Anda di halaman 1dari 2

Pemicu Pertumbuhan Pemukiman Kumuh di Jakarta

Pemukiman kumuh sudah menjadi permasalahan yang mendarah daging di Jakarta. Status
Jakarta yang saat ini masih menjadi Ibu Kota menarik minat penduduk diluar daerah Jakarta
untuk mengadu nasibnya di Ibu Kota dengan harapan mereka dapat memperbaiki status sosial
mereka. Harapan hanya tinggal harapan, mereka yang datang ke Jakarta tanpa adanya segala
persiapan hanya menjadi beban bagi kota karena ketidakmampuan mereka untuk membeli
tempat tinggal yang layak. Kehidupan mereka semrawut ditengah-tengah hiruk pikuk ramainya
Jakarta. Mereka akhirnya memilih jalan untuk membangun rumah ditempat yang tidak
seharusnya. Kolong jembatan, pinggir-pinggir jalan, sepanjang sisi-sisi rel kerata api, tepian
sungai menjadi pilihan mereka yang tidak mampu membeli atau membangun pemukiman yang
layak. Pemukiman ditempat-tempat seperti itu tentunya memiliki kualitas yang sangat buruk.
Kesehatan penghuninya pasti akan terganggu jika lingkungan sekitar mereka tidak sehat.
Pemukiman kumuh menjadikan pemandangan kota menjadi berantakan. Tidak hanya itu,
pemukiman kumuh dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kerusakan lingkungan
disekitarnya. Rumah seperti itu biasanya atap, dinding, lantai, dan fentilasinya tidak sesuai
dengan rumah-rumah pada umumnya. Udara yang mereka hirup tidak cukup bersih karena
lingkungan yang kumuh. Jaringan drainase mereka memiliki kualitas yang buruk, dan juga
saluran pembuangan air limbah domestik yang bercampur dengan drainase lingkungann. Hal-hal
seperti itu dapat terjadi karena masalah ekonomi. Mereka tidak mampu membeli pemukiman
yang layak untuk hunian. Harga perumahan di Jakarta tentunya mahal karena faktor tempatnya
yang berada di tengah kota dengan fasilitas-fasilitasnya yang memadai dan juga faktor lahan
yang saat ini semakin langka. Pertumbuhan penduduk seharusnya harus seimbang dengan
kapasitas suatu kota. Jika penduduknya overload, maka suatu kota akan kekurangan lahan untuk
dijadikan perumahan. Pemerintah tentunya sudah melakukan upaya mereka untuk mengatasi
masalah pemukiman ini, tetapi memang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
menertibkannya. Masalah ini juga tidak cepat selesai karena faktor dari penduduk itu sendiri.
Mereka tidak mengikuti himbauan dari pemerintah untuk tidak membangun pemukiman diatas
tanah milik negara. Tentu saja mereka yang tidak mendengarkan tetap melakukannya untuk
keberlangsungan hidup mereka. Mereka memiliki kebutuhan akan tempat tinggal tetapi tidak
mampu untuk membeli yang layak. Beberapa program yang telah pemerintah lakukan untuk
mengatasi masalah pemukiman kumuh di Jakarta yaitu program Muhammad Husni Thamrin dan
juga pembangunan rumah susun sewa. Program Muhammad Husni Thamrin adalah program
perbaikan kampung terpadu yang dilakukan dalam rangka mewujudkan visi Jakarta 2007-2012,
yang bunyinya “Jakarta yang nyaman dan sejahtera untuk semua.”. Salah satu contoh dari
program tersebut adalah melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pembangunan. Hal
itu dilakukan untuk mewujudkan kehidupan dilingkungan yang layak dan kesejahteraan bagi
penduduknya. Kemudian ada rumah susun sewa. Program ini dilakukan untuk membantu
penduduk yang penghasilannya rendah untuk medapatkan rumah yang layak. Karena kurangnya
lahan di Jakarta, maka pemerintah melakukan upaya pembangunan rumah secara vertikal atau
biasa disebut dengan rumah susun. Ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
dalam melakukan rumah susun sewa ini, yaitu pencarian lahan untuk pembangunan rumah susun
sewa dengan skala yang besar dipinggiran kota dan terjangkau sarana, prasarana, serta utilitas
kota, memanfaatkan lahan-lahan milik daerah yang belum difungsikan, mampu meningkatan
kesejahteraan penghuninya, dalam melakukan pembangunan tidak melakukan penggusuran, dan
melibatkan peran serta masyarakat. Selain kedua program yang telah dilakukan pemerintah
diatas, baru-baru ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mengumumkan
program baru, yaitu program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) sebagai bagian dari Program
Padat Karya Tunai (PKT). Program ini dibahas dalam diskusi virtual pada bulan Juli 2020.
Seperti yang dibahas dalam diskusi tersebut, program ini adalah perwujudan dari Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dan Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan
Permukiman. Serta Peraturan Menteri PUPR Tahun 2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan
Kualitas terhadap Perumahan dan Permukiman Kumuh. Program ini berbeda cakupannya
dengan program yang sudah dipaparkan tadi diatas. Jika program yang sebelumnya hanya untuk
kawasan DKI Jakarta saja, maka program KOTAKU ini dimaksudkan untuk seluruh provinsi
yang ada di Indonesia. Dengan adanya program-program yang telah dilakukan oleh pemerintah
ini diharapkan agar permasalahan tentang pemukiman kumuh cepat terselesaikan. Dalam
penerapannya, tentunya pemerintah juga membutuhkan partisipasi dari masyarakat agar semua
program diatas dapat berjalan semestinya. Mari kita wujudkan kota yang lebih baik dan
pemukiman yang layak huni sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan kita semua.

Anda mungkin juga menyukai