Anda di halaman 1dari 8

Latar belakang

Rencana strategis atau Renstra Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota Jakarta, menyusun strategi guna mengatur kepadatan yang
mulai terjadi di Ibu Kota Jakarta, dengan menggunakan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan Daerah. Pada UU no.25 Tahun 2004 tentang SPPN Bab II Pasal 2 didalam pasal tersebut
termaktub tentang tujuan dari SPN yaitu adalah untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu,
antar fungsi maupun antarr pusat dan daerah. Untuk itu, pada pelaksanaan pembangunan daerah merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya,
untuk hal tersebut perlu dilandasi dengan rencana pembangunan yang disusun berdasakan kenyataan realita dan kondisi dinamika saat ini serta tujuan, maka hal
tersebut diperlukan perencanaan berbagai sektor pembangunan. Perencanaan sendiri dianggap sebagai salah satu proses yang berkelanjutan termasuk
diantaranya dalam pengambilan keputusan, penentuan pilihan dari berbagai alternatif dalam pemanfaatan pelbagai sumberdaya dengan memperhatikan
keterbatasan dan kendala secara efektif dan efisien. Selain itu pula dalam penyusunan perencanaan pembangunan harus memperhatikan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).

Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan suatu dasar acuan bagi pemanfaatan ruang untuk seluruh kegiatan yang memerlukan ruang sebagai kegiatan
pembangunan sektoral dan dalam pengembangan wilayah. Dasar hukum yang digunakan dan mengatur hal tersebut dalam Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun
2010, bahwa untuk wilayah Kota/Kabupaten dalam penyusunan rencana umum yang dilihat dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/kota
dengan rencana rincinya RDTR Kabupaten/Kota.Untuk itu Rencana Pembangunan (RP) menguraikan kebijakan dan program yang membutuhan ruang yang
diakomodir dalam Rencana Tata Ruang. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 telah mengatur bahwa Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah harus menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategi OPD.

Konsep dasar pembangunan rumah susun perkotaan sesungguhnya merupakan penataan ruang yang menghasilkan kualitas lingkungan perkotaan yang
sehat dengan penggunaan lahan seefisien mungkin. Masalahnya adalah pembangunan rumah susun tidak pernah memperhitungkan kelompok-kelompok sasaran
pemakai atau penggunannya secara jelas. Padahal aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan terutama di kota-kota besar Indonesia pada umumnya didukung dan
digerakkan oleh berbagai kelompok dan strata sosial ekonomi masyarakat yang beragam. DKI Jakarta merupakan pusat megapolitan di Indonesia, yang
tentunya memiliki problematika yang sangat banyak, salah satunya seperti menjadi tempat bermigrasi penduduk desa ke kota, dimana hal tersebut tentunya
menimbulkan efek padatnya penduduk. Maka dari itu pemerintah mengatur adanya rusunawa di sejumlah wilayah Ibu Kota. Hal tersebut tertuang dalam
Peraturan Gubernur (PerGub) no. 27 tahun 2009 perihal pembangunan Rumah Susun Sederhama Sewa (Rusunawa).

Pembangunan rumah susun ini dapat menjadikan beberapa kawasan di Kota Jakarta sebagai compact city, dimana pada struktur dan pola ruang pada
beberapa kawasan dapat menjadikan lebih optimal, sistematik dan membantu penduduk bergerak lebih cepat. Compact city merupakan kawasan inti yang
mampu menampung lebih banyak lagi penduduk, sehingga penduduk lebih berdaya dalam menjalankan aktivitas- aktivitasnya karena sistem jaringan yang
tercipta adalah sistem jaringan yang aksesibel (Jenks, et. al. 2002).

Rusun adalah salah satu solusi yang ditawarkan oleh pemerintah guna memenuhi kebutuhan rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Sehingga dalam program jangka panjang pemerintah akan berkonsentrasi membangun rumah susun sederhana berbasis sewa (rusunawa) secara bertahap,
walaupun terkendala dengan meningkatnya harga tanah dan penentuan lokasi yang sulit. Disamping itu menurut Indartoyo (2007), pemerintah harus pula
menyediakan kualitas bangunan yang standar, penyediaan sarana dan prasarana yang seimbang dengan kebutuhan, pengelolaan yang memadai, kebutuhan dan
keinginan masyarakat yang berbeda dan dinamis serta keinginan masyarakat yang ingin terus berkembang untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sedangkan
menurut Pamungkas (2010), berdasarkan public housing, keberadaan rumah susun sederhana yang ditempati oleh golongan masyarakat menengah ke bawah
yang hidup secara bersama-sama perlu diperhatikan perencanaannya secara utuh. Antara lain memperhatikan latar belakang penghuni akan kebutuhan tinggal
dalam lingkungan tersebut. Perlu memperhatikan kebutuhan dan kebiasaan fisik, sosial, ekonomi serta kebiasaan perilaku penghuninya. Karena hal tersebut
akan mempengaruhi perilaku penghuni menciptakan lingkungan yang nyaman atau tidak nyaman.

Rusun dapat menjadi solusi ditengah sulitnya lahan untuk membangun pemukiman di Kota Jakarta dan memaksimalkan lahan dengan sebaik-baiknya.
Dimana kepadatan penduduk di Kota Jakarta setiap tahun makin meningkat. Seperti data dibawaah ini:

Tahun Jumlah Penduduk


2019 10.557.800

2020 10.645.000

Data diatas merupakan data terbaru dari Badan Pusat Statistika DKI Jakarta. Dapat kita simpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kota Jakarta sangat
padat sekali, jumlah wilayah di Kota Jakarta hanya seluas 661,5 km² dan rata-rata penduduk per km mencapai 16.704 jiwa/km².

Dasar Hukum Pengelolaan Rusun


Dasar Hukum yang berlaku pada penghunian dan pengelolaan Rumah Susun Rawa Bebek, diantaranya adalah:

a. Undang-Undang RI No. 1 tahun 2011, tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman ;


b. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2011, tentang Rumah Susun;
c. Peraturan Pemerintah No. 4 tahun 1988, tentang Rumah Susun;
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT Tahun 1992, tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun;
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 24/PRT/M Tahun 2008, tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung;
f. Keputusan Menteri Sosial No. 18/HUK/KEP Tahun 1982, tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 55/1991 tentang Perubahan Atas PP
No. 49/1963 tentang Hubungan Sewa Menyewa Rumah;
g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 11 Tahun 2000, tentang Manajemen Pengamanan Kebakaran di Perkotaan;
h. Peraturan Daerah No. 1 tahun 1991, tentang Rumah Susun di Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
i. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2001, tentang Bentuk Rumah Susun Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DKI Jakarta;
j. Peraturan No.3 Tahun 2012, tentang Retribusi Daerah;
k. Peraturan Daerah No. 139 Tahun 2009, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Daerah;
l. Peraturan Gubernur DKI DKI Jakarta No. 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan Organsasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Rumah Susun; dan
m. Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 351 Tahun 2016 tentang Pembentukan, Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pengelola Rumah Susun.
n. Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 83 Tahun 2020 tentang Pembentukan, Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman.
o. Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 55 Tahun 2018 tentang Penyesuaian Tarif Retribusi Pelayanan Perumahan.
p. Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 111 Tahun 2014 tentang Mekanisme Penghunian Rumah Susun Sederhana Sewa.
q. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60/PRT Tahun 1992, tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.

Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari penelitian yang kami lakukan dan kami cari adalah untuk mendapatkan data, mengolah, menganalisis dan menginterpretasikan data
agar memperoleh informasi yang dibutuhkan mengenai pengelolaan rumah susun sederhana sewa. Hasil pembuatan karya ilmiah ini untuk pemenuhan tugas
mata kuliah Politik Anggaran Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Implementasi Kebijakan Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa oleh Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rusunawa Dinas Bangunan dan Pemukiman di Kota Jakarta. Kondisi permukiman MBR pun dikategorikan sebagai kawasan
kumuh dengan rumah yang berdempetan dan kurang memperhatikan aspek kenyamanan termal. Rumah-rumah yang berada di Kampung Kota umumnya tidak
memiliki ventilasi udara dan cahaya yang baik sehingga penghuni rumah akan merasa kurang nyaman dalam beberapa aspek, seperti kepanasan atau minim
pencahayaan (Wijaya, Permana, & Suwanto, 2017). Ditambah, kondisi iklim tapak yang memiliki suhu diatas rata-rata kenyamanan manusia yang senilai 26°C.
Kesalahan dalam merancang bangunan mengakibatkan bangunan menjadi panas, sehingga diperlukan pemasangan pendingin ruangan atau AC yang
menggunakan listrik dalam jumlah banyak untuk mencapai suhu yang dirasa nyaman bagi pengguna (Karyono, 2010). Hal yang sama juga berlaku pada
kenyamanan visual. Ketika bangunan tidak memberikan bukaan yang optimal untuk pencahayaan, diperlukan penggunaan lampu yang berlebihan dan berakibat
pada pemborosan listrik. Pada akhirnya, bangunan bisa menyumbang pada fenomena ‘Urban Heat Island’ jika dalam perancangannya tidak memperhatikan
iklim daerah sekitar dan penghematan energi. Perancangan ini secara garis besar dimaksudkan agar MBR dapat tinggal dan beraktivitas di dalam hunian yang
nyaman dan sehat. Selain hal tersebut, perancangan rumah susun yang berorientasi pada iklim dapat menjadi contoh bagi proyek pembangunan di Indonesia
untuk lebih terbuka pada pemanfaatan kondisi alam sehingga tidak merugikan pengguna dan lingkungan.

Pembahasan.

Berdasarkan pelaksana proyek pembangunan, rumah susun dibedakan menjadi dua, yaitu: rumah susun yang dibangun oleh Dinas Perumahan dan
rumah susun yang dibangun oleh Perum Perumnas. Kedua instansi ini bertanggung jawab dalam penyediaan hunian di Jakarta, termasuk rumah susun.
Sedangkan berdasarkan hak kepemilikannya, rumah susun dibedakan menjadi rumah susun sederhana sewa (rusunawa) dan rumah susun sederhana milik
(rusunami).

Tabel 1.1. Penyebaran Rumah Susun di Provinsi DKI Jakarta

Jumlah Rumah Susun Sederhana Menurut Lokasi Luas Area Tipe dan Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta

Des. Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Pusat Jakarta Barat Jakarta Utara Jumlah

2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020 2019 2020

Lokasi 3 3 18 5 8 7 7 5 8 7 44 27

Jumlah 628 629 11 288 11 348 2 846 2 322 2 984 4 018 11 437 10 449 29 183 28 766
Unit

Jumlah 6 6 85 85 25 22 19 18 62 52 197 183


Blok

Jumlah 1 1 15 15 3 - 8 14 21 21 48 51
Tower
Badan Pusat Statistika DKI Jakarta, 2020

Kelompok kami akan menyempitkan penelitian dan memfokuskan penulisan kami kepada rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di Rawa Bebek yang
berlokasi Inspeksi Kanal Banjir Timur, Kelurahan Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Rusun tersebut merupakan salah satu kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama dengan Kementerian PUPR dan pihak swasta yang dibangun pada tahun 2015, rusun tersebut dibangun
untuk tempat relokasi masyarakat pasar ikan penjaringan dan masyarakat bukit duri yang terdampak penggusuran, karena hunian sebelumnya sangat tidak layak
huni, sehingga penting untuk merelokasi kawasan tersebut guna kebaikan masyarakat. Saat ini rusun rawa bebek memiliki rusun sebanyak 14 blok dan 1 buah
tower dengan jumlah hunian sebanyak 1.811 unit. Tower dibangun oleh Pemda DKI Jakarta yang memiliki hunian sebanyak 1811 unit. Untuk yang bersumber
dari APBD pemda DKI Jakarta sebanyak 4 blok, yang bersumber dari CSR sebanyak 4 blok, hibah Kementerian PUPR sebanyak 6 blok yang difungsikan
untuk penghuni yang masih lajang yang saat ini proses hibah masih berlangsung sehingga blok lajang ini masih belum dapat dimanfaatkan secara keseluruhan.

a. Sarana dan Prasarana Rumah Susun Rawa Bebek

Rumah susun rawa bebek dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan yang layak bagi penghuninya. Unit Pelayanan
Rumah Susun Rawa Bebek memiliki sarana dan prasarana antara lain:

 Lapangan olahraga sebanyak 2 Buah,


 Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA),
 Ruang Terbuka Hijau
 Masjid dan Mushola,
 Ruang Duka,
 Klinik Kesehatan,
 Aula,
 Bank DKI,
 Air bersih yang disupply oleh AERTA,
 Instalasi pengolahan limbah (IPAL) yang terdiri dari 3 Buah (Tower, Cluster Bougenville dan Cluster Burung) dan 12 Biotek untuk Blok Lajang.
 Perpustakaan keliling.
 Tempat usaha.
 Tempat kegiatan dan pelatihan.
b. Pemeliharaan dan Perawatan Kewenangan pemeliharaan rusun rawa bebek, diberikan kepada pengelola dan Suku Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta.

Kinerja pelayanan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi. DKI Jakarta ditunjukan berdasarkan:

1. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.2 Tahun 2013 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DKI Jakarta
2013-2017.
2. Sasaran/ target Renstra Perangkat Daerah pada periode RENSTRA 2013 - 2017

Program prioritas untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan daerah pada Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI
Jakarta dalam RPJMD Provinsi DKI Jakarta 2013-2017 meliputi:

1. Program kebijakan pengembangan perumahan

2. Program pelayanan perumahan dan permukiman

3. Program peningkatan kualitas dan perbaikan kampung

4. Program penyediaan perumahan rakyat

5. Program peningkatan sarana dan prasarana perumahan rakyat

6. Program penyiapan masyarakat calon penghuni rumah susun

7. Program penataan, penertiban dan pemeliharaan rumah susun

8. Program koordinasi serah terima Rumah Susun

9. Program pembangunan Gedung pemda

10. Program pemeliharaan Gedung pemda

11. Program Penyediaan Informasi Perumahan, Permukiman dan Gedung Pemda


Dari beberapa urusan yang ada di Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman diatas akan dijelaskan capaian kinerjanya sampai dengan
tahun 2017.

Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA)


Pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 719) pengelolaan berasal dari kata dasar kelola
yang artinya mengendalikan; menyelenggarakan; menjalankan; mengurus; menangani. Kemudian dari kelola menjadi mengelola yang memiliki arti:

a. Mengelola bagi pemerintah ialah menyelenggarakan dan mengendalikan.


b. Mengelola bagi perusahaan adalah mengurus dan menjalankan.

Sedangkan pengelolaan itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti proses, perbuatan, dan cara mengelola melakukan suatu
kegiatan dengan mengerahkan orang lain, dan proses mengawasi pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Dalam Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat Nomor 14/PERMEN/M/2007 tentang pengelolaan rumh susun sederhana sewa, yang dimaksud pengelolaan adalah upaya terpadu yang
dilakukan oleh badan pengelola atas barang milik negara/daerah yang berupa rusunawa dengan melestarikan fungsi rusunawa yang meliputi kebijakan
perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan,
pengawasan dan pengendalian rusunawa.

Dalam pelaksanaan pengelolaan rumah susun sedehana sewa Kota Jakarta, unit pelaksana teknis daerah rumah susun sederhana sewa pada
Dinas Bangunan dan Pemukiman Kota Jakarta melaksanakan pengelolaan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor
14/PERMEN/M/2007 tentang pengelolaan rumah susun sederhana sewa. Adapun ruang lingkup pengelolaan rumah susun sederhana sewa meliputi:
a. Pemanfaatan fisik bangunan yang mencakup pemanfaatan ruang dan bangunan, termasuk pemeliharaan, perawatan serta peningkatan
kualitas prasarana, sarana dan ultilitas;
b. Kepenghunian yang mencakup kelompok sasaran penghuni, proses penghunian, penetapan calon penghuni, perjanjian sewa menyewa
serta hak, kewajiban dan larangan penghuni;
c. Administrasi keuangan dan pemasaran yang mencakup sumber keuangan, tarif sewa, pemanfaatan hasil sewa, pencatatan dan pelaporan
serta persiapan dan strategi pemasaran
d. Kelembagaan yang mencakup pembentukan, struktur, tugas, hak, kewajiban dan larangan badan pengelola serta peran pemerintah,
pemerintah daerah, provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
e. Penghapusan dan pengembangan bangunan rusunawa;
f. Pendampingan, monitoring dan evaluasi; dan Pengawasan dan pengendalian pengelolaan rusunawa.
Dan dalam pergub no. 132 tahun 2018 terdapat pasal-pasal yang mengatur tentang kebijkan dan pengelolaan rumah susun milik, seperti :

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP


Pasal 2
Peraturan Gubernur ini bertujuan mengatur pengelolaan Rumah Susun Milk agar dapat berhasil guna, berdaya guna, dan memberikan perlindungan
hukum kepada Pemilik, Penghuni, dan masyarakat umum dalam menjadikan Rumah Susun sebagai tempat tinggal yang sehat, nyaman, aman, dan
harmonis.
Pasal 3
Pengaturan dalam Peraturan Gubernur melingkupi pembinaan pengelolaan Rumah Susun Milik yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam
a. pengelolaan masa transisi;
b. pembentukan PPPSRS;
c. pengelolaan Bagian Bersama, Benda Bersama dan Tanah Bersama pada Rumah Susun;
d. kerja sama dalam pembangunan Rumah Susun secara bertahap; dan
e. bimbingan teknis, pengendalian pengelolaan Rumah Susun.
Pasal 4
(1) Pengelolaan Rumah Susun Milik dilakukan dalam bentuk kegiatan operasional, pemeliharaan, dan perawatan Bagian Bersama, Benda Bersama,
dan Tanah Bersama. (2) Dalam mengelola Rumah Susun Milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPPSRS dapat membentuk atau menunjuk
Pengelola. (3) Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus merupakan Bad an Hukum yang mendaftar dan mendapatkan izin usaha dan izin
operasional dan i Gubernur untuk melaksanakan pengelolaan Rumah Susun Milik. (4) Dalam me1aksanakan pengelolaan Rumah Susun Milik
sebagaimana dirnaksud pada. ayat (3), Pengelola dapat bekerja sama dengan orang perorangan dan Badan Hukum.

Untuk menempati rumah susun nawa yang disediakan oleh pemerintah kota Jakarta ini warga tidak semerta-merta hanya menempati saja terdapatnya uang sewa
serta berbagai peraturan yang harus diaati oleh warga penghuni rumah susun. Seperti halnya dalam peraturan Gubernur Jakarta No.132 Tahun 2018 BAB IV
Pasal 23 dijelaskan bahwa penghuni rumah susun nawa harus membayar uang sewa listrik dan air, ketika terjadinya keterlambatan dalam membayar uang sewa
maka akan dikenakan sanksi atau denda sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan di awal. Bahkan ketika penghuni melakukan tunggakan akan dilakukan
pemutusan baik itu pada aliran listrik maupun air. Pasal 23 juga mengatur bahwa kepemilikan harus di data setiap 6 bulan sekali

DANA PEMBANGUNAN & DANA SEWA RUSUN


Salah satu rusun yang ada di Kota Jakarta adalah Rusun Rawa Bebek di kawasan Inspeksi Kanal Banjir Timur, Kelurahan Pulo Gebang, Kecamatan
Cakung, Kota Administrasi Jakarta Timur Provinsi DKI Jakarta. Luas lahan Rusun Rawa Bebek kurang lebih 17 hektar dan 1.811 unit hunian. Pembangunan
rumah susun sederhana (sewa) khusus pekerja (buruh) di Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur yang dilakukan oleh Kementerian Perumahan Rakyat
(Kemenpera) menelan biaya sebesar Rp98 miliar, atau Rp16,3 miliar per tower. Dana tersebut berasal dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN). Deputi
Bidang Perumahan Formal Kemenpera Pangihutan Marpaung mengatakan, rusunawa di Rawa Bebek ini akan terdiri dari enam tower.

Peraturan-peraturan yang sudah dijelaskan di atas ternyata benar adanya hal ini dibuktikan dari adanya berita yang dikutip dari detik.com bahwa ketika
penghuni melakukan tunggakan uang sewa, penghuni akan diberikan surat peringatan dan diberikan jangka waktu selama tiga bulan dan mereka akan di
perintahkan untuk mengosongkan huniannya ketika dalam 3 bulan masih tidak mampu membayar uang sewa. Sesuai Perda Retribusi yaitu Nomor 3 Tahun
2007. Ada di situ yaitu Rp 150.000-280.000 untuk terprogram. Kalau tidak terprogram atau untuk warga umum itu Rp 300.000-380.000/bulan. Rusun Rawa
Bebek sendiri memiliki harga sewa Klaster B dan C memiliki harga sewa yang bervariasi seperti berikut :

Klaster B Klaster C

Lantai 1 Rp303.000 Rp303.000

Lantai 2 Rp. 275.000 Rp. 275.000

Lantai 3 Rp. 250.000 Rp. 250.000

Lantai 4 Rp. 227.000 Rp. 227.000

Lantai 5 Rp. 206.000 Rp. 206.000

Akan tetapi, menurut saya biaya sewa tersebut masih cukup relatif murah namun penghuni rumah susun tetap harus membayar iuran-iuran lain yang
lumayan banyak dan terpisah dari biaya sewa. Sehingga hal ini akan menyebabkan penghuni rumah susun kewalahan apalagi ketika penghuninya tidak
memiliki pekerjaan tetap serta memiliki banyak anak. Seharusnya pemerintah kota Jakarta melakukan penggratisan biaya sewa rumah susun, akan tetapi hal
tersebut tidak akan terjadi dikarenakan biaya sewa dari rumah susun tersebut dijadikan salah satu biaya untuk pengelolaan Rusunawa selain dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Jakarta.

Hasil Analisa Masalah


No ASPEK MASALAH FAKTOR SOLUSI
PENYEBAB

1 Pengoperasian Sarana Terdapat kondisi Kondisi operasi Pelaporan kepada


dan Prasarana rusun yang pelayanan air Lembaga Pengelola
operasionalnya minum/air bersih pelayanan air
kurang baik kadang2 kurang minum/air bersih
baik

Toilet terkadang Pelaporan kepada


macet lembaga Pengelola
Rusun

Terdapat 3 Tower Pelaporan kepada


yang rusak Lembaga Pengelola
sehingga tidak pengelola rusun
digunakan.

Adanya Rembes Perlu perbaikan


pada Toilet Toilet yang rembes
Pelayanan sudah
berjalan dengan baik
terbukti pelayanan
berbasis
digitalisasi.Seperti
pendaftaran penghuni
melalui simperum,
Standar pelayanan
sudah ada, sudah
melalui aplikasi yang
terdaftar.
Melalui sistem
informasi pelayanan
berbasis digitalisasi.
sudah ada SOP
nya.Pendaftaran
penghuni melalui
Aplikasi Sirukim.
Sistem pengelolaan
keuangan sudah
tersistem melalui
aplikasi SIDDKI,
Pembayaran sewa dan
tunggakan air melalui
SIMPAD, pengelolaan
Aset melalui Aplikasi
e-Aset. Dan untuk
kaum difabel ada di
IPAL Belum Pelaporan kepada
berjalan dengan Lembaga Pengelola
baik pelayanan air
limbah

GWT Bocor Pelaporan kepada


Lembaga pengelola
pelayanan air bersih

Kebocoran hunian Pelaporan kepada


Lembaga pengelola
rusun

2 Standar Pelayanan
sudah tersusun SOP Perlu dibuat segera
pelayanan dengan dan disahkan oleh
baik oleh Pihak pihak Dinas untuk
Dinas dan menunjang
terintegrasi dalam pelayanan rusun
sistem, tinggal rawa bebek
melanjutkan
program yang
sempat terhenti Updating tata tertib
selama pandemi yang dilakukan oleh
dan melengkapi pengelola rusun dan
aturan yang pemberian sanksi
menyangkut keterlambatan.
tentang penghuni
perlu diperbaiki
terutama jangka Mempertahankan
waktu penghuni pelayan yang sudah
serta melengkapi baik dan
instrumen Meningkatkan
tambahan terkait Pelayanan kepada
keamanan dan penghuni Rusun
kenyamanan warga. terkait Edukasi
terkait
Perekonomian,
Kebersihan sampai
pada kebencanaan.
lantai 1.

3 Pemeliharaan / Perawatan Penghuni telat dalam


Prasarana dan Sarana membayar sewa Terbiasa dengan Updating peraturan
perilaku sebelum penghuni dengan
pindah kerusun dan memberikan sanksi
kurangnya dan reward
kesadaran dari
penghuni.

Minimnya biaya
operasional yang Terbatasnya dana Perlu dibuatkan
dimiliki oleh UPRS APBD SOP teknis
pemeliharaan/
perawatan
prasarana dan
sarana

Masih terdapat sarana


dan prasarana rusun Tidak adanya SOP Meminta bantuan
yang rusak kepada dinas
terkaita untuk
dianggarkan

Belum terpasangnya
dan berjalan dengan
Terbatasnya dana Meminta bantuan
baik CCTV
APBD kepada dinas terkait
untuk dianggarkan

Belum tersedianya
Way Finding atau Terbatasnya dana
penunjuk arah di APBD
lingkungan Rumah
Susun
Berdasar kebijakan sasaran pengusaha, kebijakan sasaran penghuni, kapasitas atau tipe rusun, fasilitas yang tersedia, kompetensi atau kemampuan
sumber daya dan dana dari lembaga pengelola, maka dalam pemanfaatan rusun dapat ditetapkan standar pelayanan rusun dengan adanya alternatif yaitu standar
pelayanan prima dan standar minimal. Dalam hal mengelola rusunawa sangat diperlukan manajemen pemeliharaan yang dilakukan dengan

Anda mungkin juga menyukai