Anda di halaman 1dari 20

Makalah

“Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Dan Daerah”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ekonomi Perencanaan Pembangunan 2

Dr. Imran Tajuddin, S.E.,M.Si

Kelompok 6 :

Syahran Alfiansyah (02120210011)

Munawir (02120200011)

Kelas A

Program Studi Ilmu Ekonomi Dan StudiPembangunan


Fakultas Ilmu Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muslim Indonesia
Makassar2022-2023

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR.WB
Dengan menyebut nama Allah SWT., Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang kami haturkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul "Pendekatan Dalam Penyusunan Perencanaan Pembangunan
Nasional Dan Daerah"
Adapun makalah tentang pendekatan dalam penyusunan perencanaan
pembangunan nasional dan daerah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dengan bantuan berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini, untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu kami sadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun dari segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar- lebarnya
bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami sehingga kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang pendekatan
dalam penyusunan perencanaan pembangunan nasional dan daerah ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Waalaikumsalam WR.WB

Makassar, 28 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii
BAB I ................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN................................................................................................................................. 1
Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1
Tujuan .......................................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................................ 3
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP ..................................................................................... 3
Landasan Teori ............................................................................................................................. 3
Perencanaan Pembangunan ...................................................................................... 3
Perencanaan Pembangunan Nasional ........................................................................ 4
Perencanaan Pembangunan Daerah .......................................................................... 6
Kerangka Konsep .......................................................................................................................... 7
BAB III ............................................................................................................................................... 8
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................................................................... 8
Analisis Studi Empiris ................................................................................................................... 9
Pembahasan............................................................................................................................... 10
Perencanaan Pembangunan Nasional ...................................................................... 10
Perencanaan Pembangunan Daerah ........................................................................ 10
Perencanaan Pembanguan Nasional Dan Daerah .................................................... 11
Pendekatan Dalam Perencanaan Pembangunan Nasional Dan Daerah.................... 12
Pendekatan Dalam Penyusunan Perencanaan Pembangunan Nasional Dan Daerah13
BAB III
PENUTUP ........................................................................................................................................ 14
Kesimpulan ................................................................................................................................ 15
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara
sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini
berarti bahwa pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi
kehidupan yang kurang baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik dalam rangka
mencapai tujuan nasional suatu bangsa. Pembangunan Nasional bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata, material dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta menjalankan roda
perekonomian dan mewujudkan kesejahteraan sosial. Sejak Proklamasi 17 Agustus
1945, pembangunan nasional mengalami pasang surut. Dimulai pada masa Orde
Lama, pembangunan nasional lebih diarahkan pada sektor politik. Akibatnya
pembangunan nasional disektor lain terabaikan. Masyarakat tetap terkurung dalam
belenggu kemiskinan. selanjutnya pada masa orde baru, dengan tekad memperbaiki
kesejahteraan rakyat, pembangunan nasional diarahkan pada usaha mencapai
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk maksud tersebut semua aspek kehidupan
diarahkan untuk mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Akibatnya kehidupan demokrasi menjadi terbelenggu, dan merajalela dan sektor
pertanian sebagai leading sector masyarakat terabaikan. Sekarang ini, dengan tekad
reformasi disegala bidang, pembangunan nasional diarahkan pada usaha
pembangunan yang berkelanjutan serta berkeadilan

Perencanaan pembangunan nasional dan daerah akan terlaksana dengan


baik, sinergis dan terarah apabila diawali dengan perencanaan yang matang dan
memperhatikan aspek kontinuitasnya. Perencanaan yang lebih menyeluruh, terarah
dan terpadu diperlukan untuk menjamin laju perkembangan di Indonesia, dalam
mencapai suatu masyarakat yang adil, sejahtera dan makmur. Seiring dengan makin
mantapnya pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah, maka sebagai
konsekuensi logisnya adalah bahwa Pemerintah Pusat maupun Daerah dituntut untuk
lebih siap dan mandiri dalam menyusun strategi pembangunan dalam rangka
mengembangkan daerahnya sehingga mampu menghadapi era globalisasi dan
persaingan yang semakin kompetitif.

Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan
diatas, maka perumusan permasalahan makalah ini adalah pendekatan dalam
penyusunan perencanaan pembanguan nasional dan daerah

1
Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk menyelesaikan rumusan permasalahan
diatas dan menggambarkan serta menguraikan tentang bagaimana
perencanaanpembangunan nasional dan daerah

2
BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP


Landasan Teori
Perencanaan Pembangunan
Konsep dasar perencanaan adalah rasionalitas, ialah cara berpikir ilmiah
dalam menyelesaikan problem dengan cara sistematis dan menyediakan berbagai
alternatif solusi guna memperoleh tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu
perencanaan sangat dipengaruhi oleh karakter masyarakat dalam mengembangkan
budaya ilmiah dalam menyelesaikan Tugas Filsafat dan Teori Perencanaan
Pembangunan permasalahan yang dihadapinya. Hal ini cukup beralasan karena
perencanaan juga berkaitan dengan pengambilan keputusan (decision maker),
sedangkan kualitas hasil pengambilan keputusan berkorelasi dengan pengetahuan
(knowledge), pengalaman (experience), informasi berupa data yang dikumpulkan oleh
pengambil keputusan (ekskutor). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat kembali pada
kurva/grafik spatial data dan decesion.

Disisi lain Campbell dan Fainstain (1999:1) menyatakan bahwa dalam


pembangunan Kota atau daerah dipengaruhi sistem ekonomi kapitalis atau
demokratis. Dalam konteks tersebut maka pada prakteknya perencanaan tidak dapat
dipisahkan dengan suasana politik kota atau daerah sebab keputusan-keputusan
publik mempengaruhi kepentingan-kepentingan lokal. Hal ini menjadi relevan apabila
kekuasaan mempengaruhi perencanaan. Ketika perencanaan telah dipengaruhi oleh
sistem politik suatu kota atau daerah sebagaiman pernyataan di atas, maka
sebenarnya yang terjadi adalah wilayah rasional yang menjadi dasar dala

Perencanaan pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha


pencapaian tujuan pembangunan tertentu. Adapun ciri dimaksud antara lain:
1. Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan
ekonomi yang kuat dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi
positif.

2. Ada upaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat.

3. Berisi upaya melakukan struktur perekonomian


4. Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja.

5. Adanya pemerataan pembangunan.


Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang terus menerus
dilakukan untuk menuju perbaikan disegala bidang kehidupan masyarakat dengan
berdasarkan pada seperangkat nilai yang dianut, yang menuntun masyarakat untuk
mencapai tingkat kehidupan yang didambakan. Pembangunan disini lebih diarahkan
pada pembangunan potensi, inisiatif, dayakreasi, dan kepribadian dari setiap warga
masyarakat. Dengan pembangunan, masyarakat diharapkan semakin mampu

3
mengelola alam bagi peningkatan kesejahteraanya. Pembangunan menuntut
orientasi masa depan bagi kelestarian manusia dan alam. Pembangunan nasional
adalah suatu rangkaian upaya pembangunan yang dilakukan secara
berkesinambungan dalam semua bidang kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
untuk mewujudkan tujuan nasional. Pembangunan nasional dilakukan dalam rangka
merealisasikan tujuan nasional seperti yang tertulis dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan segenap tumpah darah
indonesia, meningkatkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial. Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan
bangsa, yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan
secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan berkelanjutan untuk
memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan
yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju. Oleh karena itu,
sesungguhnya pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk
terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia
secara benar, adil, dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan
penyelenggara negara yang majudan demokratis berdasarkan Pancasila.

Perencanaan Pembangunan Nasional


Problematika pembangunan di negara berkembang memang sangat kompleks.
Kompleksitas masalah yang muncul di permukaan dan yang dapat diketahui tersebut
diyakini berasal dari banyaknya kesenjangan yang bersifat multidimensi di antara
warga negara. Kesenjangan tersebut secara sederhana dapat dikelompokkan
berdasarkan 2 (dua) dimensi, yaitu dimensi sektoral; dan dimensi spatial.
Kesenjangan berdasarkan dimensi sektoral dapat dikelompokkan menjadi
empat subdimensi, yaitu (1) subdimensi ekonomi yaitu kesenjangan yang
diindikasikan oleh perbedaan tingkat pendapatan dan kesejahteraan ekonomi
seorang warga negara dengan warga negara yang lain; (2) subdimensi sosial, yaitu
kesenjangan yang diindikasikan oleh perbedaan stratifikasi sosial; (3) subdimensi
budaya, yaitu kesenjangan yang diindikasikan oleh perbedaan etnik, bahasa, agama,
adat, dan kebiasaan; dan (4) subdimensi politik, yaitu kesenjangan yang diindikasikan
oleh perbedaan kemampuan menyuarakan pendapat.

Permasalahan pembangunan di negara berkembang selalu bermula dari


kesenjangan-kesenjangan tersebut. Kesenjangan yang bersifat multidimensi tersebut
harus dikelola oleh pemerintahan nasional. Pandangan ini memunculkan paham
perencanaan strategis. Perencanaan strategis adalah perencanaan yang memberikan
penawaran atas penyelesaian masalah yang bersifat multidimensi. Perencanaan
strategis dapat diselenggarakan apabila data dan informasi tentang permasalahan
yang ada dapat diinventarisasikan secara sistematis. Pelaksanaan perencanaan
strategis hanya dapat diimplementasikan oleh pemerintahan nasional karena

4
jangkauan kewenangan pemerintahan nasional lebih luas daripada jika implementasi
perencanaan strategis itu dilakukan oleh pemerintahan lokal (pemerintahan daerah).
Langkah pemerintahan nasional pun akan segera terbatas ketika suatu negara-
misalnya mempunyai jumlah penduduk yang sangat pasif. Permasalahan pun akan
segera muncul pada masalah kelembagaan. Efektivitas langkah pemerintahan
nasional dalam perencanaan pembangunan pun menjadi terbatas. Oleh karena itu,
muncul gagasan untuk melimpahkan kewenangan perencanaan pembangunan pada
tingkat pemerintahan di bawahnya, dalam hal ini pemerintahan lokal (pemerintahan
provinsi, pemerintahan kabupaten/kota, pemerintahan kecamatan, pemerintahan
desa/kelurahan).

A. Hakikat Pembangunan Nasional


Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti dalam
pelaksanaan pembangunannasional adalah sebagai berikut :
1. Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam
seluruh kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan
bukan sebaliknya manusia untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa
ini dan jangka panjang, unsur manusia, unsur sosial budaya, dan unsur lainnya
harus mendapat perhatian yang seimbang.
2. Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh wilayah
tanah air.
B. Tujuan Pembangunan Nasional

Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan Nasional


seperti termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu melindungi segenap
bangsa Indonesiadan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta
mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana termaktub dalam alinea II Pembukaan
UUD 1945. Pernyataan di atas merupakan cerminan bahwa pada dasarnya tujuan
Pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan kehidupan masyarakat Indonesia
yang sejahtera, lahiriah maupun batiniah. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka
pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia merupakan pembangunan

5
yang berkesinambungan, yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara. Pembangunan nasional yang dilakukan mengarah pada suatu tujuan.
Tujuan ini terbagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

1. Tujuan jangka pendek dari pembangunan nasional adalah meningkatkan


taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan masyarakat yang semakin adil
dan merata serta meletakkan landasan yang kuat untuk tahap
pembangunan berikutnya.
2. Tujuan jangka panjang yaitu untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur yang merata, material dan spiritual berdasarkan pancasila didalam
wadah Negara kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan
rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib
dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat,
tertib dan damai.

Perencanaan Pembangunan Daerah


Munculnya gagasan tentang perencanaan pembangunan daerah berawal dari
pandangan yang menganggap bahwa perencanaan pembangunan nasional tidak
cukup efektif memahami kebutuhan warga negara yang berdomisili dalam suatu
wilayah administratif dalam rangka pembangunan daerah. Menurut pandangan ini,
pembangunan daerah hanya bersifat pembangunan oleh pemerintah pusat di daerah
sehingga masyarakat daerah tidak mampu mengakses pada proses pengambilan
keputusan publik untuk menentukan nasib sendiri dan munculnya kebijakan
pemerintah nasional yang memberikan kewenangan lebih luas kepada penyelenggara
pemerintahan daerah dalam rangka penerapan kebijakan desentralisasi. Secara
umum perencanaan pembangunan daerah didefinisikan sebagai proses dan
mekanisme untuk merumuskan rencana jangka panjang, menengah, dan pendek di
daerah yang dikaitkan pada kondisi, aspirasi, dan potensi daerah dengan melibatkan
peran serta masyarakat dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Secara
praktis perencanaan pembangunan daerah didefinisikan sebagai suatu usaha yang
sistematis dari pelbagai pelaku (aktor), baik umum (publik) atau pemerintah, swasta
maupun kelompok masyarakat lain pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi
saling kebergantungan dan keterkaitan aspek-aspek fisik, sosial-ekonomi, dan aspek-
aspek lingkungan lainnya dengan cara: (1) secara terus-menerus menganalisis
kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah; (2) merumuskan tujuan-tujuan dan
kebijakan-kebijakan pembangunan daerah; (3) menyusun konsep strategi-strategi
bagi pemecahan masalah (solusi); (4) melaksanakannya dengan menggunakan
sumber-sumber daya yang tersedia sehingga peluang-peluang baru untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara
berkelanjutan.
Argumen tentang pentingnya pembangunan daerah dan perencanaan
pembangunan daerah adalah berdasarkan alasan politik, bukan murni alasan

6
ekonomi. Dalam dimensi alasan politik, perencanaan pembangunan daerah dapat
dilihat sebagai wahana untuk menciptakan hubungan yang lebih baik antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembangunan.
Sementara dalam dimensi alasan ekonomi, perencanaan pembangunan dapat dilihat
sebagai wahana mencapai sasaran pengentasan kemiskinan dan sasaran
pembangunan sosial secara lebih nyata di daerah-daerah.
Dalam pembangunan daerah, pemerintah daerah diharapkan mampu
melakukan manajemen pembangunan daerah dengan fokus pengembangan
kawasan. Potensi wilayah diharapkan dapat dioptimalkan sehingga masyarakat
menjadi tuan di atas wilayahnya sendiri dalam satu entitas kawasan pembangunan
tanpa meninggalkan prinsip-prinsip pembangunan. Tantangan pembangunan yang
semakin luas menyebabkan perlunya pembangunan daerah dan semakin pentingnya
perencanaan pembangunan daerah agar pemerintah daerah dan masyarakat daerah
dapat melakukan pendayagunaan sumber daya yang mereka miliki secara efisien.
Dengan demikian, melalui wahana perencanaan pembangunan daerah, semua
elemen masyarakat daerah (warga negara Indonesia yang berdomisili di suatu
daerah) dapat membina hubungan kerja sama (aliansi) di antara pemerintah dan
masyarakat.
Secara umum, perencanaan pembangunan regional adalah langkahlangkah
perencanaan yang dilakukan dalam rangka pembangunan regional. Pembangunan
regional adalah pembangunan yang dilakukan secara komprehensif pada beberapa
daerah melampaui batas-batas wilayah administratifnya yang bersasaran pada
masyarakat yang berdomisili di daerah-daerah tersebut. Perencanaan pembangunan
kawasan adalah langkah-langkah perencanaan yang dilakukan dalam rangka
pembangunan kawasan. Pembangunan kawasan adalah pembangunan yang
dilakukan untuk suatu sektor tertentu di satu daerah atau lebih dengan sasaran pada
masyarakat yang berdomisili di satu daerah atau lebih. Berdasarkan cakupan wilayah
administratifnya, perbedaan antara pembangunan daerah, pembangunan regional,
dan pembangunan kawasan dapat dilihat dalam gambar berikut.

7
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Analisis Studi Empiris
Kajian tentang penyerapan tenaga kerja sektoral dan pertumbuhan
ekonomi telah sangat banyak dilakukan. Salah satu acuan utama dalam penelitian
terkait topik ini adalah kajian yang dilakukan oleh Ledent (1978) yang
memperkenalkan pendekatan “demometric” dalam menganalisis penyerapan tenaga
kerja sektoral di Tucson, Arizona, Amerika Serikat. Pendekatan ini merupakan revisi
dari model ekonometrika yang diterapkan pada model tradisional economic-based
yang dikembangkan oleh Mathur-Rosen pada tahun 1972. Model Ledent (1978)
memberikan gambaran bahwa rumah tangga tidak hanya berperan sebagai
konsumen dari barang dan jasa dalam perekonomian, akan tetapi juga melakukan
penawaran tenaga kerja (aspek demografi), serta karakteristik demografi yang
berbeda dari setiap daerah akan membawa implikasi kebijakan yang berbeda pula.
Kajian Ledent ini menggunakan data tahun 1958–1974 dengan mengembangkan
model Mathur-Rosen (1972), yaitu dengan memasukkan variabel demografi dalam
model penelitiannya. Hasil kajian ini memperlihatkan bahwa penerapan metode
demometrik memberikan hasil analisis yang lebih baik dalam mengkaji multiplier
pertumbuhan ekonomi regional. Penerapan model demometrik dari Ledent (1978) di
Indonesia di antaranya dilakukan oleh Esti & Brodjonegoro (2003) di Jawa Tengah.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja menurut lapangan
usaha di Jawa Tengah sangat dipengaruhi oleh besarnya tingkat pengangguran
nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) jika dilihat berdasarkan
lapangan usaha provinsi tersebut. Sementara itu, Tindaon (2010) menemukan bahwa
pertumbuhan penduduk dan PDRB memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja pada semua lapangan usaha di Jawa Tengah. Penelitian
yang dilakukan oleh Sitanggang & Nachrowi (2004) untuk 9 sektor ekonomi di 30
provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan lapangan
usaha ekonomi yang menyerap tenaga kerja paling banyak, meskipun tingkat
upahnya lebih rendah bila dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja di sektor
lain. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan populasi, migrasi neto (net migration), tingkat
output, dan tingkat upah sektoral. Hasil kajian yang dilakukan Sinaga (2005) terhadap
penyerapan tenaga kerja sektoral di Sumatra Utara juga menemukan bahwa sektor
pertanian merupakan lapangan usaha yang memiliki penyerapan tenaga kerja
terbesar di wilayah ini. Hasil penelitian yang sama untuk sektor pertanian juga
ditemukan oleh Suwardi (2016) di Sumbawa Barat. Kajian terkait pemanfaatan bonus
demografi di antaranya dilakukan oleh Narayana (2009) di India, yang terfokus tentang
pemanfaatan bonus demografi tahap pertama. Hasil penelitian menunjukkan adanya
indikasi bahwa sektor informal di India mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi, akan tetapi diperlukan suatu reformasi kebijakan untuk perbaikan secara
simultan pada kesempatan kerja, produktivitas tenaga kerja, dan kondisi kerja di

8
sektor informal. Sementara Bashir et al. (2014) menemukan adanya dampak spasial

9
wirausaha dalam pembangunan ekonomi di kawasan Timur Laut Amerika Serikat dan
kontribusi positif dari wirausaha terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan
pedesaan. Hal ini mengindikasikan perlunya peranan pemerintah dalam menata
lapangan usaha informal dan mendorong tumbuhnya jiwa kewirausahaan untuk dapat
mendorong penyerapan tenaga kerja dalam upaya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penelitian Kelley & Schmidt
(1995) di 86 negara yang tersebar di seluruh belahan dunia menunjukkan bahwa
transisi demografi yang meliputi rasio ketergantungan penduduk, jumlah penduduk,
dan Crude Birth Rate (CBR) berpengaruh negatif terhadap peningkatan pendapatan
per kapita dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang diteliti. Kehadiran bonus
demografi yang dilihat dari rasio ketergantungan penduduk berpengaruh signifikan
terhadap peningkatan pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi negara-
negara di Asia dan Cina (Wiliamson, 2001; Williamson & Higgins, 2001; Joe, 2015).
Kajian tentang pengaruh faktor penentu penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa yang
dilakukan oleh Wihastuti & Rahmatullah (2017) menggunakan pendekatan regresi
data panel dengan memilih 6 provinsi di Pulau Jawa sebagai sampel penelitian selama
periode 2011–2016. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model fixed
effect. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Upah Minimum Provinsi (UMP)
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan
pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif secara signifikan terhadap penyerapan
tenaga kerja. Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa kebijakan UMP menjadi
kendala terciptanya keadilan di pasar tenaga kerja karena menciptakan kekakuan
harga. Penelitian ini merekomendasikan pada pengambil kebijakan untuk lebih
berhati-hati dalam menentukan besaran UMP agar tidak mendestruksi tujuan utama
pembangunan, yaitu menciptakan kesejahteraan umum.

Pembahasan
Perencanaan Pembangunan Nasional
Pembangunan nasional dimaknai sebagai pembangunan ekonomi dimana
upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi perhatian utama.
Sehingga dapat dipahami jika tulisan para ekonom yang mengulas tentang
pembangunan seperti Harrod Domar, Arthur Lewis, W W Rostow, Hirschman,
Rosenstein Rodan, Nurkse, dan Leibenstein banyak memberikan pengaruh pada para
teknokrat perencana pembangunan di Indonesia. Pemikiran dan pengalaman Eropa
kemudian menjadi dasar dari konsep dan strategi pembangunan di negara
berkembang, termasuk Indonesia. Fenomena inilah yang oleh Bjorn Hettne (1991)
disebut dengan eurocentrisme dalam pemikiran awal tentang pembangunan.
Pengaruh nyata dari pemikiran Barat dalam kebijakan pembangunan di Indonesia
dapat ditelusuri dalam konsep pembangunan yang diadopsi semasa Orde Baru.
Pemikiran Rostow tentang Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi memberikan
pengaruh besar terhadap kerangka konseptual para perencana pembangunan dalam
menyusun strategi pembangunan nasional jangka panjang. Menurut Rostow (1963: 4-

10
16) untuk mencapai kemajuan suatu negara perlu mengadopsi tahapan
perkembangan masyarakat yang secara linier harus dilalui, yakni traditional society
(masyarakat tradisional), preconditions for take-off (prakondisi menujutinggal landas),
take-off (tinggal landas), drive to maturity (menuju kedewasaan), and age of high mass
consumption (masyarakat konsumsi tinggi). Menurut Rostow, bahwa untuk mencapai
taraf kemajuan, transformasi masyarakat perlu dilakukan dengan melakukan
modernisasi teknologi dimana corak masyarakat tradisional berbasis agraris dengan
pendapatan rendah akan bergerak menuju masyarakat industri dengan peningkatan
pendapatan. Memang, pemikiran Rostow ini banyak menuai kritik karena dianggap
mensimplifikasi tahapan perkembangan masyarakat secara linier dan gagal untuk
menyajikan emipirisme tentang bagaimana pertumbuhan ekonomi itu dapat dipastikan
menghasilkan efek cucuran atau trickle down effect sehingga ada pemerataan
ekonomi, namun Rostow sebenarnya juga telah menjelaskan adanya faktor lain yang
saling berkaitan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti kehidupan politik dan
hubungan sosial yang berlangsung dalam masyarakat.

Perencanaan Pembangunan Daerah


Perencanaan Pembangunan Daerah Menurut (Soekartawi, 1990, h.3) konsep
umum tentang perencanaan pembangunan adalah bahwa perencanaan
pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan dari
waktu ke waktu dengan melibatkan kebijaksanaan (policy) dari pembuat keputusan
berdasarkan sumber daya yang tersedia dan disusun secara sistematis. Riyadi dan
Bratakusuma(2003, h.7) berpendapat, perencanaan pembangunan dapat diartikan
proses atautaharap dalam merumuskan pilihan-pilihan pengambilan kebijakan yang
tepat, dimana dalam tahapan ini dibutuhkan data dan fakta yang relevan sebagai
dasar atau landasan bagi serangkaian alur yang sistematis yang bertujuan untuk
terwujudnya kesejahteraan masyarakat umum baik secara fisik maupun non fisik.
Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Simrenda) ini dirancang untuk dapat
meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan daerah melalui data-data
pembangunan yang relevan danakurat. Simrenda dapat membantu semua tahapan
dalam perencanaan pembangunan daerah. Hal tersebut menandakan bahwa
keberadaan Simrenda akan sangat membantu mewujudkan pembangunan daerah
yang lebih maksimal. Melalui beberapa rangkaian simulasi kegiatan, penentuan arah
kebijakan pembangunan dapat lebih dimaksimalkan, sehingga upaya-upaya
penanganan permasalahan dan hambatandalam pembangunan daerah mampu
diatasi sejak awal. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah, yang dimaksud dengan pembangunan daerah adalah
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha,
akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks
pembanguna

11
Perencanaan Pembanguan Nasional Dan Daerah
Perencanaan pembangunan nasional dan daerah adalah suatu proses
perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki kualitas hidup
masyarakat dalam berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Perencanaan ini bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, yang
dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kebutuhan
generasi mendatang. Dalam perencanaan pembangunan nasional, pemerintah
melakukan pengembangan strategi dan program pembangunan jangka panjang untuk
seluruh wilayah negara. Proses perencanaan ini biasanya melibatkan berbagai
kementerian dan lembaga pemerintah serta pemangku kepentingan lainnya.
Sementara itu, dalam perencanaan pembangunan daerah, pemerintah daerah
melakukan perencanaan pembangunan untuk wilayah tertentu di dalam suatu negara.
Proses perencanaan ini mencakup penentuan sumber daya yang tersedia, pemetaan
masalah yang dihadapi wilayah tersebut, dan penentuan strategi dan program
pembangunan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan wilayah tersebut. Perencanaan
pembangunan nasional dan daerah biasanya mencakup beberapa tahap, antara lain:
1. Identifikasi masalah dan kebutuhan pembangunan: Melibatkan
pengumpulan data dan informasi untuk mengetahui masalah dan kebutuhan
yang dihadapi suatu wilayah atau negara.

2. Penetapan tujuan dan sasaran pembangunan: Tujuan dan sasaran


pembangunan yang akan dicapai dalam jangka panjang dan pendek ditetapkan
untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan pembangunan.
3. Pengembangan strategi dan program pembangunan: Strategi dan program
pembangunan diidentifikasi untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan
yang telah ditetapkan.

4. Penentuan prioritas dan alokasi sumber daya: Setelah strategi dan program
pembangunan diidentifikasi, prioritas pembangunan dan alokasi sumber daya
yang tepat ditentukan untuk memastikan program pembangunan terlaksana
dengan efektif.

12
5. Pelaksanaan dan monitoring: Setelah program pembangunan dilaksanakan,
proses monitoring dan evaluasi terus menerus dilakukan untuk memastikan
pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan.

