Anda di halaman 1dari 11

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BELANJA JASA PERENCANAAN DAN BASELINE DATA


PENANGANAN KAWASAN KUMUH KELURAHAN MEKAR
JAYA KECAMATAN KUALA BETARA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT


DINAS PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN
TAHUN 2022

1
1. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5883);
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 136);
5. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 10);
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 785);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 12 Tahun
2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanjung
Jabung Barat Tahun 2013 – 2033;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 9 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung
Jabung Barat Nomor 2 Tahun 2016 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2016-
2021.

2. Latar Belakang Permukiman kumuh merupakan masalah kompleks di perkotaan yang


mencakup persoalan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020- 2024 telah mengamanatkan
target kawasan permukiman kumuh yang ditangani secara terpadu seluas
10.000 ha dan 10 kawasan di Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
yang ditangani melalui peremajaan kota. Untuk mencapai target tersebut,
dibutuhkan upaya penanganan permukiman kumuh secara holistik dan
terintegrasi yang didukung dengan perencanaan penanganan yang terpadu.
Urbanisasi merupakan suatu fenomena perubahan karakteristik
kawasan perkotaan yang ditandai dengan semakin bertambahnya penduduk
kota yang dikarenakan oleh tiga hal yaitu: pertambahan penduduk alami di
kota, perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan perubahan ciri dari desa
menjadi kota. Kota lebih dipahami tidak
hanya sebatas administratif kota otonom, tetapi juga meliputi kawasan

2
yang bercirikan perkotaan sesuai dengan rencana tata ruang. Diperkirakan
persentase penduduk Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan pada tahun
2025 adalah 60% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2020). Tantangan
yang timbul sebagai implikasi urbanisasi ini harus mampu dijawab oleh para
pemangku kepentingan untuk dapat mewujudkan permukiman perkotaan
menjadi layak huni salah satunya dengan menyediakan infrastruktur
permukiman yang memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan harus
mampu diimbangi pula dengan penyediaan prasarana, sarana dan utilitas
permukiman yang tepat. Ketidakmampuan para pemangku kepentingan dapat
memicu terciptanya lingkungan permukiman kumuh di kawasan perkotaan.
Perwujudan permukiman perkotaan menjadi layak huni dimulai
dengan penanganan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh yang
komprehensif dan kolaboratif. Penanganan berbagai aspek permukiman
kumuh sangat diperlukan untuk menjamin penuntasan permasalahan yang
terintegrasi dengan pengembangan mulai dari skala lingkungan atau
komunitas, skala kawasan, dan skala kabupaten/kota. Penanganan Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh merupakan upaya bersama pelaku
pembangunan untuk mencapai perkembangan kota yang berkesinambungan.
Pemerintah Indonesia dalam memenuhi target MDG’s telah berupaya
keras menangani perumahan dan Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh, bahkan zero kumuh sudah secara jelas ditargetkan pada RPJMN
2020-2024 tepatnya ditahun 2019. Pencanangan zero kumuh 2019 telah
diikuti dengan arah kebijakan dan strategi yang focus serta alokasi anggaran
yang memadai diawali di tahun pertama implementasi RPJMN 2020-2024.
Langkah awal dalam mengejar target zero kumuh 2025 sebenarnya telah
dimulai oleh Kementerian Pekerjaam Umum melalui Ditjen Cipta Karya
sejak tahun 2014 dengan menyusun road map penanganan kumuh serta
pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan
kementerian/lembaga yang terkait serta pemerintah daerah di seluruh
Indonesia. Menjamurnya kawasan (perumahan dan permukiman) kumuh di
kota-kota di Indonesia pada umumnya diakibatkan oleh laju urbanisasi yang
tinggi dimana kehidupan perkotaan menjadi magnet yang cukup kuat bagi
masyarakat perdesaan yang kurang beruntung karena sempitnya lapangan
kerja di daerahnya. Bermukim di kawasan kumuh perkotaan bukan
merupakan pilihan melainkan suatu keterpaksaan bagi kaum migran tak
terampil yang harus menerima keadaan lingkungan permukiman yang tidak
layak dan berada dibawah standar pelayanan minimal seperti rendahnya mutu
pelayanan air minum, drainase, limbah, sampah serta masalah-masalah lain
seperti kepadatan dan ketidak teraturan letak bangunan yang berdampak
ganda baik yang berkaitan dengan fisik misalnya bahaya kebakaran maupun
dampak sosial seperti tingkat kriminal yang cenderung meningkat dari waktu
kewaktu. Tidak semua kawasan-kawasan kumuh dihuni oleh kaum
pendatang, dan tidak juga seluruh penghuninya adalah kaum papa bahkan
dibeberapa kawasan kumuh illegal (squatters area) ternyata dikuasai oleh
“land lord” yang memanfaatkan lahan sebagai tempat usaha kontrakan
rumah petak, dan ada pula komunitas yang punya

3
alasan tertentu bertahan dengan kondisi lingkungan yang tidak layak, ragam
permasalahan inilah yang harus ditemu kenali khususnya oleh pemerintah
kota/kabupaten sendiri.
Dilihat dari sisi pemanfaatan ruang permukiman, permukiman kumuh
diartikan sebagai area permukiman yang tidak layak huni dengan kondisi
bangunan yang tidak teratur, memiliki tingkat kepadatan bangunan yang
tinggi, dengan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat. Penggunaan ruang para permukiman kumuh tersebut
seringkali berada pada suatu ruang yang tidak sesuai dengan fungsi aslinya
sehingga berubah menjadi fungsi permukiman, seperti muncul kantung-
kantung permukiman pada daerah sempadan untuk kebutuhan ruang terbuka
hijau atau lahan-lahan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya (squatters).
Keadaan demikian yang menunjukkan bahwa penghuninya kurang mampu
untuk membeli dan menyewa rumah di daerah perkotaan dengan harga
lahan/bangunan yang tinggi, sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan
sudah tidak ada. Permukiman tersebut muncul dengan sarana dan prasarana
kurang memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan kepadatan yang
tinggi serta mengancam kondisi kesehatan, keselamatan dan kenyamanan
penghuni. Oleh karena itu permukiman yang berada di kawasan SUTET,
sempadan sungai, sempadan rel kereta api, kolong jembatan tol dan
sempadan situ/ danau merupakan permukiman kumuh.
Permasalahan Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh sering kali
menjadi salah satu isu utama yang cukup menjadi polemik, sehingga seperti
tidak pernah terkejar oleh upaya penanganan yang dari waktu ke waktu sudah
dilakukan. Masalah yang sarat muatan sosial, budaya ekonomi dan politik
dengan serta merta mengancam kawasan-kawasan permukiman perkotaan
yang nyaris menjadi laten dan hampir tak selesai ditangani dalam beberapa
dekade. Secara khusus dampak permukiman kumuh juga akan menimbulkan
paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah, dengan memberikan
dampak citra negatif akan ketidakberdayaan dan ketidak mampuan
pemerintah dalam pengaturan pelayanan kehidupan hidup dan penghidupan
warganya. Dilain sisi dibidang tatanan sosial budaya kemasyarakatan,
komunitas yang bermukim di lingkungan permukiman kumuh secara
ekonomi pada umumnya termasuk golongan masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah, yang seringkali menjadi alasan penyebab terjadinya
degradasi kedisiplinan dan ketidaktertiban dalam berbagai tatanan sosial
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas, Pemerintah Kabupaten Tanjung
Jabung Barat pada tahun anggaran 2022 ini akan melaksanakan kegiatan
perencanaan dan baseline data penanganan kawasan kumuh Kelurahan Mekar
Jaya Kecamatan Betara

3. Maksud dan Maksud dari kegiatan ini adalah:


Tujuan 1. Memberikan fasilitas pembangunan prasarana dan sarana permukiman
perkotaan yang berwawasan lingkungan dan dalam rangka menciptakan
lingkungan perkotaan sesuai target

4
pencapaian SDG’s.
2. Menciptakan kawasan permukiman perkotaan menjadi kawasan yang
layak, aman nyaman sehat tertib dan teratur serta meningkatkan kualitas
kawasan permukiman perkotaan untuk mencapai kondisi sosial ekonomi
masyarakat yang baik.

Tujuan dari kegiatan ini adalah:


1. Agar Pemerintah Kabupaten dapat sepenuhnya menjadi pemrakarsa
utama dalam mensukseskan program pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh perkotaan,
2. Mempercepat tercapainya arah pembangunan kawasan permukiman
perkotaan yang berkelanjutan,
3. Tersusunnya dokumen teknis pembangunan yang mampu menjadi
panduan kegiatan penyediaan prasarana dan sarana infrastruktur
permukiman perkotaan.

4. Sasaran 1. Kawasan permukiman kumuh mempunyai infrastruktur yang baik serta


membantu masyarakat dan Pemda mampu menyelengarakan kegiatan
pelayanan dengan cepat dan tepat untuk meningkat pertumbuhan
ekonomi.
2. Terciptanya lingkungan permukiman perkotaan yang baik, aman,
nyaman, sehat dan layak huni.
3. Tersedianya data baseline permukiman kumuh sebagi acuan untuk
penanganan kawasan kumuh.

5. Metodologi Belanja Jasa Perencanaan dan baseline data penangan kawasan kumuh
Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat
merupakan rencana pengembangan sistem permukiman secara menyeluruh
yang terintegrasi dan terpadu dengan sistem permukiman perkotaan sesuai
dengan kebutuhan yang ada baik untuk masa sekarang maupun untuk masa
yang akan datang.
Perumusan konsep perencanaan berintikan kepada langkah- langkah
serta pertimbangan-pertimbangan konsepsional mengenai bagaimana
menyusun suatu konsep perencanaan infrastruktur permukiman kumuh secara
efisien dan efektif. Pengertian efisien disini adalah bahwa dalam
perencanaan yang dibuat diharapkan akan bersifat berdaya guna dan berhasil
guna, sedangkan efektif di sini mempunyai arti bahwa yang dibuat
diharapkan mencapai sasaran yang dikehendaki yaitu bersifat teknis,
operasional, dan dapat dijadikan pedoman pembangunan infrastruktur
permukiman sehingga mampu mengatasi permasalahan yang selama ini
dirasakan oleh masyarakat perkotaan Kabupaten Tanjung Jabung Barat secara
keseluruhan.
Dalam hal ini jelas bahwa didalam penyusunan konsep perencanaan
juga didasari oleh standar dan kriteria perencanaan,
berupa batasan-batasan dalam pengembangan infrastruktur permukiman yang
optimal.

5
Kemudian hal yang tidak kalah pentingnya adalah konsep perencanaan
pada hakekatnya merupakan dasar tujuan yang harus dicapai dalam
penyusunan adalah bagaimana dapat bersifat operasional (siap dilaksanakan).
Hal tersebut berarti perencanaan yang dibuat tidak hanya berupa uraian
konsep saja tetapi didukung pula oleh tiga aspek yaitu teknis, organisasi
(administratif) dan pembiayaan pembangunan.
Dengan mengacu pada kondisi permukiman kumuh perkotaan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, metodologi pekerjaan yang akan dilakukan
dalam pekerjaan ini meliputi tahapan kegiatan sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
b. Tahap Pengumpulan Data lapangan, data sosial ekonomi, data
kependudukan dan data lain yang terkait dengan kawasan
c. Tahap Analisis Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur dan tema
permukiman kumuh
d. Tahap Sosialisasi Kesepakatan Program bersama pihak terkait
e. Tahap Rencana Tindak Perencanaan Teknis

Tahapan Persiapan
Tahap ini merupakan tahap awal dari seluruh tahapan pekerjaan yang
dimulai dari mobilisasi tim, koordinasi dengan instansi terkait, pengumpulan
data sekunder dan review studi-studi terdahulu, pengidentifikasian peraturan-
peraturan terkait dengan Perencanaan dan baseline data penanganan kawasan
kumuh Kelurahan perencanaan dan baseline data penanganan kawasan
kumuh Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung
Barat, kebijakan pemerintah di bidang perencanaan drainase, dan sebagainya.
Walaupun tahap ini merupakan tahap awal, akan tetapi memberi pengaruh
bagi tahap-tahap selanjutnya. Karena keberhasilan pelaksanaan tahap
selanjutnya sangat tergantung kepada persiapan yang dilakukan pada tahap
awal. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam tahap ini adalah :
 Penandatangan kontrak dan SPK (Surat Perintah Kerja)
 Koordinasi tim berkaitan dengan pembagian tugas masing-masing
personil
 Koordinasi dengan Pemberi Kerja (Pemerintah Daerah).
 Penyiapan peralatan pendukung pekerjaan
 Diskusi Tim berkaitan dengan pemahaman secara mendalam mengenai
hal-hal yang sudah digariskan dalam Kerangka Acuan Kerja
 Review dan penelaahan studi-studi atau rencana-rencana terdahulu yang
sudah pernah dibuat
 Pengidentifikasian dan penelaahan peraturan-peraturan, kebijakan
pemerintah (pusat, propinsi, maupun kabupaten), kebijakan perencanaan
tata ruang (RTRW, RDTR, pengembangan infrastruktur, dll).
 Pengumpulan data-data awal (data-data sekunder)
 Penyusunan rencana kerja.
 Penyusunan metodologi pekerjaan

6
 Penyepakatan waktu penyelesaian pekerjaan dalam internal tim.
 Pengarahan dan penugasan personil
 Penyiapan petunjuk dan kriteria survey termasuk di dalamnya peta situasi
lokasi.
 Pengadaan dan pembuatan peta dasar.
 Persiapan survey (persiapan tinjauan ke lapangan).
 Pembuatan surat perijinan untuk pelaksanaan survey.
 Persiapan peralatan dan perangkat survey (alat ukur, dan peralatan
survey lainnya.
 Mobilisasi dan persiapan pemberangkatan tim ke lapangan
Tahap Pengumpulan Data lapangan, data sosial ekonomi, data
kependudukan, data lain yang terkait dengan kawasan
Dalam rangka pengumpulan data dasar tersebut diatas konsultan
menghubungi instansi pemerintah daerah yang bertanggungjawab serta
berwenang dalam masalah perencanaan permukiman perkotaan yang
bersangkutan.
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi guna penyusunan
pekerjaan ini dilakukan dengan cara :
Survey Instansional
Survey instansional adalah pengumpulan data dari instansi terkait untuk
mendapatkan data. Data-data yang diperlukan dari survey instansional
meliputi :
 Data hidrologi/pasang surut
 Data mengenai peta/gambar
 Data kependudukan

Adapun instansi-instansi yang dihubungi dalam survey tersebut antara lain :


- Bappeda Kabupaten Tanjung Jabung Barat
- Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
- Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Kabupaten Tanjung Jabung Barat
- Dinas-dinas yang lain yang terkait.
Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kondisi
eksisting infrastruktur permukiman, dimana informasi tersebut didapat
melalui wawancara dengan masyarakat setempat. Untuk tujuan tersebut
diatas, data yang diperlukan antara lain :
- Data Kondisi Infrastruktur Eksisting
- Data banjir dan genangan
- Pengukuran
- Foto lapangan pada saat survey dilakukan

Perencanaan Teknis
Setelah diperolehnya kesepakatan-kesepakatan mengenai langkah
terbaik penanganan dan kebutuhan pengembangan

7
infrastruktur permukiman, maka hasil kesepakatan tersebut akan menjadi
referensi untuk ditindaklanjuti menjadi sebuah rumusan perencanaan teknis
yang hasilnya nanti secara mendasar sudah mendapat persetujuan dari
berbagai pihak. Adapun muatan-muatan perencanaan teknis tersebut meliputi
hal-hal berikut ini:
1. Pembuatan Gambar Rencana/Perencanaan Teknis berdasarkan peraturan
mentri PUPR Nomor 14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh (tentang 7 aspek dan kriteria kekumuhan),
2. Skema penanganan kawasan kumuh yang sesuai dengan typologi kumuh,
3. Baseline data numerik,
4. By name by adrees data kependudukan pada kawasan kumuh.

6. Produk Pekerjaan Seluruh rangkaian kegiatan pekerjaan detail akan dituangkan dalam bentuk
pelaporan yaitu :
1. Laporan Pendahuluan (sebanyak 5 eksemplar)
2. Laporan Akhir, (sebanyak 10 eksemplar)
3. Album Peta dan Gambar (Ukuran A3)
4. Soft Copy Laporan Lengkap, sebanyak 1 (satu) unit
Konsultan wajib untuk menyampaikan setiap produk pelaporan dengan tepat
waktu, baik kepada Pemberi Tugas maupun kepada Tim Teknis untuk
mendapatkan koreksi dan sebagai bahan pembahasan.

7. Lokasi Pekerjaan Lokasi kegiatan ini adalah di Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan Betara
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
8. Pemberi Tugas
Pemberi tugas (Pengguna Jasa) adalah Dinas Perumahan dan Kawasan
(Pengguna Jasa)
Permukiman Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

9. Waktu - Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 2,5 bulan atau 75 hari kalender
Pelaksanaan terhitung sejak penandatanganan kontrak.
Pekerjaan
- Hasil pekerjaan ini harus disetujui oleh Pengguna Anggaran Dinas
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Tahun Anggaran 2022.

10. Organisasi dan 1. Organisasi Konsultan


Kebutuhan
Organisasi kerja konsultan berupa tim kerja yang terdiri dari beberapa
Tenaga Ahli
tenaga ahli yang dikoordinir dan diorganisir seorang team leader,
kualifikasi team leader beserta tenaga ahli yang dibutuhkan dalam
kegiatan ini secara rinci dapat dijelaskan pada kebutuhan Tenaga Ahli
dalam KAK ini.
2. Kebutuhan Tenaga Ahli
Adapun kriteria tenaga ahli yang diperlukan pada pekerjaan ini

8
adalah sebagai berikut :
A. Tenaga Ahli
1. Team Leader, 1 (satu) orang Sarjana Teknik
Planologi/Perencanaan Wilayah dan Kota: Lulus perguruan tinggi
negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah lulus ujian Negara
atau yang telah diakreditasi atau perguruan tinggi luar negeri yang
telah diakreditasi, mempunyai pengalaman minimal 4 (Empat) tahun
dibidangnya dan menguasai program GIS.
2. Tenaga Ahli Sipil, 1 (satu) orang Sarjana Teknik Sipil yang Lulus
perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah lulus
ujian Negara atau yang telah diakreditasi atau perguruan tinggi luar
negeri yang telah diakreditasi, mempunyai pengalaman minimal 3
(Tiga) tahun dibidangnya.
3. Tenaga Ahli Arsitektur, 1 (satu) orang Sarjana Teknik Arsitektur
yang Lulus perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta
yang telah lulus ujian Negara atau yang telah diakreditasi atau
perguruan tinggi luar negeri yang telah diakreditasi, mempunyai
pengalaman minimal 3 (Tiga) tahun dibidangnya.
B. Tenaga Pendukung
1. Operator Komputer, 1 (satu) orang berjenjang pendidikan SMU/SMK
atau sederajat yang mempunyai ketrampilan mengoperasikan
komputer (program Microsoft Word, Excel dan Power Point)
berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun dibidangnya.
2. Administrasi, 1 (satu) orang berjenjang pendidikan SMU atau
sederajat yang mempunyai pengalaman minimal 3 (tiga) tahun
dibidangnya.
3. Operator AutoCad, 1 (satu) orang berjenjang pendidikan SMK/D3
atau sederajat yang mempunyai ketrampilan mengoperasikan
komputer (program AutoCad dan Animasi 3D) berpengalaman
minimal 3 (tiga) tahun dibidangnya.
4. Surveyor, 4 (Empat) orang berjenjang pendidikan STM/SMK Teknik
Sipil yang mempunyai pengalaman minimal 3 (tiga) tahun
dibidangnya.
5. Office boy

11. Sumber Dana Biaya yang dibutuhkan untuk Pekerjaan ini sebesar Rp.250.000.000,-
(Duaratus Lima Puluh Juta Rupiah) berasal dari APBD Tahun Anggaran
2022.

12. Kriteria Dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan teknik seperti yang


dimaksudkan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini, Konsultan perencana
perlu memperhatikan persyaratan-persyaratan sebagai
berikut :

9
a. Persyaratan Umum
Setiap bagian pekerjaan perencanaan harus dilaksanakan secara benar dan
tuntas sampai dengan memberi hasil/keluaran sebagaimana yang telah
ditetapkan dan diterima dengan baik oleh Pejabat Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
b. Persyaratan Profesional
Pekerjaan harus dilaksanakan secara profesional oleh tenaga- tenaga ahli
konsultan dibidangnya.
c. Persyaratan Prosedural
Penyelesaian administrasi sehubungan dengan pekerjaan perencanaan
harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.

13. Kewajiban a. Konsultan diwajibkan untuk melakukan seluruh persiapan dan mobilisasi
Konsultan sumberdaya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas seperti
tercantum pada lingkup Pekerjaan.
b. Dalam pelaksanaan pekerjaanya konsultan agar selalu berkonsultansi
dengan Tim Teknis, yang susunannya akan disampaikan kemudian.
c. Melakukan koordinasi dengan Pihak Pengguna Anggaran dalam hal ini
Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Tanjung Jabung
Barat untuk menjaring masukan kebutuhan yang diperlukan.
d. Menyiapkan perangkat survey dan pendataan yang dibutuhkan untuk
kegiatan serta berkoordinasi dengan pihak Tim Teknis dan instansi
terkait.
e. Melakukan evaluasi data dan analisis terhadap masukan-masukan
lainnya.
f. Membuat Album Peta dan Laporan dan lain-lainya.

14. Penutup Kerangka Acuan Kerja ini masih bersifat umum, sehingga pihak
Konsultan diharapkan dapat mengembangkan secara inovatif dengan tetap
berkonsultasi dengan Tim Teknis dan Pemberi Tugas.

Kuala Tungkal, Januari 2022


Dibuat Oleh :
Pejabat Pembuat Komitmen

Nendry rafi andika. ST


NIP. 19850706 201001 1 011

10
11

Anda mungkin juga menyukai