Anda di halaman 1dari 21

PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Kependudukan
Dosen Pengampu: Sangap Siregar, MA
Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. Reni Rianti 23012001


2. Riko Agustian 23012005
3. Chindy Alfani Yadi 23012008

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Sangap
Siregar, MA, pada mata kuliah “Dasar Kependudukan”. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 06 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................1


B. Rumusan Masalah .....................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Reformasi Pembangunan ..........................................................................3


B. Sistem Manajemen Nasional ....................................................................5
C. Pertahanan dan Tata Ruang Indonesia ......................................................8
D. Mobilitas Penduduk dan Implikasi Kebijaksanaan Dalam Pembangunan
Pedesaan ...................................................................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar,
terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa. Ini berarti bahwa
pembangunan senantiasa beranjak dari suatu keadaan atau kondisi kehidupan yangkurang
baik menuju suatu kehidupan yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuannasional
suatu bangsa. Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 serta menjalankan roda perekonomian dan mewujudkan kesejahteraansosial.
Sejak Proklamasi 17 Agustus 1945, pembangunan nasional mengalami pasangsurut.
Dimulai pada masa orde lama, pembangunan nasional lebih diarahkan pada sektor politik.
Akibatnya pembangunan nasional disektor lain terabaikan. Masyarakat tetap terkurung
dalam belenggu kemiskinan. Selanjutnya pada masa orde baru, dengan tekad memperbaiki
kesejahteraan rakyat, pembangunan nasional diarahkan pada usaha mencapai
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk maksud tersebut semua aspek kehidupan
diarahkan untuk mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akibatnya
kehidupan demokrasi menjadi terbelenggu, KKN merajalela dan sektor pertanian sebagai
leading sector masyarakat terabaikan. Sekarang ini, dengan tekad reformasi disegala
bidang, pembangunan nasional diarahkan pada usaha pembangunan yang berkelanjutan
serta berkeadilan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada materi
Dinamika pertumbuhan dan ledakan pertambahan penduduk ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya reformasi pembangunan nasional?
2. Bagaimana sistem manajemen nasional?
3. Bagaimana pertahanan dan tata ruang pembangunan nasional?
4. Bagaimana Mobilitas penduduk dan implikasi kebijakan pembangunan desa?

C. Tujuan
1. Mengetahui upaya reformasi pembangunan nasional
2. Mengetahui sistem manajemen nasional

3
3. Mengetahui pertahanan dan tata ruang pembangunan nasional
4. Mengetahui mobilitas penduduk dan implikasi kebijakan pembangunan desa

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Reformasi Pembangunan Nasional
Rencana dan program pembangunan pada era reformasi sebagaimana repelita di era
orde baru disebut dengan PROPENAS (Program Pembangunan Nasional). Perbedaan antara
keduanya ada pada sifat isinya. PROPENAS lebih bersifat pada program-program mendasar
serta mendesak, sedangkan Repelita lebih rinci persektor dan perdepartemen.
Provinsi merupakan penjabaran dari GBHN 1999 Adapun PROPENAS dijabarkan
dengan REPETA (Rencana Pembangunan Tahunan). Sementara itu, untuk penjabaran
perdepartemen dan perpemda dibuatlah RESTRA (Rencana Dan Strategi) untuk setiap
departemen dan Pemda. Berikut ini adalah lima program prioritas dari PROPENAS
menurut UU nomor 25 tahun 2000:
1. Membangun Sistem Politik Yang Demokratis Serta Mempertahankan Persatuan Dan
Kesatuan
Program ini ditekankan pada penyelesaian masalah Disintegrasi bangsa serta penataan
kembali iklim politik masa orde baru yang dikenal dengan intrik dan KKN. Program ini
dilakukan untuk memecahkan lima masalah utama pembangunan di Era reformasi yang
diwariskan orde baru. Salah satu masalah tersebut adalah merebaknya konflik sosial dan
munculnya Disintegrasi bangsa.
2. Mewujudkan Supremasi Hukum Serta Pemerintahan Yang Baik
Program ini bertujuan menyelesaikan masalah penegak hukum dan Ham. Program ini
dilakukan terhadap masalah hukum yang ada di Indonesia pada masa reformasi.
Profesionalitas aparat penegak hukum ditingkatkan dan dirombak oleh jajaran petinggi
nya serta pengubahan Citra penegak hukum agar bebas dari intervensi mana pun,
termasuk pemerintah.
3. Mempercepat Pemulihan Ekonomi Dan Memperkuat Landasan Pembangunan
Berkelanjutan Dan Adil
Program ini dilaksanakan berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Prioritas utama
dari program ini adalah sistem ekonomi rakyat yang mengandalkan sektor usaha kecil
dan menengah. Hal ini untuk meningkatkan daya tahan ekonomi nasional serta
pemerataan hasil pembangunan. Salah satu upaya yang dilakukan program ini adalah
mengembangkan UKM dan koperasi.
4. Membangun Kesejahteraan Rakyat Serta Ketahanan Kehidupan Budaya Dan Agama
Kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang termasuk ke dalam kesejahteraan
secara material harus terus Diupayakan, namun tanpa melupakan kesejahteraan

