Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH


Dosen Pengampu: Iswadi Amiruddin, S.sos, M.AP

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Fachirah Makhul : 105611101522
Dea Putri Santika : 105611103122
Nur Rezky Awaliyah Putri : 105611100622
Nurul Israj : 105611102122

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul "Perencanaan dan Penganggaran Daerah." Makalah ini disusun
sebagai salah satu bentuk pengembangan pemahaman penulis terhadap peran penting perencanaan dan
penganggaran dalam mengelola keuangan daerah. Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif dalam meningkatkan pemahaman pembaca mengenai pentingnya perencanaan dan penganggaran
daerah sebagai instrumen strategis dalam mengelola sumber daya dan memajukan kesejahteraan
masyarakat. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bimbingan selama
proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi sumber inspirasi bagi
pembaca dalam memahami serta mengimplementasikan perencanaan dan penganggaran daerah dengan
lebih efektif. Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan guna perbaikan di masa yang akan
datang.

Makassar, 18 November 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
1.1 Definisi Perencanaan dan Penganggaran .............................................................................. 3
1.2 Prinsip-Prinsip Anggaran ...................................................................................................... 5
1.3 Karakteristik Sistem Anggaran Daerah ................................................................................. 7
1.4 Siklus Anggaran Daerah........................................................................................................ 9
1.5 Perencanaan dan penganggaran daerah dapat mendukung keberhasilan kebijakan fiskal.. 10
BAB III......................................................................................................................................... 12
PENUTUP.................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan dan penganggaran daerah adalah dua pilar utama dalam mengelola dan
mengarahkan pembangunan suatu wilayah. Dalam konteks otonomi daerah, peran keduanya
semakin krusial sebagai instrumen strategis dalam menghadapi dinamika sosial, ekonomi, dan
politik yang terus berubah. Kedua proses ini saling terkait erat, membentuk landasan bagi
penyelenggaraan pemerintahan yang efisien, transparan, dan berorientasi pada kepentingan
masyarakat.Perencanaan daerah bukan sekadar penyusunan dokumen formal, melainkan sebuah
proses yang melibatkan pemetaan visi, misi, dan tujuan jangka panjang suatu daerah. Dalam tahap
ini, pemerintah daerah harus memahami secara mendalam kebutuhan dan potensi masyarakatnya
untuk merumuskan rencana pembangunan yang berkelanjutan. Perencanaan yang baik
memungkinkan identifikasi prioritas dan alokasi sumber daya yang tepat guna, mengarah pada
upaya pencapaian kesejahteraan masyarakat secara merata.
Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang paling krusial dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini erat kaitanya dengan tujuan pemerintah untuk
mensejahterakan masyarakat secara umum. Perencanaan dan penganggaran merupakan proses
yang terintegrasi, karena output dari perencanaan adalahpenganggaran. Perencanaan dan
penganggaran mengacu kepada Undang-undang dan peraturan yang berlaku antara lain UU No. 25
tahun 2004 tentang system pembangunan nasional, yang mengatur tahapan perencanaan dan
Undang-Undang No 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah yang mengatur kembali system
perencanaan pembangunan daerah yang telah ditetapkan dalam Undang-undang No. 25 tahun 2004,
dan juga mengatur proses penganggaranya. Perencanaan dan penganggaran merupakan kegiatan
tahunan, dimana pemerintah daerah menyusun rencana kerja. Prinsip utama dalam kegiatan
perencanaan dan penganggaran adalah menyusun dan menganggarkan prioritas kegiatan yang
disepakati dengan tidak melebihi kapasitas fiscal daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu
prioritas pembangunan dari proses perencanaan kedalam proses penganggaran adalah suatu
kelanjutan. Oleh karena itu perencanaan dan penganggaran dalam proses pembangunan merupakan
kegiatan penting dalam mata rantai guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan Secara
normatif, perencanaan dan penganggaran harus terpadu, konsisten dan sinkron satu sama lain. Hal

1
ini sedemikian karena penganggaran adalah media untuk mewujudkan target-target kinerja yang
direncanakan. Tanpa perencanaan, pemerintah daerah cenderung tidak fokus serta cenderung
bersifat reaktif yang pada akhirnya bermuara pada inefisiensi dan inefektifitas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Perencanaan dan Penganggaran dapat didefinisikan secara lebih
kontekstual untuk memahami kompleksitasnya dalam konteks pengembangan daerah?
2. Sejauh mana prinsip-prinsip penganggaran dapat diimplementasikan secara efektif untuk
mengatasi tantangan dan dinamika yang muncul dalam pengelolaan anggaran daerah?
3. Apa sajakah karakteristik dari sistem anggaran daerah?
4. Bagaimana siklus anggaran daerah?
5. Bagaimana perencanaan dan penganggaran daerah dapat mendukung keberhasilan kebijakan
fiskal ?

C. Tujuan
1. Untuk menyelidiki dan mendefinisikan konsep Perencanaan dan Penganggaran secara lebih
kontekstual, dengan fokus pada kompleksitasnya dalam konteks pengembangan daerah.
2. Untuk Menganalisis sejauh mana prinsip-prinsip penganggaran dapat diimplementasikan
secara efektif untuk mengatasi tantangan dan dinamika yang muncul dalam pengelolaan
anggaran daerah.
3. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dari sistem anggaran daerah.
4. Untuk menganalisis seperti apa siklus dari anggaran daerah
5. Untuk mengetahui seperti apa perencanaan dan penganggaran daerah dapat mendukung
keberhasilan kebijakan fiskal

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Definisi Perencanaan dan Penganggaran

➢ Definisi Perencanaan
Perencanaan keuangan daerah adalah proses penyusunan rencana pengelolaan keuangan daerah yang
meliputi perencanaan pendapatan, perencanaan belanja, dan perencanaan pembiayaan. Tujuan dari
perencanaan keuangan daerah adalah untuk mencapai tujuan pembangunan daerah secara efektif dan
efisien dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia. Proses perencanaan keuangan daerah
melibatkan berbagai pihak, seperti kepala daerah, DPRD, serta setiap SKPD di lingkungan pemerintahan
provinsi maupun pemerintah daerah kabupaten/kota.
Menurut Conyers dan Hills (1984) perencanaan didefinisikan sebagai proses yang kontinyu, terdiri dari
keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran
untuk mencapai tuiuan tertentu di masa mendatang.
Menurut Todaro (2000 ) dari sudut pandang ekonomi perencanaan ekonomi memandang perencanaan
adalah upaya pemerintah secara senga.ia untuk mengkoordinir pengambilan keputusan ekonomi dalam
jangka panjang serta mempengaruhi, mengatur dan dalam beberapa hal mengonkol tingkat dan laju
pertumbuhan berbagai variabel ekonomi yang utama untuk mencapai tuiuan pembangunan yang telah
ditentukan sebelumnya. Pada konteks perencanaan daerah, perencanaan merupakan suatu proses
penyusunan visi, misi dan program dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dengan
mempertimbangkan faktor ketersediaan sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif serta
mempertimbangkan aspek keberlaniutan dari ketersedian sumber daya tersebut.
Perencanaan keuangan daerah secara kontekstual merujuk pada proses perencanaan, pengelolaan, dan
pengendalian sumber daya keuangan dalam suatu wilayah administratif atau daerah otonom dengan
mempertimbangkan karakteristik, kebutuhan, dan kondisi unik dari daerah tersebut. Dalam konteks ini,
perencanaan keuangan daerah mencakup penyusunan rencana keuangan yang berorientasi pada tujuan
pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat setempat. Perencanaan keuangan daerah adalah
suatu proses strategis yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk merencanakan, mengalokasikan,
dan mengelola sumber daya keuangan dengan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan khusus dari
wilayah administratifnya. Proses ini melibatkan identifikasi sumber pendapatan yang unik untuk daerah
tersebut, penentuan alokasi dana untuk sektor-sektor prioritas, dan pengelolaan keuangan yang bertujuan
mendukung pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat lokal. Perencanaan keuangan daerah mencerminkan aspirasi dan kebijakan pembangunan
lokal yang disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan setempat. Konteks tersebut
mempengaruhi penentuan prioritas pembangunan, pilihan investasi, dan strategi pembiayaan yang
diterapkan oleh pemerintah daerah. Selain itu, partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan
keuangan dapat menjadi ciri khas dalam konteks lokal.

3
➢ Definisi Anggaran
Anggaran di suatu daerah diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat daerah yang lebih
layak. Anggaran daerah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk
memenuhi kebutuhan suatu daerah. APBD dihasilkan dari penerimaan pajak dan bukan pajak yang
kemudian akan dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pelayan masyarakat seperti pelayanan
kesehatan, pendidikan, fasilitas umum dan kebutuhan lainnya Adanya APBN/APBD merupakan
pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyatnya.
Menurut Nurkholis dan Moh. Khusaini (2019:4) pengertian anggaran daerah adalah sebagai berikut:
“Anggaran daerah adalah rencana kerja pemerintah dalam bentuk uang (rupiah) dalam satu periode
tertentu (satu tahun)” Lalu Suwandi (2015:44) menjelaskan pengertian dari anggaran daerah adalah
sebagai.
“Anggaran daerah adalah alat dalam menentukan pendapatan dan pengeluaran, membantu pengambilan
keputusan dan perencanaan pembangunan, otoritas pengeluaran, sumber pengembangan, ukuran-ukuran
standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memobilitas pegawai dan alat koorsinasi bagi semua aktivitas
dan berbagai unik kerja’ Berdasarkan pada kedua pengertian diatas dapat dikatakan bahwa anggaran
daerah adalah alat untuk membantu pemerintah dalam perncanaan pembangunan suat daerah dalam
bentuk uang pada satu periode tertentu.
Penganggaran dalam pemerintahan merupakan penyusunan rencana keuangan yang dilakukan secara
terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melakanakan program, proyek dan kegiatan
operasionalisasi dalam organisasi pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip efektivitas dan
efisiensi alokasi dana, kemanfatan bagi rakyat, kedisplinan dari segi waktu dan ketaatan hukum.
transparansi, akuntabel dan kebertanggungiawaban. Tahapan Proses penganggaran di pemerintahan baik
di level nasional maupun daerah akan selalu mengikuti suatu siklus, mulai dari tahap penyusunan
rencana anggaran, persetuiuan anggaran oleh legislatif, pelaksanaan anggaran serta pelaporan dan audit
atas pelaksanaan anggaran. Secara kontekstual, penganggaran keuangan daerah merujuk pada proses
perencanaan, alokasi, dan pengelolaan sumber daya keuangan dalam konteks suatu wilayah
administratif atau daerah otonom. Penganggaran keuangan daerah memiliki ciri khas yang spesifik
untuk setiap entitas pemerintah lokal, tergantung pada kebutuhan, karakteristik, dan kondisi ekonomi
masyarakat setempat. Penganggaran keuangan daerah adalah suatu proses perencanaan dan pengelolaan
sumber daya keuangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mencapai tujuan pembangunan
dan pelayanan masyarakat di wilayahnya. Proses ini melibatkan identifikasi pendapatan potensial,
alokasi dana untuk sektor-sektor kunci, dan pengawasan terhadap pengeluaran untuk memastikan
efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran. Penganggaran keuangan daerah juga mencerminkan
konteks sosioekonomi, kebijakan pembangunan lokal, serta partisipasi aktif masyarakat dalam proses
perencanaan dan pengambilan keputusan keuangan.
Dalam konteks ini, penganggaran keuangan daerah dapat mencakup berbagai aspek, seperti
pembangunan infrastruktur lokal, pemberdayaan ekonomi masyarakat, peningkatan kualitas layanan
publik, dan pengelolaan risiko keuangan. Pengambilan keputusan terkait dengan alokasi sumber daya
keuangan harus mempertimbangkan kebutuhan mendesak dan aspirasi jangka panjang masyarakat,
sehingga menciptakan dampak positif pada perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
setempat. Penting untuk dicatat bahwa penganggaran keuangan daerah sering kali melibatkan
keterlibatan pemerintah daerah, legislator lokal, dan partisipasi masyarakat dalam rangka menciptakan
kebijakan anggaran yang sesuai dengan karakteristik unik dari suatu daerah.

4
1.2 Prinsip-Prinsip Anggaran

Prinsip-prinsip penganggaran dapat diimplementasikan secara efektif untuk mengatasi tantangan dan
dinamika yang muncul dalam pengelolaan anggaran daerah. Beberapa prinsip-prinsip penganggaran
yang dapat diterapkan meliputi keterbukaan, keadilan, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan berbasis
kinerja.
A. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
Transparansi dan akuntabilitas dalam anggaran daerah adalah prinsip-prinsip kunci yang esensial
untuk memastikan penggunaan dana publik yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Dalam konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), transparansi mengharuskan
APBD memberikan informasi yang jelas dan mudah dipahami mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan
manfaat yang diharapkan dari setiap kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Hal ini penting agar
masyarakat dapat memahami kontribusi nyata dari setiap alokasi dana dan memantau apakah
anggaran tersebut memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka. Memberikan hak dan akses yang sama
kepada seluruh anggota masyarakat untuk mengetahui proses anggaran adalah langkah yang krusial.
Dengan hak tersebut, masyarakat dapat terlibat secara lebih aktif dalam proses perencanaan dan
penganggaran, sehingga kebijakan anggaran lebih representatif terhadap kebutuhan riil masyarakat.
Transparansi juga menjadi instrumen penting dalam mencegah praktik-praktik korupsi dan
penyalahgunaan keuangan daerah, karena masyarakat dapat melakukan pemantauan dan
memberikan umpan balik terhadap penggunaan dana publik.
Pentingnya transparansi dan akuntabilitas ditekankan oleh hak masyarakat untuk menuntut
pertanggungjawaban. Dalam konteks ini, masyarakat memiliki hak untuk menilai apakah rencana
dan pelaksanaan anggaran sesuai dengan yang dijanjikan dan menghasilkan manfaat yang
diharapkan. Tuntutan pertanggungjawaban ini menciptakan tekanan positif terhadap pemerintah
daerah untuk menjalankan tugasnya secara etis, efisien, dan efektif. Meskipun prinsip-prinsip ini
sangat penting, tantangan implementasi mungkin timbul terutama jika terdapat resistensi terhadap
keterbukaan dan pertanggungjawaban. Oleh karena itu, perlu ada komitmen yang kuat dari
pemerintah daerah untuk memastikan penyajian informasi yang transparan, serta keterlibatan aktif
masyarakat dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan anggaran. Kesuksesan implementasi
prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas bukan hanya menguntungkan masyarakat, tetapi juga
menciptakan tata kelola keuangan daerah yang lebih baik.

B. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan proyeksi rasional dan terukur yang diperkirakan dapat
dicapai dari setiap sumber pendapatan yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Proses perencanaan
pendapatan ini seharusnya didasarkan pada analisis yang cermat terhadap potensi dan realitas
penerimaan dari pajak, retribusi, transfer keuangan, dan sumber pendapatan lainnya. Pentingnya
pendapatan yang direncanakan adalah sebagai landasan untuk menentukan kapasitas keuangan
daerah dan untuk menghindari ketidakpastian yang dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan dan
proyek di masa mendatang. Di sisi lain, pengeluaran yang dianggarkan dijelaskan sebagai batas
tertinggi pengeluaran belanja pada setiap pos atau pasal. Penganggaran pengeluaran seharusnya
mencerminkan prioritas pembangunan dan kebutuhan masyarakat, dengan setiap alokasi dana yang

5
diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan daerah. Namun, batas tertinggi tersebut seharusnya
juga memperhitungkan ketersediaan dan kecukupan pendapatan yang direncanakan. Pemastian
adanya pendapatan yang memadai menjadi esensial agar tidak terjadi defisit anggaran yang dapat
membahayakan stabilitas keuangan daerah. Pentingnya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah yang cukup memberikan dasar untuk prinsip keseimbangan anggaran. Pengeluaran yang
melebihi pendapatan yang tersedia dapat menyebabkan defisit dan memaksa pemerintah daerah
mencari sumber pembiayaan tambahan, seperti pinjaman, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
risiko keuangan daerah. Namun, perlu diingat bahwa batas tertinggi pengeluaran seharusnya tidak
digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan yang belum/tidak memiliki anggaran dalam
APBD/ APBD-Perubahan. Hal ini penting untuk mencegah praktek pengeluaran tanpa dasar
anggaran yang dapat merugikan keseimbangan anggaran dan memicu ketidaktransparanan serta
ketidakakuntabilitasan dalam pengelolaan keuangan daerah. Dengan demikian, pendapatan yang
direncanakan dan pengeluaran yang dianggarkan seharusnya menjadi dua sisi mata uang yang saling
mendukung, dengan perencanaan yang cermat dan keseimbangan yang tepat guna menciptakan
pengelolaan anggaran daerah yang efisien dan efektif.

C. Keadilan Anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar dapat dinikmati
oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan karena
pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat. Pemahaman bahwa
pendapatan daerah bersumber dari partisipasi masyarakat menunjukkan bahwa keadilan dalam
alokasi anggaran dapat dipengaruhi oleh distribusi pendapatan di antara kelompok masyarakat. Oleh
karena itu, strategi alokasi harus memperhitungkan tingkat kemampuan masing-masing kelompok
untuk memastikan keadilan yang sebenarnya. Prinsip keadilan dalam alokasi anggaran
mengharuskan pemerintah daerah untuk mengidentifikasi dan mengatasi ketidaksetaraan yang
mungkin ada dalam pemberian pelayanan. Ini mencakup pemahaman mendalam tentang kebutuhan
dan kondisi berbagai kelompok masyarakat, sehingga pelayanan dapat disesuaikan untuk mencapai
inklusivitas.

D. Efesiensi dan Efektivitas Anggaran


Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat guna, tepat waktu
pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan
maksimal untuk kepentingan masyarakat. Asas efisiensi dalam penyusunan anggaran mencakup
pemaksimalan hasil dengan penggunaan sumber daya yang tersedia secara optimal. Proses alokasi
dana harus mempertimbangkan cara terbaik untuk mencapai tujuan dan memberikan manfaat yang
maksimal dengan biaya yang efisien. Ini melibatkan evaluasi teliti terhadap setiap komponen
anggaran untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan secara produktif dan tidak
terjadi pemborosan. Sehingga pemerintah daerah dapat memastikan bahwa setiap rupiah yang
dianggarkan memberikan nilai tambah yang optimal bagi masyarakat dan berkontribusi pada
terciptanya kondisi sosial ekonomi yang lebih baik.

E. Disusun dengan pendekatan kinerja

6
APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja
(output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya
harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu
menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang terkait. Pendekatan kinerja
dalam penyusunan APBD menekankan pada pencapaian hasil kerja, baik dalam bentuk output
(produk atau layanan langsung dari kegiatan) maupun outcome (dampak jangka panjang dari
kegiatan). Ini berarti alokasi dana didasarkan pada tujuan dan hasil yang diinginkan, bukan hanya
pada pembiayaan kegiatan secara rutin. Sebagai contoh, daripada hanya mengalokasikan dana untuk
penyediaan buku di perpustakaan, pendekatan kinerja akan menilai seberapa efektif buku-buku
tersebut meningkatkan tingkat literasi masyarakat. Dengan mengadopsi pendekatan kinerja,
pemerintah dapat lebih efektif dalam mencapai tujuan pembangunan dan meningkatkan manfaat
yang diperoleh masyarakat dari setiap rupiah anggaran yang dikeluarkan. Penerapan prinsip-prinsip
ini memerlukan komitmen penuh terhadap evaluasi kinerja, transparansi, dan keterlibatan aktif
masyarakat dalam proses penganggaran dan pelaksanaan program.

1.3 Karakteristik Sistem Anggaran Daerah

Berdasarkan buku Panduan Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah di Indonesia yang
diterbitkan oleh Yayasan Asia (the Asia Foundation) dari Asian Development Bank (ADB) pada
awal tahun 2006, dalam merencanakan dan mengelola keuangan daerah diperlukan pemahaman
awal tentang ”Karakteristik Anggaran” pemerintah daerah yang mencakup antara lain: siapa-siapa
saja pelaku kunci (key person) yang terlibat. Pelaku-pelaku kunci (key person) yang terlibat dalam
penyusunan anggaran pemerintahan kabupaten’kota adalah:

a. Pihak Eksekutif (Bupati/Walikota, Sekretaris Daerah, Tim Anggaran, SKPD, Bappeda dan
BPKD)
1) Bupati/Walikota Bupati/Walikota adalah pengambil keputusan utama dalam menentukan
kegiatan dan pelayanan publik yang akan disediakan oleh pemerintah daerah untuk suatu
periode waktu tertentu. Dalam hal ini bupati/walikota harus segera menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah terpilih.
Dokumen ini nantinya akan menjadi rujukan dalam penyusunan rencana kerja pemerintah
daerah (RKPD). Setelah selesai penyusunan APBD untuk suatu tahun anggaran tertentu,
bupati/walikota segera mengajukan Rancangan Perda tentang APBD disertai dokumen
pendukungnya kepada DPRD.
2) Sekretaris Daerah (Sekda) Dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran daerah, Sekretaris
daerah dalam suatu pemerintahan kabupaten/kota merupakan koordinator Tim Anggaran
Eksekutif yang mempunyai tugas antara lain menyampaikan Kebijakan Umum Anggaran
(KUA) kepada DPRD. Kebijakan umum anggaran adalah dokumen yang akan dijadikan
landasan utama dalam penyusunan RAPBD.
3) Tim Anggaran Eksekutif Tim Anggaran Eksekutif yang diketuai oleh Sekretaris Daerah yang
bertugas untuk menyusun Kebijakan Umum anggaran dan mengkompilasikan Rencana Kerja
Anggaran setiap Satuan Kerja (RKA-SKPD) menjadi RAPBD.

7
4) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah unit
kerja pemerintahan kabupaten/kota yang merupakan pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran dan mempunyai tugas untuk menyusun dan melaksanakan anggaran pada unit kerja
yang bersangkutan. Jumlah SKPD untuk suatu pemerintahan kabupaten/kota dapat berbeda-
beda antara satu dengan lainnya tergantung pada struktur organisasi kepemerintahan di daerah
masing-masing
5) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) BAPPEDA dari suatu
pemerintahan kabupaten/kota merupakan unit perencanaan daerah yang mempunyai tugas
antara lain untuk menyiapkan berbagai dokumen perencanaan yang akan digunakan sebagai
bahan untuk melaksanakan musyawarah perencanaan dan pembangunan di daerah,
menyelenggarakan proritas Musrenbang, dan mengkoordinasikan antara hasil Musrenbang dan
usulan dari setiap satuan kerja sehingga tersusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
6) Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) BPKD adalah unit kerja pada suatu pemerintahan
kabupaten/kota yang bertugas antara lain menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
keuangan daerah (APBD) dan berfungsi sebagai bendahara umum daerah. BPKD bettanggung
jawab untuk menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD. Istilah yang dipakai di suatu pemerintah kabupaten/kota tidak sama antara satu dengan
lainnya. Ada unit organisasi dari suatu pemerintah kota yang menyebutnya dengan istilah Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), ada juga yang memberi nama Badan
Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (BPKKD)

b. Pihak Legislatif
Pihak Legislatif yang terlibat dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah antara lain adalah:
1) Panitia Anggaran Legislatif Panitia Anggaran Legislatif adalah suatu Tim Khusus yang
bertugas untuk memberikan saran dan masukan kepada kepala daerah (bupati/walikota)
tentang penetapan, perubahan, dan perhitungan APBD yang diajukan oleh pemerintah
daerah sebelum ditetapkan dalam Rapat Paripurna.
2) Komisi-Komisi DPRD Komisi-komisi di lingkungan DPRD adalah alat kelengkapan DPRD
yang dibentuk untuk memperlancar tugas-tugas DPRD dalam bidang pemerintahan,
perekonomian dan pembangunan, keuangan, investasi daerah, serta kesejahteraan rakyat.
Dalam proses penetapan anggaran komisi-komisi merupakan kelompok kerja yang
bersama-sama dengan semua SKPD terkait membahas RKA-SKPD.

c. Pihak Pengawas (Auditor)


Pihak Pengawas (Auditor) Yang bertindak sebagai pihak pengawas dalam perencanaan dan
pengelolaan keuangan daerah adalah:
1) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku,
BPK adalah satusatunya pengawas keuangan eksternal yang melakukan audit terhadap
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan pemerintah daerah. Pemeriksaan yang
dimaksud meliputi pemeriksaan atas laporan keuangan, pemeriksaan kinerja, serta
pemeriksaan atas tujuan tertentu yang tidak termasuk dalam kedua pemeriksaan tersebut
di atas.
2) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) BPKP adalah Lembaga
Pemerintah Non-Departemen (LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung

8
jawab langsung kepada presiden. BPKP merupakan auditor internal yang mempunyai
tugas untuk melakukan pengawasan internal terhadap pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan daerah yang mengunakan dana APBN
3) Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) Bawasda adalah pengawas internal suatu
pemerintah kabupaten/kota yang bertugas meng-audit dan melaporkan kondisi keuangan
dari setiap institusi/lembaga yang dibiayai oleh APBD. Bawasda mempunyai tugas pokok
membantu bupati/walikota untuk melaksanakan kegiatan pengawasan dalam
penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah
terkait.
Bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, karakteristik anggaran masih
mengalami perubahan-perubahan sehingga diperlukan pula informasi terkini tentang perubahan yang
telah dan sedang berlangsung mengenai proses penganggaran beserta ketentuan perundang-undangan
yang mengaturnya.

1.4 Siklus Anggaran Daerah

Walaupun siklus dan proses penganggaran di setiap negara berbeda satu dengan yang lainnya, namun
pada dasarnya mempunyai urut-urutan yang sama makna dan tujuannya. Menurut buku panduan
tentang Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah di Indonesia, yang diterbitkan oleh
Yayasan Asia (the Asia Foundation) dari Bank Pembangunan Asia (ADB) proses/siklus anggaran
pemerintah daerah berlangsung selama 2½ (dua setengah) tahun dengan urutan sebagai berikut:

a. Penyusunan dan Penetapan Anggaran (1 tahun sebelum tahun anggaran berkenaan) Tahapan
penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi masyarakat melalui forum pertemuan
komunitas (Musrenbang), proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja perangkat daerah (dinas,
instansi) sampai dengan penyiapan draft usulan APBD diserahkan oleh kepala daerah (pihak
eksekutif) kepada DPRD (pihak legislatif) untu dibahas dan disetujui bersama.
Dalam proses penyusunan anggaran yang memerlukan waktu beberapa bulan, Tim Anggaran
Eksekutif yang beranggotakan unsur-unsur dari Sekretariat Daerah, BAPPEDA dan Badan
Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting..
Walaupun masyarakat dimintai pendapatnya dalam proses penentuan prioritas program namun
pada akhirnya proses penyusunan program dilakukan secara tertutup di masing-masing satuan
kerja (SKPD)
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif menyerahkan
usulan anggaran kepada pihak legislatif. Pada umumnya proses ini ditandai dengan pidato dari
kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan anggota DPRD. Selanjutnya DPRD akan melakukan
pembahasan untuk beberapa waktu. Selama masa pembahasan akan terjadi diskusi antara pihak
Panitia Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif dimana pada kesempatan ini pihak
legislatif berkesempatan untuk menanyakan dasar-dasar kebijakan eksekutif dalam membahas
usulan anggaran tersebut.
b. Pelaksanaan Anggaran (1 tahun saat tahun anggaran berjalan) Pelaksanaan Anggaran adalah
tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan melalui peraturan daerah pada setiap akhir tahun
sebelum tahun anggaran baru dimulai. Tahapan pelaksanaan berlangsung selama 1 (satu) tahun

9
terhitung mulai awal tahun anggaran baru pada bulan Januari setiap tahunnya. Tahapan
Pelaksanaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak eksekutif melalui Satuan Kerja
Perangkat Daerah.
c. Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD (setengah tahun)
Tahapan ini mencakup antara penyiapan Laporan Semester pertama dan Laporan tahunan
termasuk penelaahan atas pelaksanaan anggaran untuk waktu satu tahun anggaran yang
bersangkutan. Tahapan pemeriksaan terdiri dari pemeriksaan internal yang dilakukan oleh
BAWASDA dan BPKP (untuk pembelanjaan yang mengunakan APBN), serta pemeriksaan
eksternal oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

1.5 Perencanaan dan penganggaran daerah dapat mendukung keberhasilan kebijakan


fiskal
Proses perencanaan dan penganggaran daerah mempunyai peran penting dalam mendukung
keberhasilan kebijakan fiskal, terutama dalam konteks desentralisasi fiskal. Proses ini mencakup
serangkaian tahapan, mulai dari penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) hingga penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD. Tahapan integrasi ini
memungkinkan pemerintah daerah untuk merencanakan dan mengalokasikan sumber daya
keuangan secara efektif, sehingga mendukung keberhasilan kebijakan fiskal.
Dalam praktiknya, proses perencanaan dan penganggaran daerah memadukan pendekatan
teknokratis, partisipatif, politis, serta proses bottom-up dan top-down. Pendekatan teknokratis
memastikan bahwa penyusunan rencana dan anggaran didasarkan pada analisis yang cermat dan
profesional. Sementara itu, pendekatan partisipatif memungkinkan partisipasi masyarakat dalam
proses perencanaan, sehingga kebutuhan dan aspirasi masyarakat dapat diwujudkan dalam
rencana pembangunan. Pendekatan politik dengan mempertimbangkan faktor-faktor politik yang
mempengaruhi kebijakan, sementara proses bottom-up dan top-down memastikan adanya
keterkaitan antara kebijakan nasional dan kebijakan daerah. Dari sumber yang ditemukan,
terdapat beberapa temuan yang menunjukkan bahwa proses perencanaan dan penganggaran
daerah yang efektif dapat menunjang keberhasilan desentralisasi fiskal. Proses ini dimulai dari
penyusunan RPJPD, yang kemudian dijabarkan dalam RPJMD dan RKPD. Selain itu, proses
penyusunan KUA, PPAS, dan RKA-SKPD memungkinkan pemerintah daerah untuk
mengalokasikan sumber daya keuangan secara efektif sesuai dengan prioritas pembangunan.
Dengan demikian, proses perencanaan dan penganggaran daerah yang memadukan pendekatan
teknokratis, partisipatif, politis, serta proses bottom-up dan top-down memiliki peran krusial
dalam mendukung keberhasilan kebijakan fiskal. Pendekatan integrasi ini memungkinkan
pemerintah daerah untuk merencanakan dan mengalokasikan sumber daya keuangan secara
efektif, sehingga mendukung keberhasilan desentralisasi fiskal dan pembangunan daerah secara
keseluruhan. Berikut adalah cara perencanaan dan penganggaran daerah dapat mendukung
keberhasilan kebijakan fiskal:
• Penyusunan Anggaran yang Rasional:
Proses perencanaan dan penganggaran daerah harus didasarkan pada analisis yang rasional dan
cermat terkait kebutuhan dan prioritas pembangunan. Ini memastikan alokasi anggaran yang
efisien dan sesuai dengan tujuan kebijakan fiskal.
• Keterlibatan Masyarakat:

10
Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran membantu memastikan
representasi kebutuhan rakyat. Keberlanjutan kebijakan fiskal terkait erat dengan dukungan
masyarakat, dan partisipasi publik dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.

• Fleksibilitas dan Adaptabilitas:


Proses perencanaan dan penganggaran harus dirancang dengan fleksibilitas untuk
mengakomodasi perubahan kondisi ekonomi dan sosial. Keberhasilan kebijakan fiskal terkait
erat dengan kemampuan beradaptasi terhadap dinamika yang terus berubah.

• Pengelolaan Utang yang Bijaksana:


Perencanaan dan penganggaran harus memperhitungkan pengelolaan utang dengan bijaksana.
Ini mencakup pemahaman terhadap risiko dan keberlanjutan utang daerah, serta dampaknya
terhadap kebijakan fiskal jangka panjang.
• Penyusunan Anggaran yang Konsisten:
Penyusunan anggaran harus konsisten dengan kebijakan fiskal nasional dan regional. Integrasi
kebijakan fiskal dan anggaran memastikan harmonisasi dalam pencapaian tujuan pembangunan
dan stabilitas keuangan.

• Pemantauan dan Evaluasi Berkelanjutan:


Sistem pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan membantu mengukur dan mengevaluasi
kinerja kebijakan fiskal. Dengan memonitor implementasi, efektivitas, dan dampak kebijakan,
pemerintah daerah dapat membuat penyesuaian yang diperlukan untuk mencapai tujuan fiskal.

• Transparansi dan Akuntabilitas:


Proses perencanaan dan penganggaran yang transparan dan akuntabel meningkatkan
kepercayaan masyarakat. Dengan memberikan informasi yang jelas dan mudah diakses,
pemerintah daerah dapat memastikan bahwa kebijakan fiskal dapat diawasi dan dinilai secara
efektif oleh masyarakat.

• Koordinasi dengan Pemerintah Pusat:


Koordinasi yang baik antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat sangat penting. Konsultasi
dan koordinasi ini memastikan bahwa kebijakan fiskal daerah sejalan dengan kebijakan fiskal
nasional, menghindari potensi ketidakselarasan yang dapat merugikan stabilitas ekonomi secara
keseluruhan.

• Peningkatan Pendapatan dan Efisiensi Pengeluaran:


Proses perencanaan dapat fokus pada peningkatan pendapatan melalui diversifikasi sumber
pendapatan, sementara penganggaran harus dikelola dengan efisiensi untuk memaksimalkan
hasil pembangunan dari setiap rupiah yang diinvestasikan

• Keselarasan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang:


Perencanaan dan penganggaran daerah harus selaras dengan rencana pembangunan jangka
panjang. Ini memastikan bahwa kebijakan fiskal mendukung visi pembangunan dan pencapaian
target jangka panjang.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan dan penganggaran daerah adalah dua pilar utama dalam mengelola dan
mengarahkan pembangunan suatu wilayah. Dalam konteks otonomi daerah, peran keduanya
semakin krusial sebagai instrumen strategis dalam menghadapi dinamika sosial, ekonomi,
dan politik yang terus berubah. Kedua proses ini saling terkait erat, membentuk landasan
bagi penyelenggaraan pemerintahan yang efisien, transparan, dan berorientasi pada
kepentingan masyarakat.Perencanaan daerah bukan sekadar penyusunan dokumen formal,
melainkan sebuah proses yang melibatkan pemetaan visi, misi, dan tujuan jangka panjang
suatu daerah. Prinsip-prinsip penganggaran dapat diimplementasikan secara efektif untuk
mengatasi tantangan dan dinamika yang muncul dalam pengelolaan anggaran daerah.
Beberapa prinsip-prinsip penganggaran yang dapat diterapkan meliputi keterbukaan,
keadilan, transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan berbasis kinerja. Proses perencanaan dan
penganggaran daerah mempunyai peran penting dalam mendukung keberhasilan kebijakan
fiskal, terutama dalam konteks desentralisasi fiskal. Proses ini mencakup serangkaian
tahapan, mulai dari penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
hingga penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD. Tahapan integrasi ini
memungkinkan pemerintah daerah untuk merencanakan dan mengalokasikan sumber daya
keuangan secara efektif, sehingga mendukung keberhasilan kebijakan fiskal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. “View of PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN DAERAH


BERBASIS KINERJA.” Jia.stialanbandung.ac.id, 30 May 2015,
jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/view/298/273. Accessed 19 Nov. 2023.

Sari, Dian Octapulia, et al. “Perencanaan Dan Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja KPU
Kabupaten Bungo Pada Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Tahun 2015.”
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, vol. 6, no. 2, 1 Oct. 2019, pp. 298–313,
jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/view/968/652. Accessed 19 Nov. 2023

SYAMSUL. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1


Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Anggaran Daerah. 16 Aug. 2020.

13

Anda mungkin juga menyukai