Perencanaan pembangunan nasional dan daerah merupakan suatu proses


yang kompleks dan memerlukan koordinasi dan kolaborasi yang baik antara
pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai
pembangunan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat yang luas bagi
masyarakat.

Pendekatan Dalam Perencanaan Pembangunan Nasional Dan Daerah


Pendekatan dalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah dapat
bervariasi tergantung pada tujuan, konteks, dan kondisi yang ada. Beberapa
pendekatan yang umum digunakan dalam perencanaan pembangunan nasional dan
daerah adalah sebagai berikut:
A. Pendekatan Top-down (Atas-ke-bawah)
Pendekatan ini biasanya digunakan oleh pemerintah pusat dalam
merencanakan pembangunan nasional dan kemudian diturunkan ke daerah.
Pendekatan ini memiliki keuntungan dalam mengarahkan tujuan dan arah
pembangunan secara efektif dan efisien, namun juga dapat dianggap kurang
responsif terhadap kondisi daerah.

Pendekatan top-down dalam perencanaan pembangunan adalah pendekatan


yang menempatkan keputusan dan kebijakan pembangunan di tangan pemerintah
atau elit kebijakan di tingkat nasional, dan kemudian menurunkannya ke tingkat
daerah dan masyarakat. Pendekatan ini seringkali mengandalkan pemerintah sebagai
pengambil keputusan utama dan memiliki kecenderungan untuk mengabaikan
masukan dari tingkat bawah. Dalam pendekatan top-down, kebijakan dan program
pembangunan seringkali dihasilkan melalui proses yang terpusat dan formal, seperti
perencanaan strategis, yang dilakukan oleh para ahli dan pembuat kebijakan di tingkat
nasional. Kebijakan kemudian diterapkan di tingkat daerah dan lokal melalui
mekanisme pengawasan dan pelaksanaan yang ketat dari pemerintah.

B. Pendekatan Bottom-up (Bawah-ke-atas)


Pendekatan ini melibatkan partisipasi dari masyarakat dan pemerintah daerah
dalam merencanakan pembangunan lokal, kemudian diintegrasikan ke dalam
perencanaan pembangunan nasional. Pendekatan ini memungkinkan untuk
memperhitungkan kebutuhan dan potensi masyarakat secara lebih baik, namun dapat
menghadapi kendala dalam mencapai konsistensi dan efektivitas dalam skala
nasional. Pendekatan bottom-up dalam perencanaan pembangunan adalah
pendekatan yang menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam pengambilan
keputusan dan perencanaan pembangunan di tingkat lokal. Dalam pendekatan ini,
kebutuhan, aspirasi, dan harapan masyarakat menjadi titik awal dalam perencanaan
13
dan pengembangan program pembangunan. Pendekatan bottom-up seringkali
dimulai dengan proses partisipatif yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam
mengidentifikasi masalah, merumuskan solusi, dan mengembangkan program
pembangunan. Masyarakat di tingkat lokal memiliki pemahaman yang lebih baik
tentang kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di wilayah mereka, sehingga mereka
dapat memberikan masukan yang lebih relevan dan akurat dalam perencanaan
pembangunan.

Pendekatan Dalam Penyusunan Perencanaan Pembangunan Nasional Dan


Daerah
Penyusunan perencanaan pembangunan nasional dan daerah memerlukan
pendekatan yang komprehensif dan terintegrasi, serta mempertimbangkan berbagai
faktor dan pemangku kepentingan. Berikut adalah beberapa pendekatan yang umum
digunakan dalam penyusunan perencanaan pembangunan nasional dan daerah:
A. Pendekatan Partisipatif
Pendekatan partisipatif adalah suatu pendekatan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan yang melibatkan aktifitas partisipasi masyarakat dalam
seluruh proses pembangunan, dari perencanaan hingga evaluasi. Pendekatan ini
mengakui bahwa masyarakat adalah pemilik dan pihak yang paling berkepentingan
dalam pembangunan dan bahwa partisipasi mereka dapat membantu memastikan
keberhasilan program pembangunan dan memperkuat keberlanjutan hasil
pembangunan. Beberapa elemen penting dari pendekatan partisipatif meliputi:

1. Inklusif: Pendekatan partisipatif harus mencakup semua lapisan masyarakat,


termasuk kelompok-kelompok yang kurang terwakili atau lebih rentan, seperti
kaum miskin, anak-anak, perempuan, dan kelompok minoritas.
2. Berbasis pada kebutuhan masyarakat: Pendekatan partisipatif harus
memperhitungkan kebutuhan, harapan, dan aspirasi masyarakat dalam
merancang dan mengimplementasikan program pembangunan.