5
spriritual. Kesejahteraan spriritual yaitu kesejahteraan dengan menanamkan nilai agama
dan pendidikan dan kehidupan Berbangsa serta bernegara. Pada program ini dilakukan
pula usaha untuk menjamin kebebasan beragama dan beribadah serta peningkatan
kualitas pendidikan agama. Hal ini dilakukan untuk peningkatan kualitas kurikulum
pendidikan agama di sekolah dan lembaga pendidikan yang lain serta lembaga
keamanan.
5. Peningkatan Pembangunan Daerah
Otonomi daerah menjadi alternatif yang digunakan untuk mempercepat dan
meratakan pembangunan hingga ke pelosok dan Penjuru daerah. Dengan dihapuskan
GBHN berdasarkan amandemen UUD 1945 , Maka pada masa pemerintahan 2004-2009
pembangunan didasarkan pada “Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional” Yang
tertuang pada UU No 25 tahun 2004. Adapun Asas sistem perencanaan pembangunan
nasional adalah sebagai berikut:
a. Asas kepastian hukum
b. Asas tertib penyelenggaraan
c. Asas kepentingan umum
d. Asas keterbukaan
e. Asas profesionalitas
f. Asas proporsionalitas
g. Asas akuntabilitas.

B. Sistem Manajemen Nasional


1. Pengertian Sistem Manajemen Nasional
Sistem manajemen nasional terdiri dari 3 kata, yaitu Sistem, Manajemen, dan
Nasional. Sistem merupakan suatu perpaduan yang terdiri dari tata nilai, struktur, dan
proses yang secara sinergi bersamasama mengemban fungsi tertentu. Manajemen
memiliki definisi berupa pengelolaan atau tata laksana yang merupakan proses, yang di
dalamnya terkandung unsur-unsur perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
penilaian atas setiap pemanfaatan sumber daya. Sedangkan kata nasional berarti
seluruh kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, secara
terminologis
Sistem manajemen nasional memiliki definisi sebagai suatu perpaduan antara tata
nilai, struktur, dan proses untuk mengelola pemanfaatan sumber daya demi tujuan
nasional Unsur-unsur dalam sistem manajemen nasional antara lain, negara, bangsa
Indonesia, pemerintah, dan masyarakat. Negara memiliki hak dan peranan dalam

6
pemilikan, pengaturan, dan pelayanan yang diperlukan dalam mewujudkan cita-cita
bangsa. Bangsa Indonesia berperan sebagai pemilik negara yang menentukan sistem
nilai yang digunakan sebagai landasan dan pedoman bagi penyelenggaraan fungsi-
fungsi negara.
Pemerintah sebagai unsur yang melaksanakan penyelenggaraan fungsi-fungsi
pemerintahan umum dan pembangunan sesuai dengan cita-cita bangsa. Masyarakat
merupakan unsur kontributor dan konsumen atas berbagai hasil penyelenggaraan
fungsi. Sistem manajemen nasional sebagai pendekatan sistem (systemic approach)
akan mencakup input, proses, output, outcome, dan feedback. Input dalam sistem
manajemen nasional berupa aspirasi dari rakyat serta kepentingan rakyat. Proses dalam
sistem manajemen nasional merupakan rangkaian kegiatan dalam pengolahan respon
terhadap kondisi kehidupan masyarakat dan politik nasional untuk dapat disesuaikan
dengan tujuan nasional menggunakan sumber daya yang dimiliki. Hasil dari aktivitas
ini merupakan keputusan strategis, taktis, maupun operasional yang pada dasarnya
merupakan tanggapan Pemerintah atas berbagai aspirasi dan kepentingan rakyat.
Output dari sistem manajemen nasional terhimpun dalam proses arus keluar yang
disalurkan kembali kepada masyarakat. Berbagai kebijakan ini dituangkan dalam
bentuk hierarki perundangan dan peraturan. Feedback atau proses umpan balik, sebagai
bagian dari siklus sistem manajemen nasional, menghubungkan arus keluar dengan
arus masuk dan akan berproses kembali ke Tatanan Pengambilan Keputusan
Berkewenangan (TPKB). Dengan demikian maka secara prosedural sistem manajemen
nasional merupakan siklus tak terputus dan berkesinambungan.
2. Indikator Keberhasilan Sistem Manajemen Nasional
Indikator-indikator keberhasilan dari sebuah sistem manajemen nasional antara
lain :
a. Pemerintahan yang baik (Good Governance).
b. Keamanan nasional yang relatif mapan.
c. Adanya kepastian hukum bagi seluruh penduduk.
d. Kepastian masa depan bagi seluruh penduduk.
e. Tingkat kesejahteraan rakyat yang memadai atau cukup tinggi.
f. Sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif.
3. Upaya Dalam Menjalankan Sistem Manajemen Nasional Dengan Baik
Dalam menjalankan suatu sistem manajemen nasional diperlukan upaya dan
strategi agar dapat berjalan dengan baik. Upaya-upaya tersebut antara lain :

7
3.1 Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk
praktik-praktik KKN dengan cara:
a. Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance)
pada semua tingkat dan lini pemerintahan dan pada semua kegiatan;
b. Pemberian sanksi yang seberat-beratnya bagi pelaku KKN sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
c. Peningkatan efektivitas pengawasan aparatur negara melalui koordinasi dan
sinergi pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat;
d. Peningkatan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif dan
bertanggung jawab;
e. Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil-hasil pengawasan dan
pemeriksaan;
f. Peningkatan pemberdayaan penyelenggara negara, dunia usaha dan
masyarakat dalam pemberantasan KKN.
3.2. Meningkatkan kualitas penyelengaraan administrasi negara melalui:
a. Penataan kembali fungsi-fungsi kelembagaan pemerintahan agar
dapat berfungsi secara lebih memadai, efektif, dengan struktur lebih
proporsional, ramping, luwes dan responsif;
b. Peningkatan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan dan prosedur pada semua
tingkat dan lini pemerintahan;
c. Penataan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparatur agar lebih
profesional sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk memberikan pelayanan
yang terbaik bagi masyarakat;
d. Peningkatan kesejahteraan pegawai dan pemberlakuan sistem karier
berdasarkan prestasi;
e. Optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan e-government, dan
dokumen/arsip negara dalam pengelolaan tugas dan fungsi pemerintahan.
3.3 Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
dengan:
a. Peningkatan kualitas pelayanan publik terutama pelayanan dasar, pelayanan
umum dan pelayanan unggulan;
b. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan dirinya,
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan mengawasi jalannya
pemerintahan;

8
c. Peningkatan tranparansi, partisipasi dan mutu pelayanan melalui peningkatan
akses dan sebaran informasi.

C. PERTAHANAN DAN TATA RUANG PEMBANGUNAN NASIONAL


Kebijakan penyelenggaraan pertahanan negara merupakan pedoman dalam
mempersiapkan pertahanan negara untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan melindungi segenap bangsa, sekaligus untuk memberikan rasa aman kepada seluruh
warga negara. Hal ini perlu dilakukan berdasarkan identifikasi kepentingan nasional
dalam memperkuat jati diri bangsa sebagai negara kepulauan dan negara maritim dengan
menempatkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Untuk dapat mewujudkan arah dan sasaran kebijakan pertahanan negara tersebut,
maka perlu dibuat sebuah agenda untuk membangun dan meningkatkan sinergitas antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menciptakan tata ruang daerah dan tata
ruang pertahanan daerah yang tangguh dan dapat menciptakan rasa aman bagi masyarakat,
serta membangun stabilitas pertahanan dan keamanan negara. Indonesia adalah negara
kepulauan. Letaknya yang sangat strategis di antara dua benua dan dua samudera, telah
menjadikan Indonesia sebagai salah satu jalur utama lalu lintas internasional.
Posisi strategis tersebut berpotensi besar terhadap perkembangan lingkungan strategis
dan dinamika konstelasi antar bangsa dengan kepentingan nasionalnya masing-masing.
Hal ini menuntut Indonesia untuk membangun tata ruang pertahanan dan arsitektur
keamanan yang mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, serta gangguan yang
muncul dari dinamika konstelasi politikkeamanan di kawasan. Tuntutan ini sejalan dengan
posisi sentral negara sebagai penyedia keamanan. Negara dalam pandangan Thomas
Hobbes berperan dalam mempertahankan dan melindungi masyarakat dari invasi asing
serta kerusakan dan konflik antar sesama (Buzan, 1983). Pandangan ini memiliki dua
dimensi yaitu:
1) dimensi eksternal bahwa negara wajib siaga menghadapi ancaman dari luar dan
2) dimensi internal ketika negara wajib siaga mengatasi kerawanan dari dalam yang
muncul karena potensi-potensi konflik tertentu.
Pendekatan pertahanan dan keamanan pemerintah Indonesia dikenal dengan
“Sishankamrata”, Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta atau disebut juga
sebagai “Total Defence Sistem”. Leonard Sebastian menjelaskan Sishankamrata pada
awalnya merupakan strategi pertahanan melawan invasi eksternal yang didasarkan pada
kerjasama antara pasukan/kekuatan bersenjata dan populasi dalam melancarkan perang

9
lewat aksi gerilya ketika berkonfrontasi dengan kekuatan superior yang
konvensional(Sebastian, 2006).
Perkembangan kemudian memperluas dan memperdalam makna rakyat semesta
menjadi lebih professional-based dan perkembangan studi keamanan yang juga dibarengi
dengan agenda reformasi sektor pertahanan Indonesia ikut memperluas dan memperdalam
makna keamanan Indonesia sehingga visi keamanan tersebut juga melingkupi aspek-aspek
vital di social-kemasyarakatan, tidak hanya aspek kemiliteran dan ancaman invasi dari
luar.
Karakteristik dari Sishankamrata tersebut antara lain:
1) Resistensi tanpa gangguan;
2) Dijalankan oleh unit besar dan kecil secara terpisah dengan fleksibilitas;
3) dibawah kepemimpinan yang konstan;
4) Sentralisasi strategi dan desentralisasi implementasi;
5) Fleksibilitas waktu dan ruang;
6) Pantang menyerah (no surrender);
7) Dijalankan dengan tiga fase frontal, konsolidasi-tantangan-penahanan, dan
konter-ofensif;
8) Keselarasan kepemimpinan nasional dan identitas nasional.
Kesuksesan strategi perang teritorial dapat dilihat melalui:
1) Stabilisasi medan politik;
2) Asas tunggal pancasila;
3) Otoriras kepemimpinan yang tunggal;
4) Integrasi menyeluruh antar divisi pertahanan;
5) Perencanaan yang maksimal; dan
6) Manajemen teritorial (sebastian, 2006).
Karakteristik ini diharapkan dapat dimaksimalkan bagi negara dalam mengatasi
kerawanan dan ancaman, terutama ancaman nonmiliter.

D. Mobilitas Penduduk Dan Implikasi Kebijakan Pembangunan Desa


1. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk adalah gerak perpindahan penduduk dari satu unit
geografis (wilayah) ke dalam unit geografis lainnya. Gejala mobilitas penduduk
merupakan gejala alamiah yang terjadi sebagai respon manusia terhadap situasi dan
kondisi yang sedang dihadapi. Misalnya, desakan ekonomi, situasi politik, kebutuhan

10
pendidikan, gangguan keamanan, terjadinya bencana alam di daerah asal, ataupun
alasan-alasan sosial lainnya.
1.1. Teori Mobilitas
Ravenstein, seorang ahli kependudukan dari Inggris, mengemukakan
pemikiran-pemikiran tentang mobilitas penduduk yang dikenal dengan Hukum
Migrasi (The Law of Migration) pada tahun 1889. Inti dari konsep pemikiran
Ravenstein adalah sebagai berikut :

a. Migrasi dan jarak


Para migran banyak yang hanya menempuh jarak dekat dan jumlah
migran di daerah asal makin menurun karena makin jauhnya jarak yang
ditempuh. Migran yang menempuh jarak jauh pada umumnya cenderung
menuju ke pusat-pusat perdagangan dan industri yang penting.
b. Migrasi bertahap
Pada umumnya terjadi suatu perpindahan penduduk berupa arus migrasi
terarah ke pusat-pusat industri dan perdagangan penting yang dapat
menyerap para migran sebagai tenaga kerja.
Penduduk daerah pedesaan yang berbatasan langsung dengan kota yang
tumbuh cepat, cenderung berbondong-bondong menuju ke kota tersebut.
Sedangkan jumlah penduduk yang pergi sebagai akibat migrasi di pedesaan
yang berbatasan tersebut akan digantikan oleh para migran dari daerah-
daerah yang jauh terpencil.

c. Arus dan arus balik


Setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik sebagai
penggantinya.
d. Terdapat berbagai perbedaan antara desa dan kota
Adanya kecenderungan penduduk untuk migrasi, artinya bahwa
penduduk kota lebih sedikit bermigrasi jika dibandingkan dengan penduduk
daerah-daerah perdesaan.
e. Kebanyakan wanita lebih suka bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat
Ternyata para wanita melakukan perpindahan ke daerah yang dekat
ternyata lebih besar jumlahnya jika dibandingkan kaum laki-laki,

11
sedangkan jumlah migran ke wilayah yang jaraknya jauh cenderung
dilakukan oleh laki-laki.
f. Teknologi dan migrasi
Semakin meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama dalam sektor transportasi serta perkembangan industri dan
perdagangan, berpengaruh terhadap peningkatan arus migrasi.
g. Motif ekonomi
Keinginan untuk memperbaiki kehidupannya dalam bidang ekonomi
(kebutuhan material) menjadi dorongan utama dan yang paling banyak para
migran melakukan perpindahan.

1.2. Jenis-jenis Mobilitas Penduduk


Proses pergerakan penduduk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu permanen dan
nonpermanen.
a. Mobilitas nonpermanent
Mobilitas nonpermanen adalah pergerakan penduduk dari satu
wilayah ke wilayah lain yang bersifat sementara atau tidak bertujuan
menetap dalam waktu yang lama. Berdasarkan lamanya waktu di tempat
tujuan, mobilitas non permanen dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Komutasi, yaitu bentuk mobilitas penduduk non permanen
secara ulang-alik (pergi-pulang) tanpa menginap di tempat yang
dituju, atau dengan kata lain waktu yang dibutuhkannya kurang
dari 24 jam. Orang yang melakukan proses komutasi dinamakan
komuter atau penglaju. Contohnya orang-orang yang tinggal di
Bogor namun bekerja di Jakarta melakukan perjalanan
menggunakan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek untuk bekerja
setiap hari di Jakarta dan kembali pulang ke Bogor di hari yang
sama.
 Sirkulasi, yaitu jenis mobilitas penduduk non permanen tetapi
sempat menginap di tempat tujuan atau mobilitas non permanen
musiman. Orang yang melakukan sirkulasi dinamakan sirkuler.
Contohnya orang-orang yang pergi mudik ke kampung halaman
masing-masing ketika libur lebaran dan menetap disana selama
beberapa hari.

b. Mobilitas permanen (migrasi)


12
Mobilitas permanen adalah pergerakan penduduk dari satu
wilayah ke wilayah lain yang bersifat menetap dalam jangka waktu yang
lama. Orang yang melakukan migrasi disebut migran. Terdapat dua
jenis mobilitas permanen, yaitu migrasi internasional dan migrasi
internal.

 Migrasi internasional, yaitu migrasi dari suatu negara ke negara lain.


Migrasi internasional dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

 Imigrasi, yaitu proses masuknya migran ke negara tujuan.


 Emigrasi, yaitu proses keluarnya migran dari negara asal
 Remigrasi, yaitu proses kembalinya migran ke negara asalnya
setelah pindah dan menetap di negara tujuan.

 Migrasi internal, yaitu migrasi dari suatu wilayah ke wilayah lain


dalam satu negara. Secara umum, jenis-jenis migrasi internal yang
biasa dijumpai di Indonesia antara lain:

 Urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kawasan perdesaan


ke wilayah perkotaan.
 Ruralisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa.
 Transmigrasi yaitu perpindahan penduduk antar satu pulau ke
pulau lain.

1.3. Faktor Migrasi Penduduk


Migrasi penduduk dipengaruhi oleh dua faktor utama yang dikenal
dengan istilah faktor pendorong (push factors) dan faktor penarik (pull
factors).
a. Faktor pendorong
Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang timbulnya atau
berasal dari daerah asal. Misalnya perpindahan dari desa ke kota karena
di desa lapangan pekerjaannya sedikit. Beberapa faktor pendorong
antara lain:
 Kurangnya lapangan pekerjaan di daerah asal.
 Sumber-sumber alam semakin berkurang (pertanian, tambang, dll).
 Alasan pekerjaan atau perkawinan.
 Bencana alam (Gempa Bumi, Banjir, Wabah Penyakit, dll).
 Tidak cocok lagi dengan adat, budaya atau kepercayaan di tempat
asal.
 Terdapat tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku.

b. Faktor penarik
Faktor penarik adalah faktor-faktor yang timbulnya atau berasal
dari daerah tujuan. Misalnya perpindahan dari desa ke kota karena di
kota memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang lebih baik atau
memiliki kesempatan pekerjaan yang lebih baik dengan upah tinggi.
Beberapa faktor penarik antara lain:

13
 Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik.
 Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik atau tinggi.
 Rasa bangga di tempat baru.
 Pekerjaan yang lebih baik atau cocok.
 Keadaan lingkungan lebih menyenangkan (banyak hiburan, fasilitas
sekolah, perumahan. dll).
 Terdapat kerabat atau saudara di tempat tujuan.
2. Implikasi Kebijakan Pembangunan Desa

Implementasi merupakan proses tindak lanjut dari rencana kerja yang telah ditetapkan.
Oleh sebab itu, untuk menilai kinerja implementasi berdasarkan lima indikator pada
kesuksesan dan kegagalan, memiliki manfaat yang sama untuk pembelajaran dan juga
memiliki alat evaluasi untuk melihat kinerja program dalam implementasi. Adapun lima
indikator dasar dalam mengontrol implementasi sebagai berikut; (1), konsistensi
implementasi program dengan perencanaan. (2), ketercapain indikator yang diterapkan.
(3), ketepatan waktu implementasi dengan perencanaan. (4), ketepatan realisasi
pembiayaan dengan anggaran dalam perencanaan. (5), ketepatan target sasaran program.

14
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi berarti pelaksanaan.
Sedangkan dampak diartikan sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik
negatif maupun positif). Sedangkan Undang- Undang Desa diartikan sebagai UU No 6
Tahun 2014 tentang Desa yang mengatur adanya alokasi terkait dana desa.

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten dan digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat dan pembinaan
kemasyarakatan.
Alokasi Dana Desa, selanjutnya disebut ADD, adalah dana perimbangan yang diterima
oleh daerah kabupaten, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten setelah
dikurangi Dana Alokasi Khusus.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka yang dimaksud dengan Implementasi dan
Dampak Undang-Undang Desa adalah bagaimana bentuk pelaksanaan dan pengaruh atau
akibat yang ditimbulkan (baik positif atau negarif) dari adanya aturan baru tentang desa.
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan
oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur
masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.
Agar Tujuan pembangunan desa benar-benar dapat diwujudkan, maka arah kebijakan
pembangunan desa hendaklan beroriantasi kepada azas manfaat yang berhasil dan berdaya
guna. Bukan hanya sekedar keinginginan segelintir elit desa, namun merupakan kebutuhan
bersama seluruh masyarakat desa tidak terkecuali masyarakat miskin dan terpinggirkan.
Dalam melaksanakan pembangunan di Desa, khususnya penggunaan dana desa
sehingga mampu memberikan kebijakan yang berdampak baik bagi masyarakat
Desa.Dampak kebijakan (policy impact atau policy concequencies) merupakan salah satu
aspek atau tipe dari evaluasi kebijakan publik; seperti dikatakan oleh Michael Borus dalam
Kusumanegara (2010) bahwa ada tiga tipe evaluasi kebijakan publik, yaitu :
 Evaluasi Program.
 Evaluasi Dampak.
 Analisis Strategis
Dampak menurut Samodra Wibawa (1994) yaitu memberikan perhatian yang lebih
besar kepada hasil (output)dibandingkan kepada proses pelaksanaannya. Ini dijelaskan, ada
dampak yang diharapkan dan dampak yang tidak diharapkan. Dampak yang diharapkan
15
maksudnya adalah ketika kebijakan dibuat, pemerintah telah menentukan atau memetakan
dampak apa saja yang akan terjadi. Dampak kebijakan menurut Wibawa terdapat unit
sosial yang dapat terkena dampak kebijakan antara lain, dampak terhadap individu ini
dapat menyentuh aspek-aspek sebagai berikut :
 Dampak psikis
 Dampak lingkungan
 Dampak ekonomi
 Dampak sosial

Dari uraian diatas jelas bahwa dampak kebijakan merupakan aspek yang
sangat penting dalam evaluasi atau penilaian kebijakan/program publik guna
mengetahui akibat - akibat atau konsekuensi dari dilaksanakannya Undang-
undang No 6 Tahun 2014 atau yang lebih dikenal dengan sebutan Undang-
undang desa yang telah disahkan dan diundngkan pada tanggal 15 Januari
2014 merupakan perwujudan dari pengakuan dan penghormatan Negara
terhadap desa dengan keberagaman yang dimilikinya. Di dalam Undang-
Undang Desa perihal pembangunan desa terdapat dua hal yang menjadi kunci
utama yaitu yang disebut dengan Desa membangun dan Membangun Desa.
Dalam pasal 78, Undang-Undang tentang Desa dikatakan bahwa
pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui
pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa,
pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam
dan lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan desa meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, pembangunan desa
mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan gotong royong guna
mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.

Pasal 79, Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara berjangka,


yaitu; (1), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu
6 (enam) tahun.(2), Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut
Rencana Kerja Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari Rencana
16
Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Pasal 80, Perencanaan Pembangunan Desa diselenggarakan dengan


mengikutsertakan masyarakat desa melalui Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Desa. Musyawarah tersebut menetapkan prioritas, program,
kegiatan, dan kebutuhan pembangunan desa dirumuskan berdasarkan
penilaian terhadap kebutuhan masyarakat desa yang meliputi; peningkatan
kualitas dan akses terhadapa pelayanan dasar, pembangunan dan pemeliharaan
infrastruktur dan lingkungan berdasarkan kemampuan teknis dan sumber daya
lokal yang tersedia, pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif,
pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna untuk kemajuan
ekonomi, dan peningkatan kualitas ketertiban dan ketentraman masyarkat desa
berdasarkan kebutuhan masyarakat desa.24

Pasal 81, Pelaksanaan Pembangunan Desa dilaksanakan sebagai berikut;


pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa yang melibatkan
seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong, pembangunan desa
dilakukan dengan memanfaatkan kearifan lokal dan sumberdaya alam desa,
pembangunan lokal berskala desa dilaksanakan sendiri oleh desa
pembangunan program sektoral yang masuk ke desa diinformasikan kepada
pemerintahan desa untuk diintegrasikan dengan pembangunan desa.

Pasal 82, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


mengamanatkan pemantauan dan pengawasan pembangunan desa sebagai
berikut; masyarakat berhak mendapatkan informasi rencana dan pelaksanaan
pembangunan desa, masyarakat desa berhak melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan pembangunan desa, masyarakat melaporkan hasil pemantauan
dan berbagai keluhan pelaksanaan pembangunan desa kepada Pemerintah
Desa dan Badan Permusyawaratan Desa, pemerintah desa wajib
menginformasikan perencanaan dan pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa, Rencana Kerja Pemerintah Desa, dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa kepada masyarakat desa melalui layanan
informasi umum dan melaporkan dalam musyawarah desa paling sedikit satu
17
tahun sekali, masyarakat berpartisipasi dalam Musyawarah Desa untuk
menanggapi laporan pelaksanaan pembangunan desa

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan
yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan desa.
Agar Tujuan pembangunan desa benar-benar dapat diwujudkan,
maka arah kebijakan pembangunan desa hendaklan beroriantasi kepada
azas manfaat yang berhasil dan berdaya guna. Bukan hanya sekedar
keinginginan segelintir elit desa, namun merupakan kebutuhan bersama
seluruh masyarakat desa tidak terkecuali masyarakat miskin dan
terpinggirkan.
B. Saran
Makalah ini kami tulis dengan penuh kekurangan dan banyak kesalahan.
Maka dari itu dimohon kepada teman-teman dan seluruh rekan memberikan saran
yang membangun agar makalah ini dapat mencapai kata sempurna dan baik
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2016/09/pembangunan-nasional-orde-baru-
orde-lama-era reformasi
Antara News. 2015. Delapan Ancaman Negara Nirmiliter menurut Menteri
Pertahanan., [daring] dalam http://www.antaranews.com/berita/523063/ delapan
ancaman-negara-nirmiliter-menurut-menteri-pertahanan [diakses pada 9 Agustus
2017]
Kementerian Pertahanan. 2015. Buku Putih Pertahanan Indonesia 2015. Jakarta:
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.

Kendri, 2018. IMPLEMENTASI DAN DAMPAK UNDANG-UNDANG DESA


BAGI PEMBANGUNAN DI DESA MAJASARI, KECAMATAN
SLIYEG, KABUPATEN INDRAMAYU

Anda mungkin juga menyukai