NIM: B021201054
A. Penatagunaan Tanah
“Sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah
melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu
kesatuan untuk kepentingan masyarakat secara adil.”
Dari keterangan tersebut dapat ditelaah bahwa, penatagunaan tanah adalah faktor
penting dalam mengimplementasikan Rencana Tata Ruang Wilayah seperti halnya
penataan permukiman kumuh dengan pembangunan rumah susun.
B. Permukiman Kumuh
Umumnya permukiman kumuh diwarnai oleh tingkat kepadatan penduduk yang sangat
tinggi, tingkat kepadatan hunian sangat tinggi, tingkat kepadatan bangunan yang sangat
tinggi, kualitas rumah sangat rendah, tidak memadainya kondisi sarana dan prasarana
dasar seperti halnya air bersih, jalan, drainase, sanitasi, listrik, fasilitas pendidikan,
ruang terbuka/rekreasi/sosial, fasilitas pelayanan kesehatan, perbelanjaan dan
sebagainya. Selain itu juga diwarnai oleh tingkat pendapatan penghuninya yang rendah,
tingkat pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah, tingkat privasi keluarga yang
rendah serta kohesivitas komunitas yang rendah karena beragamnya norma sosial
budaya yang dianut.
Suatu permukiman kumuh terdiri dari beberapa aspek penting, yaitu tanah/lahan,
rumah/perumahan, komunitas, sarana dan prasarana dasar, yang terajut dalam suatu
sistem sosial, sistem ekonomi dan budaya baik dalam suatu ekosistem lingkungan
permukiman kumuh itu sendiri atau ekosistem kota. oleh karena itu permukiman kumuh
harus senantiasa dipandang secara utuh dan integral dalam dimensi yang lebih luas.
Pada kondisi tertentu KIP tidak dapat diterapkan secara efektif dan efisien karena
tingginya kepadatan penduduk dan rendahnya kualitas lingkungan. Pada kondisi ini
harus diterapkan program peremajaan kota sebagai usaha perbaikan kualitas
lingkungan. Pada program ini dilakukan pengaturan kembali struktur kota yang tidak
sesuai. Tujuan program ini adalah untuk memperbaiki meningkatkan potensi yang
sudah ada dan menimbulkan potensi yang baru, khususnya yang terkait dengan aspek
ekonomi. Karena besarnya perubahan fisik yang mungkin dilakukan pada program ini,
tidak jarang sebagian penghuni harus dipindahkan sementara dari lokasi asalnya.
Selanjutnya pengembalian penghuni merupakan aktifitas dengan prioritas pertama yang
harus segera dilakukan setelah program ini selesai.
Program ini biasanya dilakukan pada zona-zona dengan potensi tinggi atau dengan
kemungkinan pengembangan potensi yang besar, yang dinilai belum dieksplorasi
secara maksimal. Pada dasarnya program ini dilakukan dengan pendanaan sendiri.
Sasaran kegiatan ini adalah peremajaan sarana prasarana yang bersifat strategis, yang
biasanya berupa:
• Prasarana dan sarana dengan kualitas yang rendah, yang tidak layak difungsikan
sesuai peruntukannya
• Prasarana dan sarana yang mendukung pengembangan kawasan yang mempunyai
potensi ekonomi regional atau nasional dan atau prasarana dan sarana ekonomi yang
bersekala regional dan nasional, seperti Bandar udara, pelabuhan laut, terminal
sekala propinsi, pasar regional dan sebagainya.
• Prasarana dan sarana dikawasan-kawasan yang seringkali mengalami bencana
seperti banjir, gempa, kebakaran dan lain sebagainya
• Prasarana dan sarana yang mendukung pengembangan kawasan yang mempunyai
kekhususan, seperti kawasan kota lama, bersejarah, agropolitan, DPP dan
sebagainya.
Daftar Pustaka
Hermit, Herman. 2008. Pembahasan Undang-Undang Penataan Ruang (U.U. No. 26 Tahun
2007). Bandung: CV. Mandar Maju
Firdaus. 2016. Pemenuhan Hak Atas Perumahan Yang Layak Bagi Masyarakat Miskin
Kota Dalam Perspektif HAM (The Fulfillment of Right on Adequate Housing to the
Urban Poor in Human Rights Perspective).
Putro, Jawas Dwijo. 2011. Penataan Kawasan Kumuh Pinggiran Sungai Di Kecamatan
Sungai Raya. Vol. 11, No. 1
Soemitro, Ronny Hanintijo. 1990. Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri. Jakarta: Ghalia
Indonesia