Anda di halaman 1dari 27

PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR DI KECAMATAN BANGIL

KABUPATEN PASURUAN SEBAGAI KAWASAN BUDIDAYA


PERIKANAN AIR TAWAR

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah
Geografi Pengembangan Wilayah
Yang dibimbing oleh Bapak Ardyanto Tanjung

Oleh
Defi Dwi Puspitasari
140721604196

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PRODI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
APRIL 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan wilayah merupakan suatu usaha pembangunan suatu
wilayah dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang dimiliki melalui pendekatan yang mencakup aspek fisik, ekonomi,
sosial, budaya, dan lingkungan hidup. Dalam pengembangan suatu wilayah
diperlukan kebijakan dan peraturan untuk mengendalikannya agar tidak terjadi
kesenjangan dan permasalahan pada wilayah tersebut. Pengembangan wilayah
berorientasi pada isu dan permasalahan pokok wilayah yang saling berkaitan.
Dimensi ruang (spasial) mempunyai arti penting dalam konteks pengembangan
wilayah, karena ruang yang terbatas dapat menciptakan konflik namun juga dapat
membawa kemajuan bagi individu dan masyarakat.
Dalam Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang tata
ruang sebagai wujud struktur ruang dan pola ruang, baik yang direncanakan
maupun tidak. Hal ini berarti bahwa suatu penataan ruang wilayah mempengaruhi
adanya pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah sendiri ditujukan untuk
menyerasikan dan mensinkronisasikan berbagai kegiatan pembangunan sektor dan
wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang ada di dalamnya
dapat mendukung kehidupan masyarakat secara optimal sesuai dengan tujuan dan
sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan.
Kabupaten Pasuruan memiliki berbagai potensi daerah yang dapat
dikembangkan. Berbagai potensi daerah tersebut antara lain meliputi sektor
industri, pertanian, perikanan, perkebunan, dan lain-lain. Berdasarkan keadaan
geologisnya wilayah Kabupaten Pasuruan terbagi menjadi 3 bagian yaitu daerah
pegunungan dan berbukit dengan ketinggian 186 2700 mdpl yang membentang
dari wilayah Tutur, Purwodadi, dan Prigen, daerah dataran rendah, dan daerah
pantai yang membentang dari timur yaitu Kecamatan Lekok, Kraton, Rejoso, dan
Bangil. (Bappeda, Kabupaten Pasuruan).
Pemanfaatan pesisir di wilayah Bangil telah didukung dengan adanya
perencanaan terpadu dalam memberi pedoman agar tidak terjadi konflik antara
berbagai kebutuhan yang berasal dari pemerintah industri, masyarakat umum dan

keperluan pengembangan wilayah. Bahkan di wilayah ini telah terdapat balai


pengembangan budidaya air payau yang dibangun oleh pemerintah agar
pemanfaatan perikanan air payau dapat berkembang dengan tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengembangan wilayah Kabupaten Pasuruan berdasarkan lima
pilar pengembangan wilayah?
2. Bagaimana potensi yang berada di kawasan pesisir Kecamatan Bangil?
3. Apakah pemanfaatan ruang di Kecamatan Bangil telah sesuai dengan
RTRW?

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengembangan Wilayah
Pengembangan

wilayah

merupakan

strategi

memanfaatkan

dan

mengkombinasikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal


(peluang dan tantangan) yang ada sebagai potensi dan peluang yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi wilayah akan barang dan jasa yang
merupakan fungsi dari kebutuhan baik secara internal maupun eksternal wilayah.
Faktor internal ini berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber
daya teknologi, sedangkan faktor eksternal dapat berupa peluang dan ancaman
yang muncul seiring dengan interaksinya dengan wilayah lain.
Menurut Rustiadi, et al. (2011) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit
geografis dengan batas-batas spesifik tertentu di mana komponen-komponen
wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara fungsional. Sehingga
batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat
dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup komponen biofisik alam,
sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk kelembagaan.
Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia dengan
sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis
tertentu.
Pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan wilayah di Indonesia
sangat beragam karena dipengaruhi oleh perkembangan teori dan model
pengembangan wilayah serta tatanan sosial-ekonomi, sistim pemerintahan dan
administrasi pembangunan. Pendekatan yang mengutamakan pertumbuhan tanpa
memperhatikan lingkungan, bahkan akan menghambat pertumbuhan itu sendiri
(Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2003). Pengembangan wilayah dengan
memperhatikan potensi pertumbuhan akan membantu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi

berkelanjutan

melalui

penyebaran

penduduk

lebih

rasional,

meningkatkan kesempatan kerja dan produktifitas (Mercado, 2002).


Menurut Alkadri (2001) pengembangan adalah kemampuan yang
ditentukan oleh apa yang dapat dilakukan dengan apa yang dimiliki untuk
meningkatkan kualitas hidup. Kata pengembangan identik dengan keinginan

menuju perbaikan kondisi disertai kemampuan untuk mewujudkannya. Pendapat


lain bahwa pengembangan adalah suatu proses untuk mengubah potensi yang
terbatas sehingga mempengaruhi timbulnya potensi yang baru, dalam hal ini
termasuk mencari peluang yang ada dalam kelompok-kelompok yang berbeda
yang tidak semuanya mempunyai potensi yang sama (Budiharsono, 2002).
Pada umumnya pengembangan wilayah mengacu pada perubahan
produktivitas wilayah, yang diukur dengan peningkatan populasi penduduk,
kesempatan kerja, tingkat pendapatan, dan nilai tambah industri pengolahan.
Selain definisi ekonomi, pengembangan wilayah mengacu pada pengembangan
sosial, berupa aktivitas kesehatan, pendidikan, kualitas lingkungan, kesejahteraan
dan lainnya. Pengembangan wilayah lebih menekankan pada adanya perbaikan
wilayah secara bertahap dari kondisi yang kurang berkembang menjadi
berkembang, dalam hal ini pengembangan wilayah tidak berkaitan dengan
eksploitasi wilayah.
Tujuan pengembangan wilayah mengandung 2 (dua) sisi yang saling
berkaitan yaitu sisi sosial dan ekonomis. Dengan kata lain pengembangan wilayah
adalah merupakan upaya memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan
kemudahan prasarana dan pelayanan logistik dan sebagainya (Triutomo, 2001).
Pengembangan wilayah dalam jangka panjang lebih ditekankan pada pengenalan
potensi sumber daya alam dan potensi pengembangan lokal wilayah yang mampu
mendukung (menghasilkan) pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan sosial
masyarakat, termasuk pengentasan kemiskinan, serta upaya mengatasi kendala
pembangunan yang ada di daerah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam rencana pembangunan
nasional, pengembangan wilayah lebih ditekankan pada penyusunan paket
pengembangan wilayah terpadu dengan mengenali sektor strategis (potensial)
yang perlu dikembangkan di suatu wilayah (Friedmann & Allonso, 2008).
Sedangkan pengembangan wilayah sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen
tertentu seperti (Friedman and Allonso, 2008):
a. Sumber daya lokal. Merupakan kekuatan alam yang dimiliki wilayah
tersebut seperti lahan pertanian, hutan, bahan galian, tambang dan

sebagainya. Sumber daya lokal harus dikembangkan untuk dapat


meningkatkan daya saing wilayah tersebut.
b. Pasar. Merupakan tempat memasarkan produk yang dihasilkan suatu
wilayah sehingga wilayah dapat berkembang.
c. Tenaga kerja. Tenaga kerja berperan dalam pengembangan wilayah
sebagai pengolah sumber daya yang ada.
d. Investasi. Semua kegiatan dalam pengembangan wilayah tidak terlepas
dari adanya investasi modal. Investasi akan masuk ke dalam suatu
wilayah yang memiliki kondisi kondusif bagi penanaman modal.
e. Kemampuan pemerintah. Pemerintah merupakan elemen pengarah
pengembangan wilayah. Pemerintah yang berkapasitas akan dapat
mewujudkan pengembangan wilayah yang efisien karena sifatnya
sebagai katalisator pembangunan.
f. Transportasi dan Komunikasi. Transportasi dan komunikasi berperan
sebagai media pendukung yang menghubungkan wilayah satu dengan
wilayah lainnya. Interaksi antara wilayah seperti aliran barang, jasa
dan informasi akan sangat berpengaruh bagi tumbuh kembangnya
suatu wilayah.
g. Teknologi. Kemampuan teknologi berpengaruh terhadap pemanfaatan
sumber daya wilayah melalui peningkatan output produksi dan
keefektifan kinerja sektor-sektor perekonomian wilayah.
Pengembangan wilayah adalah upaya pembangunan dalam suatu wilayah
administratif atau kawasan tertentu agar tercapai kesejahteraaan (people property)
melalui pemanfaatan peluang-peluang dan pemanfaatan sumber daya secara
optimal, efisien, sinergi dan berkelanjutan dengan cara menggerakkan kegiatankegiatan ekonomi, penciptaan iklim kondusif, perlindungan lingkungan dan
penyediaan prasarana dan sarana. Pada dasarnya komponen utama untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah adalah kemajuan
ekonomi wilayah bersangkutan.

B. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010


tentang Perencanaan Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada tahun 2009 2029
wilayah pesisir Kabupaten Pasuruan akan dikembangkan dengan beberapa
peraturan dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah daerah,
diantaranya yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4433);
2. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
3. Pasal 1 ayat 31 yang berbunyi Kawasan Minapolitan adalah Kawasan
yang membentuk kota perikanan, yang memudahkan masyarakat untuk
bisa membudidayakan perikanan darat dan/atau tangkap, dengan
kemudahan

memperoleh

benih

melalui

unit

perbenihan

rakyat,

pengelolaan ikan, pasar ikan dan mudah mendapatkan pakan ikan, yang
dikelola oleh salah satu kelompok yang dipercaya oleh pemerintah.
4. Pasal 10b : Pengembangan kawasan budidaya melalui optimasi fungsi
kawasan pada
perkebunan,

kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan


kawasan

perikanan,

kawasan

peternakan,

kawasan

pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan tujuan pariwisata


dan daya tarik wisata, kawasan permukiman, serta kawasan perdagangan,
dalam mendorong ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
5. Pasal 12d : Mengembangkan kawasan perikanan

dengan

mengoptimalisasikan kawasan perikanan tangkap di bagian utara


Kabupaten Pasuruan melalui pengembangan tempat pendaratan ikan (TPI),
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), serta mendorong pengembangan
budidaya perikanan tambak/air tawar sebagai salah satu sektor
perekonomian yang mulai berkembang yang difasilitasi oleh adanya
industri pengolahan perikanan, sedangkan pengembangan perikanan air
tawar lainnya dikembangkan menyebar sesuai potensi yang ada pada
peruntukkan pertanian lahan kering, danau, kolam, saluran irigasi/sungai,
sangat didorong pembentukan dan pengembangan cluster sentra perikanan,

serta dibatasi/terbatas pada peruntukkan pertanian lahan basah (sistem


mina padi) sebagai embrio minapolitan perikanan tangkap dan budidaya
6. Pasal 13 ayat 2 : Kebijakan pengembangan Kawasan Pesisir dan Ruang
Terbuka Hijau sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a memuat:
a. Pengembangan kawasan pesisir sesuai dengan fungsi sebagai
penopang kelestarian lingkungan hidup dan mendorong pertumbuhan
wilayah melalui pelestarian sumberdaya pesisir dan mendorong
perkembangan fungsi budidaya pesisir untuk perikanan, permukiman,
pariwisata, dan prasarana perhubungan;
b. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau melalui penetapan dan
peningkatan kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) secara
optimal, berdayaguna dan berhasilguna pada kawasan perkotaan
maupun perdesaan, serta mengutamakan ketersediaan ruang terbuka
hijau privat dan ruang terbuka hijau publik secara proporsional.
7. Pasal 32 ayat 3d 6 : Pengembangan perikanan/tambak/perikanan darat
8. Pasal 46 ayat 5a : Mendorong pembentukan sentra-sentra kawasan
pertanian khusus dengan pendekatan spasial meliputi Kawasan Sentra
Pertanian Lahan Basah (sawah) atau Kawasan Sentra lahan pertanian
tanaman

pangan

abadi;

Kawasan

Sentra

Pertanian

Tanaman

Perkebunan/Tanaman Tahunan dan Tanaman Semusim; Kawasan Sentra


Pertanian Tanaman Hortikultura; Kawasan Sentra Peternakan (per jenis);
serta Kawasan Sentra Perikanan (Perikanan budidaya air tawar, Perikanan
Budidaya Air Payau, dan Perikanan Budidaya Laut), yang tidak boleh
dilakukan alih fungsikan dan dijamin oleh Pemerintah. Yang kesemuanya
harus tercakup dalam suatu kawasan yang sinergi dan selaras mendukung
pertanian yaitu Kawasan Agropolitan.
9. Pasal 46 ayat 8 : Rencana pengembangan kawasan perikanan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 44 huruf d, dibagi dalam dua kelompok yakni
kelompok kawasan perikanan darat yang dikembangkan di kolam, sungai,
tambak, karamba, danau dan sawah (mina padi), serta kelompok perikanan
laut, dengan arahan pengembangan kawasan perikanan, diantaranya:
a. Pengembangan perikanan kolam dan sungai direncanakan terdistribusi
merata di seluruh Wilayah Kabupaten Pasuruan;
b. Kawasan perikanan danau di Kabupaten Pasuruan terkonsentrasi di
wilayah Danau Ranu Grati, Kecamatan Grati; serta

c. Perikanan tambak pada umumnya terdapat di pesisir utara Kabupaten


Pasuruan yaitu meliputi Kecamatan Bangil, Kraton, Rejoso, Lekok dan
Kecamatan Nguling.
d. Pengembangan komoditi perikanan darat kelompok kolam dan sungai
seperti udang galah, lele dan bawal tawar, serta gurami dibudidayakan
secara terpadu, dapat menyatu pada rencana kawasan permukiman
dengan kepadatan rendah sampai tinggi, diprioritaskan pada rencana
kawasan permukiman perdesaan, maupun khusus membentuk suatu
kawasan sentra perikanan kolam dengan jenis tertentu sendiri;
e. Pengembangan komoditi perikanan darat, air tawar dan payau seperti
udang windu, udang vanamae, bandeng dan rumput laut, serta ikan
nila, patin, tombro dan lobster dibudidayakan secara terpadu, dapat
menyatu pada rencana kawasan permukiman dengan kepadatan rendah
sampai tinggi dan rencana kawasan pertanian lahan kering,
diprioritaskan pada rencana kawasan permukiman perdesaan, maupun
khusus membentuk suatu kawasan sentra perikanan dengan jenis
tertentu sendiri;
f. Pengembangan sentra pengolahan dan pengelolaan hasil perikanan
laut, serta sentra perikanan darat untuk komoditas tertentu unggulan
yang diarahkan untuk pembentukan kawasan minapolitan;
g. Pengembangan TPI di Kecamatan Lekok dan Nguling; dan
h. Sentra Pengolahan hasil perikanan di Kecamatan Lekok dan Nguling.
i. Pengembangan jenis komoditi udang galah di Kecamatan Pandaan,
bawal tawar di Kecamatan Gempol, dan lele di Kecamatan Beji.
10. Pasal 46 ayat 9 : Upaya arahan pengelolaan kawasan perikanan
sebagaimana dimaksud ayat (8), dilakukan dengan cara:
a. Mengembangkan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang memiliki
potensi pengairan untuk perikanan dengan pendekatan spasial guna
mewujudkan perencanaan perikanan terpadu dan berlanjut;
b. Arahan Pengembangan pembentukan sentra-sentra budidaya perikanan
tangkap dan/atau budidaya perikanan laut yang terpadu dan unggulan
prioritas jangka pendek dan jangka panjang menuju kawasan terpadu
minapolitan dan agropolitan; serta
c. Mempertahankan, merehabilitasi dan merevitalisasi tanaman bakau
untuk pemijahan ikan dan kelestarian ekosistem

11. Pasal 52 ayat 3a : Zona pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf b, meliputi:
a. Kawasan perikanan tangkap, terdapat di seluruh kawasan perairan laut
Kabupaten Pasuruan yang merupakan area yang dirancang untuk
mengakomodasi dan menjamin akses yang kontinyu pada sumberdaya
ikan bagi nelayan yang menggunakan alat tangkap yang permanen
maupun setengah permanen dan struktur budidaya laut;
12. Pasal 52 ayat 5 : Upaya penanganan dan pengelolaan kawasan pesisir
dilakukan dengan cara:
a. Membatasi pengembangan

kawasan

terbangun

pada

kawasan

perlindungan ekosistem berupa hutan bakau dan terumbu karang di


sepanjang pesisir utara Kabupaten Pasuruan. Perlindungan ekosistem
ini perlu ditunjang oleh kegiatan pariwisata dan penelitian serta
berbagai kegiatan pecinta alam dan lingkungan;
b. Membatasi limbah industri yang diakibatkan oleh industri-industri
yang berada di pesisir utara Kabupaten Pasuruan; serta
c. Pengembangan prasarana dan sarana, baik untuk wisata maupun
perikanan.
13. Pasal 53 ayat 3d : Pengembangan kawasan minapolitan di beberapa
kecamatan yang memiliki potensi perikanan tangkap dan budidaya di
Wilayah Kabupaten Pasuruan;
14. Pasal 53 ayat 3f : Pengembangan kawasan pesisir sebagai salah satu
kawasan

strategis

yang

dikembangkan

dengan

upaya

untuk

memaksimalkan potensi perikanan lokal yang ada, dan mengurangi


kemiskinan serta konflik sosial.
15. Pasal 67e : Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan disusun
dengan memperhatikan:
1) Pemanfaatan ruang untuk rencana kawasan pertanian lahan kering
secara proporsional dan terbatas; dan/atau
2) Pemanfaatan ruang untuk rumah tinggal petani dan/atau nelayan
dengan kepadatan menengah sampai rendah;
3) Pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk
hijau; dan
4) Pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi
lestari; dan/atau
5) Pendirian bangunan pada kawasan dibatasi hanya untuk menunjang
dan/atau mendukung secara langsung kegiatan pemanfaatan hasil

perikanan, sesuai dengan aturan/ketentuan yang berlaku tentang


perikanan dan/atau pengelolaan kawasan perikanan.
16. Pasal 68 ayat 3 : Peraturan zonasi untuk Kawasan Pesisir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan memperhatikan :
a. Penjagaan, pencegahan dan pembatasan kegiatan-kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan fungsi kawasan pesisir; dan
b. Pemanfaatan kegiatan
perikanan dan pariwisata yang ramah
lingkungan.

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
menggunakan metode membaca atau mengambil referensi dari beberapa buku,
website maupun jurnal mengenai Pengembangan Kawasan Pesisir di Kecamatan
Lekok Kabupaten Pasuruan. Adapun identitas buku, jurnal dan website tersebut
antara lain sebagai berikut.
1. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 tahun 2010 tentang
Perencanaan Tata Ruang Wilayah (RTRW)
2. Situs Resmi Kabupaten Pasuruan. (Online),
(http://www.pasuruankab.go.id/)
3. Sugiarti. 2000. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Di
Kota Pasuruan, 3 (2). (Online),
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/26586/Sugiarti_Di
en%20%2818%20hal%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y)
4. Sembiring, Br. Pengembangan Wilayah. (Online),
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31697/4/Chapter
%20II.pdf)

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Lima Pilar Pengembangan Wilayah di Kabupaten Pasuruan
Dalam mengembangkan suatu wilayah dibutuhkan beberapa pilar untuk
memperkokoh dan meminimalisir terjadinya konflik dalam pengembangan
wilayah tersebut. Beberapa pilar yang dapat digunakan dalam pengembangan
wilayah meliputi aspek ruang (space), aspek biofisik ekosistem, aspek sosial
ekonomi, aspek sosial budaya, dan aspek sosial politik.
1. Aspek Ruang
Kabupaten

Pasuruan adalah salah

satu

kabupaten di Provinsi Jawa

Timur, Indonesia. Pusat pemerintah berlokasi di Bangil, Pasuruan. Kabupaten


ini berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Laut Jawa di utara, Kabupaten
Probolinggo di Timur, Kabupaten Malang di selatan, Kota Batu di barat daya,
serta Kabupaten Mojokerto di barat. Kabupaten ini dikenal sebagai daerah
perindustrian, pertanian, dan tujuan wisata. Kompleks pegunungan Tengger
dengan Gunung Bromo merupakan atraksi wisata utama di Kabupaten
Pasuruan.

Wilayah

timur

Kabupaten

Pasuruan

termasuk

ke

dalam

wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Wilayah yang terluas di Kabupaten


Pasuruan adalah Kecamatan Lumbang.
Secara administratif luas Kabupaten Pasuruan sebesar 1.474,020 Km
yang dibagi ke dalam 24 (dua puluh empat) wilayah kecamatan, 341 desa dan
24 kelurahan. Dengan batas-batas sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Sidoarjo dan Selat Madura
Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo
Sebelah Selatan : Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Pasuruan


(Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pasuruan)
a. Letak Geografis
Letak geografis Kabupaten Pasuruan antara 1120 33 55 hingga 1130 30
37 Bujur Timur dan antar 700 32 34 hingga 800 30 20 Lintang Selatan
dengan batas-batas wilayah :
1. Daerah pegunungan dan berbukit, dengan ketinggian antara 180
3000 m dpl, daerah ini membentang di bagian selatan dan barat
meliputi Kecamatan Lumbang, Puspo, Tosari, Tutur, Purwodadi,
Prigen dan Gempol
2. Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 6 91 m dpl,
daerah ini membentang di bagian tengah dan merupakan daerah
yang subur
3. Daerah pantai dengan ketinggian antara 2 8 m dpl, daerah ini
membentang di bagian utara meliputi Kecamatan Nguling, Lekok,
Rejoso, Kraton dan Bangil.
b. Kondisi Topografi
Sedangkan berdasarkan topografinya, wilayah Kabupaten Pasuruan
dibagi menjadi :
1. Wilayah pantai dengan ketinggian 0 12,5 m dpl seluas 18.819,04
Ha atau 12,77% dari luas wilayah

2. Wilayah dataran rendah dengan ketinggian 12,5 500 m dpl seluas


80.169,44 Ha atau 54,39% dari luas wilayah
3. Wilayah perbukitan dengan ketinggian 500 1000 m dpl seluas
21.877,17 Ha atau 14,84% dari luas wilayah
4. Wilayah pegunungan dengan ketinggian 1000 2000 m dpl seluas
18.615,08 Ha atau 12,63% dari luas wilayah
5. Wilayah dengan ketinggian > 2000 m dpl seluas 7.920,77 Ha atau
sekitar 5,37% dari luas wilayah

Gambar 4.2 Peta Topografi Wilayah Kabupaten Pasuruan


(RTRW Kabupaten Pasuruan)
Kabupaten Pasuruan berada pada posisi strategis yaitu jalur regional juga
jalur utama perekonomian Surabaya Malang dan Surabaya Banyuwangi.
Hal tersebut sangat menguntungkan dalam pengembangan ekonomi dan
membuka peluang investasi di Kabupaten Pasuruan. Kabupaten Pasuruan
memiliki luas wilayah 147.401,50ha (3.13% luas provinsi Jawa Timur) terdiri
dari 24 kecamatan, 24 kelurahan, 341 desa dan 1694 penduduk.
c. Kondisi Kelerengan

Kondisi kelerengan wilayah Kabupaten Pasuruan terbagi dalam tipologi


kelerengan sebagai berikut :
1. Kelerengan > 1.000 m dpl
Wilayah dengan kelerengan > 1.000 m dpl meliputi Kecamatan
Tosari, Kecamatan Tutur dan sebagian Kecamatan Prigen.
2. Kelerengan 501 1.000 m dpl
Wilayah dengan kelerengan 501 1.000 m dpl meliputi Kecamatan
Puspo, sebagian Kecamatan Tosari, Kecamatan Tutur, Kecamatan
Purwodadi, Kecamatan Pasrepan dan Kecamatan Lumbang.
3. Kelerengan 101 500 m dpl
Wilayah dengan kelerengan 101 500 m dpl berada di Kecamatan
Lumbang.
4. Kelerengan 26 100 m dpl
Wilayah dengan kelerengan 26 100 m dpl meliputi sebagian
Kecamatan

Pasrepan,

Kecamatan

Lumbang,

Kecamatan

Grati,

Kecamatan Wonorejo, Kecamatan Rembang, Kecamatan Beji dan


Kecamatan Gempol.
5. Kelerengan 0 25 m dpl
Wilayah dengan kelerengan 0 25 m dpl berada di bagian utara
tepatnya di wilayah kawasan pesisir yang paling dominan, diantaranya
Kecamatan Nguling, Kecamatan Grati, Kecamatan Rejoso, Kecamatan
Lekok, Kecamatan Gondangwetanm Kecamatan Kejayan, Kecamatan
Pohjentrek, Kecamatan Kraton, Kecamatan Rembang, Kecamatan
Bangil, Kecamtan Beji dan Kecamatan Gempol.
Struktur tanah yang berada di Kabupaten Pasuruan sebagian besar terdiri
dari jenis Alluvial, Mediteran, Regosol, Labosal dan Litosol, Grumasol dan
Andosol.
Kabupaten Pasuruan memiliki iklim tropis dengan klasifikasi Schmidt
dan Ferguson sebagian besar wilayah Kecamatan di Kabupaten Pasuruan
memiliki tipe iklim C dan selebihnya tipe B. temperature sebagian besar
wilayah antara 240 - 320 sedangkan untuk wilayah dengan ketinggian diatas
2770m memiliki temperatur rendah yang dapat mencapai 50C terutama di

Kecamatan Tosari. Variasi hujan rata-rata dibawah 1500-2500 mm dengan


arah angin Barat dan Timur yang memiliki kecepatan rata-rata 12 30 knot.
2. Aspek Biofisik Ekosistem
Daratan pemerintah Kabupaten Pasuruan dibagi menjadi tiga bagian,
diantaranya yaitu :
a. Daerah Pegunungan dan berbukit, dengan ketinggian antara 180m
s/d 3000m. Daerah ini membentang dibagian Selatan dan Barat
meliputi : Kecamatan Lumbang, Kecamatan Tosari, Kecamatan
Puspo, Kecamatan Tutur, Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Prigen
dan Kecamatan Gempol
b. Daerah dataran rendah, dengan ketinggian antara 6m sampai 91m,
dataran rendah ini berada di bagian tengah dan merupakan daerah
yang subur
c. Daerah pantai (pesisir), dengan ketinggian antara 2m sampai 8m
diatas permukaan laut. Daerah ini membentang dibagian Utara
meliputi Kecamatan Nguling, Kecamatan Rejoso, Kecamatan
Lekok, Kecamatan Kraton, dan Kecamatan Bangil.
Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan,
karena daerah tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu yang
berasal dari daratan dan dari lautan, garis pertemuan antara daratan dan lautan
inilah yang disebut dengan garis pantai. Perubahan lingkungan pantai atau
lebih tepatnya garis pantai, sangat bervariasi antara satu tempat dengan tempat
yang lain, sehingga kajian keruangan dari lingkungan pantai diperlukan dalam
rangka pengelolaan lingkungan pantai.
Tabel 4.1 Perubahan Garis Pantai

(Akhmad Nasikhudin)

Tabel 4.2 Grafik Perubahan Luas Garis Pantai Pasuruan


(Akhmad Nasikhudin)
Dalam wilayah Kecamatan Bangil dan Kraton yang terletak di
Kabupaten Pasuruan terdapat sungai Porong, yang merupakan sungai yang
cukup besar, dan proses sedimentasi di daerah muara yang berjalan dengan
cepat, dari hasil tabel perubahan tersebut terdapat perubahan luasan yang

awalnya pada tahun 1994 sebesar 8543.029ha, menjadi 8813.505ha pada


tahun 2002, dan terus meningkat menjadi 8940.879ha, hal ini disebabkan
adanya pembentukan delta sungai yang relatif cepat, akibat tingginya laju
erosi di daerah hulu menjadi penyebab perubahan pantai tersebut antara tahun
1994-2002 dengan total perubahan 270.476ha. Sedangkan pada tahun 2006
terjadi bencana semburan lumpur lapindo, yang kemudian luapan lumpur
tersebut dialirkan ke laut, melalui sungai porong, dari hal tersebut
mengakibatkan makin banyaknya sedimen yang terdapat di muara sungai
porong dan menimbulkan perubahan garis pantai, yaitu sebesar 127.374ha,
sehingga dari tahun 1994-2009 terjadi penambahan luas area pantai sebesar
397.85ha.
Perubahan garis pantai yang cukup besar berikutnya berada di
kecamatan Gadingrejo, Bugulkidul dan Rejoso, dan penambahan garis pantai
terpusat pada kecamatan Bugulkidul, dari data di atas antara tahun 1994-2009
terdapat perubahan sebesar 107.935ha, hal ini disebabkan adanya hutan
mangrove alami yang sedang dikembangkan di kawasan tersebut, tepatnya di
dekat pantai Panggungrejo dan Blandongan, sehingga menambah luasan dari
garis pantai tersebut.
Berikutnya adalah kecamatan Tongas Probolinggo, disini juga terjadi
penambahan garis pantai antara tahun 1994- 2009, sebesar 42.006ha,
dikarenakan pengembangan wilayah hutan bakau di daerah tersebut, seperti
yang terjadi pada kecamatan Panggungrejo dan Blandongan di Pasuruan.
Wilayah berikutnya adalah kecamatan Sumberasih, Kademangan, dan
Mayangan, disini terjadi penambahan garis pantai yang cukup besar pula, yaitu
140.484ha, hal ini disebabkan karena adanya pembangunan pelabuhan Tanjung
Tembaga di kecamatan Mayangan, Probolinggo, pelabuhan tersebut hanya
digunakan sebagai pelabuhan peti kemas, dan sudah mulai beroperasi pada
februari 2010 kemarin.
Pada kecamatan Pajarakan dan Klaksaan, Probolinggo terjadi pengurangan
garis pantai antara tahun 1994-2009 sebesar 42.913ha, disebabkan antara lain
oleh penebangan hutan bakau dan peralihan fungsi kawasan, seperti untuk
pemukiman dan kawasan industri disekitar kawasan pantai tersebut. Pada
wilayah Paiton terjadi penambahan luas garis pantai yang cukup besar, hal ini

terjadi dikarenakan pengembangan kawasan industri, yaitu pembangkit listrik


tenaga uap. Terdapat 6 unit pembangkit listrik disini dan terletak dalam 1
kompleks tepatnya di desa Binor. Perubahan garis pantai antara tahun19942009 sebesar 42.052ha. Pada kecamatan Bungatan dan Kendit terdapat
pengembangan kawasan wisata pantai, yaitu pasir putih yang dari tahun ke
tahun makin berkembang, hal ini dibuktikan dengan bertambahnya luas pantai
dari tahun 1994-2009 yaitu sebesar 51.372ha.
Pada wilayah kecamatan Banyuputih ini terjadi pengambangan Taman
Nasional Baluran, yang dalam pengembangannya melestarikan hutan bakau
sehingga menyebabkan penambahan garis pantai dengan total sebesar
139.33ha, hal tersebut paling banyak terjadi antara tahun 2002-2009.
Sebagai bagian dari siklus hidrologi di Kabupaten Pasuruan terdapat
sejumlah mata air, danau dan sungai. Pola aliran permukaan dapat dilihat dari
pola aliran sungai yang ada di Kabupaten Pasuruan yang terdiri dari 8
(delapan) sungai atau memiliki 8 (delapan) Daerah Pengaliran Sungai (DPS),
yaitu DPS Kali Kambeng tepat di perbatasan barat Kabupaten Pasuruan, DPS
Kali Kedung Larangan, DPS Kali Raci, DPS Kali Welang, DPS Kali Gembong,
DPS Kali Petung, DPS Kali Rejoso dan DPS Kali Laweyan yang berada di
perbatasan timur Kabupaten Pasuruan. Sungai-sungai utama dari masingmasing daerah pengaliran sungai tersebut mengalir dari hulunya di daerah
dataran tinggi di sebelah selatan, menerima aliran dari anak-anak sungainya di
daerah tengahnya dan bermuara di Selat Madura yang merupakan batas utara
Kabupaten Pasuruan, kecuali Kali Kambeng yang bermuara di Kali Porong.
Dari peta daerah pengaliran dan data karakteristik serta debit sungai utama
dapat dilihat bahwa di antara 8 (delapan) sungai utama tersebut Sungai Welang
merupakan sungai catchment area terbesar yaitu 518 km2, juga terpanjang 36
km dan lebar 35 m, tetapi debit alirannya masih lebih rendah dari pada Sungai
Rejoso yang mempunyai catchment area lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh
panjang Sungai Rejoso yang relatif pendek, sehingga time of concentration
pendek dan debit aliran besar serta cepat sampai ke hilir. Hal ini dapat dilihat
dari banjir yang terjadi di muara sungai ini, yang lebih besar daripada di muara
Kali Welang.
Sungai-sungai utama tersebut merupakan sungai perenial yaitu sungai
yang selalu mempunyai aliran sepanjang tahun, namun perbedaan antara debit

terbesar di musim hujan dan debit terkecil di musim kemarau sangat besar.
Akan tetapi pada saat musim hujan debit aliran sungai-sungai tersebut sangat
besar sehingga elevasi permukaan air di sungai sangat tinggi dan ada yang
melampaui elevasi tanggulnya serta meluap ke daerah sekitarnya, selanjutnya
menimbulkan masalah banjir terutama di daerah hilirnya. Kondisi ini juga
dapat dilihat saat musim hujan dimana hampir seluruh daerah hilir dari sungaisungai tersebut selalu tergenang air.
Sumber air tanah secara umum sangat melimpah, hal ini ditandai oleh
adanya beberapa mata air yang memiliki debit cukup besar, antara lain mata air
Umbulan debit airnya mencapai 4.500 l/dtk (diperkirakan pada penghitungan
maksimal), Banyu Biru debitnya > 500 l/dtk dan lain-lainnya.
Sedangkan sumber air permukaan umumnya berasal dari beberapa sungai
yang mengalir di wilayah Kabupaten Pasuruan, yang terdiri dari 6 (enam)
sungai yang bermuara di Selat Madura yaitu :
a. Sungai Laweyan : bermuara di Desa Penunggul - Kecamatan
b.
c.
d.
e.
f.

Nguling
Sungai Rejoso : bermuara di wilayah Kecamatan Rejoso
Sungai Gembong : bermuara di wilayah Kota Pasuruan
Sungai Welang : bermuara di Desa Pulokerto Kecamatan Kraton
Sungai Masangan : bermuara di Desa Raci Kecamatan Bangil
Sungai Kedung Larangan : bermuara di Desa Kalianyar

Kecamatan Bangil
Selain potensi sungai terdapat danau dan sejumlah mata air salah satunya
yaitu Danau Ranu Grati yang mampu mengeluarkan debit air maximum 980
liter/detik, selain itu juga terdapat 470 sumber mata air yang tersebar di 24
kecamatan dan sumber mata air yang terbesar adalah Sumber Air Umbulan di
Kecamatan Winongan dengan debit air 5650 liter/detik yang digunakan untuk
keperluan air minum masyarakat Kabupaten Pasuruan., Kota Pasuruan, Kota
Surabaya dan menurut rencana akan diperluas hingga Kabupaten Sidoarjo serta
Kabupaten Gresik.
3. Aspek Sosial Ekonomi
Kondisi penduduk masayarakat Kabupaten Pasuruan bila didasarkan
menurut mata pencaharian terdiri dari pertanian (33.98%), industri pengolahan
(24.69%), perdagangan, hotel dan restauran (17.79%), pertambangan dan
galian (0.38%) bangunan (5.21%), keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

(0.33%), pengangkutan dan komunikasi (6.66%) serta dalam bidang jasa


(10.55%) (2005: Survei Sosial Ekonomi, Kabupaten Pasuruan).
Pemerintah
pertumbuhan

Kabupaten
ekonomi

Pasuruan

melalu

mengupayakan

serangkaian

peningkatan

kebijakan

untuk

menumbuhkembangkan partisipasi aktif rakyat/pemberdayaan ekonomi


kerakyatan melalui UKM dan Perindag. Dari kinerja pembangunan ekonomi
daerah tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pasuruan pada tahun 2009
mencapai 5.31% dengan kekuatan ekonomi (PDBR atas dasar harga berlaku)
Rp. 6.397.872,16 juta dengan realisasi PAD (Pendapatan Asli Daerah) sebesar
Rp.87.356.770.052,57 dan income perkapita Rp. 9.302.164,Jenis mata pencaharian di Kabupaten Pasuruan yang paling dominan
adalah industri pengolahan dengan melihat komposisi penduduk menurut mata
pencaharian pada Tahun 2006 memperlihatkan bahwa jumlah tenaga kerja dari
sektor industri pengolahan adalah sebesar 101,919 jiwa. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 4.3.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mata Pencaharian

Jumlah Tenaga

Kerja (Jiwa)
Pertanian
1.202
Pertambangan
0
Industri Pengolahan
10.1919
Listrik, gas dan air
62
Bangunan
123
Perdagangan
1.312
Angkutam
275
Keuangan
2.421
Jasa
4.819
Jumlah
112.133
Sumber : RPIJM Kabupaten Pasuruan

4. Aspek Sosial Budaya


Kepercayaan masyarakat Kabupaten Pasuruan sangat beragam, Namun
seperti wilayah lain di Indonesia, mayoritas kehidupan masyarakat Kabupaten
Pasuruan memeluk agama Islam sebagai kepercayaanya. Berdasarkan data
Kabupaten Pasuruan dalam angka Tahun 2009 jumlah masjid dan
mushola/surau masing-masing sebanyak 1.481 dan 7.756 buah. Jumlah gereja

di Kabupaten Pasuruan sebanyak 40 buah sedangkan jumlah pura ada


sebanyak 24 buah dan vihara hanya ada 1 yaitu di Kecamatan Purwodadi.
5. Aspek Sosial Politik
Kabupaten Pasuruan dipimpin oleh bupati H. Dade Angga, SIP. dan wakil
bupati Eddy Paripurna (2008-2013, dilantik 9 Juli). Pasangan yang diajukan
PDI-P dan 10 partai nonparlemen ini menggantikan Jusbakir Aldjufri dan
Muzammil Syafii (2003-2008). Sebelumnya, Dade pernah menjadi Bupati
Pasuruan pada periode 1998-2003. Saat ini, Kabupaten Pasuruan dipimpin
oleh seorang bupati yang bernama H. Irsyad Yusuf (adik Saifullah Yusuf) pada
periode (2013-2018). Kabupaten Pasuruan terdiri atas 24 kecamatan, yang
dibagi lagi atas 341 desa dan 24 kelurahan yaitu, Bangil, Beji, Gempol,
Gondang Wetan, Grati, Kejayan, Kraton, Lekok, Lumbang, Nguling, Pandaan,
Pasrepan, Pohjentrek, Prigen, Purwodadi, Purwosari, Puspo, Rejoso,
Rembang, Sukorejo, Tosari, Tutur, Winongan, dan Wonorejo.

B. Potensi Kecamatan Bangil


Potensi perikanan laut dan wilayah pesisir Kabupaten Pasuruan berupa
pantai sepanjang lebih kurang 48 km dengan keadaan pantai yang umumnya
landai dan berlumpur serta ditumbuhi oleh hutan bakau. Luas wilayah eksploitasi
penangkapan ikan di laut mencapai 112,5 mil laut persegi dengan potensi lestari di
Selat Madura sebesar 49,51 ribu ton ikan pertahun. Sektor kelautan dan perikanan
di kabupaten Pasuruan mayoritas terletak di bagian utara yang didominasi oleh
pantai yang memiliki nilai jual cukup tinggi dipasaran seperti budidaya udang
vannamei dan udang windu yang saat ini mulai dibudidayakan di empat wilayah
kecamatan yaitu Kecamatan Bangil, Rejoso, Kraton dan Lekok dengan
memanfaatkan luas pantai sekitar 225ha.
Sedangkan untuk potensi ikan air tawar mulai dikembangkan sistem
budidaya keramba apung serta pemetaan kolam di beberapa kecamatan. Sistem
budidaya keramba jaring apung dilakukan di Danau Ranu Grati dengan luas
keramba sekitar 3,5 ha. Dan untuk pemetaan kolam ikan air tawar dilakukan

berdasarkan jenis ikan dan kecamatannya seperti ikan lele di kecamatan Beji, ikan
bawal tawar di Gempol, patin di kecamatan Grati dan Beji, Nila dan Mujaer di
kecamatan Grati, gurame di kecamatan Lekok, Rejoso dan Rembang serta udang
galah di kecamatan Pandaan.
Produksi ikan di Kecamatan Bangil mencapai 207,344.65 dari hasil
penangkapan

ikan

air

tawar,

1,023,426.35

dari

budidaya

kolam

dan

114,121,683.36 dari budidaya ikan tambak (Dinas Kelautan dan Perikanan


Kabupaten Pasuruan). Di kecamatan Bangil terdapat intansi atau lembaga yang
bertugas untuk memantau pengembangan budidaya perikanan air tawar bernama
UPT PABP (Unit Pengelola Teknis Pengelolaan dan Budidaya Air Payau). Unit
Pengelola Kegiatan Perikanan Propinsi yang ada di kecamatan Bangil tepatnya di
desa Kalianyar ini merupakan unit pengembangan bagi sarana dan prasarana
perikanan Air Payau (Unit Pengelola Teknis Pengelolaan dan Budidaya Air
Payau). Unit ini bertujuan untuk membudidaya ikan yang hidup dan
dikembangkan di Air Payau dengan tujuan untuk peningkatan produktifitas
perikanan.
Pengelolaan hasil perikanan di kecamatan Bangil masih kurang maksimal
akibat adanya beberapa hambatan seperti sering terjadinya bencana banjir yang
menyebabkan petani tambak gagal panen dan mengalami kerugian yang besar.
Untuk menghindari bencana banjir ini, masyarakat masih sangat susah untuk
menemukan solusi yang tepat untuk menekan kerugian seminimal mungkin
karena bencana banjir yang terjadi juga tidak dapat dihindarkan.
Masyarakat yang ada di kecamatan Bangil memiliki beberapa kreatifitas
dalam mengelola hasil panen yang didapatkan oleh para petani tambak atau
nelayan beberapa diantaranya yaitu mengolah hasil ikan menjadi makanan seperti
Bandeng Presto (Bandeng tanpa duri), otak-otak, kerupuk ikan dan lain-lain.
Selain itu terdapat pula masyarakat yang menyediakan jasa cabut duri ikan,
penyewaan jarring untuk menangkap ikan, penyewaan perahu, menjual bibit-bibit
ikan, jasa pembuatan kolam budidaya ikan air tawar dan lain-lain.
C. Pemanfaatan Ruang dan Kesesuaian Perda
Kecamatan Bangil merupakan salah satu kawasan pesisir yang berada di
kabupaten Pasuruan, pemanfaatan ruang yang berada di kawasan ini yaitu

digunakan sebagai pemukiman penduduk, pusat pertokoan, sarana pendidikan


mulai dari Playgroup, Taman Kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi dan juga
sebagai kawasan budidaya perikanan air tawar. Pemanfaatan ruang ini telah sesuai
dengan apa yang direncanakan oleh Bappeda Kabupaten Pasuruan yang tercantum
dalam Perda no. 12 tahun 2010 yang merencanakan kawasan Bangil sebagai
tempat pembudidayaan perikanan air tawar dan pusat perindustrian.

Sumber : Perda Kabupaten Pasuruan Nomor 12 Tahun 2010 Tentang RTRW


Tahun 2009-2029

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecamatan Bangil merupakan salah satu kawasan pesisir yang berada di
kabupaten Pasuruan. Kecamatan Bangil memiliki potensi perikanan yang cukup
besar dengan hasil produksi ikan mencapai 207,344.65 dari hasil penangkapan
ikan air tawar, 1,023,426.35 dari budidaya kolam dan 114,121,683.36 dari
budidaya ikan tambak. Namun, dalam pengelolaan potensi ini terdapat beberapa
hambatan diantaranya yaitu adanya bencana banjir yang dapat mengakibatkan
gagal panen dan kerugian yang cukup besar bagi para petani tambak.
B. Saran
Berdasarkan perda kabupaten pasuruan yang merencanakan kawasan
pesisir di kecamatan Bangil sebagai budidaya perikanan air tawar telah berjalan
sesuai dengan peraturan, namun perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang
penanganan masalah yang muncul agar hasil panen ikan yang didapat lebih
optimal. Warga harus lebih cekatan dalam menanggulangi bencana banjir yang
menjadi penghambat budidaya perikanan air tawar.

DAFTAR RUJUKAN
Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12 tahun 2010 tentang
Perencanaan Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Situs Resmi Kabupaten Pasuruan. (Online), (http://www.pasuruankab.go.id/)
Sugiarti. 2000. Analisis Kebijakan Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Di Kota
Pasuruan, 3 (2). (Online),
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/26586/Sugiarti_Di
en%20%2818%20hal%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y)
Sembiring, Br. Pengembangan Wilayah. (Online),
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31697/4/Chapter
%20II.pdf)
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pasuruan

Anda mungkin juga menyukai