Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TEORI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


Konsep dan Teori Pembangunan di Indonesia

OLEH:
KELOMPOK 1

1. FAJAR MAULANA ARIF


2. NURIZZATIL AULIA
3. SYARFANI
4. FIRDAYANTI
5. NURANISSA

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb pemilik seluruh alam.
Shalawat teriring salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan umatnya yang mengikuti
hingga akhir zaman.
Sebuah anugerah terbesar dari Allah SWT, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Konsep dan Teori
Pembangunan di Indonesia” mata kuliah Teori dan Kebijakan Pembangunan.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu sehingga dapat terselesaikannya makalah ini dengan baik. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat.
Sinjai, November 2021

` Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Kebijakan Pembangunan ................................................................................ 3
B. Teori Pembangunan ..................................................................................................... 4
C. Pembangunan Negara Maju dan Negara sedang berkembang ..................................... 6
D. Potret Kebijakan Pembangunan Ekonomi di Indonesia ............................................... 8
E. Kebijakan Pembangunan Ekonomi di Indonesia ......................................................... 9
F. Pandangan mengenai asumsi Kondisi Pembangunan Ekonomi Bangsa
Indonesia yang masih”miskin” .................................................................................... 12
G. Keterkaitan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Indonesia dalam Perspektif
Teori Pembangunan ..................................................................................................... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................................. 21
B. Saran............................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Realita sebuah Negara yang menuju perkembangan ke arah yang lebih baik
dicirikan dengan tingkat pembangunan di negara tersebut. Dengan kata lain jika
pembangunan di suatu Negara sudah menunjukkan geliat yang semakin maju maka
akan berdampak pada tingkat pertumbuhan khususnya bidang ekonomi, sumber
daya, politik dan bidang kehidupan bernegara lainnya. Di Indonesia, kata
pembangunan sudah menjadi kata kunci bagi segala hal. Pengertian pembangunan
sendiri seperti yang diungkapkan oleh Portes (1976) mendefinisikan pembangunan
(development) sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
Pembangunan nasional adalah proses perubahan yang direncanakan untuk
memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat ke arah yang diinginkan, melalui
kebijakan, strategi dan rencana. Pendapat lain menjelaskan Pembangunan pada
hakekatnya adalah suatu proses transformasi masyarakat dari suatu keadaan pada
keadaan yang lain yang makin mendekati tata masyarakat yang dicita-citakan; dalam
proses transformasi itu ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu keberlanjutan
(continuity) dan perubahan (change), tarikan antara keduanya menimbulkan
dinamika dalam perkembangan masyarakat (Djojonegoro,1996).
Secara umum, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan
kehidupan masyarakat dan warganya; sering kali, kemajuan yang dimaksudkan
terutama adalah kemajuan material. Maka, pembangunan seringkali diartikan sebagai
kemajuan yang dicapai oleh satu masyarakat di bidang ekonomi; bahkan dalam
beberapa situasi yang sangat umum pembangunan diartikan sebagai suatu bentuk
kehidupan yang kurang diharpakan bagi „sebagian orang tersingkir‟ dan sebagai
ideologi politik yang memberikan keabsahan bagi pemerintah yang berkuasa untuk
membatasi orang-orang yang mengkritiknya (Budiman, 1995: 1-2).
Lebih lanjut dalam buku teori pembangunan dunia ketiga oleh budiman
dijelaskan bahwa beberapa faktor yang dalam mengukur pembangunan ialah
kekayaan rata-rata yang menjelaskan bahwa sebuah masyarakat dinilai berhasil
melakukan pembangunannya bila pertumbuhan ekonomi masyarakat tersebut cukup
tinggi. Selanjutnya ialah pemerataan yang menjelaskan bahwa pemerataan masuk
dalam ukuran pembangunan dengan melihat ukuran berapa persen dari pendapatan
nasional bruto(PNB) suatu negara dengan perhitungan 40% untuk penduduk
miskin/termiskin, berapa persen oleh 40% untuk masyarakat kelas menengah, dan
berapa persen oleh 20% penduduk terkaya, yang kemudian nantinya setelah
perhitungan seberapa besar tingkat kesesuaian dengan fakta hasil perhitungan yang
ada.

1
Selanjutnya ialah dengan melihat kualitas kehidupan masyarakat dengan
menggunakan tolak ukur PQLI (physical quality of life index), yang kemudian oleh
moris dijelaskan ada tiga indikator untuk mengukurnya yakni a. Rata-rata harapan
hidup sesudah umur satu tahun, b. Rata-rata jumlah kematian bayi, dan c. Rata-rata
persentasi buta dan melek huruf. Selanjutnya ialah kerusakan lingkungan yang
menjelaskan bahwa suatu pembangunan akan berhasil jika diimbangi dengan kondisi
lingkungan yang masih baik, dan yang terakhir ialah keadilan sosial dan
kesinambungan yang menjelaskan bahwa dua faktor yakni pemerataan dan faktor
lingkungan bukan semata-mata hanya mempartimbangkan faktor moral tetapi lebih
kepada kelestarian pembangunan itu sendiri.
Menurut (Jogaswara, 2020) terhambatnya proses pembangunan di indonesia
dikarenakan pembangunan sektor ketenagakerjaan di Indonesia masih dengan kasus
yang sama pada tantangan berat yakni masalah pengangguran. Angka pengangguran
umumnya tergolong tinggi, ditambah juga dengan meningkatnya angka para pencari
kerja baru sekitar satu hingga dua juta orang secara berkala dari tahun ke tahun,
merupakan masalah yang dihadapi saat ini. Masalah lainnya adalah dominasi sektor
informal dalam struktur pasar kerja Indonesia, terlebih keberadaan Omnibus

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah yaitu:
1. Bagaimana Konsep Teori dan Kebijakan Pembangunan?
2. Bagaimana Kebijakan Pembangunan Ekonomi di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu:
1. Mengetahui serta memahami Konsep Teori dan Kebijakan Pembangunan.
2. Mengetahui serta memahami Kebijakan Pembangunan Ekonomi di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kebijakan pembangunan


1. Pengertian Pembangunan Menurut Para Ahli
a. Conyers & Hills (1994) mendefinisikan “perencanaan” pembangunan
sebagai ”suatu proses yang bersinambungan”, yang mencakup
“keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan
sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan
datang.
b. Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai
“Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building)”.
c. Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih
sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih
baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana
d. Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan dapat pula diartikan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja
melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.
Transformasi dalam struktur ekonom
2. Kebijakan pembangunan
a. Thomas Dye : Menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses
to do or not to do). Definisi ini dibuatnya dengan menghubungkan pada
beberapa definisi lain dari David Easton, Lasswell dan Kaplan, dan Carl
Friedrich. Easton menyebutkan kebijakan pemerintah sebagai “kekuasaan
mengalokasi nilai-nilai untuk masyarakat secara keseluruhan.” Ini
mengandung konotasi tentang kewenangan pemerintah yang meliputi
keseluruhan kehidupan masyarakat. Tidak ada suatu organisasi lain yang
wewenangnya dapat mencakup seluruh masyarakat kecuali pemerintah.
b. Lasswell dan Kaplan : kebijakan sebagai sarana untuk mencapai
tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan
berkenaan dengan tujuan, nilai dan praktek (a projected program of goals,
values and practices).
c. H. Hugh Heglo : Menyebutkan kebijakan sebagai “a course of action
intended to accomplish some end,” atau sebagai suatu tindakan yang
bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi Heglo ini selanjutnya
diuraikan oleh Jones dalam kaitan dengan beberapa isi dari kebijakan.

3
Pertama, tujuan. Di sini yang dimaksudkan adalah tujuan tertentu yang
dikehendaki untuk dicapai (the desired ends to be achieved). Bukan suatu
tujuan yang sekedar diinginkan saja. Dalam kehidupan sehari-hari tujuan
yang hanya diinginkan saja bukan tujuan, tetapi sekedar keinginan. Setiap
orang boleh saja berkeinginan apa saja, tetapi dalam kehidupan bernegara
tidak perlu diperhitungkan. Baru diperhitungkan kalau ada usaha untuk
mencapainya, dan ada”faktor pendukung” yang diperlukan. Kedua,
rencana atau proposal yang merupakan alat atau cara tertentu untuk
mencapainya. Ketiga, program atau cara tertentu yang telah mendapat
persetujuan dan pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Keempat, keputusan, yakni tindakan tertentu yang diambil untuk
menentukan tujuan, membuat dan menyesuaikan rencana, melaksanakan
dan mengevaluasi program dalam masyarakat.
d. Jones : kebijakan sebagai “…behavioral consistency and repeatitiveness
associated with efforts in and through government to resolve public
problems” (perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan dengan
usaha yang ada di dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan
masalah umum). Definisi ini memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat
dinamis – ini akan dibicarakan secara khusus dalam bagian lain, dalam
hubungan dengan sifat dari kebijakan.
e. William Dunn : kebijakan sebagai”ilmu sosial terapan yang
menggunakan berbagai metode untuk menghasilkan dan
mentransformasikan informasi yang relevan yang dipakai dalam
memecahpersoalan dalam kehidupan sehari-hari. “Di sini dia melihat ilmu
kebijakan sebgai perkembangan lebih lanjut dari ilmu-ilmu sosial yang
sudah ada. Metodologi yang dipakai bersifat multidisiplin. Hal ini
berhubungan dengan kondisi masyarakat yang bersifat kompleks dan
tidak memungkinkan pemisahan satu aspek dengan aspek lain

B. Teori Pembangunan
1. Teori Pembangunan Mainstream (Modernisasi)
Teori mainstream adalah teori modernisasi dan teori pembangunan
pertumbuhan model W.W Rostow (1960;1978) dan para pengikutnya. Teori
mainstream atau teori modernisasi adalah teori-teori yang menjelaskan bahwa
kemiskinan ini terutama disebabkan oleh faktor-faktor yang terdapat di dalam negera
yang bersangkutan. Teori modernisasi secara umum dapat diungkap sebagai cara
pandang (visi) yang menjadi modus utama analisisnya kepada faktor manusia dalam
suatu masyarakat. Teori ini terkenal olehTeori modernisasi berlatar belakang
penetrasi kebudayaan asing yang padat modal dan teknologi untuk dijadikan acuan

4
bagi kemajuan masyarakat di Negara berkembang. (Robert Jakson dan Georg
Sorensen, 2009 : 257-258)
Teori modernisasi melihat tradisi masyarakat sebagai faktor penghambat
yang harus dieleminir oleh pola pikir rasional. Kematangan masyarakat menuju
masyarakat industri, memiliki bentuk transisi yang cukup panjang dan lama dalam
bentuk orientasi sekarang (present oriented). Arief budiman pernah menyatakan
bahwa teori modernisasi berkembang di banyak Negara berkembang dengan tidak
mempertimbangkan akar budaya lokal sebagai potensi pembangunan, oleh karena itu
bersifat a-historis. (Robert Jakson dan Georg Sorensen, 2009 : 257-258)
Teori modernisasi merupakan teori pembangunan yang intinya adalah usaha
pembangunan institusional (perekayasaan struktur sosial melalui pembentukan
institusi-institusi baru) dan pembangunan mentalitas manusia (perekayasaan
kultural).
2. Teori Dependensi
Secara historis, teori dependensi lahir atas ketidak mampuan teori
modernisasi membangkitkan ekonomi Negara terbelakang, terutama negara di bagian
Amerika Latin.Paradigma Dipendensi dapat dikatakan asli Amerika Latin, namun
“bapak pendiri” perpektif ini adalah Baran, yang
bersama Magdoff dan Sweezy merupakan juru bicara kelompok North American
Monthly Review. Secara teoriti, teori modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan
keterbelakangan yang terjadi di Negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal
di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian Negara Dunia Ketiga
tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan. (Robert
Jakson dan Georg Sorensen, 2009 : 259)
Teori ini berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di
Negara-negara Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di Negara
tersebut namun lebih banyak ditentukan oleh faktro eksternal dari luar Negara Dunia
Ketiga itu. Faktor luar yang paling menentukan keterbelakangan Dunia ketiga adalah
adanya campur tangan dan dominasi Negara Maju pada laju
pembangunan Negara Dunia Ketiga. Dengan campur tangan tersebut maka
pembangunan di Nedara Dunia Ketiga tidak berjalan dan berguna untuk
menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi, namun semakin membawa
kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan jilid dua di Negara Dunia
Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan oleh campur tangan
Negara maju kepada Negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan ini berhasil, maka
ketergantungan ini harus diputus dan dibiarkan Negara Dunia Ketiga melakukan roda
pembangunannya secara mandiri. (Robert Jakson dan Georg Sorensen, 2009 : 260).
Secara garis besar, teori dependensi adalah suatu keadaan dimana keputusan-
keputusan utama yang memengaruhi kemajuan ekonomi di Negara berkembang
seperti keputusan mengenai harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter,

5
dibuat oleh individu atau institusi di luar negeri yang bersangkutan. (Zulkarimen
Nasution, 2007: 44)Teori-teori yang mengenai ketergantungan dan keterbelakangan
telah digambarkan dalam studi-studi yang dilakukan Celso Furtado, Andre Gunder
Frank, Theotonio Dos Santos, dan Fernando Henrique Cardoso. Pada umumnya
mereka itu membahas secara serius masalah colonial yang secara historis membekas
pada pertumbuhan di Negara-negara Amerika Latin, Afrika dan Asia. Menurut
mereka, kecuali dengan suatu pengenalan yang eksplisit akan konsekuensi hubungan
tersebut. Dengan kata lain bahwa keterbelakangan yang ada sekarang ini merupakan
kosekuensi masa penjajahan yang telah dialami oleh Negara-negara baru. (Robert
Jakson dan Georg Sorensen, 2009 : 262)

C. Pembangunan Negara Maju Dan Negara Yang Sedang Berkembang


Struktur ekonomi dan masyarakat di Negara Maju dan di Negara yang sedang
Berkembang sangat berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan masalah
pembangunan daerah yang ada di Negara Maju dan
di Negara yang sedang Berkembang dan kemampuan masing-masing golongan
negara tersebut dalam menghadapi masalah pembangunan daerah yang terdapat di
negaranya sangatlah berbeda. Keadaan yang demikian menyebabkan pula perbedaan
dalam corak prioritas dari tujuan maupun kebijaksanaan pembangunan daerah di
kedua golongan negara tersebut. (Sadono Sukirno, 1982: 27)
1. Proses pembangunan ekonomi di negara maju
Perkembangan ekonomi di negar maju telah dimulai sejak beberapa abad yang
lalu dan mengalami akselerasi sejak terjadinya revolusi industri di Inggris. Dengan
dimulainya Revolusi Industri di Inggris maka Inggris merupakan negara dimana
modernisasi ekonomi permulaan sekali berlangsung. Dalam dua dasawarsa pada
abad ke 18, negara ini mencapai taraf take-off dalam pembangunan ekonominya.
Negara-negra Eropa Barat lainya dan negara-negara yang dibentuk oleh bangsa-
bangsa Eropa Barat seperti Selandia Baru, Australia, Amerika Serikat dan Kanada
baru mengikuti jejak Inggris dan mengalami percepatan dan mencapai taraf take-oof
pembangunan ekonominya pada permulaan abad ke-19. Dan dalam bagian kedua
abad itu Revolusi Industri menjalar pula ke Russia dan Jepang. Dengan demikian
negara maju telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang berterusan sejak satu atau
dua abad yang lalu sebelum mencapai tingkat kesejateraan yang tinggi yang
dialaminya. (Sadono Sukirno, 1982: 27)
Perkembangan ekonomi yang telah berlaku di Negara Maju bukan saja telah
menyebabkan peningkatan di dalam kesejateraan masyarakat tetapi juga
menimbulkan pula perombakan dalam struktur ekonominya. Peran sektor industri
dan sektor jasa-jasa, ditinjau dari peranan dalam menciptakan pendapatan nasional
dan menyediakan pekerjaan kepada penduduk, menjadi bertambah besar dari masa
ke masa. (Sadono Sukirno, 1982: 27)

6
Meningkatnya peranan sektor industri dan jasa-jasa di sebabkan pula oleh
perubahan dalam corak penawaran barang-barang yang digunakan masyarakat.
Perkembangan ekonomi yang telah terjadi di Negara Maju diikuti oleh perbaikan
dalam kwalitet dari barang-barang yang telah ada dan pertambahan di dalam jenis
barang dan jasa-jas yang digunkan oleh masyarakat. Hal ini terutama di sebabkan
oleh dua faktor yaitu kemajuan teknologi dan bertambah peliknya pola kegiatan
ekonomi sebagai akibat dari adanya pembangunan ekonomi.
Dinegara-negra Maju tingkat teknologi juga mengalami kemajuan yang pesat.
Kemajuan teknologi akan menyebabkan kwalitet barang yang telah ada menjadi
bertambah baik dan jenis barang yang tersedia dalam masyarakat menjadi bertambah
banyak. Pekembangan yang demikian sifatnya menyebabkan permintaan terhadap
barang yang dihasilkan oleh sektor industri bertambah lama bertambah besar dan
dengan demikian mempebesar peranan sektor industri dalam menciptakan
pendapatan nasional. Karena kegiatan perdangangan, jasa-jasa, pengangkutan,
kegiatan bank dan keungan juga ikut meningkat. Kemajuan ekonomi di suatu negara
akan menyebabkan meluasnya kegiatan pemerintah untuk menjamin agar
perdagangan berjalan lancar, masyarakat menjalankan perkerjaannya dengan tertib
dan menurut peraturan, dan kestabilan dalam perekonomian akan terbentuk.
Proses perubahan struktur ekonomi di negara maju mempunyai bebrapa sifat
yaitu:(Sadono Sukirno, 1982: 31-32):
a. Sektor pertanian merupakan sektor terlebih dahulu mengalami
perkembangan. Fakta diberbagai negara menunjukan bahwa perkembangan
dimulai dari berlakunya kemajuan di sektor pertanian.
b. Kemajuan sektor pertanian tersebut mendorong perkembangan jasa-jasa dan
sektor industri. Nilai dan volume perdangan bertambah, spesialisasi
berkembang dan sektor insusri sedikit demi sedikit bertambah penting.
c. Perkembangan sektor industri di samping meniptakan permintaan atas
bahanmentah menciptakan pula atas sumber tenaga. Sedangkan perluasaan
kegiatan perdangan menciptakan pula dorongan untuk memperluas jaringan
pengankutan dan perkembangan lat pengangkutan dan akibatnya timbul
industri baja untuk pembangunan transportasi.
d. Kemajuan-kemajuan diatas menyebabkan pendapatn masyarakat meningkat
dengan demikan masyarakat akan terus mengembang teknologi untuk
membantu berkembangannya jaringan industri.
e. Pencapaian ekonomi masyarakat mencapai taraf kesejateraan yang lebih
tinggi tidak terlepas oleh peran pemerintah yang mengontrol, sebagai
pertahanan, adminstrasi dan pembuatan kebijakan.

7
D. Potret Kebijakan Pembangunan Ekonomi Di Indonesia
Hingga saat ini, pandangan banyak ahli ekonomi pembangunan terhadap
pembangunan ekonomi masih diwarnai oleh dikotomi antara pertumbuhan ekonomi
dan pemerataan pembangunan. Masih adanya kontroversi antara mana yang lebih
dahulu untuk dilakukan dan dicapai, pertumbuhan ekonomi atau pemerataan
pembangunan. Kontroversi tersebut muncul disebabkan karena penerapan strategi
pembangunan ekonomi yang mengacu pada pertumbuhan (growth) dan pemerataan
(equity) belum menunjukkan hasil yang memuaskan.
Namun demikian, para ekonom sependapat bahwa pembangunan merupakan
suatu proses, yakni proses untuk mencapai kemajuan. Proses membutuhkan input
sumber daya untuk ditransformasikan menjadi sebuah hasil. Jika input tidak
memadai, tentu akan menghasilkan output yang tidak optimal. Menurut Siagian
(1994), pembangunan sesungguhnya suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan
dan perubahan berencana dan dilakukan secara sadar oleh bangsa, negara dan
pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).
Secara umum, pembangunan dapat diartikan pula sebagai suatu upaya terkoordinasi
untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga
negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi.
Dengan definisi pembangunan tersebut, pembangunan sejatinya merupakan
pencerminan kehendak dan partisipasi rakyat untuk terus-menerus meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat (Indonesia) secara adil dan merata serta
mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan
demokratis. Semua itu bisa terlaksana dengan baik jika ada perencanaan, koordinasi,
partisipasi publik, kelembagaan, dan sistem hukum yang baik yang menjamin
peningkatan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Berbagai perspektif pembangunan tersebut merujuk kepada gelombang besar
terminologi: minimalisasi peran pemerintah dan maksimalisasi peran swasta, seperti
tulisan Osborne-Gaebler-Plastrik dalam Reinventing Government (1993) dan
Banishing Bereaucracy (1997) hingga Amartya Sen dalam Development as Freedom
(2000). Gelombang privatisasi pembangunan tersebut muncul seiring pendekatan
good governance, pemberdayaan, gerakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
pendekatan partisipatoris hingga masyarakat madani (Harun, 2007: 15-16)
Melihat elemen-elemen pembangunan tersebut, maka sebenarnya
pembangunan mencakup jauh lebih banyak aspek. Bahwa pembangunan menuntut
pendapatan per kapita yang lebih tinggi adalah fakta yang tidak bisa dibantah.
Namun, pembangunan yang mereduksi nilai-nilai dasar kemanusiaan dan
menempatkan pertumbuhan ekonomi sebagai satu-satunya indikator pembangunan
justru mereduksi makna pembangunan itu sendiri.
Dalam kaitan itu, konsep pembangunan yang diintroduksi Amartya Sen
dalam Development as Freedom (2000) telah membantah pandangan tersebut. Dalam

8
studinya, Sen merumuskan kembali pengertian yang menyeluruh tentang
pembangunan. Dalam dataran ini, Sen merumuskan pengertian kembali kemiskinan.
Dalam pandangannya, berbagai kondisi, selain kekurangan pangan, seperti
kurangnya nutrisi, buta huruf, tiadanya kebebasan sipil dan hak-hak berdemokrasi,
diskriminasi, pengidapan penyakit, dan berbagai bentuk perampasan hak-hak milik
(entitlement) pribadi adalah bentuk-bentuk kemiskinan yang menciptakan
penderitaan. Di sini lah Sen merumuskan definisi baru pembangunan sebagai
kebebasan (development as freedom) (Rahardjo dalam Sen, 2001: xiv-xv).
Argumentasi Sen tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, kendati sebagian orang
berhasil menikmati kemakmuran, namun kualitas hidup masih tetap jauh dari
jangkauan banyak orang. Kendati hampir selama dua dasawarsa pertumbuhan
ekonomi yang pesat terjadi di sejumlah negara, namun banyak orang lain tidak
mendapatkan keuntungan dari kemajuan tersebut. Dalam banyak situasi, kebijakan
pembangunan ternyata lebih menguntungkan vested interest kaum elite, sehingga
dengan demikian tidak mempromosikan investasi yang memadai dalam modal
manusia dan modal alam, yang sangat esensial bagi pertumbuhan berbasis luas.
Kualitas faktor-faktor yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan menuntut
perhatian fundamental apabila kemiskinan ingin dikurangi dan kualitas hidup yang
lebih baik dapat dicapai oleh semua orang (Thomas, et.al., 2001: xvi).
Untuk alasan tersebut, perhatian Sen terletak pada pentingnya redistribusi
aset non-fisik, seperti kesehatan dan pendidikan. Oleh sebab itu, masalah paling
besar dalam soal redistribusi aset adalah bagaimana meluaskan dan memperbaiki
akses pendidikan bagi mayoritas penduduk yang kurang mampu. Redistribusi aset
non-fisik inilah yang masih menjadi pertanyaan mendasar dalam proses
pembangunan di Indonesia. Para ekonom masih berkutat soal redistribusi aset fisik
(Basri, dalam Wie, 2004: xvii).

E. Kebijakan Pembangunan Ekonomi di Indonesia


1. Pengertian Pembangunan Ekonomi
Menurut Meier dan Baldwin (dalam Safril, 2003:142) bahwa “Pembangunan
ekonomi adalah suatu proses, dengan proses itu pendapatan nasional real suatu
perekonomian bertambah selama suatu periode waktu yang panjang”.
Hal senada dikemukakan pula oleh Djojohadikusumo (1991) bahwa
“Pembangunan ekonomi adalah usaha memperbesar pendapatan per kapita dan
menaikkan produktivitas per kapita dengan jalan menambah peralatan modal dan
menambah skill”.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
pembangunan ekonomi adalah suatu kegiatan yang diarahkan kepada kehidupan
perekonomian yang lebih baik bagi masyarakat suatu bangsa.

9
2. Pembangunan Ekonomi Indonesia
Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan bangsa Indonesia meliputi seluruh
aspek perekonomian masyarakat, baik kehidupan masyarakat pedesaan maupun
masyarakat perkotaan, dengan tujuan utama mempebaiki dan meningkatkan taraf
hidup seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan ekonomi tersebut dilaksanakan
dengan menitikberatkan pada upaya pertumbuhan sektor ekonomi dengan
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki, baik potensi sumber daya alam maupun
sumber daya manusianya.
Agar pelaksanaan pembangunan ekonomi dapat menyentuh seluruh aspek
perekonomian masyarakat dan pemerataan hasil-hasilnya, maka pemerintah
mengeluarkan beberapa arah kebijaksanaan pembangunan di bidang ekonomi.
3. Arah Kebijaksanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Pembangunan yang terpusat dan tidak merata yang dilaksanakan selama ini
ternyata hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta tidak diimbangi
kehidupan sosial, politik yang demokratis, yang telah menyebabkan krisis moneter
dan ekonomi, yang nyaris berlanjut dengan krisis moral yang memprihatinkan. Hal
tersebut kemudian menjadi penyebab timbulnya krisis nasional (tahun 90-an), yang
membahayakan persatuan dan kesatuan serta mengancam kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Oleh karena itu, reformasi di segala bidang harus dilakukan
untuk bangkit kembali dan memperteguh kepercayaan diri dan kemampuan untuk
melakukan langkah-langkah penyelelamatan, pemulihan, pemantapan, dan
pengembangan pembangunan ekonomi dengan paradigma baru Indonesia yang
berwawasan kerakyatan.
Aktualisasi dari pembaharuan tersebut dengan dikeluarkannya kebijaksanaan
pembangunan ekonomi yang tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara tahun
1999-2004 (Tap MPR No. IV/MPR/1999).
Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara 1999-2004 ditetapkan arah
kebijaksanaan pembangunan di bidang ekonomi, diantaranya:
1) Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada
mekanisme pasar.
2) Mengembangkan persaingan yang sehat dan adil.
3) Mengoptimalkan peranan pemerintah untuk melakukan regulasi, layanan
publik, subsidi dan insentif, yang dilakukan secara transparan.
4) Mengembangkan kehidupan yang layak, terutama bagi fakir miskin dan anak-
anak terlantar.
5) Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan
kemajuan teknologi dengan memanfaatkan secara maksimal sektor-sektor
unggulan setiap daerah.
6) Mengelola kebijakan makro dan mikro ekonomi secara terkoordinasi dan
sinergis.

10
7) Mengembangkan kebijakan fiskal.
8) Mengembangkan pasar modal yang sehat , transparansi dan efisien.
9) Mengoptimalkan penggunaan pinjaman luar negeri untuk kegiatan ekonomi
produktif.
10) Mengembangkan kebijakan industri, perdagangan, dan investasi.
11) Memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi agar lebih efisien
dan produktif.
12) Menata Badan Usaha Milik Negara secara efisien, transparan, dan
profesional.
13) Mengembangkan hubungan kemitraan dalam bentuk keterkaitan usaha yang
saling menunjang dan menguntungkan antara koperasi dan Badan Usaha
Milik Negara.
14) Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman
sumber daya bahan pangan, kelembagaan, dan budaya lokal.
15) Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan sumber energi dan tenaga listrik
yang relatif murah.
16) Mengembangkan kebijakan pertanahan untuk meningkatkan pemanfaatan dan
penggunaan tanah secara transparan dan produktif.
17) Meningkatkan pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana publik,
termasuk transportasi, telekomunikasi, energi, listrik, dan air bersih.
18) Mengembangkan ketenagakerjaan secara menyeluruh dan terpadu.
19) Meningkatkan kuantitas dan kualitas penempatan tenaga kerja ke luar negeri
dengan memperhatikan kompetensi, perlindungan, dan pembelaan tenaga
kerja.
20) Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi bangsa sendiri.
21) Melakukan berbagai upaya terpadu untuk mempercepat proses pengentasan
kemiskinan dan pengangguran.
22) Mempercepat penyelamatan dan pemulihan ekonomi guna meningkatkan
sektor riil terutama bagi pengusaha kecil, menengah, dan koperasi.
23) Menyehatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan
mengurangi defisit negara melalui peningkatan disiplin anggaran,
pengurangan subsidi, dan pinjaman luar negeri secara bertahap.
24) Mempercepat rekapitalisasi sektor perbankan dan restrukturisasi utang
swasta.
25) Melaksanakan restrukturisasi aset negara, terutama aset yang berasal dari
likuidasi perbankan dan perusahaan.
26) Melakukan negosiasi dan mempercepat restrukturisasi utang luar negeri
bersama-sama dengan Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, lembaga
keuangan lainnya, dan negara donor.

11
27) Melakukan secara proaktif negosiasi dan kerja sama ekonomi bilateral dan
multilateral dalam rangka meningkatkan volume dan nilai ekspor.
28) Menyehatkan Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah
terutama yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum.
Beberapa arah kebijaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia tersebut di
atas menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tersebut merupakan rangkaian
upaya pembangunan sektor ekonomi yang berkesinambungan dalam rangka
meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia untuk keluar dari keterpurukan ekonomi.

F. Pandangan mengenai asumsi Kondisi Pembangunan Ekonomi Bangsa


Indonesia yang masih “miskin”
Berangkat dari ilustrasi yang tersaji pada bab pendahuluan yang
menggambarkan keadaan bangsa indonesia di mana bahwa Indonesia merupakan
negara tropis yang memiliki posisi strategis di mana memiliki jumlah pulau 13-17
ribu pulau dengan garis pantai terpanjang di dunia sekitar 81.000 km, luas daratan
sekitar 191 juta hektar, teritori laut sekitar 317 juta hektar, penduduk 240 juta jiwa,
dengan kekayaan alam menggiurkan baik terbaru maupun tidak terbarukan seperti
minyak bumi, gas alam, batubara, aluminium, tembaga, nikel, emas, besi dan lain-
lain. Kemudian memiliki keanekaragaman hayati nomor 2 di dunia yang jika
digabungkan dengan kekayaan alam laut menjadi nomor 1 di dunia, potensi tanaman
pangan 800 spesies dan juga 1000 spesies tanaman medisinal.
Dengan melihat kondisi tersebut tentunya ekspektasi akan besarnya bangsa
ini sebenarnya dapat terwujud, namun yang terjadi adalah sebaliknya bahwa harus
diakui bahwa bangsa kita hingga hari ini masih tertinggal dibandingkan dengan
negara berkembang dan maju lainnya, jangankan untuk konteks bersaing dengan
negara-negara dunia pertama dan kedua untuk negara dunia ketiga khususnya yang
ada di kawasan Asean indonesia sudah tertinggal jauh dibandingkan dengan Negara
tetangga semisal Malaysia, Thailand, Vietnam,terlebih Singapura menurut data
terkhir UNDP menempatkan sebagai negara terkaya keempat di dunia saat ini.
Lantas ada apa dengan negara kita?pertanyaan ini kadang muncul mungkin
dalam benak kita masing-masing, bahwa negara kita kemudian tidak mampu untuk
bangkit membangun baik itu secara fisik maupun mental bangsa dengan potensi yang
telah digambarkan sebelumnya. Beberapa tokoh bangsa memberikan pendapatnya
seperti mantan wakil presiden Jusuf Kalla, yang berpendapat bahwa upaya bangsa
Indonesia untuk bangkit dari keterbelakannya harus dimulai oleh
kepemimpinan/leadership yang tegas dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang
sifatnya membangun semangat warga negara untuk sadar akan posisinya sebagai
pilar penting pembangunan. Pendapat lain dari pakar hukum pidana Prof.Dr.
J.Sahetapi (wawancara Metro TV),beranggapan bahwa masalah serius yang dialami
bangsa ini untuk menjadi bangsa maju ialah karena mental para pemimpin, aparat

12
yang sudah sesuai dengan norma-norma negara yang ada. Pendapat lainnya dari
Syamsul Ma‟arif (Tabloid Nasdem), yang beranggapan bahwa bangsa indonesia
sudah tidak lagi melihat UUD 1945 sebagai dasar arah pembangunan, di mana yang
terjadi menurutnya bahwa beberapa kewajiban-kewajiban pemerintah yang ada pada
beberapa pasal sudah tidak dijalankan lagi oleh pemimpin-pemimpin bangsa ini.
Jika melihat beberapa pendapat di atas bahwa masalah kepemimpinan sangat
mempengaruhi bangsa ini dalam mencapai pembangunan yang diimpikan di negara
ini, selain itu faktor mental khususnya para pejabat-pejabat pemerintah kita
kemudian juga sangat menentukan untuk kembali menata arah-arah dalam
memajukan bangsa. Dengan melihat beberapa fenomena yang terjadi di bangsa ini
maka penulis menyimpulkan bahwa ada beberapa masalah yang menghambat
kemajuan bangsa khususnya dalam bidang pembangunan, yang pertama di bidang
politik bahwa tidak dipungkiri bahwa kompleksitas perpolitikan yang sedang terjadi
di negara ini sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan pembangunan di Indonesia
di mana pengaruh politisasi yang terjadi kemudian melahirkan kebijakan-kebijakan
yang tidak efektif dalam arah pembangunan. Adanya pengaruh politisasi ini
kemudian menjadi suatu ajang jual beli bagi para pihak-pihak yang memiliki peran
ataupun kewenagan yang kuat untuk kemudian mengambil keuntungan dalam proses
kebijakan pembangunan. Mereka kemudian menetapkan langkah-langkah yang tidak
berorientasi pada kepentingan negara melainkan untuk kepentingan mereka masing-
masing. Selanjutnya di bidang ekonomi, walaupun pemerintah telah mengungkapkan
bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi telah mengalami peningkatan hingga 6,7%
namun sebenarnya itu hanya secara makro, pemerintah kemudian lalai dalam
meningkatkan pemerataan untuk setiap warga Negaranya, di mana data terkhir BPS
bahwa tingkat penduduk miskin indonesia masih tinggi yakni 34 juta jiwa lebih dari
penduduk indonesia sebesar 240 juta jiwa.
Faktor lainnya ialah tingkat pengangguran yang masih nampak serta tidak
dibarengi oleh penyediaan lapangan kerja untuk para penganggur di negara kita,
selanjutnya masih dalam konteks ekonomi bahwa masalah privatisasi dan
swastanisasi oleh perusahaan-perusahaan asing yang sangat merugikan bangsa
indonesia, yang mungkin menjadi ironi bahwa pemerintah kita seakan terhipnotis
dengan keadaan-keadan seperti ini, di mana pemerintah seakan tidak mempunyai
daya upaya untuk meninjau kembali MOU atau kontrak kerja dengan pihak asing
tentang sistem bagi hasil, makin parah ketika kita dengan kekayaan alam yang
melimpah tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh bangsa ini dikarenakan
ketidaksiapan dan ketersediaan putra-putri bangsa dalam mengelola oleh karena
kapasitas baik itu pendidikan, keterampilan dan keahlian untuk dapat bersaing
dengan tenaga-tenaga asing yang dimiliki oleh perusahaan swasta. Hal lain yang
membuat bangsa kita tertinggal jauh dalam hal kemampuan untuk memproduksi

13
sistem tekhnologi dalam rangka upaya untuk mengahsilkan produksi-produksi yang
berskala industri.
Hal lain seperti di bidang mental para pemimpin-pempin, pejabat-pejabat dan
pegawai-pegawai pemerintahan yang sangat menghancurkan karakter bangsa.
Beberapa kasus KKN merupakan faktor yang sangat mempunyai pengaruh besar
dalam proses kemajuan bangsa Indonesia itu sendiri. Dana APBN menurut laporan
keuangan Negara yang habis dikorupsi setiap tahunnya mencapai triulanan lebih.
Sungguh merupakan sesuatu yang sangat disayangkan bila dana negara kemudian
habis terpakai oleh segelintir oknum yang berorientasi memperkaya diri sendiri
ketimbang memanfaatkan dana itu untuk mengelola beberapa potensi yang ada di
negara ini secara profesional dan proporsional guna menghasilkan suatu keuntungan
besar yang tentunya akan sangat besar, dan beberapa permasalahan mental lain
seperti krisis kepemimpinan untuk para pejabat bahkan pemimpin Negara ini yang
menjadikan big problem di Indonesia. Aspek lain yang kemudian menghambat
proses jalannya pembangunan secara efektif di indonesia adalah rendahnya
penegakan hukum atau penegakan supremasi hukum di negara ini sejalan dengan
kasus-kasus korupsi yang terjadi bahwa kemudian fakta bahwa hukum tidak berjalan
sesuai dengan norma-norma hukum itu sendiri, adanya pembayaran, sogokan dan
suap menjadikan hukuman untuk para koruptor di Indonesia sangat ringan, hal inilah
yang sangat disayangkan dalam rangka pencapaian pembangunan khususnya
pembangunan karakter bangsa.

G. Keterkaitan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Indonesia dalam


perspektif Teori Pembangunan
1. Perspektif Modernisasi
Dalam bagian ini penulis akan memberikan gambaran mengenai kondisi
perkembangan pembangunan di Indonesia dari beberapa teori-teori pembangunan.
Jika kita melihat kembali ke teori modernisasi bahwa tahap perkembangan
pembangunan di Indonesia yang sejalan dengan pendapat para ahli teori modernisasi
yang mengungkapkan bahwa kemiskinan kemudian terjadi sebagai akibat dari faktor-
faktor internal dari bangsa itu sendiri. Para ahli modernism kemudian berpendapat
bahwa Negara-negara miskin memerlukan bantuan negara-negara kaya untuk
mempercepat proses pembangunan mereka, bantuan yang diberikan kemudian ialah
bantuan modal, tekhnologi dan pendidikan. Nah hal inilah yang kemudian yang
terjadi di Indonesia khususnya pada masa Pasca perang dunia kedua (1945) banyak
negara-negara di belahan Benua Asia dan Afrika memanfaatkan moment ini untuk
memerdekakan diri, diantaranya adalah Indonesia, Thailand dan Korea Selatan.
Kondisi yang dialami oleh negara-negara tersebut bisa dikatakan sama, yaitu
memulai pembangunan dibidang ekonomi, hal ini dilakukan diakibatkan hancurnya

14
fondasi ekonomi mereka diakibatkan lamanya penjajahan serta imbas kehancuran
infra struktur akibat dari perang Dunia II.
Selanjutnya guna membiayai semua itu, tidak ada pilihan lain bagi negara-
negara tersebut untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional mereka kecuali
melalui Penanaman Modal Asing (PMA) dan bantuan dana/hutang luar negeri(teori
modernisasi Harrod-Domar, Rostow), misalnya melalui Bank Dunia, IMF, negara-
negara G-7 dan lain-lain.hal tersebut dipermudah dengan konstalasi pertarungan
ideologi dan teori antara kapitaisme yang dimotori oleh amerika dan sosialisme yang
dimotori oleh Uni Sovyet/Rusia. Pertarungan guna mendapatkan simpati dari negera-
negara tersebut mengakibatkan Bantuan asing dengan mudah mengalir.
Selajutnya pada masa orde baru di era kepemimpinan Soeharto indonesia
pernah memasuki yang pada saat itu dikatakan sebagai prakondisi lepas landas
bangsa indonesia, walapun diketahui bahwa pada saat itu indonesia telah memiliki
utang luar negeri yang sangat banyak. Hal ini kemudian mencirikan pengaruh teori
modernisasi yang terjadi di Indonesia pada saat itu yang diungkapkan oleh rostow
dalam lima tahap pembangunannya.
Jika dikaitkan dengan fenomena kekinian seperti gambaran mengenai
kekayaan alam yang melimpah yang dimiliki oleh bangsa kita hubungannya dengan
gambaran mengenai kekayaan alam yang melimpah di Indonesia dengan teori
modernisasi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bangsa indonesia kemudian
belum bisa keluar dari faktor internal bangsa sebagaimana dijelaskan dalam
pandangan modernisasi bahwa indonesia masih mengalami kemiskinan dalam hal
pendidikan, modal dan tehnologi yang sangat diperlukan untuk mengelola potensi-
potesi yang ada.
2. Perspektif keterbelakangan
Lahirnya teori keterbelakangan oleh para ahli seperti Baran, Frank, Presbich
dan dos santos memberikan penjelasan bagaimana kemiskinan yang dialami oleh
bangsa-bangsa di Negara yang sedang berkembang merupakan akibat dari sitem
ekonomi dunia yang tidak seimbang, di mana kelompok negara kuat mengeksploitasi
negara-negara yang lebih lemah.
Lebih lanjut sebagaimana yang diungkapkan oleh Baran dan Frank bahwa
ketimpangan ekonomi dunia merupakan hasil dominasi ekonomi oleh negara-negara
kapitalis/industri. Pembangunan dan keterbelakangan sangat memperlihatkan
kekuatan negara-negara pemilik modal dengan negara-negara dunia ketiga yang
semakin menjauhkan perbedaan antara negara penguasa dengan negara miskin.
Jika dikontekskan untuk indonesia dapat terlihat bahwa era pasca
kemerdekaan perekonomian Indonesia sangat terpuruk sebelum memasuki era orde
baru di mana pemerintah Indonesia dapat dikatakan baru memulai membangun
sistem ekonomi dikarenakan peninggalan penjajah sangat merugikan kondisi bangsa
ditambah lagi utang-utang belanda yang kemudian harus dibayar oleh Indonesia.

15
sehingga pada saat itu dapat terlihat bahwa Indonesia sangat miskin dalam sisi
modal.Jika dikontekskan dengan fenomena tentang kekayaan alam indonesia yang
melimpah namun indonesia masih tetap miskin penulis berkesimpulan bahwa tingkat
persaingan ekonomi dengan negara lain khususnya negara-negara dunia pertama
sangat jauh hal ini dikarenakan bahwa potensi yang ada tersebut kemudian tidak
dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia, hal ini dikarenakan sebagaimana faktor-faktor yang dijelaskan
sebelumnya (Konsep Persbich), bahwa bangsa kita hanya sebgai penghasil barang
mentah yang kemudian harus mengekspor dengan pendapatan yang kecil dibanding
dengan barang hasil industri yang kemudian diimpor kembali ke negara kita dengan
biaya yang lebih tinggi. Sehingga pada akhirnya ketimpangan antar negara kaya dan
miskin sesuai dengan teori keterbelakangan masih selalu membayangi.

3. Perspektif Ketergantungan
Mungkin teori ketergantungan merupakan suatu teori yang sangat
berhubungan dengan Negara kita saat ini, seperti yang dijelaskan oleh Evans bahawa
ada Bentuk ketergantungan yang ditandai oleh adanya aliansi antara kapitalis
internasional, kapitalis domestik, dan pemerintah. Evans menyebut aliansi ini sebagai
“triple alliance.” Di dalam aliansi ini, pemerintah memainkan peranan yang
menentukan dalam mengatur aliansi antara kapitalis lokal dengan kapitalis
internasioanal (fungsi regulasi). Dalam hal ini, pemerintah menggunakan kekuasaan
ekonominya yang besar yang ditunjang oleh otoritas politik untuk mengatur dan
mengarahkan pembangunan nasional. Pemerintah hendaknya memiliki kemampuan
untuk mencegah terjadinya pengerukan keuntungan oleh perusahaan-perusahaan
transnasional (PTN) yang mengorbankan kapitalis lokal. Namun demikian, proses
interaksi di dalam aliansi tiga pihak ini selanjutnya menjadi kompleks, karena
masing-masing pihak memiliki kepentingan yang dapat mengarah ke situasi konflik.
Teori ketergantungan yang seperti yang diungkapkan oleh cardoso bahwa
pembangunan di dunia ketiga bisa saja terjadi tetapi sangat ditentukan oleh struktur
dari negara pusat, dalam artian ketergantungan indonesia akan terus terjadi di mana
sistem pemberian modal asing adalah suatu keharusan yang akan diberikan oleh
negara-negara pusat dengan asumsi untuk membantu Indonesia untuk maju padahal
sebaliknya ini merupakan jalan bagi negara-negara maju untuk masuk indonesia
dalam rangka proses imperialisme model baru.
Jika mencermati apa yang telah dijelaskan oleh evans dikaitkan dengan
fenomena Indonesia yang masih miskin padahal memiliki kekayaan alam yang
melimpah maka dapat diketahui bahwa pemerintah kemudian memiliki kewenangan
untuk mengatur secara baik katakanlah potensi kekayaan alam yang melimpah
namun yang terjadi kemudian bahwa aliansi yang dimaksud evans kemudian tidak

16
berjalan dikarenakan adanya kepentingan-kepentingan yang berorientasi keuntungan
pribadi antara tripple alliance tersebut. Contoh kasus seperti tambang emas freeport
yang selalu mengalami konflik internal dikarenakan kesenjangan-kesenjangan yang
terjadi di perusahaan emas terbesar itu, ketika pemerintah ingin memasuki area yang
berkaitan dengan kebijakan kebijakan strategis yang terjadi adalah perhitungan
keuntungan yang sebenarnya sangat merugikan Negara, dengan devisa yang
dihasilkan hanya 2% pertahunnya membuat suatu kerugian besar bagi bangsa kita.
4. Perspektif World System Theory
Teori sistem dunia (TSD) oleh Emmanuel Wallerstain,mengajukan konsep
international division of labor dimana setiap negara memiliki fungsi masing-masing
sesuai dengan posisi mereka di dalam sistem ekonomi dunia. Menurut TSD struktur
ekonomi dunia terdiri atas kelompok negara-negara pusat (core), semi-pinggiran
(semi periphery) dan pinggiran (periphery). Jika melihat dengan fenomena yang
terjadi di Indonesia bahwa TSD sedang berlangsung di Indonesia di mana negara-
negara pusat menguasai dominasi pasar bahan mentah pada skala global katakanlah
Cina, Amerika dan lain-lain yang kemudian memprosesnya menjadi barang jadi dan
mengekspor ke negara-negara lain termasuk indonesia yang notabene sebagai
pengekspor bahan-bahan mentah tadi. Tentunya hal ini merugikan buat Indonesia
yang menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang terpinggirkan di mana Indonesia
kemudian terkondisikan dengan menjadi eksportir ke negara-negara industri yang
tentunya lebih menguntungkan negara industri tersebut. Sekali lagi ketidakmampuan
bangsa kita untuk menghasilkan produksi industri menjadi suatu ketidakmampuan
bangsa kita untuk bangkit.
5. Kebijakan-kebijakan yang Perlu dilakukan
Beberapa hal yang kemudian perlu dilakukan oleh bangsa kita untuk
memanfaatkan potensi kekayaan alam yang melimpah dalam proses pembangunan di
Indonesia adalah :
a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan cara peningkatan
pendidikan, keahlian dan keterampilan bagi para pegawai, karyawan, pekerja
dan mahasiswa/mashasiswi dalam bidang masing-masing, yang dipersiapkan
untuk pengelolaan bidang-bidang atau potensi-potensi kekayaan alam
tertentu.
b. Perlunya kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong sistem
perekonomian berbasis kemasyarakatan dengan memberikan partisipasi yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat untuk ikut dalam proses pembangunan
c. Reformasi dan revitalisasi BUMN untuk menuju konsep industrialisasi
produk, dalam artikel ivan lipio mengungkapkan bahwa Faktor-faktor yang
menjadi penghambat industri di Indonesia meliputi : Keterbatasan teknologi
di mana dijelaskan bahwa Kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang
teknologi menghambat efektifitas dan kemampuan produksi. Selanjutnya

17
ialah Kualitas sumber daya manusia. Terbatasnya tenaga Profesional di
Indonesia menjadi penghambat untuk mendapatkan dan mengoperasikan alat
alat dengan teknologi terbaru. Dan yang terakhir adalah Keterbatasan dana
pemerintah yang mana dijelaskan bahwa Terbatasnya dana pengembangan
teknologi oleh pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur dalam bidang
riset dan teknologi.
d. Peningkatan sistem tekhnologi informasi dan sistem komputerisasi
e. Peningkatan fasilitas tekhnologi penunjang sistem industrialisasi
f. Kebijakan pembatasan ekspor bahan-bahan atau kekayaan alam yang dapat
diproduksi di Indonesia.
g. Minimalisir produk impor yang dianggap kurang bermanfaat untuk
masyarakat Indonesia dan manfaatkan produk lokal yang ada.
h. Perlunya kebijakan pemerintah untuk merevisi kontrak kerja dengan
perusahaan-perusahaan asing yang lebih menguntungkan pihak swasta.
i. Perlunya keberanian khususnya para pemimpin Negara untuk berinisiatif dan
mengaktualisasi kebijakan nasionalisasi di sektor migas dan pertambangan.
j. Pembinaan mental dan perubahan pola pikir pemerintah akan pentingnya
pembangunan berbasis kemajuan Negara.
Selanjutnya seperti yang dijelaskan William Overvolt memberikan sejumlah
daftar tentang strategi umumnya yang dicapai negara industri baru khususnya di Asia
dan Pasifik, di mana ia mengungkapkan beberapa faktor yang mendorong
pertumbuhan ekonomi Asia.
a. Merangsang kebangsaan, jika diperlukan mempertentangkannya dengan
kekuatan negara maju. Nation building atau pembangunan bangsa merupakan
salah satu tugas berat yang dilaksanakan negara-negara baru di Asia. Mereka
harus membangkitkan perasaan kebangsaan untuk mendorong terjadinya
persatuan. Dengan perasaan senasib sepenanggungan, maka anggota
masyarakat makin solid. Apabila pihak berkuasa menciptakan “musuh” dari
luar maka dengan mudah masyarakat akan bersatu demi pembangunan
ekonomi dalam melawan musuh itu.
b. Menindas kelompok penekan yang menyebabkan patronisme, korupsi dan
inflasi.Berbagai kelompok dalam masyarakat yang berperan sebagai
kelompok penekan sering menimbulkan masalah baru. Mereka kadang-
kadang menumbuhkan pola patron klien yang kemudian membuka peluang
lahirnya praktek-praktek korupsi.
c. Menyesuaikan diri dengan standar yang ditetapkan negara-negara industri
maju dalam rangka mencari modal. pasar dan teknologi. Negara industri baru
dalam memacu ekspor dan memasuki pasar asing mereka meniru standar
yang diberlakukan oleh negara maju. Mereka pun mendesain industrinya
yang sesuai dengan apa yang dicapai negara maju.

18
d. Menata agar anggaran militer rendah sedangkan anggaran pembangunan
tinggi.Pada masa pertumbuhan ekonomi tinggi selama tiga dekade terakhir,
banyak negara industri baru tidak membesar-besarkan anggaran militer
karena dianggap menyedot anggaran. Pada masa pertumbuhan itu, militer
berperan untuk menjaga tidak terjadi ancaman dari luar.Namun demikian
terlihat bahwa begitu pendapatan itu naik maka ada keinginan dari militer
untuk memperbarui persenjataannya.
e. Mengalihkan diri pada pertumbuhan yang disebabkan ekspor.Semua negara
industri baru bisa tumbuh cepat karena memacu ekspor. Jenis ekspor masih
berupa barang setengah jadi atau barang manufaktur yang masih sederhana
sifatnya seperti sepatu atau televisi. Indonesia dan Malaysia memacu ekspor
hasil alam.
f. Reformasi pemerataan pendapatan:Jalan yang ditempuh antara lain dengan: –
reformasi pembagian tanah (land reform)- industri padat karya (buruh murah,
tekstil, pertanian dan barang elektronik)- investasi besar-besaran di bidang
pendidikan.
g. Menghadapi kelompok kiri dengan reformasi merakyat. Langkah yang benar
dalam pertumbuhan: berikan massa rakyat keterlibatan dalam masyarakat.
Sebagian dari negara-negara industri baru menghadapi persoalan
pemberontakan komunis yang diakibatkan oleh pertarungan negara adidaya
pada waktu Perang Dingin. Pemerintah negara-negara di Asia menawarkan
pembangunan ekonomi untuk memangkas dan memberantas pertumbuhan
ajaran komunis yang dimotori Cina dan sekutunya. Setelah Uni Soviet bubar
tahun 1991, maka ajaran komunis mulai melunak. Bahkan Cina telah
menyesaikan diri dengan ajaran kapitalisme yang selama ini ditentangnya.
Pembangunan ekonomi Cina mengandalkan bantuan Barat untuk teknologi
dan investasinya.
h. Menciptakan perusahaan yang besar dan modern untuk menjamin tercapainya
target perdagangan. Di beberapa negara seperti di Korea Selatan, perusahaan
besar keluarga diciptakan untuk memacu industrialisasi. Perusahaan
konglomerat ini yang di Korsel disebut Chaebol menjadi mesin pertumbuhan
ekonomi yang dapat diandalkan. mendapatkan teknologi, modal dan
perdagangan dari perusahaan multinasional dan bank internasional.
Menggunakan teknokrat dan para pemimpin nasionalis untuk
memaksimalkan keuntungan bagi negara.
i. Meniti tangga yang dimulai dengan sektor padat karya seperti pertanian dan
bahan mentah, industri tekstil dan sepatu, industri ringan seperti pabrik
televisi dan industri teknologi tinggi.
j. Penggunaan alat-alat autoritarian, jika diperlukan, untuk mencapai tujuan
pembangunan ekonomi. Kadang-kadang karena ingin memelihara stabilitas,

19
pemerintah bersikap kaku dan keras sehingga timbul kesan adanya
autoritarian dalam pemerintah. Sikap pemerintah yang autoritarian itu untuk
tingkat tertentu berhasil keberhasilan pembangunan ekonomi. Akan tetapi,
dalam situasi dimana proses demokratisasi makin luas, sikap otoriter
pemerintah makin keinggalan.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Ditinjau dari perspektif teori pembangunan ada beberapa teori yang
kemudian sejalan dengan perkembangan pembangunan di Indonesia,
seperti teori modernisasi yang dapat digambarkan bahwa bangsa
Indonesia kemudian belum bisa keluar dari faktor internal bangsa
sebagaimana dijelaskan dalam pandangan modernisasi bahwa Indonesia
masih mengalami kemiskinan dalam hal pendidikan, modal dan teknologi
yang sangat diperlukan untuk mengelola potensi-potensi yang ada.
2. Selanjutnya yang berkaitan dengan teori keterbelakangan bahwa hingga
hari ini Indonesia masih termasuk Negara yang belum mampu untuk
memproduksi bahan mentah menjadi barang jadi untuk menuju Negara
Industri. Sedangkan teori ketergantungan bagi bangsa Indonesia
menjelaskan bagaimana adanya sistem yang saling menguntungkan antara
para kelas termasuk pemerintah dengan negara-negara maju yang menjadi
suatu kewajiban, sehingga menjadi penghambat proses kemajuan
khususnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia. dan selanjutnya bahwa
World system theory kemudian dijelaskan sebagai teori yang saat ini
sedang berlangsung di Indonesia di mana Indonesia berada dalam negara
pinggiran yang diharuskan untuk selalu mensuplai/eksportir bahan
mentah dan kemudian mengimpor barang produksi dari Negara maju
dengan biaya yang lebih mahal.

B. Saran
1. Pertumbuhan ekonomi pada zaman sekarang ini berdampak pada
kehidupan penduduk suatu negara. Semuanya ini berpengaruh pada
kesejahteran rakyat banyak. Oleh karena itu pemerintah harus
memperbaiki beberapa sektor yaitu pengangguran, sumber daya manusia,
inflasi, korupsi dan kemiskinan agar tingkat pertumbuhan ekonomi lebih
baik.
2. Partisipasi aktif masyarakat sipil juga sangat diperlukan dalam proses
pembangunan negara baik di tingkat pusat maupun daerah provinsi,
kabupaten/kota, distrik dan kampung. Hal ini menuntut kesadaran dan
semangat masyarakat sipil seutuhnya sebagai warga Negara yang turut
bertanggung jawab dalam proses pembangunan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Badruddin, Syamsiah. Teori dan Indikator Pembangunan. Jakarta: Yayasan
Obor, 2009.
Budiman, Arief. (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta : PT. Gramedia
Pustakan Utama .
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta.
Drs.Subandi,M.M.2005.Sistem Ekonomi Indonesia. Alfabeta Bandung
Kencana Syafiie, Inu. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
MPR RI. 1999. Tap. MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara 1999 – 2004 . MPR RI, Jakarta.
Nasution, Zulkarimen. Komunikasi Pembangunan (Pengenalan Teori dan
Penerapannya).Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Nugroho, Iwan dan Rokhimin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah perspektif
Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Jakarta. LP3ES
Safril, dkk. 2003. Ekonomi dan Pembangunan. Bumi Aksara, Jakarta.
Soedjito S. (1991). Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri; Yogyakarta:
PT Tiara Wacana Yogya
Sukirno, Sadono. Beberapa Apek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1982.
T, Moeljarto. Politik Pembangunan (Sebuah Analisis Konsep, Arah dan Strategi).
Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1995.
Tikson, Deddy T. (2005). Keterbelakangan dan Ketergantungan, Teori Pembangunan
Di Indonesia, Malaysia dan Thailand. Makassar. Ininnawa
Tikson, Deddy T. (2005). Modul Teori Pembangunan, Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
Internet:
http://marchtavaissta.wordpress.com/2012/04/20/perkembangan-strategi-dan-
perencanaan
http://putriiaulia17.blogspot.com/2015/10/makalah-teori-pembangunan.html
http://www.dosenpendidikan.com/21-pengertian-pembangunan-menurut-para-ahli-
terlengkap/ pembangunan-ekonomi-indonesia/
http://www.yohanli.com/upaya-pemerataan-pembangunan.html
http://yasser-ampa.blogspot.com/2012/01/defenisi-teori-pembangunan-dan-teori.html
https://dhidogiya.wordpress.com/ekonomi-pembangunan/potret-pembangunan-
ekonomi-di-indonesia/
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/perekonomian_indonesia/bab2-
perkembangan_strategi_dan_perencanaan_pembangunan_ekonomi_indonesia.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai