Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
1
HALAMAN JUDUL
……………………………............................................................. i
KATA PENGANTAR …………….............................................................
…………… ii
DAFTAR ISI
………………………………..................................................................… iii
BAB I PENDAHULUAN …………………...........................................................
…….
A. Latar Belakang ………………………………........................................
…………...
B. Rumusan Masalah
………………………………………........................................
C. Tujuan Penulisan
………………………………………..........................................
BAB II PEMBAHASAN
…………………………...........................................................
A. Analisis SWOT Terhadap Perencanaan Pembangunan
Daerah……………………………………....................................................
....
B. Perencanaan Pembangunan Daerah Di Era
Otonomi……………………………………..................................................
........
C. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Berdasarkan UU No. 25 Tahun
2004………………………………………....................................................
....
D. Penganggaran
Daerah………………………………............................................................
...........
BAB III PENUTUP
……………………………………...........................................................
A. Simpulan
……………………………………………………........................................
......
B. Saran
…………………………………………………………................................
................
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………............................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
panjang, melibatkan seluruh warga negara, dan menyerap hampir seluruh sumber
daya bangsa. Karena itu, sudah seharusnya jika pembangunan perlu manajemen.
generik proses ini dimulai dari perencanaan, disusul pelaksanaan, diakhiri dengan
pengendalian.
Perencanaan pada dasarnya merupakan cara, teknik atau metode untuk mencapai
tujuan yang diinginkan secara tepat, terarah dan efisien sesuai dengan sumber
3
cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah dan
alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu.
dianut.
4
Perencanaan pembangunan adalah proses penyusunan tahapan kegiatan
mencapal suatu sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu.
5
Menurut SPPN, rencana pembangunan terdiri dari Rencana
Daerah dan juga RPJM Daerah yang mengacu pada RPJP dan juga RPJM
Lembaga.
UUD 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional
6
serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
Daerah, yang memuat visi, misi dan program pembangunan dari kepala
Daerah ini sangat visioner dan juga hanya memuat hal-hal yang
tahunannya.
7
satu sama lain, saling bersinergi dan juga berpotensi memberikan
salah satu hak daerah, maka sistem perencanaan pembangunan bergeser dari
sistem sentralisasi menjadi desentralisasi. Hal ini juga berimplikasi luas dalam
Pembangunan Daerah.
mereka masing-masing.
Otonomi”
8
3. Bagaimana sistem perencanaan pembangunan berdasarkan UU No. 25 Tahun
daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
9
kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eskternal yaitu peluang dan ancaman
eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan
sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan (Marimin, 2004).
cepat mengenai strategi perencanaan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa
strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya
ancaman), kesesuaian yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta
Metode analisis SWOT bisa dianggap sebagai metode analisis yang paling
dasar, yang bermanfaat untuk melihat suatu topik maupun suatu permasalahan
dari empat sisi yang berbeda. Hasil dari analisis SWOT ini biasanya berupa
menambah keuntungan dari segi peluang yang ada, dan mengurangi kekurangan
perencana terhadap apa yang bisa dicapai dan hal-hal apa saja yang perlu
10
Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar
keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai
berikut:
3. Tahapan analisis.
Secara lebih spesifik, ada manfaat dari penggunaan analisis SWOT dalam
pembahasan tentang kondisi umum daerah akan menjadi lebih tajam dan terarah
kepada hal-hal yang berkaitan langsung dengan penyusunan perencanaan. Hal ini
perencanaan pembangunan akan menjadi lebih tepat dan terarah bilamana analisis
tentang kondisi umum daerah juga dapat dilakukan dengan cara lebih baik dan
tajam, dan demikian pula sebaliknya terjadi apabila analisis tentang kondisi umum
11
tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan daerah
kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggungjawab, terutama dalam
daerah masing-masing.
Adapun tujuan dari adanya otonomi daerah berdasarkan Pasal 31 Ayat (2)
tersebut.
12
Penyelenggaraan otonomi daerah merupakan dasar perubahan paradigma
perwujudan dari perubahan pola perencanaan pembangunan dengan pola top down
menjadi pola bottom up. Seperti yang diungkapkan oleh Hirtsune Kimura dalam
Jurnal Ketahanan Nasional : Lebih lanjut, mengubah pola pikir para pejabat
publik yang sudah terbiasa birokratis tidaklah mudah. Meskipun setelah tiga
dekade, dengan pemerintahan yang baru, akan masih ada suatu tradisi yang kuat
dalam birokrasi yang terpusat, namun hal itu merupakan sebuah langkah besar
13
2.3 Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Berdasarkan UU No. 25
Tahun 2004
selama ini belum memiliki landasan aturan yang mengikat setingkat undang-
undang. Kebijakan otonomi daerah di satu sisi dan dihapuskannya GBHN (Garis-
Garis Besar Haluan Negara) yang selama ini menjadi landasan perencanaan
nasional dan daerah di sisi yang lain, membawa implikasi akan perlunya kerangka
kebijakan yang mengatur sistem perencanaan nasional yang bersifat sistematis dan
Nasional (SPPN).
menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan
14
Perencanaan pembangunan daerah harus dirumuskan secara transparan,
yaitu teknokratik, partisipatif, politis serta bottom-up dan top-down. Empat proses
(stakeholders).
masing calon kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih pada saat
15
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah dengan periode waktu
berubah seiring dengan pergantian pimpinan daerah. Jika setiap 5 tahun sekali
diubah maka nasib dokumen RPJP Daerah itu mungkin tidak berbeda dengan
merupakan penjabaran visi, misi dan arah pembangunan daerah yang ada
dalam RPJP Daerah. RPJM Daerah memuat arah kebijakan keuangan daerah,
kerja dalam rangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
dari visi, misi, dan program kepala daerah terpilih sedangkan RPJM Nasional
16
RPJM nasional dapat saja berbeda jauh dengan RPJM Daerah tertentu
tersebut.
panjang dan menengah saja diatur supaya melibatkan masyarakat secara aktif.
pula dengan kekuatan hukum bagi RKPD itu yang dapat ditetapkan hanya
dengan Peraturan Kepala Daerah, padahal dokumen RKPD itu menjadi acuan
17
Keberhasilan sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah yang nyata,
Perencanaan
expression of plans for future plans). Hal ini berarti anggaran yang
18
(Good Governance). Ada beberapa poin yang berkaitan dengan paradigma
publik. Oleh karena itu, APBD harus menekankan pada tiga aspek
infrastruktur.
berorientasi pada kinerja yang baik (ekonomi, efisien dan efektif, 3E).
dalam jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang paling murah.
pengambilan kebijakan.
Kelima point tersebut, pada dasarnya telah diimplementasikan dalam 2-3 tahun
terakhir, namun tidak dapat dipungkiri bahwa hasilnya masih jauh dari apa yang
19
diinginkan (Mohammad Khusaini (2006), Ester dkk (2006), Hasan Basri Umar
dkk (2006). Kendala utamanya adalah terletak pada rendahnya komitmen pada
semakin penting untuk dibicarakan tidak hanya pada tataran pemerintah pusat
tetapi juga pada tataran pemerintah daerah. Secara garis besar, manajemen
keuangan publik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu manajemen penerimaan
No.22 tahun 1999 dan UU No 25 tahun 1999 yang telah diubah menjadi No 32
sesuai dengan aspirasi dari masyarakat daerah yang bersangkutan, termasuk dalam
1) Pendapatan Daerah:
b) Dana Perimbangan dibagi atas dana bagi hasil (hasil pajak dan bukan
pajak), dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus (DAK)
20
yang dirinci menurut objek pendapatan menurut kegiatan yang
c) Lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi hibah yang berasal dari
dana darurat dari pemerintah; dana bagi hasil pajak dari pemerintah
lainnya.
1) Belanja Daerah:
21
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
dengan baik, tepat sasaran, dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
teknokrasi, partisipasi, politik, dan bottom-up dan top-down. Selain itu, ada
APBD.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
22
Bappenas.2011. Rancangan Awal Kerangka Proses dan Mekanisme Revitalisasi
Musrembang 2011. Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan Regional dan
Otonomi Daerah Bappenas, 21 Januari.
Wijaya, HAW. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta. PT.Raja grafindo
persada. 2002
23
Peraturan Pemerintah No 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
24