Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Aktor

Vol. 1, No. 1, Oktober 2021


p-ISSN: 2808-4365, e-ISSN: 2808-5167

Implementasi Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)


di Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone

Implementation of the Slumless City Program (KOTAKU)


in Tanete Riattang District, Bone Regency
Anisa Fitri, Herlina Sakawati, Muh. Nur Yamin

Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum,
Universitas Negeri Makassar
Email: herlinasakawati83@gmail.com, nuryamin1@gmail.com

ABSTRAK

Program KOTAKU adalah program penanganan pemukiman kumuh menjadi pemukiman yang
layak huni. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana implementasi program
KOTAKU di Kecamatan Tanete Riattang. (2) untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat
implementasi program KOTAKU di Kecamatan Tanete Riattang. Untuk mencapai tujuan tersebut,
dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan adalah spradley. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program
KOTAKU di Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone dapat dikatakan, sudah berjalan dengan
baik sesuai dengan teori Meriee S. Grindle. Hal ini dapat dilihat dari 7 sub Indikator yang berjalan
dengan baik diantaranya: a.kepentingan b. Manfaat. c. Perubahan, d. Pengambilan keputusan, e.
strategi, f. karakteristik lembaga, g. kepatuhan dan respon pelaksana. Dua sub indikator lainnya
masih kurang baik yaitu pelaksana, dan sumber daya. Adapun faktor pendukung implementasi
program adalah partisipasi masyarakat, sedangkan faktor penghambatnya adalah keterbatasan lahan,
pelaksana yang kurang aktif, serta masyarakat yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya.
Fasilitator diharapkan dapat memberikan fasilitas yang merata kepada seluruh masyarakat agar tidak
terjadi kecemburuan sosial, pelaksana program harus lebih aktif dalam memberikan sosialisasi
kepada masyarakat agar semua masyarakat dapat mengetahui program KOTAKU dan menjaga
infrastruktur yang telah diberikan.

Kata kunci: implementasi kebijakan, program kota tanpa kumuh, KOTAKU.

ABSTRACT

The KOTAKU program is a program for handling slum settlements into livable settlements. The
purpose of this study is (1) to find out how the implementation of the KOTAKU program in Tanete
Riattang District. (2) to determine the factors supporting and inhibiting the implementation of the
KOTAKU program in Tanete Riattang District. To achieve this goal, this research uses a qualitative
research type with a descriptive approach. Data collection techniques were carried out by interview,
observation and documentation. The data analysis technique used is spradley. The results showed
that the implementation of the KOTAKU program in Tanete Riattang District, Bone Regency, could
be said to have been going well according to Meriee S. Grindle's theory. This can be seen from the
7 sub-Indicators that are running well including: a. interests b. Benefit. c. Changes, d. Decision
making, e. strategy, f. characteristics of the institution, g. compliance and implementer response.
Two other sub-indicators are still not good, namely implementers and resources. The supporting
factors for the implementation of the program are community participation, while the inhibiting

26
Jurnal Aktor
Vol. 1, No. 1, Oktober 2021
p-ISSN: 2808-4365, e-ISSN: 2808-5167

factors are limited land, less active implementers, and people who still dispose of waste improperly.
The facilitator is expected to be able to provide equal facilities to the entire community so that social
jealousy does not occur, program implementers must be more active in providing socialization to
the community so that all people can know about the KOTAKU program and maintain the
infrastructure that has been provided.

Keywords: policy implementation; city program without slums; KOTAKU.

PENDAHULUAN sempadan sungai, rel kereta api atau


zona lain, dimana yang secara
Kehidupan dengan kondisi peruntukan rencana tata ruang dan
yang sejahtera merupakan dambaan wilayah yang bukan wilayah
setiap masyarakat. Sebagaimana yang permukiman dijadikan kawasan
tercantum dalam Undang-Undang permukiman baru.
Dasar Tahun 1945 Pasal 28H Ayat 1 Permukiman baru yang tidak
menyatakan bahwa: sesuai standar akan menyebabakan
“Setiap orang berhak untuk timbulnya area pemukiman kumuh.
hidup sejahtera lahir dan batin, Permukiman kumuh merupakan
bertempat tinggal, dan mendapatkan permukiman yang tidak layak untuk
lingkungan hidup yang baik dan sehat, dihuni karena kondisi bangunan yang
serta berhak memperoleh pelayanan tidak teratur, kepadatan bangunan
kesehatan”. Ayat tersebut yang tinggi, serta bangunan, sarana
menunjukkan bahwa tinggal di sebuah dan prasarana yang kurang memadai
hunian dengan lingkungan yang layak dan tidak memenuhi standar. Kondisi
merupakan hak dasar yang harus pemukiman kumuh ditandai rumah-
dijamin pemenuhannya oleh rumah yang dibangun dengan bahan
pemerintah sebagai penyelenggara seadanya, tidak teratur, tanpa
negara. kepemilikan atau ilegal, kurangnya air
Masalah kesejahteraan bersih, jaringan listrik yang ruwet,
masyarakat merupakan fenomena saluran air tidak mendukung, sampah-
yang sering di bicarakan, akibat sampah bertumpuk dan berserakan,
semakin kompleksnya permasalahan. serta penduduk hidup dalam kondisi
Permasalahan akibat pembangunan kesehatan yang buruk.
perkotaan yang semakin cepat dan laju Penyebab timbulnya
urbanisasi yang meningkat, dapat pemukiman kumuh didorong seperti
menyebabkan meningkatnya jumlah tingginya urabanisasi. Masyarakat
pengangguran, kemiskinan, tingkat melakukan perpindahan ke kota
kriminalitas yang tinggi dan dengan alasan untuk mencari nafkah,
permintaan jumlah perumahan atau karena di desa pekerjaan yang ada
kawasan hunian di daerah perkotaan cukup terbatas. Selain itu, masyarakat
semakin banyak. Tingginya ingin mendapatkan pendidikan yang
kepadataan penduduk di perkotaan lebih baik, fasilitas dasar, dan fasilitas
mempengaruhi jumlah tempat tinggal kesehatan yang memadai. Urbanisasi
yang ikut bertambah tetapi luas ini mengakibatkan laju pertumbuhan
wilayah tidak berubah. Tidak adanya yang tinggi. Pertumbuhan penduduk
dukungan kawasan permukiman yang yang tinggi menyebabkan kebutuhan
luas mengakibatkan kawasan seperti akan sumberdaya alam meningkat,

26
Jurnal Aktor
Vol. 1, No. 1, Oktober 2021
p-ISSN: 2808-4365, e-ISSN: 2808-5167

terutama kebutuhan lahan. Kebutuhan pembangunan yang aktif. Rencana


lahan yang tidak memadai membuat yang dibuat tidak hanya berdasarkan
masyarakat untuk membangun rumah pada penyelesaian masalah saat ini,
yang tidak sesuai standar, dan tetapi harus dilandaskan pada
kepadatan bangunan yang tinggi pencapaian visi penataan permukiman
sehingga timbullah area pemukiman untuk mencapai
kumuh yang baru, serta banyak dari Kabupten/Kota layak huni dan
masyarakat yang lebih memilih disesuaikan dengan visi
tinggal di lingkungan kumuh, karena Kabupaten/Kota, Rencana Tata Ruang
tidak mampu untuk membeli atau Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota
mengontrak rumah yang lebih layak dan rencana pembangunan lainnya.
untuk ditinggali.
Kekumuhan yang terjadi di
Perumahan dan pemukiman kota-kota besar juga terjadi di
kumuh di perkotaan lebih rawan akan Kabupaten Bone khususnya
banjir dan kebakaran, serta rawan Kecamatan Tanete Riattang sehingga
akan konflik masyarakat. Hal ini menjadi salah satu wilayah di
dikarenakan bangunan yang tidak Sulawesi Selatan yang diterapkan
teratur dan gedung yang sangat program KOTAKU. Kecamatan
berhimpitan. Oleh karena itu Tanete Riattang terdiri dari delapan
pemerintah melakukan upaya dalam kelurahan, tetapi hanya tujuh
menangani permukiman kumuh (slum kelurahan yang menjadi wilayah
area), salah satunya dengan membuat penanganan dan satu kelurahan
program kota tanpa kumuh sebagai wilayah pencegahan. Program
(KOTAKU). Hal tersebut tertulis KOTAKU di Kabupaten Bone mulai
dalam Surat Edaran Kementrian dilaksanakan pada tahun 2017 dan
PUPR No. 40/SE/DC/2016 tentang masih berjalan sampai sekarang
pedoman umum program KOTAKU. (2020).
Program
KOTAKU ini dilaksanakan Kecamatan Tanete Riattang
secara nasional di 269 kota/kabupaten, merupakan tempat program
34 Propinsi. Hal tersebut dilakukan KOTAKU dilaksanakan di Kabupaten
melalui kegiatan-kegiatan pada Bone. Pada tahun 2017, program
kawasan kumuh melalui kegiatan KOTAKU masih dalam tahap
pembangunan infrastruktur serta sosialisasi, kemudian pembangunan
fisik mulai dilakukan pada tahun
pendampingan sosial dan ekonomi.
2018. Kecamatan Tanete Riattang
Program KOTAKU terdiri dari 8 kelurahan, 33
menekankan peran pemerintah daerah lingkungan, 67 RT dan 143 RW, tapi
sebagai nahkoda yang memegang tidak semua kawasan kumuh yang
kunci dalam mengarahkan dan berada di Kecamatan Tanete Riattang
mensinergikan segala bentuk masuk dalam program KOTAKU
kolaborasi antar pihak untuk tetapi hanya sesuai dengan SK Bupati
pencegahan dan peningkatan kualitas No 373 Tahun 2014.
permukiman kumuh, terutama Dari hasil observasi awal yang
masyarakat sebagai subyek dilakukan pada (tanggal 15

27
Jurnal Aktor
Vol. 1, No. 1, Oktober 2021
p-ISSN: 2808-4365, e-ISSN: 2808-5167

September, 25 September, 31 Dampak yang dirasakan oleh


Oktober, dan 2 November 2020) masyarakat, yaitu perubahan fisik
peneliti menemukan beberapa lingkungan menjadi tidak kumuh,
permasalahan pada pelaksanaan timbuhnya kesadaran masyarakat
program KOTAKU di Kecamatan untuk menjaga lingkungan dan adanya
Tanete Riattang, seperti pembangunan ruang terbuka publik, serta
yang tidak merata sehingga peningkatan ekonomi masyarakat
menyebabkan kecemburuan sosial setempat dengan pemanfaatan ruang
dimasyarakat, drainase yang telah terbuka publik.
dibangun disetiap kelurahan belum
maksimal karena setiap kali hujan Andi Mulyadi, Ari Ramdani
turun, air akan naik ke permukaan. (2021) dengan judul penelitian
Penyediaan air bersih yang kadang “implementasi program kota tanpa
mengalami gangguan serta tidak kumuh (KOTAKU) dalam
semua lingkungan mendapatkan meningkatkan kesejahteraan
bantuan sumur bor. Sumur bor yang masyarakat di Kelurahan Kebonjati
telah disediakanpun seringkali Kota Sukabumi”. Hasil penelitian
mengalami gangguan seperti air yang menunjukkan bahwa pelaksanaan
mandek. Komunikasi antara program KOTAKU sebagai upaya
masyarakat dengan pelaksana belum penanganan pemukiman kumuh
sepenuhnya maksimal karena masih dalam meningkatkan kesejahteraan
terdapat masyarakat yang belum masyarakat di Kelurahan Kebonjati
mengetahui tentang program sudah berjalan dengan baik dan sesuai
KOTAKU dan masyarakat tersebut dengan ketentuan dan pedoman
menganggap bahwa pembangunan pelaksanaan program KOTAKU yang
yang dilaksanakan hanya sebuah berlaku.
proyek. Dari dua penelitian terdahulu
Adapun penelitian terdahulu terdapat adanya perbedaan dengan
yang meneliti tentang program kota penelitian yang dilakukan. Perbedaan
tanpa kumuh adalah Imas Widiyanti tersebut terdapat pada objek yaitu
(2018) dengan judul penelitian lokasi penelitian, informan, fokus
“implementasi program penelitian dan pemilihan teori yang
kota tanpa kumuh dalam akan digunakan dalam penelitian ini.
menyelesaikan persoalan ligkungan Berdasarkan latar belakang yang telah
kumuh di Kricak diuraikan diatas, maka perlu
Yogyakarta”. Hasil penelitian melakukan penelitian mengenai
menunjukkan bahwa implementasi “Impelementasi Kebijakan Program
Program Kota Tanpa Kumuh di Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di
Kricak RW 1 Tegalrejo Kecamatan Tanete Riattang
Yogyakarta sudah berjalan Kabupaten Bone” 2.
sesuai dengan
PU Nomor 40/SE/DC/2016. METODE PENELITIAN
Tahap implementasi meliputi tahap
sosialisasi, tahap perencanaan, tahap Jenis penelitian yang
pelaksanaan dan tahap keberlanjutan. digunakan adalah jenis penelitian

28
Jurnal Aktor
Vol. 1, No. 1, Oktober 2021
p-ISSN: 2808-4365, e-ISSN: 2808-5167

kualitatif deskriptif. Dengan aktif tetapi tidak diganti. Sumber daya


menggunakan penelitian kualitatif dinilai kurang baik karena belum
dimaksudkan untuk memperoleh memadai.
gambaran secara jelas dan Pada indikator lingkungan
memperoleh data lengkap serta lebih kebijakan dinilai sudah baik dengan
valid mengenai masalah-masalah sub indikator yaitu: kepentingan,
yang diteliti. Peneliti mencoba strategi actor yang terlibat dinilai baik
mendeskripsikan implementasi karena telah membentuk tim
kebijakan program kota tanpa kumuh kelompok pemelihara dan pemanfaat
(KOTAKU) di Kecamatan Tanete (KPP) untuk mencegah timbulnya
Riattang. kumuh baru. Karakteristik dikatakan
Lokasi penelitian ini adalah di sudah baik karena pelaksana telah
Kecamatan Tanete Riattang terbuka dan mendukung program
Kabupaten Bone. Fokus penelitian ini, demi kesejahteraan masyarakat, serta
yaitu implementasi Program hubungan program, pelaksana, dan
KOTAKU dengan menggunakan teori penerima sangat baik. Kepatuhan dan
implementasi Merille S. Grindle. respon pelaksana dikatakan baik
Tahap penelitian yaitu pra penelitian, karena pelaksana telah patuh
tahap penelitian, tahap akhir. menjalankan program KOTAKU
sesuai dengan surat edaran kementrian
Hasil Penelitian pekerjaan umum dan perumahan
a. Impelementasi Program Kota rakyat (PUPR) No. 40 Tahun 2016
Tanpa Kumuh (KOTAKU) tentang pedoman umum program
Kepentingan dinilai baik KOTAKU, serta pelaksana telah
disebabkan karena kepentingan yang membuat laporan
ingin dicapai adalah kepentingan pertanggungjawaban atas apa yang
masyarakat dengan meningkatkan telah dikerjakan.
kualitas pemukiman. Tipe manfaat Hasil penelitian diperkuat
dinilai baik karena memberikan dengan dokumentasi kegiatan
manfaat positif kepada masyarakat. pelaksanaan padat karya program
Perubahan dinilai baik karena KOTAKU yang memuat on the job
program KOTAKU memberikan training (pelatihan kerja lapangan),
perbedaan sebelum dan setelah pembangunan infrastruktur di
adanya program KOTAKU seperti Kecamatan Tanete Riattang
mengubah pola pikir masyarakat Kabupaten Bone.
mengenai pola hidup sehat, serta Hasil penelitian ini juga
mengurangi luas kumuh. Pengambilan sejalan dengan hasil penelitian
keputusan dinilai baik karena terdahulu oleh Andi Mulyadi, Ari
pengambilan keputusan dilakukan Ramdani (2021) dengan judul
dengan melibatkan masyarakat. Dua implementasi program kota tanpa
sub indicator lainnya dari isi kebijakan kumuh
dikatakan kurang baik yaitu: (KOTAKU) dalam
pelaksana program dinilai kurang baik meningkatkan kesejahteraan
karena masih lalai dalam menjalankan masyarakat di Kelurahan Kebonjati
tugasnya, serta pelaksana yang tidak Kota Sukabumi. Hasil penelitian

29
Jurnal Aktor
Vol. 1, No. 1, Oktober 2021
p-ISSN: 2808-4365, e-ISSN: 2808-5167

menunjukkan bahwa pelaksanaan Perpindahan penduduk dari desa ke


program KOTAKU sebagai upaya kota atau yang disebut dengan
penanganan pemukiman kumuh urbanisasi, tujuannya untuk menjadi
dalam meningkatkan kesejahteraan sukses, tetapi sebagian besar menjadi
masyarakat di Kelurahan Kebonjati masalah bagi perkotaan. Masyarakat
sudah berjalan dengan baik dan sesuai tidak memperdulikan tempat tinggal
dengan ketentuan dan pedoman sehingga terciptalah kawasan kumuh
pelaksanaan program KOTAKU yang baru.
berlaku.
Faktor kedua yaitu pola pikir
masyarakat. Masyarakat masih
b. Faktor Pendukung Dan
membuang sampah tidak pada
Penghambat
tempatnya serta tidak memperdulikan
kebersihan lingkungan. Faktor ketiga
Adapun faktor-faktor
yaitu anggota BKM yang kurang aktif.
pendukung dalam pelaksanaan
Anggota BKM terkadang lebih
program KOTAKU di Kecamatan
mementingkan kepentingan pribadi
Tanete Riattang adalah kesadaran
sehingga lalai dalam
masyarakat yang berpartisipasi dalam
menjalanjalankan tugasnya.
pelaksanaan program KOTAKU.
PENUTUP
Kesadaran masyarakat dalam
Kesimpulan
berpartisipasi pada program kota
tanpa kumuh yaitu dengan turut serta Berdasarkan hasil penelitian
membantu pada pelaksanaan program. dan pembahasan mengenai
Masyarakat turut serta dalam Implementasi program kota tanpa
pembangunan jalan, membantu kumuh (KOTAKU) di Kecamatan
membersihkan area yang akan Tanete Riattang Kabupaten
dibangun bahkan menyumbangkan Bone berdasarkan dua
materi. indikator yang dikemukakan
oleh Merille S sebagaimana yang
Faktor penghambat yang telah disimpulkan sebelumnya, maka
dimaksud dalam penelitian ini adalah dapat disimpulkan bahwa:
semua hal yang sifatnya menghambat a. Implementasi program
implementasi program KOTAKU di KOTAKU di Kecamatan Tanete
Kecamatan Tanete Riattang. Riattang Kabupaten Bone dinilai
Adapun faktor penghambat sudah berjalan dengan baik,
impelementasi program KOTAKU di sesuai dengan teori Meriee S.
Kecamatan Tanete Riattang adalah Grindle. Hal ini dapat dilihat dari
keterbatasan lahan, pola pikir 7 sub Indikator yang berjalan
masyarakat dan anggota BKM yang dengan baik diantaranya:
tidak aktif. a).kepentingan b.) Manfaat. c.)
Perubahan, d.)
Faktor pertama yaitu Pengambilan keputusan, e.)
keterbatasan lahan. Masyarakat strategi, f. karakteristik lembaga,
terkadang enggan menghibahkan g.) kepatuhan dan respon
lahan untuk pembangunan, karena pelaksana. Dua sub indikator
lahan di perkotaan sangat berharga.

30
Jurnal Aktor
Vol. 1, No. 1, Oktober 2021
p-ISSN: 2808-4365, e-ISSN: 2808-5167

lainnya masih kurang baik yaitu Kay, A. (2006). The Dynamics of


pelaksana, dan sumber daya. Public Policy: Theory and
b. Adapun faktor pendukung pada Evidence. Cheltenham UK:
implementasi program kota tanpa Edward Elgar Publishing, Inc.
kumuh (KOTAKU) di
Kecamatan Mutiasari, M. N. (2016).
Tanete Riattang Kabupaten Bone impelementasi kebijakan
adalah partisipasi masyarakat. perizinan dan pemberitahuan
Sedangkan faktor kegiatan masyarakat pada
penghambatnya yaitu kepolisian resort (POLRES)
keterbatasan lahan, pola pikir Kota Kendari. e-Journal-
masyarakat, sebagian anggota Publica, PPSAP_UHO,ISSN.
Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM) yang kurang aktif. Winarno, B. (2016). Kebijakan publik
Saran era globalisasi (teori, proses
dan studi kasus kompratif).
Berdasarkan hasil penelitian Yogyakarta: CAPC (Center of
yang telah diuraikan di atas saran yang Academic Publishing
dapat peneliti sampaikan yaitu: Service).
1. Dalam memberikan fasilitas,
diharapkan dapat merata kepada
seluruh masyarakat agar tidak
terjadi kecemburuan sosial.
2. Pelaksana program harus lebih
aktif dalam memberikan
sosialisasi kepada masyarakat
agar semua masyarakat dapat
mengetahui program kota tanpa
kumuh (KOTAKU) dan menjaga
infrastruktur yang telah
diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Akib, H. (2010). Implementasi


Kebijakan: Apa, Mengapa,
dan Bagaimana. Jurnal
Administrasi Publik Volume 1
No. 1.

Bevir, M. (2007). Encyclopedia of


Governance. California: Sage
Publications, Inc.

31
Jurnal Aktor
Vol. 1, No. 1, Oktober 2021
p-ISSN: 2808-4365, e-ISSN: 2808-5167

32

Anda mungkin juga menyukai