Anda di halaman 1dari 18

A.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyelenggaraan

penataan

ruang

sebagaimana

diatur

dalam

UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 (sebagai pengganti UndangUndang Nomor


24 Tahun 1992) tentang Penataan Ruang, merupakan sebuah langkah reformasi di
bidang penataan ruang yang cukup signifikan, telah memberikan kewenangan
kepada pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan peningkatan diri sesuai
dengan potensi sumber daya, karakteristik dan budaya (kearifan lokal) masingmasing. Undang-Undang ini mengamanatkan pentingnya penerapan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan, pertimbangan untuk mitigasi bencana, persyaratan
minimal ruang terbuka hijau 30% di kawasan perkotaan, pengenaan sanksi yang
tegas di bidang Penataan Ruang. Selain itu Undang-Undang ini juga memerlukan
dukungan pemerintah daerah dalam implementasi dan perundang-undangan di
tingkat yang lebih rendah.
Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun

2010

tentang

Penyelenggaraan

Penataan

Ruang,

setiap

RTRW

kabupaten/kota harus menetapkan bagian dariwilayah kabupaten/kota yang perlu


disusun RDTR-nya. Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut
merupakan kawasan perkotaan atau kawasanstrategis kabupaten/kota. Kawasan
strategis kabupaten/kota dapat disusun RDTR apabila merupakan: (i) kawasan yang
mempunyai ciri perkotaan ataudirencanakan menjadi kawasan perkotaan; dan (ii)
memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR
Kabupaten Donggala, telah memilki Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2012,
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Kabupaten Donggala, dengan
maksud mewujudkan ruang Kabupaten Donggala yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan dengan tujuan terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan, terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam
dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap
lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Akan tetapi sesuai dengan tingkatan hierarki, skala dan kedalaman materi
yang diatur di dalamnya, produk RTRW Kabupaten pada umumnya hanya mengatur
struktur dan pola pemanfaatan lahan dalam skala makro kabupaten, dan tidak cukup

rinci untuk dijadikan landasan operasional pengendalian dan pemanfaatan ruang


untuk pembangunan sarana dan prasarana lingkungan kota. Pengendalian
pemanfaatan ruang, pada skala yang lebih rinci dan operasional pada kawasan kota
tertentu, didasarkan pada Peraturan Daerah tentang Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan Perkotaan.
Pada dasarnya RDTR Kawasan Perkotaan merupakan penjabaran lebih
lanjut dari kebijakan makro keruangan sebagaimana diatur di dalam RTRW
Kabupaten, agar dapat lebih operasional dalam sistem pengendalian dan
pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik kota, baik yang dilaksanakan oleh
instansi vertikal di daerah, pemerintah daerah, maupun oleh swasta dan
masyarakat. Dalam kedudukan ini maka RDTR Kawasan Perkotaan setidaknya
memuat kebijakan teknis mengenai penetapan fungsi wilayah kota yang pada
hakekatnya menjadi arahan lokasi dari kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi
atau karakteristik tertentu.
Dalam

RTRW

Kabupaten

Donggala,

telah

diamanatkan

adanya

pengembangan perkotaan yang diharapkan dapat membentuk pusat kegiatan yang


terintegrasi dan berhirarki di Kabupaten Donggala. Pengembangan perkotaan di
Kabupaten Donggala difokuskan pada Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Watatu di
Kecamatan Banawa Selatan dan PKL Tambu di Kecamatan Balaesang.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Watatu merupakan kawasan perkotaan Banawa
Selatan yang melayani kegiatan di Kecamatan Banawa Selatan sekaligus beberapa
kecamatan yang ada disekitarnya yakni Kecamatan Pinembani dan Kecamatan
Riopakava. Kawasan Perkotaan Banawa Selatan di Desa Watatu memiliki fungsi
dan peran sebagai pusat pelayanan umum, pusat perdagangan dan jasa skala
kecamatan, pusat kegiatan perikanan dan pusat kegiatan industri.
Kawasan Perkotaan Banawa Selatan di Desa Watatu merupakan salah satu
pintu gerbang Sulawesi Tengah yang terus tumbuh dan berkembang menjadi pusat
kegiatan dan aktivitas yang melayani Kecamatan Banawa Selatan dan beberapa
kecamatan

disekitarnya.

Adanya

peningkatan

aktivitas

tersebut

menjadi

permasalahan tersendiri bagi kawasan Perkotaan Banawa Selatan, utamanya terkait


dengan pemanfataan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Donggala
seperti alih fungsi lahan yang menyebabkan bencana banjir di Kecamatan Banawa
Selatan pada tahun 2012. Selain daripada itu, fungsi dan peran Kawasan Perkotaan
Banawa Selatan sebagai pusat pelayanan umum, pusat perdagangan dan jasa,

pusat kegiatan perikanan dan pusat kegiatan industri mendorong perlunya regulasi
yang ketat terhadap pemanfataan dan pengendalian ruang di Kawasan Perkotaan
Banawa Selatan.
Oleh karena itu, untuk dapat mencapai fungsi dan peran dari Kawasan
Perkotaan Donggala serta dapat meminimalisasi terjadinya ketidaksesuaian
peruntukkan ruang dengan yang telah diamanatkan oleh RTRW Kabupaten
Donggala, maka perlu adanya instrumen perencanaan yang lebih detail dalam
memanfaatkan dan mengendalikan ruang di Kawasan Perkotaan Banawa Selatan
berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan.
Dengan adanya RDTR Kawasan Perkotaan Banawa Selatan diharapkan
mampu menjadi jembatan yang menghubungkan kebijakan perencanaan ruang
kabupaten dengan perencanaan yang berorientasi terhadap arahan lokasi dari
kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi atau karakteristik tertentu.

2.Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan
Zonasi Kawasan Perkotaan Banawa Selatan yakni:
Mencapai keseimbangan dan keserasian yang pada prinsipnya merupakan upaya

keserasian dan keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan ruang bagianbagian wilayah kota.
Mencapai kelestarian lingkungan pemukiman dan kegiatan kota yang merupakan

usahahubungan yang serasi antar manusia dan lingkungannya, yang tercermin


dari pola intensitas penggunaan ruang bagian wilayah kota.
Meningkatkan

daya guna dan hasil pelayanan yang merupakan upaya

pemanfaatan secara optimal yang tercermin dalam penetapan sistem kota


dengan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik untuk masing-masing
bagian wilayah kota secara terukur baik kualitas maupun kuantitas.
Mengarahkan

pembangunan kota yang lebih tegas dalam rangka upaya

pengendalian pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik untuk masing-masing


bagian wilayah kota secara terukur baik kualitas maupun kuantitas.
3.Sasaran
a) Mewujudkan

keselarasan,

permukiman dalam kawasan.

keserasian,

keseimbangan

antar

lingkungan

b) Mewujudkan keterpaduan program pembangunan antar kawasan maupun


dalam kawasan.
c) Terkendalinya pembangunan kawasan strategis dan fungsi kota, baik yang
dilakukan pemerintah maupun masyarakat/swasta.
d) Mendorong investasi masyarakat di dalam kawasan.
e) Terkoordinasinya

pembangunan

kawasan

antara

pemerintah

dan

masyarakat/swasta.
4.Lokasi Kegiatan
Pekerjaan berlokasi di Wilayah Perkotaan Banawa Selatan, Kecamatan Banawa
Banawa Selatan, Kabupaten Donggala .
5.Sumber Pendanaan
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan: APBD Kabupaten Donggala Tahun
anggaran 2015
6.Nama dan Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen
Nama Pejabat PPK Kegiatan Penyusunan Rencana Rinci Tata RuangBidang
Tata Ruang, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Donggala
7.Referensi Hukum
1.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2043);

2.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Ekslusif;

3.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya


Alam Hayati dan Ekosistemnya; (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor
1976, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 3419);

4.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Pertanian dan


Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3478);

5.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;

6.

Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;

7.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

8.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Keamanan;

9.

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perikanan;

10. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;


11. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan Menjadi Undang-Undang;
12. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
13. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
14. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
15. Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional Tahun
2005-2025;
16. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
17. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
18. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
19. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara
20. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
21. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;
22. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah;
23. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
24. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
25. Undang-Undang Nomor 11Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
26. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
27. Undang-UndangNomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan


Pulau-Pulau Kecil;
28. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
29. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1984 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Alam Hayati di Zona Ekonomi Ekslusif;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1996 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap
Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri;
32. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2002 Tentang
Usaha Perikanan;
34. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Perencanaan
Kehutanan;
35. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi;
36. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
38. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan Tata
Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang;
39. Peraturan Menteri Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan ruang
40. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di
Perairan;
41. Peraturan

Menteri

tentang Pedoman

Pekerjaan

Penyusunan

Umum
Rencana

Nomor
Detail

20/PRT/M/2011

Tata

Ruang

Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota


42. Peraturan PemerintahNomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai;

Dan

43. Peraturan PemerintahNomor 73 Tahun 2013 Tentang Rawa;


44. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung;
45. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara
Pengawasan dan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
46. Permendagri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Kota.
47. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor32 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan;
48. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.40/PRT/M Tahun 2000 2007
tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi
49. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.17 Tahun 2013 tentang
Perijinan Reklamasi Wilayah Peisisir dan Pulau Pulau Kecil.
50. Kepmenhut Nomor 387/Kpts-II/1986 tentang Kriteria dan Tata Cara
Penetapan Kawasan Lindung.
51. Kepmenhut Nomor 353/Kpts-II/1986 tentang Penetapan Radius atau
Jarak Larangan Penebangan Pohon dari Mata Air, Tepi Jurang, Waduk,
Danau, Sungai atau Anak Sungai dalam Kawasan Hutan, Hutan
Cadangan dan Hutan Lainnya.
52. Kepmenhut Nomor 387/Kpts-I/1999 tentang Pedoman Reklamasi Bekas
Tambang dalam Kawasan Hutan Menteri Kehutanan dan Perkebunan.
53. Kepmen Tamben dan Menhut Nomor 969.K/05/1989 tentang Pedoman
Pengaturan Pelaksanaan Usaha Pertambangan dan Energi dalam
Kawasan Hutan.
54. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor KPTS/327 Tahun 2002;
55. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor 34 Tahun 2002
tentang Pedoman Umum Penataan Ruang Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil;
56. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah No 8 Tahun 2013 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi Tengah 2013-2033.
57. Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2012, tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Donggala

B.Ruang Lingkup
Pekerjaan Penyusunan Rencana Detil Tata Ruang Kota (RDTR) Kawasan
Perkotaan Banawa Selatan merupakan penjabaran dari RTRW Kabupaten
Donggala. Adapun muatan RDTR kawasan meliputi struktur dan sistematika tujuan
dan sasaran pembangunan kawasan perencanaan, perumusan kebijakan dan
strategi pengembangan kawasan, identifikasi potensi dan masalah kawasan, analisis
ruang makro dan mikro kawasan, perumusan kebutuhan pengembangan dan
penataan ruang kawasan, perumusan rencana detail tata ruang kawasan,
perumusan konsep rencana RDTR, sebagai mana digambarkan dalam uraian
berikut;

I.

Persiapan penyusunan RDTR;


Persiapan awal yaitu upaya pemahaman terhadap KAK/TOR penyiapan
anggaran biaya;
Kajian awal sekunder, yaitu review RDTR sebelum dan kajiain awal RTRW
kabupaten/kota dan kebijakan lainnya;
Persiapan teknis pelaksanaan meliputi penyusunan metodologi/metode
dan teknik analisis rinci,serta penyiapan rencana survey.

II.

Pengumpulan dan pengolahan data:


Data wilayah administrasi;
Data fisiografis;
Data kependudukan;
Data ekonomi dan keuangan;
Data ketersediannya sarana dan prasarana;
Data peruntukan ruang;
Data penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan;
Data terkait kawasan dan bangunan (kualitas, intensitas bangunan, tata
bangunan); dan
Citra

satelit

resolusi

tinggi

wilayah

perencanaan

(worldview-2,

quickbird,wordview-1, geoeye-1). Data citra satelit dapat diperoleh dari


perusahaan jasa penyediaan data citra satelit, harus dilakukan koreksi
geometris dan Koreksi Radiometrikdengan menggunakan pereangkatlunak
pengelolaan Citra Satelit

Pemetaan digital menggunakan sistem informasi geografis untuk melihat


tingkat kedalaman informasi citra apakah sudah memenuhi syarat 1:5000
dan dikonsultasikan dengan instansi yang berwenang dalam bidang
pemetaan yaitu Badan Informasi Geospasial (BIG). Dalam hal penyediaan
data citra satelit selain melalui pihak ketiga,pemerintah daerah dapat
berkoordinasi dengan BIG karena dimungkinkan BIG telah memiliki data
tersebut.
Peta dasar yang di olah dari Peta Rupa bumi dan peta tematik yang
dibutuhkan lainnya di tingkatkan skalanya dengan tingkat ketelitian minimal
peta 1:5.000.
Jenis dan intensitas kegiatan yang ada pada daerah yang bersangkutan;
Data jenis kegiatan dan intensitas kegiatan eksisting dsiperoleh dari survey
primer

dilapangan

sehingga

didapatkan

daftar

seluruh

kegiatan

eksistingyang terdapat di BWP beserta intensitasnya.


identifikasi masalah dari masing-masing kegiatan serta kondisi fisik (tinggi
bangunan dan lingkungannya);
III. Pengolahan Dan Analisis Data
1. Analisis karakteristik wilayah, meliputi :
Kedudukan dan peran bagian dari wilayah kabupaten/kota dalam
wilayah yang lebih luas (kabupaten/kota);
Keterkaitan antar wilayah kabupate/kota dan antar bagian dari wilayah
kabupaten/kota;
Keterkaitan antar komponen ruang di BWP;
Karakteristik fisik bagian dari wilayah kabupaten/kota;
Kerentanan terhadap potensi bencana, termasuk perubahan iklim;
Karakteristik social kependudukan;
Karakteristik perekonomian; dan
Kemampuan keuangan daerah.
2. Analisis potensi dan masalah pengembangan BWP, meliputi :
Analisis kebutuhan ruang; dan
Analisis perubahan pemanfaatan ruang.
3. Analisis kualitas kerja kawasan dan lingkungan.

IV. Perumusan konsep RDTR, terdiri atas


1. Tujuan penataan BWP;
2. Rencana pola ruang;
3. Rencana jaringan prasarana;
4. Penetapan sub BWP yang diprioritaskan penanganannya; dan
5. Ketentuan pemanfaatan ruang.

V. Rencana RDTR, terdiri atas :


1. Tujuan Penetapan RDTR
Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW;
Isu strategis BWP,yang antara lain berupa potensi, masalah dan
uregensi penanganan; dan
Karakteristik BWP.

2. Rencana Pola Ruang:


I.

Zona lindung yang meliputi :


Zona hutan lindung;
Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona bawahnya yang
meliputi zona bergambut dan zona resapan air;
Zona

perlindungan

setempat

yang

meliputi

sempadan

pantai,sempandan sungai,zona sekitar danau atau waduk,dan zona


sekitar mata air;
Zona RTH kota yang antara lain meliputi taman RT,taman RW,taman
kota dan pemakaman;
Zona suaka alam dan cagar budaya;
Zona rawan bencana alam yang antara lain meliputi zona rawan
tanah longsor,zona rawan gelombang pasang,dan zona rawan banjir;
dan
Zona lindung lainnya.
II.

Zona budi daya yang meliputi :


Zona perumahan yang dapat dirinci kedalam perumahan dengan
kepadatan sangat tinggi, tinggi,sedang,rendah dan sangat rendah
(bila

diperlukan

dapat

dirinci

lebih

lanjut

kedalam

rumah

susun,rumah kopel,rumah deret,rumat tunggal,rumah taman,dan


sebagainya); zona perumahan juga dapat dirinci berdasarkan ke
khususan jenis perumahan,seperti perumahan tradisional,rumah
sederhana/sangat sederhana,rumah social dan rumah singgah;
Zona perdagangan dan jasa,yang meliputi perdagangan jasa deret
dan perdagangan jasa tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih
lanjut ke dalam lokasi PKL,pasar tradisional,pasar modern,pusat
perbelanjaan dan sebagainya);
Zona

perkantoran,yang

meliputi

perkantoran

pemerintah dan

perkantoran swasta;
Zona sarana pelayanan umum,yang antara lain meliputi sarana
pelayanan

umum

pendidikan,sarana

pelayanan

umum

trasportasi,sarana pelayanan umum kesehatan,sarana pelayanan


umum olahraga,sarana pelayanan umum social budaya,dan sarana
pelayanan umum peribadatan;
Zona industry,yang meliputi industry kimia dasar,industry mesin dan
logam dasar,industry kecil dan aneka industry;
Zona khusus,yang berada dikawasan perkotaan dan tidak termasuk
kedalam zona sebagaimana yang dimaksud pada angka 1 sampai
dengan angka 5 yang antara lain meliputi zona untuk keperluan
pertahanan dan keamanan,zona Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL),zona Tempat Pemprosesan Akhir (TPA),dan zona khusus
lainnya;
Zona lainnya yang tidak selalu berada dikawasan perkotaan yang
antara lain meliputi zona pertanian,zona pertambangan,dan zona
pariwisata; dan
Zona campuran,yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan
fungsi

dan/atau

bersifat

terpadu,seperti

perumahan

dan

perdagangan/jasa,perumahan perdagangan/jasa dan perkantoran.

3. Rencana Jaringan Prasarana


a. Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
Jaringan jalan arteri primer dan arteri sekunder;
Jaringan jalan kolektor primer dan kolektor sekunder;

Jaringan jalan lokal primer dan lokal sekunder;


Jaringan jalan linkungan primer dan lingkungan sekunder;
Jaringan jalan lainnya yang meliputi :
Jalan

masuk

dan

keluar

terminal

barang

serta

terminal

orang/penumpang sesuai ketentuan yang berlaku(terminal tipe


A,B,dan C hingga pangkalan angkutan umum);
Jaringan jala moda trasportasi umum (jalan masuk dan keluar
terminal barang/orang hingga pangkalan angkutan umumdan
halte); dan
Jalan masuk dan keluar parkir.

b. Rencana Pengembangan Jaringan Energi/Kelistrikan


Jaringan subtrasmisi yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari
sumber daya besar (pembangkit) menuju jaringan distribusi primer
(gardu induk) yang terletak di BWP (jika ada);
Jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT,SUTET, dan SUTT) yang
berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari jaringan subtransmisi
menuju

jaringan

distribusi

sekunder,

yang

dilengkapi

dengan

infrastruktur pendukung yang meliputi :


Gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari
jaringan subtransmisi (70-500 kv)menjadi tegangan menengah (20
kv); dan
Gardu hubung yang berfungsi untuk membagi daya listrik dari gardu
induk menuju gardu distribusi;

c. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi


Rencana pengembangan infrstruktur dasar telekomunikasi yang berupa
penetapan lokasi pusat automatisasi sambungan telepon;
Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon kabel yang berupa
penetapan lokasi stasiun telepon otomat,rumah kabel,dan kotak
pembagi;
Rencana penyediaan jaringan telekomunikasi telepon nirkabel yang
berupa penetapan lokasi menara telekomunikasi termasuk menara Base
Transceiver Station (BTS);

Rencana pengembangan system televise kabel termasuk penetapan


lokasi stasion transmisi;
Rencana penyediaan jaringan serat optik; dan
Rencana peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi.

d. Rencana Pengembangan Air Minum


System penyediaan air minum wilayah kabupaten/kota yang mencakup
system jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan;
Bangunan pengambil air baku;
Pipa tranmisi air baku dan instalasi produksi;
Pipa unit distribusi hingga persil;
Bangunan penunjang dan bangunan pelengkap; dan
Bak penampung.
e. Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
System jaringan drainase yang berfungi untuk mencegah genangan; dan
Rencana kebutuhan system jaringan drainase yang meliputi rencana
jaringan primer,sekunder,tersier, dan lingkungan di BWP;
f. Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
System pembuangan air limbah setempat :
Bak septic (Septic Tank); dan
Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT).
System pembuangan air limbah terpusat, terdiri atas :
Seluruh saluran pembuangan; dan
Bangunan pengolahan air limbah.
g. Rencana Pengmbangan Prasarana Lainnya
Penyediaan

prasarana

lainnya

direncanakan

sesuai

kebutuhan

pengembangan BWP, misalnya BWP yang berada pada kawasan rawan


bencana wajib menyediakan jalur evakuasi bencana yang
VI. Jangka Waktu Penyelesaian Kegiatan
Jangka waktu penyelesaian seluruh kegiatan ini adalah 120 (seratus dua puluh)
hari kalender terhitung sejak penandatanganan SPMK.

VII. Personil
a. Tim Leader/Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (S1/S2/S3 Planologi/
Perencanaan Wilayah dan Kota), pengalaman minimal 5 tahun, memiliki
SKA Ahli Madya Perencanaan Wilayah dan kota dan memiliki pengalaman
dipekerjaan tata ruang
b. Ahli Pemetaan (S1/S2 lulusan Geografi/Geodesi) pengalaman minimal 4
tahun dalam pekerjaan tata ruang
c. Ahli Design Bangunan (S1/S2 arsitektur), pengalaman minimal 4 tahun
dalampekerjaan tata ruang
d. Ahli Sipil (S1/S2 Teknik Sipil Transportasi), pengalaman minimal 4 tahun
dalam pekerjaan tata ruang
e. Ahli Geodesi (S1/S2 Teknik Geologi), pengalaman minimal 4 tahun dalam i
pekerjaan tata ruang.
f.

Ahli Lingkungan (S1/S2 Teknik Lingkungan), pengalaman minimal 4 tahun.


Memiliki SKA Ahli Muda/Pratama Wilayah dan Kota

g. Ahli

Ekonomi

Pembangunan

(S1/S2

Ekonomi

Pembangunanan)

pengalaman minimal 4 tahun dalam pekerjaan tata ruang.


VIII. Laporan
1) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan yang isinya melaporkan mengenai jadwal
rencana kerja dan tahapan pelaksanaan pekerjaan secara lengkap dan
terperinci termasuk kuantitas masing-masing pekerjaan serta personilpersonil pendukung Konsultan yang telah disetujui aktif dilapangan.
.Materi dari Laporan Pendahuluan adalah sebagai berikut:
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 FUNGSI DAN MANFAAT RDTR
1.3 TUJUAN DAN SASARAN
1.4 RUANG LINGKUP

BAB 2

METODE KERJA

BAB 3

TINJAUAN

KEBIJAKAN

PENGEMBANGAN

DAN KARAKTERISTIK WILAYAH

WILAYAH

BAB 4

KARAKTERISTIK

KAWASAN

BANAWA

SELATAN,

KABUPATEN DONGGALA
BAB 5

PERUMUSUN KERANGKA KERJA KONSULTAN


4.1 PROGRAM KERJA
4.2 ORGANISASI DAN PERSONIL
4.3 JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.4 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN dan JADWAL
PENUGASAN TENAGA AHLI

2) Laporan Fakta dan Analisis


Laporan Fakta dan Analisis. Berisi realisasi dari rencana kerja, antara
lain; hasil pengumpulan data dan informasi hasil survey, identifikasi
permasalahan dan arahan kebijakan pengembangan perkotaan serta
hasil analisis. Pada tahap ini Tim Konsultan melakukan pengkajian
(Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 dan Keputusan Menteri PU
No.327 tahun 2002) terhadap kebijakan kota mengenai peran dan
fungsi

kota,

perkembangan

rencana
kota,

pembangunan,
kajian

terhadap

indikator
potensi

kecenderungan
bencana

alam,

pengembangan infrastruktur dan permasalahannya serta konsep


Rencana sebagai bahan diskusi pembahasan Fakta dan Analisis.
Materi dari Laporan Fakta dan Analisis adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
BAB 2 TINJAUAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH DAN
KARAKTERISTIK WILAYAH
BAB 4 KARAKTERISTIK KAWASAN BANAWA SELATAN
BAB 5 ANALISIS WILAYAH PERKOTAAN BANAWA SELATAN
5.1.

Analisis Daya Dukung Lahan

5.2.

Analisis Kemampuan Lahan

5.3.

Analisis Peruntukan Lahan

5.4.

Analisis Kawasan Lindung

5.5.

Analisis Kawasan Budidaya

5.6.

Analisis Daya Tampung Penduduk

5.7.

Analisis Perkembangan Kegiatan Penggunaan Lahan

5.8.

Analisis Karakteristik Ekonomi

5.9.

Analisis Sistem Jaringan Prasarana

5.10. Analisis Tingkat Pelayanan Fasilitas


5.11. Analisis Sosial Budaya
5.12. Analisis Kelembagaan
BAB 6 KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
PERENCANAAN
6.1. Pembagian Sub BWP
6.2. Perumusan Tujuan BWP
6.3. Konsep Rencana Pola Ruang
6.4. Konsep Rencana Jaringan Prasarana
6.5. Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya
dan bagian lain yang dirasa perlu untuk di tambahkan
3) Laporan Draft Rencana
Laporan Draft Rencana memuat hasil sementara pelaksanaan
kegiatan, memperlihatkan hasil sementara laporan akhir, yang akan
menjadi bahan bagi tim pembahas.Materi dari Laporan Draft Rencana
adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Dasar Hukum Penyusunan RDTR
1.2 Tinjauan Terhadap RTRW Kabupaten/Kota
1.3 Tinjauan Kebijakan dan Strategi RTRW
Kabupaten/Kota
1.4 Tujuan RDTR
BAB II KETENTUAN UMUM
2.1 Ketentuan Hukum
2.2 Pengertian Istilah dan Definisi
2.3 Kedudukan RDTR dan Peraturan Zonasi
2.4 Fungsi dan Manfaat RDTR dan Peraturan Zonasi
2.5 Kriteria dan Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR
dan Peraturan Zonasi
2.6 Masa Berlaku RDTR
BAB III TUJUAN PENATAAN BWP
BAB IV RENCANA POLA RUANG

BAB V RENCANA JARINGAN PRASARANA


BAB VI PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN
PENANGANANNYA

4) Laporan Rencana
Laporan Akhir merupakan penyempurnaan laporan draft konsep
laporan akhir dan sudah mendapatkan persetujuan dari tim pembahas
yang dibentuk oleh pihak kegiatan dan di tambah satu bab akhir, lebih
jelasnya dapat dilihat polanya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Dasar Hukum Penyusunan RDTR
1.2 Tinjauan Terhadap RTRW Kabupaten/Kota
1.3 Tinjauan Kebijakan dan Strategi RTRW
Kabupaten/Kota
1.4 Tujuan RDTR
BAB II KETENTUAN UMUM
2.1 Ketentuan Hukum
2.2 Pengertian Istilah dan Definisi
2.3 Kedudukan RDTR dan Peraturan Zonasi
2.4 Fungsi dan Manfaat RDTR dan Peraturan Zonasi
2.5 Kriteria dan Lingkup Wilayah Perencanaan RDTR
dan Peraturan Zonasi
2.6 Masa Berlaku RDTR
BAB III TUJUAN PENATAAN BWP
BAB IV RENCANA POLA RUANG
BAB V RENCANA JARINGAN PRASARANA
BAB VI PENETAPAN SUB BWP YANG DIPRIORITASKAN
PENANGANANNYA
BAB VII KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
BAB VIII PENUTUP

5) Album Peta
Album Peta dengan Zoning Regulation diatas kertas dengan ukuran A1 (full color), dengan ketentuan skala gambar sesuai dengan Pedoman
Rencana Detil Tata Ruang Kota yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.

6) Compact Disc
Compact Disk (CD)/Cakram Padat berisi Laporan Akhir dalam bentuk
format word document dan pdf., Album Peta dalam bentuk grafis (Shp
dan Mxd) dan pdf. Untuk bahan-bahan presentasi dalam format ppt.
8.Format Laporan dan Album Peta
Format Rencana Detail Tata Ruang Kota mempertimbangkan faktor ekonomis
dan kebutuhan pembangunan daerah, untuk itu pengaturan skala perencanaan
adalah:
a) Produk RDTR mempunyai skala perencanaan 1:5000;
b) Sedangkan kegiatan yang memerlukan pendetailan yang lebih rinci,
kegiatan analisis dibuat dalam peta kerja 1:1.000, atau sebaliknya pada
fungsi ruang yang ektensif (pertanian, perkebunan, kehutanan) skala peta
dapat lebih kecil 1:25.000;
c)

Format peta analisis sekurang-kurang skala 1:5.000, untuk lingkungan yang


lebih detail dibuat dalam skala 1:1.000;

d) Peta dasar dapat menggunakan sumber hasil foto udara, citra satelit,
disarankan setiap daerah telah memiliki foto udara pada kawasan
perkotaan, kawasan cepat tumbuh, dan kawasan strategis kota.
e) Format laporan disajikan dalam buku berukuran A-4, dengan spasi 1,5
margin atas 3 cm, margin kiri 3 cm, margin bawah 2,5 cm, margin kanan 2,5
cm,

Anda mungkin juga menyukai