Berbagai indikasi adanya masalah pemanfaatan lahan yang merupakan dampak dari
persaingan penggunaan lahan tersebut di atas antara lain (Mahi, 2013):
a) Semakin berkurangnya luas lahan pertanian subur, yang telah berubah fungsi
menjadi lahan pemukiman, industri, dan keperluan nonpertanian lainnya.
b) Terjadinya benturan kepentingan berbagai sektor pembangunan satu sama lain,
misalnya perkotaan, pertanian, pertambangan, perkebunan, kehutanan,
transmigrasi, pariwisata, kawasan lindung, dan lingkungan hidup lainnya.
c) Menurunnya kualitas lingkunganpermukiman akibat banjir kekurangan air bersih
untuk rumah tangga baik jumlah, mutu, maupun saat tersedianya
d) Meluasnya tanah kritis akibat pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan
potensinya sehingga mempercepat proses erosi, banjir, dan sedimentasi
e) Beberapa penggunaan lahan untuk berbagai kegiatan telah menghasilkan limbah
yang mengganggu lingkungan hidup berupa pencemaran air dan udara.
Upaya penataan ruang di Indonesia telah dimulai sejak penyusunan rencana garis
besar kota dan rencana induk kota, wilayah pusat-pusat pertumbuhan industri, tata guna hutan
kesepakatan dan sebagainya. Sementara itu, penduduk terus bertambah dan berpindah
mengikuti kegiatan ekonomi dan sosial yang membentuk tata ruangnya sendiri menurut
kepentingannya masing-masing. Maka berkembanglah perkampungan di daeral yang
lerengnya terjal, di tengah hutan alam, di sekitar hutan mangrove, terumbu karang, dan di
sekitar kota. Berkembang pula kawasan industri dan perumahan di tengah-tengah persawahan
yang subur, di atas situs purbakala, di sepanjang jalan, sempadan sungai serta Pantai.
Dalam rangka mewujudkan konsep pengembangan wilayah yang di dalamnya
memuat tujuan dan sasaran yang bersifat kewilayahan di indonesia, maka ditempuh upaya
penataan ruang yang terdiri dari tiga proses utama yang saling berkaitan satu dengan lainnya,
yakni :
1) Proses perencanaan tata ruang wilayah, yang menghasilkan rencana tata ruang
wilayah (IRTHW). Di samping sebagai “guidence of future actions” RTRW pada
dasarnya merupakan bentuk intervensi saat dilakukan agar interaksi manusia/makhluk
hidup dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras seimbang untuk
tercapainya, kesejahteraan manusia/makhluk hidup serta kelestarian lingkungan dan
keberlanjutan perabangunan (development sustainability).
2) Proses pemanfaatan ruang, yang merupakan wujud operasionalisasi rencana tata ruang
atau pelaksanaan pembangunan itu sendiri,
3) Proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas mekanisme perizinan dan
penertiban terhadap pelaksanaan pembangunan agar tetap sesuai dengan RTRW dan
tujuan penataan ruang wilayahnya
3. STRUKTUR RUANG
Di dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, dikemukakan bahwa
Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan Pola
Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Struktur ruang dan pola ruang yang secara
hierarkis dan fungsional berhubungan dengan pola ruang membentuk tata ruang.
Perencanaan struktur dan pola ruang merupakan kegiatan menyusun rencana tata
ruang yang produknya menitikberatkan kepada pengaturan hierarki pusat permukiman
dari pusat pelayanan barang dan jasa, serta keterkaitan antara pusat tersebut melalui
sistem prasarana. Sistem prasarana meliputi (a) jaringan transportasi (seperti jalan
raya, jalan kereta api, sungai yang dimanfaatkan sebagai sarana angkutan), dan (b)
jaringan utilitas (seperti: air bersih, air kotor pengaturan air hujan, jaringan telepon,
jaringan gas, jaringan listrik dan sistem pengelolaan sampan).
Wawasan sistem tata ruang menelankan pada keterkaitan antara tiga proses yang
saling bergantungan, yaitu:
a. Proses pengalokasian aktivitas pada suatu kawasan sesuai dengan hubungan
fungsional tertentu.
b. Proses pengadaan atau ketersediaan sarana fisik yang menjawab kebutuhan akan
ruang bagi aktivitas seperti untuk tempat bekerja, tempat tinggal, transportasi, dan
komunikasi. Proses seperti ini misalnya pengadaan bangunan jalan, utilitas umum
dan sebagainya. Dalam proses pengalokasian aktivitas akan ditentukan oleh
ketersediaan sumber daya alam dan buatan, serta kondisi fisik di wilayah tersebut.
c. Proses pengadaan dan pengalokasian tatanan ruang yang berkaitan dengan bagian-
bagian permukaan bumi, tempat berbagai aktivitas dilakukan, dengan bagian atas
ruang (angkasa) serta ke bagian dalam yang mengandung berbagai sumber daya
perlu dilihat dalam wawasan yang integrative.
7. RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA (RTRWK)
RTRWK merupakan dokumen perencanaan tata ruang yang diterapkan di wilayah
administratif sebuah kota. Dokumen ini merinci penggunaan lahan dan ruang di dalam kota
tersebut, termasuk zonasi untuk pemukiman, perkantoran, perdagangan, industri, pertanian,
konservasi, dan lain-lain. RTRWK biasanya menggambarkan arah pengembangan kota dalam
jangka panjang, termasuk pembangunan infrastruktur, transportasi, dan fasilitas umum
lainnya.
Fungsi RTH:
1) Penghijauan: RTH berperan sebagai area penyangga hijau yang dapat mengurangi
polusi udara, menyediakan oksigen, serta menciptakan lingkungan yang sejuk dan
nyaman.
2) Rekreasi dan Rekreasi: RTH memberikan ruang untuk kegiatan rekreasi dan olahraga
masyarakat, seperti berjalan-jalan, bersepeda, jogging, bermain, atau sekadar
bersantai.
3) Konservasi Lingkungan: RTH dapat berfungsi sebagai habitat bagi flora dan fauna
lokal, membantu pelestarian biodiversitas serta ekosistem alami.
4) Mitigasi Bencana: RTH memiliki peran dalam mitigasi bencana, seperti banjir dan
tanah longsor, dengan menyerap air hujan, memperlambat aliran air, dan menjaga
kualitas tanah.
Tipe RTH:
1) Taman Kota: Area terbuka yang dirancang khusus untuk rekreasi dan kegiatan sosial
masyarakat.
2) Taman Perumahan: RTH yang terdapat di lingkungan perumahan atau pemukiman,
bertujuan memberikan ruang terbuka bagi warga di sekitarnya.
3) Lapangan Olahraga: Tempat khusus untuk aktivitas olahraga seperti lapangan sepak
bola, lapangan basket, atau lapangan tenis.
4) Taman Pendidikan: RTH yang memiliki fungsi edukasi, biasanya terdapat di
lingkungan sekolah atau perguruan tinggi.
Manfaat RTH:
1) Kesehatan Masyarakat: RTH memberikan lingkungan yang sehat dan segar,
meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental masyarakat.
2) Estetika Kota: RTH memberikan keindahan visual bagi kota dengan taman-taman
yang rapi, tumbuhan hias, dan tata ruang yang teratur.
3) Peningkatan Nilai Properti: Keberadaan RTH dapat meningkatkan nilai properti di
sekitarnya, karena lingkungan yang hijau dan nyaman.
4) Penyerapan Karbon: Tumbuhan di RTH dapat menyerap karbon dioksida dari udara,
membantu mengurangi efek pemanasan global.