B. Pendekatan Berbasis Data Dan Bukti

Pendekatan berbasis data dan bukti dalam perencanaan dan pelaksanaan


pembangunan adalah suatu pendekatan yang memanfaatkan data dan informasi yang
akurat, terpercaya, dan relevan untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi
program pembangunan. Pendekatan ini mengakui bahwa data dan bukti merupakan
landasan yang kuat untuk mengambil keputusan dalam pembangunan yang lebih
efektif dan efisien. Beberapa elemen penting dari pendekatan berbasis data dan bukti
meliputi:
1. Pengumpulan data dan informasi: Pendekatan ini membutuhkan
pengumpulan data dan informasi yang akurat, terpercaya, dan relevan dari
berbagai sumber, baik itu data primer maupun sekunder.
14
2. Analisis data dan informasi: Data dan informasi yang terkumpul kemudian
diolah dan dianalisis untuk mendapatkan wawasan dan pemahaman yang lebih
baik mengenai masalah pembangunan yang ada, baik itu dalam hal potensi,
tantangan, atau solusi.

C. Pendekatan Lintas Sektor


Pendekatan lintas sektor atau intersektoral adalah pendekatan yang
mengintegrasikan berbagai sektor dan bidang dalam perencanaan dan pelaksanaan
program pembangunan. Pendekatan ini melibatkan kolaborasi dan koordinasi antara
berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, swasta, dan organisasi non-
pemerintah, untuk mencapai tujuan pembangunan yang komprehensif.
Pendekatan lintas sektor dianggap sebagai suatu solusi dalam mengatasi
permasalahan pembangunan yang kompleks dan interkoneksitas antara berbagai
bidang. Beberapa contoh bidang yang dapat diintegrasikan melalui pendekatan lintas
sektor adalah kesehatan, pendidikan, infrastruktur, ekonomi, lingkungan, dan lain-lain.
Dalam pendekatan lintas sektor, terdapat beberapa elemen penting yang harus
dipenuhi, antara lain:

1. Kerjasama dan kolaborasi antar sektor dan bidang: Pentingnya kolaborasi


antar sektor dan bidang dalam melaksanakan program pembangunan.
2. Identifikasi masalah pembangunan: Mengidentifikasi masalah dan tantangan
pembangunan secara holistik dan lintas sektor.

15
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Didalam melakukan pembangunan, setiap Pemerintaah Daerah memerlukan
perencanaan yang akurat serta diharapkan dapat melakukan evaluasi terhadap
pembangunan yang dilakukannya. Seiring dengan semakin pesatnya pembangunan
bidang ekonomi, maka terjadi peningkatan permintaan data dan indikator indikator
yang menghendaki ketersediaan data sampai tingkat Kabupaten/ Kota. Data dan
indikator-indikator pembangunan yang diperlukan adalah yang sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Menghadapi realitas kehidupan yang
menunjukkan adanya kesenjangan kesejahteraan mengakibatkan adanya pekerjaan
berat kepada para ahli pembangunan termasuk di dalamnya para pembuat kebijakan.
Ini dimaksudkan untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul akibat
kesenjangan kesejahteraan, perlu dilakukan upaya pembangunan yang terencana.
Upaya pembangunan yang terencana dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
pembangunan yang dilakukan. Lebih jauh lagi berarti perencanaan yang tepat sesuai
dengan kondisi di suatu wilayah menjadi syarat mutlak dilakukannya usaha
pembangunan. Perencanaan pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha
pencapaian tujuan pembangunan tertentu. Adapun ciri dimaksud antara lain :
Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan ekonomi yang
kuat dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi positif. Ada upaya
untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. Berisi upaya melakukan
struktur perekonomian Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja. Adanya
pemerataan pembangunan.

Saran
Dengan adanya pembahasan tentang Pendekatan Dalam Penyusunan
Perencanaan Pembangunan Nasional Dan Daerah, diharapkan pembaca dapat
memahami lebih lanjut tentang Ekonomi Perencanaan Pembangunan Negara Dan
Daerah. Namun dalam makalah ini tentu masih banyak kekurangan baik dalam
penulisan maupun isi makalah ini, oleh karena itu penulis bersedia jika ada kritik dan
sarannya agar menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA
284688-sistem-perencanaan-pembangunan-dalam-pen-eb279cb3.pdf

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 –


BAPPEDA GUNUNGKIDUL (gunungkidulkab.go.id)

5b2740d5203bf9d66e58919d4d2ff926.pdf

T2_322015027_BAB III.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai