Anda di halaman 1dari 6

Nama: A.

Fatiha Herdinan Nanda

NIM: B021201054

Hukum Tata Ruang (A)

Penatagunaan Tanah Kawasan Pemukiman Kumuh di Kota Makassar

A. Penatagunaan Tanah

Dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004, menyatakan yang


dimaksud Penatagunaan Tanah (Tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah):

“Sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi penguasaan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah
melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah sebagai satu
kesatuan untuk kepentingan masyarakat secara adil.”

Tujuan dari penatagunaan tanah adalah sebagai berikut:

a) Mengatur penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah bagi berbagai


kebutuhan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah;
b) Mewujudkan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah agar sesuai dengan
arahan fungsi kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah;
c) Mewujudkan tertib pertanahan yang meliputi penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah termasuk pemeliharaan tanah serta pengendalian pemanfaatan
tanah;
d) Menjamin kepastian hukum untuk menguasai, menggunakan dan memanfaatkan
tanah bagi masyarakat yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah diterapkan.

Dari keterangan tersebut dapat ditelaah bahwa, penatagunaan tanah adalah faktor
penting dalam mengimplementasikan Rencana Tata Ruang Wilayah seperti halnya
penataan permukiman kumuh dengan pembangunan rumah susun.
B. Permukiman Kumuh

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Pasal 1 ayat (13) menjelaskan,


bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Kumuh dapat
ditempatkan sebagai sebab dan dapat pula ditempatkan sebagai akibat.

Umumnya permukiman kumuh diwarnai oleh tingkat kepadatan penduduk yang sangat
tinggi, tingkat kepadatan hunian sangat tinggi, tingkat kepadatan bangunan yang sangat
tinggi, kualitas rumah sangat rendah, tidak memadainya kondisi sarana dan prasarana
dasar seperti halnya air bersih, jalan, drainase, sanitasi, listrik, fasilitas pendidikan,
ruang terbuka/rekreasi/sosial, fasilitas pelayanan kesehatan, perbelanjaan dan
sebagainya. Selain itu juga diwarnai oleh tingkat pendapatan penghuninya yang rendah,
tingkat pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah, tingkat privasi keluarga yang
rendah serta kohesivitas komunitas yang rendah karena beragamnya norma sosial
budaya yang dianut.

Suatu permukiman kumuh terdiri dari beberapa aspek penting, yaitu tanah/lahan,
rumah/perumahan, komunitas, sarana dan prasarana dasar, yang terajut dalam suatu
sistem sosial, sistem ekonomi dan budaya baik dalam suatu ekosistem lingkungan
permukiman kumuh itu sendiri atau ekosistem kota. oleh karena itu permukiman kumuh
harus senantiasa dipandang secara utuh dan integral dalam dimensi yang lebih luas.

Berdasarkan pengertian kawasan pemukiman kumuh diatas, maka dapat mengambil


contoh salah satu daerah di kawasan Tanjung Bunga tepatnya di Kecamatan Mariso
yang dimana masih terdapat kawasan kumuh dan tempat tinggal yang tidal layak dan
perlu dibenahi.

C. Penatagunaan Tanah Untuk Kawasan Kumuh

1. Program Pengadaan Perumahan Baru


Pembangunan perumahan baru harus dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu :
1) Penyediaan infrastruktur, seperti jaringan jalan, saluran sanitasi dan drainase,
jaringan air bersih, jaringan listrik.
2) Penyediaan fasilitas pendukung, seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, sosial
masyarakat, serta fasilitas umum lainnya.
3) Ketersediaan ruang terbuka sebagai fasilitas pendukung bagi kegiatan informal
penghuninya, serta sebagai strategi mempertahankan ketersediaan air bersih dalam
jangka panjang.

Program pembangunan perumahan baru dapat dilaksanakan baik oleh pemerintah


(PERUMNAS) maupun pihak swasta. Agar penyediaan perumahan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dapat tercapai maka pemerintah meneluarkan kebijakan
pengedaan perumahan perbandingan 1 kelas mewah : 3 kelas menengah : 6 kelas bawah
bagi developer swasta. Kebijakan ini sesuai dengan azas keadilan, pemerataan, dan
keterjangkauan. Selain itu, untuk mendukung kemampuan kepemilikan rumah oleh
masyarakat berpenghasilan rendah, program ini didukung oleh lembaga perbankan
(misalnya BTN) dengan program Kredit Pemilikan Rumah dengan suku bunga lunak.
Lembaga perbankan swasta pun saat ini sudah banyak yang ikut aktif mendukung
program pembangunan perumahan ini.

2. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman

Program Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman merupakan suatu pola


pembangunan kampung yang didasarkan pada partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan kualitas lingkungan dan pemenuhan kebutuhannya. Program ini
mempunyai prinsip universal yang berlaku dimana-mana yakni memberdayakan dan
menjadikan warga sebagai penentu dan pemamfaat sumberdaya kota guna memperbaiki
taraf hidup dan kemampuan untuk maju. Prinsip dari program perbaikan kampung
adalah perbaikan lingkungan kampung-kampung kumuh di pusat kota yang berada di
atas tanah milik masyarakat yang mempunyai kepadatan tinggi. Metode ini berbasis
pada investasi yang telah dibuat. Oleh karena itu biaya implementasinya relative lebih
murah. Melalui pelaksanaan metode ini, berbagai komponen pokok prasarana / sarana
dasar disediakan untuk penduduk kawasan yang bersangkutan. Di Indonesia penerapan
teknik ini dilakukan melalui pelaksanaan Program Peningkatan Kualitas Lingkungan
Permukiman. Tujuan dari Program Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman
adalah menyediakan jalan akses, jalan setapak, saluran drainase, saluran pembuangan
limbah, air bersih, dan fasilitas – fasilitas sosial seperti sekolah dan puskesmas, untuk
melayani penduduk berpendapatan rendah dan menengah.

Program Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman merupakan contoh yang


cukup baik dalam memperhatikan pentingnya dukungan lokal dalam implementasinya.
Pada mulanya program ini bersifat top-down dalam perancangannya, dimana aparat
pemerintah melakukan analisa dan menetapkan suatu solusi. Pada proses selanjutnya,
disadari bahwa program ini sebaiknya diorganisir dengan melibatkan masyarakat, baik
dalam perencanaan, pembangunan, maupun dalam pemeliharaan fasilitas kawasan.
Malahan pembiayaan program disalurkan melalui organisasi yang berbasis masyarakat
(community based organization). Penduduk menjadi lebih antusias dan mereka juga
mau menyumbangkan sejumlah dana bagi pembiayaan program (Choguill, 1994: 111).

3. Program Peremajaan Kota

Pada kondisi tertentu KIP tidak dapat diterapkan secara efektif dan efisien karena
tingginya kepadatan penduduk dan rendahnya kualitas lingkungan. Pada kondisi ini
harus diterapkan program peremajaan kota sebagai usaha perbaikan kualitas
lingkungan. Pada program ini dilakukan pengaturan kembali struktur kota yang tidak
sesuai. Tujuan program ini adalah untuk memperbaiki meningkatkan potensi yang
sudah ada dan menimbulkan potensi yang baru, khususnya yang terkait dengan aspek
ekonomi. Karena besarnya perubahan fisik yang mungkin dilakukan pada program ini,
tidak jarang sebagian penghuni harus dipindahkan sementara dari lokasi asalnya.
Selanjutnya pengembalian penghuni merupakan aktifitas dengan prioritas pertama yang
harus segera dilakukan setelah program ini selesai.

Program ini biasanya dilakukan pada zona-zona dengan potensi tinggi atau dengan
kemungkinan pengembangan potensi yang besar, yang dinilai belum dieksplorasi
secara maksimal. Pada dasarnya program ini dilakukan dengan pendanaan sendiri.
Sasaran kegiatan ini adalah peremajaan sarana prasarana yang bersifat strategis, yang
biasanya berupa:

• Prasarana dan sarana dengan kualitas yang rendah, yang tidak layak difungsikan
sesuai peruntukannya
• Prasarana dan sarana yang mendukung pengembangan kawasan yang mempunyai
potensi ekonomi regional atau nasional dan atau prasarana dan sarana ekonomi yang
bersekala regional dan nasional, seperti Bandar udara, pelabuhan laut, terminal
sekala propinsi, pasar regional dan sebagainya.
• Prasarana dan sarana dikawasan-kawasan yang seringkali mengalami bencana
seperti banjir, gempa, kebakaran dan lain sebagainya
• Prasarana dan sarana yang mendukung pengembangan kawasan yang mempunyai
kekhususan, seperti kawasan kota lama, bersejarah, agropolitan, DPP dan
sebagainya.
Daftar Pustaka
Hermit, Herman. 2008. Pembahasan Undang-Undang Penataan Ruang (U.U. No. 26 Tahun
2007). Bandung: CV. Mandar Maju
Firdaus. 2016. Pemenuhan Hak Atas Perumahan Yang Layak Bagi Masyarakat Miskin
Kota Dalam Perspektif HAM (The Fulfillment of Right on Adequate Housing to the
Urban Poor in Human Rights Perspective).

Putro, Jawas Dwijo. 2011. Penataan Kawasan Kumuh Pinggiran Sungai Di Kecamatan
Sungai Raya. Vol. 11, No. 1

Soemitro, Ronny Hanintijo. 1990. Metode Penelitian Hukum dan Jurumetri. Jakarta: Ghalia
Indonesia

Panduan Pelaksanaan Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman Kumuh oleh direktorat


pengembanganpermukiman.(2015).Diunduhdari..http://Panduan/20Pelaksanaan/2
0 Penanganan/20Kumuh/20/20Documents. htm. Diakses pada tanggal 25 September
2016

Firman Tommy, 2006. Tesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan


Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan Pancuran,
Salatiga), Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas
Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai