenderung mengalami penurunan. Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan
K-1 dan K-4 masih rendah. Persoalan ini disebabkan oleh
rendahnya kesadaran ibu hamil untuk mengakses pelayanan

235
kehamilan dan belum meratanya prasarana layanan kehamilan di
Kabupaten Ketapang.
Adapun pemberian suplemen zat besi pada ibu hamil
merupakan upaya pencegahan anemia defisiensi zat besi dan asam
folat di mana merupakan salah satu indikator kesehatan ibu hamil.
Tren cakupan pemberian suplemen zat besi untuk ibu hamil di
Kabupaten Ketapang pada tahun 2018-2022 cenderung turun.
Persoalan ini disebabkan oleh rendahnya kesadaran ibu hamil
untuk mengakses layanan kehamilan di Kabupaten Ketapang.
Selain AKI, kualitas kesehatan juga dapat dilihat dari Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBa). AKB
merupakan indikator penting yang berfungsi untuk mencerminkan
keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat pada kelompok
usia bayi, sedangkan AKBa merupakan jumlah kematian anak
berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1.000 anak pada
umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian
bayi). Tingginya angka AKB dan AKBa akan berdampak pada
rendahnya derajat kesehatan di suatu daerah.
AKB menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun
dari setiap 1.000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat
dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum
mencapai usia satu tahun. AKB merupakan indikator penting
untuk menggambarkan kondisi derajat kesehatan di suatu
masyarakat. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan
pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian dapat dilihat
dari menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian, AKB merupakan
tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang
dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan.
Capaian AKB per 1.000 kelahiran hidup di Kabupaten Ketapang
tahun 2018-2022 dapat dilihat pada grafik berikut.

236
14

12 12

10 10
9
8
7
6 6

0
2018 2019 2020 2021 2022

Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup

Grafik 2.20. Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup


di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

AKB per 1.000 kelahiran hidup di Kabupaten Ketapang pada


tahun 2018-2022 mengalami tren naik. AKB per 1.000 kelahiran
hidup terendah terjadi pada tahun 2019 sebanyak 6 bayi. Namun
demikian, AKB per 1.000 kelahiran hidup terus mengalami
kenaikan hingga tahun 2022. AKB per 1.000 kelahiran hidup
tertinggi terjadi pada tahun 2022 yaitu sebanyak 12. Hal tersebut
menunjukkan bahwa diantara 1.000 kelahiran hidup terdapat 12
bayi meninggal sebelum berusia tepat 1 tahun di Kabupaten
Ketapang. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya kualitas
kesehatan bayi di Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022. Kondisi
ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya nutrisi saat
dalam kandungan, tingginya bayi lahir dengan Berat Badan Bawah
Garis Merah (BBBGM), tingginya bayi lahir dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), bayi dengan gizi buruk masih tinggi,
rendahnya cakupan Imunisasi Dasar Lengkap.
Kondisi kesehatan masyarakat juga dapat dilihat dari Angka
Kematian Balita (AKBa). Hal ini juga merefleksikan
tinggi/rendahnya angka kematian bayi dan angka kematian anak.

237
Indikator ini berkaitan langsung dengan target kelangsungan hidup
anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan
tempat tinggal anak-anak termasuk juga pemeliharaan
kesehatannya. AKBa seringkali dipakai untuk mengidentifikasi
kesulitan ekonomi penduduk di suatu daerah. Gambaran AKBa per
1.000 kelahiran hidup di Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022
dapat dilihat pada grafik berikut.

14

12 12

10 10 10

8
7
6 6

0
2018 2019 2020 2021 2022

Angka Kematian Balita (AKBa) per 1.000 Kelahiran Hidup

Grafik 2.21. Angka Kematian Balita (AKBa) per 1.000


Kelahiran Hidup di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Sama halnya dengan AKB per 1.000 kelahiran hidup, AKBa


per 1.000 kelahiran hidup di Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022
terus mengalami kenaikan. AKBa tertinggi sebanyak 12 anak pada
tahun 2022 berarti bahwa setiap 1.000 balita (berumur 0-4 tahun
11 bulan 29 hari) terdapat 12 anak yang tidak akan berhasil
mencapai umur tepat 5 tahun pada tahun tersebut. AKBa terendah
sebesar 6 anak pada tahun 2019, di mana pada tahun tersebut
setiap 1.000 balita (berumur 0-4 tahun 11 bulan 29 hari) terdapat
6 anak yang tidak akan berhasil mencapai umur 5 tahun. Data ini
mengindikasikan masih rendahnya kualitas kesehatan balita di

238
Kabupaten Ketapang selama periode 2018-2022. Kondisi ini
disebabkan oleh tingginya balita dengan gizi buruk, tingginya
kesakitan balita, rendahnya cakupan imunisasi dasar Lengkap.
Gizi buruk atau malnutrisi merupakan salah satu bentuk
malnutrisi di mana seseorang kekurangan asupan makanan yang
mengandung energi dan protein. Malnutrisi dapat dipahami sebagai
kesalahan dalam pemberian nutrisi, baik berupa kekurangan
maupun kelebihan nutrisi. Gizi buruk sebagian besar dialami oleh
anak-anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. WHO
(2020) memperkirakan sebanyak 54% kematian bayi dan balita
disebabkan kondisi gizi buruk. Bahkan risiko kematian anak
dengan gizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan dengan anak
normal. Gizi buruk dapat disebabkan oleh buruknya kondisi sosial
ekonomi, buruknya gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan
kurangnya asupan gizi pada bayi. Berikut adalah gambaran
persentase gizi buruk balita di Kabupaten Ketapang pada tahun
2018-2022.

1,80%
1,60% 1,60%
1,40%
1,20%
1,00%
0,80%
0,60%
0,40% 0,38%
0,31% 0,32%
0,20% 0,26%

0,00%
2018 2019 2020 2021 2022

Persentase Gizi Buruk Balita

Grafik 2.22. Persentase Gizi Buruk Balita di Kabupaten


Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

239
Tren persentase gizi buruk balita di Kabupaten Ketapang
mengalami tren yang meningkat selama periode 2018-2022.
Adapun peningkatan persentase gizi buruk balita di Kabupaten
Ketapang yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2022 dan angka
tersebut merupakan angka tertinggi selama periode 2018-2022
yaitu sebesar 1,60%. Masih tingginya persentase gizi buruk balita
mengindikasikan rendahnya kualitas kesehatan balita di
Kabupaten Ketapang pada tahun 2022. Persoalan ini disebabkan
oleh belum optimalnya akses masyarakat terhadap makanan
bergizi.
Menurut Kementerian Kesehatan (2018), stunting adalah
kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi
kronis terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Stunting (kerdil) adalah kondisi di mana balita memiliki panjang
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umurnya.
Prevalensi balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang
disebabkan oleh buruknya kondisi sosial ekonomi, buruknya gizi
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan atau kurangnya asupan
gizi pada bayi. Balita stunting berisiko mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif secara optimal. Selain
itu, balita stunting juga berisiko lebih besar menderita penyakit
menular dan tidak menular seperti jantung, diabetes, dan penyakit
pembuluh darah pada usia dewasa.
Menurut WHO (2020), Indonesia termasuk ke dalam negara
ketiga dengan prevalensi stunting tertinggi di regional Asia
Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Kementerian Kesehatan
mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada
Rapat Kerja Nasional BKKBN, dimana prevalensi stunting di
Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022.
Sementara itu, prevalensi balita stunting di Kabupaten Ketapang
tahun 2018-2022 dapat dicermati melalui grafik berikut.

240
20,00
19,50 19,40
19,27
19,00
18,50
18,00
17,50
17,20
17,00
16,70
16,50 16,52
16,00
15,50
15,00
2018 2019 2020 2021 2022

Prevalensi Stunting

Grafik 2.23. Prevalensi Stunting di Kabupaten Ketapang


Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Tren prevalensi stunting di Kabupaten Ketapang naik pada


2018-2022. Prevalensi stunting di Kabupaten Ketapang sempat
mengalami penurunan yang cukup tajam yaitu pada tahun 2021.
Kemudian tahun 2022 prevalensi stunting kembali naik menjadi
19,40. Permasalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
seperti kurangnya nutrisi ibu saat hamil, kecukupan gizi balita
belum optimal, buruknya sanitasi Rumah Tangga, kurangnya
penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Pengurangan angka kesakitan balita dapat dilakukan
dengan upaya preventif, misalnya pemberian imunisasi/vaksin
kepada bayi dan balita. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), ada sekitar 20 juta anak di dunia yang tidak mendapatkan
imunisasi lengkap pada tahun 2018, bahkan ada anak yang tidak
mendapatkan imunisasi sama sekali. Padahal prasyarat untuk
mendapatkan kekebalan komunitas (herd immunity) yaitu cakupan
imunisasi yang tinggi (paling sedikit 95%) dan merata.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan
memiliki jargon program “Imunisasi Lengkap, Indonesia Sehat”.

241
Jargon tersebut disusun untuk meluruskan informasi yang tidak
benar tentang imunisasi, memobilisasi seluruh sumber daya untuk
mensosialisasikan manfaat imunisasi, memastikan vaksin mudah
didapat dan mudah dijangkau di seluruh masyarakat, dan
meningkatkan pelayanan imunisasi yang bermutu dan merata.
Terdapat 5 jenis Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) di Indonesia, yaitu
BCG, DPT, Campak, Polio, dan Hepatitis B.
Vaksin gabungan DPT-HB-HIB3 terdiri dari vaksin DPT
(difteri, pertusis, tetanus), vaksin HB (hepatitis B), dan vaksin HiB
(haemophilus influenza tipe B). Ketiga vaksin tersebut berfungsi
untuk mencegah 6 penyakit, yaitu: difteri (infeksi selaput lendir
hidung dan tenggorokan), pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis
B, pneumonia, dan meningitis (radang otak). Sementara itu, Vaksin
Polio 4a merupakan vaksin yang digunakan untuk melindungi
tubuh dari gangguan poliomyelitis atau infeksi polio, sedangkan
vaksin Campak/MR bertujuan untuk mencegah dari penyakit
campak/measles rubella. Data persentase balita diimunisasi DPT-
HB-HIB3, Polio 4a, dan Campak/MR di Kabupaten Ketapang pada
tahun 2018-2022 dapat dilihat pada grafik berikut.

120,00
99,10
100,00 83,20
86,00 88,50 89,20
84,60
80,00 72,00
65,90 66,10
60,00 67,90

84,60 89,00 86,20


40,00 74,10
63,10
20,00

0,00
2018 2019 2020 2021 2022

DPT-HB-HIB3 Polio 4a Campak/MR

242
Grafik 2.24. Persentase Bayi dan Balita diimunisasi DPT-HB-
HIB3, Polio 4a, dan Campak/MR di Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Tren persentase bayi dan balita diimunisasi DPT-HB-HIB3


dan Polio 4a di Kabupaten Ketapang mengalami kenaikan selama
periode 2018-2022. Walaupun sempat menurun di tahun 2021,
pada tahun 2022 jumlah bayi dan balita diimunisasi DPT-HB-HIB3
dan Polio 4a di Kabupaten Ketapang kembali naik. Data tersebut
mengindikasikan semakin membaiknya cakupan imunisasi pada
bayi dan balita di Kabupaten Ketapang pada tahun 2022 dan faktor
pendukung lainnya dikarenakan kesadaran orang tua dalam
mengakses layanan imunisasi semakin membaik. Namun berbeda
dengan persentase bayi dan balita diimunisasi Campak/MR
mengalami tren penurunan, artinya menurunnya kesadaran orang
tua dalam mengakses layanan imunisasi Campak/MR.
Posyandu merupakan salah satu wujud “Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat (UKBM)” yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Hal tersebut juga bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial
dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu, Angka
Kematian Bayi, dan Angka Kematian Balita.
Posyandu merupakan salah satu sarana pemantau kondisi
kesehatan bayi dan balita. Ketersediaan posyandu merupakan
salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan bayi
dan balita di suatu daerah. Ketersediaan posyandu dapat diketahui
melalui grafik rasio posyandu per satuan bayi dan balita di
Kabupaten Ketapang pada tahun 2018-2022 berikut.

243
1,25

1,20 1,20 1,20

1,15

1,10 1,10

1,05

1,00 1,01 1,00

0,95

0,90
2018 2019 2020 2021 2022

Rasio Posyandu per Satuan Bayi dan Balita

Grafik 2.25. Rasio Posyandu per Satuan Bayi dan Balita


di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Rasio posyandu per satuan bayi dan balita di Kabupaten


Ketapang mengalami tren peningkatan selama tahun 2018-2021, di
tahun 2022 angka rasio posyandu per satuan bayi dan balita tidak
mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2021. Data
rasio posyandu per satuan bayi dan balita mengindikasikan
peningkatan jumlah bayi dan balita di Kabupaten Ketapang. Hal ini
menggambarkan terdapat 1 satuan posyandu per satuan bayi dan
balita pada tahun 2018-2022. Angka tersebut menunjukkan bahwa
ketersediaan posyandu di Kabupaten Ketapang semakin membaik.
Kualitas kesehatan masyarakat juga ditunjukkan dari
tingkat kesakitan masyarakat. Pengetahuan mengenai derajat
kesehatan suatu masyarakat dapat menjadi pertimbangan dalam
pembangunan bidang kesehatan agar semua lapisan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan
merata. Melalui upaya tersebut, diharapkan akan tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Menurut BPS (2020), keluhan kesehatan adalah gangguan
terhadap kondisi fisik maupun jiwa, termasuk karena kecelakaan,

244
atau hal lain yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari.
Umumnya, keluhan kesehatan utama yang banyak dialami oleh
penduduk adalah demam panas, sakit kepala, batuk, pilek, diare,
asma/sesak nafas, sakit gigi. Orang yang menderita penyakit kronis
dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu
survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh
penyakitnya.
Angka kesakitan merupakan frekuensi penderita baru suatu
penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di satu
kelompok masyarakat. Indikator ini dimanfaatkan untuk mengukur
tingkat kesehatan masyarakat secara umum dilihat dari adanya
keluhan yang mengindikasikan terkena suatu penyakit tertentu.
Semakin tinggi penduduk yang mengalami keluhan kesehatan,
maka semakin rendah derajat kesehatan masyarakat tersebut.
Infeksi Menular Seksual/IMS dan HIV/AIDS merupakan
infeksi yang pada umumnya ditularkan melalui hubungan seksual
yang tidak aman. Penyebarannya pun bisa melalui darah, sperma,
atau cairan tubuh lainnya. Selain itu, penyebarannya bisa melalui
pemakaian jarum suntik secara berulang atau bergantian di antara
beberapa orang. Jumlah kasus HIV/AIDS dan IMS di Kabupaten
Ketapang pada tahun 2018-2022 dapat dilihat pada grafik berikut.

245
100 90
90
80 71 70
70 66 63
59
60
50
40 36
28 26
30 22
20
10
0
2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah Kasus HIV/AIDS Jumlah Kasus IMS

Grafik 2.26. Jumlah kasus HIV/AIDS dan IMS di


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Jumlah kasus HIV/AIDS di Kabupaten Ketapang bergerak


fluktuatif dan menunjukan tren kenaikan selama periode 2018-
2022. Kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan tertinggi di tahun
2022, hal tersebut disebabkan oleh belum optimalnya kesadaran
masyarakat terkait risiko HIV/AIDS di Kabupaten Ketapang, selain
itu faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya tertentu di suatu
daerah, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan gender, rendahnya
pendidikan, dan kekurangan akses ke pekerjaan yang layak turut
mempengaruhi penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Ketapang.
Sedangkan untuk jumlah kasus Infeksi Menular Seksual
(IMS) di Kabupaten Ketapang mengalami tren yang meningkat
selama periode 2018-2022. Kasus IMS merangkak naik dalam
kurun waktu lima tahun terakhir. Kondisi tersebut
mengindikasikan tingginya risiko kesakitan menular di Kabupaten
Ketapang. Persoalan ini disebabkan oleh rendahnya edukasi dalam
rangka menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait bahaya
penyakit menular.

246
Selain itu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Tuberculosis
(TB) merupakan 2 jenis penyakit menular lainnya yang dapat
menyebabkan kematian. DBD merupakan penyakit yang
disebabkan oleh salah satu dari 4 virus dengue yang ditularkan
dengan perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti dan/atau Aedes
albopictus. Sementara itu, TB adalah penyakit paru-paru yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. TB akan
menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih
dari 3 minggu), biasanya batuk berdahak dan terkadang
mengeluarkan darah. Kuman TB juga dapat menyerang tulang,
usus, atau kelenjar tubuh. Penyakit ini ditularkan dari percikan
ludah penderita TB, baik ketika berbicara, batuk, maupun bersin.
Kedua jenis penyakit tersebut merupakan penyakit yang
cukup banyak diderita oleh masyarakat Kabupaten Ketapang. Oleh
karena itu, penting kiranya untuk mengetahui jumlah kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Tuberculosis (TB) di Kabupaten
Ketapang. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut.

900 855
808
800 719
700 638
600 546
502
500 461

400
300 222
200
100 38
13
0
2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah Kasus DBD Jumlah Kasus Infeksi TB

Grafik 2.27. Jumlah Kasus DBD dan TB di Kabupaten Ketapang


Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

247
Dari gambar grafik diatas bahwa jumlah kasus DBD di
Kabupaten Ketapang memiliki tren menurun untuk tahun 2018-
2022. Jumlah kasus DBD pada tahun 2018 sebanyak 808 kasus,
kemudian terus mengalami penurunan dimana tahun 2021 sempat
berada di angka terendah yaitu sebanyak 13 kasus. Penurunan
jumlah kasus DBD tersebut mengindikasikan bahwa menurunnya
risiko penularan penyakit DBD yang didukung dengan perilaku
masyarakat Kabupaten Ketapang yang mulai menerapkan pola
hidup sehat dan tak acuh pada lingkungan yang menjadi tempat
sarang nyamuk.
Bertolak belakang dengan kasus DBD, jumlah kasus TB
mengalami tren peningkatan, yang paling drastis yaitu terjadi di
tahun 2022 sebesar 855 kasus. Kenaikan jumlah kasus TB tersebut
menandakan masih belum optimalnya penerapan pola hidup sehat
di kalangan masyarakat Kabupaten Ketapang.
Selain itu penyakit diare juga dapat menjadi salah satu
indikator derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Ketapang.
Penyakit diare merupakan penyakit menular yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada usia bayi dan balita.
Gambaran jumlah kasus diare yang ditangani di Kabupaten
Ketapang pada tahun 2018-2022 dapat diketahui melalui grafik
berikut.

248
12.000

10.000 10.016
9.141
8.000
7.258 7.196
6.000 5.765

4.000

2.000

0
2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah Kasus Diare yang Ditangani

Grafik 2.28. Jumlah kasus Diare yang Ditangani di


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Jumlah kasus diare yang ditangani di Kabupaten Ketapang


mengalami tren menurun selama periode 2018-2021, kemudian di
tahun 2022 kembali naik di angka 7.196 kasus. Adapun angka
tertinggi kasus diare yang ditangani yaitu pada tahun 2018 sebesar
10.016 kasus. Kondisi ini disebabkan oleh minimnya pengetahuan
masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Selain beberapa penyakit menular yang dijelaskan
sebelumnya, angka kesakitan penyakit tidak menular juga perlu
dicermati. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),
hipertensi, gastritis, radang sendi merupakan jenis penyakit tidak
menular yang cukup banyak diderita oleh masyarakat Kabupaten
Ketapang. Berikut tabel jumlah kasus penyakit ISPA, Hipertensi,
Gastritis, dan Radang Sendi di Kabupaten Ketapang pada tahun
2018-2022.

Tabel 2.20.
Jumlah Kasus Penyakit ISPA, Hipertensi, Gastritis, dan
Radang Sendi di Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022
Jenis Penyakit Jumlah Kasus

249
Rata-
2018 2019 2020 2021 2022 rata
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Infeksi Saluran
Pernafasan 17.076 20.405 14.290 16.457 7.548 -12,36
Akut/ISPA
Hipertensi 13.253 137.583 140.388 142.371 16.238 213,25
Gastritis 7.756 6.903 7.243 8.430 15.051 22,21
Radang Sendi 5.460 5.581 5.005 5.143 5.574 0,76
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa tren jenis penyakit


rata-rata mengalami peningkatan, kecuali untuk ISPA mengalami
penurunan yang cukup drastis. Jumlah kasus ISPA pada tahun
2022 mencatat angka terendah dalam lima tahun terakhir. Kasus
ISPA di Kalimantan Barat kebanyakan terjadi diakibatkan oleh
kebakaran hutan dan lahan, dan penyebab lainnya dikarenakan
kondisi cuaca yang berubah-ubah. Selain itu udara yang panas juga
dapat memicu terjadinya penyakit ISPA karena debu yang
berterbangan, namun untuk mencegah ISPA diperlukan perilaku
hidup bersih dan sehat. Artinya dengan penurunan angka kasus
ISPA di Kabupaten Ketapang bahwa masyarakat mulai menerapkan
kebiasaan hidup bersih dan sehat.
Untuk kasus hipertensi di Kabupaten Ketapang sempat
mengalami lonjakan yang cukup tinggi selama pandemi Covid-19,
yaitu dari tahun 2019 hingga 2021. Perubahan gaya hidup yang
terjadi akibat pandemi terutama dengan adanya kebijakan Work
From Home atau bekerja dari rumah, gaya hidup sedentary,
kecemasan kronis, stres, semua itu adalah faktor predisposisi yang
menyebabkan peningkatan prevalensi hipertensi dan kondisi
kesehatan kronis lainnya serta gangguan kesehatan mental.
Pandemi memang tidak secara langsung meningkatkan risiko
hipertensi, namun stres dan kecemasan yang terkait dengan
pandemi tentu saja menyebabkan angka tersebut berada di sisi
yang lebih tinggi pada individu normal.

250
Gastritis adalah gangguan pencernaan yang terjadi ketika
lapisan dalam (mukosa) dinding lambung mengalami peradangan
atau pembengkakan. Kasus gastritis yang terjadi di Kabupaten
Ketapang pada tahun 2022 mencatat angka tertinggi dalam lima
tahun terakhir. Salah satu penyebab umum dari gastritis adalah
infeksi bakteri H. pylori. Oleh karena itu, penting untuk
memerhatikan kebersihan saat mengolah dan menyajikan
makanan. Selain itu juga perlunya menjaga kebersihan pribadi,
seperti dengan mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari
toilet. Dari peningkatan angka kasus gastritis seperti yang
ditunjukkan pada tabel diatas artinya masyarakat di Kabupaten
Ketapang masih kurangnya perhatian terhadap makanan yang
mereka konsumsi dan masih kurangnya kesadaran dalam menjaga
kebersihan pribadi.
Sedangkan untuk kasus radang sendi tidak menunjukkan
adanya penurunan. Radang sendi digolongkan menjadi beberapa
yaitu reactive arthritis adalah radang sendi yang terjadi akibat reaksi
peradangan di bagian tubuh lain. Kondisi ini sering dipicu oleh
infeksi bakteri yang terjadi di saluran kemih. Septic arthritis atau
infectious arthritis adalah radang sendi yang disebabkan oleh infeksi
bakteri, virus, atau jamur pada sendi. Tidak adanya penurunan
kasus radang sendi artinya tidak ada perubahan perilaku
masyarakat Kabupaten Ketapang dalam menjaga pola hidup dan
kebesihan disekitar mereka.
Data empat jenis penyakit diatas menunjukkan bahwa
masih tingginya risiko kesakitan penyakit tidak menular di
Kabupaten Ketapang. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya
kepedulian masyarakat Kabupaten Ketapang terhadap kebersihan
diri dan pola hidup sehat.
Penyakit tidak menular yang juga perlu menjadi perhatian di
Kabupaten Ketapang yaitu penyakit kejiwaan. Berdasarkan

251
Undang-Undang No 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif perlu dilakukan secara
berkelanjutan. Keempat upaya tersebut harus memerhatikan 4
aspek, yaitu: fisik, mental, sosial dan spiritual guna mencapai
individu sehat jiwa. Regulasi ini mengamanatkan urgensi
pemerintah daerah dalam mencegah peningkatan kasus kesakitan
jiwa. Sebagai wujud dari Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis
Masyarakat (UKBJM), Pemerintah Ketapang membentuk Tim
Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) sejak tahun 2016
yang bertujuan untuk menekan peningkatan angka kesakitan jiwa.
Salah satu faktor penentu dalam UKBJM adalah Puskesmas yang
bekerjasama dengan masyarakat dalam mencegah meningkatnya
gangguan jiwa masyarakat.
Penting juga mencermati data jumlah Orang Dalam
Gangguan Jiwa (ODGJ) untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa
warga Kabupaten Ketapang. Jumlah kasus Orang Dalam Gangguan
Jiwa (ODGJ) menurut kecamatan di Kabupaten Ketapang tahun
2018-2022 dapat diketahui melalui tabel berikut.

Tabel 2.21.
Kasus Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) Menurut
Kecamatan di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
No. Kecamatan
2018 2019 2020 2021 2022
1 Kendawangan 42 71 71 76 57
2 Manis Mata 16 16 16 18 26
3 Marau 6 23 32 48 44
4 Singkup 10 16 22 23 19
5 Air Upas 9 12 21 24 33
6 Jelai Hulu 20 34 42 47 47
7 Tumbang Titi 7 18 25 44 27
8 Pemahan 6 9 8 13 8
9 Sungai Melayu Rayak 18 15 32 37 19
10 Matan Hilir Selatan 41 65 85 77 93
11 Benua Kayong 81 115 137 147 104
12 Matan Hilir Utara 11 11 34 40 35
13 Delta Pawan 137 176 185 245 349
14 Muara Pawan 28 34 45 61 22

252
Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
No. Kecamatan
2018 2019 2020 2021 2022
15 Nanga Tayap 15 12 31 41 79
16 Sandai 24 43 45 53 23
17 Hulu Sungai 12 23 23 27 10
18 Sungai Laur 6 19 19 23 23
19 Simpang Hulu 17 28 40 42 40
20 Simpang Dua 25 31 29 45 28
Jumlah 531 771 942 1.131 1.086
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Secara umum, jumlah kasus ODGJ menurut kecamatan di


Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022 mengalami tren meningkat.
Namun demikian, jumlah kasus ODGJ di Kabupaten Ketapang
tahun 2022 mulai mengalami penurunan sebesar 45 jiwa.
Penurunan kasus ODGJ di Kabupaten Ketapang bisa jadi
dikarenakan meninggal dunia atau pindah tanpa diketahui
alamatnya. Selain itu ODGJ dapat sembuh jika ditangani secara
teratur terutama dalam pemberian obatnya.
Berdasarkan jumlah kasus ODGJ menurut kecamatan di
Kabupaten Ketapang tahun 2022, terdapat tiga kecamatan yang
memiliki kasus ODGJ tertinggi, yaitu: Delta Pawan, Benua Kayong
dan Matan Hilir Selatan. Data ini mengindikasikan masih tingginya
kasus individu yang mengalami gangguan jiwa parah maupun
kronis di Kabupaten Ketapang. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti faktor genetik karena depresi; lingkungan
yang tidak stabil, seperti pengalaman trauma, kekerasan, konflik;
riwayat keluarga dengan gangguan jiwa; serta penyalahgunaan zat
seperti alkohol, obat-obatan terlarang. Sementara itu, daerah
kecamatan yang memiliki kasus ODGJ paling sedikit pada tahun
2022 yaitu Pemahan.
Besarnya jumlah kasus kesehatan di Kabupaten Ketapang
tentunya perlu didukung dengan ketersediaan tenaga kesehatan.
Aspek ketersediaan tenaga kesehatan dapat dilihat dari jumlah
tenaga kesehatan dibandingkan dengan jumlah penduduk. Rasio

253
ketersediaan dokter dan tenaga medis per 100.000 penduduk
merupakan salah satu indikator untuk mengetahui cakupan
jangkauan tenaga kesehatan dalam melayani penduduk. Gambaran
rasio dokter dan tenaga medis per 100.000 penduduk Kabupaten
Ketapang tahun 2018-2022 dapat diketahui melalui grafik berikut.
350 317 322
304 306 313
300

250

200

150

100

50 22 17 22 20 19
0
2018 2019 2020 2021 2022

Dokter Tenaga Medis (Perawat dan Bidan)

Grafik 2.29. Rasio Dokter dan Tenaga Medis per 100.000


Penduduk Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Ketersediaan dokter per 100.000 penduduk di Kabupaten


Ketapang cendrung mengalami tren penurunan, penurunan
ketersediaan dokter selama lima tahun terakhir sebanyak 3.
Berbeda halnya dengan ketersediaan tenaga medis (perawat dan
bidan) per 100.000 penduduk di Kabupaten Ketapang selama tahun
2018-2022 mengalami tren kenaikan. Kondisi ini mengindikasikan
belum optimalnya cakupan sumber daya manusia kesehatan di
Kabupaten Ketapang. Permasalahan ini disebabkan oleh
ketersediaan sumber daya kesehatan masih belum optimal.
Selain itu aspek sarana dan prasarana kesehatan juga
termasuk unsur yang penting dalam pembangunan sektor
kesehatan. Ketersediaan sarana seperti rumah sakit turut
memengaruhi kinerja dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat

254
di daerah. Capaian ketersediaan Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu,
dan Poliklinik di Kabupaten Ketapang pada tahun 2018-2022 dapat
diketahui melalui grafik berikut.

4,00 32,00
3,71
3,50 31,15 3,45 31,00
30,62 3,42 3,38
3,00 30,11 30,04 30,00
2,50 29,00
2,00 28,00
1,50 27,00
26,69
1,00 0,99 26,00
0,50 0,60 0,59 0,58 0,57 0,51 25,00
0,00 24,00
2018 2019 2020 2021 2022

Rumah Sakit Poliklinik Puskesmas dan Pustu

Grafik 2.30. Rasio Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu, dan


Poliklinik per 100.000 penduduk di Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Rasio Rumah Sakit per 100.000 penduduk di Kabupaten


Ketapang cenderung mengalami tren penurunan selama periode
tahun 2018-2022 namun penurunan tersebut tidak begitu
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan pelayanan Rumah
Sakit di Kabupaten Ketapang menurun dalam kurun waktu lima
tahun terakhir. Sementara itu, rasio puskesmas dan pustu per
100.000 penduduk mengalami tren menurun pada tahun 2018-
2022, terutama di tahun 2022 rasio rumah sakit dan pustu turun
drastis di angka 26,69. Berkurangnya rasio puskesmas dan pustu
menunjukkan bahwa cakupan pelayanan fasilitas kesehatan di
Kabupaten Ketapang menurun. Hal ini mengindikasikan

255
berkurangnya akses masyarakat terhadap layanan puskesmas dan
pustu. Bertolak belakang dengan rumah sakit, puskesmas dan
pustu, untuk politeknik justru mengalami peningkatan dalam
kurun waktu lima tahun terakhir, terutama dari tahun 2018 ke
tahun 2019 yaitu meningkat sebesar 2,72.
Cakupan pelayanan kesehatan di Kabupaten Ketapang perlu
didukung dengan pekerjaan kefarmasian yang baik. Salah satu
bentuk pelaksanaan pekerjaan kefarmasian adalah distribusi atau
penyaluran sediaan farmasi yang melibatkan Pedagang Besar
Farmasi (PBF), Apotek, Apotek Pelayanan Rujuk Balik (PRB), dan
Toko Obat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148
Tahun 2011, Pedagang Besar Farmasi merupakan perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah
besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Menurut
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Apotek Pelayanan
Rujuk Balik adalah tempat untuk memperoleh obat-obatan
penyakit kronis di Fasilitas Kesehatan (Faskes) Tingkat Pertama
sebagai bagian dari program pelayanan rujuk balik. Sarana
produksi dan distribusi kefarmasian di Kabupaten Ketapang tahun
2018-2022 dapat diketahui melalui grafik berikut.

256
70
59
60
47
50 44
38
40

30
20
17
20 13
11 10
8
10

0
2018 2019 2020 2021 2022

Apotek Toko Obat

Grafik 2.31. Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ketapang, 2023

Dari gambar Grafik diatas bahwa terdapat dua jenis sarana


produksi dan distribusi kefarmasian di Kabupaten Ketapang, yaitu
apotek dan toko obat dan tidak terdapat Pedagang Besar Farmasi
(PBF) dan Apotek Pelayanan Rujuk Balik (PRB) di Kabupaten
Ketapang pada tahun tersebut. Dari dua jenis sarana produksi dan
distribusi kefarmasian di Kabupaten Ketapang, Apotek memiliki
tren naik selama tahun 2018-2022. Sementara itu, toko obat
mengalami tren yang menurun.
Apotek adalah tempat yang menjual obat dengan izin apotek
dan hanya boleh dijaga oleh apoteker. Dan apotek tidak harus lebih
besar dari toko obat, namun yang menjadi penanggung jawab
adalah apotek itu sendiri. Dalam menjual obat, apotek diberikan
kekuasaan untuk menjual obat bebas, obat bebas terbatas, obat
keras dan obat psikotropika. Selain itu pilihan obat yang dijual di
apotek lebih banyak dan lebih lengkap dibandingkan dengan toko
obat. Dengan meningkatnya apotek di Kabupaten Ketapang tahun
2018-2022 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana pelayanan
kefarmasian yang memenuhi standar persyaratan pelayanan

257
kefarmasian dan persyaratan perizinan telah mengalami
peningkatan di Kabupaten Ketapang selama lima tahun terakhir.

3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang


Rumpun urusan pemerintah daerah bidang pekerjaan
umum dan penataan ruang merupakan salah satu urusan wajib
pemerintah daerah. Rumpun urusan ini terdiri dari beberapa
urusan yang meliputi jalan dan jembatan, penataan ruang dan
bangunan, layanan air minum, kebencanaan, serta drainase. Oleh
karena itu, analisis capaian kinerja rumpun urusan bidang
infrastruktur dapat dilihat dari ketersedian dan kualitas masing-
masing aspek sub-bidang infrastruktur.

a. Jalan dan Jembatan


Total panjang jalan di Kabupaten Ketapang hingga tahun
2022 mencapai 3.323,09 Km. Tingkat kemantapan jalan mengalami
tren peningkatan dari tahun 2018 hingga tahun 2022. Analisis
kondisi jalan di Kabupaten Ketapang dapat dilihat dalam tabel
berikut ini.

Tabel 2.22.
Panjang Jalan Berdasarkan Kondisi (Km) Tahun 2018-2022
Panjang Jalan
Berdasarkan 2018 2019 2020 2021 2022
Kondisi (km)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kondisi Mantap
733,65 1.201,38 1.210,12 1.066,77 1.179,20
(baik-sedang)
Baik 543,19 866,78 913,26 884,71 903,42
Sedang 190,45 334,60 297,28 182,06 275,78
Rusak ringan 388,09 791,98 880,89 1.052,45 978,94
Rusak Berat 2.117,49 1.245,47 1.147,66 1.119,87 1.080,95
Jumlah Total 3.239,09 3.239,09 3.239,09 3.239,09 3.239,09
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

Berdasarkan data diatas bahwa panjang jalan dengan


kondisi mantap (baik dan sedang) mengalami tren peningkatan dari

258
tahun 2018 hingga 2022. Namun pada tahun 2021 sempat
mengalami penurunan. Kondisi jalan mantap tahun 2022 sebesar
36,41% dari total keseluruhan panjang jalan. Sedangkan kondisi
jalan rusak sebesar 63,59% yang terdiri dari 30,22% jalan dengan
kondisi rusak ringan dan 33,37% jalan dengan kondisi rusak berat.
Sedangkan, proporsi panjang jalan dengan kondisi baik dan sedang
pada tahun 2022 masing-masing sebesar 27,89% dan 8,51%. Data
tersebut mengindikasikan bahwa kualitas jalan yang telah
terbangun masih belum optimal. Salah satu penyebab masalah
tersebut adalah belum optimalnya upaya rehabilitasi dan
pemeliharaan jalan yang di lakukan setiap tahunnya. Selain itu,
pengawasan penggunaan jalan juga belum dapat dilakukan dengan
maksimal.
Selanjutnya, ketersediaan jaringan jalan dapat dianalisis
melalui perkembangan rasio panjang jalan terhadap jumlah
penduduk. Data tersebut akan menggambarkan tingkat
keterpenuhan jaringan jalan di Kabupaten Ketapang. Berikut ini
merupakan perkembangan proporsi panjang jalan dalam kondisi
baik dan rasio panjang jalan dibandingkan jumlah penduduk.

30,00 26,76 28,19 27,31 27,89 164.000

25,00 163.230 162.000


160.000
20,00 16,77
159.838 158.000
159.090
15,00 158.342
156.000
10,00 155.602 154.000
5,00 152.000
0,00 150.000
2018 2019 2020 2021 2022

Proporsi jaringan jalan dalam kondisi baik


Rasio panjang jalan dengan jumlah penduduk

259
Grafik 2.32. Proporsi Panjang Jalan Dalam Kondisi Baik dan
Rasio Panjang Jalan terhadap Penduduk di Kabupaten
Ketapang
Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

Rasio panjang jalan terhadap jumlah penduduk terus


mengalami peningkatan yang menggambarkan bahwa ketersedian
jaringan jalan semakin membaik. Di samping itu, proporsi jalan
dalam kondisi baik juga mengalami tren peningkatan meskipun
proporsinya masih di bawah 30 persen. Data tersebut
mengindikasikan lebih dari 70 persen jaringan jalan di Kabupaten
Ketapang belum dalam kondisi baik. Permasalahan tersebut
disebabkan oleh beberapa persoalan, seperti ketidaksesuaian
perencanaan pembangunan jalan dengan kondisi eksisting wilayah,
belum optimalnya penerapan teknologi dalam pembangunan jalan,
serta masih rendahnya pengawasan konstruksi jalan.
Kualitas jalan lingkungan menjadi salah satu indikator
penting dalam menganalisis capaian pembangunan jaringan jalan.
Peningkatan kualitas jalan lingkungan merupakan indikasi
peningkatan keterhubungan antar desa atau pusat pemukiman
dalam jarak dekat. Berikut ini merupakan perkembangan kualitas
jalan lingkungan di Kabupaten Ketapang.

Tabel 2.23.
Proporsi Jalan Lingkungan Dalam Kondisi Baik di Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022
Jalan Lingkungan Berkondisi Baik
Jalan Lingkungan (Km)
Tahun
Panjang Jalan Lingkungan
Kondisi Baik (Km) %
(Km)
2018 405,00 299,26 73,89
2019 405,00 302,64 74,73
2020 405,00 305,78 75,50
2021 405,00 346,75 85,62
2022 445,99 386,18 86,59
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

260
Panjang jalan lingkungan dalam kondisi baik mengalami
peningkatan sejak tahun 2018 hingga tahun 2022. Namun
demikian, proporsi jalan lingkungan dalam kondisi baik belum
optimal. Selain itu, peningkatan panjang jalan lingkungan dalam
kondisi baik selama kurun waktu lima tahun terakhir (2018-2022)
terbilang sangat kecil sebesar 14,67 persen, untuk tahun 2022
hanya bertambah 0,97 persen dari tahun 2021. Data tersebut
mengindikasikan belum optimalnya kinerja pembangunan jaringan
dan keterhubungan antar desa atau pusat permukiman di
Kabupaten Ketapang. Kondisi ini disebabkan belum optimalnya
perencanaan pembangunan jaringan jalan lingkungan.
Perencanaan pembangunan jalan belum mampu memberikan
gambaran atau pilihan alternatif intervensi karena basis data
terkait dengan jalan masih sangat minim. Berikut grafik yang
menggambarkan proporsi jalan lingkungan dalam kondisi baik dari
tahun 2018-2022.

90,00
86,59
85,62
85,00

80,00
74,73 75,50
75,00 73,89

70,00

65,00
2018 2019 2020 2021 2022

Proporsi jalan lingkungan dalam kondisi baik

Grafik 2.33. Proporsi Jalan Lingkungan Dalam Kondisi Baik


di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

Selanjutnya, kualitas jembatan merupakan indikator


penting dalam menganalisis kinerja pekerjaan umum dan penataan

261
ruang. Kondisi jembatan di Kabupaten Ketapang juga merupakan
indikator yang krusial dalam menentukan kualitas keterhubungan
antar wilayah baik di dalam maupun keluar kabupaten Ketapang.
Berikut ini merupakan perkembangan kondisi jembatan di
Kabupaten Ketapang.

Tabel 2.24.
Kondisi Jembatan di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Jembatan Kabupaten
Tahun Kondisi Baik
Jumlah (Unit) %
(unit)
2018 311 181 58,20
2019 345 222 64,35
2020 376 263 69,95
2021 413 300 72,64
2022 449 336 74,83
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

Kondisi jembatan dalam kondisi baik di Kabupaten


Ketapang mengalami tren peningkatan dari tahun 2018 hingga
tahun 2022. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2018-2022)
kenaikan kondisi jembatan dalam kondisi baik di Kabupaten
Ketapang terbilang kecil sebesar 16,63 persen, pada tahun 2022
kenaikan kondisi jembatan dalam kondisi baik di Kabupaten
Ketapang sebesar 2,19 persen. Namun demikian pada tahun 2022
masih terdapat lebih dari 25,17 persen jembatan di Kabupaten
Ketapang dalam kondisi rusak atau rusak parah. Kondisi ini
mengindikasikan kualitas keterhubungan antar daerah dalam
Kabupaten Ketapang masih belum optimal. Faktor penyebab
masalah tersebut salah satunya adalah upaya rehabilitasi dan
pemeliharaan jembatan yang belum maksimal. Selain itu,
perencanaan pembangunan jalan dan basis data pembangunan
jalan yang belum optimal juga berkontribusi dalam permasalahan
tersebut.

262
80,00 72,64 74,83
69,95
70,00 64,35
58,20
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Proporsi jembatan dalam kondisi baik

Grafik 2.34. Proporsi Jembatan Dalam Kondisi Baik


di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

b. Bangunan dan Penataan Ruang


Kualitas bangunan di Kabupaten Ketapang ditentukan oleh
sistem pengawasan bangunan. Kinerja pengawasan bangunan
dapat dianalisis dengan melihat proporsi bangunan yang telah
memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Persentase bangunan di
Kabupaten Ketapang yang telah memiliki Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) adalah 100 persen hingga tahun 2020 (Dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Ketapang, 2020). Data
ini mengindikasikan pendirian bangunan di Kabupaten Ketapang
telah sesuai dengan aturan. Selain itu, data tersebut
mengindikasikan optimalnya pelayanan perizinan ketataruangan di
Kabupaten Ketapang.

c. Sanitasi dan Air Minum


Aspek selanjutnya dalam kinerja urusan pekerjaan umum
dan penataan ruang adalah kondisi penyelenggaraan terkait
sanitasi dan air minum di Kabupaten Ketapang. Beberapa indikator
yang dapat menggambarkan kinerja pada sanitasi dan air minum

263
adalah proporsi rumah dan rumah tangga dengan akses terhadap
air minum dan sanitasi yang layak. Berikut ini adalah
perkembangan proporsi rumah tangga dengan air minum layak dan
proporsi rumah dengan sanitasi di Kabupaten Ketapang.

80,00% 64,00%
70,00%
70,00% 60,49% 62,00%
54,00% 55,50%
60,00% 61,63% 60,00%
47,00%
50,00%
58,00%
40,00%
56,00%
30,00% 56,50% 56,84%
55,00% 54,00%
20,00%
54,00%
10,00% 52,00%

0,00% 50,00%
2018 2019 2020 2021 2022
Proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap air minum layak dan
berkelanjutan
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak dan
berkelanjutan

Grafik 2.35. Proporsi Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak


dan Rumah Dengan Sanitasi di Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap air minum


layak dan rumah tinggal dengan sanitasi di Kabupaten Ketapang
meningkat sejak tahun 2018 hingga tahun 2022. Namun demikian,
kedua indikator tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat
sekitar 30% rumah tangga yang belum memiliki akses terhadap air
minum layak dan sekitar 38,37% belum memiliki akses sanitasi
dalam huniannya. Selain itu, dalam kurun waktu lima tahun rata-
rata peningkatan proporsi rumah tangga dengan sanitasi hanya
mencapai 7,63%. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya
peningkatan cakupan masyarakat yang berakses sanitasi layak dan
berkelanjutan. Sedangkan, rata-rata peningkatan proporsi rumah
tangga dengan akses terhadap air minum layak dari tahun 2018
hingga 2022 meningkat sebesar 23%. Kondisi tersebut

264
menunjukkan pemanfaatan air baku dikalangan masyarakat
meningkat namun dalam jumlah yang cukup kecil tiap tahunnya.
Permasalahan ini disebabkan oleh masih rendahnya cakupan
layanan air minum dan air bersih di Kabupaten Ketapang. Cakupan
layanan air minum dan air bersih yang masih rendah di Kabupaten
Ketapang disebabkan oleh beberapa hal yaitu, ketersediaan
infrastruktur air baku dan air minum yang belum optimal,
kapasitas mesin pelayanan air bersih masih sangat terbatas, serta
belum adanya database terkait dengan jaringan air bersih dan air
minum.
Indikator penting dalam urusan pekerjaan umum dan
penataan ruang selanjutnya adalah persentase drainase dalam
kondisi baik. Indikator ini penting untuk menganalisis kualitas
sistem pembuangan air. Berikut ini perkembangan persentase
drainase dalam kondisi baik di Kabupaten Ketapang.

Tabel 2.25.
Persentase Drainase dalam Kondisi Baik di Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022
Jaringan Drainase
Tahu Total Panjang
Panjang Drainase Kondisi Baik
n jaringan Drainase
Terbangun (Km) (Km)
(Km)
2018 111,13 15,38 75,13
2019 132,66 21,53 96,66
2020 137,58 4,92 101,58
2021 145,25 7,26 109,25
2022 159,25 14 123,25
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

Panjang drainase di Kabupaten Ketapang dalam kondisi baik


terus mengalami peningkatan pada tahun 2018 hingga 2022. Dalam
kurun waktu lima tahun terakhir panjang drainase dalam kondisi
baik telah meningkat sebesar 48,12 Km. Hal ini mengindikasikan
saluran pembuangan air di Kabupaten Ketapang terus mengalami
perbaikan. Di samping itu, kondisi ini mengindikasikan semakin

265
meningkatnya ketersediaan infrastruktur pengendali bencana
banjir di Kabupaten Ketapang. Meningkatnya ketersediaan
infrastruktur, seperti sistem drainase tersebut dapat mencegah
kelebihan air yang mengikis lapisan tanah dan memicu terjadinya
banjir dan genangan. Berikut grafik yang menggambarkan drainase
dalam kondisi baik di Kabupaten Ketapang.

80,00
77,39
78,00
76,00 75,22
73,83
74,00 72,86
72,00
70,00
67,61
68,00
66,00
64,00
62,00
2018 2019 2020 2021 2022

Persentase drainase dalam kondisi baik

Grafik 2.36. Persentase Drainase dalam Kondisi Baik


di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

d. Data Daerah Rawa (D.I.R.) dan Daerah Irigasi (D.I.)


Kinerja urusan pekerjaan umum dan tata ruang juga dapat
dianalisis dengan melihat perkembangan kualitas irigasi. Irigasi
merupakan salah satu infrastruktur penting dalam pertanian
khususnya untuk memenuhi kebutuhan aliran air di lahan
pertanian. Berikut ini merupakan perkembangan irigasi di
Kabupaten Ketapang.

Tabel 2.26.
Persentase Irigasi dalam Kondisi Baik di Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022

266
Daerah Irigasi (D.I.) dan Daerah Irigasi Rawa (D.I.R.)
Luas
Tahun Luas D.I. Kondisi Kondisi
% D.I.R. %
(Ha) baik (Ha) baik (Ha)
(Ha)
2018 8.576,00 3.271,08 38,14 6.947,00 4.906,63 70,63
2019 8.576,00 4.829,86 56,32 6.947,00 4.369,21 62,89
2020 8.576,00 5.078,86 59,22 6.947,00 4.846,21 69,76
2021 8.576,00 5.252,04 61,24 6.947,00 5.424,68 68,78
2022 8.576,00 5.477,04 63,86 6.947,00 5.811,68 83,66
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase Daerah Irigasi dan Daerah Irigasi Rawa dalam


kondisi baik terus mengalami peningkatan selama tahun 2018
hingga tahun 2022. Sesuai Keputusan Bupati Ketapang Nomor
210/DPUTR-D/2018 tentang status daerah irigasi kewenangan
pemerintah Kabupaten Ketapang luas daerah irigasi seluas 8.576
Hektar. Sedangkan Luas daerah irigasi rawa berdasarkan Permen
PUPR Republik Indonesia No.14/PRT/M/2015 tentang kriteria dan
penetapan status daerah irigasi, yang kemudian diterbitkannya
keputusan Bupati Ketapang Nomor 210/DPUTR-D/2018 tentang
status daerah irigasi kewenangan pemerintah Kabupaten Ketapang
adapun untuk luas daerah irigasi rawa seluas 6,947 Hektar.
Daerah irigasi dalam kondisi baik terus mengalami kenaikan
setiap tahunnya dari 38,14 persen pada tahun 2017 menjadi 63,86
persen di tahun 2022. Begitu juga dengan daerah irigasi rawa dalam
kondisi baik mengalami tren peningkatan dari 70,63 persen pada
tahun 2018 menjadi 83,66 persen pada tahun 2022, walaupun pada
tahun 2019 sempat mengalami penurunan yang disebabkan oleh
perubahan iklim, perubahan penggunaan lahan, penurunan
kualitas air, peningkatan tekanan populasi, serta kurangnya
perawatan dan pemeliharaan infrastruktur irigasi. Secara umum
pada Tahun 2022 masih terdapat 36,14 persen dan 16,34 persen
untuk daerah irigasi dan daerah irigasi rawa yang masih dalam
kondisi tidak baik. Kondisi ini mengindikasikan belum optimalnya
kualitas jaringan irigasi di Kabupaten Ketapang. Permasalahan ini

267
disebabkan oleh masih rendahnya database terkait inventarisasi
jaringan irigasi, sehingga intervensi penanganan mengalami
kendala. Berikut grafik Persentase Irigasi Dalam Kondisi Baik di
Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022.

90,00 83,66
80,00 70,63 69,76 68,78
70,00 62,89
60,00
61,24 63,86
50,00 59,22
56,32
40,00
30,00 38,14
20,00
10,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Daerah Irigasi Daerah Irigasi Rawa

Grafik 2.37. Persentase Irigasi dalam Kondisi Baik di


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase daerah irigasi dalam kondisi baik mengalami


peningkatan selama tahun 2018 hingga tahun 2022. Sedangkan
perkembangan daerah irigasi rawa dalam kondisi baik mengalami
tren yang turun naik, beberapa faktor penyebab turun naiknya
daerah irigasi rawa yaitu pola hujan dan musim yang tidak stabil,
sistem drainase yang tidak efektif, kebocoran atau kerusakan pada
struktur irigasi, serta aktivitas manusia dan perubahan iklim global
turut menyebabkan kerusakan pada jaringan irigasi.
Daerah Rawa maupun Daerah Irigasi merupakan salah satu
sumber air baku bagi masyarakat sekitarnya. Daerah irigasi juga
penting dalam menopang kebutuhan air untuk pertanian.
Penetapan status Daerah Irigasi maupun Daerah Rawa

268
dimaksudkan untuk menegaskan kewenangan dan tanggungjawab
dalam pengelolaanya (operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi).

Tabel 2.27.
Data Daerah Rawa (D.I.R.) dan Daerah Irigasi (D.I.) di
Kabupaten Ketapang
Status Luas
No. Jumlah Lokasi
Kawasan (ha)

Kendawangan, Matan Hilir


1 D.I.R. Nasional 6 25.720
Selatan dan Benua Kayong
Matan Hilir Utara, Muara Pawan,
2 D.I.R. Provinsi 6 9.500 Benua Kayong dan Matan Hilir
Selatan
D.I.R. Matan Hilir Utara, Muawa Pawan
3 10 4.132
Kabupaten dan Delta Pawan
4 D.I. Kabupaten 72 7.206 Tersebar di 15 Kecamatan
Jumlah 94 46.558
Sumber: Permen PUPR No. 14 Tahun 2015

Data daerah Rawa dan Daerah Irigasi Kabupaten Ketapang


menunjukkan kawasan Daerah Irigasi Rawal (D.I.R.) Nasional
menyebar di 6 lokasi dengan luas 25.720 hektar. D.I.R. Provinsi
yang menyebar di 6 lokasi, seluas 9.500 hektar, sedangkan D.I.R.
Kabupaten yang menyebar di 10 lokasi, dengan luas total 4,132
hektar. Daerah Irigasi Rawa Kabupaten berada di Kecamatan Matan
Hilir Utara, Muara Pawan, dan Delta Pawan. Untuk Daerah Irigasi
(D.I.) Kabupaten menyebar di 72 lokasi yang tersebar di 15
kecamatan. Berikut Grafik yang menggambarkan Daerah Irigasi
(D.I.) dan Daerah Irigasi Rawa (D.I.R.) dalam Kondisi baik.

269
7.000,00
5.811,68
6.000,00 5.424,68
4.906,63 4.846,21
5.000,00 4.369,21
4.000,00

3.000,00
5.078,86 5.252,04 5.477,04
4.829,86
2.000,00
3.271,08
1.000,00

0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Luas D.I. (Ha) Luas D.I.R (Ha)

Grafik 2.38. Luas Irigasi dalam Kondisi Baik di


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

Grafik diatas menggambarkan bahwa luas Daerah Irigasi


dan Daerah Irigasi Rawa dalam kondisi baik sama-sama mengalami
tren yang meningkat. Dengan peningkatan luas irigasi dalam
kondisi baik akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas
pertanian, membantu petani meningkatkan pendapatan,
mendukung pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, serta
berkontribusi pada pengendalian banjir yang terjadi di Kabupaten
Ketapang.

4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman


Kinerja pembangunan infrastruktur juga dipengaruhi oleh
perkembangan kinerja urusan perumahan rakyat dan permukiman.
Kinerja urusan perumahan rakyat dan permukiman dapat
dianalisis melalui proporsi rumah tidak layak huni di Kabupaten
Ketapang. Berikut ini merupakan perkembangan jumlah rumah
tidak layak huni di Kabupaten Ketapang.

270
40,00 88,40 90,00
35,00 79,96 81,29 80,00
72,27 71,85 70,00
30,00
27,73 28,15
60,00
25,00 24,83
50,00
20,00 20,04
18,71 40,00
15,00 13,81 30,00
11,60
10,00 20,00
6,68 6,90
5,00 10,00
3,59 3,66 3,27
0,00 1,08 0,99
0,00 0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Persentase penanganan rumah tidak layak huni


Persentase luas kawasan kumuh yang ditangani
persentase rumah tidak layak huni
Persentase rumah layak huni

Grafik 2.39. Kondisi Perumahan di Kabupaten Ketapang Tahun


2018-2022
Sumber: Dinas Perkim LH Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase rumah tidak layak huni mengalami tren


meningkat sebesar 7,11 persen pada kurun waktu 2018-2022. Hal
tersebut juga didukung dengan turunnya tren persentase rumah
layak huni di Kabupaten Ketapang. Kondisi ini mengindikasikan
masih rendahnya akses masyarakat terhadap rumah layak huni.
Permasalahan ini disebabkan oleh belum optimalnya penanganan
rumah tidak layak huni. Data dari Dinas Perumahan Rakyat,
Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup Kabupaten
Ketapang menunjukkan rata-rata cakupan penanganan rumah
tidak layak huni semakin menurun dalam kurun waktu lima tahun
terakhir (2018-2022), bahkan untuk tahun 2022 tercatat 0 persen
penanganan rumah tidak layak huni di Kabupaten Ketapang. Begitu
pula dengan luas kawasan kumuh yang ditangani tercatat 0.
Keterbatasan sumber daya keuangan, permasalahan yang
kompleks (kemiskinan, akses terhadap lahan, infrastruktur yang
buruk, hukum dan peraturan yang kompleks), kurangnya

271
koordinasi antar pemangku kepentingan, serta prosedur perizinan
yang rumit dan lambat juga turut menghambat penanganan rumah
tidak layak huni tersebut.
Berikut ini merupakan perkembangan ketersediaan rumah
layak huni di Kabupaten Ketapang berdasarkan kecamatan. Data
ini penting sebagai salah satu acuan dalam melihat pemerataan
akses perumahan layak huni di Kabupaten Ketapang. Selain itu,
Rasio Rumah Tidak Layak huni di bawah ini dapat menggambarkan
tingkat akses masyarakat terhadap rumah layak huni.

Tabel 2.28.
Rasio Rumah Tidak Layak Huni Berdasarkan Kecamatan
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Rasio Rumah Layak Huni Rata-
No. Kecamatan rata
2018 2019 2020 2021 2022
Rasio
1 Kendawangan 90,25 76,85 76,85 87,62 88,21 83,96
2 Manis Mata 83,16 70,25 70,25 78,68 79,69 76,41
3 Marau 73,99 56,02 57,21 71,99 73,33 66,51
4 Singkup 81,39 47,19 43,35 55,17 57,31 56,88
5 Air Upas 86,03 63,50 68,55 70,94 72,32 72,27
6 Jelai Hulu 71,38 47,14 47,14 55,80 58,25 55,94
7 Tumbang Titi 86,64 69,70 70,32 76,00 77,71 76,07
8 Pemahan 75,08 78,80 72,19 86,34 88,35 80,15
9 Sungai Melayu Rayak 86,08 71,94 68,11 76,08 77,75 75,99
10 Matan Hilir Selatan 92,87 74,51 69,97 82,48 83,35 80,64
11 Benua Kayong 94,23 79,48 79,18 89,75 90,64 86,66
12 Matan Hilir Utara 85,72 67,00 58,40 76,59 78,14 73,17
13 Delta Pawan 98,67 86,05 85,68 88,54 90,11 89,81
14 Muara Pawan 88,52 61,22 58,90 75,42 77,87 72,39
15 Nanga Tayap 92,69 66,85 69,15 82,93 83,80 79,08
16 Sandai 96,08 78,75 79,14 87,11 87,81 85,78
17 Hulu Sungai 52,70 30,67 30,67 35,43 38,50 37,59
18 Sungai Laur 86,51 71,40 74,24 73,71 74,58 76,09
19 Simpang Hulu 85,29 80,29 80,29 79,40 80,38 81,13
20 Simpang Dua 89,17 67,82 67,82 80,08 81,03 77,18
Sumber: Dinas Perkim LH Kabupaten Ketapang, 2023

Sampai dengan tahun 2022 daerah atau kecamatan dengan


rata-rata rasio rumah layak huni terendah adalah Kecamatan Hulu
Sungai yaitu hanya sebesar 37,59, Kecamatan Jelai Hulu 55,94 dan
Kecamatan Singkup 56,88. Ketiga kecamatan ini perlu perhatian

272
khusus dalam penanganan rumah tidak layak huni di Kabupaten
Ketapang hingga tahun 2024 karena rata-rata rasio rumah layak
huninya masih dibawah 60%. Konektivitas yang masih rendah serta
infrastruktur kewilayahan yang belum optimal menyebabkan akses
terhadap rumah layak huni belum merata. Selain itu juga terdapat
beberapa persoalan yang berkaitan dengan sosial-ekonomi yang
harus mendapat perhatian secara khusus.
Perkembangan jumlah rumah layak dan tidak layak huni di
Kabupaten Ketapang juga dihadapkan pada permasalahan validasi
data. Permasalahan validasi data pada urusan perumahan dan
permukiman di Kabupaten Ketapang menyebabkan urusan
perumahan rakyat dan permukiman tidak memiliki basis data yang
cukup. Persoalan ini dapat menganggu kualitas analisis
permasalahan dan penentuan strategi intervensi.

5. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan


Masyarakat
Urusan kenteraman, ketertiban umum dan perlindungan
masyarakat merupakan salah satu urusan yang sangat penting
dalam menunjang pembangunan daerah. Urusan ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan yang kondusif, tenteram, dan aman.
Berikut ini adalah data yang digunakan untuk menganalisis urusan
tersebut.

Tabel 2.29.
Jenis Bencana di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Tahun
No Jenis Bencana Jumlah
2018 2019 2020 2021 2022
1 Banjir 99 51 47 94 n/a 291
2 Gempa Bumi 0 0 0 0 n/a 0
3 Tanah Longsor 41 0 1 4 n/a 46
4 Kekeringan 56 15 12 10 n/a 93
5 Kebakaran Hutan 83 32 32 4 n/a 151
Total 279 98 92 112 n/a 581
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

273
Bencana yang terjadi di Kabupaten Ketapang didominasi
oleh bencana banjir, diikuti kebakaran hutan, kekeringan, dan
tanah longsor. Intensitas bencana yang paling tinggi terjadi pada
tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada risiko bencana
di Kabupaten Ketapang.

2
2

1 1 1
1

0
0
2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah kebakaran yang terjadi menurut laporan polisi

Grafik 2.40. Jumlah Kebakaran yang Terjadi Menurut Laporan


Polisi di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Bencana kebakaran yang terjadi di Kabupaten Ketapang


tidak mengalami tren peningkatan yaitu dengan kasus tertinggi
terjadi pada tahun 2019, yaitu sebanyak 2 (dua) kasus. Sementara
itu, kasus terendah sebanyak 0 (nol) kasus pada tahun 2020.
Kondisi ini perlu diantisipasi karena dapat mengganggu
kenyamanan dan keamanan masyarakat. Persoalan ini disebabkan
oleh belum optimalnya kesiapsiagaan bencana dan belum
optimalnya penanggulangan bencana.

274
3.300 3.295 3.295 45
3.290 39 40
3.280 34 35
3.270 30 29 30 30

PERSEN
ORANG

3.260 25
3.250 20
3.240 3.240 3.240
3.240 15
3.230 10
3.220 5
3.210 0
2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas)
Tingkat penyelesaian pelanggaran K3

Grafik 2.41. Jumlah Linmas dan Tingkat Penyelesaian


Pelanggaran K3 di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Satpol PP Kabupaten Ketapang, 2023

Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 mengalami penurunan


sebesar 1 persen menjadi 29 persen pada tahun 2018 hingga 2019.
Sementara itu, pada tahun 2020 naik sebesar 5, kemudian di tahun
2022 kembali turun sebesar 9 persen dari tahun 2021. Tidak
adanya perubahan angka tingkat penyelesaian pelanggaran K3 di
Kabupaten Ketapang menunjukkan bahwa penyelesaian K3 belum
berjalan optimal. Kondisi ini terjadi karena jangkauan patroli masih
terbatas, belum optimalnya kegiatan sosialisasi kepada
masyarakat, dan fasilitas penunjang masih terbatas. Selain itu,
kondisi di atas juga disebabkan oleh Petugas Perlindungan
Masyarakat masih banyak yang belum terampil, sehingga
pencegahan pelanggaran K3 belum berjalan optimal. Penyebab
indikatif adalah masih minimnya kegiatan peningkatan
keterampilan Linmas. Sedangkan realisasi kegiatan peningkatan
Linmas baru dilakukan di 2 (dua) kecamatan pada saat ini.

275
6. Sosial
Pemerintah daerah berkewajiban untuk menyelenggarakan
urusan sosial dalam pelayanan dasar. Kewajiban tersebut
merupakan amanah konstitusi yang tercantum di dalam UU nomor
11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial yang menyebutkan
bahwa “negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kesejahteraan sosial”. Penyelenggaraan urusan sosial terfokus
dalam menyelesaikan permasalahan kesejahteraan sosial.
Permasalahan kesejahteraan sosial disebabkan oleh dua masalah,
yaitu belum optimalnya keberdayaan sosial dan belum optimalnya
kualitas pelayanan sosial. Persoalan mengenai belum optimalnya
keberdayaan sosial disebabkan oleh rendahnya pendapatan PPKS
dan belum optimalnya kapasitas SDM kelompok rentan. Sementara
itu, persoalan terkait belum optimalnya kualitas pelayanan sosial
diyakini akibat cakupan pelayanan PPKS yang masih rendah dan
kualitas pekerja sosial yang belum optimal. Dalam prakteknya,
urusan sosial lebih fokus pada penanganan dampak atau fenomena
sosial yang membutuhkan intervensi sosial, seperti Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).
Kondisi PPKS di Kabupaten Ketapang dapat dipaparkan
melalui beberapa indikator yaitu: jumlah PPKS, persentase PPKS
yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan
dasar, dan persentase rumah tangga menurut jenis program
perlindungan sosial yang diterima.

Tabel 2.30.
Jumlah Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) di
Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
201 201 202 202 202
Jenis Masalah
8 9 0 1 2
Anak Balita Terlantar 1 2 1 - 1
Jumlah Pembinaan Anak Terlantar 10 10 5 40 50
Wanita Rawan Sosial Ekonomi 62 65 - - -
Korban Tindak Kekerasan 10 10 22 38 60
Lanjut Usia Terlantar 50 33 - - 63

276
201 201 202 202 202
Jenis Masalah
8 9 0 1 2
Penyandang Cacat 10 10 660 705 826
Pengemis - - - - -
Bekas Warga Binaan Lembaga
10 10 - - 8
Kemasyarakatan
Korban Penyalahgunaan Napza - - 1 - 3
53,0
Penduduk Miskin 54,9 53,8 53,5 49,9
4
Keluarga Berumah Tak Layak Huni 100 100 - - -
Komunitas Adat Terpencil 649 649 652 - 655
92,6
Korban Bencana Alam - 40 - -
8
Pekerja Migran Bermasalah Sosial 18 18 18 22 30
Orang Dengan HIV/AIDS 71 66 163 59 90
Keluarga Rentan 19 18 - - -
Sumber: Dinas Sosial, P3A, dan KB Kabupaten Ketapang, 2023

Terdapat 16 jenis PPKS di Kabupaten Ketapang dan


didominasi oleh penduduk miskin dan keluarga rentan. PPKS di
Kabupaten Ketapang didominasi oleh penduduk miskin. Tingginya
PPKS di Kabupaten Ketapang disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain minimnya jumlah pekerja sosial yang berkompeten, dan
minimnya ketersediaan sarana dan prasarana layanan sosial, serta
minimnya pendataan PPKS. Belum optimalnya pendataan
menyebabkan banyaknya persoalan PPKS di Kabupaten Ketapang
yang belum tertangani.
PPKS memiliki kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya. Kesulitan tersebut dapat disebabkan PPKS memiliki
kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki
kriteria masalah sosial, yakni kemiskinan, ketelantaran, kecacatan,
keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, korban
bencana, korban tindakan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Capaian persentase PPKS yang memperoleh bantuan sosial untuk
pemenuhan kebutuhan dasar di Kabupaten Ketapang adalah
sebagai berikut.

277
140
121
120

100
78,25
80

60 48
37,94
40
18
20

0
2018 2019 2020 2021 2022

PPKS yang Memperoleh Bantuan Sosial

Grafik 2.42. Persentase PPKS Yang Memperoleh Bantuan Sosial


Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Sosial, P3A, dan KB Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase PPKS yang memperoleh bantuan sosial


mengalami tren yang menurun pada tahun 2018 hingga 2022.
Persentase PPKS yang memperoleh bantuan sosial terendah yaitu
terjadi pada tahun 2020 sebesar 18 persen. Kondisi ini terjadi
akibat minimnya pendataan jumlah PPKS dan keterjangkauan
lokasi penyaluran bantuan sosial. Selain itu jumlah pekerja sosial
yang kurang juga berdampak langsung terhadap menurunnya
jumlah PPKS yang mendapat bantuan sosial. Adapun data
mengenai persentase rumah tangga menurut jenis program sosial
yang diterima pada tahun 2018 hingga 2022 dapat dilihat sebagai
berikut.

Tabel 2.31.
Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Program
Perlindungan Sosial yang diterima Tahun 2018-2022
Persentase Rumah Tangga yang
Jenis Program Perlindungan
Penerima per Tahun (%)
Sosial
2018 2019 2020 2021 2022
Beras Miskin (Raskin)/Beras
Sejahtera (Rastra)/Bantuan 46,19 23,82 7,56 7,78 3,38
Pangan Non Tunai (BPNT)
Program Indonesia Pintar (PIP) 6,19 8,76 7,05 5,71 n/a

278
Kartu Perlindungan Sosial
(KPS)/Kartu Keluarga Sejahtera 8,36 11,41 8,07 2,73 4,83
(KKS)
Program Keluarga Harapan (PKH) 5,98 10,36 11,77 8,87 8,66
Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase rumah tangga yang sudah mendapatkan


program perlindungan sosial pada tahun 2018-2019 sebagian besar
didominasi oleh rumah tangga yang mendapatkan bantuan program
Raskin/Rastra/BPNT, namun pada tahun 2020 terdapat
pengurangan yang sangat signifikan. Bahkan pada tahun 2022
BPNT di Kabupaten Ketapang hanya tercatat 3,38 persen rumah
tangga, rendahnya penerima bantuan mengindikasikan rendahnya
cakupan pelayanan PPKS. Permasalahan tersebut disebabkan oleh
minimnya pendataan PPKS.

2.4.2 Urusan Pemerintah Wajib yang tidak Berkaitan dengan


Pelayanan Dasar
Urusan wajib non-pelayanan dasar meliputi 17 urusan
pemerintahan yang terdiri atas urusan tenaga kerja, pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak, pangan, lingkungan hidup,
pertanahan, administrasi kependudukan dan pencatatan sipil,
pemberdayaan masyarakat dan desa, pengendalian penduduk dan
keluarga berencana, perhubungan, komunikasi dan informatika,
koperasi, usaha kecil dan menengah, penanaman modal,
kepemudaan dan olahraga, statistik, persandian, kebudayaan dan
perpustakaan. Berbagai jenis urusan tersebut berkontribusi
langsung peningkatan kesejahteraan masyarakat di bidang
ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial-budaya dan tata kelola
pemerintahan. Terkait dengan gambaran umum mengenai urusan
wajib non-pelayanan dasar di Kabupaten Ketapang dapat dilihat
sebagai berikut.

279
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang
penting untuk diperhatikan karena berkaitan erat dengan tingkat
produktivitas perekonomian suatu daerah. Beberapa indikator
penting seperti jumlah angkatan kerja, tingkat pengangguran
terbuka (TPT), dan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dapat
digunakan untuk melihat sejauh mana kondisi pasar tenaga kerja
di suatu wilayah. Permasalahan ketenagakerjaan pada umumnya
muncul ketika kondisi antara permintaan dan penawaran tenaga
kerja bertemu pada titik yang tidak diharapkan, sehingga
memerlukan intervensi pemerintah. Intervensi tersebut diperlukan
untuk menjamin permasalahan ketenagakerjaan, seperti tingginya
tingkat pengangguran, rendahnya kualitas SDM dan produktivitas
tenaga kerja, serta minimnya perlindungan terhadap tenaga kerja
dapat diselesaikan dengan tepat. Adapun perhitungan Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) dapat digambarkan seperti grafik berikut.

67,00 8,00
66,00 66,2 7,30
6,94 7,00
65,4 6,71
65,00
64,44 6,00
64,00
5,00
TPAK (%)

63,00
TPT (%)

4,53
62,00 4,00
61,00 3,23 60,8 3,00
60,57
60,00
2,00
59,00
58,00 1,00
57,00 0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja


Tingkat Pengangguran Terbuka

Grafik 2.43. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat


Pengangguran Terbuka Kabupaten Ketapang (Persen)
Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

280
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengukur
persentase individu yang termasuk dalam 281ngkatan kerja yang
aktif ataupun potensial, baik yang bekerja maupun yang sedang
mencari pekerjaan. TPAK Kabupaten Ketapang menunjukkan tren
yang menurun selama periode 2018-2022. Data TPAK tertinggi
sebesar 66,2 persen terjadi pada tahun 2018. Kondisi tersebut
menurun drastis sebesar 5,4 persen pada tahun 2020 dibandingkan
tahun 2018. Setelah mengalami penurunan di tahun 2019 dan
tahun 2020, TPAK kembali meningkat di tahun 2021 menjadi 64,44
atau sebesar 3,64 persen jika dibandingkan dengan tahun 2020.
Dan pada tahun 2022 TPAK Kabupaten Ketapang kembali
mengalami penurunan menjadi 60,57 atau sebesar 3,87 persen,
angka tersebut merupakan angka terendah TPAK dalam lima tahun
terakhir. Hal tersebut menggambarkan bahwa kecilnya persentase
penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di Kabupaten
Ketapang.

b. Tingkat Pengangguran Terbuka


Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengukur persentase
individu yang aktif mencari pekerjaan tetapi tidak dapat
menemukan pekerjaan yang sesuai. Dalam lima tahun terakhir, TPT
Kabupaten Ketapang sempat berada di posisi tertinggi pada tahun
2020 yaitu sebesar 7,30 persen, hal tersebut dikarenakan oleh
kondisi pandemi dan kebijakan PSBB yang diterapkan. Sehingga
banyak perusahaan yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) untuk menekan biaya operasional perusahaan. Namun TPT
mulai merangkak turun setelah pemerintah menetapkan Covid-19
sebagai endemi. Jika kondisi ekonomi terus membaik, tingkat
pengangguran terbuka dapat turun karena individu yang
sebelumnya tidak aktif mencari pekerjaan mulai kembali ke pasar

281
kerja. Ini akan meningkatkan tingkat partisipasi angkatan kerja
meskipun tingkat pengangguran terbuka menurun.
Namun, penting untuk diingat bahwa TPAK tidak
memberikan gambaran lengkap tentang tingkat pengangguran.
Misalnya, individu yang telah kehilangan pekerjaan tetapi berhenti
mencari pekerjaan aktif mungkin tidak dihitung dalam tingkat
pengangguran terbuka, dan ini dapat menyebabkan tingkat
partisipasi angkatan kerja yang lebih rendah tetapi tingkat
pengangguran yang sebenarnya lebih tinggi.

Tabel 2.32.
Persentase Pencari Kerja Terdaftar yang Berhasil Disalurkan di
Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Tahun
Tingkat Pendidikan
2018 2019 2020 2021 2022
Tidak Tamat SD 79,49 71,43 53,85 53,85 -
SD 78,38 76,41 45,45 45,45 100,00
SMP 69,63 86,46 75,76 75,76 71,43
SMA 74,21 90,89 60,53 60,53 56,42
Akademi 49,09 57,26 33,19 33,19 28,36
Sarjana 64,80 78,73 50,16 50,16 28,36
Total 79,49 71,43 53,85 53,85 50,68
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang dan Disnakertrans Kabupaten
Ketapang, 2023

Pada tahun 2019 sampai dengan tahun 2021, jumlah


pencari kerja terdaftar di Kabupaten Ketapang secara rata-rata
didominasi oleh lulusan SMP dan SMA. Tingginya jumlah pencari
kerja terdaftar belum mampu disalurkan secara optimal.
Sedangkan pada tahun 2022 terjadi pergeseran dimana persentase
pencari kerja terdaftar yang berhasil disalurkan didominasi tingkat
pendidikan SD. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa persentase
pencari kerja terdaftar yang berhasil disalurkan menunjukkan tren
menurun selama periode 2018-2022. Kondisi ini disebabkan oleh
belum optimalnya link and match antara kompetensi pencari kerja
dengan kebutuhan pasar dunia kerja.

282
98,00
97,00 96,77
96,00
95,47
95,00
94,00
93,06 93,29
93,00
92,70
92,00
91,00
90,00
2018 2019 2020 2021 2022

Tingkat Kesempatan Kerja

Grafik 2.44. Tingkat Kesempatan Kerja di Kabupaten Ketapang


(Persen) Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Untuk tingkat kesempatan kerja mengacu pada ketersediaan


peluang pekerjaan yang ada dalam suatu perekonomian pada suatu
waktu tertentu. Ini mencerminkan jumlah dan jenis pekerjaan yang
tersedia bagi individu yang mencari pekerjaan. Tingkat kesempatan
kerja diukur dengan mempertimbangkan jumlah lowongan
pekerjaan yang tersedia relatif terhadap jumlah pencari kerja.
Tingkat Kesempatan Kerja di Kabupaten Ketapang sempat
mengalami penurunan di tahun 2019-2020 yang disebabkan oleh
pandemi Covid-19, namun setelah ditetapkan Covid-19 sebagai
endemi Tingkat Kesempatan Kerja mulai merangkak naik.
Tingkat kesempatan kerja yang tinggi menunjukkan adanya
banyak peluang pekerjaan yang tersedia bagi pencari kerja. Ini
dapat mencakup pembukaan posisi baru, pertumbuhan sektor
industri tertentu, dan permintaan yang tinggi terhadap tenaga
kerja. Sebaliknya, tingkat kesempatan kerja yang rendah
menunjukkan kurangnya peluang pekerjaan yang tersedia relatif

283
terhadap jumlah pencari kerja. Ini dapat terjadi saat ekonomi
melambat, perusahaan mengurangi tenaga kerja, atau terdapat
ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh pencari
kerja dengan permintaan pasar tenaga kerja.

2. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Kebijakan pembangunan yang responsif terhadap berbagai
isu perempuan perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius.
Permasalahan pemberdayaan perempuan pada dasarnya
merupakan urusan yang cukup kompleks karena dianggap sebagai
salah satu indikator berdayanya masyarakat suatu daerah. Tingkat
keberdayaan perempuan di suatu daerah dapat dilihat melalui
Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG), partisipasi angkatan kerja perempuan, dan rasio APM
perempuan/laki-laki pada tingkat SD dan SMP.

a. Indeks Pembangunan Gender


Menurut Pembangunan Manusia Berbasis Gender (2019),
Indeks Pembangunan Gender (IPG) menggambarkan kesenjangan
pencapaian pembangunan manusia antara laki-laki dan
perempuan. Sementara itu, Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)
mengukur partisipasi aktif laki-laki dan perempuan pada kegiatan
ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan. Kedua indikator
gender tersebut dapat digunakan sebagai alat monitoring hasil
pembangunan gender. Hal ini sejalan dengan visi Pembangunan
Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 untuk mewujudkan
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur.

284
89,20
89,12
89,00

88,80

88,60 88,60
88,52
88,40 88,41 88,42

88,20

88,00
2018 2019 2020 2021 2022

Indeks Pembangunan Gender (IPG)

Grafik 2.45. Indeks Pembangunan Gender (IPG)


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, 2023

Tren IPG Kabupaten Ketapang cenderung naik selama tahun


2018-2022. Angka IPG paling tinggi sebesar 89,12 poin terjadi pada
tahun 2022. Jika IPG mendekati angka 100 menggambarkan
ketimpangan antara perempuan dan laki-laki semakin rendah. Dari
gambar diatas mengindikasikan bahwa pembangunan gender di
Kabupaten Ketapang telah mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun.
Indikator gender kedua yaitu Indeks Pemberdayaan Gender
(IDG) yang salah satunya dapat dilihat dari representasi perempuan
dalam parlemen. Hal ini sejalan dengan salah satu amanat UU No.
2 Tahun 2008 tentang Partai Politik bahwa partai politik wajib
mendorong keterwakilan perempuan minimal 30% dalam pendirian
maupun dalam kepengurusan partai politik di tingkat pusat. Angka
ini didapat berdasarkan penelitian Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang menyatakan bahwa jumlah minimum 30%
memungkinkan terjadinya suatu perubahan dan membawa dampak
pada kualitas keputusan yang diambil dalam lembaga-lembaga
publik. Oleh karena itu, penting untuk mencermati kondisi

285
keterwakilan perempuan dalam parlemen di Kabupaten Ketapang.
Proporsi perempuan dalam parlemen dapat dilihat melalui tabel
komposisi anggota DPRD Kabupaten Ketapang menurut jenis
kelamin periode 2009-2014, 2014-2019, serta 2019-2024 berikut.

Tabel 2.33.
Komposisi Anggota DPRD Kabupaten Ketapang Menurut Jenis
Kelamin tahun 2019-2014, 2014-2019, dan 2019-2024
Komposisi Anggota DPRD
No. Periode Jumlah
Laki-Laki Perempuan
92,02% (37
1 2009-2014 7,50% (3 Orang) 40 Orang
Orang)
91,11% (41
2 2014-2019 8,89% (4 Orang) 45 Orang
Orang)
91,11% (41
3 2019-2024 8,89% (4 Orang) 45 Orang
Orang)

Sumber: BPS Kabupaten Ketapang dan Sekretariat DPRD


Kabupaten Ketapang, 2023

Partisipasi perempuan yang menjadi anggota DPRD


Kabupaten Ketapang pada periode 2009-2014 ke 2014-2019
mengalami peningkatan sebanyak 1 orang. Pada periode 2019-2024
angkanya tidak mengalami perubahan. Dari angka tersebut dapat
dikatakan bahwa keterwakilan perempuan dalam parlemen belum
dalam memenuhi kebijakan yang ditetapkan di dalam UU No. 2
Tahun 2008 tentang Partai Politik. Persentase perempuan anggota
DPRD Kabupaten Ketapang hanya sebesar 7,5 persen (3 orang) dari
total 40 orang anggota DPRD Kabupaten Ketapang pada periode
2009-2014, sedangkan anggota DPRD laki-laki jumlahnya 13 kali
lipat lebih banyak (92,02 persen).
Untuk persentase perempuan anggota DPRD Kabupaten
Ketapang periode 2014-2019 menjadi 8,89 persen (4 orang) dari
jumlah keseluruhan 45 orang anggota DPRD Kabupaten Ketapang,
sedangkan jumlah anggota DPRD laki-laki berjumlah 11 kali lebih

286
banyak (91.11 persen). Berlanjut pada periode 2019-2024, jumlah
perempuan sebagai anggota DPRD tidak mengalami perubahan
dibandingkan dari periode sebelumnya, yaitu 4 orang atau sebesar
8,89 persen. Data ini mengindikasikan masih rendahnya keaktifan
perempuan dalam kegiatan politik yang disebabkan oleh rendahnya
akses perempuan terhadap politik.
Isu mengenai perempuan yang sering menjadi perbincangan
di masyarakat yaitu isu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Menurut UU No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga Bab I pasal 1, Kekerasan dalam Rumah
Tangga (KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara
melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Grafik berikut
menunjukkan Rasio KDRT di Kabupaten Ketapang pada tahun
2018-2022.

0,060
0,055
0,050

0,040
0,037
0,030
0,024 0,024
0,020 0,021

0,010

0,000
2018 2019 2020 2021 2022

Rasio KDRT

Grafik 2.46. Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)


di Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022

287
Sumber: Dinas Sosial, P3A, dan KB Kabupaten Ketapang, 2023

Tren rasio KDRT di Kabupaten Ketapang cenderung


meningkat pada tahun 2018-2022. Rasio KDRT pada tahun 2020
hingga tahun 2022 terus mengalami kenaikan. Kenaikan rasio
KDRT di Kabupaten Ketapang paling tinggi sebesar 0.055 poin yaitu
terjadi pada tahun 2022. Angka tersebut mengindikasikan belum
optimalnya perlindungan terhadap perempuan. Masalah KDRT
umumnya disebabkan oleh sejumlah faktor yang kompleks seperti
norma dan budaya yang masih patriarkal di masyarakat,
ketimpangan gender, kemiskinan dan ketidakstabilan ekonomi,
ketidakharmonisan dalam hubungan keluarga, kurangnya
kesadaran dan pengetahuan, serta ditunjang faktor sosial dan
faktor lingkungan.
Berkaitan dengan isu KDRT, perlu juga mencermati upaya
dari pemerintah dalam menangani kasus perempuan korban
kekerasan. Menurut UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
KDRT (pasal 10), perempuan korban kekerasan berhak
mendapatkan: a. perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial, atau pihak lainnya
baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah
perlindungan dari pengadilan; b. pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan medis; c. penanganan secara khusus berkaitan
dengan kerahasiaan korban; d. pendampingan oleh pekerja sosial
dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan e.
pelayanan bimbingan rohani. Berkaitan dengan hal tersebut,
berikut grafik yang menunjukkan cakupan perempuan korban
kekerasan mendapatkan penanganan di Kabupaten Ketapang pada
tahun 2018-2022.

288
120
108
100

80
67 68
60 58 59

40

20

0
2018 2019 2020 2021 2022

Cakupan perempuan korban kekerasan mendapatkan penanganan

Grafik 2.47. Cakupan Perempuan Korban Kekerasan


Mendapatkan Penanganan di Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022 (%)
Sumber: Dinas Sosial, P3A, dan KB Kabupaten Ketapang, 2023

Tren cakupan perempuan korban kekerasan yang


mendapatkan penanganan di Kabupaten Ketapang tahun 2018-
2022 cenderung naik, hal tersebut menunjukkan bahwa tingginya
kasus KDRT di Kabupaten Ketapang. Meskipun penanganan korban
kekerasan terhadap perempuan menunjukkan peningkatan,
namun diperlukan pencegahan untuk mengurangi kasus KDRT di
Kabupaten Ketapang seperti dengan melakukan edukasi atau
program pendidikan mengenai pentingnya hubungan yang sehat
dalam rumah tangga, memperkuat pendidikan gender di sekolah
dan masyarakat untuk mengubah pola pikir dan sikap yang
merendahkan perempuan, melibatkan laki-laki dan pria dalam
upaya pencegahan KDRT sebagai bagian dari solusi, meningkatkan
sistem hukum dan penegakan hukum terhadap pelaku KDRT.
Pencegahan KDRT membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan
kolaboratif dari berbagai pihak terkait isu perlindungan perempuan.

b. Kekerasan Terhadap Anak

289
Menurut UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
Pasal 15 (a), kekerasan terhadap anak adalah setiap perbuatan
terhadap anak yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum. Sementara itu,
menurut UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak pasal
15, setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari: a)
penyalahgunaan dalam kegiatan politik; b) pelibatan dalam
sengketa bersenjata; c) pelibatan dalam kerusuhan sosial; d)
pelibatan dalam peristiwa mengandung unsur kekerasan; e)
pelibatan dalam peperangan, dan f) kejahatan seksual. Sebagai
salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam upaya
perlindungan anak, perlu dicermati data mengenai cakupan kasus
anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan di
Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022 melalui grafik berikut.

60
54
50

40 41 40 41

30 30

20

10

0
2018 2019 2020 2021 2022

Cakupan kasus anak korban kekerasan mendapatkan penanganan

Grafik 2.48. Cakupan Kasus Anak Korban Kekerasan


Mendapatkan Penanganan di Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022 (%)
Sumber: Dinas Sosial, P3A, dan KB Kabupaten Ketapang, 2023

290
Tren cakupan kasus anak korban kekerasan yang
mendapatkan penanganan di Kabupaten Ketapang cenderung naik
pada tahun 2018-2022. Cakupan penanganan kasus anak korban
kekerasan di Kabupaten Ketapang sempat mengalami penurunan
yaitu sebanyak 30 kasus yang terjadi pada tahun 2020. Namun
demikian, cakupan kasus anak korban kekerasan yang ditangani
kembali meningkat cukup signifikan pada tahun 2022 menjadi
sebanyak 54 kasus. Hal ini mengindikasikan bahwa penanganan
kasus kekerasan pada anak terus mengalami peningkatan.
Tingginya kasus kekerasan pada anak di Kabupaten Ketapang
menunjukkan bahwa perlunya upaya pemerintah dalam upaya
pencegahan yaitu dengan melakukan program pendidikan dan
kesadaran masyarakat tentang hak-hak anak, pentingnya
perlindungan anak, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
orang tua dan pengasuh tentang kekerasan pada anak serta
pentingnya metode pengasuhan yang positif dan tanpa kekerasan,
serta perlunya dilakukan kampanye publik yang intensif untuk
mengedukasi masyarakat tentang bahaya kekerasan pada anak.

3. Pangan
Pangan masuk ke dalam kategori urusan wajib non-
pelayanan dasar. Indikator yang umumnya digunakan untuk
menilai ketahanan pangan adalah indeks ketahanan pangan.
Indikator tersebut mengandung tiga komponen, yaitu: ketersediaan
pangan utama, stabilitas harga pangan dan skor pola pangan
harapan (PPH). Kabupaten Ketapang memiliki tanaman pangan
utama berupa beras dan jenis tanaman pangan lain seperti jagung,
kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Indeks
ketahanan pangan Kabupaten Ketapang dapat dicermati dalam
grafik berikut.

291
300
260
248 248 244 248
250

200

150

100 70,42 68,56 74,24 74,05 74,41

50

0
2018 2019 2020 2021 2022

Skor Peringkat

Grafik 2.49. Skor dan Peringkat Indeks Ketahanan Pangan


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: DKPP Kabupaten Ketapang, 2023

Ketahanan Pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya


pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan. Indeks Ketahanan Pangan Kabupaten Ketapang
secara umum mengalami tren peningkatan dalam lima tahun
terakhir baik itu secara skor maupun peringkat. Artinya
tercukupinya ketersediaan pangan bagi masyarakat di Kabupaten
Ketapang. Selain itu dengan tingginya Indeks Ketahanan Pangan
berhubungan positif dengan praktik pertanian yang berkelanjutan.

292
160.000 82,0
81,1 80,7
140.000
80,0
120.000
78,0
100.000 77,3 77,0
80.000 76,0
60.000
73,8 74,0
40.000
72,0
20.000
132.194 110.953 149.661 107.660 119.558
0 70,0
2018 2019 2020 2021 2022

Ketersediaan Pangan Utama (ton) Skor PPH

Grafik 2.50. Ketersediaan Pangan Utama dan Skor PPH


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: DKPP Kabupaten Ketapang, 2023

Ketersediaan Pangan Utama adalah ukuran yang digunakan


untuk mengevaluasi jumlah dan ketersediaan sumber daya pangan
yang mendasar seperti biji-bijian, daging, ikan, sayuran, buah-
buahan, dan produk susu dalam suatu wilayah atau negara.
Ketersediaan Pangan Utama sering diukur dalam satuan energi,
seperti kalori per kapita per hari. Sedangkan skor pola pangan
harapan, atau disebut juga sebagai Pola Pangan Harapan (PPH),
adalah ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana
suatu negara memenuhi kebutuhan pangan dasar dan memberikan
akses pangan yang aman, bergizi, dan terjangkau bagi
penduduknya. Skor PPH melibatkan penilaian terhadap
ketersediaan pangan utama, keragaman pangan, dan aksesibilitas
pangan.
Angka Ketersediaan Pangan Utama Kabupaten Ketapang
mengalami turun naik pada tahun 2018 hingga 2022. Persoalan ini
disebabkan oleh belum optimalnya stok cadangan pangan utama
dan masih kurangnya lumbung pangan serta sarana
pendukungnya. Berikut adalah data stok cadangan pangan dan

293
jumlah lumbung pangan di Kabupaten Ketapang pada tahun 2018
hingga 2022.

18,5 180.000

18 160.000
18
140.000
17,5
120.000
17 17 17 17 100.000
16,5 80.000
60.000
16 16
40.000
15,5 20.000
132.194 110.955 154.236 107.667 136.779
15 0
2018 2019 2020 2021 2022

Stok cadangan pangan daerah (ton) Jumlah lumbung pangan (unit)

Grafik 2.51. Stok Cadangan Pangan Daerah dan


Jumlah Lumbung Pangan di Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
Sumber: DKPP Kabupaten Ketapang, 2023

Stok cadangan pangan di Kabupaten Ketapang mengalami


tren meningkat, walau sempat mengalami penurunan di tahun
2019 dan 2021. Stok cadangan pangan Kabupaten Ketapang
tertinggi terjadi pada tahun 2020 sebesar 154.236 ton. Kenaikan
stok cadangan pangan ini diikuti dengan penambahan jumlah
lumbung pangan. Meskipun begitu, penambahan jumlah lumbung
pangan tidak selalu berkorelasi positif dengan penambahan stok
cadangan pangan daerah. Hal ini bisa dilihat pada tahun 2019
dimana jumlah lumbung pangan bertambah 1 unit tetapi stok
cadangan pangan mengalami penurunan 21.239 ton dibanding
tahun 2018.
Permasalahan dalam bidang pertanian di Kabupaten
Ketapang dikarenakan belum optimalnya akses/distribusi pangan.
Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya sarana pendukung
distribusi pangan dan ketersediaan toko tani yang memadai, serta

294
belum optimalnya diversifikasi pangan lokal non-beras di
Kabupaten Ketapang.

4. Pertanahan
Pertanahan merupakan salah satu urusan pemerintahan.
Pengaturan dan pengelolaan pertanahan biasanya merupakan
tanggung jawab pemerintah dalam suatu negara. Urusan
pemerintahan terkait pertanahan meliputi kebijakan agraria,
pemilikan tanah, perencanaan tata ruang, penilaian dan
perpajakan properti, pendaftaran tanah, serta pengawasan dan
pengendalian penggunaan lahan. Adapun perkembangan
redistribusi tanah dapat menjadi indikator atau hasil dari kebijakan
atau program pelayanan pertanahan yang efektif. Dimana
perkembangan redistribusi tanah di Kabupaten Ketapang dapat
ditunjukkan seperti grafik berikut ini.

12.000
11.000
10.000
8.650
8.000
7.500
6.000

4.000

2.350 2.720
2.000

0
2018 2019 2020 2021 2022

Perkembangan jumlah redistribusi tanah

Grafik 2.52. Perkembangan Jumlah Redistribusi Tanah


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

Secara umum, perkembangan jumlah redistribusi tanah di


Kabupaten Ketapang fluktuatif dan cenderung turun. Data ini
menunjukkan pelayanan urusan pertanahan belum optimal.

295
Permasalahan ini disebabkan oleh berbagai persoalan. Persoalan
utama terkait dengan dinamika peraturan serta pembagian
kewenangan antara pemerintah daerah dengan otoritas vertikal.
Selain itu, efektifitas pelayanan pertanahan juga dapat
dianalisis dengan melihat capaian pendaftaran tanah sistematis
lengkap. Indikator ini menggambarkan cakupan masyarakat yang
telah memiliki sertifikat hak atas tanah. Berikut ini merupakan
perkembangan jumlah bidang tanah yang telah memiliki sertifikat
hak atas tanah (SHAT) di Kabupaten Ketapang.

18.000
16.000 16.500
14.804
14.000
12.000
10.000 10.331
9.500
8.000
6.000
4.000 4.492

2.000
0
2018 2019 2020 2021 2022

Perkembangan jumlah pendaftaran tanah sistematis lengkap

Grafik 2.53. Perkembangan Jumlah Pendaftaran Tanah


Sistematis Lengkap di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas PUTR Kabupaten Ketapang, 2023

Grafik diatas menunjukkan perkembangan jumlah


pendaftaran tanah sistematis lengkap di Kabupaten Ketapang yang
mengalami tren turun naik. Pada tahun 2020 jumlah pendaftaran
tanah sistematis mengalami penurunan yang sangat signifikan. Hal
tersebut disebabkan beberapa faktor seperti perubahan kebijakan
pemerintah terkait pendaftaran tanah sistematis lengkap, tingkat
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendaftaran tanah
sistematis lengkap yang masih rendah, ketersediaan fasilitas dan
aksesibilitas yang belum memadai, kompleksitas proses

296
pendaftaran, serta faktor sosial dan budaya dalam suatu
masyarakat seperti terjadinya Covid-19 turut mempengaruhi
penurunan jumlah pendaftaran tanah sistematis lengkap di
Kabupaten Ketapang.

5. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup merupakan salah satu urusan wajib non-
pelayanan dasar yang krusial. Kinerja pelaksanaan urusan
lingkungan hidup dianalisis melalui perkembangan Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH). Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
(IKLH) dihitung dengan membagi bobot komponen Indeks Kualitas
Air (IKA), Indeks Kualitas Udara (IKU) dan Indeks Kualitas Tutupan
Lahan (IKTL). Berikut ini perkembangan kualitas lingkungan hidup
dan komponen pembentuknya di Kabupaten Ketapang.

100,00 92,06 93,17


86,63 86,73 88,08
90,00
80,00 73,88 73,07 72,46
69,28 67,46
70,00
58,05 57,59
60,00 52,22 50,75
50,00 44,19
40,00
73,64 73,64 73,64
30,00 57,09 58,00
20,00
10,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Indeks Kualitas Air (IKA) Indeks Kualitas Udara (IKU)


Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH)

Grafik 2.54. Kualitas Lingkungan Hidup di Kabupaten


Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Perkim LH Kabupaten Ketapang, 2023

Selama periode tahunan dari 2018-2022, grafik Indeks


Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kabupaten Ketapang mengalami

297
fluktuasi. Indeks Kualitas Air (IKA) pada tahun 2018 memiliki nilai
58,05 namun pada akhir tahun 2022 turun menjadi 50,75 sehingga
terkoreksi 7,3 poin. Begitupun dengan Indeks Kualitas Udara (IKU)
mengalami penurunan secara fluktuatif dari 92,06 pada tahun
2018 menjadi 88,08 pada tahun 2022 atau menurun sebesar 3,98
poin. Hal serupa juga terjadi pada Indeks Kualitas Tutupan Lahan
(IKTL), dimana indeks ini bergerak turun dari tahun ke tahun
dengan nilai 73,64 pada tahun 2018 kemudian menjadi 58,00 pada
tahun 2022 dengan nilai penurunan sebesar 15,64 poin.
Menurunnya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup di Kabupaten
Ketapang adalah isyarat bahwa diperlukan tindakan yang signifikan
untuk memperbaiki dan memulihkan lingkungan hidup agar lebih
berkelanjutan dan sehat.

a. Persampahan
Persampahan berpengaruh dalam menentukan kualitas air,
tanah, dan udara. Salah satu indikator yang dapat digunakan
untuk menganalisis kinerja persampahan adalah persentase
sampah yang terangkut. Berikut ini menunjukkan perkembangan
capaian kinerja penanganan persampahan di Kabupaten Ketapang
pada tahun 2018 hingga 2022.

45,00
40,00 41,42

35,00
30,00
25,00 25,45
20,00
18,58 18,34
16,96
15,00
10,00
5,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Persentase Sampah Terangkut

298
Grafik 2.55. Persentase Sampah Terangkut Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Perkim LH Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase sampah terangkut di Kabupaten Ketapang


mengalami peningkatan selama kurun waktu 2018-2022.
Peningkatan signifikan terjadi pada tahun 2021 ke tahun 2022 dari
25,45 persen menjadi 41,42 persen meningkat sebesar 15,97
persen. Meskipun persentase sampah terangkut di Kabupaten
Ketapang mengalami peningkatan, namun kinerja penanganan
persampahan masih tergolong rendah. Masih terdapat 58,58 persen
timbunan sampah belum terangkut pada tahun 2022. Selain itu,
masih rendahnya kesadaran warga Kabupaten Ketapang untuk
membuang sampah pada Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
yang telah disediakan, sehingga masih banyak sampah yang
berserakan di beberapa titik jalan.
Selain itu masih kurangnya kapasitas Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) sampah yang tersedia di Kabupaten Ketapang menjadi
kendala di Kabupaten Ketapang dalam menangani permasalahan
persampahan. Dengan adanya perencanaan pembangunan tempat
pembuangan akhir (TPA) baru di Kecamatan Muara Pawan pada
tahun anggaran 2023 diharapkan dapat menyelesaikan
permasalahan sampah di Kabupaten Ketapang.

6. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil


Urusan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
merupakan salah satu urusan yang sangat penting karena
berkaitan dengan hak-hak warga negara dalam memperoleh
dokumen kependudukan. Tinggi rendahnya kepemilikan dokumen
kependudukan, seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akta
Kelahiran, Kartu Keluarga (KK), dan sebagainya menjadi dasar
untuk menilai kinerja pemerintah dalam urusan administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil. Adapun kepemilikan

299
penduduk terhadap dokumen kependudukan dapat dilihat di grafik
berikut ini.

100,00 97,83
85,09 87,53
90,00
77,85
80,00 90,21
70,00 64,76
60,00
50,00 41,65 43,10 44,31
39,04
40,00 78,70 80,55 80,86 84,91
72,90
30,00
20,00
10,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Persentase Penduduk yang Memiliki e-KTP


Persentase Penduduk yang Memiliki Akta Kelahiran
Persentase Penduduk yang Memiliki Kartu Keluarga

Grafik 2.56. Persentase Penduduk yang Memiliki e-KTP


Akta Kelahiran, dan Kartu Keluarga di Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
Sumber: Disdukcapil Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase penduduk yang memiliki e-KTP di Kabupaten


Ketapang mengalami tren yang meningkat selama tahun 2018
hingga 2022. Peningkatan kepemilikan e-KTP yang paling tinggi
berada pada tahun 2022, yaitu sebesar 84,91. Sementara itu,
peningkatan kepemilikan e-KTP paling rendah berada pada tahun
2018, yaitu hanya sebesar 72,9 persen. Meskipun adanya
peningkatan kepemilikan e-KTP, namun masih cukup banyak
penduduk yang belum memiliki e-KTP.
Hal yang sama juga terjadi pada persentase kepemilikan
akta kelahiran. Persentase kepemilikan akta kelahiran
menunjukkan tren peningkatan selama tahun 2018 hingga 2022,
walaupun sempat mengalami penurunan pada tahun 2020,
persentase penduduk yang memiliki akta kelahiran kembali

300
meningkat di tahun 2021 yaitu sebesar 22,77 persen. Adapun
angka tertinggi persentase penduduk yang memiliki akta kelahiran
adalah pada tahun 2022 yaitu sebesar 97,83 persen.
Tren peningkatan persentase penduduk yang memiliki Kartu
Keluarga (KK) di Kabupaten Ketapang sangat signifikan, terutama
dari tahun 2021 ke tahun 2022 angka kenaikan mencapai 45,9
persen. Secara keseluruhan peningkatan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti terjadinya pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Ketapang, adanya peningkatan kesadaran masyarakat,
serta adanya pengaruh dari dikeluarkannya Permendagri Nomor 73
Tahun 2022 tentang Pencatatan Nama Pada Dokumen
Kependudukan sehingga terjadinya peningkatan yang sangat
signifikan.
Secara keseluruhan kepemilikan penduduk terhadap
dokumen kependudukan di Kabupaten Ketapang sudah cukup
optimal. Meskipun optimis bahwa kepemilikan dokumen
kependudukan di Kabupaten Ketapang sudah optimal, penting
untuk tetap melakukan evaluasi secara berkala dan
mengidentifikasi potensi kesenjangan atau kelompok penduduk
yang masih belum memiliki dokumen kependudukan. Upaya terus
menerus dalam meningkatkan kepemilikan dokumen
kependudukan akan membantu memastikan bahwa seluruh
penduduk dapat menikmati manfaat dan hak-hak yang ditawarkan
oleh dokumen tersebut.

7. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Pemberdayaan masyarakat dan desa merupakan salah satu
urusan wajib pemerintah daerah non pelayanan dasar.
Penyelenggaraan urusan pemberdayaan masyarakat desa penting
dalam upaya pembangunan sumber daya manusia maupun
perekonomian desa dalam sebagai bagian dari pembangunan
daerah. Pemberdayaan desa dapat dianalisis dengan melihat

301
berbagai indikator kinerja penyelenggaraan urusan pemebrdayaan
desa. Salah satu indikator makro pemberdayaan desa adalah
Indeks Desa Membangun (IDM). Indeks Desa Membangun
menggambarkan keberdayaan sosial, ekonomi, dan lingkungan
suatu desa. Selain itu, jumlah desa mandiri dalam suatu kabupaten
juga merupakan salah satu indikator dalam menganalisis kinerja
pemberdayaan desa. Berikut ini merupakan perkembangan Indeks
Desa Membangun (IDM) dan jumlah desa mandiri di Kabupaten
Ketapang.

0,80 0,73 70
0,69
0,70 0,65
63 60
0,58
0,60
50
0,50
40
0,40 42
30
0,30 30
20
0,20
0,10 10
12
0,00 0
2019 2020 2021 2022

Desa Mandiri Indeks Desa Membangun

Grafik 2.57. Indeks Desa Membangun dan Jumlah Desa


Mandiri Kabupaten Ketapang Tahun 2019-2022
Sumber: Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi, 2023

Jumlah desa mandiri di Kabupaten Ketapang terus


mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dalam 4 tahun
terakhir. Perkembangan ini sejalan dengan meningkatnya Indeks
Desa Membangun (IDM) Kabupaten Ketapang pada periode yang
sama. Perkembangan ini menunjukkan meningkatnya tingkat
keberdayaan masyarakat desa di Kabupaten Ketapang. Namun
demikian, dari grafik diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2022
masih terdapat lebih dari 37 persen desa di Kabupaten Ketapang

302
yang belum mandiri. Persoalan tersebut terutama disebabkan oleh
keberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat desa yang belum
optimal. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan salah satu
indikator keberdayaan ekonomi desa. Menurut data terbaru dari
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa
Kabupaten Ketapang dari 161 BUMDes yang ada di Kabupaten
Ketapang, 141 di antaranya berstatus aktif dan 37 BUMDes sudah
memiliki sertifikat badan hukum yang dikeluarkan dari
Kementerian Hukum dan HAM RI (Kemenkumham). Rendahnya
kemampuan dan daya inovasi sumber daya manusia desa menjadi
kontributor utama dalam masalah ini.

8. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana


Pengendalian penduduk adalah usaha untuk
mempengaruhi pola perkembangbiakan penduduk ke arah angka
pertumbuhan penduduk yang diinginkan melalui suatu kebijakan
kependudukan. Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk
merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat
pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu.
Kegunaan dari laju pertumbuhan penduduk adalah untuk
mengetahui perubahan jumlah penduduk antar periode waktu. Laju
pertumbuhan penduduk Kabupaten Ketapang mencapai 2,11
persen pada tahun 2022 (BPS Kabupaten Ketapang, 2023). Capaian
tersebut dinilai sudah ideal dan harus dipertahankan melalui upaya
pengendalian penduduk.
Pengendalian penduduk dapat dilakukan melalui program
Keluarga Berencana (KB). Program KB merupakan program
nasional untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat
keberhasilan urusan pengendalian penduduk dan keluarga
berencana di antaranya: cakupan peserta KB aktif, target dan
realisasi akseptor baru beserta alat kontrasepsi yang digunakan

303
penduduk, serta jumlah Klinik Keluarga Berencana (KKB), Pos
Pelayanan Keluarga Berencana Kelurahan (PPKBD), dan kelompok
KB/KS.
Menurut BKKBN (2020), seluruh kecamatan (20 kecamatan)
di Kabupaten Ketapang saat ini merupakan Kampung Keluarga
Berencana (KB). Program yang dicetuskan oleh Presiden Joko
Widodo pada tahun 2016 ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung melalui program
Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) serta
pembangunan sektor terkait lainnya dalam rangka mewujudkan
keluarga kecil berkualitas. Selain itu, program Kampung KB juga
bertujuan untuk meningkatkan peran serta pemerintah, lembaga
non pemerintah, dan swasta dalam memfasilitasi, mendampingi,
dan membina masyarakat untuk menyelenggarakan program
KKBPK dan pembangunan sektor terkait, dan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pembangunan berwawasan
kependudukan.
Salah satu indikator keberhasilan program Keluarga
Berencana (KB) di suatu daerah dapat dilihat melalui jumlah
penggunaan alat kontrasepsi oleh pasangan usia subur (PUS). PUS
di Indonesia pada umumnya memilih kontrasepsi hormonal seperti
suntik, pil, dan implan. Sementara itu, kebijakan program KB
Pemerintah lebih mengarahkan PUS untuk menggunakan
kontrasepsi non-hormonal seperti intra uterine device (IUD), Metode
Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP). Peserta KB aktif
adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi untuk
menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara
jumlah peserta KB aktif dengan Pasangan Usia Subur (PUS) di
suatu wilayah pada waktu tertentu. Sementara itu, cakupan peserta
KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi diantara

304
PUS. Oleh karena itu, penting kiranya melihat capaian salah satu
indikator keberhasilan program KB yaitu penggunaan alat KB aktif.
Berikut merupakan grafik jumlah pengguna alat kontrasepsi aktif
di Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022.

76,00
74,00 73,87
73,12 73,30
72,00 72,33

70,00
68,00
66,00 65,69
64,00
62,00
60,00
2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah pengguna alat kontrasepsi aktif

Grafik 2.58. Jumlah Pengguna Alat Kontrasepsi Aktif di


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Berdasarkan grafik diatas bahwa jumlah pengguna alat


kontrasepsi/alat KB aktif di Kabupaten Ketapang mengalami tren
penurunan pada tahun 2018-2022. Terutama pada tahun 2022
jumlah pengguna alat kontraseksi/alat KB aktif mengalami
penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 8,18 persen
dibandingkan tahun 2021. Menurunnya jumlah penggunan alat
kontrasepsi aktif di Kabupaten Ketapang mengindikasikan belum
optimalnya akses masyarakat terhadap pelayanan Keluarga
Berencana (KB). Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya
pemerataan layanan untuk mendukung program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga
Kencana) dan belum optimalnya fungsi Kampung KB. Sementara
itu, target dan realisasi peserta KB Aktif di setiap kecamatan per
tahun 2022 disajikan dalam tabel berikut

305
Tabel 2.34.
Target dan Realisasi Peserta KB Aktif Menurut Kecamatan di
Kabupaten Ketapang Tahun 2022
Realisasi
Kecamatan Target Kondo MO MO Impla Jumla Perse
IUD Pil Suntik
m W P n h n

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Kendawanga 4.870 16 545 4 2.284 14 1 190 3.054 62,71
n
Manis Mata 1.469 0 82 3 766 6 0 70 927 63,10

Marau 1.679 1 37 0 1.051 1 0 39 1.129 67,24

Singkup 1.626 14 325 17 554 20 0 111 1.041 64,02

Air Upas 3.115 10 291 8 1.551 23 4 70 1.957 62,83

Jelai Hulu 2.932 0 147 2 1.676 12 0 73 1.910 65,14

Tumbang Titi 3.327 4 254 3 1.583 14 0 144 2.002 60,17

Pemahan 1.106 1 261 0 464 3 0 24 753 68,08


Sungai 2.114 9 235 11 926 20 0 148 1.349 63,81
Melayu
Rayak
Matan Hilir 4.146 16 305 5 2.269 35 2 170 2.802 67,58
Selatan
Benua 5.392 27 320 21 3.225 106 1 76 3.776 70,03
Kayong
Matan Hilir 3.219 5 270 15 1.506 16 7 38 1.857 57,69
Utara
Delta Pawan 9.394 136 1207 86 4.512 183 14 236 6.374 67,85

Muara Pawan 3.474 8 399 13 1.828 53 0 55 2.356 67,82

Nanga Tayap 6.380 7 884 3 3.437 31 2 112 4.476 70,16

Sandai 2.578 3 260 4 1.285 39 13 171 1.775 68,85

Hulu Sungai 474 0 36 3 182 7 1 8 237 50,00

Sungai Laur 1.299 0 63 3 723 11 0 12 812 62,51


Simpang 5.149 2 548 9 2.841 14 3 67 3.484 67,66
Hulu
Simpang Dua 1.465 1 191 3 533 11 0 23 762 52,01
65.208 26 6.66 213 33.19 619 48 1.837 42.833 65,69
Ketapang
0 0 6

Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Secara umum, partisipasi peserta KB aktif di beberapa


kecamatan di Kabupaten Ketapang masih tergolong rendah.
Adapun cakupan peserta KB aktif di setiap kecamatan pada
Kabupaten Ketapang berada direntang 50.00 persen hingga 70.16
persen. Kecamatan dengan cakupan peserta KB aktif tertinggi
terdapat di Kecamatan Nanga Tayap dan cakupan terendah berada
di Kecamatan Hulu Sungai. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa
masih banyaknya kecamatan yang belum memenuhi target. Data
ini mengindikasikan akses masyarakat terhadap pelayanan
Keluarga Berencana (KB). Masih kurangnya capaian target Peserta

306
KB disebabkan oleh belum optimalnya fungsi Kampung KB dan
belum optimalnya partisipasi Kelompok Ketahanan Keluarga.
Sebagian besar penduduk Kabupaten Ketapang
menggunakan alat kontrasepsi suntikan yang mencapai 33.196
atau setara 77.50 persen. Selain itu, penduduk Kabupaten
Ketapang juga menggunakan alat kontrasepsi pil yang mencapai
6.660 atau setara 15.55 persen. Alat kontrasepsi yang paling sedikit
digunakan yaitu, MOP yang hanya sebesar 48 jiwa atau 0.112
persen dari keseluruhan penggunaan alat kontrasepsi di Kabupaten
Ketapang. Masih banyaknya kecamatan yang belum mencapai
target dalam cakupan peserta KB tersebut dikarenakan belum
didukung oleh sarana dan prasarana KB yang telah memadai,
seperti klinik KB, Peran Pembantu Pembina Keluarga Berencana
Desa (PPKBD), dan Kelompok KB/KS. Adapun sebaran sarana dan
prasarana tersebut digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.35.
Banyaknya Sarana Pelayanan KB Nasional menurut kecamatan
di Kabupaten Ketapang Tahun 2021-2022
Peran
Pembantu
Pembina
Klinik KB Kelompok KB/KS
Kecamatan Keluarga
Berencana
Desa (PPKBD)
2021 2022 2021 2022 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kendawangan 3 2 19 19 2 -
Manis Mata 3 3 21 9 8 -
Marau 1 1 10 1 - -
Singkup 1 1 8 8 42 -
Air Upas 1 1 9 9 - -
Jelai Hulu 1 1 22 8 7 -
Tumbang Titi 1 1 25 25 25 -
Pemahan 1 1 7 7 7 -
Sungai Melayu
Rayak
1 1 11 12 11 -
Matan Hilir
Selatan
2 2 11 11 11 -
Benua Kayong 2 2 11 11 5 -

307
Peran
Pembantu
Pembina
Klinik KB Kelompok KB/KS
Kecamatan Keluarga
Berencana
Desa (PPKBD)
2021 2022 2021 2022 2021 2022
Matan Hilir Utara 2 2 5 5 - -
Delta Pawan 6 6 9 9 - -
Muara Pawan 2 2 8 8 4 -
Nanga Tayap 2 2 20 20 - -
Sandai 2 2 13 15 2 -
Hulu Sungai 1 1 12 2 2 -
Sungai Laur 1 1 19 19 - -
Simpang Hulu 1 1 15 15 2 -
Simpang Dua 1 1 6 5 2 -
Ketapang 35 34 261 218 130 -
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Sarana pelayanan KB nasional yang terdapat di Kabupaten


Ketapang tahun 2021-2022 terdiri dari klinik Keluarga Berencana
(KB), Peran Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD),
dan Kelompok Keluarga Berencana/Keluarga Sejahtera (KB/KS).
Ketiga jenis sarana tersebut relatif mampu mendukung peserta KB
aktif. Meskipun demikian, sebaran kader PPKBD dan Kelompok
KB/KS belum merata di tiap kecamatan.
Klinik KB tersedia di seluruh kecamatan dengan jumlah
relatif merata pada tiap kecamatan di Kabupaten Ketapang tahun
2021-2022. Kecamatan Delta Pawan, sebagai kecamatan dengan
jumlah penduduk terbanyak, memiliki jumlah klinik KB paling
banyak sejumlah 6 unit. Sementara itu, kader PPKBD juga tersedia
di seluruh kecamatan, meskipun perbedaan jumlah kader PPKBD
cukup timpang di beberapa kecamatan. Terdapat 4 kecamatan yang
memiliki PPKBD paling banyak yaitu: 1) Tumbang Titi (25 kader),
Kecamatan Nanga Tayap (20 kader), Kecamatan Sungai Laur (19
kader), dan Kendawangan (19 kader). Sementara itu, terdapat 11
kecamatan yang memiliki PPKBD kurang dari 10 kader.

308
Sama halnya dengan sebaran kader PPKBD, sebaran jumlah
kelompok KB/KS juga tidak merata di tiap kecamatan di Kabupaten
Ketapang tahun 2021. Kelompok KB/KS paling banyak terdapat di
Kecamatan Singkup (42 unit) dan di Kecamatan Tumbang Titi (25
unit). Namun demikian, terdapat beberapa kecamatan yang belum
pernah memiliki kelompok KB/KS pada tahun 2021, yaitu: 1) Matan
Hilir Utara, 2) Marau, 3) Nanga Tayap, 4) Sungai Laur dan 5) Delta
Pawan. Kecamatan Air Upas semula memiliki 136 kelompok KB/KS
tahun 2020, namun pada tahun 2021 kecamatan ini sama sekali
tidak memiliki kelompok KB/KS. Kondisi sarana KB nasional di
Kabupaten Ketapang tahun 2019-2020 mengindikasikan belum
optimalnya akses masyarakat terhadap pelayanan Keluarga
Berencana (KB). Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya
pemerataan layanan untuk mendukung program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga
Kencana) dan belum optimalnya fungsi Kampung Keluarga
Berencana.

9. Perhubungan
Urusan perhubungan di Kabupaten Ketapang dapat
dianalisis melalui beberapa indikator. Kinerja peneyelanggaraan
urusan perhubungan dapat dianalisis melalui kondisi akses atau
ketersediaan fasilitas perhubungan dengan melihat arus
penumpang, arus bagasi dan barang, perkembangan rambu-rambu
jalan, serta persentase uji KIR. Berikut ini merupakan
perkembangan arus penumpang dan barang di Kabupaten
Ketapang.

Tabel 2.36.
Arus Penumpang dan Barang di Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
Arus 2018 2019 2020 2021 2022
Penum Datan Beran Data Beran Data Beran Data Beran Data Beran
pang g gkat ng gkat ng gkat ng gkat ng gkat

309
dan
Barang
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

Lalu
Lintas 2,73 1,40 1,13 1,24
4,106 4,110 2,747 1,405 1,135 1,241
Pesawa 8 5 4 1
t
Arus
Penum
215,4 218,3 152, 154,4 69,1 68,60 54,9 57,48 71.8 73.77
pang
54 28 029 51 94 2 12 8 90 8
Pesawa
t
Bongk Mua Bongk Mua Mua Bongk Mua Bongk
Arus Muat Bongk
ar t ar t t ar t ar
Kargo 138.0 ar
112.3 47.2 18.73 9.19 29.1 42.96 113. 66.84
Udara 16 2.999
45 09 5 8 41 1 084 0
Bongk Mua Bongk Mua Bongk Mua Bongk Mua Bongk
Arus Muat
ar t ar t ar t ar t ar
Bagasi 1,137,
2,110, 538, 646,7 194, 245,0 195, 201,2 270. 291,2
Barang 507
147 007 55 587 42 832 74 132 821
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Arus penumpang dan barang di Kabupaten Ketapang


mengalami penurunan dari tahun ke tahun dalam 5 tahun terakhir.
Rata-rata arus penumpang pesawat yang datang dan berangkat
cenderung mengalami penurunan dari tahun 2018-2021, namun
pada tahun 2022 kembali merangkak naik. Begitu pula dengan lalu
lintas pesawat menurun dari tahun 2018-2021 dan kembali
meningkat di tahun 2022. Arus bagasi barang dan arus kargo udara
juga menunjukkan tren yang menurun dari tahun 2018-2022.
Penurunan arus penumpang dan barang pada tahun 2019 hingga
2021 disebabkan oleh pembatasan mobilitas masyarakat akibat
pandemi Covid-19. Namun pada tahun 2022 setelah Presiden RI
mengeluarkan kebijakan penghapusan PSBB arus penumpang dan
barang kembali naik.
Transportasi laut di Kabupaten Ketapang mempunyai
pengaruh cukup besar terhadap pembangunan sosial ekonomi
masyarakat. Transportasi laut menjadi jalur utama yang digunakan
untuk menuju atau dari wilayah lain. Tingginya aktivitas suatu
pelabuhan dapat dilihat dari jumlah kunjungan kapal per hari,
kunjungan tersebut mencangkup kapal-kapal yang dari dalam
maupun luar negeri.

310
Secara umum, jumlah kunjungan kapal tahun 2022 yang
masuk ke Kawasan Pelabuhan Kendawangan mencapai total 86
unit kapal dari luar negeri dan 4.299 unit dari dalam negeri. Jumlah
kunjungan tersebut lebih tinggi dibandingkan di Kawasan
Pelabuhan Ketapang yakni 4 unit dari luar negeri dan 994 unit dari
dalam negeri. Kunjungan Kapal dalam negeri di Pelabuhan Laut
Kabupaten Ketapang tahun 2022 cenderung mengalami turun naik
antar bulan. Kunjungan kapal dalam negeri tertinggi terjadi pada
bulan Agustus di Pelabuhan Kendawangan yakni 448 kapal.
Sedangkan kunjungan kapal dalam negeri tertinggi di Pelabuhan
Ketapang terjadi pada bulan Juli yakni 106 kapal. Perbandingan
kunjungan unit kapal dari dalam negeri dibanding luar negeri yakni
95,46% dibanding 4,54%.

Tabel 2.37.
Arus Kunjungan Kapal Dari Dalam dan Luar Negeri Tahun 2022
Kawasan Ketapang Kawasan Kendawangan
Dalam
Luar Negeri Luar Negeri Dalam Negeri
Bulan Negeri
Uni Uni Uni
GRT GRT GRT Unit GRT
t t t
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Januari 3 95.991 87 57.829 6 283.178 253 295.453
Februar
2. 1 32.929 89 73.666 10 349.218 289 319.308
i
10
3. Maret - - 83.974 7 297.332 398 871.088
1
4. April - - 92 76.343 6 221.209 280 400.434
5. Mei - - 98 94.546 8 369.660 401 497.142
6. Juni - - 86 64.369 10 645.435 374 411.059
10
7. Juli - - 81.606 10 519.423 423 471.188
6
8. Agustus - - 83 68.079 5 327.315 448 816.255
Septem 10 153.77
9. - - 7 190.715 372 633.789
ber 0 2
10
Oktober - - 34 92.395 6 139.200 378 420.267
.
11 Novemb
- - 35 87.551 6 249.580 332 496.220
. er
12 Desemb
- - 83 58.129 5 246.764 351 381.445
. er

311
128.9 99 992.2 3.839.0 4.29 6.013.6
Jumlah 86
4 20 4 59 29 9 48
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Tingginya arus kunjungan kapal khususnya dari dalam


negeri menunjukkan bahwa jasa angkutan laut menjadi penting
sebagai salah satu sarana transportasi yang digunakan untuk
mendukung mobilitas penduduk yang semakin tinggi. Tingginya
penggunaan akan jasa angkutan khususnya angkutan laut terlihat
dari banyaknya penumpang yang naik dan turun di suatu
pelabuhan.
Data Lalu Lintas Penumpang di Pelabuhan Ketapang
menujukkan bahwa jumlah penumpang kapal yang datang di
pelabuhan laut Kabupaten Ketapang tahun 2022 mengalami angka
yang turun naik. Penumpang yang datang tahun 2022 berjumlah
15.899 orang, sedangkan yang pergi mencapai 15.636 orang. Pada
bulan Mei penumpang yang datang sebanyak 2.542 orang dimana
jumlah tersebut adalah jumlah terbanyak penumpang yang datang
selama tahun 2022. Sedangkan untuk jumlah penumpang paling
sedikit yaitu pada bulan Agustus yang hanya 95 orang saja. Selisih
antara jumlah penumpang datang dan berangkat di tahun 2022
cenderung positif. Artinya, selama tahun 2022 jumlah penumpang
yang datang di pelabuhan laut Kabupaten Ketapang lebih banyak
dibanding penumpang kapal yang pergi dari pelabuhan laut
Kabupaten Ketapang, kecuali pada bulan Maret, April, Agustus,
November dan Desember dimana jumlah penumpang yang pergi
lebih banyak dibanding jumlah penumpang yang datang. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat migrasi masuk ke Kabupaten
Ketapang cukup tinggi.

Tabel 2.38.
Lalu Lintas Penumpang di Pelabuhan Ketapang Tahun 2022
Bulan Datang Pergi

312
(1) (2) (3)
1. Januari 894 627
2. Februari 606 470
3. Maret 519 1.166
4. April 796 2.408
5. Mei 2.542 1.456
6. Juni 1.739 1.693
7. Juli 2.356 1.239
8. Agustus 95 121
9. September 1.063 841
10. Oktober 1.849 1.797
11. November 1.991 2.321
12. Desember 1.449 1.497
Jumlah 15.899 15.636
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Banyaknya alat angkutan pedalaman/transport air pada


tahun 2022 adalah sebanyak 39 buah. Bila dilihat dari tahun
sebelumnya, jumlah alat angkutan pedalaman/transport air
tersebut mengalami penurunan. Dari jumlah tersebut dibagi
menjadi 12 jenis angkutan yaitu: Bandung bermotor, Bandung
gandeng, motor boat Tongkang gandeng, Talk boat, Long boat, speed
boat, sampan bermotor, haus boat, tongkang palma, Ferry boat, dan
Truck Air. Jenis angkutan air yang terdapat di Kabupaten Ketapang
adalah Tongkang Gandeng sebanyak 20 buah, kemudian long boat
sebanyak 19 buah.

Tabel 2.39.
Jumlah Sarana Angkutan Sungai/Kapal Pedalaman
Menurut Jenisnya Tahun 2022
Jumlah
Jenis Kapal
Kendaraan
(1) (2)
1. Bandung Bermotor -
2. Bandung Gandengan -
3. Motor Boat -
4. Tongkang Gandeng 20
5. Talk Boat -
6. Long Boat 19
7. Speed Boat -

313
8. Sampan Bermotor -
9. Haus Boat -
10. Tongkang Palma -
11. Ferry Boat -
12. Truck Air -
2022 39
2021 -
Jumlah 2020 69
2019 96
2018 66
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Ketersediaan dan kualitas perhubungan menentukan


kenyamanan dan utilitas sarana perhubungan. Bebeberapa
indikator yang dapat dianalisis untuk menunjukkan kualitas
perhubungan adalah persentase terminal dalam kondisi baik dan
proporsi perlengakapan jalan yang terpasang. Berikut ini
merupakan pekembangan kualitas fasilitas perhubungan di
Kabupaten Ketapang.

35% 30%
30%
25% 22%

20%
15% 20% 12% 12%
10%
10% 15% 15% 15%

5% 10%

0%
2018 2019 2020 2021 2022

Persentase Terminal C Kondisi Baik


Persentase Perlengkapan Jalan Terpasang

Grafik 2.59. Perkembangan Fasilitas Perhubungan


di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Ketapang, 2023

Berdasarkan grafik diatas Persentase perlengkapan jalan


dan persentase terminal C dalam kondisi baik yang terpasang

314
selama periode 2018-2022 cenderung mengalami penurunan,
namun pada tahun 2021 sudah mulai mengalami peningkatan
tetapi tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun 2018 dan 2019.
Kondisi tersebut disebabkan oleh masih belum optimalnya
bangunan fasilitas perhubungan. Di samping itu, cakupan
pelayanan uji KIR angkutan umum juga belum optimal. Persoalan
tersebut disebabkan oleh belum optimalnya ketersediaan dan
kualitas alat pengujian kelayakan kendaraan. Kapasitas pelayanan
uji KIR kabupaten Ketapang masih terbatas pada pelayanan
pemberian rekomendasi uji KIR.

10. Komunikasi dan Informatika


Urusan komunikasi dan informatika merupakan salah satu
urusan yang sangat penting bagi pembangunan daerah. Urusan ini
berkaitan dengan akses masyarakat terhadap infomasi publik.
Gambaran kondisi komunikasi dan informatika dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 2.40.
Pelaksanaan Urusan Komunikasi dan Informatika Kabupaten
Ketapang
Tahun
No. Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
1 Indeks SPBE 1,73 1,73 1,73 1,20 1,91
Jumlah desa yang
2 belum mengakses 154 154 184 85 75
internet
Persentase penyebaran
3 data dan informasi 80% 80% 80% 80% 100%
pembangunan daerah
Jumlah dan jenis
4 Infrastruktur TIK yang 10 51 10 12 26
telah dibangun
Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Ketapang,
2023

Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau


indeks SPBE Kabupaten Ketapang mengalami kenaikan pada tahun

315
2022 dengan nilai 1,91 jika dibandingkan dengan capaian Tahun
2021, namun capain tersebut lebih rendah dari target yang
ditetapkan dalam RPJMD pada tahun 2022 sebesar 2,25. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem pemerintahan berbasis
elektornik belum berjalan secara optimal. Persoalan ini disebabkan
oleh masih rendahnya dokumen pendukung SPBE dan belum
optimalnya tata kelola TIK, serta terbatasnya infrastruktur TIK.
Persentase penyebaran informasi data dan informasi
pembangunan daerah di Kabupaten Ketapang mengalami
perkembangan stagnan selama tahun 2018 sampai dengan 2021,
sedangkan tahun 2022 persentase penyebaran data dan informasi
pembangunan daerah meningkat menjadi 100 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa keterbukaan informasi publik cukup berjalan
baik. Jumlah desa yang belum mengakses internet dari tahun 2018-
2022 cenderung mengalami penurunan. Hal ini bisa dilihat pada
tabel diatas dimana pada Tahun 2021 terdapat 85 Desa yang belum
mengkases jaringan internet menjadi 75 Desa pada tahun 2022.
Penurunan tersebut menandakan bahwa jumlah desa yang mampu
mengakses jaringan internet di Kabupaten sudah mengalami
peningkatan yang signifikan. Akan tetapi, peningkatan jumlah desa
tersebut masih belum optimal karena jumlah total desa/kelurahan
di Kabupaten Ketapang sebanyak Desa. Dengan kata lain, jumlah
desa yang belum mengakses internet masih sebesar 28,62 persen.
Selain itu, penyebab lain juga berkaitan dengan ketersediaan
infrastruktur TIK yang belum memadai. Jumlah dan jenis
infrastruktur TIK yang telah dibangun mengalami peningkatan
setiap tahun. Peningkatan jumlah tersebut masih dikatakan belum
efektif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mengakses
internet. Selain itu, indikator penyebab lainnya yaitu belum
optimalnya penataan kelembagaan, belum optimalnya peningkatan
PPID di tingkat OPD, dan belum optimalnya pengembangan KIM.

316
Tabel 2.41.
Jumlah Kantor Pos Menurut Kecamatan di Kabupaten
Ketapang Tahun 2022
No. Kecamatan Jumlah

1 Kendawangan 1
2 Manis Mata 1
3 Marau 1
4 Singkup 0
5 Air Upas 1
6 Jelai Hulu 1
7 Tumbang Titi 1
8 Pemahan 1
9 Sungai Melayu Rayak 1
10 Matan Hilir Selatan 2
11 Benua Kayong 1
12 Matan Hilir Utara 1
13 Delta Pawan 2
14 Muara Pawan 0
15 Nanga Tayap 2
16 Sandai 1
17 Hulu Sungai 1
18 Sungai Laur 1
19 Simpang Hulu 1
20 Simpang Dua 0
Total 20
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Pelayanan pos di Kabupaten Ketapang hampir merata di


semua kecamatan pada tahun 2022. Dari 20 kecamatan di
Kabupaten Ketapang, hanya sebanyak 3 kecamatan yang tidak
memiliki layanan pos, baik kantor pos, kantor pos pembantu,
maupun pos desa. Ketiga kecamatan tersebut, yaitu Kecamatan
Singkup, Muara Pawan, dan Simpang Dua. Selain itu, akses
masyarakat kecamatan terhadap teknologi dan informatika seperti
jaringan internet masih terbatas juga. Hal ini dapat dilihat dari 20
kecamatan di Kabupaten Ketapang, hanya 7 kecamatan yang akses
internetnya sudah cukup baik. Sementara itu, akses jaringan
internet di wilayah perkotaan sudah mencapai 90 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa akses masyarakat terhadap komunikasi dan
informatika masih belum optimal. Penyebab dari persoalan ini

317
adalah belum optimalnya pengembangan infrastruktur teknologi
dan informatika, baik berupa perangkat lunak maupun perangkat
keras dan belum optimalnya pengembangan PPID.

11. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


Salah satu roda penggerak perekonomian yang saat ini
didorong untuk dikembangkan dengan pesat di Indonesia adalah
koperasi dan usaha kecil menengah (UKM). Kedua usaha ini
diharapkan dapat menjadi fondasi perekonomian yang mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Kabupaten
Ketapang memiliki sejumlah koperasi yang diharapkan dapat
membantu menggerakkan perekonomian masyarakat.

2022 11,00
37,59

2021 11,91
36,45

2020 10,00
41,00

2019 3,00
28,00

2018 9,00
41,00

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00

Persentase Koperasi yang Sehat Persentase Koperasi yang Aktif

Grafik 2.60. Persentase Koperasi Aktif dan Koperasi Sehat


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: DKUKMPP Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase koperasi aktif dan sehat terkecil selama periode


2018-2022 terdapat pada tahun 2019. Pada tahun 2022 koperasi
yang sehat dan aktif yang tercatat hanya mencapai 11 persen dan
37,59 persen, selebihnya termasuk dalam kategori koperasi yang
tidak sehat dan tidak aktif. Kondisi koperasi di tahun 2022
menggambarkan masih banyaknya koperasi yang menghadapi

318
permasalahan di Kabupaten Ketapang. Kondisi tersebut disebabkan
oleh persoalan rendahnya kapasitas SDM pengurus koperasi dalam
pengelolaan koperasi, terbatasnya permodalan dan terbatasnya
jenis usaha yang dikelola.

12,00 11,00 11,00


10,00 10,00 10,00
10,00 9,00
8,008,00 8,00
8,00 7,50

6,00

4,00

2,00

0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Persentase Peningkatan Omzet UKM


Persentase Peningkatan Kelas Usaha Kecil ke Menengah

Grafik 2.61. Persentase Peningkatan Omzet UKM dan


Peningkatan Kelas Usaha Kecil ke Menengah di Kabupaten
Ketapang
Sumber: DKUKMPP Kabupaten Ketapang, 2023

Usaha kecil dan menengah di Kabupaten Ketapang juga


menunjukkan kondisi yang kurang optimal. UKM yang diharapkan
mampu mendorong pembangunan daerah, menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan pemerataan pendapatan, mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan mengentaskan kemiskinan saat ini
belum mampu berperan secara optimal. Rata-rata persentase
peningkatan omzet UKM mengalami tren yang meningkat selama
periode 2018-2022. Persentase peningkatan kelas usaha kecil ke
menengah juga mengalami tren yang meningkat.
Kondisi kenaikan kelas yang diukur melalui omzet dan
kekayaan bersih menunjukkan kondisi usaha kecil dan menengah
di Kabupaten Ketapang belum memiliki fondasi yang kuat.
Kurangnya pembinaan terhadap para pelaku UKM, terbatasnya

319
permodalan, terbatasnya sarana dan prasarana pendukung usaha,
belum optimalnya standarisasi produk-produk UKM dan metode
pemasaran secara daring, serta terbatasnya daya saing produk
menjadi penyebab belum optimalnya kinerja usaha kecil dan
menengah.

12. Penanaman Modal


Penanaman modal merupakan variabel yang penting dalam
analisis ekonomi dan pertumbuhan ekonomi suatu negara atau
wilayah. Variabel ini mengacu pada jumlah investasi yang
dilakukan oleh individu, perusahaan, atau pemerintah dalam
rangka memperluas atau meningkatkan kapasitas produksi,
infrastruktur, teknologi, dan sektor ekonomi lainnya. Penanaman
modal dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu wilayah. Adapun
indikator yang sering digunakan untuk menilai kinerja penanaman
modal pada umumnya seperti realisasi penanaman modal dalam
negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA). Berikut adalah
uraian beberapa data terkait urusan penanaman modal Kabupaten
Ketapang tahun 2018-2022.
Data mengenai penanaman modal dibagi menjadi dua, yaitu:
penanaman modal asing (PMA) dan penanaman dalam negeri
(PMDN). Kedua data tersebut sangat berkontribusi untuk
menentukan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Berikut adalah
data tentang realisasi PMA dan PMDN Kabupaten Ketapang tahun
2018 hingga 2022.

320
8.000.000,00

7.000.000,00

6.000.000,00

5.000.000,00

4.000.000,00

3.000.000,00

2.000.000,00

1.000.000,00

-
2019 2020 2021 2022
Realisasi PMDN 771.942,90 833.103,90 1.481.467,30 2.155.880,00
Realisasi PMA 4.552.810,50 4.344.945,12 4.688.845,48 7.001.585,99

Grafik 2.62. Realisasi PMDN dan PMA (juta rupiah) Tahun


2019-2022
Sumber: Dinas PMPTSP Kabupaten Ketapang, 2023

Berdasarkan grafik diatas bahwa realisasi PMDN


menunjukkan tren yang meningkat dari tahun 2019 hingga 2022,
terutama pada tahun 2022 terjadi lonjakan yang sangat signifikan.
Begitu pula dengan realisasi PMA juga mengalami tren peningkatan
dari tahun 2019 hingga 2022. Untuk realisasi PMA sempat terjadi
penurunan di tahun 2020. Kondisi ini terjadi akibat beberapa faktor
indikatif, seperti pendataan potensi investasi yang belum optimal,
promosi secara langsung yang belum optimal dan belum optimalnya
kondusifitas iklim investasi.
Untuk meningkatkan realisasi Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Kabupaten
Ketapang, perlunya dilakukan identifikasi terhadap potensi sektor-
sektor yang memiliki keunggulan komparatif atau keunggulan
kompetitif yang ada di Kabupaten Ketapang; membentuk kemitraan
strategis dengan sektor swasta untuk mendorong investasi;
kampanye promosi yang agresif untuk memperkenalkan potensi
investasi Kabupaten Ketapang kepada calon investor; serta

321
perlunya pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap upaya
peningkatan realisasi investasi. Identifikasi hambatan dan
tantangan yang dihadapi serta lakukan perbaikan.

13. Kepemudaan dan Olahraga


Kepemudaan dan olahraga merupakan salah satu urusan
wajib non pelayanan dasar yang penting untuk mendukung
kemajuan suatu daerah. Masyarakat Kabupaten Ketapang memiliki
minat dan bakat pada bidang kepemudaan dan olahraga.
Gambaran mengenai perkembangan sarana dan prasarana
olahraga dan kelompok pemuda di Kabupaten Ketapang tahun
2018-2022 dapat diketahui melalui tabel berikut.

Tabel 2.42.
Perkembangan Sarana dan Prasarana Olahraga dan Kelompok
Pemuda di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
No. Aspek 2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah lapangan
1 429 446 255 255 260
olahraga
2 Jumlah tim olahraga 507 512 532 532 532
3 Jumlah atlet 5.834 6.043 6.240 1.840 1.840
Jumlah cabang olahraga
yang pernah diikuti
4 32 41 41 32 43
dalam kompetisi
olahraga
Persentase kelompok
5 70% 75% 77% 78% 80%
olahraga terbina
Jumlah kelompok
6 95 120 170 200 205
pemuda
Persentase kelompok
7 pemuda aktif dalam 50% 55% 58% 63% 65%
pembangunan daerah

Sumber: Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ketapang, 2023

322
Kondisi sarana prasarana olahraga dan kelompok pemuda
di Kabupaten Ketapang mengalami tren penurunan pada tahun
2018-2022. Jumlah lapangan olahraga bertambah yang semula
berjumlah 429 pada tahun 2018 namun berkurang cukup besar
menjadi 260 pada tahun 2022. Sedangkan terjadi peningkatan
untuk jumlah tim olahraga di Kabupaten Ketapang selama tahun
2018-2022. Pertambahan jumlah tim olahraga di Kabupaten
Ketapang tahun 2018 hingga 2022 sebanyak 25 tim. Pertambahan
jumlah tim olahraga tersebut tidak didukung dengan jumlah
lapangan olahraga sehingga dapat menyebabkan jadwal latihan
terbatas dan terbatasnya waktu untuk berlatih, hal ini dapat
memengaruhi kualitas dan konsistensi latihan, yang pada akhirnya
dapat memengaruhi performa tim.
Bertolak belakang dengan jumlah tim olahraga, jumlah atlet
di Kabupaten Ketapang justru mengalami penurunan yang sangat
signifikan selama tahun 2018-2022. Jumlah atlet tercatat sebanyak
5.834 pada tahun 2018 turun menjadi 1.840 pada tahun 2022,
penurunan tersebut sebesar 3.994 atau sebesar 68,46 persen. Hal
tersebut disebabkan oleh kurangnya akses ke fasilitas olahraga,
ketika tidak ada lapangan olahraga yang memadai atau terjangkau,
atlet mungkin mengalami kesulitan untuk berlatih dan
mengembangkan keterampilan mereka.
Sementara itu, jumlah cabang olahraga yang pernah diikuti
oleh Kabupaten Ketapang terus mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 43 cabang olahraga pada tahun 2022. Sedangkan
persentase kelompok olahraga terbina di Kabupaten Ketapang
tahun 2018-2022 mengalami peningkatan.
Meskipun jumlah anggota kelompok olahraga dan
pembinanaa terus meningkat, namun jika tidak adanya perhatian
yang cukup diberikan kepada pelatihan dan pengembangan
kualitas kepada para anggota, serta kurangnya fasilitas dan sumber

323
daya yang dibutuhkan tentunya dapat membatasi kemajuan atlet
dan menyebabkan penurunan performa atlet. Untuk itu diperlukan
manajemen dan pengorganisasian yang efektif, struktur organisasi
yang baik, koordinasi yang baik, serta kepemimpinan yang kuat.

14. Statistik
Statistik dalam perencanaan pembangunan merupakan
bagian krusial sebagai sumber utama ketersediaan data-data
pembangunan. Ketersediaan data yang berkualitas dan mudah
diakses berpengaruh dalam perumusan masalah dan penentuan
kebijakan pembangunan daerah. Urusan statistik juga berperan
penting dalam proses evaluasi kinerja pembangunan pemerintah
daerah. Statistik daerah Kabupaten Ketapang telah dituangkan
dalam berbagai laporan data daerah yang meliputi berbagai aspek
seperti geografi, perekonomian, infrastruktur, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.
Basis data berbentuk laporan cetak maupun online di
Kabupaten Ketapang sudah tersedia setiap tahun. Namun
demikian, jika dicermati lebih detail di setiap indikator, masih
terdapat laporan yang indikator tahunnya belum diperbarui.
Beberapa laporan pada tahun tertentu terkadang masih
menggunakan data tahun sebelumnya. Kondisi ini salah satunya
disebabkan oleh ketersediaan data yang kurang memadai. Salah
satu penyebabnya adalah kurang optimalnya metode dan sistem
pengumpulan data di Kabupaten Ketapang.

15. Persandian
Urusan persandian di kabupaten mencakup upaya
pengamanan informasi daerah serta penetapan pola hubungan
persandian antar perangkat daerah. Urusan persandian di
Kabupaten Ketapang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan
Informasi. Secara umum, layanan persandian sudah dapat

324
mencukupi semua kebutuhan. Namun, terdapat beberapa
persoalan dalam penyelenggaraan urusan persandian. Persoalan
tersebut terkait dengan kapasitas sumber daya manusia dibidang
persandian yang belum memadai.

16. Kebudayaan
Lingkup urusan kebudayaan di Kabupaten Ketapang
mencakup pengelolaan kebudayaan daerah, pelestarian tradisi
masyarakat, pembinaan lembaga adat, pembinaan kesenian
masyarakat, penetapan dan pelestarian cagar budaya, dan lain lain.
Kinerja penyelenggaraan urusan kebudayaan dapat dilihat dari
beberapa indikator yang terkait dengan lingkup urusan tersebut.
Berikut ini merupakan perkembangan beberapa indikator kunci
urusan kebudayaan di Kabupaten Ketapang.

40 25
35 20 34
28 20
30 30
15 28 28 15
25 24 25 15
20 25
17 10
15 7
10 5 10
9 9 5
5 5 5 5
0 0
2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah budaya daerah yang dikembangkan


Jumlah kelompok kebudayaan yang dibina
Jumlah tari-tarian yang dikembangkan
Jumlah budaya daerah yang belum dikembangkan

Grafik 2.63. Perkembangan Penyelenggaraan Urusan


Kebudayaan di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Ketapang,
2023

Secara umum, indikator kinerja penyelenggaraan urusan


kebudayaan bergerak fluktuatif pada tahun 2018 sampai dengan

325
2022. Jumlah tarian daerah yang dikembangkan meningkat cukup
besar. Begitupun dengan jumlah kelompok kebudayaan yang dibina
yang menunjukkan tren peningkatan sampai dengan tahun 2022.
Adapun jumlah budaya yang belum dikembangkan mengalami
penurunan. Penurunan jumlah budaya daerah yang dikembangkan
di Kabupaten Ketapang disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain: terjadinya perubahan sosial dan pengaruh globalisasi, migrasi
penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan dapat menyebabkan
perubahan dalam pola budaya dikarenakan ketika orang-orang
meninggalkan daerah asal maka tradisi dan praktik budaya lokal
mungkin terlupakan atau tidak dijaga dengan baik di daerah yang
baru, serta terjadinya perubahan gaya hidup dan nilai-nilai yang
berkembang dalam masyarakat yang telah mempengaruhi budaya
lokal.

17. Perpustakaan
Urusan perpustakaan merupakan salah satu urusan
pemerintahan daerah yang diselenggarakan guna memajukan
literasi masyarakat. Selain itu, perpustakaan merupakan sarana
untuk meningkatkan kecerdasan serta menumbuhkan budaya
gemar membaca dikalangan masyarakat. Perkembangan
penyelenggaraan perpustakaan di Kabupaten Ketapang dapat
dianalisis dengan melihat capaian kinerja perpustakaan pada
beberapa indikator berikut ini.

326
60.000 54.442 54.452 3
53.490 53.490 53.490
50.000
2 2

40.000
2
30.000
1 1 1 1 1
20.000

1
10.000 4.270 4.700
3.064 1.375 149
0 0
2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah Pengunjung Perpustakaan Jumlah Koleksi Buku


Jumlah Pustakawan

Grafik 2.64. Capaian Kinerja Indikator Perpustakaan


di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah
Kabupaten Ketapang, 2023

Jumlah koleksi buku mengalami tren peningkatan, namun


peningkatan yang terjadi dalam kurun waktu lima tahun terakhir
(2018-2022) tidak signifikan, hanya sebanyak 962 buku atau
sebesar 1,8 persen. Sedangkan jumlah pengunjung perpustakaan
mengalami tren peningkatan selama tahun 2018-2022 sebanyak
1.636 pengunjung atau sebesar 53,4 persen. Selain itu terjadi
peningkatan jumlah pustakawan yang semula berjumlah 1 orang
pada tahun 2018 menjadi 2 orang pada tahun 2022. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa meningkatnya minat masyarakat terhadap
membaca dan akses ke informasi di Kabupaten Ketapang. Namun
peningkatan jumlah pengunjung perpustakaan dan jumlah koleksi
buku di perpustakaan Kabupaten Ketapang tidak diimbangi dengan
peningkatan jumlah pustakawan. Masih rendahnya jumlah
pustakawan di Kabupaten Ketapang mengakibatkan kurangnya
pengelolaan koleksi dan kurangnya pelayanan yang optimal.

18. Kearsipan

327
Urusan kearsipan merupakan salah satu urusan wajib non-
pelayanan dasar yang mempunyai peran penting dalam mendukung
penyelenggaran pemerintahan daerah. Pengelolaan arsip yang baik
dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi pengembangan
organisasi maupun pengambilan keputusan bagi pimpinan. Oleh
karena itu, pemerintah daerah harus mampu melakukan
pengelolan arsip secara baik. Berikut ini adalah kinerja urusan
kearsipan di Kabupaten Ketapang pada tahun 2018-2022.

95
90 90 90 90
83
75
70 70
65
55
50 50

30 34

2018 2019 2020 2021 2022

Persentase Dokumen/Arsip Daerah Dalam Kondisi Baik


Persentase Arsip Statis
Persentase Arsip Dinamis

Grafik 2.65. Persentase Arsip Daerah Dalam Kondisi Baik,


Persentase Arsip Statis, dan Persentase Arsip Dinamis
di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah
Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase arsip daerah dalam kondisi baik mengalami


peningkatan selama 2018 hingga 2022. Hal tersebut diikuti dengan
meningkatnya persentase arsip dinamis. Sedangkan persentase
arsip statis justru mengalami tren penurunan pada tahun 2018
hingga 2022. Persoalan ini disebabkan oleh terjadinya pergeseran
ke arsip digital, selain itu beberapa organisasi mungkin telah
melakukan pemilahan dan penghapusan arsip yang dianggap tidak
relevan atau tidak bernilai lagi, serta adanya perkembangan

328
teknologi dan sistem informasi sehingga memungkinkan organisasi
untuk menyederhanakan dan mengotomatisasi proses
penyimpanan dan pemrosesan dokumen.

2.4.3 Urusan Pemerintah Pilihan


Urusan pilihan terkait dengan urusan kelautan dan
perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, perdagangan dan
perindustrian. Berbagai bidang dalam urusan pilihan dapat
digunakan sebagai leading sector pembangunan ekonomi. Deskripsi
berbagai data mengenai urusan pelayanan pilihan di Kabupaten
Ketapang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kelautan dan Perikanan


Sektor keluatan dan perikanan merupakan salah satu sektor
yang sangat penting dalam menunjang perekonomian daerah.
Selain itu, sektor ini juga dapat berkontribusi terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat atau nelayan setempa. Letak Kabupaten
Ketapang yang berada di pantai barat Pulau Kalimantan
memberikan keuntungan tersendiri dalam pengembangan sektor
perikanan dan kelautan. Berikut adalah data mengenai kontribusi
sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Ketapang.

24,40
24,28
24,20
24,00
23,80
23,60
23,48
23,40 23,36
23,29 23,32
23,20
23,00
22,80
22,60
2018 2019 2020 2021 2022

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Grafik 2.66. Kontribusi Sektor Kelautan dan

329
Perikanan Terhadap PDRB Kabupaten Ketapang Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Kontribusi sektor kelautan dan perikanan mengalami tren


penurunan selama periode 2018 hingga tahun 2022. Adapun
penurunan kontribusi sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten
Ketapang selama lima tahun terakhir (2018-2022) yaitu sebesar
0,92. Hal tersebut disebabkan oleh terjadinya pergeseran struktur
ekonomi dari sektor kelautan dan perikanan menuju sektor industri
dan jasa yang lebih maju, selain itu tantangan yang dihadapi
kelompok nelayan di Kabupaten Ketapang terutama dalam hal
penggunaan teknologi modern dan inovasi, serta adanya perubahan
kebijakan pemerintah dan prioritas pembangunan.

a. Produksi Perikanan
Produksi perikanan merupakan salah satu indikator yang
berpengaruh terhadap PDRB sektor perikanan. Semakin besar
produksi perikanan, maka nilai PDRB sektor perikanan juga
menjadi semakin besar. Berikut adalah data tentang produksi
perikanan di Kabupaten Ketapang.

Tabel 2.43.
Produksi Perikanan Kabupaten Ketapang (Ton) Tahun 2018-
2022
Jenis
2018 2019 2020 2021 2022
Perikanan
Laut (Ikan dan
14.292,87 18.135,00 21.042,88 20.886,40 24.789,00
udang basah)
Perairan Umum
(Ikan dan udang 11.549,04 1.476,20 1.164,44 1.239,57 950,00
basah)
Budidaya Kolam 22.898,15 22.898,15 18.898.12 21.316,90 16.377,15
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Jumlah produksi perikanan menunjukkan tren penurunan


untuk jenis perikanan umum (ikan dan udang basah) dan budidaya
kolam, namun sebaliknya untuk jenis perikanan laut (ikan dan

330
udang basah) mengalami tren peningkatan selama periode 2018
hingga 2022. Tren peningkatan yang sangat signifikan yaitu terjadi
pada jenis perikanan laut (ikan dan udang basah). Sedangkan
produksi jenis perikanan dari perairan umum mengalami
penurunan yang sangat drastis dari tahun 2018 hingga tahun 2022.
Penurunan produksi perikanan perairan umum ini terjadi karena
beberapa faktor indikatif, seperti kurangnya
pengetahuan/kapasitas SDM nelayan, kurangnya peralatan
perikanan tangkap yang memadai, belum optimalnya pengawasan
kawasan perikanan tangkap (menggunakan racun ikan, setrum),
belum optimalnya sarana prasarana perikanan tangkap.
Tren penurunan produksi perikanan umum (budidaya) sejak
tahun 2018 hingga 2022 juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti kurangnya pengetahuan/kapasitas SDM pelaku
pembudidaya, jangkauan distribusi benih ikan budi daya masih
belum memadai, belum optimalnya pengawasan kawasan
perikanan budidaya (penggunaan keramba yang berlebihan di
kawasan sungai), dan belum optimalnya sarana prasarana
perikanan budidaya. Selain produksi, kualitas produk perikanan
juga kurang memiliki daya saing. Persoalan ini disebabkan oleh
kurangnya penjaminan mutu dalam pengolahan ikan segar.

b. Sarana Penangkap Ikan


Sarana penangkap ikan sangat berpengaruh terhadap
produksi perikanan tangkap. Sarana penangkap ikan dapat
dikategorisasikan menjadi dua jenis, yaitu motor penggerak kapal
atau perahu dan alat penangkap ikan. Data mengenai jumlah
nelayan dan unit penangkapan ikan di Kabupaten Ketapang dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.44.
Jumlah Nelayan dan Unit Penangkapan Ikan Tahun 2018-2022

331
Klasifikasi 2018 2019 2020 2021 2022

Jumlah Nelayan 5.490 12.458 13.639 13.639 12.736


Tanpa Motor 923 3.248 3.998 3.998 1.241
Kapal Motor (<5GT) - - 4.788 4.788 2.497
Kapal Motor (5-
- - 1.898 1.898 1.963
10GT)
Kapal Motor (20-
- - 38 38 38
30GT)
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Jumlah nelayan di Kabupaten Ketapang menunjukkan


korelasi positif terhadap jumlah produksi jenis perikanan laut. Hal
tersebut bisa dilihat dari kecenderungan peningkatan jumlah
nelayan dari tahun 2018 ke tahun 2022 yang berdampak pada
naiknya jumlah jenis perikanan laut. Meskipun jumlah nelayan
sejak tahun 2018 hingga 2022 mengalami peningkatan, namun
nelayan yang bekerja tanpa motor pun ikut meningkat hingga tahun
2021, hal tersebut disebabkan oleh nelayan dengan keterbatasan
ekonomi mungkin tidak mampu membeli atau mempertahankan
motor untuk perahu mereka. Sebagai hasilnya, mereka bergantung
pada tenaga manusia atau metode tradisional dalam kegiatan
penangkapan ikan. Sehingga kondisi tersebut dapat berpengaruh
pada tingkat produksi ikan.

c. Alat Penangkap Ikan


Alat penangkap ikan juga merupakan salah satu variabel
yang berpengaruh terhadap kapasitas produksi perikanan tangkap.
Jika alat penangkap ikan tersedia dengan baik, maka produksi
perikanan tangkap dapat dinaikan secara bertahap. Berikut adalah
data mengenai alat penangkap ikan di Kabupaten Ketapang:

Tabel 2.45.
Jumlah Alat Penangkap Ikan Dirinci Menurut Resort Perikanan
dan Kecamatan Tahun 2018-2022
Kecamatan 2018 2019 2020 2021 2022

Kendawangan 2.675 2.946 1.020 1.020 1.020

332
Kecamatan 2018 2019 2020 2021 2022

Manis Mata - - 214 214 244


Marau - - 25 25 25
Singkup - - 107 107 107
Air Upas - - 120 - -
Jelai Hulu - - 132 120 119
Tumbang Titi - - 95 132 133
Pemahan - - - 95 94
Sungai Melayu Rayak - - 101 101 101
Mantan Hilir Selatan 1.955 2.106 816 816 816
Benua Kayong 1.774 1.812 612 612 613
Mantan Hilir Utara 1.574 1.610 408 408 409
Delta Pawan 1.917 2.033 1.020 1.020 1.020
Muara Pawan 1.514 1.545 204 204 204
Nanga Tayap - - 63 63 64
Sandai 168 168 164 164 163
Hulu Sungai 90 90 25 25 25
Sungai Laur - - 107 107 107
Simpang Hulu - - 76 76 76
Simpang Dua - - 32 32 31
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Jumlah alat penangkap ikan secara rata-rata mengalami


tren penurunan di masing-masing resort selama periode 2019
hingga 2022. Terutama yang tercatat di BPS Kabupaten Ketapang
mengalami perubahan di tahun 2019-2020 dimana Kecamatan
Kendawangan, Matan Hilir Selatan, Benua Kayong, Matan Hilir
Utara, Delta Pawan, Muara Pawan, Sandai dan Hulu Sungai yang
mengalami penurunan yang cukup signifikan, namun bersamaan
dengan hal tersebut pada tahun 2019-2020 tercatat ada beberapa
kecamatan yang baru terdata di BPS Kabupaten Ketapang yaitu
Kecamatan Manis Mata, Marau, Singkup, Air Upas, Jelai Hulu,
Tumbang Titi, Pemahan, Sungai Melayu Rayak, Nanga Tayap,
Sungai Laur, Simpang Hulu dan Simpang Dua. Kondisi penurunan
serta stagnasi yang terjadi di beberapa kecamatan dikarenakan
kurangnya bantuan sarana dan prasarana atau kurangnya akses
masyarakat penangkap ikan terhadap bantuan permodalan. Tren
peningkatan di beberapa kecamatan tidak terjadi di tahun 2022.

333
Berbeda dengan korelasi positif antara jumlah nelayan dengan
produksi jenis perikanan laut, produksi ikan budidaya tidak
berkorelasi positif dengan jumlah unit dan luas usaha budidaya
perikanan.

Tabel 2.46.
Jumlah Unit dan Luas Usaha Budidaya Perikanan
Kategorisasi 2018 2019 2020 2021 2022

Unit (Petak) 7.143 817 820 817 817


Luas Area (Ha) 25.106,54 10.405,10 10.405,10 10.405,10 10.405,10
Sumber: BPS Kabupaten Ketapang, 2023

Perubahan unit (petak) dan luas area (Ha) dari tahun 2018
ke 2019 mengalami penurunan yang sangat signifikan, namun
sejak 2019 hingga 2022, unit dan luas area cenderung stabil.
Sedangkan jumlah peningkatan unit petak di tahun 2020 justru
tidak diikuti dengan peningkatan jumlah produksi ikan budidaya di
tahun 2020. Penurunan yang terjadi buntut akibat dari beberapa
334andem, seperti menurunnya skala usaha akibat penurunan
omzet pada saat 334andemic Covid-19 dan lain sebagainya.

2. Pariwisata
Kondisi pariwisata di Kabupaten Ketapang dapat dilihat dari
pertumbuhan dan kontribusi sektor penyediaaan akomodasi dan
makan minum. Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum
menjadi salah satu sektor yang tumbuh dengan pesat meskipun
kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Ketapang
tergolong kecil. Berikut adalah data mengenai peranan sub-kategori
sektor penyediaan akomodasi dan makan minum terhadap PDRB
Kabupaten Ketapang pada tahun 2018 hingga 2022.

334
2,5

2 1,96 1,97

1,5 1,43 1,42 1,41

0,5

0
2018 2019 2020 2021 2022

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Grafik 2.67. Peranan Sub Kategori Sektor Penyediaan


Akomodasi dan Makan Minum terhadap PDRB Kabupaten
Ketapang (persen) Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Peranan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum


terhadap PDRB Kabupaten Ketapang tertinggi terjadi pada tahun
2019 dan kemudian mengalami penurunan semenjak kemunculan
Covid-19. Kenaikan kontribusi sempat terjadi pada tahun 2019
dengan kenaikan 0,01 persen jika dibanding 2018. Angka tersebut
kembali menurun cukup signifikan sebesar 0,54 persen pada tahun
2020 dibanding tahun 2019 dan kembali menurun pada tahun
2021. Kondisi tersebut terjadi selama masa pandemi dengan
pembatasan aktivitas termasuk kunjungan wisata. Sektor ini
cenderung menurun tajam pada tahun 2020 hingga saat ini belum
menunjukkan adanya peningkatan.

335
25.000
20.313 20.313
20.000
15.180 14.566
14.356
15.000

10.000

5.000
316 331 0 0 0
0
2018 2019 2020 2021 2022

Domestik Asing

Grafik 2.68. Jumlah Pengunjung Wisatawan Domestik dan


Asing di Lokasi Wisata Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Persentase peningkatan kunjungan wisatawan domestik di


Kabupaten Ketapang bergerak fluktuatif dan cenderung meningkat
pada tahun 2018 hingga 2022. Sedangkan untuk pengunjung
wisatawan asing mengalami penurunan yang sangat signifikan dari
yang semula berjumlah 316 pada tahun 2018 menjadi 0
pengunjung pada tahun 2022. Menurunnya jumlah wisatawan
asing yang berkunjung tahun 2018 hingga 2022 salah satunya
disebabkan pandemi Covid-19, dimana pemerintah mengeluarkan
kebijakan mengenai larangan masuk dan transit bagi wisatawan
asing ke Indonesia termasuk ke Kabupaten Ketapang. Bertolak
belakang dengan hal tersebut, pengunjung wisatawan domestik
justru mengalami peningkatan. Meningkatnya jumlah wisatawan
domestik tentunya berpengaruh terhadap tingkat penghunian
kamar hotel di Kabupaten Ketapang seperti yang ditunjukan pada
tabel berikut.

Tabel 2.47.
Persentase Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel/Akomodasi
di Kabupaten Ketapang Tahun 2022

336
Tingkat Penghunian Kamar
Bulan Bintang Bintang Melati Melati Melati
1 3 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Januari 33,19 43,73 10,48 32,13 38,43
2. Februari 42,97 37,2 9,82 26,99 38,39
3. Maret 36,16 41,86 8,87 25,63 44,47
4. April 42,47 32,43 16,25 30,39 39,03
5. Mei 53,49 45,28 9,68 29,58 36,56
6. Juni 40,75 48,15 10,83 28,05 37,01
7. Juli 45,84 46,34 7,66 32,38 37,83
8. Agustus 32,00 47,78 12,5 30,1 28,98
9. September 41,51 43,85 12,92 26,7 37,99
10. Oktober 27,32 44,66 12,9 32,36 39,46
11. November 33,01 54,3 14,17 33,64 32,19
12. Desember 33,25 39,09 19,35 33,13 33,5
2022 38,5 43,72 12,12 30,09 36,99
Rata-rata
2021 31,86 40,04 18,74 30,18 27,08
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Penyediaan akomodasi juga turut berkontribusi, adapun


pertumbuhan penyediaan akomodasi juga cukup tinggi pada tahun
2021 dan 2022 terutama pada tingkat penghunian kamar Bintang
1 dan 3. Dilihat dari tabel diatas bahwa persentase persebaran
penghuni kamar hotel/akomodasi di Kabupaten Ketapang
menyebar di berbagai jenis hotel bintang 1, Bintang 3 sampai
dengan hotel melati. Jumlah kamar yang terdapat di Kabupaten
Ketapang mencapai 700 kamar dengan 889 tempat tidur tersebar di
berbagai wilayah. Namun, data tingkat penghunian kamar
hotel/akomodasi menunjukkan tingkat penghunian masih
tergolong rendah dan berada di bawah rata-rata tingkat penghunian
kamar di tingkat Provinsi Kalimantan Barat.

Pengembangan sektor pariwisata juga terkait dengan


pengembangan ekonomi kreatif. Pengembangan ekonomi kreatif di
Kabupaten Ketapang masih menghadapi berbagai persoalan, seperti
rendahnya kapasitas SDM pelaku ekonomi kreatif, terbatasnya
permodalan, terbatasnya pemasaran produk ekonomi kreatif, belum

337
tersedianya sarana prasarana pendukung ekonomi kreatif yang
memadai dan terbatasnya daya saing produk ekonomi kreatif.
Berbagai persoalan tersebut membutuhkan kerjasama multi-aktor
agar persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.

3. Pertanian
Perkembangan sektor pertanian dapat dicermati dari
beberapa aspek, yaitu kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB,
produksi padi dan palawija, produksi buah dan sayuran, produksi
biofarmaka, populasi ternak dan produksi hasil ternak berupa
daging atau telur. Semakin besar kontribusi sektor pertanian, maka
semakin tinggi perannya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
Grafik berikut ini menunjukkan perkembangan kontribusi sektor
pertanian terhadap PDRB di Kabupaten Ketapang.

24,40
24,28
24,20
24,00
23,80
23,60
23,48
23,40 23,36
23,29 23,32
23,20
23,00
22,80
22,60
2018 2019 2020 2021 2022

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Grafik 2.69. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB


Kabupaten Ketapang Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Kontribusi sektor pertanian mengalami tren penurunan


selama periode 2018 hingga tahun 2022. Adapun penurunan
kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Ketapang selama lima

338
tahun terakhir (2018-2022) yaitu sebesar 0,92. Hal tersebut
disebabkan oleh terjadinya pergeseran struktur ekonomi dari sektor
pertanian menuju sektor industri dan jasa yang lebih maju, selain
itu tantangan yang dihadapi kelompok tani di Kabupaten Ketapang
terutama dalam hal penggunaan teknologi modern dan inovasi,
serta adanya perubahan kebijakan pemerintah dan prioritas
pembangunan. Penting untuk mengembangkan strategi yang
terpadu, termasuk peningkatan teknologi, keberlanjutan
lingkungan, peningkatan akses pasar, dan pemberdayaan
masyarakat pertanian, untuk mencapai pertumbuhan dan
pengembangan yang berkelanjutan dalam sektor tersebut.

a. Produksi Tanaman Pangan


Pada kondisi normal, produksi tanaman pangan terkait
dengan peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB.
Semakin besar produksi, maka semakin besar kontribusinya
terhadap PDRB. Produksi tanaman pangan di Kabupaten Ketapang
didominasi produksi padi. Adapun data mengenai produksi
tanaman pangan di Kabupaten Ketapang tahun 2018 hingga 2022
dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 2.48.
Produksi Tanaman Pangan (Ton) Kabupaten Ketapang Tahun
2017-2022
Jenis Komoditas 2017 2018 2019 2020 2022

Padi 127.312 108.845 103.764 105.451 105.650


Jagung 3.686 4.212 7.730 3.814 4.002
Kedelai 57 0 3 2 1
Ubi Kayu 17.221 15.061 24.819 28.593 18.296
Ubi Jalar 1.818 1.093 1.115 967 1.009
KacangTanah 33 42 43 35 45
Kacang Hijau - - - 4 -
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan, 2023

339
Produksi padi mengalami tren penurunan pada tahun 2018
hingga 2022, dengan total penurunan sebesar 21.662 Ton.
Penurunan produksi juga terjadi pada komoditas ubi jalar pada
tahun 2018 hingga 2022, yaitu sebesar 809 Ton. Penurunan
kapasitas produksi padi dan ubi jalar tersebut secara indikatif
disebabkan oleh produktivitas tanaman pangan yang rendah,
belum optimalnya kapasitas SDM petani dan penyuluh dan
pertanian yang belum berorientasi pada agribisnis.

Tabel 2.49.
Luas Lahan Pertanian (Ha) di Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
Jenis Lahan 2018 2019 2020 2021 2022

Lahan Sawah
1. Beririgasi 5.226 5.226 5.226 5.784 5.784
2. Tadah Hujan 62.549 62.549 62.549 53.936 53.936
Lahan Kering
1. Tegal/Kebun 181.635 181.635 181.635 230.489 230.489
2. Ladang/Huma 22.784 22.784 22.784 25.117 25.117
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan, 2023

Luas lahan sawah beririgasi dan tadah hujan pada tahun


2018 hingga 2022 mengalami tren peningkatan seluas 558 Ha.
Bertolak belakang dari lahan sawah beririgasi, untuk sawah tadah
hujan pada lima tahun terakhir justru mengalami penurunan
sebesar 8.613 Ha. Untuk lahan kering tegal/kebun dan
ladang/huma pada tahun 2018 hingga 2020 cenderung tetap,
namun pada tahun 2022 sama-sama mengalami kenaikan sebesar
48.854 ha untuk tegal/kebun dan 2.333 ha untuk ladang/hulma
dari tahun 2018.

b. Produksi Tanaman Hortikultura


Tanaman hortikultura terdiri dari berbagai jenis tanaman
pertanian, seperti buah, sayur, dan biofarmaka. Tanaman ini
tumbuh subur di Kabupaten Ketapang, sehingga mampu

340
menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomis. Berikut adalah
data mengenai produksi tanaman hortikultura di Kabupaten
Ketapang:

1) Produksi Buah-buahan dan Sayuran


Produksi buah-buahan dan sayuran terkait dengan
peningkatan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB. Semakin
besar produksi buah-buahan dan sayuran, maka semakin besar
kontribusinya terhadap PDRB. Produksi buah-buahan dan sayuran
di Kabupaten Ketapang didominasi durian dan pisang. Berikut
adalah data mengenai produksi buah-buahan dan sayuran di
Kabupaten Ketapang tahun 2018 hingga 2022.

Tabel 2.50.
Produksi Buah-buahan dan Sayuran Tahunan Menurut Jenis
Tanaman (kw) Tahun 2018-2022
Jenis
2018 2019 2020 2021 2022
Komoditas
Alpukat 26,00 30,00 45,60 321,90 135,00
Belimbing 629,00 907,00 1.059,50 694,67 536,14
Duku/ Langsat 1.583,00 3.483,00 2.859,00 2.403,40 644,20
Durian 20.089,00 27.753,00 18.285,00 18.005,62 1.462,76
Jambu Air 654,00 1.286,00 1.672,36 2.030,92 1.652,32
Jambu Biji 1.841,00 1.595,00 1.997,64 1.948,30 1.936,11
Jengkol 1.123,00 2.333,00 3.071,03 3.211,48 1.716,64
Jeruk Besar 300,00 751,00 889,50 351,72 171,26
Jeruk Siam 5.657,00 4.929,00 6.586,00 4.362,08 4.651,49
Mangga 6.911,00 7.159,00 2.944,00 5.336,06 2.977,35
Manggis 664,00 914,00 483,00 421,00 91,92
Melinjo 140,00 222,00 335,30 312,53 169,58
Nangka/
5.865,00 6.395,00 6.503,26 7.423,45 4.602,18
Cempedak
Nenas 1.000,00 969,00 993,51 1.062,54 1.331,07
Pepaya 1.776,00 2.027,00 1.747,10 3.329,27 2.317,41
Petai 1.327,00 1.545,00 1.407,69 1.057,38 528,32
Pisang 15.917,00 15.228,00 18.833,55 26.746,97 39.638,55
Rambutan 6.293,00 7.755,00 6.156,00 6.882,43 3.446,32
Salak 27,00 15,00 180,30 342,00 27,00
Sawo 1.665,00 1.499,00 2.587,50 2.494,17 1.286,72
Sirsak 366,00 630,00 618,00 611,90 397,18
Sukun 297,00 397,00 493,00 716,82 492,02
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

341
Produksi buah-buahan dan sayuran tahunan menunjukkan
rata-rata menunjukkan tren yang menurun pada tahun 2018
hingga 2022. Meskipun rata-rata mengalami tren penurunan,
untuk komoditas pisang dan nenas di Kabupaten Ketapang justru
mengalami tren kenaikan yang sangat signifikan. Produksi
komoditas pisang dan nenas pada tahun 2022 mecetak angka yang
tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya yaitu 39.638,55 kw dan
1.331,07 kw. Kenaikan jumlah produksi buah-buahan dan sayuran
ini dapat menekan laju penurunan kontribusi sektor pertanian
terhadap PDRB di tingkat yang lebih makro. Peningkatan produksi
tanaman buah-buahan dan sayuran ini terjadi karena beberapa
sebab indikatif, seperti perbaikan cara bertani dan peningkatan
luas lahan pertanian.
Kabupaten Ketapang juga memiliki beberapa komoditas
unggulan untuk jenis buah-buahan dan sayuran semusim.
Perkembangan tanaman pertanian jenis ini harus diperhatikan,
karena skala produksinya sangat baik dan mampu mendukung
pertumbuhan PDRB pertanian di skala yang lebih makro. Berikut
adalah data mengenai produksi tanaman sayuran dan buah-
buahan semusim di Kabupaten Ketapang.

Tabel 2.51.
Produksi Tanaman Sayuran dan Buah–Buahan Semusim
Menurut Jenis Tanaman (kw), Tahun 2018-2022
Jenis komoditas 2018 2019 2020 2021 2022

Bawang Daun 1.302,00 1.737,00 319,20 2.333,50 2.574,00


Bawang Merah - - 550,00 168,00 4,00
Bayam 4.920,00 5.431,00 2.761,00 2.686,85 2.781,25
Buncis 1.033,00 1.676,00 1.036,00 404,15 238,46
Cabai Besar 634,00 745,00 788,90 867,80 450,90
Cabai Rawit 7.296,00 9.037,00 10.584,30 9.164,81 9.702,64
Kacang Panjang 6.636,00 7.551,00 8.284,90 9.382,90 8.984,85
Kangkung 5.606,00 7.436,00 3.559,30 4.855,95 4.031,30
Kembang Kol - 4,00 - 217,00 89,00
Ketimun 9.716,00 1.209,00 12.226,20 11.324,95 15.161,52
Melon - 1,00 9,00 - -

342
Petsai/ Sawi 5.573,00 4.994,00 2.947,00 5.064,75 4.794,30
Semangka 2.165,00 3.381,00 4.029,00 799,90 1.100,00
Terung 7.108,00 11.082,00 8.665,00 9.193,60 13.818,85
Tomat 39,00 62,00 629,00 2.417,00 3.361,50
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Total produksi buah-buahan dan sayuran semusim secara


rata-rata menunjukkan tren kenaikan yang cukup signifikan untuk
beberapa komoditas selama periode 2018 hingga 2022 seperti
bawang daun, cabai rawit, kacang panjang, ketimun, terung dan
tomat. Tiga jenis komoditas tertinggi pada tahun 2022 yaitu
ketimun, terung dan cabai rawit, sedangkan tiga jenis komoditas
terendah pada tahun 2022 yaitu melon, bawang merah, dan
kembang kol. Kenaikan jumlah produksi buah-buahan dan sayuran
tersebut tentunya akan membantu menekan laju penurunan sektor
pertanian terhadap PDRB di tingkat yang lebih makro. Peningkatan
produksi tanaman buah-buahan dan sayuran ini terjadi karena
beberapa faktor, seperti perbaikan cara bertani, peningkatan luas
lahan pertanian atau faktor eksternal seperti peningkatan
permintaan pasar terhadap komoditas buah-buahan dan sayur
semusim. Faktor lain yang berhubungan dengan produksi buah-
buahan dan sayuran semusim adalah penggunaan benih unggul
dan sarana prasarana pertanian.

2) Produksi Tanaman Biofarmaka


Produksi tanaman biofarmaka terkait dengan
peningkatan/penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB. Semakin besar produksi tanaman biofarmaka, maka
semakin besar kontribusinya terhadap PDRB. Produksi tanaman
biofarmaka di Kabupaten Ketapang didominasi kunyit, laos dan
kencur. Berikut adalah data mengenai produksi tanaman
biofarmaka di Kabupaten Ketapang tahun 2018 hingga 2022.

Tabel 2.52.

343
Produksi Tanaman Biofarmaka Menurut Jenis Tanaman (kg)
Tahun 2018-2022
Jenis Komoditas 2018 2019 2020 2021 2022

Jahe 122.400 149 175.984 121.973 116.123


Jeruk Nipis - - - 1.575 4.258
Kencur 45.919 58.307 59.785 45.234 62.639
Kunyit 234.149 110.197 104.626 63.186 78.461
Laos 71.547 91.812 80.496 47.945 64.873
Lempuyang 300 194 204 437 204
Lidah Buaya 24 54 72 40 167
Mahkota Dewa 144 540 792 1.293 540
Mengkudu 699 568 442 877 904
Sambiloto 12 35 52 77 82
Temuireng 982 791 333 629 164
Temukunci 60 125 68 116 34
Temulawak 3.894 2.209 3.037 3.111 1.977
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Produksi tanaman biofarmaka selama periode 2018-2022


secara rata-rata menunjukkan tren yang menurun. Adapun angka
produksi tertinggi pada tahun 2022 yaitu pada komoditas jahe,
kunyit dan laos, sedangkan tiga produksi komoditas terendah yaitu
temukunci, sambiloto dan temuireng. Penurunan jumlah produksi
tanaman biofarmaka ini dapat menyebabkan penurunan kontribusi
sektor pertanian terhadap PDRB. Penurunan produksi tanaman
biofarmaka ini terjadi karena beberapa faktor, seperti kurangnya
benih unggul dan sarana prasarana pertanian.

c. Produksi Tanaman Perkebunan


Produksi tanaman perkebunan merupakan salah satu
indikator yang digunakan untuk mencermati perkembangan sub-
sektor perkebunan di suatu daerah. Indikator ini berhubungan
langsung dengan kontribusi sub-sektor perkebunan terhadap PDRB
sektor pertanian. Berikut adalah data mengenai produksi tanaman
perkebunan di Kabupaten Ketapang.

Tabel 2.53.
Produksi Tanaman Perkebunan (ton) Tahun 2018-2022

344
Jenis Komoditas 2018 2019 2020 2021 2022

Kelapa Sawit 516.675 1.298.540 1.293.690 2.507.327 2.509.888


Kelapa 1.748 1.753 1.750 1.756 1.756
Karet 16.065 16.066 16.066 16.023 16.141
Kopi 509 509 509 509 509
Kakao 32 32 32 32 32
Tebu 5 5 5 5 5
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Produksi tanaman perkebunan secara rata-rata


menunjukkan angka yang cenderung tetap terkecuali untuk
komoditas kelapa sawit yang terus mengalami tren peningkatan
selama periode 2018 hingga 2022. Produk-produk tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan di Kabupaten Ketapang
masih sulit bersaing dengan produk pertanian dari luar daerah
karena persoalan kurangnya kualitas produk. Persoalan ini
disebabkan oleh belum optimalnya penanganan pasca panen
berbasis teknologi. Kabupaten Ketapang harus mulai mengadopsi
teknologi dalam penanganan pasca panen pada periode
perencanaan ke depan.

d. Populasi Ternak dan Unggas


Populasi ternak dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengukur tingkat produktivitas ternak. Semakin besar
populasinya, maka semakin tinggi produktivitasnya. Beberapa
daerah menggunakan populasi ternak untuk menjaga ketersediaan
pangan dari sub-sektor peternakan. Beberapa daerah juga
menggunakan indikator populasi ternak dan unggas untuk
menghitung kontribusi sub-sektor peternakan terhadap PDRB
pertanian. Berikut merupakan data tentang populasi ternak di
Kabupaten Ketapang.

Tabel 2.54.
Populasi Ternak/Unggas Menurut Jenis Ternak/Unggas (Ekor) Tahun
2018-2022

345
Jenis Ternak 2018 2019 2020 2021 2022

Sapi Potong 40.683 35.318 35.118 32.229 31.360


Kerbau 1.828 1.815 1.854 1.538 1.678
Babi 27.880 22.468 129.732 29.678 12.895
Kambing/Domba 5.772 4.421 5.816 7.156 6.841
Ayam Pedaging 236.461 236.570 231.302 3.422.147 281.426
Ayam Petelur 68.000 134.000 129.744 124.663 116.732
Ayam Kampung 66.328 39.483 34.012 94.800 84.833
Itik/ Itik Manila 48.656 51.635 55.485 49.730 40.862
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Total populasi ternak/unggas cenderung mengalami


peningkatan dari tahun 2018 hingga 2022. Populasi ternak yang
mengelami kenaikan signifikan yaitu ayam pedaging dari tahun
2020 ke tahun 2021 naik sebesar 3.190.845 ekor, namun pada
tahun 2022 kembali turun ke angka 281.426 ekor. Tren penurunan
ini diikuti oleh beberapa jenis ternak terkecuali ayam pedaging,
ayam petelur dan kambing/domba selama tahun 2018 sampai
dengan 2020. Penurunan populasi unggas ini terjadi karena
beberapa faktor, seperti tingkat kelahiran ternak yang masih rendah
dan belum optimalnya pencegahan penyakit menular dari luar
daerah.

e. Produksi Daging Ternak dan Unggas


Indikator lain yang dapat digunakan untuk menggambarkan
perkembangan sub-sektor peternakan adalah produksi daging
ternak dan unggas. Indikator ini sebenarnya juga berkolerasi
dengan cadangan pangan daging dalam daerah. Produksi daging
sangat dibutuhkan untuk mencukupi konsumsi nutrisi
masyarakat. Berikut adalah data produksi daging di Kabupaten
Ketapang.

Tabel 2.55.
Produksi Daging Ternak/Unggas Menurut Jenis Ternak/
Unggas (Kg) Tahun 2018-2022

346
Jenis Ternak/
2018 2019 2020 2021 2022
Unggas
Sapi Potong 349.868 343.132 342.540 462.112 426.112
Kerbau 20.064 20.041 20.944 22.624 22.624
Babi 228.088 232.137 180.484 286.575 286.575
Kambing/Domb
20.839 40.646 30.726 17.509 17.509
a
3.400.50 4.288.50 4.180.79 5.235.88 5.235.88
Ayam Pedaging
8 2 3 4 4
Ayam Petelur 7.050 28.358 9.581 60.562 60.562
Ayam Kampung 176.535 146.943 123.521 159.609 159.609
Itik/Itik Manila 123.536 29.891 30.463 44.955 44.955
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Tren produksi daging ternak/unggas rata-rata


menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan selama periode
2018 sampai dengan 2022. Angka tertinggi pada tahun 2022 yaitu
pada jenis ternak/unggas ayam pedaging, kemudian di ikuti oleh
sapi potong dan babi. Adapun produksi ternak/unggas yang
memiliki angka terendah yaitu kambing/domba, diikuti kerbau dan
itik/itik manila. Peningkatan produksi ternak dan unggas ini terjadi
karena beberapa sebab indikatif, salah satunya adalah semakin
baiknya cara budidaya ternak.

f. Produksi Telur
Produksi telur juga merupakan salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk menggambarkan perkembangan sub-sektor
peternakan. Indikator ini juga berkolerasi dengan cadangan pangan
dalam daerah. Produksi telur sangat dibutuhkan untuk mencukupi
konsumsi nutrisi masyarakat. Data produksi telur di Kabupaten
Ketapang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.56.
Jumlah Produksi Telur Menurut Jenis Unggas
Jenis Unggas 2018 2019 2020 2021 2022

Ayam Petelur 117.000 1.749.000 2.297.550 1.968.918 2.253.249


Ayam Kampung 24.739 204.969 117.903 317.323 274.442
Itik/ Itik Manila 12.861 154.568 169.470 154.943 130.821

347
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Produksi telur menunjukkan tren yang terus meningkat


selama periode 2018 hingga 2022. Peningkatan tertinggi terdapat
pada telur dari komoditas ternak ayam petelur. Produksi telur dari
ayam petelur pada tahun 2022 mengalami tren peningkatan sebesar
2.136.249 dibandingkan tahun 2018. Peningkatan produksi telur
ini terjadi karena beberapa faktor, salah satunya semakin baiknya
cara budidaya unggas.

4. Perdagangan
Peranan sub kategori perdangangan besar dan eceran;
reparasi mobil dan sepeda motor terhadap PDRB Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022 ditunjukkan pada grafik berikut.

11

10,71
10,6
10,5

10 10,04

9,68
9,5
9,37

8,5
2018 2019 2020 2021 2022

Grafik 2.70. Peranan Sub Kategori Perdagangan Besar dan


Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor terhadap PDRB
Kabupaten Ketapang (Persen) Tahun 2018-2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Perdagangan besar dan eceran, termasuk reparasi mobil dan


sepeda motor, merupakan salah satu sektor yang berkontribusi
besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam lingkup daerah atau

348
regional, aktivitas perdagangan dan reparasi ini dapat mendorong
peningkatan produksi, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan.
Pada periode 2018 hingga 2022, peranan sub kategori
perdagangan besar dan eceran untuk reparasi mobil dan sepeda
motor terhadap PDRB Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022
mengalami tren yang menurun. Angka tertinggi peranan sub sektor
perdagangan mobil, sepeda motor, dan reparasinya terjadi pada
tahun 2019 yaitu sebesar 10,71 persen, sedangkan angka terendah
yaitu terjadi pada tahun 2021 yaitu sebesar 9,37 persen.
Menurunnya peranan sub kategori Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dapat mengakibatkan penurunan
pendapatan dan lapangan kerja serta berkurangnya pendapatan
daerah Kabupaten Ketapang.

5. Perindustrian
Sektor industri pengolahan memiliki peranan penting dalam
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ketapang.
Sektor ini melibatkan proses transformasi bahan mentah menjadi
produk jadi yang memiliki nilai tambah. Adapun peranan sub
kategori industry pengolahan terhadap PDRB Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022 ditunjukkan pada grafik berikut.

349
24,40
24,28
24,20
24,00
23,80
23,60
23,48
23,40 23,36
23,29 23,32
23,20
23,00
22,80
22,60
2018 2019 2020 2021 2022

Industri Pengolahan

Grafik 2.71. Peranan Sub Kategori Industri Pengolahan


terhadap PDRB Kabupaten Ketapang (persen) Tahun 2018-
2022
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang


melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara
mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang
jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi
barang yang lebih tinggi nilainya. Pada grafik diatas menunjukkan
tren penurunan pada peranan sub kategori industri pengolahan
yaitu sebesar 0,92 persen selama tahun 2018-2022. Adapun
penurunan peranan sub kategori industri pengolahan di Kabupaten
Ketapang tersebut akan berdampak pada berkurangnya lapangan
kerja dalam industri tersebut, serta menurunnya pendapatan
pekerja dan perusahaan dalam sektor tersebut. Akibatnya, daya beli
masyarakat berkurang, yang dapat berdampak pada konsumsi,
investasi, dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ketapang
secara keseluruhan.

6. Transmigrasi
Penyelenggaraan transmigrasi dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat

350
transmigran dalam membangun kemandirian, sehingga kegiatan
ekonomi dan sosial budaya dapat tumbuh dan berkembang secara
berkelanjutan. Kondisi kawasan transmigrasi di Kabupaten
Ketapang saat ini masih memerlukan perhatian, khususnya dalam
pengembangan kawasan transmigrasi. Jumlah transmigran yang
sudah ditempatkan di Kabupaten Ketapang hingga tahun 2021
mencapai 17.207 Kepala Keluarga dengan jumlah mencapai 74.811
jiwa. Transmigran ditempatkan di 54 lokasi yang tersebar di 11
kecamatan yaitu Kendawangan, Manis Mata, Singkup, Air Upas,
Pemahan, Tumbang Titi, Sungai Melayu Rayak, Nanga Tayap,
Sandai, Matan Hilir Selatan, dan Sungai Laur.

23,00%

22,00% 21,81%
21,00%

20,00% 20,00% 20,00% 20,00%

19,00%

18,00% 18,18%

17,00%

16,00%
2018 2019 2020 2021 2022

Persentase transmigran yang mendapatkan pelatihan

Grafik 2.72. Persentase Transmigran yang Mendapatkan


Pelatihan di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Disnakertrans Kabupaten Ketapang, 2023
Pengembangan kawasan transmigrasi di Kabupaten Ketapang
saat ini terhambat oleh belum tersedianya Rencana Teknis Satuan
Permukiman (RTSP). Permasalahan lain yang dihadapi adalah
ketersediaan prasarana dan sarana utilitas (PSU) di kawasan
transmigrasi belum optimal serta kapasitas SDM transmigran
masih belum optimal. SDM transmigran yang terlatih pada tahun
2022 baru tercatat sebesar 20,00 persen. Kondisi tersebut

351
menggambarkan jumlah transmigran terlatih masih rendah. Untuk
itu diperlukan beberapa upaya dalam meningkatkan SDM
transmigran, seperti memberikan akses pendidikan yang baik
kepada transmigran dan keluarga mereka, mengadakan program
pelatihan dan pembinaan dalam mengembangkan keterampilan,
akses yang memadai ke fasilitas kesehatan dan pelayanan sosial,
meningkatkan kemandirian ekonomi transmigran, serta melibatkan
transmigran dalam proses pengambilan keputusan lokal dan
program pembangunan komunitas.

2.4.4 Unsur Penunjang Urusan Pemerintah Daerah


Penunjang memiliki peran penting dalam mendukung
kualitas penyelenggaraan pelayanan publik di suatu daerah.
Gambaran mengenai kondisi penunjang urusan dapat dilihat dari
beberapa unsur, seperti perencanaan pembangunan; keuangan;
kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan; pengawasan;
penelitian dan pengembangan; sekretariat dewan; dan
pemerintahan umum/sekretariat daerah. Secara rinci, ketujuh
urusan penunjang dapat dilihat dalam deskripsi berikut:

2.4.4.1 Perencanaan Pembangunan


Perencanaan pembangunan merupakan salah satu urusan
penunjang dalam pembangunan daerah. Urusan ini sangat penting
karena menjadi bahan pedoman dalam penyelenggaraan
pembangunan daerah. Secara pemenuhan dokumen, Pemerintah
Kabupaten Ketapang sudah memenuhi seluruh dokumen
perencanaan seperti RPJPD, RPJMD, RKPD, RTRW dan telah
ditetapkan dalam peraturan daerah.
Selain indikator pemenuhan dokumen perencanaan,
indikator lain yang berkaitan dengan kualitas perencanaan perlu
dianalisis juga. Hal ini penting dilakukan karena mempunyai
pengaruh secara substantif terhadap kualitas pembangunan

352
daerah. Berikut ini adalah beberapa capaian dalam urusan
perencanaan.

120
100 99
100

80 72,55

60 50

40

20

0
2021 2022

Persentase keterpaduan antara dokumen perencanaan


Persentase ketercapaian target sasaran RPJMD

Grafik 2.74. Indikator Capaian Urusan Perencanaan Kabupaten


Ketapang Tahun 2021-2022
Sumber: Bappeda Kabupaten Ketapang, 2023

Capaian urusan perencanaan Kabupaten Ketapang dalam


perencanaan pembangunan daerah sudah berjalan baik. Hal ini
dapat dilihat dari proses perencanaan pembangunan yang mana
keterpaduan antara dokumen perencanaan telah mencapai angka
mendekati 100 persen pada tahun 2022, kemudian ketersediaan
dokumen perencanaan telah tersedia dalam 5 tahun terakhir.
Begitu pula dengan ketercapaian target sasaran RPJMD telah
menunjukkan peningkatan sebesar 22,55 persen.

2.4.4.2 Keuangan
Urusan keuangan merupakan urusan yang sangat penting
bagi penyelenggaraan pembangunan daerah. Salah satu indikator
untuk melihat keberhasilan urusan ini adalah sejauh mana
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan tingkat
kemandirian keuangan daerah. Akuntabilitas pengelolaan
keuangan dapat dilihat dari Opini BPK, yaitu sebagai berikut.

353
Tabel 2.61.
Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP
Sumber: BPKAD Kabupaten Ketapang, 2023

Pemerintah Kabupaten Ketapang mendapatkan Opini BPK


dengan predikat Wajar Tanpa Pengecualiaan (WTP) pada tahun
2018 hingga 2022. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan
keuangan daerah di Kabupaten Ketapang sudah berjalan baik.
Kondisi ini terjadi karena adanya penerapan TIK dalam pengelolaan
keuangan, seperti aplikasi Sistem Informasi Keuangan dan Aset
Tetap (SIKUAT).
Meskipun demikian, tertib administrasi keuangan perlu
ditingkatkan terutama berkaitan dengan tertib penyusunan dan
pelaporan penganggaran dan pertanggungjawaban keuangan yang
masih belum tertib terutama dalam segi ketepatan waktu
penyampaiannya. Hal ini disebabkan oleh SDM di bidang akuntansi
masih minim terutama di tingkat OPD, komitmen pegawai terkait
tertib administrasi keuangan belum optimal, dan fasilitasi untuk
mengakses aplikasi juga belum memadai.
Selain itu, peningkatan tata kelola aset daerah perlu
dilakukan agar Opini BPK dapat dipertahankan. Seluruh aset
daerah Kabupaten Ketapang sudah diinventarisir pada saat ini.
Namun, proses legalitasi aset belum optimal. Baru sekitar 55 persen
aset yang ada legalisasinya, dari total 1.000 lebih aset, terutama
aset tanah Pemda.
Persoalan lain tentang urusan keuangan adalah
kemampuan keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan
roda pemerintahan dan pembangunan daerah. Kemampuan

354
keuangan daerah ini dapat diukur dari perbandingan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terhadap Pendapatan Daerah (PD). Berikut ini
adalah data derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Ketapang.

12
11,12
10 10,23
9,36
8,78
8 8,31

0
2018 2019 2020 2021 2022

Derajat Desentralisasi Fiskal

Grafik 2.75. Derajat Desentralisasi Fiskal Kabupaten Ketapang


Tahun 2018-2022
Sumber: BPKAD Kabupaten Ketapang, 2023

Derajat desentralisasi fiskal mengacu pada tingkat otonomi


atau kemandirian keuangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah
dalam suatu negara. Ini mencerminkan sejauh mana kekuasaan
dan tanggung jawab dalam mengelola pendapatan dan pengeluaran
publik telah dipindahkan dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah. Tingkat desentralisasi fiskal dapat bervariasi antara negara-
negara dan bahkan di dalam negara yang sama. Ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi derajat desentralisasi fiskal,
termasuk undang-undang dan regulasi, struktur politik, dan
kebijakan ekonomi.
Persentase derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Ketapang
mengalami penurunan di tahun 2019, namun terus mengalami
peningkatan sampai dengan tahun 2021, dan kembali mengalami
penurunan di tahun 2022. Ketika tingkat desentralisasi fiskal
tinggi, pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar

355
dalam mengumpulkan pendapatan dari sumber-sumber seperti
pajak dan dana pemerintah pusat, serta mengelola pengeluaran
publik di tingkat lokal. Dalam konteks ini, pemerintah daerah dapat
mengambil keputusan tentang bagaimana pendapatan yang
dikumpulkan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan lokal,
seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, atau layanan publik
lainnya. Ini memberikan fleksibilitas dan tanggung jawab yang lebih
besar kepada pemerintah daerah dalam mengatasi masalah dan
kebutuhan yang unik dalam wilayah mereka.
Di sisi lain, jika tingkat desentralisasi fiskal rendah seperti
yang ditunjukkan pada Grafik diatas bahwa derajat desentralisasi
fiskal Kabupaten Ketapang mengalami penurunan menjadi sebesar
9,36 persen, artinya pemerintah pusat memegang kendali yang
lebih besar terhadap pendapatan dan pengeluaran publik. Hal ini
dapat mengakibatkan keterbatasan dalam kemampuan pemerintah
daerah untuk merespons kebutuhan lokal secara efektif, karena
mereka memiliki akses terbatas terhadap sumber daya keuangan
yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan dan program
mereka. Penting untuk dicatat bahwa tingkat desentralisasi fiskal
yang optimal dapat bervariasi tergantung pada konteks dan kondisi
masing-masing negara. Beberapa negara mungkin memilih untuk
menerapkan desentralisasi fiskal yang lebih luas guna mendorong
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan daerah, sementara
negara lain mungkin memilih untuk mempertahankan kontrol yang
lebih besar di tingkat pusat untuk menjaga stabilitas ekonomi dan
keadilan sosial.

2.4.4.3 Kepegawaian
Urusan kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan
termasuk ke dalam urusan penunjang. Urusan ini mempunyai
peran sangat penting bagi peningkatan profesionalitas pegawai.
Berikut ini adalah indikator untuk menilai pelaksanaan urusan ini.

356
Tabel 2.62.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Menurut Jabatan di
Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Tahun
No. Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah jabatan pimpinan
1 tinggi pada instansi 30 29 29 34 34
pemerintah
Jumlah jabatan administrasi
2 pada instansi pemerintah 146 163 158 156 152
(Eselon III)
Jumlah jabatan administrasi
3 pada instansi pemerintah 532 520 475 300 265
(Eselon IV)
Jumlah jabatan administrasi
4 pada instansi pemerintah 1.152 1.459 1.260 1.924 1.976
(Pelaksana)
Jumlah pemangku jabatan
5 4.208 4.427 4.327 3.608 3.473
fungsional (JF)
Jumlah Pejabat Struktural 745 708 712 662 490
Jumlah Total Pegawai 6.782 6.068 6.598 6.249 6.022
Sumber: BKPSDM Kabupaten Ketapang, 2023

Jumlah PNS di Kabupaten Ketapang mengalami penurunan


pada tahun 2018 hingga 2022. Penurunan ini juga terjadi pada
jabatan pimpinan tinggi, jabatan administratif (Eselon III dan
Eselon IV) dan Jabatan Fungsional (JF) hanya Jabatan administrasi
(Pelaksana) mengalami peningkatan pada periode yang sama.
Penyebab indikatif dari kondisi ini adalah banyak pegawai yang
sudah pensiun.
Kinerja pelaksanaan urusan ini dapat dinilai dari tingkat
profesionalitas pegawai. Tingkat profesionalitas pegawai dapat
diukur dengan menggunakan Indeks Profesionalitas Pegawai (IPP).
Berikut ini adalah IPP Kabupaten Ketapang.

357
90
80 78,25 77,91
76,12
70
60 61,02

50 48,95
40
30
20
10
0
2018 2019 2020 2021 2022

IPP

Grafik 2.76. Indeks Profesionalitas Pegawai (IPP)


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: BKPSDM Kabupaten Ketapang, 2023

Perkembangan IPP Kabupaten Ketapang terus mengalami


peningkatan dari tahun 2018 hingga 2022. Peningkatan IPP
Kabupaten Ketapang sebesar 28.96 poin menjadi 77.91 pada tahun
2022. Meskipun demikian, tingkat IPP dengan nilai tersebut masih
dalam kategori sedang. Kondisi ini terjadi dipengaruhi oleh
komponen kompetensi pegawai yang cukup baik.

2.5.4.3 Pendidikan dan Pelatihan


Kompetensi pegawai dapat dinilai dari PNS yang mengikuti
pelatihan dan pendidikan serta berapa lama pegawai mendapatkan
pendidikan dan pelatihan. Berikut ini adalah persentase PNS yang
mengkuti pelatihan dan pendidikan serta rata-rata lama pegawai
mendapatkan Pendidikan dan pelatihan.

Tabel 2.63.
Presentase Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang Mengikuti
Pelatihan dan Pendidikan di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-
2022

358
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Presentase ASN yang mengikuti
dan lulus pendidikan dan 7.94% 3.94% 0.10% 2,06% 4,25%
pelatihan pada tahun Berjalan
Presentase Pejabat ASN yang
telah mengikuti pendidikan dan 0.00% 0.98% 0.00% 0,61% 0,25%
pelatihan struktural
Rata-rata lama pegawai
20
mendapatkan pendidikan dan 20 jam 20 jam 20 jam 20 jam
jam
pelatihan
Sumber: BKPSDM Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase PNS yang mengikuti pendidikan dan pelatihan


mengalami penurunan pada tahun 2020 dan 2021 akan tetapi
kembali meningkat pada tahun 2022. Hal yang sama juga terjadi
pada persentase pejabat yang mengikuti pendidikan dan pelatihan
struktural. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan
pemerintah mengenai pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat yang disebut dengan PPKM. Sementara itu, rata-rata
lama pegawai mendapatkan pendidikan dan pelatihan, yaitu selama
20 jam. Persoalan ini selain berimplikasi pada nilai IPP, juga
berpengaruh pada pengisian jabatan yang sesuai kualifikasi dan
kompetensi. Semakin sesuai kompentesi pegawai dengan
jabatannya, maka semakin baik pengisian jabatan. Berikut ini
adalah tingkat kesesuaian jabatan pegawai dengan kompetensinya.

359
100,00% 93,67% 95,10%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00% 0,71% 0,98% 1,06%
0,00%
2018 2019 2020 2021 2022

Persentase struktur jabatan yang terisi sesuai dengan kompetensi

Grafik 2.77. Persentase Struktur Jabatan yang Terisi Sesuai


Dengan Kompetensi di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: BKPSDM Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase jabatan struktural yang terisi sesuai dengan


kompetensi mengalami peningkatan pada tahun 2019, 2021 dan
2022. Namun, peningkatan tersebut dapat dikatakan belum
optimal. Kondisi ini menegaskan permasalahan besar dalam urusan
kepegawaian adalah belum optimalnya manajemen kepegawaian di
Kabupaten Ketapang. Penyebab terjadinya masalah ini adalah
belum optimalnya update data pegawai yang mengikuti pendidikan
dan pelatihan, belum optimalnya OPD dalam penyusunan daftar
diklat, belum optimalnya koordinasi pelaporan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan dari OPD, masih terbatasnya SDM di
BKPSDM.

2.4.4.4 Penelitian dan Pengembangan


Urusan penelitian dan pengembangan merupakan salah
satu urusan penunjang. Urusan ini berfungsi untuk memfasilitasi
penyusunan kebijakan yang baik berdasarkan hasil kajian dan
mendorong adanya inovasi daerah. Berikut ini indikator untuk
menilai kinerja pelaksanaan urusan ini.

360
Tabel 2.64.
Persentase Hasil Penelitian dan Pengembangan (Litbang) yang
Ditindaklanjuti dan Dimanfaatkan di Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Persentase hasil penelitian dan
pengembangan daerah yang 100 80 100 100 100
ditindaklanjuti.
Persentase pemanfaatan hasil
100 100 100 100 90,9
kelitbangan
Jumlah Hasil Litbang 11 4 2 10 10
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Ketapang,
2023

Persentase hasil Litbang yang ditindaklanjuti dalam


penyusunan kebijakan mengalami fluktuasi. Persentase hasil
Litbang yang ditindaklanjuti sebesar 80 persen mengalami
penurunan pada tahun 2019, dari tahun sebelumnya yaitu sebesar
100 persen. Namun, pada tahun 2020 dan 2021 kembali meningkat
menjadi 100 persen. Berbeda halnya dengan persentase
pemanfaatan hasil Litbang yang sudah mencapai 100 persen selama
4 (empat) tahun berturut-turut, akan tetapi mengalami penurunan
pada tahun 2022 sebesar 90,9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan Kelitbangan belum berjalan optimal. Persoalan ini
disebabkan oleh belum optimalnya kualitas dan kuantitas hasil
Litbang di mana jumlah hasil Litbang yang mengalami penurunan
secara kuantitatif. Kondisi ini disebabkan oleh belum memiliki
Jabatan Fungsional (JF) Peneliti, Perekayasa, dan Analis Kebijakan,
belum optimalnya kapasitas SDM Kelitbangan, belum optimalnya
alokasi anggaran untuk kegiatan Kelitbangan, belum memadainya
sarana dan prasaran pendukung, dan belum optimalnya bank data
Kelitbangan.

361
2.4.4.5 Unsur Pengawasan dan Urusan Pemerintahan
Urusan pengawasan merupakan salah satu urusan yang
sangat penting bagi pemerintah daerah. Urusan ini berperan dalam
memastikan tidak terjadinya pelanggaran dan penyelewengan
dalam menyelenggarakan roda pemerintahan dan pembangunan
daerah. Berikut ini adalah data terkait dengan tingkat pengawasan
di Kabupaten Ketapang.

Tabel 2.65.
Tingkat Kapabilitas APIP dan Maturitas SPIP Kabupaten
Ketapang Tahun 2018-2022
Tahun
No. Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
1 Tingkat kapabilitas APIP Level 2 Level 3 Level 3 Level 3 Level 3
2 Maturitas SPIP Level 2 Level 3 Level 3 Level 3 Level 3

Sumber: Inspektorat Kabupaten Ketapang, 2023

Tingkat kapabilitas APIP dan maturitas SPIP Kabupaten


Ketapang sudah berada pada level 3 pada tahun 2022. Hal ini
menunjukkan bahwa kebijakan, proses, dan prosedur di APIP telah
ditetapkan, didokumentasikan, dan terintegrasi satu sama lain.
Selain itu, manajemen dan praktik professional sudah mapan dan
seragam diterapkan di seluruh kegiatan pengawasan intern.
Capaian level SPIP yang sudah baik ini membuat Pemerintah
Daerah Kabupaten Ketapang mendapatkan opini BPK dengan
predikat WTP selama 8 (delapan) tahun berturut-turut, yaitu mulai
dari tahun 2014 hingga 2022.

362
0,60%
0,56%
0,50% 0,50%

0,40%
0,38% 0,38%
0,30%

0,20%

0,10% 0,12%

0,00%
2018 2019 2020 2021 2022

Persentase pelanggaran disiplin PNS

Grafik 2.78. Persentase Pelanggaran Disiplin PNS di


Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: BKPSDM Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase pelanggaran disiplin PNS di Kabupaten Ketapang


mengalami perkembangan fluktuatif dan cenderung turun pada
tahun 2018 hingga 2022. Tingkat pelanggaran disiplin paling tinggi
berada pada tahun 2022, sedangkan tingkat pelanggaran disiplin
PNS paling rendah berada pada tahun 2021. Kondisi ini
menunjukkan bahwa tingkat pengawasan terhadap aparatur
daerah sudah berjalan baik.
Kinerja pengawasan juga dapat dilihat dari Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan (TLHP), baik internal maupun eksternal.
Semakin tinggi persentase TLHP, maka menunjukkan semakin baik
pula kualitas auditor dan rekomendasi untuk ditindaklanjuti.
Berikut ini adalah hasil TLHP internal dan eksternal di Kabupaten
Ketapang.

Tabel 2.66.
Persentase Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Internal dan
Eksternal Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022

363
Tahun
No. Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Persentase tindak lanjut
1 hasil pemeriksaan (TLHP) 63% 64% 65% 92,31% 93,13%
internal
Persentase tindak lanjut
2 hasil pemeriksaan (TLHP) 82% 83% 84% 73,15% 74,92%
eksternal
Persentase perangkat
daerah yang telah
3 20 26 27 29 29
menyusunan dan
menerapkan SOP dan SPP

Sumber: Inspektorat Kabupaten Ketapang dan Setda Kabupaten


Ketapang, 2023

Capaian TLHP, baik eksternal maupun internal mengalami


kenaikan pada tahun 2018 hingga 2022. Jika membandingkan
hasil TLHP internal dan eksternal, maka hasil TLHP internal lebih
tinggi capaiannya, yaitu sebesar 93,13 persen. Artinya, temuan
yang dilaporkan sudah diselesaikan sebesar 93,13 persen dari total
temuan. Meskipun demikian, kondisi tersebut menunjukkan bahwa
hasil TLHP masih belum optimal baik eksternal maupun internal
karena belum seluruh temuan diselesaikan. Hal ini terjadi
disebabkan oleh masih terbatasnya jumlah auditor dan belum
optimalnya koordinasi dengan pihak kecamatan serta masih
kurangnya kapasitas pemerintah desa.

Tabel 2.67.
Persentase Pengaduan yang Ditangani di Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
No Tahun
Uraian
. 2018 2019 2020 2021 2022
1 Jumlah pengaduan yang masuk 14 15 10 9 12
Jumlah pengaduan yang
2 10 11 4 8 7
tertangani
80.0 80.0 86.6 71.4 73.3
Persentase
0 0 7 3 3

364
Sumber: Inspektorat Kabupaten Ketapang, 2023

Jumlah pengaduan yang masuk dan jumlah pengaduan


yang tertangani di Kabupaten Ketapang selama 5 tahun terakhir
mengalami tren menurun. Dari sekian pengaduan yang masuk
tidak semuanya dapat tertangani, hal tersebut disebabkan oleh
masih terbatasnya sumber daya dalam menangani pengaduan yang
masuk. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan pengaduan yang
dilakukan di Kabupaten Ketapang belum berjalan optimal.
Persoalan pengawasan lain yang perlu mendapatkan
perhatian adalah belum dilaksanakannya Zona Integritas (ZI). Hal
ini terjadi karena persyaratan untuk pelaksanaan ZI belum
terpenuhi, yang salah satunya adalah minimal predikat SAKIP
Daerah “B”, sementara SAKIP Kabupaten Ketapang masih “CC”.
selain itu, pemetaan OPD yang memiliki syarat untuk pelaksanaan
ZI juga belum optimal.

2.4.4.6 Sekretariat Daerah


Urusan pemerintahan umum berkaitan dengan kegiatan
atau kinerja Sekretariat Daerah dan urusan kewilayahan. Urusan
ini penting untuk dimasukkan dalam analisis ini karena fungsi
koordinasi, integrasi, sinkronisasi Sekretariat Daerah berperan
dalam mendorong penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Berikut ini adalah kinerja penyelenggaraan pemerintahan umum di
Kabupaten Ketapang.

Tabel 2.57.
Indeks Reformasi Birokrasi (IRB) Kabupaten Ketapang Tahun
2018-2022
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
Indeks
Reformasi 59,51 (CC) 59,58 (CC) 51,83 (CC) 52,12 (CC) 54,97 (CC)
Birokrasi
Sumber: Setda Kabupaten Ketapang, 2023

365
Perkembangan Indeks Reformasi Birokrasi (IRB) Kabupaten
Ketapang menunjukan peningkatan sebesar 5,47 persen. Angka
tersebut masih dalam predikat “CC” atau “Cukup”. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan reformasi birokrasi di
Kabupaten Ketapang belum berjalan optimal. Salah satu
penyebabnya adalah Nilai SAKIP daerah yang belum optimal.

Tabel 2.58.
Nilai dan Predikat SAKIP Kabupaten Ketapang Tahun 2018-
2022
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022

Nilai SAKIP 34,91 (C) 52,13 (CC) 60,11 (B) 60,46 (B) 62,74 (B)

Sumber: Setda Kabupaten Ketapang, 2023

Nilai SAKIP daerah mengalami tren kenaikan dari tahun


2018 hingga 2022. Predikat SAKIP daerah mengalami kenaikan dari
predikat “C” menjadi “B”. Kenaikan tersebut didorong oleh
pembenahan kualitas perencanaan daerah, koordinasi dan fasilitasi
terkait data pembangunan, koordinasi dan fasilitasi pengendalian
pembangunan daerah, dan kualitas pelaporan akuntabilitas
daerah.
Koordinasi dan fasilitasi terhadap pelayanan masyarakat
juga menjadi salah satu penyebab belum optimalnya IRB
Kabupaten Ketapang. Kinerja pelayanan publik dapat dilihat dari
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Berikut ini adalah IKM
Kabupaten Ketapang tahun 2018-2022.

Tabel 2.59.
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Kabupaten Ketapang
Tahun 2018-2022
Tahun
Uraian
2018 2019 2020 2021 2022

366
Indeks Kepuasan
85,89 (B) 80,05 (B) 80,14 (B) 82,89 (B) 85,25 (B)
Masyarakat

Sumber: Setda Kabupaten Ketapang, 2023

IKM Kabupaten Ketapang sempat mengalami penurunan di


tahun 2019 yang mana diakibatkan penerapan WFH sehingga
pelayanan dilakukan secara daring sehingga tidak dapat dilakukan
pelayanan secara maksimal. Namun pada tahun 2021 kembali
mengalami peningkatan. IKM Kabupaten Ketapang pada tahun
2022 mengalami peningkatan menjadi 85,25 persen. Kondisi ini
menunjukkan bahwa fasilitasi dan koordinasi terkait pelayanan
masyarakat terjadi penurunan selama pandemi. Selain itu terdapat
beberapa OPD yang belum memahami cara pengukuran IKM dan
belum semua OPD melaksanakan Survei Kepuasan Masyarakat
(SKM).

100,00
91,00 92,00 94,00
90,00
80,00 82,14
76,78
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
2018 2019 2020 2021 2022

Persentase OPD yang telah memiliki SOP

Grafik 2.73. Persentase OPD yang telah memiliki SOP


di Kabupaten Ketapang Tahun 2018-2022
Sumber: Setda Kabupaten Ketapang, 2023

Persentase OPD yang telah memiliki SOP di Kabupaten


Ketapang mengalami kenaikkan dari tahun 2018 hingga 2022.
Kondisi ini menunjukkan bahwa ketatalaksanaan Pemerintah

367
Kabupaten Ketapang sudah berjalan baik. Hal yang paling penting
selain OPD memiliki SOP, adalah memastikan setiap OPD yang
telah memiliki SOP mampu dilaksanakan secara baik.
Persoalan lain juga berkaitan dengan pengendalian
kebijakan daerah yang belum berjalan efektif. Salah satunya adalah
belum optimalnya penyelesaian tapal batas daerah, baik tapal batas
internal kabupaten (tapal batas antara desa atau tapal batas antara
kecamatan) maupun tapal batas antara Kabupaten Ketapang
dengan kabupaten lainnya. Selain itu, persoalan pengendaliaan
kebijakan daerah juga terjadi pada kebijakan Bantuan Sosial
(Bansos). Pemberian Bansos belum berjalan efektif di Kabupaten
Ketapang hingga saat ini. Kondisi ini terjadi karena masih ada
penyaluran Bansos yang kurang tepat sasaran.
Pengendaliaan daerah terkait kewilayahan juga belum
berjalan efektif. Hal ini dapat dilihat dari belum efektifnya
pengendaliaan kinerja kecamatan. Persoalan ini terjadi karena
belum optimalnya tindak lanjut monitoring dan evaluasi PATEN,
dengan masih adanya kecamatan yang belum memenuhi syarat
penyelenggaraan dan data monografi kecamatan yang belum
diperbaharui secara baik.

2.4.4.7 Sekretariat Dewan


Urusan ini berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi
Sekretariat Dewan. Urusan ini merupakan salah satu urusan yang
sangat penting bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah,
terutama menyangkut fungsi koordinasi, sinkronisasi, dan
fasilitasi. Salah satu indikator untuk melihat kinerja pelaksanaan
urusan ini adalah jumlah produk DPRD yang dibuat maupun
disetujui oleh DPRD.

Tabel 2.60.
Jumlah Produk DPRD Periode 2009-2014, 2014-2019 dan
2019-2024 Kabupaten Ketapang

368
Jenis Produk DPRD
Peraturan Daerah
No Periode SK Keputusan yang telang Total
Pimpinan DPRD mendapatkan
persetujuan DPRD
1 2009-2014 34 102 95 231
2 2014-2019 26 76 66 168
3 2019-2024 23 68 45 137
Sumber: Kabupaten Ketapang Dalam Angka, 2023

Produk DPRD yang dibuat maupun disetujui sebanyak 231


produk pada periode 2009-2014. Namun, kondisi ini mengalami
penurunan pada periode 2014-2019, di mana jumlah produk yang
dibuat dan disetujui oleh DPRD hanya sebanyak 168 produk dan
pada periode 2019-2024 sebanyak 137 produk. Penyebab indikatif
adalah belum optimalnya fasilitasi kegiatan DPRD dan belum
optimalnya sinergitas program kerja komisi dengan Sekretariat
Dewan, serta belum optimalnya koordinasi antara pemangku
kepentingan dalam lingkup Sekretariat Dewan. Selain dari sisi
produk, Indeks Kepuasan Masyarakat/Pengguna di Lingkup kerja
Sekretariat Dewan masih belum optimal. Hal ini terjadi karena
sarana dan prasarana pendukung belum memadai seperti ruang
kerja yang belum representatif dan waktu pelaksanaan rapat
paripurna belum tepat waktu.

2.4.4.8 Unsur Kewilayahan


1. Kecamatan
Kecamatan merupakan Perangkat Daerah sebagai pelaksana
teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu dengan
dipimpin oleh seorang Camat yang bertanggung jawab kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah. Secara umum, ruang lingkup
tugas pokok kecamatan adalah merencanakan, mengatur,
melaksanakan, mengendalikan dan mengoordinasikan
penyelenggaraan pemerintahan umum, kegiatan pemberdayaan
masyarakat, upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban

369
umum, penegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah, pemeliharaan prasarana dan sarana umum,
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat Kecamatan,
serta membina dan mengawasi pemerintahan desa.
Terdapat tiga permasalahan pokok urusan kecamatan di
Kabupaten Ketapang antara lain adalah belum optimalnya kualitas
pelayanan masyarakat, belum optimalnya fungsi asistensi
pembangunan desa, dan belum efektifnya fungsi koordinasi
kewilayahan. Lebih lengkapnya, permasalahan belum optimalnya
kualitas pelayanan masyarakat disebabkan oleh belum optimalnya
penyelenggaraan PATEN karena masih terdapat kecamatan yang
masih belum memenuhi syarat prasarana pelayanan.
Permasalahan belum optimalnya fungsi asistensi pembangunan
desa disebabkan oleh belum optimalnya asistensi perencanaan,
penganggaran dan pelaporan desa sebab masih terdapat desa yang
belum memenuhi persyaratan pengajuan DD/ADD dan
pertanggungjawaban keuangan, serta belum optimalnya penguatan
pemahaman terkait regulasi desa. Sementara itu, permasalahan
belum efektifnya fungsi koordinasi kewilayahan disebabkan oleh
adanya persoalan pendataan masyarakat miskin, serta belum
efektifnya peran kecamatan sebagai jembatan prioritas
pembangunan daerah dan desa.

2.4.4.9 Unsur Pemerintahan Umum


1. Kesatuan Bangsa dan Politik
Salah satu lembaga yang berdiri di tingkat daerah adalah
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik. Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik memiliki beberapa fungsi, antara lain untuk merumuskan
kebijakan teknis di bidang kesatuan bangsa dan politik,
penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
bidang kesatuan bangsa dan politik, pembinaan dan fasilitas bidang
kesatuan bangsa dan politik di lingkungan Provinsi Kabupaten/

370
Kota, dan pelaksanaan tugas di bidang idiologi dan wasbang,
kewaspadaan, pembinaan kemasyarakatan dan politik dalam
negeri.
Berdasarkan data yang didapat dari hasil wawancara,
Kabupaten Ketapang masih memiliki potensi konflik sosial yang
disebabkan oleh adanya gangguan terhadap kohesivitas sosial yang
berakar dari beberapa masalah, antara lain adalah belum
optimalnya pembinaan wawasan kebangsaan, belum optimalnya
pembinaan dan pengembangan serta pengawasan terhadap
organisasi masyarakat dan LSM, serta belum optimalnya koordinasi
pencegahan dan pengawasan terhadap pengedaran narkoba.

2.5 Hasil Evaluasi RPJPD Kabupaten Ketapang Tahun 2005-


2025
Berdasarkan hasil Evaluasi RPJPD Kabupaten Ketapang
Tahun 2005-2025, ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan. Salah satunya adalah prestasi dari indikator
makro. Indikator makro ini merujuk kepada parameter umum yang
menggambarkan kondisi daerah dari berbagai aspek, seperti
ekonomi, tingkat kemiskinan, angka tenaga kerja, pendapatan,
ketimpangan, dan lain sebagainya. Pemakaian indikator makro
tersebut juga dapat menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan
di suatu daerah, karena umumnya dijadikan sebagai patokan
utama oleh Kepala Daerah terpilih untuk menilai kinerja dan
mencerminkan keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut.
Hasil capaian indikator makro Kabupaten Ketapang Tahun 2005-
2025 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Capaian Indikator Makro Kabupaten Ketapang

371
Capaian
Capaian Pertumbuha
Kinerja Awal
Indikator pada Tahun n/
No Periode Keterangan
Kinerja Makro berjalan Penurunan
Perencanaan
(2022) (%)
(2005)
Indeks
1 Pembangunan 65,19 67,9 4,16% Trend Kenaikan
Manusia
Angka
2 19,23 9,4 -51,12% Trend Penurunan
Kemiskinan
Angka
Pengangguran
3 (Tingkat 10,27 6,71 -34,66% Trend Penurunan
Pengangguran
Terbuka)
Pertumbuhan
4 12,43 5,43 -56,32% Trend Penurunan
ekonomi
Rp.
Pendapatan Rp.
5 33.579.809,3 719,98% Trend Kenaikan
Per Kapita 4.095.202,02
3
Ketimapangan 0,3100 0,261
6 -15,81% Trend Penurunan
Pendapatan (2011) (2021)
Rp.
PDRB Per Rp.
7 57.972.975, 859,62% Trend Kenaikan
Kapita 6.041.273,32
94
Sumber: Dokumen Evaluasi RPJPD Kabupaten Ketapang Tahun 2005-2025

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa Indeks


Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Ketapang mengalami
peningkatan yang cukup signifikan selama periode tersebut. Pada
tahun 2005, IPM mencapai 65,19, dan pada tahun 2022, angkanya
meningkat tidak begitu drastis menjadi 67,9, mencerminkan
pertumbuhan sebesar 4,16%. Kenaikan IPM ini menunjukkan
perbaikan dalam kualitas hidup penduduk, meskipun cenderung
lambat dalam peningkatan angka indeks pembangunan manusia.
Data angka kemiskinan juga menunjukkan progres positif, turun
dari 19,23% pada tahun 2005 menjadi 9,4% pada tahun 2022,
menunjukkan penurunan yang sangat drastis sebesar -51,12%.

Peningkatan yang sama terlihat pada angka pengangguran


(Tingkat Pengangguran Terbuka) di Kabupaten Ketapang, yang
mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 10,27% pada
tahun 2005 menjadi 6,71% pada tahun 2022, dengan persentase

372
penurunan sebesar -34,6%. Hal ini dibuktikan dengan upaya
pemerintah Kabupaten Ketapang dalam mengatasi pengangguran
telah dilakukan melalui beberapa bentuk yaitu (1) menyediakan
informasi akurat terkait lapangan pekerjaan; (2) terselenggaranya
pelatihan kerja; (3) pengawasan terkait peningkatan mutu
pendidikan dan jiwa kewirausahaan; (4) peningkatan sosialisasi
terkait literasi informasi berbasis inklusi sosial. proses ini telah
berhasil dilakukan melihat dari menurunnya pengangguran di
Kabupaten Ketapang.

Meskipun pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dari


12,43% pada tahun 2005 menjadi 5,43 % pada tahun 2022, penting
untuk dicatat bahwa penurunan ini terjadi selama pandemi COVID-
19. Meski demikian, terdapat tanda-tanda positif karena
pertumbuhan ekonomi meningkat dibandingkan dengan tahun
2021, yang mungkin mencerminkan pemulihan ekonomi setelah
dampak pandemi. Sayangnya, informasi mengenai ketimpangan
pendapatan tidak secara eksplisit terdokumentasi dalam tabel ini,
namun pemahaman terhadap sejauh mana ketidaksetaraan dalam
distribusi pendapatan di Kabupaten Ketapang dapat menjadi
relevan.

Selanjutnya terkait pendapatan perkapita masyarakat


Kabupaten Ketapang mengalami peningkatan yang signifikan
seperit terlihat pada tabel diatas tahun 2005 sebesar Rp.
4.095.202,02 menjadi Rp. 33.579.809,33 pada Tahun 2022. Hal
tersebut menggambarkan trend peningkatan pendapatan perkapita
sebesar 719,98% selama 17 tahun.

Terakhir, PDRB per kapita mencatat peningkatan yang


mencolok, meningkat dari sekitar Rp. 6.041.273,32 pada tahun
2005 menjadi sekitar Rp. 57.972.975,94 pada tahun 2022,
menunjukkan pertumbuhan sebesar 859,62% Ini menandakan

373
bahwa pendapatan per individu di Kabupaten Ketapang mengalami
peningkatan yang signifikan hingga mencapai delapan kali lipat dari
tahun 2005.

Secara keseluruhan, tabel ini memberikan gambaran positif


tentang perkembangan ekonomi dan kesejahteraan di Kabupaten
Ketapang selama periode tersebut, dengan beberapa indikator
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Namun, penting untuk
diingat bahwa faktor-faktor lain, seperti dampak pandemi,
kemungkinan telah memengaruhi perubahan dalam indikator-
indikator ini.

2.6 Tren Demografi dan Kebutuhan Sarana Prasarana Pelayanan


Publik

2.6.1 Analisis Proyeksi Kependudukan

Proyeksi penduduk adalah perhitungan ilmiah untuk


memperkirakan jumlah penduduk yang akan datang. Perhitungan
proyeksi ini didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju
pertumbuhan penduduk, yaitu angka kelahiran, angka kematian,
dan perpindahan penduduk (migrasi). Ketiga komponen tersebut
akan menentukan jumlah dan struktur umur penduduk di masa
yang akan datan. Untuk menentukan masing-masing asumsi
diperlukan data yang menggambarkan tren di masa lampau hingga
saat ini, faktor-faktor yang mempengaruhi tiap-tiap komponen, dan
hubungan antara satu komponen dengan yang lain, termasuk
target yang diharapkan dicapai pada masa mendatang (Badan Pusat
Statistik, 2018). Proyeksi penduduk ini digunakan untuk
memproyeksi kebutuhan infrastruktur di masa yang akan datang.

374
Tabel 3.2 Hasil Proyeksi Penduduk Kabupaten Ketapang
(Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin)
2023 2025 2030 2035 2040 2045
Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 23526 22524 46050 23250 22299 45549 22575 21745 44321 21920 21205 43125 21284 20678 41962 20666 20165 40831
5-9 23980 23002 46982 23988 23062 47050 24008 23214 47222 24028 23366 47394 24048 23520 47568 24068 23674 47742
10-14 26599 24990 51589 27643 25946 53589 30435 28500 58936 33510 31306 64816 36895 34388 71282 40622 37773 78394
15-19 29334 26896 56231 31160 28311 59471 36238 32181 68419 42143 36579 78722 49010 41579 90590 56996 47263 104259
20-24 27223 25510 52734 28649 26606 55255 32549 29553 62102 36980 32827 69807 42014 36464 78479 47734 40504 88238
25-29 28355 27115 55471 29857 28466 58323 33969 32145 66114 38647 36299 74946 43969 40990 84959 50024 46288 96312
30-34 27294 25120 52414 28760 26158 54918 32778 28945 61724 37359 32029 69387 42579 35440 78019 48529 39216 87745
35-39 26462 23582 50043 28091 24824 52915 32618 28222 60840 37873 32087 69960 43976 36480 80456 51061 41475 92536
40-44 24085 21838 45923 25774 23457 49231 30532 28048 58580 36168 33537 69706 42845 40101 82946 50755 47950 98705
45-49 21320 19477 40797 23181 21425 44606 28575 27190 55764 35224 34505 69729 43421 43789 87209 53525 55570 109095
50-54 19064 16889 35953 21381 19110 40491 28479 26027 54505 37933 35446 73379 50526 48275 98801 67300 65748 133048
55-59 14655 12573 27228 16675 14343 31019 23032 19936 42968 31811 27710 59521 43937 38515 82452 60684 53534 114218
60-64 10662 8956 19618 12270 10247 22517 17431 14347 31779 24764 20089 44853 35182 28128 63310 49982 39384 89366
65-69 7117 6019 13136 8235 6808 15043 11862 9264 21126 17086 12606 29692 24610 17154 41764 35447 23343 58790
70-74 4158 3974 8131 4716 4464 9179 6460 5970 12430 8850 7985 16835 12123 10680 22804 16608 14285 30893
75+ 3451 3756 7207 3766 4132 7899 4687 5246 9934 5834 6661 12494 7260 8457 15717 9036 10736 19772

Kabupaten
317285 292222 609507 337396 309658 647054 396228 360533 756761 470129 424238 894367 563678 504640 1068318 683036 606908 1289944
Ketapang

375
Tabel 3.2 Hasil Proyeksi Penduduk Kabupaten Ketapang
(Berdasarkan Umur Jenjang Pendidikan)
Umur 2023 2025 2030 2035 2040 2045
7-12 Tahun 64604 67142 73934 81412 89647 98715
13-15 Tahun 26463 26168 25444 24740 24055 23390
16-18 Tahun 30745 31985 35309 38979 43030 47501
Jumlah 121812 125296 134687 145131 156732 169606

376
2.6.2 Analisis Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Dasar

2.6.2.1 Air
Daya dukung air mengindikasikan kemampuan suatu wilayah atau
sistem untuk menyediakan, mengelola, dan menjaga ketersediaan air yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan manusia dan menjaga ekosistem.
Faktor-faktor yang memengaruhi daya dukung air melibatkan volume curah
hujan, ketersediaan sumber air permukaan dan tanah, serta efisiensi dalam
pengelolaan air. Penyediaan air bersih di Kabupaten Ketapang berasal dari
sistem jaringan perpipaan yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) serta sumber air dari sumur. Di Kabupaten Ketapang, diharapkan
seluruhnya memanfaatkan pasokan air bersih yang bersumber dari PDAM.
Rencana penyediaan air bersih ini didasarkan pada proyeksi pertumbuhan
penduduk selama periode perencanaan, estimasi konsumsi air rata-rata oleh
setiap pelanggan, dan tingkat kehilangan air pada tahun berjalan. Rincian
perhitungan kebutuhan air bersih di area perkotaan dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Kebutuhan Domestik

Kebutuhan domestik merujuk pada penggunaan air bersih


untuk mendukung kegiatan rumah tangga, yang dihitung berdasarkan
jumlah penduduk. Jumlah air yang dibutuhkan per individu setiap hari
disesuaikan dengan standar kriteria dan tingkat pelayanan,
berdasarkan ukuran atau kategori kota.
Standar Kebutuhan Domestik

Sumber: SK-SNI Air Bersih

377
Perhitungan kebutuhan air domestik didasarkan pada rumus berikut:

𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝐷𝑜𝑚𝑒𝑠𝑡𝑖𝑘 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑥 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟 𝑃𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎

Sesuai dengan standar, Kabupaten Ketapang pada tahun 2023


dengan penduduk 591.917 jiwa dapat diklasifikasikan sebagai kota
besar. Maka, kebutuhan domestik per kapita untuk air bersih adalah
sebesar 170 liter/orang/hari. Sedangkan pada tahun 2045, jumlah
penduduk di Kabupaten Ketapang diprediksi akan menjadi 1.289.944
jiwa. Jadi kebutuhan domestik per kapita untuk air bersih di
Kabupaten Ketapang adalah 190 liter/orang/hari.

b. Kebutuhan Non Domestik

Kebutuhan non-domestik mencakup penggunaan air yang tidak


terkait dengan aktivitas rumah tangga, seperti untuk keperluan
komersial, industri, fasilitas umum, dan sejenisnya. Proporsi atau
perkiraan kebutuhan air non-domestik setiap tahun dianggap
seimbang dengan pertumbuhan kebutuhan domestik, yaitu sekitar 10-
20% dari total kebutuhan domestik. Sementara itu, asumsi untuk
masing-masing jenis kebutuhan air non-domestik dapat dijelaskan
sebagai berikut:

● Fasilitas umum = 15% x kebutuhan domestik


● Kantor = 15% x kebutuhan domestik
● Komersial = 20% x kebutuhan domestik
● Industri = 10% x kebutuhan domestik

c. Kebocoran/Kehilangan Air

Kebocoran air dapat diartikan sebagai perbedaan antara jumlah


air yang diproduksi oleh penyedia air dan jumlah air yang tercatat pada
meter pelanggan yang dihitung sebagai air yang terjual (uncounted
water). Secara umum, kebocoran air diasumsikan sekitar 10% dari
total kebutuhan, dan kondisi kebocoran ini mungkin terjadi saat
distribusi air ke pelanggan. Kebocoran atau kehilangan air terbagi
menjadi dua kategori:

378
1) Kehilangan teknis, yang terjadi karena adanya perbedaan angka
pemakaian air (volume) yang diukur dari meter air pelanggan
atau terjadi karena kebocoran pada jaringan perpipaan air
bersih.
2) Kehilangan non teknis, yang terjadi karena kesalahan
pembacaan meter air serta adanya kerjasama antara petugas dan
konsumen maupun dikarenakan adanya sambungan pipa air
bersih secara ilegal.

Berdasarkan proyeksi yang menunjukkan pertumbuhan terus


menerus dalam jumlah penduduk Kabupaten Ketapang, kebutuhan air
bersih di Kabupaten Ketapang juga meningkat. Standar kebutuhan air
bersih kemudian dihitung berdasarkan beberapa ketentuan sebagai
berikut:

⮚ Kebutuhan Air Domestik = ∑ Penduduk x Kebutuhan Air per


Kapita
⮚ Kebutuhan Non Domestik
● Fasilitas umum = 15% x kebutuhan domestik
● Kantor = 15% x kebutuhan domestik
● Komersial = 20% x kebutuhan domestik
● Industri = 10% x kebutuhan domestik
⮚ Hidran air = 20% x (keb. domestik + keb. non domestik)
⮚ Kehilangan Air = 10% x (keb. domestik + keb. non domestik)
⮚ Kebutuhan Total = kebutuhan domestik + kebutuhan non
domestik + hidran
⮚ Kebutuhan Rata-rata Harian = kebutuhan domestik + kebutuhan
non domestik + hidran + kehilangan air
⮚ Kebutuhan Harian Maksimum = 1,15 x kebutuhan rata-rata
harian.

Dengan menggunakan perhitungan tersebut, tabel di bawah ini


menunjukkan proyeksi kebutuhan air bersih di Kabupaten Ketapang pada
periode yang akan datang:

379
Tabel 3.3 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
Pendudu 609.507 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
k

Proyeksi
Kebutuh
an
Harian 247.849.9 263.117.9 307.729.4 363.685.3 485.529.1 586.253.6
maksimu 42 98 81 57 75 71
m

(L/O/H)

Sumber: Diolah oleh penulis


Berdasarkan hasil perhitungan proyeksi kebutuhan air bersih di
Kabupaten Ketapang pada tahun 2045, bisa dilihat bahwa jumlah kebutuhan
air bersih selama 20 tahun mendatang meningkat sebanyak 338.403.729
liter per hari. Dimana pada tahun 2023 hanya membutuhkan 247.849.942
liter per hari dan meningkat menjadi 586.253.571 liter per hari di tahun
2045. Meningkatnya kebutuhan air bersih dapat disebabkan oleh sejumlah
faktor yang saling terkait. Pertama, pertumbuhan penduduk yang cepat
menjadi pemicu utama peningkatan kebutuhan air. Semakin banyak
penduduk, semakin besar kebutuhan akan air untuk keperluan sehari-hari,
seperti konsumsi rumah tangga, sanitasi, dan kegiatan domestik lainnya.
Selain itu, urbanisasi dan perkembangan industri juga turut berkontribusi
terhadap peningkatan kebutuhan air bersih. Wilayah yang mengalami
urbanisasi cenderung membutuhkan lebih banyak air untuk memenuhi
kebutuhan industri, komersial, dan infrastruktur perkotaan. Perubahan pola
hidup dan gaya konsumsi juga menjadi faktor, di mana masyarakat modern
cenderung menggunakan lebih banyak air untuk kegiatan rekreasi,
transportasi, dan berbagai aktivitas lainnya. Selain faktor demografis,
perubahan iklim dan pola curah hujan juga dapat mempengaruhi
ketersediaan air, memaksa peningkatan kebutuhan untuk mengatasi
tantangan kekeringan atau fluktuasi pasokan air. Dengan memahami faktor-
faktor ini, dapat diambil langkah-langkah strategis dalam perencanaan

380
pengelolaan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat.

2.6.2.2 Energi/listrik
Sistem kelistrikan di Kabupaten Ketapang mengandalkan Saluran
Udara Tegangan Menengah (SUTM) sebagai sarana utama untuk mengatur
distribusi tenaga listrik. Selanjutnya, listrik dialirkan melalui sejumlah gardu
distribusi yang tersebar di seluruh Kabupaten Ketapang untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat seperti untuk keperluan industri, penerangan,
rumah tangga, dan lain sebagainya. Pengelolaan serta pemeliharaan jaringan
listrik di Kabupaten Ketapang ini merupakan tanggung jawab dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Umumnya, instalasi distribusi primer dan
sekunder dibangun dengan kapasitas sebagai berikut:

1. Instalasi distribusi sekunder (SUTM) – dengan kapasitas 20-50kV


2. Instalasi distribusi tersier (SUTR) – dengan kapasitas 220V

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri


Pertambangan dan Energi No. 01.P/47/M.PE/1992 tentang Ruang Bebas
Saluran Udara maka ditentukan jarak minimum antara penghantar dengan
tanah dan benda lain dengan ketentuan sebagai berikut:

381
Tabel 3.4 Jarak Minimum antara Penghantar dengan Tanah dan Benda
Lain

Sumber: Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No.


01.P/47/M.PE/1992

Kebutuhan akan listrik meningkat sejalan dengan pertumbuhan


jumlah penduduk. Semakin banyak penduduk, permintaan listrik pada
tahun berikutnya akan mengalami peningkatan yang signifikan. Oleh karena
itu, perencanaan pengembangan jaringan listrik harus disusun berdasarkan
proyeksi kebutuhan listrik yang bersumber dari pertumbuhan jumlah
penduduk. Hal ini menegaskan urgensi proyeksi jangka panjang terkait
estimasi kebutuhan listrik per individu. Proyeksi untuk kebutuhan listrik 20
tahun ke depan dapat dihitung dengan merujuk pada standar pelayanan
PLN, dan rincian perhitungan tersebut sebagai berikut:
1. Rumah tangga: 750 watt = 0,75 KVA/rumah tangga
2. Industri & Perdagangan: 70% kebutuhan rumah tangga
3. Fasilitas Sosial & Ekonomi: 15% kebutuhan rumah tangga
4. Fasilitas Perkantoran : 10% kebutuhan rumah tangga
5. Penerangan jalan : 1% kebutuhan rumah tangga
6. Cadangan: 5% kebutuhan rumah tangga
Berikut ini adalah tabel hasil proyeksi kebutuhan listrik di wilayah
perencanaan Kabupaten Ketapang:
Tabel 3.5 Proyeksi Kebutuhan Listrik (Kabupaten Ketapang)

382
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Listrik
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
609.507 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk

Jumlah
Rumah 152.377 161.763 189.190 223.592 267.080 322.486
Tangga (KK)

Proyeksi
Kebutuhan
Listrik
114282,6 121322,6 141892,8 167693,8 200309,6 241864,5
Rumah
Tangga
(KVa)

Proyeksi
Kebutuhan
Listrik
79997,8 84925,82 99324,94 117385,7 140216,7 169305,1
Industri dan
Perdagangan
(KVa)

Proyeksi
Kebutuhan
Fasilitas
17142,39 18198,39 21283,92 25154,07 30046,44 36279,67
Sosial dan
Ekonomi
(KVa)

Proyeksi
Kebutuhan
11428,26 12132,26 14189,28 16769,38 20030,96 24186,45
Perkantoran
(KVa)

Proyeksi
Kebutuhan
1142,83 1213,23 1418,93 1676,94 2003,10 2418,64
Penerangan
Jalan (KVa)

Proyeksi
Kebutuhan
5714,13 6066,13 7094,639 8384,69 10015,48 12093,22
Cadangan
(KVa)

Proyeksi
Jumlah
229708 243858,4 285204,5 337064,5 402622,4 486147,6
Kebutuhan
(KVa)

Sumber: Diolah oleh penulis


Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan listrik di Kabupaten
Ketapang terus meningkat dari tahun 2023 hingga tahun 2045. Pada awal
periode tersebut, wilayah ini memiliki populasi sebanyak 609.507 jiwa yang

383
tersebar dalam 152.377 rumah tangga pada tahun 2023. Proyeksi kebutuhan
listrik untuk tahun 2045 dilakukan berdasarkan jumlah rumah tangga di
wilayah tersebut. Perkiraan kebutuhan listrik rumah tangga dihitung dengan
menggunakan standar 750 watt atau 0,75 KVa per rumah tangga,
menghasilkan proyeksi total sekitar 241.864,5 KVa. Selanjutnya, kebutuhan
listrik untuk industri dan perdagangan dihitung sekitar 70% dari total
kebutuhan rumah tangga, mencapai angka sebesar 169.305,1 KVa. Proyeksi
kebutuhan listrik fasilitas sosial dan ekonomi didapat dari perhitungan 15%
dari jumlah kebutuhan rumah tangga yang menghasilkan angka sebesar
36.279,67 KVa. Untuk proyeksi kebutuhan listrik fasilitas perkantoran
didapat dari perhitungan 10% dari jumlah kebutuhan rumah tangga yang
menghasilkan angka sebesar 24.186,45 KVa. Proyeksi kebutuhan listrik
penerangan jalan didapat dari perhitungan 1% dari jumlah kebutuhan
rumah tangga yang menghasilkan angka sebesar 2.418,64 KVa. Untuk
proyeksi kebutuhan listrik cadangan didapat dari perhitungan 5% dari
jumlah kebutuhan rumah tangga sehingga menghasilkan angka sebesar
12.093,22 KVa. Proyeksi total kebutuhan listrik Kabupaten Ketapang pada
tahun 2045 sebesar 486.147,6 KVa, yang signifikan lebih tinggi daripada
kebutuhan pada tahun 2023 yang mencapai 229.708 KVa.
Peningkatan yang signifikan tersebut menunjukkan perlunya
merancang strategi pengembangan infrastruktur listrik yang matang guna
memenuhi kebutuhan yang terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan
penduduk dan sektor-sektor ekonomi di kawasan perencanaan. Pemahaman
terhadap pola kebutuhan listrik menjadi krusial dalam perumusan rencana
pengembangan yang efisien dan berkelanjutan, bertujuan untuk menjamin
pasokan listrik yang memadai dan handal guna mendukung kehidupan
masyarakat serta pertumbuhan ekonomi di masa depan.

2.6.2.3 Fasilitas Persampahan


Pengkajian sistem manajemen sampah dilakukan untuk
memproyeksikan jumlah sampah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia di
suatu daerah. Penghitungan akumulasi sampah mengacu pada pedoman
yang dijelaskan dalam SNI-3242-2008, dan hasilnya dibandingkan dengan
standar prasarana yang diatur dalam SNI 03-1733-2004. Hal ini bertujuan

384
untuk memprediksi kebutuhan infrastruktur persampahan di Kabupaten
Ketapang. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam SNI-3242-2008
dan SNI 03-1733-2004, proyeksi untuk volume timbulan sampah yang
dihasilkan dan infrastruktur yang diperlukan di kota besar diestimasi sekitar
3 liter per individu per hari.

Tabel 3. Standar Kebutuhan Prasarana Persampahan

Sumber: Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan (SNI


03-1733-2004)
Berdasarkan ketentuan diatas, dalam upaya meningkatkan
layanan pengangkutan dan pengelolaan sampah di tingkat kecamatan,
diperlukan fasilitas persampahan seperti mobil sampah dan bak sampah
berukuran besar di Tempat Pemrosesan Sampah (TPS) atau Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) setempat dengan kapasitas 25 m3. Hasil
proyeksi timbulan sampah dan kebutuhan sarana pengelolaan dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan Pengelolaan Persampahan di Kabupaten
Ketapang
Kondisi Proyeksi Timbulan Sampah
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
609.507 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk

Proyeksi
Timbulan
1828521, 1941161, 2270284, 2683100, 3204954, 3869831,
Sampah
1 7 4 7 1 5
(/L/org/hari
)

385
Kebutuhan
73 78 91 107 128 155
TPS

Kebutuhan
Sesuai Kebutuhan
TPA

Kebutuhan
Mobil Sesuai Kebutuhan
Sampah

Sumber: Diolah oleh penulis

Pada tahun 2045, dengan populasi mencapai 609.507 jiwa, volume


sampah yang dihasilkan setiap harinya diperkirakan sebesar 1.828.521,1
liter per orang per hari. Analisis tersebut didasarkan pada standar SNI yang
menyatakan bahwa rata-rata setiap individu akan menghasilkan sampah
sebanyak 3 liter per hari. Melihat pertumbuhan penduduk, proyeksi untuk
tahun 2045 menunjukkan peningkatan jumlah penduduk menjadi 1.289.944
jiwa, yang kemudian diperkirakan dapat menghasilkan volume sampah
sebesar 3.869.831,5 liter per orang setiap harinya. Sedangkan kebutuhan
TPS pada tahun 2045 adalah sebanyak 155 unit. Kondisi ini mencerminkan
peningkatan signifikan dalam timbulan sampah yang perlu dipertimbangkan
dalam perencanaan manajemen sampah di masa mendatang.
Peningkatan yang signifikan dalam timbulan sampah memiliki dampak
yang memerlukan pertimbangan serius dalam perencanaan manajemen
sampah di masa mendatang. Peningkatan ini menunjukkan adanya
kebutuhan mendesak untuk peningkatan kapasitas infrastruktur
persampahan, seperti peningkatan jumlah kendaraan pengangkut sampah
dan fasilitas penyimpanan sampah yang lebih besar di Tempat Pemrosesan
Sampah (TPS) atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, perluasan
program pengelolaan sampah melalui pendekatan daur ulang dan
pengurangan limbah perlu diperkuat untuk mengatasi dampak lingkungan
yang mungkin timbul akibat peningkatan volume sampah.

2.6.2.4 Telekomunikasi
Pelayanan jaringan telekomunikasi pada umumnya sudah mencakup
dan memberikan layanan di seluruh wilayah Kabupaten Ketapang.
Pertumbuhan pesat menara telekomunikasi mencerminkan semakin luasnya

386
penggunaan telepon seluler dan beragamnya operator yang menyediakan
layanan telepon seluler. Kebutuhan akan prasarana telekomunikasi telepon
seluler untuk memenuhi kebutuhan komunikasi di Kabupaten Ketapang
diperkirakan akan meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk.
Menara Telekomunikasi dan Penyiaran, sebagai fasilitas penunjang jaringan
telekomunikasi dan wilayah layanan penyiaran, dirancang sesuai dengan
kebutuhan jaringan telekomunikasi dan penyiaran. Kehadiran menara
telekomunikasi atau tower menjadi sangat penting dalam mengikuti
perkembangan teknologi saat ini, memungkinkan masyarakat dengan lebih
mudah menerima informasi terbaru dari berbagai bidang ilmu.
Arahan pengembangan untuk kawasan sekitar tower atau telematika,
antara lain:
• Penggunaan tanah sekitar tower difungsikan sebagai kawasan
RTH, jauh dari permukiman.
• Pemagaran yang rapat pada sepanjang tower demi keamanan,
karena tegangan tinggi.
Selain itu, Berdasarkan Peraturan Menteri Telekomunikasi dan
Informatika tentang pedoman pendirian menara telekomunikasi dan
penyiaran, beberapa ketentuan yang diatur dalam pengembangan menara
telekomunikasi, antara lain:
• Struktur Menara Telekomunikasi Dan Penyiaran
• Menara Telekomunikasi dan Penyiaran dapat didirikan di atas
permukaan tanah maupun pada bagian bangunan/gedung
• Pendirian menara telekomunikasi dan penyiaran wajib
memperhitungkan kekuatan dan kestabilan yang berkaitan
dengan pondasi; pembebanan; dan struktur.
Menara telekomunikasi dan penyiaran dapat berupa:
• Menara tunggal, apabila digunakan untuk penempatan satu
antena atau lebih oleh satu penyelenggara telekomunikasi atau
penyiaran; atau
• Menara bersama, apabila digunakan untuk penempatan
beberapa antena dari beberapa penyelenggara telekomunikasi
dan atau penyiaran.

387
Dalam usaha untuk meminimalkan jumlah menara telekomunikasi,
operator yang mengajukan proposal pembangunan menara telekomunikasi
baru diwajibkan menyusun konstruksi menara telekomunikasi yang
memenuhi persyaratan untuk dijadikan sebagai menara telekomunikasi
bersama. Menara telekomunikasi yang sudah ada (eksisting) harus
digunakan secara bersama-sama oleh lebih dari satu operator atau dijadikan
sebagai menara telekomunikasi bersama, asalkan memenuhi persyaratan
teknis. Penggunaan Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama harus
diatur sedemikian rupa untuk menghindari interferensi antara sistem
jaringan. Setiap pengguna Menara Telekomunikasi dan Penyiaran bersama
diwajibkan untuk berkoordinasi apabila terjadi masalah. Beban maksimal
untuk menara bersama tidak boleh melebihi perhitungan struktur menara
yang telah ditetapkan. Isolasi antar pemancar merupakan batas aman antar
antena pemancar yaitu 30 dB atau dengan jarak antar antena 3 meter.
Berdasarkan standart yang ada, jangkauan menara BTS sebesar 10 Km.
Kebutuhan telepon dikawasan perencanaan memperhatikan standart
sebagai berikut:
• 17 satuan sambungan untuk melayani 100 penduduk
(kebutuhan domestik)
• Kebutuhan non domestik diperkirakan sebesar 25% dari
kebutuhan domestic
• Distribusi point 8 SS/unit
• Rumah kabel 300 – 500 SS/unit.
Berikut ini adalah hasil proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi
di Kabupaten Ketapang pada 20 tahun mendatang:
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Listrik
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
609.507 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk

Perumahan

Satuan
103.616 109.999 128.649 152.042 181.614 219.290
Sambungan

388
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Listrik
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Distr. Point
12.952 13.750 16.081 19.005 22.702 27.411
(unit)

Rumah Kabel
(unit) 345 367 429 507 605 731
Minimal

Rumah Kabel
(unit) 207 220 257 304 363 439
Maksimal

Non Perumahan

Satuan
25.904 27.500 32.162 38.011 45.404 54.823
Sambungan

Distr. Point
3.238 3.437 4.020 4.751 5.675 6.853
(unit)

Rumah Kabel
(unit) 86 92 107 127 151 183
Minimal

Rumah Kabel
(unit) 52 55 64 76 91 110
Maksimal

Proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi di wilayah perencanaan


pada tahun 2045 terbagi menjadi dua, yaitu proyeksi terhadap kebutuhan
perumahan dan proyeksi terhadap kebutuhan non perumahan. Pada
proyeksi kebutuhan jaringan telekomunikasi pada perumahan, proyeksi
satuan sambungan didapat dari perhitungan 17/100 atau 0,17 (17 satuan
sambungan untuk 100 penduduk) dari jumlah penduduk sehingga hasilnya
adalah sebesar 219.290 sambungan. Untuk proyeksi distribusi point, didapat
dari perhitungan jumlah satuan sambungan dibagi 8 sesuai SNI (Distribusi
point 8 SS/unit) sehingga hasilnya adalah sebesar 27.411 unit. Proyeksi
minimal dan maksimal unit rumah kabel didapat dari perhitungan jumlah
satuan sambungan dibagi 300 dan 500 sesuai SNI (Rumah kabel 300 – 500
SS/unit) sehingga hasilnya adalah sebesar minimal 731 unit rumah kabel
dan maksimal 439 unit
Proyeksi satuan sambungan kebutuhan jaringan telekomunikasi pada
non perumahan didapat dari perhitungan jumlah proyeksi satuan

389
sambungan kebutuhan domestik dikali 25%, yang menghasilkan 54.823
pada satuan sambungan. Proyeksi distribusi point pada non perumahan
didapat dari perhitungan distribusi point perumahan dikali 25% yang
menghasilkan 6.853 unit distribusi point. Proyeksi minimal dan maksimal
unit rumah kabel pada non perumahan didapat dari perhitungan rumah
kabel minimal dan maksimal pada perumahan dikali 25% yang menghasilkan
minimal 183 unit rumah kabel dan maksimal 110 unit rumah kabel.
Berdasarkan proyeksi, kebutuhan jaringan telekomunikasi di
lingkungan perumahan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah non-
perumahan. Namun, dalam kenyataannya, jaringan telekomunikasi secara
dominan dibutuhkan oleh wilayah non-perumahan seperti perkantoran dan
industri. Mayoritas masyarakat dan aktivitas di sektor perumahan lebih
memanfaatkan telepon genggam daripada telepon rumah.

2.6.2.5 Limbah
Penghitungan debit air limbah dilakukan dengan merujuk pada jumlah
konsumsi air minum, di mana volume air limbah setara dengan 80% dari
volume air minum yang digunakan. Secara umum, kriteria pemakaian air
minum untuk kategori kota telah dikelompokkan sesuai dengan Standar
Kriteria Standar Nasional Indonesia (SK-SNI) yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum.
Tabel Tingkat Pemakaian Air Minum Rumah Tangga Berdasar
Kategori Kota

Sumber: SK-SNI Air Minum, 2000 *digunakan asumsi debit air limbah = 80%
debit pemakaian air minum

390
Berdasarkan SK-SNI air minum, pada tahun 2022 Kabupaten
Ketapang dikategorikan sebagai kota besar dengan jumlah penduduk
berjumlah 591.917 jiwa. Sehingga pada tahun 2023 tingkat pemakaian air
minum di wilayah perencanaan adalah 170 L/orang/hari, dengan debit air
136 L/orang/hari. Sedangkan pada tahun 2045, jumlah penduduk di
wilayah perencanaan diprediksi sebanyak 1.289.944 jiwa, dimana
kategorinya sebagai kota metropolitan.
𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ = 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝐴𝑖𝑟 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎ℎ (𝐿⁄𝑜𝑟𝑔⁄ℎ𝑎𝑟𝑖) × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

Sistem sanitasi diperlukan untuk mendukung pengelolaan dan


penangan limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia/masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, tentu buangan limbah yang dihasilkan oleh
masyarakat setiap tahunnya akan mengalami kenaikan. Hasil proyeksi
buangan limbah di Kabupaten Ketapang adalah sebagai berikut:

Tabel Proyeksi Buangan Limbah Kabupaten Ketapang


Kondisi Proyeksi Timbulan Sampah
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
609.507 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk

Kebutuhan
103.616.1 109.999.1 128.649.4 152.042.3 202.980.4 245.089.3
Air
97 63 49 73 24 27
Domestik

Proyeksi
Total 82.892.95 87.999.33 102.919.5 121.633.8 145.291.2 175.432.3
Buangan 7 0 59 99 51 61
Limbah

Proyeksi
Total
Buangan 30.255.92 32.119.75 37.565.63 44.396.37 53.031.30 64.032.81
Limbah 9.382 5.565 9.014 3.014 6.675 1.599
(L/orang/t
ahun)

391
Berdasarkan hasil analisis, buangan limbah setiap orang dalam kurun
waktu dua puluh tahun ke depan semakin bertambah setiap harinya. Limbah
ini berasal dari kegiatan rumah tangga maupun industri di wilayah
perencanaan yang semakin meningkat. Pada tahun 2023, kebutuhan
domestik air bersih adalah sebesar 103.616.197 L. Setelah digunakan untuk
berbagai aktivitas, 80% dari kebutuhan air bersih domestik maka akan
menjadi limbah sebanyak 82.892.957 L/orang setiap harinya dan sebesar
30.255.929.382 L/orang per tahunnya. Sedangkan pada tahun 2045,
kebutuhan domestik air bersih adalah sebesar 245.089.327 L. Setelah
digunakan untuk berbagai aktivitas, 80% dari kebutuhan air bersih domestik
maka akan menjadi limbah sebanyak 175.432.361 L/orang setiap harinya
dan sebesar 64.032.811.599 L/orang per tahunnya. Dengan besarnya jumlah
tersebut, tentu diperlukan opsi alternatif untuk mengurangi volume yang
meningkat dan mempertimbangkan isu-isu terkait pembuangan limbah. Jika
manajemen limbah tidak dapat diantisipasi dengan baik, hal ini dapat
berdampak negatif pada kondisi lingkungan di sekitarnya.

2.6.2.6 Drainase
Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air
permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan,
yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan.
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di
bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan
tanah atau gorong-gorong dibawah tanah. Drainase berperan penting untuk
mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Drainase mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum,
drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan sanitasi.

392
Tabel Proyeksi Kebutuhan Drainase Kabupaten Ketapang

Kondisi Proyeksi Kebutuhan Drainase


Uraian
Tahun 2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk

Kebutuhan
Total Air 198.943.097 211.198.393 247.006.941 291.921.357 348.699.003 421.037.665
Bersih

Air
Buangan
pada 139.260.168 147.838.875 172.904.859 204.344.950 244.089.302 294.726.366
Saluran
Drainase

2.6.2.7 Pendidikan
Dasar penyelenggaraan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan
bertujuan untuk mengakomodasi setiap unit administrasi pemerintahan,
termasuk yang bersifat informal seperti RT dan RW, serta yang bersifat formal
seperti Kelurahan dan Kecamatan. Keputusan penyediaan sarana ini tidak
semata-mata bergantung pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh
fasilitas tersebut.

Pertimbangan dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana


pendidikan juga mencakup desain ruang untuk unit atau kelompok
lingkungan yang ada, dengan mempertimbangkan bentukan grup bangunan
atau blok yang sesuai dengan konteks lingkungan setempat. Lokasi
penyediaan fasilitas ini juga akan mempertimbangkan jangkauan radius area
layanan, sesuai dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk
melayani area tertentu.

Perencanaan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan harus


dilakukan berdasarkan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Fasilitas
pembelajaran dan ruang belajar harus dirancang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap secara optimal.

393
Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kabupaten Ketapang
(Jenjang Sekolah Dasar)
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk

Jumlah
Penduduk 7- 64604 67142 73934 81412 89647 98715
12

Penduduk
1.600 1.600 1.600 1.600 1.600 1.600
Pendukung

Eksisting 169 169 169 169 169 169

Kebutuhan 40 42 46 51 56 62

Belum
-129 -127 -123 -118 -113 -107
Terpenuhi

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kabupaten Ketapang


(Jenjang Sekolah Menengah Pertama)
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk

Jumlah
Penduduk 30745 26168 73934 81412 89647 98715
13-15

Penduduk
4.800 4.800 4.800 4.800 4.800 4.800
Pendukung

Eksisting 80 80 80 80 80 80

Kebutuhan 6 5 5 5 5 5

Belum
-74 -75 -75 -75 -75 -75
Terpenuhi

394
Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kabupaten Ketapang
(Jenjang Sekolah Menengah Atas)
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk

Jumlah
Penduduk 30745 31985 35309 38979 43030 47501
16-18

Penduduk
4.800 4.800 4.800 4.800 4.800 4.800
Pendukung

Eksisting 52 52 52 52 52 52

Kebutuhan 6 7 7 8 9 10

Belum
-46 -45 -45 -44 -43 -42
Terpenuhi

2.6.2.8 Kesehatan
Sarana kesehatan memiliki peran yang sangat krusial dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan sekaligus
memiliki dampak strategis dalam percepatan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat serta pengendalian pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan
sarana ini sebagian besar bergantung pada jumlah penduduk yang dilayani
oleh fasilitas tersebut. Selain itu, proses penyediaan sarana kesehatan ini
juga melibatkan pertimbangan terhadap desain ruangan unit-unit atau
kelompok lingkungan yang ada. Adanya hubungan antara desain grup
bangunan atau blok yang terbentuk dengan konteks lingkungan menjadi
aspek penting dalam proses ini.

Pendekatan desain ruangan tidak hanya berfokus pada jumlah


penduduk, tetapi juga mencakup aspek-aspek kontekstual seperti bentukan
grup bangunan yang harus sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu,
lokasi penyediaan fasilitas kesehatan juga harus mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan, yang berhubungan langsung dengan
kebutuhan dasar sarana untuk memastikan pelayanan yang efektif dalam
suatu wilayah tertentu. Dengan demikian, pendekatan ini mencakup dimensi

395
desain dan penempatan fasilitas yang holistik, mempertimbangkan
kompleksitas lingkungan dan kebutuhan populasi yang dilayani.

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kabupaten Ketapang


(Puskesmas)
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk

Penduduk
120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Pendukung

Eksisting 23 23 23 23 23 23

Kebutuhan 5 5 6 7 9 11

Belum
-18 -18 -17 -16 -14 -12
Terpenuhi

2.6.2.9 Ruang Terbuka Hijau


Secara umum ruang terbuka public (open space) diperkotaan terdiri
dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau (Ruang Terbuka Hijau,
2006). Ruang terbuka merupakan komponen berwawasan lingkungan, yang
mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman atau ruang
rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH)
ditetapkan dalam Instruksi Mendagri Nomor 4 tahun 1988, yang menyatakan
"Ruang terbuka hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik
secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfataan danfungsinya
adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga
kehidupan wilayah perkotaan” (SNI Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan Di Perkotaan, 2004).

Menurut SNI Badan Standardisasi Nasional tentang Tata Cara


Perencanaan Lingkungan Perumahan di perkotaan Ruang terbuka adalah
wadah yang dapat menampung kegiatan tertentu dari warga lingkungan baik
secara individu atau kelompok. Menurut SNI Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan Di Perkotaan, 2004 Ruang terbuka merupakan
komponen berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu
lansekap, hardscape, taman atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Peran

396
dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan dalam Instruksi Mendagri
no. 4 tahun 1988, yang menyatakan "Ruang terbuka hijau (RTH) adalah
ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk
area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana
didalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dsarnya tanpa
bangunan. Sedangkan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah total area
atau kawasan yang tertutupi hijau tanaman dalam satu satuan luas tertentu
baik yang tumbuh secara alami maupun yang dibudidayakan.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai infrastruktur hijau perkotaan


adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik,
introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung
yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan,
kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Sedangkan secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yang
berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional,
maupun RTH non-alami atau binaan yang seperti taman, lapangan olah raga
dan kebun bunga (Ruang Terbuka Hijau, 2006).

397
Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas RTH Kabupaten Ketapang
(Taman dan Lapangan Olahraga)
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk

Penduduk
120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Pendukung

Eksisting 33 33 33 33 33 33

Kebutuhan 5 5 6 7 9 11

Belum
-28 -28 -27 -26 -24 -22
Terpenuhi

Tabel Proyeksi Kebutuhan Fasilitas RTH Kabupaten Ketapang


(Pemakaman Umum)
Kondisi Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Pendidikan
Uraian Tahun
2023 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah
675.470 647.054 756.761 894.367 1.068.318 1.289.944
Penduduk

Penduduk
120.000 120.000 120.000 120.000 120.000 120.000
Pendukung

Eksisting 33 33 33 33 33 33

Kebutuhan 5 5 6 7 9 11

Belum
-28 -28 -27 -26 -24 -22
Terpenuhi

398
2.7 Pengembangan Pusat Pertumbuhan Wilayah
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana susunan
pusat-pusat permukiman (sistem perkotaan wilayah kabupaten yang
berkaitan dengan kawasan pedesaan dalam wilayah pelayanannya) dan
sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk
melayani kegiatan skala kabupaten, dan mengintegrasikan wilayah
kabupaten. Sistem perkotaan wilayah tersebut di atas dapat berupa pusat
perekonomian, simpul ekonomi baru, dan/atau koridor ekonomi baru yang
dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan ruang, keberlanjutan
pembangunan, dan ketahanan masyarakat. Kawasan pedesaan dalam
wilayah pelayanannya adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintah,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

2.7.1 Sistem Pusat Permukiman


Penetapan sistem pusat permukiman di Kabupaten Ketapang memiliki
pola yang cukup kompleks dimana pada wilayah Kabupaten Ketapang
terdapat pola perkembangan wilayah yang berbeda pada tiap kawasan yang
terdiri dari berbagai embrio/potensi kegiatan pengembangan skala besar
yang dalam jangka panjang mampu menjadi faktor penting dalam
pengembangan wilayah dan harmonisasi ekonomi antar wilayah. Pembagian
wilayah tersebut juga disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik kegiatan.
Identifikasi sistem pusat permukiman tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui dan menentukan jenis kegiatan yang akan ditentukan sehingga
sesuai dengan peruntukan tanah dan ruangnya.

2.7.1.1 Pusat Kegiatan Lokal (PKL)


Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa
kecamatan. PKL di Kabupaten Ketapang Meliputi :
1. Perkotaan Kendawangan;
2. Perkotaan Manis Mata;
3. Perkotaan Sandai;

399
4. Perkotaan Balai Berkuak;
5. Perkotaan Marau;
6. Perkotaan Tumbang Titi;
7. Perkotaan Tayap; dan
8. Perkotaan Air Upas Perkotaan Pesaguan

2.7.1.2 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)


Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang
penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten salah satunya adalah
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan
pusat permukiman yang berfungsi sebagai pusat pelayanan umum skala
kecamatan, pusat pemasaran dan informasi komoditi unggulan setiap
kecamatan dengan kegiatan utama pertanian, peternakan dan industri kecil
serta kegiatan skala kawasan yang terdiri atas, sedangkan untuk Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) di Kabupaten Ketapang meliputi:
1. Satong
2. Tayang
3. Singkup
4. Sukaraja (singkup)
5. Pebihingan
6. Simpang Dua
7. Aur Kuning (sungai Laur)
8. Menyumbung (Hulu Sungai)
9. Riam (Jelai Hulu)
10. Sungai Melayu
2.7.2 Arah Kebijakan Kewilayahan Wilayah Kalimantan
Arah Kebijakan kewilayahan dalam perencanaan bertujuan mengelola
dan mengarahkan pertumbuhan, pengembangan, dan pemanfaatan suatu
wilayah atau kawasan secara holistik dan berkelanjutan. Fokus utama dari
kebijakan kewilayahan adalah menciptakan perkembangan berkelanjutan di
wilayah tersebut, memenuhi kebutuhan penduduk, dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat. Berdasarkan Dokumen RPJPN wilayah

400
Kalimantan memiliki tema Pembangunan Superhub Ekonomi Nusantara
dengan 5 (lima) arah Pembangunan sebagai berikut:
1. Pembangunan sumberdaya manusia unggul yang menjadi salah satu
kunci transformasi sosial dan ekonomi wilayah Kalimantan yang
didukung dengan peningkatan layanan Kesehatan, pendidikan
keilmuan maupun pendidikan karakter, serta keterampilan yang
sesuai dengan potensi dan kebutuhan ekonomi masa depan di wilayah
Kalimantan;
2. Pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dengan
meingkatkan interaksi antarwilayah, terutama Ibu Kota Nusantara
dengan daerah mitra sebagai superhub ekonomi, pengembangan
hilirisasi industri berbasis ekonomi potensial yang bernilai tambah dan
berkelanjutan, serta pengembangan destinasi wisata potensial dengan
mengoptimalkan mitra dan tenaga kerja lokal;
3. Pembangunan sarana prasaran untuk menumbuhkan efek berganda
Pembangunan ekonomi di Wilayah Kalimantan dalam mewujudkan
konsep superhub ekonomi serta meningkatkan infrastruktur
konektivitas, ketenagalistrikan dan digital, serta pemerataan
infrastruktur dasar di daerah-daerah afirmasi 3TP;
4. Penguatan tata Kelola pemerintahan untuk mendukung akselerasi
Pembangunan Wilayah Kalimantan dan penguatan stabilitas
pertahanan dan keamanan untuk menjamin kedaulatan negara di
kawasan perbatasan negara dan kawasan ibu Kota Nusantara, serta
penuntasan RDTR kabupaten/kota dan perencanaan tata ruang
dengan mempertimbangkan risiko bencana, terutama mitigasi risiko
pada wilayah perkotaan dan perdesaan; dan
5. Peningkatan ketahanan sosial, budaya, dan ekologi sebagai modal
dasar untuk mendukung Pembangunan yang merata dan inklusif.
2.7.3 Arah Pembangunan Daerah Kabupaten Ketapang
2.7.3.1 Daerah Otonomi Baru
Kabupaten Ketapang dan Kalimantan Barat sebagai Daerah penyangga
Ibu Kota Negara Nusantara di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara,
Provinsi Kalimantan Timur. kabupaten Ketapang memiliki luas 31,588 Km2

401
atau sekitar 21,28% dari luas total Provinsi Kalimantan Barat, serta
merupakan kabupaten terluas di Provinsi Kalimantan Barat. Lalu Jumlah
penduduk Kabupaten Ketapang mencapai 577.770 jiwa yang tersebar di 20
kecamatan, 253 Desa dan 9 Kelurahan.
Terbatasnya infrastruktur yang memadai di wilayah Ketapang
mengakibatkan efektifitas penyelenggaraan urusan Pemerintahan Daerah
yang tidak maksimal, lambannya pembangunan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat, sementara disisi lain Kabupaten Ketapang
memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan pariwisata yang baik dan
berlimpah akan tetapi belum termanfaatkan secara optimal. Hal tersebut
terlihat dari Rentang kendali pelayanan publik sangat luas, dan jarak tempuh
antara Ibu kota Kabupaten Ketapang dengan Ibu kota Provinsi Kalimantan
Barat sejauh ±458 Km. terdapat beberapa masalah utama akibat luasnya
wilayah Kabupaten Ketapang diantaranya adalah

1. Rentang kendali pelayanan publik yang luas dan kurang optimal


2. Pertumbuhan pembangunan infrastruktur wilayah Kecamatan dan Ibu
Kota Kabupaten relatif rendah dan kurang baik
3. Konektivitas antar wilayah dan pusat pertumbuhan belum optimal
4. Belum optimalnya pemerataan ekonomi, pemerataan kesejahteraan dan
pengentasan kemiskinan.
Hal tersebut menjadi dasar bagi Pemerintah Kabupaten Ketapang
dalam rangka mempersiapkan pemekaran wilayahnya, Pemerintah
Kabupaten Ketapang mempersiapkan Usulan 3 Daerah Otonomi Baru dan
menjadikan Rencana Pemekaran Kabupaten Ketapang menjadi salah satu
Prioritas Daerah dalam kurun waktu 20 tahun kedepan sebagai upaya dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan pokok di Kabupaten Ketapang.
Adapun tujuan pemekaran 3 daerah otonomi baru adalah sebagai
berikut:
1. Mewujudkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
2. Mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat
3. Meningkatkan pelayanan publik dan kualitas tata kelola Pemerintahan

402
4. Meningkatkan daya saing Daerah.

Disamping tujuan yang ingin dicapai terdapat beberapa keuntungan


dari pemekaran yang akan dilakukan ini yaitu:

1. Peningkatan Pelayanan Publik


2. Percepatan pertumbuhan Kehidupan Demokrasi
3. Percepatan Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah
4. Percepatan Pengelolaan Potensi Daerah
5. Peningkatan Ketertiban dan Keamanan

Berikut rencana pemekaran Kabupaten Ketapang

Gambar. 4.x Kabupaten Jelai Kendawangan Raya


(Ibu Kota : Desa Kedondong Kec. Kendawangan)

Sumber: Paparan Rencana Pemekaran Kabupaten Ketapang

Calon Daerah Otonomi Baru hasil pemekaran wilayah Kabupaten


Ketapang yang pertama adalah Kabupaten Jelai Kendawangan Raya dengan
luas wilayah 10.951 km² dengan ibukota Desa Kedondong. Lalu jumlah

403
penduduk di wilayah ini sebanyak 135.776 jiwa yang tersebar di 68 Desa,
dengan total 5 Kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Marau
Kecamatan Marau ini memiliki luas wilayah 1,160 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 17.692 jiwa yang tersebar di 10 desa.
2. Kecamatan Kendawangan
Kecamatan Kendawangan ini memiliki luas wilayah 5,859 km² dengan
jumlah penduduk sebasar 54.868 jiwa yang tersebar di 19 desa.
3. Kecamatan Sigkup
Kecamatan Singkup ini memiliki luas wilayah 5,859 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 54.868 jiwa yang tersebar di 19 desa
4. Kecamatan Manis Mata
Kecamatan Manis Mata ini memiliki luas wilayah 2,912 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 32.909 jiwa yang tersebar di 22 desa
5. Kecamata Air Upas
Kecamatan Manis Mata ini memiliki luas wilayah 793 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 20.920 jiwa yang tersebar di 9 desa

Gambar. 4.x Kabupaten Hulu Aik

404
(Ibu Kota : Desa Randau Kec. Sandai)

Sumber: Paparan Rencana Pemekaran Kabupaten Ketapang

Calon Daerah Otonomi Baru hasil pemekaran wilayah Kabupaten


Ketapang yang kedua adalah Kabupaten Hulu Aik dengan luas wilayah
12.338 km² dengan ibukota Desa Randau. Lalu jumlah penduduk di wilayah
ini sebanyak 113.701 jiwa yang tersebar di 65 Desa, dengan total 5
Kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Simpang Hulu
Kecamatan Simpang Hulu ini memiliki luas wilayah 3.175 km² dengan
jumlah penduduk sebasar 36.427 jiwa yang tersebar di 15 desa.
2. Kecamatan Simpang Dua
Kecamatan Simpang Dua ini memiliki luas wilayah 1.048 km² dengan
jumlah penduduk sebasar 9.861 jiwa yang tersebar di 6 desa.
3. Kecamatan Sungai Laur
Kecamatan Sungai Laur ini memiliki luas wilayah 1.651 km² dengan
jumlah penduduk sebasar 19.155 jiwa yang tersebar di 19 desa
4. Kecamatan hulu Sungai
Kecamatan Manis Mata ini memiliki luas wilayah 4.685 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 14.220 jiwa yang tersebar di 12 desa
5. Kecamata Sandai
Kecamatan Sandai ini memiliki luas wilayah 1.779 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 34.038 jiwa yang tersebar di 13 desa

405
Gambar. 4.x Kabupaten Matan Hulu
(Ibu Kota : Desa Tumbang Titi Kec. Tumbang Titi)

Sumber: Paparan Rencana Pemekaran Kabupaten Ketapang

Calon Daerah Otonomi Baru hasil pemekaran wilayah Kabupaten


Ketapang yang ketiga adalah Kabupaten Matan Hulu dengan luas wilayah
4.732 km² dengan ibukota Desa Tumbang Titi. Lalu jumlah penduduk di
wilayah ini sebanyak 109.224 jiwa yang tersebar di 84 Desa, dengan total 5
Kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Nanga Tayap
Kecamatan Nanga Tayao ini memiliki luas wilayah 1.728 km² dengan
jumlah penduduk sebasar 37.064 jiwa yang tersebar di 20 desa.
2. Kecamatan Pemahan
Kecamatan Pemahan ini memiliki luas wilayah 326 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 5.878 jiwa yang tersebar di 6 desa.
3. Kecamatan Tumbang Titi
Kecamatan Tumbang titi ini memiliki luas wilayah 1.198 km² dengan
jumlah penduduk sebasar 30.080 jiwa yang tersebar di 25 desa

406
4. Kecamatan Sei. Melayu Rayak
Kecamatan Sei. Melayu Rayak ini memiliki luas wilayah 122 km² dengan
jumlah penduduk sebasar 15.636 jiwa yang tersebar di 11 desa
5. Kecamata Jelai Hulu
Kecamatan Sandai ini memiliki luas wilayah 1.358 km² dengan jumlah
penduduk sebasar 20.566 jiwa yang tersebar di 22 desa.

2.7.3.2 Pengembangan Bandar Udara Rahadi Oesman

Bandar udara Rahadi Oesman merupakan satu satunya bandar udara


yang ada di Kabupaten Ketapang. Guna memenuhi peningkatan pengguna
moda transportasi udara dari dan menuju Kabupaten Ketapang dan
sekitarnya, pengembangan/pembangunan Bandar Udara Rahadi Oesman
menjadi hal yang urgent dilakukan untuk meningkatkan keselamatan
penerbangan dan lingkungan masyarakat. Proyeksi Bandara Rahadi Oesman
menjadi bandara pengumpul tersier dalam Rencana Bandar Udara Nasional.
Terdapat rencana perluasan dan relokasi Bandara Rahadi Oesman. Pada
tahun 2023 tahapan yang sudah dilakukan adalah proses pemenuhan
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan, feasibility study dan
penyusunan masterplan.
Bandara Rahadi Oesman (IATA: KTG, ICAO: WIOK) terletak di Desa Kali
Nilam, Kecamatan Delta Pawan Kabupaten Ketapang. Bandara seluas 36,562
Ha ini berlokasi strategis di tengah ibukota Kabupaten Ketapang.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 116 Tahun 2019
Tentang Tatanan Kebandar Udaraan Nasional, Bandar Udara Rahadi Oesman
di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat, secara hierarkis
direncanakan menjadi bandar udara pengumpan tersier dengan skala
pelayanan tersier (hub) dan klasifikasi landasan pacu yaitu 4C yang
diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Penyelenggara
Bandar Udara. Bandara Rahadi Oesman dikelola oleh UPT Direktorat
Jenderal Hubungan Udara, Kementerian Perhubungan RI.
Fasilitas Bandara Rahadi Oesman terdiri dari sisi udara dan sisi darat.
Sisi udara terdiri dari landasan pacu dengan spesifikasi 1.400 m x 30 m
Asphalt, dua taxiway berukuran 75 m x 18 m Asphalt, Apron dengan luas

407
224 m x 51 m Asphalt berkapasitas empat lahan parkir pesawat, Strip
rumput berukuran 1.654 m x 150 m, dan dua Turning Area masing-masing
berukuran 75 m x 20 m Asphalt. Fasilitas sisi udara ini mampu melayani
pesawat terbesar yaitu pesawat baling-baling ATR 42-500. Sisi Darat bandara
terdiri dari bangunan terminal pelayanan penumpang sipil seluas 1.482 m2
dan area pelayanan kargo seluas 240 m2 . Dengan fasilitas sisi udara dan
darat tersebut, Bandara Rahadi Oesman Ketapang mampu melayani arus
penumpang tertinggi sebanyak 440.522 orang.

Perluasan bandara meliputi penambahan luas operasi bandara sebesar


11,55 Ha untuk penambahan panjang landasan pacu dan area apron,
sedangkan pengembangan bandara meliputi peningkatan kapasitas terminal
penumpang dari 517,38 m2 menjadi 2.447 m2 dan kantor operasi dari 148
m2 menjadi 598,8 m2 . Penambahan panjang landasan pacu (runway)
Bandara Rahadi Oesman sepanjang 150 meter yang berawal memiliki
panjang 1.400 meter X 30 meter menjadi 1.550 meter X 30 meter. Dari
aktivitas optimalisasi, Bandara Rahadi Oesman bertambah luasnya menjadi
48,11 Ha dan diharapkan mampu melayani aktivitas pesawat berkapasitas
lebih besar. Diharapkan dengan dilakukan pengembangan, Bandara Rahadi
Oesman dapat mengakomodir jenis pesawat yang lebih besar seperti pesawat
jenis Boeing 737- 400 dan 737-500. Proses pengembangan Bandara Rahadi
Oesman di lokasi eksisting menjadi rencana jangka menengah yang dapat
dilakukan saat ini, dikarenakan di lokasi eksisting tidak dapat menambah
kembali panjang landasan pacu lebih dari 1.600 meter dikarenakan adanya
obstacle yang sulit untuk ditanggulangi, maka dari itu diperlukan juga
rencana relokasi bandara sebagai rencana jangka panjang ke bandar
udaraan di Kabupaten Ketapang

2.7.3.3 Penataan Pelabuhan dan Dermaga


Pelabuhan Kendawangan Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat
memiliki posisi strategis dalam memberi kontribusi pembangunan melalui
kegiatan pelayanan barang dan jasa. Pelabuhan ini dinilai menjadi pintu
gerbang pertumbuhan ekonomi masyarakat di bagian selatan Ketapang.
Pelabuhan Kendawangan tidak hanya menjadi tulang punggung pelayanan

408
transportasi hasil alam, tetapi juga berfungsi untuk kegiatan kapal-kapal
perikanan atau perahu nelayan. Pelabuhan Kendawangan yang berlokasi
menjelang muara Kali Kendawang itu memiliki kedalaman alur 3,8 LWS dan
dapat disandari kapal berukuran 1.000 DWT.

Penataan pelabuhan dan dermaga bertujuan untuk mampu


menghubungkan jaringan angkutan sungai maupun laut yang terhubung
antar moda transportasi, selain itu hal ini juga berguna untuk memenuhi
kebutuhan mobilitas orang dan barang serta meningkatkan konektivitas
antar wilayah. Kabupaten Ketapang memiliki dua pelabuhan sungai, yaitu
Pelabuhan Sungai Saunan di Mulia Baru Kota Ketapang dan Pelabuhan
Sungai Sandai di Kota Sandai. Sedangkan untuk pelabuhan laut
terklasifikasi menjadi dua jenis, yaitu pelabuhan pengumpul (nasional) dan
pelabuhan pengumpan (regional). Pelabuhan pengumpul berlokasi di
Pelabuhan Ketapang dan Kendawangan, lalu untuk pelabuhan pengumpan
terletak di Pelabuhan Pelang, Kuala Satong, dan Air Hitam. Dalam Keputusan
Menteri Perhubungan No. KP 432 Tahun 2017 Tentang Rencana Induk
Pelabuhan Nasional, Pelabuhan Ketapang dan Kendawangan ditetapkan
sebagai Pelabuhan Pengumpul hingga tahun akhir rencana induk, yaitu
tahun 2037. Transportasi laut berperan besar dalam mobilitas masuk dan
keluar Kabupaten Ketapang. Pelabuhan Ketapang dan Pelabuhan
Kendawangan yang berperan sebagai pelabuhan pengumpul menerima
kunjungan kapal-kapal dari dalam maupun luar negeri.

Total kunjungan kapal dari dalam negeri di Pelabuhan Ketapang


sebanyak 1.118 kapal dengan total muatan kapal seberat 802.291 grt,
sedangkan dari luar negeri menerima kunjungan sebanyak 29 kapal dengan
total muatan 948.968 grt. Kunjungan kapal di Pelabuhan Kendawangan lebih
tinggi dibandingkan Pelabuhan Ketapang. Total kunjungan kapal dari dalam
negeri di Pelabuhan Kendawangan sebanyak 2.219 kapal dengan total
muatan 2.426.498 grt, sedangkan dari luar negeri menerima kunjungan
sebanyak 130 kapal dengan total muatan 3.839.418 grt. Kedatangan kapal
di Pelabuhan Ketapang dan Kendawangan fluktuatif jumlahnya antar bulan.
Kunjungan terbanyak dalam satu bulan di Pelabuhan Ketapang terjadi pada

409
bulan November sebanyak 114 kapal, sedangkan di Pelabuhan Kendawangan
kunjungan terbanyak terjadi pada bulan Desember sebanyak 276 kapal.
Total kapal yang berkunjung ke Kabupaten Ketapang pada tahun 2020
sebanyak 3.496 kapal dengan total muatan sebanyak 8.017.175 grt.
Persentase kapal kunjungan unit kapal di Kabupaten Ketapang sebanyak
95,45% dari dalam negeri dibanding 4,55% dari luar negeri. dalam
merencanakan kebutuhan fasilitas perairan secara ideal, diperlukan analisis
yang berkaitan dengan jenis dan volume kegiatan pelayanan jasa
kepelabuhanan, hidrooseanografi, teknologi perkapalan, lingkungan serta
sistem dan prosedur pelayanan jasa kepelabuhanan yang kemudian
dijabarkan dalam besaran kebutuhan ruang perairan.

4.3.4 Peningkatan Ruas Jalan Kabupaten dan Pembangunan Ruas Jalan


Baru serta Jembatan Pawan 6
Peningkatan ruas jalan kegiatan meningkatkan kemampuan ruas-ruas
jalan dalam kondisi tidak baik sehingga dapat meningkatkan mobilitas
masyarakat. Sedangkan pembangunan ruas jalan baru serta jembatan yaitu
kegiatan membangun jalan setapak atau tanah menjadi jalan yang sesuai
dengan standar minimum guna meningkatkan konektivitas antar daerah.
Pemerintah Kabupaten Ketapang memiliki kewenangan pada urusan
pengelolaan jalan kabupaten dan desa. Berdasarkan Keputusan Bupati
Ketapang Nomor 216/DPUTR-B/2021 Tentang Penetapan Ruas Jalan
Menurut Statusnya sebagai Jalan Kabupaten dan Jalan Desa, Pemerintah
Kabupaten Ketapang melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
mengelola ruas jalan kabupaten sejumlah 160 ruas dengan panjang total
2.203,940 km dan ruas jalan desa sejumlah 177 ruas dengan panjang total
804,418 km. Penggunaan jaringan transportasi darat yang setiap hari
dilakukan oleh masyarakat menggunakan jasa transportasi umum maupun
kendaraan pribadi. Data kepemilikan kendaraan pribadi merupakan data
yang ditunjukkan untuk mengetahui berapa jumlah kendaraan yang ada di
Kabupaten Ketapang dan melewati ruas-ruas jalan yang ada.
Jenis kendaraan bermotor yang ada di Kabupaten Ketapang didominasi
oleh sepeda motor. Pemerintah Kabupaten Ketapang bersiap dengan
kemungkinan terjadinya pertumbuhan kepemilikan kendaraan serta untuk

410
meningkatkan kegiatan mobilitas masyarakat dengan merencanakan
program peningkatan pada 13 ruas jalan.

Ruas jalan kabupaten menjadi penting sebagai penghubung antara ibu


kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten di Kecamatan Delta Pawan.
Peningkatan ruas jalan yang dilakukan berupa peningkatan lebar dan kelas
jalan serta dilakukan perbaikan terhadap jalan-jalan yang rusak. Program
selanjutnya yaitu pembangunan Jembatan Pawan 6 yang bertujuan untuk
menghubungkan antara Kecamatan Muara Pawan dan Kecamatan Sungai
Melayu Rayak. Pembangunan Jembatan Pawan 6 dilakukan sebagai
penghubung rute alternatif dari Kecamatan Matan Hilir Selatan dan
Kecamatan Benua Kayong menuju Kecamatan Sungai Melayu Rayak bila
tidak ingin melewati Ruas jalan Pelang – Batu Tajam dikarenakan kondisi
jalan yang rusak dan memilih ke jalan Tanjungpura – Tanah Merah.

Rute perjalanan melewati rute alternatif Tanjungpura – Tanah Merah


dilanjutkan menuju Pemahan menggunakan ruas jalan Nanga Tayap – Kelik
membuat jarak perjalanan semakin jauh dan biaya transportasi lebih mahal.
Maka dari itu dirancang untuk membuat jembatan yang dapat
menyambungkan Jalan Tanjungpura – Tanah Merah ke Pelang – Batu Tajam.
Pembangunan jembatan tersebut membuat mobilitas masyarakat dari dua
kecamatan yang terhubung dapat meningkat. Diharapkan dengan adanya
jembatan tersebut maka masyarakat dapat terhubung ke pusat
pertumbuhan ekonomi, perkotaan, dan sentra produksi pangan serta dapat
pula meningkatkan kelancaran arus transportasi logistik dalam daerah
Kabupaten Ketapang.

411
412
BAB III
PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS

3.1 Permasalahan Pembangunan Daerah

Permasalahan pembangunan daerah merujuk pada tantangan,


masalah, atau isu yang dihadapi oleh suatu wilayah atau daerah dalam
upaya meningkatkan kualitas hidup, pertumbuhan ekonomi, dan
kesejahteraan penduduknya. Permasalahan ini bisa sangat beragam
tergantung pada karakteristik dan konteks setiap daerah. Hal ini mencakup
berbagai aspek pembangunan, seperti ekonomi, sosial, infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kebijakan pemerintah.
Permasalahan pembangunan daerah bisa mencakup ketidaksetaraan dalam
distribusi sumber daya, ketimpangan ekonomi, kurangnya infrastruktur
dasar, kualitas pendidikan yang rendah, masalah kesehatan yang serius,
rendahnya akses ke layanan dasar, konflik sosial, kurangnya pekerjaan,
serta masalah-masalah lingkungan seperti deforestasi, degradasi tanah, dan
perubahan iklim.

Permasalahan pembangunan daerah merupakan “gap expectation”


antara kinerja pembangunan yang akan dicapai saat ini dengan yang sudah
direncanakan sebelumnya serta antara apa yang ingin dicapai di masa dating
Kesenjangan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, sehingga
penyusunan permasalahan pembangunan daerah disusun menggunakan
metode analisis pohon masalah. Identifikasi permasalahan pembangunan
juga dilakukan terhadap seluruh bidang urusan penyelenggaraan
pemerintahan daerah secara terpisah atau sekaligus terhadap beberapa
urusan yang diampu. Hal tersebut mempunyai tujuan untuk memetakan
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan urusan yang menjadi
kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah

Dalam metode ini, permasalahan diklasifikasikan ke dalam tiga level


yang memiliki hubungan kausalitas, yaitu masalah pokok, masalah dan akar
masalah. Potensi permasalahan pembangunan daerah biasanya muncul dari
keunggulan yang belum dipergunakan secara optimal dan kekurangan yang

413
tidak diatasi untuk mencapai peluang yang muncul dan meminimalisasi
hambatan yang terjadi. Pengoptimalan sistem perencanaan pembangunan
daerah dan bagaimana visi/misi daerah dibuat dengan sebaik-baiknya, akan
membutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang keunggulan,
kekurangan, peluang dan tantangan yang dihadapi.

Tujuan utama dalam mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan


pembangunan daerah adalah untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan
kesejahteraan sosial, dan meningkatkan kualitas hidup penduduk di wilayah
tersebut. Upaya untuk mengatasi permasalahan ini sering melibatkan
berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, pemerintah
pusat, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.
Identifikasi permasalahan pembangunan yang dibuat tiap urusan
pemerintah daerah menjelaskan terkait apa yang menjadi masalah dimasa
lalu serta gambaran solusi dimasa mendatang tiap urusan yang menyangkut
layanan dasar dan tugas/fungsi tiap perangkat Daerah. Berikut merupakan
permasalahan pembangunan Kabupaten Ketapang.

414
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum meratanya akses Minimnya ketersediaan sarana dan


terhadap sarana dan prasarana penunjang kegiatan
prasarana pendidikan pengajaran

Rendahnya dorongan orangtua


tentang pentingnya pendidikan (SD

Belum optimalnya dan SMP)

akses pendidikan Terbatasnya pemberian beasiswa


Belum optimalnya tingkat
Pendidikan bagi siswa dari keluarga kurang
partisipasi siswa
mampu

Kurangnya pemahaman terkait


pentingnya pendidikan
berkelanjutan

Banyaknya guru yang belum


Belum optimalnya Belum meratanya kualitas
memenuhi kualifikasi Pendidikan
kualitas pendidikan tenaga pendidik
(S1/D4)

415
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Banyaknya guru yang belum


memiliki sertifikasi

Kualitas tenaga pendidik yang


rendah

Belum optimalnya implementasi

Belum optimalnya kualitas kurikulum 2013

kegiatan belajar mengajar Minimnya penguasaan terhadap


teknologi pendukung

Tingginya komplikasi saat kehamilan

Tingginya komplikasi saat persalinan


Rendahnya kualitas
Tingginya komplikasi pasca
Rendahnya derajat kesehatan ibu
Kesehatan persalinan/Nifas
kesehatan masyarakat
Rendahnya kunjungan K1 dan K4

Rendahnya kualitas Kurangnya nutrisi saat di dalam


kesehatan bayi kandungan

416
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Tingginya bayi lahir dengan Berat


Bawah Garis Merah (BBGM)

Tingginya bayi lahir dengan Berat


Badan Lahir Rendah (BBLR)

Tingginya bayi gizi buruk

Rendahnya cakupan Imunisasi


Dasar Lengkap (IDL)

Tingginya balita gizi buruk

Tingginya prevalensi stunting


Rendahnya kualitas
kesehatan balita Tingginya kesakitan balita

Rendahnya cakupan Imunisasi


Dasar Lengkap

Rendahnya kualitas Minimnya pengetahuan tentang


kesehatan masyarakat PHBS

417
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Tingginya kesakitan penyakit


menular

Tingginya kesakitan penyakit tidak


menular

Rendahnya cakupan masyarakat


yang memiliki sistem jaminan
kesehatan

Rendahnya cakupan pelayanan


kesehatan jiwa

Belum optimalnya pengembangan


sarana, prasarana, dan alat
kesehatan

Masih rendahnya pola hidup bersih


dan sehat

418
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Kualitas dan kuantitas tenaga medis


belum memadai

Masih rendahnya ketersediaan jalur


strategis desa

Akses menuju kawasan industri dan


proyek strategis nasional belum
optimal
Pekerjaan Umum
Belum optimalnya
dan Penataan Akses jalur darat belum Ketersediaan jembatan masih minim
konektivitas antar
Ruang optimal Database jembatan belum diperbarui
wilayah
Masih rendahnya perencanaan
pembangunan jalan dan jembatan
kabupaten

Pembangunan sulit menjangkau


seluruh wilayah

419
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya penerapan


teknologi mutakhir dalam
pembangunan jalan dan jembatan

Masih rendahnya kualitas Pengawasan konstruksi jalan dan

infrastruktur jalur darat jembatan belum optimal

terbangun Rendahnya rehabilitasi jalan dan


jembatan kabupaten setiap tahun

Kurangnya tenaga pengawas


pengguna jalan yang tersertifikasi

Ketersediaan sarana prasarana air


baku belum optimal
Belum optimalnya
Belum optimalnya Belum ada inventarisasi sumber air
akses terhadap air
pemanfaatan air baku baku yang layak
bersih
Kapasitas mesin pelayanan air bersih
perkotaan terbatas

420
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Rendahnya jaringan perpipaan air


bersih

Masih rendahnya rehabilitasi dan


pemeliharaan jaringan perpipaan air
bersih

Masih rendahnya rehabilitasi dan


pemeliharaan sarana dan prasarana
air minum

Belum optimalnya ketersediaan


infrastruktur pengendali banjir dan
erosi sungai
Belum memadainya
Masih tingginya risiko
ketersediaan bangunan Infrastruktur penahan abrasi pantai
bencana
pengendali bencana belum memadai

Kurangnya pembangunan jaringan


irigasi

421
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Kurangnya normalisasi saluran


drainase perkotaan

Rendahnya rehabilitasi tanggul


penahan air asin pada area
pertanian dan jaringan irigasi

Rendahnya pembangunan dan


pemeliharaan drainase/gorong-
gorong setiap tahun

Belum tersusunnya keseluruhan


RDTR
Belum optimalnya Masih kurangnya
Belum tersusunnya dokumen
tingkat kepatuhan kesesuaian antara
insentif dan disinsentif pemanfaatan
terhadap penataan perencanaan dengan
ruang
ruang pemanfaatan ruang
Belum terbangunnya sistem
informasi tata ruang

422
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Adanya kebijakan pusat yang belum


terakomodir ke dalam RTRW

Banyak terjadi dinamika internal dan


eksternal dalam RTRW

Belum optimalnya pendataan


perumahan dan permukiman

Belum adanya lokasi untuk


pengembangan perumahan
Perumahan Rakyat Belum optimalnya
Masih rendahnya
dan Kawasan akses terhadap
Kurangnya informasi dan edukasi
pemukiman layak penyediaan rumah layak
Permukiman huni kepada masyarakat
huni
Belum optimalnya pengembangan
kawasan permukiman terpadu

Belum optimalnya pengendalian dan


pengawasan kawasan kumuh

423
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Masih kurangnya data untuk


pengendalian permukiman kumuh

Ketersediaan sanitasi permukiman


belum optimal

Database jalan lingkungan di


Belum optimalnya
ketersediaan Prasarana, kawasan permukiman kumuh belum
Sarana, dan Utilitas umum tersedia
(PSU)
Database air bersih di kawasan
kumuh belum tersedia

Belum optimalnya kualitas jalan


lingkungan di kawasan permukiman

Belum optimalnya ketersediaan


jaringan drainase lingkungan

Belum optimalnya ketersediaan


saluran air limbah

424
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Keterbatasan lokasi TPS

Masih terdapat rumah tangga yang


belum memperoleh layanan air
bersih dan sanitasi layak

Masih ditemukan masyarakat yang


kesulitan menemukan air bersih

Masih terdapat rumah tangga yang


belum memperoleh layanan
pengolahan air limbah domestik

Sarana dan prasarana penunjang


Keamanan, Belum optimalnya belum memadai
Belum optimalnya
Ketertiban Umum, penyelesaian K3
pelayanan keamanan dan Kegiatan patroli wilayah masih
dan Perlindungan (Ketertiban,
kenyamanan di lingkungan terbatas
Masyarakat Ketentraman, dan
masyarakat
Keindahan) Belum optimalnya sosialisasi tentang
K3 di masyarakat

425
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Masih banyak anggota Linmas yang


tidak terampil

Belum optimalnya pembinaan


wawasan kebangsaan

Belum optimalnya pembinaan dan


Masih adanya potensi Masih adanya ganguan pengembangan serta pengawasan
konflik sosial terhadap kohesivitas sosial terhadap Ormas dan LSM

Belum optimalnya koordinasi


pencegahan dan pengawasan
terhadap pengedaran narkoba

Belum adanya kajian pengurangan


risiko bencana (PRB) daerah
Belum optimalnya
Masih tingginya risiko Terbatasnya sarana dan prasarana
kesiapsiagaan terhadap
bencana kebencanaan (sarana dan prasarana
bencana
pengendali banjir, kebakaran, dan
sebagainya)

426
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum adanya pembentukan unit


Damkar di setiap kecamatan

Perlu ditingkatkannya kapasitas


SDM penanggulangan bencana baik
petugas maupun kelompok
masyarakat

Belum optimalnya patroli


kesiapsiagaan penanggulangan
karhutla

Keterbatasan jaringan informasi dan


komunikasi kebencanaan

Sarana dan prasarana


Belum optimalnya penanggulangan bencana belum
penanggulangan bencana memadai (karhutla, banjir, dan
sebagainya)

427
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Diperlukannya peningkatan sekat-


sekat bakar untuk mengatasi
karhutla (kebakaran hutan dan
lahan)

Belum memadainya kualitas


penyimpanan logistik dan peralatan
kedaruratan

Belum optimalnya SOP tanggap


darurat

Belum optimalnya penyelenggaraan


rehabilitasi pasca bencana

Rendahnya pendapatan PPKS


Sosial Masih rendahnya Belum optimalnya
Belum optimalnya kapasitas SDM
kesejahteraan sosial keberdayaan sosial
kelompok rentan

428
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Cakupan pelayanan PPKS masih

Belum optimalnya kualitas rendah

pelayanan sosial Kualitas pekerja sosial belum


optimal

Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

Masih rendahnya kompetensi SDM


kelompok usaha

Belum optimalnya Pemberian bantuan modal usaha

Tenaga Kerja Masih tingginya pengembangan wirausaha belum optimal

pengangguran Kelompok usaha binaan pemerintah


belum memiliki status badan hukum

Belum optimalnya tingkat Rendahnya kompetensi SDM para


kesempatan kerja pencari kerja

429
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya fungsi sistem


informasi bursa kerja online

Belum optimalnya
Belum optimalnya fungsi mediasi
penanganan hubungan
perselisihan hubungan industrial
industrial

Rendahnya kapasitas SDM


perempuan

Masih rendahnya kualitas Belum optimalnya kesempatan

perempuan aktif dalam perempuan


Pemberdayaan
Rendahnya
Perempuan dan kegiatan ekonomi dan Belum optimalnya pengarusutamaan
keberdayaan
Perlindungan Anak politik gender
perempuan dan anak
Rendahnya akses perempuan dalam
politik

Belum optimalnya kerja sama antar


lembaga (LSM)

430
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya
Belum optimalnya keterlibatan
perlindungan terhadap
masyarakat, dunia usaha, dan media
perempuan dan anak

Stok cadangan pangan belum

Belum optimalnya optimal

ketersediaan pangan Masih kurangnya lumbung pangan


dan sarana pendukungnya

Infrastruktur pendukung distribusi


Pangan Menurunnya
Belum optimalnya akses pangan belum berkondisi baik
ketahanan pangan
distribusi pangan Ketersediaan toko tani belum
memadai

Belum optimalnya
Diversifikasi pangan non-nasi masih
konsumsi terhadap pangan
belum optimal
yang berkualitas

431
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum ada mekanisme usulan


pengadaan tanah yang terstruktur

Kebutuhan pengadaan belum


Perencanaan pengadaan tertuang dalam dokumen
tanah belum maksimal perencanaan

Koordinasi perencanaan pengadaan


Belum optimalnya
Pertanahan dengan institusi vertikal belum
penyelenggaraan
terintegrasi
urusan pertanahan
Pemberian izin lokasi Belum optimalnya perangkat
belum maksimal pendukung perizinan

Pembagian kewenangan urusan


Penetapan subjek dan pertanahan dengan lembaga vertikal
objek tanah belum optimal belum diinternalisasi dalam sistem
manajerial yang jelas

432
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Pencemaran limbah industri

Belum adanya pengawasan

Kualitas air belum optimal lingkungan hidup

Keterbatasan alat dan teknologi


pengukuran kualitas air

Pemantauan kualitas air belum


optimal
Lingkungan Hidup Menurunnya kualitas
lingkungan hidup Masih adanya pembakaran lahan
Kualitas udara belum
optimal Belum adanya alat ukur kualitas
udara

kebakaran hutan dan lahan pada

Menurunnya kualitas musim kemarau (karena pembukaan


tutupan lahan lahan dan faktor alam)

Keterbatasan sarana dan prasarana


pengelolaan lingkungan

433
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

belum optimalnya penegakan


pelanggaran lingkungan hidup

Belum adanya sistem kontrol


pengelolaan persampahan

Belum optimalnya lokasi tempat


sampah eksisting

Kurangnya ketersediaan alat angkut

Belum optimalnya sampah

pengelolaan persampahan Daya tampung TPA yang ada sudah


tidak memadai

Belum tersedianya TP3R dan rumah


kompos

Masih kurangnya peran masyarakat


peduli sampah

434
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum memadainya sarana dan


prasarana

Belum optimalnya fasilitasi operator


perekaman

Belum adanya back-up server data

Belum optimalnya kependudukan


Administrasi
Belum optimalnya
Kependudukan dan kepemilikan dokumen Belum optimalnya pemutakhiran
pelayanan kependudukan
Pencatatan Sipil kependudukan status Kartu Keluarga

Belum optimalnya penerapan TIK


dalam pelayanan dokumen
kependudukan

Belum optimalnya pengelolaan arsip


kependudukan

435
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya tingkat sosialisasi


Masih rendahnya
tentang kepemilikan dokumen
kesadaran masyarakat
kependudukan
dalam mengurus dokumen
Cakupan pelayanan kependudukan
kependudukan
masih terbatas

Belum optimalnya kapasitas


perencanaan dan penganggaran desa
Belum optimalnya
Belum optimalnya kapasitas
Masih rendahnya kapasitas tata kelola
Pemberdayaan aparatur pemerintahan desa
tingkat kemandirian pemerintahan desa
Masyarakat dan
Belum optimalnya peran
Desa desa
pendamping desa

Masih rendahnya kapasitas Masih rendahnya kapasitas dan


pengelolaan potensi desa peran BUMDesa

436
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya peran SDM


pengelola potensi desa dan
kelembagaan BUMDesa

Belum optimalnya manfaat


pengelolaan tanah kas desa

Masih rendahnya pemanfaatan


teknologi tepat guna

Masih rendahnya koordinasi lintas


sektor dalam pengembangan
kawasan pedesaan

Masih rendahnya penataan batas


wilayah desa (Penetapan dan
penegasan batas desa)

437
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya pemerataan


layanan untuk mendukung program
“Bangga Kencana”
Pengendalian
Belum optimalnya akses
Penduduk dan Belum optimalnya Belum optimalnya partisipasi
masyarakat terhadap
Keluarga Berencana kualitas kesehatan Sekolah Siaga Kependudukan
pelayanan Keluarga
(KB) reproduksi Belum optimalnya partisipasi
Berencana (KB)
Kelompok Ketahanan Keluarga

Belum optimalnya fungsi Kampung


KB

Pengawasan penggunaan jalan


belum optimal (rambu-rambu lalu
Belum optimalnya lintas)
Belum optimalnya
Perhubungan ketersediaan sarana dan
kualitas perhubungan
prasarana perhubungan
Bangunan fasilitas perhubungan
belum memadai

438
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Ketersediaan dan kualitas alat


pengujian kelayakan kendaraan
belum optimal (belum lolos kalibrasi)

Ketersediaan fasilitas keselamatan


perhubungan belum optimal

Layanan transportasi umum belum


memadai (keterbatasan trayek dan
moda transportasi)

Belum ada PPNS penguji

Masih kurangnya pemeliharaan


fasilitas perhubungan (pengerukan
dermaga dan rambu keselamatan)

Kurang tersedianya fasilitas


penunjang perhubungan (gudang
penyimpanan dermaga)

439
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya penataan


kelembagaan

Kurang optimalnya penyebarluasan


data dan informasi pembangunan
daerah
Belum optimalnya
Belum optimalnya layanan
akses terhadap Peningkatan PPID di tingkat OPD
informasi publik
Komunikasi dan informasi publik
Belum optimalnya pengembangan
Informatika
KIM

Belum optimalnya pengembangan


jaringan telekomunikasi di
kecamatan

Kapasitas SDM TIK masih terbatas


Belum optimalnya Belum optimalnya tata
Masih terbatasnya peraturan tentang
integrasi layanan kelola TIK
TIK

440
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

pemerintahan Belum optimalnya ketersediaan


berbasis elektronik dokumen pendukung TIK

Masih terbatasnya
Belum optimalnya pengembangan
infrastruktur teknologi dan
sistem TIK
informasi

Rendahnya penyelenggaraan
koperasi dalam menyelenggarakan
Rapat Anggota Tahunan

Rendahnya kontribusi Rendahnya kapasitas SDM pengurus


Rendahnya kapasitas
Koperasi, Usaha Koperasi dan Usaha koperasi dalam mengelola koperasi
manajerial koperasi
Kecil, dan Menengah Kecil Menengah
Terbatasnya permodalan
terhadap
Perekonomian Terbatasnya jenis usaha yang
dikelola

Belum optimalnya omzet Kurangnya pembinaan terhadap


UKM para pelaku UKM

441
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Terbatasnya permodalan

Terbatasnya sarana dan prasarana


pendukung usaha

Belum optimalnya standarisasi


produk-produk UKM

Belum optimalnya metode


pemasaran secara daring

Rendahnya kapasitas SDM pelaku


UKM

Terbatasnya daya saing produk UKM

442
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Metode dan sistem untuk


perhitungan PMA dan PMDN belum
optimal (rekonsiliasi antara sistem
Pendataan potensi investasi
dengan manual)
belum optimal
Kesadaran perusahaan untuk

Menurunnya realisasi melaporkan LKPM secara berkala


Penanaman Modal
penanaman modal masih rendah

(PMA dan PMDN) Masih lemahnya koordinasi antar


Promosi secara langsung perangkat daerah dalam
belum optimal pengembangan kerjasama, promosi,
dan perizinan

Belum optimalnya Peraturan tentang kemudahan


kondusifitas iklim investasi berinvestasi sedang diproses

Belum optimalnya kualitas atlet


Rendahnya prestasi Belum optimalnya fungsi
Minimnya keikutsertaan atlet dalam
olahraga keolahragaan di daerah
kompetisi olahraga luar daerah

443
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya kualitas


kepemimpinan pemuda

Kepemudaan dan Rendahnya peran Belum optimalnya kualitas


Belum optimalnya kualitas
Olahraga pemuda dalam organisasi dan
kewirausahaan pemuda
pembangunan kewirausahaan pemuda
Belum adanya dukungan dari pihak
swasta

Pemetaan, identifikasi, pemenuhan


Belum optimalnya
Statistik Integrasi database daerah data, dan validasi belum optimal
kualitas statistik
belum optimal Sinergitas forum data/informasi
daerah
statistik sektoral belum optimal

Prosedur penggunaan Kurangnya SDM yang memadai


Persandian Belum optimalnya
persandian masih belum bidang persandian
layanan persandian
optimal Kurangnya pelatihan persandian

444
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Minimnya sarana promosi


kebudayaan

Minimnya kegiatan pengembangan


Rendahnya komitmen
sanggar seni budaya
Kebudayaan Pelestarian budaya masyarakat dalam
Pembangunan rumah adat masih
masih belum optimal mempertahankan
banyak yang tertunda
kebudayaan
Pengetahuan seni budaya SDM
pelaku budaya masih perlu
ditingkatkan

Belum optimalnya kapasitas SDM

Rendahnya budaya pengelola perpustakaan


Terbatasnya jangkauan dan
Perpustakaan baca di kalangan Terbatasnya koleksi buku yang
kualitas pelayanan
pelajar dan dibutuhkan masyarakat
perpustakaan
masyarakat
Belum memadainya sarana dan
prasarana serta fasilitas

445
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

perpustakaan (gedung, koleksi, rak


buku, dsb)

Belum optimalnya layanan


perpustakaan perpustakaan keliling

Belum tersedianya perpustakaan


digital

Masih terbatasnya kapasitas SDM


dalam mengelola arsip daerah
Belum optimalnya
Belum optimalnya sarana dan
pengembangan arsip secara
prasarana arsip daerah
Kearsipan Belum optimalnya baku
Belum optimalnya penerapan Sistem
tata kelola kearsipan
Kearsipan Pola Baru (SKPB)

Rendahnya penyelamatan
Minimnya penangangan arsip aktif
dan pelestarian
dan inaktif
dokumen/arsip daerah

446
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN

Kurangnya pengetahuan / kapasitas


SDM nelayan

Masih kurangnya peralatan


perikanan tangkap yang memadai
Belum optimalnya produksi
Belum optimalnya pengawasan
perikanan tangkap
Menurunnya
Kelautan dan kawasan perikanan tangkap
kontribusi sektor
Perikanan (menggunakan racun ikan, setrum)
perikanan terhadap
Belum optimalnya sarana prasarana
perekonomian
perikanan tangkap

Kurangnya pengetahuan / kapasitas

Belum optimalnya produksi SDM pelaku pembudidaya

perikanan budidaya Jangkauan distribusi benih ikan


budi daya masih belum memadai

447
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya pengawasan


kawasan perikanan budidaya
(penggunaan keramba yang
berlebihan di kawasan sungai)

Belum optimalnya sarana prasarana


perikanan budidaya

Belum optimalnya kualitas Kurangnya penjaminan mutu dalam


produk perikanan pengolahan ikan segar

Terbatasnya sarana dan prasarana


pendukung pariwisata
Rendahnya kontribusi
Kurangnya pengembangan
Pariwisata sektor pariwisata Rendahnya pengembangan potensi
dan pengelolaan destinasi
terhadap atraksi wisata
wisata
perekonomian
Rendahnya kapasitas SDM pengelola
wisata

448
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya sinergi kerjasama


antara pelaku bisnis wisata,
Belum optimalnya
masyarakat, dan pemerintah daerah
kerjasama pengembangan
Rendahnya pemberdayaan
destinasi wisata
masyarakat melalui kelompok sadar
wisata

Belum optimalnya Belum optimalnya pemasaran wisata


pemasaran destinasi wisata berbasis teknologi

Kurangnya luas tanam tanaman


pangan dan hortikultura
Menurunnya
Pertanian kontribusi sektor Belum optimalnya produksi Kurangnya produktivitas tanaman
pertanian terhadap tanaman pangan pangan dan hortikultura
perekonomian
Belum optimalnya kapasitas SDM
kelembagaan petani dan penyuluh

449
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Pertanian belum berorientasi


agribisnis

Belum optimalnya produksi Kurangnya benih belum unggul

tanaman hortikultura Sarana prasarana belum memadai

Bibit perkebunan rakyat belum


unggul

Kurangnya produktivitas tanaman


perkebunan

Luas tanam masih rendah untuk


Menurunnya produksi perkebunan rakyat
tanaman perkebunan
Pembinaan terhadap perkebunan
swasta belum optimal

Pola budidaya perkebunan rakyat


masih tradisional

Kapasitas SDM petani masih rendah

450
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Sarana prasarana masih belum


memadai

Kualitas produk pertanian Belum optimalnya penanganan


belum optimal pasca panen berbasis teknologi

Belum optimalnya produktivitas

Belum optimalnya produksi hasil ternak

hasil peternakan Belum optimalnya luas lahan usaha


budidaya peternakan

Tingkat kelahiran ternak masih


rendah
Menurunnya populasi
Belum optimalnya pencegahan
ternak
penyakit menular dari luar daerah
(keswan)

451
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Ketidakstabilan persediaan barang


pokok dan barang penting

Ketidakstabilan harga barang pokok


dan barang penting

Kurangnya persediaan dan Terbatasnya pelayanan


Belum optimalnya
kelancaran distribusi kemetrologian
Perdagangan kontribusi sektor
barang
Terbatasnya pengawasan distribusi
perdagangan terhadap
barang
perekonomian
Kurangnya ketersediaan sarana
prasarana perdagangan yang
memadai

Belum optimalnya nilai Kurangnya pembinaan usaha


perdagangan perdagangan formal

452
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Rendahnya kapasitas SDM pelaku


IKM
Belum optimalnya
Terbatasnya permodalan
kontribusi sektor Belum optimalnya nilai
Perindustrian
perindustrian produksi industri kecil dan Terbatasnya pemasaran produk IKM
terhadap menengah (IKM)
Belum tersedianya sarana prasarana
perekonomian
pendukung industri yang memadai

Terbatasnya daya saing produk IKM

Belum tersedianya rencana teknis


satuan pemukiman (RTSP) kawasan
transmigrasi dan kawasan eks
Belum optimalnya Belum optimalnya
Transmigrasi transmigrasi
pengembangan perencanaan kawasan
Belum tersedianya Rencana Tata
kawasan transmigrasi transmigrasi
kelola Jalan (RTJ) kawasan
transmigrasi dan kawasan eks
transmigrasi

453
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum tersedianya calon kawasan


transmigrasi baru

Belum optimalnya ketersediaan


Belum optimalnya
Prasarana dan Sarana Utilitas (PSU)
pengembangan aspek sosial
di kawasan transmigrasi
dan ekonomi masyarakat di
Belum optimalnya kapasitas SDM di
kawasan transmigrasi
kawasan eks transmigrasi

Unsur Pendukung Urusan Pemerintahan

Masih kurangnya orientasi


Belum optimalnya
perencanaan dan Masih kurangnya pemahaman
Sekretariat Daerah akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah pengukuran kinerja tentang perencanaan dan
Belum optimalnya
berbasis outcome, tidak pengukuran kinerja di setiap OPD
fungsi pengendalian
sekedar serapan anggaran

454
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

kualitas pelayanan Kapasitas pengukuran dan


Belum optimalnya akurasi
publik pengelolaan data kinerja yang masih
dan pemutakhiran data
kurang

Belum optimalnya Survei


Kepuasan Masyarakat SKM masih sebagai instrumen
(SKM) sebagai bentuk pemenuhan administrasi
akuntabilitas sosial

Adanya multitafsir batas wilayah


antar daerah
Masih adanya persoalan
Belum efektifnya fasilitasi tapal
tapal batas
Belum optimalnya
batas antar kecamatan/desa,
fungsi pengendalian
terutama yang terdapat potensi SDA
kebijakan daerah
Belum efektifnya fungsi Belum adanya instrumen pengendali
pengendalian kebijakan
dan pengukur keberhasilan
daerah
kebijakan

455
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya Masih adanya bansos yang tidak


efektivitas bansos tepat sasaran

Belum optimalnya pelaksanaan


PATEN di Kecamatan
Belum optimalnya fungsi p
Belum optimalnya pelaporan
engendalian kinerja
penyelenggaraan PATEN
kecamatan
Data monografi kecamatan yang
belum bisa update 6 bulan sekali

Belum efektifnya fasilitasi


penyusunan Renja anggota DPRD
Belum efektifnya fasilitasi
Belum efektifnya
Sekretariat DPRD administrasi dan anggaran Kinerja kesekretariatan yang
kinerja pelayanan
untuk menopang kinerja ditentukan oleh kinerja politik
kesekretariatan
DPRD
Adanya kekuarangan sarana
prasarana

456
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Fasilitasi rapat DPRD yang tidak


tepat waktu

Unsur Penunjang Urusan Pemerintah

Belum optimalnya sistem aplikasi


perencanaan

Masih rendahnya pemahaman OPD

Belum optimalnya terkait dengan perencanaan strategis


Belum optimalnya
keselarasan antar dokumen Belum selarasnya indikator kinerja
Perencanaan kualitas sistem
perencanaan utama kepala daerah dengan kepala
perencanaan
perangkat daerah
pembangunan daerah
Masih rendahnya akurasi proyeksi
target kinerja dan pagu indikatif

Masih rendahnya ketersediaan data


yang akurat dan mutakhir

457
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Pelaksanaan evaluasi yang masih


manual

Belum optimalnya kualitas Belum optimalnya pelaksanaan


pengendalian dan evaluasi pengendalian dan evaluasi ditingkat
pembangunan OPD

Capaian kinerja belum berbasis pada


indikator kinerja utama (outcomes)

Adanya ketidaksamaan antara


aspirasi masyarakat dengan
Belum optimalnya tindak
tema/prioritas pembangunan
lanjut aspirasi masyarakat
Belum selarasnya Pokir DPRD
dalam pembangunan
dengan prioritas pembangunan
daerah

Belum optimalnya Belum optimalnya sistem integrasi

keselarasan antara perencanaan dan penanggaran

458
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

perencanaan dengan
penganggaran

Masih terbatasnya kapasitas SDM di


Belum optimalnya
bidang keuangan (Internal dan OPD)
penyusunan dan pelaporan
Belum optimalnya penerapan sanksi
pengganggaran dan
Masih perlunya
bagi OPD yang terlambat menyusun
pertanggungjawaban sesuai
peningkatan tata
dan melaporkan anggaran
kelola keuangan
Belum optimalnya legalitas aset
daerah
Keuangan
Belum optimalnya daerah

pengelolaan aset daerah belum optimalnya analisis


pemanfaatan aset daerah

Data objek pajak dan subjek pajak


Belum optimalnya
Belum optimalnya belum di-update
penerimaan pajak
pelayanan pajak Belum optimalnya pendataan objek
daerah
pajak daerah

459
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Sarana dan prasarana pembayaran


pajak belum optimal

Belum optimalnya kerjasama terkait


pelayanan perpajakan daerah

Masih terbatasnya kapasitas SDM


dalam menilai data perpajakan

Belum optimalnya penerapan


teknologi dan informasi dalam
pelayanan pajak

Belum optimalnya penerapan reward


dan punisment

Kesadaran wajib pajak Belum optimalnya sosialisasi tentang


rendah kewajiban membayar pajak

Belum optimalnya pengawasan


terhadap wajib pajak

460
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Sarana dan prasarana retribusi


kurang memadai
Belum optimalnya
Masih banyak aset daerah Belum optimalnya pendataan
penerimaan retribusi
yang belum dimanfaatkan sumber-sumber retribusi
daerah
Belum optimalnya koordinasi dengan
OPD penghasil

Belum proporsionalnya Masih adanya kebutuhan jabatan


jumlah pegawai sesuai fungsional dan pelaksana yang
kebutuhan belum terpenuhi

Masih perlunya peningkatan sistem


Belum optimalnya
Kepegawaian pelayanan kepegawaian berbasis
kualitas manajemen
Masih perlunya aplikasi dan pemantauan proses
ASN
peningkatan kualitas layanan oleh pegawai langsung

layanan kepegawaian Belum optimalnya integrasi dan


pemutakhiran sistem informasi
kepegawaian

461
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum adanya database terkait

Pendidikan dan Belum optimalnya Belum optimalnya sistem jumlah pegawai yang telah mengikuti

Pelatihan kualitas manajemen pengembangan kompetensi diklat

ASN pegawai Masih rendahnya jabatan yang terisi


sesuai kompetensi

Belum memiliki Peneliti, Perekayasa,


dan Analis Kebijakan
Hasil riset dan
Belum optimalnya kualitas Belum optimalnya kapasitas SDM
pengembangan yang
dan kuantitas hasil Kelitbangan
ditindaklanjuti/
Penelitian dan dijadikan dasar untuk penelitian dan Anggaran penelitian belum optimal
Pengembangan menyusun pengembangan
Belum optimalnya bank data
rekomendasi
Kelitbangan (hasil penelitian
kebijakan belum
sebelumnya, dsb)
optimal
Belum optimalnya sarana dan
prasarana pendukung

462
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum adanya
pengembangan inovasi Inovasi daerah belum terlembaga
daerah berbasis riset

Masih kurangnya koordinasi dengan


pihak kecamatan

Masih kurangnya kapasitas


Belum optimalnya Belum optimalnya TLHP
pemerintah desa terkait pengelolaan
Tindak Lanjut Hasil Internal ke Pemerintah
pemerintahan dan keuangan desa
Pemeriksaan (TLHP) Desa
Belum proporsionalnya jumlah
Pengawasan fungsional auditor dibanding obyek
pengawasan

Belum terpenuhinya syarat


Belum optimalnya Belum adanya
akuntabilitas kinerja minimal B
penguatan integritas pencananaan zona
kelembagaan dan integritas dan menerapkan Pemetaan OPD yang memiliki
aparatur WBK WBBM persyaratan untuk pelaksanaan zona
integritas (pelayanan strategis,

463
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

reformasi birokrasi yang baik, dan


pengelolaan sumber daya besar)

Belum optimalnya akses Aplikasi Lapor setiap OPD yang


pengaduan masyarakat belum terintegrasi

Unsur Kewilayahan

Belum optimalnya Masih terdapat kecamatan yang


Belum optimalnya
kualitas pelayanan belum memenuhi syarat sarana
penyelenggaraan PATEN
masyarakat prasarana pelayanan

Masih terdapat desa yang belum


Kecamatan
Belum optimalnya asistensi memenuhi persyaratan pengajuan
Belum optimalnya
perencanaan, DD/ADD dan pertanggungjawaban
fungsi asistensi
penganggaran dan keuangan
pembangunan desa
pelaporan desa Belum optimalnya penguatan
pemahaman terkait regulasi desa

464
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Masih adanya ketidakjelasan leading


Adanya persoalan
sector pendataan
pendataan masyarakat
Sumber data dari pemerintah pusat
miskin
yang tidak lagi akurat
Belum efektifnya
Belum optimalnya penguatan
fungsi koordinasi
Belum efektifnya peran
pemahaman masyarakat terkait
kewilayahan
kecamatan sebagai
tema/prioritas pembangunan
jembatan prioritas
Belum optimalnya pendampingan
pembangunan daerah dan
pengembangan potensi kewilayahan
desa
di desa-desa

Belum optimalnya pembinaan

Kesatuan Bangsa wawasan kebangsaan


Masih adanya potensi Masih adanya ganguan
dan Politik konflik sosial terhadap kohesivitas sosial Belum optimalnya pembinaan dan
pengembangan serta pengawasan
terhadap Ormas dan LSM

465
Urusan Pemerintah Masalah Pokok Masalah Akar Masalah

Belum optimalnya koordinasi


pencegahan dan pengawasan
terhadap pengedaran narkoba

Sumber : Diolah oleh Tim Penyusun

466
3.2 Isu Strategis Daerah

Isu strategis adalah situasi yang dapat menjadi masalah atau


peluang bagi daerah di masa mendatang. Isu strategis merupakan
suatu hal yang belum menjadi masalah saat ini, tetapi pada
akhirnya dapat menjadi masalah di tempat lain. Isu strategis
merujuk pada masalah atau tantangan yang memiliki dampak
signifikan pada tujuan dan rencana jangka panjang suatu
organisasi, pemerintah, atau entitas dalam mencapai tujuan dan
visinya.

Isu strategis adalah masalah yang harus diberikan perhatian


dan pemecahan khusus karena memiliki potensi untuk
mempengaruhi arah strategis dan kinerja keseluruhan suatu
entitas. Isu strategis tidak selalu berarti masalah negatif; ini juga
dapat merujuk pada peluang atau tren yang harus dimanfaatkan
untuk mencapai tujuan strategis. Selain itu, isu strategis juga dapat
dimaknai sebagai potensi yang daerah yang belum terkelola, dan
jika dikelola secara tepat dapat menjadi potensi modal
pembangunan yang signifikan. Ketika suatu daerah
mengidentifikasi isu strategis, langkah-langkah diambil untuk
memanfaatkannya dalam rencana strategis. Ini melibatkan analisis,
perencanaan, alokasi sumber daya, dan pengambilan keputusan
strategis untuk meminimalkan risiko atau mengoptimalkan peluang
yang timbul dari isu tersebut.

3.2.1 Isu Internasional

Perubahan yang sangat besar dan cepat sedang berlangsung


di dunia saat ini yang membuat tantangan global di masa depan
semakin kompleks. Kemajuan teknologi digital dan kecerdasan
buatan, yang juga dikenal sebagai AI, merupakan teknologi digital
paling menonjol yang mendorong perubahan global ini dan akan
membawa transformasi besar dalam jangka panjang. Unsur-unsur

467
tertentu menyebabkan perubahan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat sehingga berujung pada terbentuknya tatanan
kehidupan baru. Berbagai tantangan global yang akan dihadapi
bangsa ini menuju Impian Indonesia Emas Tahun 2045 terangkum
kedalam sepuluh aspek megatrend global yang memberikan efek
positif sebagai peluang untuk maju dan efek negative memberikan
disrupsi bagi pertumbuhan bangsa ini. Sepuluh megatrend tersebut
antara lain adalah:

1) Urbanisasi dunia;
2) Perdagangan internasional;
3) Disrupsi teknologi;
4) Demografi global;
5) Geopolitik dan geoekonomi;
6) Pertumbuhan kelas menengah
7) Persaingan sumber daya Alam
8) Perubahan Iklim
9) Tata Kelola Keuangan Global
10) Pemanfaatan Luar Angkasa

468
1. Urbanisasi Dunia

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh PBB diperkiran


bahwa dua pertiga penduduk dunia akan tinggal di kawasan
perkotaan pada tahun 2050, dengan persentase sebanyak 95%
terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Jumlah orang
yang tinggal di kota-kota di Asia sendiri akan meningkat 1,7 kali
lipat dalam empat puluh tahun mendatang. Pelayanan masyarakat
dan kegiatan ekonomi yang tidak optimal menjadi dampak tekanan
penduduk dan pembangunan perkotaan di negara dengan ekonomi
yang cenderung masih berkembang yang umumnya tidak memadai
dan kurang terencana dengan baik. Sekitar 25–30 persen penduduk
perkotaan masih tinggal di kawasan permukiman tanpa pelayanan
dasar seperti air, drainase, sanitasi, listrik, dan jalan yang memadai
di banyak kota di benua Asia dan Afrika. Teknologi informasi dan
komunikasi yang cepat mendorong perkembangan perkotaan,
terutama dalam menangani masalah sehari-hari. Di sisi lain,
dampak pandemi COVID-19 di samping teknologi pintar dan
pengelolaan data berbasis mahadata akan sangat penting untuk
upaya kawasan perkotaan untuk menjadi yang terdepan.
2. Perdagangan Global

Sebagai pengganti negara maju yang tergabung dalam G7,


ekonomi negara berkembang, terutama negara E7, diperkirakan
akan meningkat pesat dan akan mengambil alih dominasi
perekonomian global. Skema GPN dan GVC menjadi pilihan utama
untuk produksi. Selain mengurangi biaya produksi, GPN dan GVC
meningkatkan penerimaan investasi asing dan perdagangan
internasional suatu negara. Adanya infrastruktur yang memadai,
pangsa pasar yang signifikan, dan kompetensi SDM industri yang
berkualitas, khususnya dalam produksi barang manufaktur
berorientasi ekspor, Asia Timur dan ASEAN akan berkembang
menjadi pusat GVC global.

469
Negara anggota Kawasan Kerja Sama Ekonomi Komprehensif
Kawasan (RCEP) Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) memiliki
kekuatan ekonomi yang signifikan, sumber daya alam yang
melimpah, dan posisi geografis yang strategis. Kerja sama ini
meningkatkan peluang perdagangan di wilayah Asia-Pasifik, yang
meningkatkan akses ke investasi global.
3. Perkembangan Teknologi

Teknologi digital seperti Internet of Things (IoT), blockchain,


artificial intelligence (AI), Distributed Ledger Technology (DLT),
otomatisasi proses robotik (RPA), komputasi tepi, sistem robot
mobil, 3D, dan teknologi masa depan adalah beberapa contoh
teknologi digital yang telah menguntungkan masyarakat. Proses
belajar mengajar berbasis kecerdasan buatan (AI) membutuhkan
inovasi untuk memastikan bahwa transfer ilmu pengetahuan dan
pengembangan kemampuan dapat dilakukan tanpa batas waktu
dan tempat. Kecerdasan Buatan akan membuat pendidikan lebih
efisien, efektif, transparan, dan ekonomis. Teknologi telah
menggantikan banyak pekerjaan. Saat ini, kecerdasan buatan
bahkan dapat menyelesaikan tugas yang lebih sulit daripada
sebelumnya. Dengan kemajuan teknologi, proses pengambilan
kebijakan, termasuk pembuatan peraturan, dapat ditingkatkan.
Teknologi membantu proses membuat undang-undang dan
peraturan dan membangun lembaga nasional yang lebih terencana,
lengkap, dan sistematis.
4. Demografi Global

Peningkatan penduduk menyebabkan tantangan


penyesuaian, tingginya kebutuhan hidup masyarakat, dan
keterbatasan sumber daya alam dan lahan. Pada data World
Population Prospects (2022), terdapat 7 miliar orang di seluruh
dunia saat ini yang diperkirakan akan terus meningkat hingga 9,7
miliar pada tahun 2050. Penetrasi global, perubahan bentuk dan

470
struktur rumah tangga, serta kemajuan teknologi digital
mempengaruhi pemenuhan kualitas keluarga. Perubahan ideologi
dan perpindahan penduduk dapat menyebabkan perubahan
struktur dan bentuk keluarga. Perilaku sesama jenis, penundaan
pernikahan, dan infertilitas semakin umum, mengakibatkan
penurunan angka kelahiran.Setiap negara, termasuk Indonesia
akan menghadapi tantangan dari dinamika geopolitik global yang
akan datang. Meningkatnya persaingan antar negara adidaya yang
akan berdampak pada tatanan global adalah konsekuensi dari
perkembangan geopolitik yang semakin meluas terhadap
masyarakat dan tatanan global.

Hal ini meningkatkan kekhawatian terhadap konflik di


seluruh dunia, seperti Perang Rusia-Ukraina yang berpotensi
menyebabkan konflik geopolitik di masa depan. Sementara itu di
wilayah lain seperti Semenanjung Taiwan, Semenanjung Korea,
Teluk Persia, dan Laut Cina Selatan. Kerugian bagi negara lain yang
disebabkan oleh perang, seperti peningkatan tekanan inflasi global,
krisis energi dan pangan, antara lain, Selain itu, perang mendorong
negara untuk menggunakan kekuatan militer untuk
mempertahankan kedaulatan mereka. Ini dapat meningkatkan
ketegangan antar negara, yang dapat menyebabkan konflik atau
perang lagi di kemudian hari.

5. Geopolitik dan Geoekonomi

Kawasan Indo-Pasifik muncul sebagai hasil dari perubahan


geopolitik yang melibatkan wilayah maritim Samudera Hindia dan
Pasifik. Pasifik telah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi,
menimbulkan persaingan antar negara. Sebagai upaya penanganan
konflik geopolitik di wilayah Indo-Pasifik, Indonesia berupaya
meningkatkan keterlibatan dalam ASEAN Outlook on the Indo-
Pacific untuk meningkatkan kerjasama dan mengurangi
ketidaksepakatan di wilayah tersebut. Secara strategis Indo-Pasifik

471
berfungsi sebagai ekosistem yang membawa perdamaian, stabilitas,
dan kemakmuran. Upaya perluasan dan peningkatan kerjasama
antarnegara, peluang ekonomi baru yang inklusif dapat diciptakan
di wilayah tersebut. Secara keseluruhan, pendapatan per kapita di
negara maju masih lebih tinggi dibandingkan negara berkembang.
Sektor komoditas tidak lagi menjadi penggerak pertumbuhan
ekonomi di negara-negara berkembang.

Selama 60 tahun terakhir, sebagian besar negara


berkembang mengandalkan ekspor komoditas sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi. 54% ekspor nasional Amerika Latin
berbasis komoditas, 81% di Afrika, dan 75% di negara-negara Timur
Tengah.Perubahan struktur perekonomian, terutama di negara-
negara pengimpor komoditas, telah menurunkan permintaan
terhadap komoditas. Tingkat kesiapan menghadapi perubahan
komoditas akan menentukan pertumbuhan ekonomi negara-negara
berkembang di masa depan.

Ekonomi negara berkembang yang didorong oleh kebijakan


makroekonomi yang dapat diandalkan yang berbasis pada prinsip
kehati-hatian telah mendukung pertumbuhan selama bertahun-
tahun dan akan menjadi salah satu pilar penting di masa depan.
Peningkatan infrastruktur dan sumber daya manusia dalam jangka
panjang akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
berkelanjutan. Untuk membangun struktur perekonomian yang
kompetitif, perbaikan dan reformasi lingkungan usaha akan
membantu.

6. Pertumbuhan Kelas Menengah

Fleksibilitas jam kerja menunjukkan perubahan di dunia


kerja. Banyak bisnis akhirnya mengadopsi metode kerja dari rumah
yang baru. Ternyata pandangan dan wawasan baru ini
menunjukkan seberapa besar kebutuhan tenaga kerja perusahaan

472
dan seberapa sempit lapangan kerja yang tersedia. Di masa
sekarang, fokus utama adalah efisiensi dan efektivitas SDM. Oleh
karena itu, untuk tetap bertahan dan menyesuaikan diri dengan
kebutuhan bisnis, kualitas kerja harus ditingkatkan. Hal ini
dikarenakan sistem kerja yang lebih efisien tentunya hanya akan
mempertahankan karyawan yang berkualitas tinggi dan berkinerja
tinggi.

7. Persaingan Memperebutkan Sumber Daya Alam

Kelangkaan dan persaingan sumber daya alam (SDA) (energi,


air, dan pangan) diperkirakan akan meningkat secara global di
masa depan. Meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas
ekonomi menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap sumber
daya alam seperti air, pangan, dan energi sehingga mendorong
persaingan dalam memperebutkan sumber daya alam.

8. Perubahan Iklim

Perubahan iklim global, kerusakan dan polusi lingkungan,


serta hilangnya keanekaragaman (tiga krisis global, tiga krisis
planet) diperkirakan akan terus berlanjut dan tidak dapat dihindari.
Triple Planet Crsis akan mendorong perubahan tren dalam dinamika
pembangunan global, seperti meningkatnya urgensi untuk
meninggalkan model pembangunan seperti biasa (BaU) yang lama
dan beralih ke praktik yang lebih berkelanjutan.
Kebijakan dan strategi utama dalam upaya meningkatkan
tren pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan dan rendah
karbon telah diterapkan oleh berbagai sektor di seluruh dunia.
Upaya pengurangan emisi gas rumah kaca adalah komitmen yang
dibuat oleh berbagai negara maju dan berkembang. Hal ini menjadi
kebijakan global di masa depan yang akan bergantung pada upaya
Indonesia untuk mendorong ekonomi hijau dan pembangunan
rendah karbon.

473
9. Tata Kelola Keuangan Global

Perubahan struktur ekonomi dan produktivitas penduduk


akan sangat memengaruhi pendapatan negara ke depan. Hal ini
berpotensi meningkatkan penerimaan negara. Ada kecenderungan
untuk menggunakan Central Bank Digital Currency (CBDC), yang
merupakan jenis mata uang fiat digital yang dimiliki oleh suatu
negara.
Upaya mengatasi risiko stabilitas aset kripto melalui CBDC
menjadi terobosan pencegahan sumber risiko baru yang dapat
mempengaruhi stabilitas moneter, ekonomi makro, dan sistem
keuangan di masa depan. Industri jasa keuangan telah berubah
karena kemajuan teknologi informasi. Industri jasa keuangan telah
mengalami transformasi besar sebagai akibat dari kemajuan
teknologi seperti Internet of Things (IoT), komputasi, kecerdasan
buatan, dan pembelajaran mesin.

10. Pemanfaatan Luar Angkasa

Ruang angkasa memiliki ciri-ciri khusus yang menunjukkan


pengetahuan manusia yang terbatas. Fakta bahwa ruang angkasa
berada di luar yurisdiksi negara mana pun di dunia tidak
menghalangi negara untuk bergantung padanya dalam hal
ekonomi, perbankan, agrikultur, pariwisata, navigasi, dan
kesehatan.
Antariksa dianggap sebagai warisan bersama, artinya ruang
strategis yang digunakan untuk kepentingan bersama. Banyak
negara telah mengembangkan industri ruang angkasa karena
aturan bahwa ruang angkasa bukan milik negara tertentu. Pada
kurun waktu yang panjang, ekonomi antariksa dunia akan tumbuh
secara signifikan. Hal ini diproyeksikan mencapai $469 miliar pada
tahun 2021 dan diperkirakan akan terus tumbuh hingga mencapai
$1 triliun pada tahun 2040.

474
Antarisa menjadi bidang yang paling menarik dan
berkembang pesat di dunia. Gambaran yang menarik tentang masa
depan manusia di luar angkasa mencakup eksplorasi,
komersialisasi, dan potensi sumber daya luar angkasa. Namun
demikian, saat kita menjadi lebih jauh ke luar angkasa, kita juga
dihadapkan pada banyak masalah dan pertimbangan etika yang
harus diatasi. Industri ruang angkasa akan terus berkembang dan
memberikan dampak besar bagi dunia jika pemerintah dan
perusahaan swasta bekerja sama dan mempertimbangkan masa
depan ini dengan cermat

ii.Isu Nasional

Indonesia telah membuat kemajuan dari tahapan


pembangunan sebelumnya, tetapi di masa depan akan menghadapi
banyak perubahan strategis yang sangat cepat. Pencapaian sasaran
Visi Indonesia Emas 2045 yang mencakup berbagai aspek ekonomi,
sosial, tata kelola, supremasi hukum, stabilitas, pertahanan,
diplomasi, ketahanan sosial, budaya, dan ekologi, kewilayahan, dan
infrastruktur, serta pembiayaan dan manajemen pembangunan,
menimbulkan tantangan. Beberapa masalah dan kendala yang
akan muncul selama pembangunan ke depan.

1. Rendahnya Tingkat Produktivitas di Tengah Persaingan


Global Yang Semakin Meningkat

Pada rentang tahun 2005 dan 2019, rata-rata produktivitas


Indonesia meningkat secara negatif sebesar 0,66 dibandingkan
dengan Korea Selatan, yang mampu mencapai 1,61 ketika masih
berada di posisi menuju negara maju dari 1971 hingga 1995, dan
juga Tiongkok, yang mampu mencapai 1,60 dari 2005 hingga 2019.
Capaian ini agak menunjukkan adanya ketertinggalan dalam
perkembangan produktivitas masyarakat. Kondisi produktivitas
yang rendah ini di antaranya disebabkan oleh produktivitas sektor

475
ekonomi yang rendah, kualitas sumber daya manusia yang buruk
terutama perempuan dan ketertinggalan dalam inovasi dan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta sistem insentif, regulasi, dan
kepastian hukum yang lemah.
Selanjutnya produktivitas yang rendah menyebabkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan. Antara tahun
2005 dan 2010, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,7%.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan rata-rata
4,7% antara tahun 2010 dan 2015. Berikutnya, kemampuan
ekonomi untuk tumbuh lebih jauh semakin terbatas, seperti yang
ditunjukkan oleh pertumbuhan rata-rata hanya 4,0 persen antara
tahun 2015 dan 2022.
Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadi dampak dari
produktivitas yang rendah, dan pandemi COVID-19 pada tahun
2020. Hal ini mempercepat penurunan pertumbuhan ekonomi
potensial di bawah 5%. Pertumbuhan ekonomi yang menurun
berdampak pada penurunan produksi diberbagai sektor sehingga
menciptakan kerugian
2. Lemahnya kapasitas ilmu pengetahuan, teknologi, dan
inovasi (IPTEKIN)

Untuk meningkatkan daya saing negara melalui peningkatan


efisiensi dan penciptaan produk-produk berkualitas tinggi dan
berteknologi tinggi, IPTEKIN harus memiliki kapasitas untuk
mencapai Visi Indonesia Emas 2045. Sedangkan komitmen
pemerintah yang masih lemah, terutama dari seri anggaran yang
hanya mencapai 0,28 persen dari PDB berdampak pada kapasitas
ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hal ini menyebabkan
ketertinggalan dari negara-negara lain seperti Negara Korea Selatan
(4,81), sedangkan pada tahun 2005, Thailand memiliki nilai 1,31,
sementara Negara Malaysia memiliki nilai 1,04.

476
Kapasitas bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi
berpengaruh pada pengembangan pembangunan maupun dalam
upaya meningkatkan pengembangan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia. Berbagai inovasi dari pengembangan
pengetahuan, dan teknologi tersebut menjadi cerminan sejauh
mana negara mampu berkembang.

3. Kuantitas dan Kualitas SDM Peneliti Belum Memadai

Rasio jumlah peneliti per satu juta penduduk hanya berjumlah


388, jauh lebih rendah dari Thailand (1.790), Singapura (7.287), dan
Korea Selatan (8.408). Ekosistem penelitian dan inovasi yang masih
lemah menyebabkan hasil penelitian tidak dapat digunakan karena
kurangnya kerja sama antara lembaga penelitian dan industri, serta
kerja sama domestik dan internasional yang terbatas. Jumlah paten
yang diajukan Indonesia pada tahun 2021 hanya 1.445, jauh di
belakang Malaysia (1.863), Singapura (9.766), dan Korea Selatan
(267.527). Indonesia baru mencapai 284 pada H-Indeks, jauh di
belakang Malaysia (415), Singapura (697), dan Korea Selatan (810).
Selain itu, Indonesia masih menghadapi beberapa masalah lain,
seperti kurangnya kesadaran ilmiah (scientific temper).
Beberapa negara di kawasan ASEAN, seperti Malaysia, Thailand,
dan Singapura melakukan lebih banyak riset dibandingkan dengan
Indonesia. Dari 234 negara di dunia, Indonesia menduduki
peringkat ke-64 untuk jumlah publikasi penelitian, menurut data
SCImago on Research. Ini menunjukkan bahwa hanya 1 dari setiap
10 dosen di Indonesia yang melakukan penelitian dan publikasi
ilmiah.
Penggunaan anggaran, seperti kuitansi pembayaran, dan
ketersediaan anggaran karena menggunakan sistem tahunan atau
tahunan jamak, adalah kendala bagi peneliti untuk meningkatkan
produktivitasnya. Hal ini dikarenakan anggaran hanya turun pada

477
tahun pertama, penelitian yang harus berlangsung bertahun-tahun
tidak dapat dilakukan.

4. Deindustrialisasi Dini dan Produktivitas Sektor Pertanian


yang Masih Rendah

Kontribusi industri manufaktur terhadap PDB secara


konsisten menurun dari 27,41% pada tahun 2005 menjadi 18,34%
pada tahun 2022 karena berbagai faktor. Sementara produktivitas
pertanian juga mengalami penurunan signifikan sejumlah 41,5 juta
rupiah per pekerja pada tahun 2010 menjadi hanya 22,9 juta rupiah
per pekerja pada tahun 2022. Pemanfaatan potensi pariwisata yang
masih belum optimal disebabkan oleh sejumlah faktor, salah
satunya adalah tingkat atraksi, kemudahan, dan aksesibilitas yang
masih terbatas, serta kemungkinan pengelolaan dan implementasi
pariwisata berkelanjutan yang masih rendah, kinerja pariwisata
masih jauh di bawah potensinya. Selain itu, terjadi pergeseran
preferensi pasar dan disrupsi yang berkaitan dengan digitalisasi,
teknologi, dan bencana. Sementara itu, transformasi digital yang
tidak merata dan kurangnya dukungan dan kebijakan yang
memadai menyebabkan pemanfaatan potensi ekonomi kreatif
belum optimal. Selain itu, kurangnya inovasi dan pengembangan
produk, kurangnya ekosistem yang mendukung komersialisasi, dan
terbatasnya akses ke pasar global

5. Belum Optimalnya Pemanfaatan Potensi Pariwisata

Pariwisata menjadi potensi yang terus dikembangkan di berbaga


daerah. Kondisi geografi, kemampuan pengelolaa, dan potensi
usaha local yang dijadikan branding sekaligus sumber pendapatan
bagi masyarakat menjadi faktor keberhasilan pemanfaatan potensi
pariwisata.
Aksesibilitas yang masih terbatas serta kemungkinan
pengelolaan dan penerapan pariwisata berkelanjutan yang rendah,

478
menjadi faktor atas pencapaian kinerja pariwisata yang masih
dibawah potensi. Selain itu, dampak lainnya yaitu terjadinya
prefensi pasar dan disrupsi yang berkaitan dengan digitalisasi,
teknologi, dan kebencanaan. Sementara itu, karena tidak ada
kebijakan yang memadai tentang transformasi digital berdampak
pada potensi ekonomi kreatif masih kurang.
6. Belum Optimalnya Pemanfaatan Potensi Ekonomi Laut

Berbagai potensi ekonomi laut di Indonesia seharusnya dapat


meningkatkan kesejahteraan secara inklusif dan berkelanjutan,
pertumbuhan ekonomi, dan nilai tambah jika dimanfaatkan
potensinya secara optimal. Pemanfaatan sumber daya laut yang
rendah serta pemanfaatan Sea Lines of Communication (SLOC) dan
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang lamban menghalangi
optimalisasi ekonomi biru untuk mempertahankan PDB
Kemaritiman pada kisaran 7,60 persen.
Pengembangan budidaya perikanan dan pengelolaan wilayah
pengelolaan perikanan (WPP) yang belum optimal, kurangnya
diversifikasi industri dan sektor lain yang berkembang yang
memanfaatkan kekayaan laut dan sumber daya untuk menciptakan
nilai tambah ekonomi, dan kurangnya kemajuan dalam riset dan
teknologi kelautan semuanya menyebabkan kontribusi yang
kurang. Sebaliknya, masih ada masalah yang belum diselesaikan,
seperti tingkat penanganan sampah plastik yang rendah, tingkat
kegiatan perahu ilegal yang tidak dilaporkan dan tidak diatur (IUUF)
yang terus meningkat, dan tata kelola dan regulasi pemanfaatan
ruang laut yang belum optimal. Namun, dengan potensi ekonomi
kelautan yang besar, peran kemaritiman dalam perekonomian
nasional masih dapat ditingkatkan

479
7. Rendahnya Kontribusi UMKM dan Koperasi Pada Penciptaan
Nilai Tambah Ekonomi

Kontribusi UMKM dan Koperasi pada peningkatan tenaga


kerja secara signifikan, berdampak pada rendahnya perekonomian
negara. Rasio jumlah UMKM dan total pelaku usaha yaitu sejumlah
99,99 persen, dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 96,92
persen pada tahun 2019. Kontribusi UMKM terhadap PDB pada
tahun 2019 mencapai 60,51 persen, sementara proporsi volume
usaha koperasi terhadap PDB sebesar 1,07 persen. Beberapa
masalah yang harus dihadapi oleh UMKM dan koperasi termasuk
kapasitas pengelolaan yang rendah, partisipasi rantai nilai produksi
yang rendah, pekerja berkeahlian rendah dan banyak bergerak di
sektor bernilai tambah rendah; kurangnya penggunaan teknologi,
inovasi, dan investasi untuk pengembangan usaha, dan rendahnya
jumlah koperasi yang bergerak di sektor riil.

8. Pembangunan Belum Sepenuhnya Menerapkan Prinsip-


Prinsip Berkelanjutan

Untuk memastikan berkelanjutan dari kapasitas ekosistem dan


kemampuan mereka untuk menahan dampak lingkungan,
pembangunan harus secara komprehensif menerapkan konsep
ekonomi berkelanjutan. Salah satu tantangan dalam menerapkan
ekonomi berkelanjutan adalah ketergantungan yang masih tinggi
pada energi fosil, yang tercermin dalam fakta bahwa sebanyak 87,1
persen dari produksi listrik pada tahun 2021 berasal dari sumber
energi fosil, dan sekitar 1.317 unit emisi gas rumah kaca berasal
dari sektor pembangkit listrik dan transportasi.

480
9. Pembangunan Energi Utamanya Peningkatan Akses Energi
yang Belum Merata Dan Berkualitas di Seluruh Wilayah,
Masih Rendahnya Penggunaan Energi Terbarukan, dan
Masih Rendahnya Efisiensi Energi

Andil energi baru terbarukan (EBT) dalam portofolio energi


nasional terus meningkat, meningkat dari 4,24 persen pada tahun
2005 menjadi 12,30 persen pada tahun 2022. Namun, peningkatan
ini mencerminkan fakta bahwa penggunaan energi berbasis bahan
bakar fosil masih tinggi. Selain itu, tingkat elektrifikasi di pedesaan
Indonesia pada akhir tahun 2020 mencapai sekitar 98,67 persen.
Meskipun demikian, kualitas akses listrik secara keseluruhan
masih memerlukan peningkatan. Selain itu, masih ada beberapa
wilayah yang belum tersentuh oleh listrik dan memerlukan
kebijakan afirmatif untuk memastikan mereka juga mendapatkan
akses listrik.
10. Pencemaran Dan Kerusakan Lingkungan Masih Menjadi
Tantangan Untuk Mencapai Ekonomi Hijau

Pencemaran air, udara, dan tanah terus terjadi sebagai dampak


dari aktivitas pembangunan yang tidak berkelanjutan (ekonomi
"brown"). Akibat dari hal ini, jumlah limbah berbahaya dan beracun
(B3) tercatat terus meningkat, mencapai sekitar 74 juta ton pada
tahun 2022. Dalam hal limbah domestik, hanya sekitar satu persen
rumah tangga di Indonesia yang dilayani oleh Instalasi Pengolah Air
Limbah (IPAL) terpusat. Selain itu, ada tantangan lain seperti
pemanfaatan sumber daya alam yang cenderung merusak
ekosistem, seperti pertambangan eksploitatif, serta peningkatan
penggunaan lahan untuk pertanian dan perkebunan yang
berkontribusi pada degradasi hutan, deforestasi, dan penurunan
keanekaragaman hayati. Selanjutnya, penegakan hukum dan

481
regulasi, termasuk sistem insentif dan disinsentif untuk ekonomi
berkelanjutan, masih perlu diperkuat.
11. Perkembangan Teknologi Digital, Infrastruktur dan Literasi
Digital Masih Terbatas

Indonesia saat ini belum memiliki kapasitas dan kapabilitas


yang memadai, baik dari segi penawaran maupun permintaan,
untuk mengakselerasi pemanfaatan sumber daya digital secara
optimal guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat. Di sisi lain, masih ada sejumlah tantangan yang
harus dihadapi dalam pembangunan digital, termasuk kesiapan
infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yang
mencakup kapabilitas dan kapasitas jaringan, manajemen
spektrum, serta kurangnya implementasi kebijakan TIK yang
efektif

12. Belum Optimalnya Integrasi Ekonomi Domestik Sehingga


Keterkaitan Ekonomi Antarwilayah Masih Relatif Terbatas

Penyebab utama dari situasi ini adalah konsentrasi


pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat di Pulau Jawa, yang
menyumbang sekitar 57,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) pada tahun 2022. Infrastruktur konektivitas yang belum
memadai dan belum sepenuhnya terintegrasi mengakibatkan biaya
logistik yang tinggi. Selain itu, masih banyak regulasi yang
menghambat perkembangan ekonomi, dan ada disparitas dalam
jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama di luar
Pulau Jawa.

13. Rendahnya Peran Perkotaan di Indonesia Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi

Perbedaan tersebut tergambar melalui elastisitas pertumbuhan


penduduk perkotaan terhadap pertumbuhan PDB per kapita

482
perkotaan di Indonesia yang hanya sekitar 14 (artinya,
pertumbuhan penduduk sebesar 1 persen hanya meningkatkan
pertumbuhan PDB per kapita perkotaan sebesar 14 persen),
sementara di Tiongkok, angka elastisitasnya mencapai 3,00.
Selama 10 tahun terakhir, tingkat urbanisasi di Indonesia hanya
tumbuh sekitar 0,67 persen per tahun, sedangkan di Tiongkok,
tingkat urbanisasinya mencapai 1,21 persen per tahun. Hal ini
disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk keterbatasan koneksi
antara pusat pertumbuhan perkotaan dan wilayah sekitarnya,
ketimpangan dalam pembangunan di berbagai wilayah perkotaan
dan antara perkotaan dan pedesaan, keterbatasan kapasitas
pengelolaan perkotaan, serta penurunan kualitas lingkungan
perkotaan.

14. Kemiskinan Menuju Nol Persen Pada Tahun 2045,


Tantangan yang Dihadapi Utamanya Dikarenakan Akses dan
Kualitas yang Belum Merata di Sektor Kesehatan,
Pendidikan dan Perlindungan Sosial

Pembangunan sektor kesehatan dihadapi oleh berbagai


tantangan sebagai dampak dari transisi demografi, yang diiringi
dengan peningkatan mobilitas penduduk, urbanisasi, perubahan
pola epidemiologi, dan perilaku hidup yang tidak sehat. Tantangan
ini meningkatkan beban penyakit, termasuk penyakit menular dan
tidak menular, serta masalah kesehatan yang berkaitan dengan
penduduk lanjut usia dan kesehatan mental. Selain itu, akses yang
terbatas ke pangan yang sehat dan pola konsumsi yang tidak baik
dapat menyebabkan masalah gizi, baik kekurangan maupun
kelebihan.

Sistem kesehatan harus memiliki kemampuan untuk


merespons berbagai perubahan, mengadopsi kemajuan teknologi
dalam bidang kesehatan, menghadapi risiko kesehatan global,

483
seperti potensi terjadinya pandemi, serta harus mampu mengatasi
ketimpangan dalam akses terhadap pangan, lingkungan yang
sehat, fasilitas pelayanan kesehatan, dan sumber daya manusia di
sektor kesehatan. Pembiayaan kesehatan juga harus ditingkatkan
dengan mengadopsi inovasi dalam pembiayaan kesehatan.

Di sektor pendidikan, pembangunan dihadapi oleh tantangan


dalam memaksimalkan bonus demografi dan memenuhi
kebutuhan akan sumber daya manusia yang berkualitas guna
mendukung percepatan pembangunan di berbagai sektor. Untuk
mencapai pembangunan optimal di sektor pendidikan, Indonesia
harus mengatasi beberapa masalah, termasuk ketidakmerataan
dalam layanan pendidikan karena disparitas partisipasi pendidikan
antarwilayah dan sosial-ekonomi yang masih tinggi. Selain itu,
masih ada 302 kecamatan yang tidak memiliki Sekolah Menengah
Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), serta 727
kecamatan yang tidak memiliki Sekolah Menengah Atas (SMA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), atau Madrasah Aliyah (MA).

15. Kualitas Pendidikan yang Masih Rendah

Kualitas pendidikan yang masih rendah disebabkan oleh


sejumlah faktor, termasuk sarana-prasarana pendidikan dan
fasilitas pembelajaran yang masih kurang memadai. Selain itu,
jumlah guru yang memiliki kompetensi tinggi dan status
profesional masih terbatas, dan mereka belum tersebar merata di
seluruh daerah dan unit pendidikan. Masih terdapat keterbatasan
dalam jumlah, kualitas, dan distribusi guru, seperti kurang dari 50
persen guru yang memiliki sertifikat pendidik di semua jenjang
pendidikan. Selain itu, pendidikan nonformal yang berkualitas juga
masih belum memadai, dengan 42 persen lembaga pendidikan
nonformal yang belum terakreditasi atau hanya memiliki akreditasi
C.

484
Produktivitas dan daya saing perguruan tinggi di tingkat global
juga masih rendah. Hanya sedikit perguruan tinggi Indonesia yang
berhasil masuk dalam peringkat 500 terbaik dunia, yaitu hanya
lima perguruan tinggi. Tantangan besar terkait produktivitas riset
dan inovasi di perguruan tinggi juga masih ada. Meskipun ada
peningkatan dalam jumlah publikasi ilmiah selama periode 2011-
2021, kualitas publikasi masih rendah, yang ditunjukkan oleh
rasio sitasi per publikasi yang hanya mencapai 0,39 pada tahun
2021.

16. Belum Meratanya Akses Untuk Mendapatkan Pelayanan


Kesehatan, Masih Rendahnya Pemahaman Manfaat Jaminan
Sosial Ketenaga Kerjaan Untuk Pekerja Informal, dan
Tingkat Kepatuhan Pembayaran Iuran Jaminan Sosial Masih
Rendah

Tantangan dalam penyelenggaraan bantuan sosial dan


pemberdayaan ekonomi mencakup beberapa aspek, antara lain
pelaksanaan bantuan sosial yang terfragmentasi dan belum
sepenuhnya terintegrasi dengan pemberdayaan ekonomi. Faktor
ini, antara lain, dipengaruhi oleh penggunaan data yang masih
terfragmentasi dan belum diperbaharui secara sistematis, yang
berdampak pada tingginya tingkat kesalahan dalam menentukan
sasaran bantuan.

Selain itu, pelaksanaan bantuan sosial juga belum adaptif dan


belum mampu membangun ketahanan terhadap bencana alam dan
perubahan iklim. Tingkat efektivitas bantuan sosial juga masih
rendah, dan lingkungan sosial masih belum inklusif bagi kelompok
rentan, termasuk penyandang disabilitas dan lansia.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya untuk


meningkatkan integrasi antara program bantuan sosial dan
pemberdayaan ekonomi, memperbarui dan menyatukan data

485
dengan lebih baik, meningkatkan adaptabilitas dalam bantuan
sosial, dan memastikan bahwa bantuan sosial benar-benar
memberikan dampak positif pada kelompok rentan, sambil
memperhitungkan perubahan lingkungan dan tantangan terkait
dengan bencana dan perubahan iklim.

17. Regulasi yang Berlebih (Hyper Regulation) dan Kualitas


Regulasi yang Rendah

Dampak dari situasi ini adalah munculnya banyak uji materi


dalam hukum, yang menghasilkan ketidakpastian hukum bagi
pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis dan masyarakat secara
umum. Kondisi tersebut berasal dari berbagai faktor, termasuk
masih adanya kecenderungan kuat pada sudut pandang sektor,
penyebaran kewenangan pengaturan yang tidak terkoordinasi,
kurangnya pengawasan terhadap dampak pelaksanaan regulasi,
kekurangan dalam jumlah dan kualitas sumber daya manusia yang
bekerja di sektor regulasi, dan kurangnya partisipasi yang efektif
dalam proses perumusan regulasi.

18. Kelembagaan Instansi Publik Masih Dicirikan Dengan


Struktur yang Terfragmentasi dan Tidak Efektif.

Penguraian birokrasi mengakibatkan adanya tumpang tindih


dalam pelaksanaan tugas dan fungsi berbagai organisasi di
berbagai sektor, serta mendorong terjadinya ego sektoral yang terus
berlanjut. Fragmentasi dalam lembaga-lembaga pemerintah juga
berhubungan dengan pembagian kewenangan di dalam kerangka
hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

19. Proses Bisnis dan Tata Kelola Urusan Pemerintahan Masih


Terfragmentasi dan Tidak Adaptif

Meskipun setiap kementerian/lembaga memiliki tugas, fungsi,


dan kewenangan masing-masing yang telah diatur dalam

486
peraturan perundangan, namun pada kenyataannya, pelaksanaan
program-program pembangunan masih sering mengalami tumpang
tindih yang berpotensi menyebabkan ketidakefektifan dan
ketidakefisienan.

20. Belum Terimplementasinya Manajemen Talenta Secara


Merata di Seluruh K/L/D

Situasi ini menghambat suksesi pengisian jabatan strategis di


instansi pemerintah, mengakibatkan ketidakmampuan
memaksimalkan potensi individu yang paling berbakat,
menurunkan kinerja dan kompetensi aparatur sipil negara (ASN),
mempertahankan mentalitas yang memisahkan antar unit kerja,
dan mengurangi budaya dan semangat kerja. Sistem penghargaan
yang berbasis pada kinerja ASN juga belum terwujud, dan ini
tercermin dalam disparitas atau kesenjangan dalam penghasilan
ASN antar berbagai instansi, yang menjadikan sulitnya
mempertahankan ASN berbakat yang terbaik.

21. ASN Berada Dalam Posisi yang Rentan Terhadap Intervensi


Politik

Dalam konteks birokrasi, terutama di tingkat pemerintah


daerah, masalah ini disebabkan oleh peran kepala daerah sebagai
pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan
pengangkatan, promosi, mutasi, rotasi, dan pemberhentian
aparatur sipil negara (ASN). Selama periode 2020-2022, tercatat
ada 1.703 pengaduan terkait pelanggaran netralitas ASN. Terkait
dengan kasus korupsi, aparatur sipil negara (ASN) dan pejabat dari
lingkungan eksekutif terlibat dalam 371 kasus korupsi, atau
sekitar 38,1 persen dari total 1.165 kasus korupsi yang terjadi
sepanjang tahun 2003-2022.

487
22. Belum Meratanya Kualitas Pelayanan Publik

Standar pelayanan publik belum diterapkan secara konsisten,


sehingga masih ada kerumitan dalam prosedur pelayanan,
ketidakpastian dalam waktu pelayanan, serta praktik pungutan
ilegal yang masih terjadi. Selain itu, proses digitalisasi pelayanan
publik terhambat karena pembangunan infrastruktur digital yang
belum merata, keterbatasan dalam kapasitas sumber daya
manusia (SDM), dan kurangnya interoperabilitas data dan layanan
yang masih belum terwujud.

23. Transformasi Digital di Tingkat Pemerintahan Masih


Dihadapkan Oleh Berbagai Tantangan Mendasar

Disparitas dalam infrastruktur telekomunikasi dan teknologi


informasi antar wilayah, terutama kesenjangan antara kota dan
desa yang signifikan, serta rendahnya tingkat literasi digital,
menjadi permasalahan yang masih ada. Tingkat kematangan
sistem pemerintahan berbasis elektronik antara instansi pusat dan
pemerintah daerah masih belum merata. Digitalisasi pemerintahan
juga menghadapi sejumlah tantangan, termasuk tata kelola yang
baik, keamanan siber, integrasi data dan informasi yang masih
terbatas, serta tingkat literasi digital yang rendah.

iii.Isu Regional Provinsi Kalimantan Barat

Isu strategis RPJPD Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2025-


2045 merupakan aspek dalam penentuan kebijakan umum
pembangunan jangka panjang berdasarkan permasalahan
pembangunan. Isu-isu strategis Provinsi Kalimantan Barat Tahun
2025-2045 disusun dengan mempertimbangkan beberapa hal.
Mulai dari Visi dan Misi RPJPN 2025-2045, isu global, isu nasional
dan isu regional dan dari Isu permasalahan yang dihadapi serta

488
potensi yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. Maka berikut adalah
isu strategis yang ada di Provinsi Kalimantan Barat

1. Kualitas Kehidupan Masyarakat


2. Transformasi Ekonomi Berkelanjutan
3. Konektivitas dan Pemerataan Pembangunan
4. Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim
5. Tata Kelola Pemerintahan
6. Sumberdaya Manusia Berdaya Saing

3.2.4 Isu Kabupaten Ketapang

489
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

1. Terbatasnya lapangan pekerjaan


2. Belum meratanya penyediaan infrastruktur
dasar
Tanpa 3. Bantuan pemerintah belum tepat sasaran
1 4 Pengentasan Kemiskinan Pengentasan Kemiskinan
Kemiskinan 4. Indeks Pembangunan Manusia masih pada
predikat sedang
5. Belum meratanya pemberdayaan ekonomi
masyarakat

1. Belum optimalnya pengembangan sarana,


Optimalisasi Layanan
prasarana, dan alat kesehatan
Kesehatan melalui
2. Masih rendahnya pola hidup bersih dan sehat
Kehidupan Pengembangan Sarana,
Kualitas serta Aksesibilitas 3. Kualitas dan kuantitas tenaga medis belum
3 Sehat dan 1 Prasarana, dan Alat
Pendidikan dan kesehatan memadai
Sejahtera Kesehatan, serta
4. Belum optimalnya jaminan kesehatan
Peningkatan Kualitas SDM
5. Tingginya peredaran dan penyalahgunaan
Bidang Kesehatan
narkoba

1. Ketidakmerataan akses dan infrastruktur yang


tersedia
2. Rendahnya tingkat partisipasi siswa
Peningkatan penyediaan
3. Kualitas tenaga pendidik yang rendah
infrastruktur dan kualitas
Pendidikan Kualitas serta Aksesibilitas 4. Kurang optimalnya kegiatan belajar mengajar
4 6 tenaga pendidik untuk
Berkualitas Pendidikan dan kesehatan 5. Kurangnya pemahaman terkait pentingnya
mendukung meningkatnya
pendidikan berkelanjutan
kualitas SDM
6. Penanganan arsip yang masih terbatas
7. Rendahnya Partisipasi dan Keterlibatan
Masyarakat dalam Proses Demokrasi

490
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

Peningkatan pelayanan
1. Masih terdapat kekerasan terhadap perempuan
pemberdayaan dan
dan anak
perlindungan terhadap Pembangunan Sumber Daya
Kesetaraan 2. Belum optimalnya pelayanan pemberdayaan
5 15 perempuan untuk Manusia Unggul dan Berdaya
Gender dan perlindungan terhadap perempuan
meningkatkan kualitas dan Saing
3. Rendahnya ketersediaan dan kualitas SDM dan
partisipasi perempuan dalam
sarana prasarana yang mendukung
kehidupan bermasyarakat
Peningkatan kualitas
Pembangunan Sumber Daya
Berkurangnya infrastruktur desa untuk 1. Belum optimalnya pengembangan desa
10 12 Manusia Unggul dan Berdaya
Kesenjangan mengurangi kesenjangan 2. Ketimpangan pendapatan di masyarakat desa
Saing
ekonomi pedesaan.

1. Banyaknya infrastruktur air bersih, sanitasi,


Peningkatan kualitas dan
instalasi pengolahan air, pengolahan limbah
Air Bersih & kuantitas pelayanan
Pemerataan Sarana dan domestik yang masih kurang memadai dan
6 Sanitasi 2 infrastruktur dan sarana
Prasarana Infrastruktur dasar memerlukan perbaikan
Layak prasarana air bersih dan
2. Belum optimalnya perencanaan pembangunan
sanitasi
berkelanjutan

491
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

1. Rendahnya upaya penjaringan investor di sektor


infrastruktur
Perbaikan dalam
2. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas
infrastruktur, sinergi jalan,
Industri, infrastruktur transportasi
pengawasan, konektivitas, Pemerataan Sarana dan
9 Inovasi dan 5 3. Pengurangan anggaran
anggaran, teknologi, dan Prasarana Infrastruktur dasar
Infrastruktur 4. Belum optimalnya tata kelola pemerintah
hasil kelitbangan untuk
berbasis teknologi informasi
kebijakan yang lebih baik.
5. Belum optimalnya perumusan kebijakan yang
berbasis riset

492
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

1. Belum maksimalnya menjadikan rumah tidak


layak huni menjadi rumah layak huni karena
keterbatasan penyediaan prasarana sarana dan
utilitas umum serta tumpang tindih kewenangan
dalam pengadaannya. Selain itu ada keterediaan
data rumah tidak layak huni yang fluktuatif
2. Belum optimalnya transportasi umum karena
minimnya investor pada transportasi umum, saat
ini pengadaan transportasi umum masih
Kota &
Perencanaan dan manajemen mengandalkan APBN/APBD yang terbatas.
11 Pemukiman 3
wilayah yang berkelanjutan. Pembangunan masih berorientasi pada
Berkelanjutan
transportasi pribadi
3. Kapasitas daerah terhadap kebencanaan yang
kurang memadai karena belum adanya kajian atau
rencana terkait kebencaan, minimnya sarana
prasarana serta SDM
4. Proses peresmian cagar budaya yang sulit
karena terbatasnya tenaga ahli cagar budaya
5. Legalitas lahan milik non-pemerintah yang
menyulitkan pengadaan ruang terbuka hijau
1. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam
menjaga kelestarian lingkungan
2. Perkembangan wilayah membentuk sentra
ekonomi baru yang bersentuhan dengan kawasan
Pelestarian kawasan hutan
dan/atau lokasi konservasi atau kawasan hutan
ataupun konservasi melalui
Ekosistem sinkronisasi kebijakan antar Peningkatan Kualitas 3. Pemanfaatan sumber daya alam melebihi daya
15 14
Daratan Lingkungan Hidup dukung dan daya tampung
sektor
4. Belum adanya sinkronisasi stakeholder dalam
pencegahan, penanganan dan pengendalian
kerusakan lahan dan keanekaragaman hayati
5. Alih fungsi lahan tidak sesuai dengan regulasi
yang berlaku

493
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

1. Belum maksimalnya menjadikan rumah tidak


layak huni menjadi rumah layak huni karena
keterbatasan penyediaan prasarana sarana dan
utilitas umum serta tumpang tindih kewenangan
dalam pengadaannya. Selain itu ada keterediaan
data rumah tidak layak huni yang fluktuatif
2. Belum optimalnya transportasi umum karena
minimnya investor pada transportasi umum, saat
ini pengadaan transportasi umum masih
Kota &
Perencanaan dan manajemen mengandalkan APBN/APBD yang terbatas.
11 Pemukiman 3
wilayah yang berkelanjutan. Pembangunan masih berorientasi pada
Berkelanjutan
transportasi pribadi
3. Kapasitas daerah terhadap kebencanaan yang
kurang memadai karena belum adanya kajian atau
rencana terkait kebencaan, minimnya sarana
prasarana serta SDM
4. Proses peresmian cagar budaya yang sulit
karena terbatasnya tenaga ahli cagar budaya
5. Legalitas lahan milik non-pemerintah yang
menyulitkan pengadaan ruang terbuka hijau

494
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

1. Minimnya sarana prasarana dalam pengelolaan


sampah dan limbah bahan berbahaya dan beracun
Konsumsi Pengolahan sampah dan (B3)
dan Produksi limbah yang tidak 2. Rendahnya kesadaran masyarakat akan
Pemerataan Sarana dan
12 yang 8 mencemari lingkungan pengelolaan sampah, baik terhadap 3R (Reuse,
Prasarana Infrastruktur dasar
Bertanggung sertapeningkatan produk Reduce, Recycle) dan tidak membuang sampah
jawab ramah lingkungan. sembarangan
3. Rendahnya permintaan pasar terhadap produk
ramah lingkungan

1. Belum optimalnya kajian atau rencana terhadap


adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim
Penanganan Penguatan kapasitas daerah 2. Diperlukannya penguatan kapasitas daerah
Peningkatan Kualitas
13 Perubahan 9 dalam menghadapi maupun regulasi dalam pengawasan dan
Lingkungan Hidup
Iklim perubahan iklim pencegahan bencana banjir dan karhutla
3. Pembangunan ekonomi hijau yang belum
menjadi prioritas

495
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

1. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam


menjaga kelestarian lingkungan
2. Perkembangan wilayah membentuk sentra
ekonomi baru yang bersentuhan dengan kawasan
Pelestarian kawasan hutan dan/atau lokasi konservasi atau kawasan hutan
Ekosistem ataupun konservasi melalui Peningkatan Kualitas 3. Pemanfaatan sumber daya alam melebihi daya
15 14
Daratan sinkronisasi kebijakan antar Lingkungan Hidup dukung dan daya tampung
sektor 4. Belum adanya sinkronisasi stakeholder dalam
pencegahan, penanganan dan pengendalian
kerusakan lahan dan keanekaragaman hayati
5. Alih fungsi lahan tidak sesuai dengan regulasi
yang berlaku

1. Terbatasnya lapangan pekerjaan


2. Belum meratanya penyediaan infrastruktur
dasar
Tanpa 3. Bantuan pemerintah belum tepat sasaran
1 4 Pengentasan Kemiskinan Pengentasan Kemiskinan
Kemiskinan 4. Indeks Pembangunan Manusia masih pada
predikat sedang
5. Belum meratanya pemberdayaan ekonomi
masyarakat

496
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

1. Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian


2. Swasembada pangan tidak mencukupi untuk
kebutuhan daerah
3. Menurunnya SDM pertanian
4. Minimnya pembangunan sarana dan prasarana
Peningkatan Produksi pertanian
Tanpa Pemerataan Ekonomi Berbasis
2 7 Pertanian Guna Mencukupi 5. Rendahnya pemanfaatan teknologi-teknologi
Kelaparan Potensi Unggulan Daerah
Kebutuhan Pangan Daerah pertanian
6. Pola konsumsi masyarakat belum memenuhi
kaidah Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman
(B2SA)
7. Belum optimalnya pengawasan secara pre-post
market pada bahan pangan yang beredar

1. Belum adanya investor di sektor industri


manufaktur
2. Kurang sarana prasarana pariwisata,
Pekerjaan Hilirisasi industri, aksesibilitasnya mahal dan juga ada resiko untuk
Layak & pertumbuhan ekonomi di Pemerataan Ekonomi Berbasis mengunjungi
8 11
Pertumbuhan pedesaan, dan pencapaian Potensi Unggulan Daerah 3. Kesempatan kerja didesa masih rendah dan
Ekonomi target investasi. penghasilan juga masih rendah
4. Kewenangan PMA tidak berada di DPMPTSP,
sehingga ketika ada pelanggaran dari Pihak
Kabupaten tidak bisa cepat menindak

497
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

Perbaikan dalam 1. Rendahnya upaya penjaringan investor di sektor


Industri,
infrastruktur, sinergi jalan, Pemerataan Sarana dan infrastruktur
9 Inovasi dan 5
pengawasan, konektivitas, Prasarana Infrastruktur dasar 2. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas
Infrastruktur
anggaran, teknologi, dan infrastruktur transportasi

498
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

hasil kelitbangan untuk 3. Pengurangan anggaran


kebijakan yang lebih baik. 4. Belum optimalnya tata kelola pemerintah
berbasis teknologi informasi
5. Belum optimalnya perumusan kebijakan yang
berbasis riset

Peningkatan kualitas
Pembangunan Sumber Daya
Berkurangnya infrastruktur desa untuk 1. Belum optimalnya pengembangan desa
10 12 Manusia Unggul dan Berdaya
Kesenjangan mengurangi kesenjangan 2. Ketimpangan pendapatan di masyarakat desa
Saing
ekonomi pedesaan.
1. Minimnya sarana prasarana dalam pengelolaan
Konsumsi Pengolahan sampah dan sampah dan limbah bahan berbahaya dan beracun
dan Produksi limbah yang tidak (B3)
Pemerataan Sarana dan
12 yang 8 mencemari lingkungan 2. Rendahnya kesadaran masyarakat akan
Prasarana Infrastruktur dasar
Bertanggung sertapeningkatan produk pengelolaan sampah, baik terhadap 3R (Reuse,
jawab ramah lingkungan. Reduce, Recycle) dan tidak membuang sampah
sembarangan

499
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

3. Rendahnya permintaan pasar terhadap produk


ramah lingkungan
1. Belum optimalnya kajian atau rencana terhadap
adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim
Penanganan Penguatan kapasitas daerah 2. Diperlukannya penguatan kapasitas daerah
Peningkatan Kualitas
13 Perubahan 9 dalam menghadapi maupun regulasi dalam pengawasan dan
Lingkungan Hidup
Iklim perubahan iklim pencegahan bencana banjir dan karhutla
3. Pembangunan ekonomi hijau yang belum
menjadi prioritas

1. Rendahnya upaya penjaringan investor di sektor


infrastruktur
Perbaikan dalam
2. Masih rendahnya kualitas dan kuantitas
infrastruktur, sinergi jalan,
Industri, infrastruktur transportasi
pengawasan, konektivitas, Pemerataan Sarana dan
9 Inovasi dan 5 3. Pengurangan anggaran
anggaran, teknologi, dan Prasarana Infrastruktur dasar
Infrastruktur 4. Belum optimalnya tata kelola pemerintah
hasil kelitbangan untuk
berbasis teknologi informasi
kebijakan yang lebih baik.
5. Belum optimalnya perumusan kebijakan yang
berbasis riset

500
No TPB Prioritas Isu Strategis KLHS Isu Strategis RPJPD Permasalahan

Belum tercapainya pembangunan berkelanjutan


secara menyeluruh, melibatkan aspek
Perdamaian, perencanaan, pengelolaan keuangan, administrasi
Mewujudkan tata kelola Peningkatan Kualitas Birokrasi
Keadilan, dan kependudukan, pengembangan kompetensi
16 13 pemerintah berkelanjutan dan Pelayanan Publik yang
Kelembagaan pegawai, pelayanan sosial, pemahaman SAKIP,
yang holistik Profesional
yang Tangguh penanganan pelanggaran perda, serta ketersediaan
dan kualitas sumber daya manusia serta sarana
prasarana yang mendukung.

Kurang optimalnya manajemen dan pelayanan


Kemitraan pemerintahan daerah dalam hal kebijakan
Peningkatan manajemen dan Peningkatan Kualitas Birokrasi
untuk strategis, administrasi kependudukan, partisipasi
17 10 pelayanan pemerintahan dan Pelayanan Publik yang
mencapai masyarakat dalam demokrasi, dan pendapatan asli
daerah Profesional
tujuan daerah, yang menghambat efektivitas,
akuntabilitas, dan kemajuan otonomi daerah.

Sumber: Diolah Penulis, 2023

501
Sebagai upaya untuk mencapai visi dan pilar Pembangunan
Indonesia 2045 maka ditetapkan isu strategis Pembangunan jangka
panjang berdasarkan pilar yang ada di TPB/SDGS. Pemerintah
kabupaten Ketapang telah menyebar luaskan kuesioner kepada
masyarakat selam tiga minggu, dalam kuesioner tersebut
pemerintah meminta pandangan dari masyarakat terkait dengan
permasalah dan isu strategis yang muncul di Kabupaten Ketapang.
Dari penyebaran kuesioner tersebut terlihat bahwasannya terdapat
dua permasalahan yang sangat menjadi perhatian masyarakat,
permasalahan pertama adalah mengenai kestabilan harga bahan
pokok. Dalam hal ini terdapat Kekhawatiran terhadap kelangkaan
bahan pokok, Kebutuhan masyarakat atas distribusi yang merata
agar harga bahan pokok yang didapatkan masyarakat bisa stabil,
dan Perlunya standarisasi harga pasar untuk menghindari
fluktuasi.
Permasalahan kedua yang muncul dari hasil kuesioner
adalah Kondisi Infrastukur. Dalam hal ini terdapat permintaan
untuk peningkatan infrastruktur jalan, terutama jalan penghubung
antar desa, yang menunjukkan kebutuhan akan konektivitas yang
lebih baik di area pedesaan, Masyarakat meminta perhatian pada
jalan yang menuju ke desa-desa dan perbaikan jalan yang
berlubang, menunjukkan bahwa kondisi jalan saat ini mungkin
kurang memadai,
Dalam penentuan isu strategis berlandasan pada
permasalahan yang terjadi serta beberapa pilar yang meliputi
dimensi lingkungan, sosial, ekonomi, dan hukum tata Kelola,
Berikut adalah isu strategis yang ada di Kabupaten Ketapang yaitu:
1. Pengentasan Kemiskinan
Pengentasan kemiskinan menjadi salah satu isu strategis yang
harus difokuskan di Kabupaten Ketapang, Program‐program
pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu
memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan

502
kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang
dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. kemiskinan merupakan persoalan yang sangat
kompleks dan kronis. Karena sangat kompleks dan kronis,
maka cara penanggulangan kemiskinan pun mem‐ butuhkan
analisis yang tepat, melibatkan semua komponen
permasalahan, dan diper‐ lukan strategi penanganan yang
tepat, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer. Sejumlah
variabel dapat dipakai untuk mela‐ cak persoalan kemiskinan,
dan dari variabel ini dihasilkan serangkaian strategi dan kebi‐
jakan penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran dan
berkesinambungan.
Indikator kemiskinan yang dikeluarkan oleh BAPPENAS
mempunyai makna yang relatif luas, yaitu dari berbagai sisi
kebutuhan kehidupan, antara lain adalah; (1) terbatasnya
kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan
rendahnya mutu layanan kesehatan; (3) terbatasnya akses dan
rendahnya mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya
kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan
terhadap aset usaha, dan perbedaan upah; (6) terbatasnya
akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terba‐ tasnya akses
terhadap air bersih; (8) lemah‐ nya kepastian kepemilikan dan
penguasaan tanah; (9) memburuknya kondisi lingkungan
hidup dan sumberdaya alam, serta terbatas‐ nya akses
masyarakat terhadap sumber daya alam; (10) lemahnya
jaminan rasa aman; (11) lemahnya partisipasi; (12) besarnya
beban kependudukan yang disebabkan oleh besar‐ nya
tanggungan keluarga; (13) tata kelola pemerintahan yang
buruk yang menyebab‐ kan inefisiensi dan inefektivitas dalam
pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan
sosial terhadap masyarakat. Dari angka kemiskinan yang ada
di kabupaten Ketapang lima tahun terakhir, capaian

503
Kabupaten Ketapang bisa dikatakan baik karena terdapat tren
penurunan angka kemiskinan setiap tahunnya. Maka dari itu
pengentasan kemiskinan harus menjadi isu yang diangkat oleh
Pemerintah kabupaten Ketapang.
2. Pelayanan Sosial Tepat Sasaran;
kesejahteraan sosial dimanfaatkan untuk meningkatkan
sebuah kualitas hidup melalui sebuah pengelolaan masalah
sosial untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
sehingga masyarakat terdorong dan bisa mencapai kea rah
kehidupan yang lebih baik lagi. Pelayanan sosial merupakan
suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk membantu
individu, kelompok, ataupun kesatuan masyarakat agar
mereka mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,
sehingga mereka dapat berkembang dan mereka bisa
mendapatkan sebuah perlindungan. Selain itu dengan adanya
pelayanan sosial masyarakat bisa mendapatkan akses,
informasi dan nasihat yang pada akhirnya mereka diharapkan
dapat memecahkan permasalahan yang ada melalui
tindakantindakan kerjasama ataupun melalui pemanfaatan
sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk memperbaiki
kondisi kehidupannya. Pelayanan sosial seringkali tidak tepat
sasaran, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) harus
menjadi dasar acuan dalam melaksanakan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
3. Kualitas serta Aksesibilitas Pendidikan dan kesehatan;
Salah satu dampak utama dari permasalahan pendidikan
adalah rendahnya kualitas pendidikan. Banyak sekolah di
daerah terpencil atau wilayah miskin yang kurang
mendapatkan sumber daya dan fasilitas yang memadai.
Kurangnya guru yang berkualitas dan kurikulum yang kurang
memadai juga menjadi faktor penyebab rendahnya kualitas
pendidikan. Pendidikan dan Kesehatan memiliki peran yang

504
vital dalam membangun masyarakat yang berkelanjutan.
Dengan memberikan akses pendidikan yang merata dan
kualitas pelayanan kesehatan yang memadai, masyarakat
dapat memiliki kemampuan untuk meningkatkan pendapatan,
meningkatkan kualitas hidup, dan menciptakan pola hidup
yang sehat. Pendidikan dapat memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada masyarakat untuk mengatasi perubahan
sosial, ekonomi, dan teknologi yang terjadi serta membawa
perubahan positif dalam kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, kesehatan juga merupakan faktor penting dalam
meningkatkan kualitas hidup. Dengan akses kesehatan yang
baik, masyarakat dapat mencegah penyakit, mengobati
penyakit secara tepat, dan memperoleh perawatan yang
memadai. Kesehatan yang baik juga akan mendukung
produktivitas masyarakat dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan dan kesehatan
merupakan dua aspek yang saling melengkapi dalam upaya
mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
4. Pembangunan Sumber Daya Manusia Unggul dan Berdaya
Saing;
SDM yang unggul, tangguh dan berkualitas baik secara fisik
dan mental akan berdampak positif tidak hanya terhadap
peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, namun juga
dalam mendukung pembangunan nasional. Dalam kaitan ini,
terdapat beberapa hal yang harus menjadi prioritas utama
dalam pembangunan kualitas SDM antara lain, pertama
adalah sistem pendidikan yang baik dan bermutu. Pemerintah
dalam hal ini memiliki peran penting dalam penyelenggaran
sistem pendidikan yang efektif dan efisien, berorientasikan
pada penguasaan iptek, serta merata di seluruh pelosok tanah
air. Kedua adalah penguatan peran agama dalam kehidupan
sosial bermasyarakat dalam rangka memperkokoh jati diri dan

505
kepribadian bangsa (character building). Ketiga adalah
peningkatan kapasitas SDM melalui berbagai diklat,
kompetensi, pembinaan dan lain-lain.
Tenaga kerja profesional dan terampil sesuai
tuntutan/kebutuhan pasar merupakan faktor keunggulan
suatu bangsa dalam menghadapi persaingan global.
Pemerintah memegang peranan penting dalam menyiapkan
program-program strategis guna menghasilkan SDM
berkualitas dan siap memasuki pasar kerja. Terakhir, adalah
pembinaan dan pengembangan masyarakat terutama generasi
muda. Sebagai penopang utama dalam roda pembangunan,
pemberdayaan generasi muda diharapkan dapat menciptakan
generasi yang kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi.
Karakteristik generasi muda seperti inilah yang diharapkan
mampu berkonstribusi dan memenangkan persaingan global.
Sinergi kebijakan antar pemangku kepentingan pada sektor
terkait dan lintas sektor juga mutlak diperlukan guna
menyatukan sumber daya dan potensi yang ada bagi
percepatan pembangunan SDM Indonesia.
5. Pemerataan Ekonomi Berbasis Potensi Unggulan Daerah;
Kebijakan Pemerataan Ekonomi (KPE) yang bertumpu pada 3
pilar yaitu lahan, kesempatan dan peningkatan kapasitas
sumber daya manusia (SDM). Dari ketiga pilar utama tersebut,
terdapat 10 bidang yang dinilai menjadi sumber ketimpangan
di masyarakat. Pilar pertama berdasarkan lahan akan
mencakup reforma agraria dan perhutanan social, pertanian
dalam kaitannya dengan isu petani tanpa lahan, perkebunan
terkait dengan rendahnya produktivitas dan nilai tambah
komoditas, perumahan yang terjangkau bagi masyarakat
miskin perkotaan, dan nelayan serta petani budidaya rumput
laut.

506
Sementara pilar kedua berdasarkan kesempatan akan
menyasar permasalahan sistem pajak, manufaktur dan
informasi teknologi, perkembangan pasar ritel dan pasar
tradisional, serta pembiayaan dengan dana pemerintah.
Terakhir atau pilar ketiga yakni peningkatan kapasitas sumber
daya manusia, ditargetkan untuk menyelesaikan isu
vokasional, kewirausahaan dan pasar tenaga kerja. Kebijakan
ini untuk memastikan pertumbuhan ekonomi berkualitas yang
juga mampu mengurangi ketimpangan di masyarakat.
Pemerataan ekonomi di Kabupaten Ketapang harus didorong
melalui potensi unggulan yang dimiliki oleh Kabupaten
Ketapang, hal tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan
pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Ketapang.
6. Pemerataan Sarana dan Prasarana Infrastruktur dasar;
Infrastruktur kembali menjadi prioritas dalam kerangka
pembangunan nasional. Pembangunan infrastruktur tersebut
dalam rangka mendukung agenda prioritas kedaulatan
pangan, kedaulatan energi, kemaritiman, pariwisata, dan
industri. Urgensi pembangunan infrastruktur ini adalah dalam
rangka meningakatkan laju pertumbuhan ekonomi menuju
pembangunan nasional. Infrastruktur berperan penting
sebagai penunjang pembangunan karena ia mempunyai peran
vital dalam mewujudkan pemenuhan hak dasar rakyat seperti
pangan, sandang, papan, rasa aman, pendidikan, kesehatan
dan lain-lain. Dengan demikian, dapat dikatakan infrastruktur
adalah modal esensial masyarakat yang memegang peranan
penting dalam mendukung ekonomi, sosial-budaya, dan
kesatuan dan persatuan yang mengikat dan menghubungkan
antar daerah.
Dalam sudut pandang ekonomi kontribusi infrastruktur dalam
pembangunan adalah untuk mengatasi masalah-masalah

507
pembangunan yang meliputi kesenjangan, pengangguran, dan
kemiskinan. Infrastruktur sebagai sarana pra sarana yang
mempermudah aksesibilitas dari satu tempat ke tempat lain,
akan memberikan kemudahan dalam distribusi pembangunan
fasilitas-fasilitas lainnya. Sehingga, pemerataan pembangunan
dalam hal apapun menjadi lebih mudah. Hal ini memiliki efek
domino dan multiplier bagi penyelesaian masalah
pengangguran dan kemiskinan. Ketika akses mudah, insentif
untuk membangun usaha meningkat karena kemungkinan
untuk sukses lebih besar. Adanya usaha-usaha baru
menciptakan lapangan pekerjaan sehingga pengangguran
terkurangi. Terakhir, ketika kesenjangan dan pengangguran
teratasi, maka kemiskinan dapat berangsur menurun.
Salah satu fokus utama pembangunan dan pemerataan sarana
prasarana infrastruktur dasar di Kabupaten Ketapang adalah
dilaksanakanannya perbaikan jalan menuju kabupaten lain
dan Provinsi tetangga, kemudian pembangunan dan perbaikan
bandara sebagai salah satu akses utaa di Kabupaten Ketapang
dan perbaikan serta peningkatan kualitas pembangunan
pelabuhan di Kabupaten Ketapang. Selain itu, pencanangan
daerah otonomi baru di Kabupaten Ketapang dilakukan dalam
rangka memberikan pelayanan yang lebih maksimal kepada
masyarakat.
7. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
Kualitas lingkungan hidup merupakan salah satu isu yang
sering diperbincangkan ditengah meningkatnya tekanan yang
berpotensi mengubah kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan
di Kabupaten Ketapang dengan jumlah penduduk yang
semakin meningkat diiringi dengan peningkatan pertumbuhan
kawasan perumahan dan pemukiman, serta industri dan
perdagangan dengan konsekuensi peningkatan peralihan
fungsi lahan dan timbulnya pencemaran dan kerusakan

508
lingkungan hidup. Dalam perdebatan akan kualitas
lingkungan hidup harus disertai data-data yang menyatakan
apakah kualitas lingkungan hidup berada dalam kategori baik,
sedang, atau buruk. Untuk itu perlu dilaukan pemantauan dan
pelaporan kualitas lingkungan hidup yang konsisten oleh
semua pemangku kepentingan dengan mengukur kualitas
lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia mengambil kebijakan bahwa setiap daerah, baik
provinsi maupun kabupaten/kota, untuk dapat menyusun
laporan IKLH dengan maksud memberikan gambaran kepada
masyarakat untuk memahami kualitas lingkungan. Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) telah diperkenalkan sejak
tahun 2009. Konsep ini merupakan konsep Environmental
Performance Index (EPI), yang kriterianya meliputi kualitas air
sungai, kualitas udara, dan kualitas tutupan lahan. Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup ini juga berfungsi sebagai
informasi untuk mendukung proses pengambilan keputusan di
tingkat pusat maupun daerah yang berkaitan dengan bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagai
bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang
pencapaian target kinerja program Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh
Pemerintah, serta instrument indikator keberhasilan
pemerintah dalam mengendalikan pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup.
8. Peningkatan Kesiapsiagaan Bencana dan Perubahan Iklim
Kabupaten Ketapang sebagai salah satu kabupaten terluas di
Povinsi Kalimantan Barat memiliki tingkat kerawanan bencana
yang cukup tinggi khususnya banjir dan kebakaran hutan.
Bencana sendiri adalah rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

509
yang disebabkan oleh faktor alam dan non alam atau faktor
manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak
psikologis (UU Nomor 24 Tahun 2007). Sayangnya, belum
banyak perhatian yang diberikan pemerintah untuk fokus
pada upaya mitigasi dan kesiapsiagaan bencana bagi
masyarakat yang tinggal di pulau terluar. Padahal penanganan
mitigasi sejak dini merupakan salah satu langkah
pengurangan risiko bencana.
Keterbatasan pengetahuan masyarakat dalam kesiapsiagaan
bencana menjadi salah satu indikator rendahnya kapasitas.
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, kesiapsiagaan adalah serangkaian
tindakan, persiapan, dan kegiatan yang dilakukan oleh
individu dan kelompok masyarakat dengan tujuan
mengantisipasi atau menghadapi setiap ancaman bencana
yang berpotensi mengganggu kelangsungan hidup manusia
secara terencana. upaya pengorganisasian. , efektif, dan efisien
(UU Nomor 24 Tahun 2007). Kesiapsiagaan merupakan upaya
atau cara pengendalian bencana sebagai upaya mengantisipasi
atau mengurangi dampak risiko bencana dengan
meningkatkan kapasitas melalui pengetahuan dan sikap
tanggap bencana. Peningkatan kapasitas masyarakat melalui
pendidikan untuk membangun kesadaran bencana berbasis
masyarakat sangat penting, karena dengan keterlibatan
masyarakat dalam menganalisis risiko, bahaya, dan
kerentanan di sekitarnya, dapat meningkatkan kesadaran
yang mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat.
9. Peningkatan Kualitas Birokrasi dan Pelayanan Publik yang
Profesional.
Sektor pelayanan publik nampaknya masih sangat lekat
dengan berbagai konotasi negatif, salah satunya adalah terkait

510
dengan pemberian layanan yang belum dengan cepat
dilakukan. Kinerja birokrasi yang lamban, bertele-tele dan
serba terbatas kerap pula diasosiasikan dengan salah satu
bentuk patologi birokrasi yaitu red tape.Senyatanya kondisi
yang demikian serta penanggulangannya tidak hanya menjadi
perhatian di Indonesia, pada beberapa negara diketahui juga
terjadi hal serupa. Amerika misalnya, instansi-instansi
pemerintah kerap melakukan penundaan dalam pelaksanaan
tugasnya karena berbagai sebab, oleh karenanya pembatasan
waktu terhadap hal tersebut dilakukan baik melalui rumusan
peraturan perundang-undangan maupun putusan lembaga
peradilan. Ketepatan waktu dalam pemberian pelayanan
publik merupakan salah satu asas dalam penyelenggaraan
pelayanan publik, sehingga harus senantiasa dipatuhi dan
diimplementasikan oleh setiap penyelenggara pelayanan
publik. Praktik ini kiranya dapat menjadi bukti bahwa
penanggulangan terhadap patologi birokrasi atau
Maladministrasi berupa penundaan pemberian layanan publik
adalah nyata adanya. Sehingga hal ini diharapkan dapat
memicu adanya perbaikan pemberian layanan publik secara
lebih masif dan meluas untuk menghindari ketidakpuasan
masyarakat terhadap kinerja birokrasi pelayanan publik. Salah
satu upaya yang kemudian dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Ketapang adalah dengan merencanakan dan
mempersiapkan pengembangan daerah otonomi baru, hal ini
dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan publik yang
cepat dan tepat kepada masyarakat tanpa adanya hambatan
berkaitan dengan jauhnya akses masyarakat terhadap pusat
pelayanan pemerintah, seperti yang terjadi sekarang ini.

511
512
BAB IV
VISI DAN MISI DAERAH

4.1 Visi Kabupaten Ketapang

Visi adalah suatu pernyataan tentang gambaran keadaan


clan karakteristik yang ingin di capai oleh suatu lembaga pada jauh
dimasa yang akan datang. Banyak intepretasi yang dapat keluar
dari pernyataan keadaan ideal yang ingin dicapai lembaga tersebut.
Dalam hal ini visi adalah rumusan umum yang mengarahkan
kondisi daerah yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan
pembangunan jangka panjang. Visi pembangunan daerah adalah
suatu gambaran yang menantang tentang kondisi daerah yang
diinginkan pada akhir periode perencanaan pembangunan daerah
yang direpresentasikan dalam sejumlah sasaran hasil
pembangunan yang dicapai melalui berbagai strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan daerah. Penetapan visi
pembangunan daerah, sebagai bagian dari perencanaan strategis
pembangunan daerah, merupakan suatu langkah penting dalam
perjalanan pembangunan suatu daerah mencapai kondisi yang
diharapkan.

Visi bukan hanya mimpi atau serangkaian harapan, namun


suatu komitmen dan upaya merancang serta mengelola perubahan
untuk mencapai tujuan bersama dalam pembangunan 20 tahun ke
depan. Visi Kabupaten Ketapang dirumuskan, dibahas, dan
disepakati bersama oleh seluruh pemangku kepentingan
pembangunan daerah karena visi merupakan dasar bagi para
pemangku kepentingan dalam operasionalisasi perencanaan
pembangunan daerah.

Dengan mempertimbangkan kondisi Kabupaten Ketapang


saat ini, tantangan 20 tahun mendatang serta keterbatasan yang

513
dihadapi kabupaten Ketapang. Maka Daerah menetapkan Visi
Pembangunan Daerah Kabupaten Ketapang sebagai Visi Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Ketapang Tahun 2025-204 adalah:

“KABUPATEN KETAPANG MAJU, MANDIRI,DAN


BERKELANJUTAN”

Adapun penjabaran makna dari visi pembangunan dalam RPJPD


Kabupaten Ketapang Tahun 2025-2045 adalah sebagai berikut:

Tabel 5.6 Penjelasan Pokok-Pokok Visi Pembangunan


Kabupaten Ketapang Tahun 2025-2045

No Pokok-Pokok Visi Penjelasan

Kemajuan suatu daerah atau masyarakat


diartikan sebagai suatu kondisi fisik dan non
fisik yang unggul dan berdaya saing,
berperadaban, profesional serta berwawasan ke
depan yang luas. Pembangunan diarahkan
untuk membentuk daerah yang mandiri dengan
segenap potensi sumber daya manusia, sumber
daya alam, dan sumber daya buatan, namun
tetap mengedepankan pentingnya kerjasama
1 Maju
yang sinergis dan kearifan dalam pengelolaan
dan pemanfaatan lingkungan hidup dan ruang.
Daerah dan masyarakat Kabupaten Ketapang
yang lebih maju akan dicapai melalui berbagai
upaya yang difokuskan pada (1) Peningkatan
pembangunan prasarana dan sarana daerah,
dan (2) Pemanfaatan dan pengelolaan sumber
daya alam berbasis kelestarian lingkungan
hidup.

Kemandirian adalah kemerdekaan, yaitu hak

2 Mandiri setiap individual/masyarakat untuk


menentukan nasibnya sendiri dan menentukan
apa yang terbaik bagi daerahnya. Kemandirian

514
No Pokok-Pokok Visi Penjelasan

Kabupaten Ketapang tercermin antara lain


pada: Ketersediaan sumberdaya manusia
berkualitas yang mampu memenuhi tuntutan
kebutuhan dan kemajuan pembangunannya;
Kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur
penegak hukum dalam menjalankan tugasnya;
Kemampuan pembiayaan yang bersumber dari
daerah yang makin kokoh sehingga
ketergantungan sumber dari luar daerah
menjadi kecil; Kemampuan memenuhi sendiri
kebutuhan pokok. Visi ini menekankan pada
semangat budaya kerja yang, progresif dan
berfokus pada peningkatan kualitas, efisiensi,
serta pencapaian tujuan bersama sehingga
tidak membuat ketergantungan dan kerawanan
serta mempunyai daya tahan tinggi terhadap
perkembangan dan gejolak ekonomi.

Visi ini menggambarkan cita-cita terwjudunya


keseimbangan kebutuhan manusia dengan
kelestarian alam, sehingga seluruh kegiatan
manusia dalam memenuhi kebutuhan dasar
berlangsung tanpa merusak eksosistem
3 Berkelanjutan lingkungan. Keseimbangan ekosistem
mencakup keberlanjutan sumber daya
keanekaragaman hayati, dan kualitas
lingkungan dengan menciptakan masyarakat
yang hidup berdampingan dengan alam secara
harmonis

Sumber: Diolah oleh penulis, 2023

515
Tabel 5.7 Keterkaitan antara Visi RPJPN, RPJPD Provinsi dan RPJPD Kabupaten Ketapang

VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”

Maju Indonesia Kalbar Maju Kalimantan Barat dalam Ketapang Kemajuan suatu daerah
sebagai negara 20 tahun ke depan harus Maju atau masyarakat
maju, berkembang, bergerak diartikan sebagai suatu
ekonominya terus mengikuti kondisi fisik dan non fisik
mencapai posisi perubahan dan dinamika yang unggul dan berdaya
nomor lima global untuk tampil saing, berperadaban,
terbesar dunia, menjadi unggul di profesional serta
berbasiskan berbagai bidang baik berwawasan ke depan
pengetahuan tangible maupun yang luas. Pembangunan
dan inovasi yang intangible yang berbasis diarahkan untuk
berakar pada pengetahuan, teknologi membentuk daerah yang
budaya tinggi dan inovasi. Maju mandiri dengan segenap
Nusantara. secara fisik ditandai potensi sumber daya

516
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”

Indonesia dengan pertumbuhan manusia, sumber daya


menjadi negara ekonomi meningkat, alam, dan sumber daya
berdaya, pendaparan perkapita buatan, namun tetap
modern, setara nasional melalui mengedepankan
tangguh, inofatif pergerakan ekonomi pentingnya kerjasama
dan adil disegala sektor yang yang sinergis dan
didukung hilirisasi dan kearifan dalam
industrialisasi berbasis pengelolaan dan
komoditas andalan pemanfaatan lingkungan
Kalbar. Kalbar maju hidup dan ruang. Daerah
secara non fisik juga dan masyarakat
dicirikan dengan Kabupaten Ketapang
perkembangan yang lebih maju akan
pendidikan, ilmu dicapai melalui berbagai
pengetahuan, teknologi upaya yang difokuskan

517
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”

dan inovasi secara pada (1) Peningkatan


ekponensial sebagai pembangunan prasarana
modal terbentuknya SDM dan sarana daerah, dan
kalbar yang unggul dan (2) Pemanfaatan dan
prima baik secara pengelolaan sumber daya
pendidikan, kesehatan, alam berbasis kelestarian
serta memiliki lingkungan hidup.
kepribadian yang matang
dan cara berpikir yang
maju tetapi tetap
menghargai budaya dan
karakteristik masyarakat
lokal.

518
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”

Berkelanjutan Sebagai Negara Kalbar Sesuai dengan Undang- Ketapang Visi ini menggambarkan
yang Berkelanjutan Undang Nomor 32 Tahun Berkelanjutan cita-cita terwjudunya
berkomitmen 2009 tentang keseimbangan
untuk terus Perlindungan dan kebutuhan manusia
menerapkan Pengelolaan Lingkungan dengan kelestarian alam,
prinsip Hidup, Pembangunan sehingga seluruh
pembangunan Berkelanjutan adalah kegiatan manusia dalam
berkelanjutan, upaya sadar dan memenuhi kebutuhan
pertumbuhan terencana yang dasar berlangsung tanpa
ekonomi memadukan aspek merusak eksosistem
Indonesia yang lingkungan hidup, sosial, lingkungan.
tinggi seimbang dan ekonomi ke dalam Keseimbangan ekosistem
dengan strategi pembangunan mencakup keberlanjutan
pembangunan untuk menjamin sumber daya
sosial, keutuhan lingkungan keanekaragaman hayati,

519
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”

keberlanjutan hidup serta keselamatan, dan kualitas lingkungan


sumberdaya kemampuan, dengan menciptakan
alam dan kesejahteraan, dan mutu masyarakat yang hidup
kualitas hidup generasi masa kini berdampingan dengan
lingkungan dan generasi masa alam secara harmonis
hidup serta tata depan. Komitmen ini
kelola yang baik diwujudkan dengan
pendekatan
pembangunan
berkelanjutan melalui
Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB),
transformasi ekonomi
berkelanjutan (green
economy dan blue

520
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”

economy), kualitas
sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang
baik, kualitas kehidupan
masyarakat yang baik,
ditandai dengan
pemerataan
kesejahteraan
masyarakat, lingkungan
yang bebas polusi baik
udara, tanah, dan air.
Kalimantan Barat yang
berkelanjutan juga
memiliki kemampuan
untuk menghadapi dan

521
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”

beradaptasi terhadap
berbagai krisis, baik
krisis ekonomi, pangan,
sosial, energi, air, udara,
dan lainnya.
Kalbar Sejahtera Ketapang Kemandirian adalah
Sejahtera menggambarkan sebuah Mandiri kemerdekaan, yaitu hak
kondisi kehidupan setiap
masyarakat yang ideal. individual/masyarakat
Dimana kesejahteraan untuk menentukan
merupakan kondisi nasibnya sendiri dan
individu yang merasa menentukan apa yang
sejahtera dengan makna terbaik bagi daerahnya.
aman sentosa dan Kemandirian Kabupaten
makmur. Keadaan ini Ketapang tercermin

522
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”

menunjukkan bahwa antara lain pada:


individu bebas dari Ketersediaan sumberdaya
segala kekurangan, manusia berkualitas yang
bebas dari bencana, mampu memenuhi
bebas dari rasa takut, tuntutan kebutuhan dan
hidup berkecukupan, kemajuan
tidak kekurangan serta pembangunannya;
memiliki Kemandirian aparatur
kemampuan/tangguh pemerintah dan aparatur
dalam mengatasi penegak hukum dalam
masalah. Begitu menjalankan tugasnya;
bermaknanya sejahtera Kemampuan pembiayaan
bagi Kalimantan Barat yang bersumber dari
namun untuk mencapai daerah yang makin kokoh
itu diperlukan syarat sehingga ketergantungan

523
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”

yang tidak hanya cukup sumber dari luar daerah


kecerdasan dan menjadi kecil;
keterampilan baik bagi Kemampuan memenuhi
individu maupun sendiri kebutuhan pokok.
kelompok tetapi juga Visi ini menekankan pada
kesehatan jasmani dan semangat budaya kerja
rohani yang dapat yang, progresif dan
dicapai melalui berfokus pada
kemudahan dan peningkatan kualitas,
kesetaraan mengakses efisiensi, serta
sumberdaya dan pencapaian tujuan
pelayanan sehingga bersama sehingga tidak
mampu berdaya saing membuat ketergantungan
untuk menjadi generasi dan kerawanan serta
produktif yang mampu mempunyai daya tahan

524
VISI
RPJPN RPJPD Provinsi Kalimantan Barat RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Nusantara Berdaulat, “Kalimantan Barat Maju, Sejahtera, “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri,
Maju, Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan” Dan Berkelanjutan”

mengusahakan dan tinggi terhadap


menciptakan perkembangan dan
kesejahteraan melalui gejolak ekonomi.
pemanfaatan keunggulan
diri maupun
lingkungannya agar
kesejahteraan dapat
dirasakan bersama
segenap masyarakat
kalimantan Barat
Sumber: Diolah oleh penulis, 2023

525
4.1.1 Sasaran Visi
Tabel 5.8 Sasaran Visi Kabupaten Ketapang Tahun 2025-2045

Baseline Sasaran
No Sasaran Visi
2025 2045
1 Peningkatan Pendapatan Per Kapita
a. PDRB per Kapita
69 149
(Rp Juta)
b. Kontribusi PDRB Pertanian, Kehutanan, dan
23,48 24,28
Perikanan (%)
C. Kontribusi PDRB Industri Pengolahan (%) 15,8 21,17
2 Pengentasan Kemiskinan dan Ketimpangan
a. Tingkat kemiskinan (%) 8,77 2,77
b. Rasio Gini (Indeks) 0,23 0,03
3 Meningkatnya Daya Saing Daerah
a. Indeks Daya Saing Daerah 2,5 4,1
4 Peningkatan daya saing Sumber daya manusia
a. Indeks Pembangunan Manusia 69,61 (2023) 80
5 Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup
a. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 68,59 76,12
Sumber: Diolah oleh penulis, 2024

4.2 Misi Kabupaten Ketapang

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang


akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi pembangunan
daerah adalah sesuatu yang diemban atau dilaksanakan oleh
pemerintah daerah, sesuai visi pembangunan daerah yang telah
ditetapkan, agar tujuan pembangunan daerah dapat terlaksana dan
berhasil dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Dalam
rangka memberikan kemudahan bagi penyelenggaraan
pembangunan dan pemerintahan.

Rumusan misi yang baik membantu lebih jelas


penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-
upaya apa yang harus dilakukan. Rumusan misi menjadi penting
untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah
kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan
ditempuh untuk mencapai visi. Dalam rangka mewujudkan visi

526
tersebut, Misi disusun berdasarkan visi yang telah dirumuskan,
karena misi merupakan penjabaran secara operasional dalam
rangka perwujudan Visi. Misi untuk Dokumen RPPJD (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah) Kabupaten Ketapang Tahun
2025-2045 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang akuntabel,


professional, dan dinamis berbasis teknologi informasi
Misi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan
publik melalui penerapan teknologi informasi (TI) dan praktik tata
kelola yang lebih baik. Profesional disini menggambarkan
keandalan pegawai dalam pelaksanaan tugas, sehingga tugas
tersebut terlaksana dengan mutu yang tinggi, waktu yang tepat,
cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh
masyarakat. Profesionalisme dalam penyelenggaraan pemerintahan
menjadikan aparatur pemerintah sebagai seorang pribadi yang
bukan hanya mahir dalam bidang tugas dan kewenangannya dalam
mengelola pemerintahan, namun dapat bertindak berdasarkan
tanggungjawab moral yang disadari terhadap masyarakat. Makna
agile disini adalah kemampuan Pemerintah Kabupaten Ketapang
untuk merespon secara cepat perubahan yang tak terduga dalam
memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin
berubah.
Pemerintah yang agile adalah kemampuan Pemerintah
Kabupaten Ketapang untuk melakukan perubahan dengan cepat di
era yang dinamis dan penuh dengan ketidakpastian. Makna agile
dipahami sebagai kemampuan organisasi atau dalam hal ini
pemerintah dalam memenuhi setiap kebutuhan dan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang secara cepat dan tepat.
Konsep pemerintahan yang dinamis merupakan konsep yang
menekankan pada kebijakan, institusi dan struktur yang mampu
beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang penuh dengan

527
ketidakpastian dan perubahan sehingga tujuan yang hendak
dicapai dapat terwujud secara efektif dan efisien

2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang unggul dan


berdaya saing
Pelaksanaan dari misi pertama pembangunan daerah ini
akan ditekankan pada sembilan urusan pemerintahan yaitu: (1)
Kesehatan, (2) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, (3)
Pendidikan, (4) Kepemudaan dan Olahraga, (5) Perpustakaan, (6)
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, (7) Sosial, (8)
Kebudayaan, dan (9) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Misi ini
bertujuan untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang
memiliki kualitas tinggi dan mampu bersaing secara efektif di
tingkat global. Untuk mencapai misi ini, diperlukan investasi dalam
pendidikan yang berkualitas, pelatihan, dan pengembangan
keterampilan.

Selain itu, misi ini juga menekankan pentingnya peran agama


dan nilai-niali spiritual sebagai landasan moral dan etika dalam
pembangunan, membina ahklak mulia, budi pekerti, etos kerja dan
menghargai kemajemukan agama, sosial dan budaya. Nilai, norma
dan semangat keagamaan ini harus senantiasa menjiwai, mewarnai
dan menjadi ruh atau jiwa bagi seluruh aktivitas kehidupan,
termasuk pembinaan sumberdaya manusia, penyelenggaraan
pemerintahan, pelayanan, dan pelaksanaan pembangunan.
Kehidupan bermasyarakat di Kabupaten Ketapang dijalankan
dengan tetap menjunjung tinggi toleransi dan kerukunan hidup
beragama, serta berbhineka tunggal ika.

3. Meningkatkan infrastruktur publik yang inklusif, merata


dan berkualitas

Misi ini adalah bentuk keseriusan Pemerintah Kabupaten


Ketapang dalam meningkatkan pengelolaan dan pelestarian fungsi

528
lingkungan hidup. Lingkungan berkelanjutan dapat diartikan
segala sesuatu yang berada di sekeliling makhluk hidup yang
mempengaruhi kehidupannya dengan kondisi yang terus terjaga
kelestariannya secara alami maupun dengan sentuhan tangan
manusia tanpa batasan waktu. Dalam konteks ini, misi ini
bertujuan untuk melakukan berbagai tindakan yang akan
membawa perbaikan dalam pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian lingkungan hidup dengan fokus pada berkelanjutan.

Misi ini menggambarkan komitmen untuk mengelola


lingkungan hidup dengan lebih baik, menjaga fungsi-fungsi
ekosistem, dan memastikan bahwa tindakan-tindakan ini
berkelanjutan, artinya dapat dilakukan tanpa merusak lingkungan
hidup untuk generasi mendatang. Selain itu misi ini menekankan
pada peningkatan kapasitas serta kemampuan Kabupaten
Ketapang dalam mempersiapkan diri menghadapi ancaman
bencana yang akan terjadi dan ancaman perubahan iklim yang
semakin meningkat dari waktu ke waktu.

4. Meningkatkan kemandirian ekonomi yang berdaya saing


berbasis potensi unggulan daerah

Misi ini menekankan pada kemampuan keuangan daerah


yang akan menjadikan Kabupaten Ketapang mampu mandiri dan
kiuat dengan perekonomian lokal. Dalam hal ini adalah
kemampuan suatu Kabupaten Ketapang dalam membiayai
penyelenggaraan pemerintah secara mandiri dengan menggunakan
pendapatan asli dari Kabupaten Ketapang sendiri. Kemampuan
keuangan daerah dapat didefinisikan sebagai tingkat kemampuan
suatu daerah untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga
pemerintahannya sendiri dalam bentuk otonomi daerah.

Untuk memajukan perekonomian suatu wilayah dengan


fokus pada potensi daerah yang dimiliki oleh kabupaten Ketapang.

529
Peningkatan produktivitas dalam mengelola potensi daerah ini
dapat dicapai dengan memperkuat sektor-sektor ekonomi yang
telah ada, mendukung pertumbuhan bisnis, dan meningkatkan
efisiensi dalam proses produksi. Langkah-langkah ini melibatkan
investasi dalam infrastruktur, dukungan keuangan, dan
pengembangan sumber daya manusia.

Selain produktivitas, misi ini akan ditekankan pada sepuluh


urusan pemerintahan yaitu: (1) Ketenagakerjaan, (2) Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah, (3) Penanaman Modal, (4) Ketahanan
Pangan, (5) Pertanian, (6) Kelautan dan Perikanan, (7) Perdagangan,
(8) Industri, (9) Ketransmigrasian, dan (10) Pariwisata. Kekuatan
ekonomi yang dimiliki oleh Kabupaten Ketapang harus mampu
dirasakan terlebih dahulu oleh masyarakat dan diutamakan agar
dapat memberikan kesejahteraan pada masyarakat.

5. Mewujudkan pengelolaan Sumber Daya Alam dan


pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan serta
ketahanan bencana dan perubahan iklim
Misi ini bertujuan untuk menekankan bahwa Pembangunan
infrastruktur merupakan hal penting untuk mempermudah
konektivitas penduduk, barang, dan jasa, serta meningkatkan daya
saing, yang pada akhirnya untuk memenuhi hak-hak ekonomi,
sosial, dan budaya tiap warga negara. Misi ini menggambarkan
bahwa setiap wilayah mendapatkan akses yang inklusif dan dapat
dinikmati serta dipergunakan oleh siapapun dalam kondisi apapun.
Infrastruktur inklusif adalah infrastruktur yang mendukung semua
anggota masyarakat untuk menjalani kehidupan sehari-hari
mereka, bukan seperangkat infrastruktur khusus yang mendukung
inklusi, seperti ramp di jalan. Semua infrastruktur harus inklusif
untuk memungkinkan partisipasi penuh setiap orang dalam
masyarakat.

530
Selain itu, aspek merata juga menjadi fokus dalam misi ini.
Pembangunan yang merata adalah pembangunan yang mencakup
keseluruhan daerah dan saat semua orang mendapatkan hal-hal
yang dibutuhkannya sesuai dengan tingkat kebutuhan individu
masing-masing. Selain itu misi ini menekankan bahwa
pembangunan infrastruktur juga dibangun dalam rangka
mendukung mobilisasi dan meningkatkan perekonomian
Kabupaten yang akan memberikan pengaruh pada kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Ketapang.

6. Meningkatkan Ketentraman, ketertiban dan Ketahanan


Sosial budaya Masyarakat
Misi ini mengandung pengertian bahwa untuk mewujudkan
kehidupan masyarakat yang aman, damai dan sejahtera syarat dan
hal yang harus dipenuhi adalah terpeliharanya ketentraman dan
ketertiban umum melalui berbagai upaya peningkatan kesadaran
masyarakat dan aparatur dalam menjaga dan memelihara
ketentraman dan ketertiban. Hal tersebut yang ditandai dengan
adanya jati diri dan karakter masyarakat yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara
kerukunan internal dan antar umat beragama, melaksanakan
interaksi antar budaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan
nilai-nilai luhur budaya daerah, dan beradab serta mandiri
berdasarkan falsafah Pancasila

531
Tabel 5.9 Keterkaitan Pokok-Pokok Visi terhadap Misi RPJPD
Pokok-Pokok
No Penjelasan MISI
Visi
Kemajuan suatu daerah
atau masyarakat diartikan
sebagai suatu kondisi fisik
dan non fisik yang unggul
dan berdaya saing,
berperadaban, profesional
serta berwawasan ke depan
yang luas. Pembangunan
diarahkan untuk
membentuk daerah yang 1. Mewujudkan
mandiri dengan segenap Sumber Daya
potensi sumber daya Manusia yang
manusia, sumber daya unggul dan
alam, dan sumber daya berdaya saing
buatan, namun tetap 2. Meningkatkan
mengedepankan pentingnya infrastruktur publik
1 Maju kerjasama yang sinergis dan yang inklusif,
kearifan dalam pengelolaan merata dan
dan pemanfaatan berkualitas
lingkungan hidup dan 3. Meningkatkan
ruang. Daerah dan Ketentraman,
masyarakat Kabupaten ketertiban dan
Ketapang yang lebih maju Ketahanan Sosial
akan dicapai melalui budaya Masyarakat
berbagai upaya yang
difokuskan pada (1)
Peningkatan pembangunan
prasarana dan sarana
daerah, dan (2)
Pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya
alam berbasis kelestarian
lingkungan hidup.
Kemandirian adalah Meningkatkan
kemerdekaan, yaitu hak kemandirian ekonomi
setiap yang berdaya saing
individual/masyarakat berbasis potensi
untuk menentukan unggulan daerah
nasibnya sendiri dan
menentukan apa yang
terbaik bagi daerahnya.
Kemandirian Kabupaten
Ketapang tercermin antara
2 Mandiri
lain pada: Ketersediaan
sumberdaya manusia
berkualitas yang mampu
memenuhi tuntutan
kebutuhan dan kemajuan
pembangunannya;
Kemandirian aparatur
pemerintah dan aparatur
penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya;

532
Pokok-Pokok
No Penjelasan MISI
Visi
Kemampuan pembiayaan
yang bersumber dari daerah
yang makin kokoh sehingga
ketergantungan sumber dari
luar daerah menjadi kecil;
Kemampuan memenuhi
sendiri kebutuhan pokok.
Visi ini menekankan pada
semangat budaya kerja
yang, progresif dan berfokus
pada peningkatan kualitas,
efisiensi, serta pencapaian
tujuan bersama sehingga
tidak membuat
ketergantungan dan
kerawanan serta
mempunyai daya tahan
tinggi terhadap
perkembangan dan gejolak
ekonomi.
Konsep sejahtera
menunjukkan kondisi
kemakmuran masyarakat
Kabupaten Ketapang, yaitu
masyarakat yang terpenuhi
kebutuhan ekonomi
(materiil) maupun sosial
(spirituil) secara adil dan
merata. yaitu masyarakat
yang terpenuhi kebutuhan
pangan, sandang dan
Meningkatkan
papan, terjamin kesehatan
kemandirian ekonomi
jasmani-rohani, dan
3 Sejahtera yang berdaya saing
masyarakat yang cerdas.
berbasis potensi
Daerah dan masyarakat
unggulan daerah
Kabupaten Ketapang yang
lebih sejahtera akan dicapai
melalui berbagai upaya yang
difokuskan pada (1)
Peningkatan kualitas
sumber daya manusia dan
kehidupan beragama, dan
(2) Pembangunan
perekonomian daerah
berbasis potensi lokal yang
berdaya saing.
Visi ini menggambarkan
cita-cita terwjudunya
Mewujudkan pengelolaan
keseimbangan kebutuhan
Sumber Daya Alam dan
manusia dengan kelestarian
pelestarian lingkungan
4 Berkelanjutan alam, sehingga seluruh
hidup yang berkelanjutan
kegiatan manusia dalam
serta ketahanan bencana
memenuhi kebutuhan dasar
dan perubahan iklim
berlangsung tanpa merusak
eksosistem lingkungan.

533
Pokok-Pokok
No Penjelasan MISI
Visi
Keseimbangan ekosistem
mencakup keberlanjutan
sumber daya
keanekaragaman hayati,
dan kualitas lingkungan
dengan menciptakan
masyarakat yang hidup
berdampingan dengan alam
secara harmonis
Sumber: Diolah oleh penulis, 2023

534
Tabel 5.10 Keterkaitan antara Misi RPJPN, RPJPD Provinsi dan
RPJPD Kabupaten Ketapang
MISI

VISI RPJPN VISI RPJPD Provinsi Kalimantan VISI RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Barat “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri, Dan
Nusantara “Kalimantan Barat Maju, Berkelanjutan”
Berdaulat, Maju, Sejahtera, Dan Berkelanjutan”
Berkelanjutan”
Daya Meningkatkan daya
Literasi literasi daerah melalui
pemerataan fasilitas
pendidikan, kurikulum
pendidikan yang
Mewujudkan Sumber Daya
menekankan pada
Manusia yang unggul dan
pentingnya membaca,
berdaya saing
menulis, dan
berbicara. Mendorong
budaya membaca
melalui kebiasaan
membaca yang
dibangun sejak dini
Daya Mewujudkan daya
Saing saing daerah dan
ekonomi melalui
pembangunan dan
pemerataan
infrastruktur untuk
mendukung
konektivitas antar
Wilayah Kalimantan
dan perbatasan negara, Meningkatkan kemandirian
hilirisasi dan ekonomi yang berdaya saing
industrialisasi sektor berbasis potensi unggulan
unggulan (perkebunan daerah
dan pertanian),
mendorong
perkebunan, pertanian
dan perikanan endemik
yang memberi nilai
tambah yang
dikatalisasi pasar
elektronik (e-
commerce).
Daya Memperkuat daya Mewujudkan pengelolaan
Tahan tahan dan mitigas Sumber Daya Alam dan
Kalimantan Barat agar pelestarian lingkungan
dapat tangguh dan hidup yang berkelanjutan
adaptif terhadap serta ketahanan bencana
perubahan iklim, krisis dan perubahan iklim
air bersih, krisis
pangan, krisis energi,
krisis multidimensi,
perubahan geopolitik,
globalisasi multipolar,

535
MISI

VISI RPJPN VISI RPJPD Provinsi Kalimantan VISI RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Barat “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri, Dan
Nusantara “Kalimantan Barat Maju, Berkelanjutan”
Berdaulat, Maju, Sejahtera, Dan Berkelanjutan”
Berkelanjutan”
serta menjaga
kondusifitas sosial-
politik di dalam daerah.
Meningkatkan
ketersediaan, sebaran,
dan akses sumber
energi listrik, air, dan
sumber terbarukan
lainnya yang ramah
lingkungan bagi
konsumsi masyarakat
dan industri.
Daya Mendorong daya Meningkatkan kemandirian
Usaha & cipta/usaha dalam ekonomi yang berdaya saing
Ungkit rangka memperluas berbasis potensi unggulan
lapangan usaha dan daerah
kesempatan kerja di
berbagai bidang,
kemudahan berusaha,
meningkatkan
kapabilitas dan
skalabilitas UMKM dan
koperasi yang berbasis
teknologi, inovasi dan
digitalisasi serta
penerapan teknologi
tepat guna untuk
pemerataan
pendapatan dan
pemberantasan
kemiskinan. Daya
Ungkit dapat diartikan
sebagai kemampuan
untuk memperoleh
hasil yang lebih besar
melalui penggunaan
sumber daya atau
faktor lainnya yang
lebih besar daripada
sumber daya yang
tersedia secara
langsung
Daya Meningkatkan daya Meningkatkan infrastruktur
Dukung & dukung dan daya publik yang inklusif, merata
Tampung tampung lingkungan dan berkualitas
dalam perencanaan
tata ruang wilayah yang
mencakup ruang
udara, ruang darat,

536
MISI

VISI RPJPN VISI RPJPD Provinsi Kalimantan VISI RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Barat “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri, Dan
Nusantara “Kalimantan Barat Maju, Berkelanjutan”
Berdaulat, Maju, Sejahtera, Dan Berkelanjutan”
Berkelanjutan”
ruang laut, dan ruang Mewujudkan pengelolaan
dalam bumi terintegrasi Sumber Daya Alam dan
agar pemanfaatan pelestarian lingkungan
sumber daya tidak hidup yang berkelanjutan
melebihi kapasitas serta ketahanan bencana
ruang. Memastikan dan perubahan iklim
Kinerja Jasa Layanan
Ekosistem berjalan
dengan baik, serta
Efisiensi Pemanfaatan
SDA yang
berkelanjutan.
Daya Tarik Meningkatkan daya Meningkatkan kemandirian
& Dorong tarik investasi di ekonomi yang berdaya saing
Kalimantan Barat berbasis potensi unggulan
melalui kemudahan daerah
berinvestasi Kalbar
yang didukung SDA,
SDM, dan Sumber Daya
Buatan unggulan.
Meningkatkan daya
tarik wisata dengan
memaksimalkan
potensi yang ada,
menciptakan destinasi
wisata baru,
mengintensifkan
pemasaran wisata yang
berbasis kearifan lokal,
karakteristik wilayah
dan wisata minat
khusus. Gubernur
sebagai Wakil
Pemerintah Pusat perlu
mendorong Pembinaan
dan Pengawasan
(Binwas) kepada 14
Kabupaten/Kota untuk
meningkatkan kinerja
pelaksanaan
pembangunan
Daya Guna Meningkatkan Terwujudnya tata kelola
pembangunan SDM pemerintahan yang
prima dan profesional professional, agile dan
yang berkepribadian dinamis berbasis teknologi
matang, tata kelola informasi
pemerintah agile,
ramping, adaptif dan
bebas KNN. Mendorong

537
MISI

VISI RPJPN VISI RPJPD Provinsi Kalimantan VISI RPJPD Kabupaten Ketapang
“Negara Barat “Kabupaten Ketapang Maju, Mandiri, Dan
Nusantara “Kalimantan Barat Maju, Berkelanjutan”
Berdaulat, Maju, Sejahtera, Dan Berkelanjutan”
Berkelanjutan”
pembangunan daerah
partisipatif mulai dari
perencanaan sampai
evaluasi hasil
pelaksanaan
pembangunan yang
melibatkan unsur
pemerintah, bisnis,
akademisi, NGO dan
komunitas maupun
media
Daya Meningkatkan Daya Mewujudkan Sumber Daya
Kreasi Kreasi dengan Manusia yang unggul dan
memberikan ruang dan berdaya saing
memfasilitasi anak
bangsa untuk
menghasilkan karya
baru, pembaharuan
karya lama, maupun
penggabungan berbagai
karya agar bernilai
ekonomis namun tetap
menjaga nilai dan
karakteristik budaya.
Sumber: Diolah oleh penulis, 2023

538
539
BAB V
ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN POKOK

5.1 Arah Kebijakan Daerah


Arah kebijakan merupakan perencanaan komprehensif
tentang bagaimana pemerintah daerah mencapai tujuan dan
sasaran RPJPD dengan efektif dan efisien. Pendekatan dengan
komprehensif, strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk
melakukan transformasi, reformasi, dan perbaikan kinerja
birokrasi. Arah kebijakan adalah rangkaian prioritas kerja yang
menjadi pedoman dan dasar rencana untuk pelaksanaan yang akan
dicapai pada sebuah periode. Arah kebijakan yang sudah
dirumuskan menjadi sebuah pedoman dimaksudkan untuk
mengarahkan strategi dan implementasi pembangunan agar lebih
sinergi dan berkesinambungan dalam mencapai target sasaran
selama periode 20 tahun, dengan demikian diharapan memberikan
output hasil pembangunan yang lebih optimal. Rumusan arah
kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan
sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya.

540
Tabel 5.11 Arah Kebijakan dan Sasaran Pokok

Arah Kebijakan
Visi Misi
2025-2029 2030-2034 2035-2039 2040-2045
Meningkatkan tata kelola
Tata kelola
pemerintahan yang Peningkatan
Penguatan tata kelola Optimalisasi Tata Pemerintahan yang
akuntabel, professional, kualitas tata kelola
pemerintahan Kelola Pemerintahan akuntabel dan
dan dinamis berbasis pemerintahan
profesional
teknologi informasi
Peningkatan
Peningkatan
pemerataan
Mewujudkan Sumber Aksesibilitas Masyarakat Penguatan Daya Masyarakat Ketapang
Kualitas
Daya Manusia yang terhadap Pendidikan, Saing Sumber Daya yang unggul dan berdaya
KABUPATEN Pendidikan,
unggul dan berdaya saing Kesehatan, dan Manusia saing
KETAPANG Kesehatan, dan
Perlindungan Sosial
MAJU, perlindungan sosial
MANDIRI,DAN Meningkatkan Optimalisasi
Peningkatan Pemerataan Pengelolaan
BERKELANJUTAN infrastruktur publik yang dan kualitas
Pemerataan dan
Infrastruktur dasar
Infrastruktur dasar yang
inklusif, merata dan kualitas inklusif dan berkualitas
Infrastruktur dasar yang berkelanjutan
berkualitas Infrastruktur dasar

Meningkatkan Peningkatan Perluasan kawasan


kemandirian ekonomi produktivitas tenaga pertumbuhan Peningkatan Kemandirian Daerah dan
yang berdaya saing kerja dan pengembangan ekonomi dan produktivitas sektor Kesejahteraan
berbasis potensi unggulan perekonomian berbasis mewujudkan unggulan daerah Masyarakat
daerah potensi daerah penguatan industri

541
Arah Kebijakan
Visi Misi
2025-2029 2030-2034 2035-2039 2040-2045

Optimalisasi
Mewujudkan pengelolaan Peningkatan
Pemenuhan dan pengelolaan SDA dan
Sumber Daya Alam dan pengelolaan SDA
pemerataan pelestarian Lingkungan Hidup yang
pelestarian lingkungan dan pelestarian
Infrastruktur Penunjang Lingkungan Hidup berkualitas dan daerah
hidup yang berkelanjutan Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup dan serta peningkatan tangguh bencana
serta ketahanan bencana serta kesiagaan
Kebencanaan kapasitas bencana
dan perubahan iklim terhadap bencana
daerah

Peningkatan
Meningkatkan Penguatan
ketahanan sosial Optimalisasi sosial
Ketentraman, ketentraman, Kabupaten Ketapang
budaya budaya masyarakat
ketertiban dan ketertiban, dan sosial yang tentram dan
Masyarakat Kabupaten
Ketahanan Sosial budaya masyarakat berbudaya
kabupaten Ketapang
budaya Masyarakat kabupaten Ketapang
Ketapang

Sumber: Diolah Penulis, 2024

542
5.2 Sasaran Pokok
Perencanaan strategi tidak hanya mengagendakan aktivitas
pembangunan, tetapi juga segala program yang mendukung dan
menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan
baik, termasuk di dalamnya upaya memperbaiki kinerja dan
kapasitas birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi
informasi. Capaian pembangunan yang sudah dilakukan oleh
Kabupaten Ketapang harus dipertahankan dan ditingkatkan
melalui adaptasi terhadap perkembangan internal meupun
eksternal Kabupaten Ketapang. Di samping itu, lingkungan internal
juga menjadi hal penting karena di dalamnya berisi sumber daya
yang dimiliki sehingga visi dan misi yang dirumuskan harus
berdasarkan kondisi riil. Sasaran dan arah kebijakan menjadi
acuan bagi Pemerintah Daerah agar lebih terarah dalam
menetapkan dan mencapai tujuan pembangunan jangka panjang
daerah. Dengan penetapan sasaran dan arah kebijakan ini, dapat
ditentukan tahapan dan prioritas pembangunan lima tahunan
selama 20 (dua puluh) untuk mencapai sasaran pokok RPJPD
secara bertahap.
Sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah adalah
penjabaran visi dan misi pada akhir periode ke-20 (dua puluh).
Sasaran menggambarkan pencapaian pembangunan sebagai upaya
perwujudan visi daerah serta merupakan perwujudan dari arah
kebijakan. Sasaran pembangunan Kabupaten Ketapang 2025-2045,
dijelaskan dalam rangkaian misi yang mengarah pada kondisi yang
diharapkan pada akhir tahun perencanaan. Berikut fokus
pembangunan yang digunakan sebagai merefleksikan kedalam
perencanaan jangka panjang sebagai berikut:

543
Tabel 5.2 Arah Kebijakan dan Sasaran Pokok
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
Meningkat
Usia
nya
Kesehatan Harapan
Derajat
untuk Hidup/Angk 73 74,5 76 77,5 79
Kesehatan
Semua a Harapan
Masyaraka
Hidup
t
Angka
Kematian
Ibu (per
104 103 102 101 99
100.000
kelahiran
hidup)
Target Target Target Target Target
akan akan akan akan akan
Angka
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Kematian
an an an an an
Bayi
kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
an an an an an
Prevalensi
Target Target Target Target Target
Stunting
akan akan akan akan akan
(pendek dan
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
sangat
an an an an an
pendek)
kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
pada balita
an an an an an
(%)
Meningkat Target Target Target Target Target
Indeks
nya akan akan akan akan akan
Pendidikan Pembanguna
Kualitas ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Berkualitas n Literasi
Pendidikan an an an an an
dan Merata Masyarakat
Masyaraka kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
(IPLM)
t an an an an an
Rata-rata
lama 7,78 8,28 8,78 9,28 9,78
sekolah
Harapan
Lama 12,31 12,91 13,51 14,11 14,81
Sekolah
Meningkat
nya Perlindunga
Tingkat
Kesejahter n Sosial
Kemiskinan 8,77 7,27 5,77 4,27 2,77
aan Sosial yang
(%)
Masyaraka Adaptif
t
Cakupan
Target Target Target Target Target
kepesertaan
akan akan akan akan akan
Jaminan
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
sosial
an an an an an
ketenagakerj

544
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
aan kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
Kabupaten an an an an an
(%)
Meningkat
kan
Produktivit
as
Perekonom Iptek,
ian Inovasi, dan
Masyaraka Produktivita
t yang s Ekonomi
berdaya
saing dan
berkelanju
tan
Target Target Target Target Target
Rasio PDRB
akan akan akan akan akan
Penyediaan
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Akomodasi
an an an an an
Makan dan
kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
Minum (%)
an an an an an
Persentase
Peningkatan
Kunjungan
26000 36000 46000 56000 66000
Wisatawan
(Jumlah
Wisatawan)
Kontribusi
PDRB
Pertanian,
Kehutanan, 23,48 23,68 23,88 24,08 24,28
dan
Perikanan
(%)
Target Target Target Target Target
Proporsi akan akan akan akan akan
PDRB ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Ekonomi an an an an an
Kreatif (%) kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
an an an an an
Persentase
Usaha Mikro 12 14 16 18 20
Naik Kelas
Target Target Target Target Target
akan akan akan akan akan
Persentase
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Koperasi
an an an an an
Sehat
kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
an an an an an

545
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
6,00-
TPT 5,2-5,38 4,4-4,53 3,6-3,68 2,8-2,83
6,23
TPAK 70 75 80 85 90
Perkotaan
dan
Perdesaan
Indeks Desa
sebagai 0,74 0,79 0,84 0,89 0,94
Membangun
Pusat
Pertumbuh
an Ekonomi
Meningkat
nya
ketahanan
Pola Pangan
dan Kemandiria
Harapan 80 85 90 95 100
diversifikas n Pangan
(PPH)
i Pangan
Masyaraka
t
Indeks
Ketahanan 80,67 82,42 84,17 85,92 87,67
Pangan
Meningkat Regulasi Target Target Target Target Target
nya dan Tata akan akan akan akan akan
Indeks
Kualitas kelola yang ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Reformasi
Tata kelola Berintegrita an an an an an
Hukum
pemerinta s dan kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
han Adaptif an an an an an
Nilai SPBE 2,1 2,61 3,1 3,6 4,3
91,85
88,85 90,35
86,15 87,35 (IKM)
IPP/IKM (Sangat (Sangat
(Baik) (Baik) (Sangat
Baik) Baik)
Baik)
Target Target Target Target Target
Indeks akan akan akan akan akan
Perilaku Anti ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Korupsi an an an an an
(IPAK) kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
an an an an an
Indeks
57 64 71 78 85
Reformasi
(cc) (B) (BB) (BB) (A)
Birokrasi
Tingkat
Maturitas 3 3 4 4 5
SPIP
Indeks
Inovasi 53,72 60,22 66,72 73,22 80
Daerah
Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP

546
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
Nilai SAKIP 64 69 74 79 85
(B) (B) (BB) (BB) (A)
Tindak
Lanjut hasil
100 100 100 100 100
Pemeriksaan
Internal
Tindak
Lanjut hasil
100 100 100 100 100
Pemeriksaan
Eksternal
Hukum
Berkeadilan Target Target Target Target Target
Meningkat
, Keamanan Indeks akan akan akan akan akan
nya
Nasional Kualitas ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Kualitas
Tangguh, Kebijakan an an an an an
Kebijakan
dan (IKK) kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
Publik
Demokrasi an an an an an
Substansial
Indeks
Ketentraman
81 82 83 84 85
dan
Ketertiban
Meningkat
nya
kualitas Target Target Target Target Target
Beragama Indeks
ketahanan akan akan akan akan akan
Maslahat Pembanguna
sosial dan ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
dan n
budaya an an an an an
Berkebuday Kebudayaan
Masyaraka kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
aan Maju (IPK)
t an an an an an
kabupaten
Ketapang
Target Target Target Target Target
Indeks
akan akan akan akan akan
Kerukunan
ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Umat
an an an an an
Beragama
kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
(IKUB)
an an an an an
Keluarga Target Target Target Target Target
Berkualitas, Indeks akan akan akan akan akan
Kesetaraan Pembanguna ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
Gender, dan n Kualitas an an an an an
Masyarakat Keluarga kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
Inklusif an an an an an
Target Target Target Target Target
Indeks akan akan akan akan akan
Pembanguna ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
n Gender an an an an an
(IPG) kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
an an an an an

547
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
Meningkat
nya Lingkungan
Kualitas Hidup
Lingkunga Berkualitas
n Hidup
Indeks
Kualitas
68,59 70,44 72,3 74,16 76,12
Lingkungan
Hidup
Persentase
Sampah
49% 61% 73% 85% 100%
yang
tertangani
Meningkat Resiliensi
nya terhadap
Indeks
Kapasitas Bencana
Risiko 98 93 88 83 78
Daerah dan
Bencana
terhadap Perubahan
Bencana Iklim
Meningkat Target Target Target Target Target
Meningkatn
nya akan akan akan akan akan
ya Cakupan Kapasitas
Kualitas ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk ditentuk
layanan Air Baku
Infrastrukt an an an an an
irigasi (m3/detik)*
ur Dasar kemudi kemudi kemudi kemudi kemudi
daerah
Daerah an an an an an
Persentase
jaringan
65 75 85 95 100
irigasi dalam
kondisi baik
Persentase
rumah
Meningkatn
tangga
ya
terhadap air
pemerataan 73 78 83 88 93
minum
akses air
perpipaan
minum
dan non
perpipaan
persentase
Rumah
Meningkatn
tangga
ya
dengan
pemerataan
akses
terhadap 66 73,5 81 88,5 96
sanitasi
pemukiman
yang aman
bersanitasi
dan
layak
berkelanjuta
n
Meningkatn Persentase
ya akses rumah layak 84 86,5 89 91,5 94
terhadap huni

548
Indikator Target
Arah
Sasaran Utama
Pembangun
Pokok Pembangun 2025 2029 2034 2039 2045
an
an
pemukiman
layak huni
Meningkatn Persentase
ya akses Jalan
dan Kabupaten
42 52 62 72 85
kualitas dalam
jaringan Kondisi
Jalan Mantap
Sumber: Diolah Penulis, 2024

549
550
BAB VI
PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2025


- 2045 yang mengandung visi, misi, dan arah pembangunan
Kabupaten Ketapang menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dan
masyarakat dalam melaksanakan pembangunan jangka panjang
selama dua puluh tahun ke depan. Dokumen ini juga berperan
sebagai acuan dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (lima tahunan), Rencana Strategis SKPD (lima
tahunan), Rencana Kerja Pemerintah Daerah (tahunan), dan
Rencana Kinerja Tahunan SKPD. Keberhasilan pemerintah dalam
mencapai Visi Daerah 2045, yaitu " KETAPANG MAJU, MANDIRI,
DAN BERKELANJUTAN" dan misinya, sangat tergantung pada
partisipasi aktif masyarakat serta sikap mental, tekad, semangat,
hasrat, ketaatan, dan disiplin para penyelenggara pemerintahan.
Oleh karena itu, semua kekuatan sosial politik, organisasi
kemasyarakatan, dan lembaga kemasyarakatan lainnya perlu
menyusun program sesuai dengan fungsi dan kemampuan masing-
masing untuk melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Kabupaten Ketapang.

Kunci utama dalam mencapai kesuksesan pelaksanaan


rencana jangka panjang ini adalah keterlibatan aktif dan komitmen
dari pemerintah daerah, sekaligus kerjasama erat dengan
masyarakat sebagai subjek utama pembangunan. Partisipasi
masyarakat bukan hanya diharapkan, melainkan menjadi dasar
utama untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan
pembangunan. Ini bukan hanya tentang memasukkan suara

551
mereka dalam proses pembuatan kebijakan, tetapi juga mengakui
peran kunci masyarakat dalam mengawasi implementasi rencana
jangka panjang. Masyarakat harus memainkan peran aktif dalam
memonitor kemajuan proyek-proyek pembangunan, memberikan
masukan yang konstruktif, dan memastikan bahwa kepentingan
mereka diwakili dengan baik dalam proses pembangunan.

Selain itu, kerjasama dan sinergi antara pemerintah daerah,


lembaga kemasyarakatan, organisasi sosial politik, dan seluruh
komponen masyarakat sangat penting. Kerjasama ini harus
didasarkan pada prinsip inklusivitas, di mana semua pihak terlibat
dalam diskusi dan pengambilan keputusan yang terkait dengan
rencana jangka panjang. Saling pengertian dan respek antara
pemerintah dan masyarakat, serta antar lembaga kemasyarakatan,
juga diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan bersama.

Dalam kerangka ini, transparansi, akuntabilitas, dan


keterbukaan menjadi elemen penting. Informasi yang jelas dan
mudah diakses harus tersedia untuk semua pihak, memungkinkan
masyarakat memahami kemajuan dan pencapaian rencana jangka
panjang. Semua tindakan harus diarahkan pada tujuan bersama
untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, dengan
pemahaman bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi
tantangan dan memanfaatkan peluang dalam pembangunan
daerah.

Hasil pembangunan yang dikejar harus merata dan adil bagi semua
warga Kabupaten Ketapang, bukan hanya secara ekonomi tetapi
juga dalam aspek kesejahteraan fisik dan mental. Semangat
demokrasi, keamanan, ketenangan, dan kedamaian menjadi faktor
penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung
pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, seluruh elemen
masyarakat harus bersatu dalam semangat untuk mencapai visi

552
tersebut dan menjadikan Kabupaten Ketapang sebagai tempat di
mana setiap warga dapat menikmati hasil pembangunan yang
memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka.

553
554

Anda mungkin juga menyukai